Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI STRATEGI RSUD DR.

SAIFUL ANWAR (RSSA) MALANG SEBELUM


DAN SESUDAH BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)

THE STRATEGIC EVALUATION OF RSUD DR. SAIFUL ANWAR (RSSA) MALANG


BEFORE AND AFTER BEING BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)

Ely Trianasari dan Muhammad Syafiie Idrus


Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
elydja3@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi strategi pada RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang sebelum dan
sesudah Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), yaitu dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Penelitian termasuk jenis
penelitian deskriptif eksploratif dengan desain penelitian kualitatif (naturalistik). Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kasus. Metode pengolahan data menggunakan Balanced Scorecard dengan strategi
pengumpulan data secara ganda (triangulasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan status menjadi BLUD
telah mempengaruhi kondisi dan kinerja RSSA, baik pengaruh baik maupun kurang baik. Sebagai BLUD masalah
yang dihadapi RSSA antara lain keefektifan, keefisienan dan fleksibilitas masih terkendala; alur birokrasi/
administrasi yang lama belum tuntas teratasi; pelanggan mayoritas berasal dari golongan menengah ke bawah;
keramahan belum diterapkan secara menyeluruh; evaluasi strategi dilakukan oleh bagian lain, bukan oleh bagian yang
sama dengan yang melakukan perencanaan strategi; sarana dan prasarana serta kuantitas tenaga masih kurang
memadai. Namun dengan segala keterbatasan dan tantangan yang harus dihadapi secara garis besar RSSA cukup
siap dan dapat melaksanakan BLUD. Kinerja RSSA secara umum (keseluruhan) dari sebelum BLUD ke BLUD
meningkat, menunjukkan trend yang baik; berarti pihak RSSA telah berusaha memperbaiki kinerjanya sesuai dengan
yang telah diamanatkan sebagai BLUD penuh serta telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai efisiensi dan
efektivitas.

Kata kunci: strategi, evaluasi, kinerja, RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Abstract
This research is aimed to evaluate the strategy of RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang from 2007 to 2011, the
time before and after it be the Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). This is a descriptive explorative research with
a qualitative research design (naturalistic). Methods of data collection using case study. Data processing method
using a Balanced Scorecard with data collection strategies in dual (triangulation). The results showed that the status
alteration of being BLUD has affected RSSA condition and performance, both favorable and unfavorable effect. As
BLUD, some problems faced by RSSA include effectiveness, efficiency and flexibility are still constrained; the decision
tree of administration and bureaucracy yet completely resolved; customers mostly from middle to lower class;
hospitality has not been applied thoroughly; strategic evaluation finished by other division, not by the same division
which doing the strategic plan; facilities, infrastructure, and the quantity of human resource are still inadequate.
However, with all the limitations and challenges that must be faced, RSSA strong enough and capable to carry on
BLUD. Overall, the performance of RSSA is increasing since its change to BLUD, showing a good trend; it means
RSSA has tried to improve its performance as a full BLUD and has made various efforts to achieve efficiency and
effectiveness.

Keywords: strategy,evaluation, performance, RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA), Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD)

PENDAHULUAN merencanakan, mengelola, dan mengendalikan


Pada tanggal 30 Desember 2008 berdasarkan semua urusan internal rumah sakit secara lebih
Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur No. fleksibel. Semua itu demi meningkatkan kualitas
188/439/KPTS/013/2008 dilakukan perubahan pelayanan terhadap masyarakat. Nilai (manfaat)
status RSUD Dr. Saiful Anwar Malang menjadi bagi masyarakat sesungguhnya tidak dirasakan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Status melalui pengembangan atau upaya
BLUD memungkinkan RSUD dapat mengelola memformulasikan suatu strategi tetapi oleh
secara langsung pendapatan yang diperoleh serta implementasi yang memadai dari strategi. Setelah
1
implementasi langkah selanjutnya adalah evaluasi kinerja sebuah organisasi melalui empat
strategi. Evaluasi penting dilakukan untuk perspektif, yaitu pelanggan, keuangan, proses
mengukur dan menilai kinerja organisasi, internal/ bisnis, serta pertumbuhan dan
bagaimana organisasi mengimplementasikan pembelajaran (inovasi dan proses belajar).
rencana-rencana strateginya serta untuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
mempertahankan kinerja agar tetap sejalan dengan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
tujuannya. atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat
Menyadari hal tersebut maka perlu dilakukan Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah di
evaluasi strategi pada RSUD Dr. Saiful Anwar Indonesia yang dibentuk untuk memberikan
Malang sebelum dan sesudah perubahan status pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
menjadi BLUD. Penelitian ini bertujuan barang/ jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
implementasi strategi/ kinerja pada RSUD Dr. kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
Saiful Anwar (RSSA) Malang sebelum dan produktivitas. BLUD merupakan bagian dari
sesudah Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), perangkat Pemerintah Daerah, dengan status
untuk mengetahui keberhasilan pelayanan RSUD hukum tidak terpisah dari Pemerintah Daerah.
Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang dari empat Berbeda dengan SKPD pada umumnya, pola
perspektif Balanced Scorecard Selain itu, pengelolaan keuangan BLUD memberikan
diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan
berupa masukan untuk pihak RSUD Dr. Saiful praktik-praktik bisnis yang sehat untuk
Anwar Malang sebagai rumah sakit rujukan kelas meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
A, rumah sakit pendidikan akreditasi A dan seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan
sebagai BLUD dalam menghadapi persaingan dan keuangan daerah pada umumnya.
mewujudkan visinya untuk menjadi rumah sakit
kelas dunia pilihan masyarakat. METODOLOGI
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
KAJIAN PUSTAKA deskriptif eksploratif. Penelitian ini menggunakan
Evaluasi strategi adalah tahap proses desain penelitian kualitatif (naturalistik). Metode
manajemen strategis dimana manajer puncak pengumpulan data yang dilakukan dalam
berusaha memastikan bahwa strategi yang mereka penelitian ini adalah studi kasus. Metode
pilih terlaksana dengan tepat dan mencapai tujuan pengolahan data yang digunakan yaitu Balanced
perusahaan (Jauch & Glueck, 1998: 405). Secara Scorecard dengan strategi pengumpulan data
menyeluruh langkah evaluatif atas strategi secara ganda (triangulasi). Evaluasi dilakukan
memiliki dua sasaran. Pertama, perlu dievaluasi dengan memperhatikan indikator kinerja yang
terlebih dahulu sampai sejauh mana pilihan telah ditetapkan meliputi input, process, output,
maupun hasil dari strategi memenuhi harapan- outcome, benefit, dan impact. Metode yang
harapan yang telah dicanangkan. Kedua, sudah digunakan untuk menilai capaian kinerja
selayaknya pula jika lamanya waktu berkiprah mengikuti sebagaimana yang telah ditetapkan
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan dalam pedoman penyusunan Laporan
seberapa besar strategi itu akan direvisi. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Rumah sakit umum daerah merupakan (LAKIP) yang dikeluarkan oleh Lembaga
instansi pemerintah daerah yang bergerak di Administrasi Negara (LAN) dan aturan lain yang
bidang jasa kesehatan publik. Rumah sakit umum harus diikuti oleh RSSA.
daerah sebagai salah satu instansi pemerintah
harus mampu memberikan pertanggungjawaban HASIL DAN PEMBAHASAN
baik secara keuangan maupun nonkeuangan Pelayanan RSUD Dr. Saiful Anwar
kepada pemerintah daerah dan masyarakat sebagai RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) selain
pengguna jasa. Oleh karena itu perlu adanya suatu dimanfaatkan sebagai RS Umum Daerah (RSUD)
pengukuran kinerja yang mencakup semua aspek. juga dimanfaatkan sebagai tempat praktik
Balanced Scorecard merupakan pilihan yang tepat mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas
untuk melakukan pengukuran kinerja baik dari Brawijaya, Malang. RS tersebut dipimpin oleh
aspek keuangan maupun non keuangan. Balanced seorang direktur yang bertanggung jawab kepada
Scorecard merupakan sebuah sistem manajemen gubernur melalui sekretaris daerah. Prinsip RS
yang berfungsi sebagai alat penerjemah visi dan tersebut adalah menjalankan jasa kesehatan yang
strategi organisasi sekaligus sebagai pengukur bersifat sosioekonomi dan lebih menekankan pada
2
pelayanan sosial kepada masyarakat termasuk pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan
masyarakat tidak mampu. Hal ini seperti yang nonmedik, pelayanan keperawatan, pelayanan
tercantum pada Peraturan Daerah Provinsi Jatim rujukan, sebagai tempat pendidikan dan pelatihan,
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan sebagai fasilitas pendidikan bagi calon dokter dan
Tata Kerja RS Daerah Provinsi Jatim. dokter spesialis, sebagai sarana penelitian dan
Upaya yang telah dilakukan oleh RSUD Dr. pengembangan kesehatan. Berhubungan dengan
Saiful Anwar untuk mendukung hal tersebut di hal tersebut terdapat beberapa pelayanan yang
atas dilakukan dengan memberikan beberapa diberikan oleh RSSA kepada masyarakat, dapat
layanan publik baik berupa kegiatan administrasi, dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pelayanan yang Diberikan oleh RSSA kepada Masyarakat

