Anda di halaman 1dari 6

BIODIVERSITAS

SPESIES HEWAN BIOMA GURUN

Putri Gusasi (211011020015)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
Hyphaene thebaica, umumnya dikenal sebagai doum palm, memiliki beberapa adaptasi yang
memungkinkannya bertahan hidup di lingkungan gurun:

1. Ketahanan Terhadap Kekeringan: Pohon palem doum memiliki sistem akar yang dalam
yang dapat memanfaatkan sumber air bawah tanah, sehingga mampu menahan
kekeringan yang berkepanjangan.

2. Penyimpanan Air: Pohon menyimpan air di batangnya, yang tebal dan berserat,
menyediakan reservoir kelembaban selama musim kemarau.

3. Kutikula Tebal: Daun memiliki kutikula lilin tebal yang membantu mengurangi
kehilangan air melalui transpirasi.

4. Toleransi Garam: Toleransi terhadap tanah asin, yang merupakan ciri umum di banyak
daerah gurun.

5. Adaptasi Matahari: Daunnya tersusun seperti kipas, mengurangi paparan langsung


terhadap sinar matahari dan meminimalkan kehilangan air melalui penguapan.

6. Tahan Angin: Pohon palem doum memiliki batang kokoh yang mampu menahan angin
gurun yang kencang.

7. Strategi Reproduksi: Menghasilkan buah-buahan yang merupakan sumber makanan


penting bagi manusia dan satwa liar di daerah kering, sehingga mendorong
penyebarannya.

Adaptasi ini secara kolektif memungkinkan Hyphaene thebaica tumbuh subur di kondisi gurun
dengan mengelola air secara efisien dan meminimalkan kehilangan air.
Carnegiea gigantea, umumnya dikenal sebagai kaktus saguaro, beradaptasi dengan baik untuk
bertahan hidup di lingkungan gurun karena beberapa fitur dan strategi utama:

1. Penyimpanan Air: Kaktus Saguaro memiliki batang tebal dan berusuk yang dapat
mengembang untuk menyimpan sejumlah besar air selama musim hujan. Air yang disimpan
ini menopang kaktus selama musim kemarau.

2. Akar Dangkal: Sistem akar saguaro terutama terdiri dari akar dangkal dan luas yang dengan
cepat menyerap air dari curah hujan yang jarang. Hal ini memungkinkannya menangkap
kelembapan secara efisien.

3. Fotosintesis CAM: Kaktus Saguaro memanfaatkan fotosintesis Metabolisme Asam


Crassulacean (CAM), jalur fotosintesis unik yang memungkinkan mereka membuka stomata
di malam hari, mengurangi kehilangan air selama siang hari yang panas.

4. Toleransi Matahari dan Panas: Kaktus Saguaro memiliki lapisan lilin pada kulitnya yang
membantu memantulkan sinar matahari dan mengurangi kehilangan air melalui transpirasi.
Mereka juga dapat mentolerir suhu ekstrim dan sinar matahari yang terik.

5. Umur Panjang: Kaktus Saguaro memiliki tingkat pertumbuhan yang lambat dan dapat hidup
selama beberapa dekade, sehingga memungkinkan mereka bertahan dalam periode kekeringan
yang berkepanjangan.

6. Tinggi: Perawakannya yang menjulang tinggi memungkinkan mereka menangkap air hujan
dengan lebih efektif dan memaksimalkan paparan sinar matahari untuk fotosintesis.

7. Hubungan Simbiosis: Mereka sering kali mempunyai hubungan mutualistik dengan burung
dan kelelawar yang membantu penyebaran benih dan penyerbukan.

Adaptasi ini secara kolektif memungkinkan Carnegiea gigantea untuk berkembang di


lingkungan gurun yang keras dengan mengelola sumber daya air secara efisien dan mengatasi
suhu ekstrem dan kondisi kering.
Phoenix dactylifera, yang biasa dikenal dengan kurma, dapat bertahan hidup di lingkungan
gurun karena kombinasi adaptasi dan karakteristik:

1. Akar Dalam: Pohon kurma memiliki sistem akar yang dalam dan luas yang dapat mencapai
sumber air bawah tanah, sehingga memungkinkan mereka mengakses air bahkan dalam kondisi
kering.

2. Penyimpanan Air: Batang pohon palem mampu menyimpan air, yang berfungsi sebagai
reservoir selama musim kemarau.

3. Ketahanan Kekeringan: Pohon kurma diadaptasi untuk tahan terhadap musim kering dengan
mengurangi transpirasi melalui daun yang semakin kecil dan dengan merontokkan daun untuk
menjaga kelembapan.

4. Desain Daun: Daun menyirip kurma dirancang untuk meminimalkan kehilangan air melalui
transpirasi, dengan kutikula berlapis lilin yang mengurangi penguapan.

5. Toleransi Garam: Mereka dapat mentolerir tanah asin dan air tanah, yang umum terjadi di
daerah gurun.

6. Toleransi Suhu: Pohon kurma sangat cocok untuk iklim gurun yang panas dan tahan terhadap
suhu tinggi.

7. Tahan Angin: Batangnya yang kokoh dan fleksibel serta sistem akar yang dalam membuat
mereka tahan terhadap angin gurun.

8. Efisiensi Nutrisi: Pohon kurma efisien dalam penyerapan nutrisi, yang sangat penting di
tanah gurun yang miskin nutrisi.

9. Produksi Buah: Kurma yang dihasilkan oleh pohon palem merupakan sumber makanan yang
berharga, baik bagi pohon palem itu sendiri maupun bagi berbagai hewan, sehingga
berkontribusi terhadap keberhasilan reproduksinya.

Adaptasi ini secara kolektif memungkinkan Phoenix dactylifera tidak hanya bertahan hidup
tetapi juga berkembang dalam kondisi gurun dengan mengelola sumber daya air secara efisien,
mengurangi kehilangan air, dan bertahan terhadap tantangan lingkungan gurun yang ekstrem.
Cupressus dupreziana, umumnya dikenal sebagai cemara Sahara, memiliki beberapa adaptasi
yang memungkinkannya bertahan hidup di lingkungan gurun:

1. Akar Dalam: Cemara Sahara memiliki sistem akar yang dalam dan luas yang dapat mencapai
sumber air tanah, menyediakan pasokan air yang konsisten, bahkan di daerah kering.

2. Penyimpanan Air: Pohon cemara ini dapat menyimpan air di sistem akar dan jaringan
kayunya, sehingga membantu mereka menahan periode kekeringan.

3. Mengurangi Transpirasi: Cemara Sahara telah beradaptasi untuk mengurangi kehilangan air.
melalui transpirasi dengan memiliki daun kecil seperti jarum dengan kutikula lilin.

4. Toleransi Garam: Dapat mentolerir tanah asin, yang umum terjadi di lingkungan gurun.

5. Pertumbuhan Lambat: Pohon cemara ini memiliki tingkat pertumbuhan yang lambat,
sehingga membantu mereka menghemat air dan energi.

6. Toleransi Matahari dan Panas: Cocok pada kondisi suhu tinggi dan sinar matahari tinggi di
daerah gurun.

7. Tahan Angin: Bentuknya yang kompak dan kerucut membantu melindunginya dari angin
gurun yang kencang.

8. Reproduksi: Cemara Sahara menghasilkan kerucut dan biji yang disesuaikan untuk tahan
terhadap kondisi gurun, sehingga berkontribusi terhadap keberhasilan reproduksinya.

Adaptasi ini secara kolektif memungkinkan Cupressus dupreziana untuk tumbuh subur di
kondisi gurun dengan mengelola sumber daya air secara efisien, mengurangi kehilangan air,
dan bertahan terhadap tantangan ekstrem di lingkungan yang gersang.
Aerva javanica yang biasa dikenal dengan sebutan kapuk semak atau kapas gurun, dapat
bertahan hidup di lingkungan gurun karena beberapa adaptasi dan karakteristik:

1. Toleransi Kekeringan: Aerva javanica telah mengembangkan mekanisme untuk bertahan


dalam periode kekeringan yang berkepanjangan, seperti dengan mengurangi kehilangan air
melalui transpirasi dan menyesuaikan pola pertumbuhannya sebagai respons terhadap
ketersediaan air.

2. Penyimpanan Air: Tanaman ini dapat menyimpan air di daun dan batangnya yang berdaging,
sehingga dapat bertahan selama musim kemarau.

3. Akar Dalam: Memiliki sistem akar dalam yang dapat mengakses sumber air bawah tanah,
menyediakan pasokan air penting di daerah kering.

4. Toleransi Panas: Aerva javanica dapat mentolerir suhu tinggi, umum terjadi di lingkungan
gurun, tanpa mengalami kerusakan.

5. Toleransi Garam: Dapat tumbuh subur di tanah salin atau basa, yang sering ditemukan di
daerah kering.

6. Permukaan Daun Berkurang: Tanaman mungkin telah mengurangi luas permukaan daun
untuk meminimalkan kehilangan air dan mengurangi paparan sinar matahari yang terik.

7. Strategi Reproduksi: Aerva javanica memiliki strategi reproduksi yang adaptif, seperti
menghasilkan benih yang tahan kekeringan dan memanfaatkan angin atau penyebaran hewan
untuk menyebarkan benihnya.

Adaptasi ini memungkinkan Aerva javanica untuk berkembang di kondisi gurun dengan
mengelola sumber daya air secara efisien, mengurangi kehilangan air, dan mengatasi tantangan
lingkungan ekstrem di wilayah kering.

Anda mungkin juga menyukai