Anda di halaman 1dari 33

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA DI DESA MEDAN


ESTATE KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG

TUGAS REKAYASA IDE


Disusun untuk Memenuhi salah satu Tugas dalam
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Sulaiman Lubis, SE., MM

Disusun Oleh :

Nama : Baho Kristanti Hutagalung (4181121001)


Dewi Yanti (4183321025)
Indah Hairiah Lubis (4181121014)
Leonardo Silalahi (4182121017)
Rizky Ananda Hasibuan (4183321020)
Yosafat Pakpahan (4182121009)
Prodi/Kelas : Pendidikan Fisika/A
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

UPT MKWU PENDIDIKAN PANCASILA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Indonesiaatas berkat dan rahmat-Nya sehingga


penulisan Rekayasa Ide ini dapat dikerjakan dan diselesaikan. Penulis mengucapkan
terimakasih Bapak Sulaiman Lubis, SE., MM. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Pancasila yang telah membimbing kami.

Makalah ini berjudul Rekayasa Ide.Penulisannya bertujuan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Pendidikan Pancasila dan meningkatkan pemahaman pembaca.Makalah ini tidak
luput dari kekurangannya.Oleh karena itu, saya mengharap saran konstruktif yang berguna
untuk penyempurnaan isi makalah ini dan juga tugas-tugas selanjutnya. Akhir kata, penulis
berterima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa memberi motivasi dan bantuan
kepada penulis sehingga penulisan makalah ini, dapat dirampungkan

Medan, 26oktober 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB III PEMBAHASAN TENTANG REALITAS IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN
DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA DI DESA … 14
BAB V.................................................................................................................................................25
URAIAN DOKUMENTASI...............................................................................................................25
BAB VI PENUTUP............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


selain berfungsi sebagai landasan atau dasar negara, Pancasila juga berfungsi
sebagai pedoman hidup bangsa. Proses konseptualisasi Pancasila melalui rangkaian
perjalanan panjang yang dimulai sekitar awal 1900-an dalam bentuk gagasan sehingga
muncul sintesis antar ideologi dan gerakan seiring dengan penemuan Indonesia
sebagai kode kebangsaan bersama (civic nationalism). Dalam proses perumusan dasar
negara, Soekarno memainkan peran sangat penting. Soekarno berhasil mensintesiskan
berbagai pandangan yang muncul.Beliau orang pertama yang mengkonseptualisasikan
dasar negara ke dalam pengertian “dasar falsafah” (philosofische grondslag).
Memaknai kembali Pancasila merupakan sebuah penegasan terhadap komitmen
bahwa sesungguhnya nilai-nilai Pancasila adalah dasar dan ideologi dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Pancasila bukanlah konsep pikiran semata,
melainkan sebuah perangkat tata nilai untuk diwujudkan sebagai panduan dalam
berbagai segi kehidupan.Dengan demikian Pancasila sebagai dasar negara berarti
nilai-nilai Pancasila harus menjadi landasan etika dan moral dalam membangun
pranata politik, pemerintahan, ekonomi, pembentukan dan penegakkan hukum, sosial,
budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang di peroleh dari latar belakang yang sudah ada adalah:
1. Bagaimana realitas penerapan nilai persatuan pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara?
2. Apa faktor yang menyebabkan realitas penerapan nilai persatuan terjadi?
3. Apa solusi yang dapat diberikan agar penerapan nilai persatuan dapat terlaksana
dengan baik?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui realitas penerapan nilai persatuan pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Mengetahui faktor yang menyebabkan realitas penerapan nilai persatuan terjadi.
3. Menemukan solusi yang dapat diberikan agar penerapan nilai persatuan dapat
terlaksana dengan baik.

1
BAB II
URAIAN MATERI TENTANG MAKNA NILAI PERSATUAN

Nilai dasar, yaitu melekat pada kelima sila Pancasila.Nilai dasar ini merupakan esensi
dari sila-sila Pancasila, sehingga.dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta
nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar tersebut tertuang di dalam pembukaan UUD I945.
Oleh karena itu pembukaan UUD 1945 merupakan suatu norma dasar yang merupakan tertib
hukum tertinggi, sebagai sumber hukum positif dan memiliki kedudukan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental. Nilai dasarini bersifat tetap dan terlekat pada kelangsungan
hidup negar'a.Nilai-dasar ini kemudian dijabarkan lebihlanjut dalam pasal-pasal UUD 1945.
Nilai instrumental, yang.merupakan arahan, kebijakan, srategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai
dasar ideologi Pancasila.
Nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam pengalaman
yang bersifat nyata,dalam kchidupan sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam realisasi praktisi nilah penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan
selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan atau reformasi.
Gambaran penggalian nilai-nilai, misalnya pada Sila persatuan indonesia dapat
diketahui dalam matriks berikut.
NILAI
NILAI DASAR NILAI PRAKTIS
INSTRUMENTAL
Nilai Persatuan  Memiliki perasaan keinginan bersatu dengan
dalam Sila orang dan teman yang lain
Persatuan  Rukun dengan seluruh angota keluarga
Indonesia  Rukun dengan teman di Sekolah
 Rukun dengan teman bermain
 Kompak dalam mengerjakantugaskelompok
 Kompak dalam mengerjakan tugas piket
 Mencintai bangsanya sendiri
Persatuan  Mencintai keluarganya sendiri
 Hidup rukun dengan tetangga
 Bergaul dengan semua teman tanpa memilih
 Se-iya sekata dalam kegiatan kelompok
 Berusaha menghindari permusuhan dengan
orang lain dan antar teman
 Melaksanakan semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika” dalam kehidupan
 dst.
Cinta Tanah Air  Membiasakan pulang kerumah sendiri
 Menyapu dan mengepel rumah dan sekolah
 Melaksanakan tugas piket kelas dengan
senang
 Menjaga kebersihan lingkungan

2
 Menanam pohon untuk keindahan
lingkungan
 Membersihkan rumput dan sekolah
sekitar rumah
 Melarang orang masuk rumah tanpa ijin
 Menjaga keamanan rumah, sekolah
dankampong
 Menjaga keindahan taman sekolah
 Menjaga nama baik keluarga, sekolah,
daerah, dan negara sendiri.
 Membela keluarga, bangsa dan Negara dari
ancaman orang lain
 Cinta produksi dalam negeri
 Tidak bersikap sebagai pengecut
 Hormat pada bendera merah putih
 Tidak menghina lambang negara Garuda
Pancasila
 Menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan
hidmat.
 Menggunakan Bahasa Indonesia dengan
baik dan benar.
 Mendahulukan kepentingan orang banyak
 Menyelesaikan tugas untuk kepentingan
umum
 Bekerja demi keluarga, sekolah, masyarakat
Rela Berkorban
dan negara sendiri
 Berjuang tanpa pamrih pribadi
 Menghindari sikap egois, apatis dan masa
bodoh
 Senang bertempat tinggal dirumah sendiri
 Merasa senang hidup di negara sendiri
 Tidak merasa rendah diri sebagai bangsa
Indonesia
 Mengenakan pakaian adat/daerah
Kebanggaan  Mempelajari kebudayaan sendiri (daerah
dan negaranya)
 Menggunakan pentas kesenian daerah dan
Negara sendiri
 Merasa senang memiliki Negara Kesatuan
Republik Indonesia

(Halking, 2018)

