Anda di halaman 1dari 69

PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN

LEPASAN AKRILIK RAHANG ATAS KLASIFIKASI


KENNEDY KELAS II MODIFIKASI 3 DAN RAHANG
BAWAH KELAS II MODIFIKASI 2 DENGAN
KASUS EKSTRUSI DAN ROTASI GIGI

(LAPORAN KASUS)

Oleh :
DESVA YUNIKA
NIM. 1812401034

KARYA TULIS ILMIAH


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN TEKNIK GIGI
TAHUN 2021

1
PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN
LEPASAN AKRILIK RAHANG ATAS KLASIFIKASI
KENNEDY KELAS II MODIFIKASI 3 DAN RAHANG
BAWAH KELAS II MODIFIKASI 2 DENGAN
KASUS EKSTRUSI DAN ROTASI GIGI

(LAPORAN KASUS)

Karya Tulis Ini Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Pada Program Studi Diploma III Teknik Gigi
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Oleh :
DESVA YUNIKA
NIM. 1812401034

KARYA TULIS ILMIAH


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN TEKNIK GIGI
TAHUN 2021
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN TEKNIK GIGI
Karya TulisI lmiah, September 2021

Desva Yunika

Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan lepasan Akrilik Rahang Atas Klasifikasi


Kennedy Kelas II Modifikasi 3 dan Rahang Bawah Kelas II Modifikasi 2 dengan
Kasus Ekstrusi dan Rotasi Gigi.

Xii + 41 halaman, 1 tabel, 34 gambar, dan 6 lampiran.

RINGKASAN

Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan protesa yang menggantikan satu


atau beberapa gigi yang hilang. Berdasarkan laporan kasus yang penulis dapatkan,
pasien mengalami kehilangan gigi 13 14 17 23 26 45 47 dan 36 dengan kasus
ekstrusi pada gigi 15 dan rotasi pada gigi 44.
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui desain, teknik
penyusunan elemen gigi tiruan serta kendala-kendala dan cara mengatasinya
dalam pembuatan gigi tiruan akrilik pada kasus tersebut.
Prosedur pembuatan GTSL akrilik ini dimulai dari persiapan model kerja,
survey, blockout ,transfer desain, biterim, penanaman di okludator. Selanjutnya
pembuatan cengkeram, penyusunan gigi, flasking, boiling out, packing, curing,
deflasking, finishing dan polishing.
Hasil dari pembuatan GTSL akrilik ini didapatkan retensi dan stabilisasi
yang baik. Kesimpulan, Gigi Premolar satu kanan atas pada bagian servikal
dikurangi agar dapat beroklusi dengan gigi Premolar satu kanan rahang bawah
yang mengalami rotasi. Cusp buccal gigi Premolar dua kanan rahang bawah
diradir cukup banyak karena gigi Premolar dua kanan rahang atas mengalami
ekstrusi. Desain kasus ini adalah paradental saddle pada dua sisi kiri dan kanan
rahang atas serta dua sisi kiri dan kanan posterior rahang bawah. Cengkeram C
ditempatkan pada gigi Premolar dua kanan dan Premolar satu kiri serta half
Jackson pada Molar dua kiri rahang atas. Kendala yang dialami adalah basis pada
sadel kanan patah dan dilakukan reparasi, saat insersi ke pasien sadel bagian
kanan kiri rahang atas dan rahang bawah tidak masuk pada rahang pasien.
Saran,prosedur finishing sebaiknya dilakukan dengan hati-hati, dapat
mengefisiensikan waktu agar tidak terjadi kegagalan pada saat insersi.

Kata kunci : Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Ekstrusi, Rotasi


Daftarbacaan : 18 (1912-2018)
BIODATA PENULIS

Nama : Desva Yunika


Nim : 1812401034
Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Raya , 30 Juni 2000
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Jurusan : Teknik Gigi
Tahun Ajaran : 2020/2021
Alamat : Desa Tanjung Raya Pelita Jaya RT 03 RW 04 Kec
Sukau Kab Lampung Barat

Riwayat Pendidikan

1. SD (2006 - 2012) : SDN 01 Tanjung Raya


2. SMP (2012 - 2015) : SMP 02 Liwa
3. SMA (2015 - 2018): SMA 01 Liwa
4. DIII (2018 - 2021) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Teknik Gigi
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL

Karya Tulis Ilmiah

PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN


AKRILIK RAHANG ATAS KLASIFIKASI KENNEDY KELAS II
MODIFIKASI 3 DAN RAHANG BAWAH KELAS II
MODIFIKASI 2 DENGAN KASUS EKSTRUSI
DAN ROTASI GIGI
(LAPORAN KASUS)

Penulis

DESVA YUNIKA / NIM : 1812401034

Telah diterima dan disetujui tim pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program
Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Gigi
Bandar Lampung, 5 Maret 2021
Disetujui oleh,
Tim Pembimbing KTI
PEMBIMBING UTAMA

drg. Bintang H. Simbolon, M.Kes


NIP .19591119 199311 2 001

PEMBIMBING PENDAMPING

drg. Sri Wahyuni, M.Pd.


NIP. 19660924 199203 2 001

Mengetahui
Penanggung jawab KTI

drg. Bintang H. Simbolon, M.Kes


NIP . 19591119 199311 2 00
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah

PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN


AKRILIK RAHANG ATAS KLASIFIKASI KENNEDY KELAS II
MODIFIKASI 3 DAN RAHANG BAWAH KELAS II
MODIFIKASI 2 DENGAN KASUS EKSTRUSI
DAN ROTASI GIGI
(LAPORAN KASUS)

Penulis

DESVA YUNIKA/NIM : 1812401034

Diterima dan disahkan oleh tim penguji Karya Tulis Ilmiah Ujian Akhir Program
Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Gigi, sebagai
persyaratan menyelesaikan pendidikan diploma III.
Bandar Lampung, September 2021
PEMBIMBING UTAMA

drg. Bintang H. Simbolon, M.Kes


NIP .19591119 199311 2 001

PEMBIMBING PENDAMPING

drg. Sri Wahyuni, M.Pd.


NIP. 19660924 199203 2 001

Mengetahui
Penanggung jawab KTI

drg. Bintang H. Simbolon, M.Kes


NIP . 19591119 199311 2 00
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Desva Yunika

NIM : 1812401034

Program Studi/ Jurusan : DIII Teknik Gigi

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan karya
tulis ilmiah yang berjudul :

“PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK


RAHANG ATAS KLASIFIKASI KENNEDY KELAS II MODIFIKASI 3 DAN
RAHANG BAWAH KELAS II MODIFIKASI 2 DENGAN KASUS EKSTRUSI
DAN ROTASI GIGI”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

BandarLampung, September 2021

Desva Yunika
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbilalamin Puji syukur kehadiran


Allah SWT, atas segala berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Prosedur pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik rahang atas klasifikasi Kennedy kelas II modifikasi 3 dan
rahang bawah kelas II modifikasi 2 dengan kasus ekstrusi dan rotasi gigi”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis ajukan sebagai salah satu syarat
kelulusan pada program Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Jurusan Teknik Gigi. Penulis berharap agar hasil Karya Tulis Ilmiah ini tidak
hanya memiliki arti sebagai syarat untuk menyelesai kan pendidikan tetapi
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada:

1. Ayahanda Alm Efendi walaupun telah tiada penulis selalu bersyukur dan
berdoa kepada Allah SWT semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT
dan dilapangkan kuburnya, dan untuk Ibu Dawati terimakasih karena telah
dengan iklas selalu mendoakan dan memberi semangat yang luar biasa dengan
penuh ketulusan kepada penulis, serta memberikan dukungan baik secara
moral maupun doa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. drg. Bintang H. Simbolon, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Teknik Gigi dan
pembimbing utama yang telah membimbing, memberikan saran dan nasihat
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. drg. Sri Wahyuni, M.Pd. selaku pembimbing kedua yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi nasihat dan
saran sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. drg. Suryani Catur S, M.Kes selaku penguji yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk mengarahkan dan memberi saran kepada penulis.
5. drg. Aryudhi Armis, M.D.Sc selaku dokter gigi yang telah mengizinkan untuk
melaporkan kasus sebagai laporan tugas akhir.
6. Seluruh dosen pengajar, staff dan instruktur di Jurusan Teknik Gigi Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang yang telah memberikan banyak ilmu, dan nasihat
kepada penulis.
7. Kakak saya Meylisa Efriliyanti, Dennie Asepina dan keluarga besar yang
selalu mendoakan, memberi dukungan dan memberi semangat kepada penulis.
8. Teman dekat saya Selvi Yulianti, dan Nia Arbella yang selalu jadi tempat
bercerita jika penulis lelah mengerjakan Karya Tulis Ilmiah.
9. Untuk Dea dan Cika yang telah banyak membantu, dan selalu mendengarkan
keluh kesah penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini hingga akhir.
10. Untuk sahabat tercinta saya Denia Awanda Putri dan Nafifa Ayu Maulida
yang selalu memberi semangat dan motivasi untuk selalu maju sekalipun saya
sedang terjatuh, terimakasih telah menjadi pendengar dan pendukung yang
baik. Cepat menyusul untuk gelar nya masing-masing karna ada Labuan Bajo
dan Raja Ampat yang harus kita datangi.
11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Teknik Gigi angkatan 2018 yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaan, bantuan dan
dukungan selama kurang lebih tiga tahun kita bersama, terimakasih juga canda
tawa yang diciptakan kebersamaan ini akan selalu menjadi kenangan yang
tidak terlupakan.
12. Keluarga asuh di kampus terimakasih atas doa, kebersamaan dan dukungan
kalian selama ini.
13. Teman-teman PKL, Ulin, Ayu, Anggun, Laras, Bella Tiara, dan Fadly
terimakasih telah memberikan kebersamaan yang tidak bisa dilupakan.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini yang tidak dapat penulis tulis satu persatu.
Penulis menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ada
sehingga masih terdapat kekurangan baik isi maupun penggunaan kalimat
yang kurang tepat dalam pemaparan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karna itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga hasil Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diterima dan memberi manfaat bagi penulis, institusi
pendidikan dan masyarakat yang telah membacanya.

Bandar Lampung, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL............................................................................................................i
RINGKASAN...............................................................................................iii
BIODATA PENULIS..................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL..........................................................v
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL........................................vi
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................vii
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................viii
KATA PENGANTAR.................................................................................ix
DAFTAR ISI................................................................................................xi
DAFTAR TABEL......................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..............................................................................3
E. Ruang Lingkup ..................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik...............................................5
1. Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan.....................................5
2. Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan...........................................5
3. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan...................................6
4. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan.........................................11
5. Retensi dan stabilisasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan................14
6. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik......15
B. Oklusi dan Malposisi Gigi................................................................21
1. Pengertian Oklusi ........................................................................21
2. Macam-macam Oklusi.................................................................21
3. Pengertian Malposisi Gigi............................................................22
4. Macam-Macam Malposisi Gigi....................................................22
5. Ekstrusi.........................................................................................23
6. Rotasi Gigi ..................................................................................23

BAB III PROSEDUR PEMBUATAN


A. Data Pasien.......................................................................................25
B. Surat Perintah Kerja (SPK)...............................................................25
C. Waktu dan Tempat Pembuatan.........................................................26
D. Persiapan Alat dan Bahan.................................................................26
E. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan........................27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil..................................................................................................37
B. Pembahasan......................................................................................38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan...........................................................................................41
B. Saran ................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


Tabel 3.1 Persiapan alat dan bahan .............................................................26
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman


Gambar 2.1 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan..................................................5
Gambar 2.2 Cengkeram Half Jackson...........................................................7
Gambar 2.3 Cengkeram S.............................................................................7
Gambar 2.4 Cengkeram Tiga Jari ................................................................8
Gambar 2.5 Cengkeram Dua Jari..................................................................8
Gambar 2.6 Cengkram Full Jackson.............................................................8
Gambar 2.7 Cengkram Meacock...................................................................9
Gambar 2.8 Cengkram Panah Anker............................................................9
Gambar 2.9 Cengkram C.............................................................................10
Gambar 2.10 Kelas I...................................................................................12
Gambr 2.11 Kelas II ...................................................................................12
Gambar 2.12 Kelas III.................................................................................12
Gambar 2.13 Kelas IV.................................................................................23
Gambar 3.1 Surat Perintah Kerja................................................................25
Gambar 3.2 Persiapan model kerja.............................................................27
Gambar 3.3 Survey .....................................................................................28
Gambar 3.4 Blockout...................................................................................28
Gambar 3.5 Desain Gigi Tiruan..................................................................28
Gambar 3.6 Transfer Desain.......................................................................29
Gambar 3.7 Pembuatan Cengkeram............................................................29
Gambar 3.8 Pembuatan Biterim..................................................................30
Gambar 3.9 Penanaman Pada Okludator....................................................30
Gambar 3.10 Penyusunan Elemen Gigi.....................................................32
Gambar 3.11 Wax Counturing....................................................................33
Gambar 3.12 Flasking ................................................................................33
Gambar 3.13 Boiling Out............................................................................34
Gambar 3.14 Packing..................................................................................34
Gambar 3.15 Curing....................................................................................35
Gambar 3.16 Deflasking..............................................................................35
Gambar 3.17 Finishing................................................................................36
Gambar 3.18 Polishing................................................................................36
Gambar 4.1 Fitting Model Kerja.................................................................37
Gambar 4.2 Sebelum Insersi Protesa..........................................................38
Gambar 4.3 Sesudah Insersi Protesa.....................................................................38
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1 Surat Perintah Kerja
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Model Kerja
Lampiran 3 Lembar Tahapan Pekerjaan Model Kerja
Lampiran 4 Lembar Penilaian Model Kerja
Lampiran 5 Lembar Quesioner Dokter Gigi
Lampiran 6 Lembar Quesioner Pasien
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehilangan gigi biasanya terjadi pada setiap orang dengan penyebab yang
beragam, diantaranya kerusakan gigi, pencabutan gigi, kecelakaan, serta
operasi karena adanya kelainan pada gigi. Kehilangan beberapa gigi
menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman, berkurangnya fungsi
pengunyahan, terganggunya fungsi bicara dan estetik sehingga pasien merasa
kurang percaya diri. Kehilangan beberapa gigi dapat diatasi dengan
pembuatan gigi tiruan cekat, implant, atau gigi tiruan sebagian lepasan
(Sumartati, dkk, 2013).
Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan protesa yang menggantikan satu
atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas maupun rahang bawah dan
dapat dibuka pasang oleh pasien (Ozkan, 2012).Komponen gigi tiruan
sebagian lepasan terdiri dari elemen gigi, cengkram, dan basis (Aschi, 2013).
Berdasarkan bahan basis yang digunakan, gigi tiruan sebagian lepasan dibagi
menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian lepasan akrilik dan kerangka
logam.Bahan yang sering digunakan sampai saat ini adalah akrilik karena
mempunyai kelebihan estetik yang cukup baik, warna sesuai gingiva, lebih
ringan dan nyaman digunakan. (Wahjuni; dkk,2017). Selain itu bahan akrilik
relatif murah, mudah direparasi, proses pembuatannya mudah, sifat serap air
yang rendah, bersifat keras dan padat (Anggraini R;dkk, 2005).
Pembuatan gigi tiruan harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya ekstrusi dan rotasi pada gigi. Ekstrusi adalah pergerakan gigi keluar
dari tulang alveolar dimana akar mengikuti mahkota, akibat tidak mempunyai
gigi antagonis. Gigi tidak lagi menempati posisi yang normal untuk menerima
beban saat pengunyahan, sehingga terjadi kerusakan jaringan periodontal
(Gunadi, 1991).
Rotasi gigi adalah pergerakan gigi berputar di sekeliling sumbu
panjangnya (Seikel; et all, 2010). Rotasi gigi termasuk kedalam salah satu
jenis malposisi gigi dan dapat terjadi pada semua gigi (Lischer, 1912). Ada
beberapa penyebab terjadinya rotasi gigi seperti trauma, kista, odontoma, gigi
supernumerary, crowding, diastema, dan kebiasaan buruk menggigit kuku
(Harfin; et all, 2017).
Klasifikasi kehilangan gigi yang sering digunakan adalah yang dibuat oleh
Kennedy, dimana membagi keadaan tidak bergigi menjadi empat kelas yaitu
I,II,III,IV. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada kasus ini untuk rahang
atas termasuk klasifikasi Kennedy kelas II karena daerah tidak bergigi terletak
dibagian posterior dari gigi yang masih ada pada salah satu sisi rahang saja
(unilateral). Modifikasi 3 karena jumlah ruangan tidak bergigi selain
klasifikasi ada tiga ruangan. Untuk rahang bawah termasuk klasifikasi
Kennedy kelas II modifikasi 2 karena jumlah ruangan tidak bergigi selain
klasifikasi ada dua ruangan (Gunadi, 1991).
Berdasarkan model studi yang penulis dapatkan dari klinik dokter gigi,
diketahui bahwa pasien usia 50 tahun jenis kelamin perempuan
mengalamikehilangan gigi74336dengan kasus ekstrusi pada gigi 5 yang
terlihat 76 57
lebih memanjang mengikuti mahkota ke arah gigi antagonis serta rotasi pada
gigi 4. Dokter gigi memberikan rekomendasi untuk dibuatkan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilikpada rahang atas dan rahang bawah.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Prosedur pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan akrilik rahang atas klasifikasi Kennedy kelas II
modifikasi 3 dan rahang bawah kelas II modifikasi 2 dengan kasus ektrusi
dan rotasi gigi”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis
mengangkat rumusan masalah bagaimana teknik penyusunan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik rahang atas klasifikasi Kennedy kelas II modifikasi 3
dan rahang bawah kelas II modifikasi 2dengan kasus ekstrusi gigi 5dan rotasi
gigi 4 agar didapatkan fungsi pengunyahan, retensi dan stabilisasi yang baik.
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahuiprosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
rahang atas klasifikasi Kennedy kelas II modifikasi 3 dan rahang bawah
kelas II modifikasi 2 dengan kasus ekstrusi gigi 5 dan rotasi gigi 4 agar
didapatkan fungsi pengunyahan, retensi dan stabilisasi yang baik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui teknik penyusunan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
rahang atas klasifikasi Kennedy kelas II modifikasi 3 dan rahang
bawah kelas II modifikasi 2 dengan kasus ekstrusi gigi 5 dan rotasi
gigi 4 agar didapatkan fungsi pengunyahan dan stabilisasi yang baik.
b. Untuk mengetahui desain gigi tiruan sebagian lepasan akrilik rahang
atas klasifikasi Kennedy kelas II modifikasi 3 dan rahang bawah kelas
II modifikasi 2 dengan kasus ekstrusi gigi 5 dan rotasi gigi 4 agar
mendapatkan fungsi pengunyahan, retensi dan stabilisasi yang baik.
c. Mengetahui kendala dan cara mengatasinya pada posedur pembuatan
gigi tiruan sebagian lepasan akrilik rahang atas klasifikasi Kennedy
kelas II modifikasi 3 dan rahang bawah kelas II modifikasi 2 dengan
kasus ekstrusi gigi 5 dan rotasi gigi 4.

