Anda di halaman 1dari 29

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN PENYULUH KB (IPeKB) INDONESIA

HASIL MUSYAWARAH NASIONAL IPeKB INDONESIA


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) digunakan sebagai pedoman dan
landasan untuk menjalankan organisasi dalam melaksanakan kegiatannya. Demikian pula halnya
dengan Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Indonesia, AD/ART merupakan landasan menjalankan roda
organisasi. AD/ART ini merupakan hasil dari Musyawarah Nasional IPeKB Indonesia ke IV yang
telah dilaksanakan pada tanggal 05 - 09 Juni 2023 di Surabaya.
Sebagai hasil dari musyawarah tertinggi organisasi yang dihadiri oleh Pengurus Pusat,
utusan Pengurus Daerah atau yang mewakili dengan membawa surat mandat, Instansi pembina
dan undangan lainnya, AD/ART ini dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan
organisasi dan peraturan perundangan yang terkait dengan profesi Penyuluh KB dan PLKB,
sehingga jika terdapat hal-hal yang kurang sempurna di dalam AD/ART, maka dapat dilakukan
pengusulan perbaikan dan penyempurnaan kembali AD/ART ini di Musyawarah Nasional
berikutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan AD/ART IPeKB Indonesia ini terutama kepada Tim Penyusun AD/ART. Salam
Penyuluh KB, Sehat Semangat Luar Biasa. Salam IPeKB Indonesia, Kerja Cerdas Sejahtera.

Ketua Umum DPP IPeKB Indonesia

Anita Latifah, S.Si. SH, MH


DAFTAR ISI

ANGGARAN DASAR
MUKADIMAH
BAB I NAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 1 Nama
Pasal 2 Kedudukan
Pasal 3 Waktu
BAB II ASAS, SIFAT dan TUJUAN
Pasal 4 Asas
Pasal 5 Sifat
Pasal 6 Tujuan
BAB III STATUS, DAN FUNGSI
Pasal 7 Status
Pasal 8 Fungsi
BAB IV LINGKUP KEWENANGAN DAN KEGIATAN
Pasal 9
BAB V KEANGGOTAAN
Pasal 10
BAB VI STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 11 Struktur Organisasi
Pasal 12 Kepengurusan
BAB VII TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 13
BAB VIII KODE ETIK DAN DEWAN ETIK
Pasal 14
BAB IX DEWAN PAKAR DAN DEWAN PENGAWAS
Pasal 15 Dewan Pakar
Pasal 16 Dewan Pengawas
BAB X MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
BAB XI KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 21
Pasal 22
BAB XII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 23
Pasal 24
BAB XIII ATRIBUT
Pasal 25
BAB XIV KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26

ANGGARAN RUMAH TANGGA


BAB I ATRIBUT
Pasal 1
BAB II KEANGGOTAAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
BAB III KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 6
Pasal 7
BAB IV HUBUNGAN TATA KERJA
Pasal 8
Pasal 9
BAB V KEPENGURUSAN
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
BAB VI STRUKTUR KEPENGURUSAN
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
BAB VII MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 17
BAB VIII DEWAN PEMBINA, DEWAN PAKAR, DEWAN ETIK DAN DEWAN PENGAWAS
Pasal 18 Dewan Pembina
Pasal 19 Dewan Pakar
Pasal 20 Dewan Etik
Pasal 21 Dewan Pengawas
BAB IX KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
BAB X PRODUK HUKUM
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
BAB XI TATA TERTIB PEMILIHAN
Pasal 28
Pasal 29
BAB XI PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 30
ANGGARAN DASAR
IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA (IPeKB) INDONESIA

MUKADIMAH

Bahwa sesungguhnya masyarakat adil dan makmur adalah bagian dari tujuan negara serta cita-
cita luhur bangsa Indonesia. Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional
mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga.
Keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan mengembangkan
kualitas penduduk serta keluarga akan memperbaiki segala aspek dan dimensi pembangunan
dan kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan
keluarga berkualitas dilakukan upaya pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk pada seluruh
dimensinya, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan
perkawinan serta kehamilan sehingga penduduk menjadi sumber daya manusia yang tangguh
bagi pembangunan dan ketahanan nasional, serta mampu bersaing dengan bangsa lain, dan
dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata.
Disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada
Lampiran N memberi dampak yang besar terhadap arah kebijakan Bidang Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana, secara langsung maupun tidak langsung. Pembagian urusan
pemerintahan bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana merupakan pemaduan
dan sinkronisasi kebijakan baik di Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta Pengelolaan dan pendayagunaan tenaga Penyuluh
Keluarga Berencana (Penyuluh KB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).
Menyadari sepenuhnya kondisi seperti yang di uraikan di atas, maka untuk mempertahankan
eksistensi keberadaan dan untuk memperkuat kedudukan peran dan fungsi Penyuluh KB dan
PLKB, atas berkat rahmat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, disertai rasa tanggung jawab yang
tinggi, dengan ini Penyuluh KB dan PLKB yang memiliki keinginan yang sama untuk
meningkatkan profesionalisme melalui wadah organisasi profesi dengan Anggaran Dasar sebagai
berikut :

BAB I
NAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU

Pasal 1
Nama

Organisasi ini bernama “Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia” disingkat IPeKB
Indonesia.
Pasal 2
Kedudukan
IPeKB Indonesia berkedudukan di Ibu Kota Negara dengan perwakilan di Ibu Kota Provinsi dan
Ibu Kota Kabupaten/Kota.
Pasal 3
Waktu
IPeKB Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2007, untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.

