2021 : 4 (1), 24 - 32
http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/acc
doi : x.xxxx
ISSN: 2623-0577 (Print); ISSN: 2656-7105 (Online)
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE
BALANCE SCORECARD (STUDI EMPIRIS PADA PT. UNILEVER
TBK DAN PT. FAST FOOD INDONESIA TBK)
1
Akuntansi, Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Musamus Merauke
e-mail: jufrirumadaul363@gmail.com
ABSTRAK
Muhammad Jufri Rumadaul. “Analysis of Company Performance Using the Balanced Scorecard
Method (Empirical Study at PT. Unilever Tbk and PT. Fast Food Indonesia Tbk.” Supervised by
Dina Fitri Septarini SE., M.Si.
The problem in this thesis is how the performance of the company PT. Unilever Tbk And PT.
Fast Food Indonesia Tbk uses the Balanced Scorecard method. This study aims to assess the
performance of PT. Unilever Tbk And PT. Fast Food Indonesia Tbk using the assessment technique
used in this study is the assessment of the four perspectives of the Balanced Scorecard, namely:
financial perspective, customer perspective, internal business process perspective and growth and
learning perspective.
The research method used is quantitative research using a descriptive approach. The data used
in this study are secondary data in the form of financial statements at PT. Unilever Tbk And PT. Fast
Food Indonesia Tbk. The data analysis technique used is a financial perspective seen from ROA, ROE
and NPM, a customer perspective from cash receipts from customers, an internal business process
perspective seen from operating profit, and a growth and learning perspective seen from net income
and number of employees.
The results showed that the performance conditions of PT. Unilever Tbk And PT. Fast Food
Indonesia Tbk when measured using a balanced scorecard is in fairly good condition with a total
score of 50% and 25% with a C rate. Financial perspective of PT. Unilever Tbk is in fairly good
condition with in rate C while PT. Fast Food Indonesia Tbk is in bad condition with in the D value,
the customer perspective of PT. Unilever Tbk is in fairly good condition with in rate C while PT. Fast
Food Indonesia Tbk is in bad condition with in level D, the performance of the internal business
perspective of PT. Unilever Tbk is in fairly good condition with in rate C while PT. Fast Food
Indonesia Tbk is in bad condition with in rate D, the perspective of growth and learning is in quite
good condition with in rate C while PT. Fast Food Indonesia Tbk is in bad condition with in the value
of D.
Keywords: Performance appraisal, Balanced Scorecard.
1. Pendahuluan
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia semakin berkembang pesat seiring dengan
kemajuan teknologi informasi dan pengetahuan dunia bisnis yang juga mengalami suatu
perubahan yang semakin kompleks dan kompetitif. Persaingan perusahaan di era
globalisasi saat ini menuntut setiap perusahaan untuk dapat mengembangkan inovasi,
meningkatkan kinerja, dan ekspansi dalam berbisnis agar dapat terus berjalan dan bertahan
dalam persaingan dunia bisnis (Silitonga, 2020).
Di dalam menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja merupakan
faktor penting yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan. Kinerja dalam satu periode
tertentu dapat dijadikan acuan untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan
perusahaan. Pengukuran kinerja juga termasuk salah satu faktor penting dalam suatu
perusahaan bisnis yang merupakan usaha untuk mengevaluasi prospek kerja dan hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan. Adapun ukuran kinerja dirancang untuk menilai kualitas
perusahaan, namun nyatanya masih banyak perusahaan yang lebih mengutamakan
pengukuran kinerja hanya pada aspek keuangan saja sedangkan pengukuran kinerja non
keuangan sering diabaikan karena sulit dalam pengukuranya (Faradiba, 2021). Oleh karena
itu sistem kinerja yang baik sangatlah diperlukan agar perusahaan mampu berkembang dan
bersaing.
Selain itu konsep pengukuran kinerja dalam perusahaan yang menggunakan sistem
tradisional dalam pengukuran kinerja keuangannya dilihat kurang efektif. Karena tidak
dapat menjelaskan kondisi perusahaan secara menyeluruh, sehingga aspek luar keuangan
tidak diperhitungkan. Konsep ini dianggap hanya mengejar tujuan untuk memperoleh laba
Musamus Accounting Journal
2021 : 4 (1), 24 - 32
http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/acc
doi : x.xxxx
ISSN: 2623-0577 (Print); ISSN: 2656-7105 (Online)
jangka pendek dan mengabaikan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang (Yoland
dan Tandiontong, 2011).
Kaplan dan Norton mengatakan bahwa, “Tekanan pengukuran kinerja pada ukuran
finansial yang merupakan “language of business” tidaklah cukup”. Oleh karena itu
pengukuran kinerja yang terpadu dibutuhkan oleh perusahaan, yakni pengukuran
keuangan yang dipadukan dengan pelanggan (Customer), proses bisnis internal dan para
pekerja (Sipayung, 2009). Sedangkan menurut (Mardiasmo, 2018) pengukuran kinerja
merupakan proses menilai kemajuan suatu pekerjaan apakah sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah diregularkan perusahaan sebelumnya. Hal ini penting untuk menilai
akuntabilitas perusahaan dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih
baik (Rizki, 2018).
Dalam melakukan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan ditinjau dari sistem
manajemen strategi, balance scorecard merupakan cara yang dapat digunakan dalam
mengukur kualitas kinerja suatu perusahaan. Kemudian untuk menghadapi lingkungan
bisnis yang kompetitif, perusahaan memerlukan suatu perencanaan yang baik. Tidak hanya
berorientasi pada masa yang akan datang, namun juga harus mengantisipasi perubahan
dalam jangka pendek. Oleh karena itu, langkah-langkah manajemen strategi sangat
diperlukan dalam menciptakan perencanaan yang baik untuk masa depan perusahaan
(Lutfi, 2016).
Konsep balance scorecard oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1992 adalah metode
penilaian kinerja yang mengukur aspek keuangan dan non keuangan dari suatu perusahaan
dengan menyesuaikan pada strategi dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Berdasarkan
percobaan penggunaan balance scorecard pada tahun 1992, perusahaan-perusahaan yang ikut
serta dalam penelitian tersebut menunjukkan pelipatgandaan dalam kinerja keuangan.
Balance scorecard adalah sekumpulan ukuran kinerja yang mencakup empat perspektif yaitu
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Berdasarkan riset yang dilakukan dari beberapa penelitian ditemukan bahwa pada
tahun 2001 sekitar 44% perusahaan diseluruh dunia telah menggunakan balance scorecard
dengan rincian 57% perusahaan di Inggris, 46% di Amerika Serikat, dan sebanyak 26% di
Jerman dan Austria. Pada penelitian oleh Brain dan Company juga memperlihatkan bahwa
dari 708 perusahaan di lima benua sebanyak 62% telah menggunakan balance scorecard
(Hendricks, 2004). Survei lain di Amerika Serikat oleh Majalah Fortune mengestimasi bahwa
60% dari 1000 perusahaan telah mencoba menggunakan balance scorecard. Selanjutnya survei
pada perusahaan Findlandia juga memperlihatkan 31% dari responden memiliki beberapa
macam jenis sistem balance scorecard dan 30% mengimplementasikan satu macam saja
(Wawan, 2013). Pada penelitian oleh Risman (Direktorat Jendral Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan RI, 2016) mengatakan bahwa penerapan balance scorecard di
Indonesia pertama kali dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan hal ini merupakan
terobosan besar bagi pemerintah Indonesia. Kebijakan Kementerian Keuangan menerapkan
balance scorecard untuk megukur kinerja organisasi sekaligus sebagai alat manajemen
strategis dengan tujuan untuk menciptakan pemerintahaan yang good governance dan
terciptanya kepercayaan masyarakat Indonesia maupun dunia terhadap kinerja organisasi
Kementerian Keuangan. Implementasi balance scorecard oleh Kementrian Keuangan telah
berjalan kurang lebih sebelas tahun dan telah mengalami berbagai perkembangan berupa
penyempurnaan proses implementasinya menuju konsep ideal dimana hal tersebut terlihat
dari pemberlakuan konsep balance scorecard pada semua level organisasi dan perusahaan
tanpa terkecuali. Sehinggga dapat disimpulkan bahwa semua pihak manajemen di dalam
perusahaan mengerti secara jelas aktifitas yang mereka lakukan berpengaruh terhadap
keberhasilan pencapaian visi dan misi serta strategi perusahaan. Dengan kata lain, bahwa
Musamus Accounting Journal
2021 : 4 (1), 24 - 32
http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/acc
doi : x.xxxx
ISSN: 2623-0577 (Print); ISSN: 2656-7105 (Online)
aktifitas strategi telah menjadi kegiatan seluruh karyawan dalam perusahaan yang tidak
dapat dipisahkan.
Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini yakni PT. Unilever Tbk dan PT. Fast
Food Indonesia Tbk. PT. Unilever Tbk adalah perusahan multinasional dalam industri fast
moving customer goods (FMCG) yang berdiri pada 5 Desember 1933 dengan nama awal
Zeepfabrieken N.V. Lever. Selama hampir 88 tahun, perusahaan yang selalu terdepan untuk
kategori food, ice cream, home & personal care ini telah melahirkan kurang lebih 30 brand
ternama dengan 700 SKU kedalam pasar Indonesia. Rangkaian produk Unilever Indonesia
mencakup brand-brand ternama yang terkenal di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy,
Dove, Sunslik, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band, Bango dan
lainnya (www.unilever.co.id). Alasan utama perusahaan ini dipilih, karena seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan semakin meningkatnya permintaan terhadap produk akan
menimbulkan persaingan yang ketat antar perusahaan memproduksi barang yang sama
untuk pasar nasional dan internasional. Sehingga PT. Unilever Tbk diharapkan dapat
meningkatkan kualitas kinerja perusahaan.
Oleh sebab itu, berdasarkan data hasil survei lembaga Majalah Forbes Indonesia, PT.
Unilever Tbk meraih peringkat pertama pada kategori perusahaan dengan market
capitalization lebih dari USD 1 miliar pada penghargaan bergengsi Best Of The Best Awards
(Data Majalah Forbes Indonesia, 2020). Peringkat perusahaan yang mendapatkan
penghargaan dinilai berdasarkan skor komposit dari beberapa metrik pertumbuhan yang
telah pilih kembali berdasarkan penilaian tata kelola dan kinerja perusahaan. Penghargaan
ini mencerminkan konsistensi Unilever Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan sepanjang tahun 2020, meskipun diperhadapkan dengan
tantangan pandemi yang berlangsung.
PT. Fast Food Indonesia Tbk merupakan perusahaan go public atau terbuka yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham FAST-fast Food Indonesia Tbk
pada tanggal 11 Mei 1993. Perusahaan ini mengoperasikan Kentucky Fried Chiken (KFC) yang
beroperasi secara komersial pada tahun 1979. Perkembangan produk pada PT. Fast Food
Indonesia Tbk setiap tahunnya semakin berkembang pesat dengan berbagai macam inovasi-
inovasi baru yang mendominasi pasar di Indonesia. Adapun alasan peneliti memilih
perusahaan ini, dikarenakan perkembangan bisnis serta pertumbuhan ekonomi yang begitu
cepat akan menyebabkan permintaan produk makanan tersebut lebih meningkat dan
menimbulkan pesaing lainnya, sehingga diperlukan strategi-startegi khusus agar
perusahaan dapat terus berkembang dan bertahan dengan tetap memperhatikan kualitas
dari kinerja perusahaan.
Berdasarkan data top brand award yang diselenggarakan oleh lembaga survei Majalah
Marketing dan Frontier Consulting Group periode 2016-2020, top brand index (TBI) Restoran fast
food KFC adalah sebagai berikut:
Tabel 1. 1 Top Brand Award Restoran Fast Food Indonesia KFC
Periode 2016-2020
Tahun Top Brand Index (TBI) TOP
2016 63,9% TOP
2017 60,4% TOP
2018 42,7% TOP
2019 26,2% TOP
2020 26,4% TOP
Sumber: Data Top Brand Lembaga survei Majalah Marketing dan Frontier Consulting Group, 2020.
Top brand index (TBI) Restoran fast food KFC merupakan top brand yang masuk dalam
kategori restoran fast food. Restoran fast food KFC dari periode 2016-2020 selalu menempati
posisi pertama dari top three yang terpilih menurut lembaga survei majalah marketing dan
Musamus Accounting Journal
2021 : 4 (1), 24 - 32
http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/acc
doi : x.xxxx
ISSN: 2623-0577 (Print); ISSN: 2656-7105 (Online)
frontier consulting group (Data Top Brand Award Lembaga Survei Majalah Marketing dan
Frontier Consulting Group, 2020). Data Top Brand Award menunjukan bahwa telah terjadi
fluktuasi pada presentase top brand index (TBI) Restoran fast food KFC. Dapat dilihat bahwa
TBI Restoran fast food KFC pada tahun 2016 63,9%. Pada tahun 2017 sampai 2019, TBI
Restoran fast food KFC mengalami penurunan. Dan pada tahun 2020 mengalami kenaikan
dari 26,2% menjadi 26,4%.
Fluktuasi data penjualan dari Top Brand Award Restoran Fast Food KFC diatas dapat
menjadi dasar acuan untuk terus meningkatkan kepuasan konsumennya ditengah
persaingan industri kuliner yang semakin intens. Restoran Fast Food KFC harus menanggapi
secara serius permasalahan tersebut dengan mengambil langkah-langkah strategis untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang.
Tabel 1. 2 Data Penjualan Dan Presentase Pertumbuhan PT. Unilever Tbk Dan PT. Fast
Food Indonesia Tbk Tahun 2016-2020
Penjualan
PT. Fast Food
PT. Unilever Tbk
Tahun Indonesia Tbk
(Dalam Jutaan % Pertumbuhan % Pertumbuhan
(Dalam Ribuan
Rupiah)
Rupiah)
2016 40.053.732 0,00% 4.883.307.267 0,00%
2017 41.024.510 2,42% 5.302.683924 8,59%
2018 41.802.073 1,90% 6.017.492.356 13,48%
2019 42.922.563 2,68% 6.706.376.352 11,45%
2020 42.972.474 0,12% 2.514.811.533 -62,50%
Sumber: Laporan Keuangan PT. Unilever Tbk Dan PT. Fast Food Indonesia Tbk
Tabel 1.2 menunjukan bahwa pertumbuhan penjualan PT. Unilever Tbk setiap
tahunnya mengalami kenaikan secara signifikan dimana kenaikan penjualan tertinggi
terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 2,68%. Sedangkan PT. Fast Food Indonesia Tbk
pertumbuhan penjualannya 4 tahun terakhir mengalami kenaikan yang sangat signifikan
akan tetapi di tahun 2020 mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar -62,50%.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sebuah permasalahan dengan cara
mengumpulkan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif,
dengan tujuan menganalisis data mengenai pengukuran kinerja berdasarkan pendekatan
balance scorecard (Sugiono, 2017). Sedangkan jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti
adalah jenis deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang hasilnya akan dipaparkan dalam
bentuk laporan penelitian (Sugiono, 2017).
Pendekatan deskriptif ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang penilaian
kualitas kinerja pada PT. Unilever Tbk Dan PT. Fast Food Indonesia Tbk serta
membandingkan antara keduanya melalui 4 perspektif balance scorecard yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung diolah oleh pihak lain yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data penelitian ini diperoleh melalui
situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id dan situs resmi Tbk dan PT. Fast perusahaan
Musamus Accounting Journal
2021 : 4 (1), 24 - 32
http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/acc
doi : x.xxxx
ISSN: 2623-0577 (Print); ISSN: 2656-7105 (Online)
www.unilever.co.id. Dalam penelitian ini data diperoleh dari laporan keuangan pada
perusahaan PT. Unilever Food Indonesia Tbk periode 2016 sampai dengan 2020.
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi.
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui dokumen-dokumen yang ada di
perusahaan. Metode ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan data-data atau
arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian yang tercantum pada perusahaan PT.
Unilever Tbk dan PT. Fast Food Indonesia Tbk berupa data laporan keuangan periode 2016
sampai dengan 2020.
Teknik dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yakni kegiatan menyusun,
mengklasifikasikan, menafsirkan dan menginterprestasikan data guna memberikan
gambaran mengenai masalah yang diteliti. Metode analisis deskriptif dengan menggunakan
balance scorecard yakni :
a. Perspektif Keuangan
Menghitung skor perspektif keuangan yang berkaitan dengan laporan keuangan
perusahaan. Analisis ini diperoleh melalui perhitungan kinerja keuangan perusahaan
yaitu ROE, ROA dan NPM (Wan Mirza, 2020).
b. Perspektif Pelanggan
Menghitung skor perspektif pelanggan dengan membandingkan jumlah
penerimaan kas dengan periode sebelumnya. Pada penilaian ini, puasnya konsumen bagi
PT Unilever Tbk dan PT Fast Food Indonesia Tbk dilihat dan dinilai berdasarkan
penerimaan kas dari pelanggan yang merupakan indikator keberhasilan dari penjualan
produk dan direalisasikan dengan banyaknya pendapatan yang diterima dari pelanggan
(Riana, 2017).
