Anda di halaman 1dari 4

DIALOG DAN LATAR

E. Dialog

Dalam drama berjudul “Legenda Bandung Bondowoso” ini bahasa yang digunakan oleh
pemeran dalam dialog cenderung menggunakan bahasa sehari-hari yang disertai dengan
ungkapan humor bahkan terdapat umpatan. Karena drama ini bersumber dari legenda zaman
dahulu terdapat dialog yang menggunakan bahasa klasik.

 Dialog dengan bahasa klasik


Ketika awal pertemuan Raden Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang, keduanya
menggunakan bahasa klasik yang selalu digunakan dalam dialog bersumber dari legenda
zaman dahulu.
Roro Jonggrang : “Mau apa kau kemari Raden Bondowoso?”

Raden Bandung Bondowoso : “Wahai Roro Jonggrang kecantikanmu melebihi separuh


nirwana, diriku teringin memilikimu seutuhnya. Maukah dikau menjadi permaisuriku
adinda?”

Dalam pembuka pertemuan awal Roro Jonggrang dan Raden Bandung Bondowoso
menggunakan dialog dengan bahasa klasik. Hal tersebut menambah keindahan akan
drama yang disuguhkan dengan bahasa yang terkesan drama tersebut benar-benar terjadi
di masa itu.

 Dialog dengan bahasa sehari-hari


Ketika para dayang merepons perkataan Roro Jonggrang kepada Raden Bandung
Bondowoso yang memiliki satu persyaratan untuk ditepati Raden Bandung Bondowoso,
dayang-dayang tersebut merespons dengan bahasa sehari-hari.
Para dayang : “Cuma satu syarat? Hah kenapa?”
 Dialog dipadukan dengan hal-hal di zaman modern
Raden Bandung Bondowoso menawari Roro Jonggrang berbagai permintaan yang
sanggup ia berikan dengan mudah. Permintaan tersebut dapat ia wujudkan dengan dialog
klasik dan melibatkan hal-hal modern yang menyertainya.
Raden Bandung Bondowoso : “Apa sebuah bukit seluas samudra? Atau pesawat
Citilink? Kau mau kuberikan Transmart, Carefour, dan seisinya?”
Pesawat Citilink merupakan salah satu maskapai penerbangan. Sedangkan Transmart dan
Carefour yang merupakan pusat perbelanjaan ternama di Indonesia. Dengan cerita drama
yang bersumber legenda zaman dahulu hal tersebut sangat menarik perhatian karena
zaman dahulu belum ditemukan pesawat terbang bahkan pusat perbelanjaan mewah.
 Dialog disertai dengan bahasa Jawa
Ketika Raden Bandung Bondowoso tiba di tempat dukun, ia disambut oleh asisten dukun
yang menyuruhnya untuk menunggu dulu.

Asisten dukun : “Sekecaaken Raden”

Sekecaaken merupakan bahasa Jawa yang berarti disuruh untuk menunggu sambil duduk.

Karena drama ini bersumber dari legenda Candi Prambanan di Yogyakarta tidak heran
jikalau bahasa sedikit dicampuri oleh bahasa Jawa. Begitupun dengan lagu yang
backsound pementasan drama ini juga menggunakan bahasa Jawa sebagai pendamping
bahasa Indonesia.

 Dialog menggunakan ungkapan zaman sekarang disertai dengan humor.


Ketika Raden Bandung Bondowoso bernegosiasi dengan dukun.
Dukun : “Hahahaha hamba bisa membantu, asalkan imbalannya cocok.”
Raden Bandung Bondowoso : “Imbalan? Tak usah kau pikirkan imbalan. Semua bisa
diatur.”
Kalimat serta ungkapan asalkan imbalannya cocok dan semua bisa diatur merupakan
ungkapan yang sedang digandrungi masyarakat sekarang disertai dengan humor.

Ketika Roro Jonggrang tidak menerima arca Raden Bandung Bondowoso.

Dukun : “Hahahahaha tenang beb tak akan kubiarkan buaya darat ini merebutmu
dariku.”

Roro Jonggrang : “Ayang beb jadi kamu yang menggagalkannya. bagaimana bisa?

Dukun : “Ya iya dong gue gitu loh.”

Raden Bandung Bondowoso : “Kau! Dasar dukun penipu. Bisa-bisanya kau


membodohiku. Dan kau wanita licik, sok jual mahal!”
Kata buaya darat merupakan sebuah ungkapan yang berarti serorang pria yang suka
menggoda dan mendekati banyak wanita. Kata ayang beb merupakan kata slang dari
sayang yang berarti kekasih tercinta menggambarkan Roro Jonggrang yang sedang
memadu kasih dengan dukun. Ya iya dong gue gitu loh dan sok jual mahal merupakan
ungkapan yang dipakai zaman sekarang dengan artian menyombongkan sesuatu.
 Dialog disertai umpatan
Dukun : “Bacot! Anjing!”
Ketika Raden Bandung Bondowoso tidak terima dengan pengkhianatan dukun ia
berusaha untuk memarahi dukun tersebut. Namun dukun secara sengaja memberikan
umpatan yang kasar kepada Raden Bandung Bondowoso.

Dialog di drama ini menggunakan bahasa klasik layaknya drama dahulu, namun dengan
ditambahkan dialog modern yang membuat kesan tidak ketinggalan zaman. Dialog juga disertai
dengan humor yang memberikan gelak tawa penonton.

F. Latar

 Latar tempat
Latar tempat pada pementasan drama “Legenda Bandung Bondowoso” tidak diterangkan
secara nyata karena setting panggung tidak berubah. Di awal cerita narator
mengungkapkan bahwa ceritaa ini berada di tanah Jawa. Namun dapat disimpulkan
bahwa latar tempat yang pertama adalah tempat di mana Roro Jonggrang bertemu dengan
Raden Bandung Bondowoso pertama kali. Di tempat tersebut Roro Jonggrang
memberikan satu persyaratan kepada Raden Bandung Bondowoso. Selanjutnya latar
tempat yang kedua adalah tempat di mana Raden Bandung Bondowoso bertemu dengan
dukun untuk meminta bantuan dibuatkan 1000 arca. Dan yang terakhir adalah tempat di
mana Roro Jonggrang menolak arca-arca yang sudah dibangun oleh Raden Bandung
Bondowoso.
 Latar waktu
Latar waktu dalam pementasan drama “Legenda Bandung Bondowoso” juga tidak
diterangkan secara nyata akibat setting panggung yang monoton dan cenderung gelap. Di
awal cerita narator memberikan penjelasan bahwa cerita tersebut diceritakan pada zaman
dahulu di tanah Jawa. Namun ada latar tempat dalam drama ini meskipun tidak
diterangkan secara nyata pada setting panggung ketika arca selesai dibangun Raden
Bandung Bondowoso menuduh Roro Jonggrang menyihir ayam berkokok. Artinya
adegan penolakan cinta Roro Jonggrang tersebut ketika pagi hari dikarenakan ayam
mulai berkokok.
 Latar suasana
Suasana saat Roro Jonggrang bersama dayang-dayang bertemu Raden Bandung
Bondowoso disertai pengawal-pengawalnya awalnya mulai mencengkam lalu serius
ketika Roro Jonggrang memberikan persyaratan kepada Raden Bandung Bondowoso.
Suasana menjadi jenaka saat Raden Bandung Bondowoso dengan sombong menawari
permintaan Roro Jonggrang dengan menyebut sebuah maskapai penerbangan dan pusat
perbelanjaan. Lalu suasana mulai serius kembali saat Raden Bandung Bondowoso
meminta bantuan kepada dukun untuk membuatkannya 1000 arca. Ketika pembuatan
arca suasana magis dan mendayu-dayu dengan alunan lagu serta anak buah dukun yang
bekerja keras diperagakan membangun arca-arca tersebut. Kemarahan Raden Bandung
Bondowoso ketika 1000 arca tidak selesai dibangun membuat suasana mencekam
kembali, namun tidak terjadi dikarenakan dukun datang dan akhirnya kejar-kejaran
dengan Raden Bandung Bondowoso membuat suasana menjadi humor.

Anda mungkin juga menyukai