Skripsi Tanpa Bab Pembahasan - (Dim)
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan - (Dim)
(Skripsi)
Oleh
Dimas Zakaria
NPM 1712011178
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
ABSTRAK
IMPLEMENTASI COMPULSORY LICENSING BERDASARKAN
DOHA DECLARATION DI INDONESIA SEBAGAI
UPAYA MENDUKUNG PRODUKSI VAKSIN COVID-19
Oleh:
DIMAS ZAKARIA
Penyebaran Corona virus Disease 2019 (Covid-19) yang semakin luas, membuat
Pemerintah melakukan proses vaksinasi covid-19. Vaksin yang saat ini masih diberikan
secara gratis oleh Pemerintah, dikhawatirkan akan melambung tinggi setelah masa
pandemi berakhir. Compulsory licensing dapat digunakan oleh Pemerintah Indonesia
untuk menghadapi permasalahan ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
memahami lebih lanjut mengenai bagaimana pelaksanaan compulsory licensing dapat
diterapkan di Indonesia menurut ketentuan TRIPs Agreement. Rumusan masalah yang
akan digunakan dalam penelitian ini ialah bagaimana pengaturan compulsory licensing di
Indonesia berdasarkan aturan Doha Declaration serta bagaimana penerapan compulsory
licensing berdasarkan aturan Doha Declaration sebagai upaya mendukung produksi
vaksin Covid-19.
Penelitian ini menemukan fakta bahwa compulsory licensing telah diatur di dalam
ketentuan Undang-Undang tentang Paten dengan nama Lisensi Wajib dan Pelaksanaan
Paten oleh Pemerintah. Pengaturan lisensi wajib tertuang dalam Pasal 81 hingga Pasal
107, dan untuk Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah diatur di dalam Pasal 109 hingga
Pasal 120. Kedua mekanisme tersebut, sejalan dengan ketentuan dari compulsory
licensing yang tertuang di dalam ketentuan TRIPs Agreement dan Doha Declaration.
Keselarasan antara Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah dan Lisensi Wajib dengan
compulsory licensing dapat dilihat dari kesamaan berikut; yakni penggunaannya dapat
digunakan dan bermanfaat untuk kepentingan masyarakat luas, pengambilan lisensi telah
dilakukan untuk jangka waktu tertentu dalam kondisi normal, wajib memberikan bayaran
yang pantas terhadap Pemilik Paten, dapat dilakukan untuk kepentingan farmasi, terdapat
otoritas untuk meninjau pelaksanaan paten, dapat digunakan untuk kebutuhan
domestik maupun untuk di ekspor ke negara lain.
Oleh:
DIMAS ZAKARIA
The spread of the Corona virus Disease 2019 (Covid-19) is getting wider, making the
Government carry out the Covid-19 vaccination process. Vaccines, which are still being
provided free of charge by the Government, are feared to soar after the end of the
pandemic. Compulsory licensing can be used by the Government of Indonesia to deal
with this problem. This study aims to analyze and further understand how the
implementation of compulsory licensing can be applied in Indonesia according to the
provisions of the TRIPs Agreement. The problem formulation that will be used in this
research is how to arrange compulsory licensing in Indonesia based on the rules of the
Doha Declaration and how to apply compulsory licensing based on the rules of the Doha
Declaration as an effort to support the production of the Covid-19 vaccine.
This study found the fact that compulsory licensing has been regulated in the provisions
of the Law on Patents under the name Compulsory Licensing and Patent Implementation
by the Government. Mandatory licensing arrangements are contained in Articles 81 to
107, and for the Government to use Patents are regulated in Articles 109 to 120. Both
mechanisms are in line with the provisions of compulsory licensing as contained in the
provisions of the TRIPs Agreement and the Doha Declaration. The harmony between the
Government's Patent Implementation and Compulsory Licensing with compulsory
licensing can be seen from the following similarities; i.e. its use can be used and is
beneficial for the benefit of the wider community, licensing has been carried out for a
certain period of time under normal conditions, must pay an appropriate fee to the patent
owner, can be done for pharmaceutical purposes, there is authority
reviewing the implementation of patents, can be used for domestic needs or for export to
other countries.
The compulsory licensing mechanism regulated in the Law on Patents has so far not been
implemented for the production of COVID-19 vaccines in Indonesia. The Indonesian
government fulfills the need for vaccines through imports of vaccines from other
countries and also bilateral cooperation. These two efforts are the implementation of the
provisions of Article 4 of the Presidential Regulation of the Republic of Indonesia
Number 99 of 2020 concerning Vaccine Procurement and Vaccination Implementation in
the Context of Overcoming the Covid-19 Pandemic. This effort is in line with the
provisions of Article 7 of the Doha Declaration which provides opportunities for
countries to cooperate with other countries in meeting domestic needs.
For the implementation of international cooperation with other institutions and countries,
the efforts taken by the Indonesian government include purchasing vaccines from vaccine
companies such as Sinovac Biotech Ltd, AstraZeneca, Moderna, Sinopharm, Pfizer Inc.
and BioNTech, and also participates in the COVAX organization in the manufacture of
the covid-19 vaccine.
Oleh
Dimas Zakaria
Skripsi
Pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
Iudul Skripsi : IMPLEMENTASI COMPULSORY LICENSING
BERDASARKAN DOHA DECUIRATION
DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA
MENDUKUNG PRODUI$I
VAI$IN COVID-l9
Bagian
Fakultas
Internasional
M.H, Ph,D.
t2 1 001
MENGESAHI(AN
1. Tim Penguji
Sekretaris
s.H., M.S.
31002
I
PERIYYATAAI\I
Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya, apabila dikemudian hari
ternyata ditemukan adanya idakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dari sanksi
yang diberikan kepada dan saya bersedia dan sanggup dituntut sesusi dengan
Dimas Z,akana
}\IPM. 1712011178
RIWAYAT HIDUP
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi Mahasiswa baik
internal maupun eksternal. UKM-F Mahkamah FH Unila merupakan organisasi pertama
yang digeluti oleh Penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas
Lampung. Beberapa pengalaman yang dimiliki oleh Penulis selama menjadi bagian dari
Kader UKM-F Mahkamah FH Unila yakni, menjadi Wakil Kepala Bidang Legal
Drafting pada tahun 2018 hingga tahun 2019. Organisasi internal kampus lainnya adalah
Himpunan Mahasiswa Hukum Internasional (HIMA HI) FH Unila, pada tahun 2019
hingga tahun 2020, penulis diberikan tanggung jawab untuk menjadi Sekretaris Umum
HIMA HI FH Unila. Untuk organisasi eksternal kampus, Penulis menjadi bagian dari
kader Himpunan Mahasiswa Hukum Internasional (HMI) Komisariat Hukum Unila, di
organisasi ini Penulis diberikan tanggung jawab untuk menjadi Sekretaris Bidang
Bidang Badan Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH)
Penulis juga mengikuti beberapa kompetisi seperti menjadi Tim Riset dalam Lomba
Debat Konstitusi MPR Regional Lampung yang menjadi juara 1 sekaligus menjadi
wakil dari Regional Lampung untuk berkompetisi pada Lomba Debat Konstitusi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tingkat Nasional. Selanjutnya Penulis juga menjadi delegasi
dalam Lomba Debat Konstitusi Diponegoro Law Fair 2018.
Penulis juga menjadi bagian dari Tim Riset Lomba Debat Konstitusi yang
diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitsui tingkat Regional Timur pada tahun 2018
dan 2019. Di organisasi ini juga Penulis bergelut di bidang karya tulis ilmiah dan
menjadi delegasi dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Kategori Dosen dan Peneliti yang
diselenggarakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2019.
Beberapa karya juga telah dikeluarkan oleh Penulis selama menjadi mahasiswa, yang
pertama, “Pandemi Covid-19: Flattening The Curve, Kebijakan dan Peraturan" yang
dipublikasi di Jurnal Vox Populi, yang kedua adalah "Internet Access Restrictions In
Papua; Government Policy And Press Freedom Violations" yang diterbitkan di
Lampung Journal Of International Law (LaJIL). Selanjutnya Penulis juga menulis
tentang “Protection Of Traditional Culture As Part Of Intellectual Property In The Era
Of Globalization” dan “Compulsory Licensing Practices of Covid-19 Vaccine
Production in Indonesia”, yang mana kedua tulisan ini dipublikasi pada The 1st
Universitas Lampung International Conference on Social Sciences (ULICoSS), kedua
tulisan ini pun berhasil menjadi 20 tulisan terbaik yang akan dibiayai untuk dipublikasi
dalam scopus
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesakan dengan baik dan penulis
mempersembahkan skripsi ini kepada:
Keluarga
Orang tuaku tercinta, Ayah Ramdani dan Ibu Masnurlaila. Adik tercinta Cinde Permata
Danella, yang senantiasa memberikan doa, semangat, motivasi dan kasih sayang bagi
penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan baik. Penulis
mempersembahkan skripsi ini kepada keluarga tercinta, sebagai bentuk terima kasih dan
bentuk tanggung jawab atas segala dedikasi yang telah diberikan dan sebagai bentuk rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kenikmatan yang telah diberikan-Nya
berupa kesempatan untuk menuntut ilmu dan mengenyam pendidikan sampai ke jenjang
perguruan tinggi.
Keluarga besar, sahabat, dan semua pihak yang telah mendoakan, mendukung, dan
terlibat dalam penelitian skripsi ini.
Tempat yang sangat bersejarah dan menjadi saksi bisu langkah awal perjalanan penulis
menuju kesuksesan.
MOTO HIDUP
(Kahlil Gibran)
“Jika ikhtiar dan usaha sudah di ujung batas, biarkan doa yang bertarung
di atas langit, Yakin Usaha Sampai”
(Unknown)
“Slave is always talking about his lord, and his lord is never worry
about it”
(Dimas Zakaria)
SANWACANA
1. Terima kasih kepada Bapak Dr. Muhammad Fakih, S.H., M.S., selaku
Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
2. Terima kasih kepada Bapak Bayu Sujadmiko, S.H., M.H., Ph.D., dan Ibu
Desy Churul Aini, S.H., M.H., selaku selaku Ketua Bagian Hukum
Internasional dan Sekretaris Bagian Hukum Internasional.
3. Terima kasih kepada Ibu Desy Churul Aini, S.H., M.H., dan Ibu Siti
Azizah, S.H., M.H., sebagai Pembimbing atas dedikasi waktu, pikiran,
tenaga dalam memberikan bimbingan, saran, kritik dan cerita dalam upaya
saya menyelesaikan penelitian skripsi ini.
4. Kesabaran yang tak ada batas, bimbingan yang tulus diberikan serta
harapan yang selalu disandingkan, doa terbaik dan terima kasih hanya
dapat saya berikan kepada pembimbing akademik saya, Miss Rehulina
Tarigan, S.H., M.H.
