Anda di halaman 1dari 12

Kinerja Bisnis

A. Definisi Kinerja
Dikutip dari Akbar (2020) ukuran kinerja merupakan salah satu topik utama
yang banyak diminati peneliti akuntansi dan manajemen, namun sebagian besar
penelitian banyak berfokus pada kinerja keuangan perusahaan. Menurut Mulyadi
Koesomowidjojo (2017) kinerja merupakan suatu kesuksesan yang diperoleh atau
didapat oleh karyawan dalam menciptakan dan mewujudkan sasaran strategik pada
empat perpektif dalam tumbuh kembang organisasi, yaitu perpektif keuangan,
pelayanan kepada pelanggan, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Menurut Ayuni & Gorda (2020), pengukuran kinerja merupaka usaha yang
dilakukan pihak manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh masing-masing pusat pertanggung jawaban di dalam sistem
pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis. Menurut Van Gijsel (2012)
ukuran kinerja dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu kinerja finansial dan
kinerja non-finansial. Ukuran kinerja finansial adalah seperti laba perusahaan dan laba
per saham, sedangkan ukuran kinerja non-finansial adalah seperti perspektif proses
internal, perspektif pelanggan, dan perspektif pertumbuhan dan pengembangan
(Akbar, 2020).
Pengukuran kinerja perusahaan non-finansial memiliki banyak kelebihan
dibandingkan dengan pengukuran finansial untuk pengendalian perusahaan. Pertama,
pengukuran kinerja nonfinansial lebih dapat diselaraskan dengan strategi maupun
tujuan perusahaan. Manajemen dapat merasakan kemajuan atau peningkatan dengan
menggunakan pengukuran nonfinansial terhadap kesuksesan perusahaan. Kelebihan
lain pengukuran nonfinansial adalah actionable. Contohnya yaitu jatuhnya kualitas
secara cepat dapat direspon, sehingga langkah perbaikan akan lebih cepat diambil
untuk memecahkan masalah (Anggariawan, 2019)
B. Kumpulan Ukuran Kinerja (Balance Scorecard)
Menurut Hery (2017), balance scorecard adalah kumpulan ukuran kinerja
yang terintegrasi yang diturunkan dari misi dan visi perusahaan untuk mendukung
strategi perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Rangkuti (2013), memberikan
pengertian sederhana dari balance scorecard yaitu karu skor yang digunakan untuk
mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antaran sisi keuangan dan
nonkeuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan factor
internal dan eksternal.
Manfaat balance scorecard menurut Ayuni & Gorda (2020) adalah sebagai
berikut:
1. Mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan jangka
pendek dan jangka panjang.
2. Memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan dan non-
keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran.
3. Memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja
perusahaan dimasa mendatang
Balanced Scorecard menyediakan berbagai instrumen yang dibutuhkan suatu
usaha untuk mencapai kesuksesan di masa yang akan datang. Dalam Balanced
Scorecard, tujuan dan strategi diterjemahkan ke dalam suatu rangkaian pengukuran
kinerja yang yang menyeluruh yang dapat menghasilkan informasi yang berguna bagi
pengelolaan manajemen. Ada empat perspektif yang diukur dalam metode Balanced
Scorecard yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran-
pertumbuhan (Kaplan & Norton, 2009; Rangkuti, 2013).
1. Perspektif Keuangan
Pada konsep Balanced Scorecard, kinerja keuangan merupakan hasil dari kinerja
nonkeuangan seperti konsumen, proses bisnis, dan pembelajaran. Kinerja
keuangan menunjukkan sejauh mana perencanaan dan pelaksanaan strategi dapat
memberikan kontribusi bagi peningkatan laba perusahaan. Kinerja pada perspektif
keuangan diukur dengan menggunakan rasio keuangan seperti current ration,
margin laba kotor, ataupun rasio ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Kinerja yang
diukur dari perspektif keuangan akan terlihat dari pencapaian semua indikator
keuangan dimana jika semakin meningkat maka suatu usaha memiliki kinerja
yang baik karena mampu menguasai pasar lebih baik dari para pesaingnya
2. Perspektif Pelanggan
Kinerja dari perspektif pelanggan dapat dilihat dari besarnya manfaat yang
diberikan oleh produk atau jasa jika dibandingkan dengan apa yang diharapkan
oleh konsumen. Suatu produk atau jasa akan bernilai tinggi jika dapat memberikan
manfaat melebihi harapan konsumen. Kinerja pada perspektif pelanggan dapat
diukur dengan lima indikator yaitu pangsa pasar, retensi pelanggan, tingkat
kepuasan pelanggan dan tingkat profitabilitas pelanggan. Jika suatu usaha mampu
meningkatkan jumlah konsumen, mempertahankan pelanggan, serta meningkatkan
kepuasan konsumen sehingga menambah jumlah pendapatan dan pelanggan yang
loyal maka usaha tersebut memiliki kinerja yang baik
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal merupakan proses yang dilakukan untuk
memberikan nilai yang dapat menarik dan mempertahankan konsumen. Kinerja
perspektif proses bisnis internal dapat diukur dengan beberapa indikator seperti
proses inovasi yaitu penciptaan nilai baru, proses operasi yaitu waktu yang
diperlukan untuk sebuah produk atau jasa dapat sampai di tangan konsumen, dan
layanan purna jual yang menyangkut layanan garansi dan perbaikan atau
penggantian produk rusak. Perspektif proses bisnis internal dapat diukur dari
jumlah inovasi yang dihasilkan, kegiatan operasional, dan layanan purna jual.
Semakin baik pencapaian yang didapat maka semakin baik kinerja usaha tersebut
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif pembelajaran-pertumbuhan menjadi sarana bagi terpenuhinya ketiga
perspektif sebelumnya serta dapat memberikan perkembangan dan perbaikan
dalam waktu yang panjang dimana salah satu unsur penting di dalamnya adalah
Sumber Daya Manusia (SDM). Ada tiga kategori dalam proses belajar dan
bertumbuh yaitu:
 Kapabilitas pekerja berkaitan dengan upaya meningkatkan kemampuan
SDM yang diukur dengan tiga indikator yaitu tingkat kepuasan karyawan,
rotasi karyawan, dan produktivitas karyawan
 Kapabilitas sistem informasi yaitu ketersediaan sistem informasi yang
menunjang penyampaian informasi dengan cepat, tepat waktu dan akurat
kepada karyawan
 Motivasi, pemberdayaan, dan penyelarasan yaitu iklim usaha yang
mendorong adanya motivasi dan inisiatif pekerja.
Kinerja yang baik dari perspektif pembelajaran-pertumbuhan diukur dari
peningkatan keahlian dan pengetahuan, tingkat komitmen dan motivasi sumber daya
manusia yang ada, serta kualitas sarana dan prasarana.
C. Penilaian Kinerja UMKM dengan pendekatan Balance Scorecard
Ada beberapa kendala yang dihadapi UMKM sehingga sulit untuk
berkembang seperti keterbatasan modal dan kesulitan akses permodalan (Suci, 2017),
kualitas SDM dan kemampuan manajerial yang masih kurang (Supriatna & Aminah,
2014), keterbatasan sarana prasarana seperti alat teknologi, keterbatasan akses
terhadap faktor produksi, iklim usaha yang tidak mendukung serta tingginya
persaingan (Susilo, 2012). Kendala-kendala ini dapat diatasi jika UMKM serta
pemerintah mengetahui posisi kinerja UMKM yang sebenarnya sehingga strategi
yang diambil dapat tepat sasaran. Untuk itu penilaian kinerja yang komprehensif
dengan pendekatan Balanced Scorecard dengan empat perspektif harus diterapkan
oleh UMKM (Erwina, 2015).
 Perspektif Keuangan dapat mengukur sejauh mana kemampuan UMKM dalam
mengelola modal dan aset yang ada untuk menghasilkan keuntungan.
 Perspektif Pelanggan dapat mengukur sejauh mana kepuasan pelanggan
terhadap layanan produk dan jasa dari UMKM serta mengukur berapa besar
keuntungan yang didaptkan dari penjualan kepada pelanggan.
 Perspektif Proses Bisnis Internal Bagi UMKM dapat mengukur kemampuan
UMKM dalam membuat produk baru serta seberapa efisien dan tepat waktu
penyampaian produk kepada konsumen.
 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan dapat mengukur kepuasan dan
produktifitas pekerja. Karena pekerja yang puas akan semakin produktif
sehingga meningkatkan layanan konsumen dan pendapatan usaha
D. Definisi Kinerja Bisnis UMKM
Definisi kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk
melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung
jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan (Nursam, 2017). Menurut Robbins
(2001) menjelaskan bahwa kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerjaan
dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan.
Kinerja merupakan gambaran mengenai pencapaian pelaksanaan suatu program
kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi
yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi (Gao et al., 2016).
Kinerja bisnis mengarahkan pada pelaku bisnis agar menjalankan usaha
menjadi lebih baik, dengan menerapkan sistem menajemen yang tersusun untuk
mencapai goal perusahaan (Zuliyanti et al., 2017). Kinerja bisnis adalah alat ukur
hasil kerja usaha yang dijalani, selama usaha dalam bekerja baik kualitas dan
kuantitasnya (Purnomo & Lestari, 2010). Kinerja bisnis merupakan prestasi yang
diraih oleh perusahaan yang menjadi kunci utama perusahaan untuk bertahan dalam
era global (Hartini, 2013). Kinerja bisnis diidentifikasikan sebagai capaian yang diraih
dalam menjalankan bisnis. Alat pengukur kinerja bisnis yang digunakan adalah
berdasarkan teori Kaplan dan Norton tahun 1996 yaitu Balance Scorecard.
Pengukuran tersebut diukur dengan melihat dari empat perspektif yaitu keuangan,
pelanggan, bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran (Sari, 2020).
Kinerja perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk mencapai target
yang telah ditentukan sebelumnya. Semua jenis usaha utamanya UMKM, pasti
memiliki tujuan agar usahanya memiliki kinerja terbaik. Persyaratan utama untuk
mewujudkan perkembangan UMKM yaitu dengan kinerja yang baik pada seluruh
sektor yang ada seperti sektor keuangan, produksi, distribusi dan pemasaran (Septiani
& Wuryani, 2020). Menurut Widjadja et al. (2018) kinerja merupakan serangkaian
kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah
dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam akuntabilitas
publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Kinerja
merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Pada dasarnya
semua UMKM memiliki tujuan yang sama yaitu memiliki kinerja yang baik, karena
merupakan syarat mutlak dalam kelangsungan UMKM.Dengan kinerja UMKM yang
baik, maka UMKM mampu berperan sebagai tulang punggung perekonomian
nasional.
Mutegi et al. (2015) mengemukakan bahwa kinerja UMKM adalah hasil atau
evaluasi kerja perusahaan yang digapai oleh seseorang atau kelompok dengan
pembagian kegiatan berupa tugas dan perannya pada periode tertentu dengan standar
dari perusahaan tersebut. Menurut Munizu (2010) kinerja UMKM adalah sebuah
tingkat keberhasilan seseorang dalam pencapaian atas apa yang telah dikerjakannya
yang mencerminkan penjualan, permodalan, jumlah karyawan, pangsa pasar, serta
laba yang bertumbuh.
E. Faktor-Faktor yang mampengaruhi Kinerja UMKM
Menurut Dwitya (2016) yang dikutip oleh Yanti (2019) mengatakan bahwa kinerja
UMKM dianalisis dengan menggunakan pendekatan yang didasarkan pada tiga
asumsi, yaitu:
1. Pengukuran kinerja UMKM kerap sulit dilakukan secara kuantitatif, dikarenakan
terbatasnya sumber daya (pemahaman keuangan dan tenaga kerja).
2. Pengukuran kinerja pada umumnya melihat indikator keuangan yang kompleks,
sehingga hal ini tidak secara lengkap memperlihatkan kondisi aktual yang terjadi
di bisnis tersebut.
3. Pengukuran kinerja yang kerap dipakai relatif hanya sesuai bila digunakan untuk
perusahaan besar yang ter-struktur dalam manajemen perusahaannya. Dari hal
tersebut maka digunakan pendekatan non cost performance measures yaitu
pengukuran melalaui persepsi untuk mengukur tingkat kinerja UMKM, baik
kinerja keuangan maupun non keuangan.
Dalam kinerja UMKM beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu (Munizu,
2010); (Purwaningsih & Kusuma, 2016):
1. Pertumbuhan penjualan
2. Pertumbuhan Modal
3. Pertumbuhan tenaga kerja
4. Pertumbuhan pasar
5. Pertumbuhan laba
Kinerja sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dipengaruhi oleh dua
faktor utama yakni faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal.
1. Faktor internal
Lingkungan internal merupakan cerminan kekuatan atau kelemahan dari
suatu organisasi perusahaan dan dapat mencerminkan kemampuan
manajemen untuk mengelola perusahaan. Hal ini dapat menunjukan kekuatan
sumber daya, meliputi segala aspek material atau nonmaterial yang dimiliki
perusahaan dalam menjalankan kegiatanusaha dan fungsinya untuk berproduksi
secara komersial. Terdapat beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi
kinerja UMKM sebagai berikut (McCormick & Ongile, 1997); (Zhang, 2001);
(Munizu, 2010); (Lofian, 2016); (Purwaningsih & Kusuma, 2016):
a. Aspek Sumber Daya Manusia (pemilik, manajer, dan karyawan)
Sumber daya manusia merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia
untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adabtif dan
transformative yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi
yang terkandung di alam untuk mencapai kesejahteraan hidup. Sumber daya
wirausaha berkaitan dengan manajemen sebagai pemicu proses produksi,
pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat di andalkan untuk mengatur
dan mengkombinasikan tenaga kerja dan tugasnya yang tepat, pengusaha
harus mempunyai kemampuan merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan dan mengendalikan.
b. Aspek keuangan
Aspek keuangan proses, institusi pasar dan instrument yang terlibat dalam
perpindahan atau transfer uang antar individu bisnis dan pemerintah.
c. Aspek teknis produksi dan operasi
Aspek teknis dan operasi juga dikenal sebagai aspek produksi yaitu rangkaian
kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat
tergantung jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha
memiliki prioritas tersendiri. Jadi analisis aspek operasi adalah untuk menilai
kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan
lokasi, luas produksi dan layout serta alat-alat yang digunakan
d. Aspek pemasaran
Aspek pemasaran adalah proses mengidentifikasi, menciptakan dan
mengkomunikasikan, serta memelihara hubungan yang memuaskan pelanggan
untuk memaksimalkan keuntungan UMKM.
2. Faktor eksternal
Lingkungan eksternal merupakan kondisi di luar perusahaan yang dapat
mempengaruhi kehidupan perusahaan (Lofian, 2016). Faktor eksternal merupakan
faktor-faktor yang berasal dari luar UMKM. Faktor tersebut bisa menghambat
perkembangan UMKM (Siagian & Hikmah, 2019). Beberapa faktor eksternal
tersebut yaitu (Munizu, 2010); (Subroto et al., 2016); (Lofian, 2016);
(Purwaningsih & Kusuma, 2016):
a. Aspek kebijakan pemerintah sektor UMKM
Aspek kebijakan pemerintah adalah serangkaian tindakan yang dipilih dan
dialokasikan secara sah oleh pemerintah atau Negara kepada seluruh anggota
masyarakat untuk memecahkan yang dihadapi guna mencapai tujuan tertentu
demi kepentingan masyarakat
b. Aspek sosial, budaya dan ekonomi
Ketiga aspek non fisik ini baik secara langsung maupun tidak langsung selalu
berkaitan dengan kehidupan masyarakat baik didalam kehidupan internal
sehari-hari maupun eksternalnya.Dalam kehidupan internal masyarakat, ketika
aspek non fisik ini berkaitan dengan perilaku masyarakat yang pada akhirnya
berpengaruh dalam kegiatan sehari-hari yang tentunya berdampak pada pola
ruang yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut
c. Aspek peranan Lembaga, seperti: Pemerintah, Perguruan Tinggi, Swasta, dan
LSM.
F. Indikator Kinerja UMKM
Terdapat beberapa indikator dari kinerja UMKM, yaitu (Yanti, 2019):
1. Pertumbuhan usaha
Yaitu kemampuan suatu usaha dalam meningkatkan penjualan, keuntungan dan
melakukan diversifikasi dalam lini produk. Pertumbuhan usaha dilihat melalui
peningkatan penjualan suatu usaha dalam satu periode ke priode berikutnya, jika
tingkat penjualan usaha tinggi/baik maka laba yang diperoleh juga meningkat
2. Total pendapatan usaha
Total pendapatan usaha berasal dari kegiatan utama perusahaan, yaitu semua
pendapatan yang di dapat dari selisih antara penerimaan dengan total biaya dalam
kurun waktu tertentu. Pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
pendapatan operasional (pendapatan dari hasil penjualan produk atau jasa yang
meruapakan kegiatan utama suatu usaha) dan pendapatan non operasional,
pendapatan non operasioanl merupakan pendapatan yang diperoleh diluar kegiatan
utama perusahaan yang bersifat isidentil (pendapatan dari hasil penjualan surat
berharga, penjualan aktiva tak berujud, bunga, sewa dan royalti).
3. Total order
Yaitu total pesanan produk yang dipesan atau akan di beli oleh konsumen. Order
merupakan proses pembelian yang dilakukan oleh pembeli kepada penjual baik
secara langsung maupun tidak (online).
4. Posisi kas usaha
Yaitu pencatatan keuangan usaha untuk mengetahui besar keuntungan yang
didapat dalam usaha tersebut dan untuk mengetahui arus kas masuk dan arus kas
keluar. Nominal arus kas bersih didapat dari mengurangi arus kas masuk dengan
arus kas keluar. Jika arus kas bersih menunjukan angka positif, berarti perusahaan
mengalami surplus atau memperoleh laba demikian pula sebaliknya.
Menurut Munizu (2010); Lofian (2016); Purwaningsih & Kusuma (2016); Joko et al.
(2022) terdapat lima indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja UMKM,
sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Penjualann
2. Pertumbuhan Modal
3. Penambahan Karyawann
4. Pertumbuhan Pasar Dan Pemasarann
5. Pertumbuhan Laba.
G. Kelebihan dan Kekurangan Kinerja UMKM
Menurut Octavian (2019) kinerja UMKM memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Kinerja UMKM berpotensi menebar diseluruh pelosok dengan berbagai ragam
bidang usaha. Hal ini karena UMKM timbul untuk memenuhi permintaan yang
terjadi didaerah regionalnya. Jadi orientasi produksi kinerja UMKM tidak terbatas
pada orientasi produknya melainkan sudah mencapai taraf konsumen.
2. Kinerja UMKM beroperasi dengan investasi modal untuk aktiva tetap pada tingkat
yang rendah. Sebagian besar modal terserap pada kebutuhan modal kerja UMKM.
3. Sebagian besar kinerja UMKM dapat dikatakan padat karya yang disebabkan
penggunaan teknologi sederhana. Presentase distribusi nilai tambah pada tenaga
kerja relatif besar. Dengan demikian distribusi pendapatan bisa lebih tercapai.
Menurut Octavian (2019) kinerja UMKM memiliki beberapa kelemahan yaitu:
1. Manajemen
Manajemen kinerja UMKM menjadi kurang baik, karena sering
mencampuradukan dengan masalah rumah tangga, organisasinya tidak tertata
dengan baik, tenaga ahlinya sedikit, dan pengeluaran bisnis rendah.
2. Dana
Dana kinerja UMKM menjadi kurang untuk membeli bahan baku atau produk,
membeli peralatan sewa tempat, untuk promosi, melatih karyawan dari arus kas
yang tidak merata merupakan kelemahan yang umumnya terdapat pada kinerja
UMKM.
3. Peraturan Pemerintah
Kebijakan yang tumpang tindih dan inkonsistensi menyebabkan ketidakpastian
berwirausaha serta bebas biaya. Birokrasi yang tidak efisien akibat kurangnya
koordinasi antar lembaga pemerintah dan korupsi dalam setiap bentuk pelayanan
public menyebakan biaya tinggi. Semua itu menghambat orang untuk membangun
dan mengembangkan usahanya.
H. Syarat-syarat Pengukuran Kinerja UMKM yang Berkualitas
Menurut Rivai (2008) mengungkapkan beberapa syarat sebuah pengukuran kinerja
UMKM dikatakan berkualitas yaitu:
1. Input (Potensi)
Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu
kebijakan, program, dan aktivitas lainnya. Input yang dimaksud sebagai syarat
pengukuran kinerja yang berkualitas tersebut diperoleh dengan menjawab
pertanyaan who (siapa), what (apa), why (mengapa), when (kapan), where
(dimana), how (bagaimana) dan process (pelaksanaan).
2. Output (Hasil)
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas dan kebijakan.
Agar pengukuran kinerja UMKM yang dilakukan berkualitas, maka syarat yang
harus dipenuhi adalah mengenai output dari pengukuran kinerja itu sendiri, yaitu
kejelasan penilaian dan keberhasilan pengukuran kinerja sebagai peningkat
kinerja.
I. Soal
1. Apa yang dimaksud dengan kinerja bisnis?
2. Menurut pendapat Anda, apakah penilaian kinerja melalui pendekatan Balance
Scorecard efektif dalam menilai ukuran kinerja? Jelaskan!
3. Terdapat faktor finansial & non-finansial dalam kinerja bisnis, jelaskan?!
4. Bagaimana cara mengukur kinerja UMKM yang berkualitas menurut pendapat
Anda?
5. Jika Anda seorang Manajer atau Owner dalam suatu UMKM, Bagaimana strategi
yang akan Anda lakukan untuk memaksimalkan kinerja bisnis suatu UMKM?
J. Studi Kasus
UMKM Irennuang merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang
kuliner. Usaha ini berlokasi di Jl. Reformasi No. 49G RT.001, RW.003 Kelurahan
Kampung Baru, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare Sulawesi Selatan. Santhi
Syarifuddin merupakan ketua dari UMKM Irennuang. Berdirinya UMKM Irennuang
berawal dari hobi pemilik dalam membuat masakan-masakan kuliner. Ide awal usaha
ini yaitu ketika pemilik Ibu Santhi membuat masakan-masakan dari internet yang
bahannya mudah di dapatkan di daerah Kota Parepare, adapun produk yang dibuat
pertama kali yaitu siomay ikan yang menjadi juru cobanya saat itu anak ibu Santi dan
suaminya.
Produk pertama UMKM Irennuang itu adalah siomay ikan namun dulu bahan
baku ikannya itu pakai ikan marlin, awal produksinya itu 1kg dan dijual di Sekolah
TK anaknya dan mendapat respon positif dari ibu-ibu di Sekolah TK dan seiring
waktu produksi UMKM Irennuangpun meningkat yang awalnya 1kg sekali produksi
sekarang 6–10kg sekali produksi. Kondisi UMKM Irennuang di tahun 2021 menurun
dikarenakan adanya wabah penyakit COVID-19 yang dimana segala sesuatu kegiatan
diluar rumah harus dibatasi. Akibat adanya wabah COVID-19 UMKM Irennuang
sudah tidak berjualan di standnya yang berada di jalan agussalim kini UMKM
Irennuang berjualan dirumah Ibu Santi yang merupakan ketua kelompok UMKM
Irennuang. Di masa pandemic COVID19 ini produk yang paling banyak dicari
ditenggah pandemi yaitu Siomay Labu Siam dan Tahu Tuna.
Sebelum adanya pademi ibu Santi berjualan di jalan bau massepedi stand
miliknya namun setelah adanya Virus COVID-19 ibu Santi berjualan dirumahnya. Di
tengah masa pandemi ini UMKM Irennuang membuat Produk baru yaitu Abon Ikan
dan Amplan. Adapun strategi penjualan yang dilakukan Ibu Santi yaitu menjual
produknya secara online di marketplace dan memberikan layanan gratis ongkos kirim
untuk daerah tertentu. Sebelum adanya COVID19 saya berjualan di Jl. Agussalim
disana saya punya stand jualanan namun selama pandemi saya berjualan di rumah
demi memutus rantai COVID-19. Berdasarkan laporan penjualan dan laba-laba yang
diperoleh UMKM Irrenuang mengalami penurunan penjualan Rp 35.865.000 pada
tahun 2019-2020 dan total laba sebesar Rp 14.031.500.
Berdasarkan fenomena kasus diatas, jawablah pertanyaan di bawah ini!!
1. Apa yang menjadi penyebab menurunnya omset penjualan pada UMKM
Irennuang?
2. Menurut Anda, bagaimana cara yang efektif untuk mempertahankan bisnis
UMKM Irennuang agar tetap sustainable?
3. Jika Anda seorang pemilik UMKM, seperti apa strategi yang Anda gunakan untuk
meningkatkan penjualan pada UMKM Irennuang setelah terjadi penurunan omset?
Daftar Pustaka
Akbar, N. A. (2020). Pengaruh Ukuran Kinerja Non Finansial Terhadap Kinerja Manajerial
Dengan Kejelasan Peran Sebagai Variabel Mediasi (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Anggriawan, M. A. (2019). Efek Mediasi Kejelasan Peran, keadilan Prosedural Dan Motivasi
pada Pengaruh Pengukuran Kinerja Nonfinansial Terhadap Kinerja Manajerial. Jurnal
Riset Akuntansi Tirtayasa, 3(2), 200-220.
Ayuni, N. M. S., SE, M., Gorda, A. O. S., & SE, M. (2020). Balanced Scorecard, Solusi
Mengukur Kinerja LPD di Kabupaten Buleleng. Nilacakra.
Erwina. (2015). Perancangan dan evaluasi Balanced Scorecard sebagai pengukuran kinerja
usaha kecil dan menengah (UKM) di Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Gao, Y. L., Mattila, A. S., & Lee, S. (2016). A meta-analysis of behavioral intentions for
environment-friendly initiatives in hospitality research. International Journal of
Hospitality Management, 54, 107-115.
Hariyati, & Nuswantara, D. A. (2018). Tingent Factors Participatory Budgeting, Internal
Processes Performance Contingent Factors Participatory Budgeting, Internal
Processes Performance and Business Performance: A Case of Manufacturing
Companies in Indonesia. International Journal of Current Innovation Research, 4(2),
1057–1065.
Hery, S. E. (2017). Balanced Scorecard for Business. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Joko, J. S., Anisma, Y., & Sofyan, A. (2022). Pengaruh Literasi Keuangan, Inklusi
Keuangan, Dan Inovasi Terhadap Kinerja UMKM. CURRENT: Jurnal Kajian
Akuntansi dan Bisnis Terkini, 3(1), 1-10.
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (2009). The balanced scorecard: translating strategy into
action. Harvard business press.
Koesomowidjojo, Suci R. M. (2017). Model Pengukuran Kinerja Organisasi Dengan Empat
Perspektif. Jakarta: Raih Asa Sukses, Hal. 13,18-19,27-29,35,45- 61,69.
Lofian. (2016). Identifikasi Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Berpengaruh terhadap
Kinerja UKM Mebel dan Rotan di Jepara. Disprotek, 5(2), 8–15.
McCormick, D., Kinyanjui, M. N., & Ongile, G. (1997). Growth and barriers to growth
among Nairobi's small and medium-sized garment producers. World Development,
25(7), 1095-1110.
Munizu, M. (2010). Pengaruh faktor-faktor eksternal dan internal terhadap kinerja usaha
mikro dan kecil (UMK) di Sulawesi Selatan. Jurnal manajemen dan kewirausahaan,
12(1), 33-41.
