Anda di halaman 1dari 8

Result of Attention

Posted originally on the Archive of Our Own at http://archiveofourown.org/works/50777572.

Rating: Explicit
Archive Warning: Creator Chose Not To Use Archive Warnings
Category: F/M
Fandom: Blue Lock (Anime)
Relationship: Itoshi Rin/Reader
Character: Itoshi Rin
Additional Tags: Smut, First Time, Teasing, Foreplay, Neck Kissing, Breastfeeding,
Nipple Licking, Eye Licking, Flirting, Butt Slapping, Rough Sex, Blow
Jobs, Fingerfucking, Bedroom Sex, Spit As Lube, Cunnilingus, Orgasm
Delay, Dominance, Dirty Talk, Penis In Vagina Sex, Condoms, Finger
Sucking, Claiming
Language: Bahasa Indonesia
Stats: Published: 2023-10-12 Words: 2,196 Chapters: 1/1

Result of Attention
by abixew

Summary

Rin Itoshi dan kamu bertetangga. Suatu hari, Ibu Rin menitipkan Rin kepada keluargamu
karena mereka orang tua yang sibuk meniti karir. Hingga dewasa, akhirnya Rin dengan
leluasa menyatakan perasaannya padamu.

Notes

Disclaimer :
Karakter milik : Maneyuki Kaneshiro & Yusuke Nomura. OOC. Bukan untuk minor.
Narasi menggunakan berbagai macam POV. Dialog percakapan tidak memakai bahasa
Indonesia yang baku, juga, sedikit memakai Bahasa Inggris. Written by : abixew on twt

Warning :
CERITA INI MUNGKIN DILUAR DARI NORMA DAN MORAL YANG ADA DI
KEHIDUPAN NYATA. HAL NEGATIF APAPUN YANG ADA PADA CERITA INI,
HARAP UNTUK TIDAK DITIRU KARENA INI HANYA FIKTIF BELAKA.

See the end of the work for more notes

─Rin's POV

"Senang sekali rasanya, rumahku bukanlah sebuah gedung, melainkan dia."


Sulit dijelaskan, konyol, dan tidak masuk akal. Seperti orang gila, aku mencintainya dengan sangat.
Semua berawal saat orang tua ku menitipkan aku kepada sebuah keluarga yang lembut bagaikan
kapas. Seorang wanita yang lebih tua dariku 4 tahun, mampu membuatku merasa seperti ini.
Atensi yang diberikannya selama merawatku bertahun-tahun, juga mampu membuatku jatuh
sejatuh jatuhnya untuk mencintai dia. Inilah hasil dari atensi itu.

Dia wanita yang cantik, sangat. Dia suka membaca, memasak, dan mengomel. Tapi aku suka,
apapun yang bersemayam didalam dirinya, aku suka. Awan pernah mendung dan hujan pernah
membasahi bumi, seperti itulah lika-liku yang aku alami bersama dia, tidak semuanya sempurna,
tetapi aku menjadikannya sebuah arsip hidup pada semua moment itu, tidak perduli mau buruk
ataupun baik.

─Y/n's POV

Tempat berkeluh kesah tentang betapa kejamnya dunia saat menghakimiku, hanya Rin yang ku
punya untuk menceritakan seluruh dongeng hidupku. Sewaktu-waktu, aku tertarik padanya, tetapi
terkadang tidak. Aku mengemasi segala perhatianku kepadanya dan itu semua sudah kulakukan
dari usia dia masih 6 tahun, dan aku 10 tahun. Tidak ada hal istimewa yang terjadi, aku juga tidak
terlalu berharap. Tetapi jika ada, mungkin aku akan sangat menjaganya.

Dia tampan, itu sudah pasti. Dia suka bermain sepak bola, makan tanpa kebisingan, serta memiliki
ambisi yang sama sekali tidak bisa ku cegah, yakni ingin mengalahkan Sae, kakaknya.
Kepribadiannya yang sedikit posesif terkadang menyenangkan namun juga menyebalkan jika
waktunya tidak tepat. Itulah sebabnya perdamaian dan kericuhan datang silih berganti kepada
kami. Tetapi apapun itu, aku masih sangat menikmati hidupku bersamanya.

