Anda di halaman 1dari 22

JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991

Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

PENGARUH PERSEDIAAN BAHAN BAKU


TERHADAP LABA BERSIH PERUSAHAAN
PADA PT. YOKOGAWA INDONESIA
Oleh:
Djoko Maryanto

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Manajemen Bisnis Indonesia (STIE MBI) , Jurusan Akutansi
Jl. Komjen Pol. M. Jasin ( Akses UI ) | No. 89, Kelapa Dua Cimanggis, Depok 16951

e-mail : djokomaryanto.stiembi@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persediaan bahan baku terhadap laba
bersih perusahaan pada PT. Yokogawa Indonesia. Nilai persediaan bahan baku yang
digunakan untuk mengukur pengaruh terhadap laba bersih adalah nilai Inventory-Work in
Progress. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan sampel selama 3
tahun periode 2011-2013. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
kuantitatif dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi
linear sederhana dengan menggunakan program SPSS versi 20. Variabel penelitian ini
adalah persediaan bahan baku sebagai variabel X (variabel bebas) dan laba bersih sebagai
variabel Y (variabel terikat), dengan total sampel selama tiga tahun sebanyak 36 data.
Hasil penelitian ini adalah H0 diterima yaitu persediaan bahan baku tidak berpengaruh
signifikan terhadap laba bersih.

Kata Kunci : Persediaan Bahan Baku, Laba Bersih, Persediaan dalam Proses.

ABSTRACT
This research aims to determine the effect of the raw material inventory to net profit at PT.
Yokogawa Indonesia. The value of raw material inventory that used to measure the effect
on net profit is the value of Inventory-Work in Progress. The data used is a sample of the
company's financial statements for 3 years (2011-2013). The method used in this research
is a quantitative method to test the assumptions of classical, as well as statistical analysis
of the simple linear regression analysis using SPSS version 20. The variable of this
research is raw material inventory as a variable X (independent variable) and net profit as
a variable Y (dependent variable), with a total sample for three years as many as 36 data.
The result of this research is that H0 accepted, means that the raw materials inventory has
no significant effect on net income.

Keywords: Raw Material Inventory, Net Profit, Inventory Work in Progress

PENDAHULUAN persaingan usaha yang semakin


kompetitif perusahaan dituntut untuk
Latar Belakang Penelitian semakin efisien dalam menjalankan
Dalam era globalisasi sekarang ini aktivitasnya terlebih dalam kondisi
tingkat persaingan dalam dunia usaha ekonomi saat ini yang penuh dengan
semakin tinggi dan hanya badan usaha ketidakpastian dimana krisis ekonomi
yang memiliki kinerja atau performa yang melanda Indonesia sangat berat dan
yang baik yang akan bertahan. Dalam merusak segala sektor dari perekonomian

1
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

sehingga perlu mengoptimalkan sumber aktif dalam operasi perusahaan yang


daya yang dimiliki. secara terus-menerus diperoleh, diubah,
Selain itu keadaan perekonomian dan kemudian dijual kepada konsumen.
Indonesia yang tidak stabil ditandai Pada dasarnya persediaan mempermudah
dengan tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi atau memperlancar jalannya operasi
tersebut menyebabkan naiknya harga- perusahaan yang dilakukan secara
harga barang yang tinggi. Dan berturut-turut untuk memproduksi
mempengaruhi tingkat daya beli barang-barang serta mendistribusikannya
masyarakat. Inflasi ini juga berdampak kepada para pelanggan. Dengan adanya
terhadap laba perusahaan, karena harga- pengelolaan persediaan yang baik, maka
harga bahan baku untuk produksi pun perusahaan dapat segera mengubah
ikut mengalami kenaikan. Dilain pihak persediaan yang tersimpan menjadi laba
masalah investasi merupakan faktor melalui penjualan.
utama yang mempengaruhi persediaan Persediaan barang dagang
yang merupakan masalah pembelanjaan merupakan kunci utama dalam jenis
aktif, masalah penentuan besarnya usaha dagang dan manufaktur. Jika
investasi atau alokasi modal dalam diibaratkan, persediaan merupakan
persediaan mempunyai efek langsung kebutuhan primer dalam jenis usaha
terhadap keuntungan perusahaan. dagang dan manufaktur. Dapat dikatakan
Perusahaan dalam melakukan demikian, karena ketika terjadi masalah
produksinya tidak lepas dari biaya-biaya dalam persediaan, maka akan terganggu
produksi dan biaya-biaya operasi yang pula semua kegiatan operasional
harus mereka keluarkan. Dengan adanya perusahaan. Contoh: keterlambatan
inflasi tersebut biaya-biaya yang harus pengiriman persediaan. Ketika
mereka keluarkan menjadi lebih tinggi, persediaan kosong karena terlambat,
sehingga hal ini dapat mengurangi maka kegiatan operasional perusahaan
tingkat laba yang mereka harapkan. juga terhenti hingga mendapatkan
Untuk dapat mempertahankan laba, persediaan untuk kegiatan operasional
setiap perusahaan harus dapat perusahaan. Oleh karena itu, manajemen
menggunakan strategi yang dianggap perlu tanggap dalam merencanakan dan
mampu untuk dapat mengendalikan mengendalikan persediaan mengingat
tingkat persediaan yang dimiliki oleh organisasi perusahaan yang terus
perusahaan. Didalam pengadaan berkembang, sehingga persediaan dapat
persediaannya, pemesanan bahan baku dikelola dengan lebih profesional.
harus disesuaikan dengan tingkat Berdasarkan PSAK No.14 (2008)
kebutuhan produksi perusahaan sehingga persediaan didefinisikan sebagai aktiva
tidak terjadi kelebihan bahan baku, yang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
pada akhirnya, biaya yang dikeluarkan usaha normal, dalam proses produksi dan
untuk persediaan bisa ditekan sekecil atau dalam perjalanan, atau dalam bentuk
mungkin dan bisa dialokasikan untuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
investasi lain yang dapat menguntungkan digunakan dalam proses atau pemberian
perusahaan yang bersangkutan. Selain itu jasa. Sedangkan, pengertian persediaan
juga perusahaan harus mengetahui pada menurut Skousen, Stice dan Stice
tingkat produksi berapa unit mereka (2004:653) adalah sebagai berikut : “Kata
dapat memperoleh keuntungan yang persediaan ditujukan untuk barang-
mereka harapkan sehingga dapat barang yang tersedia untuk dijual dalam
menutupi semua biaya-biaya yang telah kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus
mereka keluarkan. perusahaan manufaktur, maka kata ini
Persediaan merupakan unsur dari ditujukan untuk proses produksi atau
aktiva lancar yang merupakan unsur yang yang ditempatkan dalam kegiatan

2
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

produksi“. Andi Pujianto (2013) sampai penyerahan barang untuk


menerangkan persediaan barang dagang kegiatan proses produksi.
digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu Pada umumnya setiap perusahaan
persediaan barang dalam perusahaan dalam melakukan proses produksinya
dagang dan persediaan barang dalam mengeluarkan biaya-biaya produksi yang
perusahaan manufaktur. Dalam dalam realisasinya sangat berpengaruh
perusahaan dagang persediaan barang terhadap laba perusahaan, selain Biaya
dagang diartikan sebagai seluruh barang Bahan Baku (Material Cost) yaitu biaya
yang dibeli dari pemasok, disimpan bahan dasar yang diolah menjadi produk
dalam gudang dan dijual kepada selesai. Adapula Biaya Tenaga Kerja
konsumen. Jadi persediaan barang dalam (Labour Cost) yaitu kontribusi seorang
perusahaan dagang tidak mengalami pekerja ke dalam proses produksi, dalam
proses pengolahan barang, perlakuan banyak organisasi manufaktur dan jasa,
persediaan barang dalam perusahaan biaya tenaga kerja ini mempunyai
dagang hanya dibeli, disimpan dan dijual. peranan yang penting, karena biaya
Dalam perusahaan manufaktur tenaga kerja mempunyai pengaruh yang
persediaan barang diartikan sebagai signifikan terhadap biaya produksi suatu
persediaan bahan baku, barang dalam produk, untuk itu biaya tenaga kerja
proses dan barang jadi yang diperuntukan membutuhkan pengukuran pengendalian
untuk diolah dan dijual kepada dan analisis yang sistematis. Biaya
konsumen. Jadi persediaan barang overhead adalah bahan baku tidak
dagang dalam perusahaan manufaktur langsung dan tenaga kerja tidak langsung
mengalami proses produksi atau serta biaya tidak langsung lainnya yang
pengolahan barang sampai barang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke
tersebut menjadi barang jadi yang siap produk selesai atau tujuan akhir biaya,
dijual. Dari berbagai penjelasan yang istilah lain yang dapat digunakan untuk
telah dipaparkan sebelumnya mengenai overhead adalah biaya produksi tidak
persediaan, dapat diambil kesimpulan langsung. Kemudian Biaya Garansi
bahwa persediaan merupakan faktor (Warranty Cost) adalah biaya yang
utama kelancaran operasional dalam dikeluarkan jika perusahaan membuat
perusahaan dagang dan manufaktur. garansi untuk suatu barang.
Sebelum melakukan kegiatan Tujuan sebuah perusahaan adalah
produksi, perusahaan terlebih dahulu untuk memperoleh keuntungan atau laba
menyiapkan faktor-faktor produksinya yang dapat di pergunakan untuk
diantaranya adalah bahan baku yang akan kelangsungan hidup. Mendapatkan
diolah menjadi produk jadi. Didalam keuntungan atau laba dan besar kecilnya
pengadaan bahan baku perusahaan dapat laba sering menjadi ukuran kesuksesan
membuat sendiri atau membeli bahan suatu perusahaan. Hal tersebut didukung
baku tersebut dari pemasok. Pembelian oleh kemampuan perusahaan di dalam
bahan baku ini merupakan salah satu melihat kemungkinan dan kesempatan
fungsi dari manajemen persediaan karena dimasa yang akan datang. Manajemen
berkaitan dengan pengadaan barang, baik dituntut untuk menghasilkan keputusan-
berupa bahan baku, bahan setengah jadi keputusan yang menunjang terhadap
maupun bahan jadi. Menurut ahli peran pencapaian tujuan perusahaan serta
manajemen pembelian ditunjang oleh mempercepat perkembangan perusahaan.
besarnya biaya pembelian yang mencapai Manajemen memerlukan suatu
50% sampai 70% dari total biaya perencanaan untuk perusahaan dalam
produksi dan berdampak langsung pada mencapai tujuannya tersebut. Ukuran
kualitas produk. Tahap pembelian ini yang sering dipakai untuk menilai sukses
dimulai dari pengadaan, penyimpanan, tidaknya manajemen suatu perusahaan

3
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

adalah dari laba yang diperoleh 5. Apakah biaya garansi (warranty


perusahaan. cost) berpengaruh terhadap laba
PT. Yokogawa Indonesia bersih perusahaan?
merupakan perusahaan automasi yang Batasan Masalah
mengintegrasi perakitan barang produksi Agar penulisan ini lebih terarah dan
Yokogawa Jepang seperti Transmitter, tidak menyimpang dari pokok masalah,
dengan barang lain atau komponen maka penulisan ini hanya membahas
produk lain diluar Yokogawa Product tentang pengaruh persediaan bahan baku
sehingga menjadi satu sistem rekayasa terhadap laba bersih perusahaan pada PT.
engineering. Dalam proses perakitannya, Yokogawa Indonesia. Karena dari
perusahaan ini membutuhkan beberapa beberapa faktor identifikasi yang akan
material atau bahan baku. Dalam proses ditelti, persediaan bahan baku
pemasokan kebutuhan material tersebut, diperkirakan berpengaruh terhadap laba
PT. Yokogawa Indonesia memiliki bersih.
beberapa supplier dari dalam dan luar
negeri. Dan ada beberapa sudah terpaku Rumusan Masalah
dengan supplier yg sudah digunakan Berdasarkan Batasan Masalah,
turun˗temurun oleh bagian pengadaan. maka permasalahan yang dapat
Walaupun di sisi lain untuk material dirumuskan sebagai berikut :
tertentu ada supplier yang memang 1. Apakah persediaan bahan baku dapat
ditunjuk langsung oleh Yokogawa mempengaruhi laba bersih
Jepang dan Yokogawa Singapore sebagai perusahaan?
induk. Dalam hal ini kita harus memakai 2. Sejauh manakah dan seberapa besar
supplier tersebut dan tidak persediaan bahan baku dapat
diperkenankan untuk memakai supplier mempengaruhi laba bersih
lain. perusahaan?
Berdasarkan uraian-uraian tersebut,
maka diambil judul penulisan Tujuan Penelitian
“PENGARUH PERSEDIAAN Sesuai dengan Rumusan Masalah,
BAHAN BAKU TERHADAP LABA maka Tujuan Penelitian ini adalah:
BERSIH PERUSAHAAN PADA PT. 1. Memperoleh informasi berupa
YOKOGAWA INDONESIA”. penjelasan tentang pengaruh
persediaan bahan baku terhadap laba
Identifikasi Masalah bersih perusahaan.
Berdasarkan Latar Belakang 2. Menghasilkan informasi dari olahan
penelitian, maka dapat diidentifikasi data tentang pengaruh persediaan
beberapa masalah : bahan baku terhadap laba bersih
1. Apakah kenaikan persediaan bahan perusahaan.
baku mempengaruhi laba bersih
perusahaan?
2. Apakah kenaikan volume penjualan TINJAUAN PUSTAKA
berpengaruh terhadap laba bersih
perusahaan? Pengertian Akuntansi
3. Apakah biaya tenaga kerja (labour Definisi akuntansi yang
cost) berpengaruh terhadap laba dikemukakan oleh Agus Mahfudz dan Sri
bersih perusahaan? Nur Mulyani (2009 : 136) adalah suatu
4. Apakah biaya overhead berpengaruh proses mengidentifikasi, mengukur, dan
terhadap laba bersih perusahaan? melaporkan informasi ekonomi untuk
memungkinkan dilakukannya penelitian
dan pengambilan keputusan secara jelas

4
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

dan tegas bagi pihak-pihak yang 1. Akuntansi biaya dengan fokus ke


menggunakan informasi keuangan perhitungan cost produk
tersebut. 2. Akuntansi Pertanggungjawaban
Pengertian Akuntansi menurut
Charles T. Horngren, dan Walter T. Sistem akuntansi biaya dibagi
Harrison (Horngren Harrison, 2007:4) menjadi dua menurut fungsinya
menyatakan bahwa akuntansi adalah (Setyaningrum, 2007), yaitu:
sistem informasi yang mengukur 1. Manufacturing costs
aktivitas bisnis, memproses data menjadi 2. Nonmanufacturing costs
laporan, dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada para pengambil Pengertian Persediaan
keputusan. Ikatan Akuntansi Indonesia (2009)
Abubakar. A & Wibowo (2009) mengemukakan bahwa : Persediaan
adalah proses identifikasi, pencatatan dan adalah aset:
komunikasi terhadap transaksi ekonomi 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan
dari suatu entitas/perusahaan. usaha normal
Pengertian akuntansi menurut 2. Dalam proses produksi dan atau
Warren dkk (2005:10) menjelaskan dalam perjalanan; atau,
bahwa: “secara umum, akuntansi dapat 3. Dalam bentuk bahan atau
didefinisikan sebagai sistem informasi perlengkapan (suplies) untuk
yang menghasilkan laporan kepada digunakan dalam proses produksi
pihak-pihak yang berkepentingan atau pemberian jasa.
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan”. Menurut Skousen, Stice, Stice
Pengertian akuntansi menurut (2004:653), ”persedian ditujukan untuk
American Institute of Certified Public barang-barang yang tersedia untuk dijual
Accounting (AICPA) dalam Harahap dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam
(2003) mendefinisikan akuntansi sebagai kasus perusahaan manufaktur, maka kata
seni pencatatan, penggolongan, dan ini ditujukan untuk proses produksi atau
pengikhtisaran dengan cara tertentu yang ditempatkan dalam kegiatan
dalam ukuran moneter, transaksi, dan produksi”.
kejadian-kejadian yang umumnya Kieso, Weygandt, Warfield
bersifat keuangan termasuk menafsirkan (2002:443) mengatakan bahwa ”
hasil-hasilnya. persediaan (inventory) adalah pos-pos
aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam
Akuntansi Biaya operasi bisnis normal atau barang yang
Akuntansi Biaya adalah bidang akan digunakan atau dikonsumsi dalam
ilmu akuntansi yang mempelajari memproduksi barang yang akan dijual”.
bagaimana cara mencatat, mengukur dan Pendapat Warren, reeve, Fess
pelaporan informasi biaya yang (2005:440) mengatakan persediaan
digunakan. Disamping itu akuntansi adalah ”barang dagang yang disimpan
biaya juga membahas tentang penentuan untuk dijual dalam operasi bisnis
harga pokok dari “suatu produk” yang perusahan, dan bahan yang digunakan
diproduksi dan dijual kepada pemesan dalam proses produksi atau disimpan
maupun untuk pasar, serta untuk untuk tujuan itu”.
persediaan produk yang akan dijual. Persedian menurut Ristono
Menurut Mulyadi (Setyaningrum, (2009:1) adalah “persediaan dapat
2008) akuntansi biaya tradisional dibagi diartikan sebagai barang-barang yang
menjadi dua tipe, yaitu: disimpan untuk digunakan atau dijual
pada masa atau periode yang akan

