Overlord Volume 06 - The Men in Kingdom (Bagian 2)
Overlord Volume 06 - The Men in Kingdom (Bagian 2)
Volume 06
The Men In
Kingdom
II
PDF by : https://afterscarlet.blogspot.com
"Baik."
"-Ya!"
"Saya mengerti."
"Berlutut..."
"Kalau begitu..."
"Ah... Saya..."
"Kalau begitu..."
"Ya."
"Anda benar."
"-Tidak apa."
"Tuanku ?"
"...Maafkan saya...!"
"Itu adalah-"
Lalu-
"Hentikan Sebas."
"Siap!"
"Tidak ada."
"Cocytus."
"Tidak."
"...Victim ?"
"[Greater Teleportation]"
"...Ya."
"...Sebas-sama."
Tidak mungkin apa yang dia alami dan apa yang dia
lihat adalah apa yang ada di dunia. Tapi bagi Tsuare,
dunia manusia memang seperti itu.
"Terima kasih."
"Begitu...kah."
"Tidak masalah."
Sebas tertekan.
"Ya."
"Minta saja."
"Ainz-sama."
"Diamlah, adik."
"Aku, juga."
----
“Diam.lah.Kalian.ada.di.hadapan.Ainz.Sama."
"--Hahahahaha!"
"...Terlihat mirip."
"Tsuareninya Beiron."
"Ku-hu-hu-hu..."
[Albedo]
"Saya mengerti!"
"Ok, Gazef."
"...Begitukah."
"Wah, wah."
"Yeah."
"Huh ?"
----
Bangsawan besar.
"Kakak."
"Baiklah."
"Silahkan duduk."
"Tunggu sebentar!"
"Kamu, apa..."
"-monster."
"Maksudmu Climb..?"
"Aku terima."
"A-Adamantium..."
"Dia disini."
'Virgin Snow'.
"..Ya! Segera."
"Ti, Tidak!"
"Siap~"
"Ini mungkin buruk bagi kita, tapi lebih baik bagi yang
lainnya. Jika mereka semua berkumpul di sini, itu
artinya lokasi lainnya akan jauh lebih mudah."
"Itu benar."
"A, Apakah itu... Tidak, jika itu benar, itu luar biasa..."
"invisibilitas..."
"Aku mengandalkanmu."
"Ternyata begitu...."
"Begitukah..."
Pada dasarnya dia tahu dia akan mati. Dia tahu kalau
dia tidak akan pernah menang melawan Sebas. Alasan
dia tidak mencoba lari adalah karena dia tahu dia akan
mati dalam beberapa langkah. Jika dia melawan, dia
akan mati, dan jika dia lari, dia akan mati. Karena
keduanya bukanlah sebuah pilihan, sikapnya
menunjukkan jika dia adalah seorang warrior
bagaimanapun juga.
-Namun
"Shawk!"
Namun-
"..!"
Crash!
"Zero!"
"Oh-ho...Tertarik...?"
"Apa ?"
....Huh ?
"Terima kasih."
"Sialan."
"Sialan!"
"Sialan!"
Succulent terbatuk-batuk.
"Arrrrggghhhhhh-!"
"Oh-ho ?"
"Ah!"
"Pak Tua, aku akan tanya sekali lagi. Apa yang terjadi
dengan bawahanku ?"
"Gyyyyaaaaaaaaaaahhhhh!!"
"Awa-"
Seseorang berteriak.
"-Hrmph."
"...Siapa kamu."
"-ouh..Ah, ya..."
Sedikit pantatku.
Lalu dia teringat jika tak ada teko air apapun yang
diletakkan di dekat tempat tidur hari ini, dan tanpa
sadar berdecak dengan lidahnya.
"Oooh."
"Sialan!"
"--!"
"Hey, ojou-chan"
"Bukan-"
"Be-begitukah. syukurlah."
"A-Apa!"
"Kemana ?"
"Jalan-jalan."
"Daging."
"Oriyaaaa!"
"Hancurlah!"
-Bunuh.
"A-Apa ini!"
"-Fuuuu~"
"[Spider Talisman]!"
