Jawab :
Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2022 tentang Arsitektur Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik Nasional adalah sebuah regulasi yang dikeluarkan oleh Presiden
Republik Indonesia. Tujuan dari peraturan ini adalah untuk membantu melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun
2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.
Dalam Peraturan Presiden ini, terdapat beberapa pengertian penting yang harus
dipahami:
3. Arsitektur SPBE Nasional: Ini adalah versi arsitektur SPBE yang diterapkan
secara nasional.
5. Arsitektur SPBE Pemerintah Daerah: Ini adalah versi arsitektur SPBE yang
diterapkan di pemerintah daerah.
10. Pemerintah Daerah: Terdiri dari kepala daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Peraturan Presiden ini juga menjelaskan bahwa Arsitektur SPBE Nasional mencakup
arah kebijakan, kerangka kerja, referensi arsitektur, domain arsitektur, dan inisiatif
strategis. Arsitektur SPBE Nasional untuk Tahun 2020-2024 juga termasuk dalam
Peraturan Presiden ini sebagai lampiran.
Penerapan Arsitektur SPBE di tingkat instansi pusat dan pemerintah daerah menjadi
dasar dalam pelaksanaan penyiapan dan pengembangan layanan SPBE. Proses
penyiapan dan pengembangan layanan SPBE dilakukan oleh Wali Layanan terkait
dan ditetapkan dengan keputusan Menteri.
Arsitektur SPBE Nasional dikelola oleh tim koordinasi SPBE nasional, sementara
Arsitektur SPBE Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah dikelola oleh instansi dan
pemerintah daerah yang bersangkutan. Pembangunan infrastruktur SPBE harus
didasarkan pada Arsitektur SPBE Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah, dan ada
tenggat waktu yang harus diikuti dalam pembangunan dan pengembangan
infrastruktur SPBE.
Peraturan Presiden ini berlaku sejak diundangkan pada tanggal 20 Desember 2022.
Dalam materi yang Anda bagikan, terdapat uraian mengenai arah kebijakan dan
strategi dalam penyusunan Arsitektur Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE)
Nasional, yang mencakup Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-
2024, pengarusutamaan transformasi digital, kebijakan Satu Data Indonesia, dan arah
kebijakan dan strategi SPBE. Saya akan melanjutkan penjelasan dari materi tersebut:
D. Arah Kebijakan dan Strategi SPBE Pada bagian ini, penting untuk memahami
bahwa pemerintah Indonesia berfokus pada berbagai arah kebijakan dan strategi
untuk mendukung pelaksanaan SPBE. Ini mencakup langkah-langkah konkrit yang
perlu diambil untuk memastikan bahwa SPBE mendukung visi, misi, dan agenda
pembangunan nasional. Beberapa langkah strategis yang mungkin termasuk:
10. Kolaborasi antar Stakeholder: Kolaborasi yang erat antara berbagai pemangku
kepentingan terkait, termasuk pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, dan
masyarakat, untuk mendukung pelaksanaan SPBE dan kebijakan Satu Data Indonesia.
F. Kebijakan Satu Data Indonesia Kebijakan Satu Data Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan tata kelola data pemerintah dengan memastikan data yang akurat,
mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, dan mudah diakses serta
dibagipakaikan antar instansi pusat dan pemerintah daerah. Satu Data Indonesia
memberikan manfaat bagi pengambilan keputusan dan kebutuhan data masyarakat.
Pelaksanaan Satu Data Indonesia sangat terkait dengan SPBE, dan keduanya perlu
diintegrasikan dengan baik. Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 mengamanatkan
bahwa SPBE mendukung tata kelola data dalam Satu Data Indonesia melalui
dukungan teknologi informasi dan komunikasi.
Sinkronisasi dan harmonisasi antara pelaksanaan SPBE dan Satu Data Indonesia
perlu dicapai melalui kerangka SPBE, arsitektur data dan informasi, manajemen data,
serta pengembangan Big Data dan kecerdasan buatan pemerintah.
Sinergi antara SPBE dan Satu Data Indonesia memungkinkan terwujudnya penerapan
SPBE yang berkualitas, yang bergantung pada data Satu Data Indonesia yang
berkualitas, dan sebaliknya.
Semua langkah ini membentuk landasan kuat bagi pemerintah Indonesia dalam
mewujudkan Gouernment as a Platform (GaaP), yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan publik yang berkualitas, efisien, dan terpercaya kepada masyarakat dengan
memanfaatkan teknologi dan data yang baik. Sinergi antara berbagai inisiatif ini
sangat penting untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang lebih maju dan
berkelanjutan di era digital.
Jawab :
Jurnal yang berjudul "Perancangan Arsitektur Sistem Informasi Enterprise Pada Balai
Desa Simongagrok Kabupaten kuningan." Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan perencanaan arsitektur enterprise yang membantu dalam melakukan
aktivitas pelayanan publik di Kabupaten kuningan, Indonesia. Perancangan arsitektur
sistem informasi ini menggunakan kerangka kerja TOGAF ADM 9.2 (The Open
Group Architecture Framework).
3. Hasil dan Pembahasan: Hasil dari penelitian ini mencakup perancangan arsitektur
sistem informasi untuk Balai Desa. Ini mencakup perencanaan infrastruktur
teknologi, pengembangan aplikasi web, integrasi data, dan perencanaan migrasi
aplikasi yang diperlukan untuk mendukung sistem pemerintahan yang lebih efisien.
6. Kata Kunci: Kata kunci yang digunakan dalam jurnal ini mencakup "Enterprise
Architecture" dan "TOGAF ADM 9.2," yang merujuk pada metodologi yang
digunakan dalam penelitian.
Selain elemen-elemen yang telah disebutkan, pastikan untuk meninjau lebih rinci
analisis yang diberikan dalam jurnal, termasuk deskripsi lebih lanjut tentang metode
yang digunakan dan dampak dari perancangan arsitektur sistem informasi pada
pelayanan publik di Balai Desa Simongagrok.
Jurnal ini membahas perancangan arsitektur sistem informasi enterprise untuk Balai
Desa di Kabupaten kuningan, Indonesia, yang berperan dalam memberikan pelayanan
publik kepada masyarakat. Di bawah ini adalah ringkasan review jurnal tersebut:
Latar Belakang: Pada era digital, teknologi informasi telah menjadi sangat penting
dalam pengelolaan sistem pemerintahan. Penerapan teknologi informasi dapat
meningkatkan transparansi, keamanan, dan efisiensi dalam administrasi
pemerintahan. Oleh karena itu, Balai Desa Simongagrok, sebagai akar data dari
struktur pemerintahan, memutuskan untuk mengadopsi Teknologi Informasi untuk
meningkatkan efektivitas dalam menjalankan pelayanan publik dan mendukung
program E-Government. Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan observasi, wawancara, dan studi literatur. Metode
perancangan arsitektur menggunakan kerangka kerja TOGAF (The Open Group
Architecture Framework) versi 9.2, yang merupakan kerangka kerja arsitektur
perusahaan yang berfokus pada desain, perencanaan, implementasi, dan pengelolaan
arsitektur informasi perusahaan. Hasil Penelitian: Penelitian ini menghasilkan
blueprint arsitektur sistem informasi untuk Balai Desa Simongagrok yang dapat
digunakan dalam penyelesaian permasalahan yang ada pada sistem informasi dengan
pendekatan yang komprehensif. Blueprint ini mencakup pemodelan arsitektur bisnis
dan teknologi informasi, pengembangan aplikasi web, integrasi data dalam surat
menyurat, serta perencanaan migrasi untuk implementasi bertahap. Diskusi dan
Kesimpulan: Penelitian ini mengidentifikasi kebutuhan untuk mengoptimalkan
arsitektur sistem informasi di Balai Desa. Dengan mengembangkan blueprint
arsitektur, mereka dapat merencanakan perubahan arsitektur yang diperlukan untuk
mendukung pelayanan publik yang lebih baik. Perubahan melibatkan pengembangan
aplikasi web, infrastruktur teknologi informasi, integrasi data, dan roadmap migrasi.
Penelitian ini penting karena membantu pemerintahan desa untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dalam menjalankan pelayanan publik dan memberikan
transparansi kepada masyarakat. Blueprints arsitektur ini merupakan panduan bagi
Balai Desa Simongagrok dalam mengimplementasikan perubahan teknologi
informasi. Jadi, jurnal ini membahas bagaimana penerapan arsitektur sistem informasi
enterprise dapat mendukung pelayanan publik yang lebih baik di tingkat desa, dengan
fokus pada Balai Desa Simongagrok di Kabupaten Mojokerto.
Persamaan:
1. Tujuan Meningkatkan Efisiensi: Baik dalam Peraturan Presiden Nomor 132
Tahun 2022 maupun dalam jurnal tentang arsitektur sistem informasi pelayanan
publik digital, ada kesamaan dalam tujuan meningkatkan efisiensi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Peraturan Presiden mencoba untuk mengatur
arsitektur sistem pemerintahan berbasis elektronik untuk efisiensi, sementara jurnal
tersebut bertujuan untuk merancang arsitektur sistem informasi yang membantu
aktivitas pelayanan publik dengan efisien.
Perbedaan:
Keduanya memiliki kesamaan dalam fokus pada efisiensi dan peningkatan pelayanan
publik melalui penggunaan teknologi, meskipun mereka beroperasi pada tingkat yang
berbeda dan dengan tujuan yang berbeda pula. Peraturan Presiden memiliki cakupan
nasional dan bersifat regulatif, sementara jurnal adalah studi kasus spesifik tentang
perancangan arsitektur di tingkat desa.