Mencari Islam - Ihsan Ali Fauzi DKK
Mencari Islam - Ihsan Ali Fauzi DKK
&
reneasir
KHAzANAH Mi:
ILMU ILMU ISLAM
K MENCARI ISLAM
OTOBI OGRAFI -
Anggota IKAPI -
--
UCAPAN TERIMAKASIH
ISI BUKU
| MENCARI DIRI SENDIRI, MENCARI ISLAM
i - -
Ihsan Al-Fauzi dan Haldar Bagir
: - -
-
-
s | -
KESAKSANSEORANGANAKPETANAnharudin
MUSLM -
- m. 191
DARISLAMSEJARAH MEMBURUSLAMIDEAL
MI'RAJ TANGISAN SEORANG KURBAN :
Yudi Lati 221
MENUJU SUKTUTEOLOGYANG MEMBEBASKAN
Budhy Munawar-Rachman :
------
MENGOBAMENGHIKMATILUKA
Miranda Risang Ayu
INDEKS
-----------ux-&-
--“
-“
s** "*:,
-
- -
- -
-
-
- - -
- -
-
-
-
-
-
-
- -
- -
NV8Hi rIV zfiv4 tum mpnd 4z upnup/ z961 ip
munww/ ym"p" nin) unt umsnun/ /"p1/V uop n/v:114 : VI AII
/jumKS m(mpl/i 'umin, m/ muv4 (6861) 1mu!uad ipn1sipn1:
umumslaw lui vämt ymkumq jinu*u. 12:1:140 Aup7ua, -22,
upuois, Ip inhwqlad vip.’u "tamu 1vuoj:vu pos tu; pip
wtwn: null ump 'upp&opnq2x InunL()
un ti",
MENCARI DIRI SENDIRI, MENCARI ISLAM
Ihsan Ali-Fauzi dan Haidar Bagir
luh tahun, sedangkan ia belum melak ukan hal-hal yang berarti, maka
-
kannya. Dan ketika kita sadar, suatu kesenjangan yang amat lebar telah
menghadang di antara kita dan mereka. Sehingga, suatu kesinambungan
yang mesti diupayakan demi mewujudkan perkembangan yang progre
sif, akan gagal diwujudkan. Sebagai akibatnya, muncul risiko keter
putusan masa depan dengan masa lampau yang menghasilkan kemun
duran (set back), atau suatu loncatan yang menimbulkan ketidak
seimbangan. -
Kaum muda Muslim yang bergiat pada dekade 80-an, seperti juga
setiap generasi kaum muda terdahulu, mempunyai preseden (latar
belakang) historis tersendiri. Preseden tersebut, secara sosial membentuk
kesadaran akan posisi mereka dan secara intelektual mewarnai gagasan
gagasan yang mereka kembangkan, serta secara budaya mempengaruhi
bentukan refleksi mereka akan strategi kebudayaan yang harus mereka
emban pada masa mendatang. Kesemuanya itu, sehubungan dengan
perubahan-perubahan penting yang dengan deras terjadi, baik di tanah
air maupun di dunia internasional pada umumnya (dengan implikasi
sosial, ekonomi, politik dan budaya yang tidak kecil), serta perubahan
politik kemahasiswaan pemerintah Indonesia di kampus-kampus pada
khususnya, tentu saja berbeda dengan preseden historis yang meling
kupi generasi kakak-kakak mereka.
Pada hemat kami, ada indikasi kuat bahwa, dimulai sejak akhir
dekade 60-an, kaum Muslim di Indonesia makin intens memperlihatkan
pergumulan mereka dengan realitas baik keislaman maupun keindone
siaan, dalam lapangan teoretis-intelektual maupun praktis. Hal ini tentu
saja berkaitan dengan makin tersedianya jalur-jalur untuk pernyataan
diri-secara-sosial itu, setidak-tidaknya dan terutama karena sejak masa
itu kesempatan untuk memasuki dunia perguruan tinggi sudah mulai
terbuka lebar untuk kaum Muslim. Inilah investasi mahapenting, Yang
14 Mencari Islam
belum pernah terjadi pada "* sebEBelanda mempunyai andil
diketahui, penjajaha: ak negeri khususnya kaum
besarSeperti umum
di dalam kemunduran pendidikan anak neg ia dengan berkuasa
Muslim. Sejarah kolonialism: Belanda, yané berm Perusah I a.
- - Indische Compag’:° atau Perusanaan India
nya VOC (Vercenigde Oost Ind salah pendidik.
-
Baru pada dekade 60-an kaum Muslim ”santri” - ini pun masih
E terbatas jumlahnya - mempunyai kesempatan m: pen
ikan tinggi.
”agama” Beberapa
(dengan perguruan
maksud agama tinggi
Islam yang
tentu berlabel
saja) b ”Islam.”
slam: atau
atau sekurang-kurangnya berjalan secara lanca : didirikan 3.IUl
'E : E"E
b: :
kenyataannya ialah bahwa hal itu ada
ya Juga, seba
Pengantar k.ditor, Mencari diri sendiri 1,
para ahli dan pengamat melihat adanya perbedaan antara Muslim
“sejati” dan Muslim ”nominal” (atau, seperti yang diperkenalkan oleh
antropolog Clifford Geertz, sebagai Muslim ”santri” dan Muslim
"abangan"), sehubungan dengan kenyataan bahwa pada masa-masa
sebelumnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan hanya terbuka
bagi orang-orang Kristen dan kaum priyayi dengan ciri-ciri keislaman
yang "khas”. Dengan demikian, mengatakan bahwa sebagian besar
lulusan perguruan-perguruan tinggi itu adalah Muslim berarti mengata
kan bahwa mereka adalah Muslim ”sejati”, apa pun kiranya makna
istilah ”sejati” tersebut. Muslim "santri” atau Muslim ”sejati” inilah
yang kami maksudkan dengan Muslim dalam tulisan ini.
Nah, anak-anak muda Muslim generasi 60-an, berbeda dengan
generasi-generasi sebelumnya, dengan relatif mudah dapat memasuki
gedung-gedung sekolah, walaupun - seperti telah dikemukakan -
untuk tingkat perguruan tinggi jumlahnya terhitung masih sedikit.
Dengan bangkitnya Orde Baru yang di dalamnya mereka juga punya
andil, mereka - lagi-lagi jika dibandingkan dengan generasi-generasi
sebelumnya - relatif makmur secara ekonomis dan terbebas dari hiruk
pikuk kesibukan politis dalam rangka pembentukan dan pemapanan
bentuk nasionalisme Indonesia. Tetapi, pada saat yang bersamaan,
mereka juga adalah anak-anak muda yang menyaksikan di depan mata
-
runtuhnya Islam sebagai sebuah kekuatan politik di negeri ini (tidak
diperbolehkannya rehabilitasi Masyumi, gagalnya Parmusi, dan seterus
nya). Ini sangat tragis, sebab mereka jugalah yang menyaksikan sendiri
- ketika mereka masih remaja - kuatnya posisi tawar-menawar kekuat
an-kekuatan politik itu pada dekade sebelumnya.
Ada berbagai respon yang diambil terhadap kenyataan ini. Dua
kecenderungan tampak mencolok: pertama, menjauhkan politik
praktis, dan bergerak dalam bidang budaya serta pengembangan intelek
-
|
------------:
kebangkitan agama ini diperkuat
Omena
leks. Dalam konteks E mereka, akibat gil boog Ying me
khususnya di kawasan Timur Tengah, Oil
leh kebangk itan kekuata"
:-
lan remaja
kumpula: k
masjid, pengajia"P°":
-kampus, dan mulai diterbitkannya secara jauh lebih - --- : -
:
:
E dekade ini pula lahirlah doktor doktor -
-
dll.
: -
walaupun
keislaman demikian, sejalan
di kampus-kampus dandengan semaraknya
semakinsecara
di lingkungan atmosi
umum ". anak
anak muda Muslim dekade 70-an juga merasakan semakin mamp°"Y" :
jalur-jalur untuk menyuarakan aspirasi sosial-politik mereka sehubung :
an dengan rekayasa politik pemerintah yang begitu hebat. Semen" :
itu, dari sudut ekonomi, mereka juga mulai menyaksikan kelemahan
sistem ekonomi pintu terbuka yang sejak 1968 diterapkan oleh pem:
rintah Orde Baru. Mereka misalnya, karena pengalaman pengala"
konkret yang mereka temukan sehari-hari, semakin yakin bahwa pe:
besaran kue pembangunan belum atau bahkan tidak berarti penyemp"
anjurang kaya-miskin.
Pati sudut ini, kebangkitan Orde Baru, yang oleh generasi muda
E 60-an disisambut
Musli
di but dengan penuh optimisme, perlahan lalian :
-
-
lai
ue": -
:
St:
E Orde Baru, dengan pembang" -
1l Inil:
Mw
>kxk k
|
Kecenderungan-kecenderungan seperti terurai di atas terus ber
lanjut pada dekade 80-an. Pada dekade 80-an ini, kegiatan-kegiatan di
sekitar dakwah dan diskursus pemikiran keislaman di kampus-kampus,
oleh remaja-remaja masjid, atau bahkan di perkantoran-perkantoran
swasta dan birokrasi, jauh lebih semarak ketimbang dekade sebelumnya.
Oleh mahasiswa-mahasiswa Muslim, bentuk kegiatan seperti ini bahkan
sudah merupakan sesuatu yang mapan. Di samping sejalan dengan arah
perkembangan yang sebelumnya, yakni yang lebih berorientasi kepada
pengembangan intelektualisme, bentuk-bentuk kegiatan ini - antara
lain - juga dapat dijadikan alternatif dari keadaan semakin sulitnya
i
:was:-
-
-
-
-
p olitik p
pemerintah
lagi khusus dan perlu die* dari E :
lainnya. - - - ----> - 11 -
:
tempat anak-anak m
- ratif lai
h, dibandingkan dengan generasi-
-
:E-
iebih luas ketimbang sebelumnya. Wawasan Y*8 lebih luas ini mau tak --
- -
baru, baik yang berasal dari kalangan Muslim maupun kalangan yang -
: :"
Kenyataan menjadi buku yang terlaris dibelihuioleh masyarakat
Ini terus berlangsung sampai pada y :
:
at -
gkinan bagi
": "embantu
Pemecahan ereka
anak-anak muda
dan di dalam pencarian
“8a masalah yang mereka
*an dengan itu para maha.
Pengantar Editor, Mencari Diri Sendiri 19
siswa di kampus, kelompok yang biasanya diidentifikasi banyak orang
sebagai cendekiawan atau intelektual dan - karena itu - idealis-idealis
muda, adalah kelompok anak muda yang paling merasakan suasana ini.
Demikian juga dengan anak-anak muda Muslim.
Tetapi, bersamaan dengan itu, mereka juga makin merasakan
dampak-dampak negatif pembangunan, baik dalam bentuk menggejala
nya konsumerisme secara luas, bertambah-kuatnya demoralisasi, atau
munculnya konglomerasi, maupun dalam bentuk semakin dikurban
kannya kepentingan rakyat kecil, yang sebagian terbesar adalah bagian
dari umat mereka, dan seterusnya. Sejalan dengan perkembangan ini,
mereka turut pula menyaksikan berbagai perubahan fundamental dalam
skala global. Perubahan-perubahan itu dimulai oleh bangkitnya kekuat
an keagamaan dalam bentuk revolusi Islam di Iran, dipimpin oleh para
agamawan negeri itu, pada 1978. Walaupun revolusi yang spektakuler
itu terjadi pada akhir dekade 70-an, namun gema dan greget internasio
nalnya, yang antara lain dapat dilihat pada berbagai kebijakan politik
globalnya, baru sangat terasakan pada dekade 80-an itu. Pada dekade ini
pulalah terjadi berbagai pemberontakan terhadap penguasa-penguasa
korup di dunia ketiga, dan semakin runtuhnya ideologi komunis-sosialis
di berbagai tempat yang dimulai dan sekaligus dipengaruhi oleh peres
troika-nya Mikhail Gorbachev, pemimpin Uni Sovyet, negara leluhur
ideologi kiri ini.
Akumulasi seluruh peristiwa ini, baik yang terjadi pada tingkat
nasional maupun global, memberi kesan tersendiri dalam benak anak
anak muda Muslim dekade 80-an. Revolusi Islam di Iran telah menjadi
salah satu bukti kuat untuk kebenaran pernyataan banyak futurolog
mengenai kebangkitan agama di abad modern yang sekularistik. Dan
dalam rangka kesadaran keislaman umum, lepas dari setuju atau tidak
nya seseorang pada bentuk pemerintahan yang diambil penguasa Iran
pasca-revolusi, peristiwa itu telah menumbuhkan militansi keislaman
yang kuat.
Militansi inilah yang telah memperkuat keterlibatan mereka,
sebagai anak-anak muda Muslim, dalam dialog-dialog mengenai keislam
an dan keindonesiaan. Pada dataran militansi ini, mereka mungkin tak
dapat dipandang lebih hebat ketimbang generasi sebelumnya. Tetapi
terdapat kesan sangat kuat bahwa pola kegiatan dan pemikiran yang
mereka coba kembangkan sesuai kemampuan mereka telah berubah
dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Selain bertambah
kentalnya kecenderungan-kecenderungan di kalangan kaum muda
dekade sebelumnya itu, ada gairah dan keseriusan lebih besar untuk
menggali khazanah moral atau kajian-kajian keilmuan tradisional Islam.
Kesemuanya itu, dengan berbagai cara, digabungkan dengan apresiasi
mereka terhadap ilmu-ilmu modern ”non-Islam”, dan diupayakan
s.
:
-
-
-
-
:
20 Mencari Islam -rumusan yang , di satu segi, mampu men. :
- musan amannya; sementara, di segi ,
:-
A Sementara itu, dari sudut latar belakang pendidikan, kecuali Nurul
E (yang ayahnya adalah seorang doktor lulusan IPB dan kini
E at t: Rektor I IAIN Jakarta), Budhy Munawar-Rachman
:
:-
:": *orang lulusan IAIN, dan kini adalah salah seorang :
:
E A: P“partemen Agama Republik Indonesia),: dan
gsang Ayu Suhastian (seorang seniman-tari -:
Miranda
i Univer
sitas Padjadjaran yang b: - ari muda, mahasiswi Uni
mereka adalah . g belakangan masuk Islam),
aru dua tahun
*h anak-anak
keluarga mereka vano , muda generasi pertama dalam rumpu" -
the City oleh Alfred Kazin), atau seorang pengikut Katolik yang keras
(Memoirs of a Catholic Girlhood oleh Mary McCarthy).
. Pola Penulisan dalam otobiografi memang dapat bersifat moralis.
tik, humoristik, nostalgik, atau bahkan Penuh tingkah. Sementara itu,
gaya penuturannya dapat bersifat diskursif, deskriptif, atau naratif.
Tetapi satu hal sudah pasti: karya tulis yang berbentuk otobiografi itu
pada kenyataannya telah memungkinkan Para penulisnya untuk meng
adakan refleksi serius atas kehidupan dan pemiki r diri ntah
keseluruh pe irannya sendiri, el
secara keseluruhan maupun secara sebagian-sebagian.
bentuk esei yang tidak begitu Panjang ata glan.
Baik dalam -
* k k
. • / didikan,
1 : - I : ...... : 1- :
4: 4 #
kami mematok suatu kriteria bagi anak-anak muda yang dipilih untuk
diundang berpartisipasi dalam penerbitan buku ini: mereka haruslah
memiliki wawasan yang cukup tentang Islam. Sehingga, kalaupun
kemudian mereka mengkritik pandangan-pandangan keislaman yang
telah relatif mapan di tengah masyarakat Muslim, maka itu tidak
semata-mata lahir dari kejahilan mereka tentangnya.
Selebihnya, tidak ada niatan di pihak kami untuk menokohkan
mereka. Jika memang hal demikian sedikit-banyak terjadi, maka itu
benar-benar merupakan unintended consequence.
Lagi pula, masih banyak anak muda Muslim yang sebenarnya me
menuhi kriteria untuk diundang dalam kerja ini. Adanya kendala
kendala yang kami hadapi sajalah yang membuat hanya sepuluh dari
mereka yang akhirnya benar-benar menuliskan otobiografinya. Kendala
pertama, tentu saja, adalah keterbatasan informasi kami mengenai
situasi intelektual yang berkembang di kalangan kaum muda di ber
bagai belahan negeri ini, termasuk mereka yang menonjol di dalamnya.
Meskipun kami telah berupaya melibatkan lingkaran yang lebih luas
untuk dapat mendeteksi sebanyak mungkin pribadi-pribadi menonjol di
kalangan kaum muda Muslim di negeri ini, hasilnya toh masih amat ter
batas. Itulah sebabnya maka, misalnya, tak satu pun penulis adalah
anak muda yang berdomisili di luar Pulau Jawa - bahkan tak satu pun
berdomisili di Jawa Timur. Dari anak-anak muda Muslim yang kami
undang itu pun tak semuanya benar-benar menuliskan otobiografinya
di sini. Sebagian memang, karena alasan yang jelas maupun tidak, tak
bersedia memenuhi undangan kami. Beberapa yang lain gagal menyele
saikan penulisan yang sebenarnya sudah mereka mulai, sementara ada
pula yang terpaksa terhadang dead line.
Sehingga, rasanya perlu sekali lagi kami kemukakan: dibandingkan
dengan jumlah dan variasi kaum muda Muslim di Indonesia, kumpulan
esei otobiografis sepuluh anak muda Muslim ini amatlah sedikit, dan
:ma sekali tak dapat dipandang sebagai mewakili keseluruhan itu.
Meskipun demikian: juga tak dapat dikatakan sebagai E
kesepuluh anak muda ini saja. Sedikit atau banyak, mereka mewakili
:&men tertentu di kalangannya. Seberapa besar kemuwakilannya Itu,
dialog-dialog yang diharapkan dikembangkan setelah ini akan mampu
"°ngungkapkannya.
gai kunci untuk membuka
dul:uku
: k yang ini toh lebih dimaksudk: : dan makin intens - '".
diharapkan terus berkembang
akat selebihnya, maupuna":
: aum muda dan anggota masyar
beni *anggota kaum muda sendiri. Hanya
dengan cara inilah, ter
I
dapat &nya jurang kesenjangan yang telanjur te lalu lebar dan curam
an-pandangan kaum
dihindarkan. Pada gilirannya, jika pandang
baru yang lebih apresi atif - seperti
-
Eg merupakan perkembangan
nya, kesadaran E mereka terdahulu. Pada giliran
semakin meluas bersama : : Pengalaman-pengalaman yang
Ematangkan pandangan-pan
dangan seseoran8. Semestinya akan melahi
-
terbakar secara religius. Saya merasa bahwa selama duapuluh satu tahun
menjalani kehidupan, saya belum menjadi warga Islam yang baik. Saya
memang menjalankan perintah-perintah formal agama, selalu berusaha
berbuat baik kepada setiap orang, dan tidak pernah melakukan apa
yang disebut ”dosa besar”.
Tapi kemudian terasa semua itu berlangsung secara mekanis saja,
dan didominasi rasa takut kepada Tuhan dengan, di sisi lain, dibarengi
pamrih yang kelewat kuat untuk memperoleh ganjaran-Nya. Dan yang
lebih penting dari semua itu adalah bahwa di sisi lain jiwa dan pikiran
saya sebenarnya jiwa dan pikiran Barat, bukan Muslim.
>k >k:k
Ibu saya juga dialiri darah Arab dari bapaknya, sedang ibunya
Banten tulen - dikenal sebagai ”orang pandai” yang dapat mengobati
orang sakit dan membuat tenteram bayi yang rewel. Suami kedua
nenek, yakni ayah tiri ibu saya, konon sakti dan memelihara macan
siluman (jejadian). Pada Pemilu 1971 saya ingat ibu turut sibuk meng
kampanyekan PSII (Pergerakan Sarikat lslam Indonesia) di dalam
rumah, dan beberapa kali membawa saya ke lingkungan kawan-kawan
nya yang rutin melantunkan barzanji.
Kakak sulung, yang berpaut usia enambelas tahun dengan saya,
sempat mencicipi bangku kuliah di Jakarta, tapi pada 1966 kembali ke
Lampung untuk menjadi tangan kanan ayah. Dialah yang kemudian
34 Mencari Islam
Jadi iklim di rumah saya diwarnai oleh tiga unsur utama: etika
Islam (plus Arab), "semangat Barat”, dan kurang lebih gaya pergaulan
serta mistisisme a la Banten. Unsur Banten bukan lantaran nenek kam'
berdarah Banten, tapi terutama lantaran kami tinggal di sebuah
kampung - Kampung Pekulitan, Kecamatan Telukbetung Selatan :
yang mayoritas penduduknya berdarah Banten.
Kami tinggal di jalan utama kampung itu, yang agaknya pas:
lambangkan situasi transisi dari "desa agraris” ke ”kota industri". Du*
ratus meter di timur laut rumah saya ada beberapa hektar sawah, dan
seratus meter di barat dayanya berdiri hotel cukup mewah yang :
nyisipkan kata ”internasional” dalam namanya. Sore hari saya b:
sepak bola bersama kawan-kawan (paling nikmat kalau turun :
sambil berbecek-becekan) di petak-petak yang tak lagi ditana" E
Malam hari saya, biasanya dengan kawan-kawan yang lebih :
nongkrong di sekitar hotel, terkadang menggunjingkan Pa: : ilan
dan ”orang Jakarta” yang membawa atau memesan wanita pangg
ke sana. - - ent
ard
Rumah kami sederet dengan rumah para warga Cina. : ,-
bawa
Belajar
sebotolngaji
minyak E : hanya harus mem.
itu gratis.
: Semi
sekali kami Juga dimintai sumbangan untuk E E.
- -
Se
>k kxk
Pada akhir 1978, setelah dua tahun saya di SMA, kakak meng
umumkan bahwa bisnis orangtua bangkrut. Anak-anak yang sedang
bersekolah memang masih dapat melanjutkan sekolahnya, tapi rumah
harus dijual. Dibayangi kemungkinan tidak naik kelas lantaran prestasi
akademis yang buruk, dan dibujuk oleh seorang kawan yang sekolah di
Yogya tapi sering benar pulang ke Lampung, serta dibayangi kondisi
tak enak yang bakal saya alami lantaran kebangkrutan orangtua, saya
memutuskan pindah ke Yogya. Kakak saya mengizinkan, asalkan saya
sanggup menerima kiriman uang yang jumlahnya sangat kecil. Nyali
saya ciut juga membayangkan hidup di rantau dengan biaya sekecil
itu. Tapi kawan saya, anak seorang pejabat tinggi daerah, berjanji akan
turut menopang kebutuhan saya. Jadilah saya berangkat ke Yogya
dengan bawaan dan uang seadanya. Dalam usia menjelang tujuhbelas
yang saya tahu hanyalah bahwa Yogya adalah kota yang penuh pelajar
dan mahasiswa.
Dengan begitu, saya meninggalkan “kampung halaman tempat saya
jadi gelanggang ”tarik-tambang kultural” antara kutub kebudayaan
modern (tapi dalam bentuknya yang paling kulit; yang mencekoki
bahwa segala yang Barat adalah hebat, dengan identifikasi figur ideal
berupa para penyanyi, pemain band dan bintang film Barat); napas
*isisme Islam a la Banten (sebuah lingkungan yang mengidentikkan
*ma dengan kesaktian, dan anak-anak mudanya mengamalkan se
Jumlah perintah formal agama tapi untuk tujuan-tujuan yang justru ber
: dengan tujuan agama); dan sebuah Islam berkadar minimal
E bentuk yang formal-legalistik, yang sedikit banyak bertumpang:
: dengan semacam etika Arab, barangkali pula telah termodifikasi
“Jadi "etika Arab peranakan” yang khas.
wn" Yogya, saya menetap di sebuah kamar yang sangat sederhana,
pun, : dengan beberapa kawan kakak saya yang berasal dari Lam
tidak E" saya yang sesumbar mau turut membantu saya ternyata
*nyak ber: tak lama kemudian dia malah kembali ke Lampung). Saya
- “"tang budi kepada seorang yang kami panggil Bos, seorang
38 Mencari Islam
Dan Yusuf
kondang itu,Islam
sejak(Cat Stevens),
detik masuk Morning
penyanyi
pertama Has Broke"
Islam mengganti Ja° Y:
dan
yak masalah-mas°
3. biasa
ia. atau
sa] ,
'E.
- 3in Sa ya
kelewa
t tente -
kini -
saya anggap P: b
cara pribadi saya bersih, Sangat
- ya t
:
kontribusi pada problem-problem sosial:
3. lu turut berusaha mengatasinya. Ak:
ini adalah E :
étenteraman
aW3 menyimpulka:
say ial,saY*
. Bukan kemudian tetapi justru
gelisah lagiseca:us. Tidak:
- suatu kegelisahan y:
isah. Maka : keharusan bagi se°8 Muslim yang "be:
nikmat dan saY* : ketika umat Islam babak-belur di segala sekto:
Terutama d: kurang nyama" bagi sebagian besar Penghuninya
dan dunia tera:
-
harus gelisah walaupun tak jarang kegelisahan
- y - -
E
tiasa gelisah untuk terus menyempurnakan dunia menuju
itu terama
Esekalipun k:Eul
TE akan menilai upaya kita. bukan
e .
hasil yang kita capai. tercapi
xk krk
anC h” : :
y: rupanya sulitganjilnya,
sekali terbentu
- k).
rupanya
-
: Epai
*P Judul kompromi:
yang provokatif itu harus diganti, majalah boleh
dan ”Metode
| Hamid Basyaib, sesudah Saya M
-
asuk Is l -
en
erbi - -
: :° : ----rer: or: “;
mazhab :
44 Menca"
Islam
imana Eia
dapi opini
- Para pemikir
sendiri,
Musli
dari
:
andangan para P°: tif, kontroversi akut dan k:
terkesan serampangan dan
me -
E:
Pelajarinya jungki balik :engan Islam, ke:
* selama berpuluh tahun, tak juga
*n penguasaan yang andal tentang totalitas Islam. Palingmemper
jauh yang
mereka himpu tode
meni: E hanyalah aturan-aturan fiqh, atau ":
-
Il
°teris dari totalitas :uan lewat tasawuf - aspek-aspek legal da
hingga : Sudah sedemikian
-
kita
-
:
C
dunia dengan kecepatan yang bahkan lebih pesat dari perkiraan para
perancang perubahannya sendiri, kian memaksa orang untuk rasional
dan berpikir kritis. Inilah salah satu ”berkah” ilmu dan teknologi di
zaman modern: memaksa orang untuk rasional, termasuk menginsafkan
akan keterbatasan serta meninjau manfaat dan mudarat iptek itu
sendiri.
- Benar b ahwa dalam Islam ada aspek-aspek yang tidak dapat di
terangkan dengan rasio. Inilah yang disebut al-ghayb yang menurut
Al-Quran hanya diketahui oleh Allah. Mengacu kepada Muhammad
Asad, penyuusn The Message of the Qur'an, istilah itu menunjuk
kepada hal-hal berada di luar jangkauan persepsi manusia (beyond
the range of yang
human perception), alias nonrasional. Diukur dari
kompleks ajaran Islam; bagian ini menempati porsi yang kecil saja -
fakta inilah yang sering dilupakan oleh orang-orang yang jika dikatakan
Islam itu rasional, segera menyambar dengan: ”Tapi tidak semua ajaran
Islam itu dapat dipikir oleh otak.” -
terdiam dan tak berani lagi bertanya, apalagi kalau sang bapak :
: dengan mengesankan seolah sebagai wakil agama dan wakil
: atau rasul-Nya. Namun, mulutnya boleh diam, tapi tidak pikiran
: : mungkin dia akan menembakkan pertanyaan:
ada :
insaf E:
ebihcara lain, dengan
berbahaya daripada seorangyang
kegarangan rajin berpikir,:
ya:mencemaska: k Ul
mistis. Me" : 9:
a melaku
E besarnya, adalah :
ikiran" (qathr): Kesombongan dan keputu han
adalah akibat kepicikannya. Sif sasaan
dan : ua sikap Enan, rendah-diri dan kece: “gois,
ah akibat kesempitan pikirannya : ut
nya. Padahal, ka: penelitian itu, kalau saja manusia mau memaksi:
tensi pikirannya, banyak pencapaian yang dapat di:
kan potensi P makan limapuluh Persen kemampuannya antara i
Orang yang men
menggu: kira-kira duabelas bahasa. Jenius besar Albert
akan mampu
Einstein mengu*
diperkirakan mengaktualkan tigapuluh lima persen dari Potensi
- -
otaknya. - - - - -
:
sejarah. Sebagian dari agam agama lain yang pernah ha" iar
sehingga yang tinggal : a-agama tersebut lenyap total digilas se :
sampai kini masih E sejumlah kecil jejaknya. s: -
p tja)
dij
kritisi “"a umumnya mengalami tragedi itu lantaran
-
tak m ampu “:3
Fitisisme rasio. Sebagian d - 3.Ti 3
ari agama-agama tersebut pernah : 8
Hamid Basyaib, Sesudah Saya Masuk Islam lagi 47
i masanya, dan ketika itu tak seorang pun penganutnya me
: agama kebanggaan mereka EE : :
Suatu
kejayaan Islam pun saya kira tidak ada Muslim yang berpikir bahwa
kemudian. agamanya mengalami puncak-puncak kekalahan seperti
dewasa ini): Siapa berani menjamin bahwa Islam tidak mungkin menga
lami tragedi serupa? Bahkan sejak agama ini dalam fase formatifnya
Allah sudah memaklumkan ultimatum-Nya: Jika kaum Musim
memperlihatkan performance yang buruk, Dia akan menggantinya
dengan umat lain yang lebih baik, "yang tak seperti kalian.”
Islam hanya akan tinggal bersemayam di dalam dada para pribadi
penganutnya dalam pola yang formal dan legalistik. Dengan begitu,
jangankan mampu mengarahkan perubahan sosial seperti yang di
kehendaki-Nya, sekadar mengimbanginya pun ia akan kelabakan.
Islam yang terlalu sibuk dengan urusan menimbun kesalehan pri
badi, apalagi dengan pembakuan dan sistem seperti sufisme, tidak akan
melahirkan apa-apa kecuali impotensi sosial. Saya kira, bentuk Islam
semacam inilah yang memberi sumbangan besar bagi kelumpuhan Islam
di hampir segala sektor kehidupan selama seribu tahun belakangan ini.
Jika kita yakin bahwa Islam adalah rahmatan li al-‘alamin, sebuah
sistem hidup komplet dan serba mencakup yang mampu menyejahtera
kan seluruh umat manusia di punggung bumi ini, maka agama ini harus
diamalkan secara sosial, dan sama sekali bukan ”urusan hati” atau
"masalah pribadi”. Islam yang dipersepsi dan dipeluk sebagai ”masalah
pribadi” - yang pada muaranya melakukan pemilahan praktis, bukan
hanya teoritis, antara yang duniawi dan yang ukhrawi - terang akan
menyuburkan mentalitas sekular. -
an yang serius, jujur dan bertanggung jawab. Sebab hanya dengan demi
kian kita mungkin merespons, setidaknya tak terlampau jauh tercecer
menghadapi, sejumlah besar masalah baru khas zaman modern, berikut
roliferasi pesat cabang dan rantingnya. Dengan tatapan selintas saja
kita dapat tahu bahwa sebagian besar dari masalah-masalah tersebut
tidak ada presedennya dan dengan demikian mustahil terliput dalam
hasil pemikiran para ulama abad-abad silam.
>k k k
Banyak hal yang pada masa lalu dianggap ”gaib”, dan manusia
merasa tak mampu memahaminya, kemudian dapat diterangkan, malah
terbukti sangat sederhana dan sama sekali tidak mengandung unsur
”supernatural”. Dengan demikian, hal-hal yang dewasa ini dipandang
pelik dan tak dapat diterangkan - khususnya karena anggapan terdapat
kegaiban di dalamnya - pun kelak akan mampu disingkapkan ole
manusia. -
E :
F
an Sürateg|I
an
:.
Strategi :
: -
-
santri Jawa
-Ai:Munha
ALI MUNHANIF lahir pada 12 Desember 1965 di Blora
adalah lulusan Jurusan Akidah dan Filsafat IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta (1984-1989). Sebelumnya me
mamatkan Sekolah Dasar Negeri di Kunduran, Blora
(1972-1977) dan nyantri di Pondok Pesantren Pabelan,
Muntilan (1977-1984), serta mengikuti Program Latihan
Asian Development Institute (ADI)-HP2M di Jakarta
(1986). Di bidang organisasional, pernah menjadi Ketua
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat
(1987-1988), Ketua Umum Forum Studi Islam (FSI)
IAIN Jakarta (1987-1989), dan pendiri Forum Maha
siswa Ciputat (FORMACI). Saat ini bekerja sebagai
wartawan di Majalah Editor dan menetap di Jakarta.
TRADIsi IslAM DAN stRAteGi bUDAYA:
CATATAN PERJALANAN seorANG sANTRI JAwA*)
Ali Munhanif
*) Aku harus mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman di HMI cabang Ciputat,
Himpunan untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (HP2M), dan Forum Mahasiswa
Ciputat (Formaci), yang telah turut membentuk formasi intelektualku. Esei ini adalah
refleksi sangat subjektif atas pergulatan-pergulatanku dengan teman-teman di atas. Dus,
walaupun aku melibatkan nama-nama mereka dalam esei ini, keseluruhan isinya adalah
tanggung jawab pribadiku, bahkan bukan pula tanggung jawab Formaci - tempatku selama
ini belajar dan penyelenggara penerbitan buku ini.
57
58 Mencari Islam -
warga NU. Bahkan ibu, pada 1965, sempat menjadi Ketua Umum Mus.
Ranting Kunduran.
m: E
- - -
*) Lamporan: Sebuah ritus yang selalu diadakan secara massal dan diikuti oleh seluruh waré*
: dengan membawa obor mengelilingi desa Kunduran. Dimulai dari satu tempat yang
:di keramat di desa itu, berupa pohon beringin yang dikelilingi pagar indah, dan be”
Ir ujung desa. Acara ini diadakan pada setiap minggu pertama bulan syura. Kon".
E" sebagai upacara untuk menolak segala gangguan yang akan menimP* desa sepanja"8
berfungsi - - -
Ali Munhanif, Tradisi Islam 59
Tegah bumi semacam kenduri bersama yang diikuti segenap petani dan para aparat desa.
Setelah kenduri usai, nasi yang tidak habis di-tawur-tawur-kan oleh peserta. Konon, acara ini
dilakukan untuk menyambut Dewi Sri, dewi kemakmuran bumi, yang dipercayai kehadiran
nya pada setiap menjelang masa Pane: padi di desa itu. Anehnya, acara ini diiringi dengan
doa-doa Islam yang dibawakan oleh Modin desa.
Jumeneng. Biasanya dilakukan pada malam hari. Oleh orang-orang tua, ritus ini dilakukan
menekur di depan sebuah lentera tanpa tidur dan tanpa menutup
dengan cara berdiam diri,
pintu rumah selama satu malam penuh. - -
Tayub: Sebuah tarian rakyat, yang dalam kebiasaan di daerah Blora, mempunyai arti magi.
Karenanya, setiap ada pesta yang akan menghadirkan tayub, harus disertai sesaji-sesaji yang
diperlukan.
60 Mencari Islam -
pai pada buyut - tidak jauh berbeda dari latar belakang keluarga :
: umumnya di Indonesia. Keluarga belumlah mempunyai t:
keilmuan yang dapat dibanggakan. Kecuali Simbah-ku, H. Masduki
yang pernah menjabat sebagai kepala desa pada 1959 sampai 1970.
kebanggaan keluargaku hanyalah kelimpahan ekonomi dan ketinggian
derajat sebagaimana layaknya Priyayi Jawa. Kesadaran menjadi Se
orang yang terpelajar, dalam konsep tradisi keluarga yang Sangat men
junjung kebudayaan Jawa itu, adalah kesadaran bagaimana menjadi:
orang yang berderajat, bukan demi yang lain. Sebab, dalam konsep
kebudayaan Jawa pula, hanya orang yang berpengetahuan itulah
yang sesungguhnya kuat derajat dan kuat pangkat, meskipun derajat
dan pangkat adalah anugerah yang hanya dapat dipahami secara mistis.
Keluargaku, terutama Simbah, begitu meyakini konsep mengenai
pengetahuan dan derajat seseorang ini. Itulah sebabnya, bila diukur
dengan tangguhnya tradisi keilmuan sebuah keluarga, keluargaku belum
mempunyai generasi yang berhasil menamatkan studinya hingga sarjana,
sampai keberhasilanku menyelesaikan kuliah di IAIN Jakarta pada Juli
1989. Jadi, aku, meskipun merupakan anak ketiga dari sembilan sau
dara, adalah orang dan generasi pertama dalam keluarga yang sedang
menapaki jejak tradisi keilmuan keluargaku. Sebab, sudah menjadi ke
laziman dalam keluarga, setamat sekolah menengah atau menyelesai
kan ngaji di suatu pesantren, paman-pamanku mengharapkan ”warisan
derajat” dari pendahulunya, dengan menjadi pegawai. Ketinggian de
rajat ternyata jauh lebih diharapkan daripada pengetahuan itu sendiri.
- Pengalaman menyadari konflik antara umat Islam sendiri, yang
terjadi menjelang pemilu itu, kurasakan sebagai kenyataan pahit yang
paling berkesan. Sejak itu, bahkan sejak masa-masa awal pendidikan
dasar, aku selalu ingin menghindari konflik seperti itu, walaupun rasa:
nya mustahil, sebab aku adalah seorang anak dari tokoh NU di desa
itu. Bukan saja aku tumbuh besar dalam arena konflik antarpaham aga
ma semacam itu, tapi juga berkembang dalam pergulatan budaya yang
beragam dengan lingkungan, dengan dunia pendidikan yang kadang ber
tolak belakang. -
mengeja alf, ba', ta', dan seterusnya, sampai menamatkan turutan, tak
satu pun dari ayat-ayat itu yang kupahami dengan baik, kecuali ketika
aku melangsungkan khitan sewaktu kelas tiga SD. Dalam tradisi keluar
gaku, apabila ada seorang anak yang dikhitankan, sebelum pemotong
:n khitan itu dilakukan, si anak harus diarak dengan pakaian kebesaran
keliling desa, dan setelah itu harus membaca Al-Quran Juz Amma
beserta artinya, lazimnya dalam bahasa Jawa halus. Begitu pula aku.
Kupersiapkan acara itu dengan memperlancar bacaan Arab dan me
mahami artinya dengan baik. Bukan apa-apa, hanya karena perminta
anku kepada bapak agar, dalam acara khitanan itu, kami mendatangkan
wayang kulit dengan dalang nomor satu di daerahku sebagai hiburan
nya, dipenuhi. Bermula dari kesungguhan mempelajari arti ayat-ayat
yang ada dalam Juz ‘Amma itu, aku sedikit saja dapat memahami arti
arti Al-Quran. Itu pun tanpa mampu menarik keterkaitannya dengan
pengetahuan yang aku pelajari di SD: berhitung, ilmu bumi, ilmu alam
dan lain-lain. Aku tumbuh menjadi seorang pribadi yang pecah.
Kesadaran keberagamaanku tumbuh bersama sosialisasiku dengan
dua dunia pendidikan umum dan agama yang, sampai sejauh itu, belum
kupahami benar keterkaitannya. Begitu juga lingkungan yang meling
kupiku. Pagi hari, pada jam sekolah SD, aku berteman akrab dengan
anak-anak yang tidak mempunyai tradisi ketaatan kepada agama.
: mereka lahir dari keluarga abangan, setidaknya keluarga
: " yang lebih dekat ke ritus-ritus Jawa daripada Islam itu sendiri.
: : sepengetahuan orangtua, aku sering melalaikan ke
E: : seorang Muslim santri. Bahkan tidak jarang, aku lebih
Se
62 Mencari Islam
*) Nyunyuk: Ritus selametan yang dilakukan oleh seorang petani yang hendak menuai padi
di sawah. Syarat-syarat yang diperlukan pada acara ini antara lain: kembang mawar, kemenY*
uang seperlunya dan beberapa batang padi, dibakar di sudut petak sawah yang akan ditual
itu. Acara dibuka dengan doa-doa menurut agama Islam dan ditutup dengan makan bersama
oleh segenap yang hadir.
**) Danyang: Suatu simbol yang dianggap sebagai kekuatan yang menjaga keselamata" dan
keamanan desa. Danyang, untuk masyarakat Kunduran, dipercayai sebagai ruh jah* yang
berdiam di sebuah pohon beringin di tengah-tengah desa. Sampai saat ini pohon :
terjaga, baik kebersihan maupun keamanannya, dengan dibangunnya sebuah pagar indah di
sekelilingnya.
: T:.
Di Pesantren Pabelan - -
-
Ali Munhanif, Tradisi Islam 65
ina
berh tkukus
asil untera itu dal
ukp men amikalilm
sering i kup lmuany
u-iert aga nan,ya.
makkan
alma. Bah kultu rsantr
trii yang
II.
Pada masa sekitar itu, awal 1985 sampai akhir 1986, aku t:
terkesan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh HMI. Me:
kegiatan politik praktis yang sangat liberal, misalnya tecermin dal:
pemilihan ketua umum cabang, dan kegiatan intelektual yang tampak
mapan tradisinya, mendorongku untuk melibatkan diri sepenuhnya
dengan organisasi itu. HMI sendiri, tentu saja dengan koordinasi aparat.
aparatnya, berhasil memenuhi apa yang sejak semula menjadi orientasi
ku hingga menjatuhkan pilihan di IAIN Jakarta. HMI selalu memberi
kesempatan selebar-lebarnya kepada anggota dalam mengembang
kan diri, khususnya dalam mengembangkan potensi intelektual, se.
buah kesempatan yang sama sekali tidak mungkin diperoleh lewat
organisasi di Ciputat selainnya. Sejak tingkat pertama kuliahku dilAN.
bersama beberapa teman, aku membuat sebuah kelompok kajianN"
nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang dikoordinasi oleh Komisaria":
luddin, HMI Cabang Ciputat, meskipun kelompok ini hanya:
selama satu tahun. Kegiatan diskusi massal yang dilakukan di":
utama pada bulan puasa - sebuah tradisi yang masih bertahan sa:
sekarang - semakin mendorongku untuk secara lebih jauh mengem
bangkan diri dalam kegiatan-kegiatan keilmuan. - dalam
Pada tahap-tahap permulaan, pembahasan yang : kikat
acara-acara kajian NDP itu berkisar pada persoalan meng“ s di d
kepercayaan, otonomi manusia dan kemestian nasib Y* E
jalani, kemerdekaan politik dan keadilan sosial, serta beberap 38
umum yang dibahas secara aksidental. Berbeda denga: “" u dan
masalah keagamaan dan keislaman yang biasa dilakukan, endasa”
beberapa teman yang tergabung dalam kelompok itu selalu E in:
kan diri pada kebebasan intelektual, lebih menyerupa kegelis
Ali Munhanif, Tradisi Islam 57
- ngemb angkan E.
irinya sebagai organisasi
sebaliknya, menja
mandul. Sehingga, In mandiTl :
eskipun
-
:menjadi
E kelompok eksklusif yang menjadi objek sinisme
itu sendiri.
2- 12 - 1 • .
ai merumus
i E di Ciputat, lewat diskusi kecil, E
pola-pola perkader
ampai obrolan di War: kopi. Begitu dominannya sua:
E. : banyak kelompok E yang merasa :
kurang didengar, menciptakan polarisa” di dalam tubuh HMI cabang
Ciputat. Sementara pergulatan demi menemukan metode perkadera:
yang efektif terus berlangsung, polarisasi di HMI semakin tak terhindar.
kan. Banyak kelompok-kelompok yang tumbuh dan secara diam-diam
melakukan oposisi terhadap pengurus cabang. Namun begitu, karena
keyakinanku dan teman-teman, pencaria" metode perkaderan itu tetap
berjalan terus, tanpa menghiraukan suara sini: di sana-sini. Melihat ke
nyataan arus yang tengah berkembang itu: maka disadari bahwa HMI
cabang Ciputat tidak mungkin lagi menjadi pusat kegiatan mahasiswa
sebagaimana yang terjadi pada masa-masa lalu. Karenanya, mau atau
tidak mau, HMI harus melakukan pembagian kerja dengan kelompok
kelompok yang saat ini harus dianggap keberadaannya di lingkungan
Ciputat, yakni kelompok studi untuk pengembangan intelektual,
HP2M untuk penelitian dan pengembangan masyarakat dan HMI sen
diri untuk mengembangkan kepemimpinan kader. Berkenaan dengan
kerja yang harus diemban oleh kelompok studi itu, dibentuklah Forum
Mahasiswa Ciputat (Formaci). Masing-masing, tetap dalam koordinasi
pengurus cabang, tanpa mengadakan polarisasi dengannya. Suatu hasil
yang, menurutku waktu itu, memberi jalan keluar bagi krisis perkaderan
yang melanda,HMI cabang Ciputat.
--rs
::
: menjadi konflik - -
kan -
: | pt : yang tangat
rI , - ',' “ .
tidak terpelajar,
.. . . :Il{1,
dan dengan
-
sendirinya - -
tidak ada
-
E":
.i. ...disinva dalam
Seinentar:
HMI. dengan
|,erjalan
utr] ,
kejenuhannya, aku bersama
- - -
terman-teinan ti"r".
Islam karni
studi yang yang
karniberorien"
can: "'''": pada pembaruan Islam, aku dan teman - - - - -
ak: eka
I!.
Lebih lanjut, "ntuk“masyarakat
“PerioritasMuslim
masyarakat
sendiri,Islam
- - -
dapat terbang"
ketergantungan mer
Pada keagungan trad
isi itu “mata-mata untuk menghindari us:
-
E
Eah Arabia, adalah seor* emikir Muslim jempolan
y -
p 8 Justn yan -
80 Mencari Isian
dengar bahwa banyak lulusan :
tor yang perdebatan
menjadi ulama
di :
Jitu, -
Rakyat Indonesia :jak 1963. Ibu sudah menjadi guru SD selama tujuh
tahun ketika menikah, dan baru berhenti setelah anaknya berjumlah
-
tiga. Kakek dari pihak Ayah, Tambi Gelar Marudin Panggabean (1907.
- * - -
departemen ag: berdiri. Lebih dari itu, kakek dari pihak ayah dan
ibu juga memiliki sebidang sawah dan kebun. Kendatipun demikian,
aji pegawai ketika itu sama sekali tidak dapat diandalkan. Ayah bilang
saat itu ekonomi ifegara kacau, pemberontakan PRRI masih terasa,
dan beras catu sering terlambat datang.
Belasan tahun kemudian, keadaan berubah. Setelah enam kali
berpindah-pindah dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lain,
Ayah membangun rumah sendiri ketika saya duduk di kelas dua SMP.
Dan ketika saya kelas tiga, Ayah sudah berani memikirkan sekolah
keenam anaknya, bagaimana agar mereka memperoleh pendidikan yang
lebih baikdar iPada yang ia peroleh sebagai lulusan SMA yang gagal ke
perguruan tinggi karena ketiadaan biaya. Sebagai anak pertama, saya
mendapat giliran kesatu. Demikianlah, bagi Ayah, rizki membaik seiring
dengan bertambahnya usia dan keturunan.
Terpilihnya pesantren sebagai arena formulasi intelektual saya
selanjutnya terkait dengan aliran keagamaan dominan dalam rumah
dan preskripsi yang bersumber dari aliran itu. Keluarga Ayah masuk
Islam dua generasi sebelumnya. Mereka berada dalam tradisi NU. Ayah
sendiri tidak pernah aktif dalam NU, tapi adik-adiknya aktif di Pemuda
Ansor. Keluarga Kakek dari pihak Ayah selalu sembahyang di masjid
yang dianggap ”masjid NU,” walaupun masjid Taqwa lebih dekat. (Di
kabupaten Tapanuli Selatan, masjid-masjid Muhammadiyah umumnya
bernama masjid Taqwa, lengkapnya Masjid Taqwa Muhammadiyah).
Nenek dari pihak ayah pernah ikut suluk, berguru kepada seorang guru
tarikat selama beberapa pekan. Sepulang dari ber-suluk, ia sempat
menegur anak dan menantunya karena tidak mengadakan acara pe
nyambutan apa pun atas kepulangannya. Padahal, menurut Nenek, ber
suluk lebih utama daripada naik haji karena naik haji lebih banyak
unsur riya' daripada kemurnian ibadatnya. Barangkali begitulah antara
lain ajaran guru tarikat itu, kepada para murid yang kebanyakan
memang tidak mampu menunaikan ibadat haji karena tidak memenuhi
syarat keuangannya - seperti Nenek.
Tapi, aliran utama dalam keluarga saya adalah Muhammadiyah,
terutama karena kehadiran Kakek dari pihak Ibu dan Ibu sendiri.
Kakek A. Hakim Lubis adalah lulusan Tawalib Parabek, Bukittinggi,
Sumatera Barat. Ini merupakan salah satu sekolah ”kaum muda” di
Sumatera dalam awal abad ini. Kakek adalah ”kaum muda” yang harus
meninggalkan kampung halamannya karena bentrok dengan ”kaum
tua.” Pada 1928, setamat dari Tawalib, Kakek diminta penduduk
kampungnya (Andilan, Simpang Tonang, Kabupaten Pasaman, Suma
tera Barat sekarang) untuk menjadi guru agama. Sebagai kaum muda
yang baru turun gunung, Kakek melihat penduduk kampungnya masih
berpaham ”kolot”: Sembahyang ber-ushally, shalat Tarawih 23 rakaat,
dan puasa Ramadhan selalu 30 hari tidak boleh menurut perhitungan
hisab. Sebagai kaum muda dan pengikut Muhammadiyah, Kakek meng
-
:
-
82 Mencari Islam
ajarkan sembahyang jangan ber-ushalliy, shalat Tarawih
rakaat, dan lama puas." ha rus ditentukan menurut hisab yan °ukup ll
kan oleh Syaikh Muhamm
ad Jamil Jambek, guru : dikelu:
kaum
ajaran di atas dan lainnya, k: terken
di Bukittinggi.
sebagai Karenacap
kaum muda, ajara”
yang berati penolakan di kampun ditudi
masih berpaham kaum tua. Dia lalu diberhentikan jadi guru : yang -
Di Tapanuli
hammadiyah. Kakek
Ketika terus menjadi
itu, berbagai cabang kaum muda yan
Mia: Mu.
masih berinduk ke Sumatera Barat. Kakek banyak bercerit “panuli
saya tentang konflik kaum muda-Muhammadiyah dan kaum d kepada
dalam bentuk pendirian organisasi tandingan oleh kaum t tua, baik
perkumpulan Islamiyah di Sipirok), saling mengkafirkan ua (seperti
hantam. Dalam konflik semacam ini, pemerintah E baku
pihak kaum "kolot" dan Muhammadiyah selalu m: berdiri di
disalahkan dan disudutkan oleh pemerintah kolonial E Pihak yang
Kakek menjadi guru Muhammadiyah di Batangtoru, ia E Sewaktu
ke. pengadilan
nyimpan (Landraat) buku
dan mengajarkan Izhah Al-Nasyi'inE
di Padangsidimpuan (NasihE
tahuan me
Tunas Muda) karangan Syaikh Musthafa Ghulayain, pe : untuk Para
Inon,Kata Kakek, pemerintah kolonial melarang E di Liba.
menyitanya dari orang-orang yang memilikinya. Lebih d: iajarkan dan
buku ini dibaki - ya. yih dari satu pedati
terdapat diibakar Belanda.
rumahnya Kakek
waktu menolak
digeledah. menyerahkan
Untuk it ankan b uku ini dan - -
Saya akrab di
Muhammadiyah : sebagai guru
sekali de -
menuI)
- n di
-
E:
bagi saya. Musik E budaya Jawa lainnya juga : Pon0.
rogo terdengar
membuat kepala
:
Eno penduduk
nadadiyang
sekitar
takpesantren ata:
beraturan, cau, d"
ka oran:
85
sampai hati berkumpul di lapangan sepakbola, d
anak balita yang ditidurkan begitu saja di :8°n membawa anak.
menonton wayang sampai subuh. Entah apa yang * antas
rumputan,
di
untuk
- -
kapan saja saya inginkan dan hidangan masakan Ibu saya sukai. Tapi di
esantren hal ini jadi masalah besar. Para santri makan dalam waktu
waktu yang ditentukan dengan didahului bunyi jaros (bel). Bila lonceng
makan berbunyi, para santri tergopoh-gopoh menuju bangunan dapur.
Semakin dekat dapur semakin cepat langkah kaki. Bila perlu, kami ber.
lari ke dapur. Sesampai di dapur, para santri berlomba menjulurkan
tangan yang menggenggam piring lewat jendela khusus. Kami tidak
kenal budaya antri, sehingga puluhan tangan berebut untuk dilayani
lebih dulu. Dalam saat-saat seperti ini, selalu ada bahaya tangan dan
baju dan kepala ketumpahan nasi atau kuah. Bahaya yang lebih besar,
seperti kehabisan lauk atau terpaksa menunggu nasi matang, dapat
timbul jika kita terlambat makan. Setelah berhasil mendapat sepiring
nasi, masih ada hambatan lain karena nasi santri seringkali agak keras
dan lauk dibumbui secara aneh, ditinjau dari selera saya. Jika ingatan
akan makanan di rumah muncul, makanan yang saya hadapi semakin
tidak menarik. Dalam bulan-bulan pertama di pesantren, **8
makan tanpa air liur dan dengan dada yang terasa sesak. berubah
. Banyak pekerjaan-pekerjaan sederhana lainnya E. : dan
Enjadi sulit di pesantren. Mandi dan mencu: harus : E
galam waktu yang sudah ditentukan.
dan tidak boleh b ke luar Jam
-
tidur da:
lingkungan pesantren tanpa
oleh bepergian
Pengasuh pondok dan tanpa alasan yang jela: S2V3.
P: di atas betul-betul ::
dalam bulan-bulan pertama di pesantren. Tampak : tahun tidak
hidup, sekolah, dan pengalaman saya selama enalT) :Es. dan
anyak gunanya dalam lingkungan baru : Saya : angkat kaki da:
Elami disorientasi. sering muncul : E: Tapi, -
uar
dari -
gu mereka me
S -
memiinta anya dan Se
*Ya menyurati orangtua, iram
bungan
dengan
Ibu sehu menuhiny°.
Me: “an
reka Jugasaya yang agak an
mengirimkan sehelai ul° * - - - - - -
86 Mencari Islam -
Tapi, air mata semacam ini juga sering menetes waktu saya mem
baca Kitab Suci. Entahlah, saya tidak mengerti mengapa membaca
Kitab Suci dapat menjadi outlet bagi kerinduan dan keterasingan.
Barangkali ini termasuk mukjizat Al-Quran. Atau, barangkali, saya
sudah terlebih dulu merasa rindu dan sesak, lantas melampiaskannya
dengan membaca Kitab Suci. - - -
|
- Samsu Rizal, Sebuah Pengungkapan Diri
87
ul
ntuk m emvonis kelompok lain sepenuhnya salah dan kelompok sendiri
enuhnya benar. Berbagai ilustrasi yang diberikan Pak
: akrab bagi saya karena Kakek sudah berkali-kali :
Eya. Yang baru adalah sikap yang diambil Pak Zar, dan yang :
kan kepada seluruh santrinya, yaitu agar santri menjadi ”perekat
mat". Santri boleh aktif dalam Muhammadiyah, tapi tidak untuk be:
musuhan dengan NU, melainkan untuk mendekatkan keduanya. Jika
santri mempermasalahkan khilafiyyah, maka santri tersebut sepantas
nya hidup dalam masa lalu, bukan masa sekarang. " , -
Sikap ”di atas dan untuk semua golongan” juga tecermin dalam
pelajaran fiqih. Santri tidak diajari fiqih mazhab tertentu, Syafi'i, misal
nya. Tapi, para santri diajari empat mazhab utama plus mazhab lain
seperti Zhahiriyyah. Itulah sebabnya kitab fiqih yang diajarkan dan
dianjurkan untuk jadi rujukan. ialah karya Ibn Rusyd, Bidâyah Al
Mujtahid, kitab fiqih perbandingan. Para guru selalu menekankan
bahwa semua mazhab memiliki argumentasi yang kuat dan semuanya
benar dilihat dari argumentasi masing-masing. Guru dilarang menentu
kan mazhab mana yang benar sehubungan dengan suatu masalah.
Tetapi para santri tetap diperbolehkan menentukan sendiri mazhab
pilihannya tentang suatu masalah berdasarkan pemahamannya atas:
argumentasi mazhab tersebut. Seingat saya, satu-satunya pendapat
mazhab tertentu yang diterapkan secara ketat di Gontor ialah pendapat
Imam Malik tentang permainan catur. Imam mazhab Maliki meng
haramkan permainan ini, dan Pak Zar melarang keras para santri ber
main catur. Ia menambahkan bahwa pikiran para santri seharusnya
dipusatkan pada pelajaran, dan pelajaran sudah cukup banyak menyita
pikiran mereka. Mereka tidak memerlukan permainan catur, yang
menuntut
Salahbanyak pikiran dan
satu implikasi waktu mereka.
penekanan . . atas dan
prinsip "di untuk semua
“9lusi
Yang Iransaya
tidak 1979, saya juga
langgan tapimelanggan Tempo.
sesekali saya beli Beberapa majalah dan
ialah Harmonis lain
:
kut Prisma, E : : En:
walaupun, :
Alhamdulillah bacaan-b CSU. tan besar dalam mem prestasi
saya di kelas. Jika saya lihat E pernah : ternyata
embali Arab,
nilai berbagai mata pelajJaran bahasa rapor seperti
selama nahw,
di Gon shar/,
rf bala
TE
") Terbitan Balai Buku, Surabaya, 1977.
-i-
l P -
89
ghah, insya',
dan tafsir.
selalu bagus. Begitu la mat
-
t - 5kaligrafi
g 3.11 Sa -
ul fiqh, d - 1.
Ketika
- mlah ilai : n saya telah berusaha
akhir kalinya di G
memperin
p
-
dahnya.
Ju nilai yang saya peroleh adalah 442. Sa 9ntor, di kelas enam,
untuk berapa mata pelajaran, yang jelas il Ya tidak tahu jumlah itu
128 siswa kelas enam angkatan saya itu jumlah tertinggi untuk
jadi. guru
Sewaktu di kelas enam,
di almamater. saya E
Sebab, amat berharap dapat diangkat IrleIl - -
Gontor.” Tapi,
menganggap menurut
Ananda lebihguru
akhlak saya tidak baik.
lain, saya ditolak k
pantas
1.
