Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN MODEL KINERJA RUMAH SAKIT BERBASIS BALANCED

SCORECARD (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AWET MUDA

NARMADA, LOMBOK BARAT)

Hasnan Algifary
Hasnan.algifari17@gmail.com

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Saipul Arni Mursyaf

saiulam@unram.ac.id,

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Adihitya Bayu

adhityabayus@unram.ac.id,

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Abtrak
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan model kinerja terbaik
Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda Narmada, Lombok Barat.dengan menggunakan
metode Balanced Scorecard. tujuan dalam penelitian ini berdasarkan pernyataan penelitian
yang telah ditetapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model
kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda Narmada, Lombok Barat menggunakan
metode Balanced scorecard, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teoritis,manfaat praktis,dan manfaat kebijakan.
jenis penelitan yang digunakan adalah penelitian campuran dengan desain sekuensial
eksplorasi (kualitatif-kuantitatif), Lokasi pengambilan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda,Adapun teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan purposive sampling. Jenis dan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder.tehnik pengumpulan data menggunakan kuisioner,observasi,studi pustka dan
wawancara.
Berdasarkan hasil pengolahan dan perhitungan didapatkan prioritas persepektif RSUD
Awet Muda Narmada berturut-turut adalah: persepektif konsumen (pelanggan/masyarat)
dengan nilai (0,485); persepektif keuangan dengan nilai (0,227); perspektif pertumbuhan dan
pemebelajaran dengan nilai (0,207); serta yang terakhir yaitu persepektif internal bisnis
dengan nilai (0,079).

Kata Kunci: Balanced Scorecard, Kinerja, Skor

1. Pendahuluan
Kesehatan adalah hak dasar yang dimiliki oleh tiap-tiap individu dan tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan Darmawan (2020). Pemerintah perlu mengupayakan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat untuk dapat mencapai tingkat
kesehatan masyarakat yang baik dan merata seperti yang tertuang dalam Pasal 34 ayat (3)
Undang-undang Dasar 1945 bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Salah satu bentuk fasilitas
kesehatan yang dihadirkan oleh pemerintah adalah Rumah Sakit.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Pelayanan dan kinerja yang baik merupakan tuntutan bagi tiap-tiap rumah sakit baik
milik pemerintah maupun swasta untuk meningakatkan mutu agar dapat bersaing dengan
penyedia jasa kesehatan lainnya sehingga diperlukan adanya suatu pengukuran untuk menjadi
dasar penilaian dan pengambilan keputusan.
Hadirnya Balanced Scorecard (BSC) yaitu suatu metode yang dikembangkan oleh
Kaplan & Norton (1996), merupakan metode yang digunakan untuk memudahkan para manager
dalam mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan yang akan datang. Hadirnya BSC juga
memperluas ukuran kinerja eksekutif ke perspektif konsumen, proses bisnis internal, serta
pembelajaran dan pertumbuhan dikarenakan Kaplan & Norton, (1996) beranggapan bahwa
ketiga perspektif itulah usaha sesungguhnya (bukan usaha semu atau artificial) menjanjikan hasil
kinerja keuangan yang berjangka panjang. Dalam perkembangannya, BSC tidak hanya menjadi
pengukuran kinerja melainkan menjadi sistem manajemen strategi. Menurut Kaplan & Norton,
(1996) balanced scorecard merupakan sebuah sistem manajemen untuk mengimplementasikan
strategi, mengukur kinerja secara finansial maupun non finansial, mengkomunikasikan visi,
strategi dan kinerja yang diharapkan suatu organisasi. Konsep BSC dinilai cocok digunakan pada
organisasi sektor publik seperti Rumah Sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda Narmada, Lombok Barat adalah salah satu pusat
kesehatan masyarakat yang berada dibawah naungan pemerinta Daerah Kabupaten Lombok
Barat. Namun dalam mengukur kinerjanya, Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda Narmada
Lombok Barat masih berfokus pada standar keuangan dan standar pelayanan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah daerah atau dengan metode BLUD (Badan LayananUmumDaerah).
Kekurangan dari metode BLUD atau metode tradisional tersebut, yang diukur hanya persepetif
financial saja, berbeda dengan motode BSC yang menggunakan empat perspektif (persepektif
finansial, persepektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, persepektif pembelajaran dan
pertumbuhan) dalam mengukur kinerja.

2. Tinjauan Literatur
Balanced scorecard
Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer yang didesain untuk

meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan luar biasa

secara berkesinambungan. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard)

dan (2) berimbang (balanced). Pada tahap eksperimen awal,Balanced Scorecard merupakan

kartu skor yang dimanfaatkan untuk mencatat skor hasil kinerja eksekutif Mulyadi (2014;. 3).

Kaplan & Norton, (1996), Balanced Scorecard menunjukkan adanya metode pengukuran

kinerja yang menggabungkan antara pengukuran keuangan dan non keuangan. Mahmudi (2019)

dalam Manajemen Kinerja Sektor Publik menyatakan perspektif tersbut adalah sebagai berikut.

1) Perspektif Pelanggan: Pada sektor publik perspektif pelanggan bertujuan mengetahui

“Bagaimana masyarakat pengguna pelayanan publik dan pembayar pajak melihat


organisasi”. Masyarakat menjadi pondasi utama, karena kesejahteraan masyarakat

menjadi tujuannya.

2) Perspektif Keuangan: Perspektif keuangan digunakan untuk mengetahui “bagaimana

meraih peningkatan pendapatan serta pengurangan biaya? Bagaimana pemerintah

melihat pajak yang dibayar masyarakat?

3) Perspektif Proses Internal: Perspektif ini berusaha menemukan jawaban dalam bidang

apa organisasi harus lebih maju serta cara untuk menumbuhkan atau meningkatkan

keunggulan tersebut. Dalam hal ini proses layanan yang meningkat, perbaikan pada

sistem layanan, infrastruktur meningkat kapasitasnya, teknologi yang disempurnakan,

dan terciptanya integrasi layanan untuk pelanggan adalah sasaran strategisnya.

4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan: Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

dalam organisasi sektor publik bertujuan untuk mengetahui cara memperbaiki serta

meningkatkan nilai untuk pelanggan yaitu masyarakat dan stakeholder lain.

Rumah Sakit

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal

1 ayat (1) rumah sakit adalah institut pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan perawatan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat.

Analytic Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah metode pemeringkat alternatif

keputusan dan memilih yang terbaik dengan beberapa kriteria (Taylor, 2014).

Menurut (Saaty, 1988), Tabel 3.3 mendefinisikan skala nilai yang digunakan dalam

perbandingan berpasangan diantaranya:


Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan (Saaty, 1988)

Tingkat Definisi Keterangan


Kepentingan
1 Sama Kedua elemen mempunyai
pentingnya pengaruh yang sama.
3 Sedikit lebih Pengalaman dan penilaian sangat
penting memihak satu elemen
dibandingkan dengan
pasangannya.
5 Lebih penting Satu elemen sangat disukai dan
secara praktis dominasinya sangat
nyata, dibandingkan dengan
elemen pasangannya.
7 Sangat penting Satu elemen terbukti sangat
disukai dan secara praktis
dominasinya sangat, dibandingkan
dengan elemen pasangannya.
9 Mutlak lebih Satu elemen mutlak lebih disukai
penting dibandingkan dengan
pasangannya, pada tingkat
keyakinan tertinggi
2,4,6,8 Nilai-nilai Nilai-nilai ini diperlukan suatu
tengah kompromi
diantara dua
pendapat yang
berdampingan
Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas
ketika
dibandingkan elemen j, maka j memiliki
kebalikannya ketika dibanding elemen i

Formulasi matematis pada model AHP pada dasarnya ditentukan dengan menggunakan

bantuan suatu matrik (Vanany, 2009). Misal, dalam suatu sub sistem operasi terdapat n variabel

operasi, yaitu variabel-variabel operasi A1, A2,…., An, maka diperoleh hasil dari perbandingan

secara berpasangan dari variabel-variabel tersebut yang akan membentuk suatu matrik

perbandingan berpasangan.
Hal yang membedakan AHP dengan model-model pengambilan keputusan yang lainnya

merupakan tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Pemilihan konsistensi dari matriks itu

sendiri didasarkan atas eigen value maksimum. Yang didapatkan dengan rumus sebagai berikut:

λ max−n
CI =
n−1

Keterangan:

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency

indeks)

λ max = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n

n = Orde Matriks`

Jika nilai CI sama dengan nol, maka matriks pairwise comparison tersebut

konsisten. Batas ketidak konsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Thomas L.

Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks

konsistensi dengan nilai random indeks (RI). Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai

berikut:

CI
CI =
RI

Keterangan :

CR = Rasio Konsistensi

R I = Indeks Random

Nilai random indeks bias didapatkan dari table 3.5 berikut :

Tabel 2.4 Indeks Random untuk beberapa ukuran Matriks menurut Saaty (1988)

n 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0.5 0. 1.1 1.2 1.3 1.4 1.4 1.4 1.51 1.48 1.5 1.5 1.5
8 9 2 4 2 1 5 9 6 7 9
Menurut (Vanany, 2009), batasan diterima atau tidaknya konsistensi suatu matriks

sebenarnya tidak ada acuan yang baku namun menurut beberapa eksperimen dan pengalaman

inkonsistensi sebesar 10% ke bawah adalah tingkat inkonsistensi yang masih diterima.

3. Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian campuran dengan desain sekuensial

eksplorasi (kualitatif-kuantitatif).

Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum

Daerah Awet Muda.

Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2012: 135), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan kelompok populasi berupa pegawai Rumah Sakit. Adapun teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan purposive sampling.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

Sugiyono (2011:199).

2) Observasi

Menurut Sugiyono (2011: 226) melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan

makna dari perilaku tersebut.

3) Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

membaca, mengkaji, serta mempelajari buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, referensi, dan

lain-lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4) Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu

Estenberg dalam Sugiyono (2011: 231).

Prosedur Analisis Data

Berikut adalah langkah-langkah atau proses yang dilakukan dalam penelitian ini:

1. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan analisa terhadap visi dan misi

organisasi.

2. Selanjutnya melakukan analisa kondisi organisasi atau faktor strategis organisasi

(kekuatann, kelemahan, peluang dan ancaman) dengan bantuan Kuesioner SWOT Balanced

Scorecard Development Tool dari Rangkuti (2011; 13). Kuesioner ini berbentuk keusioner
wawancara terbuka, dimana wawancaranya dilakukan terhadap manajemen penting

organisasi.

3. Dengan memperhatikan faktor strategis organisasi dan visi misi organisasi maka selanjutnya

dilakukan penyusunan sasaran strategis dan indikator kinerja dengan bantuan perspektif

balanced scorecard.

4. Berdasarkan sasaran strategis dan indikator kinerja tersebut kemudian dibentuk kuesioner

perbandingan berpasangan Analityc Hierarchy Process (AHP) dengan membuat terlebih

dahulu pola hubungan sasaran strategis dan indikator kinerja dalam aplikasi Super Decision.

5. Melalui kuesioner perbandingan berpasangan ini kemudian dilakukan penyusunan prioritas

sasaran strategis dan indikator kinerja dengan teknik AHP dengan bantuan aplikasi Super

Decision dan Microsoft Excel.

4. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan dan perhitungan didapatkan prioritas persepektif RSUD

Awet Muda Narmada berturut-turut adalah: persepektif konsumen (pelanggan/masyarat) dengan

nilai (0,485); persepektif keuangan dengan nilai (0,227); perspektif pertumbuhan dan

pemebelajaran dengan nilai (0,207); serta yang terakhir yaitu persepektif internal bisnis dengan

nilai (0,079).

Prioritas Sasaran starategis kemudian didapatkan dari sintesa hasil Normalized by Cluster

dengan nilai Normalized masing-masing perspektif (dikalikan). Pada perspektif konsumen

(masyarakat/pelanggan) didapatkan prioritas sasaran strategis berturut-turut adalah

meningkatkan kepuasan masyarakarat (0,30), meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan

pengunjung lama (0,115), serta meningkatkan pengunjung baru (0,066). Selanjutnya prioritas
sasaran strategis RSUD Awet muda Narmada pada perspektif keuangan berturut-turut adalah

menyediakan atau menambah dana tak terduga (0,10), meningkatkan efisiensi belanja dan biaya

(0,088), serta meningkatkan pendapatan (0,038). Prioritas sasaran strategis RSUD Awet muda

Narmada pada perspektif internal bisnis adalah meningkatkan sarana dan prasarana (0,043),

mengembangkan inovasi dan kreasi dalam bekerja (0,019), serta meningkatkan kualitas dan

produktifitas pelayanan (0,016). Terakhir prioritas sasaran strategis persepektif pertumbuhan dan

pembelajaran berturut-turut adalah meningkatkan keahlian dan kemampuan (0,15),

meningkatkan kesejahtraan karyawan (0,035), meningkatkan motivasi dan loyalitas (0,021).

