Anda di halaman 1dari 11

3.

Jenis-jenis sistem pengapian

Ada 3 jenis umum sistem pengapian :


1. Sistem pengapian mekanik, yg dibedakan menjadi
pengapian baterai menggunakan pemutus kontak (platina)
di dalam distributor utk memulai percikan dn pengapian
magnet (magneto ignition) yg menggunakan magnet.
2. Sistem pengapian elektronik tidak membutuhkan platina.
Ketika signal diterima, pemantik api dilakukan oleh
transistor yg terdapat di dalam modul pengapian.
Pengapian elektronik dibedakan menjadi pengapian
lucutan kapasitif (Capasitive Discharge Ignition , CDI) dan
pengapian koil transistor
3. Sistem pengapian langsung, (Direct ignition system) tidak
memiliki distributor dan menggunakan koil utk memasok
tegangan tinggi secara lngsung ke busi.
3.2. Sistem Pengapian Magneto

Sistem Pengapian magnet merupakan sistem pengapian


yg paling sederhana dalam menghasilkan percikan bunga
api di busi dan telah terkenal penggunaannya dalam
pengapian sepeda motor roda dua sebelum munculnya
pengapian elektronik.

Komponen sistem pengapian magneto, (1) magnet yg


berputar sesuai putaran flywheel (2), kondensor (3),
kumparan pengapian primer dan sekunder (4 dn 5),
platina (6), bubungan (cam) pengapian (7) yg berputar Gambar 11. Diagram pengapian magnetik
utk membuka dan menutup platina, (8) rotor distributor,
(9) tutup distributor dan busi (10).

Ketika flywheel brputar, magnet (1) jga berputar.


Putaran magnet membangkitkan arus di dalam koil ketika
medan magnet melintasi kumparan koil pengapian (4 dn
5). Selanjutnya arus menuj kumparan primer koil (4).
Ketika platina (6) terbuka oleh gerakan bubungan (7),
medan magnet melemah & arus tegangan tinggi
diinduksikan di dlm koil sekunder (5). Kondensor (3)
menyerap arus primer saat platina (6) terbuka mencegah
percikan api di platina. Arus tegngan tinggi melwati
lengan rotor distributor (8), utk dikirm ke busi (10)
melalui tutp distributor (9) dan melecut sebagai percikan
melintasi gap busi.
3.2. Sistem Pengapian Elektronik

Gambar 12. Diagram pengapian elektronik

Perbedaan sistem pengapian elektronik dengan sistem pengapian


konvensional (mekanis) terletak pada komponen disekitar distributor.
Sebagai pengganti bubungan distributor, pelat platina, platina dan
kondensor, sistem penyalaan elektronik mempunyai armature (yg disebut
dgn berbagai istilah seperti roda pemicu, reluctor, dll), koil pickup (statior,
sensor dll) dan modul kendali elektronik.
3.3. Sistem Pengapian Langsung

Sistem pengapian elektronik secara lngsung (direct


ignition system, DIS) atau disebut sistem pengapian
tanpa distributor, sebagai gantinya digunakan koil
pengapian satu atau lebih untuk satu atau dua busi.
Komponen pada sistem pengapian ini diantaranya adalah
(1) sensor timing poros engkol, (2) sensor poros
bubungan, (3) model pengapian DIS, (4) Rakitan koil
pengapian. Sensor timing poros engkol mengirim sinyal
RPM ke modul DIS dan unit kendali (ECU). Gambar 13. Sistem pengapian tanpa
distributor

Sensor Posisi poros engkol dn poros bubungan mengirim


signal ke ECU utk mengetahui saat masing-masing torak
mencapai TMA. ECU kemudian menggunakan signal
tersebut utk menentukan waktu pengapian dn percikan
utk masing-masing silinder. Modul pengapian DIS selain
menerima sinyal dari sensor bubungan & sensor poros
engkol juga menerima sinyal percikan dari unit kendali
(ECU).
Gambar 14. Sistem pengapian tanpa
distributor dgn 1 koil utk 2 busi
Banyak sistem DIS menggunakan percikan limba (waste spark) dgn susunan satu koil
menyalakn 2 busi pada saat yg sama secara berlawanan satu sama lain dlm urutan penyalaan.
1 busi memercik pada lngkah kompresi utk menyalahkan campuran bb/udara sedangkan
Sedangkan busi yg lain mmercik pada langkah buang dan menghasilkan apapun ketika tdk
terdapat campuran mudah menyala di dalam silinder hingga disebut percikan limbah.

Pada sistem ini setiap silinder


berpasangan berlawanan sesuai
urutan penyalaan ( pada umumnya
1-4, 2-3 pada motor 4-slinder atau
1-4, 2-5, 3-6 pada motor 6-slinder).

Gambar 15. Urutan percikan limba


3.4. Urutan Penyalaan

Urutan Penyalaan (firing order) adalah urutan


percikan api busi pada motor bensin atau urutan
penyemprotan bahan bakar pada setiap silinder dalm
motor diesel. Urutan penyelaan disesuaikan dgn urutan
langkah penyalaan dari masing-masing silinder yg dibuat
sedemikian rupa agar stabilitas motor terjamin.

Pada motor konvensional, urutan penyalaan yg tepat


diperoleh dgn penempatan kabel busi yg benar pada
distributor. Pada motor modern sistem manajemen
mtoor dn pengapian langsung, unit kendali elektronik
(Electronic Control Unit, ECU) mengendalikan urutan
penyalaan yg benar
3.5. Waktu Pengapian

Waktu atau timing pengapian (ignition timing) merupakan proses


pengaturan waktu di mana percikan api byg terjadi dalam ruang bakar
ditentukan oleh posisi torak dan sudut engkol. Posisi pengapian diukur
dalam derajat perputaran poros engkol, sebelum atau sesudah TMA saat
langkah kompresi. Penentuan waktu pengapian yg tepat merupakan hal
yg krusial utk mendapatkan kinerja motor yg optimal.

Jika timing pengapian terlalu awal (sebelum TMA), gas akan akan
berekpansi dn tekanan dlm ruang bakar meningkat dg cepat.
Menyebabkan torak terdorong ke TMB smentara proses kompresi
berlangsung dn campuran terbakar sendiri menyebabkan detonasi &
kerugian daya. Gaya yg dpat diamati terjadi penyalaan dini, ketukan
(knocking), panas berlebihan bhkan motor mati mendadak karena
penuruan torak ke bawah.

Penyelaan dini terjadi saat katup masuk belum tertutup sepenuhnya Gambar 16. Derajat Pengapian (a)
terlalu awal
sehingga percikan api bisa masuk membakar campuran disaluran masuk
sehingga menimbulkan suara letupan yg keras. Peristiwa ini disebut
backfiring.
Jika timing pengapian terlalu mundur
(sesudah TMA), torak telah melewati
TMA dan mulai bergerak ke bawah
ketika bahan bakar dinyalakan. Dlm ini
sebagian besar proses pembakaran
berlangsung pada saat torak sdh
bergerak dari TMA ke TMB. Dgn
demikian tekanan gas silinder
maksimum terjadi pada saat torak sdh
berada pada posisi yg lebih jauh dari
TMA. Kondisi mengakibatkan kinerja
motor menjadi lemah, kehilangan daya,
emisi gas buang tinggi dn bahan bakar
tidak terbakar sempurnna. Gambar 17. Derajat Pengapian (b)
terlalu lambat
Jika timing pengapian yg tepat, pembakaran
harus di sekitar TMA. Jika campuran udara/BB di
nyalakan tepat, tekanan maksimum di dlm
silinder akan terjadi setelah torak mencapai TMA
sehingga campuran yg dinyalakan memiliki
kemampuan utk mendorong torak ke bawah
sepanjang silinder. Idealnya, waktu dimana
campuran harus terbakar secara penuh adalah
sekitar 20 derajat sesudah pengapian.

Gambar 18. Derajat Pengapian (c) yang tepat


Tugas Motor Bakar II

1. Jelaskan mengapa percikan harus dimajukan dengan meningkatnya kecepatan motor!


Mengapa motor otomotif mempunyai dua mekanisme pemercepat percikan ?
2. Jelaskan masalah penggunaan busi dingin dan busi panas!
3. Berapa banyak cuping terdapat pada distributor suatu motor 4 silinder, 4-langkah!
4. Jelaskan mengapa torsi motor bensin berubah! Pada kondisi campuran masukan dan
kecepatan tetap, ketika timing percikan diubah dari sangat maju (misalnya 600 sebelum
TMA) sampai mendekati TMA, mana yang merupakan timing pengapian terbaik ? Jelaskan
bagaimana hal ini berubah terhadap kecepatan dan beban motor!
5. Mengapa temperature yang dihasilkan dari tegangan system pengapian CDI lebih tinggi di
banding system pengapian induksi ?

Anda mungkin juga menyukai