5
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

datang. Persediaan terdiri dari persediaan a. Eksternal transit stock adalah


bahan baku, persediaan bahan setengah persediaan yang masih berada
jadi dan persediaan barang jadi”. dalam transportasi.
Sedangkan menurut Alexandri b. Internal transit stock adalah
(2009:135) menyatakan bahwa : persediaan yang masih menunggu
“Persediaan adalah suatu aktiva yang untuk proses atau menunggu
meliputi barang-barang milik perusahaan sebelum dipindahkan.
dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha tertentu atau persediaan
barang-barang yang masih dalam 3. Biaya-Biaya Persediaan
pengerjaan atau proses produksi ataupun Ikatan Akuntan Indonesia (2009)
persediaan bahan baku yang menunggu mengatakan bahwa ”biaya persediaan
penggunaannya dalam pengerjaan atau meliputi semua biaya pembelian, biaya
proses produksi ataupun persediaan produksi dan biaya lain-lain yang timbul
bahan baku yang menunggu sampai persediaan berada dalam kondisi
penggunaannya dalam suatu proses siap untuk dijual/dipakai. Biaya
produksi”. persediaan yang sering dikaitkan atau di
artikan sebagai harga pokok penjualan
1. Jenis-Jenis Persediaan dalam perusahaan dagang yaitu biaya
1. Persediaan barang dagang pembelian yang meliputi harga
2. Persediaan manufaktur pembelian, bea masuk/ pajak lainnya,
a. Persediaan bahan baku biaya pengangkutan dan lain-lain”.
b. Persediaan barang dalam proses Adapun yang mempengaruhi biaya
c. Barang jadi pembelian tersebut juga termasuk barang
dalam perjalanan.
2. Persediaan rupa-rupa Penjualan dilakukan dengan dua
Sedangkan Ristono (2009:7) cara:
menjelaskan bahwa pembagian jenis a. Syarat penjualan prangko gudang
persediaan dapat berdasarkan proses FOB (free on board) shipping point,
manufaktur yang dijalani dan hak atas barang dipindahkan kepada
berdasarkan tujuan. Maka persediaan pembeli ketika barang dimuat ke alat
dibagi dalam tiga kategori yaitu: angkut ketika akan diangkut. Dengan
1. Persedian bahan baku dan penolong persyaratan ini maka penerapan atas
2. Persedian bahan setengah jadi pengiriman pada akhir tahun akan
3. Persediaan bahan jadi memerlukan pencatatan penjualan dan
penurunan persediaan dalam penjual.
Pembagian jenis persediaan Dimana hak itu berpindah pada saat
berdasarkan tujuan terdiri dari : pengangkutan, barang-barang dalam
1. Persediaan pengamanan (safety stock) perjalanan akhir tahun harus
Faktor- faktor yang menentukan dimasukkan dalam persediaan
besarnya safety stock : pembeli, meskipun barangnya belum
a. Penggunaan bahan baku rata-rata tiba. Penetapan jumlah barang dalam
b. Faktor lama atau lead time perjalanan pada akhir tahun dilakukan
(procurement time) dengan mengkaji pesanan-pesanan
2. Persediaan antisipasi sebelumnya. yang datang pada awal periode baru.
3. Persediaan dalam pengiriman (transit Catatan pembelian dibiarkan terbuka
stock) yang masih dalam pengiriman, melampaui periode fiskal agar
yaitu : pencatatan barang dalam perjalanan
pada akhir periode dapat dilaksanakan,
atau barang dalam perjalanan dapat

6
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

dicatat dengan menggunakan ayat berjalan dengan lancar. Alasan yang kuat
penyesuaian. untuk menyediakan inventory adalah
b. Jika syarat penjualan pranko gudang untuk hal-hal yang berhubungan dengan
pembeli (FOB) destination, maka skala ekonomi dalam pengadaan dan
penerapan aturan hukum tidak produksi barang, untuk kebutuhan yang
memerlukan pengakuan transaksi berubah-ubah dari waktu ke waktu, untuk
sebelum barang diterima pembeli. fleksibilitas di dalam fasilitas
Dalam hal ini, karena sulit menetukan penjadwalan distribusi barang, untuk
apakah barang-barang telah mencapai spekulasi di dalam harga atau biaya, dan
tujuannya pada akhir tahun atau untuk ketidakpastian tentang waktu
belum, penjual akan lebih suka pesanan perlengkapan dan kebutuhan.
mengabaikan aturan hukum dan 5. Metode Pencatatan Persediaan
menggunakan saat pengangkutan Jumlah pembelian dalam suatu
sebagai dasar pengakuan penjualan periode selalu diakumulasikan dalam
dan penurunan persediaan. sistem akuntansi. Angka harga pokok
penjualan dan persediaan akhir dapat
4. Fungsi dan Tujuan Persediaan ditentukan dalam menggunakan salah
Inventory pada hakikatnya satu dari sistem persediaan Perpetual dan
bertujuan untuk mempertahankan Periodek. Menurut Libby, dan Short
kontinuitas eksistensi suatu perusahaan (2008:334) sebagai berikut :
dengan mencari keuntungan atau laba 1. Dalam sistem persediaan perpetual
perusahaan itu. Caranya adalah dengan perusahaan memiliki detail catatan
memberikan pelayanan yang memuaskan untuk setiap persediaan yang dimiliki.
pelanggan dengan menyediakan barang Catatan tersebut memuat :
yang diminta. a. Unit dan biaya persediaan awal
Fungsi persediaan menurut b. Unit dan biaya setiap pembelian
Rangkuti (2004:15) adalah sebagai c. Unit dan harga pokok penjualan
berikut : untuk setiap penjualan
1. Fungsi Batch Stock atau Lot Size d. Unit dan biaya persediaan yang ada
Inventory Penyimpanan persediaan di tangan pada setiap waktu
dalam jumlah besar dengan 2. Dalam sistem persediaan periodik,
pertimbangan adanya potongan harga tidak ada catatan persediaan. Pada
pada harga pembelian, efisiensi setiap akhir periode perusahaan mesti
produksi karena psoses produksi yang melakukan perhitungan fisik
lama, dan adanya penghematan di persediaan untuk menentukan jumlah
biaya angkutan. persediaan yang masih dimiliki.
2. Fungsi Decoupling Merupakan fungsi
perusahaan untuk mengadakan 6. Kegunaan Persediaan
persediaan decouple, dengan Persediaan yang diadakan mulai
mengadakan pengelompokan dari yang berbentuk bahan mentah,
operasional secara terpisah-pisah. barang setengah jadi sampai dengan
3. Fungsi Antisipasi Merupakan barang jadi menurut Prawirosentono
penyimpanan persediaan bahan yang (2009:74) adalah sebagai berikut :
fungsinya untuk penyelamatan jika 1. Menghilangkan risiko keterlambatan
sampai terjadi keterlambatan datangnya atau bahan yang
datangnya pesanan bahan dari dibutuhkan.
pemasok atau leveransir. 2. Mengurangi risiko penerimaan bahan
baku yang dipesan tetapi tidak sesuai
Tujuan utama adalah untuk dengan pesanan sehingga harus
menjaga proses konversi agar tetap dikembalikan.

7
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

3. Menyimpan barang/bahan yang 2. Sifat teknis dan lamanya proses


dihasilkan secara musiman sehingga produksi.
dapat digunakan seandainyapun 3. Daya tahan produk akhir (faktor
barang/bahan itu tidak tersedia di mode).
pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas proses Pengertian Bahan Baku
produksi perusahaan atau menjamin Salah satu fungsi pokok perusahaan
kelancaran proses produksi. manufaktur adalah fungsi produksi.
5. Upaya penggunaan mesin yang Sebagai fungsi produksi, perusahaan
optimal, karena terhindar dari bertugas mengolah bahan baku menjadi
terhentinya operasi produksi karena produk jadi. Bahan baku adalah barang-
ketidakadaan persediaan. barang yang dibeli perusahaan untuk
6. Memberikan pelayanan kepada digunakan dalam proses produksi (Jusup
pelanggan secara lebih baik. Barang 1999: 408). Pendapat tersebut tidak
cukup tersedia di pasaran, agar ada berbeda jauh dengan pendapat Suadi
setiap waktu diperlukan. Khusus (2000: 64) bahwa bahan baku adalah
untuk barang yang dipesan, barang bahan yang menjadi bagian produk jadi
dapat selesai pada waktunya sesuai dan dapat diidentifikasikan ke produk
dengan yang dijanjikan. jadi. Adapun Syamsudin (2001: 281)
berpendapat serupa dengan Jusup bahwa
7. Perputaran Persediaan bahan baku adalah persediaan yang dibeli
Perputaran persediaan merupakan oleh perusahaan untuk diproses menjadi
berapa kali persediaan akan berputar dan barang setengah jadi dan akhirnya barang
kembali lagi. Perputaran persediaan jadi atau produk akhir dari perusahaan.
merupakan aktivitas perusahaan yang Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
jelas diperlukan dan diperhitungkan, disimpulkan bahwa bahan baku
karena dapat mengetahui efisiensi biaya, merupakan bahan yang dibuat menjadi
juga berguna untuk memperoleh laba barang jadi.
yang besar. Inventory turnover Menurut Stice, Skousen (2011:572)
menunjukkan kemampuan dana yang sebagai berikut : “Bahan Baku adalah
tertanam dalam inventory berputar dalam barang – barang yang dibeli untuk
suatu periode tertentu, atau likuiditas dari digunakan dalam proses produksi”.
inventory dan tendensi untuk adanya Sebagian bahan baku diambil langsung
overstock. dari sumber aslinya. Namun yang lebih
Pengertian perputaran persediaan sering terjadi, bahan baku dibeli dari
menurut beberapa ahli antara lain sebagai perusahaan lain yang merupakan barang
berikut : Menurut Soemarso (2009) jadi dari sisi pemasok.
bahwa : “Perputaran Persediaan
menunjukkan berapa kali (secara rata- 1. Penentuan Kebutuhan Bahan Baku
rata) persediaan barang dijual dan diganti Setelah kebutuhan bahan baku
selama satu periode”. Sedangkan untuk proses produksi diprediksi atau
menurut Jumingan (2008:128) diperkirakan, manajemen perusahaan
menjelaskan bahwa: “Perputaran perlu mengambil keputusan untuk
Persediaan menunjukkan barang dijual menentukan jumlah bahan baku yang
dan diadakan kembali selama satu harus dibeli dan kapan harus dilakukan
periode akuntansi”. pembelian. Agar pengambilan keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen tentang jumlah bahan baku
perputaran persediaaan sebagai berikut: yang harus dibeli dan kapan harus
1. Tingkat penjualan. membeli tepat, dapat digunakan
perhitungan pembelian optimal dengan

