Anda di halaman 1dari 3

KABUT PERANG

tjoet njak meutia merupakan sosok yang dikenal dalam kronik perang aceh melawan belanda. Ia dikenal
sebagai pahlawan pemberani dan memiliki semangat juang yang tinggi serta tekad kuat untuk
mengenyahkan para penjajah. Tjoet njak meutia bertempur melawan belanda bersama suaminya teuku
muhammad atau lebih dikenal dengan teuku tik tunong. Mereka bersama sama melelui perjuangan yang
panjang. Namun pada akhirnya teuku tjik tunong ditangkap oleh pihak belanda pada bulan maret tahun
1905. Teuku tjik kemudian di jatuhi hukuman mati oleh belnda di tepi pantai lhokseumawe. Sebelum
meninggal ia memberikan wasiat pada pang nanggroe dan tjut njak meutia .

(jeruji besi milik belanda)

teuku tjik tunong :“pang nanggroe, tjut njak meutia terima kasih kalian telah mengunjungiku. Ada satu
hal yang ingin aku sampaikan kepada kalian”

tjoet njak meutia : “ada apa kakanda? Apa yang ingin kau sampaikan, ingatlsh waktumu tidak tersisa
banyak. Aku cukup sedih melihat dikau yang terduduk menunggu ajal”

teuku tjik tunong : “ tjoet nyak janganlah kau bersedih,aku tak takut bila nanti ajalku datang. aku ikhlas
memperjuangkan tanah rencong tercinta ini. Kumohon ada satu permintaan yang perlu kau dan pang
memenuhinya”

lantas pang nanggroe pun bertanya “wahai sahabtku, apa permintaan yang hendak kau ajukan padaku?
Selagi aku bisa memenuhinya, insyaallah dengan nama allah aku akan memenuhi permintaan
terakhirmu.”

Teuku tjik tunong “ kau tau sahabtku, sebentar lagi diriku akan meninggalkan dunia ini. Aku mohon kau
menikah dengan istriku dan jagalah anakku teuku raja sabi. Jikalau mereka ada yang menjaga, maka
diriku akan tenang dalam peristirahatanku.”

Tjoet nyak meutia “kakanda apa yang kau katakan??/ aku tidak akan pernah mengkhianatimu!! Aku
sangat mencintai dirimu”

Teuku tjik tunong “ bukan begitu dinda, kau tau umurku tidak lama lagi. Aku mohon menikahlah dengan
sahabat ku pang nanggroe agar kelak diriku dapat tenang”

Tentara belanda “ teuku tjik sudah cukup pembicaraannya, sekarang waktunya kembali”

Melihat hal itu, tjoet njak meutia menangis sejadi jadinya, Ia tak kuasa melihat suminya yang akan di
hukum mati oleh belanda.raut wajah yang sudah dibasahi peluh keringat, pergelangan tangan yang
membiru menandakan kuatnya tali pengikat. Tibalah hari dimana teuku tjik meninggalkan dunia ini.

Satu hal yang ingin tjoet persembahkan suaminya, dengan terpaksa tjoet nyak meutia menikah dengan
pang naggroe. Awal pernikahan tjoet seketika merasa bersalah pada pang nanggroe, karna pernikahan
mereka tidak di dasari cinta. Sewaktu waktu ia bertanya kepada dirinya ‘apakah aku pantas menikahi
sahabat suami ku sendiri?’ namun perasaan gundah yang datang tiba tiba, di tepis secepatnya. Ia tau ia
tidak bisa terlarut dalam kesedihan masih ada perjalan hebat yang harus ia perjuangkan demi
menyelamatkan tanah rencong tercinta ini.

Lima tahun sudah usai kematian suami pertama tjoek nyak meutia, hari demi hari tjoet bersama suami
keduanya menyusun berbagai strategi guna untuk melawan belanda. Mereka kerap menguasai berbagai
pertahanan dalam medan pertempuran. Hingga suatu hari mereka bergabung bersama pasukan
pimpinan teuku muda gantoe.

Teuku muda gantoe “selamat datang tjoet njak meutia dan pang nanggroe, kami disini menyambut
hangat kedatangan kalian berdua. Semoga dengan bergabungnya kalian bangsa belanda enggan
manapakkan kakinya lagi di tanah rencong kita”

Pang nanggroe “terima kasih teuku, kami akan mengorbankan jiwa raga demi menyelamatkan tanah
rencong kita”

Teuku muda gantoe “ baiklah, perlu kalian ketahui menurut informan ku pasukan belanda yang dipimpin
oleh korps akan datang menyerang kita, namun aku sudah membuat brbagai jebakan agar mereka
terlabui”

Teuku muda gantoe menceritakan secara detail tentang strategi yang telah ia bntuk. Namun ketika
teuku muda sedang menjelaskan, terdengar suara dentuman yang sangat kuat dari sebelah timur.
Seketika semua orang menjadi panik, tjoet njak meutia langsung mengamankan para wanita dan anak
anak ke dalam hutan. Sedangkan pasukan teuku muda gantoe dan pang nanggroe berlarian menghadapi
musuh. Tjoet njak meutia merasa resah dikala ia berlari ke dalam hutan, ia memutuskan untuk kembali
ke tempat peperangan terjdi. Ia berpesan pada anaknya “teuku raja sabi, dengarkanlah aku, jagalah para
anita dan anak anak nya, jangan kau biarkan mereka terluka. Lindungilah mereka walau nyawa menjadi
taruhan. Aku tidak bisa hanya berdiam diri disini, aku harus membantu ayahmu.”

Teuku raja sabi “ ibu, sebelum kau pergi kumohon agar kau dapat kembali lagi kesini”

Mendengar hal itu tjoet njak meutia hanya tersenyum getir, ia tak berani berjanji pada anaknya. Tjoet
njak meutia langsung berlari meninggalkan anaknya. Samapai di medan pertempuran, tjoet njak meutia
yang hanya di temani oleh sebilah rencongi tak surut dalam menghunus pedang ia begitu gentar dalam
melawan musuh. Namun tjoet njak dan pang nanggroe samakin terdesak, tiba tiba suara bidikan
menembus rungu setiap yang mendengar, pang nanggroe tertembak tepat di bagian dada. Melihat hal
itu, tjoet njak meutia bergetar menyaksikan suami keduanya mati di hadapannya. Kedua kali suaminya
meninggal di tangan belanda. Dengan tangisan ia langsung memeluk suaminya, di akhir kalimat
suaminya mengucpkan kalimat syahadat. Para pejuang sedih, kehilangan sosok teman perjuangan.
Dengan amarah yang terkobar, perjuangan tjoet njak dhien tidak sampai disini. . Ia terus melawan para
tentara belanda, dalam hatinya saat ini terkobar amarah yang sangat besar. Sudah banyak orang orang
yang ia sayangi mati demi melawan belanda. hal ini membuat tjoet njak semakin semangat dalam
mengayunkan rencongnya tepat di dada musuh. Hingga akhirnya ia tersudut, tak bisa bergerak kini
pergerakannya di kunci oleh pihak belanda. Dengan sebilah rencong di tangan, ia berusaha payah
melawan, namun hal itu sia sia hingga detik detik akhir keadaan menjadi gelap. Ternyata sebuah peluru
telah tertancap di sebelah kiri dadanya. Di akhir hayatnya ia tidak menyesal karena telah gugur dalam
mempertahankan tanah rencong tercinta.

Tamat

Anda mungkin juga menyukai