Anda di halaman 1dari 8

Dessy Linda Setiawati | 221221004

Paramadina Graduate School of Communication

Ekonomi Politik Media


(Studi Kasus Proyek Pemancar BTS 4G)

Perkembangan teknologi komunikasi yang cepat membuat masyarakat berbondong-


bondong untuk juga mengikuti trend. Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) Pada tahun 2022-2023 terdapat 215,63 juta pengguna internet di Indonesia.
Jumlah ini meningkat 2,67% dibandingkan periode sebelumnya sebanyak 210,03 juta pengguna.
Jumlah pengguna internet tersebut setara dengan 78,19 persen dari total penduduk Indonesia
sebanyak 275,77 juta jiwa.
Untuk informasi trend penetrasi internet di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Pada 2018, penetrasi internet di tanah air sebesar 64,8%, dan pada 2019-2020
meningkat menjadi 73,7%. Kemudian, pada tahun 2021-2022, tingkat penetrasi internet
kembali meningkat. Kali ini tingkat penetrasi mencapai 77,02, yaitu 80% pada 2022-2023.
Dengan kata lain, masyarakat Indonesia semakin melek internet.
Jaringan telekomunikasi di Indonesia semakin berkembang dari hari ke hari. Komunikasi
jarak jauh kini terasa lebih nyaman dan dapat menjangkau wilayah yang lebih luas. Salah satu
penyebabnya adalah bertambahnya jumlah menara BTS di seluruh Indonesia. Menara BTS
sebagian besar terletak di pusat kota, sehingga tidak mengherankan jika kualitas sinyal lebih
baik di perkotaan daripada di pinggiran kota atau desa.
Banyaknya pengguna internet ini juga harus diimbangi dengan frekuensi sinyal yang
kuat untuk mendukung dan memfasilitasi masyarakat. Sehingga pemerintah berencana untuk
membangun Tower BTS 4G yang di dalam rencananya, proyek BTS 4G Kominfo akan dikerjakan
dalam kurun waktu 2020-2024.
BTS adalah infrastruktur komunikasi yang memungkinkan komunikasi nirkabel antara
perangkat komunikasi dan jaringan operator. Bisa juga dikatakan bahwa BTS ini merupakan
antena atau pemancar yang menerima dan mengirimkan sinyal dari operator seluler ke
pelanggan atau sebaliknya. Menara BTS mengirim dan menerima sinyal radio ke perangkat
komunikasi seperti ponsel, telepon rumah dan perangkat sejenis lainnya. Sinyal radio kemudian
diubah menjadi sinyal digital, yang kemudian dikirim ke perangkat akhir lainnya sebagai pesan
atau data. BTS adalah singkatan dari Base Transceiver Station atau dalam bahasa Indonesia
disebut transmitter station. BTS kadang juga disebut base station (BS) dan radio base station
(RBS).
BTS ini sudah di gunakan bersama oleh para provider dan berlaku sejak Keputusan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1. 2 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembangunan
dan Penggunaan Menara Telekomunikasi Umum. Tujuannya adalah untuk mencapai efisiensi
dan efektivitas dalam ruang komunikasi publik dengan tetap memperhatikan pertumbuhan
industri telekomunikasi yang berkelanjutan. Dalam hal ini, BTS (Base Transceiver Station)
menjadi sebuah rangkaian yang misinya adalah membantu orang-orang untuk dapat
berkomunikasi melintasi jarak dan waktu.
Struktur BTS di atas Permukaan bumi membutuhkan perencanaan dan perhitungan yang
akurat diperkirakan akan membangun menara cocok seperti yang diharapkan. Salah satu hal
yang harus diwaspadai dalam proses membangun Tower BTS adalah topografi daerah,
sehingga diperlukan survei topografi untuk mengenali wilayah yang akan di dirikan tower BTS.
Selain pengukuran topografi, ada metode yang berbeda harus dilakukan selama konstruksi
menara BTS adalah keadaan sosial di daerah di mana menara akan dibangun, perizinan lahan,
biaya pengembangan menara, di mana biaya konstruksi sudah termasuk tanah dan lainnya, izin
untuk pendirian dari instansi pemerintah dan lain-lain. Tinjauan tentang berbagai prosesi
topografi ini adalah sebuah proses menciptakan optimasi pembangunan menara secara analisis
dan salah satu cara untuk mendapatkan menara yang mampu bekerja secara maksimal untuk
bekerja secara optimal.
Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang
pedoman pembangunan dan penggunaan menara bersama telekomunikasi memberdayakan
pemerintah area untuk berpartisipasi dalam kepemimpinan dan bertanggung jawab untuk
membuat rencana pengembangan penggunaan menara bersama. Beberapa kewenangan
pemerintah daerah tersebut antara lain adalah Penerbitan Izin Pendirian Menara Bersama
(IMBM), mengatur dan menyusun penempatan tempat menara telekomunikasi dengan
mempertimbangkan aspek teknis dan prinsip penggunaan menara bersama, dan pengenaan
sanksi administratif berupa teguran, peringatan, pengenaan denda atau pencabutan izin sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. (Fauzi:2014)
Aturan Umum Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan
Informatika dan Kepala Badan Koordinasi investasi, No. 18, 7, 19, 3 tahun 2009 tentang
petunjuk pengembangan dan penggunaan menara telekomunikasi memiliki aturan lebih lanjut
tentang menara umum. Beberapa terkadang aturan yang disebutkan dalam peraturan umum ini
yang lain menentukan jangka waktu dua tahun tower sudah siap untuk beralih ke draft menara
umum, monopoli tidak diperbolehkan menara bersama di area yang menawarkan peluang. Hal
yang sama berlaku untuk semua operator telekomunikasi pada satu menara bersama dan
memprioritaskan menara telekomunikasi yang ada seperti menara bersama apabila berada di
lokasi yang telah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Kementerian Komunikasi dan Informatika berencana membangun menara BTS 4G di
Indonesia Untuk memperluas jaringan layanan internet hingga ke desa-desa, Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana membangun 4.200 BTS pada 2021. Johnny G
Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), mengatakan dengan adanya BTS,
program pemerintah berupa Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dapat
diakses oleh seluruh pelaku UMKM/KIM.
Sedangkan untuk desa atau kelurahan yang belum memiliki akses internet masih 12.548
desa dan kelurahan, wilayah yang berada di Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) sebanyak
9.113 desa dan kelurahan. Di luar 3T sebanyak 3.435 desa dan kelurahan. Beberapa waktu lalu
sempat disinggung bahwa Badan Kominfo untuk Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi
(Bakti) bertanggung jawab membangun infrastruktur telekomunikasi di kawasan 3T. Pada saat
yang sama, area non-3T dilayani oleh operator seluler.
Namun, rencana pembangunan tower BTS 4G oleh Kementerian Komunikasi dan
Informasi sampai hari ini belum terlihat hasilnya. Terlihat seperti adanya kejanggalan dalam
proyek Tower BTS ini, kemudian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan beberapa
kejanggalan dalam proyek pembangunan BTS 4G Bakti Kominfo jauh sebelum Menkominfo
menetapkan Johnny Plate sebagai tersangka pada Rabu, 17 Mei 2023. Kejanggalan tersebut
terungkap dalam hasil audit pengelolaan Belanja Khusus (PDTT) yang disediakan oleh BPK
untuk Kominfo tahun anggaran 2021.
Menurut informasi dari Tempo.co BPK juga mencatat adanya kerugian anggaran dalam
proyek pembangunan BTS Bakti Kominfo. Tidak tanggung-tanggung, nilainya mencapai Rp
1.550.604.887.030 atau Rp 1,5 triliun. Kerugian anggaran yang dibukukan BPK sudah termasuk
belanja modal. Biaya operasional helikopter dan sejenisnya antara lain Rp 1,4 triliun. Demikian
juga dengan biaya training dan jasa lainnya masing-masing Rp 30,9 miliar dan Rp 60,6 miliar.
Ini membuat banyak pengembangan BTS yang tidak perlu. Menara BTS masih dibangun di
desa-desa yang sudah memiliki pemancar. Padahal, konsep membangun BTS di Bakti adalah1
desa 1 pemancar.
Proses pengadaan proyek infrastruktur BTS juga menyalahi aturan. Persyaratan kriteria
prakualifikasi tidak disusun sesuai ketentuan Peraturan Ditjen Bakti No. 7 Tahun 2020 “Tentang
Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa Infrastruktur BTS dan Dukungannya Dalam Rangka
Transformasi Digital ". Dokumen tinjauan pendahuluan tidak memuat peraturan tentang ruang
lingkup dan definisi batasan wajib. Termasuk, pembangunan BTS dan infrastruktur pendukung
tidak mencantumkan adanya persyaratan pengalaman pembangunan BTS dan infrastruktur
pendukung. Hal tersebut sudah menyalahi aturan, bahkan pihak kominfo tidak melakukan
survei dan turun lapangan dalam perencanaan pembangunan Tower BTS ini.
Sampai saat ini perencanaan pembangunan Tower BTS menjadi tidak jelas arahnya,
banyak proyek tower yang mangkrak karena dugaan kasus korupsi yang di lakukan oleh
beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab. Pihak yang berwajib juga masih terus
melakukan investigasi yang mendalam untuk mengetahui dalang-dalang korupsi dalam proyek
tower BTS ini. Banyak sekali kejanggalan-kejanggalan dalam proyek Tower BTS ini yang di
temukan oleh BPK, hal ini akan memperpanjang proses investigasi dan memperlama
pengerjaan proyek Tower BTS.
Saat ini Menteri Komunikasi dan informatika Johnny G Plate ditetapkan sebagai
tersangka kasus dugaan korupsi BTS 4G dan infrastruktur pendukung 1, 2, 3, 4, dam 5 Bakti
Kominfo tahun 2020-2022. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah
menyimpulkan kerugian negara di kasus korupsi BTS 4G BAKTI Kominfo mencapai kurang lebih
di angka 8 triliun. Karena beberapa vendor proyek pembangunan proyek BTS ini sudah belanja
beberapa perangkat penunjang pembangunan BTS. Namun, karena kasus dugaan korupsi
tersebut beberapat perangkat penunjang menjadi terbengkalai begitu saja.
Perencanaan pembangunan Tower BTS yang gagal karena dugaan korupsi, selain
mengakibatkan kerugian pada negara juga pada daerah-daerah yang akan di lakukan
pembangunan tower BTS. Seharusnya beberapa masyarakat sudah bisa menikmati hasil
pembangunan BTS untuk memperlancar sinyal, sehingga sebaran informasi penting dapat
diterima oleh seluruh masyarakat terutama untuk di desa-desa. Masyarakat desa yang
seharusnya dapat melakukan komunikasi jarak jauh dengan mudah, namun menjadi terkendala
karena tower BTS yang gagal di bangun.
Namun, terdapat beberapa daerah yang sudah berhasil di bangun tower BTS seperti di
Kabupaten Kepulauan Mentawai memberi dampak positif bagi masyarakat setempat, khususnya
di daerah pedalaman Siberut Barat yaitu Desa Simatalu. Namun, karena dugaan kasus korupsi
dana pembangunan tower BTS sehingga banyak tower yang di bangun seadanya dan tidak
maksimal. Tower BTS 4G di Simalibbek bermasalah dan tidak ada perbaikan yang dilakukan
oleh pihak teknisi, jaringan 4G belum optimal dan masih lemot, begitu juga jaringan seluler
terkadang hilang timbul. Kendala lainnya adalah sinyal tower BTS tidak maksimal, salah satu
kendalanya yaitu rendahnya kapasitas jaringan (Mbps) dan pemasangan pertama dibatasi.
Seharusnya dengan biaya yang sudah dianggarkan, Kementerian Komunikasi dan
Informatika mampu membangun fasilitas masyarakat yang baik sesuai dengan tujuan utamanya
yaitu agar masyarakat desa dapat mengakses internet dan melakukan komunikasi jarak jauh di
wilayah desa dengan mudah. Dapat mengakses informasi penting untuk membantu
pertumbuhan ekonomi, pendidikan, budaya, politik, namun pada kenyataannya hal tersebut
belum terwujud pada semua desa yang terpencil karena dugaan kasus korupsi pada
pembangunan Tower BTS.
Kesalahan lainnya yang di lakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam
proses pembangunan Tower BTS adalah tidak melakukan survei dan turun lapangan untuk
mengetahui topografi wilayah tersebut. Karena, jika pembangunan Tower BTS terlalu dekat
dengan pemukiman warga akan berdampak tidak baik pada kesehatan akibat gelombang
elektromagnetik yang ditimbulkan BTS tersebut. Selain itu juga khawatir terjadi kebakaran
karena konsleting atau sambaran petir yang berakibat menjalar ke perumahan warga.
Selain hal positif pembangunan Tower BTS, hal-hal negatif yang berakibat buruk
seharusnya menjadi perhatian KOMINFO dan sub-kontraktornya. Namun, hal tersebut ternyata
di abaikan. Sesuai aturan, jarak aman menara ke ketinggian maksimal menara adalah 45 meter,
jadi jarak dari akomodasi umum adalah 20 meter. Sebaliknya, jika penurunan dan pemasangan
menara BTS dilakukan di kawasan komersial maka jarak amannya adalah 10 meter dan di
kawasan industri lima meter. Untuk menara BTS dengan tinggi lebih dari 45 meter, jarak aman
minimal dari pemukiman penduduk adalah 30 meter. Jaraknya hingga 15 meter di area
komersial dan 10 meter di area industri.
Walaupun memang diakui, pembangunan Tower BTS tidaklah mudah. Apalagi akses ke
wilayah 3T yang memang menjadi fokus BAKTI dan KOMINFO. Selain akses menuju ke wilayah
tersebut yang tidak mudah untuk mengirimkan barang-barang bangunan, juga terdapat alokasi
dana tambahan untuk keamanan seperti ke wilayah papua. Belum lagi jika terjadi hal-hal
extradiornary di lapangan, hal tersebut akan menambah biaya operasional pembangunaan
Tower BTS walaupun pendistribusian material dalam tingkat masif masih normal. Seharusnya,
dana yang sudah di anggarkan lebih baik di salurkan untuk hal-hal yang tak terduga seperti itu,
namun kenyataannya dana anggaran di korupsi oleh para pihak tidak bertanggung jawab.
Kaitannya dengan ekonomi politik kebijakan komunikasi pada kasus proyek
pembangunan Tower BTS ini adalah tidak taatnya Kementerian Komunikasi dan Informatika
pada aturan-aturan yang sudah di sepakati dan menyalahi kebijakan komunikasi yang sudah di
buat oleh pemerintah. Hal ini juga dikaitkan dengan keadaan politik yang saat ini memang
sedang ramai karena akan adanya kontestasi politik di 2024 nanti, namun banyak pihak yang
menepis hal tersebut termasuk Presiden Jokowi sendiri. Namun, dari kasus proyek
pembangunan Tower ini yang paling di rugikan adalah masyarakat desa pinggiran yang sama
sekali tidak memiliki pemancar di wilayah nya, sehingga banyak informasi yang terhambat
sampai ke masyarakat tersebut. Seperti salah satu program yang saat ini juga menjadi fokus
pemerintah di bidang kesehatan yaitu komunikasi edukasi stunting. Masyarakat yang tidak
tersambung internet atau yang mendapat kapasitas jaringan frekuensi yang lemat sulit untuk
menerima informasi tersebut. Sehingga upaya pemerintah akan terlihat sia-sia karena tidak
sampai ke seluruh lini masyarakat. Untuk melakukan komunikasi saja susah karena tidak
mendapat sinyal, apalagi akses internet untuk mendapatkan informasi penting lainnya. Target
untuk menurunkan angka stunting akan semakin sulit jika informasi yang di berikan pemerintah
tidak sampai ke masyarakat. Sedangkan saat ini Indonesia menempati urutan ke-empat untuk
kasus stunting. Angka standard yang di tetapkan WHO untuk angka stunting berada di 20%,
sedangkan Indonesia masih di 27%. Walaupun komunikasi edukasi stunting juga di lakukan
melalui offline, namun kurang efektif karena beberapa faktor latar belakang wilayah seperti
daerah yang sulit diakses, budaya kuat yang masih melekat, dan berbagai hambatan lainnya.
Hal ini harus menjadi evaluasi pemerintah ke depannya, bahwa setiap program harus di
awasi oleh tim indpendent agar berjalan sesuai dengan kesepatan yang sudah di buat. Tidak
hanya di anggarkan, kemudian di jalankan oleh koordinator namun tidak ada pengawasan dari
pemerintah. Karena dugaan kasus korupsi pada pembangunan BTS sangat merugikan
masyarakat dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Asyik. (2014). Perencanaan Kebutuhan Base Transceiver Station (BTS) dan Optimasi
Penempatan Menara Besama Telekomunikasi. Vol. 4 No. 3 (Maret - Juni 2014) Hal: 151 - 158
https://www.liputan6.com/regional/read/5234492/pengertian-tower-bts-base-transceiver-
station-4g-fungsi-jenis-dan-komponennya
Ismail,Nanang. Maharoni., dan Lindra. (2015). Analisi Perencanaan Pembanguna BTS (Base
Transceiver Station) berdasarkan Faktor Kelengkungan Bumi dan Daerah Fresnel di Regional
Project Sumatra Bagian Selatan. Edisi Juni Volume IX No. 1
https://indonesiabaik.id/infografis/orang-indonesia-makin-melek-
internet#:~:text=Berdasarkan%20hasil%20survei%20Asosiasi%20Penyelenggara,sebanyak%2
0210%2C03%20juta%20pengguna.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/31756/kominfo-bangun-4200-bts-demi-desa-teraliri-
internet-di-2021/0/sorotan_media
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230523170431-37-439869/kasus-korupsi-bts-begini-
susahnya-bangun-tower-hp-terpencil
http://mentawaikab.go.id/berita/detail/tower-bts-memberi-dampak-positif-bagi-masyarakat-
pelosok-di-simatalu

Anda mungkin juga menyukai