Anggota:
1. Akram Zabyan sebagai Jendral I
2. Amelia Kellyane sebagai Christina Martha Tiahahu
3. Anas Alifa sebagai Warga desa II
5. Aryo Dewantoro sebagai Kapitan Pattimura
7. Aurel Devi sebagai Tentara Wanita II
9. Daniel Risky sebagai Jendral II
11. Eva Listia Ningrum sebagai Pedagang I & Lucas Latumahina
12. Fabian trysha sebagai Rakyat I
13. Fadillah Dini Rasasti sebagai Warga desa III
18. Harven Synthia sebagai Warga desa I
21. Indah Febriyani seabagai Pelayan 1
22. Jennifer Margareth sebagai Noni Belanda
23. Kenzie Raffa Ardhana sebagai Raja Booi
24. Khalisa Rajwa sebagai Warga desa IV
29. Nararya Ardhana sebagai Mayor Beetjs
30. Nur fakir sebagai Thomas Pattiwwail
34. Tiara Khansya sebagai Pedagang II
36. Tsabitah Zahabiyya Haifa sebagai Tentara I
38. Yofan Ayasa sebagai Residen Van der Berg
Warga Desa In Frame, Narator In Frame
Narator : Pulau Maluku, Indonesia, pulau yang indah dipenuhi berkat Tuhan yang sangat
melimpah. Para warga hidup dengan nyaman dan tentram menjalannkan kehidupan mereka
sehari-hari,
Warga Desa 2 : Hey, rempah apa saja yang ale dapatkan hari ini?, Beta lihat-lihat hasil
kebun hari ini banyak sekali, terutama cengkeh dari kebun ale segar-segar sekali!
Warga Desa 1 : Iya hasil kebun hari ini sungguh luar biasa sekali, sungguh panen cengkeh
terbaik yang pernah beta dapatkan! Beta sedang bersihkan lalu sebentar lagi akan beta
tukarkan dengan pedagang lain
Warga Desa 1 : Iya ini telah siap, bagaimana dengan ikan-ikan yang telah kami pesan?
Warga Desa 4 : Betul sekali, Tanah Maluku ini memang hebat menyediakan kebutuhan kita
Warga Desa 2: Memang Tuhan tak pernah pelit membag8ikan berkat-Nya ke pulau Maluku
kita ini”
Warga Desa 1: Kekayaan alam yang melimpah di adrat maupun laut, sungguh luar biasa
Narator : Namun pada tahun 1816 Belanda kembali berkuasa di Maluku. Rakyat Maluku
hidup menderita akibat penindasan Belanda. Kekayaan alam Maluku dikuras habis oleh
Belanda.
Musik Mencekam
Para Penjajah (Pria & Wanita) In Frame
Para Penjajah : //membuat kacau & merampas rempah dari para pedagang//
((Situasi berantakan, dan pedagang berusaha mempertahankan rempah tersebut))
Pedagang, Warga Desa 1 & 2 Out Frame dengan panik
Tentara wanita 1: Diam dan ikuti kami! //membawa warga desa 3 & 4 keluar//
Clear Stage
Musik Selingan
Narator : Namun rakyat Maluku tidak tinggal diam akan kejadian semena-mena yang
dilakukan para penjajah, mereka ingin melawan. Untuk itu mereka berkumpul dan melakukan
sebuah rapat rahasia di hutan Saparua.
Rakyat Maluku 1 : Hai Bung & Tuan semua, apakah kalian ingin seperti ini selamanya
diperlakukan oleh Belanda dengan seenaknya ?
Rakyat Maluku 2 : Beta sudah muak dengan sikap para penjajah itu, beta ingin melawan!
Kapitan Pattimura : Cukup Raja Boi! Kita tak cukup hanya punya rasa ingin saja, kita
butuh hal yang nyata untuk bertindak, bukan hanya amarah semata.
Narator : Thomas Matulessy atau sering disebut Kapitan Pattimura adalah seseorang yang
menjadi pemimpin pada penyerbuan di Maluku. Ia pun juga ikut berdiskusi merancang
perlawanan yang akan dilaksanakan esok hari.
Kapitan Pattimura : Baik, kita akan menyerang pos-pos Belanda bersama seluruh rakyat
Maluku pada tanggal 15 Mei esok hari
Thomas Pattiwwail : Pattimura, beta akan mempersiapkan peralatan dan senjata untuk
penyerangan besok
Music Mencekam
Narator : Kapitan Pattimura dan seluruh rakyat Maluku menyerang pos Belanda. Pada
penyerangan tersebut mereka berhasil menangkap Residen Van Den Berg beserta
keluarganya. Namun, pada akhirnya residen tersebut dibebaskan kembali ke benteng.
Kapitan Pattimura : Untuk apa saya lepaskan seorang pengerat seperti ale!
Residen Van Den Berg : Saya bukanlah pengerat, saya hanya mendapat perintah. Saya
berjanji akan memberhentikan tindak-tanduk prajurit saya asal lepaskan saya!
Kapitan Pattimura : Dengan alasan apa saya dapat percaya dengan ucapanmu?
Residen Van Den Berg : Saya telah berjanji, jika terjadi lagi silahkan datang dan bunuh
saya!
Kapitan Pattimura : Baiklah, saya pegang kata-katamu. Sekarang pergi dan jangan pernah
menyentuh kami ataupun rempah kami sedikitpun!
Residen Van Den Berg : Terima kasih atas belas kasihanmu, tapi teramat bodoh kau
mengasihani orang berkuasa seperti saya!
Lucas Latumahina : Kapitan kenapa ale lepaskan mereka? Apa ale terlalu lugu sampai dapat
terperangkap mulut manis penjajah itu?
Kapitan Pattimura : Tenang saja, ini baru awal. Beta tak terlalu bodoh untuk mengendus
penjilat semacam tikus itu. Besok kita akan menyerang benteng Duurstede.
Narator: Belanda membuat pertemuan dengan Raja Boi di kerajaan dan di setujui oleh Raja
Boi. Akhirnya pertemuan dilaksanakan di ruang pertemuan kerajaan boi
Jendral 1: Permisi baginda raja maksud kami datang kesini adalah ingin mengajak kerajaan
Boi menghancurkan pasuka patimura
Raja Boi: Lancang sekali kalian datang kesini dan mengajak ku menghancurkan bangsa ku
sendiri
Jendral 1: Mohon tenang baginda kami disini juga ingin menawarkan bantuan untuk baginda
Jendral 2: Kami ingin memberikan hak 50% keuntungan dari monopoli yang kami lakukan
di kerajaan baginda juga di tanah Maluku
Jendral 1: Iya betul yang mulia dengan begitu kerajaan Boi bisa semakin berkembang
dengan pesat
Raja Boi: Pelayan siapkan minuman untuk para tamu tamu terhormat kita ini
Pelayan 1: Baik, baginda raja, minuman apa yang layak ku berikan bagi mereka?
Jendral 1: Saya sangat berharap bisa membantu kerajaan Boi semakin besar baginda
Raja Boi: Tapi aku tidak bisa memberikan pasukan ku atau senjata yang ku miliki dalam
pertempuran kalian
Jendral 1: Tenang saja Baginda masalah itu sudah bisa kami atasi
Jendral 1: Betuk baginda kami perlu tau betul apa rencana mereka dalam menyerang kami
Raja Boi: maksudmu aku harus mencari tau rencana mereka lalu membocorkannya kepada
kalian
Jendral 1: apapun cara yang baginda lakukan kami serahkan sepenuhnya kepada baginda
Raja Boi: baiklah aku akan lakukan apa jaminan nya aku mendapatkan apa yang kau
janjikan?
Jendral 2: kami akan memberikan jaminan uang ini tuan
Clear Stage
Music selingan
Narator : Penyerbuan kedua jatuh pada tanggal 16 Mei 1817. Pasukan Kapitan Pattimura
menyerang benteng Duurstede. Benteng dapat dikuasai dan semua tentara Belanda ditangkap
termasuk Residen Van Den Berg , istri, dan dua anaknya tewas sesuai dengan janji yang telah
Residen Van Den Berg ucapkan sendiri.
Kapitan Pattimura : Merdeka! Merdeka! Kita berhasil, kita menang, kita menang!!
Narator : Pada tanggal 20 Mei 1817 tibalah pasukan Belanda di Saparua yang dipimpin
Mayor Beetjes, mereka berusaha merebut kembali benteng Duurstede dari tangan Kapitan
Pattimura dan rakyat Maluku.
((Berteriak marah))
Lucas Latumahina: Hey Pattimura, para pasukan Belanda telah datang untuk melakukan
balas dendam yang telah kita lakukan di benteng Durstude
Lucas Latumahina : Benar Kapitan, mereka datang ingin merebut kembali benteng
Duurstede ini.
Mencekam
Mayor Beetjes : Hei Pattimura, kami datang ingin merebut kembali Benteng Duurstede!
Kapitan Pattimura : Tidak! Tidak akan kami perbolehkan kau merebut benteng ini! Pergi
sana kau dengan antek-antek penjajah itu keluar dari Tanah Maluku kami!
Mayor Beetjes : Kami tidak akan menyerah sampai kami dapat merebut benteng
Mayor Beetjes Out Frame
Narator : Akhirnya Mayor Beetjes bersama para tentaranya pergi meninggalkan Benteng
Duurstede . Keesokan harinya, dengan rasa marah Mayor Beetjes berusaha merebut kembali
benteng Duurstede tetapi Kapitan Pattimura melakukan perlawanan. Pasukan Belanda dapat
dikalahkan dan Mayor Beetjes mati tertembak. Untuk itu selama tiga bulan benteng
Duurstede dikuasai Kapitan Pattimura dan rakyat Maluku.
Narator : Berselang dari kejadian itu, akhirnya Belanda membuat suatu rencana untuk
mengalahkan Kapitan Pattimura tanpa menggunakan pasukan bersenjata. Ya, dengan
perundingan.
Perwakilan Belanda : Pattimura, maukah anda memberikan benteng ini kepada kami dan
sebagai balas budi kami akan memberikan lima keping gulden.
Kapitan Pattimura : Beta sudah pernah katakan, tidak akan saya berikan benteng ini
sedikitpun walau anda memberikan 5 atau 10 atau sebongkah emas pun.
Perwakilan Belanda: Akut tidak terima, kami akan tetap melakukan penyerangan
Narator : Perundingan dengan Kapitan Pattimura tidak berhasil dan berangsur alot sehingga
Belanda memutuskan untuk memberhentikan perundingan tersebut.
Jendral 1: "Percuma kalian melawan kami, kalian hanyalah rakyat bodoh yang melawan
kami"
Martha: "jangan dengarkan penjajah itu! Ini adalah tanah kami! Tanah Maluku Indonesia!
Jendral 2: "Jadi seperti itu pilihan kalian, lihatlah persenjataan kalian, kalian tidak akan
pernah menang persenjataan kami yang jauh lebih modern, SERANG!"
Martha: "terus, maju pantang mundur!" (not melodi lagu pantang mundur)
Melodi lagu Pantang Mundur dengan mencekam (suara tembakan & perang)
(( Jendral 1, Jendral 2, Martha, Rakyat 1, Rakyat 2, Tentara wanita 1, Tentara wanita 2
melakukan peperangan))
Narator : Kapitan Pattimura dan rakyat Maluku mundur, akhirnya Belanda dapat menguasai
Benteng Duurstede kembali. Serangan Belanda tersebut menyebabkan pasukkan Pattimura
semakin terdesak. Banyak daerah yang jatuh ke tangan Belanda .Para pemimpinnya juga
banyak yang tertangkap yaitu Anthony Rhebok, Thomas Pattiwael, dan Lucas Latumahina.
Kapitan Pattimura sendiri akhirnya tertangkap di Siri Sori yang kemudian dibawa ke Saparua.
Music Sedih
Rakyat 1: “Ayo kita segera kumpulkan warga desa untuk mencari mereka”
Clear Stage
Kapitan Pattimura : Apa yang kau inginkan dariku? Ingin membalaskan dendam? Apakah
tak cukup sadar kalian semua sedang berbuat apa di negeri orang?
Tentara Belanda : Cukup Kapitan, kami hanya ingin bekerja sama denganmu, itu saja. Apa
kau mau?
Kapitan Pattimura : Untuk apa? Untuk apa beta bekerja pada tikus pengerat seperti kalian!
Untuk apa beta menghamba pada yang mencuri dari lumbung rempah beta!
Tentara Belanda : Keras sekali tekadmu itu, tapi Kapitan itu semua akan sia-sia. Sekali lagi
ku sampaikan apa kau mau bekerja sama dengan kami menguasai Maluku?
Kapitan Pattimura : Lebih baik mati daripada menjabat tangan kotor kalian itu!
Tirai
Narator : Pada tentara Belanda merencanakan penggantungan Kapitan Pattimura. Tepat pada
tanggal 16 Desember 1817 Kapitan Pattimura digantung di depan Benteng Victoria Ambon
oleh para tentara Belanda, atas penolakannya bekerja sama dengan mereka.
Belanda : Pattimura apa yang kau ingin sampaikan kepada rakyat Maluku sebelum kami
gantung kepalamu beserta semangatmu yang hampir habis itu!
((Martha POV))
Narator: Sedangkan Martha Tiahahu tidak ikut dibunuh. Belanda yang berpikir bahwa usia
Martha terlalu muda, mereka memilih untuk menahannya. Tetapi selama di tahan Martha
menolak untuk makan, sehingga membuat dirinya lemah.
Martha monolog
Noni Belanda: “Ini makanan mu, bersyukurlah kau masih dikasih hidup”
Martha: “Tidak sudi aku memakan makanan pemberian seorang penjajah sepertimu”
Noni Belanda: “Dasar tidak tahu untung”
Narator: Setelah sekian lama Martha menolak untuk makan, Martha akhirnya menembuskan
nafas terakhirnya karena mati kelaparan. Kemudian untuk menghindari perlawanan dari
rakyat maluku atas kematian Martha, Belanda memutuskan untuk membuang jasad Martha ke
laut Saparua.
Noni Belanda: “Bangun Martha, sepertinya dia sudah mati” //sambal menendang Martha//
Clear stage
Music selingan
Noni Belanda: “Jendral saya ingin melaporkan bahwa Martha yang kita tangkap telah mati”
Jendral 1: “Ohh begitu… aku berpikir lebih baik jasadnya kitab uang ke tengah Laut Saparua
agar tidak mengundang keributan oleh warga sekitar dan agar rakyat Maluku tidak
melakukan perlawanan kembali”