Anda di halaman 1dari 14

Pemeriksaan CA Serviks

(IVA Test dan Pap Smear)

A. Definisi IVA Test Dan Pap Smear

Pemeriksaan Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
dokter bidan/paramedis dengan mengamati leher rahim yang telah diberiasam asetat/asam
cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan mata telanjang. Tujuannya untuk
melihat adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu metode deteksi dini kanker
mulut rahim (Depkes, 2008).

Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan
menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat. Pap
smear merupakan cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui
pemeriksaan getah atau lendir di dinding vagina.

B. Siapa yang harus menjalani IVA Test Dan Pap Smear

 Menjalani tes kanker atau prakanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30-45
tahun. Kanker rahim menempati angka tertinggi diantara kanker lain wanita, sehingga
tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mudah terdateksi, biasanya
10-20 tahun lebih awal Sejumlah faktor risiko berhubungan dengan perkembangan
kanker serviks sebagai berikut:

1. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia <20 tahun)

2. Memiliki banyak pasangan seksual

3. Riwayat pernah mengalami Infeksi Menular Seksual (IMS)

4. Ibu atau saudara perempuan yang memiliki riwayat kanker serviks

5. Hasil Papsmear sebelumnya yang tidak normal

6. Wanita perokok

7. Wanita yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh dan (HIV/AIDS).

8. Menggunakan korticosteroid secara kronis (misalnya pengobatan asma atau lupus)


beresiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka memiliki HPV (Rubin
1999).
 Wanita yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear sebagai berikut:

1. Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya
tinggi.

2. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita HPV (Human
Papilloma Virus) atau kutil kelamin.

3. Wanita yang berusia diatas 35 tahun.

4. Sesering mugkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal

5. Sesering mugkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker


serviks.

6. Wanita yang mengunakan pil KB (sukaca, 2009).

C. Waktu untuk melakukan IVA Test dan Pap Smear

 Tes IVA dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat siklus menstruasi, saat kehamilan dan
saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes IVA dapat dilakukan pada wanita yang
dicurigai atau diketahui menderita IMS atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk tiap
hasil tes, termasuk ketika harus konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing tes akan
diberikan beberapa instruksi baik yang sederhana untuk ibu (misalnya, kunjungan ulang
ibu untuk tes IVA setiap tahun secara berkala atau 3-5 tahun paling lama) atau isu-isu
khusus yang harus dibahas seperti kapan dan dimana pengobatan diberikan, risiko
potensial atau manfaat pengobatan dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau
pengobatan yang lebih lanjut

 Pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada saat haid karena darah
atau sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil pap smear, namun waktu
yang tepat untuk melakukan Pap Smear adalah satu atau dua minggu setelah berakhir
masa menstruasi. Untuk wanita yang sudah menopause biasa melakukan pemeriksaan
pap smear kapan saja (Dianada, 2008).

Syarat Pengambilan Pap Smear :

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap Smear adalah
sebagai berikut:

1. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum


menstruasi berikutnya.
2. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan
dan penyakit yang pernah diderita

3. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.

4. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam
24 jam sebelumnya.

5. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum


pemeriksaan.

6. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan,
karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel.

D. PROSEDUR PEMERIKSAAN IVA TEST DAN PAP SMEAR

 Prosedur Pemeriksaan IVA Test.

1. Peralatan dan Bahan

Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan IVA adalah peralatan yang biasa
tersedia di klinik atau di poli KIA seperti berikut:

a) Meja periksa gynekologi dan kursi

b) Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan leher rahim

c) Spekulum graves bivalved (cocor bebek)

d) Nampan atau wadah

Bahan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Bahan-bahan tersebut


dapat diperoleh dengan mudah. Antara lain:

a) Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari
serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim

b) Sarung tangan periksa harus baru

c) Spatula kayu digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika
menonjol melalui bilah spekulum.

2. Tindakan umum IVA Test


Untuk melakukan tes IVA petugas mengoleskan larutan asam asetat pada servik,
larutan tersebut menunjukan perubahan pada sel-sel yang menutupi servik (sel-sel
epitel) dengan menghasilkan reaksi "acelowhite" pertama-tama petugas melakukan
menggunakan spekulum untuk memeriksa servik, lalu servik dibersihkan untuk
menghilangkan cairan keputihan (discarge) kemudian asam asetat di oleskan seara
merata pada servik. Setelah minimal 1 menit, servik dan seluruh SSK diperiksa untuk
melihat apakah terjadi perubahan asetowhite hasil tes (positif atau negatif) harus
dibahas bersama ibu dan pengobatan harus diberikan setelah konseling, jika
diperluan dan bersedia

Penilaian klien Tes IVA :

1. Bila area bercak putih yang berada jauh dari zona tranformasi bukan merupakan
tanda dari IVA positif.

2. Area bercak putih halus atau puat tanpa batas jelas, bukan merupakan tanda IVA
positif.

3. Bercak bergaris seperti bercak putih bukan merupakan tanda IVA positif.

4. Bercak putih terbentuk garis yang terlihat pada batas garis endoservik biasanya
bukan tanda pada IVA positif.

5. Titik-titik yang berwama pucat yang diarea endoservik, merupakan elpitel yang
kolumnar yang berbentuk anggur yang terpulas asam asetat hal ini merupakan
keadaan yang normal.

6. Bercak putih berbatas tegas, terlihat menebal di banding dengan sekitarnya


seperti leukoplakia, terdapat pada zona transisional, menjorok kearah
endoservik merupakan tanda dari IVA positif.

3. Petunjuk Langkah Asesmen Tes IVA

1. Persiapan :

 Sebelum melakukan tes IVA, diskusikan tindakan dengan ibu klien dengan cara
menjelaskan mengapa tes tersebut dianjurkan dan apa yang akan terjadi pada
saat pemeriksaan, diskusikan juga mengenai sifat temuan yang paling mungkin
dan tindak lanjut atau pengobatan yang mungkin diperlukan.

 Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia, termasuk


spekulum steril atau yang relah di DTT. kapas lidi dalam wadah bersih, botol
berisi larutan asam asetat dan sumber cahaya yang memadai, tes sumber cahaya
untuk memastikan apakah masih berfungsi.

 Bawa ibu ke ruang pemeriksaan, minta dia untuk BAK jika belum dilakukan, jika
tangannya kurang bersih, minta ibu membersihkan dan membilas daerah
kemaluan sampai bersih, minta ibu untuk melepas pakaian (termasuk pakaian
dalam) sehingga dapat dilakukan pemeriksaan panggul dan tes IVA

 Bantu ibu untuk memposisikan dirinya diatas meja ginekologi. tutup badan ibu
dengan kain, nyalakan lampu senter dan arahkan ke vagina ibu.

 Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain bersih dan
kering atau dianginkan lakukan palpasi pada perut.

 Pakai sarung tangan steril.

 Atur peralatan dan bahan pada nampan yang telah di DTT

2. Tindakan :

 Periksa kemaluan bagian luar, kemudian periksa mulut uretra apakah ada
keputihan, lakukan palpasi skenes and bartholins glands, katakan pada ibu
bahwa spekulum akan dimasukkan dan ibu mungkin merasakan beberapa
tekanan.

 Dengan hati-hati masukan spekulum sepenuhnya atau sampai terasa ada


penolakan kemudian perlahan-lahan membuka bilah cocor untuk melihat servik,
atur spekulum sehingga seluruh servik dapat terlihat, hal tersebut mungkin sulit
pada kasus-kasus dimana servik berukuran besar atau sangat anterior atau
posterior, mungki perlu menggunakan kapas lidi, spatula, atau alat lain untuk
mendorong servik dengan lembut ke atas atau kebawah agar dapat dilihat.

 Bila servik dapat dilihat seluruhnya, kunci cocor spekulum dalam posisi terbuka
sehingga akan tetap ditempat saat melihat servik. dengan melakukan hal
tersebut provider paling tidak mempunyai satu tangan yang bebas

 Jika menggunakan sarung tangan luar, rendam kedua tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% kemudian lepas sarung tangan dengan sisi dalam berada di luar. Jika
ingin membuat sarung tangan buang sarung tangan ke dalam wadah tahan bocor
atau kantung olastik Jika sarung tangan bedah akan di gunakan kembali.
dekontaminasi dengan merendam kedalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit.
Pindahkan sumber cahaya agar serviks dapat terlihat dengan jelas.
 Amati servisk dan periksa apakah ada infeksi (cervicitis) sepereti cairan putih
keruh (mucopus); ektopik (ectropion); tumor yang terlihat atau kista Nabothian,
nanah atau lesi "stawberry" (infeksi trichomonas).

 Gunakan kapas lidi untuk membersihkan cairan yang keluar, darah atau mukosa
dari serviks. Buang kapas lidi kedalam wadah tahan bocor atau kantung plastik.

 Identifikasi cervikal os dan SSK dan area sekitarnya.

 Basahkan kapas lidi ke dalam larutan asam asetat kemudian oleskan pada
serviks. Bila perlu, gunakan kapas lidi bersih untuk mengulang pengolesan asam
asetat sampai serviks benar-benar telah dioleska asam secara merata. Buang
kapas lidi yang telah dipakai.

 Setelah serviks telah dioleskan dengan larutan asamasetat, tunggu minimal 1


menit agar dapat diserap dan sampai muncul reaksi acetowhite.

 Periksa SSK dengan teliti Lihat apakah serviks mudah berdarah Cari apakah ada
plak putih yang menebal atau reaksi acetowhite SSK harus benar-benar terlihat
untuk dapat menentukan apakah serviks normal atau abnormal".

 Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap serviks dengan kapas lidi
bersih untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris yang terjadi pada saat
pemeriksaan dan yang mengganggu pandangan. Buang kapas lidi yang telah
dipakai.

 Bila pemeriksaan visual pada serviks telah selesai, gunakan kapas lidi yang baru
untuk menghilangkan asam asetat yang tersisa pada serviks dan vagina. Buang
kapas lidi yang telah dipakai

 Lepaskan speculum secara halus. Jika hasil tes IVA negatif. letakkan speculum
kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi Jika hasil tes
IVA positif dan, setelah konseling, pasien menginginkan pengobatan segera,
letakkan speculum pada nampan atau wadah agar dapat digunakan pada saat
krioterapi.

 Lakukan pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rectovaginal (jika perlu).


Periksa kelembutan gerakan serviks; ukuran, bentuk dan posisi uterus, kehamilan
atau abnormalitas dan pembesaran uterus atau kepekaan (tenderness) adneksa.

3. Langkah-langkah Pasca Tes IVA:


 Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin0,5% atau alkohol untuk
menghindari kontaminasi silang antar pasien.

 Celupkan kedua sarung tangan yang masih dipakai ke dalam larutan klorin 0,5%,
Lepas sarung tangan, buang kedalam wadah tahan bocor atau kantung plastik.
Jika telah melakukan pemeriksaan rektovaginal, sarung tangan harus dibuang.
Jika sarung tangan bedah akan dipakai ulang, rendam sarung tangan bedah
dalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit untuk dekontaminasi.

 Cuci tangan secara merata dengan sabun dan air kemudian keringkan dengan
kain bersih dan kering atau dianginkan

 Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk mundur dan bantu ibu untuk duduk.
Minta ibu agar berpakaian.

 Catat hasil tes IVA dan teman-temuan lain seperti bukti adanya infeksi
(cervicitis); ekstropion, tumor yang tampak kasar, atau kista Nabothian, ulkus
atau "strawberry serviks". Jika terjadi perubahan acetowhite yang merupakan
ciri dari serviks yang berpenyakit. catatlah pemeriksaan serviks sebagai
abnormal. Gambarkan sebuah "peta" serviks dan area yang berpenyakit pada
formulir catatan

 Diskusikan hasil tes IVA dan pemeriksaan panggul bersama si ibu. Jika hasil tes
IVA negatif, katakan kapan ibu harus kembali untuk melakukan tes IVA
berikutnya.

 Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan pada si ibu langkah
selanjutnya yang dianjurkan. Jika pengobatan dapat segera diberikan, diskusikan
kemungkinan tersebut bersamanya. Jika perlu rujukan untuk tes atau
pengobatan lebih lanjut, aturlah proses rujukan dan berikan formulir dan
petunjuk yang diperlukan oleh ibu sebelum meninggalkan klinik. Jika mungkin
membuat janji, ini adalah waktu yang tepat.

 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

1) Persiapan Alat dan Bahan

alat :

a) Air mengalir

b) Spatula Ayre
c) Sabun cair

d) Pensil kaca (marker)

e) Larutan antiseptik

f) Spekulum

g) Lap

h) Alkohol 95%

i) Larutan hipoklorit

j) Kaca benda (object glass)

k) Lap bersih atau tissuc

l) Baskom berisi larutan klorin 0,5%

m) Handuk kecil atau tissue

n) Sarung tangan steril

o) Formulir pemeriksaan

p) Tempat sampah non-medis

q) Tempat sampah medis

Bahan Pemeriksaan :

Dalam membuat sediaan apusan pap, pengambilan bahan sediaan harus disesuaikan
dengan tujuan pemeriksaan yang diinginkan oleh dokter obstetri ginekologi.

a) Sekret vaginal, diambil dengan mengapus dinding lateral vagina sepertiga bagian
atas, kegunaan:

1. Untuk interpretasi status hormonal seorang wanita dan menentukan


ada/tidaknya ovulasi dengan pemeriksaan serial sitohormonal.

2. Menentukan maturitas dari suatu kehamilan denganmenillai apakah kehamilan


masih dalam masa evolusi, mendekati aterm, aterm, atau sudah postmatur.

3. Menentukan apakah suatu kehamilan muda terancam terjadi abortus.


b) Sekret serviks (eksoserviks), diambil dengan menghapus seluruh permukaan porsio
serviks sekitar orifisium uteri eksternum. Kegunaan

1. Menentukan penyebab infeksi serviks pada wanita yang mengalami keputihan


leukorea

2. Mendiagnosis dan deteksi dini lesi prakanker (displasia) dan kanker serviks.

c) Sekret endoserviks, diambil dengan menghapus permukaan mukosa endoserviks dan


daerah squamo-columnar junction, dengan spatula Ayre modifikasi atau cytobrush.
Kegunaan:

1. Mendiagnosis dan deteksi dini lesi prakanker (displasia) dan kanker serviks,
karena predeleksi kanker serviks paling sering dijumpai di daerah squamo-
columnar junction.

2. Mendiagnosis penyakit infeksi yang terdapat didalam endoserviks, terutama


infeksi Chlamydia yang sering bersarang pada sel epitel endoserviks dan sel
metaplastik.

d) Sekret endometial, diambil dengan menghapus permukaan mukosa endometrium


dengan alat khusus yang disebut sapu endometrium (balai endometre). Kegunaan:

1. Interpretasi sitohormonal seorang wanita, mendiagnosis penyakit ketidak


seimbangan hormonal, penyakit infeksi. tumor jinak (polip), dan tumor ganas
endometrium. Sitologi endometrium sampai saat ini masih belum populer di
Indonesia.

e) Sekret formiks posterior, diambil dengan cara aspirasi menggunakan pipet panjang
yang terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan sebuah pompa dari karet. Ini
adalah cara pengambilan bahan pemeriksaan/pengumpulan sel yang tertua dan
paling sederhana, yang mulanya diperkenalkan oleh Papanicolaou, dan saat ini
masih sering digunakan. Sekret ini dapat pula diambil dengan spatula Ayre. Sekret ini
dapat mengumpulkan sel dari seluruh bagian saluran genital, mulai dari vagina
bagian atas, ektoserviks, endoserviks, endometrium, tuba fallopii, dan bahkan dari
ovarium. Kelemahan dari sekret ini adalah macam macam sel dari berbagai tempat
dapat terkumpul disini, sehingga apabila ditemukan sel ganas, agak sulit
menentukan dari mana asal sel ganas tersebut. Kegunaan:

1. Saat ini masih sering digunakan untuk mendeteksi adanya kanker endometrium,
apabila dokter ahli ginekologi tidak mempunyai alat sapu endometrium untuk
mengambil sekret endometrial dari kavum uteri
2). Menyiampan Pasien

 Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri, serta tanyakan
keadaannya, kemudian pasien dipersilakan duduk.

 Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang pengambilan Pap
Smear, tujuan dan manfaat untuk keadaan pasien.

 Berikan jaminan tentang keamanan atas tindakan yang anda lakukan serta jaminan
tentang kerahasiaan yang diperlukan pasien kepada pasien atau keluarganya.

 Mintalah kesediaan pasien untuk pengambilan Pap Smear, namun barengi dengan
penjelasan tentang hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya tentang hak menolak
tindakan pengambilan Pap Smear tanpa kehilangan hak akan pelayanan lain.

 Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam.

 Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi dan mengatur pasien pada
posisi litotomi.

 Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa.

3). Pengambilan Sampel dan Pembuatan Pap Smear

 Siapkan peralatan dan bahan.

 Cuci tangan aseptik dengan langkah seperti pada cuci tangan rutin dengan
menuangkan kira-kira 5 ml larutan antiseptik pada tangan dan mengeringkan
dengan mengangin-anginkan.

 Pasang sarung tangan steril.

 Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspekus genitalis.

 Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum


 Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada introitus
vagina (agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus
(yakinkan bahwa tidak ada bagian yang terjepit) dan dorong bilah spekulum ke
dalam lumen vagina.

 Setelah masuk setengah panjang bilah. putar spekulum 90 derajat hingga tangkainya
ke arah bawah. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah
atas bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan bawah vagina).

 Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas (perhatikan
ukuran dan wama porsio, dinding dan sekret vagina dan forniks).

 Jika sekret vagina ditemukan banyak, bersihkan secara hati-hati (supaya


pengambilan epitel tidak terganggu)

 Pengambilan sampel pertama kali dilakukan pada porsio diusahakan di daerah


squamo- columnair junction. Sampel diambil dengan menggunakan spatula Ayre
yang diputar 360°.

 Oleskan sampel pada gelas objek diusahakan tidak terlalu tebal terlalu tipis

 Sampel segera difiksasi sebelum mengering. Fiksasi ini dapat menggunakan spray
yang disemprotkan dari jarak 20-25 cm, atau dengan merendam pada wadah yang
mengandung etil alkohol 95% selama 15 menit yang kemudian dibiarkan mengering
kemudian diberi label.

 Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,


kemudian keluarkan spekulum

 Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan. Beritahukan pada ibu bahwa
pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk mengambil tempat duduk.

 Masukkan tangan yang masih bersarung tangan kedalam baskom berisi larutan
klorin 0.5%. gosokkan kedua tangan untuk membersihkan bercak-bercak darah yang
menempel pada sarung tangan.

 Lepaskan sarung tangan.

4). Pengiriman Spesimen


Dalam melakukan pengiriman spesimen Pap Smear, pengirim harus menuliskan secara
lengkap surat pengantar pemeriksaan laboratorium yang berisi:

 Tanggal pengiriman

 Tanggal dan jam pengambilan spesimen

 Data penderita (nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor rekam medik)

 Identitas pengirim

 Jenis spesimen Pap Smear

 Pemeniksaan laboratorium yang diminta

 Transport media/pengawet yang digunakan : Alkohol 95% atau hair spray

 Keterangan klinis: riwayat KB, jumlah anak, keluhan

5). Hasil Pemeriksaan Pap Smear

1. Kelas 0: Tidak dapat dinilai Segera diambil smear ulang

2. Kelas 1 : Normal Smear Kontrol ulang 1-2 tahun lagi

3. Kelas II : Proses radang dengan atau tanpa Displasia ringan Kontrol ulang 3- 6
bulan lagi

4. Kelas III : Displasia Sedang - Berat Kontrol ulang segera

5. Kelas IV : Karsinoma Insitu Kontrol ulang segera

6. Kelas V : Karsinoma Invasif Kontrol ulang segera

E. Faktor Resiko
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebab kanker serviks adalah sebagai berikut:

1. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)

Lebih dari 90% kasus kondiloma serviks, semua NIS, dan kanker serviks mengandung
DNA virus HPV. Dari 70 tipe HPV yang diketahui saat ini, ada 16 tipe HPV yang erat
kaitannya dengan kejadian kanker serviks. Virus ini ditularkan melalui hubngan seksual.
Wanita yang beresiko terkena penyakit akibat hubungan seksual juga beresiko terinfeksi
virus ini sehingga mempunyai resiko terkena kanker serviks.

2. Prilaku Seksual

Berdasarkan penelitian, risiko kenker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila
berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila hubungan seks pertama dibawah
umur 15 tahun. Risiko juga meningkat bila berhhubungan seks dengan laki-laki berisiko
tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki yang
mengidap penyakit "jengger ayam" (kondiloma akuminatum) di zakarya (penis).

3. Rokok Sigaret

Wanita merokok mempunyai risiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks dibandingkan
degan wanita bukan terkandug nikotin dan zat lainnya yang terdapat didalam rokok.
Zat-zat tersebut dapat menurunkan daya tahan serviks dan menyebabkan kerusakan
DNA epitel serviks sehingga timbul kanker serviks, disamping merupakan kokarsinogen
infeksi virus.

4. Trauma Kronis Pada Serviks

Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali (banyak anak), adanya infeksi,
dan iritasi menahun.

5. Kontrasepsi Oral dapat Meningkatkan risiko

1,5-2,5 kali bila diminum dalam jangka panjang, yaitu lebih dari 4 tahun

6. Defisiensi Zat Gizi

Beberapa penelitian dapat menyimpulkan bahwa dfisiensi asam folat dapat


meningkatkan risiko terjadinya NIS 1 da NIA 2, serta mungkin juga meningkatkan risiko
terkena kanker serviks pada wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A,
C, dan E).
DAFTAR PUSTAKA

Bapelkes Manado, 2001. Lokakarya Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna.

Derek Llewyn-Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009, Buku Acuan Pencegahan Kanker Leher Rahmi
dan Kanker Payudara. Direktorat Jendral PP dan PL.

Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: ECG.

Elizabeth Tara, MD, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Kanker Pada Wanita,
Jakarta: Ladang Pustaka dan Inti Media. Emilia, dkk. Ed. 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Rasjidi, 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press

Delia, Wijaya 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta: Sinar Kejora

Anda mungkin juga menyukai