8
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

metode Economical Order Quantity Fungsi pembelian bahan baku


(EOQ). merupakan bagian fungsi
pembelian yang berfungsi
2. Persediaan Bahan Baku memenuhi kebutuhan operasi
Penyediaan bahan baku yang cukup perusahaan. Pembelian bahan baku
untuk proses produksi dapat dilakukan merupakan tanggung jawab fungsi
dengan mengadakan pembelian- pembelian untuk mengadakan
pembelian bahan baku selama proses bahan dengan murah, kualitas baik,
produksi berlangsung. Tersedianya bahan dan tersedia tepat waktu
baku yang cukup merupakan faktor (Sulastiningsih dan Zulkifli 1999:
penting guna menjamin kelancaran 144).
proses produksi. Adapun persediaan atau
pembelian bahan baku dapat dilakukan Laba bersih
dengan cara berikut : Pengertian laba menurut Harahap
1. Jumlah seluruh kebutuhan bahan baku (2008:113) “kelebihan penghasilan diatas
selama setahun dibeli sekaligus dan biaya selama satu periode akuntansi”.
disimpan di gudang. Setiap kali bagian Sementara pengertian laba yang dianut
produksi membutuhkan bahan baku oleh struktur akuntansi sekarang ini
untuk proses produksi, bahan baku adalah selisih pengukuran pendapatan
dapat diambil dari gudang. dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai
2. Kebutuhan bahan baku dibeli secara pengukur kenaikan sangat bergantung
berkali-kali dalam jumlah yang kecil. pada ketepatan pengukuran pendapatan
Dengan cara ini, proses produksi dapat dan biaya.
terganggu karena bisa terjadi Menurut PSAK Nomor 1 informasi
keterlambatan dalam pembelian bahan laba diperlukan untuk menilai perubahan
baku. Meskipun demikian, cara ini potensi sumberdaya ekonomis yang
juga memiliki keuntungan, yaitu biaya mungkin dapat dikendalikan di masa
penyimpanan dibebankan pada depan menghasilkan arus kas dari sumber
leveransir/pemasok bahan baku daya yang ada, dan untuk perumusan
(Sukamto dan Indriyo 1993: 200). pertimbangan tentang efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan
3. Pembelian Bahan Baku tambahan sumber daya (IAI 2007).
a. Pengertian Pembelian Bahan Baku Laba yang dipublikasikan dapat
Dalam perusahaan manufaktur, memberi respon yang bervariasi, yang
Pembelian bahan baku biasanya menunjukkan adanya reaksi pasar
dilakukan oleh departemen terhadap informasi laba (Cho dan Jung
pembelian dalam perusahaan besar 1991).
dan dalam perusahaan yang lebih Laporan laba bersih (Net Income
kecil, para kepala departemen atau /Net Earning statement) menjadi bahan
penyelia memiliki wewenang untuk kajian yang sangat penting untuk
membeli bahan baku sesuai dengan menganalisis kinerja perusahaan yang
kebutuhan (Carter 2009: 303). terdaftar dalam bursa saham. Analisis
b. Aktivitas Pembelian Bahan Baku fundamental menggunakan laba bersih
Prosedur pembelian sebaiknya untuk memperkirakan apakah sebuah
tertulis guna menetapkan tanggung saham perusahaan layak dibeli. Asumsi
jawab dan sekaligus menyediakan yang digunakan kemudian adalah bahwa
informasi mengenai penggunaan data akuntansi tersebut menggambarkan
akhir bahan baku yang dipesan nilai pengaruh laba fundametal
(Carter 2009:303). perusahaan dan arah perubahannya, maka
c. Fungsi Pembelian Bahan Baku seharusnya informasi akuntansi tersebut

9
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

berdampak terhadap saham perusahaan Menurut Angkoso (2006)


(Beaver dkk. 1997). menyebutkan bahwa pertumbuhan laba
Namun jika aktual laba bersih lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
rendah dari ekspektasi seringkali lain:
menyebabkan penurunan harga saham. 1. Besarnya perusahaan. Semakin besar
Sebaliknya jika ekspektasi para investor suatu perusahaan, maka ketepatan
di bursa didominasi oleh penurunan laba pertumbuhan laba yang diharapkan
bersih perusahaan maka umumnya diikuti semakin tinggi.
oleh penurunan harga saham. Namun jika 2. Umur perusahaan. Perusahaan yang
hal tersebut tidak terjadi maka akan baru berdiri kurang memiliki
diikuti oleh kenaikan harga saham (Peavy pengalaman dalam mengingkatkan
1983 dalam Manurung 2002). Bernard laba, sehingga ketepatannya masih
(1994) dalam penelitian yang dilakukan rendah.
terhadap perusahaan yang terdaftar di 3. Tingkat leverage. Bila perusahaan
bursa di Amerika Serikat dan selanjutnya memiliki tingkat hutang yang tinggi,
penelitian King dan Langli (1998) di maka manajer cenderung
beberapa negara Eropa secara konsisten memanipulasi laba sehingga dapat
menunjukkan bahwa laba bersih mengurangi ketepatan pertumbuhan
memiliki pengaruh yang siginifikan laba.
terhadap pergerakan harga saham. 4. Tingkat penjualan. Tingkat penjualan
Penelitian selanjutnya yang dilakukan di masa lalu yang tinggi, semakin
oleh Graham dan King (2000) dengan tinggi tingkat penjualan di masa yang
menggunakan panel data dan cross akan datang sehingga pertumbuhan
section regression dengan jangka waktu laba semakin tinggi.
penelitian dari tahun 1980-1990 5. Perubahan laba masa lalu. Semakin
menemukan hal yang konsisten dengan besar perubahan laba masa lalu,
penelitian-penelitian sebelumnya. semakin tidak pasti laba yang
Menurut pandangan teori agensi diperoleh di masa mendatang.
(Jensen dan Meckling 1976 dalam Ross
dkk 2007), laba sangat rentan dengan Laba Operasional
intervensi manajemen. Laba bukan Menurut Bambang Riyanto (2001
sesuatu yang unik, karena tergantung : 30), Laba operasi atau laba usaha
pada prinsisp dan asumsi akuntansi yang merupakan selisih antara laba bruto dan
digunakan. Manajemen dalam perspektif biaya usaha atau selisih antara hasil
oportunistik memilih kebijakan akuntansi penjualan bersih dengan harga pokok
untuk mengoptimalkan kepentingannya. penjualan dan biaya operasi. Jadi, laba
Sedangkan dalam perspektif efficient operasi merupakan pendapatan bersih
contracting, manajemen akan memilih dari operasi yang dilakukan. Laba bersih
kebijakan akuntansi yang dapat operasi, yaitu laba yang diperoleh
mengoptimalkan nilai perusahaannya. semata-mata dari hasil aktivitas
Menurut Subramanyam dan Wild operasional perusahaan sehari-hari, yang
(2009) Menyebutkan bahwa Persediaan merupakan hasil yang diperoleh dari hasil
harus diperhatikan karena merupakan penjualan setelah dikurangi semua biaya
komponen utama dari aktiva operasi dan yang terjadi selama suatu periode tertentu
langsung mempengaruhi laba. Dalam sebelum dikenakan beban bunga dan
melakukan penilaian terhadap persediaan pajak.
menggunakan asumsi atau metode
tertentu. Di mana setiap metode atau
asumsi tertentu dapat berpengaruh
penyajian laporan keuangan.