BAB II
ASAS, SIFAT dan TUJUAN

Pasal 4
Asas
IPeKB Indonesia berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Pasal 5
Sifat
IPeKB Indonesia bersifat keahlian, koordinatif, demokratis, kekeluargaan, sosial
kemasyarakatan, kemandirian, tidak berafiliasi dengan organisasi/partai politik, tidak
memandang perbedaan suku, ras, agama dan golongan tertentu dan memiliki kesatuan tujuan
untuk mensukseskan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Pasal 6
Tujuan
IPeKB Indonesia memiliki tujuan untuk :
(1) Berperan aktif dalam mewujudkan visi, misi pembangunan, dan tujuan serta sasaran bidang
Kependudukan dan Keluarga Berencana;
(2) Menjadi pemersatu Penyuluh KB dan PLKB;
(3) Mengembangkan metode penyuluhan, penggerakan, pelayanan, dan pengembangan dan
penyebarluasan informasi bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana yang efektif,
efisien dan produktif;
(4) Berperan dalam mendukung efektifitas pengelolaan dan pendayagunaan Penyuluh KB dan
PLKB;
(5) Membina etika dan perilaku Penyuluh KB dan PLKB;
(6) Meningkatkan mutu profesi Penyuluh KB dan PLKB; dan
(7) Menyalurkan aspirasi dan meningkatkan kesejahteraan Anggota.

BAB III
STATUS DAN FUNGSI

Pasal 7
Status
(1) Ikatan Penyuluh KB Indonesia merupakan satu-satunya organisasi profesi Penyuluh KB dan
PLKB di Indonesia.
(2) Ikatan Penyuluh KB Indonesia berbadan hukum perkumpulan.

Pasal 8
Fungsi
IPeKB Indonesia berfungsi sebagai pemersatu, pembina dan penggerak Penyuluh KB dan PLKB di
Indonesia.

BAB IV
LINGKUP KEWENANGAN DAN KEGIATAN

Pasal 9
(1) Lingkup kewenangan IPeKB Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
b. Menyusun dan menetapkan kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB;
c. Memberikan advokasi terkait Penyuluh KB dan PLKB;
d. Melakukan advokasi terkait Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan
Keluarga Berencana;
e. Memeriksa dan memberikan rekomendasi atas pelanggaran kode etik dan kode
perilaku Penyuluh KB dan PLKB;
(2) Memberikan rekomendasi kompetensi Penyuluh KB dan PLKB;
(3) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh
IPeKB Indonesia setelah dilakukan persetujuan dengan Instansi Pembina;
(4) Pelanggaran kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e dilakukan pembinaan dan penegakan oleh Pejabat yang Berwenang
dan/atau Pejabat Pembina Kepegawaian di Instansi Pembina.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 10
(1) Anggota IPeKB Indonesia adalah Penyuluh Keluarga Berencana (Penyuluh KB) dan Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).
(2) Status keanggotaan IPeKB Indonesia :
a. Anggota Biasa.
b. Anggota Luar biasa.
c. Anggota Kehormatan.
(3) Ketentuan anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Pasal 11
Struktur Organisasi
(1) Struktur organisasi IPeKB Indonesia di Pusat disebut IPeKB Indonesia.
(2) Struktur organisasi IPeKB Indonesia di Provinsi disebut IPeKB Indonesia Daerah.
(3) Struktur organisasi IPeKB Indonesia di Kabupaten/kota disebut IPeKB Indonesia Cabang.
Pasal 12
Kepengurusan
(1) Kepengurusan IPeKB Indonesia terdiri dari Dewan Pengurus Pusat (DPP), Dewan Pengurus
Daerah (DPD) dan Dewan Pengurus Cabang (DPC).
(2) DPP, DPD dan DPC terdiri dari Pengurus Inti, Pengurus Teras dan Pengurus Harian.
(3) Pengurus inti DPP, DPD dan DPC terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara
Umum.
(4) Pengurus Teras DPP, DPD dan DPC terdiri dari Pengurus inti ditambah Wakil Ketua Umum,
Wakil Sekretaris Umum dan Wakil Bendahara Umum.
(5) Pengurus Harian DPP terdiri dari Pengurus Inti, Pengurus Teras ditambah Departemen,
Bidang, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT), sedangkan Pengurus Harian DPD dan DPC terdiri
dari Pengurus inti, Pengurus Teras ditambah Bidang, Seksi dan UPT.
(6) Kepengurusan DPP IPeKB Indonesia dilengkapi dengan Dewan Pembina, Dewan
Kehormatan, Dewan Pakar, Dewan Pengawas, dan Dewan Etik, sedangkan kepengurusan
DPD dilengkapi dengan Dewan Pembina dan Dewan Etik , dan kepengurusan DPC dilengkapi
dengan Dewan Pembina.
(7) Pengurus inti dipilih oleh Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan
Musyawarah Cabang (Muscab).
(8) Jangka waktu kepengurusan DPP, DPD dan DPC selama 4 (empat) tahun.
(9) Pengusulan nama pengurus selain Pengurus inti, dilakukan oleh Pengurus Inti terpilih
bersama Tim Formatur terpilih.
(10) Pengurus Inti boleh menjabat maksimal 2 (dua) periode dalam jabatan yang sama dan
tingkatan yang sama.
(11) Pengurus inti DPP IPeKB Indonesia tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
pengurus IPeKB Indonesia dibawahnya.
(12) Pengurus inti DPD dan DPC tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai pengurus inti
pada tingkatan yang berbeda.

BAB VII
TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 13
(1) Dewan Pengurus Pusat memimpin kepengurusan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
keputusan Musyawarah Nasional.
(2) Dewan Pengurus Pusat berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan Ayat (1)
kepada Musyawarah Nasional berikutnya.
(3) Dewan Pengurus Daerah memimpin kepengurusan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan keputusan Musyawarah Daerah.
(4) Dewan Pengurus Daerah berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan Ayat (3)
kepada Musyawarah Daerah berikutnya.
(5) Dewan Pengurus Cabang memimpin kepengurusan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan keputusan Musyawarah Cabang.
(6) Dewan Pengurus Cabang berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan Ayat (5)
kepada Musyawarah Cabang berikutnya.

BAB VIII
KODE ETIK DAN DEWAN ETIK

Pasal 14
(1) Alat kelengkapan terdiri dari :
a. Kode Etik Penyuluh KB dan PLKB,
b. Dewan Etik.
(2) Ketentuan Alat Kelengkapan IPeKB Indonesia diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
DEWAN PAKAR DAN DEWAN PENGAWAS

Pasal 15
Dewan Pakar
Dewan Pakar bertugas dalam memberikan masukan kepada pengurus dalam pengembangan
organisasi, melakukan analisa, kajian dan perumusan kebijakan-kebijakan strategis program
organisasi dan memberikan asistensi dalam pelaksanaan program kerja organisasi.

Pasal 16
Dewan Pengawas
Dewan Pengawas bertugas dalam menjalankan tugas pengawasan organisasi, kebijakan dan
administratif organisasi, memberikan masukan dan evaluasi terhadap pengurus serta membantu
kepengurusan untuk mempererat hubungan organisasi antar pengurus dan anggota, dengan
regulator dan hubungan antar lembaga.

BAB X
MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 17
(1) Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang
(Muscab) IPeKB Indonesia merupakan otoritas tertinggi untuk menetapkan pengurus inti,
kebijakan umum dan menilai serta mengesahkan pertanggungjawaban pengurus.
(2) Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda), dan Musyawarah Cabang
(Muscab) dilaksanakan setiap 4 (empat) tahun.

Pasal 18
(1) Musyawarah Umum IPeKB Indonesia di Pusat disebut Musyawarah Nasional (Munas)
dihadiri oleh Pengurus Pusat, utusan Pengurus daerah atau yang mewakili dengan
membawa surat mandat, Instansi pembina dan undangan lainnya.
(2) Musyawarah Umum IPeKB Indonesia di Provinsi disebut Musyawarah Daerah (Musda)
dihadiri oleh Pengurus Daerah dan utusan Pengurus Cabang atau yang mewakili dengan
membawa surat mandat, Utusan DPP IPeKB Indonesia dan undangan lainnya.
(3) Musyawarah Umum IPeKB Indonesia di Kabupaten/Kota disebut Musyawarah Cabang
(Muscab) dihadiri oleh Pengurus Cabang, Anggota, Utusan DPD IPeKB Indonesia dan
undangan lainnya.

Pasal 19
(1) Rapat kerja adalah tindak lanjut dari hasil Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah
Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab) IPeKB Indonesia.
(2) Rapat Kerja dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 20
(1) Macam-macam rapat antara lain :
a. Rapat Kerja Pengurus.
b. Rapat Koordinasi.
c. Rapat Pimpinan.
d. Rapat Konsultasi.
(2) Ketentuan macam-macam rapat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN

Pasal 21
(1) Keuangan IPeKB Indonesia bersumber dari :
a. Iuran anggota;
b. APBN/APBD;
c. Sumbangan, bantuan, hibah, serta sumber-sumber lain yang tidak mengikat;
d. Hasil usaha yang dilakukan oleh unit khusus IPeKB Indonesia;
(2) Ketentuan besaran iuran anggota diatur dalam Peraturan Organisasi (PO).

Pasal 22
Kekayaan IPeKB Indonesia adalah seluruh barang/inventaris baik bergerak maupun tidak
bergerak yang menjadi aset organisasi.

BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 23
(1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Munas.
(2) Munas pada ayat (1) minimal harus dihadiri oleh 2/3 dari Peserta Munas yang diundang.
(3) Keputusan Perubahan Anggaran Dasar harus disetujui minimal oleh 1/2 + 1 peserta yang
hadir.

Pasal 24
(1) Organisasi IPeKB Indonesia dapat dibubarkan oleh Munas yang dilakukan khusus untuk
pembubaran organisasi apabila diusulkan oleh 2/3 Pengurus Pusat, 2/3 Pengurus Daerah
dan 2/3 Pengurus Cabang.
(2) Keputusan pembubaran ini sah apabila dihadiri oleh 2/3 utusan tersebut pada ayat (1) dan
diputuskan oleh 1/2 +1 dari yang hadir.
(3) Keputusan pembubaran diberitahukan kepada pihak-pihak yang terkait paling lambat 7
(tujuh) hari kemudian.
(4) Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah pembubaran IPeKB Indonesia maka
kepengurusan pada periode terakhir harus menyelesaikan urusan hutang-piutang dan
kewajiban lainnya.
(5) Kekayaan yang masih ada diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB XIII
ATRIBUT

Pasal 25
IPeKB Indonesia mempunyai atribut khusus yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
(1) Ketentuan yang belum tercantum dalam Anggaran Dasar ini selanjutnya akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
(2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan dan disahkan oleh Musyawarah Nasional
(Munas).
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA (IPeKB) INDONESIA

BAB I
ATRIBUT

Pasal 1
(1) Lambang organisasi IPeKB Indonesia adalah segi lima warna biru muda yang didalamnya
terdapat gambar keluarga dengan dua anak dan 8 pilar berwarna biru tua yang
menggambarkan 8 fungsi keluarga, ikatan pita berwarna kuning emas bertuliskan IKATAN
PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA, dan bertulis akronim : IPeKB INDONESIA
serta berpondasi tiga tangga berwarna biru tua.
(2) Bendera organisasi IPeKB Indonesia dasar berwarna biru muda bergambar lambang pada
ayat (1).
(3) Logo organisasi IPeKB Indonesia berbentuk lingkaran yang didalamnya terdapat gambar
keluarga dengan dua anak, yang berwarna biru tua dikelilingi tulisan Ikatan Penyuluh
Keluarga Berencana Indonesia.
(4) Lencana IPeKB Indonesia dengan ukuran sesuai dengan lambang IPeKB Indonesia pada ayat
(1).
(5) Kop surat berisi lambang organisasi, nama organisasi, alamat, nomor telepon, dan alamat
email, sesuai dengan tata naskah yang ditetapkan pada Peraturan Organisasi (PO).
(6) Stempel berbentuk lingkaran, berisi logo IPeKB Indonesia dengan tinta biru.
(7) Kartu anggota berisi logo, identitas anggota dan barcode tandatangan ketua Dewan
Pengurus Pusat (DPP) IPeKB Indonesia, serta berlaku sepanjang yang bersangkutan masih
menjadi anggota organisasi.
(8) Desain ukuran, warna, bentuk dan isi kartu anggota dibuat seragam oleh DPP IPeKB
Indonesia, dan dicetak oleh Dewan Pengurus Pusat IPeKB Indonesia.
(9) IPeKB Indonesia memiliki seragam organisasi.
(10) IPeKB Indonesia memiliki Mars dan Hymne organisasi.
(11) Tatakelola Lambang, Bendera, Logo, Lencana, Kop Surat, Stempel, Kartu Anggota, Seragam,
Mars dan Hymne serta atribut lainnya diatur dalam Peraturan Organisasi.
(12) Logo, Mars, Hymne, Seragam dan Atribut lain dapat dilakukan perubahan.
(13) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (12) diamanatkan pada pengurus DPP IPeKB
Indonesia hasil Munas.

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2

(1) Syarat menjadi anggota IPeKB Indonesia adalah Penyuluh Keluarga Berencana (Penyuluh KB)
dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).
(2) Tata aturan terkait dengan keanggotaan akan diatur dalam Peraturan Organisasi

Pasal 3
Status keanggotaan seseorang sebagai anggota berhenti tetap apabila :
a. Pensiun;
b. Meninggal dunia;
c. Mutasi jabatan selain Jabatan Fungsional Penyuluh KB dan PLKB;
d. Dibatalkan oleh DPP atas rekomendasi Dewan Etik.

Pasal 4
Status keanggotaan seseorang diberhentikan sementara jika melakukan pelanggaran sesuai
dengan Kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB.

Pasal 5
Pemulihan status keanggotaan yang diberhentikan sementara dilakukan atas rekomendasi
Dewan Etik.

BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA

Pasal 6
Kewajiban anggota adalah :
a. Aktif mengikuti setiap kegiatan organisasi;
b. Melaksanakan profesi dengan baik dan sungguh-sungguh;
c. Menjaga dan taat kepada kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB;
d. Membayar iuran anggota yang ditetapkan organisasi;
e. Menggunakan atribut pada saat kegiatan Organisasi.

Pasal 7
(1) Hak anggota biasa adalah :
a. Memilih dan dipilih menjadi pengurus;
b. Mendapatkan kesempatan pengembangan kompetensi;
c. Mendapatkan manfaat dari kegiatan usaha organisasi;
d. Mendapatkan fasilitasi layanan pendampingan dalam urusan kepegawaian di instansi
pembina;
e. Mendapatkan hak pemulihan keanggotaan sesuai mekanisme organisasi.
(2) Hak anggota luar biasa adalah :
a. Mendapatkan kesempatan pengembangan kompetensi;
b. Mendapatkan manfaat dari kegiatan usaha organisasi;
c. Mendapatkan fasilitasi layanan pendampingan dalam urusan kepegawaian di instansi
pembina;
d. Mendapatkan hak pemulihan keanggotaan sesuai mekanisme organisasi

BAB IV
HUBUNGAN TATA KERJA

Pasal 8
(1) Hubungan tata kerja organisasi meliputi Koordinasi dan konsultasi antar Dewan Pengurus
Cabang (DPC) , Dewan Pengurus Daerah (DPD) dan Dewan Pengurus Pusat (DPP) dilakukan
secara berjenjang dan beretika.
(2) DPP, DPD dan DPC dapat melakukan hubungan konsultasi dan koordinasi dengan Instansi
Pembina.
(3) DPP, DPD dan DPC dapat melakukan kemitraan dengan pihak lain, yang selanjutnya diatur
dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 9
Bagan struktur organisasi tertuang dalam lampiran Anggaran Rumah Tangga (ART )
BAB V
KEPENGURUSAN
Pasal 10
Syarat menjadi pengurus adalah :
a. Anggota yang diusulkan, dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional (Munas),
Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab);
b. Bertanggung jawab, jujur, memiliki loyalitas yang tinggi, dan bersedia bekerja secara Tim;
c. Memiliki kompetensi dan integritas dalam mengelola organisasi;
d. Mendedikasikan tenaga, waktu dan pikiran untuk kemajuan Organisasi ;
e. Masa kepengurusan DPP, DPD dan DPC bagi pengurus inti minimal sama dengan sisa masa
kerja sebagai penyuluh KB/PLKB;
f. Tidak sedang melanggar kode etik Profesi dan Kode Perilaku Penyuluh KB dan PLKB
dan/atau tidak sedang bermasalah dengan hukum.
g. Tidak pernah mengundurkan diri dari Pengurus inti dan Pengurus Harian DPP, DPD dan DPC.

Pasal 11
Tugas Pengurus adalah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan Munas, Musda dan Muscab;
b. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan oleh Munas bagi Pengurus DPP, Musda
bagi Pengurus DPD dan Muscab bagi Pengurus DPC;
c. Menyampaikan laporan kegiatan secara berjenjang setiap 1 (satu) tahun sekali;
d. Menggali potensi sumber daya yang sah untuk optimalisasi pencapaian program kerja;
e. Memperjuangkan aspirasi dan kesejahteraan anggota;
f. Membantu peningkatan kompetensi dan profesionalisme anggota;
g. Melakukan kemitraan untuk penguatan organisasi.

Pasal 12
Pengurus inti (Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum) berhalangan
tetap/berhenti dari jabatannya, apabila :
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Beralih status dari Jabatan Fungsional Penyuluh KB/PLKB ke jabatan struktural atau jabatan
fungsional lainnya;
d. Merangkap jabatan sebagai pengurus inti di organisasi IPeKB Indonesia pada tingkatan DPD
atau DPC;
e. Merangkap jabatan sebagai pengurus di organisasi IPeKB Indonesia pada tingkatan yang
berbeda untuk DPP;
f. Melakukan pelanggaran hukum yang telah diputuskan oleh pengadilan tingkat I dan
pelanggaran kode etik dan perilaku Penyuluh KB dan PLKB yang telah diputuskan oleh
Dewan Etik.

Pasal 13
(1) Apabila Ketua Umum berhalangan tetap dengan sisa masa jabatan kurang dari satu tahun
maka tugas Ketua Umum dilaksanakan oleh Sekretaris Umum dan Bendahara Umum sampai
masa jabatan berakhir, dan apabila sisa masa jabatan lebih dari satu tahun maka
dilaksanakan Musyawarah Luar Biasa.
(2) Apabila Ketua Umum dan Sekretaris Umum berhalangan tetap dengan sisa masa jabatan
kurang dari satu tahun maka tugas Ketua Umum dan Sekretaris Umum dilaksanakan oleh
Bendahara Umum sampai masa jabatan berakhir dan apabila sisa masa jabatan lebih dari
satu tahun maka dilaksanakan Musyawarah Luar Biasa.
(3) Apabila Sekretaris Umum dan Bendahara Umum berhalangan tetap maka jabatannya
dilaksanakan sementara oleh anggota/pengurus lainnya yang dipilih melalui Rapat
Pengurus.
(4) Apabila pengurus berhalangan tetap maka jabatannya diisi oleh anggota yang ditetapkan
melalui rapat pengurus

BAB VI
STRUKTUR KEPENGURUSAN

Pasal 14
Struktur Pengurus
(1) Struktur Pengurus Pusat meliputi : Dewan Pengurus, Dewan Pembina, Dewan Etik, Dewan
Pakar dan Dewan Pengawas.
(2) Struktur Pengurus Daerah meliputi : Dewan Pengurus, Dewan Pembina dan Dewan Etik.
(3) Struktur Pengurus Cabang meliputi : Dewan Pengurus dan Dewan Pembina.

Pasal 15
Kelengkapan Pengurus
(1) Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) meliputi Pengurus Inti,
Pengurus Teras dan Pengurus Harian.
(2) Dewan Pembina sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) adalah instansi pembina.
(3) Dewan Etik sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) berjumlah ganjil meliputi
Ketua dan Anggota, yang ketentuannya akan diatur melalui Kode Etik dan Kode Perilaku
Penyuluh KB dan PLKB.
(4) Dewan Pakar dan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1)
meliputi Ketua dan Anggota, yang ketentuannya akan diatur melalui Peraturan Organisasi.

Pasal 16
DPD dan DPC sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (2) dan pasal 14 ayat (3) yaitu Pengurus
Inti (terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum), Bidang, Seksi dan Unit
Pelaksana Teknis.

Pasal 17
(1) Pengurus Inti sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) terdiri dari : Ketua Umum, Sekretaris
Umum dan Bendahara Umum.
(2) Pengurus Teras sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) terdiri dari pengurus inti ditambah
Wakil Ketua Umum, Wakil Sekretaris Umum dan Wakil Bendahara Umum .
(3) Pengurus Harian sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) terdiri dari Pengurus Teras
ditambah Departemen dan Bidang.
(4) Kelengkapan Dewan Pengurus Pusat (DPP) IPeKB Indonesia meliputi :
a) Departemen Organisasi dan Kepengurusan :
1). Bidang Pembinaan dan Penguatan Organisasi;
2). Bidang Pemantauan, Evaluasi dan Pengawasan Internal Organisasi ;
b) Departemen Kompetensi dan Kesejahteraan :
1). Bidang Pengembangan Kompetensi;
2). Bidang Koperasi, Pameran dan Peningkatan Kesejahteraan;
c) Departemen Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat :
1). Bidang Kerjasama, Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat ;
2). Bidang Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak ;
d) Departemen advokasi dan Bantuan Hukum :
1). Bidang penggerakan dan advokasi;
2). Bidang Bantuan Hukum;
e) Departemen Humas, Media dan KIE :
1). Bidang Humas dan Publikasi;
2). Bidang Media dan KIE;
f) Departemen Riset dan teknologi :
1). Bidang Penelitian dan pengembangan program;
2). Bidang Pendidikan dan Pelatihan;
g) Unit Pelaksana Teknis (UPT).
(5) Kelengkapan Dewan Pengurus Daerah (DPD) IPeKB Indonesia meliputi :
a) Bidang Organisasi dan Kepengurusan :
1). Seksi Pembinaan dan penguatan organisasi;
2). Seksi Pemantauan, Evaluasi dan pengawasan internal organisasi;
b) Bidang Kompetensi dan kesejahteraan :
1). Seksi pengembangan kompetensi;
2).Seksi koperasi, pameran dan peningkatan kesejahteraan;
c) Bidang Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat :
1). Seksi Kerjasama, Kemitraan dan pengabdian masyarakat;
2). Seksi Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak;
d) Bidang advokasi dan Bantuan Hukum :
1). Seksi penggerakan dan advokasi;
2) Seksi Bantuan Hukum;
e) Bidang Humas, Media dan KIE :
1) Seksi Humas dan Publikasi;
2) Seksi Media dan KIE;
f) Bidang Riset dan teknologi :
1) Seksi Penelitian dan pengembangan program;
2) Seksi Pendidikan dan Pelatihan;
g) Unit Pelaksana Teknis (UPT).
(6) Kelengkapan Dewan Pengurus Cabang (DPC) IPeKB Indonesia meliputi :
a) Bidang Organisasi dan Kepengurusan :
1). Seksi Pembinaan dan penguatan organisasi;
2). Seksi Evaluasi internal organisasi;
b) Bidang Kompetensi dan kesejahteraan :
1). Seksi Pengembangan kompetensi;
2). Seksi Koperasi, Pameran dan Peningkatan kesejahteraan;
c) Bidang Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat :
1). Seksi Kerjasama, Kemitraan dan pengabdian masyarakat;
2). Seksi Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak;
d) Bidang advokasi dan Bantuan Hukum :
1). Seksi Penggerakan dan advokasi;
2). Seksi Bantuan Hukum;
e) Bidang Humas, Media dan KIE :
1). Seksi Humas dan Publikasi;
2). Seksi Media dan KIE;
f) Unit Pelaksana Teknis (UPT).
(7) Kelengkapan struktur DPD dan DPC disesuaikan dengan kondisi daerah.
(8) Struktur Organisasi DPD dan DPC dapat mengacu pada contoh terlampir.

BAB VII
DEWAN PEMBINA, DEWAN PAKAR, DEWAN ETIK DAN DEWAN PENGAWAS

Pasal 18
Dewan Pembina
(1) Dewan Pembina berada pada setiap tingkatan wilayah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/
Kota).
(2) Dewan Pembina sebagaimana dimaksud pada pasal 18 ayat (1) untuk struktur pengurus
pusat adalah instansi Pembina tingkat pusat, daerah adalah Instansi Pembina tingkat
provinsi, dan untuk struktur pengurus cabang adalah instansi pengguna tingkat
kabupaten/kota.
(3) Tugas Dewan Pembina adalah :
a. Memberi masukan kepada pengurus dalam pengelolaan organisasi;
b. Memberi dukungan dan fasilitasi kepada pengurus untuk kemajuan organisasi;
c. Mengkoordinasikan program organisasi dengan pemangku kepentingan dan mitra.

Pasal 19
Dewan Pakar
(1) Dewan Pakar berkedudukan di Pusat.
(2) Susunan Dewan Pakar terdiri dari Ketua dan anggota.
(3) Syarat untuk menjadi Dewan Pakar adalah :
a. Menunjukkan kepedulian dan peran serta dalam program Pembangunan Keluarga,
kependudukan dan Keluarga Berencana;
b. Memiliki kompetensi yang berkaitan dengan program Pembangunan Keluarga,
kependudukan dan Keluarga Berencana;
c. Memiliki pengalaman dalam pengelolaan Program Pembangunan Keluarga,
kependudukan dan Keluarga Berencana.
(4) Tugas Dewan Pakar adalah :
a. Memberi masukan kepada pengurus dalam pengembangan organisasi;
b. Melakukan analisa, kajian dan perumusan kebijakan-kebijakan strategis program
organisasi;
c. Memberikan asistensi dalam pelaksanaan program kerja organisasi.

Pasal 20
Dewan Etik
Tata aturan Dewan Etik diatur dalam Kode Etik dan Kode Perilaku Penyuluh KB dan PLKB.

Pasal 21
Dewan Pengawas
(1) Dewan Pengawas berkedudukan di pusat.
(2) Susunan Dewan Pengawas terdiri dari Ketua dan Anggota.
(3) Syarat untuk menjadi Dewan Pengawas adalah :
a. Menunjukan kepedulian dan peran serta dalam Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana;
b. Memiliki kompetensi yang berkaitan dengan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana;
c. Memiliki pengalaman dalam pengelolaan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana.
(4) Tugas Dewan Pengawas adalah :
a. Bertindak atas nama Dewan Pengawas;
b. Menjalankan tugas pengawasan organisasi, kebijakan dan administratif organisasi;
c. Membantu kepengurusan dalam kapasitasnya sebagai pengawas untuk mempererat
hubungan organisasi antar pengurus dan anggota, dengan regulator dan juga
hubungan antar lembaga.

BAB IX
MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 22
(1) Musyawarah terdiri dari Musyawarah Umum dan Musyawarah Luar Biasa.
(2) Musyawarah umum dilakukan pada akhir masa jabatan kepengurusan, sekaligus memilih
dan menetapkan pengurus yang baru.
(3) Musyawarah Umum untuk Tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota selanjutnya
disebut Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah
Cabang (Muscab).
(4) Pelaksanaan Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dilaksanakan oleh
pengurus di setiap tingkatan.
(5) Musyawarah disetiap tingkatan sah dilaksanakan, apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
2/3 utusan peserta.
(6) Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan apabila ada hal-hal yang mendesak untuk diselesaikan
menyangkut kepentingan organisasi dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 utusan
peserta.
(7) Hak suara dalam Musyawarah Nasional adalah utusan dari unsur Pengurus Pusat, unsur
Pengurus Daerah dan khusus unsur Pengurus Cabang adalah sebesar dua puluh persen dari
jumlah Dewan Pengurus Cabang (DPC) dalam provinsi yang bersangkutan dan membawa
surat mandat dari DPD.
(8) Hak suara dalam Musyawarah Daerah adalah utusan dari unsur pengurus DPD dan pengurus
inti DPC.
(9) Hak suara dalam Musyawarah Cabang adalah dari unsur pengurus DPC dan seluruh anggota.
(10) Mengenai hak suara dari utusan unsur pengurus selanjutnya diatur dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 23
(1) Musyawarah Kerja IPeKB Indonesia dilaksanakan minimal 2 (dua) tahun sekali, guna
membahas evaluasi dan perencanaan program.
(2) Musyawarah Kerja untuk tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota selanjutnya disebut
Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas), Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) dan
Musyawarah Kerja Cabang (Mukercab).
(3) Peserta Mukernas adalah DPP, utusan DPD, utusan DPC dan undangan.
(4) Peserta Mukerda adalah DPD, utusan DPC dan undangan.
(5) Peserta Mukercab adalah DPC, Anggota dan undangan.
(6) Undangan musyawarah kerja adalah mitra kerja, Dewan Pembina, Dewan Pakar, Pengurus
Purnabakti, dan Pemerintah.
Pasal 24
(1) Rapat Kerja terdiri dari :
a. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dihadiri oleh DPP dan undangan, dilaksanakan minimal
1 ( satu ) tahun sekali.
b. Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dihadiri DPD dan undangan, dilaksanakan 1 (satu) tahun
sekali.
c. Rapat Kerja Cabang (Rakercab) dihadiri oleh DPC dan undangan, dilaksanakan minimal 1
(satu) tahun sekali.
(2) Rapat Koordinasi adalah rapat yang dihadiri oleh unsur Pimpinan Pengurus, Dewan Pembina
dan Dewan Pakar dilaksanakan minimal 6 (enam) bulan sekali.
(3) Rapat Pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum di Pusat, Daerah dan Cabang, dilaksanakan minimal 3 (tiga) bulan sekali.
(4) Rapat Konsultasi adalah rapat yang diselenggarakan oleh Cabang/ Daerah yang dihadiri oleh
pengurus setingkat di atasnya.

BAB X
PRODUK HUKUM

Pasal 25
Produk Hukum Organisasi meliputi :
a. Peraturan Organisasi (PO) merupakan pedoman dasar yang mengatur urusan organisasi
dalam bidang-bidang tertentu sebagai acuan dalam menjalankan roda organisasi;
b. Surat Keputusan Pengurus merupakan dasar yang mengikat untuk melaksanakan tugas,
wewenang, kewajiban dan hak pengurus dalam menjalankan organisasi;
c. Surat Edaran Pengurus merupakan pemberitahuan dari pengurus yang mendasari anggota
berpartisipasi aktif dalam memajukan organisasi;
d. Surat Perintah Tugas merupakan penugasan dari pimpinan organisasi kepada
pengurus/anggota untuk melaksanakan tugas organisasi;
e. Surat Peringatan merupakan teguran/peringatan yang ditujukan kepada
seseorang/lembaga/anggota untuk diketahui bahwa yang bersangkutan telah melakukan
tindakan/ sikap yang merugikan kepentingan organisasi;
f. Surat Pemberhentian dan atau pembatalan anggota merupakan tindakan pengurus setelah
surat peringatan tidak mendapat respon yang cukup.
Pasal 26
(1) Susunan Dewan Pengurus Pusat ditetapkan dan disahkan oleh Ketua Umum dan Sekretaris
Umum.
(2) Dewan Pengurus Pusat dilantik dan dikukuhkan oleh Kepala BKKBN.
(3) Susunan Dewan Pengurus Daerah ditetapkan dan disahkan dengan Surat Keputusan Dewan
Pengurus Pusat.
(4) Dewan Pengurus Daerah dilantik oleh Dewan Pengurus Pusat dan dikukuhkan oleh Kepala
Perwakilan BKKBN Provinsi.
(5) Susunan Dewan Pengurus Cabang ditetapkan dan disahkan dengan Surat Keputusan Dewan
Pengurus Daerah.
(6) Dewan Pengurus Cabang dilantik oleh Dewan Pengurus Daerah dan dikukuhkan oleh
Pejabat Daerah di tingkat Kabupaten/ Kota.
(7) Apabila Dewan Pengurus Cabang sudah terbentuk, sementara Dewan Pengurus Daerah
belum terbentuk atau tak dapat menjalankan tugas maka susunan pengurus ditetapkan dan
disahkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 27
Sistem administrasi organisasi ditetapkan melalui rapat kerja pengurus.

BAB XI
TATA TERTIB PEMILIHAN

Pasal 28
(1) Pemilihan Pengurus Inti (Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum) dilakukan
melalui penetapan bakal calon dan pemilihan calon tetap.
(2) Penetapan bakal calon Pengurus Inti dilakukan dengan cara setiap utusan daerah/cabang
mengajukan paling banyak 3 (tiga) nama bakal calon Ketua Umum, 3 (tiga) nama bakal calon
Sekretaris Umum dan 3 (tiga) nama bakal calon Bendahara Umum.
(3) Bakal calon Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum yang mendapat suara
tertinggi 1 sampai 3 ditetapkan sebagai calon tetap.
(4) Calon tetap Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum dipilih oleh setiap
peserta sidang dan memiliki 1 (satu) hak suara (one man one vote), dan setiap peninjau
hanya memiliki hak bicara.
(5) Calon Ketua Umum, calon Sekretaris Umum dan calon Bendahara Umum yang
mendapatkan suara terbanyak ditetapkan sebagai Ketua Umum terpilih, Sekretaris Umum
terpilih dan Bendahara Umum terpilih.
Pasal 29
(1) Penyusunan kepengurusan dilakukan oleh Ketua Umum terpilih, Sekretaris Umum terpilih
dan Bendahara Umum terpilih bersama Tim Formatur.
(2) Tim Formatur terdiri dari Pengurus Inti terpilih dan beberapa Utusan Daerah.
(3) Jumlah anggota formatur dari utusan daerah/utusan cabang dan cara pemilihannya
ditetapkan oleh Majelis Sidang.
(4) Tugas Tim Formatur adalah :
a. Membentuk kelengkapan susunan pengurus;
b. Mengusulkan anggota Dewan Pakar dan Dewan Pengawas;
c. Menindaklanjuti agar kepengurusan mendapat surat keputusan, pelantikan dan
pengukuhan sebagaimana diatur dalam pasal 28;
d. Kepengurusan memperhatikan kemampuan kompetensi manajemen berorganisasi dan
keterwakilan daerah geografis.

BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 30
(1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional
(Munas) atau Musyawarah Luar Biasa (Munaslub).
(2) Musyawarah Nasional sah apabila dihadiri oleh 2/3 Pengurus Pusat, dan 2/3 utusan
Pengurus Daerah.
(3) Keputusan musyawarah dianggap sah apabila disetujui oleh ½+1 anggota yang hadir.

Anda mungkin juga menyukai