Anda di halaman 1dari 5

Sumbangan Pemikiran Mastel Mengenai Regulasi Prioritas 2024

Menuju Implementasi Visi Indonesia Digital 2045

Berfokus pada upaya memajukan pembangunan ekosistem digital di Indonesia, Mastel sebagai
lembaga peran serta masyarakat dalam pembinaan telekomunikasi di Indonesia telah beberapa
kali mengadakan diskusi internal secara intensif membahas isu-isu TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) prioritas tahun 2024 yang membutuhkan akselerasi penyelesaian permasalahannya
melalui percepatan realisasi pembangunan, pembentukan regulasi, dan/atau penerbitan
kebijakan Pemerintah. Diskusi internal tersebut menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi yang
dituangkan dalam Sumbangan Pemikiran Mastel 2024 sebagai berikut:

1. Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital Indonesia 2030 dan Buku Visi
Indonesia Digital 2045 (VID2045) adalah 2 (dua) dokumen utama yang wajib menjadi
panduan bagi para pemangku kepentingan di sektor TIK untuk mencapai Target Indonesia
Emas 2045. Oleh karena itu seluruh pemangku kepentingan di sektor TIK wajib
mewujudkannya dengan disiplin sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing.

2. Infrastruktur digital Indonesia sebagai fondasi transformasi digital perlu terus dibangun
dengan cepat agar seluruh lapisan masyarakat di seluruh pelosok tanah air mendapatkan
layanan konektivitas digital yang merata, berkualitas baik, dan berkapasitas tinggi.
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah perlu memberikan insentif kepada
penyelenggara insfrastruktur digital, baik dalam bentuk keringanan pungutan PNBP
termasuk konversi kontribusi universal service obligation (USO) berupa non-cash USO
maupun harmonisasi regulasi yang menghambat menjadi regulasi yang bersahabat dengan
pembangunan infrastruktur digital. Selain itu sudah saatnya menyelaraskan perizinan
industri telekomunikasi untuk disesuaikan dengan perkembangan industri digital,
khususnya pemisahan/decoupling antara kewajiban penyelenggara jaringan
telekomunikasi dan kewajiban penyelenggara jasa telekomunikasi, sehingga terdapat
pembagian fokus untuk pengembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi dan
pengembangan jasa telekomunikasi, dengan tetap menjaga kesehatan dan
keberlangsungan industri telekomunikasi nasional.

3. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) telah dibangun sejak tahun 2018, akan
tetapi hingga saat ini belum menunjukan kemajuan yang signifikan. Ini tergambar dalam
Indeks Pembangunan e-Government (EDGI) tahun 2023 yang masih berada pada peringkat
77 dari 193 negara. Diperlukan percepatan penyelesaian program Satu Data Indonesia (SDI)
dan percepatan penyediaan pusat data untuk SPBE yang merupakan Sistem Elektronik
Lingkup Publik melalui penyiapan Pusat Data Nasional (PDN) maupun optimalisasi
pemanfaatan pusat data yang telah disediakan oleh industri pusat data dalam negeri. Selain
itu, perlu upaya ekstra dari para pemangku kepentingan untuk mensolusikan masalah
integrasi dan interoperabilitas ribuan aplikasi, menyatukan kebutuhan instansi yang
berbeda-beda, serta mengatasi keterbatasan infrastruktur dan kapabilitas teknologi SPBE.

4. Rancangan Undang Undang Ketahanan dan Keamanan Siber (RUU KKS) telah disusun sejak
beberapa tahun lalu, namun hingga awal 2024 belum diundangkan menjadi UU KKS,
padahal kebutuhan UU KKS sangat urgent. Dihimbau kepada para pemangku kepentingan
untuk secepatnya menyelesaikan kontroversi atas substansi RUU KKS dimaksud agar dapat
segera dibahas di DPR dan diundangkan.

5. Undang-Undang No 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) telah
diundangkan pada tanggal 17 Oktober 2022 dengan masa transisi paling lama 2 (dua) tahun.
Hingga Januari 2024 belum ada satupun PP (Peraturan Pemerintah) dan Perpres (Peraturan
Presiden) sebagai pelaksanaan UU PDP disusun/ditetapkan. Perlu percepatan proses
penyusunan RPP (Rancangan Peraturan Pemerintah) dan Rancangan Perpres termasuk
percepatan pengundangannya serta penyusunan Peraturan Menteri untuk
implementasinya.

6. Undang-Undang No. 1 Tahun 2024 tentang Perubahan ke-2 Atas Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah disahkan oleh Presiden RI
pada tanggal 2 Januari 2024 (“Perubahan ke-2 UU ITE”). Agar perubahan ke-2 UU ITE
tersebut dapat diimplementasikan, Pemerintah perlu segera menyelaraskan peraturan
perundang-undangan hierarkhi di bawahnya, yaitu perlu segera menyusun RPP (Rancangan
Peraturan Pemerintah) perubahan PP No 71 Tahun 2019 dan mengundangkannya menjadi
PP, dan selanjutnya Kementerian Kominfo segera menerbitkan dan/atau menyelaraskan
Peraturan Menteri yang relevan untuk implementasi PP dimaksud.

7. Beberapa sektor di luar sektor telekomunikasi berhasil mengantisipasi kehadiran layanan


berbasis aplikasi digital dengan menerbitkan regulasi yang relevan dan memberlakukan
peraturan per-UU-an di sektor tersebut bagi layanan-layanan berbasis aplikasi digital
misalnya (i) UU perbankan untuk layanan perbankan berbasis aplikasi digital, (ii) UU Pos
untuk layanan pengantaran dokumen dan paket berbasis aplikasi digital, (iii) UU
Perdagangan untuk PMSE (Perdagangan Melalui Sistem Elektronik). Namun tidak demikian
halnya dengan sektor telekomunikasi, di mana saat ini layanan telekomunikasi berbasis
aplikasi digital (seperti WhatsApp, WeChat, Line) tidak diregulasi secara memadai (hanya

·
Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesia ICT Society
Jl. Tambak No.61, Pegangsaan, Jakarta Pusat 10320
t.+62 21 3190 8806 f.+62 21 3190 8812 e. info@mastel.id w.www.mastel.id
wajib tunduk pada peraturan per-UU-an ITE). Akibatnya terjadi persaingan usaha yang tidak
sehat yang berakibat sangat merugikan penyelenggara telekomunikasi dan juga merugikan
negara. Harus ada keberanian Pemerintah cq. Kemenkominfo untuk memberlakukan
peraturan per-UU-an di bidang telekomunikasi bagi layanan telekomunikasi berbasis
aplikasi digital dan membuat/memberlakukan regulasi baru yang mengikat penyelenggara
layanan telekomunikasi berbasis aplikasi digital. Demikian pula layanan-layanan berbasis
aplikasi digital lainnya yang dikenal dengan layanan Over the Top (OTT), tidak cukup
dikenakan UU ITE, tetapi perlu pula dikenakan peraturan per-UU-an yang berlaku di sektor
yang relevan (misal media sosial Youtube dikenakan UU Penyiaran, Netflix dikenakan UU
Penyiaran dan atau Perfilman, media berita elektronik dikenakan UU Pers dlsb).
Kemenkominfo perlu menyusun regulasi mengenai pengaturan OTT, termasuk Peraturan
Menteri tentang Layanan OTT.

8. Diperlukan upaya peningkatkan nilai tambah (value added) dari data yang dihasilkan dari
proses digitalisasi yang dilakukan di Indonesia dalam rangka mewujudkan Indonesia
menjadi poros digital di ASEAN, yaitu:

a. Mengembangkan ekosistem data di Indonesia.


Diperlukan kebijakan yang mendorong penempatan data di Indonesia, khususnya
bagi layanan digital yang telah memenuhi kriteria jumlah pengguna dan/atau jumlah
trafik tertentu. Keberadaan data melalui penempatannya di pusat data di Indonesia
akan berkontribusi terhadap: (i) pertumbuhan industri pusat data nasional, (ii)
penyediaan lapangan kerja, pengembangan kapabilitas dan kompetensi bagi talenta
digital Indonesia, (iii) peningkatan kualitas layanan digital melalui perbaikan delay
dan latensi, serta (iv) peningkatan investasi asing di Indonesia (foreign direct
investment).

b. Meningkatkan sustainabilitas infrastruktur digital melalui interkoneksi internet


berbasis trafik.
Diperlukan regulasi yang mengakomodir peningkatan volume trafik data yang
mengalir dari layanan-layanan berbasis aplikasi digital yang membebani infrastruktur
digital melalui pemberlakukan skema interkoneksi internet berbasiskan trafik data
sehingga peningkatan trafik data dapat dikorelasikan dengan kewajiban kontribusi
terhadap investasi pada infrastruktur digital.

9. Kehadiran teknologi satelit orbit rendah berkapasitas tinggi (LEO-HTS) dan “BTS Terbang”
(HAPS) berpotensi mendisrupsi infrastruktur digital nasional yang telah, sedang dan akan
dibangun. Perlu sikap tegas Pemerintah cq. Kemenkominfo untuk mengantisipasi potensi

·
Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesia ICT Society
Jl. Tambak No.61, Pegangsaan, Jakarta Pusat 10320
t.+62 21 3190 8806 f.+62 21 3190 8812 e. info@mastel.id w.www.mastel.id
disrupsi oleh kedua teknologi tersebut dengan membuat regulasi yang melindungi dan
memperkuat kedaulatan negara di bidang TIK, khususnya kedaulatan negara atas
infrastruktur digital. Memastikan negara berdaulat dan memiliki kendali atas infrastruktur
digital di Indonesia dapat diwujudkan melalui pengendalian kehadiran pelaku usaha asing
penyedia infrastruktur digital, termasuk penyelenggara satelit asing di Indonesia, melalui
kerangka kerja sama yang menerapkan skenario segregation of duty yang efektif dalam
memecah dan memitigasi risiko ancaman terhadap pertahanan dan ketahanan nasional
serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak kalah penting, Pemerintah perlu
mendorong penelitian, pengembangan, dan produksi LEO-HTS di Indonesia sebagai upaya
mewujudkan kemandirian industri satelit nasional.

10. Diperlukan upaya pengembangan sistem pelatihan digital yang menyebar ke seluruh
wilayah Indonesia untuk percepatan peningkatan literasi digital nasional. Ini dapat
dilakukan antara lain dengan: (i) mengembangkan pelatihan digital melalui pemanfaatan
Massive Open Online Course (MOOC), (ii) mengoptimalkan pemanfaatan dan
pemberdayaan lembaga dan/atau institusi pelatihan digital untuk meningkatkan digital
literasi masyarakat di daerah rural, seperti melalui Mastel Institute, (iii) meningkatkan kerja
sama antara institusi pendidikan (sekolah dan universitas) dengan pelaku usaha dan
asosiasi di industri digital dalam menjembantani siswa dan mahasiswa untuk mendapatkan
pengetahuan dan update perkembangan terbaru di industri digital.

11. Teknologi dan layanan pemanfaatan Big Data, layanan IoT (Internet of Things), aplikasi ML
(Machine Learning) dan penggunaan AI (Artificial Intelligence) telah berkembang pesat di
negara-negara maju, diprediksi Indonesia juga akan segera menyusul. Melalui Surat Edaran
No. 9 Tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial, Menteri Komunikasi dan Informatika
(Menkominfo) telah mengatur nilai-nilai etika (norma etis) dan prinsip-prinsip yang harus
menjadi landasan penyelenggaraan pemrograman berbasis kecerdasan artifisial. Akan
tetapi penerbitan Surat Edaran baru merupakan langkah awal yang perlu dilanjutkan
dengan penyusunan dan pemberlakuan peraturan perundang-undangan yang mampu
mengantisipasi dampak negatif dengan mengarahkan ke hal-hal yang bersifat membangun
dan bermanfaat bagi kehidupan rakyat banyak.

·
Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesia ICT Society
Jl. Tambak No.61, Pegangsaan, Jakarta Pusat 10320
t.+62 21 3190 8806 f.+62 21 3190 8812 e. info@mastel.id w.www.mastel.id
Demikianlah Sumbangan Pemikiran Mastel 2024 ini disampaikan dalam upaya mengakselerasi
untuk mewujudkan Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital Indonesia 2030 dan Visi,
Misi, Tujuan, Strategi, serta Target Indonesia Digital 2045.

Jakarta, 11 Januari 2024

Sarwoto Atmosutarno
Ketua Umum Mastel

·
Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesia ICT Society
Jl. Tambak No.61, Pegangsaan, Jakarta Pusat 10320
t.+62 21 3190 8806 f.+62 21 3190 8812 e. info@mastel.id w.www.mastel.id

Anda mungkin juga menyukai