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
Menghitung skor perspektif proses bisnis internal dengan pencapaian hasil
operating profit yang menggambarkan efisiensi biaya penjualan dan biaya produksi. Alat
ukur yang digunakan dalam perspektif proses bisnis internal PT. Unilever Tbk, dan PT.
Fast Food Indonesia Tbk yaitu hubungan kemampuan sumber daya manusia, peralatan,
modal kerja, yang merupakan bagian dari capital organisasi (organizational capital).
Sehingga data operating profit digunakan dalam penilaian perspektif proses bisnis
internal. Operating profit diperoleh dari hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya
yang terkait dengan penjualan dan biaya produksi (Riana, 2017).
d. Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan
Menghitung skor perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan melakukan
perbandingan kinerja laba bersih yang diterima perkaryawan. Dari sisi perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan dapat dinilai dengan melakukan pengukuran terhadap
Income/Employee. Produktivitas kerja karyawan suatu perusahaan dapat diukur dari laba
bersih yang dihasilkan dibagi jumlah pekerja. Dengan peningkatan rasio tersebut maka
kinerja karyawan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan bagi
perusahaan (Riana, 2017).
Laba Bersih
ROE= x 100 %
Modal
Perhitungan ROE PT. Unilever Tbk dan PT. Fast Food Indoneisa Tbk sebagai
berikut:
Tabel 4. 1
Penilaian Ratio Keuangan Periode 2016-2020 Scorecard Perspektif Keuangan ROE PT.
Unilever Tbk Dan PT. Fast Food Indonesia Tbk (Rp.000.000,-)
Nama
Tahun Laba Bersih Total Modal ROE Range Kinerja
Perusahaan
2016 5.957.507 4.704.258 127% 4%
2017 7.107.230 5.173.388 137% 8%
PT. Unilever Tbk 2018 9.386.195 7.578.133 124% -10%
2019 7.090.157 5.281.862 134% 8%
2020 7.056.606 4.937.368 143% 6%
2016 148.196 1.223.211 12% 9%
2017 120.238 1.293.571 9% -23%
PT. Fast Food
2018 1.293.571 1.540.494 19% 107%
Indonesia Tbk
2019 117.553 1.659.573 7% -63%
2020 -177.991 1.478.309 -12% -270%
4. Kesimpulan
Dari hasil pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Balanced Scorecard pada
PT. Unilever Tbk dan PT. Fast Food Indonesia Tbk yang dilakukan dengan pengukuran
pada empat perspektif diperoleh total score. Total Balanced scorecard PT Unilever Tbk dan PT.
Fast Food Indonesia Periode 2016 – 2020 berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat
disimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut:
a. Perspektif Keuangan
Berdasarkan Perspektif Keuangan PT.Unilever Tbk pada tahun 2016–2020 yang
diukur menggunakan ROE, ROA dan NPM terdapat peningkatan kinerja di tahun 2017
dengan kategori cukup baik. Sedangkan ditahun 2016,2018,2019 dan 2020 masih terdapat
penurunan kinerja. Akan tetapi secara keseluruan untuk perspektif keuangan PT.
Unilever Tbk masuk dalam kategori cukup baik dengan Score 2 dan rate C.
Sedangkan Perspektif Keuangan PT. Fast Food Indonesia Tbk pada tahun 2016–
2020 yang diukur menggunakan ROE, ROA dan NPM terdapat peningkatan kinerja di
tahun 2016 dan 2018 dengan kategori sangat baik. Sedangkan ditahun 2017,2019 dan 2020
masih terdapat penurunan kinerja. Dan secara keseluruan untuk perspektif keuangan PT.
Fast Food Indonesia Tbk masuk dalam kategori tidak baik dengan Score 1 dan rate D.
b. Perspektif Pelanggan
Musamus Accounting Journal
2021 : 4 (1), 24 - 32
http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/acc
doi : x.xxxx
ISSN: 2623-0577 (Print); ISSN: 2656-7105 (Online)
Berdasarkan Perpektif Pelanggan PT. Unilever Tbk pada tahun 2016– 2020, dapat
dilihat bahwa pengukuran kinerja diukur menggunakan indikator penerimaan kas dari
pelanggan terdapat peningkatan kinerja dari tahun 2016-2020 dimana presentase
tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu 10% dan presentase terendah terjadi pada tahun
2020 yaitu 1% serta secara keseluruhan untuk perspektif pelanggan PT. Unilever Tbk
masuk dalam kategori cukup baik dengan Score 2 dan rate C.
Sedangkan Perpektif Pelanggan PT. Fast Food Indonesia Tbk pada tahun 2016–2020
dapat dilihat bahwa pengukuran kinerja diukur menggunakan indikator penerimaan kas
dari pelanggan terdapat peningkatan kinerja dari tahun 2016-2018 tetapi ditahun 2019-
2020 mengalami penurunan dimana presentase tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu
13% dan presentase terendah terjadi pada tahun 2019 yaitu -43% serta secara keseluruhan
untuk perspektif pelanggan PT. Unilever Tbk masuk dalam kategori tidak baik dengan
Score 1 dan rate D.
c. Perspektif proses Bisnis Internal
Berdasarkan Perspektif Proses Bisnis Internal PT. Unilever Tbk pada Tahun 2016–
2020 yang dukur dari hasil pengukuran Operating Profit terdapat peningkatan kinerja dari
tahun 2016-2018 dan 2019-2020 mengalami penurunan kinerja dimana presentase
tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu 29% dan presentase terendah terjadi pada tahun
2018 yaitu -18% serta secara keseluruhan untuk Perspektif Proses Bisnis Internal PT.
Unilever Tbk masuk dalam kategori cukup baik dengan Score 2 dan rate C.
Sedangkan Perspektif Proses Bisnis Internal PT. Fast Food Indonesia Tbk pada
tahun 2016–2020 dapat dilihat bahwa pengukuran kinerja yang diukur dari hasil
pengukuran Operating Profit terdapat terdapat peningkatan kinerja di tahun 2016 dan
2018 tetapi ditahun 2017, 2019 dan 2020 mengalami penurunan dimana presentase
tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu 76% dan presentase terendah terjadi pada tahun
2020 yaitu -199% serta secara keseluruhan untuk Perspektif Proses Bisnis Internal PT. Fast
Food Indonesia Tbk masuk dalam kategori tidak baik dengan Score 1 dan rate D.
d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Berdasarkan Perpektif Pertumbuhan Dan Pembelajaran PT. Unilever Tbk tahun
2016-2020, dapat dilihat bahwa pengukuran kinerja yang diukur dari hasil pengukuran
Net Income terdapat peningkatan kinerja tahun 2016 2017,2018, dan 2020 sedangkan pada
tahun 2019 mengalami penurunan dimana presentase tertinggi terjadi pada tahun 2018
yaitu 38% dan presentase terendah terjadi pada tahun 2019 yaitu -20% serta secara
keseluruhan untuk Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran PT. Unilever Tbk masuk
dalam kategori cukup baik dengan Score 2 dan rate C.
Sedangkan Perspektif Pertumbuhan Dan Pembelajaran PT. Fast Food Indonesia
Tbk pada tahun 2016–2020 dapat dilihat bahwa pengukuran kinerja yang diukur dari
hasil pengukuran Net Income terdapat peningkatan kinerja di tahun 2016 dan 2018 tetapi
ditahun 2017, 2019 dan 2020 mengalami penurunan dimana presentase tertinggi terjadi
pada tahun 2018 yaitu 167% dan presentase terendah terjadi pada tahun 2020 yaitu -269%
serta secara keseluruhan untuk Perspektif Pertumbuhan Dan Pembelajaran PT. Fast Food
Indonesia Tbk masuk dalam kategori tidak baik dengan Score 1 dan rate D.
Resume hasil pengukuran kinerja terhadap keempat perpektif yang telah dilakukan
scoring berdasarkan interval peningkatan / penurunan kinerja untuk tahun 2016-2020.
Dengan perbandingan scorecard dapat diberikan kesimpulan kinerja PT. Unilever Tbk
lebih baik dibandingkan PT. Fast Food Indonesia Tbk berdasarkan tinjauan dari empat
perpektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan
pembelajaran. PT. Unilever Tbk mendapatkan total score akhir yaitu 50% dengan kategori
cukup baik dan rate C sedangkan PT. Fast Food Indonesia Tbk mendapatkan total score
akhir yaitu 25% dengan kategori tidak baik dan rate D.
Musamus Accounting Journal
2021 : 4 (1), 24 - 32
http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/acc
doi : x.xxxx
ISSN: 2623-0577 (Print); ISSN: 2656-7105 (Online)
5. Daftar Pustaka