Anda di halaman 1dari 16

ANALISA ALASAN PERUSAHAAN MENERAPKAN

BALANCED SCORE UNTUK PENGUKURAN KINERJA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen


Dosen Pengampu : Ati Sumiati, S.Pd., M.M

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Azis Bayuhadi (1701620024)
Nurrahma Arif Dharmawan (1701620113)
Nurul Faradifa (1701620129)
Putri Suwandari (1701620011)
Suci Ramadhan (1701620022)

Program Studi Pendidikan Ekonomi


Konsentrasi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Tahun 2022
A. Analisa Latar Belakang dan Alasan RSUD Noongan Mengukur Kinerja dengan
Menerapkan Balanced Scorecard
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
organisasi bisnis. Balanced Scorecard menyediakan tujuan-tujuan strategis organisasi
kedalam seperangkat tolak ukur kinerja yang saling berhubungan. Aspek non keuangan
mendapat perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja
keuangan bersumber dari aspek non keuangan, sehingga apabila perusahaan akan
melakukan pelipatgandaan kinerja maka fokus perhatian perusahaan akan ditujukan
kepada peningkatan kinerja non keuangan, karena dari situlah keuangan berasal.
Rumah Sakit Umum Daerah Noongan adalah rumah sakit dibawah naungan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Dalam beberapa tahun terakhir ini, RSUD
Noongan melakukan pengukuran kinerja masih didasarkan pada standar nasional
pelayanan yang sudah ditentukan oleh pemerintah yaitu hanya menilai kinerja dari
aspek keuangan saja. Jika tingkat persentase kinerja yang diperoleh rumah sakit
tersebut masih berada diantara standar nasional tersebut, maka kinerja rumah sakit
tersebut dikatakan baik. Padahal masih ada faktor-faktor lain yang masih dapat
dijadikan ukuran untuk menyatakan apakah kinerja rumah sakit tersebut sudah dapat
dikatakan baik atau buruk. Untuk itulah diperlukan adanya pengukuran kinerja dengan
menggunakan Balanced Scorecard, dimana alat. pengukuran kinerja ini mencakup
semua aspek yang kemudian dikelompokkan menjadi empat perspektif utama yaitu:
perspektif keuangan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif proses
bisnis internal, serta perspektif pelanggan.

B. Tinjauan Pustaka
• Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan
pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas
efisiensi penggunaan sumber daya manusia, kualitas barang, hasil kegiatan dibandingkan
dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
• sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
non finansial.
• Balanced scorecard merupakan sebuah teknik evaluasi dan pengendalian strategi.
• Kelemahan Balanced Scorecard yaitu manajemen senior tidak berkomitmen, tanggung
jawab scorecard tidak mengalir ke bawah, solusi dirancang berlebihan, dan Balanced
scorecard diperlakukan sebagai sistem atau proyek konsultasi.
• Keunggulan Balanced Scorecard adalah meningkatkan secara signifikan kualitas
perencanaan dan meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja personel.
• Perspektif dalam Balanced Scorecard ada empat, yaitu perspektif keuangan, persektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif proses pembelajaran dan
pertumbuhan.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini memanfaatkan dua jenis data diantaranya data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa
struktur organisasi, pengukuran kinerja dan perencanaan kinerja gambaran umum
organisasi serta kebijakan organisasi yang berkaitan dengan pengukuran
kinerjanya. Sedangkan pada data kuantitatif yang dipakai adalah data-data pendukung
perhitungan berupa laporan realisasi anggaran dan laporan neraca Rumah Sakit Umum
Daerah Noongan. Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Noongan
dengan proses pengambilan data selama 3 bulan yaitu bulan Maret-Juni 2013 serta
menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan pendekatan
komparatif. Hal itu dilakukan dengan membandingkan antara pengukuran kinerja yang
dilakukan pihak rumah sakit dengan pengukuran kinerja berdasarkan Balanced
Scorecard yang dinyatakan dengan skor total. Besarnya skor total yang diperoleh
masing-masing pada kedua pengukuran kinerja tersebut kemudian dibandingkan.
Pengukuran kinerja dengan skor lebih besar menunjukkan bahwa pengukuran tersebut
lebih tepat dilakukan dan dapat dijadikan sebagai rekomendasi alat pengukuran yang
dapat diterapkan oleh pihak rumah sakit di waktu yang akan datang. Penggunaan
metode ini lebih memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang masalah
penelitian "Penerapan Balance Scorecard sebagai tolak ukur pengukuran kinerja RSUD
Noongan". Proses penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan penelitian
2. Disposisi pimpinan
3. Pengumpulan data
4. Analisis data penelitian
5. Kesimpulan dan saran
D. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan didapat hasil laporan kinerja Rumah Sakit
Umum Daerah Noongan yang menggunakan standar pengukuran jasa pelayanan
kesehatan nasional. Penilaian kinerja ini dilakukan dengan membandingkan rasio tahun
2011 dan 2012. Hasil laporan ini yaitu:
a) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur) : Dari hasil
penelitian nilai ideal BOR adalah 60-85%, sedangkan nilai BOR pada RSUD
Noongan hanya mencapai nilai rata-rata 45,33%. Sehingga untuk BOR pada
RSUD Noongan dinilai kurang dan mendapat skor -1.
b) ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) : Nilai standar
ideal untuk ALOS adalah 6-9 hari sedangkan pada RSUD Noongan hanya
mencapai nilai rata-rata 5. Sehingga bisa disimpulkan bahwa ALOS berada diluar
rentang standar ideal kemudian ALOS dinilai kurang dan mendapat skor -1.
c) TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) : Sama halnya dengan BOR dan
juga ALOS bahwa nilainya kurang dari standar ideal yang seharusnya. Nilai TOI
RSUD Noongan rata-ratanya yaitu 6 dengan nilai standar ideal 1-3 kali. Untuk
nilai TOI ini dinilai kurang dan mendapat skor -100
d) BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur) : Nilai dari BTO dari
RSUD Noongan mendapat skor -1 dengan predikat kurang, seharusnya standar
idealnya untuk BTO ini adalah 40-50 kali sedangkan RSUD Noongan mendapat
nilai rata-rata 31,67 Kali.
e) GDR (Gross Death Rate) : GDR pada kinerja RSUD Noongan memiliki nilai rata-
rata 23,83 sehingga hal ini bisa dikatan baik dan mendapat skor 1. Alasannya
karena GDR RSUD Noongan berada dibawah nilai batas maksimal GDR.
f) NDR : NDR untuk RSUD Noongan dinilai baik dan mendapat skor 1 hal ini
dikarenakan masih dibawah batas maksimal NDR yaitu sebesar 8,77 <25 per 1000.
g) Jumlah Pasien rawat Jalan : Jumlah pasien rawat jalan dinilai baik juga dan
mendapat skor 1, sebab terdapat peningkatan pasien dari tahun 2011 ke tahun 2012.
h) Jumlah Pasien Rawat Inap : Dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah pasien
rawat inap mengalami penurunan pada tahun 2011 sehingga karena penurunan ini
jumlah pasien rawat inap mendapat nilai kurang dan mendapat skor -1.
Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Noongan secara keselruhan dapat dinilai dengan
predikat “cukup” dengan skor atau angka 0. Karena 0 berada pas pada standar yang telah
ditetapkan yaitu 0 sampai 0,6 untuk kriteria “cukup”
Pembahasan
Dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan metode analisis Balance
Scorecard ini terdapat empat perspektif pengukuran, yakni pengukuran keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal, dan pertumbuhan & pembelajaran.
1. Perspektif Keuangan
Untuk membahas perspektif keuangan ini, dibutuhkan analisis pertumbuhan
pendapatan dan perubahan biaya. Berdasarkan jurnal,peneliti telah melakukan
pengolahan data sekunder dari beberapa Target dan Realisasi Pendapatan di RSUD
Noongan. Pertumbuhan Pendapatan, berdasarkan jurnal, peneliti telah melakukan
pengolahan data sekunder yang tertera di lampiran jurnal dari beberapa Target dan
Realisasi Pendapatan di RSUD Noongan, yang menyatakan bahwa adanya
ketidaksesuaian antara realisasi anggaran dengan nominal yang di targetkan.
Sedangkan berdasar Perubahan Biaya, di jurnal terlampir data perubahan biaya
yang dikeluarkan RSUD Noongan dari tahun 2011 ke 2012 yang menyatakan
perusahaan sudah maksimal untuk meminimalisir pengeluaran biaya yang
dibuktikan dengan realisasi biaya tidak melebihi dari anggaran yang ditargetkan.
2. Perspektif Pelanggan
Berdasarkan data jumlah pasien, RSUD Noongan secara keseluruhan terus
mengalami kenaikan jumlah pasien tiap tahunnya, dengan rata-rata 12% untuk data
perubahan dari tahun 2011 ke tahun 2012. Sedangkan dari data keluhan, nilainya
terus mengalami penurunan yang mana artinya RSUD Noongan telah sesuai
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Untuk perspektif ini, peneliti melakukan pengolahan data respon time pelayananam
kepada pasien yang menunjukkan rata-rata respon pelayanan yaitu 22 menit dari
target yang ditentukan perusahaan 15 menit. Sehingga bisa dikatakan bahwa respon
pelayanan dari RSUD Noongan masih belum memenuhi target yang ditentukan di
awal.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Untuk pelatihan karwayan memang nilai yang dihasilkan dari data mengalami
penurunan dari tahun 2011 ke 2012, hal ini dapat menjadi penjelasan bahwa
perusahaan melakukan penekanan terhadap biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan
karyawan. Sedangkan berdasar retensi karyawan menunjukkan kenaikan dari tahun
2011 ke 2012 dengan rata-rata 0,47%.
Setelah melakukan analisis dari ke-empat perspektif diatas, maka peneliti dapat
melakukan analisis berdasar metode Balance Scorecard, yang mana hasil
perhitungannya adalah untuk Perspektif Keuangan perusahaan mendapat predikat
Kurang untuk pencapaian pendapatannya sedangkan untuk perubahan biaya mendapat
skor 1 dengan predikat Baik. Untuk Perspektif Pelanggan, RSUD Noongan
memperoleh predikat Baik dari sisi retensi, akuisisi, dan kepuasan pelanggan, untuk
Perspektif Proses Bisnis dan Internalnya perusahaan ini mendapat predikat Baik
dalam hal keluhan maupun peningkatan pendapatan, serta Kurang untuk sisi respon
times pelayanan. Yang artinya hal yang perlu diupayakan lebih jauh oleh perusahaan
adalah di sisi respon pelayanannya. Untuk Perspektif Pertumbuhan dan
Perkembangan, memperoleh nilai 1 untuk retensi karyawan dan -1 untuk pelatihan
karyawan, yang artinya perusahaan harus lebih memaksimalkan pelatihan untuk
karyawan di RSUD Noongan. Dengan skor total akumulasi yakni 4. Berdasarkan
keseluruhan analisis, maka peneliti melakukan penyajian data dalam bentuk kurva.
Adapun berdasar kualifikasi dengan Balance Scorecard yang telah dikemukakan,
RSUD Noongan dengan skor rata-rata 0,4 memperoleh predikat “Cukup”.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Umum Daerah Noongan memungkinkan untuk menerapkan
Balanced Scorecard, karena dengan Balanced Scorecard semua aspek dapat
diukur. Penerapan Balanced Scorecard dimungkinkan karena rumah sakit
telah memformulasikan visi, misi dan strateginya dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja rumah sakit dikatakan cukup baik dengan
menggunakan Balanced Scorecard.
2. Penilaian kinerja RSUD Noongan dengan menggunakan Balanced Scorecard
periode 2 tahun menunjukkan hasil yang jauh berbeda dengan pengukuran
kinerja secara tradisional yang dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah
Noongan. Dengan Balanced Scorecard, manajer dapat mengukur kinerja
perusahaan dengan lebih komprehensif, sehingga manajemen dapat
meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….

PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR PENGUKURAN


KINERJA DI RSUD NOONGAN

Oleh:

Marisa Lidya Rumintjap

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado
email: keithephot@yahoo.com

ABSTRAK

Rumah Sakit Umum Daerah Noongan merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah yang tujuan
utamanya bukan untuk mencari keuntungan, tetapi lebih kepada jasa konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kinerja rumah sakit apabila menggunakan Balanced Scorecard. Penelitian dilakukan
dengan mengambil data selama 2 tahun, yaitu dari tahun 2011-2012, menggunakan analisis komparatif yaitu
melakukan evaluasi kinerja rumah sakit antar periode kemudian membandingkan dengan target yang
sebelumnya telah ditetapkan dan kemudian diberi skor sesuai dengan kriteria. Data diperoleh melalui data
sekunder Rumah Sakit Umum Daerah Noongan. Dari hasil penelitian dengan menggunakan konsep Balanced
Scorecard dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa variasi pencapaian hasil. Perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran masih dianggap kurang, sedangkan untuk 3 perspektif lainnya dianggap sudah cukup baik.
Maka, Balanced Scorecard cocok untuk diterapkan pada Rumah Sakit Umum Daerah Noongan karena dapat
memberikan gambaran yang lebih terstruktur dan menyeluruh dibandingkan dengan sistem tradisional yang
masih digunakan sampai saat ini.

Kata kunci: kinerja, balanced scorecard, rumah sakit

ABSTRACT

District Regional General Hospital, Noongan is one state-owned hospitals whose main goal is not to
seek profit, but rather the customer service.This study aims to determine how hospital performance when using
the Balanced Scorecard. Research conducted by collecting data during two years, ie from year 2011 to 2012,
using comparative analysis in which researchers evaluated hospital performance between periods and
compared with the previous target has been set and then given a score according to the criteria. Data were
obtained through secondary data Regional General Hospital, Noongan. From the research results using the
Balanced Scorecard concept can be concluded that there was some variation in results. Growth and learning
perspective is still considered to be less, while for three other perspectives are considered good enough. Thus,
the Balanced Scorecard suitable to apply to the Regional General Hospital, Noongan because the can provide a
better picture of structured and intensive than the traditional system is still in use today.

Keywords: performance, balanced scorecard, hospital

Jurnal EMBA 841


Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Didalam
sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang
dilakukan pihak manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-
masing pusat pertanggungjawaban yang dibandingkan dengan tolak ukur yang telah ditetapkan.
Balanced Scorecard menyediakan tujuan-tujuan strategis organisasi kedalam seperangkat tolak ukur
kinerja yang saling berhubungan. Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja yang tidak
hanya mencerminkan pada kinerja keuangan saja, tetapi juga kinerja non keuangan. Aspek non keuangan
mendapat perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari
aspek non keuangan, sehingga apabila perusahaan akan melakukan pelipatgandaan kinerja maka fokus perhatian
perusahaan akan ditujukan kepada peningkatan kinerja non keuangan, karena dari situlah keuangan berasal.
Rangkuti (2011:205) menyatakan Informasi yang harus diperhatikan oleh manajer senior terhadap
keempat perspektif yang membentuk Balanced Scorecard, yaitu:

1. Perspektif Keuangan, untuk menjawab pertanyaan : Bagaimana perusahaan dilihat oleh pemegang saham?
2. Perspektif Pelanggan, untuk menjawab pertanyaan : bagaimana pelanggan memahami produk dan pelayanan
perusahaan?
3. Perspektif Proses Bisnis Internal, untuk menjawab pertanyaan : value driver apa saja yang dapat mendorong
proses bisnis sehingga dapat diunggulkan?
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, untuk menjawab pertanyaan : apakah perusahaan dapat
menghasilkan inovasi, perubahan, dan perbaikan?

Rumah Sakit Umum Daerah Noongan merupakan salah satu rumah sakit yang berada dibawah naungan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.Dalam beberapa tahun terakhir ini, RSUD Noongan menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Pengukuran kinerja tersebut masih didasarkan pada standar nasional pelayanan
yang sudah ditentukan oleh pemerintah yaitu hanya menilai kinerja dari aspek keuangan saja.Jika tingkat
persentase kinerja yang diperoleh rumah sakit tersebut masih berada diantara standar nasional tersebut, maka
kinerja rumah sakit tersebut dikatakan baik. Padahal masih ada faktor-faktor lain yang masih dapat dijadikan
ukuran untuk menyatakan apakah kinerja rumah sakit tersebut sudah dapat dikatakan baik atau buruk. Untuk
itulah diperlukan adanya pengukuran kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard, dimana alat
pengukuran kinerja ini mencakup semua aspek yang kemudian dikelompokkan menjadi empat perspektif utama
yaitu: perspektif keuangan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif proses bisnis internal, serta
perspektif pelanggan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kinerja RSUD Noongan menurut Balanced Scorecard.


2. Mengetahui perbedaan antara pengukuran kinerja tradisional dengan Balanced Scorecard.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Kinerja

Mahsun (2006:25) mendefinisikan Pengukuran kinerja (pefomance measurement) adalah suatu proses
penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk
informasi atas efisiensi penggunaaan sumber daya manusia dalam manghasilkan barang dan jasa; kualitas
barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa di serakan kepada pelanggan dan sampai seberapa juga
pelanggan terpuaskan) ; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkanan; dan efektivitas
tindakan dalam mencapai tujuan.

842 Jurnal EMBA


Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….

Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik


Mardiasmo (2002:121) menyatakan sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
nonfinansial. Sistem pengendalian kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena
pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system.

Balanced Scorecard

Dikembangkan pada 1993 oleh dua professor Harvard Business School, Kaplan dan Norton, dan terus
menerus disepurnakan sampai dengan hari ini, Balanced scorecard merupakan sebuah teknik evaluasi dan
pengenadalian strategi. Dinamakan Balanced Scorecard karena keyakinan mengenai kebutuhan perusahaan
untuk “menyeimbangkan” ukuran-ukuran finansial yang seringkali secara eksklusif digunakan dalam evaluasi
dan pengendalian strategi dengan berbagai ukuran nonfinansial seperti kualitas produk dan layanan konsumen.
Sebuah Balanced Scorecard yang efektif mencakup gabungan antara tujuan strategis dan tujuan keungan yang
dipilih secara cermat dan disesuaikan dengan bisnis yang dijlankan perusahaan.(Fred, 2009:247).

Kelemahan Balanced Scorecard

Membuat dan memasukkan ukuran dan system manajemen baru ke organisasi sangatlah rumit dan
rentan terhadap sedikitnya empat kelemahan berikut (Atkinson,et al 2012:139)
1. Manajemen senior tidak berkomitmen.
2. Tanggung jawab scorecard tidak mengalir ke bawah.
3. Solusi dirancang berlebihan atau scorecard diperlakukan sebagai peristiwa satu kali.
4. Balanced scorecard diperlakukan sebagai sistem atau proyek konsultasi.