Mutegi, H. K., Njeru, P. W., & Ongesa, N. T. (2015). Financial Literacy and Its Impact on
Loan Repayment by Small and Medium Enterprenuers: An Analysis of the Effect of
Book Keeping Skills from Equity Group Foundation’s Financial Literacy Training
Program on Enterpreneurs’ Loan Repayment Performance. International Journal of
Economics, Commerce and Management, III (3), 1-28.
Nursam, N. (2017). Manajemen kinerja. Kelola: Journal of Islamic Education Management,
2(2).
Octavian AR, M. O. (2019). ANALISIS PENGARUH STRATEGI BERSAING DAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA USAHA MIKRO KECIL
DAN MENENGAH DIKECAMATAN SIDOMULYO KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Doctoral dissertation, UIN
Raden Intan Lampung).
Purnomo, R., & Lestari, S. (2010). Pengaruh kepribadian, self-efficacy, dan locus of control
terhadap persepsi kinerja usaha skala kecil dan menengah. Jurnal Bisnis dan Ekonomi,
17(2).
Purwaningsih, R., & Kusuma, P. D. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Dengan Metode Structural Equation
Modeling (Studi kasus UKM berbasis Industri Kreatif Kota Semarang). Prosiding
SNST Fakultas Teknik, 1(1).
Rangkuti, F. (2013). SWOT–Balanced Scorecard. Gramedia Pustaka Utama.
Rivai, V. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Robbins Stephen P., 2002. Essentials of Organizational Behavior (Terjemahan), Edisi
Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sari, N. P. (2020). Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Bisnis Pada Ukm Di
Kabupaten Sidoarjo (Studi Empiris pada UKM di Bidang Industri). Jurnal Akuntansi
Unesa, 8(3), 1-8.
Septiani, R. N., & Wuryani, E. (2020). Pengaruh literasi keuangan dan inklusi keuangan
terhadap kinerja UMKM di Sidoarjo. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 9(8),
3214.
Siagian, M., Kurniawan, P. H., & Hikmah, H. (2019). Analisis faktor eksternal dan internal
terhadap kinerja umkm di kota batam. Jesya (Jurnal Ekonomi dan Ekonomi Syariah),
2(2), 265-271.
Subroto, S., Hapsari, I. M., & Astutie, Y. P. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Kabupaten
Brebes. Prosding Semnar Nasional Penelitian Dan PKM Sosal, Ekonomi Dan
Humaniora, 337–344.
Suci, Y. R. (2017). Perkembangan UMKM (Usaha mikro kecil dan menengah) di Indonesia.
jurnal ilmiah cano ekonomos, 6(1), 51-58.
Supriatna, S., & Aminah, M. (2014). Analisis strategi pengembangan usaha kopi luwak (studi
kasus UMKM Careuh Coffee Rancabali-Ciwidey, Bandung). Jurnal Manajemen dan
Organisasi, 5(3), 227-243.
Susilo, Y. (2012). Strategi meningkatkan daya saing UMKM dalam menghadapi
implementasi CAFTA dan MEA. Buletin Ekonomi.
Van Gijsel, P. (2012). The importance of non-financial performance measures during the
economic crisis. MSC Accoutning-Track: Accountacy, Tilburg University, Tilburg,
The Netherlands.
Widjadja, Y. R., Alamsyah, D. P., Rohaeni, H., & Sukanjie, B. (2018). Peranan Kompetensi
SDM UMKM Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Desa Cilayung Kecamatan
Jatinangor, Sumedang. Jurnal Abdimas BSI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
1(3).
Yanti, W. I. P. (2019). Pengaruh inklusi keuangan dan literasi keuangan terhadap kinerja
UMKM di kecamatan moyo utara. Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 2(1).
Zhang, Y. 2001. Learning Function and Small Business Growth, Management Accounting
Journal, MCB University Press, Vol 15 No. 26, pp. 228-231.
Zuliyanti, Budiman, N. A., & Delima, Z. M. (2017). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Kinerja UMKM (Studi Kasus pada UMKM di Kabupaten Kudus). Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, 6(2), 181–200.

Anda mungkin juga menyukai