Anda di halaman 1dari 32

Kementerian DIREKTORAT JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR

Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 52- 53 Lantal 9 Jakarta 12950 Kotak Pos: 4478 JKSMG
Perindustrian
REPUBLIK INOONES~A Telp.: 0215251127, 0215255509 Ext 4003 Fax.: 0215252978

Se at Drrektorat Direktorat Direktorat Direktorat


Ditjen BIM lnd.Material Dasar Logam lnd.Kimia Dasar lnd.Kimia Hilir Ind. Tekstil &Aneka
Telp/Fax. 0215252482 Telp/Fax. 0215252185 Telp/Fax. 0215253214 Telp/Fax. 0215274385 Telp/Fax. 0215253794

PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
NOMOR: l9/BIM/PER/~2/20l4

TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN
PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
ALUMINIUM SULFAT SECARA WAJIB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR,

Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 15 Peraturan


Menteri Perindustrian Nomor 67 /M-IND/PER/ 12/2013
tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNl)
Aluminium Sulfat Secara Wajib, perlu menerbitkan
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan
Pengawasan Penerapan Standar Nasionai Indonesia (SNI)
Aluminium Sulfat Secara Wajib;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur
Jenderal Basis lndustri Manufaktur tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan
Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Aluminium
Sulfat Secara Wajib;

Mengingat 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23/M


Tahun 2014 tentang Pengangkatan Direktur Jenderal
Basis lndustri Manufaktur;
2. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-
lND /PER/20 10 ten tang Organisasi dan Tata Kerja
Kernen terian Perind us trian;
Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: ~9/BLM/PER/~2 /2Ql4

3 . Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 64/M-


IND/PER/7 /2011 tentang Jenis-Jenis Industri Dalam
Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan Di Lingkungan
Kementerian Perindustrian;
4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 67 /M-
IND/PER/ 12/2014 ten tang Pemberlakuan Standar
Nasionallndonesia (SNl) Aluminium Sulfat Secara Wajib;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI


MANUFAKTUR TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR
NASIONAL INDONESIA (SNI) ALUMINIUM SULFAT SECARA
WAJIB

Pasal 1

Memberlakukan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan


dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Aluminium Sulfat Secara Wajib sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis lndustri
Manufaktur ini.

Pasal2

Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1


merupakan pedoman bagi Lembaga Sertifikasi Produk,
Laboratorium Penguji, dan Petugas Pengawas Standar
Produk (PPSP) dalam pelaksanaan pemberlakuan dan
pengawasan penerapan SNI Aluminium Sulfat Secara Wajib.

2
Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: l9/BIM/PER/~2/20l4

Pasal 3

Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur m1


mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2014

DIREKTUR JENDERAL
RIMANUFAKTUR

Tembusan Peraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada:


1. Menteri Perindustrian;
2 . Menteri Perdagangan;
3 . Kepala Badan Standardisasi Nasional;
4 . Direktur Jenderal Bea & Cukai, Kementerian Keuangan;
5. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan;
6. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan;
7. Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen,
Kernen terian Perdagangan;
8. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian;
9. Kepala Dinas yang bertanggungjawab di bidang perindustrian Provinsi
dan KabupatenjKota di seluruh Indonesia;
10. Kepala Pusat Standardisasi, Kementerian Perindustrian;
11. Kepala Balai Besar dan Balai Riset dan Standardisasi di lingkungan
Kementerian Perindustrian;
12. Sekretaris Direktorat Jenderal Basis lndustri Manufaktur, Kementerian
Perindustrian;
13. Direktur lndustri Tekstil dan Aneka, Kementerian Perindustrian;
14. Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Kementerian Perindustrian;
15. Pertinggal.

3
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI
MANUFAKTUR
NOM OR 19/BIM/PER/~ 2/2014

TANGGAL 30 Desember 2014

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAW ASAN


PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
ALUMINIUM SULFAT SECARA WAJIB

1. BAB I KETENTUAN UMUM


2. BAB II LINGKUP PEMBERLAKUAN SNI ALUMINIUM SULFAT SECARA
WAJIB
3. BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI
4. BABIV TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH
5 . BAB V TATA CARA PENANDAAN
6. BAB VI PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TEKNIS
7. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
8 . BAB VIII : TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN
9 . BABIX PENUTUP
10. LAMPIRAN - I. PERMOHONAN PENDAFTARAN PERMOHONAN
SPPT-SNI
II. FORMULIR IMPORTASI DALAM RANGKA PERMOHONAN
SURAT KETERANGAN ALUMINIUM SULFAT NON SNI
WAJIB UNTUK PERUSAHAAN IMPORTIR.
III. FORMULIR IMPORTASI PRODUSEN DALAM RANGKA
PERMOHONAN SURAT KETERANGAN ALUMINIUM SULFAT
NON SNI WAJIB UNTUK PERUSAHAAN PRODUSEN.
IV. SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN BAHAN KIMIA.
V. LAPORAN REALISASI IMPOR (UNTUK IMPORTIR
UMUM).
VI. LAPORAN REALISASI IMPOR (UNTUK IMPORTIR
PRODUSEN).
VII. SURAT TUGAS PENGAWASAN PENERAPAN SNI.
VIII.LABEL CONTOH UJI.
IX. BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH.
X. BERITA ACARA PENGAWASAN PENERAPAN SNI.
XI. DAFTAR HADIR PENGAWASAN SNI ASAM SULFAT
TEKNIS.

DIREKTUR JENDERAL
BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR

~HARJANTO ~
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN
PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
ALUMINIUM SULFAT SECARA WAJIB

BAB I
KETENTUAN UMUM

Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan :

1. Aluminium Sulfat adalah senyawa kimia anorganik berbentuk cair yang


tidak berwarna hingga berwarna sedikit atau padat yang bersifat
higroskopis berupa bubuk, butiran atau bongkahan dengan rumus kimia
AI2(SO4)3.xH2O.

2. Lembaga Sertifikasi Produk, yang selanjutnya disebut LSPro adalah


lembaga yang melakukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda
SNI Aluminium Sulfat.

3. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI yang selanjutnya disebut SPPT-


SNI adalah Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI yang dikeluarkan oleh
Lembaga Sertifikasi Produk kepada produsen yang mampu memproduksi
Aluminium Sulfat sesuai persyaratan SNI Aluminium Sulfat.

4. Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang melakukan kegiatan


pengujian terhadap contoh barang sesuai spesifikasi/metode uji SNI
Aluminium Sulfat.

5. Sertifikat Hasil Uji (SHU) adalah sertifikat hasil pengujian atas contoh
aluminium sulfat yang diterbitkan oleh Laboratorium Penguji.

6. Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka


penerapan sistem manajemen mutu menurut SNI ISO 9001:2008 atau
sistem manajemen mutu lain yang setara.

7. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (LSSM) adalah lembaga yang


telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional atau Badan Akreditasi
negara pengekspor yang telah melakukan perjanjian saling pengakuan
(Multual Recognition of Arrangement (MRA)) dengan KAN untuk melakukan
kegiatan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu.

8. Komite Akreditasi Nasional, yang selanjutnya disebut KAN adalah lembaga


non struktural, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden dengan tugas menetapkan sistem akreditasi dan
sertifikasi serta berwenang untuk mengakreditasi lembaga dan
laboratorium untuk melakukan kegiatan sertifikasi.

9. Mutual Recognition Arrangement (MRA) atau Perjanjian Saling Pengakuan,


adalah kesepakatan yang dilakukan oleh KAN Indonesia dengan badan
akreditasi negara lain untuk saling mengakui atau menerima beberapa
atau keseluruhan aspek dalam hal hasil-hasil penilaian kesesuaian.
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

10. Pertimbangan Teknis adalah surat yang dikeluarkan oleh Direktur


Jenderal Pembina Industri yang menetapkan bahwa suatu produk/bahan
kimia tidak berlaku ketentuan SNI Wajib karena alasan tertentu, alasan
khusus dan/atau memiliki standar tersendiri yang berbeda dengan SNI
meskipun produk dimaksud memiliki kesamaan nomor Harmonized
System (HS) dengan produk yang terkena ketentuan SNI secara wajib.

11. Lembar Data Keselamatan (LDK)/ Safety Data Sheet (SDS) adalah lembar
petunjuk yang berisi informasi bahan kimia tentang sifat fisika, kimia,
jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, dan tindakan khusus
dalam keadaan darurat.

12. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang


perindustrian.

13. Direktur Jenderal Pembina Industri adalah Direktur Jenderal Basis


Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian.

14. Direktur Pembina Industri adalah Direktur Industri Kimia Dasar,


Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur.

15. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri yang selanjutnya
disebut BPKIMI adalah unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian
yang bertugas mengkoordinasikan standar bidang industri.

BAB II
LINGKUP PEMBERLAKUAN
SNI ALUMINIUM SULFAT SECARA WAJIB

1. SNI Aluminium Sulfat diberlakukan secara wajib pada Aluminium Sulfat


dengan Nomor Pos Tarif/Harmonized System (HS) sebagai berikut:

Jenis Produk No. SNI No. HS


Aluminium Sulfat SNI 0032 : 2011 exHS 2833.22.10.00

Pemberlakuan secara wajib sebagaimana dimaksud pada angka 1 berlaku


bagi Aluminium Sulfat dalam kemasan dan atau curah.
2. Perusahaan yang memproduksi Aluminium Sulfat wajib:
a. menerapkan SNI dan memiliki SPPT SNI Aluminium Sulfat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku; dan
b. membubuhkan tanda SNI pada kemasan produk pada tempat yang
mudah dibaca dengan cara yang tidak mudah hilang.
3. Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 wajib mencantumkan
tanggal, bulan dan tahun produksi pada kemasan produk di tempat yang
mudah dibaca dengan cara yang tidak mudah hilang.
4. Tanggal, bulan dan tahun produksi sebagaimana dimaksud pada angka 3
merupakan objek pengawasan kualitas produk atas pelaksanaan SNI
Aluminium Sulfat secara wajib.

2
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

5. Aluminium Sulfat yang diperdagangkan di dalam negeri, yang berasal dari


hasil produksi dalam negeri atau impor, wajib memenuhi ketentuan SNI
sebagaimana dimaksud dalam angka 2 dan 3.

BAB III
TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

A. Permohonan SPPT-SNI

1. Permohonan SPPT SNI Aluminium Sulfat ditujukan kepada LSPro yang


ditunjuk Menteri.

2. Pemohon SPPT-SNI adalah :


a. Produsen Aluminium Sulfat Dalam Negeri;
b. Produsen Aluminium Sulfat Luar Negeri; dan
c. Importir .

3. Produsen luar negeri sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf b


yang mengajukan permohonan SPPT-SNI Aluminium Sulfat, wajib
menunjuk perusahaan perwakilan yang memiliki tugas dan fungsi
sebagai importir atau perusahaan importir yang berkedudukan di
Indonesia untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi
atas pemenuhan ketentuan penerapan SNI secara wajib pada
Aluminium Sulfat asal impor dimaksud yang beredar di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Bab II angka 1.

4. Legalitas keberadaan perusahaan perwakilan dan perusahaan importir


sebagaimana dimaksud pada angka 3 dibuktikan dengan perizinan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

5. Pemohon SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada angka 2 selanjutnya


disebut Pelaku Usaha.

B. Sistem Sertifikasi

SPPT-SNI Aluminium Sulfat diberikan melalui Sertifikasi Tipe/Sistem 1b


atau Sertifikasi Tipe/Sistem 5.

C. Proses Pengajuan dan Sertifikasi SNI

1. Sistem/Tipe 1b

a. Pelaku Usaha mengajukan permohonan Sertifikasi SNI kepada


LSPro dengan memenuhi persyaratan administrasi, dengan
menunjukkan dokumen asli dan menyerahkan salinan berupa:

1) Produk dalam negeri


a) Izin Usaha Industri (IUI);
b) Akte pendirian perusahaan;
c) Surat pernyataan jaminan untuk tidak mengedarkan
Aluminium Sulfat pada saat proses pengujian;
d) Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

3
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

Kementerian Hukum dan HAM dengan lingkup yang sesuai


dengan produk yang dimohonkan SPPT SNI-nya atau
lisensi dari pemilik merek.
e) Surat Permohonan Pencatatan SPPT-SNI.

2) Produk impor
a) Surat Izin Usaha Perdagangan;
b) Angka Pengenal Importir Umum (API-U);
c) Packing List;
d) Bill of Lading;
e) Sertifikat Hasil Uji (SHU)/Certificate of Analysis (CoA) yang
mengacu pada SNI Aluminium Sulfat dari laboratorium
penguji negara asal yang terakreditasi ISO 17025;
f) Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Kementerian Hukum dan HAM dengan lingkup yang sesuai
dengan produk yang dimohonkan SPPT SNI-nya atau
lisensi dari pemilik merek.
g) Surat Permohonan Pencatatan SPPT-SNI.

b. Skema sertifikasi dilakukan sesuai tahapan berikut :

1) Pengujian produk sesuai SNI Aluminium Sulfat;

2) Pengujian produk dilakukan pada:


a) Aluminium Sulfat dalam negeri dengan jumlah yang
mewakili total produksi selama 6 bulan;
b) Aluminium Sulfat impor dengan jumlah yang mewakili 1
(satu) kali pengapalan.

2. Sistem/Tipe 5

a. Pelaku Usaha mengajukan permohonan Sertifikasi SNI kepada


LSPro dengan memenuhi persyaratan administrasi, dengan
menunjukkan dokumen asli dan menyerahkan foto copy berupa:

1) Izin Usaha Industri (IUI) atau Surat Izin sejenis dengan lingkup
usaha industri Aluminium Sulfat (diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah untuk pelaku
usaha luar negeri);

2) Akte Pendirian Perusahaan (diterjemahkan dalam Bahasa


Indonesia oleh penerjemah tersumpah untuk pelaku usaha
luar negeri);

3) Surat pernyataan jaminan untuk tidak mengedarkan


Aluminium Sulfat pada saat proses pengujian bagi:
a) produk dalam negeri; dan
b) produk impor.

4) Surat penunjukan dari produsen luar negeri kepada


perusahaan perwakilan yang memiliki tugas dan fungsi sebagai
importir atau perusahaan importir yang berkedudukan di

4
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

Indonesia untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu yang


terjadi atas pemenuhan ketentuan penerapan SNI secara wajib.
5) Surat Permohonan Pencatatan SPPT-SNI.

b. Memenuhi skema sertifikasi:

1) Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang


dibuktikan dengan:
a) Surat pernyataan dari pelaku usaha tentang kesesuaian
penerapan sertifikat SMM SNI ISO 9001:2008 atau
revisinya, yang dilengkapi dengan dokumen sistem mutu;
atau
b) Sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO 9001:2008 atau
revisinya yang diterbitkan oleh LSSM.

2) Audit sistem manajemen mutu diberlakukan:


a) Untuk perusahaan yang telah memiliki sertifikat SMM SNI
ISO 9001:2008 atau revisinya dari LSSM yang terakreditasi
oleh KAN, LSPro melakukan audit pada klausula yang
berkaitan dengan pengendalian proses produksi dan
pengendalian mutu;
b) Untuk perusahaan yang sudah menyatakan pelaksanaan
SMM namun belum memiliki sertifikat SMM, LSPro
melakukan audit pada seluruh klausula.

3) Memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium


Penguji yang disertai dengan Berita Acara Pengambilan Contoh
(BAPC) dan Label Contoh Uji (LCU).

4) Contoh uji diambil dari hasil akhir aliran produksi dan/atau


dari gudang.

5) Penilaian kesesuaian yang dilakukan oleh Laboratorium


Penguji di luar negeri dapat diterima sepanjang telah ditunjuk
Menteri dengan ketentuan negara tempat Lembaga dimaksud
berada mempunyai perjanjian bilateral dan multilateral di
bidang regulasi teknis dengan Republik Indonesia dan
Laboratorium Penguji tersebut telah diakreditasi oleh badan
akreditasi negara tempat Laboratorium Penguji itu berada
yang memiliki Perjanjian Saling Pengakuan (Mutual Recognition
Arrangement) dengan KAN.

D. Surat Permohonan Pencatatan SPPT-SNI

1. Pelaku usaha mengajukan Surat Permohonan Pencatatan SPPT-SNI


dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I Petunjuk Teknis ini yang ditujukan kepada Direktur
Pembina Industri.

2. Surat Permohonan Pencatatan SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada


angka 1 wajib ditandatangani oleh Direktur Perusahaan atau pejabat
setingkat Direktur sebagai penanggung jawab.

5
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

3. Surat Permohonan Pencatatan SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada


angka 1 yang diajukan langsung oleh:

a. produsen wajib dilengkapi dengan:


1) copy formulir permohonan SPPT-SNI yang telah diisi oleh
pemohon dan dilegalisasi oleh LSPro yang bersangkutan;
2) copy Izin Usaha Industri Aluminium Sulfat atau izin sejenis dari
luar negeri;
3) Surat tanda daftar merek I Sertfikat merek dan atau Perjanjian
Lisensi yang telah didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM;
4) daftar peralatan produksi yang dimiliki guna mendukung
pemenuhan ketentuan SNI Aluminium Sulfat; dan
5) jenis produk yang akan disertifikasi.

b. perwakilan produsen (Perusahaan Perwakilan atau Importir) wajib


dilengkapi dengan:
1) seluruh persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
2) surat penunjukan dari produsen Aluminium Sulfat kepada
Perusahaan Perwakilan atau Importir sebagai pihak yang
bertanggung jawab atas proses permohonan sertifikasi dar)
kualitas produk hasil produksi dari produsen dimaksud yang
beredar yang di wilayah Indonesia;
3) copy Izin Usaha Industri jika perusahaan perwakilan produsen
merupakan perusahaan industri;
4) copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
5) copy Angka Pengenal Importir jika perusahaan perwakilan
produsen merupakan Perusahaan Importir.

4. Direktur Pembina Industri dapat melakukan verifikasi kemampuan


dan kelayakan pemohon dalam penerapan SNI.

5. Berdasarkan hasil penelitian dan/atau verifikasi atas kebenaran


permohonan, Direktur Pembina Industri mengeluarkan Surat
Permohonan Pencatatan SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada angka
1 atau surat penolakan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak
diterima kelengkapan dan kebenaran dokumen permohonan.

E. Ketentuan lanjut terkait SPPT-SNI

1. SPPT-SNI Aluminium Sulfat Sertifikasi Sistem/Tipe 1b diterbitkan


selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak laporan hasil ujinya
diterima lengkap dan benar.

2. SPPT-SNI Aluminium Sulfat Sertifikasi Sistem/Tipe 5 diterbitkan


selambat-lambatnya 41 (empat puluh satu) hari kerja sejak
permohonan dinyatakan lengkap dan benar di luar waktu pengujian
dan tindakan perbaikan.

3. Biaya penerbitan SPPT-SNI merupakan tanggung jawab perusahaan


pemohon.

4. SPPT-SNI sertifikasi Sistem/Tipe 1b:

6
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

a. Aluminium Sulfat produksi dalam negeri berlaku selama 6 bulan


sejak tanggal diterbitkan; dan
b. Aluminium Sulfat impor berlaku untuk jumlah Aluminium Sulfat
per Bill of Lading.

5. SPPT-SNI sertifikasi Sistem/Tipe 5 berlaku selama 4 (empat) tahun


sejak tanggal diterbitkan.

6. LSPro wajib memberitahukan dan menyampaikan kepada Kepala


Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri, kepada Direktur
Jenderal Pembina Industri dan perusahaan pemohon tentang :
a. SPPT-SNI yang telah diterbitkan;
b. Penundaan pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI bila belum
memenuhi persyaratan sertifikasi, dan perusahaan pemohon dapat
melakukan tindakan perbaikan;
c. Penolakan pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI, bila tidak
memenuhi persyaratan sertifikasi; dan
d. Pelimpahan SPPT-SNI kepada LSPro yang ditunjuk (Jika LSPro yang
menerbitkan SPPT-SNI tidak ditunjuk lagi).

7. Surveilan terhadap penerapan Sistem Manajemen Mutu dan mutu


produk perusahaan pemegang SPPT-SNI dilakukan oleh LSPro minimal
1 tahun sekali.

8. Pelimpahan SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada angka 6 huruf d


dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9. LSPro bertanggung jawab terhadap SPPT-SNI yang diterbitkan sesuai


dengan ketentuan penerapan SNI yang diberlakuan secara wajib dan
peraturan perundang-undangan.

10. Pelaku usaha pemegang SPPT-SNI wajib untuk menyampaikan laporan


realisasi produksi dan/atau impor Aluminium Sulfat kepada Direktur
Pembina Industri setiap 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya SPPT-SNI.

BAB IV
TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

1. Cara pengambilan contoh Aluminium Sulfat dalam rangka SPPT-SNI wajib


mengacu pada SNI 0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan dan SNI
0429, Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat.

2. Cara pengambilan contoh Aluminium Sulfat harus mempertimbangkan


karakteristik Aluminium Sulfat.

3. Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI dengan Sistem/Tipe 1b:

a. Produksi dalam negeri


1) Pengambilan contoh dilakukan di aliran produksi dan/atau gudang
produksi secara acak setiap 6 (enam) bulan oleh Petugas
Pengambilan Contoh (PPC) yang tersertifikasi;
2) Untuk setiap pengujian SNI diambil contoh uji sebanyak 3 (tiga)
bagian sesuai ketentuan pengambilan contoh SNI Aluminium Sulfat.

7
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

1 (satu) bagian disimpan sebagai arsip pabrik, 1 (satu) bagian


disimpan sebagai arsip laboratorium, dan 1 (satu) bagian diuji
laboratorium;
3) 1 (satu) bagian sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf a nomor
2 minimal berisi 1 (satu) kg untuk Aluminium Sulfat padat dan/atau
1 (satu) liter untuk Aluminium Sulfat cair; dan
4) Arsip pabrik disimpan sampai SPPT-SNI diterbitkan.

b. Impor
1) Pengambilan contoh dilakukan oleh Petugas Pengambilan Contoh
(PPC) yang tersertifikasi di setiap kali kedatangan kapal di
pelabuhan bongkar;
2) Untuk setiap pengujian SNI diambil contoh uji sebanyak 3 (tiga)
bagian sesuai ketentuan pengambilan contoh SNI Aluminium Sulfat.
1 (satu) bagian disimpan sebagai arsip importir, 1 (satu) bagian
disimpan sebagai arsip laboratorium, dan 1 (satu) bagian diuji
laboratorium; dan
3) 1 (satu) bagian sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf b nomor
2 minimal berisi 1 (satu) kg untuk Aluminium Sulfat padat dan/atau
1 (satu) liter untuk Aluminium Sulfat cair.

4. Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI dengan Sistem/Tipe 5:

a. Cara pengambilan contoh dilakukan:


1) di aliran produksi dan/atau gudang secara acak setiap 1 (satu) tahun
oleh Petugas Pengambilan Contoh (PPC) yang tersertifikasi yang
ditunjuk oleh LSPro; dan
2) untuk setiap pengujian SNI diambil contoh uji sebanyak 1 (satu)
paket contoh uji sesuai ketentuan pengambilan contoh Aluminium
Sulfat.

b. 1 (satu) paket contoh sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf a


nomor 2 dibagi 3 (tiga) bagian:
1) 1 (satu) bagian untuk disimpan sebagai arsip pabrik;
2) 1 (satu) bagian disimpan sebagai arsip laboratorium; dan
3) 1 (satu) bagian untuk diuji laboratorium.

c. 1 (satu) bagian sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf b minimal


berisi 1 (satu) kg untuk Aluminium Sulfat padat dan/atau 1 (satu) liter
untuk Aluminium Sulfat cair.

BAB V
TATA CARA PENANDAAN

1. Setiap kemasan produk Aluminium Sulfat harus membubuhkan tanda SNI


dengan memberi tanda yang tidak mudah hilang, sekurang-kurangnya
meliputi sebagai berikut:
a. Nama perusahaan;
b. Identitas perusahaan/merek/logo;
c. Berat isi bersih;
d. Tanda nomor SNI; dan
e. Nomor Registrasi LSPro penerbit.

8
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

2. Penandaan SNI dilakukan pada posisi yang mudah terbaca pada setiap
kemasan dengan ukuran dan desain sesuai ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.

3. Untuk Aluminium Sulfat dalam bentuk curah, pemberian tanda SNI dapat
dilakukan dengan melampirkan salinan SPPT SNI yang telah dilegalisir
LSPro penerbit.

BAB VI
PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TEKNIS

1. Aluminium Sulfat yang diimpor dan digunakan sebagai:


a. contoh uji penelitian dan pengembangan; dan
b. contoh uji dalam rangka penerbitan SPPT-SNI,

harus memiliki surat pertimbangan teknis dari Direktur Jenderal Pembina


Industri.

2. Surat Pertimbangan Teknis merupakan surat yang diterbitkan oleh


Direktur Pembina Industri yang menerangkan bahwa Aluminium Sulfat
sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak wajib memenuhi ketentuan SNI
Aluminium Sulfat.

3. Pertimbangan teknis sebagaimana dimaksud pada angka 2 diterbitkan


berdasarkan permohonan oleh perusahaan.

4. Persyaratan untuk memperoleh pertimbangan teknis sebagaimana


dimaksud pada angka 2 yaitu:

a. Kelengkapan administrasi sebagai berikut:


1) Pertimbangan teknis contoh uji penelitian dan pengembangan:
a) salinan Surat Izin Pendirian Lembaga;
b) rencana penelitian dan pengembangan yang telah disahkan oleh
lembaga yang bersangkutan;
c) rencana jumlah Aluminium Sulfat yang akan diimpor; dan
d) salinan Nomor Pokok Wajib Pajak.

2) Pertimbangan teknis contoh uji dalam rangka penerbitan SPPT-SNI:


a) salinan Izin Usaha Industri (IUI) jika pemohon merupakan
produsen Aluminium Sulfat di luar negeri;
b) salinan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk importir
umum;
c) salinan Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
d) salinan Angka Pengenal Importir;
e) salinan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
f) salinan permohonan SPPT-SNI yang telah disahkan oleh LSPro;
dan
g) jumlah contoh uji yang akan diimpor.

b. Kelengkapan teknis rencana impor meliputi:


1) Lampiran II oleh Perusahaan Importir atau Lampiran III oleh
Produsen produk yang menggunakan Aluminium Sulfat sebagai
bahan baku;

9
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

2) Lembar Data Keselamatan (LDK)/Safety Data Sheet (SDS);


3) Surat pernyataan tentang kebenaran penggunaan bahan kimia dan
kesediaan untuk diverifikasi bermaterai Rp 6.000 (Lampiran IV);
4) Diagram Alir Proses disertai penjelasan yang menunjukkan
penggunaan bahan kimia yang diimpor sebagai bahan baku atau
bahan penolong pada proses produksi.
5) Laporan realisasi proses pengimporan terakhir dengan melampirkan
Surat Pertimbangan Teknis yang telah diterbitkan disertai bukti
berupa dokumen PIB dan surat jalan untuk Importir Umum
(Lampiran V) atau Lampiran VI untuk Importir Produsen.

5. Penerbitan Pertimbangan Teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian


kelayakan perusahaan yang terkait dengan:
a. Perizinan industri yang bersangkutan;
b. Jenis dan spesifikasi bahan kimia;
c. Jumlah kebutuhan bahan kimia yang akan diimpor;
d. Kapasitas izin produksi; dan
e. Proses produksi.

6. Berdasarkan hasil penilaian kelayakan dan kebenaran kelengkapan


dokumen atas kebutuhan bahan kimia, Direktur Industri Kimia Dasar
menerima atau menolak untuk menerbitkan Surat Pertimbangan Teknis
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima kelengkapan
dokumen permohonan pertimbangan teknis.

7. Perusahaan yang mendapatkan Pertimbangan Teknis wajib menyampaikan


laporan realisasi impor kepada Direktorat Jenderal Basis Industri
Manufaktur paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pelaksanaan impor.

8. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur dapat melakukan verifikasi


atas kebenaran pelaksanaan impor, pendistribusian, serta penggunaan
bahan kimia yang telah diimpor dan diterbitkan Surat Pertimbangan
Teknisnya.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

A. Pembinaan

1. Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka penerapan SNI Aluminium


Sulfat secara wajib dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pembina
Industri.

2. Direktur Jenderal pembina industri dapat melimpahkan pembinaan


dan pengawasan kepada Direktur Pembina industri.

3. Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri


dalam menerapkan SNI wajib melalui:
a. Sosialisasi atas pemberlakuan SNI Aluminium Sulfat secara wajib
dan/atau terdapat perubahan;
b. Verifikasi dan Evaluasi faktor-faktor terkait penerapan SPPT-SNI
Aluminium Sulfat; dan/atau
c. Pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI.

10
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

4. Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c


dilakukan melalui:
a. Pelatihan peningkatan sumber daya manusia dalam peningkatan
mutu produk;
b. Sosialisasi pemberlakuan dan penerapan SNI Aluminium Sulfat
secara Wajib; dan/atau
c. Bimbingan teknis sistem mutu dan mutu produk.

5. Verifikasi dan Evaluasi faktor-faktor terkait penerapan SNI dilakukan


melalui :
a. inventarisasi dan verifikasi data produsen terkait rencana
pelaksanaan monitoring penerapan SNI Aluminium Sulfat;
b. inventarisasi data Lembaga Penilai Kesesuaian serta pihak terkait
dalam penerapan SNI Aluminium Sulfat;

c. analisa dampak pemberlakuan SNI secara wajib bagi produsen


dalam negeri.

B. Pengawasan

1. Dalam melaksanakan pengawasan SNI wajib di lokasi produksi,


Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementrian
Perindustrian menugaskan PPSP dan/atau petugas dari Direktorat
Pembina Industri untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji
petik.

2. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur dapat menugaskan


Petugas Pengawas Standar Produk (PPSP) berdasarkan Surat Tugas
dengan menggunakan Formulir 1 sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran VII Petunjuk Teknis ini untuk melakukan pengawasan
pemberlakuan dan penerapan SNI secara wajib sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun.

3. Objek Pengawasan PPSP terdiri dari :


a. Produsen;
b. Perusahaan perwakilan produsen dan/atau Importir; dan
c. Aluminium Sulfat.

4. Lingkup Pengawasan penerapan SNI terdiri dari:


a. Pengawasan di lokasi produksi:
1) Pemeriksaan keabsahan dokumen perizinan, meliputi :
a) Pemeriksaan dokumen perizinan usaha industri;
b) Pemeriksaan SPPT-SNI;
c) Pemeriksaan Sertifikat Merek; dan
d) Pemeriksaan Sertifikat/laporan Hasil Uji Laboratorium
Pengujian.

2) Verifikasi terhadap penandaan SNI pada kemasan produk


meliputi:
a) Tanda SNI;
b) Nama produk;
c) Nama dan alamat produsen; dan

11
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

d) Nama dan alamat perusahaan perwakilan atau importir


(untuk produk impor).

3) Pemeriksaan hasil uji petik mutu barang sesuai dengan


persyaratan mutu SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab II.

4) Pemeriksaan kelayakan mesin dan peralatan.

5) Penilaian kesesuaian kualitas produk sesuai SNI sebagaimana


dimaksud dalam Bab II dilakukan melalui pengambilan contoh
uji, yaitu:
a) Pengambilan contoh uji dilakukan oleh Petugas Pengambil
Contoh (PPC);
b) dilakukan dalam satu lini produksi yang mewakili produk
sesuai SNI;
c) Contoh uji dikemas dan diberikan label sesuai Formulir 2
sebagaimana dimaksud pada Lampiran VIII Juknis ini; dan
d) Jumlah contoh uji sesuai dengan tata cara pengambilan
contoh SNI.

b. Pengawasan di luar lokasi produksi :


1) Obyek pengawasan yaitu:
a) Aluminium Sulfat yang terdapat di distributor, pedagang,
gudang perusahaan perwakilan produsen dan importir;
b) Perusahaan perwakilan produsen; dan
c) Perusahaan importir.

2) Pengawasan terhadap perusahaan perwakilan produsen dan


Perusahaan importir pendaftaran dilakukan dengan
memverifikasi kebenaran dokumen perizinan dan/atau
dokumen SPPT-SNI.

3) Pengawasan kesesuaian mutu produk dengan SNI yang


diberlakukan secara wajib dilaksanakan dengan pengujian
contoh produk pada laboratorium uji yang ditunjuk Menteri.

4) Cara pengambilan contoh diluar lokasi produksi dilakukan


dengan membeli produk di distributor, gudang importir,
toko/di pasar secara acak yang dibuktikan dengan tanda bukti
pembelian.

5) Contoh produk diuji sesuai dengan SNI sebagaimana dimaksud


dalam Bab II angka 1 di Laboratorium Penguji yang ditunjuk
Menteri.

6) PPSP dan/atau petugas yang ditunjuk Direktur Jenderal


Pembina Industri melakukan pengawasan mutu produk dan
penandaan pada produk.

5. Dalam melaksanakan pengawasan, PPSP wajib mempersiapkan


Dokumen Pengawasan yang terdiri dari:
a. Surat Tugas Pengawasan Penerapan SNI di lokasi produksi dan di
luar lokasi produksi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VII
Juknis ini;

12
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

b. Berita Acara Pengambilan Contoh di lokasi produksi dan di luar


lokasi produksi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IX Juknis
ini;
c. Label Contoh Uji sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VIII
Juknis ini;
d. Berita Acara Pengawasan Penerapan SNI di lokasi produksi dan di
luar lokasi produksi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran X
Juknis ini;
e. Data Hasil Pengawasan Penerapan SNI di lokasi produksi dan di
luar lokasi produksi disesuaikan dengan jenis produk yang
diawasi;
f. Daftar Hadir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran XI Juknis
ini;
g. Surat Pengantar ke Laboratorium Uji dari Direktorat Pembina
Industri; dan
h. Pelaksanaan Pengawasan.

6. Pengawasan penerapan SNI Aluminium Sulfat :


a. Di lokasi produksi; Direktur Industri Kimia Dasar, Direktorat
Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian
berkoordinasi dengan Kepala Dinas yang membidangi Industri di
Provinsi dan Kabupaten/Kota;
b. Di luar lokasi produksi; dengan pembelian produk dari distributor
atau penjual.

7. Pelaksanaan pengawasan penerapan SNI Aluminium Sulfat dilakukan


oleh PPSP baik yang di pusat maupun di daerah berdasarkan Surat
Tugas Pengawasan dari Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur.

8. Pengawasan terhadap Aluminium Sulfat sebagaimana dimaksud dalam


Bab II dilakukan dengan cara pemeriksaan mutu melalui pengambilan
contoh oleh PPC di lokasi produksi dan diluar lokasi produksi.

9. Hasil pemeriksaan dan pengujian contoh di lokasi produksi dituangkan


dalam Berita Acara Pengawasan oleh PPSP dan disampaikan kepada
Direktur Pembina Industri untuk dilakukan evaluasi.

10. Evaluasi hasil pengawasan dari Direktur Pembina Industri dilaporkan


kepada Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur.

BAB VIII
TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN

Evaluasi hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti melalui:

1. Pembinaan

a. Apabila hasil pengawasan oleh PPSP tidak sesuai dengan persyaratan


SNI Aluminium Sulfat, Direktur Jenderal Pembina Industri memberikan
teguran secara tertulis kepada produsen dan/atau pelaku usaha yang
melakukan pelanggaran. Teguran dimaksud berisi:

13
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

1) Permintaan perbaikan kualitas produk pada produsen sesuai


ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib; atau
2) Permintaan penarikan produk yang tidak sesuai SNI pada produsen
bagi produk dalam negeri dan/atau pelaku usaha
(importir/distributor) bagi produk impor.

b. Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan


sebanyak banyaknya 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan,
jika dalam kurun waktu dimaksud produsen dan/atau pelaku usaha
tidak melakukan tindakan yang diperintahkan dalam teguran tertulis
dimaksud, Direktorat Jenderal Pembina Industri dapat melakukan
tindakan publikasi dan/atau meminta instansi berwenang untuk
melakukan pencabutan sertifikat SPPT-SNI sampai dengan pencabutan
Izin Usaha Industri dan/atau penerapan sanksi pidana sesuai
peraturan perundang-undangan.

c. Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh LSPro dan Lembaga Penilaian


Kesesuaian (LPK), Direktur Jenderal Pembina Industri menyampaikan
laporan hasil pengawasan oleh PPSP kepada Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri untuk ditindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

d. Dalam melakukan pembinaan Direktur Jenderal Pembina Industri


dapat berkoordinasi dengan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim
dan Mutu Industri atau dengan Dinas Pembina bidang industri pada
Pemerintah Propinsi dan atau Kabupaten/Kota, LSPro penerbit SPPT-
SNI dan instansi terkait.

2. Publikasi

Tindakan publikasi dilakukan guna memberikan sosialisasi, informasi dan


pemahaman terhadap masyarakat atas penerapan SNI secara wajib.
Publikasi dilakukan pada:
1. Ketaatan penerapan SNI oleh produsen atau pelaku usaha lainnya
serta pihak terkait; atau
2. Pelanggaran atas ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib oleh
produsen atau pelaku usaha lainnya serta pihak terkait guna
memberikan efek jera dan rasa malu.

Publikasi dapat dilakukan melalui pemberian penghargaan, pemuatan


berita dalam media cetak dan elektronik.

3. Pemberian sanksi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Setelah dilakukan pengawasan khusus dan langkah pembinaan pada


produsen, namun produsen yang bersangkutan masih melakukan
pelanggaran, maka Direktur Jenderal Pembina Industri berkoordinasi
dengan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, dan
Kepala Dinas Pembina bidang industri pada Pemerintah Propinsi dan atau
Kabupaten/Kota, LSPro penerbit SPPT-SNI dan aparat penegak hukum
setempat melakukan penegakan hukum sesuai dengan UU No. 3 Tahun
2014 tentang Perindustrian, UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Peraturan Menteri Perindustrian No. 86/M-

14
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM
Nomor: 19/BIM/PER/12/2014

IND/PER/9/2009 atau revisinya tentang Standar Nasional Indonesia


bidang Industri.

BAB IX
PENUTUP

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerapan dan Pengawasan Pemberlakuan SNI


Aluminium Sulfat Secara Wajib ini merupakan salah satu pedoman yang
ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.

Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan diatur lebih lanjut sesuai
dengan kebutuhan.

15
LAMPIRAN I

KOP PERUSAHAAN

Nomor ..... ....... . , . ... . ... . . . .. 20..


Lampiran 1 (satu) berkas
Perihal : Pendaftaran Permohonan SPPT-SNI

Kepada Yth.
Direktur Industri Kimia Dasar
Kementerian Perindustrian
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53
Jakarta Selatan

Dengan ini kami mengajukan permohonan Pendaftaran Permohonan SPPT- SNI


Aluminium Sulfat sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (2) Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 67/M-IND /PER/ 12/2013 tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Aluminium Sulfat Secara Wajib, dengan kelengkapan data sebagai
berikut:
1. Data Perusahaan Pemohon Pertimbangan Teknis;
2. Bagi Produk Dalam Negeri
Dokumen perizinan industri perusahaan produsen dan semua persyaratan yang
dipersyaratkan dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan
Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Aluminium Sulfat Secara
Wajib; dan/ atau
3. Bagi produk impor
Dokumen perizinan perusahaan yang ditunjuk produsen (Perusahaan
Perwakilan atau Perusahaan Importir) dan semua persyaratan yang
dipersyaratkan dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan
Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Aluminium Sulfat Secara
Wajib.
Demikian, atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

(nama, jabatan, tanda tangan,


dan cap perusahaan)

.............................................
Jabatan
LAMPIRAN II.

KOPPERUSAHAAN

FORMULIR IMPORTASI DALAM RANGKA


PERMOHONAN SURAT KETERANGAN ALUMINIUM SULFATNON SNI WAJIB

1. Nama (Kontak Person)

2 . Jabatan
Telepon
HP.

3 . Nama Perusahaan

4 . Status Badan Hukum 1) Swasta Nasional 2) PMDN 3) PMA

5. Jenis Perusahaan Importir

6 . Alamat

• Kantor
Kelurahan
Kecamatan
KabjKota
Provinsi
Kode Pos
e-mail
Telepon
Fax

• Gudang
Kelurahan
Kecamatan
KabjKota
Provinsi
Kode Pos
e-mail
Telepon
Fax

7. Kelengkapan Teknis Rencana Impor


No Jenis No. HS CAS Jumlah Negara Pelabuhan Waktu Penggunaan/
Bahan (10 digit) Number Kebutuhan Asal Tujuan Pelaksanaan Pemanfaatan
Kimia* Barang

*sesua.J. dengan dokumen Safety Data Sheet (SDS)

Mengetahui,
Penanggung Jawab Perusahaan

Nama Terang dan Jabatan


LAMPIRAN III.

KOPPERUSAHAAN

FORMULIR IMPORTASI DALAM RANGKA


PERMOHONAN SURAT KETERANGAN ALUMINIUM SULFATNON SNI WAJIB UNTUK
PERUSAHAAN PRODUSEN

1. Nama (Kontak Person)


2. Jabatan
Telepon
HP
3. Nama Perusahaan
4. Status Badan Hukum 1) Swasta Nasional 2) PMDN 3) PMA
5. Jenis Perusahaan : Produsen
6. Alamat
• Kantor
Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Kode Pos
e-mail
Telepon
Fax.
• Gudang
Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Kode Pos
e-mail
Telepon
Fax.

7 K e 1engk a pan T e k.
lllS R en can a mpor
Jenis No. HS CAS Jumlah Negara Pelabuhan Waktu Penggunaan/
No Bahan (10 digit) Number Kebutuhan Asal Tujuan Pelaksanaan Pemanfaatan
Kimia* Barang

*sesuai dengan dokumen Safety Data Sheet (SDS)

1 K apas1tas d an P ro d u k s1. Tah unan T er k.


rut d eng an mpor Bah an Baku
No Nama Produk Kapasitas Produksi
Terpasang Tahun Tahun Tahun Berikut
Lalu Berjalan

2Pro dk
u s1. Bl
u anan Tah un en an
Bulan Nama Produk No 1* Nama Produk No 2* Nama Produk No ... *
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
NnvPmhP.r
I Desember

3 Kebutuhan Bahan Baku


No Nama Bahan No. HS Konsumsi Bahan Konsumsi Bahan
Baku (10 digit) Baku Persatuan Baku Pertahun
Produk

Mengetahui,
Penanggung Jawab Perusahaan

Nama Terang dan J abatan


LAMPIRAN IV

KOP PERUSAHAAN

SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN BAHAN KIMIA

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :.......................................................................................
Jabatan :......................................... . ........................................ . .
Bertindak untuk : (nama perusahaan)
dan atas nama
Alamat :......................................... . ........................................ . .

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Bahan kimia yang diimpor sama dengan yang tertera di dalam dokumen Safety Data
Sheet (SDS) dan tidak termasuk dalam jenis bahan kimia yang ditetapkan ber-
SNI Wajib sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
67/M-IND/PER/12/2013 tanggal 10 Desember 2013 tentang Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) Aluminium Sulfat secara Wajib.
2. ( .....Jenis bahan kimia... ) dengan (No. HS) sejumlah (j umlah permohonan impor)
diimpor untuk (penjelasan pemanfaatan/ penggunaan barang/bahan yang
diimpor).
3. Kami bersedia disurvey oleh pihak surveyor independen dan semua biaya yang
timbul atas survei terse but menjadi tanggung jawab kami.
4. Kami bersedia bertanggung jawab sepenuhnya apabila di kemudian hari terjadi
penyalahgunaan barang / bahan tersebut di atas.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Tempat, Tanggal

Materai
Rp. 6.000

Penanggung Jawab
LAMPIRAN V.

Format Laporan Realisasi Impor


Untuk Im ortir Umum

KOPPERUSAHAAN

LAPORAN REALISASI IMPOR

Periode importasi: ............ s/ d ...... .

No Jenis No. HS Jumlah Nama Eksportir Pelabuhan No. Tgl Realisasi dan Sisa
Bahan (10 Rencana dan Negara Asal Tujuan PIB PIB
Kimia digit) Impor Barang
Realisasi Sis a

Laporan Pendistribusian / Kartu Stock Barang (Berdasarkan Pendistribusian Kepada


End User}

No Jenis No. HS Nama dan Bidang No Penggunaan Tanggal Inventarisasi


Bahan (10 digit) Alamat Usaha Telp & Fax Masuk Barang
Kimia Pembeli /Keluar In Out Stock
Barang

Mengetahui,
Penanggung Jawab Perusahaan

Nama Terang dan Jabatan


LAMPI RAN VI.

Format Laporan Realisasi Impor


(Untuk Importir Produsen)

KOP PERUSAHAAN

LAPORAN REALISASI IMPOR

Periode Importasi : .................. sf d ................ .

No Jenis No. HS Jumlah Nama Pelabuhan No. Tgl Realisasidan


Bahan (10 digit) Rencana Eksportir Tujuan PIB PIB Sisa
Kimia lmpor dan Negara
Asal Baran_g
Realisasi Sisa

Mengetahui,
Penanggung Jawab Perusahaan

Nama Terang dan Jabatan


LAMPIRAN VII.

Format Surat Tugas Pengawasan

SURAT TUGAS PENGAWASAN PENERAPAN SNI


Nomor: ........................................... .

Dalam rangka pengawasan penerapan SNI Aluminium Sulfatdengan ini


Direktur Jenderal Pembina Industri, Kementerian Perindustrian
menugaskan kepada:
1. Nama
NIP
Jabatan : Petugas Pengawas Standar Produk

2. Nama
NIP
Jabatan : Petugas Pengawas Standar Produk

3. Nama
NIP
Jabatan : Petugas Pengawas Standar Produk

untuk : a. melakukan pengawasan penerapan SNI Aluminium


Sulfatpada ... Nama Perusahaan

........ dengan alamat

............................................. No. Telp .


. ....... ....... ........ .............. .. ...... Fax: ... .......... ... . .
..... ..... .. ..... ;dan

b. melaporkan hasil pengawasan kepada Direktur


Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian
Perindustrian .

Demikian surat tugas ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Jakarta, ................................. .. .. .. ....... .

a.n Direktur Jenderal Basis Industri


Manufaktur
Direktur Industri Kimia Dasar

(....................... ..... ...... ............. ......... )


LAMPIRAN VIII.

I Format Label Contoh Uji

LABEL CONTOH UJI

Kode Contoh : Sesuai dengan Berita Acara


Pengambilan Contoh
Produk

Nomor SNI

Tipe Prouk Kemasan / Berat

Jumlah Contoh

Tanggal Pengambilan Contoh

Lokasi Pengambilan Contoh

Petugas Pengambil Contoh,

Tanda tangan, NIP dan Nama


Jelas

(.... .. .... .............. .......... ............ )


NIP: ..... .. .. ... ........... ... .. ........ .
LAMPIRAN IX.

BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH


Nomor : ... .......... ....... .... ... .... .. .. ......... ... ..

Pada hari ini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . bulan .. .... ... ... ... ... ..... .
tahun ....... ........ . sesuai dengan Surat Tugas Direktur Jenderal Basis Industri
Manufaktur Nomor ........................... ... ..... .... ....... ... ... tanggal
.. ... ... ... .... ..... ... .. ... . , telah dilaksanakan pengambilan contoh sebagai berikut:

Nama Perusahaan

Alamat Perusahaan

Produk
Mutu

Merek

Loka si pengambilan contoh

Nomor kode produksi I stok

Jumlah contoh

(diuraikan dalam lembaran tambahan)

Contoh tersebut dikemas , kemudian oleh PPSP akan diserahkan kepada


Laboratorium Penguji ...................... .. .... .. .................. .. ...... .. untuk diuji sesuai
SNI Kalsium Karbida

Demikian Berita Acara Pengambilan Contoh uji ini dibuat dengan


sesungguhnya.

Mengetahui Pihak Perusahaan, Petugas Pengambil Contoh

Nama Perusahaan:

Tanda Tangan, Jabatan , Nama Jelas & Tanda Tangan, dan Nama Jelas
Cap Perusahaan

(... .. ... .... ... .... .. .... .... ....... ) (....... .. .. ... .... ....... ..... ... ...... ..... ... )
NIP : ......... ... ..... .... ..... ........ .
LAMPIRAN X.

I Format Berita Acara Pengawasan


BERITA ACARA PENGAWASAN PENERAPAN SNI

Nomor: ... ... ................. .. ................ .. .


Pada hari .. ...... ............ tanggal .......... bulan ...... .... .. .... .. .. . tahun
........ .. .. sesuai dengan Surat Tugas Direktur Jenderal Basis Industri
Manufaktur Nomor ..... ........ ... ... ............. .
tanggal. ...... ... ... .... ....... ....... .... .. , telah dilaksanakan pemeriksaan dan
pengawasan SNI Aluminium Sulfat sebagai berikut:

Nama Perusahaan

Alamat Perusahaan

Kode Pos
Telp .
Fax
E-mail
Produk
Mutu
Hasil Pengawasan SNI : Sebagaimana terlampir

Demikian Berita Acara Pengawasan SNI ini dibuat dengan benar.

Mengetahui, Petugas Pengawas Standar


Produk

Nama Perusahaan :
1. Tanda Tangan :

Nama Jelas:
Tanda tangan, Jabatan dan
Cap Perusahaan NIP :

( Nama Jelas )

2. Tanda Tangan :

Nama Jelas:

NIP:

3. Tanda Tangan :

Nama Jelas :

NIP:
LAMPI RAN XI.

DAFTAR HADIR PENGAWASAN SNI ALUMINIUM SULFAT

No. Nama Jabatan Bagian / Tanda Tangan


Departemen

Anda mungkin juga menyukai