No Pelayanan Jenis Pelayanan yang diberikan


1 Medik Umum medik dasar, medik gigi mulut dan layanan KIA/ KB
2 Gawat Darurat pelayanan 24 Jam maupun 7 hari dalam seminggu
3 Medik Dasar penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri & ginekologi
4 Spesialis Penunjang Medik radiologi, patologi klinik, anestesiologi, rehabilitasi medik, patologi anatomi
5 Medik Spesialis Lain mata, teliga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit
dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah
plastik dan kedokteran forensik
6 Medik Spesialis Gigi Mulut bedah mulut, konservasi/ endondosi, orthodonti, periodonti, prosthodonti,
pedodonsi dan penyakit mulut
7 Medik Subspesialis bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri & ginekologi, mata, tht,
syaraf, jantung dan pembuluhh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, orthopedi,
gigi mulut
8 Keperawatan dan Kebidanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan
9 Penunjang Klinik perawatan intensif, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen, rekam
medik
10 Penunjang Nonklinik laundry/ linen, jasa boga/ dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan
limbah, gudang, ambulance, komunikasi, kamar jenazah, pemadam kebakaran,
pengelolaan gas medik, penampungan air bersih
11 Pelayanan Khusus akupuntur, hiperbank, herbal/ jamu

Sumber: Data diolah dari Renstra, Profil Pelayanan, dan Laporan Tahunan RSSA

Pada tahun 2011 RSSA memiliki pelayanan kesehatan Bisnis dan Anggaran (RBA) dan Peraturan Perundang-
yang unggul yaitu kegawatdaruratan, stroke unit, undangan. Terkait hasil analisis kekuatan, kelemahan,
onkologi terpadu, mother and child, bedah minimal peluang dan kelemahan (SWOT) RSSA dapat dilihat
invasif, dan burn unit/ care. Selanjutnya, akan pada Gambar 2.
dikembangkan pelayanan kesehatan berupa kidney center.
Perubahan status RSSA menjadi BLUD
mengharuskan RSSA untuk melakukan beberapa inovasi
untuk memajukan dan meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Hal ini tidak hanya
ditunjukkan dari banyaknya pelayanan kesehatan yang
ditawarkan, tetapi juga adanya upaya untuk menciptakan
lingkungan kerja yang sehat dan terstruktur dengan rapi.
Struktur organisasi RSSA dapat dilihat pada Gambar
1. Integrasi kerja yang sinergi antar bagian dalam struktur
organisasi RSSA tersebut, memungkinkan RSSA
bergerak cepat dan meluas dalam menentukan layanan
bagi masyarakat. RSSA senantiasa di bawah pengawasan
dewan pengawas dalam hal pengelolaan BLUD yang
dilakukan oleh Pejabat Pengelola BLUD mengenai
pelaksanaan Rencana Strategis Bisnis (RSB), Rencana

3
DIREKTUR

KOMITE-KOMITE
SMF/SFT RS

WADIR WADIR WADIR WADIR


YAN MEDIS& PENUNJANG PENDIDIKAN& UMUM&
KEPERAWATAN PELAYANAN PNGEMB. PROFESI KEUANGAN

BIDANG BID.KEPE BID BID.JAN BID.RM BIDANG BID. BAG. BAG.REN BAG.
YAN MED RAWATA JANG G NON &EVAP DIKLIT PENGEM. CANA&A KEU&
PROFESI
UMUM NGGRN
N MEDIK MEDIK OR AKUNT

SEKSI YAN SEKSI YAN. SIE. JANG SIE. JANG SIE. SIE. SIE.PEN SUB SUB. SUB.BAG.
IRNA, KEPERAWA DIAGNOS YAN PENDIDI GEM T BAG.RE PNRIMAN
TIK LNGSUNG
REKAM BAG TU PNDPATN
INTEN& TAN KAN MEDIK& NCANA
MEDIK
BEDAH KPRAWT
N
SUB.BAG SUB. BAG SUB.BAG
KEPEGA ANGGARA PBENDA
SIE WAIAN N HRAAN
SIE SIE. SIE.JANG SIE.EV SIE SIE.PEN
PLAYANA SARANA& YAN PENELIT
T.KPRAWTN
JANG APOR GEM T
N IRJ&IRD UMUM IAN
TERAPI NON
SUB. SUB.BAG SUB.BAG
MEDIK PRLENGK
BAG AKUNT
PAN ASET VRIFIKSI
HUMAS
&
INSTALASI INSTALASI INSTALASI PMSRN

Gambar 1. Struktur Organisasi RSSA

Sumber : RBA Tahun 2012

Peluang (Opportunity / O) Ancaman (Threath / T)


 Adanya kebijakan kepastian penjaminan  Anggaran subsidi pemerintah untuk biaya operasional
pembiayaan bagi pasien Gakin/ Maskin yang dan belanja modal semakin terbatas
mendapat pelayanan di RS  Kepercayaan masyarakat golongan menengah ke atas
 Adanya kesempatan untuk mencari sumber dan perusahaan masih kurang
pembiayaan lain baik dari hibah maupun  Semakin banyaknya RS dan klinik kesehatan
Faktor Eksternal kerjasama investasi merupakan pesaing yang perlu diwaspadai
 Kesempatan untuk meraih pasar konsumen  Meningkatnya kesadaran hukum di masyarakat
menengah ke atas maupun dengan sehingga meningkatkan potensi terjadinya tuntutan
Faktor Internal meningkatkan kerjasama dengan penjamin hukum
khususnya perusahaan BUMN dan swasta
 Perkembangan kota Malang sebagai kota
pendidikan, pariwisata dan industri
 Kesempatan untuk mendapatkan bantuan dana,
sarana dan prasarana pendidikan dari luar RS
 Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap RS
semakin meningkat
Kekuatan (Strength / S) Strategi SO Strategi ST
 Sebagai BLUD mempunyai 13 fleksibilitas dalam  Meningkatkan produktivitas setiap tenaga Mengajak/ membuka kesempatan rumah sakit dan
mengelola manajemen RS medis, paramedis dan nonmedis dengan pelayanan kesehatan lain yang merupakan pesaing untuk
 Perkembangan pertumbuhan penerimaan pendapatan RS membentuk budaya kerja yang baik (kepedulian menjadi mitra kerja
dan cost recovery dari tahun ke tahun cenderung terhadap semua orang dari semua kalangan,
meningkat mandiri dalam hal pelayanan, sikap loyal dan
 Tersedianya fasilitas peralatan kedokteran yang memadai merasa memiliki RS, ramah, bersih dari KKN,
dan berbagai jenis pelayanan medis dan penunjang medis transparan dan akuntabel
 Merupakan RS dengan beberapa pelayanan unggulan  Meningkatkan ketersediaan obat dan alat
sesuai dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat kesehatan baik di IGD, IRJ maupun IRNA serta
 Letak RS strategis (mudah dijangkau) menjamin keamanan/ khasiat, kemanfaatan dan
 Terakreditasi lengkap 16 pelayanan RS dan sertifikasi ISO mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan
 Jumlah SDM yang cukup khususnya dokter spesialis yang makanan
sangat berpengalaman memiliki komitmen yang tinggi  Meningkatkan sistem mutu (upaya, pengawasan
terhadap pelayanan dan audit), standarisasi, dan sertifikasi,
 Tenaga keperawatan dan tenaga lainnya mempunyai menyediakan sarana pendidikan dan pelatihan,
kompetensi di bidangnya masing-masing mengembangkan kode etik profesi serta
meningkatkan pembinaan dan pengawasan
SDM kesehatan yang diiringi dengan upaya
mensejahterakan dalam rangka meningkatkan
profesionalisme SDM kesehatan
 Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan dan
penelitian dengan bekerjasama dengan
beberapa institusi pendidikan tinggi

3
Kelemahan (Weakness) Strategi WO Strategi WT
 Perencanaan kegiatan dan pemanfaatan sarana dan  Memberikan perhatian lebih besar kepada  Melakukan rotasi karyawan
prasarana yang masih kurang efektif dan efisien keluhan dan ketidakpuasan masyarakat atas  Mengusulkan kepada pemerintah untuk membuka
menjadikan biaya tinggi pelayanan RS untuk ditangani secara tuntas, kesempatan bagi pegawai baru yang kompeten atau
 Stigma RS pemerintah masih melekat di masyarakat menyeluruh dan profesional pegawai kontrak yang mempunyai kapasitas dan
dengan birokrasi pelayanan yang berbelit-belit  Meningkatkan kerjasama dengan pihak kuantitas kerja yang cukup baik, melalui seleksi
 Pemasaran yang masih kurang sehingga masyarakat belum pembayar (asuransi) bagi pasien yang berobat tingkat regional maupun nasional
mengetahui secara menyeluruh perkembangan dan ke RSSA  Meningkatkan program pembinaan, pelatihan, diklat,
kemajuan pelayanan RS dsb.
 Belum semua karyawan memahami perubahan RS sebagai
BLUD menjadikan nilai dan budaya organisasi sebagai
dasar dalam memberikan pelayanan
 Belanja pegawai untuk tenaga kontrak dari tahun ke tahun
terus meningkat karena sedikitnya tenaga PNS baru
sehingga RS harus merekrut tenaga kontrak

Gambar 2. Matriks SWOT RSSA


Sumber: Data diolah dari Renstra dan Profil Pelayanan RSSA

Monitoring dan Evaluasi Kinerja RSSA sebagai 1. BOR (Bed Occupancy Rate) yaitu persentase
BLUD pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu.
Keberhasilan implementasi strategi RSSA tidak Indikator ini memberikan gambaran tinggi
terlepas dari kegiatan monitoring dan evaluasi yang rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur RS.
secara berkala dilakukan. Kedua kegiatan tersebut 2. ALOS (Average Length of Stay) yaitu rata-rata
penting untuk mencegah kegagalan, memperkecil lama rawatan seorang pasien. Indikator ini
penghambat dan cepat memperbaiki jika terjadi disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi
masalah. Monitoring yang dilakukan RSSA dilakukan juga dapat memberikan gambaran tentang mutu
secara rutin dan berkala setiap 3 bulan oleh tim pelayanan.
evaluasi kegiatan strategis, melalui rapat-rapat 3. BTO (Bed Turn Over) yaitu frekuensi pemakaian
koordinasi dan anjangsana ke masing-masing satuan tempat tidur berapa kali dalam satuan waktu
kerja dalam waktu yang sudah terjadwal. tertentu. Indikator ini memberi gambaran tingkat
Kegiatan evaluasi dilakukan secara rutin dan efisiensi dari pemakaian tempat tidur.
berkala di akhir tahun anggaran oleh tim evaluasi 4. TOI (Turn Over Interval) yaitu rata-rata hari
kegiatan strategis, berdasarkan pada laporan tertulis tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi
bulanan, tribulanan, semester dan tahunan, serta berikutnya. Indikator ini memberi gambaran
berdasarkan hasil notulen rapat-rapat koordinasi dan tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur.
hasil anjang sana ke masing-masing satuan kerja. 5. NDR (Net Death Rate) yaitu angka kematian >48
Evaluasi atas akuntabilitas anggaran program dan jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita
kegiatan dilakukan pada tahapan-tahapan yang dilalui keluar. Indikator ini dapat memberi gambaran
mulai dari rencana usulan anggaran, pengelolaan mutu pelayanan RS.
anggaran, penyerapan dan pelaporannya. Seluruh hasil 6. GDR (Gross Death Rate) yaitu angka kematian
ini dilaporkan kepada direktur dan diteruskan ke umum untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.
satuan kerja terkait. Hasil tersebut akan digunakan oleh Indikator ini dapat memberi gambaran mutu
pihak manajemen puncak untuk menetapkan keputusan pelayanan RS.
serta langkah-langkah lebih lanjut, kemudian 7. Rata-rata kunjungan poliklinik perhari. Indikator
diumpanbalikkan ke masing-masing satuan kerja untuk ini dipakai untuk menilai tingkat pemanfaatan
segera ditindaklanjuti. poliklinik.
Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses 8. Kegiatan unit darurat. Indikator ini dipakai untuk
manajemen untuk melihat tingkat keberhasilan dari menilai tingkat pemanfaatan IGD.
suatu proses dan untuk menentukan langkah ke depan. 9. Kegiatan kebidanan/ persalinan. Indikator ini
Dalam rangka mengevaluasi kinerja RS bisa dilihat dipakai untuk menilai tingkat kegiatan pelayanan
dari berbagai segi, yaitu: kebidanan/ persalinan.
1. Tingkat pemanfaatan sarana pelayanan 10. Kegiatan pembedahan. Indikator ini dipakai untuk
2. Mutu pelayanan menilai tingkat kegiatan pelayanan pembedahan
3. Tingkat efisiensi pelayanan atau tingkat pemanfaatan kamar operasi.
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan 11. Kegiatan pemeriksanaan laboratorium. Indikator
efisiensi pelayanan RS diperlukan berbagai indikator ini dipakai untuk menilai tingkat kegiatan
dan parameter sebagai nilai banding antara fakta pelayanan laboratorium.
dengan standard yang diinginkan. Terdapat banyak 12. Kegiatan keluarga berencana RS. Indikator ini
indikator yang dipakai untuk menilai kegiatan suatu dipakai untuk menilai kegiatan pelayanan
RS dan yang paling sering digunakan adalah: keluarga berencana di RS.
4
13. Kegiatan rujukan. Indikator ini dipakai untuk menggabungkan berbagai evaluasi strategi dari
mengetahui asal-usul penderita yang dirawat. berbagai metode, sumber, kemudian menganalisisnya.
14. Cara pembayaran. Indikator ini dipakai untuk Hal ini disebut sebagai triangulasi. Triangulasi adalah
menilai cara pembayaran yang dilakukan oleh pendekatan dengan metode berbeda, dasar berbeda dan
penderita. sumber berbeda. Pendekatan ini peneliti gunakan
15. SPM (Standard Pelayanan Minimal). Indikator semata-mata untuk memperkuat dan melengkapi data..
SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan Berdasarkan batasan masalah maka peneliti hanya
kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan akan fokus pada evaluasi strategi saat RSSA sudah
besar sasaran yang hendak dipenuhi dalam berstatus sebagai BLUD (2009-2011) dan sebelum
pencapaian SPM. BLUD (2007-2008) dengan pendekatan BSC dan
Karena perubahan status yang terjadi maka pihak menurut standard aturan yang harus diikuti RSSA.
RSSA harus sigap menghadapinya. Organisasi harus RSSA ditetapkan sebagai BLUD pada tanggal 30
mengalami perubahan di berbagai lini. Mulai dari Desember 2008 berdasarkan SK Gubernur Jawa Timur
formulasi strategi, implementasi dan evaluasi strategi. No.188/439/KPTS/013/2008. Statusnya BLUD RSSA
Juga terkait formasi tenaga kerja (PNS dan non PNS), adalah penuh (full), namun penerapannya tidak bisa
kerja sama pihak ketiga, tarif, aturan-aturan, budaya langsung dan secepat membalikkan telapak tangan.
organisasi, dan sebagainya. Untuk menyongsong perubahan status tersebut
Aturan-aturan yang digunakan sebagai dasar dibutuhkan sosialisasi dan persiapan yang matang,
dalam evaluasi strategi dan penilaian kinerja berbeda- sambil menunggu payung hukum, penyesuaian budaya
beda dari sebelum BLUD dan setelah BLUD. Sebelum kerja/ budaya organisasi, sosialisasi ke seluruh bagian
BLUD RSSA sudah mempunyai pedoman evaluasi dan ke masyarakat dan pembenahan-pembenahan terus
sendiri sesuai dengan Pergub, Kemenkes, dan lain-lain. dilakukan. Tahun 2009-2010 adalah masa transisi dari
Setelah BLUD penilaian kinerja dengan metode yang SKPD biasa ke BLUD. Pada tahun 2011 baru bisa
lama masih dipergunakan namun disesuaikan dengan dikatakan telah siap dan dapat dilihat perbandingannya
peraturan baru sesuai dengan BLUD. Juga diselaraskan secara signifikan dibanding dengan sebelum BLUD
dengan Renstra RS, agar tetap mengacu pada visi, misi yaitu tahun 2008 dan sebelum-sebelumnya.
dan tujuan organisasi. Untuk evaluasi di internal RS mempunyai
Karenanya peneliti tidak akan berusaha pendekatan/ metode tersendiri dan kegiatan pengukuan
memaksakan terkait metode, narasumber, indikator tersebut terpusat di Bagian Evaluasi dan Pelaporan
yang digunakan dan subyek penelitian atau data yang (Evapor), tentu saja dengan kerja dari Bagian
ada agar sesuai dengan yang seharusnya. Karena dalam Perencanaan dan Anggaran serta bagian lain yang
penelitian kualitatif naturalistik adalah penelitian yang mendukung. Semua bekerja bersama-sama,
sesuai dengan kenyataan yang ada (studi kasus). berkoordinasi untuk menghasilkan evaluasi setiap
Bahkan tidak ada data pun adalah merupakan data. tribulannya yang akan diterbitkan oleh Evapor. Hasil
Perbedaan pendapat dari narasumber/ responden evaluasi dari berbagai bagian tersebut yang telah
bukanlah suatu kesalahan namun merupakan hal yang tekumpul dalam suatu hasil laporan evaluasi oleh
wajar, dimana setiap individu dalam kelompok (team) Evapor diterbitkan dan akan disatukan pula menjadi
dalam suatu organisasi akan mempunyai pendapat laporan hasil evaluasi yang akan diterbitkan setiap
berbeda dalam menerjemahkan kondisi organisasi. tahun. Umpan balik (feedback) tentu juga diterapkan
Untuk mengukur kinerja RS sebagai bagian dari untuk melakukan tindakan koreksi (perbaikan) jika ada
evaluasi strategi di RSSA sangat rumit karena yang kurang tepat. Sedang untuk evaluasi sebagai
disamping sebagai SKPD yang sudah berubah BLUD, selain dilakukan oleh Bagian Evapor, sebagai
statusnya menjadi BLUD, RSSA tetaplah RS yang pungukuran kinerjanya dilakukan oleh Dewan
berada di bawah Gubernur, dimana RSSA harus Pengawas BLUD (Dewas) yang merupakan tim
mengikuti aturan yang telah digariskan Gubernur dan independen. Yang diukur adalah keuangan, SPM (non
UKP 4, namun RS juga harus membuat laporan untuk keuangan), dan tata kelola (non keuangan). Dimana RS
memenuhi syarat-syarat dari Pengawas BLUD, juga harus melaksanakan aturan sebagai BLUD. Untuk
melakukan evaluasi di tingkat intern RS. Sedangkan evaluasi yang akan dilaporkan ke Gubernur sebagai
untuk membuat laporan evaluasi kelayakan ke pemilik entitas, dilakukan oleh UKP4.
Gubernur, Pengawas BLUD dan intern, mempunyai Berikut adalah hasil evaluasi melalui empat
sasaran strategi, ukuran pencapaian strategi, standard perspektif Balanced Scorecard (Tabel 2).
yang digunakan berbeda satu sama lain, begitupun
dengan hasil dan targetnya. Namun peneliti dengan
tidak bermaksud menganggap beberapa hal tidak
penting dan menghilangkannya, peneliti mencoba

5
Tabel 2. Perbedaan Hasil Evaluasi dengan Pendekatan Balanced Scorecard Sebelum dan Sesudah BLUD

Ukuran Pencapaian Strategi


Sebelum Keteran Tindakan/
Sasaran Strategi Ukuran Hasil Ukuran Pemacu Kinerja BLUD
BLUD gan Rekomendasi
(Lag Indicators) (Lead Indicators)
Perspektif Pelanggan (Firm Equity)
Loyalitas pelanggan Kunjungan ulang Naiknya kunjungan ulang Turun Fluktuatif Kurang Peningkatan
Meningkatnya kepercayaan Persentase pendapatan dari Bertambahnya customer Turun Turun Kurang pelayanan, pemasaran,
customer customer baru baru dan pesaing dijadikan
mitra kerja
Kepuasan pelanggan Indeks Kepuasan Naiknya IKM Fluktuatif Fluktuatif Kurang Peningkatan pelayanan
Masyarakat (IKM)
Perspektif Keuangan (Shareholder Value)
Pertumbuhan pendapatan Pertumbuhan pendapatan Bauran pendapatan Variatif/ Variatif/ Baik Pemasaran yang lebih
(Revenue mix) heterogen heterogen intens
Target pendapatan dan Realisasi penerimaan sesuai Melebihi Melebihi Memuask Target ditinjau
realisasi penerimaan target target target an kembali dan
ditingkatkan
Sales Growth Rate (SGR) Naiknya SGR Naik Fluktuatif Cukup SGR ditingkatkan
Tingkat kemandirian Tingkat kemandirian Meningkatnya persentase Naik Fluktuatif Cukup Kemandirian
tingkat kemandirian ditingkatkan
Meningkatnya pendapatan dan Meningkatnya pendapatan Naiknya Cost Recovery Turun Fluktuatif Kurang Pendapatan dan
efisiensi belanja dan efisiensi belanja Rate(CRR) efisiensi belanja perlu
ditingkatkan.
Rasio keuangan Current Ratio Turun Turun Cukup Perbaikan yang terus
Quick Ratio Turun Turun berkesinambungan/
Cash Ratio Turun Turun berkelanjutan
Debt To Total Asset Ratio Naik Naik (continuous
Debt To Equity Ratio Naik Naik improvement) dan
Return On Invesment Naik Turun pengendalian yang
Return On Total Asset Naik Turun lebih ketat
Perspektif Proses Internal/ Bisnis (Organizational Capital)
Efisiensi pelayanan rawat inap Jumlah Tempat Tidur (TT) Turun Fluktuatif Cukup Peningkatan pelayanan
BOR (%) Turun Fluktuatif dengan perbaikan yang
ALOS (hari) Naik Turun terus
TOI (hari) Naik Fluktuatif berkesinambungan/
BTO (kali) Turun Fluktuatif berkelanjutan
GDR (%) Naik Turun (continuous
NDR (%) Naik Fluktuatif improvement) dan
pengendalian yang
lebih ketat
Pelayanan masyarakat miskin/ Jumlah kunjungan Naiknya jumlah kunjungan Naik Naik Cukup Peningkatan pelayanan
keluarga miskin Jumlah keluhan berkurangnya jumlah
keluhan Turun Turun
Meningkatnya nilai aset Kelayakan dan kelengkapan Kondisi peralatan, sarana Belum Belum Kurang Pemeliharaan dan
peralatan, sarana dan dan prasarana layak, memenuhi memenuhi kuantitas ditingkatkan
prasarana lengkap, sesuai standard
dan sebanding dengan
tenaga
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Human Capital)
Meningkatnya kompetensi SDM Jumlah karyawan ikut diklat Meningkatnya jumlah Naik Fluktuatif Baik Diklat, pelatihan,
karyawan ikut diklat namun pembinaan
masih diselenggarakan sesuai
kurang dengan keperluan dan
tepat sasaran
Ketenagaan Jumlah tenaga Naiknya jumlah tenaga Naik Naik Baik Rotasi karyawan,
Komposisi tenaga namun pengangkatan tenaga
Komposisi tenaga heterogen dan sesuai Heterogen Heterogen masih honorer menjadi PNS,
standard kurang dan open recruitment
tenaga baru yang
sesuai dengan
kebutuhan
Pengembangan dan inovasi Bertambahnya jenis Pengembangan kegiatan Berkembang Berkembang Baik Terus dikembangkan
program pelayanan dan kegiatan pelayanan pelayanan
lain spesialistik&subspesialistik
Meningkatnya kualitas pelayanan Pencapaian Indikator Mutu Pencapaian Indikator Mutu Belum 61,7% Cukup Perbaikan yang terus
kepada customer Pelayanan dan SPM Pelayanan dan SPM sesuai diterapkan berkesinambungan/
target berkelanjutan
(continuous
improvement) dan
pengendalian yang
lebih ketat
Ikatan Kerja Sama (IKS) Naiknya IKS Bertambahnya kontrak Naik Naik Baik Pertahankan dan6
kerjasama ditingkatkan
Penetapan dan Penerapan RSSA Sebagai BLUD bisa efisien, RS masih banyak kekurangan yang belum
Dengan status BLUD, RSSA diberi keleluasaan bisa tercukupi dengan subsidi pemerintah dan hasil
dalam mengelola keuangan dan masalah intern lain pendapatan RS. Namun yang menggembirakan adalah
namun sebagai wujud pertanggungjawaban diwajibkan pencapaian pendapatan yang melebihi target.
memberikan laporan tiap bulan mengenai pencapaian Fleksibilitas terhadap penggunaan kelebihan
targetnya kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur. pendapatan adalah 10% dari target. Dulu sebelum
Laporan tersebut selain terkait target pendapatan juga BLUD rekening rumah sakit dari banyak pintu, misal
anggaran belanja. pendapatan dari paviliun, atau bagian lain, terpisah-
Penerapan BLUD sudah tepat (sesuai dengan pisah. Sedang sekarang setelah menjadi BLUD maka
kondisi dan kemampuan RS) dan benar (sesuai dengan rekeningnya menjadi satu agar tidak terjadi
UU/ Peraturan). RSSA adalah organisasi yang bersifat kekhawatiran sumber dana dari luar rumah sakit atau
sosioekonomi, penyediaan barang dan jasa sejak awal yang tidak diketahui.
tidak bertujuan untuk mencari keuntungan namun Terkait gaji, ada gaji pokok, ada tambahan atau
untuk pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. tunjangan tergantung pada kinerja karyawan masing-
Tidak terpatok pada sosialnya saja RSSA tentu masing, juga remunerasi. Peneliti tidak memperoleh
berharap pendapatan terus naik (intensifikasi data terkait ini secara rinci karena memang bersifat
pendapatan) agar dapat digunakan untuk belanja RS. tertutup, namun pihak RSSA meyakinkan peneliti jika
Perkembangan RSSA Setelah Menjadi BLUD RSSA sudah menerapkan penggajian berbasis kinerja.
Secara umum pelayanan meningkat. Namun Terkait masalah administrasi di pelayanan
belum bisa dikatakan optimal karena keterbatasan kesehatan yang sebelumnya berbelit-belit sekarang
(seperti gedung, sarana-prasarana dan tenaga yang sudah ada perbaikan berupa mempercepat alur dan
belum sesuai standard). Namun pihak rumah sakit antrian lebih rapi. Namun image RSUD mengenai
terus melakukan perbaikan dan upaya maksimal untuk pelayanan yang kurang prima dan kurang cepat masih
dapat menanggulanginya. melekat di masyarakat, apalagi bagi masyarakat
Kondisi organisasi dan tanggapan karyawan golongan menengah ke atas sehingga takut tidak bisa
(SDM) terkait penerapan BLUD cukup baik. Seluruh terlayani dengan baik.
karyawan (SDM) sudah mengetahui tentang penetapan Kendala/ Hambatan yang Dihadapi
RSSA menjadi BLUD, tanggapan cukup mendukung, Kendala/ hambatan yang dihadapi dalam
namun jika menurut pengamatan peneliti masih kurang penerapan BLUD awalnya terletak pada pemahaman
siap. Masih perlu banyak penyesuaian, namun bisa atau persepsi karena kekurangsiapan karyawan dan
segera diatasi dengan pelatihan dan pengarahan agar pemilik rumah sakit, dalam hal ini adalah Pemerintah
budaya kerja sejalan dengan budaya yang harus ada Provinsi Jawa Timur. Meski perubahan RSSA ke
pada rumah sakit yang berstatus BLUD. Melalui BLUD sudah tepat namun ada beberapa pihak yang
sosialisasi dan penyuluhan serta perbaikan secara berpendapat bahwa penerapannya belum sesuai dengan
berkelanjutan maka SDM akan mengerti tentang aturan/ UU BLUD. Yaitu mengenai fleksibilitas
BLUD dan secara sadar akan mengikutinya. penggunaan anggaran, seharusnya RSSA diberi
Sumber dana RS berasal dari pendapatan yang keleluasaan dalam mengelola keuangannya sesuai
diperoleh dari kunjungan pasien, APBD dan APBN dengan PPK-BLU, jadi hanya dengan memberi laporan
(subsidi pemerintah yang sedikit berkurang setelah saja sudah cukup namun perlu diawasi. Ternyata harus
menjadi BLUD), hutang, hibah, serta kerjasama dengan persetujuan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
dengan pihak ketiga. Keterbatasan dana RS pada saat Jadi antara RSSA dan pihak Pemerintah Provinsi Jawa
sebelum BLUD sampai sekarang dengan perubahan Timur belum sejalan, menyangkut BLUD, dimana
menjadi BLUD masih dialami. Namun rumah sakit RSSA sudah menerapkan BLUD secara penuh namun
dapat mengatasinya dengan menjalin kerjasama dari pihak Pemerintah Provinsi Jawa Timur masih
dengan lembaga penjamin, misal pihak asuransi dari menerapkan aturan lama.
berbagai perusahaan, juga dengan para pengembang Revisi Strategi
untuk pembangunan dan persediaan fasilitas/ sarana Implementasi strategi sudah sesuai dengan tujuan
dan prasarana. Terkait klaim ASKES, Jamkesda, organisasi dalam rencana strategi, namun target-target
Jamkesmas sudah bisa tepat waktu, ini merupakan di rencana strategi belum bisa terlaksana semua karena
perkembangan yang menggembirakan dibanding keterbatasan dana dan beberpa target yang terlampau
sebelum menjadi BLUD. Mengenai efisiensi dan tinggi. Diperlukan adanya skala prioritas, mana yang
produktifitas, masih terkendala masalah dana. Antara perlu didahulukan dibanding yang lain. Semua lini
pengeluaran/ belanja dengan pendapat kurang menjadi pertimbangan, namun yang diutamakan adalah
seimbang. Kebijakan dari Pemerintah Provinsi Jawa pelayanan optimal. Empat tahun berjalan setelah
Timur masih sangat ketat, tidak sejalan dengan perubahan status BLUD para pihak yang ikut
kebijakan BLUD yang memberi keleluasaan terhadap menyusun serta mengevaluasi strategi menyadari ada
RS untuk mengelola keuangannya, karenanya belum yang perlu diubah, yaitu capaian indikatornya. Revisi
7
tersebut perlu dilakukan karena target yang ditetapkan saja. Rumah sakit perlu melakukan koordinasi dengan
terlalu tinggi, jadi perlu dilakukan penyesuaian. Rumah Sakit BLUD lain dan Pemerintah Provinsi
Namun perubahan tersebut baru akan dilaksanakan Jawa Timur untuk mencari jalan keluar tentang jumlah
tahun 2013. Sedang batasan masalah/ bahasan yang piutang Rumah Sakit yang relatif besar, terutama
diambil peneliti adalah dari tahun 2007-2011. kaitannya dengan skema pembiayaan layanan
kesehatan kepada masyarakat yang disediakan oleh
KESIMPULAN Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Mencermati lebih
Berdasarkan dari data-data yang telah diperoleh, lanjut tentang trend fluktuatif cost recovery dan tingkat
peneliti dapat menyimpulkan bahwa RSSA secara kemandirian keuangan rumah sakit dan mencari solusi
garis besar cukup siap dan kondisi dapat melaksanakan yang tepat agar stabil dan trend terus mengalami
BLUD. Kinerja RSSA secara umum (keseluruhan) dari kenaikan. Disarankan agar selanjutnya diterapkan
sebelum BLUD ke BLUD menunjukkan trend yang pelaporan keuangan dengan menggunakan SAK untuk
baik. Berarti pihak RSSA telah berusaha memperbaiki pelaporan sebagai BLUD, dan menggunakan Standar
kinerjanya sesuai dengan yang telah diamanatkan Akuntansi Pemerintah (SAP) untuk pelaporan sebagai
sebagai BLUD penuh serta telah melakukan berbagai SKPD kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, serta
upaya untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. perlu penerapan sistem komputerisasi yang terintegrasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan untuk kedua sistem tersebut. Perlu upaya perbaikan
status menjadi BLUD telah mempengaruhi kondisi dan manajemen pengelolaan barang farmasi, makanan
kinerja RSSA. Pengaruh baiknya RSSA berusaha pasien, penggunaan serta pemeliharaan sarana dan
untuk memperbaiki kinerja pelayanan, terdesak untuk prasarana yang lebih efektif dan efisien. Beberapa
bersaing secara sehat, ikatan kerjasama dengan pihak pelayanan unggulan yang selama ini ada masih perlu
ketiga ditingkatkan, inovasi muncul, dan berbagai dikembangkan. Perlu perbaikan dalam penyusunan
perspektif BSC diusahakan lebih baik. Pengaruh dokumen-dokumen, evaluasi dan pelaporan agar lebih
kurang baiknya kenaikan tarif; keinginan meraih sistematis dan rapi, dengan begitu akan lebih mudah
pelanggan menengah atas dapat menjadikan personel dalam pengawasan dan pengendalian manajemen
kurang fokus dalam memberikan pelayanan yang baik (monitoring and controlling), dan lebih mudah
ke masyarakat tingkat bawah; ada berbagai peraturan memperbaiki jika ada masalah. Perbaikan
gubernur yang kurang sejalan dengan kondisi RSSA penataletakan bangunan/ ruangan (lay out) yang masih
sekarang sebagai BLUD; penyusunan laporan evaluasi kurang bagus. Upaya menjaga kebersihan rumah sakit
belum sama dengan rumah sakit BLUD lain, bahkan di dan lingkungan harus terus ditingkatkan. Mengambil
tingkat intern indikator belum sama sehingga kebijakan manajemen yang diperlukan dan melakukan
menyulitkan dalam pengawasan, pengendalian, koordinasi dengan pihak-pihak lain yang relevan
analisis, dan perbaikan. dalam mengatasi masalah relatif tingginya tingkat
Sebagai BLUD masalah yang dihadapi RSSA kematian di IGD (angka GDR dan NDR yang tinggi).
antara lain keefektifan, keefisienan dan fleksibilitas Mendorong dan menumbuhkan gagasan dan langkah-
masih terkendala, fleksbilitas belum benar-benar langkah inovatif di kalangan manajemen maupun
terlaksana karena terhambat oleh peraturan yang belum operasional agar perspektif bisnis internal rumah sakit
sejalan; alur administrasi / birokrasi yang rumit dan secara berkelanjutan terus mengalami kemajuan.
lama masih belum bisa diatasi secara tuntas; pelanggan Perubahan rumah sakit sebagai BLUD perlu upaya
kebanyakan berasal dari golongan menengah ke pembinaan yang berkelanjutan terhadap karyawan
bawah; keramahan belum bisa diterapkan secara untuk menjadikan nilai dan budaya organisasi sebagai
menyeluruh; evaluasi strategi dilakukan oleh bagian dasar dalam memberikan pelayanan. Masalah
lain, bukan oleh bagian yang sama dengan yang kekurangan kuantitas/ jumlah tenaga selain diatasi
melakukan perencanaan strategi, sehingga terkadang dengan rotasi karyawan, bisa dengan pengangkatan
informasi kurang begitu tersampaikan secara utuh; tenaga kontrak menjadi PNS dan open recruitmen
sarana dan prasarana serta kuantitas tenaga masih untuk tenaga baru yang sesuai (fit) dengan kebutuhan.
kurang memadai. Tenaga kontrak baru perlu mendapatkan pendidikan
dan pelatihan yang lebih agar tidak terjadi
SARAN ketimpangan kemampuan dengan tenaga yang sudah
Kepada RSSA berpengalaman. Kedisiplinan personel harus lebih
Upaya untuk merubah stigma sebagai rumah sakit ditingkatkan. Terkait perubahan status menjadi BLUD
pemerintah yang berbelit-belit proses pelayanan kemungkinan ada beberapa personel yang kurang bisa
kesehatan, administrasi dan birokrasinya masih harus menerima perubahan yang terjadi maka perlu terus
terus dilakukan agar mendapat kepercayaan dilakukan pelatihan, pendekatan, perubahan mindset
masyarakat. Meningkatkan keramahan (hospitality) dan motivasi untuk memperbaiki diri.
personel dan menerapkannya ke seluruh bagian, tidak
hanya di bagian front office dan pelayanan kesehatan
8
Kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur Perbendaharaan (2009). Pengelolaan Keuangan Badan
Melihat kondisi RSSA sebagai BLUD, terdapat Layanan Umum. Retrieved August 23, 2009 from
beberapa Peraturan Gubernur yang mendesak untuk http://pkblu.perbendaharaan.go.id/.
diterbitkan, disesuaikan atau ditinjaukembali, yaitu: RSUD Dr. Saiful Anwar, 2008, Evaluasi Kegiatan
1. Peraturan Gubernur tentang pedoman RSSA Tribulan IV Tahun 2007 Seksi Evapor
pengangkatan dan pemberhentian pejabat dan Bidang Rekam Medik dan Evapor, Malang.
pegawai BLUD yang berasal dari non PNS RSUD Dr. Saiful Anwar, 2008, Laporan tahunan
2. Peraturan Gubernur tentang tata kelola RSSA RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2007,
3. Peraturan Gubernur tentang SPM Malang.
4. Peraturan Gubernur No.91 Tahun 2011 tentang RSUD Dr. Saiful Anwar, 2008, Profil Pelayanan RSU
Kebijakan Akuntansi Badan Layanan Umum Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2008, Malang.
Daerah Provinsi Jawa Timur. RSUD Dr. Saiful Anwar (2008), Rencana Strategi
Bisnis RSU Dr. Saiful Anwar Malang Propinsi
DAFTAR PUSTAKA Jawa Timur Periode 2008-2012, Malang.
Anonimous (2008), Peraturan Gubernur Jatim No. RSUD Dr. Saiful Anwar (2009), Evaluasi Kegiatan
116 th. 2008 dan Uraian Jabatan Struktural di RSSA Tribulan IV Tahun 2008 Seksi Evapor
Lingkungan RSU Dr. Saiful Anwar Malang, Bidang Rekam Medik dan Evapor, Malang.
Malang. RSUD Dr. Saiful Anwar (2009), Laporan tahunan
Anonimous (2005), Peraturan Pemerintah Republik RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2008,
Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Malang.
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, RSUD Dr. Saiful Anwar (2010), Evaluasi Kegiatan
Malang. RSSA Tribulan IV Tahun 2009 Seksi Evapor
Anonimous, Rancangan Undang-Undang Republik Bidang Rekam Medik dan Evapor, Malang.
Indonesia Tentang Rumah Sakit, Malang. RSUD Dr. Saiful Anwar (2010), Laporan tahunan
David, F.R. (1996), Strategic Management, Francis RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2009,
Marian University: Prentice Hall International, Malang
Inc. RSUD Dr. Saiful Anwar (2011), Evaluasi Kegiatan
Dewan Pengawas BLUD (2011), Laporan Kinerja RSSA Triwulan IV-Tahun 2010 Seksi Evapor
RSSA Sebagai BLUD, Malang. Bidang Rekam Medik dan Evapor, Malang.
Ely Trianasari (2010). Penyusunan Rencana Strategi RSUD Dr. Saiful Anwar (2011), Laporan tahunan
RSU Dr. Saiful Anwar Malang Menuju Badan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2010,
Layanan Umum (BLU.) Laporan KKNP; Malang, Malang.
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi RSUD Dr. Saiful Anwar (2011), Rencana Strategis
Universitas Brawijaya. RSSA Tahun 2011-2014 Keputusan Direktur
Hunger, J. David & Thomas L. Wheelen (1996), RSSA Malang Nomor: 800/ 0106/ 302/ 2011,
Manajemen Strategis, Terjemahan oleh Julianto Malang.
Agung (2003), Yogyakarta: Penerbit Andi. RSUD Dr. Saiful Anwar (2012), Evaluasi Kegiatan
Husein Umar (2002), Strategic Management in Action, RSSA Tribulan III Tahun 2011 Seksi Evapor
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Bidang Rekam Medik dan Evapor, Malang.
Mulyadi (2001), Balanced Scorecard: Alat Manajemen RSUD Dr. Saiful Anwar (2012), Evaluasi Kegiatan
Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja RSSA Tribulan IV Tahun 2011 Seksi Evapor
Keuangan Perusahaan, Jakarta: Salemba Empat. Bidang Rekam Medik dan Evapor, Malang.
Mulyadi & Johny Setyawan (2001), Sistem RSUD Dr. Saiful Anwar (2012), Laporan tahunan
Perencanaan & Pengendalian Manajemen RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2011,
(Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan), Edisi Malang.
2, Jakarta: Salemba Empat. Sunarto (2007), Sistem Pengendalian Manajemen,
Patton, M. Quinn (1991), Metode Evaluasi Kualitatif, Yogyakarta: Amus.
Terjemahan oleh Budi Puspo Priyadi (2009), Wikipedia (2012). Badan Layanan Umum Daerah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Retrieved March 11, 2012 from
Pearce, J. & Robinson, R. (1997), Manajemen http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Badan_l
Strategi: Formulasi, Implementasi dan ayanan_umum_daerah&action=edit.
Pengendalian, Jakarta: Binarupa Aksara. Wikipedia (2009). Balanced Scorecard (kartu skor
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, 2012, Rencana berimbang). Retrieved August 29, 2009 from
Bisnis Dan Anggaran (RBA) Tahun 2012 RSSA http://id.wikipedia.org/wiki/kartu_skor_berimban
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Malang. g.

Anda mungkin juga menyukai