─Sabtu, pukul 16.00 wib

Setelah melalui perjalanan panjang, Rin menapakkan kakinya disebuah perumahan yang
membesarkan dia. Rin melihat sekeliling, tidak banyak yang berubah, sejak satu tahun dia
melalang buana disebuah kota untuk menempuh pendidikan, kini Rin kembali. Rumah dimana
tempat keluarga bersemayam, biasanya akan menjadi tempat yang dituju. Namun tidak dengan
Rin, dia sangat santai melewati rumahnya sendiri dan terus berjalan menuju ke rumahmu. Manik
mata kalian bertemu saat Rin berhasil sampai di rumahmu.

"Rin?" Ucapmu dengan mata terbelalak. Berlari mendekat, dan memeluk tubuhnya yang sekarang
jauh lebih tinggi darimu.

Rin mencium pucuk kepalamu, mencium aroma rambutmu. Kamu tertawa kecil sedikit merasa
geli, Rin suka mendengarnya.

"Kak, kenapa nggak lari? Kan aku mau mandi sama kakak," Seringai licik Rin tergambar jelas di
wajahnya.

"Jangan bercanda!"

"Siapa yang bercanda?"

Tatapan matamu intens kepadanya. Sedikit menyipitkan kelopak, kamu sangat tidak menyangka
bahwa Rin benar-benar serius dengan ucapannya. Jika sedikit kembali ke masa lalu, Rin memang
selalu serius, tidak pernah sekalipun dia tidak menepati kata-katanya. Kini, pria berambut legam itu
mulai meraba lenganmu, sepertinya dia akan menggoda lagi.

"Bagaimana kalau kita makan? Kamu belum makan, kan?" Kamu bertanya. Apapun yang ada di
pikiranmu, kamu harus mengatakannya untuk menghindari apa yang diinginkan Rin sebenarnya.

"Kita bisa makan nanti. Sekarang ikut aku dulu," Suara Rin pelan dan terus menatap matamu
secara intens.

"K-kemana?" Kamu menelan ludah dan merasa gugup.

Rin mengeluarkan ponselnya dari saku dan membuka sebuah aplikasi. Kemudian, dia
menunjukkannya kepadamu bahwa dia sudah memesan sebuah kamar di hotel.

"Rin, kamu tau kayak gini darimana? Kamu sebenarnya di sana kuliah nggak, sih?" Ucapmu yang
jelas memasang wajah bingung sekaligus panik.

"Aku kuliah kok. Bukannya kakak selalu aku kasih tau kalau aku mau berangkat, pulang atau
sekedar nunggu kelas berlanjut pun, aku tetap kasih tau kakak, kan? Kak, please! I want to spend
the night with you."

Kamu menarik nafas berat. Permintaan Rin sungguh berat, bahkan lebih berat dari beban hidupmu.

"Y-yasudah, tapi cuma tidur dan pelukan, ya?"

Rin hanya menyeringai sebagai tanggapan. Dia menarik tanganmu menuju taksi online yang sudah
dia pesan. Setelah masuk ke mobil, Rin mengarahkan sang supir untuk ke tempat tujuan.

─Di hari yang sama, pukul 20.00 wib

Pemandangan kota dari hotel itu benar- benar memanjakan mata. Kamu berdiri dekat dengan
jendela dan melihat-lihat betapa indahnya kota yang ada didepan matamu saat itu juga.

"Bagus, kan? Daripada di rumah terus, bosan yang ada," Rin dengan tiba-tiba berkata dan
memelukmu tanpa ragu dari belakang.

"Iya, bagus! Ngomong-ngomong, kamu nggak capek? Kamu kan baru sampai jam 4 tadi. Terus,
kamu kapan balik ke kosan lagi?"

"Nggak tau, kalau bisa nggak usah balik," Rin berbisik di telingamu, sedikit mengecupnya di sana.

"Ngh-Rin, jangan gitu, geli!" Kamu berusaha memiringkan kepala untuk menutup telingamu agar
Rin tidak bisa melakukannya lagi.

Rin tidak kehabisan akal tentunya, dia memutar tubuhmu agar berhadapan dengannya. Setelah
mata kalian bertemu, dia menempelkan kening kalian berdua dan menatap dengan dalam.

"Kak, I love you!"

Setelah deklarasi cintanya terucapkan, tanpa menunggu respon apapun darimu, dia menempelkan
bibirnya ke bibirmu. Ciuman lembut itu akhirnya terjadi dalam sepersekian menit. Kamu tidak
memberontak ataupun menolak, kamu hanya meremas bahu Rin untuk meminimalisir rasa gugup.
5 menit berlalu, saat ciuman itu terlepas, dia tersenyum manis kepadamu dan mengecup bibirmu
sekali lagi. Dia menggendong mu dari depan, dan tanpa melepas ciuman itu, dia membawamu ke
tempat tidur.

Perlahan, dia membaringkanmu di tempat tidur dan menindih mu sambil tersenyum. Dia menyisir
rambutmu dengan jari-jarinya. Jika kamu bertanya apakah ini baik-baik saja untukmu? Tentu tidak.
Rin menatapmu tanpa berkedip, bolak-balik mencium bibirmu sekilas dan tersenyum padamu
dengan manis, dimana senyuman itu hanya dia tunjukkan kepadamu seorang. Seberapa banyak pun
manusia terlahir di dunia ini, dia hanya tersenyum kepadamu. Semua perlakuan itu tentu membuat
jantungmu berdetak kencang dan rentan memompanya dengan cepat.

"R-rin.."

"Hm?"

"K-kita sebenarnya mau ngapain di sini?"

"Kalau aku bilang mau bercinta, apa kakak siap?"

Rin menjauhkan wajahnya dari wajahmu. Dia masih menindih mu dan duduk di perutmu. Dia
membuka kemejanya, serta menunjukkan otot-ototnya yang bagus dan menggoda. Kamu
memalingkan wajah, jelas ini membuatmu menjadi canggung melihat Rin bertelanjang dada.

Kembali, Rin kembali mendekatkan wajahnya kepadamu dan mencium lehermu..

"Mhm-geli, Rin." Erangan indah yang terdengar seperti lagu di telinga Rin.

"Kak, I want you so bad~" Rin berbisik menggoda. Suaranya mulai berat dan serak. Sekalipun
kamu menolak, sudah dipastikan Rin akan memaksamu.

"Tapi.. Itu bukannya sakit, Rin?"

"Mungkin?! Tapi aku bakal pelan-pelan. Ini juga pengalaman pertama aku, kak."

Dia masih berbisik dengan suara yang mematikan di telingamu. Pelukan kalian semakin erat. Rin
mulai menjilat telingamu tanpa pemberontakan, dengan itu Rin menganggap, kamu setuju untuk
menghabiskan malam dengannya.

Rin mulai menciummu sedikit lebih panas dari sebelumnya. Tangannya tidak dibiarkan untuk
berdiam, dia meraba seluruh tubuhmu dari atas hingga bawah. Kecupannya di bibirmu benar-benar
mampu membuatmu merasakan sesuatu yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. Setelah
dari bibir, dia beralih ke leher dan menggigitnya, dia meninggalkan bekas di sana.

"Ahh Rin-"

"Shit, I love your moan, kak!"

Suaranya tidak lagi terdengar normal. Suara yang dipenuhi dengan nafsu birahi yang sudah
menumpuk, membuatmu tidak bisa lolos lagi darinya.

Beberapa menit setelah selesai dari lehermu, bibirnya terus berjalan ke tulang selangka, dada, perut,
hingga dia sampai ke pangkal pahamu. Dia membuka celanamu dan membuangnya dengan
sembarang ke lantai. Dari balik celana dalam itu, jari lentiknya dia gesekkan ke vaginamu.

"Ahh Rin-geli,"

Seringai seperti iblis, hanya itu Rin lakukan untuk menanggapi lenguhan mu. Dia membuka celana
dalammu, betapa dia semakin terangsang saat melihat vaginamu secara langsung, didepan
matanya.

Jempolnya dia posisikan ke klitorismu yang membuatmu menggeliat luar biasa.

"Nghh ahh-Rin.."
"Iya, sayang-sebut aja terus namaku."

Rin meludah tepat pada bibir vaginamu. Dia terus melancarkan aksi dengan mengorek klitorismu
tanpa ampun. Tubuhnya ia condongkan sedikit, dengan lidahnya, dia mengoles untuk menggoda
vaginamu agar semakin basah.

"Ahh Rin-iyahh mhm."

Slurp... Slurp... Slurp...

Seolah seperti permen, Rin sangat bernafsu menyedot serta menjilat vaginamu. Tanpa
menghentikan aksinya di sekitar klitoris, Rin memasukkan dua jari ke lubangmu yang membuatmu
semakin gila.

"Mhm ahh-Yes, I think... I want to cum, Rin. Ahh."

"Not now, kak-"

Sungguh Rin yang licik, dia menghentikan aksinya saat kamu mengatakan itu. Rin turun dari kasur
untuk mengambil sesuatu dari saku jaketnya. Dia bisa melihat kakimu berkedut akibat proses
squirting yang tertunda. Kamu berinisiatif menyelesaikan urusanmu sendiri, dengan meraba
klitorismu dengan jari telunjukmu.

"Eit, nggak boleh. Kamu cuma boleh cum kalau aku udah masuk, oke? Tahan, ya!"

"Tapi aku udah nggak tahan, Rinhh-"

"Why are you getting so impatient? Tunggu sebentar dong, sayang."

Semenit berlalu, Rin naik kembali ke ranjang dengan membawa beberapa bungkus kondom di
tangannya. Dia mulai menindih mu lagi. Kali ini, dia membuka resletingnya, menurunkan
celananya serta celana dalamnya, dan menunjukkan penisnya yang sudah menegang luar biasa. Dia
juga menanggalkan sisa pakaianmu hingga kamu telanjang dengan utuh.

"Kak, would you put this condom on my cock? Tapi sebelum dipasang, kamu hisap dulu-"

Rin mengarahkan penisnya ke mulutmu dan kamu menerimanya. Perlahan, kamu menjilatnya
ujungnya seperti permen, suara kecupannya terdengar sangat sensual dan menggoda. Rin tidak
menuntut banyak dalam hal ini, karena dia tau ini adalah pengalaman pertamamu. Dia menikmati
hisapan demi hisapan, dia menutup matanya dan mengerang halus.

"Ahh yes- Nggak usah dipaksa masuk, kak! Jilat ujungnya aja nggak apa-apa."

Rin berkata dengan sangat lembut sembari tersenyum dan menyisir rambutmu dengan jari-jarinya.

"Ahh fuck-"

5 menit berlalu. Saat ingin mencapai klimaks, Rin mencabut penisnya dari mulutmu, dia tidak mau
membuang sperma dalam waktu ini. Sesaat dia mengocok penisnya dan mengambil sebungkus
kondom, dia merobek kemasannya, lalu memberikannya kepadamu.

"Ayo kak, dipasang ke kontol aku."

Kamu sedikit tersentak karena Rin mulai mengeluarkan kata-kata kotornya. Perlahan, kamu meraih
penis Rin yang sudah menegang, dan kamu pakaikan kondom itu ke penisnya.
"U-udah.."

"Good girl- Are you ready to have fun, my dear?"

Rin mengatakan sembari meraba tubuh telanjangmu dan meremas pantatmu dengan gemas.

"Ngh-Yes, Rin! I'm ready."

Rin menyeringai dan melumat bibirmu sekilas. Dia mundur sedikit untuk memposisikan penisnya
ke vaginamu. Dengan meludahi bibir vaginamu, perlahan Rin memasukkan penisnya ke lubangmu.
Terasa perih diawal, karena ini adalah pengalaman pertamamu.

"Ahh Rin- sakithhh."

"Ssttt... Rileks aja, sayang."

Ujung penisnya sudah memasuki lubang vaginamu, hanya sedikit usaha lagi untuk bisa masuk
secara utuh. Dia menggosok klitorismu juga agar memancing vaginamu untuk basah, sehingga Rin
dengan mudah memasukkan penisnya ke dalam.

"Shhh ahh-fuck, it's very tight."

"Mhm ahh sakit, Rin-" Air matamu keluar saat kamu mengeluh kesakitan.

Rin mendekatkan wajahnya ke wajahmu tanpa menghentikan usahanya yang sedang menggoda
lubangmu agar bisa masuk secara utuh.

"Sabar ya, sayang. Sedikit lagi," Rin mencium xan sedikit menjilat matamu yang ber-air untuk
menenangkan mu. Dia juga mencium leher, telinga, serta menjilat putingmu untuk meminimalisir
rasa sakit.

"I love you.. So much-ahh fuck."

Setelah mengucapkan itu, Rin berhasil masuk secara utuh dan mengabaikan teriakanmu yang
merasa kesakitan. Dia menggoyangkan pinggulnya secara perlahan dengan bertumpu pada
lehermu. Dia memegang lehermu seperti mencekik untuk mengindahkan goyangan pinggulnya.

"Ah ah ah-sakit mhmm ahh."

Rin mencium bibirmu, "Nanti sakitnya hilang kok. Ahh-"

Selang beberapa menit, rasa sakit perlahan memudar dan menjadi rasa nikmat yang luar biasa.
Entah sadar atau tidak, kamu ikut menggoyangkan pinggul mengikuti pergerakan Rin.

"Ahh yashh-enak? Hm?"

Kamu dan Rin saling ber-adu dalam desah. Seluruh kamar itu hanya terisi oleh suara- suara cabul
yang keluar dari mulut kalian. Rin meraih payudaramu dan meremasnya, sesekali dia menghisap
putingmu seperti bayi yang sedang menyusu.

"Uhm, ahh-"

"Ahh enak, terusinhh ahh."

Kamu menekan kepala Rin yang berada di payudaramu agar dia bisa mengerjakan apa yang kamu
inginkan. Goyangan pinggul Rin semakin gila, yang membuatmu juga merancau tidak karuan.
"Ah ah ah terlalu dalamhh ahh."

"Aku lagi nyari G-spot kamu, kak."

"Nghhh mhmm yahhh-"

Usaha Rin membuahkan hasil, dia berhasil menyentuh titik manismu yang membuatmu semakin
merancau tidak karuan dan menggeliat.

"AHHH YES-THAT'S IT OHH FUCKK AHH."

"Oh fuck! You want me to stay like this, or not? Answer me, bitch!"

"Keep going, Rin-ahhh yes yes yes mhmm."

Rin tetap pada posisinya dan mengencangkan gerakannya. Dia menghisap putingmu lagi dan
tangannya meremas pantatmu dengan gemas, lalu menamparnya berkali-kali.

Seperti pasangan yang sedang bercinta pada umumnya, Rin mengencangkan gerakannya karena
akan mencapai klimaksnya. Hanya dalam waktu normal, yakni 7 menit, kondom yang digunakan
Rin sudah penuh dengan cairan sperma.

"Ahhh-anjing enak banget."

Meski sudah mencapai klimaks, Rin tidak menghentikan pergerakannya. Dia terus menggoyangkan
pinggulnya dan seberusaha mungkin membuatmu mendesah dengan kencang.

"Rin, g-ganti kondom dulu, ahh-"

Tidak mengindahkan perkataanmu, dia menggoyangkan pinggulnya tanpa henti. Satu kakimu dia
naikkan ke bahunya dan mengecup pahamu dengan sensual.

"Shh ahh-asetku yang berharga," Rin menjilati pahamu dan melontarkan kata-kata kotor lainnya.

"Rin, I don't know what, but... Kayaknya aku mau pipishh ahh-"

"Cepat juga, ya?! Okay, you got it, babe- keluarin semua kencingnya, basahin kontol aku pakai air
kencing kamu, ya."

Kemudian, tanpa menahan lebih lama lagi, kamu mengeluarkan banyak cairanmu yang mengucur
dengan deras. Rin mencabut penisnya dan menepuk-nepuk vaginamu yang sedang cumming.

"Ahh yash yash yash ahh fuck. So fucking good-"

"Lagi, sayang! Keluarin lagi."

Rin terus memancing agar cairanmu tidak berhenti. Dia merasa bangga karena mampu membuatmu
melayang ke langit ketujuh. Kamu menggosok klitorismu sendiri sementara cairan itu belum juga
berhenti.

"Ahhhhh ahhh Rinhh-"

Tubuh bagian depan Rin basah terkena cairanmu. Dia tertawa kecil saat melihatmu terengah-engah
berusaha mengendalikan dirimu sendiri. Satu menit kemudian, cairanmu berhenti mengalir dan
kakimu bergetar hebat, juga vaginamu yang berkedut tidak karuan.
"Udah?" Rin berkata lembut sembari menyisir rambutmu dengan jarinya. Kamu hanya
mengangguk lemas untuk menanggapi Rin.

━━━━━━━━━━━━

Epilog:

Keesokan paginya, setelah melewati malam yang panas, kini kamu dan Rin mandi bersama
dibawah pancuran shower yang hangat. Rin, dengan sangat lembut menyabuni tubuhmu sembari
mencium bahumu tiada henti.

"Kak, kamu jadi pacar aku kan sekarang?" Rin bertanya.

"T-tapi usia kita beda jauh, Rin."

"Persetan! Pokoknya kakak pacarku dan punyaku. Mine mine mine."

end..

End Notes

Hi, terimakasih sudah menyempatkan mampir dan baca

Please drop by the archive and comment to let the author know if you enjoyed their work!

Anda mungkin juga menyukai