5. Terima kasih untuk waktu yang telah diluangkan, kritikan dan saran yang
telah dituangkan, usaha dan tenaga yang telah dikuras oleh Bapak Bayu
Sujadmiko, S.H., M.H., Ph.D., Ibu Ria Wierma Putri, S.H., M.Hum, Ibu
Yunita Maya Putri, S.H.,M.H., dan Bapak Naek Siregar, S.H., M.Hum
selaku Para Pembahas dalam penelitian Skripsi saya ini.
xiv
6. Terima kasih untuk bekal ilmu yang telah disalurkan, waktu yang telah
diluangkan, tempat yang telah disediakan, dan segalanya yang telah
diberikan oleh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf Administrasi Fakultas
Hukum khususnya bagian Hukum Internasional, selama saya menjadi
Mahasiswa di Kampus Hijau ini.
7. Salam cinta untuk kedua orang tua terhebat, Ayah Ramdani dan Mama
Masnurlaila yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada saya
untuk menjalankan pendidikan selama ini, baik semenjak buaian hingga
saat ini.
8. Salam kasih untuk Adikku tersayang, Cinde Permata Danella yang telah
memberikan banyak cerita dan cinta yang mengubah hidup saya hingga
saat ini.
9. Teriring doa dan salam untuk orang-orang tuaku, Wak Hendra, Wak Iyus,
Wak Anah, Wak Dynda, Ibu Intan, Wak Ijul, Papa Banu, Oo Bungsu,
Alm. Wak Yasin, Wak Yadi, Wak Aming, Wak Antu, Wak Ati, Om Ivan,
dan semua yang tak bisa dituliskan satu persatu, terima kasih atas cerita,
ilmu, materil, motivasi, cinta, dan kasih sayang kepada saya hingga hari
ini.
10. Cinta dan doa baik akan selalu mengalir kepada kalian wahai saudara-
saudaraku, Kak Uwi, Kang Iyu, Kak Anis, Kak Abi, Kak Usup, Kak Ria,
Band Dio, Abang Kembar Dias-Dian, Kak Dynda, Kak Titi, Bang Iyan,
Mbak Mei, Mbak Henti, Mbak Yani, Gogon, Akbar, Bayu, Banu, Raisa,
Arfa, Azzam, Sabriel, Aqila, Axelia, Arza dan semua yang selalu ada
untuk menjadi penyemangat dan pembunuh rasa jenuhku.
11. Terima kasih telah menjadi saudara diperantauan hingga pahit manis cerita
dan perjuangan dalam balutan cinta, ilmu dan penantian wahai kawan-
kawanku Bagus Prayoga, Danang Faturrachman Dwicahyo, Mahendra
Yudha, Muhammad Padillah Akbar, dan Salfareza Ahmad. Semoga
setelah ini akan tetap banyak cerita kebersamaan yang tertulis, mimpi yang
tercapai, cinta yang digapai, dan semua yang diinginkan berhasil
didapatkan. Dari kalian juga saya temukan orang tua baru di tanah
perantauan.
12. Terima kasih telah memberikan banyak cerita dalam waktu yang singkat,
rumah yang menjadi tempat singgah, hingga dianggap sebagai adik sendiri
wahai kedua abangku, Yudha Tri Andhika dan Rahmat Fadil.
13. Terima kasih untuk waktu yang telah disediakan untuk berbincang-
bincang, berbagi pikiran, keluh kesah dan kesulitan wahai kawan-kawanku
Nita Fadliyah, Rizka Ayu Assiyafa, Adji Kurniawan, Gusti Revaliando,
Zandra Ahmad Trijaya Ramli, Pramudya Yudhatama, Daffazio Facira
Putra, Muhammad Octovyadi, Moamar Iqbal Trenggono dan semua yang
tak bisa disebutkan.
14. Teruntuk Akmal, Jack, Jaki, Aziz, Adit, Samsul, terima kasih telah temani
dan hibur dikala jeda kuliah, untuk hilangkan sejenak kepenatan dunia
pendidikan serta membantu mencari inspirasi dalam mencari setiap solusi
dari segala permasalahan dunia perkuliahan.
15. Terima kasih telah menjadi tempat untuk berbagi kata dan motivasi selama
proses pengerjaan skripsi ini, dan terima kasih telah banyak membantu
memperbaiki diri sejak pertama kali bertemu, Tania Amelia.
16. Bimbingan, saran, kritikan, dan penyiksaan telah kalian berikan kepada
saya selama ada di organisasi ini, UKM-F Mahkamah. Maaf belum bisa
membayar dengan prestasi atas kerja keras dan segala yang telah diberikan
kepada saya selama ini Bapak Ahmad Syofyan, S.H., M.H., dan Bapak
Bayu Sujadmiko, S.H., M.H., Ph.D.,. Terima kasih juga untuk Bang
Ganiv, Atu Dinda, Mahendra, Nita, Agsel, Agung, Pramudya, Boy,
Farhan, Erika, Aldo dan semua anggota Bidang Debat UKM-F Mahkamah
untuk solidaritas dan ilmu yang bermanfaat dalam beretorika dan
berdialektika. Terima kasih juga untuk waktu, dedikasi dan kesabaran
yang terkuras saat berjuang bersama di Bidang Legal Drafting UKM-F
Mahkamah, Tania Amelia, Kharisty Aulia, Ananda Puruhita, Iqbal
Junaidi, Monica, Yunika, Yolanda dan Rr. Halimatu Hira. Di bidang inilah
saya belajar untuk mencintai satu hal, menyusun gagasan, dan
menuliskannya dalam sebuah artikel.
17. Terima kasih juga kusampaikan kepada kawan-kawanku Pengurus HIMA
HI 2020-2021, Zandra, Una, Gizca, Nadia, Yuga, Kartika, Yoga, Ridho,
xvi
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, untuk itu masih
diperlukan perbaikan dalam beberapa hal. Penulis berharap hasil penelitian dapat
bermanfaat bagi penelitian lebih lanjut. Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan
Ilmu, Sampaikan dengan Amal, Yakin Usaha Sampai, Beriman Berilmu Beramal.
Penulis
Dimas Zakaria
DAFTAR ISI
Halaman
PERSEMBAHAN................................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4 Kegunaan Penulisan .................................................................................. 8
1.5 Ruang Lingkup.......................................................................................... 9
1.6 Sistematika penulisan................................................................................ 9
IV. PEMBAHASAN
4.1 pengaturan compulsory licensing di Indonesia berdasarkan aturan
Doha Declaration. .................................................................................. 42
4.2 penerapan compulsory licensing berdasarkan aturan Doha Declaration
sebagai upaya mendukung produksi vaksin Covid-19............................ 56
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 66
5.2. Saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: Daftar proses permohonan paten pada direktorat jendral
kekayaan intelektual………………….…………………………………………………………..21
dengan PT. Sinovac dalam rangka pengadaan vaksin covid-19 di Indonesia ...................63
I. PENDAHULUAN
Hak kesehatan merupakan hak setiap insan manusia.1 Dalam aturan Hukum
internasional, hak atas kesehatan setiap orang telah diatur pada Article 25 Universal
Declaration of Human Rights.2 Sejak adopsi dari Konstitusi WHO sebagai Organisasi
Kesehatan Dunia, hak atas kesehatan oleh masyarakat internasional telah diakui
sebagai hak dasar.3 Hak kesehatan pun telah dijamin di dalam konstitusi UUD
tahun 1945 tepatnya pada pasal 28H ayat (1) dan (3) jo. Pasal 34 ayat (3). 4 Pada
pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan juga ditekankan bahwa kesehatan merupakan hak setiap individu.5
Dunia kesehatan pada akhir tahun 2019 dihebohkan dengan penemuan virus jenis
baru yang dikenal sebagai Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang mengakibatkan
munculnya penyakit Covid-19 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok.6
Penyebaran yang cenderung mudah serta rawan bagi kalangan orang tua dan
lansia untuk terkena efek yang parah menjadi sebuah kekhawatiran masyarakat
dunia.7 Kekhawatiran tersebut kemudian menjadi semakin nyata kala penyakit ini
1
https://referensi.elsam.or.id/wp-content/uploads/2014/12/KESEHATAN-SEBAGAI-HAK-
ASASI-MANUSIA.pdf.
2
Article 25 Universal Declaration of Human Rights.
3
Sebagaimana dikutip dalam Rico Mardiansyah, “Dinamika Politik Hukum Dalam Pemenuhan
Hak Atas Kesehatan Di Indonesia”, VeJ, Vol. 4, No. 1, thn. 2018, hlm. 228. Lihat dalam Virginia
A. Leary, “The Right to Health in International Human Right Law, Health and Human Right”, The
President and Fellows of Harvard College, Vol 1 No.1, hlm 32.
4
Ibid., hlm. 33.
5
Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
6
Hengbo Zhu, Li Wei and Ping Niu, “The novel coronavirus outbreak in Wuhan, China”, Global
Health Research and Policy, Vol. 5, No. 6, thn. 2020, hlm. 1.
7
Lo’ai Alanagreh, Foad Alzoughool and Manar Atoum, “The Human Coronavirus Disease
COVID-19: Its Origin, Characteristics, and Insights into Potential Drugs and Its Mechanisms”,
Pathogens, thn. 2020, hlm. 1.
2
akhirnya ditetapkan menjadi sebuah pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020,
setelah menjangkit 215 negara di dunia.8
Upaya lain yang dapat dilakukan oleh Pemerintah untuk menghentikan pandemi
ini adalah dengan membuat obat vaksin Covid-19. Sekalipun pengembangan
vaksin merupakan sebuah tindakan kemanusiaan dalam rangka mengakhiri sebuah
wabah penyakit, namun proses untuk menemukan dan memproduksi vaksin
merupakan hasil pemikiran manusia yang memiliki nilai kekayaan intelektual di
dalamnya.13 Sehingga sudah seharusnya hak atas kekayaan intelektual vaksin
8
Muhamad Azhar, Hanna Aulia Azzahra, “Government Strategy in Implementing the Good
Governance during COVID-19 Pandemic in Indonesia”, Administrative Law & Governance
Journal, Vol. 3 No. 2, thn. 2020, hlm. 241.
9
https://covid19.go.id/.
10
https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/05/125200565/indonesia-resmi-resesi-ini-yang-
perlu-kita-tahu-soal-resesi-dan-dampaknya?page=all.
11
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/18101841/presiden-jokowi-teken-keppres-
tetapkan-wabah-covid-19-bencana-nasional.
12
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-alam Penyebaran
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
13
Dwi Martini, Hayyanul Haq, Budi Sutrisno, “Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan
Obatobatan Tradisional Dalam Rezim Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Indonesia (Studi Pada
Masyarakat Tradisional Sasak)”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 6, No. 1, thn. 2017, hlm. 70.
3
Invensi16 dalam bidang teknologi yang baru, yang mengandung langkah inventif
dan dapat diterapkan dalam industri adalah invensi yang dapat diberikan
perlindungan paten. Obat-obatan modern, yang salah satunya adalah vaksin
merupakan salah satu bentuk penemuan yang dapat dipatenkan. Biaya riset dan
pengembangan dari proses pembuatan vaksin dan obat-obatan modern lainnya
tidaklah sedikit, dan dalam kurun waktu dua puluh tahun biaya tersebut haruslah
dapat dijamin tertutupi.17
Biaya yang besar inilah yang membuat hak eksklusif yang dimiliki oleh seorang
inventor18 untuk melakukan monopoli harga dalam jangka waktu tertentu,
sehingga menjadikan harga obat paten menjadi mahal.19 Tercatat untuk beberapa
penyakit tertentu seperti hipertensi dan diabetes, harga obat bisa mencapai 10 kali
lipat dibandingkan dengan harga obat umumnya.20 Bahkan sebagaimana
dikemukakan survei Health Action International, beberapa jenis obat paten di
dunia memiliki harga yang cukup mahal, salah satunya ialah jenis Ciprofloxacin
originator, obat jenis ini memiliki harga yang relatif lebih mahal dibandingkan
obat pada umumnya.
Kondisi ini semakin tidak etara dengan penghasilan masyarakat selama sepuluh
hari di beberapa negara.21 menguntungkan dengan fakta bahwa kerap kali
penawaran harga vaksin antar negara berbeda-beda. Negara berkembang bahkan
14
Dushyant Kumar Sharma, “Intellectual Property and the Need to Protect It”, Indian J.Sci.Res.
Vol. 9, No. 1, thn. 2014, hlm. 1.
15
http://www.HAKI.co.id/paten.html.
16
Invensi merupakan ide dari seorang atau beberapa orang peneliti yang melakukan kegiatan
pemecahan masalah di bidang teknologi dalam bentuk produk atau proses dari hal tersebut, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses pengembangan produk tersebut.
17
Lidya Shery Muis, “Hak Atas Aksesibilitas Obat Paten Bagi Masyarakat”, Pranata, Vol. 2, No.
1, thn. 2019, hlm. 37.
18
Inventor merupakan seseorang yang memiliki hak lisensi dari sebuah invensi.
19
Samariadi, “Pelaksanaan Compulsory Licensing Paten Obatobatan Bidang Farmasi Di Indonesia
Dikaitkan Dengan Doha Declaration On The Trips Agreement And Public Health”, De Lega Lata,
Vol. I, No. 2, thn. 2016, hlm. 450.
20
http://farmalkes.kemkes.go.id/2014/06/mahalnya-harga-obat-di-indonesia/.
21
Titon Slamet Kurnia, Hak Atas Derajat Kesehatan Optimal Sebagai HAM di Indonesia, Alumni,
Bandung, thn. 2007, hlm. 2.
4
harus menanggung harga lebih mahal dibandingkan dengan harga yang harus
dikeluarkan oleh negara maju.22 Sebagai contoh yakni Moderna sebagai salah satu
pengembang vaksin melakukan permainan harga vaksin covid-19, yang mana
pihak Moderna melakukan penawaran harga sebesar 12-16 Dollar Amerika
Serikat per dosis untuk negara Amerika Serikat dan untuk negara-negara lain
pihak Moderna memasarkan harga sebesar 35 Dollar Amerika Serikat per dosis.23
Dilihat dari data tersebut hal ini akan sangat membebani masyarakat di masa
pandemi ini, terutama bagi masyarakat indonesia dengan pendapatan per kapita
masyarakat Indonesia yang hanya mencapai US$ 4.700.24 Dalam kondisi
semacam inilah peran pemerintah sebagai pelindung segenap tumpah darah
Indonesia sesuai dengan amanat konstitusi sangat diperlukan.
Terkait dengan mahalnya harga obat yang telah dipatenkan sebenarnya Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, telah
mengamanatkan bahwa hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dimiliki oleh setiap orang, dan juga setiap orang
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, berkualitas
serta berbiaya terjangkau.25 Seorang inventor vaksin harus mengesampingkan hak
ekonomis dari invensinya mengingat kondisi darurat seperti ini yang mana ini pun
sejalan dengan konsep bahwa setiap hak milik juga memiliki hak sosial.26 Kondisi
darurat ini membuat pemerintah mengambil sikap pada tanggal 5 Oktober 2020,
dengan menetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun
2020 Tentang Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dalam rangka
22
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/01/150120_harga_obat.
23
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20201113175301-37-201752/bukti-ketidakadilan-vaksin-
corona-untuk-negara-maju.
24
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2579415/pendapatan-per-kapita-orang-ri-
kalah-jauh-dibanding-negara-tetangga.
25
Pasal 5 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
26
Winner Sitorus, “Kepentingan Umum Dalam Perlindungan Paten”, Yuridika, Vol. 29, No. 1, thn.
2014, hlm. 43.
5
Proses vaksinasi dapat dilakukan oleh pemerintah dengan fleksibilitas yang dapat
diimplementasikan melalui compulsory licensing. Compulsory licensing
merupakan pemberian otoritas pemerintah yang berkompeten untuk memberikan
lisensi penggunaan penemuan yang dipatenkan kepada pihak ketiga atau badan
pemerintah tanpa izin dari pemegang paten.28 Fleksibilitas yang diberikan oleh
compulsory licensing memiliki tujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat,
dengan memberikan akses obat berbiaya terjangkau.29 Secara khusus fleksibilitas
ini diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan kelangkaan
obat-obatan seperti TBC, Malaria, dan HIV/AIDS untuk kebutuhan domestik
sebuah negara, yang mana pada saat itu ketiga penyakit ini menjadi sebuah
perhatian bagi dunia kesehatan.30
Compulsory licensing ini hadir karena prinsip dasar yang tertampung di dalam
ketentuan Article 31 TRIPs Agreement. Ada beberapa syarat yang diajukan oleh
Article 31 TRIPs Agreement untuk Compulsory licensing agar dapat diaplikasikan
antara lain compulsory licensing hanya boleh dipergunakan jika telah
mendapatkan otorisasi dari pemegang hak, namun hal ini dapat dikecualikan jika
suatu negara mengalami keadaan darurat.31 Ruang lingkup dan durasi dari
penggunaan compulsory licensing juga harus dibatasi pada tujuan yang
ditentukan, dan dalam kasus teknologi semi-konduktor hanya untuk publik non-
penggunaan komersial atau untuk memperbaiki praktik yang ditentukan setelah
peradilan atau administratif proses untuk menjadi anti-persaingan.32 Selanjutnya
27
Pasal 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020 Tentang Pengadaan
Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Coronavirus Disease
2019 (Covid-19).
28
Article 4 Doha Declaration.
29
Putu Ayu Sriasih Wesna, “Doha Declaration sebagai Perlindungan Masyarakat atas Akses Obat
Esensial di Negara Berkembang Pasca Trips Agreement”, Kertha Wicaksana, Vol. 14, No. 1, thn.
2020, hlm. 57.
30
Weinian Hu, “Compulsory licensing and access to future Covid-19 vaccines”, CEPS Research
Report COMPULSORY LICENSING AND ACCESS TO FUTURE COVID-19 VACCINES No.
2020, thn. 2020, hlm. 2-3.
31
Article 31b TRIPs Agreement.
32
Article 31c TRIPs Agreement
6
penggunaan hak ini tidak berlaku secara eksklusif.33 Aplikasi dari compulsory
licensing juga hanya dapat digunakan untuk kepentingan domestik tiap-tiap
negara saja.34 Pemegang hak juga harus mendapatkan remunerasi yang memadai,
dengan memperhatikan kemampuan dari pemegang otoritas.35
Berkaitan dengan syarat yang ada di dalam ketentuan Article 31F TRIPs
Agreement, banyak masyarakat dunia yang merasa keberatan karena dianggap
membebani negara-negara berkembang dengan kemampuan produksi obat yang
kurang baik. Guna mengklarifikasi ambiguitas antara TRIPs Agreement dan
kebutuhan pemerintah untuk menerapkan prinsip kesehatan masyarakat, negara-
negara anggota WTO telah mengadopsi Deklarasi Menteri khusus pada
Konferensi Tingkat Menteri WTO. Pada tahun 2001 di Doha, Qatar, dimana
deklarasi tersebut disebut sebagai “Declaration on the TRIPs Agreement and
Public Health”, yang selanjutnya akan disebut sebagai Doha Declaration. Dalam
ketentuan article 1 Doha Declaration dikatakan bahwasanya regulasi ini
merupakan sebuah tindak lanjut untuk menghadapi beratnya masalah kesehatan
yang dialami oleh banyak negara terutama pada penyakit seperti HIV/AIDS,
malaria, TBC dan juga epidemi lainnya.
33
Article 31d TRIPs Agreement
34
Article 31f TRIPs Agreement
35
Article 31h TRIPs Agreement
7
Menjadi sebuah pertanyaan ialah apabila kondisi pandemi sudah selesai, apakah
pemberian vaksin ini masih akan dilakukan secara gratis atau masyarakat harus
dibebani dengan harga vaksin normal? Pertanyaan lanjutan dari pertanyaan di atas
adalah bagaimanakah ketentuan hukum internasional terkait dengan penerapan
fleksibilitas compulsory licensing. Terkhusus bagaimana ketentuan hukum
mengenai compulsory licensing ini diterapkan di masa setelah pandemi berakhir.
Ketentuan hukum internasional tersebut sudah sejatinya harus diimplementasikan
di dalam ketentuan hukum nasional. Dengan demikian muncul kembali
pertanyaan terkait bagaimana implementasi TRIPs Agreement dan Doha
Declaration ke dalam regulasi hukum nasional.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memahami lebih lanjut
mengenai bagaimana pelaksanaan compulsory licensing dapat diterapkan di
Indonesia menurut TRIPs Agreement dan juga bagaimana implementasi yang telah
di lakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam mendapatkan akses vaksin murah
melalui mekanisme compulsory licensing.
a. Kegunaan Teoritis
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebuah literatur ataupun referensi
bagi setiap yang membutuhkan, khususnya yang berkaitan dengan hukum
kekayaan intelektual dan hukum ekonomi internasional. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberi kontribusi dalam usaha pemerintah menjalankan
amanat konstitusi terkait penyediaan pelayanan kesehatan bagi seluruh warga
negara. Untuk peneliti sendiri, penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan, serta syarat bagi penulis untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di
Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung.
9
I. PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yakni jenis penelitian,
pendekatan yang digunakan penulis, proses pengumpulan dan pengolahan data
serta analisis data.
10
V. PENUTUP
Bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang disusun ke dalam sebuah
kesimpulan, yang selanjutnya akan ditarik sebuah gagasan berupa saran untuk
memberi masukan terhadap masalah yang dihadapi.
11
Maria Alfons, “Implementasi Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perspektif Negara Hukum”,
36
Jurnal Legislasi, Vol. 14, No. 03, thn. 2017, hlm. 305-306.
12
37
https://dgip.go.id/images/ki-images/pdf-files/FatwaMUI.pdf.
13
Tahun 1987, yang selanjutnya disempurnakan kembali pada tahun 1997 melalui
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997. Kemudian Undang-Undang ini
digantikan oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Perubahan kembali
terjadi kala Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menggantikan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 sebagai regulasi yang mengatur mengenai Hak
Kekayaan Intelektual.38 Perubahan ini sendiri dilakukan untuk mengisi
kelemahan-kelemahan dari pada hukum yang terdahulu, dan juga perubahan ini
ditujukan untuk mengakomodir kepentingan rakyat.39
a. Hak Cipta
38
http://www.HAKI.co.id/.
39
Liky Faiza, “PROBLEMATIKA HUKUM PROGRESIF DI INDONESIA”, Ijtima’ iiya, Vol. 9,
No. 2, thn. 2016, hlm. 5-6.
40
Regita A. Mumek, “Hak-Hak Kebendaan Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata”, Lex
Administratum, Vol. V, No. 2, thn. 2017, hlm. 71.
41
http://nurjannah.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/53946/HAK+KEKAYAAN+INTELEKT
UAL.pdf.
14
Hak Cipta adalah sebuah hak mengenai karya intelektual di bidang seni, sastra dan
ilmu pengetahuan, yang secara khas dibentuk dan dituangkan secara khas pada
prosedur, ide, konsep atau metode yang dituangkan ke dalam wujud tetap.42
Pendaftaran hak cipta pada utamanya bukan sebagai kewajiban melainkan hanya
pada keperluan pembuktian saja. Hak cipta juga dapat dikatakan sebagai hak
eksklusif dari pencipta atau penerima hak guna menginformasikan kepada
khalayak umum atau memperbanyak jumlah ciptaannya atau memberikan izin
untuk memperbanyak jumlah ciptaannya kepada orang lain tanpa mengurangi
pembatasan-pembatasan berdasarkan regulasi yang berlaku.
b. Paten
Paten adalah jenis perlindungan hukum atas karya intelektual yang dihasilkan oleh
seseorang dalam bidang teknologi yang dituangkan dalam bentuk produk atau
proses atau pengembangan atas yang telah ada. Paten bisa dikatakan sebagai
sebuah hak eksklusif dari seorang inventor yang diberikan oleh Negara atas hasil
Invensinya di bidang teknologi, untuk melaksanakan sendiri invensi yang dimiliki
olehnya atau memberikan hak kepada pihak lain untuk melaksanakannya untuk
selama waktu tertentu.
c. Merek
Merek memiliki fungsi untuk membedakan produk yang satu dengan produk yang
lain melalui pemberian tanda, yang mana tanda tersebut digunakan dalam
perdagangan barang atau jasa dan memiliki daya pembeda. Penggunaan merek
pada praktiknya ialah untuk membangun loyalitas konsumen. Merek lebih
“strategis” dibandingkan paten dalam permasalahan bisnis karena paten memiliki
batas bisnis dibandingkan paten, karena paten perlindungannya terbatas serta tidak
dapat diperpanjang. Merek dapat dipahami sebagai sebuah tanda baik itu berupa
gambar, kata, nama, susunan warna, huruf-huruf, angka-angka, atau kombinasi
dari hal tersebut sehingga memiliki daya pembeda dalam kegiatan perdagangan
jasa maupun barang.
Rehulina Tarigan, “Pelanggaran Hak Cipta Melalui Internet (Studi Kasus: Itar-Tass Russian
42
Agency Melawan Russian Kurier Agency)”, Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 7, No. 1, thn.
2013, hlm. 2.
15
d. Desain Industri
Desain industri merupakan sarana pelindung bagi penampilan dari sebuah produk-
produk industri dari segi kemudahan penggunaan, estetika, dan ergonominya.
Pengertian desain industri adalah sebuah kreasi tentang konfigurasi, bentuk, atau
warna atau komposisi garis, atau warna dan garis, atau gabungan kesemuanya
yang membentuk dua dimensi atau tiga dimensi sehingga memberikan kesan
dapat diwujudkan dan estetis serta dapat digunakan dalam menghasilkan suatu
barang, produk, kerajinan tangan, ataupun komoditas industri.
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu merupakan hak eksklusif dengan jangka waktu
tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan hak tersebut kepada pihak lain
melalui persetujuan untuk melaksanakan. Hak ini sendiri diberikan kepada
pendesain atas hasil kreasinya, oleh negara Republik Indonesia.
f. Rahasia Dagang
g. Varietas Tanaman
43
http://repository.ut.ac.id/4087/1/HKUM4302-M1.pdf.
16
sebuah hak eksklusif dari inventor atas invensi yang telah dilakukan olehnya di
bidang teknologi dalam jangka waktu tertentu guna secara mandiri melaksanakan
atau memberikan kepada pihak lain persetujuan untuk melaksanakan invensinya.
Paten hanya akan diberikan kepada invensi yang baru, memiliki langkah inventif,
serta mampu untuk diterapkan dalam industri. Suatu invensi dapat diberikan paten
jika invensi tersebut merupakan hal yang baru, dalam hal ini memiliki
ketidaksamaan dengan teknologi yang sebelumnya.
Paten juga dapat diberikan kepada suatu invensi yang mengandung langkah
inventif, dalam hal ini sesuatu yang tidak diduga sebelumnya oleh orang lain yang
memiliki keahlian tertentu di bidang teknik. Yang terakhir paten dapat juga
diberikan kepada suatu invensi yang dapat diterapkan dalam suatu industri. Jangka
waktu yang diberikan untuk paten adalah selama 20 tahun sejak permohonan
paten diterima.44 Hak ini dapat dilaksanakan secara sendiri untuk melakukan
invensi tersebut atau melalui pihak lain untuk melaksanakannya dengan
persetujuan.45
Pada awalnya sejarah perlindungan paten bersifat monopolistik di Eropa dan pada
abad ke-14 memperoleh wujud yang jelas. Pada awalnya perlindungan tersebut
diberikan sebagai hak istimewa bagi mereka yang melakukan pendirian usaha
industri baru melalui penggunaan teknologi yang diimpor. Dengan perlindungan
tersebut, dalam jangka waktu tertentu pengusaha industri tersebut diberikan hak
untuk menggunakan teknologi yang diimpor olehnya, pemberian hak tersebut
dilakukan menggunakan Surat Paten. Tujuan pemberian hak tersebut yakni untuk
memberikan kesempatan kepada pengusaha pengimpor teknologi yang baru untuk
benar-benar menguasai cara penggunaan dan selukbeluk teknologi yang diimpor
olehnya. Sehingga tujuan pada awalnya pemberian paten bukanlah untuk
pemberian perlindungan untuk penemu, melainkan untuk merangsang hadirnya
pengalihan teknologi dan pendirian industri baru.
Perlindungan paten sendiri secara internasional mulai lahir pada tahun 1883
dimana organisasi the World Intellectual Property Organization (WIPO) lahir.
Pada awalnya perlindungan terhadap HKI hanya bersifat sukarela (voluntatif),
namun seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan ekonomi dunia
sifatnya berubah menjadi keharusan (compultatif). Keharusan ini dihasilkan oleh
konvensi-konvensi WIPO yang mengharuskan setiap negara yang telah bergabung
dalam keanggotaan, wajib untuk melaksanakan pendaftaran tersebut.46
Setiap penemuan baik produk maupun proses yang melibatkan langkah inventif
serta mampu diaplikasikan pada industri dengan catatan masih baru dalam semua
46
Yoyon M Darusman, “Kedudukan Serta Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Paten Dalam
Kerangka Hukum Nasional Indonesia Dan Hukum Internasional”, Yustisia, Vol. 5, No. 1, thn.
2016, hlm. 218.
47
http://bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf.
18
Paten memiliki hak eksklusif yang akan diberikan kepada pemiliknya. Jika paten
tersebut berupa sebuah produk maka pemilik paten dapat mencegah pihak ketiga
untuk membuat, menggunakan ataupun menjual produk tersebut tanpa izin dari
pemilik paten. Hak lain yang dapat dimiliki dari perlindungan paten ialah jika
penemuan tersebut berupa proses maka pihak ketiga yang tidak memiliki izin dari
pemilik paten tidak diperbolehkan untuk menggunakan proses tersebut untuk
dijual ataupun digunakan.50 Pemilik paten di satu sisi juga memiliki hak untuk
memberikan pengalihan, transfer suksesi paten yang ia miliki kepada pihak
ketiga.51 Pemberian pengecualian terbatas dapat dilakukan oleh anggota pada hak
eksklusif suatu paten. Pengecualian tersebut dilakukan dengan tidak bertentangan
secara tidak wajar terhadap eksploitasi normal dari paten serta tidak
mengakibatkan kerugian secara tidak wajar terhadap kepentingan dari pemilik
paten, juga kepentingan pihak ketiga diperhatikan dalam hal ini.52
Dalam Article 31 TRIPs Agreement juga diatur mengenai penggunaan lain tanpa
izin dari pemilik hak. Jika penggunaan lain tanpa izin dari pemilik hak, termasuk
48
Siti Azizah, “Analisis Ekonomi Dalam Pembentukan Hukum”, Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum
Vol. 6, No. 2, thn. 2012, hlm. 4.
49
Article 27 (3a) TRIPS Agreement.
50
Article 28 (1) TRIPS Agreement.
51
Article 28 (2) TRIPS Agreement.
52
Article 30 TRIPS Agreement.
19
di dalamnya penggunaan oleh pemerintah dan pihak ketiga diizinkan oleh hukum
negara anggota, maka terdapat hal-hal yang perlu dipatuhi, antara lain:
53
Article 31 TRIPS Agreement
21
54
Jorge L. Contreras, “Expanding Access to Patents for COVID-19”, Assessing Legal Responses to
Covid-19, thn. 2020, hlm. 158.
55
Esther K. Choo, MD, MPH, and S. Vincent Rajkumar, MD, “Medication Shortages During the
COVID-19 Crisis: What We Must Do”, Mayo Clinic, thn. 2020, hlm. 1114.
22
56
Achmad Amri Ichsan, Loc.Cit.
57
Putu Ayu Sriasih Wesna, “Doha Declaration sebagai Perlindungan Masyarakat atas Akses Obat
Esensial di Negara Berkembang Pasca Trips Agreement”, Kertha Wicaksana, Vol. 14, No. 1, thn.
2020, hlm. 57-58.
58
Jorge L. Contreras, Loc.Cit.
23
59
Eduardo Urias and Shyama V. Ramani, Loc.Cit.
60
MFN merupakan sebuah prinsip dalam Hukum Ekonomi Internasional yang mensyaratkan
kepada setiap negara anggota WTO untuk tidak melakukan diskrimasi atau memperlakukan sama
antara negara satu dengan negara lainnya.
61
Desy Churul Aini S.H., M,H., dan Rehulina S.H., M.H., Hukum Ekonomi Internasional, Zam-
Zam Tower, Bandar Lampung, thn. 2017, hlm. 9.
62
Putu Ayu Sriasih Wesna, “Doha Declaration sebagai Perlindungan Masyarakat atas Akses Obat
Esensial di Negara Berkembang Pasca Trips Agreement”, Kertha Wicaksana, Vol. 14, No. 1, thn.
2020, hlm. 58.
63
Article 5 Doha Declaration.
64
Article 5(b) and (c) Doha Declaration.
24
Dalam regulasi ini juga ditekankan untuk negara maju untuk berkomitmen dalam
penanggulangan kondisi darurat di suatu negara. Komitmen itu dituangkan dalam
Article 7 Doha Declaration, yang berbunyi bahwa sesuai dengan Article 66.2.
TRIPs Agreement setiap negara anggota menegaskan akan komitmen setiap
negara anggota yang tergolong sebagai negara maju untuk memberikan insentif
kepada perusahaan dan lembaga untuk mempromosikan dan mendorong transfer
teknologi ke negara anggota yang kurang berkembang. Dengan demikian negara
negara maju akan memberikan insentif atas setiap alih teknologi yang diberikan
oleh perusahaan maupun institusi terhadap negara negara berkembang dan
terbelakang.65 Dengan demikian hadirnya ketentuan ini akan membuat akses bagi
negara berkembang mendapatkan harga yang terjangkau dalam penyediaan obat
yang diimpor dari negara lain dapat lebih mudah dilakukan.66
Parallel Import atau impor paralel merupakan sebuah mekanisme impor dari
suatu negara terhadap produk asli tanpa izin dari pemilik lisensi. Impor paralel
kerap kali dikatakan sebagai produk abu-abu, dan terlibat dalam kekayaan
intelektual dan isu-isu perdagangan internasional.67 Konsep exhaustion yang
WTO keluarkan menjelaskan bahwa mengacu pada sejauh mana pemegang hak
dapat mengontrol distribusi merk barang itulah hak atas kekayaan intelektual,
maksudnya disini ialah jika sebuah produk telah dijual maka dalam yurisdiksi
tertentu produk yang hak kekayaan intelektual tersebut telah melekat, dengan
demikian pemegang hak tersebut harus mengizinkan kembali produk tersebut
untuk diperjualbelikan di wilayah hukum tersebut.68
65
Article 7 Doha Declaration.
66
Niken Sari Dewi, Suteki, “Obstruksi Pelaksanaan Lisensi Wajib Paten Dalam Rangka Alih
Teknologi Pada Perusahaan Farmasi Di Indonesia”, Jurnal Law Reform, Vol. 13, No. 1, thn. 2017,
hlm. 2.
67
Siti Azizah, “PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK INTERNASIONAL”, Fiat Justitia
Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 6, No. 2, thn. 2012, hlm. 3.
68
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl1656/paralel-importation.
25
69
https://www.wipo.int/edocs/mdocs/sme/en/atrip_gva_99/atrip_gva_99_6.pdf.
26
Government use merupakan salah satu langkah strategis yang dimungkinkan oleh
hukum dalam menangani permasalahan ketersediaan obat-obatan. WTO menyebut
istilah government use yang dimuat dalam glossary term of WTO, definisi
terjemahan dari government use dimaksudkan untuk penggunaan dan perizinan
kondisi pemerintah kepada pihak lain dalam balutan kepentingan pemerintah
untuk menggunakan hak atas paten produk atau paten tanpa perlu mendapatkan
izin dari pemegang paten. Government use tidak disebutkan dalam TRIPs
Agreement tidak menyebutkan secara eksplisit telah diatur secara yuridis yang
diatur di dalam, article 30 dan article 31 TRIPs Agreement telah menyebutkan
poin-poin pokok terkait dengan mekanisme government use. Di dalam poin
tersebut dikatakan bahwasanya pemerintah dimungkinkan untuk melaksanakan
lisensi wajib atas obata-obatan yang dilindungi oleh paten dengan
mengesampingkan atas hak eksklusif oleh Pemegang Paten dalam kondisi tertentu
seperti kedaruratan kesehatan seperti pandemi dan endemi.70
Dalam kasus covid-19 jika halnya obat dan vaksin telah ditemukan, maka strategi
government use untuk produksi dan pengadaan obat dapat juga dimungkinkan
untuk dilaksanakan. Dalam mekanisme government use satu hal yang tidak boleh
dilupakan yakni pemberian remunerasi atau kompensasi kepada pemegang paten
atas invensi obat-obatan yang telah dibuat olehnya. Sebagai salah satu cabang
HAKI, paten harus dapat menjaga keseimbangannya dalam hal ini jika beririsan
dengan dengan kesehatan dan keselamatan publik, hak eksklusif yang dimiliki
oleh pemegang paten tidaklah bersifat mutlak.71
Hukum internasional adalah regulasi yang mengatur hubungan lintas batas antar
negara.72 Subjek dari Hukum internasional sendiri yaitu negara, Organisasi
Internasional, Palang Merah Internasional, tahta suci vatikan, individu dan
belligerent.73 Hukum internasional dalam perkembangannya semakin kompleks
sehingga pengertiannya meluas hingga menyangkut struktur dan perilaku
organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan
individu.74 Mochtar Kusumaatmadja mendefiniskan Hukum Internasional sebagai
sebuah hukum yang keseluruhan kaidahnya dan asas-asasnya mengatur mengenai
hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara, dalam hal ini bisa
berarti hubungan negara dengan negara lainnya, negara dengan subyek hukum
71
http://lipi.go.id/publikasi/government-use-alternatif-solusi-untuk-kemandirian-vaksin-covid-19-
/40854.
72
Rispalman, “Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional”, Duturiyah, Vol. VII.
No .1, thn. 2017, hlm. 2.
73
https://repository.unimal.ac.id/2104/1/Bab%205.pdf.
74
Andi Tenripadang, “Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional”, Jurnal Hukum
Diktum, Vol. 14, No. 1, thn. 2016, hlm. 67.
28
Di samping hukum internasional ada juga hukum nasional. Hukum nasional dapat
dikatakan sebagai keseluruhan kaidah dan asas yang berdasarkan pada keadilan
untuk mengatur hubungan manusia di tengah masyarakat saat ini yang berlaku di
wilayah yurisdiksi suatu negara.76 Hukum nasional sendiri sering disebut sebagai
hukum positif atau stellingsrecht. Gustav Radbruch mendefinisikan hukum positif
sebagai hukum yang berlaku di masyarakat tertentu atau suatu negara negara pada
saat tertentu, yang juga mengatur hubungan manusia dalam masyarakat.77 Berbeda
dengan hukum internasional, hukum nasional dibentuk oleh suatu badan legislatif
serta memiliki sanksi di dalamnya.78
Hukum internasional dan hukum nasional adalah domain hukum yang kadang
dipandang sebagai satu kesatuan, namun di satu sisi lainnya kedua hukum tersebut
sering kali pandang menjadi dua hal yang berbeda dan terpisah. Pemetaan atas
kedua pandangan ini menempatkan keduanya berada pada sisi yang berbeda,
terutama dalam hal eksistensi dan daya laku keduanya.79 Keberlakukan Hukum
Internasional pada dasarnya didasarkan pada prinsip Pacta Sunt Servanda dan
Primat Hukum Internasional, yakni meninggikan hierarki Hukum Internasional
lebih tinggi dibanding peraturan dalam negeri.80
Secara filosofis, aliran hukum alam dan teori atau aliran positivis dapat digunakan
untuk mengkaji lebih lanjut kekuatan mengikatnya sebuah hukum (internasional).
Menurut teori positivisme hukum internasional dengan hukum nasional sendiri
merupakan hal yang sama karena berakar dari kemauan negara dalam
menentukan. Jika dilihat dari teori hukum alam, hukum alam adalah hukum
75
Abdul Muthalib Tahar, Hukum Internasional dan Perkembangannya, Justice Publisher, Bandar
Lamapung, thn. 2018, hlm. 3.
76
http://repository.ut.ac.id/3859/1/PKNI4207-M1.pdf.
77
Miftakhul Nur Arista, Ach. Fajruddin Fatwa, “Hubungan Hukum Internasional dan Hukum
Nasional”, Ma’mal, Vol. 1, No. 4, thn. 2020, hlm.
78
Agus Riwanto, “Strategi Politik Hukum Meningkatkan Kualitas Kinerja Dpr Ri Dalam
Produktivitas Legislasi Nasional”, Jurnal Cita Hukum, Vol.4, No.2, thn. 2016, hlm. 282.
79
Firdaus, “Kedudukan Hukum Internasional Dalam Sistem Perundang-Undangan Nasional
Indonesia”, Fiat Justisia, Vol. 8, No. 1, thn. 2014, hlm. 37.
80
Rosmawati, “Pengaruh Hukum Internasional terhadap Hukum Nasional” Kanun Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. XV, No. 61, thn. 2013, hlm. 460-461.
29
tertinggi karena mengatur manusia secara luas, dan hukum internasional sebagai
salah satu perwujudan dari hukum alam sudah seharusnya dijadikan sebagai
hukum yang lebih didahulukan oleh negara.81 Jika dilihat dari aspek sosiologis,
kekuatan dari hukum internasional akan mutlak mempengaruhi negara dalam
hidup bermasyarakat dengan negara lain. Menurut aspek yuridis akan ditemukan
bahwa hukum tertinggi akan sangat berpengaruh dengan hukum di bawahnya,
yang mana hal ini sejalan dengan pendapat dari Hans kelsen dan juga Mazhab
Wiena.82
Terdapat dua teori yang cukup dikenal dalam memahami berlakunya hukum
internasional, yaitu teori dualisme dan teori monisme. Teori dualisme menyatakan
bahwasanya keduanya berbeda sama sekali. Bahwa daya ikat hukum internasional
bersumber pada kemauan negara menjadi sumber pada teori aliran dualisme,
dalam teori ini dikatakan bahwa keduanya merupakan dua sistem hukum yang
terpisah. Teori monisme menyatakan bahwasanya, kedua hukum tersebut ialah
dua aspek yang sama dari satu sistem hukum umumnya. Teori monisme
mengatakan bahwa hukum nasional merupakan sumber hukum hukum
internasional.83
Dalam teori monisme dalam hubungan hukum nasional dan hukum internasional
terdapat dua teori yang diutamakan oleh beberapa orang yakni teori monisme
primat hukum nasional dan ada teori monisme primat hukum internasional.84
Primat hukum internasional merupakan pandangan yang menganggap bahwa
kedudukan yang lebih tinggi dimiliki oleh hukum internasional dibandingkan
hukum nasional.85 Primat hukum nasional sendiri memiliki arti bahwa hukum
81
Levina Yustitianingtyas, “Masyarakat Dan Hukum Internasional (Tinjauan Yuridis Terhadap
Perubahan-Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Internasional)”, Perspektif, Vol. XX, No. 2, thn.
2015, hlm.
82
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Binacipta, Bandung, thn. 2003, hlm.
48-50.
83
Hasanuddin Hasim, Op.Cit., hlm. 173-179.
84
Rosmawati, Op.Cit., hlm. 459.
85
Frans E Likadja, dan Bessie Frans Daniel, Desain Instruksional Dasar Hukum Internasional,
Ghalia Indonesia, Jakarta, thn. 1988. Hlm. 58-59.
30
Dalam tafsir yang dilakukan oleh Utrecht, suatu perjanjian internasional menurut
Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 harus mendapat persetujuan DPR terlebih
dahulu barulah kemudian dapat dituangkan ke dalam undang-undang yang bersifat
formil berupa undang-undang persetujuan atau goedkeuringswet. Dengan kata
lain setiap Undang-Undang yang meratifikasi Perjanjian Internasional yang
dikeluarkan oleh Pemerintah tidaklah memuat substansi dari perjanjian
internasional melainkan hanyalah sebuah Undang-Undang formil yang ditujukan
untuk menyatakan bahwa Negara Indonesia terikat pada sebuah Perjanjian
Internasional. Di sisi lainnya Mahkamah Konstitusi dalam pengujian atas Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of The Association of
Southeast Asian Nations (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara)
menegaskan bahwa Undang-Undang yang meratifikasi perjanjian internasional
tidak berbeda dengan Undang-Undang lainnya.88 Dengan demikian, Undang-
Undang tersebut dapat diuji dan juga dapat dinyatakan bertentangan dengan
konstitusi.89 Dari uraian di atas nampak bahwa Negara Indonesia adalah negara
yang menganut primat hukum nasional dalam konteks hubungan HI dan HN.
86
Jiko Siko Oping, “Efektifitas Pengamanan Terhadap Pulau-Pulau Terluar Indonesia Sebagai
Upaya Mengatasi Konflik Di Wilayah Perbatasan Indonesia”, Lex Privatum, Vol. VI, No. 6, thn.
2018, hlm. 62.
87
Ibid., hlm, 64.
88
Dhiana Puspitawati, Adi Kusumaningrum, “Reposisi Politik Hukum Perjanjian Internasional
Dalam Rangka Mewujudkan Tertib Hukum Di Indonesia”, Jurnal Media Hukum, Vol. 22, No. 2,
thn. 2015, hlm. 263.
89
Desy Churul Aini, “HARMONISASI UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DENGAN
KETENTUAN INTERNASIONAL TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
(ASEAN Economic Community/AEC 2015)”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 9, No. 3, thn.
2015, hlm. 382.
31
Sebagai negara hukum Indonesia memiliki regulasi yang mengatur tentang hak
cipta yaitu yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(Undang-Undang tentang Hak Cipta). Dengan didasari oleh kemampuan
seseorang membuat dan mencipta, Negara memberikan hak eksklusif kepada
pencipta dalam upayanya menghasilkan suatu karya yang orisinil, khas, dan juga
menunjukkan kreativitas individunya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Yusran Isnaini, yang mengatakan bahwa Hak Cipta merupakan sesuatu yang
memiliki sifat khas dalam artian gagasan atau pemikiran yang diwujudkan dalam
bentuk karya yang dapat didengar, dilihat, dibaca maupun diraba oleh orang lain.
Dengan demikian, hak cipta tidak dapat melindungi hal-hal yang masih berupa
pemikiran maupun gagasan.90
Sebagai upaya mendorong dan memajukan kesejahteraan bangsa hak cipta bisa
dikatakan sangat pesat perkembangannya. Dengan pesatnya perkembangan hak
cipta yang meliputi teknologi, seni, ilmu pengetahuan dan juga sastra perlu untuk
pemerintah menghadirkan sebuah penjaminan hukum. Penjaminan dan
perlindungan hukum seakan menjadi sebuah urgensi untuk pemerintah Indonesia
menghadirkan regulasi tentang hak cipta.
Urgensi perlu hadirnya regulasi terkait hak cipta bukan hanya hadir dari dalam
negeri saja. Perlu diingat bahwa Indonesia merupakan anggota perjanjian
Jessica Djaja Putra1 , 2Mariska Budialim2 , Djunita3 , Michelle Yaputri Budiman4, “SPEECH
90
internasional di bidang hak cipta, hal inilah yang membuat indonesia perlu
melakukan tindakan aksesi ke dalam bentuk regulasi sebagai tindak lanjut dalam
proses ratifikasi. Hadirnya regulasi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta ini juga dilandasi oleh perkembangan hukum dan juga
kebutuhan masyarakat yang sudah tidak dapat dicakup lagi oleh Undang-Undang
nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta, sehingga perlu adanya sebuah regulasi
yang baru.
Berdasarkan hal tersebut juga perlu adanya peran pemerintah yang lebih
ditingkatkan untuk memberikan nilai-nilai kemanfaatan dari paten, untuk
digunakan dalam rangka melindungi keselamatan dan juga kesejahteraan rakyat.91
Terkhusus dalam konteks keselamatan dan kesejateraan masyarakat yang
dimaksud oleh Undang-Undang tentang Paten adalah mekanisme lisensi wajib
dan pelaksanaan paten oleh pemerintah. Hal ini mengingat bahwa hal ini akan
sangat berkaitan juga dengan kebutuhan yang sangat mendesak serta kebutuhan
pertahanan dan keamanan. Untuk itu perlulah fleksibilitas paten sebagaimana
diatur dalam TRIPS Agreement untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Terkait dengan ketentuan internasional juga sebagaimana Nagoya Protokol,
perlunya perubahan substansi di dalam Undang-Undang tentang Paten dilakukan
untuk melindungi dari pemanfaatan pihak asing tanpa memberikan kontribusi
sedikitpun terhadap NKRI dalam hal Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan
Tradisional.
92
Bayu Sujadmiko, Ph.D., Pengantar Hukum Teknologi Informasi Internasional, Zam-Zam Tower,
Bandar Lampung, thn. 2017, hlm. 1-2.
34
tidak relevan oleh zaman, hukum nasional, maupun hukum internasional sehingga
dengan ini perlu untuk diciptakan Undang-Undang 13 Tahun 2016 Tentang Paten.
Dalam Undang-Undang tentang Paten yang terbaru ini, salah satunya mengatur
mengenai obat-obatan. Dan di dalam substansi Undang-Undang tentang Paten ini
juga membahas mengenai penggunaan obat-obatan untuk kebutuhan darurat,
dalam hal ini ialah Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah dan juga Lisensi Wajib.
Dengan demikian Undang-Undang tentang Paten ini sangatlah tepat untuk
menjadi sebuah mata pisau analisis dalam penelitian ini karena merupakan
regulasi hukum nasional yang berkaitan erat dengan penelitian ini.
Salah satu hal yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetap
terjaga ialah vaksin, bahkan berbagai penyakit berbahaya dan serius dapat
dilindungi oleh vaksin. Vaksin bahkan dilansir oleh WHO sebagai salah satu cara
paling efektif dalam mencegah terjadinya penularan suatu penyakit. Sistem
kekebalan tubuh akan mengenali dan melawan patogen seperti bakteri ataupun
virus, setelah diberikan vaksin. Dengan demikian tubuh dari penerima vaksin
tersebut akan aman dari penyakit.93 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
vaksin memiliki arti sebagai sebuah bibit penyakit yang telah dilemahkan, yang
mana bibit penyakit tersebut nantinya akan digunakan untuk proses vaksinasi.94
Vaksinasi sendiri ialah proses penggunaan bibit penyakit yang telah dilemahkan
guna mencegah terjadinya penyakit masuk ke dalam tubuh.95
Covid-19 merupakan sebuah penyakit yang lahir dan disebabkan oleh coronavirus
jenis baru. Coronavirus sendiri merupakan kelompok virus yang dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit kepada manusia maupun hewan. Penyakit ini
93
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/20/140000569/apa-itu-vaksin?page=all.
94
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/vaksin.
95
Firman Hamdani, Mira Ziveria, “Aplikasi Pengingat Vaksinasi Hewan Berbasis Desktop Pada
Toko Hewan PamPam Do”, Kalbiscentia, Vol. 4, No. 2, thn. 2017, hlm. 136.
35
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa vaksin covid-19 adalah sebuah cara
untuk mencegah penularan covid-19. Vaksin covid-19 ini sendiri berasal dari
penyakit coronavirus jenis baru yang telah dilemahkan guna mengenali dan
melawan patogen covid-19. Dengan adanya vaksinasi covid-19, maka penerima
vaksin tersebut akan dapat mencegah tertular penyakit covid-19, hal ini
dikarenakan tubuh dari penerima vaksin sudah membiasakan diri dengan virus
coronavirus jenis baru ini.
Para peneliti di dunia saat ini tengah berlomba untuk menghasilkan sebuah vaksin
untuk digunakan melawan penyakit yang telah menjadi pandemi saat ini.
Regulatory Affairs Professional Society telah mengkonfirmasi bahwa setidaknya
saat ini ada 32 vaksin Covid-19 di seluruh dunia yang sedang dikembangkan.97
Dalam rangka mengupayakan kemudahan akses, keamanan dan keterjangkauan
harga vaksin, salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah salah satunya
dicapai melalui WHO Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator COVAX
Facility. GAVI98, CEPI99, dan WHO adalah koalisi yang memimpin COVAX.
COVAX sendiri memiliki tujuan untuk pengembangan dan pembuatan vaksin
covid-10 dapat dipercepat, serta memberikan jaminan kepada setiap negara di
dunia akses vaksin yang adil dan merata.100 COVAX berisi 172 negara yang
tengah berdiskusi mengenai kemungkinan berpartisipasi dalam COVAX. COVAX
juga merupakan lembaga dengan portofolio vaksin terbanyak dan paling beragam
di dunia. Upaya ini dilakukan guna menciptakan kondisi dunia yang adil bagi
negara-negara di dunia dalam menerima vaksin yang aman dan efektif setelah
96
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public.
97
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200616182702-37-165864/terbaru-ini-32-vaksin-covid-
19-yang-diuji-di-seluruh-dunia
98
GAVI merupakan co-lead dari COVAX, sebagai pilar vaksin dari Acces to COVID-19 Tools
(ACT) Aceelerator.
99
CEPI merupakan singkatan dari The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations. CEPI
merupakan aliansi untuk membiayai dan mengkoordinasikan pengembangan vaksin baru untuk
mencegah dan menanggulangi wabah penyakit menular.
100
gavi.org/covax-facility.