Persatuan Indonesia merupakan sila ke-3 dalam Pancasila. Sudah kita ketahui pula
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural dimana terdapat banyak sekali
kebudayaan, suku, dan ras di dalamnya. Semua perbedaan tersebut hanya bisa bergabung

3
mengunakan Persatuan.Persatuan sendiri pengertianya adalah mengabung menjadi satu dan
mutlak tidak dapat dipisahkan. Contohnya sendiri banyak sekali pulau di Indonesia, apabila
berpecah atau memisah membentuk negara baru akan menimbulkan perpecahan atau
disintegrasi di Indonesia, konflik pun akan terjadi antara kelompok pro dan kontra. Maka
sangantlah dibutuhkan persatuan di Indonesia agar hal tersebut tidak terjadi.
Makna “ Persatuan Indonesia “dibentuk dalam proses sejarah yang cukup panjang
sehingga seluruh bangsa Indonesia memiliki suatu persamaan nasib, satu kesatuan
kebudayaan, kesatuan wilayah serta satu kesatuan asas kerokhanian Pancasila yang terwujud
dalam persatuan bangsa, wilayah, dan susunan negara. Persatuan adalah hal yang terbentuk
tidak secara instan begitu saja, melainkan dengan proses yang panjang.
Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah.Jika
persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut
nasionalisme.Nasionalisme adalah perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh
warga yang ada dalam masyarakat.Oleh karena rasa satu yang begitu kuatnya, maka dari
padanya timbul rasa cinta bangsa dan tanah air. Akan tetapi perlu diketahui bahwa rasa cinta
bangsa dan tanah air yang kita miliki di Indonesia bukan yang menjurus kepada chauvinisme,
yaitu rasa yang mengagungkan bangsa sendiri, dengan merendahkan bangsa lain. Jika hal ini
terjadi, maka bertentangan dengan sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan
beradab.Walaupun ditulis cinta bangsa dan tanah air, tidak dimaksudkan untuk
chauvimisme.Dengan demikian jelaslah bahwa konsekuensi lebih lanjut dari kedua hal tadi
adalah menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, yang pada akhir – akhir ini justru
menunjukkan gejala disintegrasi bangsa.Hal ini sejalan dengan pengertian persatuan dan
kesatuan. Secara keseluruhan arti dan makna Pancasila sila ketiga, adalah:
1. Nasionalisme
2. Cinta bangsa dan tanah air
3. Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
4. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan
warna kulit,
5. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenangungan
6. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agamanya.
7. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
8. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
9. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agamanya masing-masing
10. Menjaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia
11. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
12. Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
13. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

4
Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh, tidak terpecah belah; persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan.
Jadi, persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan
berdaulat. Persatuan Indoneia merupakan factor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia, bertujuan memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa
serta ikut mewujudkan perdamaian dunia yang abadi. Persatuan Indonesia adalah
perwujudan paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh PersatuanIndonesiaserta
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Karena itu, paham kebangsaan Indonesia tidaklah
sempit (chauvinistis), tetapi dalam arti menghargai bangsa lain. Hakikat pengertian di atas
sesuai dengan : a. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi :
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang- undang dasar Negara
Indonesia. b. Pasal-pasal 1, 32, 35, dan 36 UUD 1945. c. Ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, memberikan
petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan sila “Persatuan Indonesia” sebagai
berikut:
1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tungga
Ika.( Az-Zahra, 2018)
Nilai yang ada dalam Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu persatuan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan.Kelima nilai tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh
dimana mengacu dalam tujuan yang satu. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti persatuan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal, objektif, artinya
nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain, walaupun tidak diberi
nama Pancasila.Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai pancasila itu melekat
pada pembawa dan pendukung nilai pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu pandangan hidup bangsa
Indonesia.
Pancasila juga merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia,
karena bersumber pada kepribadian bangsa.Nilainilai Pancasila ini menjadi landasan dasar,
serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam

5
kenegaraan.Dalam kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak dalam
suatu peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.Karena dengan tampaknya Pancasila
dalam suatu peraturan dapat menuntun seluruh masyarakat dalam atau luar kampus untuk
bersikap sesuai dengan peraturan perundangan yang disesuaikan dengan Pancasila. Ciri
hukum yang didasari nilai-nilai Pancasila membedakan Indonesia dengan hukum yang ada di
negara lain. Hukum di Indonesia didasari oleh keagamaan, sedangkan di negara sekuler tidak
didasari oleh keagamaan.Sehingga banyak hukum yang bertentangan dengan keagamaan,
misalnya Aborsi yang dilegalkan.Berikut ini adalah nilai-nilai dalam tiap –tiap butir
Pancasila:
1. PersatuanYangMahaEsa Nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga ini adalah
dimana kita sebagai manusia yang diciptakan wajib menjalankan perintahnya dan
menjauhi larangannya. Didalam konteks masyarakat dalam kampus, masyarakat
kampus berhak untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing dan wajib
menjalankan apa yang diperintahkan dalam agama masingmasing dan menjauhi apa
yang dilarang.
2. KemanusiaanYangAdildanBeradab Sila kedua ini menjelaskan bahwa kita sesama
manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum.
3. PersatuanIndonesia Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak
terpecah.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan Dalam sila ini menjelaskan tentang demokrasi, adanya
kebersamaan dalam mengambil keputusan dan penanganannya, dan kejujuran
bersama.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Makna dalam sila ini adalah adanya
kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat, seluruh kekayaan dan sebagainya
dipergunakan untuk kebahagiaan bersama, dan melindungi yang lemah. Nilai-nilai
pancasila terdapat dalam alenia ke 4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
oleh karena itu pancasila juga merupakan pokok kaidah negara yang fundamental.
Pancasila merupakan norma dasar bagi negara dan bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa
pancasila merupakan peraturan, hukum atau kaidah yang sangat fundamental. Tujuan
mencantumkan pancasila dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk
dipergunakan sebagai dasar negara Rebublik Indonesia, yaitu landasan dalam mengatur
jalannya pemerintahan di Indonesia. Pancasila merupakan jiwa dan kepribadian bangsa,
karena unsur-unsurnya telah berabad-abad lamanya terdapat dalam kehidupan bangsa
Indonesia.Oleh karena itu, pancasila adalah pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa yang
sekaligus merupakan tujuan hidup bangsa Indonesia.Dari pernyataan di atas dapat dikatakan
bahwa pancasila mempunyai kedudukan sebagai dasar negara republik Indonesia.(Aminullah,
2017)
Elkind dan Sweet (dalam Kemendiknas, 2010:13) menyebutkan implimentasi atau
pendidikan dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help
people understand, care about, and act upon core ethical values”. Implimentasi atau

