Anda di halaman 1dari 11

PERATURAN

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA


NOMOR : 73/IAK/Per/10/2007

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERAPAN


PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 34/M-IND/PER/4/2007
TENTANG
PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KACA PENGAMAN UNTUK
KENDARAAN BERMOTOR SECARA WAJIB

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan penerapan dan pengawasan


SNI Kaca Pengaman Untuk Kendaraan Bermotor Secara Wajib,
maka berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 34/M-
IND/PER/4/2007 tanggal 17 April 2007 tentang Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia Kaca Pengaman Untuk Kendaraan
Bermotor Secara Wajib, perlu disusun Peraturan Direktur
Jenderal Industri Agro dan Kimia tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Penerapan dan Pengawasan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Kaca Pengaman Untuk Kendaraan Bermotor
Secara Wajib;
b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Peraturan Direktur Jenderal
Industri Agro dan Kimia;
Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 73/M Tahun 2005
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pejabat Eselon I di
Lingkungan Departemen Perindustrian;
2. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 34/M-IND/PER/4/2007
tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kaca
Pengaman Untuk Kendaraan Bermotor Secara Wajib;
3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/3/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

PERTAMA : Memberlakukan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerapan dan


Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kaca Pengaman
Untuk Kendaraan Bermotor Secara Wajib sebagaimana yang
dimaksud dalam Lampiran Peraturan ini sebagai pedoman dalam
pemberlakuan SNI Kaca Pengaman Untuk Kendaraan Bermotor
Secara Wajib.

KEDUA : Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal 17 Januari
2007.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Oktober 2007

DIREKTUR JENDERAL

BENNY WAHYUDI

Salinan Peraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada :


1. Menteri Perindustrian;
2. Menteri Perdagangan;
3. Menteri Pekerjaan Umum;
4. Direktur Jenderal Bea & Cukai, Departemen Keuangan;
5. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan;
6. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan;
7. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian;
8. Kepala Badan Standardisasi Nasional;
9. Kepala Dinas yang bertanggung jawab di bidang Perindustrian
di Propinsi/Kabupaten/Kota;
10. Kepala Balai di lingkungan Departemen Perindustrian.
----------------------------------------------------------------------------------------------
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA
NOMOR : 73/IAK/Per/10/2007
TANGGAL : 22 Oktober 2007

PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN PENERAPAN DAN PENGAWASAN
STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
KACA PENGAMAN UNTUK KENDARAAN BERMOTOR SECARA WAJIB

1. BAB I : KETENTUAN UMUM


2. BAB II : LINGKUP PEMBERLAKUAN SNI KACA PENGAMAN UNTUK KENDARAAN
BERMOTOR SECARA WAJIB
3. BAB III : TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI
4. BAB IV : TATA CARA MEMPEROLEH SURAT PENDAFTARAN JENIS KACA PENGAMAN
5. BAB V : TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI
6. BAB VI : TATA CARA MEMPEROLEH SURAT PENDAFTARAN BARANG (SPB)
7. FORMAT : a. FORMAT - 1 (Formulir Isian Permohonan Surat Pendaftaran Jenis
Kaca Pengaman Untuk Kendaraan Bermotor)
b. FORMAT - 2 (Surat Pendaftaran Jenis Kaca Pengaman )
c. FORMAT - 3 (Permohonan Pendaftaran Barang yang Diawasi)
d. FORMAT - 4 (Berita Acara Pengambilan Contoh)
8. LAMPIRAN : a. LAMPIRAN - 1 (Alur Proses Memperoleh SPPT SNI)
b. LAMPIRAN - 2 (Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 34/M-IND/PER/4/2007)
RANCANGAN PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN SNI KACA PENGAMAN
SECARA WAJIB

BAB I
KETENTUAN UMUM

1.1. Menteri adalah Menteri Perindustrian.

1.2. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) kaca pengaman adalah
Sertifikat yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) kepada pelaku
usaha yang mampu memproduksi kaca pengaman sesuai persyaratan SNI.

1.3. Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka
penerapan manajemen mutu menurut SNI 19-9001-2001 atau ISO 9001-2000
atau revisinya atau sistem manajemen mutu lainnya.

1.4. Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) adalah lembaga yang telah diakreditasi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau yang ditunjuk oleh Menteri untuk
melakukan kegiatan sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI.

1.5. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) adalah lembaga yang telah diakreditasi
oleh KAN atau Badan Akreditasi yang telah melakukan perjanjian saling pengakuan
(MRA) dengan KAN untuk melakukan kegiatan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu.

1.6. Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN atau
Badan Akreditasi yang telah melakukan perjanjian saling pengakuan (MRA)
dengan KAN atau yang ditunjuk oleh Menteri untuk melakukan kegiatan pengujian
terhadap contoh kaca pengaman sesuai dengan spesifikasi dan metode uji SNI.

1.7. Sertifikat Hasil Uji (SHU) adalah sertifikat hasil pengujian atas contoh kaca
pengaman menurut spesifikasi, metode uji atau standar tertentu yang diterbitkan
oleh Laboratorium Penguji.
1.8. Surat Pendaftaran Jenis Kaca Pengaman adalah surat yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia sebagai bukti bahwa jenis kaca
pengaman yang akan diproduksi atau diimpor telah didaftarkan dan sesuai dengan
penerapan tanda SNI.

1.9. Surat Pendaftaran Barang (SPB) adalah surat yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan yang telah diberikan
kepada importir yang telah mendaftarkan kaca pengaman yang akan diimpor.

1.10. Perjanjian Saling Pengakuan, Mutual Recognition Arrangement atau Mutual


Recognition of Approval (MRA) adalah kesepakatan yang dilakukan oleh KAN
Indonesia dengan badan akreditasi negara lain untuk saling mengakui atau
menerima beberapa atau keseluruhan aspek dalam hal hasil-hasil penilaian
kesesuaian.

BAB II
LINGKUP PEMBERLAKUAN SNI WAJIB KACA PENGAMAN

2.1. Pemberlakuan SNI Kaca Pengaman Secara Wajib terhadap 2 (dua) jenis kaca
pengaman yang meliputi :

No. Jenis Kaca Pengaman No SNI No HS


Kaca Pengaman Diperkeras
1. SNI 15-0048-2005 7007.11.10.00
untuk Kendaraan Bermotor
Kaca Pengaman Berlapis
2. SNI 15-1326-2005 7007.21.10.00
untuk Kendaraan Bermotor

2.2. Penerapan secara wajib Peraturan Menteri Perindustrian No. 34/M-


IND/PER/IV/2007 tanggal 17 April 2007 tentang Pemberlakuan SNI Kaca
Pengaman untuk Kendaraan Bermotor secara Wajib bagi Jenis produk kaca
pengaman sebagaimana dimaksud pada butir 2.1, yang diproduksi sejak
diberlakukannya Peraturan tersebut.
BAB III
TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

3.1. Pelaku usaha dapat memperoleh SPPT SNI kaca pengaman yang diberlakukan
wajib apabila telah:
a. Memenuhi persyaratan administrasi yang ditetapkan oleh LS Pro, minimal
meliputi :
1). Permohonan SPPT SNI;
2). Izin Usaha Industri (IUI) dengan lingkup yang sesuai dengan produk yang
dimohonkan SPPT SNI-nya;
3). Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Departemen Hukum dan HAM
dengan lingkup yang sesuai dengan produk yang dimohonkan SPPT SNI-
nya atau lisensi dari pemilik merek.

b. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) apabila telah :


1) Memiliki sertifikat Manajemen Mutu SNI 19-9001-2001/ISO
9001:2000/dan revisinya, atau SMM lain dari LSSM yang terakreditasi
oleh KAN, maka LSPro melakukan audit pada klausula yang berkaitan
dengan pengendalian proses produksi dan pengendalian mutu
2) Menerapkan SMM namun belum memiliki sertifikat SMM, maka
LSPromelakukan audit pada seluruh klausula.

c. Memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium Penguji yang :


disertai dengan Berita Acara Pengambilan Contoh (BAPC) dan Label Contoh
Uji (LCU) untuk contoh Uji yang diambil dari aliran produksi oleh Petugas
Pengambil Contoh (PPC) yang ditugaskan oleh LS Pro bersama-sama dengan
penugasan Tim Asesor untuk Audit SMM, sesuai dengan Tata Cara
Pengambilan Contoh sesuai SNI.

3.2. Audit kebenaran dan kecukupan dokumen SMM dilakukan oleh tim asesor untuk
mengevaluasi dokumen SMM apakah memenuhi persyaratan; dan jika tidak
memenuhi persyaratan, maka perusahaan pemohon harus melakukan tindakan
koreksi.

3.3. Bagi perusahaan industri kaca pengaman yang mengajukan permohonan SPPT
SNI dan memiliki lebih dari 1 (satu) unit produksi yang berada pada lokasi yang
berbeda, wajib :
a. Menyatakan semua lokasi pabrik yang akan diajukan untuk mendapatkan SPPT
SIN;
b. Menerapkan sistem manajemen mutu;
c. Menerima penetapan LS Pro tentang lokasi unit poduksi yang akan diaudit.
Proses sertifikasi dapat diwakili oleh salah satu unit produksi yang ditetapkan oleh
LS Pro jika hasil pengawasan dan evaluasi SMM dan mutu produk pabrik tersebut
tidak memenuhi persyaratan, maka hasilnya berlaku untuk semua pabrik.

3.4. Biaya penerbitan SPPT SNI merupakan tanggung jawab yang bersangkutan.

3.5. LS Pro membuat laporan hasil audit SMM dan uji mutu produk dan bila ditemukan
ketidaksesuaian, maka segera diinformasikan ke perusahaan pemohon untuk
melakukan perbaikan. Laporan Audit Sertifikat SMM dan Sertifikat Hasil Uji serta
dokumen lainnya dikaji oleh tim evaluasi LS Pro untuk menentukan keputusan
sertifikasi, terdiri dari :
a. Pemberian atau perpanjangan SPPT SNI bila memenuhi persyaratan sertifikasi;
b. Penundaan pemberian atau perpanjangan SPPT SNI bila belum memenuhi
persyaratan sertifikasi, namun perusahaan pemohon dapat melakukan
tindakan perbaikan; atau
c. Penolakan pemberian atau perpanjangan SPPT SNI, bila tidak memenuhi
persyaratan sertifikasi.

3.6. LS Pro memberitahukan ke perusahaan pemohon tentang SPPT SNI yang telah
diterbitkan, dan melaporkan kepada Kepala Badan penelitian dan Pengembangan
Industri, dan Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian.
3.7. Pengawasan Berkala terhadap SMM dan mutu produk perusahaan pemegang SPPT
SNI dilakukan oleh LS Pro.

BAB IV
TATA CARA MEMPEROLEH SURAT PENDAFTARAN JENIS KACA PENGAMAN

4.1. Perusahaan yang akan memproduksi kaca pengaman yang diberlakukan SNI
wajib, diwajibkan mendaftarkan jenis kaca pengaman yang akan diproduksi atau
diimpor kepada Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen
Perindustrian,dengan cara :

a. Mengajukan permohonan Surat Pendaftaran Jenis Kaca Pengaman

b. Menyampaikan rencana Produksi setiap jenis kaca pengaman per tahun.

4.2. Perusahaan yang akan mengimpor produk kaca pengaman yang diberlakukan
secara wajib SNI-nya diwajibkan mendaftarkan jenis kaca pengaman yang akan
diimpor kepada Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen
Perindustrian, dengan cara :

a. Mengajukan permohonan Surat Pendaftaran Jenis Kaca Pengaman

b. Mengisi Formulir Isian (Format-1) Permohonan Surat Pendaftaran Jenis Kaca


Pengaman, dengan melampirkan :

1). Foto kopi SPPT SNI;

2). Rencana impor setiap jenis kaca pengaman.

4.3. Selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak diterimanya permohonan pendaftaran jenis


kaca pengaman yang telah memenuhi persyaratan secara lengkap dan benar,
Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia menerbitkan Surat Pendaftaran Jenis
Kaca Pengaman (Format-2).

4.4. Bagi perusahaan yang belum memenuhi kelengkapan persyaratan selambat-


lambatnya 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan, Direktur Industri
Kimia Hilir atas nama Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia mengeluarkan
surat permintaan kelengkapan persyaratan.

4.5. Permohonan dinyatakan batal jika dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja
sejak diterimanya surat permintaan kelengkapan persyaratan sebagaimana
dimaksud Butir 4.4. di atas tidak dipenuhi oleh perusahaan pemohon.

4.6. Perusahaan dan importir kaca pengaman diwajibkan untuk menyampaikan laporan
realisasi produksi atau impor dari kaca pengaman dengan jenis yang didaftarkan
kepada Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia setiap 3 bulan.

BAB V
TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

5.1. Perusahaan industri kaca pengaman yang telah memperoleh SPPT SNI dan Surat
Pendaftaran Jenis Kaca Pengaman wajib mencantumkan Tanda “SNI” pada setiap
produk yang mengacu pada PP 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.

5.2. Pencantuman tanda “SNI” kaca pengaman pada setiap produk dengan cara :
ceramic printing, sand blasting atau stiker.

5.3. stiker sebagai pengganti ceramic pinting atau sand blasting merupakan stiker
tanda “SNI” yang ukuran dan desainnya ditentukan oleh Direktorat Jenderal
Industri Agro dan Kimia.

5.4. Stiker dapat diperoleh di Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) dengan
penggantian biaya cetak.
5.5. Pencantuman stiker tanda “SNI” dilakukan oleh produsen dan importir Kaca
Pengaman dan wajib direkatkan pada setiap Kaca Pengaman pada permukaan
yang rata sebelum dipasarkan di Indonesia.

5.6. LS Pro bertanggung jawab dalam pengawasan penerapan tanda “SNI” untuk
masing-masing SPPT SNI sesuai dengan Surat Pendaftaran Jenis Kaca Pengaman
yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen
Perindustrian.

BAB VI
TATA CARA MEMPEROLEH SURAT PENDAFTARAN BARANG (SPB)

6.1. Importir mendaftarkan volume dan jenis kaca pengaman yang akan memasuki
Daerah Pabean Indonesia kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
melalui Direktur Pengawasan dan Pengendalian Mutu Barang dengan mengisi
formulir Permohonan Pendaftaran Barang yang Diawasi (Format-3) dengan
melampirkan :
a. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI yang telah dilegalisir oleh LS Pro.;
b. Dokumen impor berupa packing list, invoice, bill of lading dan Angka Pengenal
Importir (API);
c. Surat Pendaftaran Jenis Kaca Pengaman dari Direktur Jenderal Industri Agro
dan Kimia;

6.2. Apabila dokumen permohonan lengkap, maka dilakukan verifikasi dan selambat-
lambatnya 2 (dua) hari kerja diterbitkan Surat Pendaftaran Barang (SPB) yang
merupakan bukti terpenuhinya SNI sehingga kaca pengaman tersebut bisa
diimpor.
6.3. Apabila permohonannya belum lengkap, maka importir harus melengkapi
selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja dan tanggal pendaftaran dihitung sejak
kelengkapan dokumen diterima.

6.4. Penerbitan atau penolakan SPB oleh Direktur Pengawasan dan Pengendalian Mutu
Barang atas nama Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan disampaikan
kepada importir dengan ditembuskan kepada :
a. Direktur Jenderal Bea dan Cukai up. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
tempat pemasukan barang;
b. Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia up. Direktur Industri Kimia Hilir;
c. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri up. Direktur Pengawasan Barang
Beredar dan Jasa;
d. Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota up. Kepala Dinas yang berwenang di
bidang Perindustrian dan Perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai