Peacemaker
Bahan Alkitab: Kejadian 33:1-11
Ayat Istimewa untuk Minggu ini:
Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan
diciumnya dia, lalu bertangis-tangislah mereka (Kejadian 33:4)
Tujuan Pembelajaran:
1. ASM dapat menceritakan kembali kisah Yakub dan Esau.
2. ASM dapat menyebutkan ciri-ciri seorang peacemaker.
3. ASM dapat menyatakan komitmennya menjadi seorang peacemaker.
Kata Alkitab:
Teks Alkitab hari ini menceritakan pertemuan kembali seorang kakak dan adik
yang sudah lama berpisah yakni Esau dan Yakub. Mereka berpisah karena Yakub
melarikan diri setelah merebut hak kesulungunan Esau. Esau menaruh dendam kepada
Yakub bahkan ingin membunuh adiknya itu. Oleh sebab itu, Ribka (ibunya)
memerintahkan Yakub agar lari ke rumah pamannya bernama Laban. Yakub tinggal dan
bekerja bersama Laban dalam kurung waktu yang lama. Yakub juga menikahi anak
Laban yaitu Lea dan Rahel. Setelah Rahel melahirkan Yusuf, maka Yakub meminta izin
untuk kembali ke negeri nenek moyangnya, Kanaan. Ia membawa isteri, anak dan segala
hartanya. Tuhan berjanji menyertai perjalanannya, akan tetapi Yakub masih memiliki
sebuah pergumulan yaitu ketakutan untuk bertemu Esau.
Yakub merancang sebuah startegi agar Esau menerima permintaan maafnya
serta berjaga-jaga jika Esau tetap ingin membalas dendam. Pertama, Yakub
mengirimkan pemberian kepada Esau sebelum mereka bertemu. Pemberian pada saat
itu umumnya diberikan sebagai suap, ungkapan kasih atau mengungkapkan salam. Pada
kasus dua bersaudara ini, pemberian Yakub terkesan berupa suap agar Esau berbelas
kasihan kepada Yakub. Yakub juga melakukan sujud ke tanah sampai tujuh kali.
Bersujud sampai ketanah adalah sebuah tanda kehormatan. Yakub melakukan hal
tersebut sebagai tanda permohonan agar Esau tidak lagi memiliki keinginan untuk
berbalas dendam kepadanya. Akan tetapi, bayangan ketakutan Yakub tidak terjadi,
melainkan sebaliknya Esau berlari mendapati, memeluk dan mencium Yakub serta
bertangis-tangisan. Esau telah memaafkan Yakub.
Esau menjadi peaceamaker (pendamai) bagi hubungannya dengan Yakub. Secara
manusiawi, sangatlah sulit bagi Esau untuk berdamai dengan adik yang dahulu ingin
dibunuhnya. Akan tetapi, ia berdamai dengan kesalahan yang telah dilakukan Yakub.
Melalui Esau kita belajar menjadi seorang pendamai dengan mengampuni orang yang
bersalah kepada kita. Mengampuni tidak membawa dampak negatif melainkan dampak
positif yakni perdamaian. Sungguh indah jika kita dapat memaafkan satu dengan
lainnya. Kita juga belajar dari Yakub bahwa melakukan kebohongan membawa
seseorang pada bayangan rasa bersalah tiada henti, yang membuat hidup tidak tenang.
Yakub juga menjadi seorang peacemaker dengan menyadari kesalahan dan berusaha
untuk meminta maaf kepada kakaknya. Sebuah perdamaian dapat tercapai jika pihak-
pihak yang bersangkutan sama-sama memiliki kerendahan hati, mengakui kesalahan
dan mengampuni kesalahan. Hiduplah sebagai pembawa damai agar sekitar kita juga
dapat membentuk lingkungan yang tentram.
Setiap manusia pernah berbuat dosa yang menyakiti hati Tuhan, akan tetapi
Tuhan mau mengampuni manusia bahkan mengaruniakan anak-Nya yang tunggal agar
setiap orang yang percaya memperoleh hidup yang kekal (bdk. Yohanes 3:16). Tuhan
memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Dalam doa
bapa kami “Ampunilah kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah
kepada kami”, orang yang tidak mau mengampuni orang lain tidak layak menerima
keselamatan dari Tuhan.
Relevansi untuk ASM:
Setiap orang pasti pernah menghadapi konflik dalam kehidupannya termasuk
ASM. ASM biasanya mengalami konflik dengan teman, guru, kakak/adik, dan orangtua
mereka. Sebagai contoh anak bertengkar dengan kakak atau adiknya karena makanan
atau mainan, anak bertengkar dengan temannya karena perkataan yang menyinggung
hati. Ketika terjadi konflik, beberapa anak sulit untuk mengakui kesalahannya, merasa
yang paling benar bahkan menuduh temannya. Beberapa anak memang dengan mudah
melupakan pertengkaran, namun jika hal itu membuatnya sangat terluka mereka akan
mengingatkan sangat lama sehingga menimbulkan rasa dendam. Mencegah hal-hal
demikian, ASM diajak untuk untuk memiliki sikap yang rendah hati, tidak memiliki rasa
dendam terhadap orang lain seperti Esau yang memaafkan kesalahan Yakub; Yakub
yang mengakui kesalahannya. Dengan demikian, ASM mampu menjadi peacemaker
(pendamai) ditengah-tengah keluarga, gereja, sekolah dan bagi dunia.
(Elya Rosa-081292757511)