6
pendidikan pancasila adalah suatu usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli
dan bertindak menurut nilai-nilai etika. Sementara itu menurut Ramli (dalam Kemendiknas,
2010:13), implimentasi atau pendidikan pancasila memiliki esensi dan makna yang sama
dengan implimentasi atau pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga
negara yang baik.
Pendidikan moral dan pendidikan karakter tidaklah sama. Perbedaannya terletak pada
ruang lingkup dan lingkungan yang membantu individu dalam mengambil keputusan. Dalam
pendidikan moral, ruang
lingkupnya adalah kondisi batin seseorang. Sedangkan dalam pendidikan karakter ruang
lingkupnya selain terdapat dalam diri individu, juga memiliki konsekuensi kelembagaan,
yang keputusannya tampil dalam kinerja dan kebijakan lembaga pendidikan (Koesoema,
2010:198).
Dalam implimentasi nilai-nilai Pancasila bukan hanya sekedar bernilai pendidikan
mengkondisi batin seseorang tetapi bagaimana nilai-nilai Pancasila itu menjadi karakter
seseorang, melembaga, dan mewarnai setiap kebijakan.
Sebagai dasar dan ideologi negara, nilai-nilai yang terkandung didalam sila-sila Pancasila
itu antara lain sebagai berikut :
a. Nilai Ideologi, sebagai pandangan dan sikap hidup.
b. Nilai Politik, sumber dari segala hukum di Indonesia.
c. Nilai Ekonomi, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas
kekeluargaan.
d. Nilai Sosial, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
e. Nilai Kebudayaan, memiliki nilai luhur dari budaya bangsa Indonesia.(Misnaini,
2018)
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia dan untuk menjadi warega
negara yang baik (good citizen) di Indonesia harus sesuai dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.Hal inilah yang mendasari betapa pentingnya Pancasila sebagai acuan
ataupun pedoman tentang bagaimana berperilaku menjadi warga negara yang baik (good
citizen) di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan mengajarkan cara
berfikir dan bertindak yang sesuai dengan ideologi negara.
Pada zaman modern atau zaman globalisasi seperti sekarang ini, banyaknya pengaruh
negatif terhadap suatu negara salah staunya adalah lunturnya nilai-nilai luhur yang melakat
disuatu negara, dan inipun yang terjadi di Indonesia saat ini, dengan banyaknya pengaruh
gelobalisasi saalah satunya adalah pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila, banyaknya warga negara atau masyarakat yang tidak atau kurangnya
memahami betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila tersebut dikarenakan pengaruh negaritif
gelobalisasi.
Ancaman yang muncul dari pengaruh negatif globalisasi terhadap ideologi suatu negara
atau bangsa merupakan suatu ancaman yang besar dan tidak bisa dianggap kecil, dengan
begitu mudahnya pengaruh negatif dari luar yang masuk ke Indonesia, perlahan-lahan akan

7
berdampak secara tidak disadari terhadap karakter masyarakat yang tidak sesuai dengan
karakter bangsa dan inilah yang sedang terjadi di Indonesia saat ini.
Permasalahan tersebut dihawatirkan masyarakat Indonesia akan lupa terhadap jati diri
bangsanya sendiri yang menjungjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai bentuk warga
negarayang baik (Good Citizen) yang merupakan aplikasi karakter bangsa Indonesia ini
sendiri. Hal ini terlihat dari Majlis PermusyawaratanRakyat (2013, hal.103) yang terlah
menidentifikasikan dalam ketetapan MPR bahwa Ketetapan MPR No/ V /MPR/2000 tentang
Pemantapan Persatuan dan Kesatuan dan Kondisi Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai
berikut : Nilai-nilai agamadan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika dalam
berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat hal itu akhirnya melahirkan krisis akhlak
dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran hak asasi
manusia dan kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan keutamaan
nilainilai yang terkandung pada setiap sila pancasila dan keterkaitannya satu sama lain, untuk
kemudian diamalkan secara konsisten disegala lapis dan bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara.( Darmanhuri, 2016)
Pancasila sering disebut sebagai pandangan hidup (way of life) dan ideologi bangsa
Indonesia. Menurut Darmodiharjo (1979), Pancasila sebagai pandangan hidup digunakan
sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala
bidang. Artinya, semua tingkah laku dan tindak-perbuatan setiap manusia Indonesia harus
dijiwai dan merupakan pancaran dari semuasila Pancasila, karena Pancasila sebagai
pandangan hidup selalu merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dilepas-pisahkan satu dengan
yang lain; keseluruhan sila di dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis
(Darmodihardjo, 1979). Tidak jauh berbeda dengan Pancasila sebagai pandangan hidup,
Pancasila sebagai ideologi, dirumuskan sebagai kompleks pengetahuan dan nilai (value),
yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (atau masyarakat) untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya
(Poespawardojo, 1996). Berdasarkan kedua pengertian mengenai Pancasila sebagai
pandangan hidup dan ideologi bangsa tersebut, dapat dikatakan bahwa Pancasila seharusnya
menjadi landasan bersama bagi setiap komponen yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia
untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individual maupun komunal.
Salah satu cita yang terdapat dalam Pancasila adalah cita integralistik yang secara khusus
tertuang dalam sila ke-3 yang berbunyi ‘Persatuan Indonesia’.Menurut Darmodihardjo
(1979), persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam
menjadi satu kebulatan; sedangkan Indonesia yang dimaksudkan dalam sila ke-3 ini
mengandung makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di dalam wilayah
tersebut.Jadi ‘Persatuan Indonesia’ ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat (Darmodihardjo, 1979).
Ditinjau dari sejarah kelahirannya, Pancasila sesungguhnya adalah suatu kompromi atau
kesepakatan politik mengenai dasar negara yang diperlukan untuk mempertahankan kesatuan

8
negara baru yang bernama Republik Indonesia (Kaisiepo, 2006).Kesatuan ini diperlukan
mengingat struktur dan komposisi masyarakat Indonesia yang sangat pluralis, baik dari segi
agama, suku, etnis, budaya, ekonomi, dan sebagainya.Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
hal yang mempersatukan bangsa Indonesia bukanlah kesamaan identitas sebagai suatu
kelompok, melainkan perasaan senasib yang pada akhirnya menumbuhkan tekad bagi bangsa
Indonesia untuk bersatu.(Siregar, 2014)
Pada hakikatnya segala sesuatu di alam semesta ini memiliki nilai, mulai tumbuhan,
hewan, manusia, laut, gunung, hutan, sampai mikroorganisme yang tidak tampak
sekalipun.Hanya saja, yang perlu dipahami sejauhmana nilai itu berdampak pada kehidupan
manusia, atau bagaimana nilai tersebut berkaitan dengan kehidupan manusia.Banyak
pandangan tentang nilai terutama dalam menggolong-golongkan nilai dan penggolongan
tersebut amat beraneka ragam tergantung pada pandangannya masing-masing.
Max Scheler misalnya mengemukakan bahwa nilai pada hakikatnya berjenjang, jadi tidak
sama tingginya dan tidak sama luhurnya. Nilai-nilai itu dalam kenyataannya ada yang lebih
tinggi da ada yang lebih rendah bilamana dibandingkan satu dengan yang lainnya.Sejalan
dengan pandangan tersebut, Notonagoro merinci nilai disamping bertingkat juga berdasarkan
jenisnya, ada yang bersifat material dan nonmaterial.Dalam hubungan ini manusia memiliki
orientasi nilai yang berbeda tergantung pada pandangan hidup dan filsafat hidup masing-
masing.Ada sekelompok orang mendasarkan pada orientasi nilai
material, namun ada pula yang sebaliknya, yaitu berorientasi pada nilai yang nonmaterial.
Bahkan sesuatu yang nonmaterial itu mengandung nilai yang bersifat mutlak bagi
manusia.Nilai-nilai material relatif lebih mudah diukur yaitu menggunakan indera maupun
alat pengukur lainnya seperti berat, panjang, lebar, luas, dan sebagainya.Dalam menilai hal-
hal yang bersifat rohaniah yang menjadi alat ukur adalah hati nurani manusia yang dibantu
oleh alat indera manusia yaitu cipta, rasa, karsa, serta keyakinan manusia.
Menurut Notonagoro, bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai kerohaniaan, tetapi nilai-
nilai kerohaniaan yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai
Pancasila yang tergolong nilai kerohaniaan itu juga mengandung nilai-nilai lain secara
lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau
estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan
bersifat sistematik-hierarchis, yang mana sila ketiga, PersatuanIndonesiasebagai basisnya
sampai dengan sila Keadilan sosial sebagai tujuannya (Darmodihardjo, 1978).
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam sila I sampai dengan sila V merupakan cita-
cita, harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya.
Seharusnya nilai-nilai tersebut terimplementasi dalam berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Tidak terkecuali, siapapun asalkan dia sebagai
warga Negara, pejabat Negara, aparatur pemerintah kesemuanya berpedoman pada dasar
falsafah Negara yakni Pancasila. Demikian pula institusi sekolah maupun perguruan tinggi
harusnya dapat menterjemahkan nilai-nilai Pancasila sekaligus berupaya dengan beraneka
ragam cara agar perwujudannya dapat dilaksanakan secara konkrit oleh segenap peserta didik
dan pengelola pendidikan.

9
Insan pendidikan tinggi yang tercakup dalam sivitas akademika, merupakan komponen
bangsa yang berfungsi sebagai pendukung nilai-nilai (subscriber of values) Pancasila.Bangsa
Indonesia yang berpersatuan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan,
dan yang berkeadilan social.Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang
menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan,
penghargaan dan penerimaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai akan tampak
menggejala dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau pengakuan,
penerimaan atau penghargaan itu telah menggelora dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
manusia dan bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini akan kokoh dalam
pendirian menghadapi berbagai pengaruh dalam maupun luar yang akan mengikis identitas
nasional sekaligus akan tetap mengembangkannya dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
manusia Indonesia.(Hidayat, 2017)
Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai,
oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan (Kaelan dan
Zubaidi, 2007: 31).Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu persatuan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti persatuan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal, objektif, artinya
nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain. Pancasila bersifat
subjektif, artinya bahwa nilai-nilai Pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai
Pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu pandangan hidup bangsa Indonesia.Pancasila
juga merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsaIndonesia, karena
bersumber pada kepribadian bangsa.Nilai-nilai Pancasila ini menjadi landasan dasar, serta
motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
kenegaraan.Dalam kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak dalam
suatu peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.Karena dengan tampaknya Pancasila
dalam suatu peraturan dapat menuntun seluruh masyarakat dalam atau luar kampus untuk
bersikap sesuai dengan peraturan perundangan yang disesuaikan dengan Pancasila.Adapun
nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke 3 Pancasila adalahSifat kodrat manusia monodualis
yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial.Untuk itu manusia memiliki
perbedaan individu, suku, ras, kelompok, golongan, maupun agama.Konsekuensinya di
dalam Negara adalah beraneka ragam tetapi mengkatkan diri dalam suatu kesatuan dalam
semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.( Asmaroini, 2016)
Pancasila pada hakikatnya adalah nilai (Kaelan, 2000) atau berupa jalinan nilai-nilai
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV (HAS Natabaya, 2006).Nilai
adalah sesuatu yang berharga atau berguna.Nilai (value) dalam bidang filsafat menunjuk pada
kata benda abstrak yang artinya keberhargaan dan kebaikan.
Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia membawa konsekuensi logis
bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
penyelenggaraan bernegara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang berisi lima nilai dasar
yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut adalah nilai Persatuan Yang Maha

10
Esa, nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan nilai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara singkat, nilai dasar dari Pancasila adalah
nilai Persatuan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan dan nilai Keadilan.
Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya itu, maka isinya belum
dapat dioperasionalkan jika belum dijabarkan ke dalam norma atau nilai instrumental.
Sebagai nilai dasar maka nilainilai tersebut menjadi sumber norma atau nilai instrumental.
Artinya, dengan bersumber pada kelima nilai dasar di atas maka dapat dibuat dan dij abarkan
nonna-norma hidup dari penyelenggaraan negara Indonesia. Norma hidup bernegara sebagai
penjabaran nilai Pancasila itu adalah norma etik dan norma hukum negara.
Nilai Pancasila yang menjadi sumber dari norma etik bernegara. Pernah dicontohkan dari
Ketetapan MPR No.II/MPR/l978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
atau EkaprasetyaPancakarsa. Butir-butir P4 itu dapat dipandang sebagai norma etik bernegara
sebagai penjabaran dari nilai Pancasila. Berdasarkan Ketetapan MPR No.XVIII/MPR/l998,
norma-norma etik seperti dalam P4 tersebut sekarang sudah tidak berlaku lagi, meskipun
dalam kenyataannya tetap diterima masyarakat sebagai suatu panduan bersikap.

Dewasa ini, MPR telah mengeluarkan Ketetapan MPR No.VI/ MPR/ZOOI tentang Etika
Kehidupan Berbangsa yang dapat dipandang sebagai pengganti Ketetapan MPR
No.II/MPR/l978 mengenai P4 (Ketut Rindjin, 2010).Dinyatakan bahwa etika kehidupan
berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama khususnya yang bersifat
universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan
dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan bernegara. Ketetapan
mengenai Etika Kehidupan Berbangsa ini dapat pula dianggap sebagai norma moral sebagai
penjabaran nilai etik Pancasila.
Etika Kehidupan Berbangsa bertujuan untuk: (l) memberikan landasan etik moral bagi
seluruh komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek;
(2) menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat; dan
(3) menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilaihilai etika dan moral
dalam kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat.(Winaro, 2019)
Ada beberapa alasan penting perlunya Pancasila sebagai dasar , pengembang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam kehidupan bangsa Indonesia yang meliputi hal-hal
sebagai berikut:
Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih
percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat, perlu mendapat perhatian yang serius.Penggalian tambang batubara, minyak, biji
besi, emas dan lainnya di Kalimantan, Sumatera, Papua dan lain-lain dengan menggunakan
teknologi canggih mempercepat kemsakan lingkungan. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-
larut, maka generasi yang akan datang menerima risiko kehidupan yang rawan bencana
lantaran kerusakan lingkungan dapat memicu terjadinya bencana seperti, longsor, banjir,
pencemaran akibat limbah dan seterusnya.