Keunggulan Balanced Scorecard

Mulyadi (2007: 14) mengemukakan bahwa Balanced Scorecard memiliki keunggulan di dua aspek:
1. Meningkatkan secara signifikan kualitas perencanaan
2. Meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja personel

Perspektif Dalam Balanced Scorecard

Ada 4 Perspektif dalam Balanced Scorecard yaitu (Atkinson,et al 2012:113):


1. Perspekitif Keuangan
Balanced scorecard berisi tujuan dan pengukuran yang mewakli pegukuran kesuksesan akhir penjualan
pencari laba. Pengukuran kinerja keuangan seperti pendapatan operasi dan tingkat pengembalian investasi,
menunjukan apakah strategi perusahaan dan penerapannya dapat meningkatkan nilai pemegang saham
kinerja keuangan meningkat melalui dua pendekatan dasar: pertumbuhan pendapatan dan produktivitas
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk peningkatan
kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset pasar
sangat besar. Suatu produk atau jasa harus bernilai bagi pelanggan atau potensial pelanggan, artinya
memberikan manfaat yang lebih besar dan apa yang dikorbankan pelanggan untuk mendapatkannya.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan
kepuasan tertentu bagi pelanggan dan juga para pemegang saham.
4. Perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan
Krismiaji dan Aryani (2011:371) menjelaskan Dalam Perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan,
perusahaan melihat tiga faktor utama yaitu orang, sistem,dan prosedur organisasi, yang berperan dalam
pertumbuhan jangka panjang perusahaan.

Jurnal EMBA 843


Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….

Laporan Keuangan Untuk Pengukuran Kinerja

1) Rasio Ekonomis
Halim dan Iqbal (2012:163) menjelaskan rasio ekonomi adalah hubungan antara nilai uang dan masukan
atau praktik pembelian barang dan jasa pada kualitas yang diinginkan dan pada harga yang terendah. Setiap
kegiatan operasional dikatakan ekonomis bila dapat dihilangkan atau mengurangi biaya yang dianggap tidak
perlu
2) Rasio Efektivitas
Mahmudi (2011:170) mengemukakan rasio efektivitas pendapatan menunjukan kemampuan pemerintah
dalam memobilisasi penerimaan pendapatan sesuai dengan yang ditargetkan, dihitung dengan cara
membandingkan realisasi pendapatan dengan target penerimaan pendapatan.
3) Rasio Efisiensi
Halim (2007:234) menyatakan Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.

Penelitian Terdahulu

Tabel 1 Penelitian Terdahulu


Nama
Metode
No Peneliti/ Judul Tujuan Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun
1. Aurora Penerapan Mengetahui Deskriptif Menggunakan -Cara Perspektif
(2010) Balanced bagaimana konsep menyatakan pertumbuhan
Scorecard kinerja rumah Balanced Kinerja dan
Sebagai Tolak sakit apabila Scorecard Rumah Sakit pembelajaran
Ukur menggunakan hanya masih dianggap
Pengukuran Balanced membanding kurang ,
Kinerja. (Studi Scorecard kan hasil sedangkan
Kasus pada yang untuk 3
RSUD terealisasi perspektif
Tugurejo dengan yang lainnya
Semarang) ditargetkan dianggap sudah
tanpa cukup baik.
memberikan
besaran atau
skor.
2. Susanto, Balanced Mengukur Deskriptif Menggunakan - Objek yang Hasil penelitian
et al Scorecard Kinerja konsep diteliti diketahui
(2004) sebagai alat Manajemen Balanced berbeda bahwa strategi
pengukuran PT Sari Scorecard karena objek PT Sari Husada
kinerja Husada penelitian ini dengan 2
Manajemen dengan bergerak strategi cukup
Metode dibidang jasa berhasil dalam
Balanced tetapi lebih meningkatkan
Scorecard menekankan kinerja
pada laba. perusahaan
dalam 4
perspektif
BSC
Sumber: Data yang diolah

844 Jurnal EMBA


Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitin ini adalah:
a. Data kualitatif

Sugiyono (2007:14) menyatakan metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam yaitu
data yang mengandung makna. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa
struktur organisasi,pengukuran kinerja dan perencanaan kinerja gambaran umum organisasi serta kebijakan
organisasi yang berkaitan dengan pengukuran kinerjanya.

b. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif merupakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan stasistik,
Sugiyono(2007:13). Data kuantitatif dipakai adalah data-data pendukung perhitungan berupa laporan
realisasi anggaran dan laporan neraca Rumah Sakit Umum Daerah Noongan.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Noongan, proses pengambilan data selama
3 bulan yaitu bulan Maret-Juni 2013.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan penelitian
2. Disposisi pimpinan
3. Pengumpulan data
4. Analisis data penelitian
5. Kesimpulan dan saran

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan teknik
dokumentasi

Metode Analisis Data


Analisis data yang dilakukan dengan pendekatan komparatif yaitu dengan membandingkan antara
pengukuran kinerja yang dilakukan pihak rumah sakit dengan pengukuran kinerja berdasarkan Balanced
Scorecard yang dinyatakan dengan skor total. Besarnya skor total yang diperoleh masing-masing pada kedua
pengukuran kinerja tersebut kemudian dibandingkan. Pengukuran kinerja dengan skor lebih besar menunjukkan
bahwa pengukuran tersebut lebih tepat dilakukan dan dapat dijadikan sebagai rekomendasi alat pengukuran
yang dapat diterapkan oleh pihak rumah sakit di waktu yang akan datang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitan

Laporan Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Noongan


Pengukuran kinerja jasa pelayanan kesehatan di RSUD Noongan selama ini menggunakan standar
pengukuran jasa pelayanan kesehatan nasional, antara lain:

a) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)


Rumus: BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu
periode)) X 100%
b) ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
Rumus: ALOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Jurnal EMBA 845
Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….
c) TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
Rumus:TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup +mati)
d) BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur).
Rumus : BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur NDR (Net Death Rate).
e) GDR (Gross Death Rate).
Rumus : = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 % dan
f) NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.
g) Jumlah Pasien rawat Jalan
Instalasi rawat jalan memberikan pelayanan jasa kesehatan untuk pasien rawat jalan.Ini memperlihatkan
jumlah pasien rawat jalan yang datang untuk sekedar berobat atau check up kesehatan.
h) Jumlah Pasien Rawat Inap
Pencapaian program kerja dari jumlah pasien merupakan masukan bagi rumah sakit, khususnya pada instalasi
rawat inap karena semakin banyak meningkatkan pendapatan rumah sakit.

Tabel 2. Laporan Pengukuran Kinerja RSUD Noongan dengan Standar Nasional

Uraian 2011 2012 Rata-rata Standar Ideal

Kunjungan
8.406 13.587 - -
Rawat Jalan

Kunjungan
3.089 3.428 - -
Rawat Inap

BOR 47 44 45,33% 60-85%


ALOS 5 5 5,00% 6-9 hari
TOI 6 6 6,00% 1-3 hari
BTO 31 34 31,67% 40-50 kali
GDR 22,5 25 23,83% < 45 per 1000
NDR 9 10 8.77% < 25 per 1000
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUD Noongan

Penilaian kinerja ini dilakukan dengan membandingkan rasio dari tahun ke tahun Rumah Sakit tidak
mampu mencapai nilai BOR yang ideal karena nilai BOR dari Rumah Sakit Umum Daerah Noongan hanya
mampu mencapai tingkat rata-rata diluar rentang standar ideal yaitu sebesar 45,33%, maka untuk BOR dinilai
“kurang” dan diberi skor -1,
Untuk ALOS juga angka yang dicapai berada diluar rentang standar ideal yaitu sebesar 5,00 hari maka
untuk ALOS juga dinilai “kurang” dan diberi skor -1. Angka BTO dinilai “kurang” dan diberi standar -1 karena
angka yang dicapai berada diluar rentang standar ideal yaitu sebesar 31,67 kali. Angka TOI juga mencapai
tingkat rata-rata sebesar 6,00 hari angka tersebut berada diluar rentang standar ideal maka untuk TOI dinilai
“kurang” dan diberi skor -1. Sedangkan untuk Untuk GDR dinilai “baik” dan diberi skor 1, karena berada di
bawah nilai batas maksimal GDR. Dan NDR dinilai “baik” dan diberi skor 1 yaitu mencapai tingkat rata-rata
23,83.
Demikian juga untuk NDR dinilai ”baik” dan diberi skor 1, karena masih dibawah batas maksimal
NDR yaitu sebesar 8,77 <25 per 1000. Untuk jumlah pasien rawat jalan dinilai “baik” karena mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun maka diberi skor 1. Sedangkan untuk jumlah pasien rawat inap dinilai “kurang”
karena mengalami penurunan pada tahun 2011 dan kemudian diberi skor -1. Total bobot nilai dari penilaian ini
adalah 1 skor, maka 0/8=0. Artinya kinerja rumah sakit “cukup” karena 0 berada pas pada standar yangtelah
ditetapkan yaitu 0 sampai 0,6 untuk kriteria “cukup”.

846 Jurnal EMBA


Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….
Pembahasan

1) Perspektif Keuangan

a) Pertumbuhan Pendapatan

Tabel 3 Target dan Realisasi Pendapatan RSUD Noongan


Target (yang di Presentase Rata-rata
Realisasi
Tahun anggarkan) Pencapaian
2011 413.962.500 434.652.008 105%
83,00%
2012 2.739.072.500 1.674.341.169 61%
Sumber : Data Sekunder yang diolah.

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa, realisasi pendapatan memang menunjukkan adanya peningkatan
dari tahun ke tahun. Namun jumlah pendapatan yang direalisasikan setiap tahunnya pada tahun 2011 jumlahnya
melebihi dari yang ditargetkan sedangkan pada tahun 2012 realisasinya masih jauh dari yang ditargetkan.

b) Perubahan Biaya
Tabel 4 menunjukkan bahwa RSUD Noongan mampu untuk mengelola pengeluarannya dengan
seefisien mungkin. Hal itu ditunjukkan dengan besarnya jumlah pembelanjaan rumah sakit setiap tahunnya
tidak melebihi dari yang telah ditargetkan oleh pemerintah.

Tabel 4 Target dan Realisasi Belanja RSUD Noongan


Presentase Rata-rata
Realisasi
Tahun Target (yang di anggarkan) Pencapaian
2011 14.517.630.000 13.068.873.202 90,02%
91,82%
2012 21.864.501.000 20.471.337.132 93,63%
Sumber : Data Sekunder yang diolah

2 Perspektif Pelanggan

Tabel 5 Total Tingkat Akuisisi Pasien RSUD Noongan


Uraian 2011 2012
Pasien Rawat Jalan 7.44% 27.59%
Pasien Rawat Inap 4.33% 11.12%
Pasien Laboratorium - -
Customer Apotik - 12.58%
Pasien Radiologi 25.45% 25.25%
Pasien Gawat Darurat - -
Pasien Bedah Sentra - -
Pasien Rawat Intensif 28.57% 49.71%
Total Akuisisi Pasien 8.22% 15.78%
Rata-rata 12,00%
Sumber: Data Sekunder Diolah
Tabel 5 menunjukan Tahun 2012 mengalami kenaikan akuisisi menjadi 27,59%. Pada rawat inap
menunjukkan akuisisi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4,33% dan pada tahun 2012 yaitu sebesar 11,12%. Pada
customer apotik hanya mengalami akuisisi pada tahun 2012 yaitu sebesar 12,58% dan untuk pasien radiologi
pada tahun 2011 sebesar 25,45% dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2012 yaitu sebesar 25,25.
Sedangkan untuk pasien rawat intensif pada tahun 2011 sebesar 28,57% dan mengalami peningkatan akuisisi
yaitu sebesar 49,71 pada tahun 2012.

Jurnal EMBA 847


Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….

Tabel 6. Jumlah keluhan Pasien


Uraian 2011 2012
Jumlah Keluhan 51 45
Rasio penurunan keluhan 67.10% 11.76%
Jumlah Keluhan yang ditangani 51 45
Rasio Penanganan Keluhan 100% 100%
Rata-rata 100%
Sumber: Data Sekunder yang diolah

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah keluhan yang masuk dari tahun ke tahun menurun, hal ini artinya
rumah sakit telah berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien.Rasio penanganan menunjukkan
100%, hal itu dikarenakan adanya target dari pihak rumah sakit untuk menyelesaikan semua keluhan dalam
waktu 7 hari.

3) Perspektif Proses Bisnis Internal

Tabel 7. Data Waktu Pelayanan Pasien


Uraian 2011 2012
Respon Times 23menit 21menit
Rata-rata 22menit
Sumber: Data Sekunder yang diolah

Tabel 7 Menunjukkan respon times pelayanan kepada para pasien pada RSUD Noongan selama 3
tahun. Target respon times yang ditargetkan oleh pihak rumah sakit adalah selama 15 menit.

4) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Tabel 8 Menunjukkan adanya penurunan biaya jumlah karyawan yang ikut dalam pelatihan setiap
tahunnya. Hal itu mungkin disebabkan karena pihak rumah sakit sangat mengontrol biaya yang akan
dikeluarkan.

Tabel 8. Rasio Karyawan yang dilatih


Uraian 2011 2012
Jumlah Karyawan yang ikut Pelatihan 40 19
Jumlah Karyawan 330 333
Rasio SDM yang ikut pelatihan 12,12% 7,71%
Rata-rata 9,92%
Sumber: Data Sekunder yang diolah

Tabel 9 dibawah ini menunjukkan adanya tingkat retensi karyawan yang meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel 9 Retensi Karyawan


Uraian 2011 2012
Jumlah Karyawan 330 333
Jumlah Karyawan yang keluar 2 1
Rasio Keluar Karyawan 0,61% 0,33%
Rata-rata 0,47%
Sumber: Data sekunder yang diolah

848 Jurnal EMBA


Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….

Penilaian dengan Menggunakan Balanced Scorecard

Tabel 10. Ikhtisar Kinerja RSUD Noongan dengan Balanced Scorecard


Hasil
Perspektif Kriteria Skor
Pencapaian
Perspektif keuangan
a) Pencapaian Pendapatan 83,00% Kurang -1
b) Perubahan Biaya 91,82% Baik 1
Perspektif Pelanggan
a) Retensi Pelanggan 97,39% Baik 1
b) Akuisisi Pelanggan 12,00% Baik 1
c) Kepuasan Pelanggan 100% Baik 1
Perspektif Proses Bisnis
Internal
a) Peningkatan Pendapatan 100% Baik 1
b) Berkurangnya Keluhan 100% Baik 1
c) Respon Times 22menit Kurang -1
Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran
a) Retensi Karyawan 9,92% Baik 1
b) Pelatihan Karyawan 0,47% Kurang -1
Total Skor 4
Sumber: Data Sekunder yang diolah

Gambar 1 berikut ini, menggambarkan kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Noongan.

Kurang Cukup Baik

-1 0 0,4 1

Gambar 1. Kurva Kinerja Rumah Sakit Daerah Noongan


Sumber: Data Sekunder yang diolah

Langkah selanjutnya adalah menentukan batas daerah “kurang”, “cukup” dan, “baik” adalah kurang
dari 50% (skor 0), dan kinerja dikatakan “baik” adalah jika lebih dari 80% dan diasumsikan bahwa 80% adalah
sama dengan 0,6. Sisanya adalah daerah “cukup” yaitu antara 0-0,6. Rumah Sakit Umum Daerah Noongan
setelah menerapkan Balanced Scorecard akan terletak didaerah “cukup” karena 0,4 terletak diantara 0-0,6.
Sedangkan sebelum menggunakan Balanced Scorecard, kinerja rumah sakit masih berada di daerah “cukup”
dengan nilai 0,25 dan kinerja keuangan sama-sama berada didaerah “cukup” dengan nilai 0 baik sebelum
maupun sesudah menggunakan Balanced Scorecard.

Jurnal EMBA 849


Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850
ISSN 2303-1174 Marisa L. Rumintjap, Penerapan Balanced Scorecard….

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Rumah Sakit Umum Daerah Noongan memungkinkan untuk menerapkan Balanced Scorecard, karena
dengan Balanced Scorecard semua aspek dapat diukur. Penerapan Balanced Scorecard dimungkinkan karena
rumah sakit telah memformulasikan visi, misi dan strateginya dan hasil penelitian menunjukkan bahwa
kinerja rumah sakit dikatakan cukup baik dengan menggunakan Balanced Scorecard.
2. Penilaian kinerja RSUD Noongan dengan menggunakan Balanced Scorecard periode 2 tahun menunjukkan
hasil yang jauh berbeda dengan pengukuran kinerja secara tradisional yang dilakukan Rumah Sakit Umum
Daerah Noongan. Dengan Balanced Scorecard, manajer dapat mengukur kinerja perusahaan dengan lebih
komprehensif, sehingga manajemen dapat meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang.

Saran

Saran yang disampaikan, sebagai berikut :


1. Pihak rumah sakit sebaiknya menggunakan konsep Balanced Scorecard untuk mengimplementasikan dan
mengintegrasikan perencanaan strategis rumah sakit.
2. Menyadari adanya kelemahan Balanced Scorecard yaitu pada saat terjadi desain scorecard yang buruk.
Namun demikian, desaian scorecard yang yang buruk bukanlah ancaman yang terbesar bagi kesuksesan
penerapan Balanced Scorecard. Dalam hal ini terjadi dalam perspektif proses pertumbuhan dan
pembelajaran yang masih kurang, cara mengatasinya yaitu pihak RSUD Noongan sebaiknya lebih
meningkatkan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran terutama untuk meningkatkan kapabilitas
dengan memberikan pelatihan kepada seluruh karyawan secara merata.

DAFTAR PUSTAKA

Aurora,Novella. 2010. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Pengukuran Kinerja. ( Studi Kasus
pada RSUD Tugurejo Semarang).Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Hal.92
Atkinson, Anthoy.,Kaplan,Robert.,Matsumura,Ella.,Young,Mark. 2012. Akuntasi Manajemen. Edisi Kelima.
Jilid 2. PT INDEKS.Jakarta.
Fred, David. 2009. Strategic Management. 12th ed. Salemba Empat. Jakarta.
Halim, A.,Iqbal,Mohammad. 2012. Pengelolaan Keuangan Daerah. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta.
Krismiaji.,Aryani Y.Anni. 2011.Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. UPP STIM YKPN.Yogyakarta.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. UII Press Anggota IKAPI .Yogyakarta.
Mahsun, Mohammad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor publik. Edisi pertama. BPSE. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta.
Mulyadi. 2007. Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Scorecard. UPP STIM
YKPN.Yogyakarta.
Rangkuti, Freddy. 2011. SWOT Balanced Scorecard. PT Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI. Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Susanto, Irwan.,Abdullah, Taman.,Sukirno. 2004. Balanced Scorecard sebagai alat pengukuran kinerja
Manajemen (Studi Kasus pada PT Sari Husada). Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol. III
No.1. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

850 Jurnal EMBA


Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 841-850

Anda mungkin juga menyukai