Tabel 4.5. Prioritas Sasaran Strategis

Bobot Bobot Prioritas


Perspekti Normalized
Prioritas Sasaran Strategis Keseluruhan
f By Cluster
Perspektif Sasaran Strategis
Masyarakat
Meningkatkan
C1 Pengunjung Baru 0.1365 0.066332175
Meningkatkan
Kepuasan
C2 Masyarakat 0.62501 0.30372361
Meningkatkan
dan
Mempertahankan
0.48595 Kepercayaan
Pengunjung
C3 Lama 0.23849 0.115894216
Keuangan
Meningkatkan
F1 Pendapatan 0.1692 0.038440548
Meningkatkan
Efisiensi Belanja
F2 dan Biaya 0.38737 0.08800659
Menyediakan
0.22719 Atau Menambah
Dana Tak
F3 terduga 0.44343 0.100742862
Internal Bisnis
Meningkatkan
Kualitas dan
Produktivitas
I1 Pelayanan 0.20984 0.01673474
Mengembangkan
Inovasi dan
Kreasi Dalam
I2 Kerja 0.24021 0.019156748
0.07975 Meningkatkan
Sarana dan
I3 Prasarana 0.54995 0.043858513
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Meningkatkan
Keahlian dan
L1 Kemampuan 0.72585 0.150330794
Meningkatkan
Motivasi dan
L2 Loyalitas 0.10203 0.021131433
0.20711 Meningkatkan
Kesejahtraan
L3 Karyawan 0.17212 0.035647773
Sumber: Data primer yang diolah

Jika dilepaskan dari ikatan perspektif penunjang pada akhirnya sasaran strategis

berdasarkan prioritas RSUD Awet Muda Narmada berturut turut adalah: meningkatkan kepuasan

masyrakat (0,30), meningkatkan keahlian dan kemampuan (0,15), meningkatkan dan

mempertahankan kepercayaan pengunjung lama (0,115), menyediakan atau menambah dana tak

terduga (0,10), meningkatkan efesiensi belanja dan biaya (0,088), meningkatkan pengunjung

baru (0,66), meningkatkan saran dan prasarana (0,044), meningkatkan pendapatan (0,038),

meningkatkan kesejahteraan karyawan (0,035), meningkatkan motivasi dan loyalitas (0,021),

mengembangkan inovasi dan kreasi dalam kerja (0,019), meningkatkan kualitas dan

produktivitas layanan (0,016).

Berdasarkan teori yang dikemukakan Mahmudi (2019) tentang Balanced Scorecard pada

organisasi sektor publik, dimana perspektif pelanggan adalah tujuan utama dalam sektor publik,

hasil prioritas perspekrif pada penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan. Secara
praktik, hal ini terjadi sebab tujuan Rumah Sakit RSUD Awet Muda Narmada bertumpu pada

kesehatan masyarakat. Selanjutnya perspektif keuangan, pembelajaran dan pertumbuhan, serta

internal bisnis mendukung terwujudnya perspektif pelanggan.

Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu, hasil penelitian ini terdapat perbedaan

pada urutan prioritas perspektif keuangan, perspektif internal bisnis, dan perspektif pertumbuhan

dan pembelajaran. Khaeruddin (2021), menemukan hasil pada penelitiannya dimana setelah

perspektif pelanggan, prioritas perspektif berturut-turut diikuti oleh perspektif keuangan,

perspektif internal bisnis, dan terakhir adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

Sedangkan Faradila (2021) menemukan hasil pada penelitiannya, setelah perspektif keuangan,

prioritas perspektif berturut-turut diikuti oleh perspektif internal bisnis, perspektif pertumbuhan

dan perkembangan, dan terakhir adalah perspektif keuangan. Pada penelitian ini diketahui

setelah perspektif pelanggan, prioritas perspektif berturut-turut adalah perspektif keuangan,

perspektif pertumbunan dan pembelajaran, dan perspektif internal bisns. Perbedaan prioritas

perspektif setelah perspektif pelanggan ini adalah suatu hal yang lumrah terjadi, sebab sifat

analisa penemuan prioritas yang menggunakan AHP/ANP yang mengandalkan pendapat dari

manusia (human) sesuai dengan tempat pekerjaan)mereka, dimana analisa AHP/ANP ini juga

merupakan alat (tools) yang bersifat kualitatif-kuantitatif. Dari segi Balanced Scorecard pada

sektor publik, hal ini juga didukung oleh Mahsun (2013), dimana perspektif keuangan, internal

bisnis, serta perspektif pertumbuhan dan peembelajaran berada dalam posisi yang sama dengan

tujuan untuk mendukung terwujudnya perspektif pelanggan.

Hasil prioritas perspektif dan sasaran strategis ini adalah pilihan objektif dan ideal dari

pihak manajemen RSUD Awet Muda Narmada, sehingga dapat menjadi acuan atau pun

perhatian dalam menetapkan kebijakan ke depannya yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran
strategis organisasi (manajemen kinerja). Adapun hasil prioritas perspektif ini memiliki makna

dalam sasaran strategis rumah sakit lebih lanjut: perspektif pelanggan yaitu memberikan

gambaran penilaian yang baik dari masyarakat atau pelanggan kepada RSUD Awet Muda

Narmada, dalam hal kepuasan masyarakat dan kenyamanannya; perspektif keuangan yaitu

terwujudnya kemandirian fiskal rumah sakit guna meningkatkan pelayanan kesehatan; perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran yaitu rumah sakit memperbaiki dan meningkatkan nilai untuk

pelanggan dan masyarakat, baik itu sarana dan prasarana maupun pelayanan sumber daya

manusia rumah sakit; serta perspektif internal bisnis yaitu menemukan bidang atau hal baru lain

yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan untuk senantiasa menciptakan keunggulan ke

depannya.

5. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik adalah

sebagai berikut: Prosess (AHP) menunjukan prioritas utama sasaran strategis RSUD Awet Muda

Narmada ditempati oleh perspektif konsumen (masyarakat), selanjutnya perspektif keuangan,

diikuti oleh perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, dan terakhir adalah perspektif internal

bisnis. Dalam perspektif keuangan, prioritas sasaran strategis berturut-turut adalah meningkatkan

Kepuasan Masyarakat, selanjutnya meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan

pengunjung, serta meningkatkan pengunjung baru. Pada perspektif keuangan prioritas sasaran

strategis berturut-turut adalah menyediakan atau menambah dana tak terduga, meningkatkan

efisiensi belanja dan biaya, serta meningkatkan pendapatan. Prioritas sasaran strategis pada

perspektif internal bisnis berturut-turut adalah meningkatkan sarana dan prasarana,

mengembangkan inovasi dan kreasi dalam bekerjaserta meningkatkan kualitas dan produktifitas

pelayanan. Yang terakhir dalam perspektif pembelajran dan pertumbuhan prioritas sasaran
strategis berturut-turut adalah meningkatkan keahlian dan kemampuan, meningkatkan

kesejahtraan karyawan, dan meningkatkan motivasi dan loyalitas.

Daftar Pustaka

Darmawan, D., & Rismawati. (2020). Hasil Pemberdayaan Masyarakat Oleh Koperasi Simpan

Pinjam Sebagai Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Ekonomi Di Koperasi Serba Usaha

Mandiri Kasemen, Kota Serang. 5(2), 205–212.

Faradila, B. R. (2021). Kerangka Desain Balance Scorecard untuk Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) Desa Bonjeruk. Universitas Mataram.

Kaplan, R. s., & Norton, D. P. (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy Into

Action. Harvard Business School Press.

Kemenkes RI Nomor 340. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. In Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 (p. 116).

Khaeruddin. (2021). Perancangan Manajemen Kinerja Pemerintah Desa Berbasis Balanced

Scorecard (Studi Kasus pada Pemerintah Desa Usar Mapin Kecamatan Alas Barat

Kabupaten Sumbawa). Universitas Mataram.

Mahmudi. (2019). Manajemen Kinerja Sektor Publik (3rd ed.). UPP STIM YKPN.

Mahsun, M. (2013). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE Yogyakarta.

Mulyadi. (2014). Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Sorecard

(3rd ed.). UPP STIM YKPN.

Rangkuti, F. (2011). SWOT Balanced Scorecard Teknik Menyusun Strategi Korporat yang

Efektif plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko. PT Gramedia Pustaka Utama.
Saaty, T. L. (1988). Multicriteria Decision Making - The Analytic Hierarchy Process. United

States America: Beccles Sufflolk Printed and Bound.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Vanany, I. (2009). Performance Measurement: Model & Aplikasi. ITS Press.

Anda mungkin juga menyukai