10
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

METODE PENELITIAN pengumpulan data melalui


wawancara.
Waktu dan Lokasi Penelitian 2. Teknik penelitian kepustakaan
Penelitian dilakukan di PT. melalui buku teks atau literatur dan
Yokogawa Indonesia yang bergerak dokumen, misalnya company profile.
dalam bidang teknologi sistem kontrol, 3. Wawancara, teknik ini dilakukan
instrumentasi dan informasi dengan data- dengan mengajukan sejumlah
data tahun 2011-2013, perusahaan ini pertanyaan kepada pihak yang
berlamat di Wisma Aldiron Dirgantara berkepentingan di perusahaan.
2nd Floor Suite No. 202-209 Jl. Jend.
Gatot Subroto Kav. 72 Jakarta 12780. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan
Varibel Bebas Persediaan Bahan baku dengan mengunakan beberapa uji
Variabel bebas persediaan bahan data/sampel yang digunakan, yaitu: Uji
baku yang dimaksud dalam variabel ini Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji
adalah nilai persediaan bahan baku yang Heteroskedastisitas, dan Uji
merupakan nilai Inventory-Work in Autokorelasi. Keseluruhan pengujian
Progress dalam laporan keuangan, yang tersebut dilakukan dengan mengunakan
diperoleh setiap bulannya selama periode SPSS versi 20 untuk memudahkan dan
2011-2013. Variabel ini dinyatakan menghasilkan data yang lebih akurat.
dengan notasi X.
1. Normalitas Data: Uji K-S
Variabel Terikat Laba Bersih Pengujian normalitas untuk
Variabel terikat laba bersih adalah mengetahui peenyebaran data, sehingga
nilai laba bersih yang dimiliki perusahaan diketahui apakah sebaran data
setiap bulannya yaitu laba dari penjualan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian
setelah dipotong biaya-biaya dan pajak. Normalitas data dengan mengunakan
model uji Kolmogorov-Smimov (K-S
Sampel Penelitian atau D-hitung). Untuk memudahkan dan
Jumlah sampel yang diambil menghasilkan keakuratan data/analisis
berdasarkan kriteria penggunaan analisis maka perhitungan dilakukan dengan
regresi sederhana minimal 15 sampai 20 mengunakan komputer program SPSS
data observasi untuk setiap variabel versi 20 .
bebas (Hair, at.all, 1989:166). Sumber kriteria dari pengujian, yaitu:
data untuk penulisan ini menggunakan a. Apabila nilai K-S hitung atau D-
laporan keuangan sebagai sampel yang hitung lebih besar dari K-S tabel atau
diambil selama tiga tahun berturut-turut D-tabel, maka data dinyatakan
(tahun 2011-2013). Berdasarkan data berdistribusi normal.
bulanan, maka diperoleh jumlah b. Sebaliknya apabila nilai K-S hitung
sebanyak 36 data. lebih kecil dari K-S tabel maka data
tidak berdistribusi normal.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam 2. Pengujian Multikolinearitas
penulisan ini terkait dengan kedua Pengujian ada tidaknya kolinearitas
variabel yang diteliti, yaitu data yang yaitu dengan melihat apakah koefisien
dikumpulkan dengan teknik: korelasi antar variabel bebas lebih kecil
1. Teknik penelitian lapangan yaitu dari 0,05 sehingga apabila koefisien
melakukan kunjungan langsung ke korelasi antar variabel lebih besar dari
lapangan dengan mengunakan alat 0,05 maka persamaan regresi yang
terbentuk terdapat multikolinearitas.

11
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

Apabila terjadi demikian, maka salah Model Persamaan Regresi


satu variabel perlu dikeluarkan atau tidak Rancangan dalam penulisan ini,
digunakan. mengunakan model penelitian empirik
yang dilakukan dengan metode
3. Pengujian Autokorelasi dengan uji korelasional. Penggunakan metode ini
Durbin-Watson adalah untuk mengetahui hubungan dan
Pengujian Durbin-Watson utuk pengaruh antara variabel bebas dengan
mendekteksi apakah terdapat gejala variabel terikat, yang dapat ditulis dalm
autokorelasi antar variabel yang di bentuk persamaan fungsi sebagai berikut:
analisis dalam model regresi. Model yang Yi=f(Xn).
baik, yaitu apabila taksiran parameter Analisis data dilakukan dengan
dalam model bersifat BLUE (Best Linear mengunakan statistik regresi multiple
Unblased Estimator), yaitu tidak ada dengan persamaan regresi sebagai
korelasi antar variabel. Ketentuan berikut:
pengujian, yaitu membandingan nilai d
yang dihitung dengan nilai dL dan dv Y = a + bX....... e
dari tabel. Pengujian dapat pula dilihat Keterangan:
dari nilai koefisien autokorelasi (p) yaitu Y = Laba Bersih
antara -1:;p =:;1; sehingga 0=:;d=:;4, X = Persediaan Bahan Baku
artinya: pada saat p=0, d=2 yang berarti a = Konstanta
tidak ada korelasi, bila p=1, d=0 berarti b = Koefisien korelasi
ada korelasi positif dan bila p=-1, d=4, e = error
berarti ada korelasi negatif.
Koefisien Korelasi dan Determinasi
4. Pengujian Heteroskedastisitas Untuk mengetahui kuat atau
Pengujian ini dilakukan untuk tidaknya hubungan antara variabel bebas
menguji apakah model persamaan X (independent variable) dengan vriabel
terbentuk secara BLUE (Best Linear terikat Y (dependent variable) dihitung
Unblased Estimator) atau tidak. Dimana dengan analisis statistik koefisien
model yang baik adalah memenuhi korelasi linear sederhana (R). Besarnya
asumsi kesamaan varian koefisien korelasi linear antara 0 sampai
(homoskedastisitas) dari residual, yaitu dengan 1, yaitu bila antara dua variabel
varian dari residual tersebut dari satu nilai R = 0, berarti antara dua variabel
pengamatan ke pengamatan lainnya tidak ada hubungan. Apabila dua buah
tetap/sama. Dalam penulisan ini, variabel mempunyai nilai R = 1, maka
pengujian heteroskedastisitas yaitu dua variabel tersebut mempunyai
dengan melihat pola data berupa titik- hubungan sempurna. Semakin tinggi nilai
titik yang terdapat dalam suatu plot R, yaitu semakin mendekati, maka
sumbu X dan Y. Ketentuan pengujian, tingkat keeratan hubungan antara dua
yaitu dengan melihat penyebaran pola variabel semakin tinggi, dan sebaliknya.
data yang terjadi, yaitu apabila terdapat Sedangkan besarnya
suatu pola tertentu secara teratur pengaruh dari variabel bebas terhadap
(misalnya bergelombang, melebar variabel terikat dapat diketahui dari
kemudian menyempit) maka telah terjadi besarnya koefisien determinasi (R²).
heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila Dimana angka koefisien dinyatakan
data berupa titik-titik tidak ada pola jelas, dalam persentase (%). Itu berarti semakin
dan pola menyebar diatas dan di bawah besar nilainya, maka menunjukan
angka 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak semakin besarnya pengaruh dari variabel
terjadi heteroskedastisitas. bebas secara bersama-sama.

12
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

Pengujian Hipotesis lebih kecil dari t-tabel (t-hitung < t-tabel)


1. Pengujian Hipotesis dengan Uji F maka Ho diterima artinya tidak ada
Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan antara variabel X dan variabel
koefisien regresi linear sederhana, Y
dapat digunakan pengujian F test,
yaitu dengan membandingkan antara
besarnya F hitung dengan F tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk masing-masing nilai F,
ketentuannya adalah sebagai berikut: Data Variabel Penelitian
a. F hitung > F tabel , maka Ho Berdasarkan data laporan keuangan
ditolak. pada lampiran 1 dapat dilihat nilai
Artinya koefisien b dalam persediaan bahan baku dan laba bersih
persamaan regresi linear sederhana yang diperoleh perusahaan selama tiga
adalah tidak sama dengan nol, tahun (periode 2011-2013) dengan
sehingga persamaan garis regresi menggunakan nilai mata uang dalam US
linear adalah benar ataau diterima. Dollar (USD), data variabel dapat
b. F hitung > F tabel, maka Ho dijelaskan secara ringkas sebagai berikut
diterima. :
Artinya koefisien b dalam 1. Persediaan Bahan Baku
persamaan regresi linear sederhana Nilai persediaan bahan baku yang
adalah sama dengan nol, sehingga digunakan dalam penulisan ini diperoleh
persamaaan garis regresi linear dari laporan keuangan PT. Yokogawa
adalah tidak diterima atau ditolak. Indonesia per bulannya selama periode
Atau dapat dikatakan bahwa 2011-2013 yang dijadikan sampel dan
variabel bebas X tidak mempunyai berjumlah 36 data. Nilai tersebut
pengaruh yang signifikan terhadap merupakan nilai Inventory-Work in
variabel terikat Y. Progress yaitu barang-barang project
2. Pengujian Hipotesis atas Koefisien customer yang belum selesai diproses
Regresi dengan Uji t oleh pihak Yokogawa, sehingga masih
Selain mengunakan pengujian ada di gudang Yokogawa. Berikut ini
tersebut, juga dilakukan pengujian disajikan tabel dan grafik yang berisikan
dengan t-test ini dimaksudkan untuk nilai persedian bahan baku periode 2011-
mengetahui pengaruh dari masing- 2013 :
masing (parsial) variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Pembuktian hipotesis dalam penelitian
ini, dilakukan uji hipotesis atas
koefisien korelasi, dengan
membandingkan nilai t-test dengan t-
tabel pada level confident 0,05 (α =
5%). Pengujian t-test ditentukan
dengan rumusan sebagai berikut:

Kriteria penentuan pengujian


adalah apabila nilai t-hitung lebih besar
dari nilai t-tabel (t-hitung > t-tabel) maka
Ho ditolak, sebaliknya bila nilai t-hitung

13
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

Tabel 1. periode 2011-2013 yang dijadikan


Data Deskriptif Persediaan Bahan Baku sampel dan berjumlah 36 data. Berikut
ini disajikan tabel dan grafik yang
berisikan nilai laba bersih periode 2011-
2013 :
Tabel 2.
Data Deskriptif Laba Bersih

Gambar 2
Grafik Laba Bersih

Gambar 1 Dari hasil tabel 2 dan gambar 2


Grafik Persediaan Bahan Baku
terlihat nilai laba bersih cenderung
Pada tabel dan grafik diatas terlihat
meningkat setiap bulannya, walau setiap
nilai persediaan bahan baku dari Januari
bulan april nilai laba terlihat menurun
sampai Desember tiap tahunnya naik
drastis, itu dikarenakan bulan april
turun. Pada akhir tahun 2011 persediaan
merupakan awal bulan fiskal. Namun
bahan baku bernilai USD 8,479.76,
secara keseluruhan laba bersih PT.
kemudian meningkat di akhir tahun 2012
Yokogawa Indonesia mengalami
menjadi sebesar USD 98,121.73, dan
peningkatan dari tahun ke tahun selama
menurun cukup jauh menjadi sebesar
2011-2013. Dari posisi USD
USD 31,224.17. Seperti telah dijelaskan
1,060,601.97 di akhir tahun 2011
di atas naik turunnya nilai tersebut
meningkat menjadi USD 1,758,887.04 di
dipengaruhi oleh belum atau sudah
akhir tahun 2012 dan kembali mengalami
selesainya barang project customer yang
kenaikan di akhir tahun 2013 menjadi
sedang dikerjakan oleh pihak yokogawa.
sebesar USD 2,105,986.61.
2. Laba Bersih
Analisis Deskriptif Data Penulisan
Laba bersih yang digunakan
Dengan menggunakan Program
diperoleh dari laporan Laba Rugi PT.
SPSS versi 20, data penulisan persediaan
Yokogawa Indonesia yaitu nilai laba
bahan baku dan laba bersih yang
setelah dipotong pajak (Net Profit after
bersumber dari data laporan keuangan
Tax). Data tersebut adalah data selama
selama 3 tahun, dapat diolah sehingga

14
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

menghasilkan nilai maksimum, nilai Tabel 4


minumum dan nilai rata-rata (mean) Hasil Uji Normalitas Data
dalam Analisis Deskriptif.
Analisis deskriptif dengan hasil
output variabel bebas persediaan bahan
baku (X) dengan sebuah variabel terikat
yaitu laba bersih (Y), di deskripsikan
sebagai berikut :
Tabel 3
Analisis Deskriptif
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Ketentuan pengujian normalitas


data yaitu dengan melihat besarnya nilai
K-S hitung yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan besarnya nilai K-S
tabel, dengan ketentuan bahwa :
Pada Tabel 3. dengan jumlah
a. Apabila nilai K-S hitung > nilai K-S
sampel (N) sebanyak 36 data, hasil
tabel, maka data dinyatakan
analisis statistik deskriptif
terdistribusi normal atau dengan kata
memperlihatkan bahwa nilai rata-rata
lain jika probabilitas (Asymp. Sig.
(mean) variabel terikat Y (Laba Bersih)
(2-tailed)  α) > 0,05, maka data
adalah 1.032.532,70 dengan simpangan
terdistribusi dengan normal.
baku (Std. Deviation) sebesar
b. Apabila nilai K-S hitung < nilai K-S
778.540,95. Nilai rata-rata (mean) laba
tabel, maka data dinyatakan tidak
bersih yang menunjukkan nilai positif
terdistribusi normal atau dengan kata
disebabkan oleh karena sejauh ini setiap
lain jika probabilitas (Asymp. Sig.
bulan nilai laba bersih mengalami
(2-tailed)  α) > 0,05, maka data
peningkatan. Sedangkan hasil analisis
tidak terdistribusi dengan normal.
statistik deskriptif nilai rata-rata (mean)
untuk variabel bebas X (Persediaan
Berdasarkan hasil hitung pada tabel
Bahan Baku) adalah 77.688,17 dengan
4 dan nilai K-S tabel sebesar 0,1783
simpangan baku (Std. Deviation) sebesar
maka hasil uji normalitas diatas dapat
90.929,53.
dijelaskan sebagai berikut :
Analisis Statistik
a. Variabel Persediaan Bahan Baku
Pengujian Asumsi Klasik
dengan pengujian probabilitas
1. Uji Normalitas Data
diperoleh nilai 0,157 > 0,05 atau
Untuk melakukan uji statistik
dengan uji nilai K-S hitung
langkah awal yang harus dilakukan
sebesar 1,128 > 0,1783 maka Ho
adalah dengan screening terhadap data
diterima yaitu berarti data
yang akan diolah. Salah satu asumsi
dinyatakan terdistribusi normal.
penggunaan statistika parametik adalah
b. Variabel Laba Bersih dengan
asumsi multivariate normality.
pengujian probabilitas diperoleh
Multivariate normality merupakan
nilai 0,838 > 0,05 atau dengan uji
asumsi bahwa setiap variabel dan semua
nilai K-S hitung sebesar 0,619 >
kombinasi linear dari variabel distribusi
0,1783 maka Ho diterima yang
normal. Uji normalitas data dapat diuji
berarti data dinyatakan
dengan menggunakan uji statistik
terdistribusi normal.
Kolmogorov-Smirnov (K-S), dengan
hasil pada Tabel 4 :

15
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

Berdasarkan hasil perhitungan dan Tabel 6


penjelasan diatas, maka dapat diketahui Hasil Uji Multikolinearitas
bahwa data yang digunakan dalam
analisis ini adalah data/sampel yang
diambil dari data yang terdistribusi
normal. Hal ini diketahui bahwa nilai K-
S hitung kedua variabel yang dijadikan
sampel memiliki nilai yang lebih besar Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
dari nilai K-S tabel (α > 0,05). Tabel 7
Hasil Uji Multikolinearitas
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas. Model regresi yang baik
sebaiknya tidak terjadi korelasi di antara
variabel terikat. Untuk mendeteksi ada Sumber : Hasil Pengolehan SPSS
atau tidaknya multikolinearitas dalam Berdasarkan hasil analisis pada
model regresi dapat dengan cara : Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7, dapat
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu dilihat besaran korelasi antar variabel
estimasi model empiris sangat tinggi, bebas tampak bahwa variabel Persediaan
tetapi biasanya variabel-variabel Bahan Baku memiliki nilai 1,000 yang
bebas banyak yang tidak signifikan menunjukkan korelasi yang cukup tinggi
terhadap variabel terikatnya. namun masih dapat dikatakan tidak
b. Dengan melihat batas tolerance yang terjadi multikolinieritas serius (Tabel 5).
memiliki nilai kurang dari 0,10 yang Kemudian nilai Tolerance sebesar 1,000
berarti tidak ada korelasi antar yang menunjukkan tidak ada korelasi
variabel bebas. Kemudian dari nilai antar variabel bebas. Selain itu hasil
VIF (Variance Inflation Factor) juga perhitungan VIF (Variance Inflation
menunjukkan hal yang sama yaitu Factor) juga menunjukkan hasil yang
tidak adanya penyakit sama, yaitu tidak ada satu variabel bebas
multikolinearitas dengan nilai VIF > yang memiliki nilai VIF > 10. Jadi tidak
10. ada multikolinearitas antar variabel bebas
c. Selain itu dari output SPSS juga bisa dalam model regresi. Dan nilai CI
dilihat nilai CI (Condition Index). (Condition Index) yang dihasilkan untuk
Jika nilai CI > 30 maka dalam model masing-masing variabel bebas adalah
terdapat penyimpangan Asumsi kurang dari 30, maka variabel bebas tidak
Klasik Multikolinearitas. terjangkit penyakit multikolinearitas
(Tabel 7).
Berikut hasil uji multikolinearitas :
3. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5
Hasil Uji Multikolinearitas Uji ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi yang
terbentuk terjadi ketidaksamaan varian
dari residual model regresi. Model
regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak
heteroskedastisitas atau dengan kata lain
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS apakah dalam suatu model persamaan
tersebut terbentuk secara BLUE (Best

16
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

Linear Unbiased Estimator) atau tidak. Pengujian atau pemeriksaan atas


Suatu data digolongkan ada atau tidaknya gejala
homoskedastisitas jika varian dari heteroskedastisitas dilakukan dengan
residual satu pengamatan ke pengamatan melihat pola tertentu yang terbentuk pada
yang lain cenderung tetap dan jika grafik diatas, dimana sumbu X adalah
hasilnya berbeda maka disebut sumbu Y yang telah diprediksi dan
heteroskedastisitas. sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
Dalam penulisan ini, pengujian sesungguhnya).
heteroskedastisitas dilakukan dengan Berdasarkan hasil analisis yang
menggunakan grafik scatterplot, yaitu diperlihatkan pada grafik 4.3 terlihat
dengan melihat pola data berupa titik- titik-titik yang tidak membentuk sebuah
titik yang terdapat dalam suatu plot pola tertentu yang jelas, serta tersebar
sumbu X dan Y. Ketentuannya adalah baik diatas maupun dibawah angka 0
jika terdapat suatu pola tertentu yang (nol) pada sumbu koordinat Y. Hal ini
teratur (bergelombang, melebar berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
kemudian menyempit maka telah terjadi pada model regresi, sehingga model
heteroskedastisitas dalam model regresi regresi layak dipakai untuk memprediksi
tersebut. Sebaliknya apabila data yang laba bersih berdasarkan peningkatan
dihasilkan berupa titik-titik dengan pola variabel bebasnya yaitu persediaan bahan
yang tidak jelas dan menyebar diatas dan baku.
dibawah 0 (nol) pada sumbu Y maka
tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi
Pengambilan keputusan dari hasil Uji autokorelasi bertujuan menguji
pengujian berdasarkan : apakah dalam model regresi linear
a. Jika terbentuk pola tertentu, seperti terdapat korelasi antara kesalahan
titik-titik yang membentuk pola yang pengganggu pada periode sekarang (t)
teratur (bergelombang, melebar dengan kesalahan pengganggu pada
kemudian menyempit), maka telah periode sebelumnya (t-1). Jika adanya
terjadi heteroskedastisitas pada model korelasi maka ada pula penyakit
pengujian tersebut. autokorelasi. Masalah ini disebabkan
b. Jika tidak terbentuk pola yang jelas karena residual (kesalahan pengganggu)
dan titik-titik menyebar diatas dan tidak bebas dari satu observasi ke
dibawah 0 (nol) sumbu Y, maka tidak observasi lainnya. Apabila pada salah
terjadi heteroskedastisitas. satu terdapat gangguan maka cenderug
mempengaruhi gangguan untuk periode
berikutnya.
Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi, slah satunya dalam
penulisan ini dilakukan dengan metode
Durbin-Watson (DW Test). Metode ini
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu
dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi. Model
yang baik adalah jika taksiran parameter
bersifat BLUE (Best Linear Unbiased
Gambar 3 Estimator), yaitu tidak ada korelasi antar
Grafik Uji Heteroskedastisitas variabel. Hipotesis yang akan diuji
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS adalah :

17
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

H0 = tidak adanya autokorelasi 20, memberikan output (keluaran) berupa


H1 = adanya autokorelasi tabel.
Pengolahan data secara statistik
Berikut pengambilan keputusan terhadap rasio-rasio keuangan
autokorelasi : menghasilkan output (keluaran) korelasi-
a. Jika dl ≤ d ≤ du, berarti tidak ada regresi, sebagai berikut :
autokorelasi positif.
b. Jika 4du ≤ d ≤ 4-dl, berarti tidak ada Pearson Correlation
autokorelasi negatif. Bertujuan untuk menguji ada
c. Jika du < d < 4-dl, berarti tidak ada tidaknya hubungan antara variabel yang
autokorelasi baik positif dan negatif. satu dengan variabel lainnya. Dalam
pengujian ini yang diperhatikan adalah
Tabel 8 arah (positif atau negatif) dan besarnya
Uji Autokorelasi hubungan (kekuatan). Koefisien korelasi
mempunyai harga -1 atau +1 (bergerak
dari nol hingga 1, maka semakin besar
atau kuat hubungan variabel atau
sempurna = 1). Sebaliknya semakin
mendekati nol (0) maka semakin lemah
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS atau kecil hubungan antar variabel yang
Berdasarkan Tabel 8, nilai DW diuji. Hasil pengolahan data untuk nilai
sebesar 0,866 yang kemudian nilai ini Pearson Correlation masing-masing
akan dibandingkan dengan nilai tabel variabel bebas X dan variabel terikat Y
menggunakan signifikan (α) 5%, jumlah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
sampel (n) 36 buah dan jumlah variabel
bebas (k) 1 buah, maka dalam tabel Tabel 9
Hasil pengolahan data untuk nilai Pearson
Durbin-Watson akan didapatkan nilai du Correlation
sebesar 1,5245 dan nilai dl sebesar
1,4107. Oleh karena nilai DW yang
dihasilkan yaitu 0,866 lebih kecil dari
nilai du dan kurang dari nilai dl, dengan
kata lain du > dw < dl (1,5245 > 0,866 <
1,4107). Sehingga hasil dari pengujian
menyatakan bahwa ada keputusan yang
dapat diambil tentang adanya Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
autokorelasi atau dengan kata lain
diketahui ada gejala autokorelasi atau Berdasarkan hasil Tabel 9 dapat
adanya gejala korelasi antara variabel. dilihat bahwa terdapat hubungan antara
Persediaan Bahan Baku dan Laba Bersih
Analisis Regresi yang nilainya sebesar 0,103 (10,3%)
Analisis regresi dengan data hasil dengan sifat korelasi negatif dimana
perhitungan laporan keuangan yang semakin besar nilai Persediaan Bahan
mengkhususkan pada nilai persediaan Baku (yang disini merupakan Inventory-
bahan baku dan laba bersih selama tiga Work in Progress) maka nilai Laba
tahun (2011-2013) memiliki jumlah data Bersih akan semakin kecil. Nilai
sebanyak 36 sampel. Hubungan variabel signifikan 0,550 berarti hubungan
bebas persediaan bahan baku (X) dengan tersebut signifikan atau diterima pada
variabel terikat laba bersih (Y), yang probabilitas 5%.
diolah menggunakan program SPSS versi

18
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

bersama-sama terhadap variabel terikat.


Koefisien Determinasi Berikut hasil analisa F hitung pada tabel
Koefisien determinasi (R2) pada ANOVA dengan menggunakan program
intinya mengukur seberapa jauh SPSS 20 :
kemampuan model dalam variasi variabel Tabel 11
terikat. Bila nilai (R2) kecil berarti
kemampuan variabel-variabel bebas
dalam menjelaskan variasi variabel
sangat terbatas. Atau dengan kata lain
koefisien determinasi (R2) menunjukkan
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
kekuatan dan pengaruh hubungan
variabel bebas X dengan variabel Y.
Tabel ANOVA diatas dapat
Tabel 10
menggambarkan pengambilan keputusan
sebagai berikut :
1. Jika F hitung > F tabel, memiliki
pengaruh yang signifikan dan Ho
ditolak.
2. Jika F hitung < F tabel, tidak
memiliki pengaruh signifikan dan
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Ho diterima.

Berdasarkan hasil analisis pada Dari Tabel 11, diketahui besarnya


Tabel 10, diketahui besarnya angka dari nilai F hitung sebesar 0,365, selain nilai F
koefisien korelasi (R) adalah 0,103, hitung diketahui pula nilai degree of
dengan demikian dapat diketahui bahwa freedom atau derajat kebebasan (df),
terdapat hubungan atau korelasi yang maka dapat dicari besarnya nilai F tabel
positif (searah) antara variabel bebas X pada tingkat signifikasi 5% (α = 0,05)
yaitu persediaan bahan baku dengan yaitu sebesar 4,130. Dengan
variabel terikatnya laba bersih. membandingkan nilai F hitung dengan F
Sedangkan koefisien determinasi tabel, maka hipotesis Ho akan diterima
(R Square) besarnya 0,011 dan angka ini karena F hitung memiliki nilai yang lebih
memberikan pengertian bahwa variasi kecil dari pada F tabel (0,365 < 4,130)
perubahan dari variabel bebas persediaan yang berarti variabel bebas X persediaan
bahan baku (X) terhadap variasi bahan baku tidak memiliki pengaruh
perubahan perubahan variabel terikat yang signifikan terhadap variabel
laba bersih (Y) adalah sebesar 1,1% dan terikatnya Y yaitu laba bersih.
sisanya sebesar 98,9% merupakan
pengaruh variasi perubahan variabel Koefisien Korelasi dan Uji T
lainnya yang tidak diteliti misalnya rasio- Uji T digunakan untuk menguji
rasio keuangan yaitu current ratio, apakah nilai tertentu berbeda secara
inventory turnover, account receivable signifikan atau tidak dengan rata-rata
turnover, quick ratio, cash ratio, fixed sebuah sampel (hubungan antara variabel
assets turnover, dan lain-lain. terikat dan variabel bebas). Hasil
pengolahan dengan SPSS versi 20,
Analysis of Varians (ANOVA) didapat nilai koefisien dan t-statistik
Analysis of Varians (ANOVA) varibel bebas X sebagai berikut :
digunakan untuk menguji apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara

19
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

Tabel 12
Y = a + bX........ e
Y = 1.101.080,29 -0,882 X........ e
t-stat = (-0,604)

Berdasarkan persamaan garis


regresi yang terbentuk, maka dapat
Sumber : Hasil Pengolahann SPSS diketahui besarnya nilai intersep (bo) dan
nilai koefisien bX dari variabel X,
Tabel Coefficientsa 12 dapat sedangkan angka-angka yang berada
menggambarkan pengambilan keputusan dibawah persamaan adalah nilai T-hitung
sebagai berikut : hasil analisa terdapat kolom t pada tabel
1. Jika T hitung > T tabel, memiliki 4.12. Selanjutnya besaran nilai
pengaruh yang signifikan dan Ho persamaan yang terbentuk dapat
ditolak. dijelaskan bahwa besarnya nilai dari
2. Jika T hitung < T tabel, tidak konstanta (intersep) bo sebesar
memiliki pengaruh signifikan dan 1.101.080,29 berarti laba bersih
Ho diterima. meningkat sebesar 1.101.080,29 satuan
apabila variabel bebas X yang diteliti
Dari hasil tabel Coefficientsa 4.12, nilainya sama dengan 0 (nol). Untuk
dapat diketahui nilai T hitung untuk koefisien regresi b1 dari variabel bebas
variabel persediaan bahan baku adalah - X1 sebesar -0,882, yang berarti apabila
0,604. Nilai negatif menunjukkan bahwa persediaan bahan baku naik 1% maka
persediaan bahan baku memberi arah laba bersih perusahaan akan mengalami
yang negatif bagi kenaikan laba bersih penurunan sebesar 0,882 satuan dengan
yang diperoleh perusahaan. asumsi variabel bebas lainnya bernilai
Pengujian T hitung dilanjutkan konstan atau tetap.
dengan membandingkan nilai T hitung
dengan T tabel. T tabel diperoleh dengan
cara ketentuan degree of freedom atau PENUTUP
derajat kebebasan (df) dengan ketentuan
n-2 = 36-2 = 34 pada tingkat signifikasi Kesimpulan
5% (α = 0,05) yaitu sebesar 2,032. 1. Hasil perhitungan analisis statistik
Dengan membandingkan nilai T hitung persediaan bahan baku, dapat
dengan T tabel, maka hipotesis Ho akan diketahui bahwa terdapat hubungan
diterima karena T hitung memiliki nilai antara variabel bebas X dan variabel
yang lebih kecil dari pada T tabel (0,604 terikatnya Y. Kekuatan hubungan
< 2,032) yang berarti variabel bebas X (korelasi) yang positif (searah)
persediaan bahan baku tidak memiliki antara persediaan bahan baku
pengaruh yang kuat atau signifikan sebagai variabel bebas dengan laba
terhadap peningkatan variabel terikatnya bersih sebagai variabel terikat yang
Y yaitu laba bersih. dapat diketahui dari besarnya nilai
koefisien korelasi (R) yang
Persamaan Garis Regresi dihasilkan sebesar 0,103. Hasil
Dari hasil pengolahan data dan tersebut menandakan hubungan yang
analisis yang terdapat pada tabel 12, lemah atau tidak berpengaruh
maka dapat dituliskan besarnya nilai signifikan antara persediaan bahan
persamaan regresi yang terbentuk sebagai baku dengan laba bersih.
persamaan estimasi Laba Bersih adalah 2. Besarnya koefisien determinasi (R
sebagai berikut : square) dalam penulisan ini sebesar

20
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

0,01, dimana hal ini menunjukkan berubah menjadi pendapatan yang


bahwa variabel terikat (laba bersih) meningkatkan laba bersih.
tidak berpengaruh signifikan
terhadap variasi perubahan dari
variabel bebas (persediaan bahan DAFTAR PUSTAKA
baku) sebesar 1,1%, atau dengan
kata lain bahwa fluktuasi perubahan Agus, Ristono, 2009, Manajemen
laba bersih sebesar 1,1% dipengaruhi Persediaan Edisi 1. Graham Ilmu.
oleh variabel persediaan bahan baku Yogyakarta.
yang diteliti. Sedangkan sisanya
sebagai koefisien non determinasi AICPA (Amirican Institute of Certified
sebesar 98,9% dipengaruhi oleh Public Accountants), 2003,
variabel lain yang tidak diteliti, Committee on Terminology.
seperti volume penjualan, biaya AICPA Inc, New York.
tenaga kerja, biaya overhead, dan
lain-lain. Angkoso, Nandi, 2006, Akuntansi
3. Diketahui nilai R dan R square yang Lanjutan. FE Yogyakarta.
memberikan petunjuk adanya
hubungan (korelasi) dan pengaruh. Arif, Abubakar dan Wibowo, 2009,
Berdasarkan hasil uji dengan uji F, Akuntansi Keuangan Dasar 2.
dapat diketahui bahwa variabel Grasindo. Jakarta
bebas yaitu persediaan bahan baku
dapat berpengaruh terhadap variabel Bambang, Riyanto, 2001, Dasar-dasar
terikat yaitu laba bersih. Variabel Pembelanjaan Perusahaan. BPFE.
bebas yang diteliti melalui pengujian Yogyakarta.
parsial, dari koefisien korelasi parsial
dengan uji T, diketahui bahwa Bustami, Bastian dan Nurlela, 2009,
variabel bebas yaitu persediaan Akuntansti Biaya. Mitra Wacana
bahan baku memiliki pengaruh Media. Jakarta.
namun tidak signifikan terhadap
perubahan (kenaikan/ penurunan) Carl s. Warren, James M. Reeve, Philip
laba bersih. E. Fees.D. (2005). Pengantar
Akuntansi, Edisi – 21. Terjemahan
Saran Aria Farahmita,SE. AK, dkk.
Hasil kajian penulisan diketahui Salemba Empat. Jakarta
bahwa terdapat hubungan dan pengaruh,
namun perlu dilakukan penelitian Carter, William. K, 2009, Akuntansi
lanjutan dengan mempertimbangkan Biaya. Salemba Empat. Jakarta.
faktor-faktor lain, terutama terhadap
variabel-variabel yang belum diteliti Charles T. Horngren dan Walter T.
dalam penulisan ini, misalnya inventory Harrison Jr. 2007. Akuntansi Jilid
turnover yang dapat digunakan sebagai 1. Edisi Tujuh. Jakarta : Erlangga.
ukuran kemampuan perusahaan dalam
mempercepat perputaran persediaan Hansen dan Mowen, 2005, Management
bahan baku yang disini merupakan Accounting. Buku 2. Edisi Ketujuh.
inventory work in progress, agar Salemba Empat. Jakarta.
persediaan yang merupakan barang
project customer yang belum selesai bisa Harahap, Sofyan Syafri, 2009, Analisis
diolah dengan cepat sehingga bisa Kritis Atas Laporan Keuangan.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.

21
JURNAL LENTERA AKUNTANSI P-ISSN 2339-2991
Volume 5 Nomor 2, November 2020 E-ISSN 2745-6978

Hernita.P dan rekan, 2012, Panduan Stice, Earl.K, James D. Stice dan Fred
Praktis SPSS 20. Wahana Skousen, 2004, Akuntansi
Komputer. Semarang. Keuangan Menengah. Edisi Kedua.
Salemba Empat. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar
Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta. Wild, John J, K. R. Subramanyam, dan
Jumingan, 2008, Analisis Laporan Robert F. Halsey, 2005, Financial
Keuangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Statement Analysis. Edisi 8. Buku
1. Salemba Empat. Jakarta.
Kieso, Donald.E, Jerry J. Weygandt, dan
Terry D. Warfield, 2002, Akuntansi Wilopo, 2009, Pernyataan Standar
Intermediete. Terjemahan Emil Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1
Salim. Jilid 1. Edisi Kesepuluh. : Penyajian Laporan Keuangan.
Erlangga. Jakarta. IAI. Jakarta.

Lukman, Syamsuddin, 2000, Manajemen


Keuangan Perusahaan : Konsep,
Aplikasi dalam Perencanaan,
Pengawasan, dan Pengambilan
Keputusan. Edisi Baru. Cetakan
Keempat. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Moh. Benny Alexandri, 2009,


Manajemen Keuangan Bisnis Teori
dan Soal. Alfabeta. Bandung.

Mulyadi, 2008, Sistem Akuntansi. Edisi


Keempat. Salemba Empat. Jakarta.

Mulyani, Sri Nur dan Mahfudz, Agus,


2009, Ekonomi 1. Cakra Media.
Jakarta.

Pujianto, Andi, 2013, Persamaan Dasar


Akuntansi dan Pembahasannya.
Gramedia. Jakarta.

Rangkuti, Freddy, 2004, The Power of


Brand. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

S.R. Soemarso, 2009, Akuntansi Suatu


Pengantar. Edisi kelima. Salemba
Empat. Jakarta.

Siregar, Manurung, 2008, Pasar Modal


dan Aplikasi. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai