Anda di halaman 1dari 16

Penulisan Research Gaps pada

Karya Ilmiah: Suatu Best Practice

Imam Rofiki
Email: imam.rofiki.fmipa@um.ac.id

Universitas Negeri Malang


Karya Ilmiah

Artikel Hasil Penelitian

Artikel Gagasan Konseptual

Makalah
Artikel hasil penelitian di
Apa bedanya artikel dengan jurnal?
Prosiding IOP terindeks Scopus

Artikel hasil penelitian di


Jurnal Tadris Sinta 2

Artikel gagasan konseptual di


JKPM Sinta 4
Penting dan Perlu: Menentukan gap penelitian (research gaps) penulis
dengan penelitian-penelitian yang sudah ada.

Penggunaan research gaps bertujuan untuk menunjukkan kebaruan


(novelty)/orisinalitas dalam penelitian.

Research gaps: kesenjangan penelitian yang berasal dari perbedaan hasil penelitian
terdahulu atau teori yang menjadi celah bagi penelitian selanjutnya.

Penulisan research gaps harus ada (salah satu unsur dari 4 komponen) pada
bagian Pendahuluan suatu karya ilmiah.

Penelitian kita:
Celah/posisi penelitian
Mengisi gap penelitian
Manfaat Research Gaps
1.Penulis akan belajar dari peneliti lain dan akan lebih mudah
baginya untuk memahami dan menganalisis masalah
2.Membuktikan bahwa masalah penelitian penulis memiliki
relevansi
3.Mendemonstrasikan kebaruan (novelty) penelitian
4.Dengan melihat banyak pendekatan berbeda yang diambil oleh
peneliti lain, penulis dapat mengevaluasi pendekatannya dan
menyadari kelemahan/kekurangan penelitian yang ada dengan
mudah
Bagaimana bisa menulis research gaps yang baik?

Baca, Baca, Baca, Amati,


Tulis, Baca, Baca, …,
Tulis.
Cara mengembangkan research gaps
1. Membaca riset terdahulu. Selanjutnya, penulis bisa
berdiskusi/melakukan wawancara dengan peneliti
sebelumnya. Penulis juga bisa menemukan pada
rekomendasi peneliti untuk penelitian berikutnya.
2. Mengkaji penelitian-penelitian dengan topik menarik
atau fenomena terbaru. Kemudian menentukan teori
yang tepat untuk membahas isu tersebut.
3. Menemukan inkonsistensi dan kekurangan pada
penelitian pendahulu.
4. Membuat tabel data research gaps.
Membuat Tabel Data Research Gaps

No Peneliti Topik Partisipan Metode Pengumpulan Analisis Teori/Kera Hasil Rekomendasi


(subjek) (jenis/desain & data Data ngka/Lensa
pendekatan)
1
2
3
4
5
6

Template Research Gaps 1
Akhir-akhir ini, banyak ilmuwan melakukan berbagai penelitian terkait literasi digital.
Beberapa penelitian tersebut ditujukan kepada mahasiswa teknik (misalnya ada 4 referensi),
mahasiswa ekonomi (misalnya ada 2 referensi), mahasiswa kedokteran (misalnya ada 3
referensi), mahasiswa matematika (misalnya ada 2 referensi), dan siswa (misalnya ada 4
referensi). Namun, penelitian khusus yang difokuskan pada guru matematika saat ini masih
sangat langka. Padahal, guru memiliki peran penting dalam membudayakan literasi digital
bagi siswa. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa matematika, pembelajaran, dan
teknologi digital adalah bidang yang saling terkait (misalnya ada 5 referensi). Motivasi dan
kompetensi guru menentukan keefektifan pembelajaran dan kemampuannya dalam
mempromosikan literasi digital kepada siswanya (misalnya ada 2 referensi). Oleh karena itu,
penelitian ini difokuskan untuk menginvestigasi literasi digital guru matematika.

Buku metode penelitian untuk perguruan tinggi (2021)


Template Research Gaps 2

Penjelasan ilmiah (scientific explanation) adalah keterampilan penting yang perlu segera
diselidiki. Beberapa penelitian sebelumnya telah menginvestigasi penjelasan ilmiah atau
argumentasi ilmiah (Pallant and Lee, 2015; Oktavianti et al., 2018; Gilles and Buck, 2019; Lee
et al., 2019). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penjelasan ilmiah siswa yang baik
mendukung pemahaman yang mendalam, dan pemberian scaffolding oleh pendidik dapat
mengembangkan penjelasan ilmiah siswa. Namun, terdapat sedikit penelitian tentang
penjelasan ilmiah dan scaffolding yang terkait dengan teknologi (elektronik). Padahal, e-
scaffolding penting untuk mengembangkan penjelasan ilmiah. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan e-scaffolding untuk menginvestigasi penjelasan ilmiah calon guru. Penelitian ini
mengintegrasikan lembar kerja pada e-learning yang menyediakan e-scaffolding prosedural
untuk membantu calon guru dalam memecahkan masalah.

Artikel jurnal Sinta 2:


Amelia, R., Rofiki, I., Tortop, H. S., & Abah, J. A. (2020). Pre-service
teachers' scientific explanation with e-scaffolding in blended
learning. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 9(1), 33-40.
Template Research Gaps 3
Berdasarkan literatur yang ada, banyak topik menarik yang menyelidiki penggunaan readability
tools. Yang pertama adalah analisis bahan bacaan yang digunakan untuk pengajaran bahasa Inggris.
Banyak penelitian telah diarahkan untuk mengeksplorasi penerapan alat keterbacaan di berbagai
tingkat pendidikan seperti di sekolah menengah [24] [15] dan lembaga pendidikan tinggi [26]. Kedua
contoh fokus menggunakan alat untuk menganalisis keterbacaan teks untuk tujuan belajar mengajar
untuk mengetahui kesesuaian teks. Selanjutnya, Crossley, Greenfiled, dan McNamara [27] juga
mengeksplorasi topik yang sama dengan penelitian sebelumnya. Mereka menegaskan bahwa alat
keterbacaan yang mereka gunakan, Coh-Metrix, mampu menganalisis teks bahasa Inggris dengan
lebih baik. Studi lain seperti Oyzon, Corrales, dan Estardo [28] berfokus pada pengembangan alat.
Mereka mengembangkan perangkat lunak, Instrumen Keterbacaan Teks Waray, yang berfungsi
sebagai alat keterbacaan. Namun, alat tersebut tidak bertujuan untuk mengukur teks bahasa Inggris.
Dalam konteks bahasa Indonesia, kajian tentang readability tools masih jarang. Studi terbaru hanya
berfokus menganalisis buku teks komersial untuk siswa sekolah menengah menggunakan jenis alat
tertentu yang berbeda dari penelitian ini [29].

Artikel accepted di jurnal Sinta 1 dan terindeks Scopus Q3:


Investigating Pre-service Teachers’ Perceptions on
Readability Tools: A Case Study in Indonesia
Meskipun penelitian sebelumnya telah mengeksplorasi readability tools, perhatian minimal
diberikan pada bidang pengajaran alat keterbacaan dalam program Second Language Teaching
Education (SLTE). Selama berkarier sebagai Pre Service Teacher (PST), mahasiswa program
SLTE perlu mempelajari pengetahuan teknologi untuk mengajar. Lebih lanjut, penelitian perlu
dilakukan tentang bagaimana dan sejauh mana PST siap menerapkan teknologi untuk tujuan
pengajaran mereka. Tanpa kompetensi teknologi yang terintegrasi dalam kurikulum program
SLTE, PST akan mengalami kesulitan memenuhi standar kompetensi teknologi untuk pendidik
bahasa [30]–[32]. Ketidakmampuan penggunaan teknologi ini dapat menghambat mereka untuk
mencapai hasil maksimal dari pengajaran dan pembelajaran bahasa [33], yang pada gilirannya
dapat mempengaruhi siswa mereka untuk mencapai hasil belajar yang ditentukan. Karena
kurangnya penelitian dalam penyelidikan pandangan PST tentang penggunaan teknologi untuk
mengajar, penelitian ini berusaha untuk mengeksplorasi penerimaan PST setelah diajarkan alat
keterbacaan selama studi sarjana mereka tentang SLTE.
Bukti accepted di OJS
Menulis,
Kolaborasi, dan
Publikasikan
Salam produktif
berkarya

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai