Surau
Surau
,
~..' ..:::, ,.-:-
.,
~
I>
,.
V"
-.-t
$ r~ .:..JII'I
LuI' e.,.'.
1~:
SURAU
Pcndidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi
Oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra
ISBN 979-626-138-3
Azra. Azyumardi
Surau: Pendidikan islam tradisional dalam transisi
dan modemisasi / Azywnardi Azra : diterjemahkan oleh
Iding Rasyidin. - Jakarta: Logos Wacana llmu, 2003
viii + 170 hlm. ; 14,5 x 21cm
lndeks.
ISBN 979-626-137-5
Judul Asli: The Rise and decline of the The Rise and
Decline of the Minangkaba u: A Traditional Islamic Ed u
cational Institution in West Sumatra during the Dutch
Colonial Government
297.64
.;.;;,
DAFTAR lSI
Minangkabau __ 1
- Krisis Smau __ 17
- Penutup __ 25
Sosio-kultural __ 31
- Penutup __ 51
baharuan di Minangkabau __ 63
Wahhabi 72
-Penutup __ 80
nal __ 87
-Klasifikasi Smau __ 87
...
r' .1
'
A
" UAl\~ lJ GIi C "
'!l'\ ~
.'
". "" ;,.: f."
SURAU; PENDIOIKAN ISlAM TRAolsloNAL OAlAM TRANSI51 DAN MOOERNIWI
- Penutup __ 108
Modem __ 123
- Penutup __ 132
- Penutup __ 149
INDEKS 167
vi
or·
~~,
PENGANTAR
vii
~."
SURAU; PENOIDIKAN ISlAM TRADISION...LO"'lI)M TR...NSISI o.-.N MOOERNIS...SI
Azyumardi Azra
Kampus UIN Ciputat
5 Februari, 2003
viii
,i$:
1
SURAUi PfNOIOIKAN ISlAM TRAOIS10NAL OALAM TRANSISI OAN MOOERNISASI
PROLOG
3
SUlV,U; PSNDIDIKAN ISlAM TRADISIONIIL CAlAM TRANSISI DAN MOOSRNISASl
4
PROl.OC
6
PROlOG
7
SURAU; PENOIDIKAN ISlAM TRADISIONAL DAlAM TRANSISI DAN MODERNISASI
PROlOC
9
SURAUj PENDIDIKAN ISlAM TRADISIONAl. DAlAM TRANSISI DAN MODERNI5AS1
10
PROLOG
11
:'URAU; I"ENDUllKAN Isw.l1 AADISIONAL "DAI.AM i RANSISI DAN MOOE~NIS...si
..
12
PROlOG
13
....
SURAU; PENOIOIKAN ISLAM TRAOISIONAl OALAM TRANsisl OAN MOOERNISASI
14
P~OLOG
.~,p.
15
SURAU; PENOlDlKAN ISlAM TRADISIONAl OAtAM Tj!ANSISI DAN MODERNISASI
~~;
16
PROlOG
Krisls .Surau
[;-'
17
~l
18
PROlOG
~,
19
SURAU; PENOIOIl(AN ISlAM J RADISIONAl D"lAM TAANSISI DAN MOO<RNISASI
20
PROLOG
~'
21
SURAU; PENOIDIKAN ISlAM TRADISIONAl DAlAM TRANSISI DAN MOOERNISASI
22
PROLOG
·i~.;
23
SURAUi PENDIDIKAN ISlAM TRADISIONAL DAIAM TIV.N5ISI DAN MODERNISASI
·It,
'f
24
PROlOG
Penutup
Uraian di atas diharapkan mampu memberikan gambaran se
derhana ten tang tumbuh, berkembang, dan surutnya eksistensi
surau sebagai semacam pesantren di Minangkabau. Berbeda
dengan pesantren yang muncul dan berkembang dalam situasi
sosial dan lingkungan kultural Jawa yang involutif dan mene
kankan harmoni, maka surau di Minangkabau tumbuh dan ber
;kembang dalam lingkungan sosio-kultural yang penuh konflik
dan dinamika. Konflik-konflik yang terjadi, baik an tara kaum
agama dengan kaum adat, maupun antara ulama Kaum Muda
dengan ulama Kaum Tua (ulama tradisional) menjadikan surau
sebagai suatu obyek dari akomodasi-akomodasi yang berhasil
dicapai dalam proses konflik tersebut.
Situasi sosio-kultural yang penuh konflik dan dinamika itu
pula yang turut mempengaruhi kedudukan syaikh sebagai figur
utama dalam konsepsi surau. Berbeda dengan kiai di pesantren
Jawa yang dipandang lebih kharismatik oleh masyarakatnya,
25
26
PROlOG
.{.1;
Catatan Kaki
27
SURAU; P[NDIOIKAN ISv.M TRADISlONAl DAv.M TRANSIS! DAN MODERNISASI
i.
28
PROlOG
"
29
SURAU; PENDIDIKAN ISlAM TRADISIONAl DAlAM TRANSISI DAN MODERNISASI
30
~
antung kebudayaan Minangkabau terletak di daerah
egunungan Sumatera Tengah Barat. Minangkabau ada
elompok etnis yang sangat terkenal di Indonesia, terutama
karena keahlian berdagang dan prestasi intelektual mereka.
Mereka ditandai dengan tiga ciri besar: kepenganutan yang kuat
atas Islam, kepatuhan terhadap sistem keluarga matrilinial, dan
kecenderungan kuat merantau atau migrasi. Sebagaimana dike
mukakan Kato, Minangkabau untuk beberapa waktu yang lama
masih tetap merupakan sebuah teka-teki dan paradoks.bagi ka
langan luar (outsider): orang Minang adalilh penganut Islam yang
berorientasi patrilinial tetapi masih merupakan pengikut setia
matrilinial, sangat terpelajar dan memiliki jiwa wirausaha (en
terprising), tetapi masih menjunjung tinggi tradisi yang tampak
nya kuno, melakukan mobilitas yang tinggi dan loncatan keluar,
serta masih memelihara perasaan yang erat terhadap identitis
etnis yang berakar pada.kampung halamannya. 1
Dengan ciri-ciri tersebut, tidak mengherankan jika Minang
kabau sejak waktu yang cukup lama telah menjadi pembahasan
yang menarikdi kalangan para sarjana, baik Indonesia maupun
asing. Terdapat banyak sekali karya kesarjanaan mengenai Mi
nangkabau yang telah diterbitkan. Kebanyakan karya itu
31
"-.
32
33
SURAU; PfNDIDIKAN ISlAM TRADISIONAt DAlAM TRANSISI DAN MODfRNISASI
34
35
36
37
38
39
.~ "
SURAU; PENOIDI1<AN ISLAM TRADISIONAI. DALAM TRANSISI DAN MODERNISASI
40
"
penghulu dad garis ibu, berlanjut baik kepada anak saudara
perempuannya (kemenakan laki-Iaki) ataupun saudara ibunya
(momok).36 Maka, jika seorang laki-Iaki "seperti lalat kuda di ekor
kerbau" sebagaimana telah disebutkan di atas, adalah dalam
kaitannya dengan hubungan pemikahan. Memang, suami (urang
sumando) tidak memiliki kekuasaan terhadap anak-anaknya,
tetapi ia memiliki kekuasaan terhadap anak saudara perempuan
nya (kemenakan). .
Agak mengherankan bahwa sistem keluarga matrilinial Mi
nangkabau pada umurnnya masih berlaku, terutama di daerah
pedesaan di Sumatera Barat, sekalipun penetrasi Islam yang ber
orientasi patrilinial terus-menerus berlangsung. Sulit nienentu
kan tanggal pasti kedatangan Islam di Minangkabau, karena
kurang terse4ianya catatan sejarah. Menurut Arnold dan AI
Attas, Islam pertama kali diperkenalkan ke pesisir barat Minang
kabau pada abad ke-12 oleh Syaikh Burhanuddin dari UIakan,
Pariaman, yang merupakan murid dan Syaikh 'Abdullah'Arif,
seorang juru dakwah Arab yang membawa Islam ke ujung utara
Sumatera pada sekitar 506/1112.37 Sulit menerima pendapat ini,
karen a pertemuan antara kedua syaikh tersebut sangat tidak
mungkin terjadi, karena Syaikh Burhanuddin hidup antara 1066
1124/1646-1704.38 Karena ada perbedaan waktu yang panjang
antara periode di mana Syaikh Abdullah' Arif memperkenalkan
Islam ke ujungutara Sumatera dan masa hidup Syaikh Burha
nuddin, tidaklah mungkin kedua syaikh tersebut masing-masing
sebagai guru dan murid.
Karya Tome Pires, buku Eropa paling pertama mengenai
stuktur sosial dan politik Minangkabau pada awal abad ke-:16,39
menyatakan bahwa telah terdapat lembaga Raja Tiga Selo 40 di Mi
nangkabau keUka ia mengunjungi daerah ini. Tetapi, menurut
pengembara Portugis ini, ketiga raja tersebut selalu berselisih
satu dengan yang lain; "raja pertama, mereka katakan, merupa
kan seorang Mohammedan, pengikut Muhammad untuJ~ waktu
yang singk~t-hampir 15 tahuni kedua raja lainnya, masih seba
:\J';!
-"
41
SURAU; PENOIOIKAN ISLAM TRAOISlONAl OALAM TRANSIS! OAN MOOERNISASI
{'
42
,
dalam perdagangan emas di Selat, menimbulkan hubungan de
ngan istana kerajaan Malaka yang telah diislamkan pada abad
ke-15. 49 Sultan Malaka, Mansyur Syah, yang meninggal1475,
adalah penguasa Kampar dan Indragiri di Riau. Ini mengakibat
kan masuk Islamnya para penguasa di tempat-tempat im, dan
menjadi lebih penting bagisiapa pun-termasuk orang Minang
untuk berhubungan dengan istana yang telah diislamkan,
setidaknya untuk menjalankan transaksi dagang dengan meng
gunakan para pedagang dan juru tuIis Muslim.
Bagaimanapun, terlepas dari perdebatan tentang proses Is
lamisasi awal ranah Minangkabau, abad ke-16 merupakan peri
ode yang sangat penting dalam sejarah Minangkabau, karena
mencakup awal institusionalisasi Islam dalam struktur sosial Mi
nangkabau. Menjelang akhir abad ke-17, proses Islamisasi ber
kembang dengan cepat, dan Islam telah menegakkan jejak
kakinya yang kokoh sepanjang pesisir Sumatera Barat.50 Menje
lang pertengahan abad ke-17, semua pusat perdagangan dan
perkampungan dengan bagian terbesamya adalah pedagang di
antara para penduduknya telah masuk ke dalam Islam. Sumpur
Kudus menjadi terkenal sebagai "Makkahnya daerah darek"; dan
pusat-pusat perdagangan lain, seperti Talawi dan Padang
Ginting juga menjadi Muslim; begitu pula pusat awal Hindu
Budha di sekitar Saruaso dan Pagaruyuang mungkin berkonversi
ke dalam Islam ketika keluarga kerajaan kembali ke sana.51
Sulit menyebutkan nama tokoh-tokoh yang memainkan
peranan paling penting dalam penyebaran Islam di Minangka
bau. Van Rorikel menyatakan, bahwa menurut riwayat masa kim
Minangkabau, adalah Syaikh Ibrahim, keturunan Minangkabau,
yang telah mempelajari ajaran Islam di Jawa, orang yang mem
perkenalkan Islam di daerahnya sendiri. Tetapi riwayat ini tidak
dapat dipercaya. 52 Tokoh lain yang umurnnya diyakini banyak
orang Minang bertanggung jawab memainkan peranan penting
dalam p~nyebaran Islam di daerah ini adalah Syaikh Burhanud
din dati Ula·kan.S3 Setelah belajar dengan seorang sufi Aceh,
A;
,...
43
SURAU; PENOIOIKAN ISlAM TRAOISIONAL OAlAM TRANSISI OAN MOOERNISMI
44
45
46
BAlI I· SURAU MINANGI:ABAU
47
SUAAU; PENOIDIKAN ISlAM TAADISIONAt-OAlAM TAANSISI DAN MOOERNISASI
48
49
50
52
BA8 I . SURAU MINANCKAIIAU
Penutup
Perkembangan surau seperti disebutkan di atas bukanlah kasus
khas Minangkabau. Di hampir semua tempat di seluruh Dunia
Muslim, Islam mengadopsi lembaga keagamaan dan sosial
pribumi dan mengubahnya menjadi lembaga Islam. Ini khusus
nya bisa dilihat di Persia, Anak Benua India dan Kepulauan
Melayu-Indonesia lainnya. Di daerah terakhir ini, Islam
mengadopsi dan mengubah surau pra-Islam dan pesantren Jawa
menjadi lembaga Islam, yang dalam perkembangan berikutnya
menjadi pusat pengajaran Islam. Kenyataan ini erat kaitannya
dengan watak alamiah Islam sebagai sebuah agama skriptural.
Pembentukan lembaga pendidikan itu didorong pengajar~m Is
lam itusendiri yang menyatakan bahwa pendidikan atau penga
jaran merupakan kewajiban penting bagi setiap individu Mus
lim. Banyak ayat AI-Quran, termasuk ayat yang pertama
diturunkan81 dari Allah kepada Nabi Muhammad, menjelaskan
kewajiban Muslim menuntut pendidikan dan pengajaran di mana
pun dan kapan pun. Karena itu, dalam sejarah kaum Muslim
tradisi pengajaran selalu menempati posisi sangat penting.82
Jelaslah bahwa surau dalam masa-masa awal Islam di Mi
nangkabau umumnya berfungsi bagi pengajaran Islam. Barang
kali hanya setelah Syaikh Burhanuddin mendirikan surau di
Ulakan, surau menjadi lembaga pendidikan Islam secara penuh.
Katena Tuanku Ulakan terkenal dengan pengetahuan dan
51
53
Catatan Kaki
54
tury", dalam AJS. Reid dkk. (ed.), Pre-Colonial State Systems in Southellst
Asia, Kuala Lumpur, 1975, h. 77-89; "Economic Change in Minangkabau
as a Factor in the Rise of Padri Movement, 1784-1830", Indonesia, no. 23
(April 1977), h.I-37; Islamic Revivalism in aChanging Peasant Economy: Cen
tral Sumatera, 1784-1847, London, 1983.
15'faufik Abdullah,. "Adat and Islam: An Examination of Conflict in
Minangkabau", Indanesia, no. 2 (October 1966), h. 1-24; Schools and Politics:
The Knum Muda Mcroemenf in West Sumatera, NY.: Ithaca, 1971; "Modern
ization in the Minangkabau World: West Sumatera in the Early Decades of
the Twentieth Century", dalam C.Holt (ed.), Culture and Politics in Indone
sia, NY.: Ithaca, 1972
16Menurut riwayat sejarah Minangkabau (tambo),pada masa yang
sangat awal, hanya ada Nur Muhammad-Tuhan menciptakan alam dan
Adam, manusia pertama. Alam Minangkabau dipercaya rakyatnya
terpancar dari Nur Muhammad bersama-sama dengan "Benua" lain, yakni
"Ber\ua Cina" dan "Benua Ruhum" (merujuk ke Kekhalifahan Utsmani,
penguasa baru di bekaswilayah KekaisaranRomawi Timur). Riwayat lebih
jauh mengenai penciptaan alam Minangkabau, misalnya, lihat, Datuk
Sangguno Diradjo, Mustiko Adat Alam Minangkabau, Djakarta, 1955; Taufik
Abdullah, "Modernization in the Minangkabau World: West Sumatera in
the Early Decades of the Twentieth Century", dalam C. Holt (ed.), Culture
and Politics in Indonesia, NY.: Ithaca, 1972, terutama h. 183-90.
Tampaknya, konsep penciptaan Alam Minangkaba~' dipengaruhi
teori emanasi dalam filsafat dan sufisme Islam. Syihabuddin Yahya
Suhrawardi (1153-1191), yang dikenal sebagai "guru iIuminasi" dalam
sufisme, misalnya, mengemukakan teod ruh Muhammad sebelu~ ada
makhluk lain; Tuhan memberikan iluminasi yang konstan untuk dimani
festasikan dan menyebabkan segaJa sesuatu ada. Dengan nada serupa, Ibn
'Arabi (1165-1240), yangdisebut sebagai "guru besar dalam sufisme" (syaikh
al-akbar), menegaskan bahwa seluruh alam didptakan dari Nur Muham
mad, atau Haqtqah AI-Muhammadiyyah. Konsep yang sarna ten tang emanasi
juga dikemukakan para filosof Islam seperti Ibn Sina dan Al-Farabi. Menge
nai teori iluminasi dan emanasi, misalnya, lihat,Seyyed Hossein Nasr, Three
Muslim Sages, Cambridge, Mass., 1963, yang merupakan sebuah studi yang
sangat baik tentang Ibn Sina, Suhrawardi, dan Ibn 'Arabi; Annemarie
Schimmel, Mystical Dimensian oilslam, Chapel Hill, 1983, terutama h. 259-74.
Adopsi orang Minangkabau terhadap teori i1uminasi dan emanasi
di dalam teod mereka mengenai penciptaan Alam Minangkabau agaknya
tidak mengherankan, karena co}'ak Islam yang datang di daerah ini sangat
dipengaruhi sufisme, seperti yang akan saya bicarakan pada pembahasan
beFikutnya.
55
SURAU; PENOIOIKAN ISlAM TRAOISIONAL OALAM TRANSISI OAN MOOERNISASI
56
57
nya, lihat, SAA. Rizvi, Muslim Revivalist Movements in Northern Indill in the
Sixteenth dan Ser;enteenth Centuries (selanjutnya, Muslim Revivalist Move
ments), Agra, 1965, h. 62-4; A History ofSufism in India (selanjutnya, A His
tory of Sufism), New Delhi, 1983, h.151-73;J. Spencer Trimingham, The Sufi
Orders in Islam, Oxford, 1971, h. 97-8; Annemarie Schimmel, Mystical Di
mension of Islam, terutama h. 355; "Syattariyyah" dalam HAR. Gibb and
JH. Kramers (ed.),Shorter Encyclopaedia ofIslam, Leiden, 1974, h. 533-4.
Ajaran Syattariyyah di Minangkabau dihubungkan dengan martabat I
tujuh atau tujuh tahap iluminasi absolut. Lihat, J.J, Hollander (ed.), Sjech
Djilat Eddin: Verhaal van de Aanvang der Padri-onlusten op Sumatre (selanjut
nya, Hikayat lalaluddin), Leiden, 1857, h. 47. Karya ini merupakan salah
satu dari dua riwayat yang kita punyai ditulis orang Minangkabau yang
ambU bagian dalam gerakan pembaharuan, yang berlangsung sejak dekade
terakhir abad ke-18. Dalam riwayat tersebut, Faqih Saghir Tuanku Sami'
Syaikh Jalaluddin Ahmad Koto Tuo menggambarkan dengan singkat ke
datangan Islam di Minangkabau berdasarkan riwayat ayahnya, pembaha
ruan awal dan gerakan Padri. Hikayat lalaluddin pertama kali diterbitkan
Dr. WR. van Hoevell pada 1849, dan kemudian diterbitkan lagi dan diedit
Hollander. Hikayat ini ditulis dalam bahasa Jawi atau Melayu-Indonesia
klasik dalam huruf Arab. Beberapa kutipan dari Hikayat lalaluddin dapat
ditemukan dalam Dobbin, "Minangkabau at the Tum", dan Islamic Reviv
alism. Bagian yang agak panjang terdapat dalam Steenbrink, Beberapa Aspek
tentang Islam, h. 37-43.
5>6Tuanku adalah salah satu gelar tertinggi ulama di Minangkabau.
Para tuanku terkemuka biasanya disebut berdasarkan tempat tinggal, surau,
atau sejumlah karakteristik personal mereka. Syekh (Syaikh) dianggap gelar
keagamaan yang lebih tinggi bagi ulama daripada tuanku. Gelar-gelar ter
sebut mencerminkan sHat alami ulama di Minangkabau yang merupakan
satu-satunya kelompok di dalam masyarakat Minangkabau yang memi
liki pengaruh dan concern yang supra-nagari atau trans-nagari. Gelar tuanku,
seperti Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Nan Tua, dan lain-lain, bersifat per
sonal karena berada di luar hirarki adat. Lebih jauh lagi, nama nagari
ditambahkan dengan tepat karena para pengikut tuanku berasal dari
daerah yang jauh lebih luas daripada satu nagari. Model ini berbeda tajam
dengan gelar-gelar mumi adat, baik bagi penghulu ataupun fungsionaris
Islam nagari menurut adat, seperti, Datuk Bandaro Kuning dan Malim
Marajo. Gelar-gelar adat diperuntukkan bagi suku tertentu, bukan indivi
du yang memegangnya dalam waktu tertentu; pengganti Datuk Bandaro
Kuning akan menjadi Datuk Bandaro Kuning, dan hal sarna akan terjadi
pada pengganti selanjutnya. Gelar adat tidak dimodifikasi dengan nama
nagari, karena hanya relevan bagi nagari tertentu, dan kebanyakan rakyat
di nagari memahami gelar mana yang diperuntukkan bagi suku. Sebalik
nya, gelar tuanku dapat diterapkan hanya bagi orang tertentu. Hanya ada
59
SURAUi PtNOIOIICAN iSlAM TRAOISIONAl OAlAM TRANSISl OAN MOOfItNISASI
satu Tuanku Imam Bonjol, tetapi pasti ada lusinan Datuk Bandaro Kuning
dalam sejarahsuku. Lihat,Hamka, Aj!2hku: Riwayat Hidup Dr. H. AbdKarim
Amrul/ah dan Perdjuangan KaumAgama di Sumatera, cet. ke-3, Djakarta, 1967,
h. 24no.l; Kato, Matriliny and Migration, h. 98.
S7 van RonkeL "Heit Heiligdom", dikutip dari Steenbrink, Beberapa
Aspek tentang Islam, h. 182.
58Hikayat Iaialuddin, h. 6; Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam, h. 38.
S9HAR. Gibb, Modern Trends in Islam, Chicago, 1945, h. 25; William R.
Roff, "Southeast Asian Islam in the Nineteenth Century", dalam PM. Holt
dkk. (ed.), The Cambridge History ofIslam, h. 164.
6OAbdullah, Schools and Politics, h. 4.
61Untuk sebuah laporan yang sangat baik tentang akomodasi adat
terhadap Islam, Iihat, Abdullah, "Adat and Islam", h. 1-24.
62Hamka, Muhammadiyyah .di Minangkabau, Jakarta, 1974, h. 7.
63Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942,
Singapore, 1973, h. 30.
6oIRA. Kam, "The Origin of the Malay Surau", JMBRA£?, 29 (1956), h.
179.
65Ibid. h. 180.
66Taufik Abdullah, II Adat and Islam:, An Examination of Conflict in
Minangkabau",Indonesia, no. 2 (Oktober 1966), h. 17.
6'William R. Roff, "The Origin and Early Years of the Majlis Ulama",
dalam Roff (ed.), Kelantan: Religion, Society and Politics in aMalay State, Kuala
Lumpur, 1974, h. 108.
~Ibid.
60
61
SURAUi PENDIDIK.<.N ISlIIM TRADISIONAl DAlIIM T RANSISI DAN MODERNISASI
62
63
SURAUi PENDIDIKAN ISlAM TRADISIONAl DAlAM TRANSISI DAN MODERNISASI
64
65
SURAUi PENDJDJKAN ISlAM TRADJSJONAL OAlAM TRANSISJ DAN MODERNISASJ
66
8A11 II· PtRANAN SURAU OAN TAIIEIVIT
67
68
69
SURAU; PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAl DALAM TRANSISI DAN MODERNISASI
70
BAllI!· PERA"'-'N SURAU DAN TAAEICAT
71
dan mereka yang melakukan tindikan kriminal itu ditahani karena itu,
para perampok menjadi takut merampok dan menjual tawanan me
reka."jo
72
dati Makkah, lebih mungkin pada akhir 1803 ata,u 1804, sehing
ga mereka agaknya menyaksikan dikuasainya KotaSud oleh ge
rakan Wahhabi. Ketiga orang haji tersebut adalah Haji Sumanik,
Haji Miskin, dan Haji Piobang. Mereka dikenal sebagai urang
padri,35 tetapi kemudian mereka menyebut dirinya urang putiah
sebagai lawan dari urang hitam yang merupakan sasaran pem
baharuan mereka,30 Faktor kembalinya ketiga orang haji itu dad /
73
SURAU; PENDIDIKAN ISlAM TAADISIONAl DAlAM TRANSISI DAN MODERNISASI
74
75
76
77
$URAU; P£NOIDIKAN ISlAM TlUIOl5l0NAl DAlAM TRANSI5I DAN MOOERNISASI
7'8
B.l.8 II· PERANIIN SURAU OliN TARE KIlT
79
Penutup
80
Catatan Kaki
81
82
83
SURAUi PENDIDIKAN ISu.M TRADISIONAL DAu.M TRANSISr DAN MODERNISASI
84
85
$URAU; PENDIDII(AN ISlAM TRADISIONAl DAlM< TRANSISI DAN MODERNISASI
86
:t\L~l),\r,,:,o.r:: '
~~s
RUANG sAcA
Klaslfikasl Surau
Untuk kepentingan kajian ini, ada gunanya mengikuti pemba
gian surau berdasarkan pada jumlah murid-muridnya sebagai
87
88
BAS III • SUAAU SESAGN LEMBAGA PENOIOIKAN ISlAM TRADISIONAL
89
SURAU; PENDIDIKAN ISlAM TRADISIONAL DAlAM TRANSISI DAN MODERNISASI
90
91
SURAUi PENOIOIKAN ISLAM TRAOISIONAL OALAM TRANSISI DAN MooERNISASI
92
93
94
95
SURAU; P£NOIOlkAN ISlAM TRAOISIONAt. OAlAM TRANSISI DAN MOOERNISASI
96
97
98
99
SUlIAU; P£NDIOIKAN ISlAM TRADlSIONAl DAlAM TRANSISI DAN MOO£RNISASI
100
101
SURAU; PENDIDIKAN ISlAM TRADISIONAL DAlAM TRANSISI DAN MODERNISASI
102
103
SUIlAU; P£NOIOIItAN ISlAM TIlAOISIONAl OAI.MI TIIANSISI om MODERNISASI
104
105
....
106
107
Penutup
Sejauh ini, surau mampu mengatasi perkembangan-perkernbang
an baru di kalangan masyarakat Minangkabau. Menurut Dob
bin, pada 1780-an dan 179D-an, surau Islam telah merespons de
ngan cepat berbagai problem yang diakibatkan perkembangan
baru dalam perdagangan, khususnya komoditas pertanian. Ma
syarakat Minangkabau berusaha mereorganisasikan respons'
rnereka untuk menghadapi efek diperkenalkannya oleh Belanda
pasar hasH-hasH bumi; seperti kopi, kulit manis, dan sistem pajak
perdagangan dan pasar uang58 pada 1840-an.
Dengan kekalahan kaum Padri dari Belanda, dan mengha
dapi realitas orde kolonial, surau mernutuskan mempertahan
kan kelangsungan hidupnya dengan mengambil pilihan-pilihan
yang tersedia. Tersebamya "pendidikan sekuler" dalam bentuk
sekolah nagari sarnpai 1870-an sarna sekali tidak memusnahkan
pendidikan surau. Sebaliknya, surau berhasil memasukkan se
jumlah karakter pendidikannya pada sistem sekolah nagari. An
caman lebih besar bagi pendidikan sekuler muncul bersama-sama
dengan reorganisasi ~ekolah nagari untuk menjadi apa yang
disebut dengan sekolah rakyat yang lebih "modern" dan kurang
"tradisional" bersamaan dengan meningkatnya sekolah-sekolah
sekuler yang lebih maju, seperti Normal School, yang telah
didirikan di Bukittinggi pada 1856.
108
BAS III· SURAU SEIMCAl LEMBACA PENOIOIKAN ISlAM TRAOISIONAl
109
Catatan Kaki
110
BAlI III - SURAU SEBACAllEMBACA PENOIOIKAN ISlAM TRAOISIONAl
I1
23 Paqir", dalam Gibb dan Kramers (00.), h. 98.
24Lihat, Ismail Hamid, The Malay Hiknyat, Kuala Lumpur, 1983, h. 23.
25Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942,
Singapore, 1973, h. 44-5 dan catatan kaki 37 pada h. 44.
26Azyumardi Azra, "Surau di Tengah Krisis: Pesano;en dalam Per
spektifMinangkabau", dalam M. Dawam Rahardjo (ed.), Pergumulan Dunia
Pesantreit: Membangun dari Bawah, Jakarta, 1985, h. 161.
27Unfuk informasi tentang metode ini, misalnya, lihat, Sudjoko
Prasodj~, dkk. (e~.), Profil Pesanfren, Jakarta, 1982, h. 53.
'llIlbid.
111
112
penulis produktif buku-buku dan risalat yang terkenal. Dalam Hu)j~t AI
Shidfq Ii Dafi AI-Zindiq dan Tiban Ji AI-Ma'rifah AI-Adyan, ia mengkritik
dengan keras "panteisme" Hamzah Fansuri dan syamsuddin Pasai. Raniri
memperoleh popularitasnya melalui jabatannya di Istana Iskandar Tsani,
Sultan Aceh (1636-1641), yang memungkinkannya memimpin penyiksaan
terhadap mereka yang dituduh bid'ah, dan membakar buku-buku Hamzah
Fansuri. AI-Raniri dan'Abdurrauf AI-Sinkili dianggap sebagai wakil dari
ortodoksi. Di sisi lain, Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Pasai dianggap
heterodoks, karena pandangan dan konsep mereka yang dianggap
panteistis. Lihat, AI-Attas, Some Aspects of Sufism, h. 26-8; Raniri and the
Wujudiyyah of Seventeenth Century Aceh, singapura, 1966; CAO van
Niewenhuijze, "Nur aI-Din al-Raniri als bestrij der Wugudiya", BKI (1947),
h. 337-414: P. Voorhoeve, Twee Maleise Geschriften van Nuruddin ar-Raniri,
Leiden, 1955: GWJ. Drewes, "Nur aI-Din al-Raniri's Hujjat al-Siddiq Ii dat'i
al-Zindiq re-examined", ]MBRAS XLVIT, 2 (1974), h. 83-104; Ahmad Daudy,
"Allah dan Manusia dalam Konsepsi Syekh Nuruddin ar-Raniry", Disertasi
- Doktor, lAIN Jakarta, 1981
)$Dobbin, Islamic Revivalism, h. 124; Tultfah telah diterjemahkan dan
diedit dari naskah berbahasa Melayu dan Jawa dengan kata pengantar
A.H. Johns, The Gift Addressed to the Spirit of the Prophet, Canberra, 1965.
36Johns, The Gift, h. 8.
l1Lihat, van Ronkel, "Heit Heiligdom",; juga teks berbahasa Melayu
dad risalat aslinya dalam Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam, h. 179
82.
lBJohns, The Gift, h. 9-11.
39AI-Attas, Some Aspects of Sufism, h. 22; Steen brink, Beberapa Aspek
tentang Islam, h. 157: Archer, "Muhammadan Mysticism", h. 9-10.
4O"ferjemahan bahasa Inggris Fath AI-Qarib terdapat dalam Archer,
"Muhammadan Mysticism", h. 96-9; AI-Attas, Some Aspects of Sufism, h.
60-2.
41 Archer, "Muhammadan Mysticism", h. 95; AI-Attas, Some Aspects of
Sufism, h. 59.
42Intisari Kitab AI-Hikam terdapat dalam bahasa lnggris, dalam Ar
cher, "Muhammadan Mysticism", h. 21-69.
43Dobbin, Islamic Revivalism, h. 124.
"M. Gilsenan, Saint and Sufi in Modern Egypt: An Essay in the SOCiology
ofReligion, Oxford, 1973; h. 129-30.
4SVerkerk Pistorious, Inumdsche Huishouding, h. 184; Steenbrink, Be
beTapa Aspek tentang Islam, h. 14, buku No.4 dalam daftar buku-buku yang
digunakan di pesantren di Jawa dan juga surau di Minangkabau. Daftar
113
!)U~AU; t'ENDIDIKAN ISV.M I ~D1510NAL DALAM I RAN~ISI DAN MUUtKNI!>A!>'
itu ber~asarkan pada penelitian yang dilakukan LWC. van den Berg dan
dianotasi Steenbrink untuk memasukkan buku-buku yang digunakan di
surau. Daftar Jengkapnya terdapat dalam Steenbrink, Beberapa Aspek ten
tang Islam, h. 154-8. Steenbrink berkesimpulan, buku-buku yang diguna
kan di pesantren hampir sama dengan yang digunakan di surau.
4&Hurgronje, "Inlandsch Onderwijs", h. 41-2, 46.
47Noer, The Modernist Muslim, h. 44-5; Steenbrink, Beberapa Aspek ten
tang Islam, h. 155 hanya memberikan Tats!r JaUilain (daftar no. 49).
48Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam, h. 156-7: Buku-buku terse
but masing-masing pada daftar no. 35,36, 38.
49Hurgronje, "Inlandsch Onderwijs", h. 31-40; Steenbrink, Beberapa
Aspek tentang Islam, h. 156, no. 19 dan 24 masing-masing terdapatdalam
daftar.
SOHurgronje, "Inlandsch Onderwijs", Ibid.
SIMansyur Malik, "Syekh Abdurrahman", dalam Edwar (ed.), Riwayat
Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatera Barat, Padang, 1981, h. 2.
Untuk informasi yang lebih jauh mengenai surau Batuhampar, lihat, Azra,
"Surau di Tengah Krisis", h. 158-63.
SlVerkerk Pislorious, "De Priester", h. 431-55; Wijoyo, "The Mosque
and the Religious Schools", h. 20.
S3Dobbin, Islamic Revuvalism, h. 241-2.
S4Verkerk Pistorious, Inlandsche Huishouding, 188 ff, terutama h. 204
5,220-3; Dobbin, Islamic Revivalism, h. 242; Wijoyo, "The Mosques and the
Religious Schools", h. 21.
"Untuk informasi lebih jauh mengenai perkembangan sekolah-se
kolah sekuler di Minangkabau, lihat, Elizabeth E. Graves, The Minangka
bau Response to Dutch Colonial Rule, Ithaca, NY., 1981, khususnya judul V
dan VI, h. 77-128.
S6Verkerk Pistorious, ~'De Priester", h. 432-3; Wijoyo, "The Mosques
and the Religious Schools", h. 22.
S1Graves, The. Minangkabau Response, h. 107.
S8Dobbin, Islamic Revivalism, h. 241. Untuk pembahasan yang lebih
luas ten tang pola-pola pertanian dan perdagangan di Minangkabau, lihal,
h.60-108.
114
8A8 IV I SURAU DALAM MASA TRANSISI
lIS
SURAU; PENOIOIKAN ISlAM TRAOISIONAlOAlAM TRANSlSt OAN MooERNISASI
nurut adat, hanya boleh ada satu masjid jami' dalamsatu nagarU
Pertengkaran tersebut mencerminkan kerentanan para pemim
pin tarekat, sebagaimana rentannya pendidikan surau, terutarna
dalam menghadapi perkembangan yang Iebih terorganisasi yang
mengancam. eksistensi Iembaga pendidikan ini.
116
BAS IV • SURAU OAv.M MASA TRANSISI
117
118
BAS IV - SURAU OAlAM MASA TRANSISI
119
120
121
122
SURAU; PENDIDIKAN ISlAM TRADISIONAL DAlAM TRANSISI DAN MODERNISMI
124
125
127
128
129
""-.
130
131
SURAUi PENDIOIKAN ISlAM TRAOISIONAL DAU.M TRANSISI DAN MODERNISASI
Penutup
Dengan dernikian, surau telah menempuh perjalanan sangat pan
jang. Surau pad a mulanya adalah lembaga pribumi pra-Islam
yang berkembang untuk mempertemukan tujuan agama dan
aturan adat. Dengan kedatangan Islam di Minangkabau pada
abad ke-16, surau juga diislamisasikan. Adaptasi Islam terhadap
surau mencerrninkan sHat fleksibel Islam. Karena itu, surau terus
memainkan fungsi-fungsi adatnya dan menjadi bagian integral
dati kehidupan agama Islam di Minangkabau. Dalam konteks
terakhir, surau berfungsi tidak hanya sebagai rumah ibadah atau
tempat di mana anak-anak Minangkabau mempelajari pengeta
huan dasar Islam pertama, tetapi juga sebagai suatu lembaga
pendidikan Islam yang penuh di mana Kaum Muda Minangka
bau menerima ajaran Islam yang luas.
Perkembangan surau sebagai lembaga pendidikan Islam
sepenuhnya sangat berkaitan erat dengan corak Islam yang
datang di Minangkabau. Karena jenis Islam rang datang di Mi
nangkabau sangat dipengaruhi sufisme (tarekat), surau segera
menjadi pusat tarekat. Dengan sHat seperti itu, tidak menghe
rankan jika penekanan pendidikan surau diberikan padakeper
cayaan dan amalan tarekat, di samping ilmu-ilmu Islam lainnya.
Pendidikan agama surau, dengan sifatnya yang khusus, mampu
memenuhi kebutuhan riil penduduk dalam pembentukan
karakter anak-anak mereka, atau memberikan orientasi yang
lebih jelas bagi kehidupan mereka, menaikkan status mereka,
dan pada akhirnya,memberikan mereka kekuatan dan dukung
an spiritual dalam menghadapi kesulitan-kesulitan kehidupan
aktual mereka. Semua 1ni menyebabkan bangkitnya surau seba
gai lembaga pendidikan terkemuka dan menjadi lembaga supra
nagari dan supra-suku yang mampu menawarkan cara alternatif
mengatur urusan-urusan kemasyarakatan.
132
SAB IV. SURAIl OAlAM MASA TRANSlSI
133
134
..11
SA81V - SURAU OAIAM MAS.'. TAANSISI
Catatan Kaki
135
lILihat, Abdullah, Schools and Politics, h.ll. Dia mengutip para tokoh
dari J. Ballot, "Memorie van Overgrave", Verbaal, no. 15 (5 Apri11916), h.
81-2.
12Abdullah, Schools and Politics, h. 11; Graves, The Minangkabau Re
sponse, h. 117,143.
I3Graves, The Minangkabau Response, h. 144.
I4Muhammad Radjab, Semasa Ketjil di Kampung (1913-1928): Autobio
graft Seorang Anak Minangkabau, Djakarta, 1950, h. 16.
ISTaqlfd adalah mengikut secara tidak kritis terhadap pendapat atau
perbuatan orang lain. Lihat, "Taqlid", dalam HAR Gibb and Kramers (ed.),
Shorter Encyclopaedia ofIslam, Leiden, 1974, h. 562-4.
16Lihat, "Ijtihad", dalam Gibb dan Kramers (ed,), Ibid., h. 158.
11Abdullah, Schools and Politics, h. 13,47.
2sIbid., h. 211-2.
136
BAS IV - SURAU OAlM! MAs.<. TRANSISI
137
Vl
Iii
>
.S
"J(
z
!2
0
z~
r
-i
'"
~
v;
.....
(.U
a
co ~
!2
~
-i
~
~
0
>
z
~
0
I'l
'"
~
EPILOG I DARI SURAU KE PESANTREN
139
Citra Surau
Pembahasan mengenai feasibility dan viability surau tampaknya
haws dimulai dengan citra dan posisi surau dalam masyarakat
Minangkabau sekarang ini. Agaknya banyak anggota masyara
kat Minang, khususnya generasi muda, tidak memiliki ide atau
gagasan yang jelas ten tang surau, apalagi dalam kaitannya de
ngan pesantren. Istilah surau kini bagi mereka mungkin lebih
sering diasosiasikan atau bahkan diidentikkan dengan langgar
atau musala, temp at salat dan belajar mengaji.
Generasi muda Minan~ khususnya yang lahir sejak masa
Orde Baru-ketika perubahan politik, sosial-budaya mulai ber
langsungsecara cepat dan berdampak luas-masyarakat
Sumatera Barat juga mengalami proses perubahan, yang mem
buat posisi surau semakin terpojok. Pada bidang politik,
penghapusan lembaga nagari-yang menempatkan surau dalam
posisi integral dalam tatanan nagari-misalnya, mengakibatkan
surau kehilangan basisnya dalam sistem dan kelembagaan sosial
politik nagari: Pemerintahan nagari yang secara tradisional men
cakup kepemimpinan keagamaan-yang bertumpu pada Iem
baga-Iembaga keagamaan seperti surau-dalam tiga tungku
sajarangan, tersingkir dalam struktur kepemimpinan formal
desa", serungga berada hanya pada posisi informal yang cen
II
140
141
SURAU; PENOIOIKAN ISVoM TRAOiSlONAL OAVoM TRANSISi DAN MODERNISASI
142
143
SU~AU; PENDIDIKAN ISlAM TAADISIONIIl DAlAM TAANSISI DAN MODERNISASI
144
145
SURAUj PENDIDIKAN ISlAM TRA01SIONAl OAlAM TRANSISI DAN MODERNISASI
146
147
148
EPilOG' OAAI SURAU KE PESANTREN
Penutup
Tetapi di balik potret keprihatinan tadi, rnasih ada harapan, meski
agaknya bergeser dad surau. Kemerosotan dan disfungsi surau
yang telah menimbulkan keprihatinan mendalam, harus diakui,
telah menjadi stimulan kuat bagi mereka yang peduli untuk
mencari dan mewujudkan eksperimen-eksperimen baru, khu
susnya dengan mengadopsi kelembagaan-jika tidak sistem,
tradisi dan sub-kultur-pesantren.
Memang sulit mengetahui waktu yang pasti kapan adopsi
dan penggunaan istilah pesantren mulai meluas di Sumatera
Barat. Bisa dipastikan, penggunaan istilah pesantren yang sebe
namya secara historis lebih merupakan tradisi Jawa, bukan
karena latah mengikuti hegemoni budaya Jawa masa Orde Baru.
Tetapi didasari kesadaran tentang stigma negatif yang sudah
terlanjur dilekatkan banyak warga Minang sendiri terhadap
surau. Apalagi, seperti dikemukakan di atas, istilah surau seba
gai nomenklatur telah terlanjur lenyap dalam wacana dan ke
lembagaan pendidikan.
Hernat saya, adopsi kelembagaan pesantren di Sumatera
Barat mulai terjadi ketika modemisasi pesantren kian menda
patkan momentumnya sejak 1970-an, sementara surau sebagai
lembaga pendidikan semakin terpinggir. Hasilnya, sekali lagi,
nomenklatur surau sebagai lembaga pendidikan Islam
149
Surv.u; PfNOIOll<AN ISlM! Trv.OISIONAl OAlM! Trv.NSfSI OAN MOOERNISASI
150
Payakumbuh 50 KOlo ~
'$ II lembah Melinlang Pasaman !!l
. V>
C.1l Pasaman c::
..... elModeren Muhammadiyah ~
JI. Nuslim 00.81 Ujung Gading Pasaman c
9lAI·Barakah JI. Syek Supayang 00. 12 KOla Sotok i:'i
-0
10 Muhammadiyah Kauman RIOT Sinaro Panjang no. 01 urlKota Padang Panjang
11 Pemuruan Oinivyah Putri JI. Abdul Hamid Hakim no, 30 Kola Padsng Panjang ~
0752-82346 ~
z
Sumoor: EMIS Oitjen Kelembagaan Agama Islam, Oepartemen Agama RI Tahun 2002
•
......
Data Pondok Pesantren Penyelenggara
Solok
1 Bustanul Huda - JI. Malus. Sukabumi Malus
2Drmnatir 0755-60135 Batubagiriek l>Janpanjang
3 Syeh Muhammad Muhsin 0755-22066 Sirukam Solok Koto lubuk Pulai
4 Nurul Huda - Pesan Bukit Tandang Bukit Tanc;lang
5 Darul Ulum - J. Rays Padang Muara labuh KM Ds. Sungai Kalu II
Tanah Datar
13 Diniysh . limau Manis Tanjung Barulak Tanjung Barulak Ufara
14 lima Kaum 0752-71640 lima Kaum TagoYumpuk
15 Muallimin - Tanjung Bonai Tanjung Bonai
T'abc1 seJengbpny,\ Iihat haiall1,H\ :-llpll'lllt:'1l
EPilOG' DARI SVRAV K£ P£SANTR£N
153
Vl
c::
~
,C;
;;/
z
~
z
f....
~
0
.....
~ i
~....
z~
ill
0
>
z
~
§
~
..
SENARAf BACAAN
155
SUllAUj PtNOIOtICAN ISlAM TRAOtSIONAL DAIAM TRANS'S! DAN MOD£RNISASI
156
SENARAI BACMN
157
SURAU; PENOIOIKAN ISlAM TRADISIONAL DAlAM TRANSISI DAN MOWNIWI
158
S!NARAI BACMN
159
SUItAU; PfNDlOIKAN Isl.AM TItAOI5IONi\l OAI.AM TItANSIS! DAN MODERNlWI
160
SENARAI BACMN
161
SUItAU; PENOIDIKAN ISlAM TItAOISIONAL DAlAM TItANSISI DAN MODl.RNIWI
162
SENARAI BAWN
163
164
SENARAI BACMN
165
SURAU; f'l:NDIOIKAN ISLAM TRAOISIONAl DALM! TRANSISI DAN MOO£RNISASI
166
INDEKS
A Aporisme 45,46, 79
Telemsani 103
Asian Tenggara 47
Palimbani 102
B
Abdullah 33
Aceh 9
Baruhampar 15
adat 132,141,143,146,150
basafa (bersafar) 9
Adityawarman 49
Batu Tebal 73
Akiran Oki12 33
133,148
AI-Attas 41,100
belasting 17
AI-Ghazali 102
Benda-Beckman11 33
AI-Munir 123
bid'ah 6; _dan khurafat 20
AI-Raniri 101
budaya Jawa 149
alim ulama 3
Bukit; _Barisan 35; _Kamang
167
Buo-Sumpur Kudus 42
Geertz 38
Candung 130
Gujarat 42, 101
Cangking 106
Gunung; _Merapi 35; _Sago
Cina 121
35; _Singgalang 35
guru tuo 14
D
Dang Tuanku 1,40
H
Darek 35
Haji;_AbbduUahAhmad 19,
de Stuers 106
~umanik orang Luhak
Departemen Agama 25
Tanahdatar 5
_Bukit Batabuah 75
Haramayn 67
desentralisasi 142
Harimau Nan Salapan 75
Diniyah School 22
Hasyim Asy'ari, KH 16
I>obbin 33,70,108
headstart 32
Dunia Melayu 67
Hindu-Budha 43, 47, 48, 49
du Puy, James 77
HIS (Hollandsch Inhmdsch Scholen)
Adabiyah 126
_Tuanku 52
etek 76
fakih kedl %
16~uhammad Al-Bajuri
feodalistik 6
103
168
INQ£!CS
India 42,67
langgar 48
Indragiri 43
lapau 90,91
Isti'adat Melayu 48
Limapuluh Koto 64
LubukAgam 5
.1
J luhak; _ 36; _Lima Puluh 5;
_Tanahdatar 5
lambi 11
Madinah 3,44,46,53,66,92
Jawa ; _8,36,87; 146, 147, 148;
madrasah 87; _AI-Arabiyah
Kampar 43
Majelis Ugama 48
5; _Dagang 12
106
Kathirithamby 32
Makkahnya daerah darek 43
Kelantan 48
tnaqat 95
, Kepulauan Melayu-Indonesia 51
maqamat64
khalifak 52, 95
Marsden 65
lChurafat 6
martabat tujuh 72
Masjid 8; _Dagang 11
matriarkhaat 2, 39
•
.
Koto; -.Sud 73; _Tanjung
matriliniai 1,2, 18,31,32,33,36,
kuttab 50
164
169
meunasah 48
Padang 19,21,106,107,118,123,
Minang 1-27,29,31-57,59-92,94,
130; _Ginling 43; _His
127,129-137; 139-150,154·
~awas 130; _panjang .
159,161-165
19-21,89,118, 124; .
Minangkabau 1-22,25·27,29,31·
PagaruyUang 43,77,78
57,59-73,75,77-86,88,89,91,
pakiah 142; _saringgik 142
92,94,100,101,103-111,113,
Palembang 11
139,140,142,146,147,155 Paninjauan 10
159,161-165
Panji Masyarakat 144
143
Pasar Usang 150
Muhammadiyah 16,22,25,126
Patani 47
Muhmud Yunus 9
pa trilinial 31
MUI 144
Payakumbuh 10,104,118
pekan 90,91
pemuka adat 2, 11
nagari 3,17,18,23,27,32,38,40,
Perang; ---Jawa 78, 79; _Padri
Nahdlatul Ulama 16
Permi 125
Negeri Sembilan 32
Persatuan Tarbiyah Islamiyah 24,
NEM 150
130
ninik mamak 3
Persia 51
Nusantara 63, 68
Hamka 150
PGAI 129
o Pires, Tome 41
Pistorious, Verkerk 88
Plakat Panjang 17
_sumando.2
26
149
Portugis 41
Postel-Coster 37
170
_Adityawarrnan 78;
_Tengah 47,78,96;
40
Surau 7, 8, 139; _Alanglawas
rantau 5,17,18,27,31,32,35-37,
129; _barumpuk (surau
46,49,50,54,56,66,118,119,
desa) 51; _Batuhampar IS,
republik desa 38
12, 104; _Candung 147;
resitasi 14
---1ambi 12, 104;
Riau 43
---1embatan Besi 124;
Roff 48
_Kamang 146; _ked!
Ronkel,Van 42
146;_KotoTuo 146;
rumah;---8adang 8,12,39,49;
_mangaji 88; _Padang
_Sakit Cipto
12,104; _Painan 12;
Mangunkusumo 145
_Palembang 12, 104;
_Parabek 147;
Safar 9
_Silungkang 105; _Solok
sakar 10
12,104; _Suliki 12,104;
samun 10
146; _Tilatang Kamang
sapayuang 38
Suruaso 78
Saruaso 43
Syaikh; _Abbas 129, 130;
sasuku 39
_Abd ul Karim Amrullah
Schrijvem 37
16; _Abdullah Ahmad 16,
Sidi Gazalba 8
10( lOS, 147; _ 'Abdurrauf
Simawang 78
AI-Singkili 9; _ 'Abdurrauf
sistem Sosial 1
ibn'Ali 44; ~hmad
sorongan 14
Khatib 16, 116, 133;
Sulawesi Selatan 36
_Ahmad Khatib AI·
Su1i10 115
Sambasi 102; _Akrnad
suluk 12,21,64,82,104·
_Burhanuddin 9, 10,41, 43,
171
44,51,52,63,67,74,88,89,
tirakatan 9
Rasul 130
u
Syamsuddin Pasai 100, 101
syara' 2, 5, 6
Ulakan 41,42,51,63,88;
Syatiat Oesaha 21
_Pariaman 9, 10
Syattariyyah 63,66
ulama tradisionalis 19
upacara ratib 64
Talawi 43
99,100,104,111,122,127,
tambo 4
134; _sumando 39
5,16;_Suci
v
_waqf 92
volks-school (Sekolah Rakyat) 18
tangkelek 142
TannerlO 33
w
taqlfd 20, 122
Taram 106
Westenenk 32
64,65,68,89,102,115;
y
_Qadiriyyah 64, 65, 89;
z
Thawalib Padangpanjang 125
Zainuddin Labay EI-Yunusi 22,
172
173
~'"
SURAU; PENDIDIKAN ISlAM TRADISIONAL DAlAM TRANSISI DAN MODERNISASI
174
_ ""'I.WII$IP IIUOUOlB_n II'
_etIvotOolUo.. ""'I....... _"II
- 1 ,J'
"""" .\_~
~;, '.
... "
c:= .~
0
::x::= r:,.J
~ .,.
IJ"
~ \,
& G> '.
.'~ .:::x::J
,~
:;x:::...
c::>
if
I'
1"",\
"
i.
,oa IS
,..
",
... "
,or .
......$O' '"...
IS
"
'" ....
'"
,.. n
~ai llr.b"o..o ."... ..
1l,X. XI, Vll
ft~X._V1L "" ,.
VI'KQ£os.i$atl ,".
"'G '" ""
." "
'"•
"
r"""lI,\llntli"T .'S ~
K~T Po
"""",-""" "
1(()I'(>hf'IQ3I'1a~r ..."
""" Po ..
"." "
....".
""'" '""
$ .... l~"MAm
It:~Mt
'n
t~,
SN~llW'> Le~,.1otw.1
P..,h 2'.
•
.. ..,.•
~I';QlO
-, . ~,1(;1I_ .. ,6~' -21.
'" >$
Pni1c..~~~ o..-~I(*
'''''''
"""'"
.------~~-
"" "
01S'·S64~ C...:I.ltl,.h> l"'-'Ur'I1." .~ .,
P"~ "",PK., ,l(.(AQTt"'P" "
Jt...u.lotf'\lO.2<l~~ "
"""" , .... ' " '" "
'.S ~ ........ I..l.IbI.o\$oIoa.""
JlO;l;m¥l " , ~119
H~2295 I( ,.
j