Anda di halaman 1dari 8

83

ANALISIS PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN


DALAM MENGUKUR KINERJA INSTALASI FARMASI RSUD X
DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORE CARD


Indriyati Hadi Sulistyaningrum
1
, Satibi
2
, dan Tri Murti Andayani
2


1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung, Jl.Raya Kaligawe Km.4
Semarang 50112 PO Box 1054/SM tlp.024 6594366, email: indrynew@ymail.com
2
Fakultas farmasi UGM, Sekip Utara, Yogyakarta Tlp.(0274) 522956


ABSTRAK

Pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard pada perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan menawarkan solusi pengukuran kinerja yang lebih menyeluruh dan komprehensif dalam
suatu organisasi publik di antaranya Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja
Instalasi Farmasi RSUD X yang ditinjau pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan
pendekatan Balanced Scorecard. Objek penelitian ini adalah Instalasi Farmasi RSUD X sebagai salah
satu Rumah Sakit Pemerintah milik Pemerintah Daerah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non
eksperimental. Data diperoleh secara prospektif. Data kualitatif diperoleh melalui kuesioner dan
wawancara mendalam dengan Kepala Instalasi Farmasi RSUD X Data kuantitatif diperoleh melalui
observasi langsung. Dari hasil penelitian dengan menggunakan Balanced Scorecard , Kinerja perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan: a. Human Capital: Semangat Kerja Karyawan tinggi sebesar 78%,
Produktivitas Langsung belum baik karena adanya beban administrasi yang tinggi b. Organization Capital:
Budaya Organisasi, Leadership, Teamwork menunjukkan hasil sangat tinggi yaitu 86%. Information
Capital : Teknologi Informasi, Database yang digunakan di Instalasi Farmasi RSUD X sedang
dikembangkan Sistem Informasi Manajemen. Network perlu memiliki jaringan komunikasi dengan pasien
selain telepon seperti jaringan internet karena belum memiliki jaringan komunikasi yang baik dengan
customer. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja Instalasi Farmasi RSUD X termasuk dalam
kriteria cukup baik, dengan beberapa saran dan perbaikan yang perlu dilakukan.

Kata kunci : perspektif pembelajaran, pertumbuhan, balanced scorecard, instalasi farmasi rumah sakit