D. Manfaat Penulis
1. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis yaitu menambah dan meningkatkan pengetahuan,
wawasan dan keterampilan terutama mengenai posedur pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan akrilik rahang atas klasifikasi Kennedy kelas II
modifikasi 3 dan rahang bawah kelas II modifikasi 2 dengan kasus ekstrusi
gigi 5 dan rotasi gigi 4agar didapatkan fungsi pengunyahan, retensi dan
stabilisasi yang baik.
2. Manfaat Bagi Institusi
Menambah perbendaharaan perpustakaan jurusan Teknik Gigi sehingga
dapat memberi informasi bagi mahasiswa khususnya pada mata kuliah Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan.
E. Ruang Lingkup
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis membatasi ruang lingkup
pembahasan hanya tentangposedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik rahang atas klasifikasi Kennedy kelas II modifikasi 3 dan rahang
bawah kelas II modifikasi 2 dengan kasus ekstrusi gigi 5 dan rotasi gigi 4 yang
dikerjakan di laboratorium jurusan Teknik Gigi Poltekkes Tanjungkarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik


1. Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
Gigi tiruan tiruan sebagian lepasan atau Removable Partial Denture
adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan beberapa gigi asli
yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar
serta dukungan tambahan dari gigi asli yang tinggal dan terpilih sebagai gigi
penyangga (Lengkong; dkk, 2015)
Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik adalah gigi tiruan yang
menggantikan sejumlah gigi yang hilang dan didukung oleh jaringan di
bawah basis serta beberapa gigi yang masih ada, dimana basisnya terbuat
dari resin akrilik (Wahyuni, 2017).

Gambar 2.1Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


(Barran, 2009)

2. Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik


Fungsi dari gigi tiruan sebagian lepasan akrilik adalah sebagai berikut :
a. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan
Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya
mengalami perubahan. Apabila kehilangan beberapa gigi di kedua
rahang pada sisi yang sama, maka pengunyahan akan dilakukan
semaksimal mungkin oleh gigi asli pada sisi lainnya sehingga tekanan
kunyah akan dipikul oleh satu sisi saja. Setelah pasien memakai protesa,
tekanan kunyah dapat disalurkan secara merata ke seluruh jaringan
pendukung. Dengan demikian protesa berhasil mempertahankan atau
meningkatkan efisiensi kunyah (Siagian Krista V, 2016).
b. Peningkatan fungsi bicara
Alat bicara yang tidak lengkap dapat mempengaruhi suara penderita,
seperti pada pasien yang kehilangan gigi anterior atas dan bawah.
Kesulitan berbicara dapat timbul meskipun hanya bersifat
sementara,dalam hal ini gigi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan
kemampuan berbicara, artinya pasien mampu mengucapkan kembali kata
katadengan jelas (Siagian Krista V, 2016).
c. Pemulihan fungsi estetik
Alasan pasien mencari perawatan prosthodonti biasanya juga karena
masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya gigi, perubahan bentuk,
susunan dan warna gigi. Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dapat
mengembalikan fungsi estetik(Siagian Krista V, 2016).
d. Pencegahan migrasi gigi
Bila sebuah gigi dicabut maka gigi tetangganya dapat bergerak memasuki
ruangan yang kosong dan menyebabkan renggangnya gigi-gigi yang lain.
Dengan demikian makanan mudah masuk pada celah tersebut dan terjadi
akumulasi plak yang menyebabkan peradangan periodontal. Bila pasien
menggunakan gigi tiruan, migrasi dan overerupsi gigi antagonis akan
dapat diatasi sehingga tidak terjadi kesulitan dikemudian hari (Siagian
Krista V, 2016).
3. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
Dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ada beberapa
komponen yang harus dipenuhi yaitu:
a. Cengkeram kawat
Cengkeram kawat merupakan jenis cengkeram yang lengan-
lengannyaterbuat dari kawat jadi (wrought wire) dan dibentuk dengan
cara membengkokkan menggunakan tang cengkeram.
Cengkeramkawat dikelompokkan menjadi dua yaitu (Gunadi; dkk,
1991):
1) Cengkeram kawat oklusal
Kelompok ini disebut juga circumferential type clasp dengan bentuk
cengkeramnya antara lain :
a) CengkeramHalf Jackson
Cengkeram ini sering disebut cengkeram satu jari, dipakai pada
gigi molar dan premolar. Bila gigi terlalu cembung cengkeram
sering kali sulit untuk masuk pada saat pemasangan protesa.

Gambar 2.2Cengkeram Half Jackson


(Gunadi; dkk,1991)

b) Cengkeram S
Cengkeram ini seperti huruf S bersandar pada cingulum gigi
Caninus. Bisa dipakai untuk gigi Caninus bawah dan atas bila
ruang interoklusal cukup.

Gambar 2.3CengkeramS
(Gunadi; dkk,1991)

c) Cengkeram Tiga Jari


Cengkeram ini berbentukakers clasp, dibuat dengan jalan
menyolder lengan-lengan kawat pada sandaran atau menanamnya
dalam basis. Cengkeram ini biasanya digunakan pada gigi
posterior.
Gambar 2.4Cengkeram Tiga Jari
(Gunadi; dkk,1991)

d) Cengkeram Dua Jari


Berbentuk sama seperti akers clasp tetapi tanpa sandaran, bila
perlu dapat ditambahkan berupa sandaran cor. Cengkram ini
dengan sendirinya hanya berfungsi sebagai retentif saja pada
protesa dukungan jaringan.

Gambar 2.5Cengkeram Dua Jari


(Gunadi; dkk,1991)

e) CengkeramFull Jackson
Dipakai pada gigi molar maupun premolar yang mempunyai
kontak yang baik di bagian mesial dan distalnya.

Gambar 2.6Cengkeram Full Jackson


(Gunadi; dkk,1991)
2) Cengkeram kawat gingival
Cengkeram kawat tipe ini berasal dari basis gigi tiruan atau arah
gingival, diantaranya yaitu :
a) Cengkeram Meacock
Pemakaiannya sama seperti cengkeram panah anker dan disebut
jugaball retainer clasp. Cengkeram ini khusus digunakan pada
bagian interdental yang merupakan cengkeram protesa dukungan
jaringan dan dipakai pada anak-anak dalam masa pertumbuhan.

Gambar 2.7CengkeramMeacock
(Gunadi; dkk,1991)

b) Cengkeram Panah Anker


Merupakan cengkeram interdental atau proksimal yang dikenal
sebagai arrow anchor clasp. Tersedia juga dalam bentuk siap
pakai yang disolder pada kerangka atau ditanam dalam basis.

Gambar 2.8CengkeramPanah Anker


(Gunadi; dkk,1991)

c) Cengkeram C
Lengan retentif cengkram ini seperti cengkeram half jackson
dengan pangkal ditanam pada basis.
Gambar 2.9CengkeramC
(Gunadi; dkk,1991)

b. Elemen gigi tiruan


Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi elemen gigi tiruan
merupakan tahap yang cukup sulit dalam pembuatan protesa, kecuali
pada kasus dimana masih ada gigi asli yang bisa dijadikan panduan atau
mungkin sudah ada rekaman pra ekstraksi gigi.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan elemen gigi
tiruan adalah (Gunadi, 1991):
1) Ukuran gigi
Ukuran gigi harus disesuaikan dengan gigi sebelahnya, ukuran gigi
harus seimbang dengan ukuran wajah dan kepala terutama gigi
anterior.
2) Bentuk gigi
Pemilihan bentuk gigi disesuaikan dengan gigi asli yang masih ada
dan dapat dilihat dari bentuk muka, jenis kelamin, dan umur
penderita. Bentuk gigi pria lebih tajam, lebih besar, permukaan
labialnya khas, sedangkan wanita lebih bulat, lebih kecil dan
permukaan labialnya halus.
3) Warna gigi
Pemilihan warna gigi berkisar antara kuning sampai kecoklatan, abu-
abu dan putih. Warna gigi yang lebih muda akan membuat gigi
terlihat lebih besar.
c. Basis gigi tiruan
Basis gigi tiruan disebut juga dasar sadel, merupakan bagian yang
menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang dan berfungsi
mendukung elemen gigi tiruan dengan ketebalan 2 mm (Gunadi, 1991).
Kelebihan basis dari bahan akrilik adalah warnanya harmonis dengan
jaringan sekitarnya sehingga memenuhi faktor estetik, dapat dilapisi dan
dicekatkan kembali, relatif lebih ringan, teknik pembuatan lebih mudah,
dan harganya murah. Kekurangannya merupakan penghantar panas yang
buruk, dimensi tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian
maupun reparasi (Gunadi dkk 1991).
4. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
Pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi tiruan. Sebuah
desain yang benar dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan mulut
akibat kesalahan yang tidak seharusnya terjadi.
Pembuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan akrilik mempunyai empat
tahapan yaitu (Gunadi,dkk,1995):
a. Tahap I; menentukan kelas daerah tidak bergigi
Daerah tidak bergigi dalam suatu lengkung rahang dapat bervariasi
dalam hal panjang, jumlah, dan letaknya. Semua ini akan mempengaruhi
pembuatan desain gigi tiruan baik dalam bentuk sadel, konektor maupun
dukungannya.
Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan pertama kali dikenalkan oleh
Dr. Edward Kennedy pada tahun 1925, yang membagi menjadi empat
kelas sebagai berikut :
1) Kelas I; daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral)
Gambar 2.10 Kelas 1
(Gunadi; dkk, 1995)

2) Kelas II; daerah tidak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi
yang masih ada, tetapi pada salah satu sisi rahang saja (unilateral ).

Gambar 2.11 Kelas II


(Gunadi, dkk, 1995)

3) Kelas III; daerah tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada
dibagian posterior maupun anterior

Gambar 2.12 Kelas III


(Gunadi, dkk,1995)

4) Kelas IV; daerah tidak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi –
gigiyang masih ada dan melewati garis tengah rahang.
Gambar 2.13 Kelas IV
(Gunadi, dkk, 1995)

b. Tahap II; menentukan macam dukungan dari setiap sadel


Bentuk daerah tidak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Ada tiga dukungan
untuk sadel paradental yaitu dukungan dari gigi, mukosa, atau dari gigi
dan mukosa (kombinasi). Untuk sadel berujung bebas dukungan bisa
berasal dari mukosa atau dari gigi dan mukosa (kombinasi).
Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan dapat diperoleh dari
keadaan rahang yang akan dipasang gigi tiruan.
c. Tahap III; menentukan jenis penahan
Ada dua macam penahan untuk gigi tiruan sebagian lepasan yaitu
penahan langsung (direct retainer) yang diperlukan untuk setiap gigi
tiruan dan penahan tidak langsung (indirect retainer) yang tidak selalu
dibutuhkan.
Faktor faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat menentukan penahan
mana yang akan diterapkan, antara lain :
1) Dukungan dari sadel
Hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam cengkeram yang akan
dipakai dan gigi penyangga yang ada atau diperlukan.
2) Stabilisasi dari gigi tiruan
Ini berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung yang ada
dan yang akan dipakai.
3) Estetika
Ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta lokasi dari
gigi penyangga.
c. Tahap IV; menentukan jenis konektor
Untuk protesa resin akrilik, konektor yang dipakai biasanya berbentuk
plat. Jenis-jenis konektor pada pembuatan gigi tiruan sebagaian lepasan
aklirik adalah :
1) Konektor berbentuk full plate
Indikasi pemakainnya untuk kasus kelas I dan kelas II Kennedy.
2) Konektor berbentuk seperti horse shoe (tapal kuda)
Indikasi pemakainnya untuk kehilangan satu atau lebih gigi pada
anterior dan posterior rahang atas yang mempunyai torus palatinus
yang luas dan rahang bawah (Gunadi; dkk, 1991).
5. Retensi dan Stabilisasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan melawan gaya-gaya
pemindah protesa ke arah oklusal seperti aktivitas otot-otot saat berbicara,
mastikasi, tertawa, menelan, batuk, bersin, makanan lengket atau gravitasi
untuk gigi tiruan atas. Retensi biasanya diberikan oleh lengan retentif,
karena ujung lengan terletak dibawah kontur terbesar gigi penyangga.
Pada saat gaya pemindah bekerja, lengan ini akan melawannya dan timbul
gesekan dengan permukaan gigi (Gunadi, 1991).
Retainer langsung (direct retainer) merupakan retainer yang berkontak
dengan permukaan gigi penyangga berupa cengkeram atau kaitan presisi.
Retainer tidak langsung (indirect retainer) akan memberikan retensi untuk
melawan gaya yang cenderung melepaskan protesa ke arah oklusal dan
bekerja pada basis dengan cara memberikan retensi dari sisi yang
berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Salah satu contoh
dari retainer tidak langsung pada gigi dan palatum anterior berupa
sandaran oklusal dan batang horse shoe. (Gunadi, 1991).
Stabilisasi merupakan gaya untuk melawan pergerakan gigi tiruan
dalam arah horizontal, dalam hal ini semua bagian cengkeram berperan
kecuali bagian ujung lengan retentif. Cengkeram sirkumferensial
memberikan stabilisasi lebih baik dibandingkan yang berbentuk batang
karena mempunyai sepasang bahu yang kuat dan lengan retentif yang
lebih fleksibel. (Gunadi, dkk, 1991). Cengkram dibuat mengelilingi gigi
dan menyentuh sebagian besar kontur gigi untuk memberikan retensi dan
stabilisasi (Gunadi, ddk, 1991). Bagian cengkeram yang berperan sebagai
stabilisasi adalah :
a. Badan cengkeram (body) yang terletak antara lengan dan sandaran
oklusal
b. Lengan cengkeram (arm) yang terdiri atas bahu dan terminal
c. Bahu cengkeram (shoulder) dimana bagian lengannya berada di atas
garis survey
d. Sandaran (rest), merupakan bagian yang bersandar pada permukaan
oklusal/incisal dari gigi penahan.
Desain basis gigi tiruan dibuat menutupi seluas mungkin permukaan
jaringan lunak sampai batas toleransi pasien. Hal ini sesuai dangan prinsip
dasar biomekanik yaitu gaya oklusal harus disalurkan ke permukaan
seluas mungkin agar dapat meningkatkan faktor retensi dan stabilisasi
(Gunadi, dkk,1991).
6. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
Tahap-tahap prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik di
laboratorium :
a. Persiapan model kerja
Model kerja dibersihkan dari nodul menggunakan scapel atau lecron.
Rapikan tepi model kerja dengan trimmer agar batas anatomi terlihat
dengan jelas dan mempermudah proses pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan (Itjiningsih, 1991).
b. Survey
Prosedur ini merupakan penentuan lokasi garis luar dari kontur terbesar,
undercut posisi gigi dan jaringan sekitarnya pada model rahang
menggunakan alat surveyor. Survey dilakukan dengan cara model kerja
dipasang pada meja basis datar surveyor, kemudian model kerja
dimiringkan ke arah anterior, posterior maupun lateral untuk
menganalisa kontur terbesar dan undercut menggunakan pin analizing
rod. Setelah itu gunakan pin carbon maker untuk menggambar hasil
survey tersebut (Gunadi; dkk, 1991).
c. Block out
Blockout merupakan proses menutup daerah undercut dengan gips agar
undercut yang tidak menguntungkan tidak menghalangi jalan keluar
masuknya gigi tiruan (Gunadi; dkk, 1991).
d. Transfer desain
Desain merupakan rencana awal sebagai panduan dalam pembuatan
gigi tiruan. Setelah menentukan desain dilakukan transfer desain
dengan menggambar menggunakan pensil pada model kerja.
e. Pembuatan biterim
Biterim adalah pengganti kedudukan gigi dari malam untuk
menentukan tinggi dan letak gigitan serta profil pasien. Selembar
malam dilunakkan diatas lampu spiritus, kemudian ditekan pada model
kerja untuk membentuk landasan. Selembar malam lagi dipanaskan dan
digulung membentuk silinder seperti tapal kuda dengan tebal 10-12
mm (Itjiningsih, 1991).
f. Penanaman model pada okludator
Model kerja dioklusikan dan difiksasi menggunakan wax dan diulasi
dengan vaselin. Plastisin diletakkan dibagian bawah model kerja rahang
bawah untuk menyeimbangkan kedudukan model kerja (model kerja
harus sejajar pada bidang vertikal maupun horizontal dari okludator).
Gips diaduk dan diletakkan pada model rahang atas, tunggu hingga
mengeras. Setelah itu gips diletakkan pada rahang bawah, tunggu
hingga mengeras lalu rapikan(Itjiningsih,1991).
g. Pembuatan cengkeram
Cengkeram dibuat menggunakan kawa tmengelilingi gigi dan
menyentuh sebagian besar kontur gigi untuk memberikan retensi,
stabilisasi dan support untuk gigi tiruan sebagian lepasan. Cengkeram
harus dibuat berdasarkan pemelukan, pengimbangan, retensi, dukungan
dan stabilisasi (Gunadi; dkk, 1991).
h. Penyusunan elemen gigi
Penyusunan elemen gigi tiruan merupakan hal yang paling penting
karena hubungannya dengan gigi-gigi yang masih ada
(Itjingningsih,1991).
Penyusunan gigi anterior rahang atas:
1) Insisivus satu rahang atas
Titik kontak sebelah mesial berkontak dengan midline ,sumbu gigi
miring 5º terhadap garis midline. Titik kontak sebelah mesial tepat
pada garis tengah, incisal edge terletak di atas bidang datar.
2) Insisivus dua rahang atas
Titik kontak sebelah mesial berkontak dengan distal Insisivus satu
kanan rahang atas, sumbu gigi miring 5º terhadap garis midline. Tepi
incisal naik 2 mm diatas bidang oklusal, inklinasi antero-posterior
bagian servikal condong lebih ke palatal dan incisal terletak diatas
linggir rahang.
3) Caninus rahang atas
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal dan hampir sejajar dengan
garis midline, titik kontak mesial berkontak dengan distal Incisive
dua. Puncak cusp menyentuh atau tepat pada bidang oklusal,
permukaan labial sesuai dengan lengkung bite rim.
Penyusunan gigi anterior rahang bawah :
1) Insisivus satu rahang bawah
Sumbu gigi tegak lurus terhadap meja artikulator, permukaan incisal
lebih kelingual. Permukaan labial sedikit depresi pada bagian
servikal dan ditempatkan diatas atau sedikit kelingual dari puncak
ridge. Titik kontak mesial tepat pada midline, titik kontak distal
berkontak dengan mesial Insisive dua.
2) Insisivus dua rahang bawah
Inklinasi gigi lebih kemesial, titik kontak mesial berkontak dengan
distal Insisive satu.
3) Caninus rahang bawah
Sumbu gigi lebih miring kemesial, ujung cusp menyentuh bidang
oklusal dan berada diantara gigi Insisive dua dan Caninus rahang
atas.
Penyusunan gigi posterior rahang atas :
1) Premolar satu rahang atas
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, titik kontak mesial berkontak
dengan distal Caninus atas. Puncak cusp buccal tepat berada atau
menyentuh bidang oklusal dan puncak cups palatal terangkat kurang
lebih 1 mm diatas bidang oklusal, permukaan buccal sesuai
lengkung bite rim.
2) Premolar dua rahang atas
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, cusp palatal dan cups buccal
sejajar bidang oklusal. Permukaan buccal sesuai lengkung bite rim.
3) Molar satu rahang atas
Sumbu gigi pada bagian servikal sedikit miring ke arah mesial, titik
kontak mesial berkontak dengan distal Premolar dua. Mesio buccal
cuspdan disto palatal cuspterangkat 1 mm di atas bidang oklusal,
disto buccal cusp terangkat lebih tinggi sedikit dari disto palatal
cusp.
4) Molar dua rahang atas
Sumbu gigi pada bagian servikal sedikit miring ke arah mesial,titik
kontak mesial berkontak dengan distal Molar satu. Mesio palatal
cusp menyentuh bidang oklusal, mesio buccal cuspdan disto palatal
cusp terangkat 1 mm di atas bidang oklusal.
Penyusunan gigi posterior rahang bawah
1) Premolar satu rahang bawah
Sumbu gigi tegak lurus pada meja artikulator, cusp buccal terletak
pada central fossa antara Premolar satu dan Caninus atas
2) Premolar dua rahang bawah
Sumbu gigi tegak lurus pada meja artikulator, cusp buccal terletak
pada central fossa antara Premolar satu dan Premolar dua atas.
3) Molar satu rahang bawah
Cusp mesio buccal gigi Molar satu rahang atas berada di groove
mesio buccal Molar satu rahang bawah.Cusp buccal gigi Molar satu
rahang bawah berada di central fossa Molar satu rahang atas.
4) Molar dua rahang bawah
Inklinasi antero-posterior dilihat dari bidang oklusal, cusp buccal
berada di atas linggir rahang.
i. Wax Contouring
Wax contouring adalah membentuk dasar gigi tiruan malam sedemikian
rupa sehingga harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan
semirip mungkin dengan anatomisgusi dan jaringan lunak mulut.
Kontur servikal dibentuk 45° menggunakan lecron, alur tonjolan akar
seperti huruf V, daerah interproksimal sedikit cekung meniru daerah-
daerah interdental papila sehingga higienis untuk mencegah
pengendapan plak. Daerah bukal posterior bawah seperti daerah Molar
dibuat cekung, bentuk ruggae pada langit-langit dan palatal sebagai
garis “A-H line. Semua permukaan luar gigi tiruan malam dihaluskan
dengan kain satin sampai mengkilap.
j. Flasking
Flasking adalah proses penanaman model malam gigi tiruan kedalam
cuvet menggunakan bahan plaster of paris untuk mendapatkan mould
space. Ada dua cara flasking yaitu:
1) Pulling the casting
Model gigi tiruan berada di cuvet bawah dan seluruh elemen gigi
tiruan dibiarkan terbuka, setelah boiling out elemen gigi tiruan akan
ikut kecuvet atas. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk
memulaskan separating medium dan packing karena seluruh mould
space terlihat. Kerugiannya sering terjadi peninggian gigitan.
2) Holding TheCasting
Model gigi tiruan berada di cuvet bawah dan semua elemen gigi
tiruan ditutup menggunakan gips, setelah boiling out akan terlihat
ruang sempit setelah pola malam dibuang. Kerugian cara ini adalah
sulitnya pengulasan separating medium, sisa pola malam setelah
boiling out tidak dapat dikontrol dan ketika packing bagian sayap
tidak bisa dipastikan terisi akrilik. Keuntungannya peninggian
gigitan dapat dicegah (Itjiningsih, 1996).
k. Boiling out
Tujuannya adalah menghilangkan wax dari model yang telah ditanam
di flask untuk mendapat mould space. Caranya cuvet dimasukkan
kedalam air mendidih selama 15 menit, kemudian diangkat dan dibuka
secara perlahan. Cuvet atas dan bawah dipisahkan dan model kerja
disiram dengan air mendidih hingga tidak ada lagi sisa malam pada
mould space (Itjiningsih, 1996).
l. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik
yang mempunyai dua metode yaitu dry dan wet methode. Dry method
adalah cara mencampur monomer dan polimer langsung di dalam
mould, sedangkan wet methode cara mencampur monomer dan polimer
di luar mould dan bila sudah mencapai dough stage baru dimasukkan ke
dalam mould (Itjiningsih, 1996).
m. Curing
Curing adalah proses polimerisasi antara monomer dan polimer
apabiladipanaskan atau ditambah zat kimia lain. Berdasarkan
polimerisasinya akrilik dibagi menjadi dua macam yaitu heat curing
acrylic (memerlukan pemanasan dalam proses polimerisasinya) dan self
curing acrylic (dapat berpolimerisasi sendiri pada temperatur ruang.
Polimerisasi head curing dilakukan dengan cara perebusan selama satu
jam dimulai dari suhu kamar sampai air mendidih (Itjiningsih, 1996).
n. Deflasking
Deflasking adalah proses melepaskan gigi tiruan akrilik dari model
kerja yang tertanam pada cuvet dengan cara memotong-motong gips
menggunakan tang gips sehingga model dapat di keluarkan secara utuh.
Deflasking dilakukan bila cuvet sudah dingin untuk mencegah
perubahan bentuk pada protesa (Itjiningsih, 1996).
o. Finishing
Finishing adalah proses menyempurnakan bentuk akhir gigi tiruan
dengan membuang sisa-sisa akrilik pada batas gigi tiruan dan
membersihkan sisa-sisa bahan tanam yang masih menempel dengan
menggunakan mata bur freezer dan round bur. Proses finishing ini
harus hati-hati pada bagian kontur gigi tiruan dan batas gigi tiruan
tidak boleh berubah (Itjiningsih, 1996).
p. Polishing
Polishing adalah proses pemolesan dan merupakan proses terakhir
dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari proses
menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan tanpa mengubah
konturnya. Polishing dilakukan menggunakan sikat hitam dengan bahan
pumice untuk menghaluskan dan sikat putih dengan bahan CaCO3
untuk mengkilapkan basis gigi tiruan (Itjiningsih, 1991).

B. Oklusi dan Malposisi Gigi


1. Pengertian Oklusi
Oklusi adalah hubungan antara gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah saat mulut dalam keadaan tertutup (Itjiningsih, 1991). Oklusi dapat
dilihat saat gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah berkontak tanpa
dihalangi makanan atau benda lain. Oklusi berperan penting dalam proses
mastikasi dan fonetik yang dipengaruhi oleh genetik dan perawatan gigi
(Thomson, 2007).
Oklusi normal adalah ketika gigi Molar satu rahang bawah berada
dalam satu hubungan dimana puncak cusp mesio bukal Molar satu rahang
atas berada pada groove bukal Molar satu rahang bawah. Gigi tersusun rapi
dan teratur mengikuti garis kurva oklusi (Thomson, 2007).
2. Macam – Macam Oklusi
Menurut Itjiningsih (1991) ada dua macam oklusi yaitu:
a. Oklusi sentris
Oklusi sentris merupakan hubungan maksimal antara gigi-gigi rahang
atas dengan rahang bawah dalam keadaan relasi sentris. Relasi sentris
adalah hubungan rahang bawah dan rahang atas dimana condyle berada
dalam keadaan paling posterior dalam cekungan sendi tanpa mengurangi
kebebasannya untuk bergerak ke lateral.
b. Oklusi aktif
Oklusi aktif adalah hubungan kontak antara gigi-gigi rahang atas dan
rahang bawah dimana gigi-gigi rahang bawah mengadakan gerakan ke
depan, belakang, kiri dan kanan.
3. Pengertian Malposisi Gigi
Malposisi gigi adalah gigi-gigi yang tidak berada pada posisi atau
oklusi yang benar dan berdampak pada ketidakstabilan oklusi. Penyebab
terjadi malposisi gigia kibat kehilangan gigi baik satu atau banyak yang
dapat berdampak pada posisi gigi (Alan B. Carr, 2005).
Gigi dengan malposisi sulit dibersihkan saat menyikat gigi sehingga
terdapat penumpukan plak yang merupakan penyebab awal dari gingivitis
(Asmawati, 2012). Susunan gigi yang malposisi dan berjejal selain
mengganggu fungsi pengunyahan, bicara, estetik, juga mengakibatkan
terjadinya penyakit gigi dan jaringan gingiva (Malik, 2008).
4. Macam-Macam MalposisiGigi
Malposisi gigi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu malposisi
individu dan kelompok (Silviana; dkk 2014).
a. Malposisi individu
Malposisi gigi individu merupakan kelainan posisi dari masing-masing
gigi dalam lengkungnya.
1) Mesioversi, gigi lebih ke mesial dari normal.
2) Distoversi, gigi lebih ke distal dari normal.
3) Bukoversi, gigi lebih ke bukal dari normal.
4) Palatoversi, gigi lebih ke palatal dari normal.
5) Linguoversi, gigi lebih ke lingual dari normal.
6) Labioversi, gigi lebih ke labial dari normal.
7) Transposisi, gigi berpindah posisi erupsinya di daerah gigi lainnya.
b. Malposisi kelompok
Merupakan kelainan letak sekelompok gigi.
1) Protrusi, kelainan letak kelompok gigi anterior atas yang sudut
inklinasinya terhadap garis maksila >110°, untuk rahang bawah
sudutnya >90° terhadap garis mandibula.
2) Retrusi, kelainan letak kelompok gigi anterior atas yang sudut
inklinasinya < 110° dan rahang bawah <90°
3) Crowding, gigi yang letaknya berjejal
4) Diastema, terdapat ruangan diantara dua gigi yang berdekatan.
5) Supra posisi, gigi yang letaknya melebihi garis oklusi
6) Infra posisi, gigi yang letaknya tidak mencapai garis oklusi.
5. Ekstrusi
Ekstrusi adalah pergerakan gigi keluar dari alveolar dimana akar
mengikuti mahkota. Ekstrusi gigi dapat terjadi tanpa resorbsi tulang yang
dibutuhkan untuk pembentukan kembali mekanisme pendukung gigi. Gigi
yang keluar dari alveolar menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang
dan keluar dari bidang oklusi yang normal. Salah satu penyebab ekstrusi
gigi adalah tidak adanya gigi antagonis (Amin, 2016).
Ekstrusi gigi mengakibatkan dataran oklusal tidak sesuai dengan
lengkung rahang sehingga ruang antagonis menjadi tidak memadai yang
akan menimbulkan kesulitan dalam penyusunan gigi pada pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan (Nurmala Naibaho, 2008:9-10).
6. Rotasi gigi
Rotasi gigi adalah perpindahan atau pergeseran posisi gigi dari sumbu
gigi yang normal akibat terganggunya keseimbangan antara faktor-faktor
yang memelihara posisi gigi secara fisiologis oleh berbagai macam faktor
penyebab. Penyakit periodontal akan menyebabkan posisi gigi berpindah
dari posisi yang sebenarnya dan susunan gigi menjadi tidak teratur (Albaaar
Faradiba, 2014).
Rotasi gigi merupakan kelainan pada gigi yang jarang terjadi, bisa
mencapai 180º bahkan 360º (Fidya, 2018). Berdasarkan etiologi, rotasi gigi
dibagi menjadi dua yaitu rotasi sebelum erupsi dan setelah erupsi. Rotasi
sebelum erupsi terjadi akibat trauma pada rahang, kista, tumor, sedangkan
sesudah erupsi disebabkan oleh crowding, diastema, dan kebiasaan buruk
seperti mengisap jempol (Harfin; et all, 2017).
Gigi yang rotasi disebut menurut sisi proksimal yang menjauhi
lengkung gigi dan ke arah mana gigi berputar. Bila sumbu perputaran gigi
terletak ditengah gigi dan kedua sisi proksimal berputar disebut rotasi
sentris. Jika sumbu perputaran gigi tidak terlrtak ditengah gigi dan hanya
satu sisi proksimal yang berputar disebut rotasi eksentris (Silviana; dkk,
2014).
BAB III
PROSEDUR LABORATORIUM

Pada bab ini penulis akan menguraikan prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan akrilik rahang atas klasifikasi kelas II modifikasi 3 dan rahang bawah
kelas II modifikasi 2 dengan kasus ekstrusi dan rotasi gigi berupa laporan kasus
yang didapat dari klinik dokter gigi di Bandar Lampung.
A. Data Pasien
Nama pasien : Ny. X
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Dokter : drg. Aryudhi Armis, M.D.Sc.
Warna Elemen Gigi :IE
Kasus :Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
dengan kehilangan gigi 743 36 dengan kasus
76 57
ekstrusi pada gigi 5 dan rotasi pada gigi 4

B. Surat Perintah Kerja (SPK)


Berdasarkan surat perintah kerja yang diberikan kepada penulis, dokter gigi
meminta untuk dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada rahang atas
dan rahang bawah.

Gambar 3.1 Surat Perintah Kerja

C. Waktu dan Tempat Pembuatan


Proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik rahang atas klasifikasi
Kennedy kelas II modifikasi 3 dan rahang bawah kelas II modifikasi 2 dengan
kasus ekstrusi dan rotasi gigi dilakukan pada tanggal 3- 26 Juni 2021 di
laboratorium Teknik Gigi Poltekkes Tanjungkarang

D. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan akrilik rahang atas klasifikasi kennedy kelas II modifikasi 3 dan
rahang bawah kelas II modifikasi 2 dengan kasus ekstrusi dan rotasi gigi
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No Alat Bahan
1 Lecron Moldano
2 Bunsen karet gelang
3 kaca alginate
4 sikat gigi kawat 0,8 dan 0,7
5 scaple, pisaumalam elemengigi anterior dan posterior
6 bowl, spatula Vaselin
7 tang borobudur, tang tigajari, tang cold mould set (cms)
gips, tang potong
8 Kuvet heat curing acrylic dan liquid
9 press meja (press statis) dan hand Plastisin
press
10 glass plate, mixing jar baseplate wax
11 kompor, gas, dan panci gipsputih (plaster of paris)
12 kuas, spet, cellophane pumice danblueangle
13 amplaskasar, sedang, halus
14 macam-macammata bur
15 hanging bur, micromotor
16 mesin trimer, mesin poles
E. ProsedurPembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik di
Laboratorium
Tahap-tahap pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ini adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan model kerja
Model kerja dibersihkan dari nodul-nodul dengan lecron dan bagian tepi
dirapikan menggunakan mesin trimmer. Pada persiapan model dilakukan
pencetakan sebanyak dua kali karena cetakan pertama bahan alginate
mengalami perubahan dimensi. Dalam hal ini alginate mengalami sineresis
yaitu pengerutan kerena penguapan kandungan air sehingga alginate
menyusut.

Gambar 3.2 Persiapan Model Kerja

2. Survey dan blockout


Survey dilakukan menggunakan surveyor dengan posisi pensil tegak lurus
diarahkan ke daerah undercut. Pada rahang atas didapatkan daerah
undercut yang tidak menguntungkan di mesial gigi Premolar dua kanan,
Premolar satu kiri dan Molar dua kiri, sedangkan pada rahang bawah pada
mesial Molar dua kiri dan Molar satu kanan. Untuk menentukan kontur
terbesar tempat cengkeram diletakkan didapatkan pada bagian distal gigi
Molar satu kanan, Premolar dua kiri rahang atas serta Premolar dua kiri,
Premolar satu kanan, dan Molar satu kanan rahang bawah.
Blockout dilakukan pada undercut yang tidak menguntungkan dengan cara
mencampurkan gips dengan sedikit air dan menutupnya menggunakan
lecron. Tujuannya untuk memudahkan pemasangan dan pengeluaran gigi
tiruan.

Gambar 3.3 Survey Gambar 3.4 Blockout

3. Transfer desain
Desain yang telah dibuat ditransfer pada model kerja dengan cara
menggambarkannyadengan pensil. Desain rahang atas menggunakan
jenisdua sadle dengan perluasan basis dari gigi Caninus sampai distal
Molar dua kanan dan dari Insisivus dua sampai distal Molar dua kiri.
Bagian sayap anterior dan posterior sampai batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak. Cengkeram C ditempatka pada gigi Premolar dua kanan
dan Premolar satu kiri serta half jackson pada Molar dua kiri.
Pada rahang bawah menggunakan desain dua sadle dengan perluasan basis
dari Premolar satu sampai Molar dua kanan dan dari Premolar dua sampai
Molar dua kiri rahang bawah.Cengkeram C ditempatkan pada gigi
Premolar satu kanan dan Premolar dua kiri.

A. Rahang Atas B. Rahang Bawah


Gambar 3.5 Desain Gigi Tiruan
Gambar 3.6 Transfer Desain

4. Pembuatan Cengkeram
Untuk cengkeram C menggunakan kawat dengan diameter 0,7 mm dan
half Jackson 0,8 mm. Lengan cengkeram dibentuk kemudian diletakkan
dibawah kontur terbesar gigi, kemudian naik ke bagian distal dan
dibuatkan koil membulat menggunakan tang tiga jari untuk retensi.

Gambar 3.7 Pembuatan Cengkeram

5. Pembuatan biterim
Model kerja direndam dalam air terlebih dahulu selama 3-5 menit agar
biterim mudah dilepaskan. Lakukan pembuatan basis menggunakan base
plate wax yang dilunakkan menggunakan api bunsen, kemudian letakkan
pada model kerja sesuai batas desain yang telah ditentukan. Ukuran
biterim dibuat sesuai dengan tinggi gigi yang masih ada pada rahang atas
dan rahang bawah.
Gambar 3. 8 Pembuatan Biterim

6. Penanaman model pada okludator


Buat midline pada model kerja, kemudian fiksasi dengan wax rahang atas
dan rahang bawah. Setelah itu dasar model kerja diolesi vaseline dan
plastisin diletakkan pada lower member untuk menyeimbangkan
kedudukan model kerja yang harus sejajar dengan bidang vertikal maupun
horizontal dari okludator. Cor upper member menggunakan gips, setelah
setting time plastisin dilepas. Selanjutnya cor lower member dan tunggu
hingga gips setting time, lalu rapikan dan haluskan menggunakan amplas.

Gambar 3.9 Penanaman Pada Okludator

7. Penyusunan elemen gigi tiruan


Pemilihan elemen gigi tiruan mengikuti gigi yang masih ada dengan warna
I E. Tahap penyusunan elemen gigi tiruan adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan gigi rahang atas
1) Caninus kanan rahang atas
Bagian mesial berkontak dengan distal Insisivus dua kanan rahang
atas dengan sumbu gigi sedikit miring ke arah distal mengikuti gigi
Insisivus dua kanan rahang atas. Pada bagian servikal sedikit
diradir agar dapat beroklusi baik dengan gigi Caninus dan
Premolar satu kanan rahang bawah.
2) Caninus kiri rahang atas
Bagian mesial berkontak dengan distal Insisivus dua kiri rahang
atas, sumbu gigi sedikit miring ke arah distal mengikuti gigi
Insisivus dua kiri rahang atas. Pada bagian servikal sedikit diradir
agar dapat beroklusi baik dengan gigi Caninus dan Premolar satu
kiri rahang bawah.
3) Premolar satu kanan rahang atas
Bagian mesial Premolar satu kanan rahang atas berkontak dengan
distal Caninus kanan rahang atas. Pada bagian servikal dikurangi
agar dapat beroklusi dengan gigi Premolar satu kanan rahang
bawah.
4) Molar satu kiri rahang atas
Bagian mesial Molar satu kiri rahang atas berkontak dengan distal
Premolar dua kiri rahang atas. Bagian servikal dikurangi agar dapat
beroklusi dengan gigiMolar dua kiri rahang bawah. Cusp mesio
buccal Molar satu kiri rahang atas berkontak diantara Molar satu
dan Molar dua kiri rahang bawah.
5) Molar dua kanan rahang atas
Bagian mesial Molar dua kanan rahang atas berkontak dengan
distal Molar satu kanan rahang atas. Cusp disto buccal Molar dua
kanan rahang atas berkontak dengan cusp disto buccal Molar dua
kanan rahang bawah.
b. Penyusunan gigi rahang bawah
1) Premolar dua kanan rahang bawah
Bagian mesial Premolar dua kanan rahang bawah berkontak
dengan distal Premolar satu kanan rahang bawah. Pada bagian
servikal dikurangi agar mendapatkan oklusi yang baik dengan gigi
Premolar dua kanan atas. Cusp buccal diradir cukup banyak karena
gigi Premolar dua kanan rahang atas mengalami ekstrusi.
2) Molar satu kiri rahang bawah
Bagian mesial Molar satu kiri rahang bawah berkontak dengan
distal gigi Premolar dua kiri rahang bawah. Cusp disto bucal Molar
satu kiri rahang bawah dilakukan sedikit penguranganagar
mendapatkan oklusi yang baik dengan gigi Premolar dua dan
Molar satu kiri rahang atas.
3) Molar dua kanan rahang bawah
Bagian mesial Molar dua kanan rahang bawah berkontak dengan
distal Molar satu kanan rahang bawah. Bagian servikal dilakukan
pengurangan cukup banyak agar dapat berkontak dengan gigi
Molar dua rahang atas. Pada bagian cusp disto lingual Molar dua
kanan rahang bawah sedikit dikurangi agar mendapatkan oklusi
yang baik. Cusp mesio bukal Molar dua kanan rahang bawah
berada diantara cusp disto bukal Molar satu rahang atas dan cusp
mesio bukal Molar dua kiri rahang atas.

A. RAA. Rahang Kanan B.Rahang Kiri


Gambar 3.10 Penyusunan Elemen Gigi

8. Wax Counturing
Wax countering adalah membentuk pola malam gigi tiruan sesuai dengan
anatomis gusi dan jaringan lunak mulut menggunakan lecron. Pada bagian
interdental dibentuk melandai dan daerah akar gigi bagian bukal dibentuk
agak cembung untuk memperbaiki kontur pipi. Kemudian dipoles
menggunakan kain satin sampai mengkilap.
Gambar 3.11Wax Counturing

9. Flasking
Metode yang digunakan adalah pulling the cast yang menutup bagian
model kerja, tetapi elemen gigi tiruannya terbuka agar setelah tahap
boiling out elemen gigi tiruan pindah ke cuvet atas. Tujuannya untuk
memudahkan saat pengulasan CMS dan proses packing. Adapun
tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Bagian dalam cuvet dan dasar model kerja diolesi vaselin
b. Adonan gips diaduk dan dituang kedalam cuvet bawah, lalu model
kerja ditanam dan dirapikan.
c. Setelah gips mengeras, permukaan gips pada cuvet bawah diolesi
vaselin, kemudian pasang cuvet atas dan diisi dengan gips sampai
penuh, lalu ditutup dan dipress menggunakan press statis sampai gips
mengeras. Setelah itu pindahkan ke handpress.

Gambar 3.12 Flasking


10. Boiling out
Boiling out dilakukan dengan cara memasukkan cuvet ke dalam panci
berisi air mendidih selama 15 menit, lalu angkat dan pisahkan cuvet secara
perlahan. Kemudian air mendidih yang bersih disiramkan pada mould
space, sehingga tidak ada lagi sisa malam. Bagian tepi yang tajam
dirapikan dengan lecron, lalu mould space yang masih hangat diolesi
CMS agar pada saat deflasking protesa mudah dilepas dari model kerja.

Gambar 3.13Boiling Out


11. Packing
Setelah didapatkan mould space yang bersih selanjutnya dilakukanproses
packing menggunakan wet methode sebagai berikut :
a. Siapkan heat curing acrylic
b. Masukkan liquid dengan spuit kedalam mixing jardan tuangkan
powder dengan cara digetarkan
c. Tutup mixing jar dengan plastik selopan dan tunggu sampai tahap
dough stage
d. Adonan acrylic diletakkan pada mould space cuvet bawah dan tekan
dengan jari yang lapisi dengan plastik selopan
e. Cuvet atas ditutup lalu dipress dengan press statis dalam keadaan metal
to metal sebanyak dua kali
f. Kelebihan akrilik di luar mould space dibuang dengan lecron.
g. Press kembali dengan handpress tanpa selopan dan tunggu ±5 menit
sebelum dilakukan perebusan (curing).
Gambar 3.14Packing

12. Curing
Cuvet dimasukkan kedalam panci berisi air yang lebih tinggi dari cuvet
yang dipress dari suhu kamar sampai mendidih selama 1 jam. Cuvet
dibiarkan dingin sampai pada suhu kamar, lalu dibuka.

Gambar 3.15Curing

13. Deflasking
Deflasking dilakukan hati-hati agar model kerja dan protesa akrilik tidak
patah ataupun retak dengan cara memisahkan cuvet atas dan bawah
dengan wax knife. Bahan tanam dibuang dengan tang gips dan protesa
akrilik dipisahkan dari model kerja dengan lecron, kemudian protesa
akrilik dan model kerja dibersihkan dari sisa-sisa gips yang menempel.
3.16 Deflasking

14. Finishing
Tahap finishing dilakukan sebagai berikut :
a. Kelebihan akrilik pada tepi protesa dikurangi dengan mata bur frezzer
b. Pada bagian sekitar elemen gigi tiruan dan interdental yang masih ada
nodul dan sisa gips dibersihkan dengan mata bur fissure dan round bur.
c. Bagian tepi dibuat bulat agar tidak tajam menggunakan mata bur stone
d. Protesa akrilik diamplas dan dihaluskan menggunakan amplas kasar
dan halus dengan mandril.
Pada saat melakukan finishing penulis melakukan pengeburan terlalu
banyak sehingga basis gigi tiruan menjadi tipis dan patah pada bagian
sadel kanan rahang bawah, penulis menanganinya dengan melakukan
reparasi. Langkah-langkah reparasi :
1) model kerja di ulasi vaseline
2) Gigi tiruan yang patah dibuatkan dove tail untuk menambah retensi
3) Powder dan liquid diaduk dan diisikan pada daerah yang patah
4) selanjutnya dilaukukan tahapan flasking sampai dengan polishing
seperti pembuatan gigi tiruan pada umumnya.

Gambar 3. 17Finishing
15. Polishing
Tahap terakhir dari pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik adalah
tahap polishing sebagai berikut:
a. Permukaan protesa dipoles dengan sikat hitam dan pumice sampai
tidak ada guratan-guratan.
b. Poles protesa dengan blue angel sampai mengkilap menggunakan sikat
putih.
c. Bersihkan dari bahan poles dengan sikat dibawah air mengalir

A B

A. Menghaluskan Protesa B. Mengkilapkan Protesa


Gambar 3.18 Polishing

Pada saat insersi ke pasien saddle bagian kanan kiri rahang atas dan rahang
bawah tidak masuk pada rahang pasien akibat bahan cetak mengalami
perubahan dimensi karena tidak langsung diisi dengan bahan moldano,
sehingga dilakukan pencetakan sebanyak dua kali. Dalam hal ini alginate
mengalami sineresis yaitu pengerutan kerena penguapan kandungan air
sehingga alginate menyusut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Pembuatan gigi tiruan sebagian akrilik rahang atas klasifikasi Kennedy
kelas II modifikasi 3 dan rahang bawah kelas II modifikasi 2 dengan kasus
ekstrusi dan rotasi gigi yang telah penulis lakukan di laboratorium Teknik
Gigi Poltekkes Tanjung Karang setelah diinsersikan ke pasien didapatkan
hasil sebagai berikut:
1. Hasil akhir protesa sesuai dengan desain yang telah ditentukan.
2. Warna elemen gigi tiruan sesuai dengan surat perintah kerja (SPK)
3. Basis gigi tiruan tidak porus, halus dan mengkilap
4. Retensi dan stabilisasi gigi tiruan cukup baik sehingga gigi tiruan tidak
longgar (cekat), dan mudah dilepas pasang oleh pasien
5. Fungsi pengunyahan dapat kembali karena oklusi rahang atas dan bawah
dapat berkontak dengan baik.

Gambar 4.1 Fitting Model Kerja


Gambar 4.2 Sebelum Insersi Protesa

Gambar 4.3 Sesudah Insersi Protesa

B. PEMBAHASAN
Karya tulis ilmiah ini ditulis berdasarkan laporan kasus yang penulis
dapatkan dari klinik dokter gigi di Bandar Lampung tentang prosedur
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik rahang atas klasifikasi
Kennedy kelas II modifikasi 3 dan rahang bawah kelas II modifikasi 2 dengan
kasus ekstrusi dan rotasi gigi yang dikerjakan di laboratorium Teknik Gigi
Poltekkes Tanjung Karang.
Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ini terdiri dari tiga komponen
yaitu basis, cengkeram dan elemen gigi tiruan. Teknik penyusunan elemen
gigi tiruan pada kasus ekstrusi dan rotasi gigi ini disusun mesioklusi dimana
cuspmesio buccal gigi Molar satu kiri rahang atas berkontak diantara Molar
satu dan Molar dua kiri rahang bawah. Cusp mesio bukal Molar satu rahang
bawah berada lebih ke mesial dari cusp mesio bukal Molar satu rahang atas.
Gigi Caninus rahang atas kanan dan kiri disusun sedikit miring ke
distal mengikuti gigi Insisivus dua rahang atas yang masih tersisa berkontak
diantara gigi Caninus dan Premolar satu rahang bawah.Gigi Premolar satu
kanan atas pada bagian servikal dikurangi agar dapat beroklusi dengan gigi
Premolar satu kanan rahang bawahyang mengalami rotasipada bagian distal
kearah lingual dan bagian mesial berputar kearah buccal.Gigi Premolar dua
kanan rahang bawah pada bagian servikal dikurangi agar mendapatkan oklusi
yang baik dengan gigi Premolar dua kanan atas. Cusp buccal diradir cukup
banyak karena gigi Premolar dua kanan rahang atas mengalami ekstrusi.
Tujuan dari pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ini adalah
untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, retensi dan stabilisasi yang baik.
Desain gigi tiruan sebagian lepasan yang digunakan pada kasus ini adalah
paradental saddle yang dibuat pada dua sisi kiri dan kanan rahang atas serta
dua sisi kiri dan kanan posterior rahang bawah. Jenis desain ini digunakan
agar pasien merasa nyaman karena tidak banyak menutupi jaringan mulut.
Untuk rahang atas perluasan basis dibuatdari bagian mesial gigi Incisivus dua
sampai distal gigi Molar dua.Bagian sayap anterior dan posterior dibuat
sampai batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. Cengkeram C ditempatkan
pada gigi Premolar dua kanan dan Premolar satu kiri serta half jackson pada
Molar dua kirirahang atas. Pada rahang bawah kanan perluasan basis dibuat
dari Premolar satu sampai Molar dua dan rahang bawah kiri dari Premolar dua
sampai Molar dua. Sayap diperluas pada bagian buccal sampai batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak. Cengkeram C ditempatkan pada gigi Premolar
satu kanan dan Premolar dua kiri.
Retensi pada gigi tiruan sebagian lepasan ini diperoleh dari perluasan
basis dan cengkeram. Pada rahang atas retensi didapat dari cengkram C yang
diletakkan pada gigi Premolar dua kanan dan Premolar satu kiri serta half
jackson pada Molar dua kiri yang berada dibawah kontur terbesar gigi
tersebut. Pada rahang bawah retensi didapatkan dari cengkram C pada gigi
Premolar satu kanan dan Premolar dua kiri yang berada dibawah kontur
terbesar gigi. Retensi juga didapatkan dari perluasan basis sadel rahang atas
dan rahang bawah.
Stabilisasi gigi tiruan sebagian lepasan rahang atas dan rahang bawah
diperoleh dari perluasan sayap bagian buccal dan labial sampai batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak. Lengan pengimbang cengkeram C dan half
Jackson yang memeluk hampir setengah bagian lingual atau palatal dari gigi
penyangga dan penempatan cengkeram pada pada gigi rahang atas dan rahang
bawah secara diagonal dengan satu garis fulkrum juga menambah stabilisasi.
Kendala- kendala yang penulis alami selama proses pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan akrilik pada kasus ini adalah pada saat pembuangan
gips yang menempel pada protesa, penulis melakukan pengurangan terlalu
banyak sehingga basis gigi tiruan menjadi tipis dan patah pada bagian sadel
kanan rahang bawah. Penulis mengatasinya dengan melakukan reparasi.
sehingga didapatkan basis gigi tiruan yang sesuai dengan ketebalan yang
ditentukan.
Pada saat melakukan insersi ke pasien, sadel pada bagian kanan kiri
rahang atas dan rahang bawah gigi tiruan tidak masuk pada rahang pasien
akibat bahan cetak alginate yang tidak segera diisi menggunakan moldano
sehingga alginate mengalami sineresis yaitu pengerutan akibat penguapan
kandungan air yang mengakibatkan ketidakakuratan bahan cetak. Penulis
mengatasinya dengan melakukan pembuatan ulang gigi tiruan dari tahap awal,
sehingga didapatkan gigi tiruan yang sesuai dengan dimensi rahang pasien.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab pembahasan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada kasus ekstrusi dan rotasi gigi pada gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik ini, Gigi Premolar satu kanan atas pada bagian servikal dikurangi
agar dapat beroklusi dengan gigi Premolar satu kanan rahang bawahyang
mengalami rotasi pada bagian distal kearah lingual dan bagian mesial ke
arah buccal. Gigi Premolar dua kanan rahang bawah pada bagian servikal
dikurangi agar mendapatkan oklusi yang baik dengan gigi Premolar dua
kanan atas. Cusp buccal diradir cukup banyak karena gigi Premolar dua
kanan rahang atas mengalami ekstrusi.
2. Desain gigi tiruan sebagian lepasan akrilik untuk kasus ini adalah
paradental saddle pada dua sisi kiri dan kanan rahang atas serta dua sisi
kiri dan kanan posterior rahang bawah. Cengkeram C ditempatkan pada
gigi Premolar dua kanan dan Premolar satu kiri serta half jackson pada
Molar dua kiri rahang atas dengan perluasan basis dari mesial gigi
Incisivus dua sampai distal gigi Molar dua. Pada rahang bawah perluasan
basis dari Premolar satu sampai Molar dua kanan dan dari Premolar dua
sampai Molar dua kiri. Cengkeram C ditempatkan pada gigi Premolar satu
kanan dan Premolar dua kiri agar didapatkan fungsi pengunyahan, retensi
dan stabilisasi yang baik.
3. Kendala- kendala yang penulis alami selama proses pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik ini adalah saat pembuangan gips yang menempel
pada protesa, penulis melakukan pengurangan terlalu banyak sehingga
basis gigi tiruan menjadi tipis dan patah pada bagian sadel kanan rahang
bawah. Pada saat melakukan insersi ke pasien, sadel bagian kanan kiri
rahang atas dan rahang bawah tidak masuk pada rahang pasien akibat
bahan cetak mengalami perubahan dimensi karena tidak langsung diisi
dengan moldano.
.
B. SARAN
1. Pada prosedur finishing sebaiknya dilakukan dengan hati-hati, agar gigi
tiruan tidak patah yang menyebabkan penulis harus melakukan rebasing.
2. Sebaiknya penulis dapat mengefisiensikan waktu agar tidak terjadi
kegagalan pada saat insersi.
3. Kerjasama dan komunikasi antara teknisi dengan dokter gigi harus baik,
agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Alan B.Car, Mccracken’s, 2005. Removable Partial Prosthoodontics Eleventh


Edition, Elsevier Mosby Amerika Serikat, Amerika Serikat, 458 Halaman.

Amin, M.N; Permatasari Nur, 2016. Aspek Biologis Pergerakan Gigi Secara
Orthodonsi. Jurnal FKG Universitas Jember, 27 Halaman.

Anggraini Miranti, 2015, Profil Jumlah Candida Albicans Pada Biofilm di


Berbagai Bahan Basis Gigi Tiruan, Skripsi Sarjana, FKG Universitas
Indonesia, Depok.

Asmawati, 2012. Malposisi Rahang Atas dan Rahang Bawah Dengan Status
Gingiva, di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Poltekkes Yogyakarta.

Fidya. 2018, Antomi Gigi dan Mulut, Malang: Universitas Brawijaya Press.

Gunadi A. Haryanto, dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan
Jilid 1. Hipokretes; Jakarta. 214 Halaman.

. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 2. Hipokretes;
Jakarta. 214 Halaman.

Harfin, Julia; Somchai Satravaha; Kurt Faltin (Ed). 2017. Clinical Cases in Early
Orthodontic Treatment. Gewerbestrasse: Springer International. 350
Halaman.

Itjiningsih, W.H, 1991. Geligi Tiruan Lengkap Lepasan Lepas. Jakarta: Buku
Kedokteran Gigi EGC.

1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
209 halaman.

Lengkong, dkk, 2015, Gambaran dan Perilaku dan Cara Merawat Gigi Tiruan
Sebagaian Lepasan pada Lansia di Panti Wardana Minahasa Induk, FKG
Universitas Sam Ratulangi, Manado, 31 halaman.

Lischer, Benno Edward, 1912. Principles and Methods of Orthodontics an


Introductory Study of the Art for Students and Practitioners of Dentistry.
New York: Columbia.

Seikel, J Anthony; Douglas W King; David G Drumright. 2010. Anatomy &


Physiology for Speech, Language, and Hearing. New York: Delmar. 784
Halaman.

Siagian, Krista V, 2016. Kehilangan Sebagian Gigi pada Rongga Mulut. Jurnal e-
Clinik (ECL) Vol 4 No 1.
Silviana, Nur Masita; dkk, 2014. Buku Panduan Skills Lab. FKG Universitas
Brawijaya, 25 Halaman.

Sumartati Yusrina; Saleh, Suparyono; Dipoyono, Hargo Mustiko, 2013. Pengaruh


Konsentrasi Alkohol dan Lama Penggunaan Obat Kumur Terhadap
Modulus. Jurnal FKG Gadjah Mada. Yogyakarta.

Thomson, Hamish. Alih Bahasa Oleh Suta, T; Liliana Juwono, 2007. Oklusi.
Jakarta: EGC.

Wahjuni S Ayu sefy M, 2017. Pembuatan Protesa Kombinasi Dengan Castable


Ekstra Coronal Attachments (Prosedur Laboratorium), Departemen
Kesehatan Fakultas Pendidikan Avokasi Universitas Airlangga. Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perintah Kerja
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Model Kerja
Lampiran 3 Lembar Tahapan Pekerjaan Model Kerja
Lampiran 4 Lembar Penilaian Model Kerja
Lampiran 5 Lembar Quesioner Dokter Gigi
Lampiran 6 Lembar Quesioner Pasien

Anda mungkin juga menyukai