Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KRITIS

Laporan Pendahuluan Pada Pasien Enchepalopati di Ruang ICU

Disusun Oleh:
Ayundah Indriawati
4338114901230005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HORIZON INDONESIA KARAWANG
2023

Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316


A. Definisi
Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak
menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progesif/statis. Ensefalopati yang terjadi sejak
dini dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologis (WHO, 2006). Pasien
dengan ensefalopati dapat mengalami kemunduran dalam fungsi kognitif umum, prestasi
akademis, fungsi neuropsikologik. Skor intelegensi pasien yang mengalami ensefalopati
juga rendak di bandingkan anak seusianya. Dari segi prestasi akademis pasien akan
mengalami kesulitan untuk membaca, mengeja, dan aritmatik. Sedangkan fungsi
neuropsikologikal dapat menjadi hiperaktif maupun autis.

Berasal dari kata : enchepalo (otak), pathy (gangguan). Yang menggambarkan fungsi dan
struktur otak yang abnormal (Departemen Kesehatan RI, 2007 ). Ensefalopati adalah
istilah yang di gunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat
akut/kronik, progesif/statis. Ensefalopati tidak mengacu pada penyakit tunggal,
melainkan untuk sindrom disfungsi otak global. Ensefalopati adalah disfungsi kortikal
yang memiliki karakteristik perjalanan akut hingga sub akut (jam hingga bebrapa hari),
secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat kesadaran, atensi minimal, halusinasi dan
delusi yang sering dan perubahan tingkat aktivitas psikomotor (secara umum meningkat,
akan tetapi dapat munurun).
B. Klasifikasi
Beberapa contoh jenis ensefalopati :
1. Ensefalopati mitokondria, gangguan metabolic yang di sebabkan oleh disfungsi dari
DNA mitokondria. Dapat mempengaruhi banyak system tubuh, terutama otak dan
system saraf.
2. Glycine ensefalopati : sebuah gangguan metabolism genetic yang melibatkan
kelebihan produksi glisin
3. Hipoksia iskemik ensefalopati : ensefalopati permanen atau sementara yang timbul
dari pengiriman oksigen yang sangat berkurang ke otak
4. Uremik ensefalopati : gagal ginjal akut/kronis dapat menyebabkan ensefalopati
uremik. Ketika ginjal gagal untuk secara memadai membersihkan aliran darah,
berbagai racun secara bertahap dapat membangun dan menyebabkan fungsi otak
menurun.
5. Hipertensi ensefalopati : timbul dari peningkatan tekanan darah meningkat darah di
intrakarnial
6. Neonatal ensefalopati : sering terjadi karena kurangnya oksigen dalam aliran darah
ke otak-jaringan janin selama persalinan.
7. Salmonella ensefalopati : suatu bentuk ensefalopati yang di sebabkan oleh keracunan
makanan (terutama dari kacang dan daging busuk) sering mengakibatkan kerusakan
otak permanen dan gangguan system saraf
C. Anatomi fisiologi
Susunan saraf pusat (SPP/CNS) :
a. Otak
Terletak dalam rongga kranium (tengkorak).
Pelindung Otak :
- Kulit kepala dan rambut
- Tulang tengkorak dan columna vertebral
- Meningen ( selaput otak )

b. Hemifer cerebral ( otak besar ) di bagi menjadi 4 lobus, yaitu :


- Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab untuk
proses berfikir
- Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi
perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan temperatur.
- Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata.
- Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi dari telinga.
c. Cerebelum ( otak kecil )
Fungsi cerebelum mengembalikan tonus otot di luar kesadaran yang merupakan
suatu mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian.
d. Medulla Spinallis/sumsum tulang belakang
Berfungsi untuk mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh serta
berperan dalam : gerak reflek, berisi pusat pengontrolan yang penting, heart rate
contol atau denyut jantung, pengaturan tekanan darah, pernafasan, menelan, muntah
Susunan Syaraf Perifer :
Menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS ) dengan cara
membawa signals dari syaraf pusat ke CNS.
Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :
- Susunan syaraf somatic
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas
otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot
yang di sengaja atau tanpa sengaja
- Susunan syaraf otonom
Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot
sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau otot
jantung yang dilakuakan otomatis.
D. Etiologi
a. Kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia dapat menyebabkan fungsi
mental berubah dan ensefalopati
b. Keracunan jaringan otak dan sel-sel juga dapat mempengaruhi fungsi. Racun ini
dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari hati/gagal ginjal, atau mungkin sengaja
(keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau tidak sengaja tertelan (keracunan
karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun)
c. Ensefalopati mungkin karena cacat lahir (kelainan genetic yang meyebabkan
struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di temukan pada
saat lahir)
Beberapa contoh penyebab lain ensefalopati :
a) Menular (bakteri, virus, parasit)
b) Anoxic (kekurangan oksigen ke otak, termasuk penyebab trauma)
c) Alcohol (toksisitas alcohol)
d) Hepatik (missal : kanker hati)
e) Uremik (ginjal/gagal ginjal)
f) Perubahan dalam tekanan otak (perdarahan kepala, tumor, abses)
g) Bahan kimia beracun (timbale, merkuri)
h) Penyakit metabolik
E. Manifestasi klinis
Ciri ensefalopati adanya gangguan mental. Tergantung pada jenis dan tingkat keparahan
ensefalopati
Gejala neurologis umum :
a) Hilangnya fungsi kognitif,
b) Perubahan kepribadian ringan
c) Ketidakmampuan untuk berkosentrasi
d) Lesu, kesadaran menurun
e) Demensia
f) Kejang, otot berkedut
g) Mialgia (Nyeri otot)
h) Respirasi cheynes-stokes (pola pernapasan di ubah dilihat dengan kerusakan otak
dan koma)
F. Patofisiologi
Ensefalopati terjadi karena adanya suatu kelainan dalam struktur anatomi listrik dan
fungsi kimia yang berubah. Selain itu juga adanya keracunan jaringan otak, racun ini
dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari hati/gagal ginjal, atau mungkin sengaja
(keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau tidak sengaja tertelan (keracunan
karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun). Hal tersebut dapat kita lihat bahwa adanya
gangguan mental, hilangnya fungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkosentrasi, lesu,
kesadaran menurun pada pasien dengan ensefalopati. Ensefalopati mungkin juga
dikarenakan cacat lahir (kelainan genetic yang meyebabkan struktur otak yang
abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di temukan pada saat lahir).

Kelainan struktur anatomi listrik


dan fungsi kimia yang berubah,
keracunan jaringan otak

Otak tidak bisa bekerja


dengan baik

Perubahan perfusi Kebutuhan O2


jaringan serebral meningkat

Penurunan kesadaran Napas kusmaul

Tirah baring yang lama Pola napas tidak efektif

G. Komplikasi
Komplikasi encephalopathy bervariasi dari tidak ada menjadi gangguan mental yang
mendalam yang menyebabkan kematian. Komplikasi dapat mirip dalam beberapa kasus.
Selain itu, banyak peneliti menganggap ensefalopati sendiri menjadi komplikasi yang
timbul dari masalah kesehatan utama atau diagnosis utama.

Komplikasi tergantung pada penyebab utama dari ensefalopati dan dapat diilustrasikan
dengan mengutip beberapa contoh dari berbagai penyebab :
a. Hepatik (hati) encephalopathy (pembengkakan otak dengan herniasi, koma,
kematian)
b. Ensefalopati metabolik (lekas marah, lesu, depresi, tremor, kadang-kadang, koma,
kematian)
c. Ensefalopati uremik (lesu, halusinasi, pingsan, otot berkedut, kejang, kematian)
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan/pengobatan ensefalopati bervariasi dengan penyebab utama dari gejala,
akibatnya, tidak semua kasus ensefalopati diperlakukan sama. Perlakuan terbaik yang
dirancang oleh dokter yang merawat setelah diagnosis utama pasien dibuat. Perawatan
yang sangat bervariasi karena penyebab yang sangat berbeda.