11
Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat
menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek yang berpengaruh pada
cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis. Artinya, penggunaan
bendabenda teknologi dalam kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini telahmenggantikan
peran nilai-nilai luhur yang diyakini dapat menciptakan kepribadian manusia Indonesia yang
memiliki sifat sosial, humanis, dan religius, selain itu, sifat tersebut kini sudah mulai tergerus
dan digantikan sifat individualistis, dehumanis, pragmatis, bahkan cenderung sekuler.
Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah mulai
digantikan dengan gaya hidup global, seperti sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup
bermewahmewah, konsumerisme, solidaritas sosial digantikan dengan semangat
individualistis, musyawarah untuk mufakat digantikan dengan voting, dan seterusnya.
(Amran, 2018)
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai-nilai sebagai berkut:
 Dapat menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan
 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial
 Mengembangkan persatuan berdasarkan Bhineka Tunggal Ika
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa (Djahir, 2019)

Mengenai susunan hierarkis Pancasila kiranya tidak menimbulkan pertanyaan, sebab


sudah jelas bahwa nilai-nilai persatuan lebih tinggi daripada nilai kemanusiaan, nilai
kemanusiaan lebih tinggi dari nilai persatuan Indonesia, dan seterusnya, tetapi bentuk
pyramidal kiranya masih perlu penjelasan lebih lanjut terutama mengenai pernyataan
Notonegoro yang berbunyi “ tiap-tiap sila yang di belakang sila lainnya merupakan
pengkhususan dari sila-sila yang di mukanya” . Jadi kalau diterapkan pada pancasila itu
berarti sila kemanusiaan merupakan pengkhususan sila persatuan, sila persatuan Indonesia
merupakan pengkhususan sila kemanusiaan, sila kerakyatan merupakan pengkhususan dari
sila persatuan Indonesia dan sila keadilan sosial merupakan pengkhususan sila kerakyatan.
(Suwarno, 2009)

12
13
BAB III
PEMBAHASAN TENTANG REALITAS IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN
DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA DI
DESA MEDAN ESTATE
1. Pengertian Implementasi

Kata implementasi biasanya selalu berhubungan dengan suatu kebijakan.Menurut Kamus


Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksanaan, penerapan, pertemuan kedua ini dimaksud untuk
mencari bentuk tentang hal yang telah disepakati terlebih dahulu (2005:427).

Implementasi kebijakan pada prinsispnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuanya. Tidak lebih dan tidak kurang.Untuk mengimplementasikan kebijakan
publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam
bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari
kebijakan publik (Dwidjowijoto, 2004: 158).

Implementasi kebijakan publik harus dilakukan dalam konteks organisasi yang


menyeluruh dengan tujuan dan target yang jelas, prioritas yang jelas serta sumber daya yang
jelas pula.Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana
kebijakan melakukan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapat suatu
hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

2. Implementasi Nilai-nilai Pancasila

Implementasi menurut kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksanaan, penerapan,


pertemuan kedua ini dimaksud untuk mencari bentuk tentang hal yang telah disepakati
terlebih dahulu (2005:427). Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,
kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberi dampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam Oxford Advance
Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “Put something into effect”,
(penerapan, sesuatu yang memberikan efek atau dampak) (Mulyasa, 2006:93).

Implementasi nilai-nilai Pancasila merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,


kebijakan, aturan-aturan yang sesuai dengan nila-nilai yang terkandung di dalam Pancasila,
sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.

14
Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan implementasi Pancasila adalah
operasionalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila tentang bagaimana, mencakup
apa saja dan siapa saja penerapan nilai-nilai itu diwujudkan.

Implementasi nilai-nilai Pancasila menjadi suatu keharusan yang wajib dilakukan oleh
siapa saja yang menjadi warga negara Indonesia.Isi nilai-nilai yang terkandung di dalam
setiap pasal Pancasila yang bersifat abstrak, umum universal bukan hanya sebagai angan-
angan belaka, tetapi mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan dasar filsafat
negara Indonesia yaitu sebagai suatu inti pedoman dasar yang tetap.Pelaksanaan pancasila ini
sangat penting seperti yang dikemukakan oleh Notonagoro.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensi setiap aspek
penyelenggaraan negara dan semua sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam
bermasyarakat dan bernegara harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila.Sebagaimana telah
dibahas di muka bahwa nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah
bersifat abstrak, umum universal, tetap dan tidak berubah.Nilai-nilai tersebut perlu dijabarkan
lebih lanjut menjadi norma-norma kenegaraan maupun norma-norma moral yang harus
dilaksanakan oleh setiap warga negara Indonesia (Kaelan, 2002:240).

Dari uraian di atas, maka pentingnya pelaksanaan Pancasila karena Pancasila tidak dapat
menjelmakan diri, akan tetapi penjelmaanya dalam bentuk pelaksanaan yang harus
diselenggarakan oleh bangsa Indonesia. Berbicara tentang kata penting maka tidak dapat
terlepaskan dengan apa yang dimaksud dengan ketaatan. Ketaatan yang seperti apa dan
bagaimana yang harus dilakukan oleh warga negara Indonesia dalam pelaksanaan Pancasila.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia oleh karena itu antara warga dan negara
harus mempunyai hubungan yang adil yaitu antara hak dan kewajiban.Negara mempunyai
wajib distributive yaitu wajib menbagi-bagikan kepada warga negara segala sesuatu yang
menjadi haknya.Sebaliknya warga negara wajib taat kepada negara sebanyak hak hidup
negara.Tanpa ketaatan warga negara tidak ada negara yang dapat berlangsung (Daroeso,
1989:81).

15
3. Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kegiatan PKK (Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga) di Desa Medn Estate

Setelah membahas tentang nilai-nilai Pancasila serta PKK (Pemberdayaan dan


Kesejahteraan Keluarga) seperti penjabaran di atas.Di bawah iniakan dibahas tentang kaitan
antara PKK dengan implementasi nilai-nilai Pancasila.

PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) di bawah ini akan diuraikan sekilas


tentang PKK.Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disingkat PKK,
adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang
pengelolaanya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat
sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan
lingkungan (Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Timur, 2010: 7).

Hubungan antara implementasi dengan nilai-nilai Pancasila yaitu dengan dijabarkanya


nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai
pandangan hidup bangsa maka perlu ditransformasikan nilai-nilai Pancasila itu ke dalam
sikap dan perilaku nyata baik dalam perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.Seperti yang dinyatakan Winarno Pancasila sebagai cita-cita bernegara dan sarana
mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret, dan operasional aplikatif
sehingga tidak menjadi slogan belaka.Dalam ketetapan MRP No.XVIII/MPR/1998
dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten
dalam kehidupan bernegara (Winarno, 2006:25).

Hubungan antara implementasi dengan PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan


Keluarga) sebagaimana diketahui PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) adalah
suatu gerakan dalam pembangunan masyarakat yang dipelopori oleh ibu-ibu rumah tangga
sebagai wujud kesetaraan gender untuk menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera dengan
asaran utama PKK adalah keluarga.Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama
terjadinya interaksi dengan ini diharapkan mampu memudahkan untuk tercapainya

16
kesejahteraan didukung dengan 10 program pokok PKK.Dari uraian tersebut maka nilai-nilai
dalam PKK harus diterapkan.

Hubungan antara PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) dengan nilainilai


Pancasila. Keduanya mempunyai kaitan yang sangat erat dimana PKK benar-benar nyata ada
di dalam masyarakat, harus diamalkan dengan cara yang benar sehingga bermanfaat untuk
sehari-hari, karena dalam 10 program pokok PKK yang digolongkan dalam IV Pokja
mengandung nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.

Pengamalan Pancasila yang subjektif adalah pelaksanaan nilai-nilai Pancasila pada setiap
individu, perseorangan, setiap warganegara, setiap penduduk Indonesia, setiap aparat
pelaksana negara, dalam segala aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara (Kaelan,
2002:252). Pelaksanaan Pancasila yang subjektif ini berbeda dengan pelaksanaan yang
objektif yaitu realisasi serta implementasi nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek
penyelenggaraan negara, terutama dalam kaitanya dengan penjabaran nilai-nilai Pancasila
sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam implementasi penjabaran
Pancasila yang bersifat objektif Indonesia merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam
kedudukanya sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang realisasi konkritnya merupakan
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Oleh karena itu implementasi Pancasila yang
objektif ini berkaitan dengan norma-norma hukum dan secara lebih luas dengan norma-
norma kenegaraan.

Dari uraian di atas, maka PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) itu
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan Implementasi Nilai-nilai Pancasila, dimana PKK
benar-benar nyata ada di dalam masyarakat, harus diamalkan dengan cara yang benar
sehingga bermanfaat untuk sehari-hari.

4. Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kegiatan yang Dilakukan oleh Ibu-


Ibu Kelompok PKK di Desa Medan Estate

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui, bahwa kegiatan yang dilakukan oleh ibuibu
kelompok PKK di Desa Medan Estate, Percut Sei Tuan mencerminkan pengamalan Nilai-
nilai Pancasila sila ke III (yang akan dibahas). Hal ini diwujudkan dalam setiap pelaksanaan

17
program kerja yang ada di dalam kelompok PKK yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila
PERSATUAN serta tata cara bergaul dalam kelompok PKK yang mencerminkan nilai-nilai
Pancasila.

Mengimplementasikan Nilai-nilai Pancasila bagi ibu-ibu kelompok PKK merupakan hal


yang tidak sulit, karena kegiatanyang ada dalam kelompok PKK mengandung nilai-nilai yang
ada di dalam Pancasila sila ke-III. Hal ini sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh
Kaelan (2002: 252) dimana pelaksanaan Pancasila secara subjektif adalah pelaksanaan
Pancasila pada setiap individu, perseorangan termasuk pada penyelenggaraan negara dalam
hidup bersama yaitu berbangsa dan bernegara. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh ibu-
ibu kelompok PKK di dalamnya mengandung nilai-nilaiPancasila yang merupakan jiwa luhur
bangsa Indonesia, kemudian diamalkan oleh ibu-ibu kelompok PKK baik dalam berhubungan
dengan sesama anggota maupun dalam kehidupan sehari-hari, sebagai kepribadiaan hidup.
Nilai-nilai tersebut kemudian diyakini kebenarannya sebagai pandangan hidup dalam
bermasyarakat.

Sila III (Persatuan Indonesia) yang dilaksanakan dalam kelompok PKK di Desa Medan
Estate, Percut Sei Tuan juga mengandung nilai-nilai yang akan dicapai yaitu cinta tanah air
dan bangsa, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan yang berBhinneka Tunggal
Ika dan mewujudkan sikap bangga sebagai bangsa Indonesia. Implementasi Nilai-nilai
Pancasila sila III (Persatuan Indonesia) dalam kelompok PKK di Desa Medan Estate, Percut
Sei Tuan yaitu sebagai wujud cinta tanah air dan bangsa kelompok PKK mengadakan kerja
bakti bersih-bersih desa sebulan sekali, perayaan HUT RI oleh PKK setiap setahun sekali
yang melibatkan semua anggota dalam kelompok PKK dan warga desa. Sedangkan cinta
tanah air dan bangsa yang dilakukan oleh masyarakat Desa Medan Estate,Percut Sei Tuan
yaitu menjaga kebersihan lingkungan dan memanfaatkan lahan perukoan untuk membuat
ekonomi tetap terjaga.Hal ini sependapat dengan apa yang diungkapkan oleh Kaelan &
Achmad Zubaidi (2010:21), bahwa Nilai keindahan, atau nilai estetis yang bersumber pada
unsur perasaan (aesthetis, gevoel, rasa) manusia.

18
Selain rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa nilai yang terkandung dalam sila III
(Persatuan Indonesia) yaitu rasa bangga menjadi warga negara Indonesia.Hal ini dapat dilihat
dengan kebiasaan ibu-ibu PKK dalam memakai batik, bahkan seragam PKK juga bermotif
batik. Tidak hanya cinta kepada tanah air dan rasa bangga menjadi warga negara Indonesia
saja, melainkan juga memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
berBhinneka Tunggal Ika.Setiap kegiatan rutin anggota PKK memalai pakaian seragam PKK
yaitu batik dengan motif berwarna orange, dengan bawahan bebas.Ada sanksi jika tiga kali
berturut-turut tidak memakai seragam PKK pada saat pertemuan rutin kelompok PKK.

Hal ini merupakan wujud untuk menciptakan kelompok PKK yang kompak
kebersamaanya dan merupakan pelaksanaan dari apa yang telah disepakati bersama. Hal ini
sependapat dengan apa yang diungkapkan oleh Drs. Lasiyo dan Drs. Yuwono dalam Daroeso
(1989) menyatakan bahwa kedudukan Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia berarti
Pancasila dapat menghidupkan bangsa Indonesia. Artinya nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila itu dapat memberikan semangat, pendorong atau motivasi kepada bangsa
Indonesia dalam perjuanganya melawan segala segala rintangan, dan hambatan termasuk
penjajah, yang akhirnya bangsa Indonesia berhasil memproklamsikan kemerdekaan 17
Agustus 1945.

5. Faktor-faktor yang menghambat pengamalan Nilai-nilai Pancasila dalam


kegiatan PKK di Desa Medan Estate

Ada beberapa faktor yang mendukung dan menghambat implementasi Nilai-nilai


Pancasila dalam kegiatan PKK di Desa Medan Estate, Percut Sei Tuan Hal ini dapat dilihat
dari beberapa aspek yaitu:

a. Faktor Internal Kelompok PKK

Hakikat manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi
sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang dijalin. Dilain pihak individu juga tidak
dapat lepas dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap
kelompok yang terbentuk akibat situasi tersebut.

Faktor yang menghambatimplementasi Nilai-nilai Pancasila dalam kelompok PKK di


Desa Medan Estate,Percut Sei Tuan tentang kepemimpinan di dalamnya yaitu dalam

19
praktek nyata Ketua PKK tidak menjalankan apa yang seharusnya menjadi tugasnya
adalah sebagai pemimpin pelaksanaan tugas masing-masing pengurus dan fungsi TP.
PKK Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan.

Dalam kenyataan ketua PKK di Desa Medan Estate, Percut Sei Tuan tidak bekerja
sesuai dengan tugasnya melainkan semua tugas ketua dikerjakan oleh wakil ketua.
Ketua PKK di Desa Medan Estate,Percut Sei Tuan tidak melaksanakan apa yang
menjadi kewajibanya sebagai ketua melainkan menyerahkan semua tugas kepada
wakil ketua karena ketua PKK menyadari akan keterbatasan kemampuan yang
dimilikinya sebagai seorang ketua. Diserahkanya semua tugas kepada wakil ketua
dengan harapan apa yang menjadi program kerja dalam kelompok PKK dapat
terlaksana dengan baik.

Seperti yang terlihat dalam kenyataanya bahwa pelaksanaan implementasi Nilai-nilai


dalam kelompok PKK dapat terealisasikan dengan baik pula. kegiatan di Desa Medan
Estate, Percut Sei Tuan yaitu kegiatan gotong royong dengan cara membersihkan
setiap jalan, tapi dalam implementasinya masyarakat masih banyak yang kurang
berpartisipasi dan belum ada kesadaran akan tanggung jawab terhadap kepemilikan di
desa Medan Estate, Percut Sei Tuan.

Tindakan seperti ini merupakan pelaksanaan Pancasila secara subjektif-objektif


karena adanya kesadaran dari individu akan keterbatasan kemampuanya dan
merelakan tugasnya dikendalikan oleh orang lain demi kebaikan atau kepentingan
bersama.

b. Faktor eksternal kelompok PKK

Untuk mencapai pelaksanaan program kerja yang ada dalam kelompok PKK tidak
hanya situasi yang ada di dalam kelompok, tetapi situasi di luar kelompok juga harus
ikut mendukung. Terkait faktor yang menghambat implementasi Nilai-nilai Pancasila
dalam kelompok PKK di Desa Medan Estate Percut Seit Tuan dari luar kelompok
PKK mengenai pandangan tentang kegiatan PKK yaitu sebagian besar masyarakat
menganggap bahwa PKK adalah suatu kegiatan yang diikuti oleh ibu-ibu yang
dilakukan setiap sebulan sekali sekedar kegiatan arisan bersama semata.

20
6. Solusi yang dapat diberikan

Pengamalan Pancasila harus dilakukan secara bulat dan utuh berarti dalam pengahayatan dan
pengamalan itu tidak boleh hanya memiliki satu atau dua sila dari Pancasila dengan
mengesampingkan sila-sila yang lain. Demikian pula kita tidak boleh hanya menekankan
salah satu sila dalam Pancasila itu, melainkan harus mengahayati dan mengamalkan Pancasila
itu satu perkesatuan yang utuh.Sebab Pancasila sebagai dasar negara itu hanya mempunyai
arti dalam kesatuan yang bulat.Pengamalan Pancasila secara bulat dan utuh itu mencerminkan
suatu pandangan tentang keseimbangan terhadap pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kodrat
menusia.Baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial serta dalam hubungannya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sependapat dengan apa yang dikemukakan
oleh Soegito T dkk(2006:80), bahwa Pancasila juga dapat dikatakan sebagai suatu sistem
yaitu sebagai satu kesatuan yang terdiri dari aneka bagian yang bersama-sama membentuk
satu kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian mempunyai tata rakit keseluruhan. Tiap-tiap bagian
mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda dengan bagian yang lain, namun demikian tugas
dan fungsi itu demi kemajuan, memperkuat keseluruhan tersebut.

Memang dalam rangka memenuhi pemenuhan kebutuhan kodrat manusia itu bersifat dinamis
tidak statis.Dalam praktek kehidupan sehari-hari, masing-masing kebutuhan kodrat manusia
itu mempunyai daya atau kekuatan untuk menciptakan pemenuhanya dan kadang terasa
adanya kekuatan yang saling tarik-menarik antara kebutuhan individu disatu pihak dan
kepentingan sosial di lain pihak. Demikian juga kebutuhan akan kebebasan hidup manusia
dengan kebutuhannya akan berhubungan dengan Tuhannya. Tidak dapat dipungkiri
kemungkinan pemenuhan kebutuhan kodrat itu akan melahirkan berbagai corak kepribadian
yang berat sebelah.

Oleh karena itu untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, pangkal tolaknya adalah
kemauan dan kemampuan manusia Indonesia dalam mengendalikan diri dan kepentinganya
agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat yang
baik. Hal ini sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh oleh Daroeso (1989:81), bahwa
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia oleh karena itu antara warga dan negara
harus mempunyai hubungan yang adil yaitu antara hak dan kewajiban.

21
Dalam mengimplementasikan nilai-nilai pancasila demi terwujudnya tujuan kegiatan
masyarakat perlu ada solusi untuk meminimalisir hambatan atau tantangan yang dihadapi di
desa Medan Estate,Percut Sei Tuan diantaranya yaitu, Menumbuhkan kesadaran masyarakat
desa dalam dalam ber bangsa dan ber negara serta kesadaran bela negara melalui semangat
gotong royong dan Wawasan Kebangsaan, Menanamkan semangat nasionalisme NKRI
adalah harga mati, Penyuluhan tentang pentingnya menerapkan/ mengamal kan Pancasila,
Penyuluhan tentang Keamanan dan ketertiban masyarakat, Memperkenalkan nilai-nilai
Pancasila melalui media massa, warga dari anak-anak dan orang tua.

22
BAB IV

PEMBAHASAN TENTANG SOLUSI PERBAIKAN DALAM IMPLEMENTASI NILI


PERSATUAN DI DESA MEDAN ESTATE

 Berdasarkan realitas atau kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,


dan bernegara di Medan Estate dalam mengimplementasikan nilai persatuan
berjalan denagn baik antara satu umat beragama di segala sendi- sendi kehidupan
bermasyarakat khusunya dalam menjalankan amanat sebagai PKK . Hal ini dapat
terlihat dalam melaksanakan pembangunan desa selalu berdasarkan nilai-nilai
Pancasila, contohnya dalam pembangunan masjid, jalan desa, menggunakan
nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, toleransi, musyawarah dan
menjunjung tinggi nilai keadilan. Bahwa besarnya penerapan nilai-nilai
Pancasila tersebut adalah 91,5%, yang interprestasinya adalah sempurna.
Artinya seluruh nilai-nilai diterapkan dan menolak nilai yang bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila. Ada beberapa hambatan dalam penerapan nilai-
nilai Pancasila di Desa Medan Estate, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten
Deli Serdang antara lain adanya yang tidak sesuai dengan nilai Pancasila, sikap
individualitas, dan adanya kepentingan politik dan hanya sebagaian masyarakat
warga saja yang peduli dengan kondisi jalan yang ada di desa tersebut dan
warga desa yang kurang sosial.
 Dari melihat permasalahan diatas maka solusinya yang dibuat adalah
1. Dari pemerintah desa agar memperhatikan jalan yang dimana setelah saya
amati bahawa ketika jalan yang berlobang kecil akan lama - kelamaan
akan membesar sehingga apabila pemerintah desa tidak cepat maka akan
terjadinya kerusakan yang parah sepanjang jalan dan saya berharap agar
dana desa agar di gunakan dengan sebaik mungkin.

2. Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah salah satu contoh


konkret hasil gemilang yang bisa dicapai oleh sebuah proses negosiasi
dan kompromi antara kalangan yang beragam latar belakang agama dan
suku bangsa lewat mekanisme demokrasi. Namundemikian bahwa
Pancasila pun tidak menghendaki perwujudan negara agama apalagi
merepresentasikan salah satu aspirasi keagamaan yang dapat mematikan
pluralitas kebangsaan. Sebaliknya juga bahwa Pancasila tidak
menghendaki perwujudan negara dengan beraliran sekuler yang hampa
agama dan tidak mau peduli dengan urusan agama.

3. Agar pelaksana kewilayahan agar bekerja dengan baik dan sesuai denagn
tugasnya karena Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu
Kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah unsur Pelaksana

23
kewilayahan sebagaimanaditentukan secara proporsional antara pelaksana
kewilayahan yang dibutuhkan dengan kemampuan keuangan Desa serta
memperhatikan luas wilayah kerja, karakteristik, geografis, jumlah
kepadatan penduduk, serta sarana prasarana penunjang tugas. Tugas
kewilayahan meliputi, penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Sehingga apabila kinerjanya bagus maka akan bagus
lah desa tersebut didlam mengimplementasikan sila persatuan dan
mencakup semua sila tersebut.
4. Dan dalam menjalankan sila persatuanIndonesiapenulis mendapatkan
informasi dari jurnal structural bahwa bila seseorang atau suatu
komunitas yang telah menjadi seorang hegeformaslaves [1]memiliki
implikasi (konsekuensi logis) muncul kesadaran palsu [2] dengan
kecenderungan cara berpikir logika dasar religi dan logika dasar idola [3]
dalam setiap pemikiran dan aksinya baik dalam skala kecil dan atau skala
relatif besar.
5. Telah jelas implikasi sila ketiga dari Pancasila yaitu “PersatuanIndonesia
” yang cenderung akan membuat Negara Republik Indonesia selalu goyah
karena menjadikan sila tersebut sebagai alat politik yang buruk dan
cenderung memakan korban.
Lalu solusinya bagaimana? Berkaca dari Piagam Jakarta yang memiliki
inspirasi kita dala hal tersebut juga memberi inspirasi kepada penulis
tentang usulan baru yang dapat dijadikan amandemen bagi pemerintah di
masa kini dan atau pemerintah di masa depan yang peduli dengan hal ini.
Pancasila menjadi sila ketiga yang lebih “ramah dan damai” dan mampu
melindungi keempat sila lainnya, sehingga sila ketiga tidak lagi menjadi
pemarginal bagi sila lainnya merupakan suatu pemikiran yang diperlukan
guna melihat implikasi potensi kedamaian bagi semua persatuan baik dari
antar umat beragama, masyarakat ataupun instansi pemerintahan desa
yang kan mencerminan sikap rasa persatuan yang da yang menjadikan
kita indikasi bahawa Negara Indonesia adalah Negara yang mempunyai
integritas yang tinggi yang dimulai dari keluarga, masyarakat dan negra
khususnya dan kepercayaan lainnya ke depannya tanpa mengubah jumlah
lima sila yang ada.

24
BAB V

URAIAN DOKUMENTASI

25
26
BAB VI
PENUTUP
A.KESIMPULAN

Dari Pokok pokok permasalahan yang telah dijabarkan dibab III sebelumnya ,maka
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa implementasi nilai persatuan pancasila itu timbul
dari masing masing diri setiap warga Negara indnesia itu sendiri.yang dimana setiap warga
Negara yang mengimplementasi nilai persatuan pancasila berarti sudah mewujudkan rasa
cinta terhadap tanah air dan bangsa nilai yang terkandung dalam sila III (Persatuan Indonesia)
yaitu rasa bangga menjadi warga negara Indonesia. Tidak hanya cinta kepada tanah air dan
rasa bangga menjadi warga negara Indonesia saja, melainkan juga memajukan pergaulan
demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhinneka Tunggal Ika.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensi setiap aspek
penyelenggaraan negara dan semua sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam
bermasyarakat dan bernegara harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila.Sehingga dengan
hal itulah Implementasi nilai-nilai Pancasila terutama dalam hal persatuan menjadi suatu
keharusan yang wajib dilakukan oleh siapa saja yang menjadi warga negara Indonesia .

Dalam perwujudan implementasi nilai pancasila terutama dalam hal persatuan merupakan
hal yang tidak sulit untuk dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara .hal ini disebabkan karena dalam nilai nilai persatuan didalamnya sudah
terkandung nilai nilai pancasila.seperti contoh,kegiatan pkk yang dilakukan oleh ibu ibu
yang dimana kegiatan tersebut telah mengandung nilai nilai pancasila ke II yang merupakan
jiwa luhur bangsa Indonesia, kemudian diamalkan oleh ibu-ibu kelompok PKK baik dalam
berhubungan dengan sesama anggota maupun dalam kehidupan sehari-hari dan juga sebagai
kepribadiaan hidup yang Kemudian Nilai-nilai tersebut diyakini kebenarannya sebagai
pandangan hidup dalam bermasyarakat.dalam penerapan implementasi nilai persatuan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara terjadi ber bagai hambatan atau tantangan yang
akan dihadapi baik itu dari factor dalam maupun dari factor luar.oleh karena itu rasa
kesadaran masyarakat dalam berbangsa dan bernegara serta kesadaran bela negara melalui
semangat gotong royong dan Wawasan Kebangsaan, Menanamkan semangat nasionalisme
NKRI adalah harga mati, Penyuluhan tentang pentingnya menerapkan/ mengamal kan

27
Pancasila, Penyuluhan tentang Keamanan dan ketertiban masyarakat, Memperkenalkan nilai-
nilai Pancasila melalui media massa, warga dari anak-anak dan orang tua.

B.SARAN

Kita sebagai mahasiswa maupun sebagai warga Negara sudah seharusnya ikut dalam
mewujudkan implementasi nilai nilai persatuan di dalam aktivitas kehidupan kita sehari
hari.yang dimana implementasi nilai persatuan tersebut dapat kita lakukan baik itu kehidupan
bermasyarakat maupun kehidupan berbangsa yang dimana dengan melalui kegiatan positif
tersebut maka nilai nilai Pancasila sebagai bentuk sikap dan perilaku hidup yang nyata dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diwujudkan dalam perwujudan yang konkret ,
operasional aplikatif dan diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam
kehidupan .sehingga tidak menjadi slogan belaka dan nilai nilai persatuan diantara
masyarakat dapat terjalin dengan semakin erat .

28
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah.(2017). Inplementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan


Bermasyarakat.Jurnal Ilmiah IKIP Mataram.Vol 3(1). Hal 620-628. ISSN:2355-
6358
Amran, Ali. (2018). Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.Jakarta: Rajawali Pers
Asmaroini,A.P. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa Di Era
Globalisasi.Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan.Vol 4(2). Hal 440-450
Az-Zahra,D.S., Hasan,S. (2018). Pancasila Dan Persatuan Indonesia.Jurnal
Kewarganegaraan. Vol - (-). Hal 1-12
Damanhuri, Dkk. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya Pembangunan
Karakter Bangsa.Untirta Civic Education Journal.Vol 1(2). Hal 185-198. ISSN:
2541-6693
Darmodihardjo, Dardji. (1980). Pancasila dalam Beberapa Perspektif. Jakarta: Aris Lima
Daroeso, Bambang dan Suyahmo.(1989). Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Liberty
Djahir, Yulia. (2019). Suplemen Buku Ajar Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Deepublish
Dwidjowijoto, Riant Nugroho. (2004). Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi.: Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Halking,dkk. (2018). Pendidikan Pancasila.Medan: Universitas Negeri Medan
Hidayat,S.I. (2017). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Perguruan Tinggi Melalui
Pemberian Mata Kuliah Pendidikan Bela Negara.Jurnal Kewarganegaraan. Vol -
(-). Hal 1-11
Kaelan .(2002)..Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.Yogyakarta:
Paradigma
Misnaini, Sari. (2018). Pengaruh Pembelajaran Nilai-Nilai Pancasila Terhadap Prilaku
Mahasiswa Di Stik Bina Husada.Jurnal Ilmiah P2M STKIP Siliwangi.Vol 5(2). Hal
75-84
Mulyasa.(2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Siregar, Christian. (2014). Pancasila, Keadilan Sosial, Dan Persatuan Indonesia.Jurnal
Humaniora. Vol 5 (1). Hal 107-112.
Suwarno.(2009). Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius

29
Winarno.(2019). Paradigma Baru Pendidikan Pancasila.Jakarta: Bumi Aksara

30

Anda mungkin juga menyukai