"[Shadow Clone]"
"Ini tidak baik: Aku tidak yakin jika kita bisa menang
melawannya. Apa yang barusan tadi ? Bukankah timing
kita sudah sempurna ? Dia jelas-jelas tidak mampu
melihat ke arah ini, namun masih bisa menahan."
"Ah."
"Aaaaaaahhh!"
"Hati-hati!"
"Ku...!"
"Evileye!"
"Uwaaaaaaaaaahhhh!"
"...Wajahnya meleleh."
"Apa..."
"-Serangga Bibir."
"[Crystal Lance]"
"[Vermin Bane]!"
"[Crystal Wall]!
"Kita menang!"
"Ya."
"Cepat! Kabur!"
Evileye menjerit.
"[Hellfire Wall]"
"[Translocation Damage]"
"Aku datang!"
Saat itu-
"Oh."
"Tentu saja"
-----
Tapi-
"-Aku mengerti"
"Menakjubkan..."
"!"
Namun-
"-Memang benar."
Evileye membalas.
"Apa ? Itu..."
Dia tidak tahu guna dari tubuhnya, jika dia tidak bisa
memiliki anak, tapi itu adalah sebuah jalan besar yang
masih layak untuk dipikirkan.
----
Agar lebih baik lagi dalam hal pura-pura jika dia sudah
mengetahui seluruh rencana Demiurge, dan tidak
membiarkan Albedo atau Demiurge mencurigai
apapun, dia harus meminimalkan kontak dengan
mereka.
Jika dia mengutus Narberal untuk melakukannya, itu
akan seperti sedang bermain permainan telefon, dan
beberapa informasi mungkin saja akan melenceng.
Namun, dia lebih memilih resiko itu daripada memilih
resiko merusak gambarannya sebagai Supreme Ruler
dari Great Underground Tomb of Nazarick.
"Jangan takut!"
"Ya, Putri!"
"Mengerti."
"Tunggu. Tunggu!"
"Tentu saja!"
"...Bagaimana kepribadiannya?"
"Umpan."
Renner tersenyum.
Zanack terdiam.
"...150."
"Aye ?"
"Hah?!"
----
Tidak ada.
"Haaa...."
Dia ketakutan.
Brain ingin lari, namun lebih dari itu, dia tidak ingin
melepaskan senjata di tangannya. Seluruh hidupnya
sudah dihabiskan untuk menggenggam senjata.
Mungkin dia cocok berakhir seperti ini.
"Hmph."
"...eh ?"
"Kuh-Ahahahaha!"
"[Time Accelerator]!"
-Apa ini ?
"Itu adalah jalan yang dia pilih. Kita tidak punya hak
untuk memaksanya."
"Mereka disini!"
"Terlalu banyak!"
"Sialan!"
"Diamlah!"
"A-Apa!?"
"Lemparkan aku."
Sebuah kilatan.
"...Menakjubkan... "
"Tembak!"
"Slash!"
"Mun-"
"-Ini gawat."
"Haaaaaa!"
"OOOOOOHHHHHHHHHH!"
"Tentu saja."
"Gagaran! Tia!"
"Aku melihatnya."
"..Empat orang!?"
"Hmph",
Nabe menyeringai.
"Begitukah ? Takutnya.."
"Aku datang!"
"Kuh!"
"Lagi!?"
"hah!"
"[Crystal Wall]!"
"..Hmph!"
----
----
"Terimalah petirku!"
"Guwaaaaa-su~"
"Eiiii~"
"Kyaa-"
"Ternyata begitu."
---
"Anakku-"
"Istriku diambil-"
"Mama, Papa-"
"Ya!"
"Aku mengandalkanu,"
Brain berkata saat dia menepuk bau Climb.
"Unglaus-san-"
----
"Kuh!"
"Tidak juga."
"UOOOOOOOOOOOOOHH!"
"Mengerti -wan."
"Apa?!"
"Jangan!"
Dia tersenyum.
---
Dan seterusnya.
"Mengapa ?"
"Tentu saja."
"Kamu ditolak."
"Tepat sekali."
"Uwaaaaaaaaaa!"
---
"..."
"Se-selama-"
"D-dan-"