ALMUTSLA
PRI N SI P-P RI N SI P UTAAfuA
MEMAHAMI NAMA &
SIFAT ALLAH .;
{r
t' "i .*\
*Jilt ,rc,!J#Jt rF
.rj**r.Jt {it 4*i 3 aitt *U*a *
&fiil'#ve'ur
Judul Asli Versi Arab
1,fp*f f
*
s,l;f l .rc[eelt C+;
I
penuris: 0.. r".ir.ffi;:;:";;i*,*", 14zzH/ zooz Ml
Prinsip-Prinsip Dasar
Memahami
Nama - I{ama dan
Sifat - Srfat Allah
ISBN 178-hDa-8013-83-q
Riyadh, L7/4/1420H.
) -:i:::!l:*::y*ii--:!:i-r: a_-_-*-,.-_-
Kata Sambutan
Dr. Abdurrahmar* Saleh Mahmud
Buku ini sudair saya terima sejak beberapa bulan silam. Buku
ini adaiah syarah, atau catatan kaki untuk buku karya syaikh kami;
syaikh Muhammad shalih al-utsaimin -semoga Allah senantiasa
melindungi dan memberikan bimbingan kepada beliau- yang
berjudui ai-Qawa'id al-Mutsla. Penulis buku ini; Kamilah al-Kawari,
selanjutnya memberikan judul; al-Mujalla fi Syarhi al'Qawa'idi
al-Itftutsla f, Shifarittahi wa Asmc'ihi al-Ilusna. Saat pertama kali
membaca, saya kira buku ini hanya berupa penjelasan umum dari
salah seorang penuniut ilmu, agar ia mendapat kehorrnatan dengan
mencatut inama besar) Syaikh llami, saat mensyarah salah satr.l
kitabnya.
-( ( *-***-**"-". .
luasnya teiaah dalam memetik manfaat dari berbagai kitab-kitab
keilmuan, khususnya kitab-kitab para imam sunnah, baik yang
bersifat klasik maupun kontemporer.
Riyadh, 20/12/U2A H.
Kata $ambutan
AI-'AIIanrrah Syaikh AbdEI Aziz bin Abdullah bin Baz
"sri ,sJr
J1
ari *
5i11,1404H.
.4.
V
Daftar tsi
'E6l&r5"
tV-'
Kata Sambutan Syaikh Abu Abdullah Aidh bin Abdullah
al-Qarni ............... v
Kata Sambutan Syaikh Dr. Abdurrahman Saleh Mahmud ...... vii
Kata Sambutan Syaikh Abdui AzizbinAbdullah bin Baz ........ xi
Daftar Isi ............. .................. xiii
Pendahuluan ............. ............1
Kata Pengantar pen-syarah ......... .......... 15
Kata Pengantar Penulis ....".......... ...........22
Tambahan Kata Pengantar ..."...... ..........28
Macam-macam tauhid .........28
Doa mas'alah (permintaan) dan doa ibadah ..........34
Pasal Pertama;
Fasal Kedua
Kaidah Pertamal
Sifat-sifat Aiiah seluruhnya aciaiah sifat-sifat sempurna,
tidak ada kekurangari padanya dari segala sisi .........................257
Penjelasan Tarnbaha;i Kaidah Pertama ...................2V2
Fertama; maidna al-ri'atsalui a'ia ......... ..272
Kedua; qiyas auiawivah .....".... ................274
Ketiga; rrenaf-siran lalal makar, al-kaid, dan
al-khida'(tinu daya) .............278
Kaidah Kedua;
Bab Sifat-Sifat Ailah Lebih Luas dari Bab
liama-Nama Ailah ...............282
fi{aidah Ketiga;
Sifat-sifat Allah terbagi menjadi dua: tsubutiyah
Can salbiyah ............... ..........286
Keterangan Tambahan Kaiciah Ketiga .." ..,.......292
Fertama; sifat-sifat saibiyah . ..........292
Kedua; penjelasan dua bait s,vair yang riisebutran peli.iiis ".....294
Ketiga; pernyataan penyair lainnya ........ .".298
Kaidah Keempat;
Sifat-sifat tsubutiyah adalah sifat-sifat p ui ian
dan kesempurnaan ..."."........300
Kaidah Kelima;
Sifat-sifat Tsubutiyah ..".".....305
Kaidah Keenaml
Dalam menetapkan sifat-sifat ALlah, kita wajiir
besar
::-".enghindari dua larangan ......."...... 310
Penjelasan Tambahan Kaidah Keenam . .......".320
Kaidah Ketuiuh;
Sifat-sifat Allah adalah tauqifil'ah, tidak ada r rang i;agi akai
di bidang ini .......,..... ""."..........323
Fasal Ketiga
Kaidah Pertamal
Dalil-daiil vang rnenetapkan asma' darr s.1fat aiiaiah
kitab Allah dan sunnah R.asul-Nya ."..."..... . 331
Keterangan Tambahan ......"......341
Kaidah Kedua;
l"ang wajib kira iakuran terkait nash-nash Al-'Qur'an dan
sunnah iaiah memberiakukannya secara znahir
tanpa tahr.f ......"....." 344
Kaidah Ketiga;
Zhaht nash -nash te rkait sifat-sifat Allah . ....... .. '... 348
Kaidah Keempat;36
Znahir nash adalah; suatu makna dari nash vang langsung
terbersit dan dipahami oleh pikiran ......354
Terkait persc,alan ini, manusia terbagi rnenjadi
tiqa keiornpok ........ .............. 358
inilah marizhab yane benar dan jalan yang lurus ... 360
Pasal Keempat
Fasal Kelinoa
Pertama
Persembahan
Kedma
Al-asma'ul llusna
Al - Ah a d (M ah a E s a), Al - Qu d du s (M ah a S uci), Al - Kh ab ir (M ah a
Teliti)
S Kaidah pertama;
I Kaidah Xredua;
S Kaidah ketiga;
..^.
g] Kaidah keempat:
S Kaidah helima;
I Kaidah keenaml
-!i
am a - n ama- N. lu ridafr
I Kaidah ketujuh;
S Kaidah kedelapan;
,yan! s(1;na
Seperti ,ifitt a] 'Uluv' tlan sifat al-Q3tdrah
S Kaidah kesembilanl
SdnN'o
S Kaidah kesepuluh;
S Kaidah kesebelas;
O Kaidah keduabelas;
S Kaidah ketigabelas;
Petsamqcn
Yang diberi nama, itulah nama-nama-Li-ts
Don seperti itu pulo sifat-sifat-liya
S Kaidah pertama;
I [{aidah lcedua;
{5 Kaidah ketiga;
S
{at - i j at a d a .t' a n g t s ubuti,va h at a u s a }b j,ah
s
,$ I{aidah keernpat;
S Kaidah kelima;
$l Kaidah keenam;
Ketika kita menctapkan seluruh tu,ut
Ktta harus men;,ucikan pemahaman kitc
Dari ilngkttp ta$,ij, tamtsil
Sebagaimana kito berleras dari ta'thil
S Kaidah ketujuh;
S Kaidah pertana;
O Kaidah kedua;
S Kaidah hetiga;
S Kaidah keempat;
-------c =-_-_-n
.> .rainfi .iiuhammai hin sholih Al-t)tsoimrn ( 3(r:)
\,/
Penutup
.o,
l----
L____
Kata Pengantar Fen-syarah
-.v[:a,Y6J-jy^.
g(g,vd)sl
.iV-1
,:r^jl aiii sr
":jt
Segala auii han1.a milik Allah:s:. Kami memuji, meminta
pertolongan, dan memohon ampunan kepada-Nya. Kami
beriindung kepada Ai,ah ;e dari kejahatan jiwa dan buruknya amai
perbuatan. Siaoa saja yang diberi petunjuk otreh Allah Je, niscaya
tidak ada yang <iapat menyesatkannya, dan siapa saja yang Aliah ;e
sesatkan, nisrava ticiak ada yang dapat memberinya petunjuk. Sa1r1
bersaksi bahi,r,a tiada ilah (yang berhak dii-badahi dengan
sebenarnya) rrrelainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan
saya bersaksi bahwa I'"{uhammad adalah hamba dan Rasutr-Nya.
V)) Lr] -*,r i,j.> 2,"^ y it* s-ir f,-,rfr ,-ur qjiUr
Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Ailah akan mem-
perbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-aosamu. Dan barangsia-
pa menaati Allah dan Rasul-Nya, rnaka sungguh, dia menang dengan
kemenangan y ang agung." (QS. .A,I-Ahzab z7A -7 Ll
Segala puji bagi Allah riu yang rnenjadikan sisa-sisa ahli ilmu di
setiap rentang waktu kekosongan para rasui, yang rnenyeru orang
tersesat menuju petunjuk, bersabar menghaciapi gangguan mereka,
menghidupkan kembali orang-orang yang mati hatinya, dan
membeialak orang-orang yang buta rnata tatinya: dengan kitab
Ailah. Betapa banyak korban penyesatan iblis vang mereka sadarkan
kembali!. Betapa banyak orang tersesat, kebingungan; yang mereka
tunjukkan!. Betapa mulia pengaruh mereka terhadap raanusia, dan
betapa buruk sikap manusia terhadap rnereka!. Mereka menghalau
tahrif dari orang-orang yang ghuiuw rerhadap kitab Allah,
melenyapkan kebohongan para pendusta. dan membasmi
penakwilan orang-orang j ahil.
Muqa dciim o n Aqow i t ats-Tsi qat, Syu'a ib al-Arna uth, ha l: 5, dengan peruba-
han.
Pembahasan ini dikutip oari qi-Asmo' wash Shifat, al-Asyqar, dan Miftah
Daris Sa'adan, lbnui Qayyim (l/z9t).
n
) ..roikh .tlun,tmmal bin Sholih-11-tltsarmin ( 3(rr)
\,/
selain Allah tidaklah memiliki kedudukan sedemikian tinggi di
dalam hati para hamba-Nya. Dengan demikian, terwujudlah tauhid
qalbi di dalam hati hamba-Nya, termanifestasikan ubudiyah kepada
Ailah. Hati para hamba tunduk terhadap keluhuran-Nya, dan jiwa
para hamba merasa tentram terhadap keagungan-lJya.
.o' ) SIarahAt-{bwaa;tiAl
*?-*--
!yt:
Kedudukan ilmu ini di Caiarn agama, begitu tinggi dan agung.
Siapapun tidak mungkin beribadah kepada Aliah secara sempurna,6
sebeium ia mengetahui nama-nama Alj.ah:= dan sifat-sifat-Nya;
baru setelahnl;a ia bisa beribadah kepada-Nya dengan yakin. Allah
:s, berfirman:
Persoalan ini telah kami rinci. Kami ielaskan ma(ne doa menurut bahasa
dan istilah. Juga perbedaan antara doa mas'alah (perrr-irtaan) dan doa
ibadah, dan mana yang lebih baik diantara keiuanya ratam penjeiasan
tambahan.
1o Meiaiui kaiimat ini, oenulis menyebuti<an dua alasan penulisan buku ini,
yaitu;
Pertamal karena kecudukan agung persoalan ini. Daiam pengertian bah-
wa rnengetahui permasaiahan inr rnenladi sebab ibadah kita kepada Ai-
lah menjadi lebih sempurna, hal itu karena seseorang tidaklah berdoa
kepada Rabbnya kecuali dengan menyebut nai'na-nama-Nya yang indah.
Maka doa initidak bisa terealisasi, kecualiiika ia mengeiahui makna dari
nama-nama tersebut.
Kedua; karena pernvataan sejumlah kaiangan terkait nama-nama dan si-
fat-sifat Allah. Pernyataan mereka terbagi meniadi dua :
t. Pernyaiaan yang brenar.
z. Pernyataan batil yang disebabkan dua faktor; faktor pertama; kebodo-
han, faktor i<edua; fanatisme.
Setelah penulis menyebutkan l<aidah-kaidah ini dan iuga dalii-daliinya'
maka siapa saja yang tidak tahu seiayaknya belaiar, dan siapa yang bersi-
kap fanatik harus meruiuk pada penielasannya. Namun semua itu ber-
gantung kepada taufik dariAllah.
Catatan; di antara ,'nereka yang membicarakan persoalan nama-nama
dan sifat-sifat Allah secara batil adalah Hisyam al-Badrani dalam bukun-
ya; ol-Hukm asy-Syar'i fi Bahts Asma illahi wa Shifatihi, terbit tahun t4t9 H-
Pada halaman 5 buku ini, al-Badrani menyatakan bahwa Syaikh lbnu Ut-
saimin cialam bukunya, Syarh al'Waslthiyyah, menyebutkan seiumlah ke-
anehan yang membingungkan. Pern;rataan ini tidak perlu ditanggapi'
karena ia hanya sebatas angin lalu. Pada halaman t78, al-Badrani meng-
haramkan menjelasran nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, atau men-
gulasnya. Pada halaman r93 dan tg4, ia memvonis kafir siapa saia yang
menetapkan Allah memiliki waiah, tangan, mata, kaki, dan iari-iari.
Pernyataannya tidar< memiliki nilai untuk dibantah, karena ia ielas meny-
elisihi kevakrnan ahiussunnah wal iamaah.
.o,
Saya memberi ;udui buku ini; al-Qawa'idu12 al-Mutsla13 fi
Shifatillahiwa Asma ihi al-Husna.la
14 Penulis iebih dulu rnenyebut kata as'shifat sebelum kata alrasma karena
dua sebab:
Pertamal perbedaan tentang olJasma di kalangan umat terbilang sedikit,
berbeda dengan ash-shifat. Karena itulah penulis lebih mendahulukan
penyebutan ash-shifot daripada altasma.
Kedua; kebiasaan manusia yang mensifati kata al'asmc dengan kata ol-
husno dibelakangnya, sehingga kala al'husna pun diakhirkan agar judul
buku bersalak (yakni berakhir dengan irama sama).
Pertauoa;
Macam-macam Tauhid
/\
C(.rr) ) S)ardh Al-q,'AaaiJ Ai ltuls:r < O--
\,/
Dia semata Y;ing merendahkan dan mengangkat, Yang rnemberi
dan Yang mencegah, Yang mendatangkan mara-bahaya dan Yang
memberikan manfaat, Yang memuliakan dan Yang menghinakan,
siapapun serain-Nya maka tidak memiliki kuasa dalam
inendatangkarr kernanfhatan, ataupun menoiak mara-bahaya dari
dirinya sendiri ataupun orang lain, kecuaii setelah diizinkan oleh
Allah cian berciasarka n kehendak-Nya.
4
ht Ure _,j.;i\_:j*J-l ';*r -i):\\i,.-1jLi.i1 d. a AU,4ty
t;,;:6;i ;ia
"Dan 1;ka engkau bertanya kepada mereka, 'Siapakah vang
menciptakan iangit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?'
P as ti m e re k G G Kan me nj aw ab,'Allah.' M aka tne ngap a mer eka b is a dip al-
ingkan (dari kebenaran)'." (QS. Al-Ankabut : 61)
--*-€
/ .;.. ''aikh '@GOD
t,fui'sr;tirnatl L.in Sholih A]-Utsaimin
*i "t, y.tj*t tnt;r, r;Jx ds "l +* a:.rrit;r 1ry
1,rr&, -Uir ;Fr :tj {t.:,tjtJr :j -u'ti c.Ac* ;;,5.r.
'A it:.f Js -rslr;:, i .ri >ul -,;;;r;;
1AV-
"b
qub, t;k -:s rl 4; ;A"\'j
"Katakanlah (Muhammad),'Milik siapak'ah Ur-,, ao, semua
yang ada di dalamnya, jika kamu mengetahu"i?' I,lereka akan menjawab,
'Milik Allah.' Katakanlah,'Maka ap akah kamu tid ak ingc t?' Katakanlah,
'Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan
ltang memiliki
'Arsy yang agung?' Mereka akan menjawab, '(Milik) Allah.' Katakanlah,
\--
tl------
tikh
" sOD
Kesucian Allah dalam sifat-sifat dan nama-nama-Nya,
sebagaimana pula dalam Zat-Nya, tidak memiliki rirral, sekutu,
ataupun tandingan.
i;;i i,, * r
F Li nr ,J .p),
':" Li ils
"Katakanlah (Muhammad), 'Dialeh Allah, Yarg ittaha Esa.
Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidakber:tnak dan tidak
pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu. ,-ang sei{}r.t i-engan Dia'-"
(QS. Al-Il(hlash: L-4)
Pertama; meminta.l6
,1.r .i
'.. ) -
q-{ ... tr r.ar_ J
23 Al-Fatawa (.i 4l), Bada'iul Fawa'id (ltl/z). Ada juga ulama yang rnembagi
doa menjacii; doa ibadah dan doa adat kebiasaan, ini merupakan klasifi-
ka:i Rasyid Ridha, seperti yang ia sebutkan dalam ta'liqnya terhadap
kitab 5hi-vdnd tul lnscn' on Wosw asah, Zaini Dahlan, hal: 435.
S Pertamal doa perrnintaan.
Telah kita ketahui bersama hakikat doa menurut bahasa; bahwa
ia dimutlakkan untuk makna permintaan dan permohonan; seperti
meminta sesuatu yang bermanfaat bagi orang yang berdoa, atau
meminta agar mara-bahaya dihilangkan darinya.
Dengan <iemikian jelas bahwa dua jenis doa ini saling memiliki
keterkaitan; hai inr juga menepis anggapan dari apa yang
disampaikan oieh kubu yang tidak sependapat, bahwa ayat-ayat
yang berisi iarangan berdoa kepada selain Aliah, maksudnya hanya
doa ibadah saja, trdak termasuk doa mas'alah (permintaan).
Sehingga larangan tersebut tidak mencakup permohonan syafaat
dari mayit, dan bertawasul dengan perantara mereka. Bahkan juga
tidak mencakup permintaan dan istighasah kepada malnt.
Demikian persangkaan mereka.2'
n
---
2__t:yrAll'luhammad bin Sholih,ll-Utsaimin { C(r)
-_<
@ Kaidah doa ibadah;
Syaikhul Islam ibnu Taimiyah "r.< menyebutkan torok ukur
yang bisa diasumsikan sebagai kaidah umum, terkait dengan ayat-
ayat yang secara zhahir lebih sesuai untuk dibawa ke makna doa
ibadah. Ia berkata, "setiap konteks ayat yang menyebutkan doa
orang-orang musyrik kepada berhala-berhala mereka, maka doa
yang dimaksud adalah doa ibadah, yang mutadhomin2| (yakni
mencakup) d,oa mas'alah (permintaan). Doa ibadah dinilai 1ebih
kuat karena tiga alasan;
* 7 .,
i
j)'Pr-
I t .t ,): ,l ."'
p JJr-^;
tt f;:'4" J".t,l o-rj _r f-5 * ,1i tJ
qt 1Y
#rf
'trtln
'Dan dikatakan kepada mereka, 'Di mana berhala-berhala yang
dahulukamu sembah, selain Aliah?. Dapatkah mereka menolongkamu
atau menolong diri rnereka sencivi?.' (QS. Asy-Syuoara' : g2-g3)
.--.7
Firman-Nya;
' ,o
I ) - ,
trJ9)ll
-:' qL*J.j;l
' l rs*
.4..
alll .t;: ,". u;;sirb
'Sungguh,kamu (orangkafir) dan apayangkamu sembah selain
AIIah, adalah bahan bakar Jahanam. Kamu (pasti) masuk ke dalam-
nya.' (QS. Al-Anbiya : 98)
Firman-Nya;
I' L;
"ii {F
'Aku tiiak akan menyembah apayangkamu sembah.' (QS. Al-
Kafirun:2)
Ayat-ayat serupa banyak terdapat di daiam Al-Qur'an. Dengan
demikian jelas bahwa doa orang-orang musyrikterhadap sembahan-
sembahan mereka, adalah bentuk ibadah mereka terhadap
sembahan-sembahan tersebut.
3o Lihat dalil-dalil ini di Madarijus Salikin (UlSlil, Bada'iut Fawa'id (illt9o), al-
W abila sh -Shay yib, hal: t8z, al - F atawo (XX il i -_-r 8
3 7 9 9).
----- --€
) __:r,t ituhammad bin Stlatii iii;;;inin < -o3
@ Dalil-dalil kelompok kedua;
Pertama; sabda Nabig:;
;:f*:rt j ii"-*1,
t)
,G-Ui :* ,lL- .ttl -i;
: 2 : r ":
,\
;: ",';'.e*Jl ;* ;:iJl ri.^;li,,
.,a-,,-L
37 HF. Al-i-lakri': (!i657- ;a lr,,,atakan hadris ini shahih dan pernyataannya di-
set,-rjui oiei; adz-D-ahet,;" iiaciis ini dinyatakan hasan oleh al-Albani
daiarn c;s-5ir.iiah ash Si;tt.nihah il\11r6), hadits nomor :5Tg.Dan ia nvatakan
snah jh Oarei'r Sliilhii ei -,ar:ri'il1:;t), hadits nomor tlZZ. Hadits ini memiliki
svahid 53r 1 , ratjits Atr hurairah.!,i yang dikeluarkan lbnu Adi dalam cl-
38 H R. Al-But<n,rri ciaiain al-Atiao al-Muf rad, hal: r54, al-Hakim dalam al-Mus-
Ibnul Qayyim ai;; berkata, ",.Ienis zikir lebih utama dari jenis
doa, iika keduanya dinilai tanpa- pertimbangan apapun. Membaca
Al-Qur'an lebih utama dari zikir; dan zikir iebih utarna dari doa. Ini
jika kita mernandang masing-masing (menurut jenisnya) tanpa
adanya suatu pertimbangan. Namun kadang sesuatu yangmafdhul
(yang keutamaannya lebih rendah), rnemiliki suatu pertimbangan
yang membuatnya lebih baik dari sesuatu yang fadhii (lebih utama);
sehingga tidak boleh beralih darinya kepada sesuaru yang fadhil
(lebih utama) tadi.
.o, F-----
Syaikhui islam Ibnu Taimiyah arx telah menyebutkan kaidah-
kaidah umum terka;t perbedaan tingkat keutamaan di dalam
ibadah beserta ragamnya.ao
t
Kaidah Pertama
.ffGTS,
tV-'
42 Mungkin ada yang berkata; akan lebih baik jik: penuli; menyebut <ata
(mencapai kesempurnaannya) menggantikan kata (nencapai puncak
keindahan). Tanggapan; penulis sengaja rnenyenut kata tersebut dengan
maksud, bahwa nama-nama Allah itu berada ii pr:r:rak keindahan,
maksudnya sangat sempurna dalam keindahar, seperti yang kami nukil
dari lbnul Wazir. Karena itulah Allah rnenyeout; (cl'osmcr'u ol-husno)
dengan sighot tdf dhil, seperti disebutkan da lan Hcsyiy at asy'Syihab' alal
Baidhowi (lv/4o8), yaitu isirn tafdhil di sini bersifat mutlak, sehingga trdak
bisa dikaitkan dengan perkataan; leb:h bair dar-i ini can itu. Dengan
demikian, nama-nama Ailah berada di puncak keindahan {secara mutlak).
6€vd)-Sr
tV"
41 Mengikuti wazan (ri)fu'la, bentuk mu'dnnats dari kata ahsan. rbnu al-
wazir berpendapat bahwa husna adalah bentuk jamak dari kata ahsan.
Kami tidak menemuKan pendapat ini dikemukakan oleh siapapun selain
lbnu al-wazir-, setelah kami teliti di kitab-kitab bahasa, ndhwu, dan sharaf .
Bahkan, mereka tidak menyebutkan wazan (*!s) fu,la -dengan dhammah
diawal kemudian suk.un- dalam wazan-wazan jamak, baik dalam bab isim
maqshur ataupun isim mamdud, tidak pula dalam bab iamak taksir. Kami
juga tidak menemukan seorang pun yang menyatakan seperti ini dari
kalangan mufassir ataupun pen-syarah. yang mereka sebutkan ialah
bahwa husna merupakan bentuk mu'annats dari kata alahsan atau
bentuk mashdar sifat, seperti kaLa dzikra. Lihat; Tafsir lbnu Asyur
(vtri1186).
Disebutkan cialam ltsarul Haq,olal Khalq, hal: 67, ,,...sebab kata al_husn
termasuk shifatu al-alfadh (sifat lafal) dan shifatu al-ma'ani (sifat makna);
jadi setiap lafal yang memiliki dua makna; hasan dan ahsan, maka yang
diinginkan darinya adaiah al-ahsan (yang terbaik) diantara keduanya,
sehingga lafal tadi bisa dijamak dalam wazan husna. Dan lafal (yang
mengandung dua makna tersebut) tidak bisa ditafsirkan dengan alhosan
(yang sekedar baik) oari keduanya, melainkan (harus ditafsirlian) dengan
ol-ahsan (yang lebih baik) karena asumsi tersebut.,,
AIlah sendiri ielah menyifati nama-nama-Nya dengan lafal husna di
empat tempat, yaitu :
Pertamal
,--S L ,: j;q=- cU-i or ij-\^! _9Jl l_._,2! o X..: ":rrB ..;Jf ;[-!f alyl
1
j-,L;j
"Don Allah rnemiliki Asma'ul Husna (nama-namd yang terbaik), mako
bermohonlah kepado-Nya dengan menvebut Asmo,ul Husna itu, dan
tinggolkanlah orang-o rong yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka
kelak akan mendapat balosan terhadap dpa yang telah mereka kerjakan.,,
(QS. Al-A'raf : r8o)
Kedua;
,I - t, .'.
oL*)!
,'.,, i ..
$ ... LzJ o o9)-) a! c4f
42 Mungkin ada yang berkata; akan lebih baik rika penulis;-nenyebut kata
(mencapai kesempurnaannya) menggantikan (ata (mencaoai puncak
keindahan). Tanggapan; penulis sengaja men-yebit kata re!'sebut dengan
maksud, bahwa nama-nama Ailah itu berada cii pur,rak keindahan,
maksudnya sangat sempurna dalar:-r keindahan, seperii yang kami nukil
dari lbnul Wazir. Karena itulah Allah menyebut; (al-csnra'u al-husna)
dengan sighot tafdhil, seperti disebutkan dalan Hasyiyat asy-Syihab'olal
Baidhawi (lV/4o8), yaitu isim tafdhil di sini bersifat mutlai , sehingga tidak
bisa dikaitkan dengan perkataan; lebih bair cari ini car"r itu. Dengan
demikian, nama-nama Allah berada cji puncak kerndahan isecara mutlak).
Yang demikian, karena nama-nama-Nya mengandung sifat-
sifat sempurna*3 tanpa adanya suatu kekurangan pun, baik secara
ihtim al (kemun gkinan ) ataup un t akdir (p e rkiraan) aa .
i!,--,-...-i,. -' - a
,,,o
'
hd,r v3
-*)r3;l .,i L;,-E;. r^ Vl. ti.ll+ \ .-!l dk" ;t:,c:f
-.'
o ,,
./ts,
z
J Y! _,rti \y:t-,Yj _;r!t gL^l-b c +
.. . z
)," EJ,{ YI" uj:
e.:
l':
-
"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang
mengetahui, selain Dia. Dia mengetahui apa .;ang ada di darat dan
di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur,yang ridak diketahui-
Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak pula
s e su atu y an g b as ah, atau y an g ker in g, y an g ti d ak t e r tuli s d al am Kit ab
+6 Hadits riwayat al-Bukhari, hadits nomor Sggg pada iilid (X/aao) yang
dicetak bersama Fathul Bari, iuga Muslirn, kitab; ar'Raqa'iq, sesuaI
nuskhah ai-It.4uf him, <arya ai-Qurthubi(Vll/84); nash hadits dari Umar bin
Khaththab; ia berka:a,
)- - lli
)o eti
47 As-sabyyu ialah tawanan yang terdiri dari anak-anak dan para wanita.
Lihat Tahrir at-Tanbin karya an-Nawawi hal. 34o, ad-Dur an-Naqiy fi Syarh
al-Fazh al Kharqiy karya Abdul Hadi (lll+z)
3- oo.
.11 ' | '-i - Jl- :il r..
t. ljl - r,
iL...l# r-9r-Jlj illlJ ]J*-LU _rrrD t*).9 e
a.o->;
"Ya Tuhan kami, rahmat dan iimu yang ada puda-lfiu meliputi
segala. sesuatu, maka berilah ampunan kepada orins-orang yang
bertobat dan mengikuti jalan (agama)-ltlu, Can nelihar;iah mereka dari
azab nerakavangbernydla-nyaia." (QS. Ghafir : ?)
51 lbnul Qayyim berkata dalam Miftah Daris Sa'adah (ll/+8S), "Karena ituiah
Aliah sering kaii menggandengkan dua nama ini; Al-Aziz AI-Hakim dalam
ayat-ayat t.asltrt', penciptaan, dan pembalasan, untuk menuniukkan
kepada hamba-hamba-Nya bahwa semua itu bersumber dari hikmah nan
sempurna, dan keperkasaan yang mutlak. Orang-orang yang diberi
taufik pun memahami hikmah dan kehendak-Nya ini, sehingga mercka
hanya mencukupkan diri dengan apa yang mereka ketahui, dan apa yang
dapat dicapai oleh akal dan iimu mereka, sedang apa yang tidak mereka
pahami (hikmahnya), maka mereka kembalikan pengetahuannya kepada
Zat Yang Maha Adil" Zat yang mengetahui segala sesuatu.
tulereka pun meyakini berdasarkan perenungan terhadap hikmah-Nya
yang mencerngangkan akal bahwa, di setiap penciptaan, perintah, iuga di
setiap hukuman dan balasan yang diberikan Allah, memiliki hikmah-
hikmah sernpurna yang tidak dapat diiangkau oleh nalar mereka, dan
bahwa Allan Maha Kaya, tulaha Terpuji, Maha Mengetahui, dan Maha
Bijaksana, sehingga sumber penciptaan, perintah, pahala, hukuman,
kekayaan, pujian, ilmu. dan hikmah Allah, tidaklah berasal dari kehendak
yang serampangan, ataupun kekuasaan yang terlepas dari hikmah,
rahmat, maslahat, tujuan-tujuan yang mulia yang diharapkan, baik dalam
ihival penciptaan ataupun perintah, dan Allah tidak ditanya tentang apa
yang Dia perbuat, karena kesempurnaan hikmah-Nya." Selesai nukilan.
54 Seperti seorang raja atau pemimpin misainya, /ang seorang pun tidak
berani menentangnya karena kesempurnaan kekuasaan dan
keperkasaannya.
.',vi:G\Y6it/^- *._)
U'{3,vci$
tV-'
Pada catatan kairi di kaidah trertama, teiah karni sarnpaikan
bahi,va kita al;an rnernbahas dua persoalan di bagian penjelasan
tambahan ir-:
Fertaruta;
lVIai<sud perkataan penulis; "Baih secara ihtimal
(kemungkinan) ataupun takdiv (perldraan)."
,! r'
W ... L(J ;;''ti;,.;r ;e'Jl .i;p
'Dan Aliah memiliki Asma'ul Husna (nama-nama yang terbaik),
maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma'ul Husna itu.'
(QS. Al-A'raf : 180).
Kedua; laral yang bermakna in<iah dari satu sisi saja. Lafal ini
bisa digunakan untu< mengabarkan tentang Allah, namun tidak
boleh digunakan sebagai nama-Nya.
Kedua;
Nama-nama Allah yang disebut secara berpasangan.sT
Crrntoh :
Ai-Ghafur Ar-Rahim (Maha Pengampun, Maha
Fenyayangj. .\mpurran adaiah sifat kesempurnaan, dan rahmat
adalah sifat kesempurnaan lainnya. Ketika ampunan dan rahmat
Allah diganiengkan, maka memuncul.kan kesempurnaan ketiga,
di luar keseri,purnaan (riua sifat tadi secara terpisah). Karenanva,
Allah iayak rirouji atas ampunan-Nya, iayak dipuji atas rahmat-Nya,
dan layak dicuji atas penggabungan di antara riua sifat (ampunan
dan rahmat-l.iya).
.1.
t $.1
LJ* Lsil oY "' u
"-'.t:
)/
t)
e;
\-J'
eUU o?ll.tr"-!l ;"j[Jl ?t
\'.J v
y_ ri;i --,-iJl i; )t lr r-:F
''''tJl
.a-_
,.C';\"-,rt ,u ii f
. "Dialah Yang M aha Melimp ahkan Keb aikan, M ah a F rry oy org."
(QS. Ath-Thur:28)
-;
u, x
.;> _;r -,ljJi...
, "Yang Maha Penerima tobat, Maho" Fenyayang." {QS. Al-
Baqarah: 128)
*_jt Fl w
s r*> *
".(--
"Yang Mahabij aksan a, M aha Terpuji )' (QS. Fushshilat : 42)
{FPif q,
/., i. ,, ,. .f.
\l:-r& *
"Sungguh, DiaMaha Penyantun, MahaPengampun " (QS. AI-
Isra': 44i
{r;i+ }
"sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha f"rgrrifr.' 1qS.
Itrud: ?3)
Baqarah:255)
.414,?F
"Yang Ntaha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba-
Nya." (QS. AI-Isra': 17)
{ itr' .r>ijr" Y
. " Dialah YangMaha P encipta, M aha Mengetahui." (QS. AJ-Hijr
:86)
. "Rabb,YangMahaPenyayang." (Q.S. Yasin : 58)
.
T )r)r €) q) ul
:,
I
"Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang, Maha Pengasih." (Q$.
Hud:90)
,*.
#.Jtyil i; x
"Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Asy-
Syura: 11)
-. :1, ^-*
1'- L:
air, ...*
"Allah Maha Mendengar. Maha Mengetahui." (QS. Ali
'Imran: 34)
/i:' -ir
t *-l ci:- t "'b/
. "Sungguh, Dia Maha Mendengar, Mahadekat" (QS. Saba':
50)
L47)
.r.r"
ti.j-rrCnt, f
"Dan Ailah [,iaha Mensyukuri, Maha Penyantun." (QS. At-
Taghabun: L7)
{;.9npi' L, ,*
"D an s e sung g,uhny a Aliah M aha Mengetahui, M aha P eny antun."
(Qs. Al-Haii : se)
{-f
/ n ,' o r-'
rt, *,, }
"Ailah Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (QS. AI-Anfal :
tt\
t 1'
{if*eit }
"Dia Maha l,i.engetahui., Mahakua.sa." (QS. Asy-Syura : SOi
&,'*StiJJl
\ --.. I -. F
, "Allah Yang Maha Mengetahui, Mahateliti'" (QS. At-T'ahrim
:3)
&_trr* (fi os nr it h
, "Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun' (QS. An-
Nisa':43i
{ r;* r* b
, "Al.!ah Maha Pemaaf, Mahakuasa." (QS. An-Nisa': 149)
,f ,-.1,'
{ fo<-lt }-;st Y
'Y
i 5--Jt .e*l
, "(Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang." (QS. Asy-
Syu'ara'z 21V\
*. ,fill -/Fl f
. "YangMahaperkasa, Maha Pengampun" (QS. Shad : 66)
t r-*,j ,-" r
. "YangMahaperkasa, Mahakuasa." (QS. Al-Qamar . 42;
ri.(;!r ; p
. "DialahYangMahatinggi, Mahabesar." (QS. A.l-Haii : 62)
* :-u*ir '-.r*ir J
.?-
;i J
...w
- "DialahYangMahaagung, Mahabesar." (QS. Asy-Syura : 4)
o )r* )yro d! o
^\
"Sunggutt, ,\llah ltIaha Pengampun, Maha Mensyukuri." (QS.
Asy-Syura:23)
,d >', 'i;...*,
\.. ,. -l
" All ah 1,4 c n a P e n gamp un, M ah a P eny ay an {' ( QS. Al- B aqarah
:218)
* -r=.-- Jf f
"Ailah LI ahakay a, lv! aha Terpuji." (QS. Al-Baqarah z 267)
,'ri-d
'e r' I
"
"Aiiah !,Itihakaya, Ir,Laha Penyantun." (QS. Al-Baqarah :
263)
{ #r a';,t';3 'y
-.---*-----{ : . Kaitia
"Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahma.t-Nya) dan
memperkenankan (doahamba-Nyo)"" (Q$. Hud : 6n)
,..an\
a l'; LIJJ uE arl il f
"S Allah M ah al e mb
un gguh, r':' (qs. AE-
ut, M ah a f") r, g", olr-
Ahzab:34)
*.\'-
^.<,.]r ;;jr ,,- ,-lr :uir ...*
"M aharaj a, Yan g M ahasuci,YangMahap erkas a, Mah abij aksana."
(QS. AJ-Jumu'ah : 1)
.-l; (l r-
'{' t-*u# F
" "TuhanYangMahakua.sa." (QS. AI-Qamar: 55)
sg
"M aha P en erim a tob at, M ah a P engampun."
HR. Abu Dawud, hadits nomor 4012, an-Nasa'i (l/7o), dan al-Baihaqi
(liie8).
**_*^..* \.
zl'
---
-'
{ ai da n -kai tiah Tbrkait .\amo-namo i11dn
t t1 1 ./
\ .o,
"Maha Agung, Maha Penyantun."6l
. .a it t
-
;-rJ J', !)i,-.il .*tYF
" -J, -G -+U
"Dan sesungguhnya engkau (Uut o**od) benar-benar telah diberi
Al-Qur'an dari sisi (Allah) Yang Mahabiiaksana, Maha Mengetahui'"
(QS. An-Naml : 6)
Dan firman-N;ta;
Juga firman-N'ua;
' ) . J,
;y ir:i, i
.JiJ
t5J;'t ilt rY +!
"Demikianlah ketetapan (Allah) yang Mahaperkasa, Maha
F
Contoh iain; Allah menutup di akhir serian kisari nara nabi dan
umat-umat mereka dalam surah Asy-Syu'ara' {engan iirman_Nya;
.o,
t e!' ilt'A =x' tSY
"Dan sungguh, Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa, Maha
Penyayang." (QS. Asy-Syu'ara': 91 68, 104, L22ra4O' 159' 175,
ler-).
Allah ^. berfirman;
"Dansiapakahyangtebihbaikperkataannyadaripadaorang
yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebaiikan dan berkata,
',Suigguh',
aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?"
(QS. Fushshilat:33)
Ailah *l berfirman;
, o:j:'J i:;*;
,,Lalu
Kami tentukan (bentuknya), maka iKamilah) sebaik-baik
":i
y ang menentukan." (qS. Al-Mursalat : 23)
Allah;s berfirrnan;
Seperti firman-Nya;
Dan firman-Nyr;
)t/. : .j
'r1* all .l|Sj ;F\lj-' ;Jl *,1, 4rrr
{. t,4.
"B dunia n t aka ke :ahuilah b ahw a
ar an gsiap a m engh endaki p ahala di
di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah l,[uha I'fiendengar,
Maha Melihat." (QS. An-Nisa' :L34)
Aliah:u berfirman;
.o, F-----_
ia beri sedekah dengan mengungkit-ungkitnya, padahai yang ia
berikan itu hanyalah sedikit, dan ia juga memerlukan R.abbnya.
66 Makna sifat, dan perbedaan antara sifat dan nama akan diielaskan dalam
keterangan tambahan selanjutnya.
67 Zat memilikr beberapa makna, seperti yang akan kami sebutkan dalam
keterangan iambahan selaniutnya. Dan, Zat yang dimaksud disini adalah
sesuatu yang berdiri sendiri.
___< \--
) l Kaida;.t-kaidah Tbrkait ll ama-nama Allah ( .o,
Allah p. Sementara dalam konteks yang kedua,7o nama-nama
Allah bermakna mutabayinah (berbeda satu sama lain),71 karena
masing-masing nama Allah menunjukkan makna khusus. Contoh;
Al-Hayyu (Maha Hidup), Al-'Alim (Maha Mengetahui),
Al-Qadir (Maha Kuasa), As-Sami' (Maha Mendengar), Al-Bashir
(Maha Melihat), Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha
Penyayang), N-Aziz (Maha Perkasa), Al-Hakim (Maha Bijaksana);
semua ini adalah nama-nama (mutaradifahl yang menunjukkan
satu penyandang nama, yaitu Allahii,e. Namun, makna Al-Hayyu
berbeda dengan makna Al-Alirn; makna A1-Alim berbeda dengan
makna nama Al-Qadir, dan seterusnya.T2
72 lmam lbnul Qayyim berkata dalam al-Asma'ul Husna yang dihimpun oleh
Yusuf bin Ali, hal: 255,'tPara ulama berbeda pendapat terkait nama-nama
Allah; apakah (nama-nama tersebut) dikatakan mutabayyinoh (berbeda-
beda) sesuai dengan perbedaan makna, dan bahwa setiap nama
menunjukkan makna yang berbeda dari rnakna yang ditunjukkan oleh
nama lainnya, ataukah nama-nama-Nya dikatakan mutoradifoh (saling
mewakili satu sama lain) karena ia rnenunjukkan Zat yang satu, maka
madlul(penunjukkan makna untuk mengisyaratkan Zat) dari nama-nama
tersebut adalah satu tidak ada yang lain, seperti halnya katamutaradifah
(yang memiliki banyak persamaan kata) yang lain?. Perbedaan ini hanya
bersifat lafzi (yakni secara esensi tidak ada perbedaan)."
Kesimpulannya bahwa; nama-nama Allah adalah mutaradifah (saling
mewakili) jika mengacu kepada Zat, dan mutabayinah (berbeda
maknanya) iika mengacu pada sifat (yang terkandung dalam nama).
{ €tt't-rAt';3 b
"laMaha tengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Ahqaf : 8)
Dan firman-Ny";
, L., ar,
W-t ... da> Jl
74 Daiil dar-i ry'at ini adalah firman-Nya; (i"-r1 y!). Para mufassir
menyebutkan bahwa makna kata ini adalah Pemilik rahmat, maksudnya
Rabb yang disifat dengan sifat tersebut. Dengan demikian ada
(.=1t; dan (i^;t 3i) untuk meneguhkan penetapan
perbedaan ,rntara
sifat Aliah"
Al-Alusi berRata dalam iafsirnya (XV/3o5), "Lafal (a*]t yi) lebih fasih dari
lafal Ar-F,anman cian Ar-Rahir-n, meski kedua kata tersebut jika
digabungkan, lebih fasih maknanya dari kata 1a^;t _ei). Karena itulah
gabungan lafal Ar-Rahman dan Ar-Rahim hanya disebut dalam basmalah
safa. Siapa pun yang bersikap adil, tentu tidak ragu bahwa kalimat, "Fulan
dzu al-ilmi (oemilik ilmu)," lebih fasih dari kalimat, "Fulan aliim (orang
yang berilmu,,t." Baht<an juga kalimat, "Fulan al-alim (si orang yang tahu),"
karena kata oertanra, "Fulan dzu al-ilmi (pemilik ilmu)," menunjukkan
bahwa ia memiiiki e:,ensi ilmu. Berbeda dengan dua kalimat setelahnya."
A-llah::: berfirman;
'.: .: .i.
Slij -,$ .gJi; *r, S-*.ji; ;,,q J;yi _{; J,t -A;
-.(J!
xc*
-;r--i ,ri Lo.-i x r , g;t -;i giir3o r*
= Kedua; sesuatu yang azali, sehingga ciikatakan: Allah qadim azali.
Mu'taziiah memiliki hujah lainnya, bahwa rneneiapkan banyak sifat
mengharuskan kesamaan antara Allah dengan makhluk, dan bantahan
atas huiah ini akan disampaikan selanjutnya.
79 Dalil sam'i yakniAi-qur'an dan As-Sunnah. istilah ini akan banyak dipakai
dalam buku ini, mohon diperhatikan.
80 Melaiui avat ini, Allah menyifati diri-Nya dengan sifat membalas atau
menyiksa, Dia yang memuiai penciptaan, dan mengulang lagi penciptaan,
la Maha Pengampun, Maha Penyayang, Pemilik Arsy, ia ltIaha Luhur, dan
ia Maha berbuat apa yang la kehendaki.
Catatan; para qari' berbeda pendapat terkait iafal (-r*":i). Nafi,, Ashim,
lbnu Katsir, Abu Amr, dan lbnu Amir membacanva dengan rofo' sebagai
sifat untuk iafal ( r:). Senrentara Hamzah, Kisa'i, dan Mufadhal
meriwayatkan dari Ashim; (-'.+_Jij dengan jor ;ebagai sifat untuk lafal
(,;lt). Pendapat ini ciikemukakan al-Azhar!, seperti disebutkan daiam
bukunya yang beriudul al-Qira'at ilii7fi), drpe;"kuat ibnu Abi Maryam
dalam al-Muwadhah (lllii356), Atau, iafal (r+ I adalah sifat untuk lafai
(e!-i), seperti yang dinyatakan Abu Ali al-Farisi rlalanr al,Hu;j ah (yligy).
Silahkan lihat perbeclaan pendapat ini dalam ai-tr.asyf karya Makki ai-eaisi
11t7309), Musykil I'rabil Qur'an, karya Makki (ti/8o9), dan al-Farid,
al-Hamdani (tv/6St).
Dalil akal; sifat bukanlah Zat, dan Zat itu berbeda dengan
sifat, sehingga banyaknya sifat bukan berarti mengharuskan
banyaknya sesuatu yang disifati. Sifat-sifat ini tidak lain sebatas
sifat yang disandang oleh Zat, yang memiliki sifat-sifat tersebut.
Dan, setiap yangwujttd82 (baca: konkret) pastilah memiliki banyak
sifat, termasuk di antaranya sifat wujuds3 (keberadaannya) itu
sendiri.
*___-_{ ! . Kaidah-kaidahTbrkait
'!\iama-nama
Allah .o,
Termas uk dalii akal, bahwa Nlah w aj ibul w uj uti, at au mumkinul
wujud,sa Allah adalah sesuatu yang ada dengan sendiri, atau sifat
pada selain-Ny".tt
84 Waiibut wujud adalah sesuatu yang menurut akal pasti ada (yakni
keberadaannya adalah sesuatu yang wafib), seperti keberadaan Allah.
Sedangkan mumkinul wujud atau ja'izul wujud adalah sesuatu yang
menurut akal bisa dibayangkan ada atau tidaknya, seperti wujud
(keberadaan) seluruh makhluk. Lihat; Lowarni'ul Anwar, as-Safarini (1158).
85 Dengan demikian, setiap yang wujud harus me:niliki banyak sifat. Karena
Allah ada, maka harus memiliki sifat yang banvak, minima! sifat-sifatnya
adalah;
Pertama; sifat wuiud.
Kedua; keberadaan Allah sebagai wajibul wujud, yaitu Rabb, atau ja'izul
wujud bagi makhluk.
Ketiga; Allah adalah Zat yang berdiri sendiri, atau sifat yang ada pada
selain-Nya.
B6 lni adalah dalil pertama yang menuniukkan bahwa ad-dahr bukan nama
Allah, karena nama-nama Allah itu baik cian 'ndah, seperti yang telah
dijelaskan sebelumn.Ta, dan !uga mengandung banyak makna.Sementara
ad-dahr hanya merupakan isim jamid (;,ang ticiak rnencakup makna
indah).
87 Ada yang mengatakan bahwa od-oahr adaiah v",aktu ,vang aiia batasannya,
seperti disebutkan al-,Azhari calam Tahcjzibtti Lughah irilltgt). Atau itu
merupakan istilah untuk suatu zaman )iang arna, seperti disebutkan
az-Zamakhsyari dalam al-Fa' ia (11187).
Jr u; r ,.,:. ,
r j;E'it S it*bu.t
"Dan mereka berkata, 'Rehidupan ini tidak lain hanyalah
kehiaupan ai dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang
mernbinasakun kita seiain masa.' Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu
t e nt an g itu, n'; e r eka h any al ah m e n du ga - du ga s aj a' ." (QS. AI- Jatsiyah
z 24).
tr.. d-
.,-l
:rlhr
l>'-)'\)'J
!>o J3 olt ,18
;r<i'; *i:Lr
90 Riwayat y;ang shahih dan masyhur adaiah i'rab rofa' untuk lafal ad-dahr.
S:lahkan simak perbedaan pendapat terkait hal ini dalam al-Mufhim,
al-Qurthubi (v/S+6).
yang terjadi di dalamnya." Allah menjelaskan bahwa ia membolak-
balikkan malam dan siang, yang mana keduanya ini merupakan
masa atau zaman. Tidak mungkin muqallib (yang memboiak-
balikkan siang dan malam) adaiah muqallab (atau siang dan
malam yang dibolak-balikkan). Dengan demikian jeias bahwa yang
dimaksud lafalAd-Dahr dalam hadits ini bukanlah Ailah;e.s'?
Kelima: Ati-Dahr,
Pertamal
Perbedaan antara isim dan sifat;e3
Alasan lain; isim itu diambilkan dari sifat, karena sifat adalah
mashadir (sumber) al-asma' ul husna.
Definisi ini, adalah definisi yang paling tepat, dan terbaik untuk
pengertian ai-asma'ul husna karena beberapa alasan berikut;
Kedua;
Penielasan bahwa nama-nama Allah adalah a'lam dan sifatleT
97 Bahasan ini dikutip dari kitab al-Qowa'id al-Kulliyyah lish Shifat, karya al-
Buraikan, dengan perubahan dan tambahan.
Ji
r,1' .'. l.
ll(,
H .-,.a.Jl
"Tidak aea sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang
MahaMendengar, MahaMelihat." (QS. Asy-Syura : 11)
Dan f;rrnan-Nya;
> -i' *1
*. i - r ! J J;-^ ;:glty ,-+Jr
:-
Jr, J; {ft ;j1. { .sir
\ y
^i, r}l
"Dialah Aiiah tiaak ada tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang
gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pe-ngasih, Maha Penyayan{'
(QS. A-l-Hasyt:22')
Kesirnpulannya bahwa:
.@,
Kesepuluhl menyebut adanya at-tabayun (perbedaan), atau
at-taraduf (kesarnaan) secara mutlak begitu saja terkait nama-nama
Allah, berpotensi menjatuhkan seseorang ke daiam kebatilan. Bisa
jadi ia akan menyatakan bahwa nama-nama Allah hanya sebatas
al:alamiyah (penamaan semata), atau ia akan mengingkari setiap
nama-nama Allah.
Ketiga;
Beberapa makna Zat.
Pertamal loij) Zat adaiah bentuk mu- anats dari kata (yr)
dzu, yangberarti pemilik. Dengan demikian, hurui alif-nya adalah
pengganti wawu.
Firman Aliah :g ;
ot: tr),))\j F
"Dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu."
(QS. Al-Anfal: 1).
Seperti yang disebutkan oleh Abu Ja'far an-Nahhas dalam
Ma'anil Qur' an (III/129), dan ibnu Asyur dalam tafsirnya (IX/253).
Hanya saja makna tersebut dibawa kepada majazsB bukan secara
hakikatnya, dimana ia merupakan antonim dari sifat, dan sinonim
dari an-nafs (person). Dan secara urf (adat kebiasaan), lafal
dzat berubah makna penggunaannya menjadi an-nafs (person).
Ar-Raghib menyebutkan dalam al-Mufradat (I/242) bahwa ini
bukan perkataan orang-orang Arab. Pernyataan ini dinukil
98 Syaikh lbnu Utsaimin mendefinisikan dalam bukunya, al-lJshul, hal: z5;
bahwa majaz adalah kata yang digunakan di luar fungsinya.
Ada dua pendapat terkait maiaz;
Pendapat pertama; majaz itu ada.
Pendapat kedua; tidak ada malaz. Pendapat inidipilih Syaikhul lslam lbnu
Taimiyah dan muridn,ra; lmam lbnul Qayyim, beliau menyebutnya sebagai
thaghut, seperti yang ia sebutkan dalam bukunya, ash-Showa'iq dan
ringkasannya" Orar,g pertama yang mengingkari majaz adalah
al-isfirayini.
Catatanl sebagian urama kontemporer menisbatkan pendapat kepada
asy-Syinqithi bahwa b,eliau menyatakan adanya majaz dalam bahasa, dan
rnengingkari kebera,laan majaz di daiam Al-Qur'an. Klaim ini berbeda
dengan pernyataan asy-Syinqithi dalam bukunya, Mon'u )awazil Majaz,
yang diterbitkan bersama buku Adwa'ul Bayan (X/8), kata beliau,,,Adapun
menurut pendapat yang menyatakan tidak adanya majaz dalam bahasa,
dan inilah yang benar, dengan demikian tidak adanya majaz di dalam
AI-Qur'an, adalah sesuatu yang gamblang."
Lihal al-Ma1az fil Lughah wal Qur'an, Dr. Abdul Azhim al-Muth,ani, dan
lmta'ulUqul bi Raudhatil Ushul, Abdul eadir al-Hamd,hal:.27.
Contoh lain; (trJl ,",- ^Ji ,:li .:eL. ) artinya; telah datang
seorang wanita yang menyusui anaknya.
itulah empat makna dari iafal (.:li) dalam bahasa Arab. Adapun
makna lafal (ilil diartikan sebagai jirta, atau hakikat sesuatu,
maka para ahli gramatika Arab berbeda pendapat tentang hal ini.
Di antara mereka ada yang mengingkari penggunaan makna ini.
Ada pula yang membolehkannya. Sementar.t secara tekstual dari
pernyataan Al-Bukhari; boleh menggunakan lafal i -t:) bermakna
jiwa, atau hakikat sesuatu.
fo) artinya; wanita pemilik ilmu, (& -c. .;U ,ill) artinya; Allah;e
Pemilik ilmu.
too lni adalah perkataan lbnu Burhan, seperti yang dinukil al-Muhibbi dalam
Qoshdush Sabil fima fil Lughah al''Arabtyyah minad Dakhil (ll5t).
Keempatl
Hulah kelompok ahlita'tahil dan bantahannya-
Allah ig berfirmaa;
a '--,o.it
-J-{-JJ
i*--Ji "a
i
"Tidak aii.: sesuatu purl yo-ng serupa dengan Dia. Dan Dia Yang
MahaMendengar, MataMelihat." (QS. Asy-Syura : 1L).
.Ji-r:)*
" W ah ai u'y, ti'tan d a' . M e n gap a en gkau meny emb ah se suatu y ang ti d ak
mendengar, ticiak melthat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?"
(QS. Maryam:42)
.*--_-{ =-.
? ; . Kaidch-kaidahTerkait'llama-nama Allah { 3(oD
J
\,/
apapun selain Zat Allah saja, adalah pernyataan batil, karena nash-
nash Al-Qur'an dan As-Sunnah banyak menunjukkan bahwa setiap
nama di antara nama-nama Allah menunjuxkan rnakna khusus,
meski seluruh nama-nama-|.1ya menunjukkan sat.r penyandang
narna, dan satu penyandang sifat, yaitu .illah, karena Dialah
Al-Ha1ryu (Maha Hidup), Al-Qayyum i&{aha Berdiri sendiri),
As-Sami' (Maha Mendengar), Al-Bashir (Mara Melihat), ,{1-Alim
(Maha Mengetahui), Al-Qadir iMaha Kuasa).
Kelima;
Ail-Dahr (nrasa atau zarnan).
: '. "'
,/!l - iltj s'1..U;Jl Ft .f)\\j *-ii'*i -;i; 5,'1i 11 -,;111,
t i;--i i'1:F
"segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi,
dan menjadikan gelap dan terang, namun ,lemikian arang-orang
kafir masih mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu."
(QS. Al-An'am : 1)
,t
"-' - ; -;
,$.ttr<: !t]i ;.l ,5+ ji: it;i. rlt a"f ;v.Jt: -lJl '
--- g-iJl --rj!
"Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti
bagi orangyang ingin mengambil pelajaran atau yangingin bersyukur."
(Q$. Al-Furqan : 62)
,t
,1.
*:;_S- r-# a;':, 4; U>U Vt t? w i_i;i ir
"Di dalamnya m.ereka tidak mendengar perkataan yang tidak
berguna, kecuali (ucapan) salam. Dan di dalamnya bagi mereka ada
rezeki pagt dan petang." (QS. Maryam : 62).
rc2 Al-matsai ,:; Aflathunivin (baca: teori gua Plato) merupakan ideologi yang
banyak Cia-,r.rt oieii oara filsuf. Yakni ideologi yang meyakini adanya
hakikat koriirret yang nyata di luar alam, yang tidak dirasa oleh indera,
dan bahwasanya itu adalah asai dari nakikat sejati. Adapun sesuatu yang
kasat maia. cjan kebei'adaannya berwuiud, hanyalah bias dari hakikat
tersebut. t-;:ral Machkal iia al-Falsafah, Dr. Imam Abdul Fattah; hal. z5q.
Al-Fikr al-Falsofi, Munammad Nashhar; hal, 97.
to3 Teori al-Hiuli (Hule Morfisme). Menurut istilah fiisuf maknanya ialah asal
segala sesuatu. AlHiuli dalam gramatika Arab shahih secara ilmu sharaf,
karena ia berasal dari wasan fai'uli.Yangbenar bahwa laf al al-hiuli berasal
dari bahasa Yunani, yang berarti asal muasal, atau materi. Sedang
menurut istilah, ia didefinisikan sebagai ruang daianr.jasad yang
memungkinkan baginya untuk menyatu dan terpisah. Selesai nukilan.
Dari al-Muzhir, as-Suyuthi (llzlZ), Syarh at-'ladmu,iyah, Falih Ali Mahdi.
A u; JJ
yir {1 tsJ+-t;r tlj .:rt r-fr
'
ttat;
"Allah u; berfirman,'Anak Adam menyakiti-Ku; ia mencela
masa, padahal Aku (Pencipta) masa, di tangan-Ku segala urLtsan
b erada. Aku memb olak-b alikkan malam dan sian g'."
toa
x.r-'p4t. o=;^fri9;;
U'. ^ti; f
"Tidak aii.ri sesua:u pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang
Maha Mendengar, Maha lvleiihat." (QS. Asy-Syura : 11)
. j ) . ,; ' ,l , , -a ,, ,.,1'-
-,ttq j--:-jr,;,
-(. ;*l'tir .'tiy -,-Ul ;* kJ:l.r; f
':(Yt:$:V iir,
1 ,"JrjJr -;
"Dan rnasa (keja:aan dan kehancuran) itu, Kamf p"rgilfrt on at
antarc manus,a iaga' mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah
membedakari :rang-crang yang beriman (dengan orang-orang kafir)
dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan
Allah ridak meny ukai,rat'tg- orang zalim." (QS. AIi'fmran : 140).
Dan fi rir ;iri-Nya daiarn hadits qudsi, " Aku memp ersilih-gantikan
to5 Muta'addi adalah kata yang melahirkan obyek dengan sercirinya; contoh;
(J.tt +-n) artinya; saya meiaut pena. Penjelasan tentang hal ini, akan
disampaikan lebih lanjut dalam penjelasan tambahan.
ro6 Maksudnya mengakui bahwa nama tersebut adalah narna Ailah yang
menunjukkan kepada Zat dan sifat-sifat-Nya. ;ehingga penetapannya
tidak berseberangan dengan an-nafyi (peniadaan) dan ai-inkar
(pengingkaran).
ro8 lnilah yang disebut dengan istilah otsor atau Can:pak hukum. Pada kaidah
ketujuh selanjutnya, penulis akan nrenyebutkar bahwa lenyimpangan
dalam nama-narna AIIah terbagi menjadi tiga tirgkatan:
Pertamal mengingkari nama.
Kedua; mengingkari sifat.
Ketiga; mengingkari hukum, konsekuensi, ataL, dtscr (rlarnpak hukum),
seperti yang akan dijelaskan selanjutnya"
*,
€:r'ri n ;i rrli;',; fo=r. r:iG ;i ().Lg a)'-o l-[-]
J. ijrr uF
" Ke cuali or ang- or angy ang b ertob at s eb elum kamu d ap at menguas ai
mereka; maka ketahuilah, bahwa Allah Maha Pengampun, Maha
Al-Ma'idah : 34).
Penyayang." (QS.
to9 Maksudnya, had perampokan dan pelaku teror gugur jika pelaku
bertobat sebelum ditangkap. Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan
ahli ilmu terkait hal ini. Had perampokan adalah hukuman mati, salib,
potong tangan dan kaki secara bersilang, atau diasingkan.
Sementara yang berkaitan dengan hak-hak sesama manusia, seperti
qisas jika pelaku melakukan pembunuhan, jirah iika pelaku melukai,
mengembalikan harta iika pelaku mengambil harta orang lain, hak-hak
initidak lah gugur meski pelakunya bertobat.
Disebutkan dalam tafsir alJalalain; "Maka ketahuilah, bahwa Allah Moho
Pengompun," atas kejahatan yang telah mereka lakukan, "Moha
Penyoyang," terhadap mereka. Allah menyebut lafal ini, dan bukan
mengatakan, "Hukumlah mereka," untuk menunjukkan bahwa tobat si
pelaku hanya menggugurkan had-had Allah, sementara hak-hak sesama
manusia tidak lah gugur. Demikian yang saya pahami, dan saya tidak
mengetahui adanya dalil lain yang berseberangan dengan kesimpulan ini
walldhu a'lom. Silahkan baca pen jelasan ini dalam Tafsir al-Baghawi (l!ll),
Tafsir ar-Razi (Xl1r35), ol-Jamol 'alal )alalain (|lzt7), Tafsir al-Mazh-hari
(l I l/9t), al-Mughni, lbnu Qudamah (Xt l/483).
,i
JlrL7; -rJl JjJ a.ul ,-- "rg-
; p.r*.r,r
' L:. if *;;*
"Sungguh,
Allah telah mendengar ucapan perempuan yang
mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan
antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha
Melihat ;' (QS. At-Muiadilah: 1)
11o Makna hukum dan atsar (konsekuensi hukum) ialah; bahwa pendengaran
Allah meliputi seluruh suara, baik suara keras, rahasia, maupun bisikan.
Seperti disebutkan dalam firman Aliah :e;
:,, t', gL;.-,., '-.. ). ,. -'. " : .'i
, LJ ,-r
.-rl
s-.; {rrlJ d,ul srt
.Jj rfui r V::
_..J2; S:tjr;l -\-} ^i,f ; i;
..,J.,3i_.irr
"Sungguh, Allah teloh mendengor ucapan perempuan yong mengaiukon
gugatan kepadomu (Muhammad) tentang suaminyo, dan mengadukon
(holnya) kepada Alloh, dan Allah mendengar percakapan antara kamu
berdua. Sesungguhnya Alloh Maha Mendengar, Moha Metihat.,, (eS. At-
Muiadilah: r)
Dan harus diketahui bahwa nama-nama Allah yang mengandung sifat
muta'addi itu sebagian di antaranya tidak berkaitan dengan setiap yang
ada (segala sesuatu), melainkan hanya sebagiannya saja, karena setiap
nama di antara nama-nama Allah itu memiliki keterkaiian yang sesuai
dengan maknanya. Seperti nama As-Sami'yang hanya berkaitan dengan
suara-suara yang didengar. Ada juga yang berkaitan dengan segala
sesuatu, seperti nama Al-AIim (Maha Mengetahui), nama ini berkaitan
dengan segala sesuatu, karena segala sesuatu adalah ma,lum (bisa
diketahui). Demikian seperti disebutkan Syaikhul tslam lbnu Taimiyah
dalam al - F ataw a (V I a9 a). Li h at ! u ga; M anhoj Ahti s snn o h, Kha I id N u r (t t/3 8z).
Terkait hal ini, lbnui Qayyim r,i; berkata, "Ketika sebuah narna telah
dimutlakkarr sebagai nama Allah, maka dari nama tersebut boleh
diambilkan mashdar dan fi'il-nya, seperti nama; As-Sami' (Maha
Mendengar), Al-Bashir (Maha Melihat), dan Al-Qadir (Maha Kuasa); dari
nama-nama ini bisa diambilkan mashdar; somo'(pendengaran), bashor
(penglihatan), dan qudrah (kuasa). Boleh pula dikabarkan dalam bentuk
fi'il, seperti firman Allah; "Sungguh, Allah telah sami'a (mendengar)
ucapon perempuan yang mengajukan gugatan kepodamu (Muhammad)."
(QS. Al-Mujadilah : l) .Dan firman-Nya, "Faqodarna (Lalu Kami tentukan
(bentuknya)), moka (Komiloh) sebaik-baik yang menentukon;' (qS. Al-
Mursalat : z3). lniiika fi'ilnya muta'oddi (membutuhkan objek).
Adapun jika fi'ilnya ldzim (tidak membutuhkan objek), maka tidak boleh
menggunakan fi'il (kata kerja) untuk mengabarkan Allah. Contoh; nama
Al-Hayyu (Maha Hidup). Hanya bisa disebut dalam bentuk isim dan
mashdar saia, tanpa fi'il. Sehingga tidak boleh disebut Hayiya (Dia Yang
Hidup)." Demikian dinukil dari Bada'iul Fawa'id (llt6z)
__)
EEYSIS
tV-'
Pertama;
perbedaan antara muta'adili dan lazim.
(nEl-Yl); maf'ul bihi sharih, dan (talai;. maf'ul bilti ghairu sharih,
majrur secara lafal dengan huruf jar, dan manshub secara mahal
sebagai maf'ulbihi ghairu sharih.
Fi'il
muta'addi kadang melahirkan satu maf'u!, kadang
meiahirkan duamaf'ul, dan kadang puia melahirkan tiga maf'ul.
s Fi'ilLazim;
Fi'il lazim adalah fil yang kekuatan maknanya hanya
berpengaruh kepada faIl (subjek) dan tidak melahirkan maf'ul
bihi (objek). Contoh; (il.. jLr riu ,,'qr) artinya; Sa'id telah pergi
dan Khalid telah safar. Fi'il lazim memeriukan fa'il dan tidak
memerlukanmaf'ulbihi, karena makna f ilinihanya terikat dengan
fa' il-ny a, sehingga tidak memerlukan m af ul b ihi.
'
4,
115 Karena kedua penuniukkan tadi (yakni penunlukkan zat dan sifat),
merupakan bagian dari makna yang terkandLrng di dalam nama.
tt6 Sebab tarrpa ilmu dan qudrah (kemahakuasaan), tentu tidak akan ada
penciptaan iangit dan bumi. Pada kaidah ketujuh selaniutnya akan
disebutkan bahwa oenyimpangan dalam nama-nama Allahugadalah
dengan n-rengingkan nama, sifat, dan kelaziman makna dari nama.
Mengingkar: sifat marsudnya ialah (mengingkari makna yangterkandung
di daiamnyaj, tidak acia bedanya apakah makna dari sifat tersebut
tercakup di rralam nama Allah secara dilaloh tadh.amun ataukah secara
iltizum.Sen'isal sifat ilmu dan qudrah (yang merupakan kelaziman ciari
nama Ai'Kl-:aliq) yarg jika diingkari oleh seseorang berarti dia telah
melakukan iiirod. Karena rnengingkari suatu makna yang telah ditujukkan
oleh nama. adaiah perbuatan ilhod (pengingkaran); baik penunjukkan
tersebut diketahui secara muthabaqah, tadhammun, ataupun iltizam.
Lihat; Syarh al-Wasithtyyah, Syaikh lbnu Utsaimin (i/gz).
tzo lni dalil pertama (akan benarnya) kelaziman dari firman Allah,,"; dan
sabda Rasul-Nyag;.
= Wahid, h;l: 54; Jil.a ada vang mengatakan; bila konsekuensi qiyas
firman Allah :, dan sabda Rasulutlah +5 boleh dinisbatkan kepada Allah
dan Rasui-N1ia, maka konsekuensi qiyas perkataan imam madzhab luga
boleh dinisb; tkan keoadanya.
Jawab; hukum yang dituniukkan oleh qivas dalam syariat tidak boleh
disebut firman Allah ataupun sabda Rasulullah* tapi dikatakan; ini
agama Aiiah dan agama Rasul-Nya' l/aksudnya, Allah menuniukkan
seperti itu, dan begitu iuga Rasul-Nya. Selesai nukilan.
5a1ia katakan; ini bukan perkara besar, karena ketika kita menyebut
konsekuensi firman Allah dan sabda Rasul-Nya sebagai perkataan, maka
kita iidak be.maksuc perkataan tersebut sebagai perkataan hakiki. Tapi
iazim atau ry:afhum. i-ianya saia kekuatannya sama seperti monthuq. Dan
seperti \,'ang telah karni sampaikan sebelumnya, bahwa kami akan
menjelaskarr persoaian ini dalam penjelasan tambahan'
tz) 5ifat-sifat fi'tivah akan diielaskan maknanya pada kaidah kelima dalam
pembahasan kaidah-kaidah sifat.
: r,
.i
,Jl J.-e f.:rl A j1.:t l-( t!t-i" .h-jl J$ eJ
-JJ,
l9:B
Dan firman-Ny";
tn ,,?
Lr ><-r I oJr '; o-l.c Hr,
126 Syaikhul lslam lbnu Taimiyah berkata dalarr, al-Fotav,ra {Vllz99); iika
dikatakan; jika Anda mengatakan bahwa Allah senantiasa berfirman
sesuai kehendak-Nya, konsekuensinya kalam Ailan tidak ada
permulaannya. Dan jika AIlah senantiasa berf irrnan, maka Allah
senantiasa mengucapkan firman tanpa akhir. Pernyataan ini
mengharuskan keberadaan sesuatu yang baru, yang ticiak ada batas
4( r;; .-G-
" Kat aka nl ah (Muh am m a d),' 5 e an d ai ny a I a ut an m e nj o di ti nt a untuk (m e nilii)
kolimsi-kaltmat Tuhanku, maka pasti habislah loutan itu sebelum selesoi
(p enulisan) kalimat-kolimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambohan
sebonyak itu lpula)'." (e5. Al-Kahfi : ro9)
127 Tentu akan leoih baik lika disebutkan dengan lafal murnatsil (menyerupai),
namun syaikh berkata; ini adalah tulisan penulis sebelum ia menetapkan
perbedaan antara mumatsilah dan musyabihah.
129 Yaitu tidak cjisebut ;ecara mutlak tanpa adanya penisbatan, seperti
dikaiakan; iirnu, pencengaran, penglihatan, dan kehendak.
130 ielas tidak mungkin, karena sifat mutlak tanpa adanya kaitan atau
spesifikasi adalah sesuatu yang bersifat menyeluruh, yang hanya ada di
alam pikiran saja, dan tidak bisa terwujud di alam nyata. Karena itu, tidak
mungkin ada suatu nama pun dialam nyata melainkan pasti dihubungkan
\ L. t'atJah
.----:--:- ./ \
) k,uJ,thTcrkair \.ama-nama.lllah ( t(tatD
Dengan demikian, sifat-sifat Allah khusus untuk-Nya dan patut
bagi-Nya. Seperti halnya Anda -wahai orang yang menafikan
sifat-sifat Allah- menetapkan Zat untuk Allah, dan menurut Anda
Zat-Nya tidak menyerupai makhluk. Lalu apa perbedaan zat dan
sifat?!." Hukum Lazim pada kedua kondisi ini jelas.131
t35 Masih ada beberapa dalil lainnya, yaitu; iika kita berpatokan pada
konsekuensi perkataan, tentu berimbas pada pengkafiran sebagian
besar ulama, seperti vonis kafir terhadap orang yang mengatakan istiwo'
atau lainnya sebagai majaz dan bukan hakikat, karena konsekuensi
pernyataan ini mengharuskan menafikan sifat, dan berpedoman pada
pernyataan para ekstrimis atheis. Lihat;at-Takhrij, Dr. Ya'qub al-Bahusain,
dan a l- F ataw a (lt I zt7).
Syaikhul lslam lbnu Taimiyah berkata dalam alFatawa (V13o6), "Banyak
kalangan menafikan atau menetapkan lafal-lafal, dan bahkan menafikan
atau menetapkan makna-makna (dari lafal). Hai ini tentu melazimkan
perkara yang menjerumuskan seseorang pada kekufuran, padahal
sejatinya mereka tidak mengetahui apa kelaziman dari pernyataannya.
Bahkan pernyataan, dan konsekuensi hukum dari pernyataan mereka
sendiri saling kontradiksi. Betapa banyak <ontradiksi pernyataan
manusia, apalagi dalam persoalan ini. Dan kontradiksi antara perkataan
dan konsekuensinya bukanlah kekafiran."
Penielasan Tambahan Kaidah Keempat
(L(tvd)-s)
tV-'
Telah kami sebuti<an pada catatan kaki kaidah keempat, bahwa
ada beberapa Dermasalahan yang akan kami jeiaskan di bagian
penjelasan tarnbahan, yaitu;
Pertarra;
Dilalat (petuniuk-petunjuk lafal)
S Macam-macam dilalah(petunjuk);
2. 'Aqliyah, dan
3. Tabhi'iyah ('adiyah).
a_----=)
.jv.lt
i\_____,_*--T_-'__l i
.____t_
$ Dilalah(petuniuk) ghairulafzhiyah;
Sebelumnya telah kami sebutkan bahwa petunjuk gltairu
lafzhiyah terbagi menjadi tiga; wad'iyah, 'aqliyah, dan tabhi'iyah
('adiyah).
139 Hasyiyat alAdawi 'ala Syarh Syudzuridz Dzahab, lbrli ili5yr* i,|Urr,
Hasyiyat al-Aththar 'ala lsaghuli, hal: 25.
141 Mudzakkirat asy-Syinqithi, hal: t3, Hasyiyat ad-Dasttqi 'ala t'larh ol'Khubaishi
' ala Tohdzibil Manthiq, at-Taftazani (1184).
143 Hasyiyat al-Khodhari'ala Syarlt lbnu lJqail'ola Alf ryyah lbr.,i i'Aaltk (llt5).
O Dilalahlafuhiyrt;
Setelah menyebutkan macam-macam petunj tk ghairu lafuhiy ah,
sekarang kita akan menyebutkan jenis-jenis petunjuk lafzhiyah.
146 Hasyiyat ad-Dasuqi 'ala Syarh al-Khubaishi 'ala Tahdzibil Manthiq, at-
Taftazani (1184).
'r6z Hasyiyot alrAthar 'ala Syorh alKhubaishi 'ala Tahdzibil tt\anthiq, hal: 5o,
H asy iy at ol Ban na ni' al a Sy a rh ol - Muh alla' al o ) a m' i I F aw a' i d (r i zll).
$6 Hasyiyat alrAthar 'ala Syorh al-Khubaishi 'alo Tohdzibil Manthiq, hal: 5o.
----.----_---.--
i . Kaidah-kaidahTbrkait Nama-nama Allah .@,
keterkaitan antara al-'umum dan al-khusus al-muthlaa. Ketika ada
tadhammun, maka ada muthabaqah. Tapi tidak sebaliknya, karena
bisa saja maknanya sederhana dan tidak memiiiki bagian lain,
sehingga yang ada hanya muthabaqah saja, tanpa tadhammun.lTa
{, ,F
"Maka ter"hadap anakyatim janganlah engkau berlaku sewenang-
utenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau
menghardik(nya). Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau
nyatakan (dengan bersyukur)." (QS. Adh-Dhuha : 9-1tr ).
Huruf ra' di akhir setiap ayat ini sama seperti huruf rawiy
(pemuas), dan sebelumnya disebutkan huruf ha'. Huruf ha' ini,
sejatinya tidak harus disebutkan dalam sajak.180
Contoh iain;
$ Lazim'aqli;
Yaitu sesuatu yang tidak mungkin bagi akal untuk menyelisihi
lazim (keharusannya), seperti sifat putih untitk warria putih selama
-berwarna
ia masih putih, dan seperti sifai ganda untuk angka
ernpat sebagaimana yang telah disebutkan sebeiumnr,ra.
185 Lihat; al-Muntoqa min Fawa'id, karya penulis, hal: 7r, at-Ta,rifat, al-Jurjani,
hal: zz6.
t86 Yangdimaksudol-'adqm(ketiadaan)danal-malc<oh(keper:-rilikan)adalah;
menetapkan atau meniadakan sesuatu yang b,sa disifati dengan kedua
hal tersebut (dari sifat-sifat yang memiliki antr.,nim, se'nisal hidup-mati,
sehat-sakit -ed). Sifat aPadam (ketiadaan) daiam masalah ini adalah
buta, yang merupakan antonim dari sifat ol-.bshar (melihat). Semisal
makhluk hidup yang terkena kebutaan (ini Cisebut tl';dom); adapun
diantara mereka yang melihat maka ini d'sebut cl-malakah (yang
memiliki), karena yang terakhir ini disifati dengan melihat.
S Contoh-contohpenielas;
Pertamal rnobil. Kata ini menunjukkan selurtih bagian
mobil berdasarkan dilalah muthabaqah; menunjukkan ban saja
b e rdas arka n dll al ah ta dh arnmun ; m enunj ukkan aki s aj a b erdas arkan
dilalah tadhammun: dan menunjukkan orang yang membuat mobil
berdas arka n di! alah lltiz em.
= Lawan dari sesuaru yang bisa disifati dengan al'adam (ketiadaan) dan
al-malakah.kepemirikan) adalah sesuatu yang tidak bisa disebut dengan
sifal altadam (ketiadaan) dan al-malakoh (kepemilikan), seperti dinding,
tanah, dan benda-benda mati Iainnya yang tidak bisa disifati dengan sifat
penglihatari. Lihat; oi-Ajwtbah alMardhiyyah li Taqrib at-Tadmuriyyah,
Bilal al-Jaza iri, hal: 83.
---€
I . Kaiddh-kaidahTbrkait Nama-nama Allah .@,
berdasarkan dilalah (petunjuk) tadhammun, menunjukkan sifat
hidup, ilmu, dan kuasa berdasarkan dilalah (petunluk) iltizam;
karena tidak akan ada rahmat kecuali jika Zatyangmemberi rahmat
hidup, memiliki ilmu dan kuasa.
Para ahii iimu kalam beralasan ka.rena aiam ini berubah, dan
setiap yang berubah adalah makhluk.
S Contoh lazim;
Fuqaha berbeda pendapat terkait iqalah; apakah ia fasakh
(pembatalan) ataukah baf ' (jual-beli)?.
Ketiga;
Apakah lazirnul madzhab adalah madzhab?
Keempat;
Hulul al-hauailits (bersemayamnya sifat hadits)
" i#;
a
14
j; rq'y UF
-------€
I . Kaidah -kai dah Tbrkait'l{ ama-nama Allah .@,
al-hawadits (bersemayamnya sifat hadits) pada Rabb :g yang mana
hal ini ditiadakan dalam iimu kalam, sejatinya hal ini tidak pernah
dinafikan ataupun ditetapkan dalam Al-Qur'an ataupun As-
Sunnah, akan tetapi hanya disebutkan secara garis besarnya saja.
.@, $qyhilW?--
Perkataan Anda juga; bahwa hal-hal baru adalah 'aradh (sifat
yang menimpa), dan sirat ini tidak dapat berdiri tanpa ad.anya jism
(materi). Ini tidaklah benar.
Allah ng berfirman.
t i.
Vp
'.
--:-'
t^ ;-lr$l *._'\r ""; L;l: b4r
Q,
.i,,'.,;;, ","-,,i
g\1;f .;.
a , o,
ji3
: J4.] d v
utlzl+ JIJ
191 Makna ayat; janganiah engkau mengikuti sesuatu yang engkau tidak
memiliki pengetahuan tentangnya, baik perkataan maupun perbuatan,
sehingga janganiah engkau mengatakan, "Aku melihat," padahal engkau
tidak melihat. Jangan puia berkata, "Aku mendengar," padahal engkau
tidak mendengar. Dan iangan puia mengatakan, "Aku mengetahui,"
padahal engkau tidak mengetahui.
Al-Baihaqi ciaiam Syu'abul lman (VI/ro9) cian Abu Nu'aim dalam al-Hiiyah
(Vlil/189) meriw'ayatkan bahwa NabiS: bersabda; "Barangsiapa
mengatakan suatu ha tentang seorang mukmin yang tidak ia ketahui, Allah
menahannlta ai atas 'embotan neraka Jahanam, sampai ia terbebas dari
apo yang ia xatakan " Abu Nu'aim berkata, "Hadits ini gharib. Hanya
lsmail yang meriwayatkannya dari Sahal." Selesai nukilan.
Al-Kumait berkata;
Aku tidat. menud.th salah orang yang tidak bersalah
Dan aku tidok mencari-cari kesolahan orong ydng tidak bersolah
Ada dua versi qiraan lain daiam ayat ini, dan kedua qiraah ini tidak
termasuk dalam qiraah sab'ah;
Pertamal ($i )r) dengan menetapkan wawu. As-Samin berkata dalam
ad-Durr al-Mushawwcn (lvi39o); menetapkan huruf illot pada kondisi
jozm meruoakan lughah (bahasa Arab yang diakui) suatu kaum, dan
menurut yang lain hai tersebut boleh dalam kondisi darurat.
Kedua; (c \:) dari k.ata qafa yaquf u, artinya mengikuti. Lihat; tafsir Abu
as-Sa'ud (filB27),Taf sir Abu Hayyan (Vll3z), dan Tafsir al-Qurthubi (XlzSl).
As-Safarini berkata;
V
Fendapat hetiga; tawaqquf, tidak memastikan haram
dan tidak puia memastikan boleh. Pendapat ini dianut Imarnul
Haramain dalam ei-Irsyad, hai: 136.
.@,
Kaidah Keenam
."v[56\='€.t]y,.
tg\3v8)g
-t
)\2-.
@ Nama-nama Allah *e Tidak Terbatas Oleh Bilangan
Tertentulsa
194 lnilah yang benar, dan inilah pendapat !umhur. Bahkan, an-Nawawi
menuturkan kesepakatan atas pendapat ini. Dibagian keterangan
tambahan selanjutnya, akan dibahas perbedaan pendapat terkait
permasalahan ini.
195 Sy dari ha d its ini ada lah sa bda Na bi gq ; " Atau y ang Engkau khususkcn
ahi d
untuk diri-Mu dalam iimu gaib di sisi'Mu," ini menuniukkan bahwa nama-
nama AIlah iebih dari sembilanpuiuh sembilan; la memiliki nama-nama
yang hanya ia sendiri yang mengetahuinya di daiam iimu gaib di sisi-Nya,
dan tidak ada yang mengetahuinya selain Allah.
Al-Khaththabi menvatakan dalam Sya'nud Du'a', halaman: 24 saat
menyebut hadits ini, "Hadits ini menuniukkan kepada Anda, bahwa Allah
memiliki nama-nama vang tidak la turunkan di dalam kitab-Nya, yang
disembunyikan dar, makhluk-Nya, serta tidak ciitampakkan kepada
mereka." imam lbnu Katsir dalam Tafsirnya (li1z58) menfadikan hadits ini
sebagai cialil bahwa nama-nama Allah tidak terbatas.
Ima m bn u I Qayy im menyata ka n dalam Sy if a' ui'AIil, ha la ma n: 47 z; " Hadits
I
1
|1*l :*Xt;!;
o z. , t a
4:.-Jl
,L) li: l^l;;\, .1J.-1! Yl 4Jt" al oj
"Sungguh. Allah memiliki sembilanpuluh sembilan nama,
seratus kurang satu; siapa menghafalnya,'e7 ia masuk i:u.rga."1e8
196 Di bagian keterangan tambahan akan dibahas tahqic dan takhrij hadits
ini. Di sana ada sebuah pembahasan penting.
r98 HR. Al-Bukhari dalam kitab 5hahih-nya (XI/:,t8), Muslim dalam kitab
shahih-nya (VlUtq).
zor lbnul Qayyim berkata dalam Eads'iul Fowa'id (U167), "Sabda beliau;
'Sungguh, Allah memiliki sembilanpuluh sembilan nama, seratus kurang
satu; siapa menghofalnya, ia masuk surgc,' kalam ini adalah satu rangkaian
kalimat. Dan sabda beiiau, 'Siapa menghafalnya, ia masuk surga,'
merupakan sifat, bukan khabor tersendiri. Maknanya; Allah memiliki
banyak nama yang siapa menghafalnya, maka ia masuk surga. lni tidak
menaf ikan bahwa Allah memiiiki nama-nama lainnya. lni seperii
perkataan Anda, 'Fulan memiliki seratus budak yang ia persiapkan untuk
jihad.' Perkataan inr tidak menafikan bahwa si fulan memiliki budak-
budak lainnya, yang tidak ia persiapkan untuk jihad. Tidak ada khilaf di
antara ulama terkait nal ini."
Al-Khaththabi berkata dalam Sya'nud Du'a', halaman: 24; "Hadits ini
menetapkan bahwa nama-nama Allah ada vang dikhususkan dengan
bilangan tertentu. Namun hal itu ticiak menghalangi adanya nama lain
(seiain daripada nama yang dikhususkan tersebut -ed). lni sama seperti
perkataan Anda, 'Zaid punya seribu dirham yang ia persiapkan untuk
sedekah,"Amr punya seratus helai pakaian; siapa berkunlung kepadanya,
ia akan beri pakaian tersebut.' Hal ini bukan berarti bahwa Zaid tidak
memiliki ciirham-dirham lain di luar seribu dirham (yang ia persiapkan),
dan tidak puia menunjukkan bahwa Amr tidak memiliki pakaian lain di
luar seratus pakaian (yang ia persiapkan). Namun hanya menuniukkan,
bahwa uang yang telah dipersiapkan Zaid untuk sedekah sebanyak
seribu dirham; dan jumlah pakaian yang telah dipersiapkan Amr untuk ia
berikan kepada siapa saia yang berkuniung kepadanya, adalah sebanyak
seratus heiai pakaian."
An-Nawawi berkata dalam S.vorh Muslim (XVll/5), "Para ulama sepakat
bahwa hadits ini tidak membatasi nama-nama Allah, karena hadits ini
tidak menunjukkan bahwa Allah tidak memiliki nama-nama lain, selain
daripada sembilanpuiuh sembilan nama tersebut.Tapi, yangdimaksudkan
hadits ini adalah; siapa menghafal sembilanpuluh sembilan nama tadi, ia
masuk surga. Dengan demikian, yang dimaksudkan dari hadits ini adalah,
kabar bellau mengenai cara untuk masuk surga, yakni dengan menghafal
zoz Hadits ini dinyatakan dhaif oleh selumlah uiama, seperti lbnu Hazm
dalam al-Muhallo (Ylllfit), lbnui Qayyim dalam Madarijus Salikin (ilt/4ro),
lbnu Katsir dalam tafsirnya (ll1z58), ash-Shan'ani dalam Subulus Salam
(lv/to8). Al-Baghawi cenderung menyatakan hadits ini dhaif dalam
Syarhus Sunnoh (Vl3), dan juga lbnu Athiyah dalam tafsirnya (Vl/r56).
Selaniutnya akan kami sampaikan bahwa ada sekelompok ahli ilmu yang
menilai shahih atau menyebut hadits ini hasan. Al-Qurthubi menshahihkan
hadits ini dalam tafsirnya (Vll/325), an-Nawawi menyatakan hadits ini
hasan dalam ol-Adzkar yang dicetak bersamaan dengan Syarah lbnu
'AIIan (lll/zzr), lbnu Hibban menshahihkan hadits ini(1il188). juga al-Hakim
dalam ol-Mustadrak (l/63), namun adz-Dzahabi tidak memberikan ulasan
apapun terkait pernyataan al-Hakim ini.
Lihal; Mawariduzh Zham'an li Zawa'id lbni Hibban, al-Haitsami, hal: 592.
Jalur-jalur periwayatan hadits ini akan disebutkan di bagian penjelasan
tambahan nanti.
Syaikh lbnu Utsaimin berkata dalam ol-Fatawa, hal:55o, ,,Siapa yang
berupaya menshahihkan hadits ini akan berkata, 'persoalan ini adalah
persoalan besar, karena ia bisa rnengantarkan seseorang menuju surga.
Karena itulah sahabat tidak luput untuk menan,vai<annya kepada
Rasulullahg mengenai perinciannya. lni menunjukkan bahwa nama-
nama Allah tersebut sudah ditentukan oleh Nabigl.'
Tanggapan; tidak harus seperti itu. Karena jika memang harus seperti
itu, tentu sembilanpuluh sembilan nama ini seharusnya lebih kita keiahui
daripada matahari, dan tentu sudah disebutkan dalam kitab Shahihain
atau kitab-kitab hadits lainnya, karena pencntuan nama-nama Allah
sangat diperlukan untuk dihafal. Lantas bagaimana jika persoalan
sebesar ini hanya bersumber dari riwayat lemah dan dalam bentuk yang
berbeda-beda. Yang benar bahwa, Nabig tidak meniela..ckannya karena
suatu hikmah yang sempurna, yaitu agar semua orang mencarinya dalam
kitab Allah dan sunnah Rasulullah g, agar namoak denqan ielas siapakah
yang gigih mencari, dan siapa yang bermalas-rnalasan."
2o3 Sebelumnya sudah kami nukilkan. siapa diantara uiarna yang menilai
shahih, dan yang menilai hasarr.
a\
l{utsla c___-
Pada haiaman sebelumnya, tepatnya halaman 379, Syaikhul
islam Ibnu Taimiyah berkata, "Al-Walid menyebutkan hadits ini
dari beberapa syaikhnya yang berasal dari Syam, seperti dijelaskan
dalam salah satu jalul periwayatan haditsnya."
zo4 Yaitu al-walid bin Muslim. la akan disebutkan selaniutnya dalam ialur-
lalur periwayatan hadits.
zo5 tkhtilaf dan idhthirab (kerancuan) adalah 'illot pertama. lkhtilaf dan
idhthirab (kerancuan) initeriadi di dalam sanad, dan iuga didalam matan.
Adapun di dalam sanad, maka ada perbedaan redaksi terkait nama
al-Walid, karena ada yang meriwayatkan hadits ini dari Khalid bin Da'laj,
Sa'id bin Abdul Aziz, dan Zuhair bin Muhammad. Adapun dari sisi matan;
adanya perbedaan redaksi dalam menyebut detail nama-nama Allah.
zo6 Maksudnya, al-Walid bin Muslim adalah mudallis (pemalsu hadits) ienis
tacilts taswiyah, seperti disebutkan dalam Ta'rif Ahlit Taqdis, lbnu Hajar
al-Asqalani, halaman: l34, at-Tabyin Ii Asma'il Mudollisin, Sabath bin
al-Ajami, hal: 8o, ltnaf Dzawir Rusukh, Hammad al-Anshari, hal: 54, an-
N ukat' ala tb nish Sh o oh, az-Zarkasy i (l /t zt).
I I
zo7 Maksudnya bukan berasal ciari perkataan Nabig tapi dari perawi.
Buktinya adalah sebagian besar riwayat tidak menyebut iumlah tersebut.
i\dcr"ljeiaskan). Pengasih),
10. Al-tsari'
(N'trah:i Peirciirta)" 21. Ai-i{aLiur 30" A:-F.ahman
(Ilaha (}"'traha
11. Ai-Rarr Ilii;ihsana), Pernurah),
(Nlaha Baik),
12. Al-Bashir
(Maha N{elih;it),
t
"sesungguhnya Dia sangat baikkepadakr.r." (QS.
Maryam z 47).
Dan juga nama Al-Muhsin,2lo karena kami tidak menelaah para
perawinya dalam riwayat ath-Thabrani,211 meski Syaikhul Islam
ibnu Taimiyah menyebut nama ini di antara nama-namaAl1ah.212
zo8 lmam-imam iainnya memiliki pilihan lain, seperti yang akan disebutkan
selanjutnya di bagian keterangan tambahan saat menyebut ialur-ialur
riwayat haclits yang menyebut nama-nama Allah.:e.
209 Di antara ulama yang menyebut Ai-Hafiy termasuk salah satu di antara
nama-nama Ailah adalah; lbnu ai-Arabi, al-Qurthubi, lbnu Haiar al-
Asqalani, ibnul Waz:r, dan asy-syarbashi. Lihat; Mu'taqad Ahlissunnahfil
Asmo', Dr" fuluhammad at-Tamimi, hai: zo5.
211 Hadits ini diriwayatkan melalui beberapa jalur, seperti yang akan
ciilelaskan di bagian keterangan tambahan selaniutnya.
212 Saya tidak rnenemukan pernyataan Svaikhul islam lbnu Taimiyah yang
menyebutkan bahwa Al-Muhsin termasuk salah satu diantara nama-
nama Aiian. Al-Qurthubi dan ibnul Qayyim menyebut nama ini dalam
tt4u'toqaa Artiissunnahfil Asma', Dr. Muhammad at-Tamimi, hai: t9z. Hanya
saja diselru:kan daiam al-Fatawa Syaikhul lslam lbnu Taimiyah (Vti64)
keterangan )/ang se1-ara zhahir menyebutkan bahwa Al-Muhsin termasuk
di antara nama-nania Ailah
=.
zt) Sejumlah ahli ilmu cerpendapat; nama-nama mudhaf termasuk dalam
lajaran ai-asma'ul hrsns. Syaikhul lslam lbnu Taimiyah berkata dalam
al-Fatawa iXXll/a85), "seperti itu juga nama-nama Allah yang di-mudhaf-
kan, seperti; Arhamur Rahimin, Khairul Ghafirin, Rabbul 'Alamin, Maliku
Yawmiddin, Ahsanul Khaliqin, Jami'unnasi li Yawmi la Raiba Fihi,
MuqallibLri Qulub, dan lainnya yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan
Sunnah, dan juga disebutkan dalam doa berdasarkan iima' kaum
muslimin."
= Para ulama berbeda pendaoat terkait nama-nama ini; ada yang sedikit
menyebutnya, dan ada juga yang banyak menyebutnya. Bentuk idhafah
nama-nama ini ielas tertera dalam nash-nash. Sebagian di antaranya
secara jelas menunjukkan idhafah nama-nama ini, dan sebagian lainnya
tidak secara jeias menuniukkan idhafah.
Al-Asyqar menyatakan daiarn ol-Asma' wash Shifat, hal: 6z; ,,Cukuplah
kita ketahui, bahwa salah satu di antara nama-nama Ailah yang paling
agung, yang disebutkan di dalar-n Al-eur'an dengan idhafah adalah nama
Rabb. dan nama ini yang paiing sering disebut dalam doa.,,
Saya katakan; pernyataan al-Asyqar ini perlu dikoreksi, karena nama
Rabb juga disebut tanpa idhafah, seperti firman-Nya, "Rabb yang Maha
Pengampun," dan firman-Nya, "Dori Rabb yang Maha penyayang.,, Syaikh
lbnu Utsaimin menyebut nama Rabb di antara nama-nama yang tidak
di-mudhof-kan.
I
I
-"v[-:EI€':]y".
(9g,vd.rill
'' N/'
Pada catatan kaki cii kaidah sebelurnnya, telah kami sampaikan
bahwa kami akan menjeiaskan beberapa permasalahan berikut,
dalam keterangan tanrbahan;
Kedua; tahqiqhadits;
rj!,*;jr
- :' &c*o;Ltti
\- Y- -:
"Atau'i,ang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib
di sisi-Mu."
Pertamal
Apakah nama-nama A,llah terbatas?
!L; ln !';
;," J.UUL! i " t i\ :u-lt
l' :. ^::.- .,; .:
.L;
" Je (*-i1 L;i gil $Ie ;\5 6p;l
zr5 Lihat; Fathul Bdry (XU224), alJawa'iz wash Shilat min )am'il Asma' wosh
Shifat, al-Qanuji, hal: 4o.
zt6 Fathul BAry (Xllzz4), Zadul Ma'od, lbnul Qayyim (t/SS). tbnul eayyim
menukilnya dari Dihyah al-Kalbi (wafat tahun 633 H.).
t z 6 t
r: hL;I jr .ttt, Yl 4Jt" L;;t ;*:;, *
7
l1 'r'-,-,- '
q:*.ir "
g al
"Sungguh, Allah memiliki sembilanpuluh sembilan namo
seratus kurang satu; siapa menghafalnya, ia masuk surga."218
218 HR. Al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya (XU218), Muslim dalam kitab
Shahih-nya ('itllt$.
(sembilanpuluh sembilan) tersebut, ia keliru." selesai
nukilan.
Tidak diragukan-bahwa pendapat yang benar adaiah pendapat
jumhur, dan dalil-dalilnya sudah kami sebutkan
sebelu-.ryr.
Kedua;
Tahqiqhadits;
:.ti,,=;.rr *g*o;e;tri
'Atau yang Engkau khususkan untuk tiiri-Mu
daram irmu gaib
di sisi-Mu."
- :
jt .jJc; jrj ,jJ+ cj..":.;jtJt ,i,or;-. qui
.J,b.! , ! :.n
t;l ],l i! .-lu ,;
.:ri; ;A Jui ,ljws eiL,.L* 3 .iu .!,7:
f *yv
o;i*r'ri ,A.L :* a-i il.L ;i ,rr,t J A1i 3i ,a; * ,r.i,-
;\t ,Sl- tis ,o)i .5, ji;Jr _i; ;i ,jir,, :+jt
f €i
lL; ir tK.; ^sji, ,'& Ejp iir _..;i :ig ,.,^^ ,j?
=r^;;
,l e*r,rfii,, :JU t':ti.i(i' :i;^ ,* i1 J :4;t jiru :rju
,,J,,;*Lt i\:k"
"Tidaklah seorang hamba berdoa ketika tertimpa
ark, aon
kesedihan;'Ya Allah, sungguh aku hamba-Mu. anak hamba lelaki-Mu
(Adam), anakhamba perempuan-Mu (Hawa). ubun-ubunku
berada di
tangan-Mu, putusan-Mu berlaku padaku, qadha_Mu adil padaku.
Aku
memohon kepada-Mu dengan setiap naftto. yang Engkau miliki,
yang
EngkatL sebut untuk diri-Ivfu, atau Engkau turunkan dalam
krtab-Mi,
Engkau ajarkan pada. salah seorang makhluk MLt, atar.t yang Engkau
khususkan untuk diri-Mu dalant ilmu gaib di sisi-Mtt, jadik"anlah
Al-
Qur'an sebagaipenentram hatiku, cahaya di riatraku, puri*yap duka dan
ke s e dih anku,' melainkan Allah hirangkan dukanya,
clan mengganti
kesedihannya dengan kesenangan.'Mereka (para sahabat) bertanya,
'wahai Rasulullah!. sudah sepatutnya kita ,empelajari
doa ini?'
.@,
Beliau meniawab, '3ettti, siapa yang menriengarnya sepatutnya
mempela.iarinya'."
Takhrii hadits;
..-,-.-----.-...-{
3(D'
yang disinggung adz-D zahabt.
Ketiga;
Makna Iafal (Lltasi) yang tertera dalam hadits.
, :- ,1
il;t p, Yl
"Sungguh, Ailah memiliki sembilanpuluh sembilan nama,
seratus kurang satu; tidaklah seseorang menghafalnya, melainkan
ia pasti masuk surga" Lihat; Syarh as-Suyuthi'ala Shahih Muslim
Nr/4s).
t '
. , -J
q;
; Jv\_ 'J ol
^J.e...*
"Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-
batas waktu iiu, maxa Dia memberi keringanan kepadamu, karena
itu bacalah apa yan{ wtudah (bagimu) dari Al-Qur'4n." (QS. Al-
Muzzammil:20).
{.__* 36>2
rezeki. Begitu juga dengan nama-nama lainnr.a.
o l:.r,
.,?-a *';'S --.;\J y'
"Dan Dia menghitung segaia sesuatu satu persatu " (QS' Al-Jinn
:28)
Kedua; bermakna memahami. Seperti kalimat; rajul,un dzu
pemahaman'
hashat artinya seseorang yang memiliki akal dan
Karena itulah hashat disebut akal'
Keempat;
Jalur-jdur periwayatan hadits yang merinci
al-asma'ulhusna.
S Jalur pertama;
Jalur Abdul Aziz oin Hushain, dari Ayyub, dari Ibnu Sirin, dari
Abu Hurairah ry,, ia berkata; Rasulullahffi bersabda;
,;iJt,jqJl,,-lt,;*i.iJr,Citt,ifr,,;rjr,,.*,,'-1u
t -1, ,'4t.', .ir*lt .--LJt ,i-lJt
' !'-i, ,u)t
,i#l ' ''
)'4 .J-,Qr .,!t*Jr
,3jfut ,'r-rL:r ,ir'rjt,crr ,iu*ir ,i,;jr ,*4i.,;,!"ur ,'etit
,v6_lr i.:jlt,*qt,V,ir,,t{, ,i;'{' ,-l-r ,!4r .g1Jr ,rr=;jr
,;t-rlt ,e,;;.jr ,r==jr ,E?t,oie1 ,d(l ,ro-,jr ,;{r ,jrujt
,.r...
.jf[Jl ,J*Jt , ;,-Jl ,l.Ar .JFt .f1;5)lj J)\=Jl j! .JU:JI
,'
,--it ,r5Jl
'o
,idt ,art)st,&+t' ,**i.ji .r.,*jr ,.-;it
, o' . ,
..$r ..P' ,ix.l' ,;r;;:r .i,
,J1ur ,;-i' ,i--uJr
,,:_:,
,=l-j: , ,.i,
.3d, , -at,
,-.p-/r
.@,
50. Al-Hamid 61. Al-Muhyi 24. Al-Fathir
(MahaTerpuji) (MahaMeng- (l,Iahapencipta)
hiduPkan)
5L. Ar-Mughits 75. Ar-Razzaq
(MahaMe- 62. Al-Mumit (i,.Iaha pemberi
nolong) (Malta Memati- rezeki)
kan)
52.Ad-Da- im 76. Ai-'Allam
(MahaAbadi) 63. Al-Jalil (!/tahaMengeta-
(Maha Luhur) hui)
53. Al-Muta'ari
(MahaTinggi) 64. Ash-Shadiq TT. AijAliy
(Maha Benar) (L4ahaTinggi)
54. DzulJalaliwal
Ikram 65. Al-Hafiizh TB. Ai-'Azhim
(Pemilikke- (MahaMenjaga) (l,rlahaAgung)
luhuran dan
kemuliaan) 66. Al-Muhith 79. Ai-Ghani
(Maha Meliputi), (Maha Kaya),
55. Al-Maula
(Maha Penolong), 67- Al-Kabir 80. A!'Maliik
(MahaBesar) g,\aha Raja)
56. An-Nashir
(Maha Peno'Long), 68' Al-Qarib 81. Ai-Muqtadir
(Maha Dekat) (I,laha Kuasa)
57. Al-Haqq
(MahaBenar) 69. Ar-Raqib 82. Al-Akram
(MahaMenga- (MahaMulia)
58. AI-Mubin wasi)
(MahaMenjelas- 83. Ar-Rauf
kan) 70. Al-Fattah (UrhaPengasih),
(MahaPemberi
59. Al-Ba'its keputusan) 84. Ai-Mudabbir
(Maha Mem- $vlalta Menga-
bangkitkan) 71. At-Tawwab tur)
(Maha Penerima
60. Al-Mujib tobat) 85. Ai-Qadir
(Maha mem- (il{aha Kuasa),
perkenankan 72. Al-Qadim
permohonan) (YangDahulu) 86' Al-Malik
(I\Iaha Pemilik)
73. AI-Witr
(MahaTunggal)
S Jalur lredua;
Jalur AbCul Mairk bin Muharnrnad ash-Shan'ani, dari Abul
Mundzir Zttl:ra:;l- at-Tamimi, dari N4usa bin Uqbah, dari al-Araj, dari
Abu Hurairah;
W;- j ';i\
-: .-'=' ' j3 tuj 'l-bli U "Jt"', 'fil :"'-;j- t I ui
, .,- ; '_,',.-: , '-" *'
: .irt -,
,rt;;l .j}'t, -1.dr ->Vr .j;'{r .i;Jr ,tl-lt ,,.rr! *;J\ 3;>
,jq;Jl ,r:i--\ j-+J .;,":Jr ,i>fli ,,J;jr ,eruJt l'.At ,tst]l
,;=air
i'-. l'-.
.'*)1.^=-Ji
,;J--11 r'.'
u.
,";jt,-;-ui.lt ,;*11
'''- \-.J
,;*)t
v ,';:At
.;;ir .,1;, ,b*jr ,lrujr ,r;lt,3;t,;*fr .,,i4jr .Juilir .ir:ir
.--',r, .Lr-j, -,-ui, .r-.<rr ,i-.iji ../'**r1 ,3ir .---,=il ,+/1
,r*.:Jt, qit . 4t, -,)r,./i-11, ifr.itr;','r-frr,-'r;At,$t1l
,,i-4t,i,rr;' 3-qj j-*'-rr &r,il ,n---1r,J);';l.iuir ,;lt
.
9. Al'Bari'
(Maha Pencipta)
22o HR. lbnu Majah dalam as-Sunan (llirz69). Ai-Bushair! berkata dalam
i'iwayat bn u
Misbahuz Zujajoh fi Zaw a' i d lbni Maioh (l I l/zo 8), "San ad ja I u r I
----------------{
i . lioidah-katdahk*ait Nama-namd Allah .@,
60. Al-Ba'its 71. Al-Basith 83. As-Sami'
(MahaMem- (MahaMela- (Maha Penden-
bangkitkan) pangkan) gar)
I Jatrur ketiga;
- r.j.;!l
r<jJt- attt 'r 'i' -i-^-':
' -.* ; i-': -rl--a>l '' r' , 4i*
).i '-'=;-; al') ij
;..r ";i'r :,xaJ;
-,
,i .:;i, Jtdi ' . -t, . , Yt
,,, i, .-;Jl;r, .-*;'J1 ,! :
.r__!. . v-i-,,*-i
.:;i*jr _:- .p\r
-.'Ji ._,.;r*.Ut ; "il :
-'r, ,..-i. .,1-'
.Yb-rl
",- .-,*-i .-,ii-ll '::*it "J;*l .-il'!i .--(llr ,rq#l ,;-,i,
,"
,iir, ,":-;i ,et;:t ,-auUt ,yq\ ,etet,;11it ,L,1;1, ,Jt::J\
. ''l : -' , i r,
,;-iJl .,},-,; '
,FJ ._=r,Ji ,-j.la.Llt .JLli .;<*il .',-41 .r_-Jt
.c,-Fr
-l+, .--,^-, .a*i ;i .---i,' .
j' * ,"*
.-;r=Jt ..q.r-:i .j-.r!i -L^r=-jl .r_rr;i .-i..jt .fl,ri ._di .:J;Jl
.;;l' ,; .+^*' .;;* :
.-j^;"Jl .+il .*,-Ut ._+*,' .+r., .rfr'
l,,ir .,:ui, ; -* i --; .r-l; ; t. -.t. .fi, ,.=*..r,
r :r. , : ',|-rt. : ,, ,: .,
.-,rFl .;!t .J-*lil .J1J'1 .*q:r .iuJl ,J,yt ..j;yt ,?d]l.p.r,(.!r
-\
.&"rJ ,L*i-1 .ri;) ij J>t -11 ,, ,e"Lit ..:iJt ,-3J |l .Ja;t,;-.!r
,rpt,Vll
"Sungguh, Allah memiliki sembilanpuluh sembilan nAmA,
seratus kurang satu. Siapa menghafalnya, ia masuk surga, yaitui'221
221 HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak (l/62) beliau berkata, "Hadits ini
ditakhrij al-Bukhari dan Muslim dalam kitab 5hahihain tanpa menyebut
nama-nama. Kekurangan hadits ini menurut keduanya adalah karena
hanya al-Walid bin Muslim saja yang meriwayatkan dengan lafal seperti
ini." Syaikh lbnu Utsaimin menukilkan dari ai-Hafizh !bnu Halar bahwa
'illat atau penyakit hadits ini bukan hanya karena al-Waiid saia yang
meriwayatkan hadits ini.
l-ladits ini diriwayatkan at-Tirmidzi (V/+86) beiiau berkata, "Hadits ini
gharib. Ftadits inijuga diriwayatkan melaluijaiur lain dari Abu Hurairah.
Saya tidak rnengetahui riwayat-riwayat yang menvebut nama-nama
Allah, selain dalam hadits ini."
juga diriwayatkan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya (!11189), al-Baihaqi
dalam as-5un an al-Kubra (Xizl), al-Baghawi dalam 5ycrnus 5unnoh (lll/76),
ad-Darimi dalam or-Rodd'alo Bisyr al'Muraisi hai: tz ai-Baihaqi dalam
ol-Asrna' wash Shifat (llzz), dan Syu'abulimon (i/tr5).
Caiatan; Dr. Basyar Awwad menyebutkan dalam tahqiq-nva untuk Sunan
at-Tirmidzi bahwa hadits ini ditakhrif Abu Ya',a, hadits nomor 6277, an'
Nasa'i dalam as'Sunan al-Kubra, hadits nomor 7659, dan ath-Thabrani
dalam ol-Mu'jam alAwsath, hadits nomor 985. Namun saat meruiuk ke
sumber-sumber yang telah disebutkan, ter"nyata saya mendapati hadits
tersebut tidak menyebutkan nama-nama Allah. lni kelengahan Dr.
Awwad yang mentahqiq hadits tersebut.
Jika ada yang berkata; yang dimaksud muhaqqiq adalafr asal usul hadits,
bukan hadits yang menyebut nama-nama Allah:e ' Jawaban kami; asal
muasal hadits ini iustru terdapat dalam kitab Shahihain, sehingga
alangkah lebih baiknya iika muhoqqiq menyebut asal hadits.
11. 22. Al-Basith
Al-Mutakabbir 33. Al-Halim
(MahaMemiliki (MahaMela- (MahaPenyan-
kebesarar,) pangkan) tun)
Kelima;
Tahqiq hadits ; " S e s un gguhny a Allah M ah a B erbuat B eik."
-
--------------e \_
) I.
. haid, th-kaiJahTerkait 3€rD
Lihat juga; Majma'ul Bahrain fi Zawa'idil Mu'iamain (IV/33A). N-
Haitsami berkata dalam Majma'az-Zawa'id (V/200), "Para perawi
hadits ini tsiqah."
Hadits ini
disebutkan a1-Bukhari dalan at-Tarikh al-Kabir
(VIII/44) , dan adz-Dzahabi dalam Siyar A'lam an-Nubaia' (VII/196).
,?
---------------e
\,r, . ;otaih-koidahTerkoit \ama-nama Allah ( CQ'D
Kaidah Ketuiuh
-^v[_:aY6'J.]y".
ggv*YEl
:v-r
dalam Nama-nama Allah r:e adalah Menyimpang
Ilhad222
dari Apa yang Waiib Diyakini Terkait Nama-nama-Nya223
zzz llhod berasai dari kata lahad atau luhud, seperti disebutkan al-Hanna'i
dalam al-Mu ntakhab min Gharib Kolomil 'Arab (lll5t6). Lahod adalah liang
di samping kubur. Termasuk di antara makna lahad adalah condong,
berpaling, dan berlaku lalim, seperti disebutkan lbnu Sayyidah dalam
alMuhkam wal Muhith al-A'zham (ttt/r94). tvlakna yang tepat untuk ilhad
dalam permasa!ahan ini adaiah condong, karena lahad bermakna
condong (berpaling) dari sesuatu yang lurus, seperti disebutkan lbnu
Faris dalam Mulmal ol-Lughah (l t/8o3).
zz3 Apa yang wajib diyakini terkait nama-nama Allah, akan kita ketahui
selaniutnya melalui kebalikan rlari penie!asan penuiis.
z3z Hal ini diperkuat oieh perkataan al-A'masy (wafat tahun t48 H.) ketika
menafsirxan lafal (::*I) dengan dibaca; yalhadun, yakni mereka (para
penyimpang) memasukkan sesuatu ke dalam nama-nama Allah yang
bukan bagian darinya. Demikian seperti disebutkan lbnu Abi Hatim
dalam Tafsirnya (ll iit6z3).
Ai-Bagharvi berkata dalam Taf sirnya (ll/zt8). Para ahli ilmu ma'ani berkata;
ilhad cialam nama-nama Allah adalah, menamaiAllah dengan nama-nama
yang tidak Allah sebutkan untuk diri-Nya, yang tidak disebutkan dalam
kitab Ailah dan iuga sunnah Rasulullah$.
234 'tllat menr.jrut para ahli ilmu kalam adalah apa yang sesuatu bergantung
kepadany-a. Seoangkan 'illatfo'ilah adalah pelaku segala makhluk, seperti
penciptaan manusia. Atau 'illot yang mempengaruhi ma'lul, dan yang
menciptakannya. Untuk mengetahui permasalahan ini secara rinci,
silahkan merujuk; Tahafutul Falosifoh, al-Chazali, hall tzz, Tahofutut
= Tchafut, lbnu Rusyd, hal t54, at-Ta'rifc-t, al--iuriani, l' l: i3o, aiTauqif ,
a l-Ma nawi, hal: 523, al- it4o nhaj al'J adid f il F alsaf ah, al-Ya z i ;i i il ! i 91).
Yang dimaksud 'illat di sini adalah 'itlai fa ilch, se:erti disebutkan
as-Safarinidalannoi-Lawami'. Lihat; al'Nlatsalan lluriyyc',iiFcnnii iiknoh,
al-Haqani, hal: t8t.
236 Yaitu menurut salah satu pendaoat dari kalangan mufassir. Ada pendapat
kedua dalam permasalahan ini; al-Uzza tidak diambilkan ciari nama Allah.
Tapi, al-Uzza adaiah beniuk mu'annats dari <ata (al 'Azzu). Sehingga
ayat, akan bermakna demikian; beritahukaniah kepacia kami tentang
tuhan-tuhan yarrg kalian sembah selain Allah in:; 3p3[36 mereka memiliki
kekuasaan dan kebesaran yang disifatkan kepada RabLr.:i'lzzahlt.
Pendapat yang iain nrenyatakan bahwa al-Latla adalair julukan seorang
lelaki yang yaluttu as-sawiq (mengaduk adonan gandum) untuk
disedekahkan kepada iamaah haii; tatkaia leiaki ini meninggal, oranS-
orang pun berthawaf di kuburnya dan menyembahnira'
Lihat pendapat-oendapai ini diTafsir al'Khazin (lV/zo8), ad'Dur al'Mashun,
karya as-Samin (Vl/zo8), Tafsir lbnu Athiyah iXIV/totl, Taf sir
as-Samarqandy (ti585).
Kata al-Latta dibaca dengan takhfif menurut rrrayoritas ahii qira'ah. Ibnu
Abbas, Ruwais, Mujahid membacanya dengan tasvdid; bermakna
seorang lelaki yang mengaduk adonan gandun sebagaimana yang telah
kam! sebutkan. Berdasarkan pendapat ini, maka ai-Latta bukanlah
musytaq (turunan) dari AI-l llah.
a'
I. t,
E'.(J ''i-.---Ji ;LJVI il ;^ vt .ly v ^lt&,
"(Dialah) Allah, tidak ada tuhan seLain Dia,yangmempunyainama'
nama yang terbaik." (QS. Thaha : 8)
= Lihat khilaf ulama dalam hal ini di;Zadul Masir (YllllTt),Tafsir al'Mawardi
(Vi;g8), atTanbrhat ft l'rabil Qur'an, al-Akbari (llttSl) kitab ini iuga
dinamakan lmlau Ma Man Bihi Ar-Rahmon, namun pentahqiq kitab
mengingkari penamaan ini. Lihat pula; lthofu Fudhala'il Basyar (lll5ot), al-
Hujjah,lbnu Khaluwaih hal; 336, Ma'ani alQur'an, al-Akhfasy (1U486),\'rob
Al-Qur'an,a n- Na hhas (lY lzTz), an-Nosyr,lbnu al-Jazari(lll379), al-Muhtasob,
lbnul Jinni (|ilz94), Chaitsun Nof', ash-Shafaqasi hal; 359.
237 Maka dari itu, kita tidak boleh memindahkan makna-makna yang
ditunf ukkan oleh -rama-nama ini kepada para makhluk, agar ia
mendapatkan sebagian dari ibadah yang hanya berhak didapatkan Allah
semata. Sebagaimana ibadah dan uluhiyah hanya khusus untuk Allah,
demikian pula oi-asrno'ul husna pun fuga khusus untuk Allah. Sehingga
menamai seiain Allah dengan nama atau makna yang hanya khusus
untuk-Nya merupa(an suatu bentuk penyimpangan dari apa yang
diwalibkan ter-kait rar'!'ra-nama-Nya, seperti yang disebutkan penulis.
Selaniutnya, akan iibahas tentang hukum memberi nama manusia
dengan narna Hakim, dan nama-nama lainnya di bagian penjelasan
tambahan.
t-
i ,' . , - "-, . ,;
017-=.4iLvl .:p ijJ'J":.jiJl l3riJ Lr. i..-"!ti ;:"!l iti.-!t ,,lja
, . ;'.
o j,.Lo-*,- lits
t"
"Dan Allah memiliki Asma'ul Husna (nama-nama yang terbaik),
maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma'ul Husna [tu,
dan tinggalkanlah orang-orang y ang meny alah artikan nam a-n ama-Ny a.
Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerlakan." (QS. AI-A'raf : 180)
238 Syahid (pendalilan) dari ayat-ayat ini adaian, kekhususan Allah dalarn
menyandang nama-nama-Nya, sehingga srapa pun selain-Nya tidak
berhak menyandang nama-nama tersebut.
Pertamal
Bantahan terhadap ekstimis Jahmiyah yang menafikan
nama-nama Allah.
'li}}i#
n;;:r x" :f;:*'i:I# ".i, "
menyatakan
a, i
"
J ; ; ", den gan
f ff"i*ti;:,:".1tffi$Hflr#":":::TJ,::f, .f iix
I mereka bisa dibantah
l:;:r".""n metratui beberapa
Pertamal menggabungkan
^rrl l. turkil ,rr_?_r"_aantadanra nafi (peniadaan)
dan itsbat (penetapan),
seDut untuk diri_Nya. ,ir.,_rii* yang Ia
Maka, ,i"p" *ur.gakui
mengingkari penetapan, adany.a penafian, dan
berarti ," U",
dan ingka. r"a",i,gii" 1",";;:T:i,:::i"'rfl1i,::r[::l
kitab, sama seperti mengingkari
kitab secara keseluruhan.
.@, S! o ra h At-
@
"
;i: _,jid
_4
t
G--"-_._
Allah;e berfirman tatkala mengingkari Bani Israil;
;;;
. J.,
drt jrj4<
,xr. rb *1q;
"seswnggtti'tnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul'
rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan
kepada) Attah dan ,asul-rasul-Nya, dengan mengatakan, 'Kami
beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yanglain),'
s erta b erm aksud mengambil i alan ten gah (iman atau kafir), m er ekalah
Kedua;
Hukum mernberi nama manusia dengan nama-nama Allah;
&.:G
fi r :t * i, ,:q +:s r
"Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan
berlaku sewenang-wenang." (QS. Ghafir : 35).
.@t
dimana indiviciu-individunya berserikat di dalam satu makna,
sehingga nama-nama seperti ini tidak dapat diqiyaskan dengan
lafzhul jalalah.
Terkait ayat;
{ +*Jl 4t i iri .y
"Dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak rnemerlukan sesuatu),
MahaTerpuji." {QS. Fathir: t 5).
Dzul JaIaIi wal lkram adalah saiah satu nama di antara nama-
nama Allah yang indah. Nama ini mengandung pengagungan untuk
Allah di atas segala sesuatu, dan juga memahasucikan-Nya. Saya
pernah membaca suratyangAnda kirirnkan kepada Raja Saudi; Anda
memulai surat tersebut dengan ucapan, Jalalatul Malik. Bukankah
Anda mengatakan bahwa keluhuran dan kemuliaan hanya milik
Allah semata, dan bukankah AI-Malik adalah salah satu di antara
nama-nama Aliah yang indah, yar'g tidak boleh disebut untuk
seorang pun, meski bagaimana pun sifat dan kepribadiannya?.
n
S Dalam Madzhab tlanabilah; menyebut makhluk
dengan nama-Eama Allah terdapat perinciannya;
Catatan;
241 Nama Al-Qadim untuk Allah disebutkan oleh Hanabilah dan selainnya
dari kalangan ulama kontemporer. Syaikhul lslam lbnu Taimiyah
mengingkari nama ini dalam Minho ius Sunnah an'Nabawiyyoh (llltz3), dan
Ibnul Qayyim dalam Bodo'iul Fawa'id (Ut6z). Sementara pernyataan
as-Safarini daiam ol-Lcwomi' masih tidak ielas. Sesekali, ia menyebut
Al-Qadim nama Allah seperti disebutkan dalam iilid pertama halaman 38-
Sementara pada halaman 4o dan tz5, ia menukil pernyataan lbnul Qayyim
yang menguatkan bahwa Al-Qadim bukanlah nama Allah, namun ia tidak
memberikan komentar apapun. Lihat; ol-Hufah fi Bayanil Mahaiiah,
Qawamus Sunnah (1193).
Kedua; :3 .i2 ya:rg disebut untuk Aiiah dan juga untuk selain
Allah, namun ,rmumnya uiisebut untuk Aliah. Sedangkan untuk
selain Ailah jireri baiasan, seperti nama; Al-Jabbar, Al-F{aq, Ar-
Rabb, dan senr;camnya.
Ketiga;
Telah karn€ sebutkan sebelumnya bahwa di antaraienis-
jenis penyimpangan terkait nama-nama dan sifat-sifat
Allah adalah mengingkari nama-nama atau sifat-sifat-Nya,
dernikian puEa menyerupakan sifat-sifat Allah dengan
sifat-sifat makhluk.
Ailah,;s, berfirman:
.|dh-L\i;or ,r'an:;
Berpcscngan dengan An-Niaf ', Jan kesempurnaannfa adalah
amdn
Seperti itu jugc nama Al-Qgbith y'ang bergandengan dengan
nlmLl
Ai-Basi:h; dua iofci ini disebut secora bergcn<lengan
Seperti jug;t nanta,ll-Mu'iz;'. dengan nama Al-,lludzii,
rtu
narna .i!-Kha{iJh
Denger, nalnc .ir-Ref'; dua name yang dipasangkan
Hadits .rang mcn;'e'but nama,ll- Muntaqim secard terpisah, ini
bersljat nuq{i
Sepcrtt ;'ang C:katakan orang-orang yang berilmu
Sentcntara nan;c .4l-.|[untaqim disebutkan <h dalam Al-@ir' an
ranp.: ,tihatesi
Dencicr, laful al-muirimin, dan kadang pula menStebutkan Cua
mcc(,1!1'1 rcrsebui
.@,
Kaidah Kesembilan
-^vI.:E\Y6'rlv,.
[rg,vd2s]l
tV-'
Boleh memberitahukan tentang Allah dengan nama dan
sifat yang tidak mengandung kekurangan, seperti Al-Qadim
(Maha Terdahuiu), Wajibul Wujud {Zatyan,g wajib ada), Zat, dan
bahwa Allah berbeda dengan makhluk-Nya, karena bab khabar
(pemberitahuan) lebih luas dari bab penggunaan nama-namaAllah,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
.@, ) S)'arahAl-@u,aatd.ll-,1,tut:t, 3
Kaidah Kesepuluh
-*V[:o\Y6't]Y"-
@g,vd/J)
tV-'
_l
@ Nama-nama Allah Sudah Ada Seiak Dulu Kala; Buhan
Makhltrk
Nama-nar::a Aliair suiiah ada sejak dulu kala, dan bukan
rnakhuk. Nama-nama Aiiair l.,-, adalair sifat-sifat yang dengannya
Allah men,r.ifat: diri-liya. Penyifatan Aliah tersebut adaiah bagian
dari kalam-Nyr, dar kalam-Nya bukaniah makhiuk. Dengan
demikian, al- esma' u! husna bukaniah makhluk.
Makna ini dipahami dari lafal (iti; zat; karena zat menurut
rnakna aslinya hanya digunakan dengan bentuk idhafah,
seperti (r-pj ili) artinya; pemilik wujud, (aJi .il:) artinya; pemilik
kekuasaan, (je ill) artinya; pemilik kewibawaan, (& ilr) artinya;
pemilik ilmu, (c,S i:li) artinya; pemilik kemuliaan, dan sifat-sifat
iainnya. Zat di sini bermakna pemilik, dimana zat adalah bentuk
ta'nits dari kata dzu.Inilah makna asli dari lafal (n1i; zat.
Telah berialu penj elasan tentang hal ini, yakni saat menerangkan
perkataan penuiis pada kaidah pertama.
.!
fl
w
6 Dalil sam'i1
S Dalil akal;
Setiap wujud yang hakiki2aT pasti memiliki sifat;:ra8 adakalanya
sifat tersebut sempurna, dan adakalanya tidak atau kurang
sempurna.2ae Sifat kurang atau tidak sempurna adalah sifat yang
batil bagi Rabb Yang Maha Sempurna, yang patut diibadahi. Karena
itulah, Allah memperlihatkan kebatilan uluhivah (sifat ketuhanan)
dari berhala-berhala, dengan menyebutkan sifat keiemahan dan
ketidaksempurnaan tentangnya.
246 Dalil dari ayat ini adalah firman Allah, "Don Alloh mempttnyai sifat Yang
Mahatinggi," yaitu sifat yang Mahatinggi, karena di antar-a makna matsal
adalah sifat, seperti disebutkan dalam firman Allah; "Perumpamaan
surga yang dijanjikan kepada orang yong bertakv'ra (ialoh seperti taman)."
(QS. Ar-Ra'd: 35) Yaitu sifat surga. Silahkan baca tentang hal ini dalam
kitob Amtsalul Qur'an, Abdurrahman Habankah al-Maidani, hal: 33. Kata
matsal juga memiliki makna-makna lainnya yang akan disebutkan di
bagian keterangan tambahan selaniutnya.
247 Kecuali wuiud yang ada di alam pikiran. Masalah ini sudah diielaskan
sebelumnya dalam kaidah kedua dari kaidah-kaidah naraa-nama Allah.
249 lni adalah klasifikasi sempurna berdasarkan dalil akal, karena tidak ada
ienis ketiga di antaranya, yakni hanya ada dua sifat; sifat yang sempurna
yaitu Rabb, dan sifat yang kurang, yaitu makhluk. Ada juga klasifikasi
yang disebut qismah istiqra'iyyah yang diketahui melalui penelahaan dan
pengamatan. Hanya saja akal tidak menghalangi adanya jenis lainnya,
seperti pembagian agama-agama samawi men jadi tiga. Lihat; al- Manthiq,
Muzhaffar, hal: tt5.
'& ,v^ 9
ld L-4J I
* o$;i c i;4 i
a
z5o Syahid (pendalilan) dari ayat ini adalah; berhala-berhala tidak memiliki
kemampuan sama sekali untuk menciptakan, mengadakan, meniadakan,
memberikan inanfaat, menimpakan mara bahaya, dan memperkenankan
permohonan. Semua ini adalah sifat kekurangan. Lihat; Tafsir ar-Razi
(xxvilu6).
251 lni juga merr:pakan sifat kekurangan. Berhala pantas diberi sifat lalai,
padahal sifat ter-sebut hanya layak disandang bagi orang-orang yang
berakal; karena ketika orang-orang menyembah berhala dan
menganggaDnya seb,rgai Zat yang dapat mendatangkan mara bahaya
dan manfaat, maka berhala-berhala tersebut layak disebut seperti orang
yang Ialai" Lih:t; ot-To: h il li 'Ulumit Tanzil,lbnu Jazi' al-Chatnathi (lV/74).
z5z Allah menyebut berhala-berhala yang mereka sembah itu lemah, karena
beberapa aiasan;
Pertamal mereka sarna sekalitidak menciptakan apapun, baik skala kecil
maupun besar. Bahkan mereka sendiri diciptakan. Bagaimana rnungkin
sembahan-sembahan itu menciptakan, padaha! mereka sendiri
memerlukan Allah unruk menciptakan mereka.
Kedua; mereka adalah benda-benda mati yang tidak mendengar, tidak
melihat, dan tidak memahami apapun.
'.--"----------c 2. I' a i dah - kti dah Terkait S il at - st{ at All ah Ta' ala .@,
Allah te berfirman tentang Ibrahim kala ia mendebat
ayahnya;
253 Yakni, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak sempurna secara
zat dan perbuatannya. Berhala tersebut sama sekali tidak mendengar,
melihat, mendatangkan manfaat ataupun mara bahaya. terhadap
!, ri
"Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak
dapat memberi manfaat sedikit gun, dan tidak (pula) mendatangkan
mudarat kepada kamuT Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah
s elain All ah ! T i d akkah kamu m en gerri ?. " (QS. Al-^Anbiya' : 66-6?1
zs+
254 Melalui ayat ini, lbrahim 'Alaihissalom mencela orang-orang musyrik, dan
menyatakan secara ierang-terangan kepada mereka bahwa berhala-
berhala itu tidak pantas disembah karena tidak dapat memberikan
manfaat ataupun mendatangkan mara-bahaya. Lihat; Tafsir as-Sa'di
(lll/288), dan Tafsir al-Maraghi (XVlli5o).
255 Hiss atau panca indera ada lima; pendengaran, penglihatan, sentuhan,
penciuman, dan perasa. Lihai; Hosyiyat an-Nafahat lil )awi'alo Syarh al
Muhalla, lmam al-Haramain, hal: 28.
Ada yang berpendapat adanya indera keenam, yang dengan indera ini
dapat diketahui gejala-gejala jiwa, seperti lapar, haus, kenyang. Namun
yang iebih tepat adaiah pendapat mayoritas, bahwa indera hanya ada
lima, seperti disebutkan Abul Baqa' al-Kafawi dalam al-Kulliyyot,hali 54.
256 Musyahadah adalah bagian dari indera. Dalam ilmu balaghah ini disebut
ithnab (penjeiasan panf ang lebar); dengan menyebut lafal khusus (baca:
musyahadoh) setelah lafal umum (baca: hiss), untuk rnenuniukkan
kelebihannya; hingga seakan lafal khusus tersebut bukan bagian dari
yang umum. lni menurut pendapat yang rajih dari kalangan ahli ushul,
bahwa menyandingkan sesuatu yang khusus setelah yang umum,
bukanlah pengkhususan,
As-Suyuthi berkata dalam bait-baitnya di bidang balaghah;
Menyebut sesuatu yong khusus setelah sesuotu yang umum
Mengtngatkan akan kelebihannya yang diketohui
Seperti menghubungkan Jibril dan Mikail
Jika ada sifat yang tidak sernpurna, maka sifat tersebut mustahil
beriaku bagi Allah, seperti; kematian, kebodohan, sifat iupa, lemah,
buta, bisu, dan semacamnya,260 berdasarkan iirman Ailah;
257 lni disebut qiyas aulawlyyoh, seperti yang akan diiela;kan selanjutnya
dalam penjelasan tambahan kaidah ini.
258 Sementara jiwa-iiwa yang sakit karena syubhat dan berbagai macam
dugaan, mereka ini memaksa fitrah dan akal senat mereKa sendiri untuk
menerima sesuatu yang mustahil dan bertolak-uelakang. Lihat; ol-Fotawa
(tvl6o).
Pen-syarah ath-Thahawiyah berkata pada halaman: 95; AIlah
menanamkan keyakinan di dalam fitrah manusia yans ticiak terkotori
oleh syubhat, ta'thil, tasybih ataupun tornrsil, bahwa Allah Maha
Sempurna dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nyal la nrenyandang sifat
yang la sifatkan kepada diri-Nya, dan yang disifatkan oleh Rasul-Nya.
Kesempurnaan Allah yang tidak diketahui cieh makhluk, tentu jauh iebih
besar dari apa yang mereka ketahui.
z6o Seperti; zalim, haus, menangis, sedih, makan, minum, dan lainnya. Lihat;
Syarh at-Todmuriyyah, Falih Atu Mahdi, hal: u 9o.
.-fo v yY € il y '-,*i.1"
F
"Pengetahuan tenmng itu ada pada Tuhanku, di dalam sebuah
Kitab (Lauh Mahfuzh). Tuhanku tidak akan salah ataupun lupa." (eS.
Tlraha z 52)261
z6t lbnu Faris berkata dalam Mujmalul Lughah (lV/866); an-nisyan artinya
meninggalkan. Allah,:,; berfirman,,'Mereko melupakan Alloh, hingga
Allah pun melupokan mereka."
Syaikh ibnu Utsaimin ditanya dalam Majmu'Fatawawa Rasa-il (111154-561
nomor 354); apakah Allah;e disifati dengan sifat lupa?
Beliau menjawab; lupa memiliki dua makna;
Pertamal terluput dari sesuatu yang telah diketahui, seperti disebutkan
dalam firman Allah;
***-------{
) ). Kaidah-i<aidahkrkait S{at-sfat AtlahTo'ata ( .@,
.)r;131 ) *'-)
(,rrv 'a
,*p li$
6'
"D an ti d ak suatu pun y an g d dp at m el em ahkan All ah2 b aik di
a da se
z6z Syahid (konteks pendalilan) dari ayat ini adalah bahwa Allah menafikan
kelemahan dari diri-Nya.
263 Syahid (konteks pendalilan) dari ayat ini adalah bahwa AIlah menafikan
sifat tuli dari diri-Nya
"'. - ")"- j!
:,
)3>,u. .4", E, )i\ it
"Dia -Da.,ial- buta sebelah matanya, dan sesungguhnya Rabb
kalian tidakiah buta sebeiah mata-Nya."26a
r ,r \i - , i
Le,t
.\ )_c .F',l
264 HR. Al-Bukrari, haijits nomor 7111, seperti disebutkan dalam ot-Tousyih
Syarh ci-;aini' ash-::,hahih, as-Suyuthi (lX/+r5o), Muslim, hadits nomor
:825, ser: ri ciiseL,utkan daiam al-Mufhim, al-Qurthubi (VIl/67). Syahid
dai'i ha<jit: ni ada!ar penafian sifat buta dari Ailah.
Ai-Qui'th,;ir berkat: daiam ai-Muf him (Vlllz67);
A.llah tida.<.'.r'-ita seL,e!ah mata. !nimengingatkan kepada setiap akal yang
dangkal Ca'r lalai, bar.;rva siapa'yang tidak sernpurna pada dirinya, dan
tidak rna:-ri,u meng,rilangkan kekurangan dari dirinya, tentu tidak pantas
menjadi ;*.ran karena kelemahannya. Dan siapa yang tidak mampu
r-nenghi!an;-;ran kelurangan cjari dirinya; tentu lebih tidak mampu untuk
nremberik;r manf .:at, ataupun menghilangkan mr-rdharat bagi orang
lain,
265 HR. Al-Br-rkhari ciararn kitab Shahih-nya, hadits nomot 42or, seperti
disebutkan dalam Fathui Bary (vll/537), Muslim dalam kitab Shahih-nya,
seperti ciisebutkan daiam Syarh an-Nawawi (X\rlU:S). Syahid dari hadits
ini adalan; rahwa irasuluiiahp; menafikan sifat tuli dari Allah, karena
AIlah Maha irlenderigar, tvlaha Dekat dengan hamba-Nya. Makna (l:.+tl);
berhentiiah berdoa dengan suara keras. Lihat; 'Aunul Bari'alol Bukhari,
Shadiq Has:n Khan (Vlzlil.
Anwar ai-Kas.vmiri berkata dalam Faidhul Bari 'alal Bukhari (lVlB4,
"Hadits rni tidak nelarang kita untuk mengeraskan suara di dalam
berdoa. Tapi menunjukkan bahwa berdoa dengan suara keras tidak ada
gunanya, i<arena Z.rt vang kita seru lebih dekat dengan kita, daripada
urat nadi."
q.;iJir't.4, ut* .xr, -Ut .l;i u r.6-: r,"s r*-r') lul -qS ;*-
v .!-"i : it :
Dan firman-Ny";
7 ' t ,.:i'-
"ti,:. i.l..
lrl'e Li
tro-..r,_:i,,:."
-.:5.:- *t-bt '..>o3
+ ^l
' j! lrU -'-..,.
;q-rJl J--r all r-.- r.aJ'*
f+b-,
X a.;:\ -;i tr"r; i*, J-;;q'{r
"Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang
(Yahudi) yang mengatakan, 'sesungguhnya Allah itu miskin dan
kami kaya.' Kami akan mencatat perkataan merekc. dan perbuatan
m e r eka m emb unuh n abi-nab i t anp a h ak ( al a s an y an g b e n ar ), d an K ami
267 lni adalah doa laknat bagi mereka, sama seperti yang mereka katakan;
karena perkataan mereka mengandung pen','ifatan oagi Aliah dengan
sifat kikir dan sifat bakhil. Karenanya Allah balas mereka, dengan
menjadikan sifat kikir sebagai tabiat vang ntelekat pada diri mereka,
sehingga mereka meniadi manusia paling kikir, oaling sedikit kebaikannya,
dan paling berburuk sangka terhadap AIlah' lnrlah syahtdyangdiambilkan
dari ayat ini. lihat; Tafsir as-Sa'di (llSoo).
J,:;JIJ
"Mahasuci Tuhanmu, Tuhan Yang Mahaperkasa dari sifat yang
merekakatakan. Dan selamat sejahterabagipara rasul. Dan segalapuji
b agi Allah T uh an s eluruh alam." (QS. Ash- Shaffat : 181 -182) .26e
Allah;e berfirman;
li',t ; ;ts Vr n) i/
> i t -, ,
\J; ;t L; .ji
- Je
:
rt S ;J li!
:
*,Jl i;t Up
s Jy;-i;,iri
"Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada tuhan (yang lain)
bersama-Nya, kekiranya tuhan banyak), maka masing-masing tuhan
itu akan membawa apa (makhluk) yang diciptakannya, dan sebagian
dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yanglain. Mahasuci
Allah dari apayangmereka sifatkan itu." (QS. Al-Mu'minun : 9tr1zzo
Jika ada sifat yang sempurna dalam suatu kondisi, dan kurang
sempurna dalan'r kondisi lain, sifat seperti ini tidak berlaku bagi
Allah, tapi juga tidak terlarang untuk disebutkan. Sifat seperti ini
tidak ditetapkan secara mutlak, juga tidak dinafikan secara mutlak
268 Yakni Aliah mendengar apa yang mereka katakan, dan akan mencatat
serta menyimpan perkataan tersebut, bersamaan dengan perbuatan
buruk mereka; yakni membunuh nabi-nabi yang tulus, dan Allah akan
menimpakan hukuman yang sangat berat kepada mereka. lihat; Tafsir
as-Sa'di (t1zg8).
269 Karena mereka (baca: para Rasul) terhindar dari keburukan dan dosa,
dan selamai dalam rnenyifati Pencipta langit dan bumi dari kekeliruan.
Syahid dari ayat ini ialah bahwa; Allah memahasucikan diri-Nya dari apa
yang mereka (orang-orang kafir) sifatkan kepada-Nya, karena la Maha
Suci dari kekurangan. dan Maha Terpuii dengan segala kesempurnaan.
Lihat; Tafsir as-Sa'di (lv1277).
z7o Syahid dari ayat ini adalah; Allah memahasucikan diri-Nya dari adanya
sekutu dan anak, sebagaimana yang mereka katakan. Lihat; Tofsir Fothul
Boyan, Shadiq Hasan Khan (lX/t46).
z7z Maksudnya ketika Allah menghukum orang yang tidar pantas dihukum,
berarti Allah telah berbuat zalim. Dan ketika Allah menghukum orang
yang pantas untuk dihukum, itu adalah keadiian. Kari..na itulah Syaikhul
lslam lbnu Tai:'niyah berkata dalam alFatawo (Vll/rr);
Demikian pula apa yang mereka nyatakan; ter-masuk majaz Ci dalam Al-
Qur'an adalah lafal "makar," "memperolok-olok,,, dan,,menghina,, yang
disandarkan kepada Allah. Mereka mengatakan bahwa Aliah disebut
dengan sifat ini, sebagai kebalikan dari apa yang dilakukan musuh-
musuh-Nya, s*bagai bentuk majaz. lni tidak benar, karena jika yang
disebut dengan sifat-sifat ini menghukum orang yang tidak pantas
dihukum, bererti perlakuan tersebut merupakan kezaliman. Sedangkan
= jika hukun-r.:i"r ini ditrerikan kepacia orang yang berbuat jahat, dengan
hukuman 'var'{ ierupa sebagaimana yang dilakukan peiakunya, maka
hukuman tei,ebut b:rsiiat adil. Seperti yang Allah sampaikan dalam
f irman-Nya,
* -;i urs:f:-is U
;j;;;7i,.,;^!t ;t
t ;r*
"Wahai enai:iu!" )an5:aniah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara'
saudaramu, mereka akan rnembuot tipu dcya (untuk membinasakan)mu.
Sungguh, seicn itu mL,suh yang lelcs bag: manusia." (qS. Yusuf : 5)
Allah.e beri,rman;
rlr ri, iG +.ir;,1o!, r.q5 tr+! r+iF
"Sungguh, mereka (orang kaflr) merencenakan tipu daya yang 1ahat. Din
Aku pun merr,buat rerlcon7 (tipu ciava) yang jitu." (QS. Ath-Thariq : r5-r5).
Aliah:e bei"firman;
. '-.:-, ;i-
irF .. . c ., 3,,'4
jrG .': \ i.-, lF ul5"-" lf- 1:F:
.:
"*." -q5 . Y
"Dan mereke membt,at tipu ciaya, dan Kami pun menyusun tipu daya,
sedang mereka tidak menyociari. Maka perhatikanlah bagaimona akibot
dari ttpu daya mereLa, bahwa Kami membinasakan mereka cian kaum
mereka semuanyo." (QS. An-Narnl : 5o-5t).
Aliah:r:: berf i:man;
... \ i ;
.-o-rra .--+- \ 9'-Jl-.,>'jtt2t € ia4t ,t:,t'"N\ ir'{-./-liF
,. ,:
eJl, '.i
, '
.i--
ttJ* a4) 9
^-.c.:J
all tu
\.
.1F-a J I FJ
-----------------
)_l,r,d,h-r,,d,hfr,k .@,
,L,.. : ,),.. tf:, , .', cr J-+l:o-
., i,'-. ,e rj,is;i-dr d! J\d
,/...1.\.
):-l*rs
,5-+r--r .4;l Jl -
)la,)cqi
z ttr'*
t;,.fnt ]l aulj ol
*Ifoli,!i5
i/
iSji a,rc* h:5 jsJ-<, a*JlB
u,l .(; ul rrG i+V J) l-;l- rilj t;l rru l-*;r ;,.i1 ll l!!-rF
. . ' ': - , e1 t o'
. ' " ' -: ,'
o\ ct JJ++ f&',:'a # f*J^,-_.
,
f,F+ i4;-"Ajti
.F't iii*
"
" ' ' ' :
F
" D an ap ab i! a m e r eka be r j ump a d en gan or an g v ar ry b eriman, m e r eka
/ a--_
Kibe >_* Syarah .'11 - {fowaaid .4}-,Wutsla
berkata, 'Kami ,;elah berirnan.' Tetapi apabila mereka kembali kepada
setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, 'sesungguhnya
kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.' Allah akan memperolok-
olokkan mereka dan n,enibiarkan mereka terombang ambing dalam
kesesatan'." (Q.S. Al-Baqarah : 14-L5)273
274 Maksudnya sifat ini bukanlah sifat sempurna, meski disebutkan dalam
rangka membalas tiprr daya musuh.
-*""--------------{ ) . Kaidah - kaidah Tbrkait Si{at- si{at Allah Ta' ala .@,
Penielasan Tambahan Kaidah Pertama
"EtEI&1$'
tv.
Pertamal
Makna al-matsalula'la
Kedua;
Qiyas aulawiyah.
.@,
- ;<Jr ;/t *:.1"'i' jijr .i3 *
"Dan Ai'ia4 mempunyai sifat Yang Mahatinggi. Dan Dia
M ahap erka s a, It[ ahabil aks ana." (QS. An-Nahl : 60) .
Ketiga; jika sifat lalai merupakan aib dan kekurangan pada diri
makhluk yang diatur,yangtidak sempurna secara zatnya, maka hal
ini tentu lebih dianggap sebagai kekurangan bagi Sang Khaliq Yang
Maha Mengatur, Maha Kaya secara Zat-Nya.
.@, \- s) arah At - @w a a i
!!4y:]:__< e---*
Syarat ketiga; tidak adanya kekurangan dari sisi apapun dalam
kesempurnaan tersebut. Jika ada suatu kekurangan di dalamnya,
maka tidak boleh dinisbatkan kepada Rabb sekalian alam, seperti;
tidur dan makan. Sifat ini sempurna bagi manusia, namun tidak
boieh dinisbatkan kepada Aliah, karena sifat ini melazimkan
ketidaksempurnaan srfat hidup bagi-Nya.
Allah:s- berfirman;
Ketiga;
Fenafsiran lafal makar, al-kaiil, ilan al-khiila'
(tipu daya).
.. ..,
-tr&t.t
t ;*-SUt F uts dl '5{; ir'f.X-t &
t jr';^{.Y $j lF
-'./.. \'
u_5a-9 ir\l
.,/. I J/.'
l3r.;,.o-9 #
"Dan mereka rnentbuat tipu daya, dan Kami pun menyusun tipu
daya, sedang mereka tiiak menyadari"" (qS. An-h{amtr : 5O). Dan
juga fir:nan-Ilya;
"Atau apaii.ah mere:<a merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak
terdugc-Cuy,a)? T;dak a.)a yang merasil aman dari siksaan Al.lah selain
orang-orangyan,grugi"" {qS. Al-Araf : 99)
Sifat ini tidak dinafikan dari Allah secara mutlak. Narnun, sifat
inl hanva bolei: Cisebutlian di ternpatnya yarrg terpuji. Sernentara
dalam tempertnya vang tidak terpuji, maka Allah tidak disifati
dengan sifat ini.
Tindakan A1i bin Abu lhaiib ini merupakan tipu daya, tapi boleh
dan terpuji, karena dilakukan pada tempatnya; sebab Amrbin Wudd
tidakiah maju untuk memuliakan, ataupun :nengucapkan selamat
kepada Ali bin Abu Thaiib, namun ia rnaju untuk mernbunuhnya.
lvlaka Ali pun melancarkan muslihat, 'Aku punya haj lain yang lebih
besar daripada sekedar membunuhmu," kernudian Ali melakukan
o
-r.r\i u;# u, .A:\r o\11-:31rjj 6Jy
"Dan tidakiah Karli bermain-main dalam menciptakan langit dan
bumi dan Gpa ,v:lng ado di antarakeduanya.'" (qS. Ad-Dukhan : 38i.
.**---{ 2 . Kai ddh kai dah Tbrkait S i f'at - sifat Al I ah Th' al a .@,
r rA.
Fr.ui/G)A
;GBffiEOI
Kaidah Kedua;
Bab Sifat-Sifat Allah Lebih Luas dari Bab
Nama-NamaAllah
"E*G6,S"
.v.
Bab sifat- sifat Allah iebih luas dari bab nama -nama Ailah, karena
setiap nama mengandung sifat, seperti yang telah disebutkan
dalam kaidah ketiga dari kaidah-kaidah asma' (narna-nama Allah)
sebelumnya. Alasan lain; karena di antara sifat-sifat ada yang
berkaitan dengan perbuatan Allah'ie ' Dan, perbuatan Allah tidak
terbatas, seperti halnya firman Allah yang tidak terbatas.
Allah,ie berfirman;
- :' r J. t t- . ; r
Jtj iYr ? j "si)r"Jr; itJl J," _tU ; r, -+u.;i :-i ;:,,!l _b*
I j ,ir,,,,._r o
= bagimu,"
Karena pada da sarn y a iradah ( kehenda k) meru Da kan sif at dzatlv ah
fi'liyah. Hanya saia ayat yang diladikan dalil oleh penulis adaiah
kehendak yang maknanya sama dengan keinginan, sehingga sifat ini
termasuk sif at f i' liy ah iuga.
Syaikh Khalil bin Harras berkata daiam bukunya; Ibnu Taimiyah as-galaii,
halaman: 126; "Firman Allah jenisnya sudah ada sejak dulu kala, namun
bagian-bagian dari firman-Nya bersifat baru. Seperti itu juga dengan
perbuatan, kehendak, dan lainnya."
Beliau berkata pada halaman: 1111 "Termasuk sifat-sifat yang jenisnya
sudah ada sejak dulu kala, namun bagian-bagian dari jenis sifat-sifat ini
bersifat baru pada Zat Allah adalah; sifat mengetahui, berkehendak, dan
berbicara."
Khali( bin Nur berkata dalam MonhajAhlisunnah (ll/5to); "Ahlussunnah
menetapkan kehendak ozaliyah dzatiyah (vang bersifat azali) dan
kehendak fi'liyah mustaqbaliyah (yang bersifat baru)."
* ;i.li
.J\:-:--l: i! i; i, ,*rt -t .it +; *
"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak rnenghendaki
kesukaran bagimu." (QS. At-Baqarah : L85)27e
Nabigt bersabda;
278 Catatan; sif at initicak disebutkan Syaikh Alawi as-Saqqaf dalam bukunya,
al-.)amt' li \hifatillani, padahal di bagian mukadimah pada halaman: tz,
beiiau menyebutkan, bahwa beliau telah menghitung seluruh sifat-sifat
fi'liyoh, sehingga sifat ini merupakan sifat yang harus ditambahkan di
dalam bukunya. Sif at ini disebutkan Dr. Marwan a-Qaisi dalam bukunnya,
[La'alimut Tauhid, hal: r 67.
279 Syohrci dalam ayat ini ialah penetapan sifat iradah (kehendak), yaitu
iradah (kenendak) syar'iyah diniyah, karena sifat ini maknanya serupa
dengan siiat mohabah (cinta). Lihat; or-Roudhatun Nadiyyah Syarh ol-
\,^/osithiyyail, Zaid bin Fayyadh, hal: 8o.
26o Hadits ini iertera dalam kitab Shahihain, seperti cjisebutkan dalam ol-
-tcm'u Bairash Shanihain, al-Humaidi (lll78), alJam'u Bainash Shahihain,
Abu Hafsh al-t4ushili (i/z9o), dan )omi'ul Ushul, lbnulAtsir (lv/t38).
-t t ' :'
'
il -cr!
'
-ti) .rU! .rr Y1 ;rYt -t
u.
€,
"Dan Dia menahan (benda-benda) langit agar tidak jatuhke bumi,
melainkan dengan izin-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha
Penyayangkepadamanusia." (QS. Al-Hajj : 65)
= bogimu,"
Ka rena pada dasarn y a iradoh (kehendak) meru pa ka n sif al dzatiy ah
fi'liyah. Hanya sala ayat yang diiadikan dalil oleh penulis adalah
kehendak yang maknanya sama dengan keinginan, sehingga sifat ini
termasuk sif alfi'liyah iuga.
Syaikh Khalil bin Harras berkata dalam bukunya; lbnu Taimiyah as-Salafi,
halaman: tz6; "Firman Allah ienisnya sudah ada sejak dulu kala, namun
bagian-bagian dari firman-Nya bersifat baru Seperti itu juga dengan
perbuatan, kehendak, dan lainnya."
Beliau berkata pada halaman: 1111 "Termasuk sifat-sifat yang lenisnya
sudah ada sejak dulu kala, namun bagian-bagian dari jenis sifat-sifat ini
bersifat baru pada Zat Allah adalah; sifat mengetahui, berkehendak, dan
berbicara."
Khali( bin Nur berkata dalam ManhajAhlisunnah (ll/5to); "Ahlussunnah
menetapkan kehendak azoliyah dzatiyah (vang bersifat azali) dan
kehendak fi'liyah mustaqbaliyah (yang bersifat baru)."
&ht+t ...&
"Ailah rnenghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah : !.85)27e
Nabigt bersabda;
278 Catatan; sif at initidak disebutkan Syaikh Alawi as-Saqqaf dalam bukunya,
aiJami' li Shifotillahi, padahal di bagian mukadimah pada halaman: tz,
beliau menyebutkan, bahwa beliau telah menghitung seluruh sifat-sifat
fi'tiyah, sehrngga sifat ini merupakan sifat yang harus ditambahkan di
daiam bukunya. Sifat ini disebutkan Dr. Marwan a-Qaisi dalam bukunnya,
Ma'alimut T auhid, hal: t 67.
)ro Syohid dalam ayat ini ialah penetapan sifat iradah (kehendak), yaitu
iradoh (kenendak) syor'iyoh diniyoh, karena sifat ini maknanya serupa
iengan sital mahabah (cinta). Lihat; ar-Raudhatun Nadiyyah Syarh al'
Wcstthiy,val:, Zaid brn Fayyadh, hal:8o.
28o Hadits ini tertera caiam kitab Shahihain, seperti disebutkan dalam al-
..icm'u Bqincsh Shahihain, al-Humaidi (ltU78), al-Jam'u Bainash Shahihain,
,qbu Hafsh .rl-llushrii (i/z9o), dan )ami'ulUshul, lbnul Atsir (lv/t38).
_)
"E€6}S,
v-1
-lt'. i.
:5u ');,;; d
-r' J
cJl -,k^fl!, n;3'r^iu rrri tl",T unt'#iUy
\)
W J;A J
,YI .;Ji;
_ \ -/- "-
..ClJ './o e
,h,,r d;i 6nt
{,-'..a{>u
"Wahai crang-orang yang herirnan!. Tetaplah beriman kepada
Allah d an Rasu/-Nya (Muh ammad) dan kep ada Kitab (Al- Qur'an) y ang
diturunkan kepcda Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
B arangsiapa in gkar kep a,la Allah, malaikat-rnalaikat-Nya, kitab-kitab-
S Dalil akal;
Dengan sifat-sifat-Nya, Allah,ie hendak memberitahukan
siapa diri-Nya; Dia-lah yang lebih paham tentang sifat-sifat
tersebut daripada selain-Nya. Perkataan-Nya paling jujur, paling
baik, daripada selain-Nya.
285 Penulis menjelaskan bahwa keraguan dalam menerima kabar atau berita
disebabkan oleh tiga hal;
Pertama; kebodohan si pembawa berita. Contoh; seseorang yang
mungkin saja bodoh, mengabarkan sesuatu repada saya. Maka waiar
jika saya ragu dalam menerima beritanya.
Kedua; dusta.
Ketiga; tidak cakap dalam mengungkapkan apa yang ia maksudkan.
Penulis dalam Syarh al-Wasithiyah (t/toz) menambahkan;
Keempat; tidak adanya itikad baik.
Keempat sebab ini tidak ada dalam kabar Allah dan Rasul-Nya.
llmu kebalikan dari bodoh, iufur kebalikan dari dusta, dan fasih kebalikan
dari ketidakcakapan.
287 Kaidah ini disebutkan Syaikhul lslam lbnu Taimiyah dalam at-Todmuriyah,
hal: 57.
288 Penafian seperti ini bukanlah suatu pujian, karena dinding tidak bisa
berbuat zalim"
289 Penulis menyebutkan dalam Taqrib at'Tadmuriyah, hal: 5z; "Jika penafian
tidak mengandung kesempurnaan, bisa iadi hal tersebut disebabkan
adanira kekurangan pada sesuatu yang disifati; atau karena
ketidakmampuannya. Seperti halnya jika dikatakan tentang seseorang
yang tidak mampu rnembeia diri terhadap orang yang berbuat zalim
kepadanya, 'la tidak membalas keburukan dengan keburukan.'Orang ini
tidak membalas keburukan dengan keburukan, bukan karena
kesantunannya, tapi semata-mata karena ia tidak mamPu membela diri.
Dalam hal ini, penafian tersebut menjadi sebuah kekurangan dan celaan,
bukan suatu kesempurnaan dan puiian." Lihat; Syorh ath'Thahawiyah,
hal: 53.
z9o Penjelasan dari dua bait syair ini; perbedaan pendapat di dalamnya, dan
syahid yang bisa dipetik dari syair tersebut, bisa dilihat pada keterangan
tambahan.
.i .a . .-
j ' rt-l -itr . >l !r
o:Le l-r'+ 4J $c
_..9
o-Io>s-r u.o
:L:
r--J @
J.
(.,LJl
y_ tP i>
)g DucQi
L) Jt
,". \"*
"D an b ertaw akallah kep ada Allah Yang Hi dup, Yang tidak mati, dan
bertasbihlah den gan memuji-Ny a. D an cukuplah Dia M aha Mengetahui
dosahamba hamba-Nya." (QS. Al-Furqan : 58).
Juga firman-Nya;
*.'"\-
u-i $r ;l!_ \y d
:.
t r"i)l ,J Y-; oryL^-]"-lt €.€ ;-,y-) ni.rt -rlS U; ;
"Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di
langit maupun di bumi,"(QS. Fathir : 44)
Oleh karena ilmu dan kuasa Allah yang sempurna, maka tidak
ada sesuatu pun di langit, maupun di bumi yang dapat melemahkan-
Ny".
-.--------{ 2 . Kai dah - k,u dah Te*a it S ifat - sifat,4lI ah Ta' oI a .@,
Keterangan Tambahan Kaidah K-t;; -l
")
"V[-:G\Y6'J.]Y".
gqgtu2s
rVr":
Sebelumnya telah kami sampailian haL; "va 3i b,:giar 1',ete rangari
tambahan, akan karni bahas beL:eir,;pa rlerr 1a-qalal:an ber-ii,"u:;
Pertama;
Sifat-sifat salbiyah
Kedua;
Penjelasan dua bait syair yang disebutkan penulis;
iian
Tidak pula menzalimi siapapun barang .rebesar 'oiti sawi pun
295 Khizanatul Adab, al-Baghgdadi (w176), Syarh Abyat Mughni ol'Labib, al'
Baghdadi (Vit96). Krsah ini disebutkan al-Hafizh lbnu Hajar al-Asqalani
dalam al-lshcr bah f t Tamytztsh Shahobah (VUl8l), Darul Kutub al-'llmiyyah,
dan asy-Syinqithi dalam ad-Durar al-Lawomi' 'ala Huma'tl Hawai'(V/tSZ).
Juga disebutkan dalam Hasytyat Amali lbni osy-Syaiari (llh6l).
Terkait bait ini, Umar berkata, "[-]ntuk yang ini, aku tidak bisa
2e8
rnenerima alasanmu." Umarkernudian menahan danmernukulnya.
S Tanggapan;
Pertama; Ibnu Abdu Rabbih yang menyebutkan kisah ini
secara ringkas pada jilid keenam, beliau sendiri telah menyatakan
pada jilid kedua hal; 332 bahwa bait ini dimaksudkan padanya
celaan.
lo3 Kitab berisi sejumlah bait-bait syair Arab yang dikumoulkan oleh Abu
Tammam ath-Tha'i, seorang penyair ternama. Bait syair ini dinisbatkan
kepadanya, karena bait syairtersebut terdapat di dalam kitab tadi. Lihat;
Hasyiyat ad-Dasuqi'ala Mughnil Labib (llt8).
3o4 Seperti itulah yang disebutkan dalam Hasyiyat Syorh alHamasah, al-
Ma'arri (1147).
'i;e::beda
Para uiama pendapat, terkait maksud dari bait syair
ini. Ada dua penJapat setidaknya;
Pendapat ini
dikemukakan al-Marzuqi dalam Syarh aL-
Hamasah.310 Pendapat ini diakui al-Baghdadi; beliau menambahkan,
"Bagaimana mungkin ia menceia kaumnya sendiri, sementara
dampak dari ceiaan tersebut berirnbas pada dirinya sendii"i."311
3o7 Syarh Hamsah Abu T.rmmam (1i359). ia berkata, "Syair ini merupakan
celaan dirinya terhadao kaumnya."
4.'41,s;r A Y
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang "3;?"*
MahaMendengar, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura : 11;atz
It3t /. .r.
o itt -, '.ir
j.;J" dr e\* J--l 4!l r^ #tr
"' ., : ',
(r )F
r-\ tls
"K at akanl ah ( M uh amm a d ),' D i al ah All ah, Yan g M ah a E s a. Allah
3r6 lnilah sebab pertama terkait penaf ian yang bersifat global; yang
menunjukkan keumuman kesempurnaan Allah, dengan cara menafikan
segala kekurangan dan aib dari-Nya secara menyeluruh; dari setiap sifat-
sifat yang beriolak belakang dengan kesempurnaan-Nya.
lnilah yang berlaku secara Llmum, terkait sifat-sifat salbiyah. Adapun
penafian secara terperinci, maka jumlah nashnya hanya sedikit. Hal ini
akan diterangkan penulis selanjutnya.
3t7 Silahkan lihat makna ayat ini, dan perbedaan sudut pandang terkait
penaf si ran nya da la m Sy arh ath-T hahawiy ah, hal: 97.
318 Lihat;Syorh Suratil lkhlash,Syaikhul lslam lbnu raimiyah, tahqiq; Dr. Abdul
Ali bin Hamid, Bombay, lndia, dan al-Qaulul Mu'tamad fi Tafsir Qul
Huwallahu Ahad, )amaluddin ar-Armaini, wafat tahun 958 H., tahqiq;
Muhammad Khair Ramadhan.
319 Ayat ini membantah orang-orang kafir yang mengatakan bahwa Allah
memiliki anak. Seperti itu juga firman AIlah,
"Allah tidok mempunyoi anok, dan tidak ada tuhan (yang lain) bersama-
Nyo." (QS. Al-Mu'minun : 9t).
Dan firman-Nya,
"(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkon;'(QS. At-lkhlash : 3).
Kedua ayat ini membantah mereka yang menyatakan bahwa Allah
memilikianak.
Faidah; lafal (.++) memiliki dua makna;
Pertamal bermakna mustahab (dianiurkan). lnilah rnakna yang biasa
digunakan oleh para fuqaha. Bukan bermakna haram.
Kedua; bermakna mustahil. lnilah makna yang tertuan{ dalam Al-Qur'an
dan Sunnah, seperti yang tertera dalam avat yang disebutkarr penulis di
atas. Juga seperti sabda Nabigv;
"Sesungguhnlva Allah tidak tidur, dan rnustahil bagi-Nya tidur."
,,
S e,9^J
' l
;* o7t44\") e)it: .,tlt;3t . -t'
ua-- .-w)3
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak merasa
letih sedikitpun." (QS. Qaf : 38)320
3zo lntisari yang diambiikan dari ayat ini ialah; bahwa mungkin akan terlintas
dalam pikiran orang yang tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-
benarnya, bahwa jika Allah menciptakan seluruh langit dan bumi yang
besar ini dalam waktu enam hari, tentu la akan kelelahan. Karena itulah
Allah ;e berf irma n, " Dan Kami tidak merasa letih sedikit pun," yakni Kami
tidak tertimpa keletihan ataupun kelelahan.
Bertolak dari hal ini, kami nyatakan bahwa; penafian secara terperinci di
dalam ayat ini dimaksudkan agar tidak ada yang mengira bahwa Allah
kelelahan atau keletihan. Sehingga, Aliah pun menafikannya secara
terperinci. Demikian sebagaimana yang dikatakan penulis dalam Syorh
alWasithiyyah (l|rz).
Qatadah dan al-Kalbi berkata; ayat ini turun berkaitan dengan Yahudi
Madinah. Mereka mengatakan bahwa Allah menciptakan langit dan
bumi selama enam ha.i. Diawali hari Ahad dan berakhir pada hari Jum'at.
la kemudian beristirahat pada hari Sabtu. Karena ituiah Yahudi Madinah
men jadikan hari Sabtu sebagai hari istirahat. Allah kemudian
mendustakan pernyataan mereka ini.
Lihat; Tafsir ai-Maward i (V1116), Zadul Masir,lbn ul Jauzi (Vllli zz).
Faidah; para mufassir berbeda pendapat terkait firman Allah; (aqi aj-i
artinya; daiam enam Irari. Ada beberapa pendapat terkait hal ini;
Pendapat pertama; er'am hari seperti hari-hari kita. Maksudnya; lamanya
seperti ukuran enam harr dalam sepekan seperti yang telah kita ketahui,
dan langsung ciipaharri oleh akal kita.
Pendapat inllikemui akan adh-Dhahhak, Ka'ab al-Ahbar, dan Abduliah
bin Salam. Pendapat ni disebutkan al-Baghawi dalam Tafsirnya (lllt6+),
al-Alusi(Vllltr-.2), Abu Hayyan dalam Tafsirnya; al-Bahrul Muhith (tv/log);
ia berkata; seukuran enam hari (di dunia), bukan berlangsung selama
enam hari Derrciptaan. lni sama seperti firman Allah;
"Dan di dolarrtnya bag, mereka ado rezekr pagi dan petang." (QS. Maryam
: 5z).
Maksudnya; seperti r,Kuran pagi dan petang di dunia, karena di surga
tidak ada malam atau:-run siang.
Mereka beroendapal serrerti ini, karena siang dan malam hanya bisa
dibedakan ciengan te.bit dan terbenamnya matahari. -Jika matahari dan
bulan saja beium dicictakan, maka bagaimana mungkin, hitungan hari
bisa dianggac sebaga ciptaan ketika itul.
Hemat saya, ketiKa sesuatu dimungkinkan untuk dimaknai secara zhahir,
atau setidarnya mendekati zhahir; maka membawa makna tersebut
kepada zhahir adalan lebih utama. Daripada kita memaknainya dengan
.@t
Kaidah Kelima;
Sifat-sifat Tsubutiyah
-.\7I30:€Jl7'.
rv.
[r\3,vd/u)
__l
Sifat-sifat tsubutiyah terbagi menjadi dua; dzatiyahszt dan
fi'liyah.322
3zz Fi'liyah terdiri dari fi'il, ya' nisbat, dan ha'. Kata fi'li merupakan sesuatu
yang dinisbatkan kepada fi'il atau perbuatan.
323 Penulis menyebutkan toiok ukur sifat-sif at dzatiyah yang iuga disebut
sifat-sifat lazimah, karena sifat-sifat ini selalu melekat pada Zat dan tidak
pernah terpisah darinya.
Sifat-sifat dzatiyah terbagi meniadi dua macam;
Pertamal Sif at-sifat dzatiyah khabariyah, yaitu sif at-sif at yang ditetapkan
berdasarkan khabar atau nash; yang andaikata nash tidak
menyebutkannya, tentu akal tidak dapat mengetahuinya- Meski
demikian, akal iuga trdak menafikannya.
Tolok ukur sifat ini ialah; setiap sifat yang biasa kita namai dengan
anggota badan, atau bagian tubuh. Namun kita waiib mewaspadai; agar
iangan sampai kita mengatakan bahwa sifat-sifat ini merupakan anggota
badan, atau bagian tubuh Allah.
Dr. Jabir as-Sumairi memiliki buku terkait permasalahan ini; berjudul ash-
Shifat al-Khabariyyah. Buku ini aslinya tesis.
Kedua; Sifat- sifatdzatiyah maknawiyah, yaitu sifat-sifatyang menuniukkan
makna tertentu, atau sifat-sifat yang tidak disebut sebagai anggota
badan. Sifat-sifat ini iuga disebut sifat-sifat 'aqliyah, karena dilalah-nya
ditunjukkan oleh akal. Andaikan tidak ada nash yang menyebutkan sifat-
sifat ini, maka tentu, akal akan membimbing kita untuk mengenalkannya.
Ada juga yang mengatakan; bahwa akaltidak bisa mengenal sifat-sifat ini
dengan sendirinya, meski akal menunlukkan eksistensi sifat-sifat ini. Lain
halnya dengan sifat-sifat dzatiyah khabariyah, dimana sifat-sifat ini
mengacu pada kabar atau nash, dan tidak ada ruang bagi akal di sana'
, . t ". . ,'-.
t jr+
' :t 2.,
.,5
u rt r
4J
.'
Jr; jl
"sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia
hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu'." (QS.
Yasin: 82)
'ff61&5'
.v.
Dalam menetapkan sifat- sifat Allah, kita waj ib menghindari
dua larangan besar;327
327 Dari sini muncul sebuah pertanyaan; kenapa penulis tidak menyertakan;
wajib pula menghindari ta'thil da n tohrif (penyelewengan)?.
Jawabl diatas penulis telah mernberikan acLran, bahwa siapa yang
menetapkan sifat, maka ia wajib menghindari dua larangan. Adapun
orang yang men-to'thil dan men-tohrif, maka ia telah menaf ikan sifat dan
tidak menetapkannya.
329 Silahkan lihat kekeliruan pernyataan ini dalam ltmomul Minnah bi Syorh
l'tiqadi Ahlis Sunnoh, Dr. lbrahim al-Buraikan, hal: 42.
Catatan penting;
Pertamal perkataan penulis bahwa orang yang menetapkan sifat-sifat
harus menghindari tamtsil; pernyataan ini tidak berlaku secara mutlak,
tapi dibatasi dengan keterangan yang akan disebutkarr dalam kaidah
ketujuh selanjutnya. Dalam kaidah pertama dari qawa'id al-odiloh
diielaskan bahwa acuan dalam rnenetapkan sifat-sifat Allah adalah Al-
Qur'an dan Sunnah, karena iika kita menerapkan perkataan penulis ini
secara mutlak tanpa batas, tentu orang i/arrg menetapkan sifat-sifat
Allah akan berkilah kepada kita cjalam menetapkan semua sifat secara
mutlak, kendati sifat tersebut tidak disebutkan di dalam nash, dan
termasuk sifat-sifat vang tidak sempurna. Sekalipun dalam menetapkan
sifat-sifat tersebut ia tetap menaf ikan penyerupaan Allah dengan
makhluk-Nya, dan menaf ikan takyif (penggambaran sifat-sif at tersebut).
't
tu --a)l
^-L*Jl
.l-
'Tidak ad.a sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang
MahaMendengar, MahaMelihat." (QS. Asy-Syura : 11;aao
Firman-Nya;
* t*l L
a.l*, ,l.a "'Y',
"Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?"
= Anggapan sepertr ini batil, karena hal ini akan menjerumuskan kita
untuk menyifati Allah sebagai Zat yang memiliki anggota badan, bisa
menangis. bersedih, iapar, minum, dan sifat-sifat kekurangan lainnya,
meski ia beranggapan akan bolehnya hal ini selama tidak menyerupakan
sifat-sifat tadi dengan makhluk. lnilah vang dijelaskan Syaikhul tslam tbnu
Taimiyah daiam ot-iodmurtyah beserta syarah dari Falih AIi Mahdi,
halaman: z9o.
Kedua; menafikan keserupaan bukan berarti menafikan asas kesamaan.
Contoh; manusia adalah materi, dan batu adalah materi, hanya saja
keduanya berbeda. Manusia ada, Allah pun ada, namun eksistensi
(keberadaan) dari keduanya tidaklah sama.
33o Maksudnya tidak ada sesuatu pun dari makhluk-makhluk AIlah yang
menyerupai dan menyamai-Nya, baik di dalam Zat, nama-nama, sifat_
sifat, maupr:n perbuatan-perbuatan-Nya. Demikian disebutkan as-sadi
da lam Taf sirn y a (lV | 4tz).
i31 Ayat ini mengandung uslub istifham inkari (pertanyaan yang tidak butuh
jawaban); bagi mere<a yang menyerupakan AIIah dengan makhluk_Nya.
Pada bagian keterangan tambahan, akan dijelaskan secara rinci
penjelasan ayat ini beserta urgensinya.
Dan firman-Ny";
S Dalil akal;
Pertamal seperti yang telah diketahui secara pasti, bahwa
Khaliq dan makhluk berbeda secara zatnya. perbedaan ini
rnengharuskan adanya perbedaan sifat-sifat di antara keduanya.
Karena sifat setiap individu, tentu sesuai dengan hakikat
individu
lers*but, sebagaimana hal ini narnpak jeias oa,ii sifat-sifat makhluk
yang berbeda-beda secara zatrrya. Contoh; kekuatan
unta berbeda
dengan kekuatan semut.
'
I
,h r't--.dl-1, l-*Jia
' L-:-
ll
i;;€".* p ,u
"Tidak ada sesuatu pun yang serur)a dengun Dia, Dan Dia Yang
i',Laha Mendengar,I"Laha Melihat." (QS. Asy-Syura : 3t;::o
l;6 Syaikh lbnu Utsaimin ditanya; manakah istilah vang lebih utama; tamsil
ataukah tasybihl
Beliau menjawab;istilah tamsillebih baik dari tasybih karena tiga alasan;
Pertamal Al-Qlrr'an menyebut peniadaan tamlsii dan tldak menyebut
peniadaan tcsybih. Lafai Al-Qur'an tentu iebih baik daripada lafal
ungkapan manusia. Allah e trerfirman;
{'*,;:t
U-*\ ;};i i3 J-f f'
"Tidok ada sesuatu pun yang serupa dengan )ia. Don Dia Yong Moha
Mendengar,l',Acha Melihat." (q5. Asy-Syura : r)
Adapun taftyif 3t a,1a1ah keyakinan seseorang dalam menetapkan
hakikat sifat-sifat Allah; bahwa sifat-sifat-Nya ialah seperti ini dan
itu, tanpa men gaitkannya denga n mumatsil (padanan) 338 tertentu.
y7 Takyif berasal dari <ata kayf. Kayf adalah kondisi, hakikat dan bentuk
sesuatu. Dengan demikian, takyif adalah meniru hakikat, bentuk, atau
kondisi sifat-sifat, seperti panjang, lebar, bentuk, dan lainnya. Lihat;
Syarh Manzhumat Abi! Khaththab, al-Buraikan, hal:. Vz, dan Kulliyyat Abil
Baqa' al-Kaf awi, hal: t5z.
Catatan; i,,'ang dinafikan dalam sifat-sifat adalah tokyif, bukan kaifiyah,
karena seti,:p sifat pasti memiliki kaifiyoh atau hakikat, seperti yang
dinyatakan ai-Asy'ari dalam Risolot ats-Tsaghr, hal:. 72. Fianya saja yang
diwajibkan Calam hal ini adalah menyerahkan hal tersebut pada nash.
Ibn u Q u da nra h berk ata da lam or-Rou dhoh (l ll z); koifiy ah a da la h jawaba n
yang tepat untuk pertanyaan "bagaimana."
Alawi as-Saqqaf berpendapat dalam mukadimah kitab lbnul Jauzi yang
berjudul Da'fu Syubahtt Tasybih bi Akaffit Tanzih, hal: 7t; bahwa kaifiyat
dinafikan dari Rabb.r-,'. la berdalil dengan perkataan lmam Malik yang
akan disebutkan seianjutnya. Pernyataan ini tertolak, karena perkataan
para imam berkaitan dengan penafian tokyif, bukan koifiyah.
338 lnilah perbedaan antara tamtsil dan tokyif, karena takyif adalah
menceritakan hakikat sesuatu baik;
Pertamal bersifat mutlak, seperti; "Saya membeli mobil dengan
spesifikasi seperti ini dan itu," tanpa menyebutkan padanan yang serupa
dengan mobil tadi. Sedangkan tomtsil membatasi sifat dengan suatu
* L;-r" ^.j;;.i; *,
"Sed an g ilmu m er eka ti d ak d ap at m elip uti il m u - N y d ." ( QS. Thaha
: 110)33s
*r#
'\i l. -
339 Yaitu, mereka tidak mengetahui apapun tentanq Zat dan sfiat-sifat-Nya,
selain apa yang Allah beritahukan kepacia mereka, seperii disebutkan
dalam ayat surah AI-Baqarah. Lihat; 'UmdatuiTa;slroanii .lafizh lbni Katsir,
diringkas oleh Ahmad Syakir (lllr6z).
34o Penjelasan makna ayat ini sudah disebutkan sebelumnva dalam kaidah
kelima dari kaidah-kaidah asma' (nanra-nama AIiah).
342 Atsar ini ciisebutkan al-Lalaka'i dalam Syarh Ushul I'tiqadi Ahlissunnah
(ll/398), al-Baihaqi dalam ol-Asmo' wash Shifat (lllt5o-t5t) dari dua jalur
dengan sedikit perbedaan lafal. Juga disebutkan dalam ol-l'tiqad,hal:56,
ad-Darimi dalam ar'Rodd'alol )ahmiyoh, hal: 33, Abu lsmail ash-Shabuni
dalam 'Aqidotus Solaf , hal: q-t9 dari tiga jalur, lbnu Abdilbarr dalam ot-
Tahmid (Vl!/t5t), Abr-r Nu'aim dalam al-Hilyah (Yll35z-326), adz-Dzahabi
dalam Siyar A'lam an-Nubola' (Vlll/89-9o, 95), juga disebutkan dalam al-
'Uluw, hal: rc3-1o4, ai-Mukhtashar, hal: 't4t, atsar ini dinilai shahih dan
dinyatakan bersumber dari lmam Malik. Atsar ini juga disebutkan lbnu
Qudamah dalam Lum'otul l'tiqad, hal: 4, al-'Uluw, hal: Vz-173, as-Suyuthi
dalam od-Durr alMantsur (llll47), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnoh
(l/t7t). Sanad atsar inr dinyatakan bagus oleh lmam lbnu Hajar al-Asqalani
dalam Fothul BAry (Xtlll4o7) beliau berkata, "Atsar ini ditakhrij al-Baihaqi
*.,;i*l
-i-11 -1, j;rl!
"(Yaitu) YangMaha Pengasih, yangberistiwa di atas'Arsy." (QS.
Thaha:5)
"Bagaimanakah istiwa itu?." Imam Malik menundukkan kepala
hingga dipenuhi keringat, setelahnya beliau berkata, "Makna
istiwa sudah lazim diketahui, hakikatnya tidak dimengerti akal,
mengimaninya wajib, dan menanyakannya bid'ah.'343
= dengan sanad yang bagus dari Abdullah bin Wahab." Lihat; al-Fotawa
alHamawiyah, tahqiq; at-Tuwaijiri, hal: 3o8.
343 Syaikhul lslam lbnu Taimiyah menyebutkan bahwa semua sanad atsar ini
adalah dari imam-imam terpercaya. Atsar ini disebutkan al-Lalaka'idalam
Syarh Ushul l'tiqadi Ahlissunnah (lUlg8), al-Baihaqi dalam al-Asma' wash
Shifat (lllt5o-t5t), al-Ajali dalam Tarikh ats-Tsiqat, hal: r58, nomor 43t, al-
Baihaqi dalam al-'Uluw, hal: 98, dengan sanadnya hingga Sufyan ats-
Tsauri, lbnu Qudamah dalam alJUluw, hal: t64.
Syaikhul lslam lbnu Taimiyah menilai atsar ini shahih. Beliau berkata
dalam al-Fatawa (V/365); "Jawaban ini diriwayatkan dari Rabi'ah, syaikh
I mam Mal ik." Lihat; D ar' u Ta'or udhil' Aql w an N o ql (V I zO q). Al-Al bani juga
t
menilai shahih atsar ini. Liha! Mukht ashar altUluw, hal: r3z, al-Fatawa ol-
Hamawiyah, tahqiq; at-Tuwaijiri, hal: 3o7.
345 Allah disebut sebagai tabib, seperti disebutkan dalam hadits Abu
Ramitsah yang diriwayatkan Abu Dawud dan lbnu Hibban; bahwa Nabiffi
mengatakan, "Allah itu Maha Mengobati." Hadits ini dishahihkan Al-
Albani dalam os-silsilah ash-Shahihoh, hadits nomor 1537. Bahkan al-
Baihaqi, lbnul Arabr, dan al-Qurthubi menyebutkan bahwa ath-Thabib
adalah salah satu di antara nama-nama Allah.
346 Syahid dari ayat ini ialah bahwa manusia sangat butuh untuk memohon
kepada Allah, agar la melindungi dan menjaganya. Demikian seperti
disebutkan as-Sa'di dalam tafsirnya (lV/399).
Firman Aliah;
qiriir"i"ir;;.i f *. uri{
"Maka apakah (Allah) yang menciptakan sama dengan yang
tidak dapat menciptakan (sesuatu)? Mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?." (QS. An-Nahl : 17)
*---------H ) . Kai dah -kaidah Tbrkait Stfat- sifat Allah Ta' al a .o,
yang tidak dapat menciptakan itu sama seperti yang menciptakan?.
Tidak juga dikatakan bahwa mereka lebih mengagung-agungkan
berhala-berhala daripada Allah, karena mereka tidak mengatakan
seperti itu. Yang mereka katakan adalah, "Kami menyembah
berhala-berhala itu agar mereka lebih mendekatkan kami kepada
Al1ah."
,trii,;;it
.l'|.J..i,
'u-U! Lr>er
e l)- u . alQ{,
\ r'
);;;:,G,:ilr
"Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebaiikan sama dengan orang-orang yang berbuat
kerusakan di bumi? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang
yang bertakwa sama dengan orang-orang yang jahat?" (QS. Shad :
28).
348 Sifat adalah makna yang melekat pada Allah. Masalah inisudah dijelaskan
dalam keterangan tambahan kaidah kedua sebelumnya.
355 Dikatakan bahwa shifah dan woshf menriliki kesamaan makna. Sementara
menurut pendapat Iain, kedua lafal tersebut berbeda maknanya. Secara
zhahir, washf yang dimaksudkan penulis adalah isim fa'il, seperti
disebutkan dalam contoh yang disebut penulis. Lihat; Kitob al'Washf al'
MusytaqfilQur'an, Dr. Abdullah ad-Dayil, hal: 43.
356 ini semua adalah perbuatan Allah, dan beristiwa dan turun adalah sifat-
sif at fi'liyah.
357 Kita telah rnengetahui perbedaan antara shifah danwasfh, dan petuniuk
woshf disebutkan dengan leias. Demikian pula shifatiuga berlaku dengan
menyebut sifat dengan jelas, seperti sifat membalas. Sifat ini adalah sifat
fi'liyah.
358 Dalam ilmu balaghah dinamakan luff dan nasyr murattab. Sementara
sebagian ahli ilmu badi'menyebutnya thd,y dan nasyr. Yaitu; menyebutkan
beberapa hal secara garis besar, lalu setelah itu tidak disebutkan
spesif ikasi untuk masing-masing; alasannya bahwa orang yang
mendengar menghendaki spesifikasi tersebut karena ia mengetahuinya
melalui beberapa tanda. Lihat; ot-Tibyan fil Bayan, ath-Thaibi, hal: 5o4,
'llmul Badi', Dr. Abdui Aziz Utaiq, hal:i57, Mu'jomul Balaghah, Dr. Ahmad
Mathlub, hal: 525.
t,
;JI -l ,ll
J!
,-'.,
IJ)UFJ
'.
Firman-Nya;
Dan firman-Nyr;
* ot;ioj""FJl a/ d! *
"Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang
yang berdosa." (QS. As-Saidah : 22)360
359 Hadits ini tertera dalam kitab Shahihain, seperti disebutkan dalam ol-
)om'u Bainosh Shahihain, al-Humaidi (llUZ8), ai-)om'u Bainash Shahihain,
Abu Hafsh al-Mushili(l/z9o), dan )ami'ul Ushul, lbnul Atsir (lvlr38).
362 Seperti qiya, dan islihson sebagaimana yang telah berlalu. Maka tidak
boleh i-ncngiliyaskan as-Sakhiy (sifat dermawan) dengan al-Jawad (sifat
dermawan) rnisalnya.
363 Jika ada orang yang tidak menetapkannya, maka ia berdosa. Seperti
yang telah clisampaikan sebelumnya, bahwa mengingkari nama-nama
Allah termasuk penyimpangan.
o lL;-, u ur -U-+.. h
"Dan Allah"berbuat apayangDiakehendaki " (ES. Ibrahino : 27)
366 Sebelumnya sudah kita ketahuimaksud dari jeni: perbuatan dan individu-
individu perbuatan.
367 5ilahkan baca persoalan ini daiam syarah kitab ril-Wdsithiycfu e;"1",' Syaikh
AbCui Aziz ar-Rasyid, hal: 66, Syaikh lbnu Utsainrin (llt6a) dan al-Fatowo,
hal:4:, Straikh Shalih al-Fauzan, hal:39, Syaikh Zaid bin Fayyadh, hal:79,
dan Syaikh AhCuliah bin Jibrin (t/ttz).
372 Di bagian mukadimah telah kami katakan, bahwa buku-buku yang ditulis
tentang sifat ketinggian bagiAllah, banyak darr beragam,
Syaikh lbnu Utsaimin ditanya dalam al-Fatawa, hal: 65; Apakah langit
kedua dan seterusnya berada di atas Allah ketrka Allah turun ke langit
dunia?.
Jawab; tidak. lniiah jawaban yang kanri pa:tikan, fierena jir.-l kita
mengatakan seperti itu, berarti s!fat ketingg;iar': b;1r Allah runtuh.
Padahal sifat ini selalu meiekat pada Allah dan "nerunit(an si{atZatiyoh
yang tidak terlepas dari-Nya. Ticjak mungkin ad;r sesuatrr r/aitg hErada .ii
atas Aliah" Siapapun pasti merasa bingung; ktrr:na i:,rg;.irrrana inungkin
Allah turun ke langit dunia, sementara A tca iti :i< menvatakan
konsekuensi ini, dan juga tidak menyatakan bairwa langrt-langit lainnya
berada di atas Aliah. tulungkinkah ini?i
Jawab; Anda hanya akan merasa bingung terk;it ';:ern;:aiahan ini iika
Anda mernbar:dingkan sifat-sifat Khaiiq dengian sii: i.sifat i-,"rakhluk.
Memang, ketika manusia berada di bawah lampu, otomatis atap rumah
berada di atasnya. Namun Khaliq tidak mungk,n iibantiingkan Cengan
rnakhluk. i\'laka dari itu, Anda ticiak perlu beltar:i,a; kenapa Can
bagaimana?
Dengan demikian ada dua pertanyaan;
Fertama; ap;kah langit berada di atas Ailah dan menaungi-Nya?. -,awab;
tidak, karena jika Anda membayangkan hai ini, berarti P,llah rnemerlukan
langit. Padahai Ailah Maha Kava dari apapun, b;rhkan segala sesuatu lah
yang memer"iukan-Nya.
Kedua; apakah seiuruh langit berada di atas Ali,:h, kecr,,aii iangit dunial.
Jawab; tidak, karena iika Anda rnembayangkan hai ini, berarti sifat
ketinggian Allah hilang, padahal ketinggian ,:dalah salah satu sifat
Dzatiyah yang tidak terlepas dari-Nya.
Dengan demikian, nyatalah bahwa pertanyaan sema(am ini bid'ah;
seperti yang dikatakan lmam Malik kepada oranq yang bertanya tentang
beristiwa; "Bagaimanakah hakikat istiwa Ailahl" lmam lvlalik menlawab,
"Menanyakannya bid'ah." fulaksudnya, para sahabat ticlak menanyakan
hal itu, dan kau r':rembuat-buat perkara baru did.rianr agama Ailah, ketika
menanyakan suatu persoalan agama yang tidak ditanTakan oleh para
sahabat, yang nyatanya mereka lebih baik darir,ada dir!inr-r, cian mereka
lebih gigih merrrpelajari ilmu ter,tang sifat-slfat AIlah oaripada dirimu.
Namun jika ia beralasan lain, "Saya rnerasa (eras. 5aye khawatir kalau-
kalau saya r::eyakini sesua'tLi tentang sif.rt-sif at Al!,ri: yang tidak
diperbolehkan. lerangkaniah hal ini kepaci,: saya; seiarn, r:kan sa)'a."
Dalam kondisi seperti ini, kami akan memberika'l peniellr-can kepadanya.
Karena seselorang mungkin saia t€rlerunlus (e dalaix cua syubhat;
tomtsil atar-r tr'thii. Ketika ia daranq kepaca kanri Can bertanya,
"Selamatkairlah saya, karena hai ini selalu teriintas di car;rx benak saya.
Tidak cukup !:agr saya pernyataan Arrda; bahvra hai ini adalah bid'ah.
Berikan solusi, b,agaimana cara untuk menghilangkan sesuatu yang
mengganjal didaiam hati ini?." Pada kondisi inilah, kamiakan menjelaskan
hal ini kepadanya.
.@,
Kemungkinan kedua juga batil, karena Allah cs Maha Agung
untuk bisa diliputi oleh sesuatu pun dari makhluk-makhluk-Nya.
(QS. Al-An'am:155)r73
-- :' r ,. t t t . , o ,,
373 Syohid dari ayat; firman-Nya, "lkutilah dia," yailu terkait apa yang ia
perintahkan dan ia larang.
?) t':,
y5 Syahld dari ayat; firman-Nya, "Mdka tertmalah " dan firrnan-Nya, "Mako
tinggalkanlah."
377 Syahid dari ayat; firrnan-Nya, "Moka kembolikanlah kepada Allah (Al'
Qur'an) dan Rosul (sunnohnya)," Ailah mernerintahkarr; apa saia yang
diperdebatkan manusia terkait persoalan u-<hui ataupun furu' agama,
untuk dikernbaiikan kepada Allah dan Rasul'Nya, yakni kepada kitab
Allah dan sunnah Rasul-Nya.
378 Syahta dari ayat; dalam memutuskan perkara, maka harus memutuskan
dengan Al-Qr,r'an dan sunnah.
379 Silairkan baca nash-nash ini dalam Hujjiyatus Sunnah, Dr. Abdul Chani
Abdul Khaliq, hal: z9t dan setelahnya.
38o lni adalah istifhamun :nkari dari penulis terhadap orang-orang yang tidak
mengikuti sunnah Nabig;, yang dengan hal tersebut, konsekuensinya
mereka tidak beriman kepada AI-Qur'an, karena Al-Qur'an
memerintahkan mereka untuk mengikutinya.
- '=^t:;i- .s .l: ;*);: d-ri-. ';^: -5J Ur+ *U(' :),;, ,l;;2 .y
Q'-- .-t
381 Ini adalah istiThamun inkari dari penulis; menuniukan bahwa siapa pun
tidak merr.rjuk kepada Nabi.g, ketika teriacii perselisiharr, hakikatnya ia
tidak beriman kepada Al-Qur'an.
"Apa yong diberikan Rasul kepadarnu mako terimaloh. Dan apa yang
dilarangnya bagimu mcka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya." (QS. Al-Hasyr : 7).
Atau dialihkan pada ijma', seperti disebutkan dalam firman Allah;
J; u"
"J, ';.j-Jt ,* ; ,3'.=-" J.-:-: oj ;=, * i --" -,*..)1 -a'{;-;,0,
o t--.2-o +oL-: '# li;
"Dan barangsinpa rnenentang P'asu! (Muhammad) seteloir jelas kebenaran
baginya, dan rtengikuti jolan yang bukan jalan orang-orsng mukmh, Kami
biarkan dia dciam kesesaton vang teiah dilakukannya itu dan okan Kami
masukkan dia xe dalarn neraka )ahanam, den itu seburuk-buruk tempat
kembali;' (QS. An-Nisa' : rr5)
Atau dialihka,'; kepada qiiras, seperti disebutkan dalam firrnan Ailah;
386 "Wajib" adalah sesuatu yang tidak mungkin ticiak ada. "Boleh"
adalah
sesuatu yang nrungkin tidak ada. Terlarang adalan sesuatu yang mustahil
ada. lstilah-istilah (ilmu mantiq) ini sudah diielaskan sebelumnya.
"EB6,S^
t N/'.
Tapi jika yang dimaksud ({a;ll; adalah sesuatu yang tidak ada,
dan ia berada di atas a1am, maka yang ada di sana hanyalah Allah
semata.
387 Zhahir nrenurut bahasa artinya lelas. Sedangkart rnenurut istilah adalah
sesuatu yan€t cenglan sendirinya menuniukkan kepada rnakna vang lebih
kuat, meskipun memiliki kemungkinan nrakna vang lain. Contoh; sabda
l{abig, "Berwudhulah (setelah rnemakan) dag ng unta." Hatlits riwayat
Ahmad dan ,Abu Dawud. Zhahir hadits irri menr.inlukkart, bahwa wudhu
yang dimaksui ialah membasuh anggota-anggota wudhu dengan tata
cara syar'i, bul<an wudhu daiam arti sekedar membersihkan diri.
Dengan demikian, Iafai yang bersifat mujmal tidak termasuk daiam
definisi berikut; "Sesuatu yang dengan sendirinva rnenun!ukkan makna,"
karena lafai rnujmal tidak menunjukkan makna dengan sendirinya.
Sementara definisi; "makna yang lebih kuat," mengecuaiikan iafal
rnuawwal, karena iafal mucwwal menunjukkan makna yang lemah, andai
saia tidak ada qarinah (indikasi) iain. Definisi; "meskipun memiliki
kemungkinan ;nakna yang lain," mengecualikari nash yang sharih (!elas),
karena nash yang shorih hanya memiiiki satu makna saia.
Mengamalkan lafal zhahir;
Mengamalkan lafal zhahir hukumnya wajib, kecuali iika ada dalil yang
mengalihkannya dari yang zhahir, karena inilah metode salaf, di samping
karena cara ini lebih berhati-hati, lebih membebaskan tanggungan, dan
lebih kuat daiam menginterpretasikan ibadah dan kepatuhan.
Definisi muawwall
Muawwal menurut bahasa adalah ol-oui, artinya kembali. Sedangkan
menurut istilah adaiah lafal yang diartikan pada makna yang lemah.
Definisi; "makna yang lemah" rnengecualrkan nash dan zhahir.
Mengecualikarr nash, karena nash hanya rnem'liki satu makna saia. Dan
mengecualikair zhahir, karena lafal zhahir lan:,rLng tertulu pada makna
yang lebih kuat.
Takwil ada dua macam;
Pertamal tak\qll yang shahih, yaitu takwil yang ditunjukkan dalil shahih,
seperti menakwilkart firman Aliah; (a+:Xt JLI r) :rtinya; tarryakan kepada
negeri, maksudnya; bertanyalah pada penducuk negeri, l<arena negeri
tidak bisa ditarryai.
Kedua; takwil vang rusak, yaitu takwil yang tiaak ditunjukkan oleh dalil
yang shahih, seperti penakwilan ahli to'thil terhadap firman Allah;
(r rop # a-r;,q
;,
"Yang dibawa turun oleh Ar-Ruh A!-Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan,
den gan b ahas a Ar ab y c n g j elas." (QS. Asy- Syu'ara' : 193-19 5)
t ti a
4 d qr.t-*.r
s-;-t
"i!t * i;lrb:
q.
"(Yaitu) Yang Maha Pengasih, yong beristiwa di atas'Arsy." (Q5. Thaha : 5)
"Beristiw,a" mereka takwilkan menjadi "berkuasa." Yang benar, makna
istawa adalah berada di ketinggian, dan menetap pada sesuatu, tanpa
takyif ata up u n tamtsil. Demikia n din ukil dari kita b al-lJshul ka rya penulis.
388 Tahrif adalah memalingkan lafal dari zhahirnya tanpa dalil. Lihat; Sydrh
ath-Thahawiyah bi Tartib Syaikh Khalid ibn Fauzi (t/5o6).
389 lnilah syahid dari ayat ini. Wajib hukumnya memahami nash secara zhahir,
kecuali lika ada dalil syar'i yang menghalanginya. Saat itu, zhahir nash
ditinggalkan.
Contoh;
t t
c+; !
t " .t
r)-\'lJ-1.vnJ
a,l pY5 -ri^[:;-i; i is *-, :i,,*.-x *ri ;-i;#io
* .J uj pt"e-
'';,'}xt j
\lr
*.
r.+,rl ; 1,.'.-tr , i,, i;i; :i'it -i; liPF :
"Maka apabiia engkau (Muharnrnad) hendok rrlr:mboca Al'Qir'an,
mahonlah perlindungan kepado Allah dsri seton yang ierkutuk." (QS. An-
Nahl: 98).
Zhahir nash ini ciitinggaikan karena daiii syar'i Iainnya, yaitu NabiS
membaca ta'awudz sesaat sebelum membaca Ai-Qur'an. Siiahkan baca
perbedaan pendapat terkait permasalahan ini daiam Tafsir ar-Raz!
(XX/92), beiiau ieiah menukil pendapat ini dari maynritas uiama. Meski
ada sebagian imam yang berpegangan pada zhahir ayat ini, seperti
Dawud azh-Zhahiri. la berkata bahlva isti'odzan dibaca setelah membaca
AI-Qur'an.
Perkataan penulis; "Kecuali jika ada daIil syar'i yang r,'-renghalanginya,"
mengecualikan daiil-dalil akal yang diiadikan :andaran ahli to'thil dalam
memalingkan zhahir-zhahirAl-Quian dan sunnah.
39o Syahid dari ayat ini adalah, Aiiah mencela dan rnengingkariYahudi karena
mereka n'ierrbah-ubah kalam Allah dalam kitab Taurlt, hingga mereka
merubah yang halal rnenjadi harern, dan sebalikr:ya.,\lereka iuga
menanrbah can mengurangi isi kitab iaurat, hingga akhirnya merubah
nash-nash trntang sifat-sifat A!lah. Lihat; I *thul Qadir, asy-Syaukani
(i/r sr).
39t Syahid dari avat iniadaiah, Allah mencela Yahudikarena mereka merubah-
ubah kalam dari tempat seharusnya, kadang dengan merubah lafal atau
makna, atau merubah lafal dan maknanya, dan juga merubah nash-nash
sifat yang dilarang untuk dirubah. Lihat; Tafsir as-Sa'di (lllS4.
Kaidah Ketiga
'EBi,SrS',
tV-'
Zhahir nash-nash terkait sifat-sifat Allah; diketahui maksudnya
dalam satu tinjauan, dan tidak diketahui maksudnya dalam tinjauan
yang lain.
* -,U\l J,i
\ . J J
5i3; tuul vi1 !,V" r-J--l
J .-J
I ol.:Jil i"sr
"Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah
agar mereka mengltayati ayat-ayatnya dan qgar orang-orang yang
berakal sehat mendapat pelajararl." (QS. Shad : 29):'sa
_ t i a ,_ ,
*/,rJ_\-...J"li-; -51-J t.',e L;l 'j ;ui+ dir
t-': '/t'ttt.-
,'.1
)92 Yaitu menurut makna aslinya, bukan makna yang dipahami makhluk,
karena makna seperti ini jelas bukan yang dimaksudkan. Karena itu pen-
syarah ath-Thahawiyah berkata pada halaman: 76 tentang sifat-sifat;
"Makna aslinya kita ketahui." Lihat iuga; at-TaCmuriyah, hal: 89, Syaikhul
lslam lbnu Taimiyah telah menyebutkan dan menielaskan kaidah ini.
393 As-Sa'di berkata dala tafsirnya (lVl+81); "Agar mereka menghayati ayat-
ayatnya," yaitu, inilah hikmah dari diturunkannya Al-Qur'an; agar manusia
menghayati ayat-ayatnya, sehingga mereka dapat menyimpuikan ilmu
dari ayat-ayat Al-Qur'an, menghayati rahasia-rahasia dan hikmahnya,
karena dengan menghayati ayat-ayatnya, merenungkan makna-
maknanya, dan terus memikirkannya berkali-kali, berkah dan kebaikan
Al-Qur'an akan diketahui. Hal ini menunlukkan motivasi untuk menghayati
ayat-ayat Al-Qur'an.
Dan firman-Nya;
397 Ailah i.: berfirman, "(lnilah) Kitab," yang agung dan mulia, "yang oyat-
ayatnyo ciisusun dengan rapi," yailu disempurnakan dan indah, benar
berita-beritanya, adil seluruh perintah dan Iarangan-larangannya, fasih
lafal-lafalnva, dan indah makna-maknanya.
"Kernudian citielaskan secara terperinci," yaitu dibedakan dan dijelaskan
secara rinci dengan tingkat boyan yang paling tinggi . "(Yang diturunkan)
dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksano," meletakkan segala sesuatu di
tempatnya yang tepat, tidak memerintah dan melarang, melainkan
sesuai tuntutan hikmah-Nya, "Mchoteliti," mengetahui segala yang
zhahir dan batin. Jika kesempurnaan dan penielasannya berasal dari sisi
Allah Yang Maha Bijaksana, Maha Teliti, maka iangan ditanya lagitentang
keagungan, keluhuran, dan cakupannya; yang menunjukkan
kesempurnaan hikman serta luasnya rahmat.
401 Lihat; Dar'u Ta'arudhil'Aql won Noql, cetakan tlniversitas lrnam, tahqiq;
Dr. Muharnmad Rasyad (l/zor), dan versi cetakan Darul Kutub al-'ilmiyah
dengan tahqiq; Muhammad Baidhun (l1tt6)'
4o2 Dar'u To'arudhil 'Aql wan Naql, cetakan Universitas lmam, tahqiq;
Dr. Muhammad Rasyad (llzo4), dan versi cetakan Darul Kr-rtub al-'llmiyah
dengan tahqiq; Muhammad Baidhun (l/188).
4o3 Dar'u Ta'arudhil 'Aql wan Noql, cetakan Universitas lmam, tahqiq;
Dr. Muhammad Rasyad (llzo4, zo5), dan versi cetakan Darul Kutub al-
'llmiyah dengan tahqiq; Muhammad Baidhun (U118).
4o4 Liha! at-Tadmuriyyoh, Syaikhul lslam lbnu Taimiyah, hal: 69, dan Taqrib
at-Tadmuriyyoh, Syaikh lbnu Utsaimin, hal: 6t. Syaikhul lslam lbnu
Taimiyah berkata; '!ika ada yang berkata terkait nash-nash sifat; tidak
boleh memberlakukannya secara zhahir, karena zhahirnya bukanlah
yang dimaksud.
Jawab; apa yang Anda maksud dengan zhahir? Apakah yang Anda
maksud adalah makna-makna yang nampak dari nash-nash, yang hal ini
sesuai dengan keagungan Allah tanpa tdmtsil? Zhahir dengan maksud
seperti inilah, yang jelas diinginkan oleh AIlah dan Rasul-Nya; wajib
diterima para hamba, dan wajib pula diimani menurut syariat; karena
makna ini benar.
Atau, yang Anda maksud dengan zhahir adalah tamtsil? Makna seperti
ini, bukanlah yang dimaksudkan; bukan zhahir nash-nash Al-Qur'an dan
sunnah, karena zhahir yang Anda pahami ini kafir dan batil berdasarkan
nash dan ijma'. Tidak mungkin zhahir perkataan Allah dan Rasul-Nya
bermakna kafir, batil, dan tidak diridhai oleh seorang pun di antara kaum
muslimin.
Dengan demikian, felas bahwa siapa pun mengatakan bahwa zhahir
nash-nash sifat adalah tamtsil, berarti ia telah keliru; dilihat dari sudut
pandang mana pun. Jika ia memahami dari zhahir nash sifat makna yang
keliru -yaitu makna tomtsil- berarti dia telah salah paham, namun
pernyataannya "bukanlah yang dimaksud," di atas menjadi benar
(karena pernyataannya ini menafikan tamtsil). Dan jika ia memaharni
dari nash sifat makna yang benar, yaitu makna yang pantas bagi
keagungan Allah, berarti ia benar dalam memahaminya, namun
pernyataannya "bukanlah yang dimaksud," di atas menjadi keliru.
Maka, meskipun ia benar dalam memaknai zhahir nash-nash sifat, maka
pasti ia akan keliru dalam menafikan bahwa itu bukanlah yang dimaksud;
dan jika ia salah dalam memaknai zhahir nash-nash sifat, maka ia telah
benar dalam menafikan; bahwa itu bukanlah yang dimaksud. Sehingga
pernyataannya adalah keliru, ditiniau dari sudut pandang mana pun. Dan
yang benar adalah; zhahir nash-nash sifat itulah yang dimaksudkan, dan
maknanya disesuaikan dengan keluhuran AIlah." Selesai nukilan.
406 Yang dimaksud dengan qaryah (negeri) dalam ayat ini adalah
penduduknya, karena yang diazab adalah penduduk yang menempati
negeri, bukan negeri tempat tinggal itu sendiri. Karenanya dalam tafsir
Jalalain, hal:372 disebutkan, bahwa yang dimaksud negeri di sini adalah
penduduknya. Al-Jamal berkata dalam ol-Hasylyah (lVl3z$; yaitu
sekelompok orang. Makna yang sama juga dinyatakan ash-Shawi dalam
al-Hasyiyah (tt/lSC).
Adapun pernyataan yang tertera dalam Tafsir lbnu Athiyah (lXirzr) dan
Tafsir ats-Tsa'labi (lllz67) bahwa yang dimaksud qaryah (adalah desa) dan
bukan suatu kota, maka tidak berarti yang dimaksudkan oleh mereka
adalah tempat tinggal para penduduk, buktinya adalah pernyataan lbnu
Athiyah selanjutnya, bahwa dhamir atau kata gantinya meruluk pada
penduduk negeri. lrrilah makna yang langsung tertangkap cleh pikiran.
Syahid (yang disimpulkan) dari hal ini ialah, t,ahrva saiu kata kadang
memiliki suatu makna tertentu pada suatu rangkaian kalimat, dan
memiliki makna yang lain pada rangkaian kalimat yang berbeda.
* ,:+ J,j,G ! F
"Yang telah Aku cipr-akan dengan kedua tangan-Ku." (qS. Shad :
7s).
4o7 Karena susunan kata mengkhususkan lafal "tangan" ini untuk anggota
tubuh yang sesuai bagi makhluk.
4o9 Akal sehat adalah akal yang steril dari segala macam syubhat yang
disampaikan para ahii ilmu kalam, dan iuga steril dari syahwat. Seperti
disebutkan dalam Tolkhish ol-Hamawiyoh, milik penulis, hal: 96.
.@,
sebaliknya.
411 Rangkaian kalimat ini adalah rangkaian qa:hrul maushuf 'alas sifoh
(membatasi orang yang disifati dengan sifat te:rtentu). Dalam contoh ini,
kita membatasi Zaid dengan sif at terteniu, yaitu keberadaannya.
Maksudnya Zaid tidak berada dimana-mana, selain di tempat tersebut.
Namun, mungkin saia ada orang lain bersama Zaid di tempat tersebut.
Soal; adakah kaidah untuk mengenaii pei'beCaan antara qashrus sifah
'alal maushuf (membatasi sifat untuk yang disifati) dan gashru I maushuf
'alos sifah (membatasi orang yang disifati denglan sifat tertentu)?.
Jawab; masuknya (t-) nafiyah pada sesuatu yang dibatasi, laiu setelahnya
menyebut (Yl) untut< sifat yang dibatasi. Contoh; (t ) ,(elic Yl +j t )
nafiyah masuk ke lafal (+i), sehingga Zaid cisebut moqshur (hal yang
dibatasi) dan (els'; disebut maqshur'alaiht (si'at pembatasan tersehrut),
Contoh lain; (u),(+j Yl clr' L) nafiyah masuk ke lafal (-,,l.i'), ia disebut
sebagai maqshur (hal yang dibatasi). Ltnat; Mu'iam al'Musthalahat
al-Balaghiyyah, Dr. Ahmad Mathlub, hal: 468.
Allah juga tidak dapat memiliki anak, tidak dapat menuniukkan suatu
mu<jizat pun ditangan seorang pendusta yang mengaku nabi' Dan iika ia
mengaku tuhan, Allah kuasa untuk menampakkan mukiizat-mukiizat
melalui kedua tanganrya.
Allah tidak rnampu merubah segala persoalan dari hakikatnya, merubah
jenis segala sesuatu dari esensinya, tidak mampu membagi sesuatu yang
tidak bisa terbagi, dan tidak mampu mengaiak siapapun selain menuiu
tau hid.
Demikian teks pernyataan dan hakikat keyakinan mereka. Mereka
menganggap Allah iemah, memiliki keterbatasan kekuatan, dan
kekuasaan; kadang la mampu, dan kadang pula tidak mampu. la mampu
melakukan sesuatu, dan tidak mampu melakukan hal lain.
4t7 Molzum di sini yakni, adanya kemungkinan tidak tahu, atau tahu tapi
menutup-nutupi.
4t9 As-Sa'di berkata dalam tafsirnya (lV/4tz); "Tirlak oda sesuatu pun yang
serupo dengan Dia," tidak ada sesuatupun dari makhiuk-makhluk-Nya
yang menyerupai-Nya baik di dalam Zat, nama narna, sifat-sifat, ataupun
perbuatan-perbuatan-Nya. Nama-nama Allah seluruhnya indah, sifat-
sifat dan perbuatan-perbuatan Allah yang dengannya ia rnenciptakan
makluk-makhluk besar, tidak ditandingi oieh siapapun. Karena tidak ada
sesuatu pun yang serupa dengan-Nya; hanya ia semata yang memiliki
kesempurnaan dari segala sisi.
'-;it i-;.;t L-
*'
"Tidak ada sesuatu pun ydng ririp, afngon Dto. Dan Dia Yang Maha
^tj ;
Mendengor, f,laha Melihat." (qS. Asy-Syura: tr)
"3;?
Pembahasan tentang sifat, sama seperti pembahasan tentang Zat;
Kedua; ketahuiiah, bahwa pembahasan terkait sifat-sifat, dan
pembahasan terkait Zat, adalah serupa. Sebagaimana kita menetapkan
Zat Allah dengan penetapan wujud dan !man, dan bukan penetapan
kaifiyah (rupa) dan mukayyafah yang terbatas, maka seperti itu pula kita
menetapkan sifat-sifat untuk Zat Yang mulia dan suci ini, dengan
penetapan iman, dan wulud; bukan penetapan koifiyah (rupa) dan
pembatasan.
423 Dalam rangkaian kalimat cii atas, penulis menyebutkan ienis-jenis ta'thil.
Namun klasifikasi ta'thilini terasa rumit bagiku, hingga akhirnya aku pun
menghubungi Syaikh Khaiid al-Mazini; beliau membantuku
menyampaikan pertanyaan inikepada penulis -semoga Allah memberikan
balasan baik kepadanya- kemudian penulis mernberikan iawabannya.
Berikut teks suratnya;
Bi smill ahi r rahm a ni r r ahi m
Kepada saudari penanya;
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, wa ba'du.
Maka dari itu, wajib memaknai firman Allah, dan sabda Rasul-
Nya, sesuai dengan zhahir yang dipahami dari bahasa Arab; dengan
tetap menjaganya dari takyif dan tamtsil bagi AlLali ,---; .
Dan firman-Nya;
2t
rl.1 ^t
lv
s ;1-Jt; );u
f ,,
o. .;)-#
424 Makna ayat; janganlah engkau mengikuti sesuatu )'ang engkau tidak
memiliki pengetahuan tentangnya, baik perkataan maupun perbuatan,
sehingga ianganlah engkau mengatakan, "Aku meiihat," padahal Anda
tidak melihat. Jangan pllla berkata, "Aku mendengar," padahal Anda
tidak mendengar. Dan iangan pula mengatakan, "Aku mengetahui,"
padahal Anda tidak mengetahui.
Al-Baihaqi dalam S.vu'abul Iman (VUrog) dan Abu Nu'airn dalam al-Hilyoh
(Vlll/r89) meriwal,.aikan bahwa Nabig: bersabda; "Barangsiapa berkata
sesuatu tentang orang mukmin vang tidak ia <etahui. Ailah rnenahannya
di atas jembatan neraka Jahanam, sampai ia terbebas dari apa yang ia
katakan." Abu Nu'aim berkata, "Hadits ini Eharib. l-lanya lsrnail yang
meriwayatkannya dari Sahal."
Al-Kumait berkata;
Aku ti dak men u duh sal ah orang. y ang ti dak b er sal alt
Dan aku tidak mencari'cari kesalahan orang yong tidak bersalalt
Ada dua versi qiraah lain dalam ayat ini, dan kedua qir-aah ini tidak
termasuk dalam qiroah sob'ah;
Pertamal (ri[ Yr) dengan menetapkan wawd" As-Sanrin berkata dalant
ad-Durr al-M,tshun (lv/lgo); rnenetatrkan huruf illot ketika iazm adalah
bahasa suatu kattm. dan rnenurut ,vang lain dalam kondisi darurat.
Kedua; (6 Y:) dari kata qafayaqufu, artinya rnengikuti' Lihat; tafsirAbu
as-Sa'ud (lllfiz7),Tafsir Abu Hayyan (Vl/32), dan lafsir al-Qurthubi (XlzSl).
| -,. ',.ir
*+ i;l-
,:r1 ..
: :.."i - :-'i L",i -^+-i ,Jl c"["*:." L" _;+ly
J.4
(r-J
f
I sJl-J\r I
,., JLr*
. ,,.i,
t j,.dl
"Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kainu sujud kepada
yang telah Aku ciptakc.n dengan kedua tangan-Y.it" Apakah kamu
menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang
(lebih) tinggi7' (QS. Shad : 75)
4:6 Seperti istiwo' yang menurut anggapan mereka bermakna istila' atau
berkuasa.
+:'7 Seprrti lle:.: r..;sir) yar g nienriliki kemungkinan makna suci atau haid. Jika
salah !aiir dai'i kedu:, makna ini cjitenrukan tanpa qarinah atau tanda,
maka :errr-,asuk ciari berkata tanpa iandasan ilmu.
4zB Septrti iniian yang i,sebuti<an dalam naskah penuiis dan juga naskah
r.bdul Maqslrud. 'r'ar;r be:rar adalair rafa' sebagai kiraliar. Saya tidak tahu
alasan kenapa i'rab-n,ra nasirab.
434 Fashahah (fasih) secara bahasa bermakna jeias dan nanrpak. Dikatakan
(d + L^c ;-'ls a;i;, ,,Fulan memfasinkan apa yang ada <Ji daiain dirinya,"
yakni iika di;r menarnpakkannya. Dan fashchcrh nrer;rpakan sifat yang
mengikuti kata mufrad (tunggai), kaiam, dan orariq yang berbicara.
Dikatakan; (iau"i iliJ), "lafal yang fasih," (6*.* r>S1 "kaian"l yang fasih,"
dan (g+-E q); ,) "lelaki yang fasih." Fashahah di dalam lafal, dikenali
dengan nihilrir.a ketidakteraturan dalam susunan huruf, lafal asing, dan
kontradiksi dengan qiyas.
Apa ruginya bagi Anda, jika Anda menetapk-an untuk Allah r*e ,
apa yang ia tetapkan trntuk diri-Nya di dalam kitab-Nya, atau yang
ditetapkan daiam sunnah nabi-Nya; secara laik dan pantas bagi-
Nya. Sehingga Anda dikatakan berpedoman pada Al-Qur'an dan
sunnah, dalam menetapkan, ataupun menafikan sifat-sifat bagi
Allah?!
Bukankah cara seperti ini lebih selamat bagi Anda, dan lebih
lurus dalam memberikan jawaban, ketika Anda kelak ditanya pada
hari kiamat;
436 Contoh; firman Allah, "Padohal kedua tangan Aliah terbenlcng." (Q5. Al-
Ma'idah : 64). Para ahli ta'thil meyakini, bahwa kedua tangan tersebut
seperti dua tangan makhluk, jika kesamaarr ini drk.;takan secara
zhahirnya, maka nrenyebabkan kafir. Yang benar, kedua tai:gan tersebut
adalah tangan yang layak bagiAllah.
Asy-Syinqithi menyatakan dalam bukunya, f\la,,fiai ii Dirasatil Astrro' wash
Shifat, hal: 35;
'lo'thil disebabkan oleh keyakinan menyerupakan Allah dengan makhluk.
Dengarkan nasihat orang yang menyayangi, wahai saudara-saudara
sekalianl Dan ketahuilah seluruh keburukan ini disebabkan karena
kotornya hati cjari kotoran tasybih, dimana orang yang hatinya kotor,
merrdengarkan kotoran-kotoran tasvbih; nrerryerupakair sLlatu sifat di
antara sifa i-sifat sempurna yang dengan sifat-sifat tersebut Allah memuii
diri-Nya, seperti; turunnya Allah ke langit dunia di sepertiga malam
terakhir, beristiwa di atas Arsy, datang pada hari kiamat, dan sifat-sifat
luhur serta sLlmpurna lainnya. Nahasnya, yang langsung tertangkap di
dalam pikiran orang malang ini adalah, bahwa sifat tersebut menyerupai
sifat makhluk.
Sesungguhnya, hatinya telah terkotori oleh kotoran-kotcran tosybih; ia
tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya; yang langsung
tertangkap dicialam pikirannya ialah bahwa sifat Khaliq menyerupaisifat
makhluk. Dengan demikian, penyebab pertama para ahli to'thil
(melakukan ta'thil) adalah karena hati mereka tetah terkotori oleh
kotoran-kotoran tasybih, sehingga kesialan tasybih ini mendorong
mereka men;ifikan sifat Khaliq, dengan daiih bahwa sifat-sifat-Nya
menyerupai slfat-sifat makhluk; sehingga seiain menyerupakan Allah
dengan makhluk, mereka juga menafikan sifat-sifat Allah. Walhasil,
mereka dari arval hingga akhir, senantiasa bertindak kurang ajarterhadap
Rabb seluruh alam; dengan menafikan sifat-sifat dari-Nya, dengan dalih
bahwa sifat tersebut tidak patut bagi-Nya.
Ketahuilah, ada sebuah kaidah ushul yang disepakatioieh ahliilmu, yang
kaidah ini diladikan acuan, bahwa Nabig! tidak boleh ta'khirul bayan'an
waqtil hajoh imenunda penjelasan ketika diperlukan), terlebih dalam
urusan-urusan akidah. Andaikan kita menyetului asurnsi batil mereka,
bahwa zhahir ayat-ayat sifat menyebabkan kafir, kenapa NabiS tidak
menakwilkan istiwa' (beristiwa di atas Arsy) dengan istilo' (berkuasa di
atas Arsy)? Beliau sama sekali tidak menakwilkan seperti itu. ,{ndaikan
yang dimaksud dari sifat-sifat tersebut adalah seperti yang mereka
takwilkan, tentu beliau segera menielaskannya, karena tidak boleh bagi
beliau menunda penielasan ketika diperlukan.
Kesimpulannya, setiap muslim waiib meyakini akidah ini; yang
menguraikan seluruh syubhat, dan akan meniawab segala kerancuan.
Penielasannya sebagai berikut;
Ketika seseorang mendengar suatu sifat yang disifatkan Allah untuk diri-
Nya, atau disifatkan Rasul-Nya untuk-Nya, i'naka hendaklah hatinya
dipenuhi rasa pengagungan, dan memastikan bahwa sifat tersebut
mencapai puncak kesempurnaan, keluhuran, dan ketinggian, hingga
q --a)l
"Tidak ada sesuatti pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang
Maha NIenCengar, Maha N\elihat." (QS. Asy-Syura : 11)
,.
l-r,Ui ,L-lil J! ti; J;
438 Lihat; al-Fatowa al-Hamawiyyoh, hal: zoo.
439 Hadits ini tertera dalam kitab Shahinaln, seperti disebutkan dalam ol-
Jam'u Boinash Shahihain, al-Humaidi (lll/78), al-.)am'u Bainash Shahihain,
Abu Hafsh al-Mushili (ll29o), dan )ami'ulUshul, lbnulAtsir (lv/t38).
44o Pernyataan penulis; ''landa-tanda majaz yang paling nyata bagi kalangan
yang men,vatakan adanya majaz adalah; penaf iannya benar,"
mengandung dua hal;
Pertamal kebenaran penafian menunjukkan suatu pertanda. Apa yang
dikatakan penulis dr atas inilah yang beliau sebut lebih dulu di dalam
Mukhtashar at-Tahrir yang dicetak bersamaan dengan Syarah-nya (l/t8o).
Adapun yang beliau sebutkan lebih dulu dalam )am'ul )awami', berbeda
dengan yang beliau sampaikan di sini. Karena itulah az-Zarkasyi berkata
dalam Tasyftnul Masami' (Ullz); majaz diketahui melalui beberapa cara.
Pertamal sekaligus cara yang paling kuar adalah adanya makna lain yang
langsung dipahami, andai saja tidak ada qarinah (pertanda).
Kedua; pernyataan penulis menyebutkan adanya sejumlah tanda-tanda
maiaz lainnya, yaitu;
a. Kalimat selain majaz akan iangsung dipahami oieh pikiran, andai saia
tidak ada qarinah (pertanda).
b. Kaitan antara majaz dan maknanya tidak terhubung. Contoh; kaitan
yang ada dalam firman Allah; (a+-lslt J,':) tidat< terhubung, sehingga
tidak dikatakan; tanyakan kepada hamparan ataupun tikar.
c. Para ahli bahasa membedakan antara hakikat dan maiaz melalui
perbedaan bentuk jamak dari kata tunggal masing-masing dari
keduanya, karena lafal hakiki ketika dirubah menjadi bentuk suatu
jamak, kemudian lafal tersebut dijamakkan dalam bentuk lain, tentu
pada kondisi kedua menjadi majaz. Contoh; lafal (-xYt) ketika
digunakan untur perkataan khusus yang menuniukkan taklif maka
bentuk jamaknya menjadi; (-ri:)l). Sementara jika digunakan untuk
merruniukkan kondisi, keadaan, atau perbuatan, maka diiamakkan
meniadi (-rr"Vt;. lni menun.jukkan lafal hakiki pada contoh pertama,
dan lafal majaz paoa contoh kedua.
d, Majaz iuga diketahui melalui batasannya, seperti lafa!: (#.lt 6E+), dan
(.:;Jt ;[) karena lafal junah dan nar digunakan untuk petuniuk
hakikinira tanpa satasan. Dan masih ada kaitan-kaitan lainnya antara
majaz dan hakiri. Silahkan lihat; Syarhul Kawakib al-Munir (U182),
Hasyiyatu! Bannant 'ala Syarhil Mahalli 'alo )am'il )awami' (UlzS),
Hasyiyct at-Taftazani wal )urjani'ala Mukhashar lbnil Hajib (llt1;.), al-
lhkam, Al-Amid i (l | 3t), al- Mustashf a, a l-Ghaza i, d iceta k bersamaan
I
* 6t\ .,l.i--}l F
"MahaPengasih, Mahn Penyayang." (q,S. Al-Fatihah : 1).
442 Mereka menafsirkan sifat rahrnat dengan; iradah (kehendak) dan ini
merupakarr takwil sitat dengan sifat; menafsirkan dengan memberikan
nikmat oarr ini merupakan takwii sifat dengan buah dari kelazimannya.
Sedang ahlussunnalr menetapkan sifat rahmat, sifat iradah, dan
menetapkan sifat memberikan nikmat.
<>
PASAT KEEMPAT
Syubhat-syubhat dan
Tanggapann)'a
Perh: tliketahui, sebagian ahli ta'thil melayangkan seiumlah
syubhat terhaciap alilussunnah terkait nash-nash Al-Qur'an dan
sunnah yang rnemuat sifat-sifat. Ivlereka menr/atakan bahwa
ahlussunnah memalingkan nash-nash tersebut dari zhahirnya,
dengan maksuri r:ntuk memaksa ahlussunnah agar menyetujui
takwil mereka, atau paling tidai<, agar ahiussunnah tidak
rnemberikan bantahan apaplrn. Si ahli ta'thil berkata; bagaimana
Anda mengingkari takwii yang kami lakukan, sementara Anda
sendiri melakukan hal yang sama terkait nash-nash yang Anda
takwilkan?
447 Muimal menurut bahasa artinya tidak diketahui, diambilkan dari kata
ajmatal amr, artinya perkara yang tidak diketahui. Kata ini iuga disebut
untuk suatu kumpulan, diambilkan dari kata aimalal hisab, artinya
mengumpulkan dan meniadikannya satu kumpulan. Al-Fayumi berkata;
ajmaltu asy-syai'a ijmalan artinya saya mengumpulkan sesuatu tanpa
merincinya.
Lihat; Atsarul limal fil Lughah, Dr. Al-Hafanawi, hal: 8, dan Bayan Ma
Huwa Mujmal, Abdullah asy-Syinqithi, hal: 9.
449 Muttashil adalah sesuatu yang tidak berdiri sendiri, seperti pengecualian,
sarat, dan sifat yang tidak terpisah dari no'at, badal, dan hal. Sedangkan
munfoshiladalah sesuatu yang berdiri sendiri, seperti perasaan, akal, dan
syariat. Catatan; lihat contoh dalam hal ini, pada contoh i.redua belas
selanlutnya dari perkataan penulis, dan juga cor toh yang l.;ami sebutkan
dalam catatan kaki.
45r Zhahir hadits menuniukkan, bahwa Haiar Aswad secara dzatnya adalah
tangan kanan Allah di muka bumi; tentu ini adalah makna rusak yang
tidak dimaksudkan. lbnu Ralab menyebutkan dalam Thabaqat al-
l-lanabilah (llll7q
bahwa lbnu al-Fa'us al-Hanbali (wafat tahun 5zr H')
diiuluki al-Haiari, karena ia mengatakan bahwa Haiar Aswad adalah
tangan kanan Allah secara hakiki. Teks pernyataannya akan kami nukil di
bagian keterangan tambahan selaniutnya.
Tanggapan untuk ahli ta'thil terkait hadits iniada dua, seperti disebutkan
penulis;
Pertama; hadits initidak shahih. selanlutnya akan disampaikan bahwa di
antara ahli ilmu ada yang menilaishahih hadits ini.
Kedua; dengan asumsi bahwa hadits ini shahih, maka hal tersebut ada
batasannya, yaitu; di bumi, dan tidak disebutkan secara mutlak'
Selanlutnya akan disebutkan, bahwa dalam salah satu redaksi, hal
tersebut diriwayatkan secara mutlak tanpa batasan. Namun demikian,
hadits tersebut tidaklah menuniukkan bahwa Haiar Aswad adalah sifat
Allah.
= dinyatakan tsiqah oleh lbnu Hibban dan berkata, "la kadang keliru, dan
ia diperdebatkan. Sementara para perawinya adalah perawi-perawi
kitab shahih."
Lihat; pembahasan tentang hadits ini dalam; Hasyiyat osh-Shibbagh'alal
Asror al-Marfu'ah, Mulla Ali Qari, hal:94, dan Asnol Mothalib fi Ahadits
Mukhtolafatil Maratib, Muhammad Hut, hal: 17.
455 Sebelumnya sudah kami sebutkan hadits ini dan siapa saja yang
mensha h ih ka n nya. Lrhat ju ga; al-Fataw a (V/398).
456 Namun ada juga redaksi yang menyebutkannya secara mutlak, dari
riwayat Abdullah bin Amr. Hadits ini diriwayatkan Hakim dan lbnu
Khuzaimah, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Lafal hadits milik
lbnu Khuzaimah sebagai berikut; Rasulullah& bersabda, "Rukun (Hajar
Aswad) datang pada hari kiamat dalam wujud yang lebih besar dari
gunung Abu Qubais. la memiliki lisan dan dua bibir. la berkata tentang
siapa yang menyentuhnya dengan niat. la adalah tangan kanan Allah
yang dengannya la bersalaman dengan makhluk-Nya." Meski hadits ini
menyebutkan secara mutlak, tetap saia tidak menunjukkan bahwa Hajar
Aswad adalah sifat Allah. lni namanya mudhaf munfashil, sama seperti
lafal; Baituilah, Naqatullah. Dengan demikian, Hajar Aswad adalah
makhluk. Atau lafal mutlak diartikan kepada lafal muqayyod.
457 lnilah contoh kedua yang disebutkan ahli to'thil terhaiap ahlussunnah,
bahwa menurut mereka, para ahlussunnah menakwilkan zhahir hadits
ini. Mereka berkata;
Pertama; zhahir hadits menunjukkan bahwa hatianak-anak Adam berada
di antara iari-iari Ar-Rahman. Konsekuensinya, jar!-lari Ai'-Rahman
menyentuh hati anak-anak Adam, dan jari-iari Allah berada di dalam
tubuh kita. Makna ini tentu saja keliru, sehingga bukan ini 1'ang
dimaksudkan.
Kedua; zhahir hadits menuniukkan bahwa A.llan memilrki jari-iari secara
hakiki. Darr, jari-jari adalah angqota tubuh. Makr'a ini.iug:l keliru, sehingga
bukan ini yang dirnaksudkan. Penulis selanjLrtnya ai<an membantah
pernyataan ahli to'thi! ini.
adalah anggota
45g Para pen-syarah hadits ini mengira bahwa zhahir iari-iari
tubuh. Dan, hal ini mustahil bagi Allah. sebab iika yang dimaksud adalah
anggota tuhuh, berarti setiap bagian tubuh tersebut memerlukan bagian
tuburr yang lain, sehingga seluruhnya adalah rangkaian tubuh yang saling
memerlukan. lVlakna ini tentu berseberangan dengan ketuhanan. Ada
dua pendapat dalam hal ini;
Pertama; tafwidh.
Kedua; tokwil sesuaiyang layak bagiAllah.
A!-Qurthubi berkata dalam al-Muf him (vll67z); sebagian di antara imam-
imam kita menakrvilkan hadits ini ialu mengatakan; isti'arah ini berlaku
seperti perkataan cran$, "Fulan berada di telapak tanganku, dan berada
di dalam genggamanku,,,maksudnya ia berkuasa penuh untuk mengatur
sifulan seperti yang ia inginkan. Untuk makna yang lebih kuat lagi, dan
juga rnenunjukkan kemudahan; adalah dikatakan seperti ini; "Fulan
berada di antara d,:a jariku. Aku memperlakukannya seperti yang aku
kehendaki," maksurlnya ia dengan mudahnya mengatur si fulan'
sebagian iainnya berkata; kemungkinan yang dimaksud iari-iari di sini
adalah nikmat. Seperti penuturan berikut, "Si fulan punya iari-iari yang
baik padaku,,,maksudnya nikmat. seperti yang dikatakan terkait tangan.
Jika dikatakan; lalu untuk apa lafal lari-iari disebut dalam bentuk
mutsonna, padahai nikmat Allah begitu banyak dan tidak terhitung? Kami
menjawab; karena rneski nikmat itu banyak iumlahnya, namun pada
dasarnya ada dua macam; memberi manfaat dan menolak-bala. seakan
Nabig berkata, ,,Hati anak-anak Adam berada di antara dua hal; Allah
menimpakan mara bahaya kepadanya, atau Allah memberinya suatu
manfaat." Lihat; syarah-syarah Shahih Muslim; an-Nawawi (XVt/zo4), al-
Ubai dan as-sanusi (VlU88), dan ad'Dibai, as-suyuti(VU18)'
jari-
46O Penulis membantah semua pernyataan mereka bahwa menetapkan
jari Ar-Rahman tidak mengharuskan seperti yang mereka katakan.
Sebagai contoh; pembatas orang yang shalat ada di hadapannya' Toh
pembatas tersebut tidak bersentuhan dengan orang yang shalat. Jika
memang lafal ,,antara" tidak mengharuskan adanya sentuhan di antara
makhluk, iantas bagaimana kiranya dengan lafal "antara" di antara
= makhluk dan Khaliq yang kursi-Nya seluas langit dan bumi, dan la Maha
Meliputi segala sesuatu.
Dalil naqli dan akal menunjukkan bahwa Allah jauh dari makhluk-Nya,
Allah tidak menempati di satu pun makhluk-Nya, dan tidak ada satu
makhluk pun yang berada di dalam Zat-Nya. Salaf menyepakati hal ini. lni
alasan pertama.
Alasan kedua; keberadaan lari-lari Allah secara hakiki bukan berarti
mengharuskan makna batil. Dengan demikian, Allah memiliki jari-iari
secara hakiki yang pantas bagi-Nya, dan tidak menyerupai jari-jari
makhluk-Nya. lnilah yang dimaksudkan. Disebutkan dalam Shahih al-
Bukhari dan Muslim; dari Abdullah bin Mas'ud €!;, ia berkata;
'-lt
ii
"Ketahuilah! Sesungguhnya iman itu Yaman, dan hikmah itu
Yaman. Aku mendapati kelapangan Rabb kalian dari arahYaman."
= Salamah bin Nufail. Hadits iniyang paling bagus jalur riwayatnya terkait
permasalahan ini, yang diriwayatkan dari Salamah. Para perawinya
dikenal, mereka berasal dari Syam dan dikenal, kecuali lbrahim bin
Sulaiman al-Afthas." Lihat biografi Salamah bin Nufail dalam al-lshabahfi
Tomyizish Shohabah,lbnu Hafar al-Asqalani (llllt3o), dan Tahdzibul Komal,
al-Mizzi (Xli3z3).
467 lsim mashdar menurut istilah adalah isim yang sama seperti mashdar
dalam menunjukkan makna murni tanpa batasan waktu, hanya saia isim
ini berbeda dimana sebagian dari hurufnva berkurang, sehingga
berlainan dengan lafal dan iuga perkiraannya. Contoh; fi'il (*!'i) bentuk
mashdar aslinya adalah ('tl.'l). Jika kita mengatakan ('tJ.') maka isim ini
sama seperti lafal ('tl.c!), dan hamzah di awalnya hilang tanpa diganti
oleh apapun baik secara lafal maupun perkiraan. Sementara jika
kekurangannya hanya teriadi pada lafal saia tanpa perkiraannya, berarti
lafal tersebut mashdar, bukan isim mashdar. Contoh; (Y\:i! .Jit!), bentuk
aslinya adalah (Ytr+), Uut<an lafal (Yt5), tapi ya'-nya diperkirakan.
Sementara iika hurufnya tidak ada secara lafal dan digantikan dengan
suatu lafal lainnya, berarti dinamakan mashdar bukan isim mashdar.
Contoh; (&l) mashdar asli dari kata (;r'; atau (l:cr), w'awunYa dibuang
kemudian diganti dengan ta' marbuthah di akhirnya.
Dengan demikian, mashdar yang sebagian hurufnya dibuang, dan tidak
digantikan dengan huruf apapun, mashdar seperti ini dinamakan isim
mashdar. Contoh; 1t-)s) dan (l-:Js). Lihat; olMuJam al'lr4ufashshal fin
Nahwil Arabi, Dr.lzzah Fawwah.
s
!-YH\/
[g\z:'c,
:' r.i..
\. '
472 (tl5q.
473 Atsat ini dinyatakan dhaif oleh al-Qurthubi dalarn tafsirnya (UzS+).
Padahal atsar initidak dhaif, karena dinukil oleh banyak ahli hadits. Lihat;
ai-wosith, al-\l/a h id i ( l/t t :).
474 (itot).
475 (tvlto$.
Per;dacat ir, diiiilih s*keiompok mufassir, di aniaranya; as-Samin al-
Halabi
'
ilr;:,, aii tii i5), al-tihazir-r (l/34), Shadic Hasan Khan (lhzo)'
an-N.::
dari Ib:,ui .r: rr2i /ll:;5r). iil;rhkan baca pendapat-penriapat lainnya yang
menyalahr nranhai s.rlei cii; Tafsir ar-Razi (11141), al'Bahrul Muhith, Abu
HayrTarr (ir2E,,), Faitr,,i 'l!il.-I"), as-5anrarqandi (l/to5), rls--Sirajal-Munir, asy
Syii'bini (;,',t1,, Hasi ti ::. i'vltthyiddin Zadsh'alal Baidhav.'i (1,'z::).
475 r'aitu huru: ,.r"Jj" Siia-rkan baca pembahasan ini di oaiarn; Gi-Janntod-Dani
ft Hurufui fi.4rclani, al-V1uradi, hal: 385, Mausu'atul Huruf , Dr. Amil Ya'qub"
hal: to5, Rasl''aful Maoanif tsyarhHurufil Ma'ani, al-Maiiqi, hrl: i66, Mt;ghni!
477 Pendapat yang disebutkan penulis di atas adalah salah satu di antara
beberapa pendapat terkait permasalahan ini. Pendapat-pendapat
lainnya adalah sebagai berikut;
Pertamal huruf ba' tersebut tambahan, dan lafal ini sama seperti lafal
(hr&). Pendapat inidipilih lbnu Athiyah dalam tafsirnya (XV/235).
Kedua; ba' tersebut untuk toUiyah bermakna sifat, dan lafal (+_,r4)
artinya menghilangkan dahaga, sehingga dihubungkan dengan huruf
ba', seperti disebutkan dalam tafsir al-Alusi (XXlXirZ+). Pendapat ini
dipilih oleh penuiis.
Ketiga; ba' tersebut bermakna (A) tab'ianiyyoh yang berarti sebagian.
Maknanya; sebagian di antaranya diminum hamba-hamba Allah.
Pendapat ini dipilih al-Ashma'i seperti disebutkan dalam tafsir ath-Tahir
bin Asyur (XXIX/38I). Dan masih ada beberapa pendapat lainnya dalam
permasalahan iniyang bisa dilihat di; aHumal (VilUi86), al-Bahrul Muhith
(VllU8:Z), Hosyiyat Syaikh Muhyiddin Zadah'olat Baidhowi (tyl5B8), Zadul
Masir (Yllllqo), dan ad-Durr al-Mashun (Vl/44o).
= (r-)r + *-s*i) huruf ba' dalam fi'il contoh ini menimbulkan makna
ilshcq atau meiek at. Contoh firman Allah; (+l:t :!' k+ +-i4 "+.) huruf ba' di
sini menimbuikari makna tab'idh (sebagian), maksudnya sebagian dari
mata aii'tei-:ebut, arau mata air tersebut memberikan rasa lega dan
menghilangxan dahaga, sesuai perbedaan pendapat seperti yang telah
disebutkan sebelurnnya. Lihat; al-Mu'jam ol'Mufashshal fin Nahw, Dr.
Azizah Fawwai.
{ #u;i is^;i: r
"Dan Dia bersama kamu di mana saia kaxmu berada."
(Qs. AI-Hadid;4).
{ i;uur"i &i{i
*Tidaldmh emghau perhatikan, bahwa AIXah
apa yang ada di langit dan apa yang ada di burni? Tidak ada
pembicaraar*. ralaasia antara tiga orang, melainhan Dialah
yang tr<eerrpatnya" Dam tidak ada lima orar$gr melainkan
Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari
itu atau lebih banyak, nrelainkan Dia pasti ada bersama
mereka di mana pun rnereka berada."
(QS. Al-Muiadilah: 7)
F
v I
479 Maksudnya beliau menyebut dua ayat, bukan menyebutkan dua contoh
yang berbeda.
48t Para mufassir sepakat bahwa yang dimaksud kebersamaan ini adalah
kebersamaan ilmu, kuasa, dan peniagaan. Tak seorang pun mengatakan
bahwa Allah bersama kita dengan Zat-Nya.
Ath-Thabari berkata dalam tafsirnya (Xlvlt3); Allah berada di atas Arsy,
dan ilmu-Nya bersama mereka.
Untuk mengetahui perkataan para mufassir terkait kebersamaan Allah,
silahkan merujuk; an-Nasafi (lll!447), lbnu Hibban (YllllztT), ar-Razi
(XXIX/t8Z), lbnu Katsir (VU98), al-Khazin (lvlz46), lbnu Asyur (XXVlU364),
asy-Syirbini (lV/225), lbnul Jauzi (VllUt6t), al-Mawardi (Vl+lo), al-Alusi
(XXVlU168), al-Baghawi (lVlz94), ats-Tsa'labi(lltlz93), Hasyiyat Muhyiddin,
Syaikh Zadah (lV/465), al-Jamal 'Aial Jalalain (lX/44o), al-Qurthubi
(XVlll/z9o), as',;-Syihab'alal Baidhawi(lXltzt), Shiddiq Hasan Khan (xlv/l9).
lbnu Athiyah berkata dalam Tafsirnya (XV/286), "sesungguhnya umat
menyepakati penakwilan ini." Takwil yang dimaksudkan lbnu Athiyah di
sini adalah mengalihkan lafal dari zhahirnya, vakni mengalihkan makna,
bahwa Allah bersama kita dengan Zat-Nya. Tidak diragukan lagi, bahwa
makna ini bukanlah zhahir. Seperti yang telah disampaikan sebe!umnya,
zhahir adalah apa yang langsung dipahami oleh pikiran. Dan, Iafal zhahir
berbeda-beda sesuai perbedaan rangkaian kalam. Dan jika yang
dimaksud takwil di sini adalah tafsir, berarti maksud ini benar.
Ituiah zhanir dar keriua ayat ih atas, rian rnilah yarii( iren,l: .
"Dia mengetahui upa yang maslik ke dalam bui't'ii tiar: dflc .\iiil:g
keluar dari tialarnrtya, lpa ):fing turun itri ia-ngit dan ,-tpa yiing na;k ::e
sano.. Dan Dla berso,m,r- karnu di mc-na. saja kamu berc,da. Dnn -ttlic.h
Maha Llelihut nctt yiln€ kemu kerjakar " (QS. Al-FIadid : 4)
+32 iniiah rriak':; nei-kai,l3n salal'; Aliah bei'sama mereka de:tgan iirnu-Nya,
da,-,;ik.. fl'^r- r.ti;iAlr:iir Der-sama k;fa nreski Ia beraCa {ii keti!-tggian-l.tyt,
iraKa ker.,ai:c,'Ttaan ni niengnaril5Kaii Allah Mengei.rhur krta, meiihat,
menyal.sikai.l, dan rrenqatur. Bukar:nva Allah bersarna kita dengan Zat-
Nya di bumi. Demikian seperti yang dikatakan penulis.
' , t.
t>$ jfr' j,
i ,
;iYr c-S) rli[3 # L; ;E art 5i ; ;ie
'
i-&U -
a .": .--^ o - t
{. k;i,i rJ:,:-,'-,',
dF ) ...F \-
al>u
'.,.i.
s* r JF--u;;'ir e;r.rliL3t
-.;"t,i.'",, €; i*;irt oi ; ;iy
"-i-;'. . o '
Y, iJ,,i
7
'LVryar
yt F Jt;r JjE rll A;;i pri r;1
" Ap
ab i! a s e s e or an g di ant ar a kal i an b e r dir i m e n ge rj akan sh al at,
maka Allah berada di hadapan wajahnya,"n86 dan nash-nash serupa
lainnya.
= hamba-Nya, karena tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah
dalam semua sifat-sifat-N,va. lntinya, la dekat di atas ketinggian-Nya.
Pernyataan serupa sebelumnya juga sudah disampaikan gurunya;
Syaikhui lslam lbnu Taimiyah ketika ia berkata dalam Syorhun Nuzul
(Vl5o8) dari Majmu' at-Fatawa;
Karena itulah ketika Aliah menyebut kedekatan-Nya dengan hamba-
hamba yang berdoa dan beribadah kepada-Nya, Ia berfirman, "Ddn
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepodamu (Muhammad) tentong
Aku, moko sesungguhnyo Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orangyang
berdoa opabila dia berdoa kepada-Ku." Firman ini menunlukkan Allah
Maha Dekat yang memperkenankan permohonan orang yang berdoa
kepada-N_va. Dan seterusnya sampai pada perkataannya di halaman: 5ro;
kedekatan Ailah yang Ia lakukan dengan perbuatan-Nya, yang meiekat
pada diri-Nya; <edekatan iniditepis kelompok Kullabiyah. Siapa gerangan
yang mencegah teriadinya perbuatan-perbuatan atas kemauan Allah
sendiri?l Adapun salaf dan para imam hadits dan sunnah, mereka tidak
mencegah hal itu. Demikian pula sebagian besar kalangan ahli ilmu
kaiam.
Catatan; kami ment kil fatwa Syaikhul lslam lbnu Taimiyah sebagai
tambahan untuk penielasan dalil permasalahan ini, karena Ianjutan
fatwa ini akan disampaikan pada contoh-contoh selanjutnya.
486 HR. AI-Bukhar-i, seoertidisebutkan dalam Fathul B1ry (ll3o7) dan Muslirn
dalam Syarh an-Nawowi (V/38).
i;,
Ll q ,zr: ]i
.
t6 .;,
a,lji; "::-< l"
"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa;
kemudian Dia beristiwa di atas 'Arsy. Dia mengetalrui npd yang masuk
ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari
iangit dan apayangnaikke sana. Dan Dia bersama kamu di ntana saja
kamu b er ad a. D an Allah M aha M elih at ap a y an yi kamu kerj akan " (QS.
AI-IIadid:4)
Allah mengaharkan bahwa Ia berada di atils Arsy; Ia mengetahui
segala sesuatu, dan ia bersama kita dimana saja kita berada. Seperti
yang Nabi ffi sampaikan dalam hadits Au'al;og7 "Allahberada di atas
Arsy, dan Ia meng;etahui apa yangkalian kerjakan."a&8
487 Au'al adalah bentuk iamak dari wa'al, yailu kambing gunung. Yang
dimaksud au'a! di sini adalah para pemuka kaum dan pernimpin' Nabi#
menyerupakan mereka Cengan kambing-kambing gunung, karena
kambing-kambing ini bernaung ke puncak-puncak gunung. Seperti
disebutkan dalam perkataan Abu Hurairah"g5, "Kiamat tidak terjadi
hingga tahut naik dan wu'ul binasa.' Dikatakan kepadanya, 'Apakah itu
tahutl' la menjawab, 'Orang-orang hina, dan para penghuni rumah-
rumah yang tidak jelas. Dan wu'ul adalah penghuni rumah-rumah yang
baik'." Dikutip dari Hasyiyat al'Hamawiyoh, at-Tuwaiiiri, hai: zzt.
+88 Hadits ini dikenal sebagai hadits au'al. Banyak perbincangan seputar
hadits ini. Hadits ini ditakhrii para imam dalam kitab-kitab hadits mereka'
Nash hadits sebagai berikut;
,j,
tt
ii o
'. , z-
* t"f u)url ?t:El lt
,, .'
Jika firman Allah ini tidak juga nampak jelas bagi Anda, maka
Anda harus menggunakan cara orang-orang yang mendalam
ilmunya yang berkata, "Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an),
semuanya dari sisiTuhankarni." (QS. AIi'Imran : 7) Segala urusan
harus dikembalikan kepada Zat y angmenurunkan Al-Qur' an, yang
mengetahui segala sesuatu.
,a "4t
5{r ';r;C *i; f
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yeng
Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura : 13.)
+89 Lihat; Syarh al-Wosithiyyah milik Syaikh Abdul Az'z ar-Rasyid, hal: ztT,Zaid
bin Fayyadh, hal:274, dan Shalih al-Fauzan, hal: r34.
$ Perhatian;
Pertamal perlu diketahui bahwa penafsiran salaf tentang
kebersamaan Allah;iedengan makhluk-Nya tidaklah sebatas
kebersamaan ilmu saja, tapi juga mengharuskan pengawasan Allah
terhadap makhluk dari sisi pendengaran, penglihatan, kekuasaan,
49t Pendapat-pendapat ahli tafsir terkait hal ini sudah kami sampaikan
sebelumnya.
Catatanl masih ada golongan keempat yang trdak disebutkan penulis,
yaitu pendapat ahli ta'thil Jahmiyah. Mereka ini mengatakan bahwa
Allah tidak berada di dalam maupun di luar aiam, juga tidak jauh dari
alam. Lihat; ar-Raudh an-Nadiyyoh, hal: 27 9.
Disebutkan da lam Nowozilul' llm (ll! zg);
Soyyid Ahmad bin Jalal ditanya tentang suatu masalah berikut; apakah
kita mengatakan bahwa Allah;etidak berada dr dalam maupun di luar'
alam?
Penanya berkata; saya mendengar pernyataar ini dar-i salah seo!'ang
syaikh kami, dan ia menyatakan bahwa pernyataan ini menghilangkan
dua hal yang saling berbenturan. Salah seorang syaikh kami yang lain
menyatakan terkait permasalahan ini; ini adalah persoalan menyeluruh.
Maksudnya menjadi penopang segala persoalan. la menyatakan bahwa
pendapat ini dinyatakan lmam al-Chazali. Sebagian iainnya menjawab
bahwa pertanyaan ini rumit, tidak boieh ditanyakan. la juga menyatakan
bahwa lbnu Miqlasy memberikan jawaban seperti ini daiam syarah-nya
untuk ar-Risolah.
Ahmad bin Jalal menjawab; kami menyatakarr demikian namun kami
tidak memastikannya. Kita yakin bahwa Allah tidak berada di dalam
alam, dan tidak pula berada di luar alanr. (etidakmamouan untuk
mengetahui sesuatu adalah pengetahuan karena adanya dalil-dalil yang
secara jelas menunjukkan seperti itu baik dalam oentuk dalil akal maupun
dalilnaqli.
Dalil naqlinya adalah; Al-Qur'an, sunnah, dan ijn,a'.
Dalil AI-Qur'an adalah firman Allah;
q A, 5*-l ,o, ir- i:"5 _-= .. b
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha
Mendengar, Moha Melihat." (qS. Asy-Syura : r) Andaikan Allah berada di
alam atau di luar alam, tentu menyerupai makhluk. Jika Allah berada di
dalam alam, maka menjadi sejenis alam, sehingga apa yang berlaku bagi
alam juga berlaku bagi Allah. Sementara jika Allah berada di luar alam,
maka kemungkinan Allah terhubung dengan alam atau mungkin pula
terpisah dari alam, baik dengan adanya jarak yang terbaias, atau dengan
farak yang tidak terbatas. lni mengharuskan AIiah memer-lukan sesuatu
yang mengkhususkan.
Dalil sunnah; sabda Nabi*; "Allah ada tanpa adanva sesuatu pun
bersama-Nya. Dan sekarang Allah seperti sedia kala."
Dalil iima'; para pengikut kebenaran sepakat bahwa Allah tidak berada di
suatu arah, tidak berada diatas, di bawah, di samoing kanan, kiri, ataupun
depan.
Bantahan bahwa anggapan Allah tidak berada Ci dalam aiam, dan tidak
pula di luar alam, menghindari dua hal yang berbenturan; bantahan ini
keliru karena kontradiksi hanya terjadi ketika Allah menyandang sifai
mustahil untuk salah satu dari dua hal yang berbenturair. Karena tidak
4.a*t,i;lt * i;ltb
"('{aitu) Yang Maha Pengasih, yang beristiwa di atas Arsy." (QS.
Thaha: 5)
| . 7 tt
ij!t eL*Jl -9
eiiY
= ada satu pun dari dua hal yang berbenturan yang dialami Allah, maka
ticiak mungkin Allah disifati dengan salah satu dari keduanya. Karena itu,
tidak ada hal kontradiktif, seperti dikatakan; dinding tidak buta, dan
ticiak pula melihat. Pernyataan ini tidaklah kontradiktif karena kedua
penafian ter'sebut rnemang benar, karena dinding tidak bisa disebut
buta, ataupun melihat. Seperti juga pernyataan bahwa Allah tidak
berada di atas, dan tidak pula berada di bawah. Silahkan Anda buat
sendiri contoh-contoh Iainnya .
lnilah akidah kalangan Asyariyah generasi terakhir. Tidak akan ada
ketiadaan yang disif ati dengan suatu sifat yang lebih fasih dari sifat yang
mereka sifatkan kepada Allah seperti ini, sebagaimana yang dikatakan
tulahmud bin Sabaktakin (wafat tahun 4zz H. di Chazanah).
492 Liha! ar-Raudhah an-Nadiyyah, Zaid bin Fayyadh, hal: 97. tmam lbnul
Qayyim menjelaskannya secara rinci di dalam an-Nuniyyah.
:.
" L- Jli ;-*i- ortri, ol5 og _-i *1 -:'-':; -\+l )-*;o
"Para'melaikat dan ,Iibril n:aik i*rrgh,,ri,,r,lrr,,,rri, 1 .:.i':{}i':,Jrrio*
sehari setara dengan lima puluh ribu tahur ' i.QS. AB-fvl..*.'*ri3 : 4i
t1
J;l '-9:**-, ;l s*.'r,' o1l .1ii i!x,
"(Ingatlar), ke,:ik:t -41i.'lr r{ t.:-rt!'c' 'L\'r:, ' l,' ikit ,--s
" -?*LjJJ
"Katakanlah.'Ruhul Qudus (Jibril) menururkan Al-Qur'an itu ciari
Tuhanmu dengan kebenaran, untuk- meneguhkan (hati) orang yang
telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gern'bira bagi orang
yangberserah diri (kepadaAllah)."'{Q$. An-Nahl : 1G2}
* ;Jj-, G-
"Dia menqatut" se-gala uri;.srrn ifiri ian:i- \;i: !ti,r.',": . kenu.,a.ic.n
(urusan) itit naikkepilda-Nyo tlt:!a,n.sa:tt ,ttitri ta",.t-Lcli; .,,,,.7 .!1nv1;171y2.)
aCalah seribtt tghun tnenulut ne :'l':itu::i:ci:r.:i .' f {!$}. lls-Saisla!} : 5i
Dalil sunnah; sunnah dengan berbagai macamnya,
menunjukkan ketinggian Allah baik sunnah qauliyah, fi'liyah,
maupun iqrariyah melalui banyak hadits yang mencapai tingkatan
mutawatir, seperti bacaan Nabi ffi ketika sujud;
,;"'i' G-rr tq
"Maha Suci Rabb-ku yang Maha Tinggi."ae3 Sabda beliau;
i!
"Sungguh, ketika Allah menyelesaikan penciptaan makhluk,
la menulis di dekat-Nya di atas Arsy-Nya;'sesungguhnya rahmat-Ku
m engalahkan murka- Ku'.'4e4 S abda beliau;
493 HR. Muslim dalam kitab shahihnya yang dicetak bersamaan dengan
Syarah an-Nawawi (V/23).
494 HR.AI-Bukhari yang dicetak bersama Fathul Biry (Xilt/4r5), dan Muslim
yang dicetak bersamaan dengan Syarah an-Nawawi (XVlU67).
497 HR.Al-Bukhari dengan Fathd BAry (il/S8S), dan Muslim dengan Syarah
an-Nawawi(Vilt/r8+).
-lp)1
g> :rJE+
Q.J
499 HR. Al-Baihaqi dalam al-Asma' wash Shifot (lll5o), adz-Dzahabi dalarn
Siyar A'lam an-Nubala'(Vli/rzo-rzr), adz-Dzahabr daiam al-'Uluww, hai: roz
ciari riwayat Hakim, ai-Mukhtashar, hal: t37-t38, Tadzkiratui Huffazh i,lh9t-
t8z), dan adz-Dzahabi menilai hadits inr shahih. la juqa menvebutkan
hadits ini dalam al-Arba'in, hai:8r.
Hadits ini iuga dinyatakan shairih oleh Svaikhul i:,lam ibnrr taimi-vah oaiarn
al-Hamawiyah, hal: 299. Lihat; Dor'u 7a'arudnil'A1l wan Nnqi iVl/:62), lbnul
Qayyim daiam lltimc'ul )uyusy, hai:3t. Juga crsebutkar-: lbnu Hajar al-
Asqalani daiarn Fsthul BAry (.Xllli4o6) dan ia nvatakan sanadnya ja;,yid.
Demikian dinukil dari Hasyiyat al-Hamawiyah, at iuwaif iri.
50o Keterangan ini dengan jelas membantah pernyataan Syaikh Ali bin
Abdu lla ha - Hawwa s da lam bukunya, an-Nuqul ash-Shahihah al-Wadhihah
I
| . r s- i s p;
,.,9: J \
rou.;)r uL inrh
502 Diantara contoh-contoh yang rumit dimengerti oleh para ahli takwil,
dan mereka justru menuduh ahlussunnah menakwilkannya, sehingga
mereka menuding ahlussunnah -yang menetapkan sifat-sifat Allah
secara zhahirnya- bersikap rancu, karena terkacjang menakwilkan
sejumlah nash-nash.
"Dan Kami lebih ciekat kepadanyo daripada urat lehernya." (qS. Qaf : t6).
Maka ketahuilah keciekatan tersebut bermakna ilmu dan kuasa Allah.
Daliinya acialah bagian awal ayat; AIlah :e berfirman;
. *trt F r, 4. -ll -;)'l,. *. .-;; rhr ;U:ir U;]; ul"
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan monusio don mengetahui apo yang
dibisikkan oleh hctini'a, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya." {QS. Qaf : t6)
Karena Ailah mengetahui bisikan hati manusia, maka Allah lebih dekat
dengan manusia melebihi urat lehernya sendiri. Urat leher tidak
mengetahui apa yang dibisikkan hati.
Dengan rJemikian, orang-orang mulhid (yang menyimpang) terkena
konsekueirsi dari statemen mereka sendiri; bahwa sesuai anggapan
mereka, Zai ,rang me.reka sembah, bercampur dengan daging dan darah
rnere{a senqiri. Dan ,nanusia tidak terlepas dari sebutan makhiuk sampai
ia berkata, "ini Khaiiq Can ini makhluk," karena sembahannya -menurut
pengakuarnila sendiri- berada di dalam urat nadi manusia, dan juga
beracja di luarnya. Berdasarkan pernyataannya ini, sembahannya bersatu
dengan tubuh manusia, dan tidak dapat dipisahkan.
Syaikhui lsiam lbnu Taimiyah juga berkata; kaum muslimin dari kalangan
ahiussunnah sepakat bahwa Allah berada di atas Arsy-Nya, lauh dari
seluruh makhluk-Ny,:. Maha Tinggi Allah dari perkataan orang-orang
menyimpang, dan dari apa yang dikatakan orang-orang zalim dengan
ketinggian yang sebesar-besarnya.
"sehingga apabilo kematian datang kepada salah seorong cli antaro kamu,
malaikat-malaikat Komi mencabut nyawanys, dan mereka tidak melalaikon
tugasnya." (qS. Al-An'am : 61)
q. j;;i ;s:., .sti .(, -5j 5j *-,Jr :": -)U p i.9v
" ;: -i )i
-S: q:. .:11 ::\ Ff
"Dan Komi lebih dekot kepadanya daripada kamu, tetdpi kamu tidak
melihat," (QS. Al-Waqi'ah : 85)
Adalah kedekatan malaikat-malaikat Kami, sehragaimana dalam dua ayai
di atas. lni berbeda dengan lafal ma'tvah, karer,a Allah tidak mengatakan,
(*.'r-)"Kami bersamanya." Tapi, Allah meng.'rbarkan bahwa la bersama
hamba-hamba-Nya. Dan la mengabarkan bahwa la akan memberitahukan
kepada rnereka pada hari kiamat tentang aDa Yang rnereka perbuat,
= padahai Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi, dan Dia sendiri-lah
yang beristiwa di atas Arsy. Karena itu, lafal ma'iyah berbeda dengan
lafal kedekatan Allah, karena Al-Qur'an membedakan keduanya.
Firman ini adalah dalil yang jelas, bahwa yang dimaksud adalah
malaikat-maiaikat; karena firman ini menunrukkan, bahwa sesuatu
yang dekat di tempat tersebut adalah malaikat. F{anya saja kita
tidak melihatnya. Firman ini membantu kita dalam menjelaskan,
bahwa yang dimahsud adalah kedekatan malaikat, karena mustahii
jika yang dekat dengan urat leher manusia adalah Allah:.g.s07
5o7 Maksudnya, mustahil jika Allah sendiri yang hadir ketika nyawa manusia
dicabut atau pada saat manusia mati.
5o9 Ungkapan seperti ini lazim dalam bahasa Arabr, misajirva seorang raja
memerintahkan bala tentaranya berperairg, lalu ketika kemenangan
diraih, raja berkata, "Kita menang dan kira berhasil mengalahkan
musLrh," padahal ia sama sekali tidak keluar Ceri istarra. Demikian pula
misalkan ia berkata, "Kami membangun masjic"rnasjid." padahal ia tidak
ikut mengerjakannya.
"Maka ketika rasa takut hilang dari lbrahim dan kabar gembira
telah datangkepadanya, dia pun bersoal pwab dengan (para malaikat)
Kamitentangkaum lut." (QS. EIud: ?tt)
5to Para mufassir berbeda pendapat terkait maksud ayat ini. Ada tiga
pendapat;
Pendapat pertama; maksudnya adalah; setelah Kami menlelaskannya,
maka amairanlah rsirrya.
Pendapat keciua; maxsurirrira adaiah; ketika Kami menurunkannya, maka
dengarkaniah bacaannya.
Pendapat ketiga; maksudnya adalah bacaan malaikat dan utusan Karni.
lniiah pendapat sebaqian besar muf assir. Lihat; Tafsir al-Mawardi(Vt/r56),
lbnu Athiyah (.Xtiizt5;, ats-Tsa'alabi(llli4r5), danZadulMasir (y|li4zz).
511 Lihat; Taf:ir as-5a'di (iii37$. Pai'a muiassir berbeda pendapat, terkait
ihwai apakah yang diperdebatkan. Ada tiga pendapat dalam hal ini,
seperti disebutkan ai-Mawardi dalam Tafsirnya (lU4B6).
n'Yang
beriayar dengan (pemgawasan) mata Karni."
(Q$. Al-Qamar : 14)
.^tt:8i6.:15.,,.
9{rrff.l$r:
iqpi
Jawab; mak"na mata di kedua ayat ini ses';ai zhai"iir dan hakikat
kaiam. Namun, apakah zhahir dan hakikat k rlam rii sini?s12
5t3 Makna seperti ini sama sekali tidak langsung riipaharni oleh siapapun
yang memba:a kitab Allah.
Allah ueberfi.rman;
+\r.\-:,
l-.- . /t.t
!) $i.rr., e5&.J
t't -'
L-r , ul-i ;uil ulF
Kami m enur unkanny a s eb agai Qur'an
" S e sungguh ny a b erb ahas a
Arab, agar kamu mengerti." (QS. Yusuf : 2)
toqtf ear
,' ;'
dt--.L
,...
"Yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibri!), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar engkau termasuk orangyang mernberi peringatan,
den gan b ahas a Arab y an g j elas." (QS. Asy- Syu'ara' : 1 g3-1 g5)
5t6 Yang dipahami adalah; mata orang yang memandang menyertai orang
yang dipandang dalam arti menatap dan menjaganya, karena huruf ba'
dalam contoh ini bermakna menyertai, iri-rkan bermakna zharaf .
Pernyataan mereka ini batil dari sisi lafai.
Sementara kebatilan perkataan mereka dari :;isi mak:"ta adalah; seperti
diketahui bahwa Nuh 'Aloihissalom berada di bumi, ia iner-nbuat bahtera
di bumi, dan bahteranya berlayar di perrnukaan air bumi, seperti yang
Allah sampaikan dalam firman-Nya;
u#, 4',f 4iX :\:t;:t.tt;i u[.i q.\), ;dd +rt* ;.1 ;., si*
'' e ;LL j r r r .,-r.i t" ri Jo;u-jr ju ur! ";)\t
*r r b i,-i3- rr.Ji .rri *1" o"
Karena pernyataan ini batii baik dari sisi lafal maupun makna,
maka zhahir kaLarn yang benar ialah, yang sesuai dengan pendapat
kedua, yaitu bahtera Nuh berlayar di bawah perlindungan dan
penjagaan mata Allah. Seperti itu juga Musa, yang dirawat
dan diasuh di bawah perlindungan dan penjagaan mata Allah.
Inilah makna perkataan sebagian saiaf (s+. .si-, +)t" karena
Allah a-,-' menjaganya dengan mata-Nya, sehingga konsekuensinya
Allah melihatn1,x. Konsekuensi makna yang benar adalah bagian
dari makna tersebut, seperti yang diketahui berdasarkan dilalah
(petunjuk) lafai secara muthabaqah, thadhammun, dan ikizam.sls
5t7 Lafal (rr!) meski tidak ada di dalam Al-Qur'an dan sunnah, luga tidak
dikenal di era sahabat, hanya saja ketika Jahm dan para pengikutnya
membuat-buat pernyataan bahwa Allah berada dimana-mana, maka hal
ini mendesak para imam untuk mengistilahkan lafal ini; tanpa ada
seorang pun di antara mereka yang mengingkarinya.
Di antara imam yang menyebut lafal ini adalah Abdullah bin Abu Ja'far
ar-Razi, ulama Rai; Hisyam, dan lshaq bin Rahawaih; ulama Khurasan.
lshaq bin Rahawaih menyebutkan lafal ini dari lbnu Mubarak dan lainnya.
Termasuk adz-Dzahabi juga menyebutkan lafal ini dalam Mukhtashar al-
'UIuw, dan dinukil al-Albani dalam mukadimahnya, hal: t8. Lihat juga; at-
Tankil bima fi Ta'nibil Kautsari minal Abathil, al-Mu'allimi (ll/286).
Contoh Kesebelas;
s20
Firrnan AIIah,Je dalam hadits qudsi;
.+
)3
t-'
I (-)-.>
(
-il
)lo
:)Ldgl j3,
"Elamha-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku
dengan amalan-amalan nafiIah hingga Aku mencintainya.
Jika Aku rnencintainya, Akulah pendengarannya yang
dengannya ia mendengar, (Ahulah) penglihatannya yarn'g
gannya ia rnelihat, (Akutrah) tangannya yang den
fla rnecnuE{wl, dan (Akulah) kakinya yang dengannya
ia berjaB;an" Jiha ia nreminta kepada-Ku, Aku akan
men*beriarya $ika ia rnemohon pertrindungae& pada-Ku, AEcu
akan melindunginya."
5zo Penuiis tidak mengatakan, "Sabda Nabi {$," tapi, "Firman Allah," lalu
setelah itu menyebutkan hadits qudsi di atas. lni menunjukkan bahwa
hadits qudsi adalah kalam Allah secara lafal dan makna, seperti Al-
Qur'an. Karena itu redaksi hadits qudsi adalah, 'Allaheberfirman."
Andaikan lafalnya berasal dari Rasulullah s, tentu tidak dikatakan,
"Allahszberfirman," tapi, "Rasulullah S bersabda." Pendapat ini
dinyatakarr sebagiar; besar ulama. Mereka menyebutkan perbedaan
antara hadits qudsi dan Al-Qur'an. Di antara ulama yang menielaskan
permasalaan rni adalah al-Qasimi dalam Qawa'idutTahdits, hal: 64, dan
Abu Syabhah dalam ol-Wasith, hal: 216 .
Pendapat kedua terkait definisi hadits qudsi adalah lafalnya dari Nabi$,
dan maknanya dari Allah. Definisi ini diungkapkan sebagian ulama, di
antaranya penulis buku ini dalam bukunya; Musthalohil Hadits, hal: 8.
Hanya saja pendapat pertama lebih tepat, karena itulah yang zhahir.
Banyak kai,rrrgan berpegang pada pendapat kedua, alasannya karena
mereka tidak menetapkan kalam untuk Allah selain hanya sebatas makna
saia, dan penulis bukanlah termasuk di antara mereka ini.
5zt Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa Allah adalah kaki,
tangan, ataupun pendengaran seorang hamba
,4,
V
setelah sebelumnya tidak ada.s23 Siapapun yang memiliki akal sehat,
tidak mungkin memahami bahwa Pencipta Yang Awal yang tidak
didahului oleh sesuatu pun, menjadi pendengaran, penglihatan,
tangan, dan kaki makhluk. Bahkan, jiwa manusia tentu merasa jijik
rrrembayangkan makna seperti ini, dan lidahnya pasti merasa kelu
untuk mengucapkannya, meski hanya dalam bentuk anggapan dan
perkiraan saja. Lantas bagairnana bisa dikatakan bahwa makna
itulah yang menjadi zhahir hadits qudsi, dan hadits tersebut
dialihkan dari zhahirnya?!
524 lnilah yang ciimaksudkan dari perkataan, "Karena Allah," yaitu ikhlas
karena-l'.lya.
526 lnilah yang dimaksudran dari perkataan, "Di jalan Allah," yaitu mengikuti
syariat.
tV-'
.t
' . , -. ,
'.".-i" I t. :.
-ri e
L.,q! GtJ-
j,t eu; J[- i\ a<i),u*{rt ii;U ;i YJ -:-}i J**
.' ... t-u
w r l"
'\ .rl
"Yang mereka nanti-nantikan hanyalah ke"datangan malaikat
kep ada mereka, atau ke d atan gan Tuh anmu, at au s eb a gi an t an d a- t an d a
Dan firman-Nya;
532 Dalil dari hadits ini adalah menetapkan sifat kedatangan Allah.
.@t
;!r
JV-9.- ,i+, .i &,r rl.lr ,u-;"lr au,S*
"Rabb kita turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam
s33
ter akhir." S abda beLau;
7 6
533 Hadits ini tertera dalam kitab Shahihain, seperti disebutkan daiam al-
)om'u Bainash Shohinain, al-Humaidi (lll/7S), ai-Jarn,c Bainash Shahihain,
Abu Hafsh al-Muslrili (t1z9o), dan )ami'ulUshul, lbnulAtsir (tVlr38).
534 HR.AI-tsukhari, hadirs nomor r4ro. Lihat; FathulBdry illtl3z6), dan Muslim
bi Syarh an-Nawowi (/lli98).
535 Karena itu, kita mer"rsifati Allah dengan kedekatari dan berjalan cepat.
Namun haltersebut tidak mengharuskan Allah menempuh jaraktertentu,
ataupun konsekuen;i-konsekuensi lainnya yang layaknya berlaku bagi
makhluk.
Disebutkan daiam fatwa nomor 6932, dari kumpulkan fatwa Komite
Tetap Riset llmiah darr Fatwa (tttlr43);
Soal; apakah Allah memiiiki sifat \arwolah (berlalan cepat)?
Jawab; segala ouji bagi Allah semata. Doa shalawat dan salam semoga
tetap terlimpah kepada Rasul-Nya, keluarganya, dan para sahabatnya.
Wa ba'du;
Ya. Allan ri-remiliki s,iat horwaloh (berjalan cepat), seperti disebutkan
dalarn hadits qudsi; sifat yang sesuai dengan Allah. Allah *".,, berf irman;
*;[i U!, ,*, y i? ntr q: -? trb ,l.,lr; *lu* \'; Ul'i;\ .,p tt!
"J-rf ";i f;
'lika hanba menciekat sejengkal kepada-Ku, Aku mendekat sehasta
padanya. )ika ia mendekat sehasta kepada-Ku, Aku mendekat satu depa
padanya. Jtka ic datang pada-Ku dengan berjalan, Aku mendatanginya
dengan ber jaian cepat." (H R. AI-Bukhari dan Muslim)
= Billahit tawfiq. Shalawat dan salarn semoga tei-limpah k*pada nabi kita
Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Fatwa ini ditanda-tangani oleh Svaikh Abdr.:l Aziz bin Baz, Syaikh
Abdurrazzaq Af ifi, Syaikh Abdullah bin tihudaiyvan, dan Svaikh Abdullah
bin Qu'ud.
Disebutkan dalam al-Jawab al-Mukhtar li Hidayatil Mukhtar,hal:24, Syaikh
Muhammad al-Utsaimin; sifat harwoiah atau berjaian cepat ditetapkan
untuk Allah, seperti disebutkan daiarn hadits shahih yang o'iriwayatkan
al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, dari Nabi g, [:eliau bersabda;
536 Penulis menyrebutkan makna lain yang diyakini oleh sebagian kalangan,
yaitu kiasan dalam memberi balasan yang lebih baik, dan lebih besar dari
amalan yang dilakukan hamba; inilah yang disebutkan sebagian besar
pen-s.varah hadits ini, seperti;al-Qurihubidalam cl-Mufhim (Vtt/r5), al-Aini
'alal Bukhari (XXV/ror), as-Suyuthi dalam at-Tausyih (txl+zlg), al
Qashthaloni'alal Bukhsri (XV/429), al-Hafizh lbnu Hajar al-Asqalani dalanr
F ath u I B A r y (Xllt | 5zz).
Jrr',
")iko ia mendekat selengkal kepodo-Ku, Aku mendekat sehasto padanyo,
dan jika la mendekat sehasta kepoda-Ku, Aku mendekat satu depo podonya.
.)iko ia dotang pada-Ku dengan berjolan, Aku mendatanginya dengan
berjalan cepat,"
Hadits ini menyebutkan tiga rangkaian kalimat yang menjelaskan karunia
Allah c";, dan bahwa la memberi balasan lebih banyak dari amalan yang
dilakukan seorang hamba karena-Nya. lnilah kaidah dalam balasan Allah;
la memberikan balasan yang lebih banyak dari amalan yang dilakukan
seorang hamba karena-Nya, seperti disebutkan didalam Al-Qur'an;
o r:*uq Y *j kL it-sFjx 1;^tt .e vsprri;- l[ i!;F.rF
"Borangsiapa berbuat keboikan mendapat bolason sepuluh kali lipot
amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalos seimbang dengon
kejahatonnya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi);' (QS. Al-
An'am: t6o)
;.- "iV U; _s # .1.r* & c-:^;i
f t*.rr.L* ol r+Jt3,I ;ry.! rir_p:)
{ nP r,-l ilr,Il.j us -+ufiht
*"*--_-___-_{ 1. Svubhar-svubha dan Ta .@,
= "Perumpomoan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti
sebutir biii yang menumbuhkan tujuh tongkoi, pada setiap tangkai ada
seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siopa yang Dia kehendaki, dan
Allah Mahaluas, Maha Mengetohui." (QS. Al-Baqarah : z6r)
Tiga rangkaian kalimat dalam hadits qudsi ini menuniukkan makna agung
ini. Juga menunjukkan bahwa pemberian dan balasan Allah lebih banyak
dari amalan yang dilakukan seorang hamba. Allah:eberfirman, ")ika ia
mendekat sejengkal kepada-Ku, Aku mendekat sehasta podanya," iengkal
adalah jarak antara ujung jari kelingking hingga uiung ibu iari ketika
dibentangkan, dan hasta adalah iarak antara uiung iari tengah hingga
tulang siku. ltulah ukuran yang digunakan zaman dulu; iengkal, hasta,
depa, dan semacamnya.
Firman-Nya, ")ika ia mendekat sejengkal kepodo-Ku, Aku mendekat
sehosto padanya," ulama berbeda pendapat terkait makna kalimat ini
dan kalimat-kalimat setelahnya;
Menurut salah satu pendapat; kalam ini sesuai dengan hakikatnya.
Artinya, ketika seseorang mendekat sejengkal kepada Allah, Allah
mendekat sehasta kepadanya. Dengan demikian, kalam ini berlaku
dalam ibadah-ibadah yang memerlukan jalan kaki, seperti berjalan kaki
menuju masiid, sa'i dalam ibadah haii, dan lainnya. Tidak termasuk
ibadah-ibadah yang tidak menyertakan ialan kaki. Hanya saja ibadah-
ibadah jenis ini sama seperti ibadah-ibadah yang memerlukan jalan kaki.
Maksudnya, Allah memberikan balasan kepada orang yang beramal,
dengan balasan yang lebih banyak dari amalannya.
Menurut pendapat lain; kalam ini adalah perumpamaan. Artinya, ketika
seseorang mendekatkan hati kepada Allah, maka Allah mendekatinya
dengan cara yang tidak kita ketahui. Kita mengetahui bagaimana wuiud
kita mendekatkan diri kepada Allah. Tapi, kita tidak tahu seperti apa
hakikat Allah mendekati kita. Dengan demikian, makna hadits ini adalah
ketika seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah dengan hatinya,
Allah mendekatinya dengan hakikat dan cara yang tidak diketahui,
karena ketika seseorang merasa hatinya dekat dengan Allah, saat itu
hatinya selalu mengingat dan menyebut Allah, sehingga ia merasa dekat
dengan Allah. Dan kadang pula ia lalai.
Dengan demikian, maknanya adalah ketika seorang hamba mendekatkan
diri kepada Allah dengan hati. Seperti diketahui, bahwa ibadah
merupakan sebab kedekatan hati kepada Allah r-,', seperti yang
disampaikan Nabi g dalam sabdanya, "Soot'soat paling dekat seorang
hamb a dengan Rabbny a a dal ah ketiko i a sujud. " Ka re na itu l a h ketika su j ud,
Anda merasa dekat dengan Allah meski Allah berada di langit. Dengan
demikian, kata-kata seperti ini adalah perumpamaan, bukan secara
hakiki.
Pendapat ini lebih baik dari oada penclapat pertama, karena dengan
petunjuk muthabaqah-nya, makna ini mencakup selururh jenis ibadah.
Sementara nrenurut pendapat pertama han'ia khus,;s untuk ibadah-
ibadah yang terdapat jalan kakinya.
.@,
= Seperti itu juga firman,Nya, 't)ika ia mendekat sehasta kepada-Ku, Aku
mendekot satu depa padanya." Adapun firman-Nya, ,,Jika ia datangpoda-
Ku dengan berjalan, Aku mendatonginyo dengan berjolan cepat,, ularna
juga berbeda pendapat terkait firman ini; apakah secara hakiki ataukah
tidakl Menurut salah satu pendapat; kalam ini sesuai hakikatnya. Kita
tahu seperti apa hakirat dan cara kita berialan. Sernentara seperti apa
hakikat dan cara Allah*";berialan, kita tidak tahu. Tidak ada yang
menghalangi lika Allah berjalan mendekati hamba-Nya yang mendekat
kepada-Nya. Ketika si hamba mendekat dengan berialan biasa, Allah
mendekat kepadanya dengan berjalan cepat. Dan dikatakan; orang yang
akan datang, pasti datang dengan sifat tertentu. pastilah seperti itu. Jika
Allah datang secara hakiki, pasti Allah datang dengan sifat tertentu,
apakah itu dengan berjalan cepat ataupun tidak..Jika Allah berfirman
tentang dirinya, "Aku mendotonginya dengan berjolon cepot,,, kita
katakan; apa gerangan yang menghalangi Altah untuk datang kepada
hamba-Nya dengan berjalan cepat, jika kita beriman bahwa la datang
secara hakiki. Karena Allah datang secara hakiki, tentu saja la datang
dengan sifat tertentu. Jika Ailah rnengabarkan kepada kita bahwa la
datang dengan berjalan cepat, kita katakan; kita beriman kepada Allah.
Tapi seperti apa hakikat jalan cepat ini? Kita tidak boleh menyatakan
seperti apa hakikatnya, dan tidak boleh pula membayangkannya, karena
sifat Allah berada jauh di atas bayangan dan perkataan manusia-
Hanya saja pendapat ini mengkhususkan hukum tersebut hanya untuk
ibadah-ibadah yang dilakukan seseorang dengan berialan kaki. sehingga
ibadah-ibadah iain yang tidak dilakukan seseorang dengan berialan kaki,
tidak ternnasuk dalam hadits ini, meski secara makna tercakup.
Menurut pendapat kedua, hadits ini adalah perumpamaan. Maksudnya,
siapa yang bersegera nenuju ridha-Ku dan beribadah kepada-Ku, maka
Aku cepat mer-nberikan balasan kepadanya, Iebih cepat dari amalannya.
Pendapat ini mencakup seluruh fenis ibadah, karena setiap orang
melakukan ibadah dengan cepat secara raga, dan kadang pula lebih
cepat dengan hati saja meski ia tetap berada di tempat.
lntinya, ulama salaf memiliki dua pendapat terkait permasalahan ini,
yaitu; apakah kita tetap mempertahankan lafal hadits ini secara
zhahirnya, meski akan mengecualikan beberapa ibadah, namun sesuai
dengan qiyas. Ataukah lafal hadits ini kiasan karunia Allah lebih banyak
dari amalan seseorang.
Syaikhul lslam lbnu Tarmiyah sepertinya condong pada pendapat kedua
atau pendapat terakhir; yaitu lafal hadits ini adalah kiasan. Kami
memperkuat pendapat ini dengan alasan bahwa tidak semua amal
ibadah memerlukan jalan kaki. Dan, mempertahankan hadits ini secara
umum untuk semlra ibadah, tentu lebih utama dari pada
mengkhususkannya untuk ibadah-ibadah tertentu saia, yaitu ibadah-
ibadah yang memerlukan jalan kaki yang jumlahnya terbilang sedikit.
Untuk itu, kita mengartikan hadits ini untuk seluruh ibadah secara
Lrmum, dan kita jadikan hadits ini sebagai perumpamaan saja.
539 Qarinah (pertanda) syar'i adalah pertanda yang dipahami dari rangkaian
kalam. Penulis sudah menielaskan masalah ini dalam syarah-nya untuk
kitab Shahih al-Bukhari.
54t Berialan kaki kadang meniadi wasilah untuk melakukan ibadah, seperti
berjalan kaki ke masiid untuk mengeriakan shalat. Dan kadang pula
meniadi bagian dari ibadah itu sendiri, seperti thawaf dan sa'i.
Kesimpulan; hadits ini disampaikan sebagai perumpamaan. Jika tidak
diartikan seperti itu, berarti ketika seorang hamba mendekatkan diri
kepada AIlah dengan berdiri, dan iuga berbaring, hal tersebut sama
seperti berialan kaki.
542 lni termasuk salah satu contoh dimana ahli ta'thil menuduh salaf
menakwilkan nash-nash tentang sifat.
54) Pertanyaan ini ditujukan kepada orang yang menetapkan tangan bagi
Allah. Adapun bagi orang yang menafikan tangan, ia terlebih dahulu
didebat terkait penetapan tangan bagi Allah. Jika masih menolak dan
berkata, "Aku tidak menetapkan tangan, tapi aku mengharuskan Anda
menakwilkan ayat ini, karena Anda mengalihkan ayat ini dari zhahirnya."
Saat itulah kita menjawabnya dengan iawaban seperti disebutkan
penulis di atas.
. '.,. ,) * , - ),
x, ,5 .f -*-: ->,-+r ;-J L*.i
iri -- ..(,Lri U3a*
"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafken banyak (dari
kesalahan-kesalahanmu) " (QS. Asy-Syura : 30)
544 Maksudnya dilakukan oleh sebagian besar anggota badan, seperti kaki,
telinga, dan kemaluan. Namun hanya tangan ';aia yang disebut, karena
umumnya tangan-lah yang paling sering digunakan saat melakukan
perbuatan; karena tangan digunakan untuk menulis, memukul,
membunuh, dan Iainnya.
545 iVlisalkan seorang pengralin kayu berkata, 'Aku rnenrbuat kursi ini
dengan kedua tanganku," tentu maknanya ia melakt.rkan pekeriaan
tersebut dengan tangannya.
{ rsr
"Wahai lblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada
yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu
menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang
(lebih) tinggi7' (QS. Shad : 75)sa8
546 lnti permasaiahan ini terletak pada huruf ba'. Jika fi'il-nya muta'addi
dengan huruf ba', maka menunjukkan perbuatan yang Iangsung
dikerjakan dengan rangan. Dan jika lidak muta'oddi dengan huruf ba',
maka tidak menunjukkan bahwa tangan tersebut yang mengerjakannya
secara langsung. Lihat; 5yorh ot-Tadmuriyyah, Falih AIu Mahdi, hal:q4.
5+8 lblis tidak rnembantah Allah ,.4, karena andaikan yang dimaksud tangan
adalah kekuasaan, tentu lblis berkata, "Engkau juga menciptakan aku
dengan kekuasaan-lr4 u."
55o lni namanya mutasyabihat yang bersifat relatif, dimana mungkin nampak
mutosyabihat bagi sebagian orang saia, sementara bagi yang lain tidak
mutasyabihat. Adapun mutasyabihat hakiki, hanya Allah yang
mengetahuinya, seperti hakikat sifat-sifat-Nya. Lihat; Taqrib ot-
Tadmuriyyah, penulis, hal: 94.
551 Bukan hanya khusus di bidang akidah saja, tapi juga di bidang fiqh,
dimana perbedaan mutasyabih diketahui melalui permasalahan-
permasalahan. Setiap madzhab memiliki karya tersendiri terkait
permasalahan ini. Dan di antara karya yang paiing terkenal di bidang ini
adalah buku berjudul al-Furuq karya al-Qarafi.
552 Syaikhul lslam lbnu Taimiyah berkata dalam at-Tadmuriyyah, hal: 73;
pernyataan yang serupa dengan hal ini adalah menjadikan suatu lafal
serupa dengan sesuatu, yang seiatinya keduanya tidak sama. Seperti
firman Allah;
q j-9nL d-'<Jt td 14 Ut-i t++i d.- Ll; -.d uil- Ui tjra iJ:ig
"Dan musibah apo pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh
perbuata n t anganmu sendiri, dan Allah memaaf kan banyak (dori kesalahan-
kesalahanmu)." (qS. Asy-Syura : 3o)
Sementara dalam ayat pertama, Allah menyandarkan perbuatan
penciptaan kepada-Nya "Apakah yang menghalongi kamu sujud kepada
yang telah Aku ciptakan," kemudian mengiringinya dengan firman-Nya,
" Dengon ke duo tangon-Ku."
553 Termasuk salah satu contoh yang mana para ahli ta'thil menuduh salaf
menakwilkan nash-nash sifat,
e,* €u I i'e-^!l ,;
',' , 1 . .,1. ti
JXj-.q" iJ :r "rJt :* 4)l ?) IeJ4b
apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas
mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat." (QS.
AI-Fath: 18)
555 Yaitu, Allah menghendaki makna ini, dimana mereka langsung berjanfi
setia kepada-Nya tanpa perantara Rasulullah 91. Tidak mungkin ada
seorang pun memahami makna seperti itu.
560 Liha| Tafsir alBahrul Muhith, Abu Hayyan (lx/qz), dan ;n-Nasafi (lli/llS).
6ir r: ;y
'
',
,( j#j
: . ,: .;, '
& ltj' 4"i
"Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka
Allah melip at gand akan ganti kep ad any a d en gan b any ak. Allah menah an
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
(Q$. Al-Baqarah :245)
564 Syaikhul Islarn lbnu Taimiyah berkata dalam at-Todmuriyyah, hal: 73;
hadits ini jehs menunjukkan bahwa Allah tidak sakit, tidak lapar, dan
tidak haus. v,ang sakil, lapar, dan haus adalah hamba-Nya. Lapar dan
sakitnya Allan ditafsirkan oleh lafal berikutnya; "Andaikan kau
memberinya tnakan, t.entu kau mendapati (balasannya) di sisi-Ku, dan
andai kau men jengukunya, tentu kau mendapati (balasannya) di sisi-Ku,"
sehingga tidak ada satu lafal pun dalam hadits ini yang memerlukan
penakwilan.
565 Berikut, karni tambahkan dua contoh lainnya d lirar contoh-contoh yang
telarh disebu tkan penulis, seperti diseL'r,rtkan dalam I'"4 auqif u!Mutakallimin,
5ulaiman ai-t,hushan (ll/8zr);
Contohpertama1:':,:",^]::l,i.;:,,:::,,
1 f"y g1r-,4u1 rt d'I)r
^.: C rj; ';i'',i uFI; ;,-t;t ltf
"Dan milik Allcth timur dan barot. Kemanaaun kamu menghadap di
sanalah waioh Aililh. Sungguh, Allch Nloholuas, fiidha Merrgetahui." (q5. Al-
Baqarah : 15)
Diriwayatkan dari Muiahid; ia berkata terkait tafsir ayat ini. "Kiblat Allah.
Maka dimanapun kamu berada; baik di timur maupun di barat, janganlah
kamu menghadap selain ke sana."
Kelompok yang menaf ikan sifat-sifat Allah berhuiah pada ayat ini dengan
menyatakan bahwa penakwilan ,uga dilakukan salaf. Mereka
menyebutnya, saat mendebat Syaikhul lslam lbnu Taimiyah.
Syaikhul lslam lbnu Taimiyah membantah mereka, bahwa memang
riwayat ini shahih dari Mujahid dan asy-Syafi'i. Namun ayat ini tidak
termasuk ayat-ayat sifat, sehingga tidak bisa diiadikan huiah bagimereka.
Syaikhul lslam lbnu Taimiyah menjelaskan, siapa menganggap ayat ini
termasuk ayat-ayat sifat, ia keliru. Meski di dalam ayat ini disebut kata
waiah, namun yang dimaksudkan dalarn ayat ini adatah kiblat. Karena
wajah dalam bahasa Arab berarti arah. Cr:ntoh; (+-.* ++: gi) artinya;
hendak ke arah rnana kamu pergi? Contoh iainl (J) c,-tl'-'r a;.eJl [l ':,' a
+s_5Jl l:r) artinya; aku hendak menuiu ke arah ,tu, dan aku bepergian ke
arah itu. Seper"ti f irman Aliah, "Dcln setiap umui mempunyai kiblat yang
dia menghodap kepacianyo." (q5. Al-Eaqarah : 148) Rangkaian kalam di
dalam ayai rirenuniukkan maksr"lcl yiin, terkandung, karena
ada la h a ra h, "l(emd napun kamu menghadap tii sanalah woloh Allah," (4\)
adalah zharaf, dan (ilr:) artinya menghaclai:l:h"
-7
O----
\
dan hadits-hadits sifa; sesuai zhahirnya tanpa tahrif, ta'thil, takyif,
ataupun tamtsil. Kaidah di atas sudah dibahas sebelumnya secara
lengkap dalam kaidar-kaiCah nash-nash sifat. Segala puji bagi
Allah, Rabb seluruh aiam.
NhsD.i
Jika ada yang berkata; kita teiah mengetahui kebatilan
madzhab ahtri tai<wii terkait sifaf-sifat Allah, dan seperti diketahui
bahwa Asya'irah termasuk kalangan ahli takwil yang menakwilkan
sebagian besar sifat-sifat Aliah.
Allahrueberfirman;
J . , U ,.:
.1['t -
"lJ'e
V,i.u tSU ;;i j6 ;-,61-,:!
\'- -': :,
jlh
569 Majmu' al-Fatawa Syaikhul Islam tbnu Taimiyah (tV17z). Lihat; Tabyin
Kadzibil Muftari,lbnu Asakir, hal: 34.
4, a;fu ;p\.i,**tl J; u
{d }.;nt.Ut uj;i; }
"Dan Kami turunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar
engkau meneran gkan kep ada manusia ap a yang telah diturunkan kep ada
mereka dan agar mereka memikirkan " (QS. An-Nahl z 44).
Semua ini tidak lain berasal dari rekaan mereka sendiri, tanpa
bertumpu pada dalil Al-Qur'an ataupun Sunnah. Subhanallah!.
Ini adalah kedustaan besar. Tidak ayal lagi, bahwa pernyataan
semacam ini merupakan sepuncak-puncaknya kesesatan, dan
sebesar-besarnva kedustaan atas nama Allah aj. dan Rasul-Nya gE.
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang
Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura : 11)." Selesai
nukilan.
i. Penutu .@,
al-lbanah. Maka, salah satu bentuk kesempurnaan taklid kepada
beliau, iaiah dengan mengikuti pernyataan akhir yang beliau anut,
yaitu; berpegangan pada madzhab ahli hadits dan ahlussunnah,
karena inilah madzhab shahih yang wajib diikuti Abul Hasan
sendiri.
Dan jika Anda naik lagi ke era para sahabat, dan ernpat khulafa
rasyidin, Anda tentu tidak akan mendapati siapapun di antara
mereka yang mengikuti paham Asya'irah terkait nama-nama
Allah rle dan sifat-sifat-Nya, juga terkait hal-hal lain dimana kaum
t.,,:,:,,i ,i-
5: Sp Vyl a)5>
573 Seperti ma m an- N awawi. Lihat; or-Ru dud w ot Ta'aqqubat' ala Ma Waqa'a
I
lil lmam An-Nowowi fi Syarh Shahih Muslim minat Ta'wil fish Shifat, karya
Masyhur Alu Salman.
5. Penutup ,@,
/ffi,;k^
Hukum Ahli Takwil
(98,V.:2E
tV-'
Jika ada yang bertanya; apakah ahli takwil dikafirkan atau
difasikkan?s7s
\/o HR. Muslim dicetak bersama dengan Syarh an-Nawawi (ll/49). Sementara
dalam lafal al-Bukhari yang dicetak bersama dengan Fathd BAry (X/Sl|;
"Apabila seseorang berkata kepada saudaranya, 'Wahai kafirl. Maka
(perkataan kafirnya) kembali kepada salah satu di antara keduanya'."
Dan firman-Nya;
-'irn
U^i! -r*, l"? _4 attl ,-rl.5 Li: *
.:ly131 i.r .lr o1 t^ \ \ odn li ,,';
579 Sementara jika ia bukan orang yang baru masuk lslam, maka ia kafir.
v." r J.*,)t
7'p v,'r,'SJ
tsr 'i J+U ,.:!t: ";\ j" YJ.jt^.!r*;;'".llii :5 iY
( r"r" Jti rliit i.l* Wt"rb F\
"Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia
mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang ydng dipaksa kafir padahal
hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tid.ak berdosa), tetapi orang
yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah
menimpanya dan mereka akan mendapat azab yangbesar." (QS. An-
Nahl:106)
-';lt
.J
'Adapun masalah vonis kafir; yang benar dalam hal ini bahwa,
siapa pun berijtihad di antara umat Muhammad * dan bermaksud
mencari kebenaran, kemudian ia keliru, maLa ia tidak dikafirkan;
tapi dimaafkan kekeliruannya.
', . ,er\.,
.; . '- j!" 'r drp t: ,l ,€.Pt i ,i: :'i
. '.i, "!.,cstgfv
* ,* € q))) i y Ui f;f
585 HR. Al-Bukhari dicetak bersama dengan Fathul Bdry (Xllll479), Muslim
dengan Syarh an-Nawawi(XVll/7o). Silahkan simak syarah hadits ini dan
perbedaan pendapat ulama terkait maknanya.
.@,
demi Allah, jika Rabbku kuasa (mengembalikanku), pasti Ia akan
menyiksaku dengan azab yangtidakpernah Ia timpakan pada seorang
pun di alam semesta ini.' Benarlah, saat mati, ia pun diperlakukan
(seperti yang ia perintahkan), lalu Allah memerintahkan kepada bumi,
Allah berfirman, 'Kumpulkan semua (bagian-bagian orangitu) yang ada
padamu.' Bumi menunaikan (perintah Allah itu.), tiba-tiba dia berdiri,
maka Allah bertanya, 'Kenapa kau melakukan itu?' Ia menjawab: 'Ya
Rabb, karena takut pada-Mu.' Allah pun mengampuninya'."
'iut
osrrulr ;; i; nr & ,_rd a
"Rasul-rasul itu itdalah
sebagai pernbawa berita gembira dan
pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk
membantah Allah setelah rasul-rasul iat diutus. Allah Mahaperkasa,
Mahabijaksana." (QS. An-Nisa' : 165).
5. Penutu .@,
Maka dari itu, seorang mukmin harus membangun keyakinan
dan amalannya di atas landasan kitabullah 'e dan sunnah Rasui-
Nya, menjadikan kedua landasan ini sebagai imarn, menjadikan
cahayanya sebagai petunjuk, dan meniti jalannya, karena itulah
jalan lurus yang Allah e perintahkan di dalam firman-Nya;
Segala puji bagi Allah; Rabb seluruh alam, yang dengan nikmat-
Nya seluruh kebaikan tuntas terlaksana. Shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada nabi rahmat, dan penunjuk umat menuju
jalan Allah Yang Maha Perkasa Maha Terpuji dengan izin dari Rabb
mereka. Semoga terlimpah pula kepada keluarganya, para
sahabatnya, dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti
dengan baik hingga hari pembalasan kelak.
586 Artikel ini diterbitkan dalam Majalah Ad-Da'walt, 5audi, edisi 911, terbit
hari Senin, 4ltlt4o4 H.
.@t
Menim[ramg;
Memutuskanl
Allah *g berfirman
- ;5ri1 ts;i; b
"Dan Dia bersama kamu di mana saia kamu berada." (qS. AI-
Hadid:4)
)61 e i
il i*, *;\;r .lr lr,, fu ;r;J {1}
,fu r:F :-!\
.i , , ;l:"i;
t)4 *'e"'int J;i ii; .ur ;l;to ! ..-t; iAtt
587 HR. Abu Nu'aim dalam al-Hilyah(Vlltz4) beliau berkata, "Hadits inigharib,
berasal dari hadits Urwah. Kami hanya menulis hadits ini dari hadits
Muhammad bin Muhaiir." Juga diriwayatkan al-Baihaqi dalam al'Arba'in
ash-Shughra, hal: tzo. Al-Haitsami dalarn Moim a' az'Zawa'id (t/6S)
menisbatkan hadits ini kepada ath-Thabrani dalam cl-MuJam al'Awsath
dan al-Mu'jam al'Kabir. Al-Haitsami berkata, ''Hanya Utsman bin Katsir
yang meriwayatkan hadits ini."
Saya berkata; saya tidak mengetahui seorar,$ pun )/ang menyebutnya
tsiqah atau dhaif.
Hadits ini dinyatakan dhaif oleh al-AIbani dalant Dha'iful Jami', hal: 142,
hadits nomor 1o02.
'plt Li.'n*"lt
$\ /-. ';'r;A i j-I F
"t
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang
Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura : 11)
tq;;Jru;J^ h
"Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?"
(QS. Maryam : 65). Dan firman-Nyr;
,L: \;sir!ilj*
"Dan tidak ada sesuatuyangsetara denganDia'." (QS. Al-Ikhlash
:4).
't L* - --;1
;S," -*, I
"Dan Dia bersarna kamu di rtana .qi;ia ;j,,oo,, r:t.;:ia-" iq$" AE-
Hadid;4).
pli iii
"A abiia seseorang di antarn kalian ier;iiri',nillcenakan shalut,
rnaka Allcth beradn di hadapan wajahr.ya."5'8s ,iteu nash-nash
sema(airrni';i,
r88 l-lR. A"i-Eur<hari. seperti disebutkan dalarn Fathul Barv iil,-oi')dan Muslim
dalam Syorh arrliawswi (Vh8).
5. Penut .@,
atau sejajar pada samping kanan atau kiri. Ketika huruf ini dibatasi
dengan suatu makna, maka ia menunjukkan kebersamaan pada
makna tersebut. Contoh; (U e+Jl-r ri J illr u*r LJj V); kami terus
berjalan bersama bulan atau bintang. Contoh lain; (,r- 1\il1 lra);
barang ini ada bersamaku, disebut demikian karena ia berada
bersama Anda, meski ia berada di atas kepala Anda. Dengan
demikian, kebersamaan Aliah dengan makhluk-Nya adalah
kebersamaan hakiki, meski Ia berada di atas Arsy-Nya secara
hakiki." Demikian dikutip dari pernyataan Syaikhui Islam Ibnu
Taimiyah.
{ ir6Gi#ij }
"Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada." (QS. AI-
Hadid :4).
.i ,, ,,6r. . _ :. -. ,a t . . - . . t t
4. u.r.6r
'6'itrit\'*6 Y
"D an b e r s ab arl ah. S un gguh, AIIah bes er t a o r an g- o r an g s ab ar -" (QS .
AI-Anfd:46)
Dan banyak lagi contoh-contoh serupa lainnya di dalam Al-
Qur'an.
( ir6Gi#,;3 b
"Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada." (QS. Al-
Hadid:4).
Tidak bermakna bahwa Allah membaur bersama makhluk;
menurut gramatika Arab pun, tidak melazimkan makna seperti ini.
Bahkan bulan, yang merupakan salah satu tanda kebesaran Allah,
dan termasuk salah satu makhluk-Nya yang kecil yang berada di
langit, selalu bersama musafir, dan juga selain musafrr dimana saja
{ i;'irj -,riL;:r US ct y
" Kursi-Ny a meliputi langit dan bumi." (QS. Al-Baqarah : 25 5)
'4.
"
; *"
"Dan mereka tidak mengagungJ<an Allah sebagaimana mestinya
padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat
dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan
Mahatinggi Dia dari apayangmereka persekutukan." (QS. Az-Zumar
| 67)
*:^a;.ir
\i'- Uir
Y. ;JY
"--*-----{ 5. Penut .@,
"Dan Dia Mahatinggi, Mahabesar." (QS. Al-Baqarah : 255)
{.Sr ;ur
:'
.:u
f;U y
"Maka keputusan itu adalah pada Allah Yang Mahatinggi,
Mahabesar." (q$. Ghafir: 12)
{ lg oi rar i'Y
"Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya." (QS. Al-
An'am: 18)
Nabiffi bersabda;
,t^iteiyiuit ;;:r:'.ti
"Apakah kalian tidak percaya kepadaku, sementara aku ini
s8s
kep ercay aan Z at y ang ada di langit?t"
Sabda beliau, "Tidak ada yang naik kepada Allah selain yang
baik.Dssl.
59r Bagian dari hadits Abu Hurairah €5 , ia berkata, "Rasulullah ffi bersabda,
'Barangsiapa bersedekah seukuran biji kurma dari hasil baik, dan tidak
ada yang naik kepada AIlah selain yang baik," al-hadits.
5. Penutu .@,
menyampaikan risalah.
Dalil ijrna'; sejumiah ahli ilmu rnenukil ijrua' prara saiaf akan
ketinggian All;rh.
,
{ r"S u)st ^u tsE}
\ J-_
int * Ju-c ;,, ;s }; iilr
"Maka tidakkah mereka mengftayati (mendalami) Al-Qur'an?
S ekiranv a (Al- Qltr'ln) itu
luk an dari. Allah, p astilah m er eka r enemukan
t
,$'*it
\/-.. i*1lt Jr'.i;:';
g. !i ^r:^s
...
i..;
t)- /
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang
MahaMendengar, MahaMelihat." (QS. Asy-Syura : 11)
Penulis;
5. .@,
r rA.
lBP#3.r
Daftar Pustaka
'EtE625-
.vt
Referensi Attidah;
5. Penut .@,
al-Hafizh Abul Qasim Hibatullah bin al-Hasan Manshur ath-
Thabari al-Lalaka'i, tahqiq; Dr. Ahmad Sa'ad Hamdan, Dar
Thayyibah lin Nasyr wat Tawzi', Riyadh.
20. Al-Kawasyif al-Jaliyyah 'an Ma'anil Wasithiyyah, Abdul Aziz
Muhammad as-Salman, Cetakan Kesembilanbelas.
2L. Al:UIuww lil Aliyyil Ghaffar fi ldhahi Shahihil Akbar, al-Hafizh
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-
Dzahabi, dipelihara oleh; Muhammad Asyraf bin Abdul
Maqshud, Maktabah Adhwa'ul Bayan.
22. Mukhtashar allUluww, a-Hafizh Syamsuddin Muhammad bin
Ahmad bin Utsman adz-Dzahabi, oleh; Muhammad
Nashiruddin al-Albani, al-Maktab al-Islami.
23. Kitab ash-Shafadiyah,Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin
Taimiyah, Maktabah Ibni Taimiyah.
24. Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah, lbnu Abil lzz Al-Hanafi,
disusun oleh; Khalid Fauzi Abdul Hamid Hamzah, Darut
Tarbiyah wat Turats, Makkah al-Mukarramah, dan Maktabah
adh-Dhiya', Jeddah.
25. Itmamul Minah bi Syarh I'tiqadi Ahlissunnah, Dr.Ibrahim bin
Muhammad al-Buraikan, Darus Sunnah.
26. Syarh as-Sanusiyyah al-Kubra al-Musamma 'Umdatu Ahlit
Taufiq wat Tasdid, Imam Abu Abdullah As-Sanusi, Dr. Abdul
Fatah Abdullah Barakah, Darul Qalam, Kuwait.
27 . Daf 'u Syubahit Tasybih bi Akaffit Tanzih,Imam al-Hafizh Abul
Faraj Abdurrahman bin al-Jauzi, tahqiq; Hasan Saqqaf, Darul
Imam an-Nawawi, Omman, Urdun.
28. SyarhulMawaqif, muhaqqiq; Sayyid Syarif Alibin Muhammad
al-Jurjani, dengan Hasy iyat as-Siyalakuti w aI Halbi, Mansyrrat
Syarif ar-Ridha.
29. Al-Hikmah wat Ta'IiI fi Af'alillahf W, Dr. Muhammad Rabi'
Hadi al-Madkhali, Maktabah Layyinah, Demnihor lin Nasyr
wat Tawzi'.
30. Al-Ajwibah al-Mardhiyyah Ii Taqrib at-Tadammuriyyah, Abu
5. Penut .@,
lith Thiba'ah wan Nasyr, Beirut.
42. Syarh ash-Shawi 'ala Jauharatit Tauhid, al-Allamah Syaikh
Ahmad bin Muhammad al-Maliki ash-Shawi, Darul Ikha'.
43. Syarh ar-Risalah at-Tadmmuiyyah, Syaikh Muhammad bin
Shalih bin Utsaimin, masih berupa tulisan tangan.
44. Ada' ul Maturidiyyah lil'Aqidah as- S alafiyyah, al-Maturidiyy ah
wa Mauqifuhum min Tuahidil Asma'iw ash Shifat, Syams
as-Salafi al-Afghani, tesis, Maktabah ash-Shiddiq.
45. Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah wa Syarh'Aqidat Ahlissunnah,
Imam al-Hafizh Qawamussunnah Abul Qasim Ismail bin
Muhammad al-Ashbahani, tahqiq; Muhammad bin Rabi'bin
Hadi Umair al-Madkhali, Darur Rayah lin Nasyr wat Tawzi',
Riyadh.
46. AI-Jawab ash-Shahih liman Baddala Dinal Masih, Syaikhul
Islam Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah, tahqiq; Dr. Ali
Hasan an-Nashir, Dr. Abdul Azizlbrahim Askar, Dr. Hamdan
bin Muhammad al-Hamdan, DarulAshimah lin Nasyr.
47. Hidayatul Hayari fi AjwibatilYahud wan Nashara, Syamsuddin
Muhammad bin Abu Bakar bin Qayyim al-Jauziyyah, tahqiq
darta'liq; Dr. Ahmad Hljazi Saqa, al-Maktabah al-Qayyimah
lith lhiba'ah.
48. Fatawa al-Aqidah, Syaikh Muhammad bin Shalih bin
Utsaimin, Maktabah sunnah.
49. Sya'nun Du'a', Abu Sulaiman Ahmad bin Muhammad
al-Khaththabi al-Hafizh, tahqiq; Ahmad bin Yusuf ad-Daqqaq,
Darul Ma'mun lit Turatsy, Damaskud, Beirut.
50. Minhajul lstidlal 'ala Masa'ilil l'tiqad 'inda Ahlissunnah wal
Jama'ah, Utsman bin AIi Hasan, Maktabah ar-Rusyd, Riyadh.
51. Mausu'at Ahlissunnah, Abdurrahman ad-Dimasyqryyah, Darul
Muslim lin Nasyr watTawzT', Riyadh.
52. Kitab at-Tamhid li Qawa'idit Tauhid, Imam Abul Mu'in
an-Nasafi , Tahqiq; Habibullah Hasan Ahmad, Daruth Thiba'ah
al-Muhammadiyyah, 3 Darb al-Atrak, al-Azhar.
5. Penut .o,
L29. Aqawiluts Tsiqat fi Ta'wilil Asma'i wash Shifat wal Ayatil
Muhkamat wal Mutasyabihat, Imam Zainuddin Mar'a bin
Yusuf al-Karami, tahqiq; Syu'aib al-Arnauth, Muassasah
ar-Risalah.
t3O. Juz'un fihi Thuruqu Hadits; Inna Lillahi Tis'atan wa Tis'ina
Isman, Abu Nu'aim al-Ashbahani, tahqiq; Masyhur bin Hasan
bin Salman, Maktabah al-Gharba' al-Atsariyyah, Madinah
al-Munawwarah.
L3L. Al-Kufr alladzi Yu'dzaru Shahibuhu bil Jahli wa Hukmu man
Yukaffiru Ghairahu minal Muslimin, Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman bin Ababathin, Maktabah as-Salam
al-'Alamiyyah.
L32. lbnu Taimiyyah as-Salafi; Naqduhu li Masalikil Mutakallimin
wal Falasifah fil llahiyyat, Syaikh Muhammad Khalil Harras,
Darul Kutub a1-'Ilmiyyah, Beirut.
733. Diras at Manhajiyy ah fil'Aqidah as- S alafiyyah, Salim al-Hilali.
L34. AI-Hukm asy-Syar'i fi Bahtsi Asma'illahi wa Shifatihf, Hisyam
al-Badrani, Darul Bayariq, Urdun, Oman.
L35. Taudhih Maqashidil Mushthalahat al:Ilmiyyah fir Risalah
at-Tadammuriyyah, Dr. Muhammad Abdurrahman Khamis,
Darush Shumai'i lin Nasyr watTawzi'.
136. Shiyanatul Insan 'an Waswasatisy Syaikh Dahlan, al-Allamah
Muhammad Basyir as-Sahsawani al-Hindi, Cetakan Keempat,
tahun 1410 H., Maktabah Ibni Taimiyah, Kairo, Maktabah
al-'Ilm, Jeddah.
L37. Majmu'at Rasa'ilil lmam asy-Syahid Hasan al-Bana,
al-Muassasah al-Islamiyy"h lith Thiba'ah wash Shihafah,
Beirut.
t38. Al-Baihaqi wa Mauqifuhu minal llahiyyat, Dr. Ahmad Athiyah
bin AIi ai-Ghamidi, Maktabah Ibnu Taimiyah, Cetakan
Keempat.
139. Ar-Radd 'ala Man Ankaral Harf wash Shaut, Abu Nashr
Abdullah bin Sa'id bin Hatim as-Sajazi, tahqiq; Muhammad
**----------+ 5. Penut .. ,
Cetakan Pertama.
LSO. An-Nashihah fi Shifatir Rabb *;; ma'a'Aqidatil lmam Abdillah
ibn Yusuf al-Juwaini, Syaikh Ahmad bin Ibrahim al-Wasithi
asy-Syaf i,
dikenal sebagai lbnu Syaikh al-Huzzamiyyin,
tahqiq; Zuhair asy-Syawisy, al-Maktab d-lslami, Beirut,
Cetakan Kedua.
15L. Manzhumat Asma'illahil Husna, Ibnul Khathib, Manzhumat
Sayyidi Ahmad ad-Dardir, al-Mathba'ah al-Mishriyyah wa
Maktabatuha.
t52. Ta'wilul Ahadits al-Muhimah lit Tasybih, al-Hafizh Jalaluddin
as-Suyuthi, ulasan oleh; al-Baisuni dan Musthafa Ibrahim
as-Sakrami, Darusy Syarq, Jeddah.
L53. lstihalatul Ma'iyyah bidz Dzat mawa Yudhahiha min
Mutasyabihish Shifat, Imam Syaikh Muhammad al-Khadhir
al-Halabi asy-Syinqithi, tahun 1354 H., Darul Basyir, Oman,
Urdun, Cetakan Pertama.
L54. Tanbihat 'ala Risalat Muhammad 'Adil Azizah fish Shifat,
Abdtxrazzaq bin Abdul Muhsin Ubbad al-Badar, Darul Fath
asy-Syariqah, Cetakan Pertama.
L55. Tanbihat Hammah'ala Ma Katabahusy Syaikh Muhammad'Ali
Ash-Shabuni fi Shifatillahi, Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz,
Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, Cetakan Baru.
156. Ash-Shifat al-Alma'iyy ah bainas S alaf w al Khalaf,Abdurrahman
Wakil, Muassasah Qurthubah.
L57 . Shifatus Saq lillahi 'W; Baina ltsbatis Salaf wa Ta'thilil Khalaf,
Muhammad Musa Nashr, Maktabah al-Ghuraba'
al-Atsariyyah, S audi, Madinah al- Munawwarah.
L58. Kitab Shifatillahi w;, Shalih Ali Musnad, Dar al-Madini,
Jeddah.
159. Alaqat Shifatillahi bi Dzatihi, Dr. Rajih Abdul Hamid a1-Kurdi,
Darul Furqan, Omman, Urdun.
160. 'Alaqatul ltsbat wat Tafwidh li Shifati Rabbil 'Alamin, Ridha bin
Ghassan Mu'thi.
Referensi Tafsir;
5. Penut .@,
Muhammad Abdur Rauf al-Manawi, tahqiq; Muhammad
Ridhwan ad-Dayah, Darul Fikr al-Mu'ashir, Beirut, Darul Fikr,
Damaskus.
1L. Al-Kulliyyat Mu'jam fil Musthalahat utal Furuq al-Lughawiyyah,
Abul Baqa' Ayprb bin Musa al-Husaini al-Kafawi, catakan
kaki oleh; Dr. Adnan Darwisy, Ir,luhammad al-Mishri,
Muassasah ar-Risalah.
!2. Mausu'atul Huruf fil Lughah al:Arabiryah, disusun oieh; Dr.
Amel Badi'Yaqub, Darul Jail, Beirut.
13. Al-Muzhir fi 'Ulumil Lughah uta Anwa'iha, al-Allamah
Abdurrahman bin Abu Bakar Jajaluddin as-Suyuthi, ulasan
dan penjelasan oleh; Muhammad Jadul Maula Bek,
Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, dan Ali Muhammad
al-B aj awi, al- Maktabah al-Mishriyyah, B eirut.
L4" Gharibul Hadits, Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin
Qutaibah ad-Dainuri, catatan kaki oleh; Nu'aim Zarzur, Darul
Kutub al-'Il.miyyah, Beirut.
15. An-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, knam Majduddin
Abus Sa'adat al-Mubarak bin al-Jazari bin al-Atsir, tahqiq;
Thahir Ahmad az-Zavm, dan Mahmud Muhammad ath-
Thanahi, al-Maktabah al-Islamiyyah.
L6. Gharibul Hadits, Abu Ubaid a1-Qasim bin Salam al-Harawi,
Darul Kitab al-Arabi, Beirut.
L7, Al-Mu'jam al-Mufashshal fi'Ulumil Lughah, disusun oleh; Dr.
Muhammad at-Tanukhi, Ustadz Raji al-Asmar, evaluasi oleh;
Dr. AmelYaqub, Darul Kutub ai-'llmiyyah.
18. Al-Ghurar al-Mutsallatsah wad Durar al-Nf.ubatstsah,
Majduddin Muhammad bin Yaqub al-Fairuz Abadi, tahqiq;
Dr. Salman Ibrahim bin Muhammad al-Id, Maktabah Nazzar
Musthafa ;rl-Baz, Makkah al-Mukarrarnah.
19. Abu Manshur Muhammad bin Ahmad
TahdzibuL [,ug!tah,
al-Azhari, tahqiq; Abdussalam Muhammad Harun,
al-Muassasah al-Mishriyyah al-Ammah lit Ta'lif wal Anba'
Referensi Nahwu;
Referensi Sastra;
5. Penut .o,
Jawami', Syaikh Ahmad bin Muhammad bin al-Amin asy-
Syinqithi, tahqiq; Dr. Abdui Alim Salim Mukarram, Darul
Buhuts a1-'llmiyyah, Kuwait.
11. Khizanatul Adab wa Lubabu Lisanil'Arab, Abddul Qadir bin
Umar al-Baghdadi, tahqiq; Abdussalarn Muhammad Harun,
Maktabah al-Khanji iith Thiba'ah wan Nasyr wat Tar,r,zi'.
12. Ittlizanudz Dzahab fi Shina'ati Syi'ril 'Arab, Sayyid Ahmad
al-Hasyimi, Darul Kutub a1-'ilmiyyah, Beirut.
13. Sy arh D iw an H am as at Ab i Tam am, Abul'Alla al-Ma'arri, tahqiq;
Dr. Husain Muhammad Naqasyah, Darul Gharb al-Islamy,
Beirut.
1.4. Syarh Kitab al-Hamasah. Abul Qasim Zaid bin Ali Al-Farisi,
tahqiq; Dr. Muhammad Utsman AIi al-Waza'i, Beirut.
15. Syarh Diwan Hamasat Abi Tamam, Alam asy-Syantamari, Dr.
Ali Mufadhal Hamudan, Darul Fikr al-Mu'ashir, Beirut.
15. Syarh Diwan al-Hamasah, Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin
Hasan ai-Marzuqi, diterbitkan oleh; Ahmad Amin, Abdus
Salam Harun, Darul Jail, Beirut.
77. Nihay atul Arab fi Fununil Adab, Syihabuddin Ahmad bin Abdul
Wahhab An-Nuwairi, Kementerian Pendidikan dan
Penyuluhan Nasional, al-Muassasah ar-Risalah al-Ammah.
Referensi Balaghah;