36
dilisensi dan disetujui.101 Selain COVAX, salah satu vaksin covid yang tengah
diuji coba di Indonesia adalah vaksin Sinovac yang berasal dari Tiongkok.102
Melalui penandatanganan yang dilakukan oleh pihak Bio Farma dengan
perusahaan Sinovac, bahkan sebagaimana dituangkan dalam Preliminary
Agreement of Purchase and Supply of Bulk Product of Covid 19 Vaccine sebanyak
40 Juta dosis vaksin covid-19 siap dipenuhi oleh pihak Sinovac di Indonesia.103
101
https://www.who.int/news-room/detail/24-08-2020-172-countries-and-multiple-candidate-
vaccines-engaged-in-covid-19-vaccine-global-access-facility.
102
https://asia.nikkei.com/Spotlight/Coronavirus/Indonesia-teams-with-China-s-Sinovac-for-
COVID-vaccine.
103
https://www.voaindonesia.com/a/sinovac-siap-pasok-40-juta-dosis-vaksin-ke-
indonesia/5551495.html.
37
Metodologi berasal dari kata metode yang berarti cara untuk melakukan sesuatu
dengan sistematis/teratur dan kata logos yang memiliki makna ilmu yang
didasarkan logika berpikir.104 Metodologi dapat diartikan sebagai sebuah ilmu
tentang cara melakukan sesuatu dengan sistematis atau teratur. Metodologi
penelitian hukum dapat memiliki arti ilmu tentang tata cara melakukan penelitian
dengan sistematis dan teratur.
104
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dra-wening-sahayu-mpd/metodologi-
penelitian.pdf.
105
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, thn, 1982,
hlm. 2.
106
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, thn 2006, hlm. 1.
107
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum¸ PT Citra Aditya, Bandung, thn. 2004,
hlm. 102.
38
Penelitian normatif memiliki beberapa ruang lingkup, antara lain adalah penelitian
terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, perbandingan
hukum, sejarah hukum dan sinkronisasi terhadap regulasi baik vertikal maupun
horizontal.108 Penelitian doctrinal seringkali digunakan untuk menyebutkan
penelitian normatif ini, dengan objek penelitian pada dokumen perundangan dan
bahan pustaka lainnya.109 Dalam penelitian normatif yang menjadi pokok
utamanya adalah bagaimana seorang peneliti menentukan metode penelitian yang
digunakan, langkah langkah yang ditentukan, serta merumuskan suatu masalah
dengan tajam dan akurat dalam bangunan teori yang dibuat.110
108
Ibid, hlm. 14.
109
Soedjono, Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, thn. 2004, hlm. 56.
110
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, thn. 2008, hlm. 80.
111
http://senayan.iain-palangkaraya.ac.id/index.php?p=show_detail&id=11121&keywords=.
112
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, thn. 2004, hlm 1.
39
Jenis data sekunder dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga yakni, bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat antara lain terdiri
dari:
113
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum¸ PT Citra Aditya, Bandung, thn. 2004,
hlm. 57.
114
Ibid. hlm. 151.
40
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memiliki sifat memberikan
penjelasan atas bahan-bahan hukum primer sehingga dapat membantu untuk
menganalisa dan memahami bahan hukum primer. Jurnal, buku-buku,
makalah yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini menjadi bahan
hukum sekunder dalam penelitian ini.
c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memiliki sifat memberikan
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Media
massa, literatur-literatur, dan lain sebagainya menjadi bahan hukum tersier
yang digunakan dalam penelitian ini.
115
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., 112.
41
a. Seleksi Data, adalah kegiatan untuk memilih dan memeriksa data yang
dianggap sesuai dengan objek pembahasan penelitian terkait kebenaran,
kelengkapan dan kejelasan dari data.
b. Klasifikasi Data, merupakan pengelompokan data menurut kerangka yang
telah ditetapkan setelah adanya proses seleksi data.
c. Sistematisasi Data, adalah penyusunan data yang telah dilakukan seleksi data
dan klasifikasi data jam guna menciptakan keteraturan sehingga
permasalahan yang ingin dijawab lebih mudah untuk dibahas.
116
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 127.
117
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, thn. 2014. hlm. 12.
66
V. PENUTUP
5.1.KESIMPULAN
5.2.SARAN
fakta bahwasanya covid akan tetap ada di sekitar kita sekalipun vaksin telah
ditemukan.
Buku
Achmad Amri Ichsan, “Analisis Yuridis Terhadap Lisensi Wajib Dan Pelaksanaan
Paten Oleh Pemerintah Berdasarkan Perjanjian Trip’s”, Jurnal Ilmu Hukum
Legal Opinion, Vol. 2, No. 1, thn. 2014.
Agus Riwanto, “Strategi Politik Hukum Meningkatkan Kualitas Kinerja Dpr Ri
Dalam Produktivitas Legislasi Nasional”, Jurnal Cita Hukum, Vol.4, No.2,
thn. 2016.
Andi Tenripadang, “Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional”,
Jurnal Hukum Diktum, Vol. 14, No. 1, thn. 2016.
Bayu Sujadmiko, “Pengakuan Negara Baru Ditinjau Dari Perspektif Hukum
Internasional (Studi terhadap kemerdekaan Kosovo)”, Fiat Justicia: Jurnal
Ilmu Hukum, Vol. 6, No. 1, thn. 2017.
Bayu Sujadmiko, “Pengakuan Negara Baru Ditinjau Dari Perspektif Hukum Internasional
(Studi terhadap kemerdekaan Kosovo)”, Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 7,
No. 1, thn. 2013.
Bayu Sujadmiko, Desy Churul Aini, Asep Sukohar, Dimas Zakaria, “Compulsory
Licensing Practices of Covid-19 Vaccine Production in Indonesia”
ULICoSS, thn. 2020.
Bella S. M. Katuche, “Lisensi Paten Dalam Kaitannya Dengan Proses Alih
Teknologi Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001”, Lex et
Societatis, Vol. V, No. 2, thn. 2017.
Desy Churul Aini, “HARMONISASI UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DENGAN
KETENTUAN INTERNASIONAL TENTANG MASYARAKAT EKONOMI
ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community/AEC 2015)”, Fiat Justisia Jurnal
Ilmu Hukum, Vol. 9, No. 3, thn. 2015.
Dhiana Puspitawati, Adi Kusumaningrum, “Reposisi Politik Hukum Perjanjian
Internasional Dalam Rangka Mewujudkan Tertib Hukum Di Indonesia”,
Jurnal Media Hukum, Vol. 22, No. 2, thn. 2015.
Dushyant Kumar Sharma, “Intellectual Property and the Need to Protect It”,
Indian J.Sci.Res. Vol. 9, No. 1, thn. 2014.
Dwi Martini, Hayyanul Haq, Budi Sutrisno, “Perlindungan Hukum
Terhadap Pengetahuan Obatobatan Tradisional Dalam Rezim Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI) Indonesia (Studi Pada Masyarakat Tradisional
Sasak)”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 6, No. 1, thn. 2017.
Erlinda Matondang, “Pentingnya Kapabilitas Negosiator Dalam Kerja Sama
Internasional Di Bidang Teknologi Pertahanan: Kasus Proyek Kfx/Ifx”,
Jurnal Pertahanan, Vol. 5, No. 2, thn. 2015, hlm. 194-195.
Esther K. Choo, MD, MPH, and S. Vincent Rajkumar, MD, “Medication
Shortages During the COVID-19 Crisis: What We Must Do”, Mayo Clinic,
thn. 2020.
Fheriyal Sri Isriawaty, “Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Atas
Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Vol.
3, No. 2, thn. 2015.
Firdaus, “Kedudukan Hukum Internasional Dalam Sistem Perundang-Undangan
Nasional Indonesia”, Fiat Justisia, Vol. 8, No. 1, thn. 2014.
Firman Hamdani, Mira Ziveria, “Aplikasi Pengingat Vaksinasi Hewan Berbasis
Desktop Pada Toko Hewan PamPam Do”, Kalbiscentia, Vol. 4, No. 2, thn.
2017.
Hengbo Zhu, Li Wei and Ping Niu, “The novel coronavirus outbreak in Wuhan,
China”, Global Health Research and Policy, Vol. 5, No. 6, thn. 2020.
Humphrey Wangke, “Diplomasi Vaksin Indonesia Untuk Kesehatan Dunia”, Info
Singkat, Vol. XIII, No. 1, thn. 2021, hlm. 10-11.
Jessica Djaja Putra , Mariska Budialim , Djunita , Michelle Yaputri Budiman4,
“SPEECH COMPOSING MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28
TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA”, Jurnal Cendekia Hukum, Vol. 5,
No 1, thn. 2019.
Jiko Siko Oping, “Efektifitas Pengamanan Terhadap Pulau-Pulau Terluar
Indonesia Sebagai Upaya Mengatasi Konflik Di Wilayah Perbatasan
Indonesia”, Lex Privatum, Vol. VI, No. 6, thn. 2018.
Jorge L. Contreras, “Expanding Access to Patents for COVID-19”, Assessing
Legal Responses to Covid-19, thn. 2020.
Levina Yustitianingtyas, “Masyarakat Dan Hukum Internasional (Tinjauan
Yuridis Terhadap Perubahan-Perubahan Sosial Dalam Masyarakat
Internasional)”, Perspektif, Vol. XX, No. 2, thn. 2015.
Lidya Shery Muis, “Hak Atas Aksesibilitas Obat Paten Bagi Masyarakat”,
Pranata, Vol. 2, No. 1, thn. 2019.
Liky Faiza, “PROBLEMATIKA HUKUM PROGRESIF DI INDONESIA”,
Ijtima’ iiya, Vol. 9, No. 2, thn. 2016.
Lo’ai Alanagreh, Foad Alzoughool and Manar Atoum, “The Human Coronavirus
Disease COVID-19: Its Origin, Characteristics, and Insights into Potential
Drugs and Its Mechanisms”, Pathogens, thn. 2020.
Maria Alfons, “Implementasi Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perspektif Negara
Hukum”, Jurnal Legislasi, Vol. 14, No. 03, thn. 2017.
Mariske Myeke Tampi, “Menakar Progresivitas Teknologi Finansial (Fintech)
Dalam Hukum Bisnis Di Indonesia”, Era Hukum, Vol. 16, No. 2, thn. 2018.
Miftakhul Nur Arista, Ach. Fajruddin Fatwa, “Hubungan Hukum Internasional
dan Hukum Nasional”, Ma’mal, Vol. 1, No. 4, thn. 2020.
Muh Ali Masnun dan Dilla Nurfiana Astanti, “Urgensi Pembatasan Hak Eksklusif
Paten Covid-19 Melalui Penerapan Lisensi Wajib Di Indonesia”, Jurnal
Komunikasi Hukum (JKH), Vol. 6 No. 2, thn. 2020.
Muhamad Azhar, Hanna Aulia Azzahra, “Government Strategy in Implementing
the Good Governance during COVID-19 Pandemic in Indonesia”,
Administrative Law & Governance Journal, Vol. 3 No. 2, thn. 2020.
Naek Siregar, “ANALISIS YURIDIS TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP
DAMPAK RADIASI NUKLIR MENURUT HUKUM INTERNASIONAL (Studi
Kasus Radiasi Nuklir Jepang Pasca Gempa Dan Tsunami), Fiat Justitia Jurnal
Ilmu Hukum, Vol. 5, No. 2, thn. 2012.
Niken Sari Dewi, Suteki, “Obstruksi Pelaksanaan Lisensi Wajib Paten Dalam
Rangka Alih Teknologi Pada Perusahaan Farmasi Di Indonesia”, Jurnal
Law Reform, Vol. 13, No. 1, thn. 2017.
Prof. Dr. Tulus Warsito dan Dr. Surwandono, ““Diplomasi Bersih” Dalam
Perspektif Islam”, Thaqafiyyat, Vol. 16, No. 2, thn. 2015.
Putu Ayu Sriasih Wesna, “Doha Declaration sebagai Perlindungan Masyarakat
atas Akses Obat Esensial di Negara Berkembang Pasca Trips Agreement”,
Kertha Wicaksana, Vol. 14, No. 1, thn. 2020.
Putu Ayu Sriasih Wesna, “Doha Declaration sebagai Perlindungan Masyarakat
atas Akses Obat Esensial di Negara Berkembang Pasca Trips Agreement”,
Kertha Wicaksana, Vol. 14, No. 1, thn. 2020.
Putu Ayu Sriasih Wesna, “Doha Declaration sebagai Perlindungan Masyarakat
atas Akses Obat Esensial di Negara Berkembang Pasca Trips Agreement”,
Kertha Wicaksana, Vol. 14, No. 1, thn. 2020.
Regita A. Mumek, “Hak-Hak Kebendaan Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata”,
Lex Administratum, Vol. V, No. 2, thn. 2017.
Rehulina Tarigan, “Pelanggaran Hak Cipta Melalui Internet (Studi Kasus: Itar-Tass
Russian Agency Melawan Russian Kurier Agency)”, Fiat Justitia Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 7, No. 1, thn. 2013, hlm. 2.
Rico Mardiansyah, “Dinamika Politik Hukum Dalam Pemenuhan Hak Atas
Kesehatan Di Indonesia”, VeJ, Vol. 4, No. 1, thn. 2018.
Rispalman, “Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional”,
Duturiyah, Vol. VII. No .1, thn. 2017.
Rosmawati, “Pengaruh Hukum Internasional terhadap Hukum Nasional” Kanun
Jurnal Ilmu Hukum, Vol. XV, No. 61, thn. 2013.
Samariadi, “Pelaksanaan Compulsory Licensing Paten Obatobatan Bidang
Farmasi Di Indonesia Dikaitkan Dengan Doha Declaration On The Trips
Agreement And Public Health”, De Lega Lata, Vol. I, No. 2, thn. 2016.
Sartika Nanda Lestari, “Implementasi Compulsory Licensing Terhadap Obat-
Obatan Dalam Bidang Farmasi Di Indonesia (Studi Berdasarkan Doha
Declaration On The Trips Agreement And Public Health)”, Tesis,
Universitas Diponegoro, thn. 2012.
Siska Purnianti, “Analisis Yuridis Perjanjian Lisensi Paten Di Lembaga Penelitian
Dan Pengembangan Pemerintah Dalam Rangka Memperkuat Sistem Inovasi
Nasional”, disampaikan dalam Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT)
2015.
Siti Azizah, “Analisis Ekonomi Dalam Pembentukan Hukum”, Fiat Justitia Jurnal Ilmu
Hukum Vol. 6, No. 2, thn. 2012.
Siti Azizah, “PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK INTERNASIONAL”, Fiat
Justitia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 6, No. 2, thn. 2012.
Syafrida, “Pentingnya Perlindungan Hukum Paten Warga Negara Asing Di
Wilayah Indonesia Guna Meningkatkan Investasi Asing”, Adil, Vol. 10, No.
1, thn. 2019.
Try Setiady, “Harmonisasi Prinsip-Prinsip TRIPs Agreement Dalam Hak
Kekayaan Intelektual Dengan Kepentingan Nasional”, Fiat Justisia, Vol. 8,
No. 4, thn. 2014.
Uswatun Hasanah, “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Kalangan Generasi
Millenial Untuk Membendung Diri Dari Dampak Negatif Revolusi Indutri
4.0”, Pedagogy, Vol. 08, No. 01, thn. 2021.
Virginia A. Leary, “The Right to Health in International Human Right Law,
Health and Human Right”, The President and Fellows of Harvard College,
Vol 1 No.1.
Weinian Hu, “Compulsory licensing and access to future Covid-19 vaccines”,
CEPS Research Report COMPULSORY LICENSING AND ACCESS TO
FUTURE COVID-19 VACCINES No. 2020, thn. 2020.
Winner Sitorus, “Kepentingan Umum Dalam Perlindungan Paten”, Yuridika, Vol.
29, No. 1, thn. 2014.
Yoyon M Darusman, “Kedudukan Serta Perlindungan Hukum Bagi Pemegang
Hak Paten Dalam Kerangka Hukum Nasional Indonesia Dan Hukum
Internasional”, Yustisia, Vol. 5, No. 1, thn. 2016, hlm. 218.
Yustisiana Susila Atmaja, Budi Santoso, Irawati, “PELINDUNGAN HUKUM
TERHADAP PATEN PRODUK FARMASI ATAS PELAKSANAAN
PATEN OLEH PEMERINTAH (GOVERNMENT USE)”, Masalah-
Masalah Hukum, Vol. 50, No. 2, thn. 2021, hlm. 198.
Ketentuan Internasional dan Nasional
Doha Declaration.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/9860/2020 Tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk
Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-alam
Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Tentang
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020 Tentang
Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
TRIPs Agreement.
Undang-undang 13 Tahun 2016 Tentang Paten.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Universal Declaration of Human Rights.
Internet
gavi.org/covax-facility.
http://bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf.
http://farmalkes.kemkes.go.id/2014/06/mahalnya-harga-obat-di-indonesia/.
http://lipi.go.id/publikasi/government-use-alternatif-solusi-untuk-kemandirian-
vaksin-covid-19-/40854.
http://nurjannah.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/53946/HAK+KEKAYAA
N+INTELEKTUAL.pdf.
http://repository.ut.ac.id/3859/1/PKNI4207-M1.pdf.
http://repository.ut.ac.id/4087/1/HKUM4302-M1.pdf.
http://senayan.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php?p=show_detail&id=11121&keywords=.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dra-wening-sahayu-
mpd/metodologi-penelitian.pdf.
http://www.HAKI.co.id/.
http://www.HAKI.co.id/paten.html.
https://asia.nikkei.com/Spotlight/Coronavirus/Indonesia-teams-with-China-s-
Sinovac-for-COVID-vaccine.
https://covid19.go.id/.
https://dgip.go.id/images/ki-images/pdf-files/FatwaMUI.pdf.
https://dgip.go.id/pengenalan-paten.
https://eljohnnews.com/dipertemuan-mcgc-retno-sebut-vaksin-covid-19-harus-
dapat-diakses-semua-negara/.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2579415/pendapatan-per-
kapita-orang-ri-kalah-jauh-dibanding-negara-tetangga.
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5334454/kabar-terbaru-vaksin-
merah-putih-buatan-ri-sudah-sampai-mana.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/vaksin.
https://kemlu.go.id/portal/id/read/1292/berita/ministerial-coordination-group-on-
covid-19-mcgc-menlu-ri-sektor-swasta-berperan-penting-dalam-menjamin-
ketersediaan-rantai-pasokan-medis-global#!.
https://koran-jakarta.com/vaksin-merah-putih-terkendala-uji-klinis-tahap-tiga.
https://money.kompas.com/read/2020/02/27/191913626/indonesia-belum-cocok-
jadi-negara-maju-ini-alasannya.
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/18101841/presiden-jokowi-teken-
keppres-tetapkan-wabah-covid-19-bencana-nasional.
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/09/08475231/upaya-pemerintah-
peroleh-vaksin-covid-19-secara-gratis-mulai-membuahkan?page=all.
https://nasional.kontan.co.id/news/uji-klinis-tahap-3-jadi-kendala-ini-strategi-
pengembangan-vaksin-merah-putih.
https://referensi.elsam.or.id/wp-content/uploads/2014/12/KESEHATAN-
SEBAGAI-HAK-ASASI-MANUSIA.pdf.
https://repository.unimal.ac.id/2104/1/Bab%205.pdf.
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/01/150120_harga_obat.
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200616182702-37-165864/terbaru-ini-32-
vaksin-covid-19-yang-diuji-di-seluruh-dunia
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20201113175301-37-201752/bukti-
ketidakadilan-vaksin-corona-untuk-negara-maju.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl1656/paralel-importation.
https://www.jamudigital.com/berita?id=Daftar_Obat_Modern_Asli_Indonesia_Ap
ril_2020.
https://www.jamudigital.com/berita?id=Daftar_Obat_Modern_Asli_Indonesia_Ap
ril_2020.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/20/140000569/apa-itu-
vaksin?page=all.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/05/125200565/indonesia-resmi-
resesi-ini-yang-perlu-kita-tahu-soal-resesi-dan-dampaknya?page=all.
https://www.kompas.tv/article/103036/isi-perjanjian-bio-farma-dengan-sinovac-
soal-pesanan-40-juta-vaksin-mulai-november-2020?page=all.
https://www.law-justice.co/artikel/87784/menlu-vaksin-covid-19-harus-dapat-
diakses-oleh-semua-negara/.
https://www.liputan6.com/global/read/4296764/bank-dunia-indonesia-urutan-
terbawah-di-daftar-negara-kelas-menengah-atas.
https://www.pom.go.id/new/view/direct/function.
https://www.thejakartapost.com/news/2020/12/07/indonesia-spends-45-million-
to-procure-millions-of-vaccine-doses-from-china-this-year.html.
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/08/14/daftar-6-vaksin-covid-19-yang-
sudah-mendapat-izin-penggunaan-darurat-dari-bpom.
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/08/14/daftar-6-vaksin-covid-19-yang-
sudah-mendapat-izin-penggunaan-darurat-dari-bpom.
https://www.voaindonesia.com/a/sinovac-siap-pasok-40-juta-dosis-vaksin-ke-
indonesia/5551495.html.
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public.
https://www.who.int/news-room/detail/24-08-2020-172-countries-and-multiple-
candidate-vaccines-engaged-in-covid-19-vaccine-global-access-facility.
https://www.wipo.int/edocs/mdocs/sme/en/atrip_gva_99/atrip_gva_99_6.pdf.