PENDAHULUAN

Ketatnya persaingan bisnis dan adanya
pasar bebas memaksa perusahaan untuk mem-
buat terobosan. Hal tersebut harus dilakukan agar
mampu bersaing secara sehat. Prinsip kunci per-
saingan adalah kualitas total yang mencakup
penekanan pada produk, biaya, harga, pelayanan,
penyerahan tepat waktu, estetika dan bentuk
kualitas lain yang terus berkembang guna mem-
berikan kepuasan yang terus menerus kepada
pelanggan. Setiap unit usaha dituntut untuk me-
ningkatkan mutu dan bekerja lebih efektif dan efi-
sien agar mendapatkan hasil yang optimal sehing-
ga tetap eksis di dunia usaha. Perubahan orientasi
dari product oriented menjadi customer oriented
menuntut manajemen untuk memandang organi-
sasi secara komprehensif sehingga mampu meng-
hasilkan kinerja perusahaan yang baik, memper-
tahankan konsumen yang sudah ada dan menarik
konsumen baru (1).
Di masa yang lalu, rumah sakit dipandang
semata-mata sebagai usaha sosial, namun seiring
dengan meningkatnya pembiayaan dan tingkat
kompetisi antar rumah sakit, serta semakin ting-
ginnya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang
bermutu dan terjangkau telah mengubah pandang-
an terhadap rumah sakit (2). Rumah Sakit merupa-
kan suatu unit usaha pelayanan publik dengan ciri
khas memberikan pelayanan medis serta merupa-
kan institusi yang padat modal, padat teknologi
dan padat tenaga sehingga pengelolaan rumah
sakit tidak bisa sebagai unit sosial semata, tetapi
menjadi unit sosio ekonomi, mempunyai tanggung
jawab sosial tetapi dalam pengelolaan keuangan-
nya menerapkan prinsip-prisip ekonomi. Perubah-
an paradigma ini membuat rumah sakit harus
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara total,
baik kinerja layanan maupun kinerja keuangan
dengan memperhatikan standar-standar kerja dan
peningkatan mutu yang terus menerus (3).
Pembangunan sektor kesehatan menjadi
penting peranannya dalam konteks pembangunan
wilayah sejak UU No 22 tahun 1999 dan UU No 25
tahun 1999 direvisi menjadi UU No 33 tahun 2004
dan UU tentang otonomi daerah dan pembangun-
an keuangan pusat dengan daerah karena tang-
gung jawab pemeliharaan kesehatan masyarakat
ditumpukan kepada pemerintahan daerah otonom,
dalam hal ini institusi yang paling bertanggung
jawab adalah rumah sakit daerah (3). Pengelolaan
obat merupakan salah satu segi manajemen
84 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 17, No.3 November 2013, hlm. 83 90 (ISSN : 1410-7031)
rumah sakit yang sangat penting dalam menyedia-
kan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, ka-
rena tidak efisien dan tidak lancarnya pengelolaan
obat akan memberi dampak negatif terhadap
rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun
secara ekonomi (4).
Pengukuran kinerja telah diperkenalkan
oleh Kaplan dan Norton (5) dalam organisasi masa
depan yang dikenal dengan konsep Balanced
Scorecard, merupakan alat manajemen kontempo-
rer (contemporary management tool) yang dapat
digunakan oleh organisasi sebagai indikator per-
ubahan lingkungan yang semakin kompleks. Ling-
kungan yang seperti itu menuntut untuk:
1. Membangun keunggulan kompetitif melalui dis-
tinctive capability.
2. Membangun dan secara berkelanjutan memu-
takhirkan peta perjalanan untuk mewujudkan
masa depan organisasi
3. Menempuh langkah-langkah strategis dalam
membangun masa depan organisasi.
4. Mengarahkan dan memusatkan kapabilitas dan
komitmen seluruh personel dalam membangun
masa depan organisasi.
Konsep balanced scorecard sangat rele-
van untuk mengukur kinerja Instalasi Farmasi saat
ini, karena konsep tersebut dapat digunakan
sebagai analisis yang dapat dimanfaatkan untuk
memetakan masalah manajemen yang terjadi se-
hingga Instalasi Farmasi RSUD tersebut dapat me-
nentukan posisinya saat ini, terutama dalam kom-
parasi atau perbandingan dengan para pesaing-
nya. Di samping itu konsep Balanced Scorecard
juga dapat digunakan sebagai indikator untuk me-
nilai keberhasilan rumah sakit (6). Balanced Score-
card merupakan sistem manajemen bagi perusa-
haan untuk berinvestasi jangka panjang. Berbeda
dengan konsep lainya, Balanced Scorecard me-
nentukan strategi organisasi dalam pencapaian
tujuan organisasi secara berimbang yang menca-
kup empat perspektif yaitu pembelajaran dan per-
tumbuhan, proses bisnis internal, customer, serta
keuangan (5).
Pengukuran kinerja dengan konsep balan-
ced scorecard bertujuan untuk mengetahui penca-
paian sasaran yang diorganisir dalam empat per-
spektif yaitu pembelajaran dan pertumbuhan,
customer, proses bisnis internal, serta keuangan.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang meng-
analisis kinerja dengan pendekatan balanced
scorecard, melalui empat perspektif tersebut. Da-
lam rangka memberikan pelayanan bermutu mela-
lui peningkatan kinerja secara berkesinambungan
dan peningkatan kualitas SDM, diperlukan analisis
kinerja yang dapat bermanfaat untuk meningkat-
kan pelayanan yang berkualitas, peningkatan ki-
nerja dapat tercapai jika diketahui pencapaian ki-
nerja yang telah dilakukan, dan data yang didapat
dijadikan dasar bagi perbaikan kinerja selanjutnya.


METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan ini termasuk
penelitian kualitatif dan kuantitatif, berdasarkan
tujuannya merupakan penelitian deskriptif, yakni
penelitian yang memaparkan suatu karakteristik
tertentu dari suatu fenomena (7). Dalam hal ini di-
lakukan penelitian terhadap kinerja Instalasi Far-
masi RSUD X di pendekatan Balanced Scorecard
yang ditinjau perspektif pembelajaran dan pertum-
buhan.
Data yang diperoleh secara prospektif.
Kriteria data yang diperoleh adalah data kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh berdasar-
kan kuesioner dengan skala yang diisi langsung
oleh responden dan wawancara mendalam de-
ngan Apoteker kepala Instalasi Farmasi RS. Data
kuantitatif diperoleh melalui observasi langsung,
Adapun subyek penelitian adalah Kepala Unit
Instalasi Farmasi, Penanggung Jawab Pelayanan
di Instalasi Farmasi, serta staf Instalasi Farmasi
RSUD X

Bahan dan Data

Bahan yang akan dianalisis terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data primer diper-
oleh dari kuesioner, wawancara mendalam dengan
kepala Instalasi Farmasi RS, dan observasi lang-
sung. Data sekunder diperoleh dari arsip kepega-
waian rumah sakit, dokumen Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.