E:
arena suluk atau
U3I
E dan saya sendiri mengkritik salah seorang guru yang kami nilai
: E di bidang kepramukaan di Gontor. Untuk perbuatan meng
dalam bul
tik secara ari pesantren
terbuka itu empat sahabat karib saya diusir dari
- y
diri : an-bulan terakhir masa sekolah mereka di Gontor. Saya sen
: : teman lain beruntung tidak diusir, melainkan mendapat
2lIl
L. Pakam, 3.12.1981
Assalamu'alaikum .
warahmatullahi -
wabarakatuh. -
Ananda Rijal,
i Gontor, yang mendoro ji,
belum A : Ananda ke Gontor adalah :
s: Ibu) mengiri" ganjurkan agar orang-orang Mu:
Eh (yang ak-anaknY*.
uhammad: Eya ke sekolah agama, -
*upaya
y3. :
T - p? -
Pendidikan Tinggi
ilmuku, Eku,"!uskan
tas itu baik lulu aku di Fisi
“kan aku idiFisipol saja. Dan
keduanya. ji ka kedua
Ya, Allah,
-
tamb ahlah at
Semakin banyak ilmuku Ein banyak ya"8 dap
Samsu Rizal, Sebuah Pengungkapan Diri 91
ubaktikan. di Jalan-Mu.” Saya merasa Tuhan mengabulkan doa saya
an menghilangkan kecemasan yang menghantui saya beberapa bulan
sebelumnya: -
92 Mencari Islam
|
- 2 2Il tindih.” - - islaman, kami mulai dengan mem
": E E frame of reference, Peta, :
buka front yang : apa saja yang menarik hati kami dan
pembimbing. Kami E IAIN, UGM, Yayasan Hatt:
terdapat di perpustaka E Kataketik, atau Perpustakaan Islam.
sekolah Tinggi E si lebih menarik, kami sesekali mengadakan
Namun, agar : i: semester pertama di IAIN, misalnya,
IS
kamibacaan-bacaan
mulai mengkhususkan diri pada - -
Dalam tahun kedua di IAIN, kam hal ini pun kami membagi
”aliran modern” dalam Islam. Dan dalam ”modernis” dari anak
tugas. Taufik menekuni karya-karya kalangan ”mo : d Parvez ata
benua Indo-Pakistan seperti Ahmad E E E M:
an, sedangkan saya membaca karya:
:kendatipun
Khuli,
:demikian,
dan lain-lain.
:: Syaltut, Ali Abdurraziq, Amin Al
pembagian tugas ini tidaklah ketat. Sebab,
- -
- -
yah Abdurrah - -
dan saya menulis makalah tentang keran man, dan lainnya, Taufik
mahami danmenafsirkan Kitab Suci. E katahun
- konse
E“:i
direvisi. makalah ini diterbitkan oleh Penerbit Mizan dalam E
buku tipis berjudul Tafsir Kontekstual Al-Quran: Sebuah k:
Konseptual. Kendatipun demikian, kami tetap menganggap E
kajian Al-Quran dan tafsir sebagai terra incognito yang mengundan
etualangan-petualangan berikut. Kami menelusur g
- inya, dan berniat
untuk terus menelusurinya, karena merasa banyak yang tak beres dalam
tradisi ulum Al-Qur'an dan tafsir. -
yang
“llenisme, peradaban
Tiga contoh Persia,
pelajaran dan dilain-lain:
tafsir . . . da n diajarkan
atas dipelajari dengan
i Al-Quran.
“ggapan bahwa E pendapat yang ada dirumuskan dari Al-Q
i teks Kitab
Ean kata lain, para mufassir
uci. Padahal,
seolah-olah
proses yang berlangsung kemungki
E justru
- lak dari luar teks - dari Pendapat
si.--ra y
ir berto
sir.
vaitusisi doktrinal
dan kemudian m
sebaliknya, tertentu -
°ncari-cari
a lewat pelajaran tafsir seperti y
saya tidak. m:"Eng informa: dapat saya E
dan pengetahuan E tentang fiqih,
ilmu : E : i:
ntll
Arab, atau erspektif, persepsi, dan rangs
k:butuhan-menda: S ': E Kitab Suci, : : 1.
tidak sadar
sad p kali kita mendekati
lagi bahwa dengan refleks-reflek
-
fsiranAl°9'E.
ini kit* tela
mengabaikan hak-hak teks Ki ks-reteks pena siran
Konservatisme taf ss itab Suci yang paling asasi. tef:
hadap tugas-tugas : Juga membuat kita tidak awaS dan sia8 kità
2l
lag3.
mun:",
"teologi pembangunan”, danyang yangmenuntut "teologi
semacamnya. transformatir,
Jika kita E"atlt”,
benahi tradisi tafsir sesegera mungkin, saya takut kita akan me E
intu bagi dialog yang dinamis dan bermakna antara kalam :
kebutuhan sekarang. Saya takut kita akan menjauhkan Kitab Suci :
kehidupan. - -
Tak seorang Muslim pun yang berniat menjauhkan Kitab Suci dari
kehidupannya, dari kebutuhan-kebutuhan praktis-maknawinya. Setiap
Muslim percaya bahwa pesan-pesan yang terdapat di dalam Al-Quran
adalah pesan-pesan Tuhan Seru Sekalian Alam. Kita memandangnya
sebagai pesan-pesan. "kelas satu”. Dan karenanya, umat Islam perlu
beramai-ramai memikirkan perangkat-perangkat penafsiran yang juga
kelas satu. Dalam hati Taufik dan saya, buku tipis terbitan Mizan yang
kami tulis tiga tahun yang lalu diharapkan dapat merangsang usaha.
usaha selanjutnya. Itu sama sekali bukan karya nomor satu, melainkan
hanya revisi dari makalah kami sebelumnya, dan sudah disepakati untuk
merevisinya kembali suatu ketika kelak dalam Pelita VI, dengan izin
Tuhan. Ini hanyalah suatu bentuk keterlibatan dengan Kitab Suci.
Masalah genting lainnya dalam dunia penafsiran kita ialah bagai
mana menyiapkan individu-individu Muslim agar dapat menjadi mufassir
untuk diri mereka sendiri. Ini amat penting jika kita tidak ingin mayori
tas-mutlak umat selamanya memiliki iman dan pengetahuan agama yang
second-hand. Sebagai pewaris sah Kitab Suci, seharusnya setiap indi
vidu Muslim dapat dan harus terlibat dalam dunia penafsiran. Namun,
agar cita-cita ini tercapai, beberapa rintangan ideologis perlu disingkir.
kan dan perangkat-perangkat kerasnya disediakan. -
anfaatnya memelihara r*
IIl
penafsiran Al-Quran, maka segalanya Or:g
awam” dilibatkan E. iman, kedewasaan, petu:
menjadi kacau. Tu han
- - m - aja yang Ia kehendaki, bukan ke ad
- -
atau “: : k -
:ada siapa s J y
tertentu - misalnya. Jika Pada
- >
macam ini amat membantu karena antara kita yang hidup sekarang dan
Kitab Suci terdapat jarak budaya dan temporal yang jauh. Ketika kita
memikirkan cara-cara mereproduksi dan men:*: ajaran-ajaran
Al-Quran, para budayawan, antropolog, dan sosiolog dapat : E
berikan sumbangan bermakna berkat kepekaan mereka atas budaya
setempat. Partisipasi mereka lebih diharapkan lagi jika kita E
ahwa jurusan tafsir di IAIN atau pesantren tidak banyak membekali
mahasiswa dengan ”ilmu-ilmu umum” sema:"*
GE lain, sejarahwan, daPa: ikut serta :: - -
g:fektif mengkomunikasikan
mana S6 makna-makna
Ia juga dapat ayatPesan-pe
menampilkan Kitab Su : Cl
E
Muslim Al-Mu'asir, atau jurnal-jurnal terbitan t: Rabith sud
yang : mengunjung:P:
IAIN masih perlu ° dan kolahiakTingg!
Seko edisi
Karenanya, mahasiswa
Pustakaan Ignatius Colle
Teologia Duta Wacana yan3. puji Tuhan:
Pertama melanggan The Mu sim World,
100 Mencari Islam •.
dan puluhan jurnal kajian-kajian keislaman
tiana, Ham
dan keagama” kehormata: kaum cendekiawan, seminar tentu - .
s: dan :
memiliki : asi, gagasa". gan 1 : an meng UIIIIll It1
sumber in ormasi, Seminar - apat dianggaP e SCSll.21 dengan
kaji lebih i: lture) yang menurut sebagian pengamat merupa.
budaya ( oral cul°. t kendatipun tin gkat melek-huruf dan pen.
tutur
kan ciri utama
sudah mening8':
: ':
an, kita juga tidak perlu menutup-nutupi
inar dan pemanfaatannya sebagai sarana
sebelum acara be
- rlangsung. Amat sering seminar berlangsu"
IY)
emang, Sess:
on dialog d -
:inggareflek:
“leksi be tul-betul Etelek"
:menjadiiadi sarana
“ : de bat
.n ii suatu seminar dirancang oleh
yangkan, jika h hari sebelumnya, sehinggamSociet -
ty cendeki kontri.
inar beberapa bulan sebelum seminar berlangsun
makalah yang
Eersebut membua:Pan tertulis d:
butor dan pe*
Lalu Epada sip: makalah dan peserta lain-ji:
membagi-bagi Kemudian, ketika seminar berlangsung.
berlangsung.
sebelum : menyamp aikan makalahnya setelah direvisi berdasa:
seorang E ara peserta. Da: jika makalah itu nantinya dipubli.
kan reaksi : P:a: cukup direvisi dan telah banyak mengambil
kasikan, tulisan alog sebelum, dalam, dan sesudah
Efaat Ddaringan
beberapa ta:
rOSC5 semacam ini, t
ulisan pasti lebih bermutu dan
: - -
kita
dapat dihindari dan argumen maupun tes: tandingan terhadap gagas.
an-gagasan yang ada dalam makalah penyaji lain dapat diintegrasikan
: Eam tulisan final itu. Bukankah proses sema:." lebih men.
cerminkan ciri communality, dialog yang konstruktif dan berkelanjut.
an, serta kebebasan berbicara yang katanya melekat dalam kehidupan
para intelektual? -
komunikasi -
k
-
i
104 Menca": IsIslami •I :,
brilian - akan sirna seperti air ditu
besar gaga°: tu - y: (tanpaupu
Il
II11
- -
E tidak dapat menca8 ke
-
d
asir), dan
3
ses. luas). Karena
lebih itulah,
dambakan: kehadiran suatu society k:Jian.
: En iens yan
amat saY*
beberapa
Dala
terakhir, tepatnya sejak 1985, Taufik
endiri berangan-angan menegakkan
Il
Sua
l
,
dahkan para peminat un
tuk memahami dan mengembangkan ke
: E. -
Quran dan tafsir. Kami sudah membicarakan impian ini dengan para
sejawat dan mereka memahaminya. Namun, tentu saja, kami gamang -
tidak atau kurang relevan bagi perspektif lainnya. Tapi, oleh karena
bangsa ini menganut agama, dan oleh karena agama telanjur menjadi
basis asosiasi dan lumbung makna umat, maka perspektif keagamaan
harus dipertimbangkan oleh siapa pun. Selain itu, oleh karena agama
merupakan kekuatan yang potensial untuk membuat kita peka akan
*. pertimbangan-pertimbangan moral dalam berurusan dengan manusia
dan alam, maka peluang bagi diterimanya dan dipertimbangkannya
perspektif keagamaan itu ada dan, insya Allah, besar. Bahkan, dengan
semangat interdisipliner yang telah disebutkan, maka titik-titik temu
antara perspektif keagamaan dan perspektif disiplin lain yang juga
menangani manusia - sosiologi, politik, antropologi, pembangun
an, dan lainnya - dapat ditemukan.
Maka, menurut saya, jika cendekiawan Muslim dan para mufassir
harus berperan dalam ”masa pembangunan jangka panjang tahap kedua
1993-2018”, maka peran mereka ialah bagaimana menunjukkan
Peluang-peluang baru - dilihat dari sudut agama dan Kitab Suci - bagi
Pembangunan yang lebih manusiawi, yang menyadari batas-batas, dan
Yang solider dengan alam dan lingkungan, agar kita dianugerahi Tuhan
*atu hasanah di dunia ini dan/sehingga hasanah di akhirat kelak.
s. Pengan doa di atas, maka saya akhiri otobiografi dan esei personal
ini. Saya telah mengungkapkan beberapa fakta, pandangan, fantasi, dan
J,: sebagian pembaca - omong kosong. Hal ini saya lakukan
Kend menemukan makna dan menyatukan kehidupan pribadi.
*upun saya tidak dapat menghindari ciri diskursif yang sering
106 Mencari Islam
menandai otobiografi, namun saya tetap berharap pembaca dapat me
ambil hikmah. Otobiografi adalah peristiwa yang tidak dapat diulang:
dan masa depan selalu mengandung raha°. Tapi, ada satu hal dari :
biografi ini yang akan tetap saya pegang dalam menghadapi ma:
depan: Saya akan terus berusaha menangkap Pengaruh yang baik :
masyarakat dan menghindari yang buruk.•
“ .
-
* -
- :: :
:
-
I :
:
NURUL AGUSTINA lahir pada 19 Agustus 1967 di
Cipanas adalah mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Univer
sitas Indonesia (UI) Jakarta. Sambil kuliah, dia meng
ikuti kursus filsafat yang diselenggarakan oleh Lembaga
Studi Agama dan Filsafat (LSAF) di Jakarta. Sebelum
nya, menamatkan sekolahnya di Madrasah Ibtida'iyyah
''Pembangunan” Ciputat (1980), SMP Islam Al-Azhar
Jakarta (1983), dan SMAN 34 Jakarta (1986). Pada
tahun 1987, dia mengikuti uji coba alternatif Asian
Development Institute (ADI)-HP2M dan pada akhir
tahun 1988 pernah melakukan penelitian tentang per
lindungan konsumen pedesaan, khusus untuk masalah
perkreditan rakyat di daerah Jombang dan Lamongan.
Jawa Timur, yang diselenggarakan oleh LSI bekerja sa"
dengan YLKi. Saat ini, bersama kedua orangtua da"
saudara-saudaranya, tinggal di Jakarta.
BELAJAR MENJADI MUSLIM:
SEBUAH CATATAN KECIL
Nurul Agustina
Sangat sulit sebenarnya bagi saya untuk menuliskan sebuah ”oto
biografi intelektual” (what a term!) yang baik seperti yang diinginkan
oleh penyelenggara program penulisan ini. Tidak saja karena selama ini
saya belum pernah mencoba untuk merefleksikan dengan baik proses
pencarian identitas keislaman saya, tetapi juga karena saya merasa
belum mempunyai banyak pengalaman yang dapat dituangkan dalam.
bentuk otobiografi serupa itu. Pengalaman saya masih sangat sedikit
dan itu pun sangat ”liar” sehingga tidak mudah bagi saya untuk mem
formulasikannya dalam satu tulisan yang enak untuk dibaca. Tetapi
berangkat dari niat baik (mudah-mudahan Allah meridhai), saya akan
mencoba untuk menuliskan apa yang sebenarnya menjadi ”kegelisah
an" saya dalam proses pencarian selama ini, tentu saja dengan catatan
ahwa apa yang saya tulis di sini hanyalah suatu episode kecil dari
"gkaian film panjang yang saya sutradarai ini. Bukannya mustahil
“lah saya selesai dengan tulisan ini kegelisahan saya akan semakin
"enjadi-jadi karena terbukanya ”tabir-tabir” lain yang selama ini tanpa,
*ya sadari telah menyelimuti saya.
I
kedua orangtua saya lahir dan dibesarkan di tengah-tengah keluar:
ga
: Jawa Timur yang lumayan religius. Ayah saya adalah putra
&su dari keluarga Muhammad Nur yang sempat menjadi carik (juru
109
110 Mencari Islam
- di desa Modopuro, Mojokerto. Meskipun berasal dari
:
Ek hidupcukup mampu
prihatin sejak untuk ukuran pada masa
kecil. Sepulang itu,yang
sekolah
dari
::
ayahja:
:ayan jauh (sekitar 5 km dan ditempuh dengan jalan kaki), ayah
: harus menyabit rumput untuk kerbau dan kambing Peliharaan.
nya sekali-sekali beliau juga haru:2: ke lapangan-lapangan rumput
yang ada di tinggalnya. Selebihnya, waktu luang
sekitar desa tempat
ayah banyak digunakan untuk belajar. Hal ini tetap dilakukannya san:
ai saat ini, ketika usia beliau telah mencapai lebih dari setengah abad
(ayahku lahir tahun 1936). Terkadang cara belajar ayah yang demikian
keras membuat saya menjadi malu sendiri. Bayangkan; ayah yang sudah
tidak muda lagi itu saja masih giat belajar, sedangkan saya?
Demikian juga dengan ibu. Dilahirkan sebagai putri tunggal dari
keluarga petani yang tidak dapat dikatakan miskin di sebuah desa
yang lumayan terpencil di Jombang (kata orang Jombang adalah basis.
nya NU, tapi ternyata keluarga kakek saya dari pihak ibu adalah orang
Muhammadiyah yang ”taat”, dan justru keluarga ayah saya yang
murni NU), ibu terbiasa untuk menumbuk padi yang akan dimasak
untuk makan keluarga setiap pulang sekolah. Selain itu, menung:"
sawah bersama pakde dan paklik pada saat-saat menjelang panen a:
lah tugas rutin ibu. Pendeknya, tidak ada istilah manja untuk ayah dan
ibu saya semasa beliau kecil, kendatipun orangtua mereka mas":
kin nantik:ang
harapan tid ini adalah dosen di IAIN Ciput:
AIN Pindah kami - saja den
ak usah lagi menda ami pun akan pindah, tentu
Pon : hadir di E apat seorang ”adik baru”. hari Sabt"
dari : tidak :ukup padat :
sengaja : Oran : 1: Agustus 1967, denga:ya:
3
ilakuk
*n untuk
"dak ada upacara atau peringata"duniia
"enyambut kedatangan saya ke
fan*
Nurul Agustina, Pelajar Menjadi Muslim 111
perumahan
untuk karyawan IAIN di Ciputat, dan kami pun boyongan ke sana.
Pada waktu pindah ke Ciputat, ayah belum lagi kembali dari tugas
belajarnya, sehingga ibu harus menangani sendiri semua umusan: Se
benarnya ada alasan lain yang menyebabkan ibu mengambil keputusan
untuk segera menempati rumah di Ciputat itu. Ibu melihat bahwa ling
kungan tempat tinggal kami di Petamburan sama sekali tidak ”sehat”
untuk membesarkan anak-anaknya. Di sana.": samping terlalu padat
penduduknya, juga suasana keagamaa° tidak begitu baik untuk Pe:
didikan keislaman anak-anaknya. Yang membuat ibu makin ”ngeri
dengan lingkungan
ngatakan Ekalau yang
iademikian adaiah
sudah besar ucapan
dia tidak adik saya
“E ya:
sembahyang
ke masjid, melainkan ke gereja, karena lebih enak sembahyang dan ber.
doa sambil bernyanyi seperti yang dilakukan oleh orang-ora"8 di gereja
:u. Karena itulah ibu lalu mengambil keputusan untuk segera pindah ke
Ciputat tanpa menunggu kedatangan ayah yang kurang beberapa bulan
lagi itu, dengan pertimbangan bahwa lingkungan Ciputat ya: h:
: akan sangat membantu ibu memberikan pelajaran ag“ kepada
: Akhirnya kami pun pindah dan say° :
engan madrasah dan teman-teman yang saya ““.. SD, dan ibu
P Pada saat pindah itu, saya sudah iuduk di kelas tiga k t dengan
:" langsung mendaftarkan saya di sekolah yang paling dekat seperti
E Tetapi sekolah yang baru ini : :
saya di Petamburan, melainkan : ăua kali seperti
b seperti yang saya
b an di sekolah
a - - i yan
Essingat
saya hadapi saya,
untuktidak ada kesul:
menyesuaikan diri : kurikuE
de”8°E
l 14 Mencari Isla" tentunya berbeda dengan kurikulum di Sekolah
ida’iyyah yang
sah Ibtida’iyy ulitan justru dalam berhubun: dengan
- -
pasar Negeri.
kawan-kawan yang
: E itu. Saya ingat betul, pada h:
itu saya bertengkar dengan teman sebE
1: angku -
emang agak k°
: keras kepala sehingga setelah kejadian itu saya masih
: dimarahi oleh : : rannya, saya sama sekali
(musuh tidak me
saya ium:
bersalah karena ribut E pikir teman-teman saya sebetulnya y
nyak pada waktu itu). :ok” sebagai murid lama, dan juga cerewet,
salah, karena mereka ag ka dengan orang-orang seperti itu.
pa dahal saya paling tidaklulus
sukadari
de Madrasah Ibtida’iyyah
ida’iyyah Pembangunan
Pemb
E Tahun 1980
langsung didaftarkan oleh orangtua sayak
:
dengan ang terletak di kawasan Kebayoran Baru. s:
E E j: masuk SMP Al-Azhar bukanlah urusan kecil
IThall
Al l
"}"euwan
Yt:
say
- - - - - - - + C
tel:
"pai :"M" unuh wya . Akan di liuskungan : : yang":
""I'ul " "walu, san w. "NAWenjadi seorang Muslima": :" :
"hui: *itutu tum "tit ANl “\luluka \ || |
il l \ \ti SMP, agama bagi
saya la" - ...* d
Nulupau sehari-hari.
.
:
:"kanY"tu "wi.
NE El lwuu,"N
li “
\s wewpunvai dasa:ih dari
aktu itu tidak lebih
E sebi
"Hawa “:
ma °
•
l--.x |
:
:
-
HIV
WN " ‘Ala wala sosok sawa. Pa" karr
-
mak' ot'
"www vans berasawa Isla"
114 Mencari Islam
+
-
matisbagaimana
saya saya Pu" kalau
beragama Islam. Tidak
seandainya saya E benak -
:
116 Mencari Islam
memang demikianlah citra Tuhan dalam :: |
ketakutan dan tertekan dengan keislaman yang saya miliki. Akhirnya,
karena tidak tahan, saya memutuskan untuk tidak lagi mengikuti :
pengajian-pengajian serupa itu dan ketakutan-ketakutan (yang disebab
kan oleh ketidakmengertiap saya) saya pendam jauh-jauh dalam hati.
Lalu kehidupan sehari-hari pun akhirnya lebih banyak diwarnai
oleh pola hidup anak remaja kota besar yang cenderung untuk lebih
bersenang-senang dalam mengisi waktu luang. Hura-hura dan kumpul:
kumpul bersama teman-teman yang kurang jelas manfaatnya seringkali
saya lakukan. Dan sikap saya pun lalu hanyut dalam sikap lingkungan
yang demikian, yang tak acuh dan apatis terhadap agama. Tuhan hanya
hadir dalam saat-saat kritis. saya; ketika akan menghadapi ujian, sakit
atau kematian orang-orang yang dekat dengan saya. Selebihnya Tuhan
tertutup oleh kesibukan saya, sehari-hari yang mengalir begitu saja.
Namun anehnya, ketika saya sedang bersama-sama dengan teman
teman yang beragama selain Islam, ”emosi keagamaan” (keislaman)
saya muncul begitu saja. Saya akan berusaha untuk menunjukkan ke
pada mereka bagaimana baiknya Islam itu, tentu saja dengan pengeta
huan saya mengenai Islam yang amat terbatas. Selain itu, selalu ada
kepuasan lain yang saya rasakan kalau prestasi saya (dalam hal apa pun)
berada di atas mereka. Saya merasa semakin Islam ketika saya ada ber
sama teman-teman saya yang non-Islam. Keinginan untuk menonjol
kan identitas keislaman saya semakin kuat. Semacam ”kesombongan”
yang tidak terlalu beralasan sebenarnya, karena kalau mereka lalu meng
ajukan pertanyaan macam-macam mengenai Islam, saya tidak yakin
dapat memberikan jawaban yang benar dan memuaskan. ”Yang penting
yakin dulu,” pikir saya waktu itu. - -
- II
Pada tahun 1986 saya tamat dari SMA dan langsung masuk ke per
Nurul Agusti - -
ma di -
":
taraan ak al,
itu :
tetapi Juga
juga menjadi
ara itu tidak
soalan stapi rupanya dengan jawaban sement emacam
buktika::
jawab" menjadi
seakan
ringan.
diletakkan baliknya,
Bahkandiseatas pundakada *
saya UIIl tuk terus mem:
ahwa pilihan saya untuk menekuni sas:*
apa Sa
: : terus ditantang oleh pertanyaan-pe:
- -- -
:
atas ilmu sastra ini dengan tanggung jawab saya sebagai seorang Muslim
:
: agama yang dianutnya. Se:EmbEn mungkin, te:
tidak lantas harus terjebak dalam sikap-sikap apologetik tentu saja
:
III
si ”
ing dan menjiwai bagian kedua - kita
dari doa basmalah tadi. Konsekuensi -
k
yang
tekanan yangmembebaskan. Membebaskan
diakibatkan atau d daritidak hanya
ya. dari tekana:
dirinya,
tetapi juga tekanan-tekan latang dari kekuatan di luar diri:
keserakahan dan E
yang diakibatkan oleh diri sendiri, ol
kan bahwa bangsa-bangsa B IIhanus1a itu sendiri. Saya ingin meng:
akan menimpa kita E :t. saat in: (dan yang sebentar lagi juga
suatu krisis yang meng: ai kita tidak waspada) sedang tertimpa
* . -- - - an mereka terbelenggu oleh kebuday:
- -
-
at
“ tertari:uni:E : : :
Nurul Agustina, Belajar Menjadi Muslim 121
saya. Tentu saja dalam program ini kami : jauh dari tempat E
beberapa
diri teman
ternyata yang
hanya lebih senier
berjalan selamadalam
ku p engalaman. bimbin E
endapatkanE dari
dinilai kurang efektif k di rang lebih setengah tu sen
- - - untu diterapkan di g tahun kar
seperti itu. Namun demikian, saya akui b lembaga yang "m :
kan selama jangka
Satu hal saya dapatkan
yangwaktu ya :
tersebut dari i banyak sekali yang saya dapat 3
:
menghidupi diri E Suatu saat toh :
E
:
diskusikan hal tersebut d
::
dapat dimengerti oleh
iri. Dan ketika kami menc
mereka (lewat
S6umur
arus mampu
IIleIl
yangingin
ili panti
milik bukan-bukan
me gka buruk,ai apalagi
, tetapi saya mempun -
: gi untukk me
:
bukan suatu hal yan mpertahankan anak-anak itu esan bahwa pe
punyai hak m: g salah, tetapi bukankah anak : nanti.Memang
Kesadara mandiri dan menentukan i -anak itu sendiri mem:
mereka n anak-anak itu akan t ntukan jalan hidup mereka sendiri?
itu,: merupakan suatu : jawab mereka terhadap di:
dan lemb -masalah yang ada h E urgen sebenarnya. Seja:*:
B aga swadaya masyarak ubungannya dengan “pendidikan"
an Se °8 saya, pendidikan
: Pendidikan at menjadi minat saya yang lain:kehidup.
E
, tentu
| Jenjang fo rmal seperti saja,
sekolah tidak hanya
y dapat
p diperol°":
p
atau tempat-tempat kursus sem" 3.
Nurul
Agustina, Belajar Menjadi Muslim
- -
123
Usaha uI1
tuk menghay
bentuk ati dan
pendidik an diri. Saya kehidu
mengerti kira E ah merupa
kan bukan
Ek menyesuaikan diri dengan sistem Eam masyarayang ada
kat, me lainkan untuk dapat :ngatakan."tidak kepa:
hak-hak asasinya sebagaingmakhluk Tuhan yan E:
menekan itu, kesadara n memega peranan yang besar : eka.
Oleh karena
belajar yang berlangsung seumur hidup dari individu yang BE
:ntara guru d: :ak lebih dari seka:
juk jalan bagi in dividu yang belajar, selebihnya bergantung kepadanya
>k -
T
-
..": * Pernah berkata kepada saya bahwa orang tua (guru) hanya dapat memberi t:
baik ter
eliau E“"bangun rumah yang baik, sementara bagaimana membangun rumah tangga y*
sulit untuk diajarkan, selain dari mengalaminya sendiri. Saya sependapat dengan
") K lam hal ini.
fi a: tahu saya ikut kursus filsafat Islam di Lembaga Studi Ag* dan
), mereka agak heran, dan malah ada yang "tega” menertawakan say*
124 Mene" IsIrlari akh pendidikan tidak lagi berupa suatu ”alap,
:
itis dan suatu kemampuan untuk menegasikan
kema:
tapi sebaliknya untuk mempertahankan
EAgak suli: juga meman: untuk bersikap demikian dalam masyara
ini. Ag establish, apalagi ternyata kesuksesan seseorang dilih
nilai
'E.
kat. mobil yang ia kendarai, pakaian yang ia kenakan sam at
: yang ia isap : tak mau kita, kalau ingin disebut :
: mengikuti norma-norma yang berlaku tersebut. Tetapi menurut
saya, sukses tidaknya seseorang tidak dapat dinilai melulu dari pe
milikan materi. melainkan dari kesenangan.yang diperoleh seseoran
karena mengerjaka" sesuatu yang menjadi pilihan sadarnya. Jadi, meski
En secara materi seseorang itu berkelimpahan, namun kalau yan :
kerjakan tidak memberi makna untuk peningkatan harkatnya ::
manusia yang utuh, mak a kesuksesan dia patut dipertanyakan
-
k:
Islam sendiri memang menga arkan manusia untuk mengusahakan dunia
ini, tapi itu semata-mata adalah untuk menunjang ibadat manusia, dan 3
komi::
Seb
yang hidup pada :
-
enera asi
citr secarakittid
m: at:
Isladi ak langsung), adalah karena selama inilahul ama dan
a terlalu sibuk merespon "asalah-masa
:nya insidental saja; seperti apakah SDsh itu halal E Se
apakah mengirim kartu Natal itu boleh *u tidak menurut E.
urkan masyarakat agar bersikap tenang dan waspada :
berjilbab penyeb ar ap
meng 1j ita
:e, , ''wanita berJi ep rac°" ,, ddan
un” seb! againya. Buk al
ISU ak perlu, namun masih banyak hal-hal substansial E c
itu luk
mer tid an perhatian intensif, misalnya pemikiran tentang konsep pen
- - - - - -
men °aya kira hal ini bukan pemikiran yang terlalu idealistis dan
i
Ewang di langit, tetapi memang terbukti dapat dilakukan I
Pen mau. Satu contoh yang menarik saya jumpai di sebuah kelompok |
|
|
|
|
Nurul Agustina, Belajar Menjadi Muslim
127
u sifatnya fleksibel dan relatif, tidak mun
: hukum itu secara kaku karena situasi yang
masyarakat berbeda dengan situasi yang dihadapi masyarakat E
: - -
Dari pengalaman yang sedikit yang saya peroleh selama ini, maka
saya pikir tugas terberat dari kaum muda Muslim sekarang adalah
mengupayakan ”penampilan baru” Islam yang bernapaskan semangat
embebasan; pembebasan dari keterbelakangan, penindasan dan juga
embebasan dari kejumudan pemikiran. Dalam upaya tersebut, pasti
iah banyak terjadi persinggungan dengan berbagai ”kepentingan” serta
dengan berbagai pemikiran yang berada di ”luar” Islam. Saya pikir
justru di sini letak tantangan yang sesungguhnya: bagaimana kita mam
pu untuk tetap menampilkan ciri keislaman sambil tetap bersikap ter.
buka untuk berbagai bentuk pemikiran. Bukan sekadar adu argumenta
si, melainkan juga harus dimotivasi oleh semangat-semangat praktis.
Sebenarnya di kalangan generasi muda Muslim telah tumbuh se
macam keinginan untuk kembali menekuni Islam guna mencari suatu
bentuk budaya alternatif dari yang sekarang ini ada. Bentuk aktualisasi
nya bermacam-macam; kelompok-kelompok studi yang memusatkan
Perhatian pada Islamic studies macam Forum Mahasiswa Ciputat (For
maci) sampai kepada kelompok yang lebih memberikan perhatian ke
Pada tindakan praksis seperti LSM Islam dan banyak lagi lainnya, se
:ai dengan apa yang dianggap penting bagi masing-masing kelompok.
Yang menarik adalah kenyataan bahwa kelompok-kelompok semacam
", yang sifatnya nonformal, justru akhir-akhir ini makin banyak di
E"ati ketimbang organisasi yang resmi seperti HMI,PMII, KNPI, dan
: (walaup
E un yang terakhir ini punya akhiran ”I”, tapi kita
dengan dua pertama yang saya sebutkan), terasa ada
: ebutuhan” dalam diri kaum muda untuk secara bebas meng
an d *sikan potensi-potensi dirinya tanpa pengawasan, pembimbing
dn - -
bantu say:
-
: :mbangan
HMI - apalagi belakangan ini - i:
watak intelektual Islam yang Se
Nurul
Agustina, Belajar Menjadi Muslim
- -
12
9
masalah aktualisasi diri yang menjadi hak wanita sudah dipahami oleh
semua mahasiswi yang "normal”. So tidak perlu lagi ada lembaga khu
sus dalam organisasi mahasiswa untuk mengkaji masalah-masalah ter
sebut. Secara tak sengaja saya pernah membaca silabus pelatihan
Kohati yang salah satu materi yang disajikan adalah masalah peme
liharaan kecantikan untuk wanita, lha ini organisasi mahasiswa
atau ... ?
Beberapa faktor tadi menyebabkan banyak kaum muda (sebagian
dengan predikat mahasiswa), kemudian memilih untuk bergiat di jalur
jalur luar seperti LSM, yang meskipun kurang mempunyai suara dalam
pemerintahan namun kontribusi sosialnya jelas. Atau, seperti yang di
katakan salah seorang te" saya, "Mendingan di kelompok studi
deh, ketahuan kita dapat apa.” Kalau sudah begini, maka yang saya
lakukan cuma berdoa sem98* fenomena HMI yang saya saksikan ini
betul-betul hanya sepotong nada sumbang dari rangkaian keindahan
HMI yang sesungguhnya, walaupun yang sePotong itu cukup sering
saya temui.
VI
Masih sangat sedikit yang saya tahu tentang Islam. Masih ber:
ribu buku mengenai Islam yang belum saya baca. Masih terlalu sedikit
tentang Islam yang saya dengar. Dan karena itulah saya harus “:P
mencari dan menentukan keislaman saya Y*8 sesungguhnya. Ketika
kurang lebih setengah tahun yang ial:aya memutuskan untuk:
jilbab, hal itu terutama dilandasi oleh keinginan saya untuk memotivasi
diri pribadi ini untuk terus mencari Islam: meskipun kemudian timbul
komentar macam-macam. Biarlah, hak setiap °*8 untuk mengatakan
apa-apa yangtulisan
Ketika ia sukai.ini saya buat, saya masih aktif di Formaci, forum
: m:
: g sedikit dalam proses pencarian andil yang
yang tengah tidak :
saya jalani. Saya
a sangat bersyukur bahwa saya pernah beri"P° dan berkenalan
130 Mencari Islam
dengan E onganmenyenangkan
yang amat berarti : Tema
di foru
yada: am h
:ang
cob
3:memberik
::
memahami
fleksik: : apa sebenarn
:sederhana
rutama-tulisan
dalam
...k, adi
ini saya : E
ini itd:
ya Islam
Islam yang Berk
up saya. mem bantu
saya seles : do:
me h.
S
d
UlKall ialkan an
- . Untuk
*Seb.
TUBAGUS FURQON SOFHANI lahir pada 21 Oktober
1966 di Serang adalah mahasiswa Jurusan Teknik Plano
logi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Teknologi . Bandung (ITB). Sebelumnya menamatkan
pendidikannya di Madrasah Khairul Huda (1980), SD
Negeri II (1980), SMP Negeri II (1983) dan SMA Negeri
I Serang (1986). Sambil kuliah, dia juga sering mengikuti :
pendidikan khusus keagamaan, organisasi dan pers. Di
bidang organisasional, pernah menjadi Ketua OSIS SMP
Negeri II Serang, Sekretaris Umum dan Koordinator
IKOSIS Kabupaten Serang, Sekretaris Umum dan Ketua
Umum Keluarga Mahasiswa Islam (GAMAIS) ITB (1987
dan 1989), dan staf redaksi tabloid Salman Komunikasi
Aspirasi Umat (1987).
|
133
134 Mencari Islam
- di Seran8 sampai ki.,
kemudian menetap di -
-
Lingkung an.
Islam yang dapat disebut : di :E
masyatradision k : : ipandan
-
Pemaham an
g terbatas
S
kebenarannya,
sendiri, sebagai sesepuh Kondisi
(orang yang dituakan) dalam : : kiai
bersiteguh akan kebenaran fatwa yang dikeluarkan dan kura: at, yang
terhadap gagasan-gagasan anak muda. g terbuka
xk xk sk
|k k *
Ei
yang sebagian
tem an tidak memberikan E:
besar berpaham NU. Diskusi-di yang dilaku
emberikan kebebasan kepada siswanya untuk memilih : :ru selalu
-
Mulai
lain-lain. saat itu persepsi tentang ajaran Islam mulai
-
berubah secara
drastis. Saya semakin menyenangi kajian-kajian Islam yang berbau
ah
satu hal
”iman” i: d yang s:lalu
elaborasi yang lebih dal - - - -
-
ikhlas,
berbagaidan
PEsepanjang
"Hikmah
hidupnya,
dunia untuk
adalah
dengan semangat
memperoleh
harta umat Islamkebenaran
yang hiang
:
tinggiE
di ma
N :
api
E: E
bersabda,
E:
paling berhak menerimanya.” Ajaran Islam telah
zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, sehingga telah E
t dalam beberapa kurun waktu, dan bukan mustahil
ercikan ten:P°
berbagai kebenaran tersebut telah diterima dan diungkapkan oleh
mereka yang tidak secara eksplisit membaca syahadah.
Islam mengecam keras mereka yang menutuP diri dari kebenaran
keras hati dan keras kepala, sikap-sikap seperti inilah yang Epakan
sikap dasar orang ”kafir”. Islam selalu menuntut manusia untuk mem
berikan "alasan” ketika ia memilih suatu jalan, dan melarang manusia
mengikuti sesua: tanpa alasan yang jelas - termasuk ketika mengikuti
Al-Quran. Iman Epandangan Islam senan: dilandasi oleh ilmu,
dan Islam melarang keras id, karena hal itu bertentangan
sikap taqli aram, bahkan secara terselubung
dengan ruh bersera h diri kepada keben
bertentangan deng* fitrah manusia itu sendiri yang cenderung kepada
Di samping
kebenaran itu, keislaman seseorang adalah ungkapan kemanusia
annya secara utuh. Keislaman bukan sekadar ungkapan PE" dan
ikiran, bukan sekadar ungkapan lewat perkataan, dan bukan pula
sekadar ungkapan amal perbuatan, tetapi merupakan ekspresi kese
luruhan kemanusiaan. -
tersebut di atas, saya semakin mem
Dengan pemahaman seperti
pertanyakan keislaman dan sekaligus keim anan mereka yang se°*
menampakkan sikap dan
eksplisit membaca syahadah, tetapi tidak
perilaku sebagai seorang Muslim dan Mukmin. Demikian pula, saya
terus mempertanyakan tuduhan ”kafir” ya": dilontarkan oleh sebagian
orang ”Muslim”, terhadap mereka Ya"8 tidak secara eksplisit membaca
syahadah, namun menampakkan sikap dasar sebagai seorang Muslim
berikut ini:
- - - a ditan
- da iri-rir:
oleh ciri-ciri
Pertama, *yat-ayat Al-Quran ditafsirkan *:ara tekstual, tanpa
melihat konteks *9sial ketika ayat-ayat tersebut diturunkan (asbab :
nuzul). dan bagaimana relevansi ayat tersebut pada saat ini. Dengan
Penafsiran seperti ini, mereka tidak mampu melihat esensi ayat Al
Mereka telah membuat jurang yang cukup lebar antara makna hakiki
dengan makna yang tertulis secara eksplisit.
Kedua, pendekatan mereka atas Islam bersifat normatif, dan lemah
dalam membenturkan gagasannya dengan Problem-problem masyarakat
modern saat ini. Teologi yang mereka tanamkan adalah teologi yang
berdiri sendiri dan lepas dari persoalan sosial-ekonomi masyarakat.
Mereka sadar bahwa teologi adalah dasar semua pembinaan manusia,
tetapi mereka sama sekali tidak mampu menjelaskan, apalagi merumus:
kan konsep yang jelas, mengenai hubungan antara teologi dengan san:
dan teknologi, hubungan antara teologi dengan ekonomi, :
teologi mereka tidak mampu memecahkan problem-problem masyar
Ketiga, saat
kat modern ini. cenderung bersikap pragmatis dan berpikir
mereka •1 :
L : + arri
a.
ai
Budaya kritis dan terbuka
mbangan
terhadap berbagai pemahaman -
intelektual - kurang mendapat
agam modal dasar Peng°
: sehingga sebagian besar mereka tidak mampu bersaing dan
:kan Ensep yang jelas dan ilmiah yang dapat diterima oleh
Ei kelompok. Anehnya, mereka mampu dan terbiasa berpikir
Emiah ketika bergelut dengan bidang keilmuannya di ITB, tetapi jiwa
itu tiba-tiba hilang ketika mereka menafsirkan agama. Hal ini
an bahwa etos keilmuan itu belum merasuk ke dalam jiwa
nya sehingga belum menyatu ke dalam sikap hidup sehari-hari.
1
Keempat, mereka sering terjeb ak dengan istilah dan kurang meng
a di balik istilah itu. Mereka sering cepat setuju dengan
konsep yang kebetulan terkait denganistilah Islam, seperti bank Islam,
ekonomi Islam, sains Islam, dan lain-lain, dan cenderung menolak
konsep yang kebetulan tidak berlabel Islam - walaupun mengandung
makna yang selaras
Kelima, merekadengan Jiwa Islam.
sama sekali tidak membedakan antara ajaran Islam
dengan penafsiran mereka atas ajaran Islam. Mereka tidak sadar bahwa
hakikatnya adalah penafsiran mereka atas
yang mereka utarakan pada.
ajaran Islam yang boleh jadi keliru, walaupun puluhan ayat Al-Quran
-
uran dengan En
IT1
bahwa anya
kitabcircle
ini adalah kitab yang
atau putaran yangbenar
tidak
sendiri, yang "E akibatkan ad
Erena hal angkal.
ini m°:Impli kasinya kita membutuhkan seperangkat dalil
: E) - - -
terhadap
*:iona yang saya maksud. adalah dalil yang dapat
memberikan pembenara" terhadap seluruh isi Al-Quran, tanpa kita
harus memahami satu. Per satu makna seluruh ayat Al-Quran. Dalil
rasional yang seperti ini sebab. Pertama, ke:
dibutuhkan karena dua
:dakmungkinan manusia untuk memahami setiap ayat Al-Quran
sehingga dibutuhkan dalil yang dapat memberikan pembenaran ter:
hadap seluruh isi Al-Quran, tanpa memberikan pembenaran terhadap
setiap ayat. Kedua, pembenaran terhadap ssesuatu tidak hanya dapat
dilakukan dengan melihat dirinya semata, tetapi juga dapat dilakukan
dengan mengemukakan alasan yang berasal dari luar dirinya. Dalam
kaitan dengan pembenaran atas Al-Quran, maka kita mengemukakan
alasan dari luar Al-Quran untuk memberikan pembenaran terhadap isi.
nya. Alasan ini adalah dalil rasional yang membuktikan bahwa Al.
Quran adalah firman Allah, Zat Yang Mahabenar, tanpa sedikit pun ada
campur tangan manusia di dalamnya. - -
:
maqaman.
: Elipati pengembangan penalaran (fikr), :
ingatan (dzikr) y*8 akan dicerminkan dalam pengamalan Per.
penginga
buatan E. -
Eksnabian merupakan:
Emanusiaan (al-*:) ..........
Enada beberapa orang yang Edengan Pengelom.
pokan di atas, tetapi pengelompokan itu dilakukan karena perlu adanya
pembedaan antara 52tu bagian dengan bagian lainnya, walaupun -
sk krk
adalahperkembangan
mDalam sekelompok Ebudaya s 145
diakui bahwa umat - - -
budayaannya
Isla sendiri. Mereka telah :en: menentukan ke
pernah dicapai pada Abad Pertengahan. E
besar oleh umat Islam adalah pencabutan akar buda : ar budaya ter.
E yang
dahulu merupakan tradisi kuat di kalangan umat : intelektual yang
kan mereka menjadi bangsa terkemuka di dunia. E E
yang lemah ini bukan hanya memberikan implikasi E
Islam dalam penguasaan sains dan teknologi, tetapi lebih tragis l umat
lah matinya kreativitas kaum Muslim untuk menafsirkan Eda
agamanya.: setiap saat. Budaya intelektual yang dicirikan :
semangat jtihad di kalangan ulama terdahulu, baik dalam fiqh E
maupun filsafat, tiba-tiba menjadi melemah dan diganti dengan E
taqlid yang cukup mengakar di kalangan umat. Saya tidak :
bahwa budaya intelektual itu mati total, karena budaya tersebut di
beberapa tempat masih berkembang. Salah satu contohnya adalah
budaya filsafat setelah Ibnu Rusyd yang biasa kita kenal dengan aliran
iluminasionis (isyraqiyyah), yang terus berkembang hingga kini. Tetapi
secara keseluruhan budaya intelektual menurun drastis, seiring dengan
jatuhnya negeri-negeri Muslim di tangan bangsa Eropa.
Dalam keadaan kemalasan intelektual (intellectual lazine:). -
meminjam istilah Iqbal - umat Islam kehilangan sikap kritis terhadap
berbagai pemikiran, termasuk dari Barat. Mereka begitu mudah
memakan gagasan dan pola pikir yang diwariskan penjajah baik melalui
n hubungan sosial-ekonomi. Keny: ini
jalur pendidikan :P: rtengahan abad ke-20 negeri
semakin parah, karena walaupun pada pe
negeri Muslim banyak memperoleh kemerdekaan, tetapi pada hakikat
nya masih tetap m elekat kuat di kalangan umat Islam
dalamwarisan
bentukpenjajah
pola pikir sekular, watak yang tidak berani mengemuka
- -
kan yang benar, keningratan, dan lain-lain. Umat Islam ibarat pohon - -
yang tercabut dari akarnya sendiri, yakni akar budaya tradisional yang
dicirikan oleh budaya intelektual, yang menghasilkan. khazanah
pemikiran yang begitu luas. walaupun sebagian kaum Muslim saat ini
telah memperoleh kesempat* pendidikan yang lebih luas, bahkan di
antaranya adalah para sarjana, namun pola pikir mereka tidak terkait
dengan sejarah tradisionalnya sendi: bahkan di antaranya tidak m:
ngenal sama sekali. Para sarjana Muslim saat ini belum mampu menjadi
agen pengubah masyarakat menuju kehidupan y: dicita-citak: :
reka tergilas oleh roda-roda kapitalis dan termakan menjadi E k
pabrik besar, tanpa sempat memb“E masyarakatnya : :
tidak pernah mengerti persoalan. masyarakat dan menjadi kelomp°
: di tengah-tengah masyarakatnya sendiri.
ikiuarkan tidak bergema di hati, - • :
rk skrk
* Persoalan
kompleks umat Islam
dan mendasar: pada masa
mengingat : E::
depan Il
-
semakin
logi dalam kehidupan, Apa pun nama yang akan E tekno
depan nanti, namun satu hal yang sukar disangkal adalah : ada masa
logi akan mendominasi peradaban manusia. wa tekno.
Dominasi
mengingat teknologi
teknologi dalam
bersifat peradaban
sarat manusi E dipersoalkan,
nilai. : -
"efisien si”.
Prin "efisiensi” akan mendorong kepada produksi massal, dan
sip
bersamaan dengan itu, terjadi promosi produk-produk teknologi secara
besar-besaran agar dapat dibeli dan digunakan oleh manusia. Diakui
atau tidak, produksi massal dan promosi produk-produk teknologi
dengan berbagai bentuk dan cara telah mendorong masyarakat berpola
hidup konsumerisme. Jika sikap konsumerisme ini terus dipelihara dan
memasyarakat, maka hal ini akan mendorong industri-industri untuk
mengeksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dalam rangka
Pemenuhan kebutuhan fisik manusia. Dalam jangka panjang, hal ini
akan menimbulkan persoalan-persoalan lingkungan hidup yang semakin
Parah, dan ketidakmampuan alam untuk mendukung proses pem
bangunan berkelanjutan, yang akhirnya menimbulkan kesengsaraan
Pada anak-cucu kita nanti. -
kularisasi- Jadi,
- -
bersamaan
dominasi dengan
humanidominasi
d
tekn
Q.
dan se -
at ClO - IllSIne
rasionalisasi, ban manusia :dapat agm: d
logi atas Pera: manusia, do minasi rasionalisme dalam sistem
- -
Pen
nilai kehidupa: dominasi terialisme dalam pandangan hidu
inasi ma
tahuan "E filsafat ia dan
ini berarti ada dominasi humanisme d I P - - -
Elia: :
telah
ketiga wilayah filsafat itu Elah
merasuk ke. bawah sadar :wa
semua implikasi teknologi. terhadap kehidupan manusia di usia,
Iman
Tb. F
urqon Sofhani, Antara Serang dan Bandung
-
149
tidak
-
:ungkin
:: menjangkaunya.
ya. Jadi pengenalan diri dan wahyu secara
- - -
berimpit dig
serta menemukan * untuk mengembangkan
makna kehidupan dirinya:
yang harus dilalui: '; ebih jauh
makna kehidupan berarti tidak ada sekejap pun :
dalam kehidupan manusia karena selalu terkait den : : :
iangka panjang (akhirat). Kesadaran ini akan m: E :
tidak terjebak di , dalam kebahagiaan jangka pendek : :
Entiasa diproyeksikan untuk kebahagia:).
Sejarah telah mencatat bahwa sains dan teknologi : k
faktor utama peubah budaya manusia; dan pada E :
akan datang: kenyataan ini tetap merupakan fakta yang sulit :
Tiga revolusi di dunia yang biasa diistilahkan dengan revolusi pertanian.
industri, dan informasi selalu terkait dengan perubahan sains dan tekno:
logi yang akhirnya berpengaruh besar terhadap budaya (cara hidup)
manusia. Perkembangan sains dan teknologi terus terspesialisasi. Pada
masa yang akan datang, proses spesialisasi ini akan terus terjadi. Dalam
perkembangan ini, maka kelompok masyarakat yang memiliki spesiali
sasi dalam bidang tertentu, serta secara profesional dapat dipertang
gungjawabkan keahliannya, akan menjadi kelompok yang berpengaruh
di tengah-tengah masyarakatnya; sedangkan mereka yang tidak
memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu akan tergusur oleh persaing
an kehidupan yang semakin ketat. Lewat alasan inilah umat Islam harus
terus ditingkatkan kemampuannya, sehingga menjadi kelompok yang
tangguh dalam bidang sains dan teknologi tertentu serta mampu ber
saing dengan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, jalur strategis untuk
pengembangan itu adalah jalur pendidikan melalui lembaga-lembaga
yang secara khusus membantu kualitas umat Islam dalam penguasaan
sains dan teknologi, khususnya pada penguasaan teknologi informasi.
Peningkatan kualitas umat Islam tidak sekadar penguasaan sains
dan teknologi, tetapi merupakan usaha membuat transformasi ajaran
Islam ke dalam bidangnya masing-masing. Dengan kata lain, umat Islam
dipacu untuk membuat proses ”Islamisasi” di bidang-bidang atau
disiplin keilmuan yang mereka hadapi setiap hari. Usaha ini merupakan
usaha yang berat dan memakan waktu puluhan bahkan mungkin ratus
an tahun, agar konsep yang dihasilkan mampu bersaing dan dapat
masyarakat. Dunia Barat membutuhkan
diterima oleh segenap lapisan
waktu lima sampai enam abad untuk membangun sains dan teknologi
hingga berkembang seperti sekarang ini. Hal itu berarti bahwa umat
|slam pun akan menempuh rentang waktu yang cukup panjang. Usaha
ini
:*nbegitu lama, karena umat Islam saat ini tidak dapat ha"Y* melaku
langkah ”tambal sulam” terhadap perkembangan sains dan tekno
: yang dewasa ini merupakan produk Barat, dan yang secara jelas
E
demi tPerbedaan dan pertentangan
ini harus membangun akar
kembali budaya E.:
paradigma. keilmu. 3IUI
::
tidak bebas nilai. Sains dan teknologi E netral, subj:
dll
-
dengan E. - ya uat
Dalam membangun sumber d - knilai
3.Il - emb aya manusia i
Sla lu
: E : Membangun Ercakup Pengerti
diri, yang selal ati manusia. Sesuai dengan arti menjiw:
: ::E kebenaran dan : ilmu itu se
-
E : 4:erilmu
bertentan memiliki watak untuk :an :
embela kebe maran yang dimilikin Saha terus me:
juga : E umum.
i melepaskan keyaki
:angWalaupun
sama
ha: Pada
- -
Pengembangan
formasi ajaran Islam konsep-konsep pada dasarnya adalah upaya tran:
ke dalam berbagai segi kehidupan manusia sesuai
dengan keadaan masyarakat saat itu. Usaha ini tak lain adalah menafsir
kan kembali ajaran Islam ke dalam berbagai problem masya"
modern dan keharusan uma:
Islam untuk membangun kebuday":
-Islam pada hakikatnya adalah prose:
sendiri. Proses
pemasukan transformasi
unsur transendental (wahyu) sebagai pijakan dasar ke :
ajaran
berbagai konseP kebudayaan, seperti sains dan teknologi, :
pendidikan, sosial, dan lain-lain. Pemasukan wahyu : :
dasar dan sekaligus sebagai penyaring berbagai konsep ya: :rjenjang
merupakan konsekuensi penerimaa" terhadap k: : menemp*
menurut tradisi hikmah. Sebagaimana diketahui, tradisi : terting:
kan potensi kenabian dalam menerima." ahyu. sebagai pu: dah da"
kesadaran kemanusiaan, sehingga -
-
Tb. Furqon Sofhani, Antara Serang dan Bandung 151
seperti Nabi Muhammad, menyebabkan belia
u mampu menerima
wahyu dari, Allah yang selanjutnya dijadikan sebagai Pedoman untuk
manu81a- oleh karena itu, wahyu T, yang diperoleh oleh orang yang
telah mencapai kemanusiaan tertinggi - harus dijadikan sebagai hukum
pertama bagi perumusan konsep-konsep berikutnya. Berdasarkan
wahyu inilah semua konsep kebudayaan harus dirumuskan dan dijabar
kan, dan sekaligus sebagai penyaring bagi konsep-konsep kebudayaan
yang saat ini telah berkembang. -
hakiki- -
yang selalu terkait di setiap
hukum
tidak berubah,
: 4:n. Makna hakiki
dan satu makna hakiki dapat yang bersifat
inilahdicapai dengan
': ap
cara, yang merupakan alternatif ya"8 dapat dipilih sesuai - -- -
dengan keada
an masyarakat.
: keadaan sosial ::
masyarakat -
sendiri yang
- - -
Eini,
: ini benar, beb°
t1C1d -
nilai, "
a selan
obi *n merasa konsep yang diterimany
• *
kritis terhadap k: -
yang di
akan digunakan
E melakukan proses transformasi it saat ini
nyangkut metode-metode atau model u sendiri,
• -model yang
i luar I -
dengan
an k
Usaha pert arena proses Pemaksaan
ie ama yan
ajaran-ajaran :
- - -
Jemahkan
Yang ditan
*tegis harus dilakukan adalah mener
ar Isl
: bukan E k: dalam problem sosial. Akidah
*n sosial. Akidah M:: h E tidak terkait dengan :
*ngan akidah IYla °rlepas dari persoalan sosial tidak
ini, E menuju suatu perubahan,
akat akan tetap berada pada status
syarak: untuk lanya. Keistime -
BilalE. : d NEk: E:
:8an akidah ini, seorang E :
a
jiwanya:
“
-
.
menan:
: berjuangu
gka "Ya dengan mudah bahkan menggerakkan
t -
ke tingkat
-
n teknologi;
-
t.
: tinggi dan membantu riset dalam : al-mal
:1 .
°nsif melakukan
dan pembE
-
:
:
- pembenaha"
dapat E -
! e
- "faq, agar dana masyarakat
!. an
“uhan jangka pendek yang kurang °
- kikatnya
:
-
um :a 'a :(penyucian (E
tazkiyahkelomp9*}:
al-naf k), dan
-
E:
"..han). Pa° Th
ntah -
penyucian masyarakat *
154 Mencari Islarra
berinteraksi dengan umat lain, diiringi dengan
akan
iniIah urnat Islarn -
|: -
*
:
ke is : “ . ...a .
Jakarta.
TRANSFORMASI ILMU DAN MASYARAKAT:
OBSESI SEORANG ANAK DESA
Saiful Muzani
***
tinggal di suatu desa, : :
:
disipl: Banten, saya tidak pernah bermimpi ""tuk : menjadi
masih kecil dan masih • -: ik deng
IT1 2
kalau
°rakhir ini saya sadari sebag* hal yang
- -
157
:
158 Mencari Islam - io-kultur
elakang sosio-kultur saya
saya letakkan persepsi tersebut : : : di Dunia k:
ketika itu, yakni masyarakat : "E. para kiai, waktu itu masih
Orang-orang tua :
: mencari ilmu : an suatu
kuat eskatologis (guna ilmu lebi d iyakini
dengan suatu P bersifat
kegiatan yang E ang harus dipersiapkan untuk di hari akhirat
sebagai : : : at ilmu sebagai kekuatan untuk memecah.
E ersoalan praktis di dunia ini. Mereka ketika itu masih
E bahwa menuntut ilmu E ritus untuk
di dunia: (other worldly rite), bukan : agianal yang
membuat orang punya kemampuan untuk memec an Persoalan di :
:
dari dukun. Beda dukun dengan kiai adalah: dukun kaya dengan ilm :
ilmu untuk memeC
ahkan persoalan-persoalan praktis secara magl° :
"enguasai ilmu a8ama Islam dengan baik; sementara kiai, di :
Punya ilmu-ilmu
semacam itu, ia juga menguasai ilmu-ilmu *
Saif
ul Muzani, Transformasi Ilmu
-
159
ir membaca kitab kuning, dan -
nya dari setan. Begitulah kaitan antara ilmu den : mengambil ilmu
masyarakat ketika saya masih kecil. gan kepentingan praktis
unyaTapi
pandangan E m:
yang mengherankan, saya meli: “: (ayah)
-
*eluarga
"daya ini.ayah termasuk
Anggota merekaY*
masyarakat yang." Sam
lain, : tas dalam kehidupan
: mempraktekkan ilmu ya: bersifat ma: I 3.
ereka Esampai pal sekara":
se : dul
“ saya di desa terhadap kesaktian s:doa deng
- - - -
Eberkah
ls mereka.
dari syaikh hing8° m keluar:a ayah, -
mbu
ari :enih ”modernisasi” itu : ibu sebag*
asil interaksi keluarga *Y
160 Mencari Isla"
masyarakat desa
seorang yang
E rakat urbanukuran
untuk (Jakarta).
E ke Jakarta, terutama E
desa Kakek saya banyak
saya, dan adalah
berdagang.
CITIa - - ang tin
E E punya rumah; dan anak anaknya banya Yang tinggal
di J akarta, 3
mengenyam pendidikan modern. Dari situ benih moderni
* Pemahaman ke.
le ucon dal :
la akan demam;
-
-
: sudah
am masvarakat. ”kalau
menyatuay betul dengan kebunny a.” Adakah
menjadi petan"i 1lulet seperti
- --
Je saya, keuletan
secara mendalam. Tapi bagaimanapu".
dan ketekunan ayah tersebut tet
me: E
bukan bera:
: saja ayah punya sejarah sos:
la:urunan orang kaya di desanya.
3.
tuk desa *
*yah y g -
t di) m kan kea
ll untuk menjadi kaya -
:
k u haru yang Eg
rp ngaruh, kamu harus menjadi o: :
ilmu
“mberi makan orang van menun" dan
minta. I orang yang Enya,
tu baru kiai yang sesung8"
Saiful Muzani, Transformasi Ilmu 16
3
erpengaruh
kamudalam masyarakat. Bicara apa
miskin." Pun kamu tidak akan
-
... :
normal pula. diTidak :
tingkat kecerdasan yang
lewatkan
sejak SD dan SMP yang saya: tingkat
amatan say°:
-
-
gan kesadar
E :cukup kua
:ng vall
kelak dapat cukup E saya
lah dialekti : u'hari ayah E E bahwa
- 1 -
E pendidikan dengan P:
E E:
ka tidak heran yaitu
-
an:
pendidikan sanga dariharfiah.
a secara aspek ekonomi,
Misalnya,mak:
ketikatidak
sayaheran
tamatkalau
Ibti.
hal itupendidikan tingkat ini ITICnurut ayah
dijabarkanny 3. dari
4: idikan agam
:E didorong untuk masuk Sekolah Menengah
Ekonomi Pertama (SMEP), dengan harapan saya. akan mempunyai
pengetahuan yang memadai untuk bekal saya nanti memperkaya diri.
