Bahan Baru 5
Bahan Baru 5
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
SKRIPSI
Oleh
Fabiyan Deni Maulana
NIM 121910101095
SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Teknik Mesin (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Teknik
Oleh
Fabiyan Deni Maulana
NIM 121910101095
i
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua dan sholawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Dengan
ini saya persembahkan skripsi ini kepada :
1. Ibu Tufyani dan Bapak Imam Fadlillah tercinta yang telah memberikan kasih
sayang, iringan do’a, dan pengorbanan yang tulus untuk kesuksesan anak-
anaknya selama ini dan telah memberikan bimbingan dan motivasi disetiap
langkah yang dilalui oleh penulis;
2. Seluruh dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember yang
telah memberikan ilmu dan bimbingan skripsi kepada saya terutama Bapak Dr.
Salahuddi Junus, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing utama, Bapak Ir. Dwi
Djumhariyanto, M.T., selaku dosen pembimbing anggota, Bapak Imam
Sholahuddin, S.T., M.T., selaku dosen penguji I dan Bapak Santoso Mulyadi,
S.T., M.T., selaku dosen penguji II;
3. Guru-guruku sejak taman kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi yang
terhormat, yang telah memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh
kesabaran;
4. Sahabat-sahabat yang telah memberikan warna dalam perjalan hidup ini;
5. Teman-teman Jurusan Teknik Mesin UNEJ angkatan 2012 yang telah
menemani dalam masa studi penulis;
6. Almamater Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember.
ii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
MOTTO
iii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
PERNYATAAN
iv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
SKRIPSI
Oleh
Fabiyan Deni Maulana
NIM 121910101095
Pembimbing
v
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Karakterisasi Pengelasan Dissimilar Baja AISI 1045 dan AISI 4140
dengan Metode Friction Welding ” telah diuji dan disahkan pada :
Hari, Tanggal : Kamis, 20 Juli 2017
Tempat : Fakultas Teknik Universitas Jember.
Tim Penguji
Ketua, Sekretaris,
Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember,
vi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
RINGKASAN
Karakterisasi Pengelasan Dissimilar Baja AISI 1045 dan AISI 4140 dengan
Metode Friction Welding; Fabiyan Deni Maulana., 121910101095; 2017; 89
halaman; Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember.
Kata kunci : AISI 1045 dan AISI 4140, Dissimilar, waktu gesek
vii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
SUMMARY
Characterization of Welding Dissimilar Steel AISI 1045 and AISI 4140 with
Friction Welding Method; Fabiyan Deni Maulana., 121910101095 ; 2017; 89
pages; Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, University of
Jember.
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Karakterisasi Pengelasan Dissimilar Baja AISI 1045 dan AISI 4140 dengan Metode
Friction Welding”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita
semua.
2. Bapak Imam Fadlillah dan Ibu Tufyani yang selalu memberikan bimbingan
hidup, kasih sayang, pengorbanan yang tulus dan panjatan do’a-do’a setiap
saat agar anak-anaknya mendapat berkah dunia dan akhirat.
3. Adikku tersayang Nida Liswandani Maulidian dan Ahmad Balya Ubaidillah
yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan.
4. Dr. Salahudin Junus, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing utama dan Ir.
Dwi Djumhariyanto, M.T., selaku dosen pembimbing anggota yang selalu
memberikan saran, dan motivasi, serta meluangkan waktunya untuk
membimbing selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Imam Sholahuddin, S.T., M.T., selaku dosen penguji I, dan Bapak
Santoso Mulyadi, S.T., M.T., selaku dosen penguji II yang memberikan kritik
dan saran untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Ir. Dwi Djumhariyanto, M.T., sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing dan memberikan motivasi selama masa perkuliahan ini.
7. Seluruh staf pengajar dan administrasi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Jember yang telah memberikan ilmu, membimbing, dan
membantu kelancaran selama di bangku perkuliahan.
ix
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
8. Friction welding team (Ulil, Riko, Budi, Kholid, dan mas Anam) yang telah
menjadi teman senasib seperjuangan dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
9. Kepada seluruh teman - teman teknik mesin angkatan 2012 dan semua teknisi
laboratorium tempat pengujian yang sudah bersedia membantu dalam proses
pengerjaan skripsi ini. Terimakasih atas semua kontribusi yang kalian berikan.
10. Sahabat-sahabatku Aji, Junaidi, Dian, Febri, Sulhan, Ivan, Yuski, Mukri,
Latif, Ulil, Sandra, Anam, Zainul, Rachell, Imron Rosyidi, Hafizatul Hasanah
dan Masykuratun Nuraniyah yang telah memberikan doa semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan penyusunan skripsi.
11. Seluruh keluarga besar KKN 89 Desa Sukosari Lor Kecamatan Sukosari
Kabupaten Bondowoso, terimakasih atas kekeluargaan, kebersamaan, canda
tawa dan pengalaman selama KKN berlangsung.
12. Serta seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi iniyang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sebagai manusia yang tak lepas dari kekhilafan dan
kekurangan. Oleh karena itu, Penulis menerima segala kritik, saran dan ide yang
bersifat konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi. Semoga hasil dari
penelitian pada skripsi ini dapat bermanfaat.
Penulis
x
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR ISI
xi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
xii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
xiii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR TABEL
xiv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR GAMBAR
xv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
xvi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 2
1.3.2 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Dapat mengaplikasikan teori yang didapat selama perkuliahan khususnya yang
berhubungan dengan pengelasan logam.
b. Memberikan informasi mengenai alternatif penyambungan logam dengan
menggunakan bahan yang berbeda.
c. Sebagai dasar acuan untuk penelitian lebih lanjut.
1.5. Hipotesis
Waktu gesek meningkat maka kekuatan tarik sambungan akan semakin baik
membuat ikatan yang kuat antara baja AISI 1045 dan AISI 4140.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
2.1 Pengelasan
Pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan cara mencairkan
sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan sehingga
menghasilkan sambungan yang kontinyu (Sonawan dan Suratman, 2003:1). Menurut
Deutche Industrie Normen (DIN) Las juga dapat didefinisikan sebagai ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan cair.
Fitriyanto (2014) Pada saat ini sekitar 40 jenis pengelasan yang dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengelasan lebur dan padat. Adapun macam
dari pengelasan lebur yaitu Pengelasan Busur (Arc Welding), Pengelasan Resistansi
Listrik (Resistance Welding) ,Pengelasan Gas (Oxyfuel Gas Welding), dan macam
dari pengelasan padat yaitu Pengelasan Difusi (Diffusion Welding), Pengelasan
Gesek, (Friction Welding,), Pengelasan Ultrasonik (Ultrasonic Welding,).
Menurut cara kerjanya pengelasan dibagi dalam (Wiryosumarto, 2000:7):
1. Pengelasan cair
Proses pengelasan dimana dua atau lebih logam dipanaskan sampai melebur
dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar.
2. Pengelasan tekan
Pengelasan dimana dua atau lebih logam dipanaskan dan kemudian ditekan
hingga menjadi satu, sumber panas berasal dari logam yang dilas.
3. Pematrian
Pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan menggunakan
paduan logam yang mempunyai titik cair rendah, logam induk tidak ikut mencair.
5
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 6
Gambar 2.1 Tahap friction welding a). Tahap pemanasan Dan pemutaran, b) tahap
pembangkitan panas akibat Gesekan, d). Tahap akhir penekanan lanjut
(Tiwan dan Ardian, 2005).
1 Direct-Drive Welding
Skema pengelasan Direct-drive welding ditunjukkan pada gambar 2.2 Benda
kerja yang diam harus dicekam dengan kaku untuk mencegahnya ikut berputar.
Putaran terus dilakukan hingga seluruh permukaan yang disambung mencapai
temperatur yang diinginkan. Kemudian putaran dihentikan dan gaya tekan diberikan
pada proses akhir pengelasan. Pada kasus ini parameter proses pengelesan gesek ini
antara lain kecepatan putar, gaya tekan aksial (Tiwan dan Ardian, 2005)
2 Inertia-Drive Welding
Pengelasan menggunakan inertia drive welding hampir sama dengan proses
pengelasan direct drive welding tetapi pada spindle diberi flywheel sebagai
penyimpan tenaga seperti terlihat pada gambar 2.3. flywheel dirancang agar dapat
ditambah atau dikurangi masanya. Jumlah energi yang tersimpan dalam flywheel
dikontrol oleh kecepatan kemudian tekanan aksial diberikan secara konstan selama
proses pengalasan dapat pula dilakukan diakhir proses.