Contoh dapat menunjukkan betapa berbedanya “pengobatan ensefalopati” dapat berubah


sesuai dengan penyebabnya:
a. Anoksia jangka pendek (biasanya kurang dari dua menit): terapi oksigen
b. Anoksia jangka panjang: rehabilitasi
c. Toksisitas alkohol jangka pendek: cairan IV atau ada terapi
d. Penyalahgunaan alkohol jangka panjang (sirosis atau gagal hati kronis): laktulosa
oral, diet rendah protein, antibiotic
e. Ensefalopati uremik (karena gagal ginjal): memperbaiki penyebab fisiologis yang
mendasari, dialisis, transplantasi ginjal
f. Diabetic encephalopathy: mengelola glukosa untuk mengobati hipoglikemia,
penghapusan glukosa darah untuk mengobati hiperglikemia
g. Hipo-atau hipertensi ensefalopati: obat untuk meningkatkan (untuk hipotensi) atau
mengurangi (untuk hipertensi) tekanan darah
I. Pemeriksaan penunjang
a) Lumbal pungsi (pemeriksaan CSS)
- Cairan warna jernih
- Glukosa normal
- Leukosit meningkat
- Tekanan Intra Kranial meningkat
b) CT Scan/ MRI
Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom, daerah
cerebral, hemoragic, atau tumor.
c) EEG (Electro Encephalo Graphy)
- Terlihat aktivitas fisik (gelombang) yang menurun, dengan tingkat kesadaran
yang menurun
- ambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difu (aktivitas lambat bilateral)
J. pathway
menular, anoxic, alcohol, hepatik, uremik, perubahan dalam tekanan otak penyakit metabolik

penurunan masa hepatosit fungsional

penurunan detoksifikasi amonia

peningkatan kadar amonia dalam darah

loksisitas amonia terhadap astrosis glutamin

gangguan sintesis glutamin

pembengkakan astrosit

disfungsi astrosit

ensefalopati metabolik

edema serebral merangsang mediator kimia kurang pengetahuan

peningkatan TIK merangsang sel saraf gangguan neurotransmitter

gangguan aliran darah ke otak mual, muntah nyeri kelainan polarisasi

iskemia intake makanan tidak adekuat gerakan tdk terkoordinasi

gg. perfusi serebral tdk efektif defisit nutrisi resiko jatuh

gangguan mobilitas fisik


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatan
1) Pengkajian primer
a. Airway:
a) Mengenali adanya sumbatan jalan nafas
b) Peningkatan sekresi pernafasan
c) Bunyi nafas krekels, ronchi, atau mengi
d) Jalan nafas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing
e) Jalan nafas bersih atau tidak
b. Breathing
a) Distress pernafasan: pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi
b) Frekuensi pernafasan: cepat
c) Sesak nafas atau tidak
d) Kedalaman pernafasan
e) Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak
f) Reflek batuk ada atau tidak
g) Penggunaan otot bantu pernafasan
h) Penggunaan alat bantu nafas atau tidak
i) Irama pernafasan : teratur atau tidak
j) Bunyi nafas normal atau tidak
c. Circulation
a) Penurunan curah jantung: gelisah, letergi, takikardi
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran: ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d) Papiledema
e) Penurunan haluaran urine
d. Disability
a) Keadaan umum: GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thorax
c) Riwayat penyakit dahulu/sekarang
d) Riwayat pengobatan
e) Obat-obatan/drugs
e. Expossure
a) Lihat adanya jejas atau tidak, pembengkakan atau tidak, dan pada saat pasien
stabil dapat ditanyakan riwayat dan pemeriksaan lainnya.
2) Identitas pasien
3) Keluhan utama
4) Riwayat kesehatan dahulu
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Pengkajian skunder
a. Pemeriksaan fisik (head to toe)
7) Data laboraturium
2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan perfusi serebral tidak efektif
2) Nyeri akut
3) Defisit nutrisi
4) Gangguan mobilitas fisik
5) Resiko jatuh
3. Intervensi
No SLKI SIKI
1 Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan gangguan Perfusi - Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.
Serebral meningkat dengan lesi menempati ruang, gangguan
kriteria hasil : metabolisme, edema serebral, peningkatan
- Tingkat kesadaran dari tekanan vena, obstruksi, aliran cairan
menurun (1) menjadi cukup serebrospinal, hipertensi, intrakranial
meningkat (4) idiopatik)
- Kognitif dari cukup menurun - Monitor peningkatan TD
(2) menjadi cukup meningkat - Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS
(4) dan TDD)
- Tekanan intrakranial dari - Monitor penurunan frekuensi jantung
cukup meningkat (2) menjadi - Monitor ireguleritas irama napas
sedang (3) - Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Sakit kepala dari meningkat - Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan
(1) menjadi sedang (3) respon pupil
- Gelisah dari cukup meningkat - Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam
(2) menjadi sedang (3) rentang yang diindikasikan
- Kecemasan dari cukup - Monitor tekanan perfusi serebral
meningkat (2) menjadi sedang - Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik
(3) drainase cairan serebrospinal
- Demam dari cukup meningkat - Monitor efek stimulus lingkungan terhadap
(2) menjadi cukup menurun TIK
(4) Terapeutik
- Nilai rata-rata tekanan darah - Ambil sampel drainase cairan serebrospinal -
dari memburuk (1) menjadi Kalibrasi transduser
sedang (3) - Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
- Kesadaran dari memburuk (2) - Pertahankan posisi kepala dan leher netral
menjadi membaik (5) - Bilas sistem pemantauan, jika perlu
- Tekanan darah sistolik dari - Atur interval pemantauan sesuai kondisi
memburuk (1) menjadi sedang pasien
(3) - Dokumentasikan hasil pemantauan
- Takanan darah diastolik dari Edukasi
memburuk (1) menjadi sedang - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
(3) - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
- Refkeks saraf dari cukup
memburuk (2) menjadi cukup
membaik (4)
2 Setelah dilakukan tindakan asuhan Pemberian analgesik
keperawatan selama 3x24jam Observasi
diharapkan nyeri akut pada pasien - Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
dapat teratasi, dengan kriteria dan Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas,
hasil: frekuensi, durasi)
kontrol nyeri - Identifikasi riwayat alergi obat
- Melaporkan nyeri terkontrol - Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
dari meningkat (5) menjadi Narkotika, non narkotika, atau NSAID)
menurun (1) dengan tingkat keparahan nyeri
- Kemampuan mengenali onset Teraupetik
nyeri dari meningkat (5) - Diskusikan jenis analgesik yang disukai
menjadi menurun (1) untuk mencapai analgesia optimal, jika
- Kemampuan mengenali perlu
penyebab nyeri dari meningkat - Dokumentasikan respons terhadap efek
(5) menjadi menurun (1) analgesik dan efek yang tidak diinginkan
- Kemampuan menggunakan Edukasi
teknik non-farmakologi dari - Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
menurun (1) menjadi meningkat Kolaborasi
(5) - Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
- Dukungan orang terdekat dari analgesik, sesuai indikasi
menurun (1) menjadi
meningkat(5)
- Keluhan nyeri dari meningkat
(1) menjadi menurun (5)
- Penggunaan analgesik dari
meningkat (1) menjadi menurun
(5)
3 Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen nutrisi
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan devisit nutrisi pada - Identifikasi status nutrisi
pasien dapat teratasi, dengan - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
kriteria: - Identifikasi makanan yang disukai
Status nutrisi - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
 porsi makan yang dihabiskan nutrien
dari menurun (1) menjadi - Identifikasi perlunya menggunakan selang
meningkat (5) nasogastrik
 kekuatan otot mengunyah - Monitor asupan makanan
dari menurun (1) menjadi - Monitor berat badan
meningkat (5) - Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
 kekuatan otot menelan dari Teraupetik
menurun (1) menjadi - Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
meningkat (5) perlu
 serum albumin dari menurun - Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
(1) menjadi meningkat (5) Piramida makanan)
 perasaan cepat kenyang dari - Sajikan makanan secara menarik dan suhu
menurun (5) menjadi yang sesuai
meningkat (1) - Berikan makanan tinggi serat untuk
 nyeri abdomen dari menurun mencegah konstipasi
(5) menjadi meningkat (1) - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
 sariawan dari menurun (5) protein
menjadi meningkat (1) - Berikan suplemen makanan, jika perlu
 rambut rontok dari menurun - Hentikan pemberian makanan melalui
(5) menjadi meningkat (1) selang nasogastrik jika asupan oral dapat
 diare dari menurun (5) ditoleransi
menjadi meningkat (1) Edukasi
 Berat badan dari memburuk - Anjurkan posisi duduk, jika mampu
(1) menjadi membaik (5) - Ajarkan diet yang diprogramkan
 Indeks masa tubuh dari Kolaborasi
memburuk (1) menjadi - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
membaik (5) makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
 Frekuensi makan dari perlu
memburuk (1) menjadi - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membaik (5) menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
 Nafsu makan dari memburuk yang dibutuhkan, jika perlu
(1) menjadi membaik (5)
 Bising usus dari memburuk
(1) menjadi membaik (5)
4 Setelah dilakukan asuhan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan Mobilitas Fisik - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Meningkat dengan kriteria hasil : lainnya
- Pergerakan ekstremitas dari - Identifikasi toleransi fisik melakukan
cukup menurun (2) menjadi pergerakan
cukup meningkat (4) - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
- Kekuatan otot dari cukup sebelum memulai mobilisasi
menurun (2) menjadi cukup - Monitor kondisi umum selama melakukan
meningkat (4) mobilisas
- Rentang gerak (ROM) dari Terapeutik
cukup menurun (2) menjadi - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
cukup meningkat (4) bantu (misal. pagar tempat tidur)
- Nyeri dari cukup meningkat - Fasilitasi melakukan pergerakan
(2) menjadi cukup menurun - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
(4) dalam meningkatkan pergerakan
- Kecemasan dari cukup Edukasi
meningkat (2) menjadi cukup - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
menurun (4) - Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Kaku sendi dari cukup - Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
meningkat (2) menjadi cukup dilakukan (misal. duduk di tempat tidur,
menurun (4) duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
- Gerakan tidak terkoordinasi tempat tidur ke kursi)
dari cukup meningkat (2)
menjadi cukup menurun (4)
- Kelemahan fisik dari cukup
meningkat (2) menjadi cukup
menurun (4)
5 Setelah di lakukan tindakan  Pencegahan Jatuh
asuahan keperawatan selama 3x24 Observasi
jam masalah resiko jatuh pada - Identifikasi faktor resiko jatuh (mis. Usia
pasien dapat teratasi, dengan >65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,
kriteria dan hasil: defisit kognitif, hipotensi ortostatik,
gangguan keseimbangan, gangguan
 Tingkat Jatuh
penglihatan, neuropati)
- Jatuh dari tempat tidur dari
- Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali
meningkat (1) menjadi
setiap shift atau sesuai denga kebijakan
cukup menurun (4)
institusi
- Jatuh saat berdiri dari
- Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkat (1) menjadi
meningkatkan resiko jatuh (mis. Lantai
cukup menurun (4)
licin, penerangan kurang)
- Jatuh saat duduk dari
- Hitung resiko jatuh dengan menggunakan
meningkat (1) menjadi
cukup menurun (4) skala (mis. Fall Morse Scale, Humpty
- Jatuh saat berjalan dari Dumthy Scale), jika perlu
meningkat (1) menjadi - Monitor kemampuan berpindah dari tempat
cukup menurun (4) tidur ke kursi roda dan sebaliknya
- Jatuh saat naik tangga dari
Teraupetik
meningkat (1) menjadi
cukup menurun (4) - Orientasikan ruangan pada pasien dan

- Jatuh saat di kamar mandi keluarga

dari meningkat (1) menjadi - Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
cukup menurun (4) selalu dalam kondisi terkunci
- Pasang handrail tempat tidur
- Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah
- Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh
dekat dengan pemantauan perawat dari
nurse station
- Gunakan alat bantu berjaan (mis. Kursi
roda, walker)
- Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan
pasien

Edukasi

- Anjurkan memanggil perawat jika


membutuhkan bantuan untuk berpindah
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak
licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
- Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil
untuk memanggil perawat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner / Suddarth., (2006). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company, Philadelphia.


Carpenito, Lynda Juall. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC, Jakarta.
Depkes RI. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Diknakes, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3, EGC, Jakarta.
Donnad. (2011). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia. Penerbit
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Penerbit
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Penerbit Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai