Anda di halaman 1dari 5

Naskah Drama

Masa Kolonial Belanda Menyerang Aceh

Tokoh & Pemeran:


1. Cut Nyak Dien - Narator -
2. Cut Gambang ( Anak C.N.D. ) -
3. Teuku Umar -
4. Pasukan Aceh -
5. Pasukan Belanda -
6. Jan van Swieten ( Jenderal Belanda ) -
7. Pang Laot -

Adegan :

Cut Nyak Dien/ Narator : “Tanggal 26 Maret 1873, Kerajaan Belanda menaklukan perang kepada
Kerajaan aceh. Perang yang berkencambuk terus menerus selama puluhan tahun adalah perang yang
terlama dan terpanjang dalam sejarah Kolonial Belanda.”
Cut Nyak Dien/ Narator : “Setelah mereka menghancurkan Lampadang tempat kelahiran ku.. Akhirnya
lampisan mereka bakar. Kejadian ini mengingatkanku kembali, pada saat Jenderal Jan van Swieten
membakar Masjid Raya tercinta.. Sejak saat, itu tanah aceh dikotori oleh musuh dan ketawa manusia-
manusia yang tidak pernah mengerti.. Betapa cinta kita kepada Tanon Agronyo.. Yang telah banyak
memberi. Hijrah Kalinyo adalah istiqomah dan keyakinan. Berjuang melawan KP-KP Penjajah
merupakan bagian dari keimanan”

Orang Mbara semangat : “Hari ini kalian datang kesini untuk syahid bersama ku! Hari ini kita datang
untuk merebut kekuasaan kita, Hak kita yang sudah dirampas oleh penjajah banjingan itu. Mungkin
nyawa adalah taruhannya, tetapi kita merdeka selamanya. Disini kita ada 3 pilihan, Bersumpah dan mati
syahid, Perang dengan gagah mengikuti Kapten, Atau diam seorang diri seperti seorang pengecut.

Orang Membara Semangat : “Allahu Akbar.. Allahuakbar, serang! Bunuh penjajah.”

Jan van Swieten : “Ingat tujuan kita hanya Teuku Umar, jangan sampai meleset.”

(Lari bla bla bla, trus Umar matik ada yang liat di angkat.)

Prajurit Aceh : “Umar!”


Prajurit Aceh : “Bertahan lah Umar!”

(Umar ditaruh.)
Prajurit Aceh : *Memukul pundak Umar.* (Serah mau ngelakuin apa.)

(Umar diangkat, bla bla bla.)

Pang Laot : “Bagaimana kalau kita menyerang mereka Cut Nyak? Kita Dapa-”

Cut Nyak Dien “Tidak semudah itu..Mereka punya senjata.. Mereka punya kekuasaan.. Uang.. Dan
segalanya..”
Cut Nyak Dien : “Kecuali Iman.. Dibiasakan untuk bersabar..”
Cut Nyak Dien : “Mulai saat ini kita harus pandai berperang terang di tempat di tempat gelap, Dan
bergelap-gelap di tempat terang. Ingat. Alam lebih dekat dengan kita.. Pancing mereka menyeberangi
bukit terjal. Dan disini medan kita.”

Pang Laot : *mengangguk sembari menatap sekelilingnya.*

(Sinyal ada belanda.)

Cut Nyak Dien : “Pang Laot! Coba pelajari peta ini.”

*Memberikan Peta, Pang Laot mengambilnya*

(Ada segerombolan serdadu, perang trus ada penghianat. Si Penghianat digeret sama salah satu pasukan
aceh ketemu Cut Nyak Dien.)

Cut Nyak Dien : “Teuku macam apa kau ini..”

Penghianat : “Heh.. Apa yang akan kamu lakukan, Hm?”

Cut Nyak Dien : “Tch.. Pembalik Kaum!”

*Di tusuk si penghianat ya :v*

Cut Nyak Dien/ Narator : “Setelah beberapa serdadu belanda dan pengkhianat di kirim ke neraka oleh
Cut Nyak dan pasukannya. Perjuangan terus berlanjut. Kemerdekaan begitu mahal.. Ditambah lagi
dengan pengkhianatan-pengkhianatan yang dilakukan oleh Jiwa-jiwa yang tidak pernah mengerti akan
artinya kemerdekaan! Terlebih perjuangan mempertahankan kepercayaan kita.”

Pang Laot : “Jendral. Aku kesini hanya ingin bernegosiasi..”


*Melemparkan peta itu ke meja.*

Jan van Swieten : “Oh? Tumben.. Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan hm?”

Pang Laot : “Tetap diingat, aku datang kemari hanya karena kesehatan Cut Nyak Dien. Pemimpin kami
mempunyai kondisi yang sangat mengkhawatirkan.. Aku mohon. Ketika beliau sudah berada di tangan
kalian.. Berikan dia tempat dan makanan yang layak, sebagai layaknya seorang pemimpin. Jangan sampai
pernah kau pisahkan Cut Nyak dari Nangroe dan Rakyatnya.. Aku tidak mau mendengar kalian
melakukan tindakan pembuangan..”

Jan van Swieten : “Mengapa saya harus melakukan itu? Anda siapa menyuruh saya begitu? apa.. Anda
tidak Ingat dimana tempatmu berada.. Wahai prajurit?”

Pang Laot : “Jaga omongan mu.”

Jan van Swieten : “Seharusnya anda yang berjaga-jaga, prajurit.. Ingat itu. Anda tidak ingin bernasib
sama dengan mantan pemimpin anda itu.. Kan?”

Pang Laot : …

Jan van Swieten : “Aku tidak bisa menyalah kan mu sih, Otakmu terlalu ampas untuk bisa mengelola
informasi itu.”

Pang Laot : “Aku akan memberikan Informasi apapun yang kalian Inginkan, Kalian boleh menangkap
Cut Nyak Dien.. Dengan imbalan kesehatan Cut Nyak Dien. Itu saja. aku sama sekali tidak meminta
apa-apa.”

Jav van Swieten : “Heh.. Lucu ya?.. Hal ini membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang bijak.
Saya Ingin mengatakan, Dengan segala ketulusan hati.. Saya punya perasaan. mungkin Otak ampas
Anda tidak dapat mengetahui fakta ini, tetapi.. Saya terlibat penuh dalam pengambilan keputusan ini,
And saat ini pas sekali saya juga sangat prihatin dengan dengan keadaan Cut Nyak.. And saya menyadari
bahwa kedudukan saya saat ini.. Membutuhkan keputusan akhir.”
*Mengambil peta itu.*
Jan van Swieten : “Pang Laot. Saya bersumpah atas gelar saya, saya akan menepati janji anda sebagai
seorang perwira..”

NPC : “Belanda Menyerang!! Belanda Menyerang!!”

(Cut Nyak digotong. terus di taruh.)


Cut Nyak Dien : “Lailahailallah.. Laa ilahailallah.. Aku tidak mau kejadian seperti Pang Laot terulang
lagi.. ITU MUSUH KITA YANG PALING BESAR!.. Kalau ada dari kalian yang imannya goyah seperti
dia.. Aku Ikhlaskan kalian untuk PERGI! SEKARANG JUGA. Yang mau tinggal bersama ku disini
hanya ada satu pilihan.. Perang atau Mati!”

Cut Gambang : “Cut Nyak… Aku ingin tetap bersamamu Cut Nyak..”

Cut Nyak Dien : “Gambang.. Ini bukan tempatmu yang benar..”

Cut Gambang : “Tetapi aku tetap Ingin bersamamu Cut Nyak..”

Cut Nyak Dien : “Ini belum waktunya Gambang.. Masih ada tugas lain yang harus engkau lakukan..
Bergabunglah dengan keluarga tiro di tangse.. Dan beritahukan tentang kami disini. Biar aku sendiri
yang melenyapkan Penghianat Itu. Kau harus ikhlaskan aku Nak.. Pergilah bersama mereka, Ini
perintahku sebagai Ibu mu dan pemimpinmu.. Pergilah! Bangkitkan semangat pejuang!”

(Perang, meninggoy. pasukan belanda menang :v .)

Cut Nyak Dien : “Allahuakbar.. Allahuakbar..”

Jan van Swieten : “Maaf atas kedatangan saya, Cut Nyak. Nama saya Kapten Jan van Swieten dan saya
mendapat perintah untuk menjemput.”
Jan van Swieten : “Cut Nyak?, Cut Nyak?? Apakah Cut Nyak mendengar saya?”

Pang Laot : “Cut Nyak.. Droeneuh salah paham.. Ini demi kesehatan Droeneuh, Cut Nyak.. Ini demi
keselamatan Droeneuh..”

Cut Nyak Dien : “Pengkhianat!” *Menepis Pang Laot jatuh.*


Cut Nyak Dien : “Ini kekalahan ku yang paling besar!
Cut Nyak Dien : “Pang laot! Pang Laot! Pang Laot!” *Berusaha memukul/ menusuk pedang ke Pang
Laot.*

Anak Random : eh mamak Cut Nyak le! (Ga tw sumpah. Btw itu terusin sampe selesai di peluk.)

Prajurit Belanda : *Mencoba menghalang anak itu, Memegang pergelangan tangan dan pundak anak
itu.*

Jan van Swieten : “Biarkan.”

Prajurit Belanda :*Melepaskan genggamannya*

(Anaknya tetap maju terus meluk Cut Nyak,)


Cut Nyak Dien : “Aku tidak akan pernah berhenti..”

Jan van Swieten : “Persiapkan kepulangan kita segera!”

Pasukan Belanda : “Siap kapiten!

(Cut Nyak diangkat.)

Cut Nyak Dien/ Narator : “Ya.. Itu benar. Pang Laot mengkhianati ku.. Pada akhirnya mereka
mengasingkan ku ke tanah sunda. Jauh dari tanah Nanggroe.. Mungkin perang telah berakhir dengan
kekalahan.. Akan tetapi bagiku perang masih jauh dari selesai. Aku Cut Nyak Dien, Perempuan aceh
yang tetap merdeka. Yang tidak akan tunduk pada siapa pun. apalagi yang menganiaya bangsa ku..”

TAMAT- eheq.

Anda mungkin juga menyukai