Pada proses fusi terdapat 5 tahap yang terjadi yaitu sebagai berikut :
1. Titik awal kontak dan kontaminan lapisan oksida.
2. Setelah beberapa titik kontak yield dan creep, lapisan tipis oksida menghasilkan
void yang besar.
3. Setelah yield dan creep terakhir, beberapa void dan lapisan oksida menjadi sangat
tipis.
4. Dilanjutkan dengan difusi vacancy yang menghilangkan lapisan oksida dan
beberapa void kecil
5. ikatan selesai
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 11
2.2 Baja
Baja merupakan paduan dari besi dengan karbon 0.08% sampai 2.0% dan
terdapat bahan tambah lainya seperti Si, Mn, P, S dan Cu, baja dikelompokkan
berdasarkan kadar karbon yaitu baja karbon rendah, baja karbon sedang dan baja
karbon tinggi. (Wiryosumarto, 2000:90)
Semakain besar kadar karbon dalam baja maka kekuatan dan kekerasan akan
semakin tinggi tetapi keuletan akan menurun serta akan lebih sulit untuk dilakukan
proses pengelasan. Baja karbon dapat dilas dengan semua cara pengelasan yang ada
dan hasilnya akan baik bila persiapan dan persyaratannya dipenuhi. Pada
kenyataannya baja karbon adalah baja yang mudah di las.
Dibawah ini adalah tabel klasifikasi baja karbon sesuai dengan jenis dan kelas
sesuai kandungan karbonnya, Klasifikasi dari baja karbon dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Baja Karbon (Wiryosumarto 2000:90)
Kekuatan Kekuatan
Kadar Perpanjan Kekerasan
Jenis Melebur Tarik Aplikasi
Karbon gan (%) Brinell
(kg/mm2) (kg/mm2)
Baja Alat-alat
0,30-0,40 30-40 50-60 30-17 140- 170
karbon mesin.
0,04 0,50 34-46 58 -70 26-14 l 60,200
sedang Perkakas
Ditinjau dari paduannya baja diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu baja
paduan rendah (low alloy steel) dan baja paduan tinggi (high alloy steel). Baja paduan
rendah merupakan baja yang sedikit paduan unsur lainnya kecuali karbon dan sedikit
mangan, sedangkan baja dengan paduan tinggi terdapat banyak unsur-unsur lain
untuk meningkatkan karakteristik tertentu dari logam baja tersebut.
Tabel 2.2 Sifat Baja (irwandy, 2013)
Keuletan mengurangi
Kobal Kekerasan ketajaman
daya tahan suhu tinggi
3. A3 adalah temperatur transformasi dari fasa γ menjadi α (ferite) yang ditandai pula
dengan naiknya batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya temperatur.
4. Acm adalah temperatur transformasi dari fasa γ menjadi Fe3C (sementit) yang
ditandai pula dengan penurunan batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya
temperatur.
5. A123, adalah temperatur transformasi γ menjadi α+Fe3C (pearlite) untuk baja
hypereutectoid.
c. Perlit
Perlit ialah campuran eutectoid antara ferrite dengan cementite yang terbentuk
pada suhu 723 oC dengan kandungan karbon 0,83% (Aisyah, 2012). Fasa perlit
merupakan campuran mekanis yang terdiri dari dua fasa, yaitu ferit dengan kadar
karbon 0,025% dan sementit dalam bentuk lamellar (lapisan) dengan kadar karbon
6,67% yang berselang-seling rapat terletak bersebelahan. Jadi, perlit merupakan
struktur mikro dari reaksi eutektoid lamellar.
d. Bainit
Bainit merupakan fasa yang terjadi akibat transformasi pendinginan yang
sangat cepat pada fasa austenit ke suhu antara 250 - 550 oC dan ditahan pada suhu
tersebut (isothermal). Bainit adalah strukur mikro dari reaksi eutektoid (γ⇾α+Fe3C)
non lamellar. Bainit merupakan struktur mikro campuran fasa ferit dan sementit
(Fe3C). Kekerasan bainit kurang lebih berkisar antara 300 - 400 HVN.
e. Martensit
Martensit merupakan fasa diantara ferit dan sementit bercampur, tetapi bukan
lamellar, melainkan jarum-jarum sementit. Fasa ini terbentuk austenit meta stabil
didinginkan dengan laju pendinginan cepat tertentu. Terjadinya hanya prepitasi Fe3C
unsur paduan lainnya tetapi larut transformasi isothermal pada 260 oC untuk
membentuk dispersi karbida yang halus dan matriks ferit.
f. Sementit (karbida besi)
Sementit merupakan paduan besi melebihi batas daya larut membentuk fasa
kedua. Karbida besi mempunyai komposisi kimia Fe3C. Dibandingkan dengan ferit,
sementit sangat keras. Karbida besi dalam ferit akan meningkatkan 16 kekerasan
baja. Akan tetapi karbida besi murni tidak liat, karbida ini tidak dapat menyesuaikan
diri dengan adanya konsentrasi tegangan, oleh karena itu kurang kuat.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 16
Tabel 2.3 Sifat-sifat mekanis Baja Karbon AISI 1045 (Interlloy Pty Ltd).
Tensile
Hardness Yield strength
No Strength Elongation %
(BHN) (MPa)
(MPa)
Table 2.4 Unsur kimia baja AISI 1045 (Brammer Standard Company, Inc).
Element % Element %
Carbon 0.457 Aluminum 0.002
M anganese 0.75 Antimony (0.002)
Phosphorus 0.016 Arsenic (0.005)
Sulfur 0.024 Boron (0.0004)
Silicon 0.34 Calcium 0.0012
Copper 0.22 Cobalt 0.009
Nickel 0.056 Nitrogen 0.0090
Chromium 0.058 Tin 0.029
M olybdenum 0.012 Titanium 0.002
Vanadium 0.013 Tungsten <0.005
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 17
Tabel 2.5 Sifat-sifat mekanis Baja Karbon AISI 4140 (Interlloy Pty Ltd).
Tensile
Hardness Yield strength
No Strength Elongation %
(BHN) (MPa)
(MPa)
Tabel 2.6 Unsur Kimia Baja Karbon AISI 4140 (Brammer Standard Company, Inc)
Element % Element %
Mn 0.772 Ti 0.051
P 0.008 Al 0.002
S 0.005 Cu 0.029
Si 0.260 V 0.050
Cr 0.923 W 0.003
Mo 0.157 Pb 0.002
Co 0.006
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 18
σ= Tegangan (N/ )
F = Beban (N)
A= Luas penampang ( )
Untuk menghitung regangan ε maka perpanjangan dibagi dengan ukuran
panjang batang semula (Lehrmitte, et al, dalam Istiawan 2014) atau :
ε= 100 %
ε = Regangan
L = Panjang awal
Dalam diagram tegangan regangan terdapat sifat atau perilaku dari material
yaitu sebagai berikut :
1. Modulus elastisitas
Garis lurus pada diagaram tegangan regangan menunjukkan tegangan
meningkat berbanding lurus dengan regangan (Hukum Hooke) yang biasa disebut
garis-garis modulus. Sudut yang dibentuk garis modulus dengan garis horizontal
tidak sama untuk tiap bahan. Pada tegangan yang sama regangan yang bersangkutan
tidak sama untuk tiap bahan (Istiawan 2014). modulus elastisitas dapat dilihat pada
Gambar 2.6
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 20
Gambar 2.6 Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat baja ulet
(Sumber: Yuwono, 2009)
E = t g α=
E = modulus kenyal/elastisitas
ε= Regangan
σ= Tegangan
2. Kekuatan Tarik
Tegangan tertinggi yang terlihat pada diagram tegangan regangan merupakan
kekuatan tarik σB yang dihitung dari gaya terbesar dibagi luas penampang semula
(Istiawan 2014).
σB =
σB = kekuatan tarik
FB = gaya terbesar
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 21
Dari gambar dapat dilihat perbedaan karakteristik antara perpatahan ulet dan
getas, untuk patah ulet kteristiknya berserabut fibrous) dan gelap (dull), sementara
perpatahan getas ditandai dengan permukaan patahan yang berbutir (granular) dan
terang.
Pengujian kekerasan adalah satu dari sekian banyak pengujian yang dipakai,
karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa kesukaran mengenai
spesifikasi. Dalam pengujian kekerasan seperti pada pengujian statik lainnya diukur
ketahanan terhadap deformasi (Surdia, 2000:32).
Berdasarkan mekanisme penekanan dikenal 3 metode uji kekerasan yaitu
penggoresan, pantulan dan indentasi.
Metode indentasi Pengujian dilakukan dengan penekanan benda uji dengan
indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu
material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan
(tergantung jenis indentor dan jenispengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya
metode uji kekerasan dengan cara indentasi ada tiga metode yaitu metode Brinell,
metode Vickers, dan metode Rockwell. Pengujian yang paling sering digunakan
untuk meneliti suatu kekerasan suatu material adalah metode Brinell(Yuwono, 2009).
1. Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A. Brinell pada tahun 1900.
Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened
steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu, sebagaimana ditunjukkan oleh
Gambar 2.13. Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang harus
dihitung diameternya di bawah mikroskop khusus pengukur jejak. Contoh
pengukuran hasil penjejakan diberikan oleh Gambar 2.13. Pengukuran nilai kekerasan
suatu material diberikan oleh rumus:
(2.5)
( )( √ )
dimana P adalah beban (kg), D diameter indentor (mm) dan d diameter jejak (mm).
Gambar 2.8 Skematis prinsip indentasi dengan metode Brinell (Yuwono, 2009)
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 23
Gambar 2.9 Hasil indentasi Brinell berupa jejak berbentuk lingkaran dengan ukuran
diameter dalam skala mm. (sumber : Yuwono, 2009)
2. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut
136o, seperti diperlihatkan oleh Gambar 2.3. Prinsip pengujian adalah sama dengan
metode Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk bujur sangkar
berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada mikroskop pengujur jejak.
Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh :
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 24
dimana d adalah panjang diagonal rata-rata dari jejak berbentuk bujur sangkar.
3. Metode Rockwell
Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan suatu bahan
dinilai dari diameter/diagonal jejak yang dihasilkan maka metode Rockwell
merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct-reading). Metode ini
banyak dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan
indentor yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya. Metode
yang paling umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja
berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C
(dengan indentor intan dengan beban 150 kg). Walaupun demikian metode Rockwell
lainnya juga biasa dipakai. Oleh karenanya skala kekerasan Rockwell suatu material
harus dispesifikasikan dengan jelas. Contohnya 82 HRB, yang menyatakan material
diukur dengan skala B: indentor 1/6 inci dan beban 100 kg.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 25
2.4.2.Mounting
Spesimen yang berukuran kecil atau memiliki bentuk yang tidak beraturan
akan sulit untuk ditangani khususnya ketika dilakukan pengamplasan dan pemolesan
akhir. Sebagai contoh adalah spesimen yang berupa kawat, spesimen lembaran metal
tipis, potongan yang tipis, dll. Untuk memudahkan penanganannya, spesimen-
spesimen tersebut harus ditempatkan pad suatu media (media mounting). Secara
umum syarat-syarat yang harus dimiliki bahan mounting adalah :
1. Bersifat inert (tidak bereaksi dengan material maupunzat etsa).
2. Sifat eksoterimis rendah.
3. Viskositas rendah.
4. Penyusutan linier rendah.
5. Sifat adhesi baik.
6. Memiliki kekerasan yang sama dengan sampel.
7. Flowabilitas baik, dapat menembus pori, celah dan bentuk ketidakteraturan yang
tedapat pada sampel.
8. Khusus untuk etsa elektrolitik dan pengujian SEM, bahan mounting harus
kondusif.
Media mounting yang dipilih haruslah sesuai dengan material dan jenis reagen
etsa yang akan digunakan. Pada umumnya mounting menggunakan material plastik
sintetik. Materialnya dapat resin (castable resin) yang dicampur dengan hardener
atau bakelit. Penggunaan castable resin lebih mudah dan alat yang digunakan lebih
sederhana dibandingkan bakelit, karena tidak memiliki sifat mekanis yang baik
(lunak) sehingga kurang cocok untuk material-material keras. Teknik mounting yang
paling baik adalah menggunakan thermosetting resin dengan menggunakan material
bakelit. Material ini berupa bubuk yang tersedia dengan warna beragam.
Thernmosetting mounting membutuhkan alat khusus, karena dibutuhkan aplikasi
tekanan 4200 lb/in2 dan panas 149o pada mold saat mounting.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 27
2.4.3.Grinding (pengamplasan)
Sampel yang baru saja dipotong atau sampel yang telah terkorosi memiliki
permukaan yang kasar. Permukaan yang kasar ini harus diratakan agar pengamatan
struktur mudah untuk dilakukan. Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan
kertas amplas silicon karbit (SiC) dengan berbagai tingkat kekasaran yang ukuran
butir abrasifnya dinyatakan dengan mesh, yaitu kombinasi dari 220, 330, 500, 600,
800, dan 1000. Ukuran grit pertama yang dipakai tergantung pada kekasaran
permukaan dan kedalaman kerusakan yang ditimbulkan oleh pemotongan. Seperti
perubahan struktur akibat panas yang timbul pada saat proses pemotongan dan
perubahan bentuk sampel akibat beban alat potong.
Hal yang perlu diperhatikan pada sasat pengamplasan adalah pemberian air.
Air berfungsi sebagai pemindah geram, memperkecil kerusakan akibat panas yang
timbul yang dapat merubah struktur mikro sampel dan memperpanjang masa
pemakaian kertas amplas. Hal lain yang harus diperhatikan adalah ketika melakukan
perubahan arah pengamplasan, maka arah yang baru adalah 450 atau 900 terhadap
arah sebelumnya.
2.4.4.Polishing (pemolesan)
Setelah diamplas sampai halus, sampel harus dilakukan pemolesan.
Pemolesan bertujuan untuk memperoleh permukaan sampel yang halus bebas goresan
dan mengkilap seperti cermin dan menghilangkan ketidakteraturan sampel hingga
orde 0.01 µm. Permukaan sampel yang akan diamati di bawah mikroskop harus
benar-benar rata. Apabila permukaan sampel kasar atau bergelombang, maka
pengamatan struktur mikro akan sulit untuk dilakukan karena cahaya yang dating dari
mikroskop dipantulkan secara acak oleh permukaan sampel.
Tahap pemolesan dimulai dengan kasar terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
dengan pemolesan halus. Ada 3 metode pemolesan antara lain yaitu sebagai berikut :
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 28
Dissimilar
Pengujian FW
Al paduan 6160 dan SAE 1020
AA6061 dan Alumina YSZ komposit Baja Tahan Karat dan Titanium
Friction welding
31
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 32
4. Pasta Poles
Pasta poles digunakan untuk menggosok permukaan benda uji sebelum
dilakukan penelitian agar permukaan benda taidak terdapat kotoran seperti
debu minyak. Pasta poles yang digunakan adalah autosol.
3.3.2 Alat
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian ini sebagai berikut:
1. Mesin Bubut
2. Kertas gosok
3. Mesin grinding-polishing
4. Gergaji
5. Jangka sorong
6. Gerinda
7. Stopwatch
8. Alat ukur tekanan gesek dan tempa
9. Alat uji tarik
10. Ala tuji kekerasan
11. Mikroskop
Gambar 3.1 Skema alat Direct-Drive Friction Welding (Mercan, S et al, 2015)
25mm
75mm 20mm
16mm
10 3 1 1
20 3 1 1
30 3 1 1
40 3 1 1
σ= …………………………………...................................... (3.1)
ε= …………………...................................... (3.2)
∆L Pi σ= ⁄ ε= ⁄ E= ⁄
L0 (mm) A0 (mm2)
(mm) (kg) (kg/mm2) (%) (kg/mm2)
Rata-rata
10 1
20 1
30 1
40 1
Untuk mencari nilai kekerasan brinell menggunakan persamaan 3.3 di bawah ini
BHN = ………………………......................................(3.3)
√
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 38
Mulai
Studi literatur
Penyusunan proposal
Selesai
5.1 Kesimpulan
Pada proses penyambungan baja AISI 1045 dan AISI 4140 dengan
menggunakan metode friction welding dengan variasi waktu dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian tarik nilai tertinggi diperoleh sebesar 741 N/mm2 dari
variasi waktu 30 detik. Sementara hasil pengujian tarik terendah diperoleh
dari variasi waktu 10 detik dengan nilai sebesar 536 N/mm2. Bertambahnya
waktu gesek meningkatkan kekuatan tarik Sambungan friction welding baja
AISI 1045 dan AISI 4140.
2. Kekerasan tertinggi diperoleh dari variasi waktu 40 detik dengan nilai Zud
229 BHN, Zpd 260 BHN, Zpl 252 BHN, Zpd’ 269 BHN dan Zud’ 246 BHN.
Sementara hasil pengujian kekerasan terendah diperoleh dari variasi waktu
10 detik dengan nilai masing-masing Zud 226 BHN, Zpd 240 BHN, Zpl 227
BHN, Zpd’ 258 BHN dan Zud’ 246 BHN. Meningkatnya waktu gesek nilai
kekersan akan semakin tinggi pada sambungan friction welding baja AISI
1045 dan AISI 4140.
3. Dari pemeriksaaan struktur mikro Ukuran butir pada daerah weld metal lebih
kecil dan lebih halus dari daerah HAZ karena pada proses pengelasan suhu
yang terjadi melebihi garis A3 yang menyebabkan perubahan fasa dan bentuk
kristal dari baja semakin halus.
5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan agar percobaan berikutnya dapat lebih baik dan
dapat menyempurnakan percobaan yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Sebelum melakukan penelitian disarankan melakukan observasi dan pra riset
agar tidak ada kendala saat melakukan penelitian.
59
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 60
`
2. Alat yang digunakan harus terkalibrasi agar data yang diambil dapat seakurat
mungkin.
3. Perlu adanya pengembangan dari aspek parameter dan material untuk
pengembanagan penelitian selanjutnya.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2008. Perubahan struktur Mikro dan Sifat Mekanik pada pengelasan
DrumBaja Karbon Wadah Limbah Radioaktif. Pusat penelitian radioaktif
Batam. (2008). ISSN 1410-6086
Attallah, M. M & Preuss, M. 2012. Inertia friction welding (IFW) for aerospace
applications. Woodhead Publishing Limited. 25-73
Celik, Sare & Ersozlu, Ismail. 2009. Investigation of the mechanical properties and
microstructure of friction welded joints between AISI 4140 and AISI 1050
steels Materials and Design. 30 (2009) 970–976
Jenney, Cynthia L., O’Brien, Annette. 2001. Welding Hand book Ninth Edition
Volume 1 Welding Science and Technology. United States of America :
American Welding Society
Kimura, M., et. al 2013. Possibility of direct friction welding between type 7075
aluminum alloy and low carbon steel, The author(s) and/or their employer(s),
267-273
Kuswandi, Ari. Skripsi. 2010. “Pengaruh Friction Time Terhadap Kekuatan Impak
Sambungan Las Gesek Pada Paduan Al-Mg-Si.” Tidak Diterbitkan. Malang:
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Li, Peng., et al. 2013. Effect of friction time on mechanical and metallurgical
properties of continuous drive friction welded Ti6Al4V/SUS321 joints.
Materials and Design. 56, 649-656.
Lin, C. B., et. al. 1999. The Effect of Joint Design and Volume Fraction on
Friction Welding Properties of A360/SiC Composites, Welding Journal.
78(3), 100-108.
Mercan, S., Aydin, S., dan Ozdemir, N. 2015. Effect of welding parameters on the
fatigue properties of dissimilar AISI 2205 - AISI 1020 joined by friction
welding. International Journal Of Fatigue, 1-26.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
Sanyoto, Husodo, Setyawati, dan Mursid. 2012. Penerapan Teknologi Las Gesek
(Friction Welding) Dalam Proses Penyambungan Dua Buah Pipa Logam Baja
Karbon Rendah. Jurnal energy Dan Manufaktur 5 (1): 51-60.
Sugiarto, T., Zulhanif , Dan Sugianto., 2013. Analisis Uji Ketahanan Lelah Baja
Karbon Sedang Aisi 1045 Dengan Heat Treatment (Quenching) Dengan
Menggunakan Alat Rotary Bending. Jurnal FEMA, 1 (3): 85-92.
Tiwan dan Aan, Ardian. Skripsi. 2005. “Penyambungan Baja Aisi 1040 Batang
Silinder Pejal Dengan Friction Welding.” Tidak Diterbitkan. Yogyakarta:
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
LAMPIRAN A
1. Tabel Data Hasil Pengujian Tarik
1C 63.62 54 514
1D 63.62 54 576
20 Detik 2B 63.62 54 638
2C 63.62 54 608
2D 63.62 54 617
30 Detik 3B 63.62 54 700
3C 63.62 54 771
3D 63.62 54 752
40 Detik 4B 63.62 54 673
4C 63.62 54 693
4D 63.62 54 690
61
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 62
LAMPIRAN B
1. Foto Spesimen
AISI
AISI 1045 AISI
1045 AISI 4140
4140
LAMPIRAN C
1. Alat dan Bahan
Resin Hardener
LAMPIRAN D
1. Sertifikasi Pengujian