Kuesioner

Kuesioner yang digunakan terdiri dari kue-
sioner untuk mengetahui budaya organisasi, lea-
dership, teamwork, memuat beberapa pertanyaan.
Kuesioner yang digunakan memuat pertanyaan
dengan jawaban terstruktur. Berhubung tidak ter-
sedianya informasi tentang uji coba item, maka
sebelum digunakan dalam penelitian, dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.

Skala Psikologi

Skala psikologi digunakan dalam peneliti-
an ini adalah skala semangat kerja yang dibuat
oleh Azwar (8). Dalam kuesioner terdapat pernya-
taan favourable dan unfavaourable. Pada item
yang memberi respon positif (favourable) skala
subyek akan memberi skor tertinggi bagi jawaban
sangat setuju a untuk jawaban sangat setuju diberi
skor lima, b untuk jawaban setuju diberi skor
empat, c untuk jawaban cukup setuju diberi skor
tiga, d untuk jawaban tidak setuju diberi skor dua
dan e untuk jawaban sangat tidak setuju diberi
skor satu. Sedangkan pernyataan yang diberi
respon negatif (unfavaourable) penskalaan subyek
akan memberi nilai tertinggi bagi jawaban sangat
tidak setuju, a untuk jawaban sangat setuju diberi
skor satu, b untuk jawaban setuju diberi skor dua,
c untuk jawaban cukup setuju diberi skor tiga, d
Indriyati Hadi Sulistyaningrum, dkk., Analisis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan dalam Mengukur Kinerja IFRS 85

untuk jawaban tidak setuju diberi skor empat, e
untuk jawaban sangat tidak setuju diberi skor lima.
Berhubung tidak tersedianya informasi tentang uji
coba, item dalam skala tersebut, maka sebelum
digunakan dalam penelitian, dilakukan uji validitas
dan reliabilitas terlebih dahulu.

Lembar Kerja (Worksheet)

Lembar kerja digunakan untuk mengum-
pulkan data yang diperoleh melalui pengamatan
langsung.Pedoman wawancara mendalam dengan
kepala Instalasi Farmasi RSUD

Subyek Penelitian, Populasi dan Sampel

Karyawan yang bekerja di Instalasi Farma-
si Rumah Sakit Umum Daerah X yang memenuhi
kriteria inklusi yang telah ditentukan, yaitu:
1. Karyawan bersedia berpartisipasi dalam peneli-
tian ini dengan mengisi kuesioner yang diberi-
kan.
2. Karyawan tidak sedang dalam tugas belajar
atau sedang dalam masa cuti.


ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dikelompokkan men-
jadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuali-
tatif diperiksa kelengkapan isian datanya dan di-
kodifikasi untuk mempermudah pemahaman, ke-
mudian hasilnya dikelompokkan berdasarkan ke-
perluan. Data kuantitatif dianalisis secara statistik
dan disajikan dalam bentuk tabel atau gambar.
Data kualititatif berupa hasil survey dengan kue-
sioner dikuantitatifkan dengan menggunakan skala
Likert.

Menilai Semangat Kerja Karyawan IFRS

Menilai semangat kerja karyawan melibat-
kan seluruh karyawan dengan jumlah 30 orang
responden. Semangat kerja karyawan dinilai de-
ngan menggunakan kuesioner. Responden diminta
untuk melakukan penilaian berupa angka tentang
kepuasan kerja karyawan.


Tabel 1. Penilaian Skala Semangat Kerja Karyawan
Jawaban
Favourable
Nilai
Jawaban
Unfavourable
Sangat setuju 5 Sangat tidak setuju
Setuju 4 Tidak setuju
Cukup setuju 3 Cukup setuju
Tidak setuju 2 Setuju
Sangat tidak
setuju
1 Sangat setuju

Skala yang digunakan adalah skala Likert
dengan skala 1 sampai 5 untuk keterangan ditun-
jukkan pada tabel 1. Sebelum digunakan dalam
penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas ter-
hadap kuesioner terlebih dahulu untuk mengetahui
seberapa jauh alat ukur dapat mengungkapkan
gejala-gejala atau bagian yang akan diukur, selain
itu untuk mengetahui seberapa jauh alat pengukur
dapat memberikan gambaran tentang obyek yang
akan diteliti sehingga menunjukkan dengan sebe-
narnya obyek yang diukur. Uji reliabilitas diperlu-
kan untuk mengetahui tingkat pengukuran dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda jika
dilakukan kembali pengujian pada obyek yang
sama.
Hasil penelitian dikatakan valid jika terda-
pat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti (9). Rumus yang digunakan adalah korelasi
product moment. Suatu data dikatakan valid jika
korelasi (r) positif dan lebih besar dari pada r tabel
dan juga signifikan pada taraf kepercayaan yang
diambil.
Hasil penelitian dikatakan reliabel bila ter-
dapat kesamaan antara data dalam waktu yang
berbeda (9). Butir pertanyaan yang diuji reliabilitas-
nya adalah butir-butir yang lulus dalam pengujian
validitas. Uji reliabilitas menggunakan teknik alpha
cronbach yaitu suatu instrumen dapat dikatakan
reliabel jika memiliki alpha cronbach sebesar 0,6
atau lebih (10). Pengujian dilakukan dengan meng-
gunakan software SPSS for Windows, kemudian
dilakukan analisis dan interpretasi hasil-hasil yang
telah diperoleh untuk menentukan atribut-atribut
yang perlu ditingkatkan kinerjanya.
Nilai jawaban responden untuk setiap per-
nyataan dijumlah dan nilai rata-ratanya dihitung.
Cara pengambilan kesimpulan adalah sebagai
berikut:

Nilai tertinggi-Nilai terendah
Jumlah pilihan
=
(5-1)
5
=
4
5
=0,80

Jarak antara pilihan 0,80 sehingga cara menyim-
pulkannya adalah nilai rata-rata pilihan yang diam-
bil untuk menyimpulkan.

Tabel 2. Rentang Skala Semangat Kerja Karyawan
Rentang skor Kategori
1,00 1,80 Sangat tidak setuju
1,80 2,60 Tidak setuju
2,60 3,40 Cukup setuju
3,40 4,20 Setuju
4,20 5,00 Sangat setuju


Tingkat Produktivitas Petugas IFRS

Produktivitas petugas diukur dengan cara
pengamatan langsung terhadap perilaku petugas
pelayanan resep pada jam kerja. Interval peng-
86 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 17, No.3 November 2013, hlm. 83 90 (ISSN : 1410-7031)
amatan dilakukan setiap 5 menit. Penilaian difo-
kuskan pada kuantitas kerja dan bukan pada
kualitas kerja.

Menilai Budaya Organisasi

Penilaian dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang diukur menggunakan skala likert
dengan skala 1 sampai 5 dengan keterangan
sebagaimana pada tabel 3.

Tabel 3. Penilaian Kategori Kuesioner Budaya Organ-
isasi, leadership Teamwork
Kategori Nilai
Sangat setuju 5
Setuju 4
Cukup setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1


Aspek Organization Capital disajikan dalam bentuk
persentase seperti tertera pada tabel 4.


Tabel 4. Kategori Penilaian Organizazion Capital (11)
Interval (%) Kategori
81 100 Sangat Tinggi
70 80 Tinggi
50 70 Cukup
< 50 Rendah


Dilakukan pada perhitungan nilai rata-rata
per item kuesioner organization capital sehingga
dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perbandingan nilai antar item tersebut. Selanjutnya
diinterpretasikan dengan berdasarkan pemberian
bobot nilai yang diperoleh dari hasil kuesioner de-
ngan cara perhitungan tentang skala yang diper-
oleh sebagai berikut:
N= Total responden = 30
Y= Nilai tertinggi = 30 x 5 = 150
X= Nilai terendah = 30 x 1 = 30
Interpretasi hasil perhitungan dapat dilihat pada
tabel 5

Tabel 5. Kategori Penilaian Per Item Pertanyaan Kue-
sioner Organization Capital (11)
Rentang skor Kategori
1,00 1,80 Sangat Tidak Setuju
1,80 2,60 Tidak Setuju
2,60 3,40 Cukup setuju
3,40 4,20 Setuju
4,20 5,00 Sangat Setuju

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran kinerja IFRS pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan dibagi menjadi 3
aspek penting, yaitu human capital, organization
capital, information capital. Masing-masing memi-
liki beberapa indikator untuk dilakukan pengukuran
kinerja di Instalasi Farmasi RSUD. Berikut adalah
hasil pengukuran dari masing-masing indikator.

Human Capital

Human capital merupakan salah satu ke-
unggulan kompetitif perusahaan dalam mengha-
dapi persaingan global di masa kini. Human capital
harus terus dikembangkan untuk menunjang pe-
ningkatan kinerja perusahaan (12). Berikut adalah
hasil pengukuran dari indikator human capital di
Instalasi Farmasi RSUD yang diteliti.

Semangat Kerja

Pengukuran semangat kerja karyawan di-
lakukan menggunakan skala semangat kerja yang
dibuat oleh Azwar (8). Dalam kuesioner terdapat
pernyataan favourable dan unfavourable. Pada
item yang memberi respon positif (favourable)
skala subyek akan memberi skor tertinggi bagi
jawaban sangat setuju, sedangkan pada pernyata-
an item yang memberi respon negatif (unfavour-
able) skala subyek akan memberi nilai tertinggi
bagi jawaban sangat tidak setuju. Hasil peng-
ukuran semangat kerja karyawan IFRS RSUD X

Tabel 6. Hasil Pengukuran Semangat Kerja Karyawan
IFRS RSUD X
Skala Kategori
Jumlah
karyawan
Persen-
tase
2,51 3,25 Tinggi 23 orang 78%
3,26 4,00 Sangat tinggi 7 orang 22%
Sumber : Data primer yang diolah


Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh
persentase karyawan yang memiliki semangat
kerja tinggi sebanyak 78% (23 orang) dan sema-
ngat kerja sangat tinggi sebanyak 22% (7 orang).
Hal ini tentunya akan menunjang kinerja dari kar-
yawan IFRS RSUD X. Hasil penelitian ini lebih
rendah dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yang memperoleh hasil 83,33% kar-
yawan yang memiliki semangat kerja tinggi (13).
Semangat kerja yang baik seringkali se-
iring dengan adanya loyalitas petugas terhadap
perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat di-
tingkatkan melalui kegiatan di luar jam kerja dan
pengadaan system reward (12). Kegiatan yang
bisa dilakukan untuk meningkatkan semangat ker-
ja karyawan di IFRS RSUD X antara lain outbond
dan wisata tiap 1 tahun sekali. Rangsangan untuk
meningkatkan komitmen karyawan dilakukan de-
Indriyati Hadi Sulistyaningrum, dkk., Analisis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan dalam Mengukur Kinerja IFRS 87

ngan memberi reward berupa uang lembur atau
uang jasa untuk tiap kelebihan jam jaga. Ber-
dasarkan pengamatan dan wawancara dengan
Kepala Instalasi Farmasi RSUD X, karyawan Insta-
lasi Farmasi sering mengadakan acara outbond
untuk meningkatkan kerja sama antar karyawan
sedangkan yang terkait pemberian uang jasa pela-
yanan kepada para karyawan Instalasi Farmasi se-
dang diperjuangkan kepada pimpinan yang terkait.

Produktivitas

Karyawan yang dijadikan subyek peneliti-
an sebanyak 15 orang karyawan dari 30 karyawan
yang bekerja di Instalasi Farmasi RSUD X, 15
orang karyawan sisanya tidak diikutkan sebagai
subyek penelitian, karena 15 karyawan berada di
ruang tersendiri, sehingga tidak memungkinkan
untuk dilakukan pengamatan, pengamatan dilaku-
kan pada jam kerja shift 1 yaitu mulai jam 07.00
14.00. Hasil pengamatan tingkat pemanfaatan
waktu kerja karyawan dapat dilihat pada tabel 7.


Tabel 7. Pemanfaatan Waktu Kerja Petugas IFRS RSUD
X Periode Desember 2012
Keterangan Kegiatan Persentase (%)
Produktif langsung 65 %
Produktif tidak langsung 25 %
Kegiatan pribadi 5,5%
Non produktif 4,5%
Sumber: Data primer yang diolah


Kegiatan produktif petugas dibagi menjadi
dua, yaitu kegiatan produktif langsung dan tidak
langsung. Kegiatan produktif langsung adalah peri-
laku petugas yang secara langsung berhubungan
dengan pelayanan kefarmasian di IFRS, sedang-
kan kegiatan produktif tidak langsung adalah peri-
laku petugas yang produktif, namun tidak langsung
berhubungan dengan pelayanan kefarmasian di
IFRS. Kegiatan pribadi adalah kegiatan petugas
seperti makan, minum, ke kamar kecil, dan ibadah.
Kegiatan nonproduktif adalah perilaku petugas
yang tidak produktif yang tidak termasuk dalam ke-
giatan produktif langsung, produktif tidak langsung,
dan kegiatan pribadi, dan kegiatan non produktif .
Pada tabel 7 terlihat bahwa tingkat produk-
tivitas langsung petugas IFRS rata-rata pemanfaat-
an waktu untuk kegiatan produktif langsung sebe-
sar 65%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pro-
duktivitas petugas IFRSUD sudah cukup baik.
Menurut Sinungan (14), tingkat pemanfa-
atan waktu kerja produktif langsung sebesar 75%
sudah dapat dikatakan baik. Hasil penelitian ini
lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan oleh
Nurina (13) yang memperoleh hasil 53,60% karya-
wan yang menggunakan waktunya untuk kegiatan
produktif langsung. Berdasarkan pengamatan pe-
neliti kurangnya tingkat produktivitas petugas ter-
jadi karena adanya beban administrasi yang tinggi
karena IFRS belum menggunakan sistem informa-
si manajemen sehingga waktu banyak dihabiskan
untuk kegiatan produktif tidak langsung. Berdasar-
kan hasil pengamatan peneliti dan wawancara de-
ngan Kepala Instalasi Farmasi untuk meningkatkan
produktivitas kinerja karyawan Instalasi Farmasi
sedang dalam proses penyempurnaan SIM se-
hingga diharapkan pekerjaan administrasi tidak
banyak menyita waktu sehingga waktu yang ter-
sisa bisa dimanfaaatkan untuk kegiatan produktif
langsung.

Organization Capital

Pengukuran Organization Capital terdiri
dari 3 aspek yaitu Budaya organisasi, Leadership,
Teamwork yang diukur menggunakan kuesioner.
Sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas
terhadap masing-masing pernyataan. Karyawan
yang dijadikan subyek penelitian sebanyak 30
orang.


Tabel 8. Hasil Pengukuran Organization Capital IFRS
RSUD X
Skor
Kriterium
(SK)
Nilai
Perolehan
(NP)
Tingkat
Persentase
(NP/SK)
Rata-rata
per
Responden
5x30x14
Rata-rata 70
1808 86% 60


Tabel 8 menunjukkan hasil perhitungan
skor kriterium yaitu skor tertinggi yang bisa di-
peroleh dari kuesioner yang dibagikan pada 30
orang karyawan yaitu dengan rata-rata 70 per res-
ponden, sedangkan nilai yang diperoleh dari kue-
sioner yang dibagikan adalah 1808 dengan rata-
rata 60 per responden. Tingkat persentase dari
organization capital diperoleh dengan membagikan
nilai perolehan dan skor kriterium sehingga diper-
oleh angka 86%. Berdasarkan hasil perhitungan,
maka dapat disimpulkan bahwa organization capi-
tal yang meliputi budaya organisasi, leadership,
teamwork di Instalasi Farmasi RSUD X ada dalam
kategori sangat tinggi (81 100%). Rata-rata
jawaban dari tiap pernyataan berkisar antara 3,2
4,7. Pada aspek budaya organisasi, diperoleh hasil
paling rendah pada pernyataan pernyataan no 5
tentang adannya kesadaran dan pemahaman nilai-
nilai visi, misi dan tujuan dalam melaksanakan
strategi IFRS. Berdasarkan wawancara dengan
Kepala IFRS RSUD X, diperoleh informasi bahwa
visi dan misi organisasi telah disosialisasikan baik
dalam rapat maupun dengan cara ditempel di
dinding agar selalu dilihat dan diingat oleh seluruh
staf. Untuk meningkatkan kesadaran akan visi dan
misi kepada karyawan dapat dilakukan diantara-
nya dengan evaluasi secara berkala menggunakan
key performance indicator, penyusunan kembali
serta evaluasi rencana jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
88 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 17, No.3 November 2013, hlm. 83 90 (ISSN : 1410-7031)
Pernyataan yang memiliki rata-rata paling
tinggi 4,7 pernyataan nomor 3 tentang karyawan
memiliki komitmen dan tanggung jawab yang tinggi
hasil tersebut menunjukkan bahwa budaya organi-
sasi di IFRS RSUD X budaya organisasi penting
untuk diperhatikan karena keterampilan dalam bu-
daya organisasi akan menunjang peningkatan ki-
nerja dalam melakukan pelayanan kefarmasian di
Instalasi Farmasi (15).
Hal yang kedua adalah leadership atau
kepemimpinan. Di IFRS RSUD X telah terdapat
pembagian kerja dan terdapat koordinator, sehing-
ga pekerjaan di IFRSUD tersebut menjadi terarah
dan apabila ada suatu masalah, mereka akan
berkonsultasi terlebih dahulu pada koordinatornya,
sehingga menghasilkan suatu cara kerja yang
efisien dan efektif, karena tidak semua urusan
langsung ditangani oleh Kepala Instalasi. Hal itu
sudah sesuai dengan pendapat responden Selu-
ruh staf telah bekerja secara efektif dan efisien
sesuai jobdesk. Dengan pernyataan bahwa IFRS
RSUD X selalu ada upaya untuk melatih SDM
yang ada dan mendorong kerjasama tim. Kepe-
mimpinan dalam sebuah organisasi dapat diting-
katkan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dasar
kepemimpinan yang diadakan oleh lembaga khu-
sus di luar kefarmasian. Pelatihan tersebut dapat
diikuti terutama oleh Apoteker yang menjabat
sebagai Kepala Instalasi Farmasi (15).
Hal ketiga adalah teamwork atau kerja-
sama tim. Berdasarkan pengamatan peneliti, SDM
sudah mampu bekerjasama terutama dalam me-
laksanakan pelayanan. Apabila ada staf yang me-
miliki permasalahan maka staf lain yang memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan masalah terse-
but akan membantu. Apabila ada tugas staf yang
belum terselesaikan, maka staf lain bersedia mem-
bantunya. Hasil pengamatan sesuai dengan hasil
survey bahwa responden sangat setuju bahwa
setiap karyawan IFRS RSUD X mau dan mampu
bekerjasama dengan karyawan yang lainnya. Me-
reka juga sangat setuju dengan pernyataan bahwa
karyawan saling membagi pengetahuan (transfer
knowledge) dan kesempatan melakukan pekerjaan
dengan sistem rolling, tujuannya adalah agar
semua karyawan cakap dan mampu melakukan
semua pekerjaan di IFRS. Pengaturan jadwal shift
pun sudah adil bagi karyawan, dan responden juga
sangat setuju terhadap kedua hal tersebut.
Selain berdasarkan hasil jawaban kuesio-
ner tersebut, juga diamati langsung kegiatan SDM
sehari-hari di IFRS RSUD X, terlihat masih ada
suatu ketidakpuasan mengenai sistem jasa pela-
yanan yang berlaku di Rumah Sakit. SDM merasa
belum puas atas uang jasa pelayanan yang me-
reka terima, dengan alasan bahwa besarnya jasa
tersebut belum sesuai dengan kegiatan pelayanan
yang mereka lakukan. Hal tersebut sudah disikapi
oleh pihak pimpinan Instalasi Farmasi dengan
mengusulkan uang jasa kepada Manajemen IFRS
RSUD X, karena sangat berhubungan dengan ke-
puasan SDM. Kepuasan SDM sangat mempenga-
ruhi komitmen mereka terhadap suatu organisasi.
Apabila kepuasan SDM terhadap organisasi ren-
dah, maka komitmen mereka terhadap organisasi
pun akan rendah. Upaya yang dapat dilakukan un-
tuk meningkatkan organization capital adalah de-
ngan mengikuti pelatihan-pelatihan yang berhu-
bungan dengan aspek-aspek yang ada dalam
organization capital serta dengan meningkatkan
interaksi dan komunikasi secara lebih mendalam
antara para karyawan di dalam organisasi (15).

Information Capital

Kapabilitas sistem informasi terutama
dalam bidang kesehatan sangat krusial untuk me-
nunjang terciptanya pengembangan sistem infor-
masi kesehatan (16). Data mengenai kapabilitas
sistem informasi di Instalasi Farmasi RSUD X
diperoleh melalui wawancara mendalam dengan
Kepala IFRS RSUD X. Indikator yang diukur ada-
lah teknologi informasi, database, networking. Sis-
tem informasi di IFRS RSUD X belum mendukung
pengelolaan obat dan pelayanan kefarmasian.

Teknologi Informasi

Menurut hasil wawancara dengan petugas
bahwa IFRS RSUD X belum memiliki teknologi
informasi yang tergolong paling mutahir. Saat ini
sistem informasi manajemen (SIM) yang tersedia
sudah komputerisasi akan tetapi belum terinte-
grasi. SIM tersebut masih dalam pengembangan
dari tahun 2010 sampai sekarang dan pernah
diujicobakan akan tetapi hasilnya masih banyak
kendala yang dihadapi sehingga belum digunakan
sampai sekarang dan masih perlu lebih dikem-
bangkan dari waktu ke waktu sesuai dengan
keperluan Instalasi.

Database

Hasil wawancara dengan petugas diper-
oleh bahwa database yang digunakan di IFRS
RSUD X tahun 2012 meliputi database pengharga-
an obat, penjualan obat, persediaan obat, kartu
stok, penerimaan, mutasi dan perlengkapan resep,
rekap data dalam bentuk microsoft office exel yang
tersedia sudah komputerisasi akan tetapi belum
terintegrasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan petugas Instalasi Farmasi se-
dang mengembangkan SIM yang sudah dirintis
sejak tahun 2010 akan tetapi masih perlu banyak
perbaikan sehingga sampai sekarang belum digu-
nakan untuk pelayanan.

Networking

Hasil wawancara dengan Kepala Instalasi
Farmasi RSUD belum memiliki jaringan komunika-
si yang baik dengan PBF/Supplier dan stakeholder
melalui website atau call center. Hal itu benar ka-
rena tidak ada jaringan internet yang memungkin-
kan terciptanya komunikasi antar karyawan, hal itu
karena pertimbangan belum adannya fasilitas ja-
Indriyati Hadi Sulistyaningrum, dkk., Analisis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan dalam Mengukur Kinerja IFRS 89

ringan internet antar unit pelayanan di IFRS RSUD
X. Komunikasi dengan PBF/supplier dan stake-
holder hanya dilakukan dengan tatap muka lang-
sung dan dengan telepon.
Di IFRS RSUD X belum ada layanan
komunikasi / konsultasi untuk pasien, baik melalui
telepon maupun internet. Kenyataan tersebut
sesuai dengan hasil wawancara dengan petugas
bahwa IFRSUD ini belum memiliki jaringan
komunikasi yang baik dengan customer. Hal itu
kelak dapat digunakan sebagai strategi bisnis yang
baru bagi IFRS RSUD X. Berdasarkan hasil
pengamat-an dan wawancara dengan petugas
Instalasi Far-masi sedang megembangkan SIM
yang terinte-grasi sehingga diharapkan dapat
mempermudah akses dengan pihak terkait seperti
PBF/supplier dan stakeholder.


KESIMPULAN

Kinerja Instalasi Farmasi RSUD X ditinjau
dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
dibagi menjadi 3 aspek, antara lain:
a. Human Capital memperlihatkan tingkat petugas
yang memiliki semangat kerja sangat tinggi se-
banyak 22% dan tinggi sebesar 78%, produktiv-
itas langsung sebesar 65 %.
b. Organization Capital menunjukkan budaya or-
ganisasi, leadership, teamwork menunjukkan
hasil sangat tinggi yaitu 86%.
c. Information Capital memperlihatkan teknologi
informasi, database yang digunakan IFRSUD
sedang mengembangkan SIM sedangkan ne-
twork belum memiliki jaringan komunikasi yang
baik dengan customer.


DAFTAR PUSTAKA

1. Fatmanelly, 2010. Analisis Kinerja RSUD dr.
Adnan WD tahun 2010 dengan Metode Ba-
lanced Scorecard. Jurnal Unand. Padang.
2. Ilyas, L., 2002. Kinerja Teori Penilaian dan Pe-
nelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Jakarta.
3. Evamairoza, 2006. Pengukuran Kinerja Insta-
lasi Rawat Jalan dengan Konsep Balanced
Scorecard di RSUD Solok. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yog-
yakarta.
4. Santoso, D., 1999, Masalah dalam Pengelola-
an Obat di Rumah Sakit. Modul Pengembang-
an Eksekutif. Tesis. Manajemen Rumah Sakit.
Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
5. Kaplan, R.S dan Norton, D.P, 1996. The
Balance Scorecard, Measures That Drive Per-
formance. Harvard Bisiness Review On
Measuring Corporate Performance. Harvard
Bussines School Press. Boston.
6. Trisnantoro, L., 2004. Perubahan Sistem Ma-
najemen dan Pelayanan Prima. Workshop
Penggunaan Konsep Farmakoekonomi Untuk
Pelayanan Prima Di Sektor Obat. Pusat Mana-
jemen Pelayanan Kesehatan. Universitas
Gadjah Mada.Yogyakarta.
7. Hermawan, A., 2006. Penelitian Bisnis Para-
digma Kuantitatif. Pedoman Praktis untuk Ma-
hasiswa S1, S2 dan S3 Konsentrasi Pemasar-
an, Sumber Daya Manusia. Keuangan dan
Manajemen Operasional, PT. Grasindo,
Jakarta.
8. Azwar, S., 1999, Penyusunan Skala Psikologi,
Pustaka Pelajar, Jakarta.
9. Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Bisnis, CV
Alfabeta, Bandung.
10. Arikunto, S., 1998, Manajemen Penelitian,
Rineka Cipta, Jakarta.
11. Mahsun, 2009. Pengukuran Kinerja Sektor
Publik. BPFE. Yogyakarta.
12. Iveta, G., 2012, Human Resources Key Per-
formance Indikators, Journal Of Competitive-
ness, 4 (1):177-128.
13. Nurina, R.L., 2008, Analisis Kinerja Instalasi
Farmasi RSU Negara Kabupaten Jembrana
Bali dengan Pendekatan Balanced Scorecard,
Tesis, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
14. Sinungan, M., 1996, Produktivitas, Apa dan
Bagaimana, ed.3, Bina Aksara, Jakarta.
15. Satibi, Fudholi, A., Kusnanto, H., dan Jogi-
yanto, 2011, Pengaruh Pembelajaran dan
Pertumbuhan terhadap Proses Bisnis Internal:
Studi Kasus Instalasi Farmasi Rumah Sakit
DIY, MFI, 22(3):238-250.
16. Mercer, K, 2001, Examining the Impact of
Healt Information Networks on Health System
Integration in Canada, Leadership In Health
Services, 14(3):1-30.





90 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 17, No.3 November 2013, hlm. 83 90 (ISSN : 1410-7031)

Anda mungkin juga menyukai