Tapi baru satu tahun, SMEP dihapuskan. Kemudian ayah menganjurkan
untuk pindah ke SMP dengan pertimbangan saya dapat masuk ke SMEA
kelak (jadi masih melihat secara harfiah hubungan antara jenis pendidik.
an dengan perbaikan kondisi ekonomi), dan kemudian masuk ke fakul.
ta: ekonomi ketika kuliah. Tamat dari SMP, saya sudah punya penge.
tahuan yang memadai tentang jenis sekolah apa yang punya nilai tukar
Einggi sehingga saya dapat menjelaskan kepada ayah bahwa SMAjauh f
lebih : masa-depan dibanding SMEA, kalau dilihat dari kacamata
:
pasar. Sebab dari SMA,” Saya meyakinkan ayah, ”Saya dapat masuk :
kuliah jurusan apa sai y p- - 3 :h :
*Pa saja, apalagi kalau. jurusannya
b erada dalam lingkara IPA.” Karena masih
*°ara ekonomi, tent Il : ayah yang melihat y
nilai pendidik
- - - -
dengan Di mudah
SMAEggapi secara positi:
PE* untuk mata pelajaran IPA, dan karena it"
-
ayah Ketika
Inggris, sebab tanpa penguasaan yang memadai dalam bahasa ini, sulit
bagi saya untuk berprestasi kelak ketika kuliah, mengingat buku-buku
di perguruan tinggi sebagian besar dalam bahasa Inggris. Saya jalani
kursus ini sampai masa akhir saya di SMA.
*k xk k
lebih
terima dahulu
erima s°3 ": uC :: : me
lain, sert° mey 3lIl Il:
rukun Islam
merek
yang
3 E Yang :lan
E ni:laEka h rasa Imle
Ek kecil. Keyakina:
a, tapi tumbu
-
benci terha ap y n: :
di:
untuk me" - ereka
ukkan Eoalan
ma: E agama
3t
du 3.
te
ter:
:jem :
Kedua6:e dalam Eya tersebut
tema”dialog tampaknya
say°. dengan kedua teman E:d uas -
a: “
tem ahk:“l
al ke
perbedaan
beberapa tEn di antara
agamaterakhir :saya
saja.dengan
Merekamereka
tidak Ini bar
: all : Saya
agama dengan cara mengkonfront begitu
b : yang lainnya. Mereka berpandangan bah asikan an rtarik Eda:
, dan mengajarkan kebaikan.
ensi Dengan P : : ag Etg
dIAClan
-
dan Al-Ki -
, di sampun aca b
lain mencari
: ni tidak landasan
lain untuk \l-Kitab (Bibl g saya
E kelemahan e, Kitab S membac uku-buku
oktrin teologi Isl ari Kitab Suci di satu bi UCI aga i. d
-
kesadaran untuk mempertanyak
pE E 3 g me
-
al - -
- - yakan
:
Muzani, Tran
Saiful -
den
Edoktrin dalam dipe:E:
Kristologi yang Kristen umat
gan
do rang- Semua hasil bacaan saya yang berkaitan : -
sek:
: juga
a angkat
merupakan tema b:
sebagai guru E.
diskusi atau dialog
:dengan dia n:
Tapi E bulè s aya
menanggapi
Eah :in um-senyum dalam
saja, tampak tidakWE
Kristologi. bergair : rbicara -
: mereka
baik kepada saya, dan bagai:
tu k
da su“Ereka ber
ba, h a it . ''.
bag E
rsikap berada E semua membenarkan E :: P
e -
d.
-
-
- : perbandingan. t: : yakni :
diguna:
Etis Eerhadap
dan logis (ke doktrin pokok ayat-ay
dari kedua agama :ab :
ini (Islam:
Kristen). .
Untuk kepentingan disiskusi
ll aupun saya
tersebut, banyak
Perjanjian membaca
Baru, di Al
Kitab (Bible) baiikb Perjanjian
-
-ayat dan
Keselamatan) dengan ayat-ayat dari Kitab Suci mereka serta
latif si hasi: udi
dari kalangan teolog mereka sendiri. Dalam waktu relatif singkat, saya
merasa pengetahuan Kristologi saya sudah berada di atas rata-rata para
misionaris yang masih muda-muda itu. Karena begitu banyaknya saya
membaca Kristologi, saya merasa pengetahuan saya tentang Kristologi
waktu itu jauh lebih baik ketimbang pengetahuan saya tentang Islam,
walaupun yang terakhir ini telah saya kenal sejak kecil. Walaupun
begitu, saya juga banyak mendalami Islam, terutama yang berkaitan
dengan teologi. Dan ini tidak lain kecuali untuk kepentingan diskusi
“:adaan ini bersamaan dengan tah: kedua saya di fakultas.
Walau UIl - -
Ilasi
-
oleh per
- pen f
- terutama epistemologi dan metafisika I - b -
a!!
:a. atesis-tesis yang harus diuji itu berkaitan dengan per
melihat bahwa teori kebenaran yang d: :
-
teolog tidak akan banyak membantu. Maka seketika itu pula saya ber
en:dan menjadi gandrung dengan teori kebenaran dari kaum rasio
-
lis (teori koherensi). Ini secara tidak langsung membuat saya
dengan rasionalisme dan idealisme secara keseluruhan. Pada
ini saya akrab sekali dengan Parmenedes, Socrates, Plato, Des
tahapKant dan Hegel. Tapi, bagaimanapun, semua ini saya pelajari
kepentingan teologis. Jadi filsafat digunakan dan ditundukkan
y - - - - -
an persoalan ini adalah suatu tesis dari teman Advent saya, yang
: pada doktrin dari Santo Paulus yang menyatakan: ”upah
dari dosa adalah kematian.” Teman Advent saya menjelaskan bahwa
akibat dari pelanggaran Adam dan Hawa adalah keterpisahan manusia
dari persekutuannya dengan Tuhan di taman Firdaus. Keterpisahan ini
membuat manusia terlempar ke dunia yang fana ini, dan ketika mulai
terlempar itulah manusia masuk ke dalam proses kematian. Kalau
dikatakan bahwa pelanggaran Adam dan Hawa tadi sebagai dosa, maka
masuknya kita ke dalam ”lorong" kematian dapat dikatakan sebagai
buah atau akibat dari dosa. Dari sini teman Advent saya menggenerali
sasi bahwa dunia ini adalah kematian, dan karena itu segala yang datang
ke dunia ini berarti masuk ke dalam lorong kematian tersebut.
Menurut doktrin yang dianut oleh teman Advent saya ini, tidak
ada manusia di dunia ini, atas dasar upayanya sendiri, yang mampu
“luar dari lorong kematian tersebut. Manusia di dunia ini pasti mati.
:: sendiri manusia tidak akan mampu kembali ber
E. : Tuhan. Untuk itu, Tuhan, karena kasih sayang-Nya,
yang E ini lewat Kristus untuk membebaskan manusia dari dosa
“ya dengan E dan kemudian membangun kembali persekutuan
angun E an. Kemampuan dan cinta kasih Tuhan untuk mem
*monstra: : Persekutuan dengan-Nya yang telah rusak dulu, ”di
“ oleh Kristus lewat kemampuannya mengalahkan
-
170 Mencari Islam
kematian. Ayat-ayat
sahkan bahwa Kristusterakhir dari keempa'
mati karena Injil Perjanjian
disal°. kemudian Baru mengi.
dikuburkan
setelah tiga hari kemudian ia bang: kembali (hidup). Ini se:
rupakan kisah yang dijadikan dasa: bahw a Kristus mampu mengalahk
- - 6.
Pembahasan
kematian, secara
dan dunia yangmendalam
fana ini :: hubungan -
antara dosa,
tasawuf (sufisme). Tapi ketika sa ab m islam, saya temukan dalam
wuf, seketika itu pula saya i: : t membaca buku-buku tasa
terhadap anggota m: :
dan tertindas. Semua sikap dan Perjuangan semacam ini dapat ditemu
kan pada hampir semua para nabi dan rasul yang lain.
Pengan memahami sejarah hidup dan ajaran Kristus serta Inem
bandingkannya dengan ajaran dan pengalaman Spiritual para sufi besar,
Kristus bagi saya merupakan tokoh yang telah ikut membantu lahirnya
rasa Prihatin terhadap lingkungan, ikut menumbuhkan kepekaan hati
*ya terhadap keadaan orang-orang yang lemah dan tertindas di sekeli.
ling saya. Kristus telah ikut mendorong saya untuk menggali ”jati-diri”
*ya, yakni memunculkan sifat-sifat ilahiah yang ada dalam diri saya,
“Perti yang juga ada di dalam hati setiap manusia. Kristus dan Al
*lai telah membuka hati saya agar menjadi seperti mereka, menjadi
:Perti mereka berarti menjadi seperti Tuhan, bukannya mensubor.
dinasikan diri saya ke dalam kebesaran Kristus atau menjadi hamba
Ramba Kristus; dan bukan pula menjadi hamba-hamba Tuhan melain
:enjadi seperti Tuhan. Menjadi seperti Tuhan berarti berkeinginan,
berpikir, dan bertindak seperti Allah. Saya tidak mengenal Zat Allah,
hanya nama-nama-Nya, seperti Mahaadil, Mahabaik, Mahakasih, dan
*rusnya. Semua nama-nama inilah yang harus menjadi pusat orientasi
Ekan seperti
saya kalau
menjadi
saya mau menjadi seperti Allah. Hanya :
Allah-lah saya dapat selamat, hanya dengan E 1
sekali tidak praktis, suatu keadaan yang bertentangan dengan arus yang
minan emikpadi
- setelah ba
do lanm ber
dahu
t ta atau pun yar kadampngus. ra
halu -disalua se
ya baru
be Sada di
dar bahw
lingsakungan dan
a
dunia yang mengasingk an saya. Semangat kuliah saya kemudian tu"
s;
drasti tapi bers am aa n dengan itu saya menjadi semakin terlibat dengan
tema-tema keagamaa n, mistisisme dan filsafat. Saya akhirnya memu":
kan untuk mening galkan as
fakult anini deng , uk
segala risiko termas
dimarahi keluarga. Apa yang ada di kepala saya waktu itu adalah
memasuki lingkungan tempat saya dapat menekuni filsafat, mistisisi"
Saiful Muzani, Transformasi 1lihu 173
teologi, dan Perbandingan agama. Dan di penghujung masa kuliah saya
di Fakultas Kedokteran, untuk :E : E dan E
isme, saya berkenalan dengan beberapa orang pastur. Dan pernah ter
lintas dalam benak saya, di suatu hari saya ingin hidup seperti mereka.
Mereka hidupnya sederhana, ramah-ramah, hangat, pintar-pintar, dan
tampak ikhlas Sikap mereka sekilas jauh berbeda dengan dosen-dosen
saya di IAIN pada umumnya, yang ketus-ketus dan memancarkan
ketidakdamaian dari lubuk hatinya. Aku ingin menjadi seperti pastur
tanpa harus jadi penganut Katolik. Barangkali, hal itu dapat saya
tempuh kalau saya masuk ke Perguruan tarikat tertentu.
Walaupun saya sudah tidak tahan kuliah di Fakultas Kedokteran,
saya tidak meninggalkannya begitu saja. Apa yang membuat saya berat
untuk cepat meninggalkannya adalah sudah cukup banyaknya biaya
yang saya keluarkan selama itu. Di samping itu, saya berharap dapat
melalui sekolah kedokteran saya sambil lalu sementara saya menekuni
ilmu-ilmu yang memikat hati saya. -
di
•
Ushul: sekolah
ninggalkan : kedokteran * Saya se : enin : *P sampai
satu tahun, dan kemudian merasa P* untuk meninggalkan sekolah
*: ke IAIN bagi saya adalah jelas: bukan untuk belajar jiqh,
hadits, Al-Quran secara khusus; tapi untuk belajar filsafat (filsafat :
- E -
tisisme, teologi
- - -
:ya(apatahusaja),
- -
Perbandingan
bahwa
- agama (terututama
tema-tema 1tu terkait Juga
-
dengan Af Quran. Kalaupun saya belajar Al-Quran, maka hal itu sejauh
terkait dengan ilmu-ilmu yang saya minati tersebut, bukan sebaliknya.
ik krk
a pribadi, dan itu hanya suatu pemah * dan pemahaman itu ada
lah relatif, dapat benar dan dapat tidak. Y ang tahu hanya Allah. Kalau
IT1
buhkan ag* :maman:
dapat hidur
-
uf
" *P dan
bernafsu "
: bagian da:i warisan
uk menur teologi”
-
iadi "keanzk
* bergeser menjadi
W ”k --- uh
-
: E yang
-
.p, alahmun:
-
pand:
yang benar. Keangku:
:epistemologi: P faktor yang :l
: bahwa hanyaa pandanganny°: menurunkan : :a
ra.:“
4#4
ika
aspek b "us mengalami ibat
galami perubahan, akibat dari din* uf :-
da"
" ini merupakan aspek objektif dari Tuhan.
Saiful Muzani, Transformasi in: 177
pek batinnya merupakan aspek subjektif dari Tuhan. objektif
: adalah dunia atau Jagat raya ini, dan aspek subjektifAspek
adalah Tuhan
:ikasikan
": oleh E
sering dipahami sebagai kenyataan transendental dan sering diper
beragama. p
ia juga mempunya: aspek itu. Karena itu, dalam diri manusia terdapat
ek transenden dan aspek imanen. Ini suatu kontradiksi. tapi
: inilah yang menciptakan dinamika, dan akan :
sejarah atau kebudayaan yang bersifat relatif karena terus mengalami
perubahan: - - -
E -
nilai, -
dari! dialektik
d :
suatu kond: -
: situasi -
dan masyarakat.
rup
tertentu, mer"P:
-
Demikianlah, dialektik
- -
terus berlan :
- : ALOuran mesti terus dalam perubahan; Ai.
E E sama dengan Al-Quran abad keduapuluh uran
belakang : E
: E: Karena itu, makna
entukan oleh latar
Al-Quran pada dasarnya akan di
io-kultural di mana, kapan, dan oleh
Atas dasar itu, di sini ca atau dipahami. ting
metode tafsir yang ol ra A: 3. objekt
88 berani unty ik gmengklaim
oleh penganutnya dianggaPya° lain
bahwa metode d
Saiful Muzani, Transform
- - -
inilah y: Ilmumenjadi
•
ang
-- A
179
- -
dipanda”8
111 ir ”Al-Quran dengan
Tafsir 8 Al-Quran”
99 ata >>
pada suatu asu: bahwa kondisi dan situasi individu dan masyarakat
merupakan realitas yang tidak berubah, suatu asumsi yang sulit diper
tahankan. - -
: bersifat P: eITh
sosiologis di mana Al-Quran akan
tika ia harus "
-- -
: Yang pertama menyangkut hub ubungan
: secara deduktif? E sosio-historis: Adakah Suatu
penafsir atau peneliti
fenomena sos10 -histor
-
: dipahami atau bermakna begitu saja
eliti menggunakan ”kerangka baca” seperti teori
tanpa penafsir atau Pe"
tertentu atau paradigma *entu?
E Yang kedua menyangkut persoalan
induksi, yan
epistemologis secara umu: y akni menyangkut
i: mutakhir di bidang ilmu sudah mulai disisi:
-
E Esa David E
Et
dasa: etik Al-Quran,hubungan tema pokokterhadap
dengan pembacaan AEg merupakan
realitas sosiologis di
mana tema pokok tersebut ingin diturunkan secara deduktif. Realitas
sosiologis tidak dapat ditangkap begitu saja. Ia menuntut prasyarat.
prasyarat tertentu yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang sudah ter.
didik untuk mampu membaca realitas sosiologis tersebut. Tukang
penjaja sayur, misalnya, akan kesulitan untuk menangkap makna
semakin bertambahnya pembangunan fisik yang tersentralisasi di
Jakarta sementara ia tetap secara turun temurun berprofesi sebagai
tukang penjaja sayur. Lain halnya kalau hal itu ditanyakan kepada
mahasiswa atau profesor ekonomi-politik, sosiologi, dan lain sebagai.
nya. Dan di kalangan yang terdidik secara khusus pun masih banyak
ditemukan perbedaan makna dari fenomena sosiologis yang sama yang
mereka tangkap. Apa yang membuat Perbedaan seringkali adalah karena
: Paradigma yang mereka gunakan untuk menangkap realitas
:°°9'98: - atau mungkin untuk mengk
berbeda-beda. ngkonstruksi realitas sosiologisis - - - -
Ul
- - -
kan apa
ada beberapa hal y: h: dirambah Rahman. Untuk ke sana.
-
- :
m katasuwhsidit.u, saya belum dapat melihat Islam dengan segala term
ari Islam 2. 2, sebagai ”distinctive Cate J
:
sosio-histor*: endesak adalah mengkaji sejarah,
:abiskan
aãIi
sumber daya E
ang lebih
-
-- - an diri
E diseb:
:A:, seperti E
dengan : Ender Frank, dan lain-lain. Karena yang lebih me
: Eusia dan lingkunga:* (fisik, sosial, dan budaya),
1 MarX, - -
:na itu, bagi saya adalah lebih strategis untuk menafsirkan dan |
mengubah manusia dan dunianya secara luas, bukan menafsirkan dan
Eah Al-Quran. Yang penting.E melakukan studi kritis ter.
hadap wahyu, tapi melakukan studi kritis terhadap situasi dan kondisi
Esia. Kitik teologi harus diubah menjadi kritik antropo-sosiologi
ini harus saya tekankan, karena saya merasa sudah begitu banyak
sumber daya dikerahkan dari kalangan umat Islam untuk melakukan
penafsiran terhadap Al-Quran, padahal sejarah umat manusia kii .
banyak digerakkan oleh kegiatan di luar itu.
xk k:k
men ata historis itu telah mendorong saya untuk berasumsi bahw
ahyu (Al-Quran) merupakan hasil dari pergumulan Rasulullah dE
: kungannya (fisik ataupun budaya). Dalam arti ini, saya kira tidak
: pernah ada Al-Quran tanpa adanya kesadaran Rasulullah yang
ak ngacu kepada lingkungannya secara timbal-balik. Al-Quran buka:
: apriori dan realitas di sekeliling Rasululah sebagai aspek a-poste
: tapi merupakan produk dari hubungan dialektik antara kesadaran
Eliah dengan lingkungannya. Kesadaran Rasulullah yang mengacu
kepada realitas di sekelilingnya tersebut, saya sebut sebagai ”kesadaran
sosi ologis”. Kesadaran sosiologis Rasulullah punya kemampuan untuk
Entransendensikan dirinya dari determinasi sosiologis, dan karena itu
kemudian mampu mengubah realitas sosiologis tersebut, suatu aktivitas
yang mengubah "realitas lama” ke ”realitas baru”. Kesadaran semacam
inilah yang sebenarnya merupakan makna dari ”kenabian”. Di mana
:a di dunia ini, setiap nabi adalah mereka yang tidak dapat menerima
k:ndisi dan situasi mereka sebagai sesuatu yang given.
"Kesadaran sosiologis” itu dimiliki oleh setiap individu, tapi
aktualisasinya berbeda-beda, dan apa yang membuat beda adalah per
bedaan realitas sosiologis serta kapasitas untuk membaca dan mengubah
realitas sosiologis tersebut.
Karena Al-Quran merupakan produk dari kesadaran sosiologis,
maka Rasulullah tidak menghabiskan umurnya untuk mencari atau
mengembangkan metode tafsir Al-Quran. Al-Quran adalah abstraksi
umum dari kesadaran sosiologis yang dituangkan dalam kata-kata indah.
Di sana-sini kita memang melihat ayat-ayat yang seolah-olah tercerabut
dari akar sosiologisnya. Misalnya, cerita tentang keadaan surga, neraka,
dan banyak lagi, yang semua itu dipahami sebagai kenyataan yang ter
pisah dari dunia ini. Pemahaman seperti itu barangkali betul, tapi saya
melihat bahwa semua itu merupakan kondisi dan situasi yang mengacu
kepada situasi dan kondisi di dunia ini. Dengan demikian, ayat-ayat
:emacam itu menjadi tetap bermakna di sini dan kini. Ini tidak berarti
bahwa saya tidak percaya kepada dunia eskatologis. Saya percaya, tapi
E tidak tahu, dan karena itu saya tidak punya hak untuk mengata
nya. - -
Tapi, bagi saya, persoalannya tidak sekadar sejau mana hasil studi
kita mampu memenuhi tuntut:" pasar, tapi bagaimana ia mampu meng
ubah pasar dan lebih Eberikan perspektif bagi umat E. Model
tafsir yang kita buat sejauh ini merupakan usaha membuat Al
untuk
Quran tetap relevan. Padahal, persoalannya terletak dalam situasi dan
Edisi manusia dengan lingkungannya. K** bagi saya, yang stra.
tegis bukanlah melakukan kritik eskatologis tapi kritik dunia, bukan
kritik nash tapi kritik situasi dan kondisi antropo-sosiologis yang terus
berada dalam perubahan, kalau kita mau menciptakan sejarah.
itulah dasar-dasar hasil pergumulan keislaman saya dalam hubung
annya dengan Al-Quran dan tafsirnya setelah saya nyantri di IAIN
Ciputat, walaupun hal itu saya kira tidak dikehendaki oleh guru-guru
saya di IAIN. - :
xk k:
tual pihadapkan
Islam yang dengan E
kenyataan
menjelaskan ::
seperti itu, intelek
-
- Indonesia berbeda dengan Islam Arab, dan seterusnya. Ini semua ":
: Munjukkan bahwa di dalam Islam itu sendi: terdapat keragama"
: walaupun sama-sama merujuk kepada Al-Quran mush-haf
E. Karena itu saya tidak dapat membayangkan E
EJ"ga, kebudayaan Islam”
maka barangkali dapatada
hanya dirumuskan. Kalaupun :
"strategi kebudayaan :
Islam Indo
ia", "strateg'
-
k:alamkebudayaan
Arabia”, dan
saya
seterusnya,
: kira b
11 siologis. Karena itu, di dalam Ek di
:k: : : E d:
atas. k: arakat kelas ba
kelas
Ul ara Cor:
80ti
-
su:
si d yang -
3 kare i ka.
- -
ilmu-ilmll - 93 - - -
- -
mem ku, s
Pertanyakan agaim
ang Pertama
meta-ilmiah” l
eb
-
E yang kedua memahami:
bersifat ”ilmi dlla
-
|
*- - , ". -
P-konsep dan teori-teori tadi la: :
ke sosiolo:“tutan “ah”, sedang van ih bersifa
Eah ': kedua itu E : masil
mu, dan dI)
lebih banyak manusia yang menderita karena ilmu yang ada sekarang
ini. Saya punya dugaan bahwa ilmu sekarang merupakan formulasi yang
merupakan cermin: dari subjektivitas masyarakat kelas atas, dan
karena itu ia punya kekuatan yang represif terhadap kelas bawah karena
kepentingan atau subjektivitas kelas atas sudah barang tentu bertentang
an dengan subjektivitas kelas bawah. Karena itu semua, maka adalah
panggilan kemanusiaan saya untuk melakukan kritik dan transformasi
ilm: sekarang ke arah ilmu yang tidak mencerminkan subjektivitas
sepihak. Ini hanya mungkin apabila masyarakat tanpa kelas dapat terus
:ekati dan diraih. Karena itu transformasi ilmu yang menjadi perhati
an saya, tidak dapat dipisahkan dari aksi bagi transformasi masyarakat
menuju masyarakat sedemikian.
E akan menyebut itu adalah mimpi dan utopia. Tapi bagi saya
itu adalah orientasi keislaman saya. Wallahu alami
! :mbok. ibu.
e. * - - -
191
A
atau ndalil.")
r
s:E.
untuk memberikan ceramah Pengajian
1
ang dianggap m°: ; Ehala. Dalam temu Egalian itulah,
:
aku dulu sering Sehingga hidup ke : elaparan,
eniadi satu-
Tuhan te: E menjadi : tak Perlu digugat
i: kemi:am yang Eu
lagi. Agaknya bE",E: sosial yang Elegiti: struktur
telah menjadi semae*.:
. isi kemiskinan yang * da. Atau telah menjadi semaCam - -
E
t:u ekonomiya":
all.
i
Tapi tidak setiap peristiwa sosial yang terjadi di desaku begitu saja
tak ak: persoalkan. Aku pernah mempertanyakan sesuatu kepada
:b: ketika sebuah peristiwa terjadi. Waktu itu aku belum sekolah,
Beberapa hari aku menyaksikan banyak orang diikat tangannya ke
belakang (dibondo)**) dan dibawa ke balai desa. Aku melihat juga para
ibu rumah tangga dari ujung selatan desaku dikumpulkan di balai
desa. Anehnya, mereka menangis ketakutan karena melihat sebagian
dari mereka diangkut pergi dengan mobil truk. Beberapa hari kemudian
aku melihat segerombolan orang beramai-ramai berjalan melewati jalan
desa dan masuk ke rumah-rumah penduduk mencari seseorang yang
yang konon akan dibunuh. Aku lalu mempertanyakan peristiwa ini ke
pada simbok. Kenapa orang-orang begitu tega memperlakukan tetangga
kita seperti itu. Kenapa mereka diikat dan katanya akan dibunuh
Kenapa mereka diperlakukan secara kejam. Lalu simbok bilang: "Mel°
ka itu orang-orang tak ber-Tuhan, musuh orang Islam.” Karena saking
bodohnya, simbok juga begitu sederhana mengklaim orang-orang Y*
: dalam sebuah Ormas Petani itu sebagai musuh Islam. Sa:
: dalam benak simbok suatu pikiran bahwa mereka :
politik yang E : Ei: da:
namakan peristi: demagogis
aitu pada Gestok.***)
sebagai geger waktu itu. Simbok kemudi:
sebenarnya waktu it"
aku hampir tak itu.
, adalah
me
E
Islam, sebab
-wa aku tahu
-
* “)
krk Dibondo. Eka "*Yat-ayat Al-Quran atau hadis Nabi saw.
3. tangan seseoran
) Geger Gestok: Peristiwa CE yang diikat menjadi satu di belakang.
- - - -
Anharudin, Kesaksian Seorang Anak Petani Muslim -
19 5
Ebiasa
nya dimulai saatpergi
tidaksembahyang, itu. ke mushala,
Sejak bahkan
sebelum :: :E
masukserin u sudah 3
: E:
8g u dan lingkungan - SIarIl. Ayahku, kakekku, te -
dansimbah
di situ sudah
sudah menjadi kiai, di
ada tradisi di
2013 sudah ada : lahir ke dunia ini telah dihadan Sem
yah,
orang-orang NU.
-
sehi: begitu M:
gandrung kepada
" dalam diriku suatu stereotype tertentu te'
Kecintaa
terhadap N: terhadap Muhammadiyah, dan konflik psikolo:isku
- - - -
Akhir tahun 1972 aku tamat SD. Namun masih teringat betapa
"* kecilku selama itu berada dalam tarik-menarik antara dua tradisi
: yang berbeda. Di pagi hari, di sekolah Muhammadiyah, aku
: harus menjadi orang Muhammadiyah yang baik, yang benar
: ikatan primordi al-k emuh amma diyahan dengan guru
dan k : kawan-kawan. Sedangkan di sore hari, di lingkungan tetangga
: "arga, di mushala, aku harus menyesuaikan diri dengan tradisi
: yang berporos pada mbah kiai itu. Dan aku harus tunduk
Onflik: tradisi mbah kiai yang NU itu. Bertahun-tahun situasi
tgitu : (psikologis) ini berlangsung dalam diriku, dan karena
a: Pengaruh cara berpikir Muhammadiyah dalam diriku, ingin
a aku mengubah cara-cara beribadat kaum nahdhiyin yang waktu
"u aku: angg
: ap sebagai bid'ah. Tapi aku pun ternyata tak mampu m°
A
198 Mencari Isla" ahku yang kolot. Itulah yang pernah aku -
: ,
“)
“) :dokar: supir delman.
-
tani
atuketerbelakangan
dari cermin kehidupan petani
petani di desa-desa.
di desa Ironisn Dan iniini adalah refleksi :
di desaku terjadi bertahun-tahun Bahkan a, keadaan semacam ini :
mpai saat negeri ini me.
masuki
tidak menyaksik :E
masa yang disebut pembangunan. Dan sampai saat ini, aku
3 -
Mas -
di desa itu ada ormas, Lemb
-
menjadi sangat tidak menarik. Aku Pun merana tak butuh agama atau
tidaknya malan beribadat. Jika saja waktu itu aku telah memiliki
: rita untuk berdakwah, atau telah mampu merumuskan persoalan
E yang dihadapi manyarakat dan keluarga, maka aku akan ber.
: di hadapan para petani Muslim di mushala dekat rumahku.
Bahwa, untuk menyembah Tuhan, untuk bersembahyang dengan baik,
bagi kita sebenarnya tak ada hambatan. Tapi untuk dapat hidup layak
bagi kita saat ini amatlah "ulit di daerah kondisi pertaniannya
yang
tidak subur. Persoalan kasat mata yang kita hadapi saat ini bukanlah
bagaimana beragama dengan baik dan benar, melainkan persoalan sem
pitnya lahan wawah yang dapat digarap, mahalnya input pertanian,
Endahnya nilai .produksi pertanian, dan langkanya modal buat usaha
di luai pertanian Dan yang penting lagi bagi kita, sebenarnya adalah
perlunya serikat-serikat petani yang berkepedulian sosial, yang dapat
membela hak-hak politis petani untuk menentukan sendiri jenis tanam
an yang cocok untuk tanahnya, dan untuk melakukan tawar-menawar
dengan yang menentukan harga hasil produksi pertanian. Begitulah
rencana dakwah Islam di mushala dekat rumahku yang tidak sempat
aku sampaikan karena kebodohanku. Sehingga, para petani di sana
masih saja "dicekoki” oleh dakwah Islam dengan janji-janji surga atau
ancaman neraka di akhirat nanti. Mereka sama sekali tidak dikondisi
kan untuk berobsesi meraih kesempatan yang cukup guna memiliki
dan menggarap tanah sawah dengan harga padi yang lebih tinggi.
Itulah hal-hal yang kusaksikan di desa; sedangkan di sekolah, aku
tak pernah menjadi murid yang berprestasi. Nilai raporku banyak yang
mrrah. Barangkali ini hanyalah akibat yang wajar, karena tingkat ke
cerdawanku di sekolah hanyalah refleksi saja dari basis material yang
ada di lingkungan keluargaku. Artinya, kebodohanku adalah akibat dari
kemiskinanku, bukan sebaliknya. Misalnya, aku tak dapat belajar di
malain hari karena hidupku sehari-hari sudah terlalu capèk bekerja.
Makanan yang kusantap setiap hari juga jauh dari persyaratan gizi, se
hingga aku sering "ngantuk" di sekolah. Aku tak mempunyai sarana
Penunjang untuk dapat memperoleh informasi tambahan. Di rumahku
ak ada radio, koran, apalagi televisi. Aku pun sering terlambat sekolah,
*na dari rumah ke sekolah aku tempuh dengan jalan kaki, dan se
Akh,ir tahun 1975 aku selesaikan sekolah teknik itu. Ingin rasa
letusnya
" aku dapat melanjutkan sekolah ke STM agar kelak aku dapat be
: “bagai buruh di sebuah perusahaan kontraktor. Aku ingin bekerja
: kaji tinggi agar aku dapat membantu para petani di desaku.
Ekinan itu kandas lantaran tak ada jalan bagi ayah untuk mem
: “kolahku. Akhirnya ayah berusaha agar aku dapat meneruskan
: tapi tidak di STM, melainkan di pesantren. Sambil menunggu
:", ayah untuk memberangkatkan aku ke pesantren, aku ber
"ja. Tapi kali ini tidak sebagai penyadap kelapa, melainkan se:
- kul
unan jembatan sungai Cijalu,
malam hingga Pu kul lima
Majenan
ma Pagi, den u
- - -
Pengalaman di Pesantren
Tahun 1976 aku masuk di sebuah pesantren yang sudah cukup
terkenal di daerah Banyumas, yaitu "Wathaniyah Islamiyah", Keba
rongan, Pesantren tersebut terkenal sebagai pesantren modern. Baran
kali karena pesantren ini telah menerapkan sistem sekolah yang klasikal
dan tak lagi menggunakan bandongan atau sorogan sebagai suatu ca:
belajar-mengajar. Memang sejak awal tahun 70-an, pesantren ini telah
"dimodernkan” oleh pemerintah dengan bantuan berupa alat-alat pen.
didikan keterampilan. Dan karena telah dijadikan sebagai salah satu
”pesantren pembangunan", maka lembaga ini telah kehilangan tingkat
keswadayaan serta identitasnya yang asli demi mendapatkan bantuan
dari suatu kekuatan politik: - -
bahasa itu dari menghapal kosa kata hingga memahami arti dan struk
tur kalimat-kalimatnya. Aku belajar nahw. sharf, balaghah, dan
beberapa piranti lain yang dapat mendukung kefasihanku berbahasa
Arab yang konon merupakan bahasa pengantar ajaran Islam. Agaknya
di situlah aku pernah belajar Islam secara langsung dari sumbernya yang
EAra: Ya, aku pernah belajar memahami Al-Quran: “
yang berbahasa Arab itu melalui bahasa sehari-hari yang lebih dap*
dimengerti. Setidaknya, karena telah mengenal bahasa Arab dengan
lumayan, aku pernah dapat secara lancar mengartikan secara tekstual
ayat-ayat Al-Quran dan beberapa potong hadis. u itu
Tapi sesungguhnya, apa yang masuk ke dalam bena: pikiranku:
bukanlah Islam yang sebenarnya, atau pikiran-pikiran Tuhan itu sendiri,
melainkan pikiran-pikiran para kiai (ustad). Ketika di pesantren :
memang belajar Islam, tapi setelah kemudian aku sadar, sebenar:
waktu itu aku belajar mengenai penafsiran-penafsiran subjektif :
lama atau kiai tentang ayat. Misalnya, aku pernah tergoda oleh pe:
siran seorang kiai tentang salah satu ayat: bahwa Tuhan akan
alas perbuatan manusia setimpal dengan perbuat* di duniai
E
Anharudin, Kesaksian Se orang Anak Petani M
urih 203
tiap orang akan mendapat perlakuan Tuhan, bai
: baitk yang kaya mauptun yang nku
ang ia perbua di dunia. Menuru Pemahama
: maupun
kemudian gan amal
: 1 - •
:
-
:
:
Wr
}
Y
206 Mencari Isla"
n kehendak
: kehendak Tuha" dirinya itu seolah-olah
itu sendiri dianggap seb aga:
Inilah teologi -
gai -
diklaim sebagai
-
:undamentalis"
-
Y:
- yang IIlu Agkin
memperlakukan •- obs
t esi - -
obsesi da
pandangan-dunia yang khas, sebagai entitas Pemikiran Islam se Spat
yang penerapan: : dalam kehidupan sosial dunia k yang ek:
E menyeluruh da: tanpa kompromi. Dengan : ini :
Islam dianggaP sebagai sesuatu Y*8 ada di langit E ini S
kepala dan pikiran kita ada di wilayah Islam, tapi kaki strak. Seni maka
injak : dunia yang berada di wilayah lain. kita selalu :
etapapun radikalnya pemikiran teologi it - eng.
salahan. di tingkat epistemologinya yang i: : tapi lantaran ad
menjadi tidak populer. Teologi Islam kemudi itu, maka te l a ke.
Entellectual exercise untuk mencari hal : hanya akan 9logi ini
negara Islam, Bank Islam, teknologi Islam i yang berlab njadi
nada etis-normatif. Bergulat dengan Islam , dan seterusnya el Islam:
orang frustrasi, jika ia sampai merasa asi semacam ini dapat yang be:
nya atau menolak eksistensi masyarak ng dengan lingkun membuat
suai
buat dengan ideal-ideal
orang menjadi Islam itu.. Le
antidial salnya yang
Lebih-lebih lagi, di:
hal 88ap belum :
berbeda. og denganeksistensipikiran ini dapat:
orang lain :
ya i Agak
gaknya kita memang tak dapat m
- -
g lain yang
intelektual
mengenai si Islam tel pat menutup
elah melahirkan b -
upaya-upa. mat
nata bahwa
hentigenai sistem-sistem
di tingkat te erbagai
Islam , tapi pemikiran s pemiki
- mikiran -
menthog*) ti
og*) di tingk oretis spekulatif.. Pemikir
Pemiki emacam itu s
ering ber.
lagi all si
nerapkan : :
gkat rumusan
Islam itu str
k an Islam pad d
mengenai
umumnya
: - :
erupakan
juangan politis
- ruangan h e dalam duni
gan hampa. Rumusan Isl a nyata ini, ya agaimana me.
ketegasan k masih simpang-siur. Kar Slam mengenai ng bukan
t
diperjuan
-
E melalui usah
g
apak ena itu, kita Emrategi
pakah sistem-si
-
p:
memiliki
- - -
Perubahan
yang pada yang gradual
dasarnya a:usahaatau
tid evolutif, politis-ko stem Islam itu haru
E dengan u:
E -
inilah : an: : gerakan :
Politisnya. Akhirnya : Islam terpecah t: di
te - - 3 llm - ma kesi -
sikap realisti
: g dituntut untuk ber
- stis, bahwa
E ap : - enerapkan Et t:
umat
d-
-
t
Islam, telahat
-
m > S
3.Il
slam itu.
wila E
kekuatan IIlaSSa Islam
-
E
Kita -
: kembali
us dan berupaya ba
mereka
-
di
|
v
Anharudin, Kesaksian Se Prang Anak P
etan
es hi
storis masyarakat kita. Selanjutn Muslim 207
ses-pr: : dana karena sumber-sumber E benar-benar mis -
Ketika berada di PII, aku masih dapat menatap dunia lain, bahwa
di luar pemikiran teologisku yang fundamentalis itu, aku menyaksikan
adanya sebuah teologi Islam lain yang begitu optimistis menerima dan
membenarkan setiap fenomena modernitas. Tapi bagiku, teologi ini
Ek memiliki watak perjuangannya,yang khas, kecuali hanya telah
menjadi alat legitimasi saja bagi perilaku politik para pemegang ke
kuasaan yang represif. Karena sifatnya yang terlalu optimistis, teologi
ini tampak sekali berjalin-berkelindan dengan ideologi dominan yang
menutupi realitas struktur-eksploitatif yang ada dalam masyarakat
kita. Memang, teologi ini cukup ”menyelamatkan” bahkan mengun
tungkan bagi mereka yang mengembangkannya, terutama dalam situasi
masyarakat kita kini yang represif, monolitis dan mono-ideologis.
Itulah mengapa, teologi jenis ini justru sangat laris di kalangan Muslim
"kelas menengah” kota yang hidup berdekatan dengan sumber-sumber
ekonomis dan politis. • -
' Le
hotel E s:litas moral yang unggul, ma: i :
:..t{11li.
en
tetap E bukan lagi m:
hidup : ipli
Juan
strukt:
i melawan struktur
Ulr
usaha E matian
-
po
E
Inilah telah mati (sebagai isu itelan arus d:
semua
tai Islam.
unan.
Ei dan E setidaknya aku pernah :yaksikan d
- -
untuk terus-menerus
Prinsip lainyayan oleh Sya adah, jtihad dan jihad. Sedangkan prinsip
3
semacam shal g t: teologi konvensionai telah dijadikan rukuh
saja diamalk ll Puasa, hanyalah sarana-sarana suplementer y:
: - an (tapi tidak untuk dipandangrendahkan) jika :
*tkan kondisi moral dan spiritualnya. D°
Anh"rudin, kerukuan seorang Anak petan, Muu,; 20',
E:
:: angkan dalam konteks realitas masyarakat kita ini yang
tengah mengalami perubahan pesat. sehingga, Islam tidak lagi menjadi
suatu sistem pengetahuan yang berbicara mengenai teori-teori moral
dan eskatologi, tetapi juga berbicara menjelaskan Serta mengantisipasi
masalah-masalah masa kini yang muncul akibat perubahan sosial yang
kapitalistis dan economic bias ini; semisal ketimpangan distribusi pen.
dapatan, kemiskinan struktural, keterbelakangan, .kebergantungan,
monopoli, dominasi dan kontrol berlebihan, depolitisasi dan massa
mengambang, kesewenangan dan pencemaran, dan seterusnya. Ber.
hadapan dengan masalah-masalah tersebut di atas, posisi Islam tidak
hanya memberikan penilaian moral secara reaktif, atau memberikan
respon intelektual secara apologetis dan arogan, bahwa resep pemecah
an masalah-masalah itu telah ada di dalam Al-Quran. Sebaliknya, posisi
Islam kini akan memberikan jawaban secara realistis dengan menem
patkan masalah-masalah tersebut sebagai agenda perjuangan politi:
jangka panjang. Ini berarti selanjutnya kita akan mendeduksi Islam ke
dalam praktek-praktek rekayasa sosial atau pengembangan masyarakat.
Namun, bentuk-bentuk rekayasa ini tidaklah sekali-kali didasarkan at*
semacam ”keprihatinan kelas menengah” terhadap penderitaan para
kurban
mudian pembangunan seperti yang
melahirkan berbagai umumnya
lembaga dengankini dilakukan,
aktivitas yang dan
reformi: *
berperilaku karitatif (charity). - -
Rekayasa sosial
perkembangan dalam yang
masyarakat konteks perjuangan
semakin Islam menganti:
kapitalis-monopolis: dan
berkelindan dengan gaya politis yang represif ini, bagiku, tid -
:Islam
.
atau
secara formal seperti
lembaga-lembaga bank Islam,
penelitian sosialekoE: -
Se
subjektif masyarakatEyang
• 1 - ... :
yang mendukung:
cul, kenapa mesti politik yang selalUl - -
a:
“ Barangkali pertany:
dalam konteksmun
: Jawabanku, perubahan masyarakat
yang sesuai deng: cita-cita Islam akan mustahil tanpa melalui per.
juangan politik. Untuk menunda pembicara: mengenai apakah per.
juangan politik Islam itu melalui strategi perjuangan konstitusional
jangka panjang
ku: lebih lanjut,ata: berpikir
akumelalui kekerasan,politik
bahwa perjuanga:
perjuanga" sebagaiadalah
agendasudiS
emiki
:
:: ::lu
S I ShafIl
-
engan
-
simbol-simbol atau
pemikiran-pemikiran
- - .
-
IIl
nak Pe tan: A
* Muslim
ilakukan
dilakuk
kungan
dalam m
finan
E
odel L
ita saat ini
t-ini.
CTun
Tapiasigan-kanyak
sebEyataka mu:
t
ngkin:
213.
arus memiliki
sial -
dari lembSM - yang h
g nan a pi Eng
sekali Cce nde gkin tCn
ta tidak
datan
: -
t
- -
onomi-poli menerima
e
sosial
-
. •itauntuk
itu benar-benar
m ia untuk :
memerluk dari Barat dan
ersikap erhadap
bersi ilmu-ilmu
itik, antr
- O
an kehidupan
S
gan Islam, k
:E E.
mistis? Dan yang penuh
ll Sarat
adi
pemikiran
:
membiasal
Suat
u kerangka
nyata
diri berpiki awikarena
ini dunia
kita selama
inilah dengan Pan
ini sebenarn
rpikir SCCar secara tidak ini telah ya penye
-
soalan duniawi
k IliàWI ad ogi be a sekular, P dproporsi
metodologi P rsional
- - p laku
ITICInper
: kita akan : E ahal sekulari, Kita tidak
alah suatu
an apa adan memperlak eniscayaan memahami me sebagai
sebagai E Dunia E dunia i: dengan persoalan-per
E penuh E E pemiki:
an yang ang mem ngan keku ecara misti , proporsional
pemiki SCCaTa. kon perkenalk atan magis IS, atau di 3
kemban
iragkan.
sudah Si cukup
p fi akhi1rat,eda,
final
entang ten tang
yaitu dunia dua kehidup
dan akhi
a adanya p
bahwa akhi
d hirat Sikapku ' terhad
- p eskatologi dan duni
tak ada lagi sisa irat. Tapi
Pi - -
E E E: :
yaitu pemikiran ah
sekular
pemikiran Islam tent
ang belum E, bahkan masi
berupaya : ukan
yang khas duni ang dunia, tentan asih terlam
E masyarakat,
, orang Islam
perlu m enguasai ilm u-ilmu sekular yang kebetulan kini berk
erkembang di
Barat.
PemikiII'an tentan g duni at, bbagiku, tidak
dunia, tentang masyarakat,
haru
In s untuk
be rpacu
memperlak
dengan telah diberi hak :
Il0 gan kata -kata Tuhan, M
kata-k -
- ia dalam
"E yang selalu terbatas, E.
Tambah Eai untuk menjelaskan kompleksitas dunia Ea
p manusia
kemampu
- -
dapat merumus
Enya : - - l
::
dalam teori :
: : :: E prak: y O - , • ut:
kapitalistis di dalamnya. |
i Mahasiswa
Bergabung dengan Kelompok
1983 aku Studi
- - "
A : t gai kom
-
sasi
enS2S1 aku
u mencoba
m melontarkan
-rkai Poton
lihat sebagai buah pikiran yang lahir dari keadaan "ata masyarak:
Maka itu sangatlah lucu, Eadili buah piki: tanpa pe:
adili sebab-sebab Yang melahirkan pikiran itu. * meng
Sampai :: tak : mengerti apa ke
studi sehingga ada alasan untu "°ncurigai para ak:
nyeretnya ke tahanan.
benaran dan gemar
Padahal, E
membaca, aktivis kelompok :
: :
inggi terhad * studi hanyala:
orang yang Punya kuriositas ting:
Mereka hanya melakukan Penai “P. masalah-masal
-
Ekan
jugaIslam sebagai pengetahua
menempatkan Tuhan E
yang dapat menjelaskan realitas. i tindakan dan aktivi
- berikan makna bagi tinda an dan ivitasku
gai sesuatu yang memb: i Islam dalam dirinya terkandu
sehari-hari. Aku menginginkan teologi iki b ng
iuangan, berisihadap
teori-teori perjuangan,
- - pemikiran-pemi ran yang
manusia-manusia bernada
konkret pe.
yang ad
mihakan dan pembelaan terhadap - - 8 a
- - ngsara.
di sekelilingku yang hidup sengsara- Aku menginginkan
baik suatu teolo gl
-
a: EpEp:
:ngalami disters: Ciri khas teologi ini adalah k: yang telah
yang antipopulis
indonesia, dan selama
setidaknya tidak merakyat. Kaum Muslim
dekade belakangan E
ini :E tua di
diri khas lain, sebagai konsekuensi dari ciri di atas, adalah bahwa
teologi Islam punya kecenderungan oportunis. Kaum Muslim di negeri
kita kini benar-benar telah kehilangan keberaniannya untuk meng
ungkapkan kritik-sosial vis-a-wis kekuatan politik dominan. Banyak
perlakuan politis pihak berkuasa semisal penggusuran, pembantai:
bersih diri, dan seterusnya, tidak manusiawi itu sama sekali tidak
mengundang kaum Muslimyang
untuk angkat bicara, apalagi melakukan
advokasi secara langsung terhadap Para kurban pembangunan. Misal:
nya saja, kita tahu bahwa "bersih diri dan lingkungan" adalah kebijakan
yang sungguh bersifat diskriminatif, yang membuat banyak orang tak
berdosa itu menjadi warga negara kelas dua dan kehilangan hak-hak
mereka untuk hidup sebagaimana orang-°* kebanyakan. Tapi :
kah dari kaum Muslim yang berani menggugat soal ini: Lebih parah lagi,
kita menyaksikan banyak orang Islam atau alim-ulama Y*8 justru
bersedia menjadi ”pemain” bayaran yang dikayakan gu* melegitimasi
kemauan
. Ciri politis para pemegang
selanjutnya kuasa.
dari teologi Islam kaum tua dewas ":
- ini adala
, adalah
Eaan
lim generasi tua "kelas menengah” di Indonesia. Suatu ke kaum Mu
merefleksikan kefrustrasian dalam kekalahan. : arena i yang S
- anak-anak muda - yang ingin menjadi generasi yang da ", jika kita
sejarah Islam dan memberikan banyak kontribusi bagi E Rmewarn:
lebih cerah, kita perlu cepat-cepat lari dari "hegemoni” a d
logis Islam kaum tua itu. Barangkali saja, pemikiran singk CO
aku beberkan dalam tulisan ini dapat dikembangkan E yang telah
jadi sebuah pemikiran teologi. alternatif, suatu teologi yan Jauh men.
bakal memberikan ilham bagi kemungkinan muncul 8 insya Allah
Islam yang lebih populis dan bermanfaat bagi rakyat Eain baru
Itulah kisah perjalanan hidup dan emikir
E :: :
-
Pada akhir tahun 1989, saat aku tulis kisah ini, adalah masa Pasca
Kelompok Studi bagiku. Kini, di tengah kesibukanku sehari-hari sebagai
"aktivis sosial” aku juga tetap setia mendampingi istri dan selalu b:
usaha menjadi seorang suami yang baik sesuai dengan yang dianjurkan
Nabi. Saat menulis kisah ini, aku tengah menunggu kehadiran anakku
Yang Pertama. Aku selalu berharap, semoga anakku kelak menjadi se.
9rang yang saleh, yang bermanfaat untuk rakyat. Amin.•
ſae º
ſ.
£
,
№, ſi
|№ Gaer
·----
È # !!!
! 5
YUDI LATIF lahir pada 26 Agustus 1964 di Sukabumi
adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM)
Universitas Padjadjaran (UNPAD), Jurusan Penerangan.
Jenjang pendidikan formalnya dimulai sejak tama: SD
Cibeber, Jampangkulon (1976), SMPN di Sukabumi
(1979) kemudian melompat ke Pesantren Modern
Gontor (hanya sampai tahun 1982), lalu ke SMA Ma'arif
di Bandung (1984), dan sebelum ke UNPAD sempat
mengenyam pendidikan di STKS Bandung (sampai tahun
1985). Aktif di pelbagai organisasi, di antaranya di
GssTF UNPADhasesibaswgaai Koornediranangtoanr Film (1 986-1987),
Himpunan Ma Pe FI KOM Se ksi
Penerbitan (1986-1987), Ketua Umum Ikatan Pemuda
Masjid Agung (1986-1988), anggota English Speaking
Union UNPAD (1985-1986), dan anggota Harvard
English College Bandung (1987-1988). Anak muda yang
aktif menulis artikel tentang keislaman di pelbagai
media-massa Bandung dan Jakarta ini, pernah meraih
predikat mahasiswa teladan FIKOM UNPAD pada tahun
1989.
g:
-
::: -
- :
:
:
mereka
k
:* masalah teknis ritual ': Islam tradisionalis) yang sarat
- - -
Ayahku, masih
sebut sebagai hal v
E
“P kondisi : "jukan utama :
-
menafsirkan
utaakhir Yang serba
-
kompleks. dan mengha.
Sungguhpun
nart :jenis peribadatan
Eyang E palin
:
an, shalawat:
berkesan dala >>
yang datang sambil membawa
raktek-praktek pikir,
ibadat sep :
Il ong-konyong 3.
E baru yang meny* enjadi sakit hat: dan gelisah. Jika terjadi
teriad. . : --1-: -
pokok-pokok
- u,
yang mewarnai h - -
:
• . - ::
1: ,
-
-
-
-
Baru dalam r II s
dali
m: pembangkangan: E lain: melalui e
kaman terhadap kritik dan potensi ak ari pihak
institusi-institusi potensial, m: : mentalitas ko
melalui pembentukan : :per (sistem Perwakil SImle serta
pentingan monopolistik yang 19y ). . -- -
-: : ,
Yudi *tif, Dari Islam Sejarah 22,
syarakatan.
ai : -
:Ormissistem
tas kon serta korporatisme sosial epEi:
(perwakilan
mengontrol kehidupan umat Eam mentali
melalui
ad: yang disebut Majelis Ulama Indonesia GE tunggal)
i:ara nasional mulai tahun 1975. Majelis ini di: diber.
E mewakili kepentingan umat Islam, tapi pada ke ak mono
poli unerupakan alat legitimasi bagi kebijakan-kebijak: :atannya e
E“biakan pem:
E ketujuh, dilegalisasinya aliran kepercayaan dan P4
Erakan
E memperlemah potensi alternatif umat Islam, u:
serta meniadakan
:in terhadap pemerintah kecuali Penafsiran menurut versi
: kedelapan, rekayasa pemerintah dalam bidang komuni.
nya
kasi dan sosialisasi ajaran Islam, seperti kegiatan °eramah, khutbah dan
pengajian-pengajian, yang diatur dan diarahkan untuk tidak menjadikan
masalah politik sebagai pokok Pembahasan, melalui SK Menag No. 44/
1978, No. 70/1978 serta surat edaran Menag No. 77/1978, yang secara
tidak langsung Ekan usaha untuk "°renggangkan umat dari cita
rasa politik keislaman. -
melelahk
"glah setelah sekian lama menjalani pengasingan politis y:
atan
“. Pada paruh kedua tahun 1979,
"enengok kembali tanah kelahirannya (Desa Kalibunder).
Ayahku :
ri Islam itu ceP at yang berlangsung di
- - - >> San
- de
228 :
menyaksi
Jalanan SUl
diaspal, SalQEkan
perubahan
-
Entara majel:
• "
a sepi, karena J Ya berubah
ak sekarang E film yang kian getol dij: min
begitu semar tunjukan-per" lalakan, :
menyerbu per artaian y ang terlalu J9r-joran
i -
Peranan majemuk
hingga, : tertentu bersifat monopolistik, terpaksa menerim:
dan : dan terbatas. Sementara media exposure, skstensif:
E modern, dan pembagian, kerja secara rasional yang :
pendi E masyarakat, bersamaan dengan tibanya Prºyek-proy:
E melenggarkan ikatan-ikatan umat berdasark:
mulai
E keagamaan. Sedangkan para kiai dan al:-ulama Yang dulu me
mainkan peranan sebagai pemimpin polimorfik (rujukan intu: ber.
bagai urusan masyarakat), sekarang terpaksa berpuas diri
keparta ian Il
': lebih
Islam, dengan E
mencurahkan sekali
nnya pada
-
bid Conc 2
diikan da: - 3. Pertama-tama
bali pesantren leluhurnya yang tengah diteri :enghidup.
kan : sementara itu, aku sendiri yang pada :E sakara
- tukmu dari SMP Negeri Jampangkulon, merasa tid: te: telah
at
Engikuti prog: pendidikan agama di lingkungan E untuk
: aku berhasil memperoleh informasi dari 8a. Maka
kehebatan Pesantren Modern Gontor, Ponorog sebuah koran tentang
- o, Jawa Ti
Eta aku memin:hku untuk mengantarkan":
Dan alhamdulillah, di bawah kesadaran religi
p:
E itu pun dikabulkan. Masuknya aku ke E.
Eikan Eas dari bimbingan : E.
karenanya, sejak itu otomatis aku telah menjadi bapak bagi diriku sen
diri dalam ikhwal pilihan-pilihan keagamaan.
Peristiwa-peristiwa seputar itulah guru keempat cara pembacaan
ku terhadap Islam sejarah. Aku bersaksi atas kegagalan-kegagalan yang
diderita PPP pada Pemilu 1977 dan 1982, dan adanya pertikaian.
pertikaian
politisinya internal yang berkepanjangan, serta ketidakmampuan E
untuk memainkan Peranan sebagai artikulator keben
tingan umat. Lalu dipungkasi dengan jatuhnya "palu godam” berupa
Pancasila sebagai satu-satunya asas untuk seluruh kekuatan sosial politik
di Indonesia - melalui Tap. MPR No. II/1983, diperkuat dengan UU
No. 3 dan No. 8/1985.
Sementara para orang tua tengah khusyuk menghayati nyanyian
luka, anak-anak muda yang selalu gelisah dan bertanya, memburu cakra
wala kepastian di ruang-ruang perpustakaan, di depan ”kotak-kotak”
ajaib dan di setiap baris lembaran media cetak. Revolusi informasi yang
melanda masyarakat pada saat itu, memang menjanjikan kemudahan
akses terhadap media-massa. Dari sanalah mereka berkenalan dengan
berbagai alam pikiran lintas-kultural, memahami kondisi objektif reali
tas keumatan, mengetahui berbagai pengalaman perjuangan, keberhasil
: serta kegagalan bangsa-bangsa lainnya di belahan dunia sana. Lalu,
lahirlahkesadaran reflektif akan posisi dirinya dan setting kemasyara
katan yang dijunjungnya, bersahutan dengan meningkatnya aspirasi dan
harapan-harapan akan kemungkinan kebangkitan Islam. . .
Tetapi, meningkatnya aspirasi dan harapan-harapan t: lIll
25
o mencari Isla"
haman, ba!". dan : -
- :
. Maka lu
: -
h Piki
-
- - - - c -
Eya
: denganku,kep:
maka Eyang
di sini kembali ak punya Eu aku -
beda -
hubungan kiai.
belajar dalam semangat intersubjektivitas E.:
E agen:sipien guru mengajar - murid diajar, E:
murid dipilihkan, guru mengatur : murid diatur, dan seterusnya.
Sementara disiplin mati yang diterapkan di sini, meskipun berhasil men.
:ak santri-santri yang Patuh dan taat, tapi hal itu juga E
menikam spontanitas, improvisasi, kemesraan dan kejujuran. Sedangkan
pelaksanaan ibadat yang mesti dilandasi suasana batin yang ikhlas dan
khusyuk dirusak oleh hadirnya pengawasan dan kontrol dari pihak
"keamanan pondok”. - -
Di sanalah
|pesantren) telahaku baruterjangkiti
jauh menyadari,gejala
betapa lembaga pendidikan
”intelektualisme" : :t
“" yang berkecambah dalam masyarakat orde "pembangunan :
belakangan: Dan itulah, guru kelima cara pembacaanku terhadap
sejarah. 3
dengan ku
mereka. Demikianlah, di langi
meninggalkan
, gl
khir
Gontor, menaiki kakh:
- kan ml d - am-malam romantis -
:
Desem
2,-
::Ul
-
menghirup mal
- * bumi
Sreta
Parahyangan-
-
ya : Kembang
ielaiahi Kota pada akhir sekadar
Baru i:
Januari unt
mencari
- -
di SMA MEBandung,
ukannyarnaung sebuah
alaman keislaman yang dapatYang
sekolah be:
kuregul
aku : Tidak banyak peng ng dalam OSIS dan Or anisas:
afiliasi ke N iali ernah berkecimpu g alah mengetahui b ganisasi
E. selebihnya hany ah
di sini. Kecuali *gaimana
Dakwah y: lah yang dikelola oleh sebu yayasan Islam, Serta
brengseknya seko ana dilanda kompleks rendah diri jika berpapa:
merasakan : sekolah Kristen. Untuk mengobati kekecew:
dengan pelajar-pe J aku mencoba merealisasikan lamaku untuk Illat
an :
pu°1' :u; etika pada
Fakultas :ganEme: ber. aktivi sikap-si
is masjid d
jaj:",
aktif : rumah
tak ada E”:ngE
minat
serius u :
1
E 1985
berke masjid
lain yan - )
ntuk. Aku Uni Sem -
Masjid Agung
terus terang saja
:
: dipercay
: a E
EE di FI
di situ Ikat an selama
gang Seni s: : E
lebih banyak engan met u Pemuda
mema : dik :
sepi" (kelompo dan
ngkunga n E:
(GSSTFiasiode
berapres Fil m
di lingk ing. Tetapi
buk diskusi
barang tentu pok si). Ikh "E": d:
para aktivi
tlv1s AD - elang
ketegangan) E sekadar : E berumah tempat :
dalam, bahwa : benar : mencari atanku di G di “:
non (syarat : : enar beran saluran katar ssTF su :
peradaban I slam
-
ki
) jika kita tor keseni gkat darii ke sis (pelepasan
Senlan
-
kembali dunia atau bila kit berbicara m adalah sua sadaran mem
memang meru
sifat-sifat
Hal
E
:
an manife ini bukan s
:EE
reka tu conditio
IndS3. :
-
Tetapi, leb :
selalu m i religius
:
umat manusi is dan esensi stasi jiwa k emata-mata
ke tan
reatif man
dIl
karena
:
sekad
E
ik, keseni u, tatkal kaitan
: senian
jang sejarah memiliki
: bi ian telah : dalam : erat d peradaban
:uktif sek da
- E dan sek massif E dan E
- dIl- - - -
: E
ata alias ti sendiri : ainilai a : seni :
Ironisnyke gan yan Eagi mentar
am. E tidak : masih E : : kons
-
Pemikir
dan
-
dukung
-
roblem --:
°ganisasi
E hegemoni negara yang kian mencengkeram, mak: i:
emikiran-pemikiran mereka cenderung mengarah kepada gejal
E yakni suatu sosok pemikiran yang melingkar-lingk: :
lingkungannya sendiri, tanpa terdapat daya untuk menerobos ke :
batas-batas lingkungannya yang sepi itu, agar dapat disosialisasik: : 3r
-
-
Yudi Latif, Dari Islam S
- kk - “jarah 237
an hanya Eaja dan menisbikan selain
pa sebagaii duta
au Allah,
: kita p
pun mestinya men -
yEjuk
Ayat tentang
Yang berisi
yat hal-hal tentang
petunjuk yang "gaib" danyang
hal-hal "Pe: E
"nya" kita hadapi
“yat dalam kategori pertama, sebagian bes” harus ki
288 Mencari Islam dan sejauh yang menyangkut
dengan menggunakan. alat keimanan,
ionalkan oleh Nabi lewat tradisi-tradisi
tradisi-tradisinya
"peribadatan5 t6:
- telah dioperasion
.:a di tu-satunya pakar yang mempunyai
(sunnah Rasul). Aku E tersebut. Kalaupun ada pen.
ötoritas untuk : Emasini dalam kehidupan kita, yang belum itr
canggihan dan : dalam sunnah/hadits Nabi, tugas kita tinggal
tera secara E. an atau analogi saja dengan apa-apa yang kita
EE Alhasil, sejauh yang menyangkut usaha-usaha
Ul mD3l & ori pertama, rasanya terlalu angkuh untuk
: ayat-ayat kateg
E dalam
yang telahkedua,
kategori
E :E:
mengenai ayāt-ayat
:uga telah mengelaborasinya secara komprehensil lewat
E- -
:
SCCărăi
Nabi baru mengerjakannya serba sedikit
(menurut konsepsi keilmuan),
dengan konteks historis
SCSUlal
:*nenerus
Esekitarnya. Dalam rangka inilah, selain kita dituntu:
melakukan pembacaan baru terhadap ayat-ayat Qur'a
* . W. - Dari Islam Sei
Yudi Latif Dari -
, ,. -
- - - 2.4L, .
MENUJU SUATUTEoLoGI YANG ME
Budhy ME*AsKAN
I
: g ti Bagaim
E
masih saja terngiang dalam benakku kaBa?gaimana an a
:
:
dapat terjadi, fisika dibimbin oleh matema Inun
u eli
an-atpen
su ilmu n ng
tiaya didaime
eksper rkan
santa teda
l, pa rnya ammankon
alla
petangda iriis,Pemel
empdis rkem E
alubai ng an lti
n ma
kiu,
yang Unsetumakk ajangr fis
belta wasapada
deika haaruSM
ini usi beggitu
s diAbiinimbin hm
olemen al :a?
ggaira
Dari fisika inilah aku mengerti apa yang disebut ilmu, dan apa : an,
ilmu dengan agama. Dalam usia sebelum ini, masih kabur buatku anya
mengerti perbedaan antara kedua hal tersebut. Tetapi sekaran untuk
menjadi jelas. Ciri khas agama pada umumnya adalah E :
menu
ini lahntyaun
ng s: bera
dieo ngn, ke
rika iapaseldaalu sifmathalnobe
berla
ku da rmra ga,mamasej
atif kaakdokegmci is :
atl" dTa
iaun ke
perhatAk terpa isaamsia.daBalahkmanli,ngbokulenghlan
sosdaialag soskaialtaka
ah di hwgat
yanngbasan a linmegku i
mbnererl
: .
- - :
Budhy
a dan ilmu. :
Munawar-Rachrn
& menjadi :
an, Menuju S Matu Trologi 24
UlIll pertam 5
a:
kerak: dengan
: ilmu yan$ aku.
filsafat
dengan
:
paling
apa m atang
t yang
-
:
energi, muatan :: semesta, : E
wak s pernah : dapat diper
ini ada trik, maupun h , waktu, ruang d menguraikan
konstruksimengenai
teoretis semua bidang i:mahaman:
ter radiasi
akikat g dan gerak massa dan
annya. Wallahuat y: dibuat. Tapi sebut bersifat mod : selama
dipat mengamati : Kita tidak perE memang be : Jadi ada
mikro. Tentang E persis apa yan nu. karena E kenyata
t
hanya dapat berm - ini, Heisenberg : terjadi dalam duni idak pernah
evolusi
Adafisika
dua :si yang te iadi aki
statistik E ori kemungki
axborn E: :
”Kita
nya secara ui
langsun g melalui eksperimentasi. Inilah problem
probl epistemo
logi
lagi
kukuhdituni
dan
yang tough-mind
g lluar biasa dalam ilmu fisika yan
: : -
: 3ITia IIll
Ini : an yang
SCCAT:
-
::menarik dan
sangat , apakah
sebagaiia berarti
E ada
-
tidak
mempunY : : melulu?
dapat
relevansi yang s.
T
") Istilah erasal dari William James , yang Tlenganggap paham-paham
-
-
-
tough-mindcd” b yang secara
fmifir: agai : : uat dan tak
materialistic, pessimisti te fatalistic, pluralistic
igious
ligi
:
p
:
E al, seb , sensationalisti rgo
246 Mencari Islam - -
II
“Presif). Sehingga tidak heran, jika pada waktu SMA,. aku punya ke
Ederungan begitu cemas, suka murung, kaku, pesimistik, sangat seder
(maksudnya tidak menginginkan macam-maca"). suka menyen.
248 Mencari Islam
diri, kurang dapat bergaul, dan pendiam.
Jika ada teori bahwa satu-satunya penyebab gangguan psikologis
'adalah rusaknya pergaulan, atau lebih tepat ketidakmampuan menge
bangkan pergaula: Y°: sehat dan matang, maka inilah mungkin : -
harusUntuk mengatasi
kulakukan. hal ini,mengerti
Pertama: menurutku waktu i
tentang : yang
dalam diriku, dan kedua berusaha keras mengatasinya, :
dan E E cara hidup yang baru (dari analisis E
Ea :yang terjadi, kepada
P orientasi ten tang bagaimana aku harus hidup
- - -
::
analisis untuk itu. Psikoanalisis, sampai sejauh SMA ini,
kukenal. Maka yang kedualah (mendapatkan orientasi tentang ba :
aku harus hidup dan bertindak) yang memberikan :
IThālī?3
dunia. Ketika
begitu,itu,
t tesis Krishnamurti ini sang:
ku adal.
19
angat menarik per -
membabi-buta
ang seorang
atau m°": Pasti bukan hal itu, karena itu adalah pen:
g" spiritual. - +
mulai dari diriku sendiri. Menjadi diri sendiri, dan tidak menyerahkan
pemahamanku tentang diriku yang aku ambil dari gagasan-gagasan
orang lain. Tetapi bagaimana mengenal diriku sendiri,:
aku dapat melakukan suatu revolusi dalam diriku ini? Ini persoalan
yang terus menjadi obsesiku di akhir SMA, sekaligus menjadi penye
:tan atas keadaanku y°: hampir jatuh kepada neurosis berat. Atau
dengan kata lain, inilah caraku mensublimasi keadaanku yang b°g":
memuakkan. Aku mencoba mencari pemecahan melalui jalan spiritual.
SiapaAkibatnya,
tahu dapatseja - jadi skeptis terhadap otorita:
- -
Kalau
perkembangan spiritua
maka menurutku waktu i'
pada pen: :
tas akan menghal:
proses pengenalan diri. Mengapa • r 1 - - -: - -
dari
orangdiriku sendiri,
lain atau dengan
sesuatu ifikasikan
*aku jadikan sebagai
ya"8 otorit* (ter ::
Tuhan?). Memang dengan : tersebut akan ada rasa aman, tapii ituk -
ap diriku S
mau ini terjadi pada : Aku sudah telanjur basah mengala" keada
yar melalui endangkalan - -
aku ingin secara penuh mengetahui bagaimana aku
E dalah awal dari keadaan b
awal :
: :mahaman :
paling sejati keadaan
dari diriku sebagai bebas,karena
manusia, d:
EEdiriku :sendiri?
yang Apakah
:adamak: bagaimana
metode? caranya:
Spiritualitas 8endiri
i:
pat
Epi kalau aku mengikuti jalan Elitas ini, m:
Eng diri dalam spiritualitas. Dan spiritualitas (dengan :
nya) akan aku jadikan otoritas. Dengan demikian, tidaki: Eh.
sama saja dengan mereka yang mencari kedamaian dalam
otoritas?
:dan
IV
:*mpai
:ika
aku berpikir di mana aku harus sekolah dan sekolah
sejauh
ini apa yang kukehendaki di masa depan tidak b egitu jel
3
:: Fakih, : kepadaku: : -
1 SeKOlahku
hari.”
- -
: Se
dikenal -
buruk. Mu'tazilahlogika
saja berdasarkan menjawab seca
dan argumentasi dari filsafat Yunani tentang
- ng (Akal Absolut)
atau Penggerak Yang Tak Digerakkan
Akal Absolut tersebut. Logi -
sosial profetik. -
-
ra
:amaan deng: kegelisahanku di bidang teologis - sebuah buku :
disunting oleh Djohan Effendi dan Ismet Natsir, sebuah buku :
berasal dari catatan harian Ahmad Wahib, diterbitkan. Buku ini :
buatku seolah-olah aku mendapat angin baru tentang segala bentuk
liberalisme dalam beragama. Aku mencoba mengidentifikasikan diriku
Bukunya sedikit demi sedikit kucoba cerna dan ku
dengan Wahib.
Ehanikan. Aku ing: sekali mengerti apa yang dimaksud oleh Wahib
dan mengapa Wahib begitu membuat orang marah, sampai sampai
Prof. Rasjidi merasa perlu lagi menulis - setelah kepada Nurcholish
Madjid - koreksi kepada Ahmad Wahib ini dalam Mimbar Ulama
sebagai reaksi terhadap terbitnya buku Pergolakan Pemikiran Islam.
Sebenarnya aku agak takut juga beragama secara radikal (karena
aku tidak terdidik dalam sosialisasi keluarga yang berpikir radikal).
Super-egoku merupakan penghalang pertama yang memberi ingat
kepadaku untuk lebih baik menyesuaikan diri saja kepada cara ber
agama yang wajar, dan umum daripada melakukan upaya pencarian.
Aku kira ini adalah trend umum dari cara beragama di lingkunganku,
yang di dalamnya keberagamaan itu sudah selesai.
Munculnya buku Wahib menjadikanku lebih berani. Bahkan aku
mulai berpandangan bahwa aku tidak boleh mempertuhankan finalitas
Emikiranku. Dari sudut Islamku ini berarti syirk. Oleh karena itu -
Eaktu itu kalau aku selesai berpikir, aku berarti memper
tuhankan pandanganku. Dan ini adalah dosa. Dosa yang amat besar,
karena mempertuhankan selain Allah. Aku pikir-pikir, kalau begitu
konsep tawhid dalam Islam berarti hanya memberikan tempat untuk
Allah saja sebagai Tuhan (maksudnya Ailah itu sendiri sebagai pribadi,
dan bukan pemikiranku tentang Allah), dan tidak untuk yang lain.
Maka pemikiranku tentang agama tidak boleh aku pertuhankan, karena
hal ini akan membawaku kepada adanya dua Tuhan.
Aku pikir-pikir lagi, cara berPi kirku ini
t
mirip dengan logika
Allah dari Asy'ari yang
Mu'tazilah ketika menyerang paham Sifat-sifa
mengatakan bahwa Sifat Allah itu kekal sam a kekalnya dengan Allah :
itu sendiri. Ini syirk dalam pandangan Mu'taz ilah, sebab ada dua yang
Oleh karena itu, untuk.
kekal: Allah itu sendiri dan Sifat-sifat-Nya.
menghindari syirk, Sifat Allah itu sebenarnya intrinsik dengan Zat-Nya:
Kalau Allah berkata (wahyu), maka itu selalu bersifat kontekstual
ketika sampai kepada Muhammad. Di sinilah kelak relatifnya wahyu
dilihat dari sudut pandang kita yang hiduP pada masa sekarang, ditinjau
dari sudut apa yang ditulis (bukan apa yang tidak ditulis, yang esensia'.
karena yang esensial selalu bersifat universal, tidak terikat. oleh ruang
dan waktu). Ini sesuai dengan Zat Allah yang lepas dari pengaruh ruang
dan waktu itu.
254 Mencari Islam
Buku Wahib menjadikanku lebih berani berpikir, karena aku
melihat bahwa yang ada sebenarnya adalah prosesku dalam mencari,
seperti yang sangatEisadari oleh Wahib dalam CE hariannya, ”Aku
mencari, dan terus mencari, menuju dan menjadi Wahib,” tulis Ahmad
Wahib. Pandangan semacam inilah yang kusambut gembira dan semakin
meneguhkan keyakinanku bahwa pencarian dalam beragama itu wajib
sebagai seorang manusia yang dikaruniai akal oleh Allah.
Pandangan semacam ini sebenarnya tidak aneh buatku, sebab
motivasi sejenis sudah kudapat dari Prof. Harun melalui buku-bukunya
ketika menganalisis aliran-aliran dalam Islam dan menyebut bahwa
semuanya Islam. Yang membedakan:y° hanyalah bentuk penafsiran
atas Al-Quran. Dan yang menyebabkan timbulnya berbagai macam
penafsiran itu justru, anehnya, adalah Al-Quran itu sendiri, karena Al
buran tidak bersifat definitif; ada aya: qath’iy (mendapat
penafsiran yang jelas) dan ada yang zhanniy (dapat ditafsirkan macam
macam), dan mana yang qath’y dan mana yang zhanniy itu sendiri juga
suatu tafsiran. Pandangan-pandangan ini tentu saja sangat radikal
buatku yang baru pertama kali mencoba berpikir sendiri tentang
agamaku.
Maka aku pun mulai menjadikan diriku sebagai seorang free
thinker, yang berani berpikir sendiri, tanpa takut salah. Selama di Asy
Syafi'iyyah ini aku mencoba mengerti apa saja yang sudah dipikirkan
oleh banyak kalangan - terutama oleh orang-orang ya: dekat dengan
ku - tentang pembaruan teologi. Aku mencoba menganalisis semua
pemikiran mereka. Pada waktu itu sebenarnya ada semacam circle
yang disebut Kelompok Studi Agama Proklamasi, yang mengambil
tempat di rumah Djohan Effendi. Kelompok ini dikoordinasi oleh
Mansour Fakih dan Jimly Asshiddiqie. Di antara yang sangat vokal
dibicarakan adalah gagasan-gagasan Nurcholish Madjid tentang sekulari
sasi. Aku sendiri tidak terlibat dalam kelompok studi ini, tapi aku
mengetahui apa saja yang menjadi isu di sini. Aku juga mencoba
mencerma sejauh pemahamanku waktu itu. - -
:
::: “: arahYangkehidupan
mengorganisasi masyarakat untuk tumbuh da"
ekonomi yang lebih baik. Moral mon:
Ka nardte
kanrebe kaiku adalah Mu'tazilah, maka ajaran-ajaran sosial yang
arog
asol -
VI
nya mengkoordinasi
Dengan pelatihan
suatu
AMT itu, aku :
pelatihan. pun menge : - .
sulit
- - - - - yang aku per
oleh di sTw kuterapkan di sini. Kerangka teoretis yang dipakai adalah
berasal dari David C. McClelland yang terkenal dengan teori mening
katkan hasrat berprestasi. Pelatihan ini dimaksudkan sebagai E
suntikan motivasi berprestasi dalam rangka menumbuhkan etos kerja
ang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Biasanya pelatihan ini
diberikan kepada para pengusaha. Sekarang dicoba diterapkan kepada
pemuda (yang dalam praktekku ini meliputi ketua-ketua Karang Taruna
seluru h Jakarta). Pelatihan itu sendiri kurang berhasil, karena memang
proyeknya tidak dimaksudkan sebagai proyek besar yang akan terus
memantau perkembangan organisasi Karang.Taruna. Arti pelatihan ini
untukku tidak terletak di dalam pengorganisasian masyarakat itu sen
diri, tetapi pengalaman pertamaku mengorganisasikan sebuah Pelatihan.
- Sementara itu, penelitianku sendiri, yang bertemakan ” tivasi
beragama, sebenarnya adalah usahaku untuk mencoba menerapkan
kategori Mu'tazilah untuk mengukur tingkat rasionalitas masyarakat
pra-urban di pinggiran Jakarta. Hipotesisku: masyarakat yang sedang
mengarah kepada tingkat urbanisasi yang makin kompleks, secara ot9
mati: maka keberagamaan mereka akan menjadi rasional. Hipotesis -
ini tentu saja berangkat dari suatu pandangan Parsonian yang dalam
penelitianku ternyata tidak terbukti. Ini berarti - begitu menurutku
waktu itu - perubahan pandangan keberagamaan tidak otomatis se
-l-
jalan dengan rasionalitas masyarakat yang terjadi akibat intensitas
modernisasi. Religiusitas (keberagamaan) rupanya justru menjadi sarana
resistensi yang paling akhir yang masih dipertahankan sejalan dengan
modernisasi dan urbanisasi yang akan membawa tingkat keterasingan
dan individualitas yang tinggi. Di sinilah orang mendapatkan keamanan
: psikologis yang terakhir sehubungan dengan sekularitas kehiduP: :
sial yang sudah menggejala di mana-mana. Keberag: adalah me
kanisme pertahanan pada tingkat individual dan sosial yang terjadi se
bagai usaha penangkalan atas ”dampak-dampak negatif” modernisasi:
Waktu itu aku beim tahu bahwa pandanganku i" sebenarnya bias
- dengan keyakinanku tentang sekularisasi. Dan bias semacam ini Pa°
: menyertai orang yang melakukan penelitian sosial yang meng
lain dirinya netral. - -
-
- -
|
|
Di sekolah ini aku mendapat pengertian Y*8 luas tentang apa itu
filsafat, jauh lebih luas dari yang semula aku duga. Tadinya aku ber
pikir filsafat itu selalu berhubungan dengan agama (sebagaimana ter.
iihat dalam filsafat Islam yang aku pelajari di STW). tapi ternyata
tidak. Filsafat jauh lebih otonom dari ”campur tangan agama. Fil.
safat adalah suatu ”dunia” tersendiri, seperti agama juga adalah suatu
: ”dunia” tersendiri. Di sini aku cukup banyak berkenalan dengan ber
bagai alam pemikiran filsafat. Aku merasakan sekali penghargaan yang
| luar biasa dari filsafat terhadap manusia yang berpikir, yang tidak IIlalu
- diikat oleh baik tradisi maupun agama. Filsafat mempunyai tradisi
sendiri, suatu tradisi yang sudah terbangun sejak dua puluh lima abad
yang lalu, dengan seperangkat metodologi berpikirnya yang sudah
mapan.
pengertian yang sangat radikal dalam melihat realitas sosial, dan oieh
karena itu bersifat subversif bagi mereka yang berusaha mempertahan-,
kan status quo kekuasaan yang dimiliki. Dan aku kira conscientizing
research adalah salah satu metodologi yang membawa masyarakat ke
ada kesadaran kritis dalam rangka perealisasian potensi humanisasi
yang terkandung dalam masyarakat yang tertindas. Maka kepentingan
nya jelas: keadilan sosial. -
---- :-
Y
262 Mencari Islam
Produksi dikelola. Menurutku, masyarakat berkembang bukan ka
kekuatan-kekuatan yang ada di luar masyarakat, tetapi berdasark:ha
kuatan yang ada dalam masyarakat itu sendiri (inilah YEng disebut:
ngan kekuatan material). Faktor yang paling menentukan dalam :
kuatan masyarakat adalah kegiatan bekerja manus1a itu sendiri, y 6.
Atas dasar alasan inilah aku merasa perlu melihat suatu teologi lain
yang lebih kondusif bagi usaha Perubahan sosial kaum tertindas. Mulai.
lah aku merefleksikan Perlunya suatu teologi keadilan sosial yang mem.
Punyai paradigma lain, yaitu Paradigma yang memberi kemungkinan
suatu empowering (empower maksudnya to provide with power or
authority) kepada mereka Yang tertindas dalam rangka mengusahaka"
keadilan. - r - -
"g lebih luas melalui ilmu-ilmu sosial yang radikal dan mem
Mencari Islam
264 - ang tinggi terhadap perubahan struktur manusi
punyai gore:” :ik sekali memberi perhatian k Yah
adil. Dalam konteks “E (al-akhirah). Kalau kita E k:
sep eskatologi : -konsep al-akhirah merupakan E
Al-Quran,
ai tamp: i, menyangkut
dinya. Al-akhirah : ji Tuhankehidupan manusia
mengenai kese sesudah:n mati
da:
: janji-Janj
yang di dalamnya mangan (wa.di
dan : E. Al-Quran memberikan Penggambarannya (yai
raan (UU0 tG ). - -
IlOT
"atifnya. Di sinilah Islam memberikan suatu konsep ma°“
T:
EAlann-Qgurgbanuh),nyseameAlntlaarhameAlmelarih juntgaahka :
n (penegakan)
menaruh simpati terhadap orang-oran
tertindas dan lemah (QS 2 7:5), dan kepemimpinan akan diberik 8
a mereka yang lemah dan tertindas ini (QS 28:5). Di sinilah E
:ad concern Al-Quran adalah kepada 9rang-orang yang lemah dan
as (mustadh afin). Sebaliknya Allah juga secara tegas mengata
ada aum muthraf - me
kehancuran akan ditimpakan k ep ahk
teanrtinbad hwga be
k
rpunya dan hidup bermewah-m
- - -
ew (QS 17:16). Dalam
reka yangNi:
sa’,P Allah berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, jadi
- -
suhraka
la mu- orang yang benar-benar penegak keadilanl.
t An -
karena hanya melihat ajaran dan pranata agama menurut logika melulu,
dengan mendukung kebebasan menafsirkan ayat-ayat sehingga sesuai
dengan akal. Sampai di sini jelas bahwa teologi rasional sangat meno
pang elit modern dan tunduk kepada tujuan modernitas itu sendiri.
Nyatanya mereka yang membutuhkan teologi rasional adalah mereka
nal.
yang telah terlatih dan terbiasa dengan kaidah rasionalitas-fungsio
Sementara kaum tertindas, atas dasar tujuan mereka - suatu humani
sasi struktur-struktur sosial yang menindas ini - tentu saja sama sekali
tidak membutuhkan teologi semacam ini. Mereka membutuhkan teologi
yang berparadigma lain. Teologi inilah yang menjadi obsesi intelektual
belakangan. Katakan saja suatu teologi-sosial yang membebaskan, atau
sebut saja teologi pembebasan (mengikuti tradisi teologi Katolik yang
mempunyai concern terhadap kesamaan dalam hal keadilan sosial, se
Perti yang telah berkembang di Amerika Latin dan beberapa bagian di
"°gara Asia seperti di Filipina dan Korea Selatan).
VII
masyarakat sosialis). . - -
: ah
ogi 267
Di sinilah
dapatkan suat::
tempat. teologi yang: bersifat subjektif
-
:E
sebagai alat analisis yan :
memperkuat analisis sosialku
:ang ku: E
lisis psikologisku sendiri yang d: ubutuhkan juga sebagai :,:
lami
suatukrisis
alami cara
semasa
identitas:
pandang
SMA baru
E
dulu.dalam
Aku meras
waktu-waktu
EErikson
untuk diriku ini
: seperti
kembali
sendiri, : :
yangdiperluk Ul
uIlSUT-un
tidak surwatak
dalamsosial dan E
hubungan ektisantara
te ir sosial tidak pemai
ketiganya. E
stati Hubung
bah pernah berakhir. Perubah rsebut merupakan prose is, karena
:pada yang lainnya. an pada salah satu E yang
ini E watak sosial ini dalam k - - r erarti peru
: tempat yang E pergumulan teologi
watak sosial ini adalah ” a. Secara teoretis bol i: ogisku
- -
individu
: :: masyarakat. Yang Esud rahasia”, baik E
Ompok dan istem pemikiran dan ti dengan ”a
UIInd tingkat
- : : E gama:
tasi rahasia”
a yang m - m tindakan v. -
oleh ke
ekspresikan ama Islam, m k udnya, jika sese erangka orien
ainn diri
diri sebagai
, maka dalam kulit lua eorang atau sekel ompok
ulit luarn -
ME : m: :E Islam yang.
i, maka : hidup dan : keyakinan : kulit
dia meng
sosi am ma - tertentu.
atas E Cerita Eh yang EE indiistri dewasa
aman dirinya d: Intinya, wataknya : religiusnya itu.
nya bukan teologi apa, tetapi teologi yang bagaimana. Aku kira para.
digma teologi baru yang harus diusahakan adalah teologi yang humanis.
Dalam perspektifku, rintangan yang paling besar terhadap teologi
humanis ini adalah ketidakadilan, kekerasan, penindasan, yang semua
nya mereduksi suatu panggilan ontologis manusia untuk menjadi lebih
manusiawi. Kondisi material dewasa ini telah memungkinkan tercipta
nya suatu struktur sosial yang menindas. Masalah keadilan dewasa ini
terletak dalam ketimpangan prasyarat-prasyarat hidup. Seperti keada
an tidak mempunyai tanah dan alat-alat produksi lainnya, sehingga
seseorang harus menjual tenaganya demi kehidupannya. Sisi lain dari
struktur kemiskinan ini adalah struktur kekuasaan: yaitu keadaan
politik yang tidak demokratis yang dapat menjadi penghalang terhadap
perealisasian kebebasan manusia. - - -
Oleh karena itu, suatu teologi humanis tidak dapat tidak harus
merupakan usaha kaum tertindas dalam rangka humanisasi manusia.
Karena hanya kaum tertindaslah (dan mereka yang kemudian melaku
kan class suicide dan berjuang bersama kaum tertindas) yang tahu *
arti humanisasi. Karena mereka mengerti dan mengalami arti Pen:
dasan. Dengan kata lain, pembebasan hanya dapat diperoleh melalui
perjuangan - tidak sebagai hadiah. Pembebasan adalah kondisi y*
mutlak dibutuhkan demi perjuangan keutuhan manusia. -
Ealogis mereka sendiri yang terlibat dalam situasi sosial. Dari analisis
Eai diperlukan penglihatan terhadap ideologi apa yang menopang
Ealitas sosial ini. Di sinilah sikap skeptis terhadap ideologi yang ada di
erlukan. Dari kesangsian ideologis masuk ke dalam refleksi teologis,
ialam pengertian Allah berbicara kepada manusia terhadap situasi
dehuman ini. Dari sinilah daur bertindak baru dilakukan sebagai suatu
usaha untuk mengubah keadaan.
Dalam keseluruhan proses tersebut, conscientizing research (riset
penyadaran) sangat diperlukan sebagai suatu proses mendapatkan infor
masi oleh masyarakat itu sendiri tentang struktur-struktur sosial mereka
beserta tindakan-tindakan sosial-politis apa yang akan mereka lakukan,
ketika mereka menyadari pertentangan-pertentangan antara kebutuhan
nyata mereka dan kebutuhan orang-orang yang menguasai dan me
meras mereka, juga sekaligus menyadari kekuatan mereka bila mereka
bersatu. Menurutku, hanya apabila kaum tertindas mengetahui hal
ihwal penindasan terhadap mereka dan terjun ke dalam perjuangan yang
sistematis untuk suatu proses pembebasan mereka sendiri, mereka akan
mempunyai kepercayaan diri kembali: Bahwa humanisasi adalah tugas
yang diemban oleh mereka (bukan hanya untuk mereka tetapi pada
saatnya untuk mereka yang menindas juga). Penemuan kepercayaan
diri ini, menurutku, tidak mungkin diperoleh hanya melalui suatu
abstraksi (misalnya membicarakan suatu teologi yang berpihak kepada
kaum miskin), tetapi harus melibatkan suatu tindakan politis. Begitu
pula sebaliknya, bukan hanya tindakan -politis melulu tanpa suatu
refleksi (teologis). Inilah yang merupakan praksis sosial teologi, yang di
dalamnya iman dan jihad - yang sekarang pengertiannya sudah di
Perluas - tidak terpisahkan. Dan aku kira inilah pengertian yang se
benarnya untuk suatu jihad fi sabilillah, yang dengannya kita menjadi
*ksi bagi Allah untuk menegakkan keadilan (QS 4:135).
Mencoba v.
RE: : : : - :*.*:
hikma
:
:
nd: : Risang:
:Mirat:
*
L-
: : : t.
:
MIRANDA RISANG AYU lahir pada 10 Agustus 1968
di Bandung adalah mahasiswi Fakultas Hukum Universi
tas Padjadjaran dan pelatih tari Jawa-Yogya dan Bali.
Di samping kuliah, yang diikutinya sejak tahun 1987,
dia juga pernah mengikuti Sarasehan tentang Latihan
Penyadaran untuk Kalangan Mahasiswa FPL-LBH
Bandung (1988) dan kursus filsafat Islam di Lembaga
Pembinaan Ilmu-Ilmu Islam (LPII) Bandung (1989).
Aktivis GSSTF UNPAD ini, selain gemar menulis cerita
pendek dan artikel tentang tari, juga - bersama teman-.
teman kelompok tarinya - menjadi koreografer eksperi
men tarian Islami. Saat ini, bersama suaminya, dia
tinggal di Bandung.
MENCOBA MENGHIKMATI LUKA
Miranda Risang Ayu
dari - bayi yang nakal itu, sehingga saya dapat bersahabat dan belajar
banyak: Karena, secara jujur saya katakan, tulisan ini baru bernilai ika
tidak dipersepsi sebagai romantika individual seorang Miranda saja.
tahu M:
:
saya sering bertanya sama seperti seorang bocah lima
Sama: mulai mengusik ibunya. Konsekuensinya pun jadi hampir
: Saat-saat pertama menggemaskan, tetapi lama-kelamaan -
Untuk : an, kecuali jika ibu tersebut seorang wanita yang bijak.
ebenaran g yang lebih mencari ketenangan dan kemudahan daripada
Egan memang menjadi sekadar rekreasi atau malahan
erniki, sehingga Pertanyaan pun, sebagai bagian dari petualangan
rpikir, *gat mungkin dipandan k alergi
*n hal saya sendiri's g secara agak alergis. -
bertanya
e
: E ::
m:itu:sendiri
S
i::
selalu
::
- 33 akini
dan mencari jawab tentang kapan tepatnya asal-mula saya mulai ber.
tanya dalam artian itu. Saya kira masa awalnya hampir sama dengan
semua orang, yakni ketika saya menginjak usia saat seseorang mulai
mencari identitas dirinya. Dan itu berlangsung alamiah; artinya, lebih
tidak saya sadari sepenuhnya. Saya menemukan diri gelisah. Saya me:
nemukan
E diri mencari.
mabukSaya menemukan
dalam diri menemukan.
keterharuan. Dan :
Seseorang pernah ber
seloron banwa Allah itu tampaknya suka kejutan. Saya pikir selorohan
itu jadi cukup serius bagi saya.
: mampu
yang mengirisorgel menggetarkan, dengan paduan suaranY*
belai ban yak end
asaan, dan dengan semangat kasihnya cukuP memi’
:gama yang E °taan orang. Kristen, khususnya Protestan, meman:
- m - -
3Il
Saya masih Esi sebuah
-
kekurangannya.
buku yang saya baca ketika say° ma:
Miranda Risang Ayu, Mencoba Menghikmati Luka 27
5
dunia pra-remaja saya menjadi dunia yang hanya dimengerti oleh diri
saya sendiri. Saya seperti berada di dalam arus puting-beliung Y*8 ber
pusing. Terperangkap, riuh, tetapi sendirian. Ey* sesekali saya me:
IaSa bersentuhan dengan dunia luar, yakni ketika saya dimarahi Ibu.
Tetapi itu pun masih sering saya terjemahka" sebagai kemaraha"
-
cuali -
:: : dekat dengan menek.
iri saya sendiri. -
secara tidak terduga, membaca menjadi titik tolak saya untuk se.
makin suka bertanya, dan akhirnya - menurut istilah saya - menyi.
kapi pertanyaan saya itu. Jika saya berpikir kritis, saya pun harus dapat
bersikap kritis terhadap realitas konkret. Beberapa pihak menyebut itu
sebagai pemberontakan, tetapi saya tidak berminat untuk menanggapi.
nya dengan serius, selain menyatakan keyakinan bahwa waktu lebih
berkompeten menilai niat seseorang daripada opini orang lain. Yang
jelas, membaca itulah picu dari pergolakan saya sampai hari ini, yang
amat melelahkan tetapi sekaligus amat berhikmah. Dan itu terpupuk
dalam kesendirian saya, yang pada awalnya dilandasi oleh kekecewaan
terhadap keadaan di sekeliling saya. :
sun: tahun,
*ya, Irawati Durban, sayamenjadi
untuk mulai diarahkan :
penari profesional. ay
Miranda Risang Ayu, Mencoba Menghikmati L
uka 277
lai menginjak panggung Istana Negara dengan
saya membulatkan niat untuk :
dan
:
Sunda, Jawa Yogyakarta, maupun Bali. S menari, bai gu
1tu.
Enin yang h:
e : alam pemahaman :
menerjemahkan em9: religius mereka
Intensitas upacara ritual keagamaan yang diharuskan begitu ban :
semula saya hampir pasti bahwa mereka tentu sangat lelah dan : -
RELIGIUSITAS
SENI 4- EP AKTIVITAS
menyempurnakan KESEHARIAN
- a meny - -
jektivitas keagamaan say a dan masuk ke suatu daerah yang penuh w arna
asing namun menarik. Daerah itu seperti daerah tak bertuan
urba. Lalu, ada sesuatu yang menyelusup masuk dari daerah tak :
: itu, mengusik iman saya yang tertidur karena taatnya, dan mem.
buka halaman memori saya yang telah terlalu tua untuk dikenali lagi.
Rasanya, saya pernah mengenal daerah ini. Tetapi, kapan dan di man:
Pertanyaan itu belum juga terjawab secara memuaskan sampai
detik saya menulis tulisan ini. Namun, rasa itu segera mengingatkan
saya kepada sebuah buku yang pernah cukup memaku saya, yang berisi
ajaran-ajaran Lao-Tze tentang Tao. -
Tao berarti jalan, dengan sifat absolut dan tak terselami, Tao juga
berkonotasi logos atau ilmu, sekaligus wadahnya, yakni akal. Seperti
dituliskan To Thi Anh, alam dan setiap individu memiliki Tao, yakni:
kodratnya, kebiasaannya, hukum perkembangannya, dan segala ke
seluruhannya. Tao adalah sumber asli dan perangkum segala sesuatu.
Waktu itu saya bertanya, inikah kesadaran Taois saya? Ada se.
suatu dalam diri saya yang semakin jelas memisahkan diri. Sesuatu itu
seperti berpikir, sekaligus menyimpulkan, sekaligus menampung ke
simpulan-kesimpulan, dan menghadirkannya sebagai serangkaian fakta
kontemplatif. Daerah tak bertuan itu mungkin adalah Tao saya juga
Karena kesulitan memaknai puasa itu secara Kristen Protestan,
maka puasa itu pun saya hikmati seperti seorang Taois memaknai sikap
*etiknya. Puasa itu saya anggap sebagai pembatasan diri guna mé.
Ei jati diri saya yang asli, yang akan membantu saya mengenali
kemampuan saya dalam membawakan tari topeng itu. Ternyata saya
cukup berhasil. Dan itu menyebabkan saya merasa lebih dekat dengan
ajaran-ajaran Taoisme, khususnya yang berkaitan dengan penegasian diri
dan pembatasan keinginan. -
Jika di
a batin demi kelangsungan hidup, d agai penafian
| dan sebalik
tidak minum dan tidak bersikap agresif sama : 'E
- - - -
dak Tuhan, tetapi Tuhan bukan alam. Alam pada dirinya sendiri juga
mengandung pengertian wadah atau material, sedangkan Tuhan bagi
saya imaterial, tidak termaterikan, tidak terperikan.
nonoh. - -
aran.
Malamnya, saya tidak dapat tidur. Niat saya sempat diganggu oleh
kenyataan bahwa citra Islam yang sampai kepada saya adalah citra
yang sama sekali tidak menarik simpati. Suasana Islam seperti suasana
napas satu-satu yang kelua: dari hidung orang-orang Palestina yang s:
karat di Tepi Barat Sungai Yordan dan Jalur Gaza. Norma Islam tampak
seperti udara gurun yang menusuk, kering dan mencekik. Dan, ini yang
paling memberatkan, kesenian Islam tampak hampir identik dengan
dangdut yang cara membawakan dan syairnya selalu memusingkan saya.
Tetapi, itu ternyata sangat bergantung kepada prasangka, buruk
atau baik. Ketika itu, saya merasa bahwa Islam itu baik, dan saya lang
sung meragukan citra Islam yang sampai kepada saya itu sebagai citra
yang bukan sesungguhnya. Dan, iebih dari itu, keharuan sore itu begitu
mencekam saya. Seperti seorang bocah yang terlalu gembira melihat
segumpal madu menggelantung, saya sudah tak dapat berhenti sejenak
: memperhitungkan kemungkinan adanya sengatan yang menyakit
3.Il. -
" -
Tuhanku, - ..!
|
Menjelang
an masuk perguruan :ya, sampai
- -
ujian
-
E tidak menyur"
-
ivitas kemahasiswaan. - . -
rlalu sendirian. - - -
-
289
lompok orang, ah tidak, satu orang saja, yang dapat diserahi keper
:an memegané hasil revolusi idamanmu, Miranda?
cay Jika Allah meninggalkan saya, tentu saya sudah bunuh diri sejak
“Tetapi ternyata tidak. Saya sekarang amat yakin bahwa Dia tidak
mungkin meninggalkan siapa pun dan apa pun ciptaan-Nya. Dia hanya
Emberi kesempatan k:Pada orang-orang, termasuk saya, untuk:
ngecap kebebasan relatif yang sering diidamkan, untuk memaknai suatu
keadaan. Dia sendiri tetap memperingatkan.
Ketika semua norma sudah terasa berjumpalitan, saya akhirnya
memilih untuk tidak ikut-ikutan berjumpalitan. Ketika semua pendapat
terasa akan menarik diri saya ke berbagai arah sehingga diri saya akan
hancur berantakan, saya memilih keluar dari dunia ini. Saya memilih,
akhirnya, untuk tegak pada niat-niat saya semula. -
Tant
* - - - erboleh
tivitas saya tidak dibatasi. Ketika libur semester tiba, ia memper
290 Mencari Isla" - .
ergi ke Jawa Tengah memberi sejumlah ua |
kan saya P :Ean saya itudanmemung kinkan saya pergi :
saya -
h ati,
dengan kata-kata, tetapi lebih dengan sikap dan k:de:E
- Hanya satu malam saya di sana, tetapi cahayanya terserap mas :
dalam situasi internal saya. Seperti oksigen murni, ia masuk ke :
paru-paru ideal saya yang hampir busuk lantaran kecewa. Dan E
pertama kalinya setelah sekian lama, saya memahami arti keben:
rasa. Untuk pertama kalinya saya mendapat pelajaran tentang E
an wirid, zikir dan doa. . -
Pasrah itu. Saya menangis tanpa isak di depan seora”8 tua yang P
Miranda Risang Ayu, Mencoba Menghikmati Luka 291
nva sudah sedemikian tipis lantaran hany
anya minum air dan
: selama tiga bulan. Ia sakit tetapi tidak kuat E:
- - -
“ibutan be:
rirama
Tetapi di samping terbersit
kadang-kadang
-
suara jangkrik.
-
. . saya sikap
-
dalam hati
-
-
sok penting-
-
Miranda Risang Ayu, Mencoba Menghikmati Luka 29
3
istiwa demi peristiwa menggelindin - -
E:E
tabrak, dan saya menjenguk, lalu diajak bermalam di ter
nya. Lalu pukul tiga dini hari saya melihatnya sedang ber-wirid di : i
tepat ketika hendak ber-wudhu: lalu saya terpukau, lalu ia bE
Erumah saya di Bandung sambil tidak mau beranjak da:
pintu, lalu bertukar puisi, dan lalu, dua puluh lima hari setelah per
kenalan itu, tetap dengan tasbih dan tempat bersila di dekat daun pintu
melamar saya- - - 3
Dan saya? Siang itu adalah hari ketiga saya ber-tahajjud mohon
ditetapkan oleh Allah. Maka, lamarannya pun saya anggap sebagai
pilihan Allah untuk saya yang saya terima dengan kepasrahan yang
sulit dijabarkan. Itu adalah pencapaian sikap batin yang tidak pernah
saya sesaliitu.
ketetapan sampai kini. Saya pikir, dialah kado Allah untuk saya:
•. -
vertik
:Ya,budaya yang militan dapat berakibat politis.
dalam strategi politik, kecenderungan. Ya:
langsung dan
ang
al **ah suprastruktur, bagi saya, berkonotasi kepada gerak yang
294 Mencari Islam -
- u
Jadi, saya kira trauma adalah istilah yang terlalu dramatis. Dalam
arena politik, saya melihat keganjilan-keganjilan moral yang dipandang
oleh ”sesuatu di balik dada ini” tidak pada tempatnya. Tepatnya bagai
mana, saya belum berhasil merumuskan jawaban yang tuntas. Dan
justru karena itu, adalah tidak sehat jika saya berkutat dalam bidang
yang saya sendiri masih kebingungan di dalamnya. Itu saja.
: Yang jelas, kesendirian sayalah yang baru terdefinisi. Dan itu
hanya punya arti dalam konteks kebudayaan. Bersamaan dengan ke
gemaran baru berakrab-akrab dengan jantera malam, saya pun teng°
iam dalam wirid-wirid panjang. Mungkin saja saya sedang mencam".
Sampai mabuk lagi. Tetapi, dalam kesakitan eksistensial semua 9:
butuh candu, dan saya berani menjamin bahwa candu yang sedang :
reguk ini adalah candu yang paling baik yang pernah ada. Ini :
dari produktivitas saya yang tiba-tiba melimpah-ruah. Ide-ide ceri
tidak pernah bertahan lebih dari dua malam untuk dibebaskan dalam
- - - -
ering
-
sep E
epotong tari barulagi,
jauh . bersamaan dengan
-
intensitas:: kan
: . . Ketika saya telah berjilbab dan tidur pada malam pertama di Pojok
Kanayakan, azan yang membangunkan kesadaran saya membuat saya
menyimpulkan bahwa jawaban Allah SWT telah semakin konkret.
Kini, seperti seorang sahabat, Dia hadir hangat dan menantang saya
untuk meneruskan ”bunuh diri” saya dengan kelahiran kembali. Fasili
stas sudah ada: sebuah ruang kontrakan, buku tabanas, tubuh yang
masih bertenaga, dan keoptimisan. Tantangan sudah lengkap, tinggal
menunggu waktu menggilirkannya. Keprihatinan adalah pijakan terbaik
, untuk mulai, diri sendiri adalah gerbang, dan masyarakat adalah arena.
Pagi itu saya awali dengan shalat shubuh dan mandi air segar. Lalu, saya
illaskan senyum perkenalan dan persahabatan dengan para tetangga.
Mari, kata hati saya, karena Islam berarti keintiman dengan Allah SWT.
Islam berarti mengenali keutuhan diri sendiri dan Islam berarti uluran
tangan dan kebersamaan. . . . . . . : , : ,
:; Dan dimulailah interaksi saat saya merasa paling tidak dimengerti
tetapi sekaligus paling sibuk oleh persoalan orang lain. Saya pun punya
semacam rasa keterlibatan yang intensitasnya sampai membuat saya
kebingungan sendiri. Tetangga dan tamu memang jadi begitu penting
bagi saya, karena merekalah diri saya dalam bentuk lain. Dari kemurah
an mereka saya dapat menegakkan tulang punggung saya, dan sebalik
nya, dari penerimaan saya mereka dapat menghikmati kedekat*
dengan sisi lain kehidupan yang, mungkin, ganjil. Kadang-kadang, s°Y°
tahu bahwa saya telah menyakiti kemapanan berpikir satu-dua or*
di antara mercka. Di saat lain, saya terpaksa sangat dingin karena *
ingin mengemukakan bahwa etika bergaul harus tetap ditegak".
Tetapi, dalam kesendirian saya, saya berkata kepada-Nya bahw* saya
sangat menyayangi mereka dan karena itulah saya berbuat demikian.
Kebahagiaan saya menggodokkan mi, membuatkan teh at* kopi,
Mir
anda Risang Ayu, "encoba Menghikmati Luka
-
297
munist
per gkiiwa
n sel
danamapem
meriki
ekaranhadden Dari :
ir. gan mereka Pun sa:
: jujur, hanya
dan : mengenali diri saya sendiri. ya dapat mengukur
ke:én,
d : misalnya, dengan kecantikannya :
olos dan rindu Ilahi. Kel
m
berbusana
yang fokus pada wajah
model
usi
Tetapi, karena disintegritas yang terjadi juga adalah disintegritas
ktur sosial masyarakat, wipaya personal maupun kelompok-kelom
ok un tidak dapat dibiarkan berjalan sendiri-sendiri. Semua itu
Eis ada dalam suatu koordinasi egaliter, dan persatuan umat Islam
jadi amat penting karenanya. Khusus mengenai perbedaan aliran
fiqh ataupun gaya hidup, saya termasuk orang yang paling sebal dengan
ang mudah menuduh kelompok yang tidak sekecenderungan
Sebagai sesat atau kafir. Yang diperlukan sekarang adalah jaringan
ikasi yang bersifat saling mengembangkan, dan bukannya saling
muni
E mematikan. Saya pikir, kelompok-kelompok sempalan
atau
-
-
- -
fo
d duren, misalnya, dengan kecantikannya "9 model berbusana
ke
pihak lain yang tidak sejalan. Atau tegasnya, tidak sepaham dengan
semangat amisas i. .
ngIsl
'. . .
kin, penjabaran di atas terlalu abstrak dan luas. Tetapi saya
-
Mu
sendiri kaget ketika pemahaman saya itu menggiring saya kepada ke
kaguman terhadap para zahid. Orang boleh bicara macam-macam
tentang struktur ekonomi yang eksploitatif dan sebagainya dan seterus
nya. Tetapi jalan untuk secara konsisten menolak struktur semacam itu
y k hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan sikap, yang saya kira
ida - -
sikap itu hanya satu, yakni hidup zuhd atau menjadi zahid.
ti - - - -
tidaknya saya juga tidak tahu. Jadi, jika saya membenarkan atau me.
mahami sesuatu, itu sebetulnya juga kebohongan saja, karena pada
tahu apa-apa- : ..
“:n
: -
saya tentang mana yang betul dan mana yang salah. Saya yakin bahwa
saya sebetulnya tidak dapat memastikan mana yang benar dan mana
yang kafir. Karena itu, saya selalu ingin memulai segala sesuatu dengan
jalan damai, dengan disertai oleh penghargaan terhadap sikap maupun
karya orang lain. Saya yakin, di luar saya pun Penuh kebaikan dan
kebenaran. : - - '.
Tetapi, entah kapan saya dapat sampai pada titik itu. Saat ini,
- - - -
-
Endang Saefuddin Anshori, 282
Bali, semi budaya, 278, 279, 298 Erikson, 267
: 305
:
+.
-
:
3 06 Mencari Islarr:
Isa Nuruddin (Fritjof : :'sus,88
Islantic Methodology in Histo , 39
; Ali,69.72: Islamochristiana, 99 *y, 40
E* 83 Ismail, Haji, 192
-
261 -
Kant, Immanuel, 169
Hasbullah Bakri, 173 Kebumen, 192 -
Hegel, 169 - -
Kho Ping Hoo, 84
heisenberg, teori ketidakpastian, 248. Kiblat, 83 -
Maliki,
Mandera,mazhab, 87
Anak Agung Gde, 277
The Phdonesia Times, 88
Inkeles, Alex, 251 Mansour Fakih, 259. 251, 254 !--"
Rembang, pesantren, 63
Revolusi di Nusa Damai. 277
139, 176, 182.209, 216, 237,253, 256 Rogers, Carl, 267
uh, 92, 137
Khuli, 92,93 Rumi, Jalaluddin, 222, 223
Taufik Adnan Amal, 91-93, 99, 101, 104 Wittgenstein, Ludwig, 260
Tebuireng, pesantren, 59 Wonosari, 291, 299, 803
Teik Jan, 59
Tempo, 88 Xenia, 276
Thabathaba'i, 98
To Thi Anh, 280 Yogyakarta, 36, 37, 64,
Tokoh-Tokoh Munafik, 286 militer, 215 110; tah
Tuhan dan Ilmu Pengetahuan Modern, 245 Yunani, filsafat, 251
Yurtika, 222
Ubud, kawasan, 277
Ujung Pandang, mahasiswa, 287 Yusuf Islam (Cat Stevens), 39
“Umar, Khalifah, 151
Uni Sovyet, 75 Zamakhsyari, 98
Utomo Dananjaya, 251 Zarkasyi, K.H. Imam, 86, 88
2. INDeks IsTILAH, DAN LAIN-LAIN
abangan, 58, 61, 63, 64 The Beatles, 34
absurd, 288; hidup tidak, 274 The Bee Gees, 34
ADI (Asean Development Institute), 121 Belanda, zaman penjajahan, 193
Advent, Kristen, 167 Bible, 166, 168
Adventist English Coversation School, 167 bid'ah, 198, 224, 235
desa Peliatan, puri, 277 Budha, agama, 166, 168, 175
burhani, 142
Ahl Al-Kitab, 93
Ahl Al-sunnah wa Al-Jama 'ah, 228, 243
Carik, 109
AIDS, 53
CCR (Credence Clearwater Revival), 34
Aisyiyah, 82,89 charity, 210
al-akhirah, konsep, 264
'Aliyyah, madrasah, 160 Ciputat school of thought, 73
class suicide, 268
andragogy, 250 conscientizing, 251; - research, 258, 260,
angon, 110 261, 269
Anshar, Gerakan Pemuda, 222
al-‘agi al-qudsiy, 144 dangdut, 283
Arab, 34; bahasa, 32, 112, 279; belajar
bahasa, 202, 204: etika, 37; sejarah ma dan yang desa, 62
dehumanisasi, proses, 209
syarakat, 179 dhaif, 46
asbab al-nuzul, 140, 179
diniyyah, 244
ashabiyyah, 235 dirasah Islamiyyah, 223
Al-Asma’ Al-Husna, 294, 295 disko, pesta, 36
Asy'ari, 252, 253 DPR, demontrasi ke, 287
Asy'ariah, 252; tauhid, 135 dzikr syirk, 291
ateis, 39
ateisme, 32, 255 economic bias, 210
Aufklarung, zaman, 252 efisiensi, prinsip, 147
ayat ahkam, tafsir, 93 ekonomi, strategi pembangunan, 225
Al-Azhar, Universitas, 88; sekolah Islam,
eksistensialisme, 170
l 14
elitisme, 231
emansipasi wanita, diskusi tentang, 285
bandongan, 202 Expo 1985 Tsukuba, 279
Barat, semangat, 34
barzanji, 33
basic training, 204 fiduciary, 99
filsafat Timur, 170
Basmalah, 119, 120 fiqh, 44, 174; perbedaan aliran, 299
bayt al-amal, 153
309
810 Mencari Islam
Kristen, 167; redifinisi, 210; - b
:l 19
Mahasiswa
-
Ciputat), 70,
-
pandangan-dunia, 214; - : *gai
222; - sempalan, 217; 4trat !, 221,
74, 127, 129 - budayaan, 184, 298; strategi E ke.
thinker, 254 235; - dan ideologi, 162 *angan
#: 140, 141, 206; teologi, 207
-
76 ' - sains,
israqiyyah, aliran, 145 -
Hellenisme, 98 -
Juz ‘Amma, 61 .
hijab, 290 -
Pancasila, 229
paradigma Islam, 64
paradigma pembaruan, 72
Parmusi, 57
Parsonian, 259
participatory action research, 251
participatory training, 251, 257
Pastur, 173
- , ka "pembangunanisme", 225
isme, 252 P.
Pemilu, 57; - 1971, 59, 226; -1977, 224
almasakir u'4 al-fuqara', 47
Persis, 135, 136; madrasah, 160
mi, 82,226 pesantren, 201, 203, 204, 229, 290; - tari
E Anwar, madrasah, 160 kat, 59
Eionaris, 18: Pn (Pelajar Islam Indonesia), 128, 204, 205,
:tisisme, 17: 207.214 214
, Penerbit, 93,95 PKI, 59, 163; kudeta, 225 -
Eebudayaan,:7:".*
Aodernisasi, 159. 160, 259; - pedesaan, Platonis; tradisi Neo-, 252
PMII (Perkumpulan Mahasiswa Islam In
28 donesia), 127, 173
-:- 73,279; persoalan, 138 PNI, 222
monoteisme, 255 politik, masalah, 212
mufaisir, 95 Pondok Pesantren Gontor, 79
“Emadiyah, 57,58,79-82.8:
110, 126, 135, 160, 195-198, 200; Muk
-
pristine Islam, 73
MUI (Majelis Ulama Indonesia), 227
Al-Munawwarah, Masjid, 300 priyayi Jawa, 60
Protestan, 120(c)
Murji'ah, 143 PRRI, pemberontakan, 81
Mush-kaf Utsmani, 185 Psii (Pergerakan Serikat Islam Indonesia),
mustadh'afin, 212,216, 265 33
mutakallimin, 93
Mu'tazilah, 143, 174, 251-253, 255-263 psikonalisis, 267
muthraf. 265 -
puisi, 284
mysterium, 246 puri, 277, 278
P-4, penataran, 286
nalek, 161
Naqsyabandiyyah, tarikat, 39 qana'ah, 87
nasionalisme, 285, 286; intensitas, 276 qathr, 46
Nasrani, 118 -
qiyas, 137
Nasyi'atul Aisyiyah, 89 gunut, doa, 197
Natal, kartu, 125; malam, 275 Al-Quran: metode tafsir, 92, 104; mukjizat,
natural sciences, 49 86; penafsiran atas, 254; studi-, 184;
nguji, 34, 35, 60, 61, 112, 161, 195, 199 tafsir, 179, 182;- dan ilmu, 143
:nung (kenduri), 35
NKK/BKK, 286 Rahmanian, 40
NU (Nahdhatul Ulama), 57,58, 60, 68,87 rahmatan li al-'alamin, 121
:0, 114, 134, 35 (87, i36 ib7, 200. rasionalisasi, 255
221, 63,
"yantri, 224,84,
230.
gi,232:
is: Pemuda Anshar, 81 rasionalisme Islam, 252
Rasulullah, realitas sosiologis, 183
realitas pembangunan, 214
odhalan, 278
rekayasa moralitas, 297
rekayasa sosial, 47, 210, 216; bentuk, 21 1
312 Mencari Islam
tamril, 137
religious shock, 39 Taoisme, 281 -
Tuparev, generasi, 72
sekularisme,47,213, 252, 254, 255 Turutan, 61, 195
Seminari, 112, 167 -
social sciences, 50
solidaritas, aksi, 287
v". gar- Islam Asy-Syafi'iyya),
sorogan, 197, 202 UII (Universitas Islam Indonesia), 38
sosialis, anak-anak muda, 72 ukhuwwah, 105, 140; sistem, 299
status quo, 97, 163, 218 - -
‘ulum Al-Qur'an, 93
STF (Sekolah Tinggi Filsafat) Driyarkara,
Universitas Tarumanegara, Pakuitas Ke
173, 258, 260, 267 -
dokteran, 167
strukturalisme, 170 Universitas Ibnu Khaldun, 71
sufi, 39, 282 Universitas Muhammadiyah, 205
suluk, 81, 89 Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 3%
Sunatullah, 49, 51, 117 UNPAD (Universitas Padjadjaran), 297;
Sunda, tari, 276, 277, 279 -
syahadah, 139, 140, 143, 208, 209 Wathaniyah Islamiyah, pesantren, 202
Syari'ah, 48, 136, 140, 142 wayang, 62
syirk, 175, 258 world-view, 181
Syi'ah, 143, 185
system of salvation, 48 Yahudi, 43
syuhada, 233 Yayasan Hatta, 92
tafsir, ilmu, 94 .
zahid, 301
tahlilan, 134, 197, 223
takhyir, 94 Zhahiriyyah, mazhab, 87
talfiq, 94
zuhd, sikap hidup, 301
Sudah merupakan suatu klise, bahwa kaum muda - selain
karena populasinya yang besar- mempunyai peran menen
tukan dalam nasib suatu bangsa. Pemuda adalah "harapan
masa depan", "penerus cita-cita bangsa". Tapi, lebih dari
pada itu, pemuda sebenarnya adalah sumber daya aktual
bagi masyarakatnya, bahkan pada masa sekarang. Berkat
karakteristik-karakteristik khasnya sebagai anggota masyara
kat yang penuh dinamika dan cita-cita, serta masih longgar
nya keterikatan kelompok ini pada establishment dan status
guo, kaum muda cenderung menjadi kekuatan pendukung
perubahan. Dilengkapi dengan tradisi berpikir intelektual dan
rasional, serta ruang yang seluas-luasnya untuk berkiprah,
kaum muda akan mampu memberikan kontribusi-kontribusi
penting kepada masyarakatnya. Untuk keperluan itu, suatu
suasana dialog antara kita dan mereka, dan sesama kaum
muda - demi saling pengertian dan saling asah - merupakan
suatu kemestian.
Buku ini memberikan akses kepada masyarakat bangsa
kita, khususnya masyarakat Muslimnya, untuk melakukan
dialog dengan kaum mudanya, dan sebaliknya. Lebih dari
itu, ia juga memberikan akses untuk dialog antara kaum mu
da sendiri, bahkan dialog kaum muda dengan dirinya sendiri.
Sepuluh anggota kaum muda Muslim kami undang untuk
menuliskan pengalaman, persepsi, dan cita-citanya - ten
tang Islam, tentang bangsanya, dan tentang kemanusiaan -
dalam bentuk otobiografi intelektual, secara terbuka dan tan
pa kekhawatiran menjadi kontroversial. Meskipun tak dapat
dibilang mewakili kaum muda Muslim Indonesia secara ke
seluruhan, ia mewakili paling sedikit suatu segmen tertentu -
yang boleh jadi berjumlah besar - dalam populasinya.
Buku ini diharapkan dapat menjadi kunci pembuka se
rangkaian panjang dialog yang produktif dan kreatif di antara
berbagai unsur masyarakat negeri ini di masa-masa men
datang.
&
PENER IT M
- -