Anda di halaman 1dari 40

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Hakikat Minat

Minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan apabila objek

tersebut sesuai sasaran dan berkaiatan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang

yang bersangkutan (Sardiman,1988:76). Menurut Tampubolon(1991:4)

mengatakan bahwa minat adalah suatu keinginan dan kemuan yang dapat

berkembang jika ada motivasi. Sedangkan menurut Djali (2008:121) bahwa minat

pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan suatu diluar diri. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai prestasi

dalam suatu pekerjaan, jabatan, atau karir. Tidak akan mungkin orang yang tidak

berminat terhadap suatu pekerjaan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan

baik. Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam suatu

objek (Muhamad Surya, 2003:100).

Minat berkaitan dengan perasaan suka atau senang dari seseorang terhadap

suatu objek. Hal ini seperti dikemukakan oleh Slemeto(2003:180) yang

menyatakan bahwa minat sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh, Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri.

Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.Menurut Kartini
Kartono(1996:12) minat merupakan momen dan kecenderungan yang searah

secara intensif kepada suatu objek yang di anggap penting. Sedangkan menurut

Syaiful Bahri Djamarah (2008:132) minat adalah kecenderungan yang menetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas seseorang yang berminat

terhadap aktivitas akan itu secara konsisten dengan rasa senang terhadap sesuatu

itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi

penerimaan minat-minat baru.

Menurut Crow dan Crow (dalam Abror, 1993:112) minat adalah sesuatu

yang berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau

merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang

efektif yang dirangsang oleh kegiatn itu sendiri. Sedangkan menurut Rast Harmin

dan Simon (dalam Mulyati, 2004:46) menyatakan bahwa dalam minat itu terdapat

hal-hal pokok diantaranya:

1) adanya perasaan senang dalam diri yang memberikan perhatian

pada objek tertentu.

2) adanya ketertarikan terhadap objek tertentu.

3) adanya aktivitas objek tertentu.

4) adanya kecenderungan berusaha lebih aktif.

5) objek atau aktivitas tersebut dipandang fungsional dalam

kehidupan.

6) kecenderungan bersifat mengarahkan dan mempengaruhi tingkah

laku individu.
Menurut Shaleh Abdul Rahman (2009:262) adalah suatu kecenderungan

untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi

yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang, Minat

merupakan kecenderungan atau arah keinginan terhadap sesuatu untuk memenuhi

dorongan hati, minat merupakan dorongan dari dalam diri yang mempengaruhi

gerak dan kehendak terhadap sesuatu, merupakan dorongan kuat bagi

seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan

dan cita-cita yang menjadi keinginan. Sedangkan menurut Witherington,

H.C. (1999:135) minat adalah kesadaran seseorang dalam sesuatu objek

seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.

Minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang

merupakan kekuatan di dalam dan tampak diluar sebagai gerak-gerik dalam

menjalankan fungsi minat berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan.

Manusia memberi corak dan menentukan sesudah memilih dan mengambil

keputusan, perubahan minat memilih dan mengambil keputusan disebut kata hati

(Heri P, 1998: 3).

Pendapat para ahli diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa seseorang

yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara

konsisten denganrasa senang yang dikarenakan hal tersebut datang dari dalam diri

seseorang yang didasarkan rasa suka dan tidak adanya paksaan dari pihak
luar,timbulnya minat seseorang itu disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu

faktor intern dan ekstern.Adapun faktor intern terdiri dari perhatian, tertarik dan

aktifitas, sedangkan faktor ekstern terdiri dari keluarga, sekolah dan lingkungan.

Banyak ahli yang mengemukakan mengenai jenis-jenis minat. Diantaranya

Carl Safran (dalam Sukardi, 2003) mengklasifikasikan minat menjadi empat jenis

yaitu :

Expresesed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang

menunjukan apakah seseorang itu menyukai dan tidak menyukai suatu objek atau

aktivitas.

Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada

suatu kegiatan tertentu.

Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau

keterampilan dalam suatu kegiatan.

Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau

daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.

Sedangkan menurut Muhamad Surya (2004) mengenai jenis minat,

menurutnya minat dapat dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu :

1) Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa

tanpa pengaruh luar.

2) Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa

dengan pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.


3) Minat Nonvolunter adalah minat yang ditimbulkan dari dalam diri

siswa secara dipaksa atau dihapuskan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat


Minat dalam diri seseorang tidak datang begitu saja, melainkan melalui

sebuah proses dimana kemudian minat itu tumbuh dan mendorong seseorang

untuk melakukan aktivitas atau pencapaian.

Poryer dan Hernacki (2001:48) berpendapat bahwa ada beberapa faktor

yang mempengaruhi minat, antara lain :

1) Faktor lingkungan

Termasuk dalam faktor ini adalah lingkungan keluargamaupun

lingkungan masyarakat. Seseorang yang hidup dalam keluarga seniman

memiliki kecenderungan akan minat yang cukup tinggi pada

bidang kesenian atau seni.

2) Faktor interen pada diri individu.

Yaitu pemahaman seseorang tentang manfaat, kegunaan

pengetahuan atau keterampilan yang ia pelajari. Seseorang atau siswa yang

setelah mengalami proses belajar mengajar di sekolah dan bentuk prestasi

belajar adalah berwujud angka atau nilai.


Menurut Siti Rahayu Haditono dala Dwi Hari Subekti (2007: 8)

menjelaskan bahwa minat dapat dipengaruhi oleh dua faktor, diantaranya

adalah :

a) Faktor dari dalam (intrinsik) yaitu dapat di katakan bahwa sebuah

perbuatan yang dilakukan atas dasar senang dan atas keinginannya sendiri

bukan karena dorongan dari orang lain. Disini minat datang murni dari

dalam diri seseorang itu sendiri dan senang jika hal itu dilakukan.

Contohnya seperti: rasa senang, rasa perhatian lebih semangat, motivasi,

emosi dan lain-lain,

b) Faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu sebaliknya dari faktor intrinsik,

bahwa sesuatu yang dilakukan atau dikerjakan atas dasar dorongan dari

luar, bukan datang murni dari dalam diri seseorang yang melakukannya.

Seseorang melakukan atau mengerjakan sesuatu karena ia di dorong atau

ada paksaan dari luar dirinya yang mengharuskan dia untuk melakukan hal

tersebut. Contohnya seperti: lingkungan, orang tua, guru, fasilitas dan lain

sebagainya.

Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa beberapa

faktor yang mempengaruhi sebuah minat yaitu faktor dari dalam diri

seseorang itu sendiri (intrinsik) yang meliputi rasa senang, perhatian, ingin

tahu, aktivitas dan lain sebagainya. dan faktor dari luar seseorang itu sendiri

(ekstrinsik) yang meliputi peranan guru orang tua fasilitas dan lain

sebagainya.

3) Faktor dari Dalam


a) Perhatian

Seseorang yang berniat pada suatu hal apapun, contohnya kepada

mata pelajaran tertentu, maka siswa atau orang tersebut

memperhatikan atau memiliki perhatian yang lebih terhadap mata

pelajaran itu sendiri.

b) Perasaan senang

Perasaan senang yang dimiliki seseorang terhadap mata pelajaran

tertentu akan sangat mempengaruhi minat seseorang itu dalam

mengikuti proses pembelajaran. Contohnya ketika ada siswa yang

senang dengan pelajaran pendidikan jasmani atau yang lain, maka ia

akan merasakan senang saat mata pelajaran itu sedang berlangsung.

c) Aktivitas

Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

dalam sebuah hal, Jika seseorang memiliki minat yang cukup tinggi

akan suatu hal, maka aktivitas yang ia lakukan akan semakin tinggi

dan begitu juga sebaliknya. Contohnya jika dalam pelajaran

pendidikan jasmani di sekolah tetang aktivitas permainan sepak bola,

maka siswa yang mempunyai minat tinggi terhadap permainan tersebut

akan cenderung banyak melakukan aktivitas terkait pembelajaran

tersebut, dan juga sebaliknya.

4) Faktor dari Luar

a) Peranan Guru
Peranan guru sangat penting dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani di sekolah seperti metode mengajar, bagai mana cara

guru mengkondisikan siswa, sampai hubungan siswa dengan murid.

Dengan tidak adanya peranan guru yang baik bagi para siswa maka akan

sangat kecil niat yang tumbuh dari para siswa untuk mengikuti proses

pembelajaran. Contohnya ketika guru tidak bisa mengontrol siswa dan

tidak bisa memberikan sebuah metode pembelajaran yang membuat siswa

itu senang maka dapan menimbulkan rasa bosan serta malas pada siswa.

Dan sebaliknya jika gunu bisa mengontrol dan mengendalikan para siswa

dan memberikan metode yang menyenangkan maka siwa akan mendorong

untuk lebih antusias dan memiliki niat yang tinggi akan pembelajaran

tersebut.

b) Fasilitas

Fasilitas dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya niat yang

timbul pada diri siswa. Tersedia dan tidak tenedianya fasilitas atau sarana

dan prasarana itu berpengaruh terhadap niat seseorang atau siswa untuk

mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

3. Aspek Minat

Dalam hal ini, minat memiliki tiga aspek yang mempengaruhinya.

Diantaranya adalah aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor

(Syahputra, 2020)

1) Aspek Kognitif
Aspek ini didasari oleh sebuah konsep perkembangan pada anak

yang menghubungkan dengan suatu minat. Pada aspek ini biasanya

seseorang akan lebih mempertimbangkan sesuatu yang di minatinya,

apakah yang di minatinya dapat menguntungkannya atau membuatnya

menjadi berkembang sebagai individu. Bukan hanya itu, dalam aspek ini

seseorang juga akan mempertimbangkan waktu yang di gunakan dalam

melaksanakan minatnya tersebut, apakah sepadan dengan kepuasan yang

di dapat atau justru hanya sebaliknya.

Faktor ini sangat diperhitungkan oleh seseorang atau individu yang

tumbuh kembang dalam melakukan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan

yang nantinya akan mereka jalani.

2) Aspek Afektif

Aspek afektif dapat dikatakan sebagai aspek yang tumbuh dari

emosinal seseorang hingga timbul sikap terhadap sesuatu yang ingin di

lakukannya. Minat yang besar akan tumbuh apabila seseorang

mendapatkan respon yang baik dan besar dari lingkungannya terhadap

sesuatu yang di minatinya.

Dalam aspek afektif, minat akan terbentuk dari pengalaman pribadi,

respon lingkungan, orang tua, guru, lingkungan pertemanan dan kelompok

yang mendukung aktifitas yang di lakukannya dan seseorang akan dapat

fokus dengan apa yang di minatinya sehingga ia memiliki frekuensi yang

tinggi dan waktu yang teratur untuk melakukan aktifitasnya tersebut.


Dari sini dapat di simpulkan bahwa aspek afektif ini sangat berkaitan

erat dengan respon atau sikap, baik itu dari individuya sendiri maupun dari

lingkungan yang membentuknya. Minat akan tumbuh besar jika sikap atau

respon yang di dapat dari lingkungan baik, schingga mendorong seseorang

untuk tetap melakukan aktifitasnya dengan intensitas yang besar.

3) Aspek Psikomotor

Aspek ini menindak lanjuti dari aspek sebelumnya yang mengarah

pada proses atau pelaksaan aktifitas. Seseorang yang mempunyai

keinginan yang tinggi akan suatu hal, maka ia akan berusaha untuk

mewujudkan keinginannya tersebut dengan sebuah kerja keras.

Dalam aspek ini pula, kriteria dalam suatu minat di bagi menjadi tiga

kategori diantaranya adalah : Rendah, jika seseorang tidak begitu

menginginkan objek atau sesuatu yang dilakukannya. Sedang, jika

seseorang memiliki keinginan akan suatu objek namun tidak dalam waktu

dekat. Tinggi, jika seseorang sangat menginginkan suatu objek dan dalam

waktu yang dekat atau singkat.

4. Karakteristik Minat

ada tiga karakteristik dalam suatu minat, diantanya adalah sebagai berikut :

1) Suatu minat dapat menimbulkan sikap positif dari suatu objek.

2) Suatu minat bisa menjadi hal yang menyenangkan, ia tumbuh dari suatu

objek atau aktifitas yang di lakukan oleh individu itu sendiri.


3) Minat ini mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu

keinginan, dan juga kegairahan untuk mendapatkan atau mencapai suatu

tujuan atau objek yang diinginkan.

(https://seputarilmu.com/2019/12/minat.html di akses pada 8 mei 2021)

5. Hakikat Olahraga

Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang mempunyai pengaruh

positif terhadap tingkat kesegaran jasmani manusia bila dilakukan dengan

tepat dan terarah, karena dengan berolahraga semua organ tubuh kita akan

bekerja dan terlatih. Kebanyakan pada masa sekarang ini orang cendrung di

sibukan oleh aktivitas keseharian yang kurang gerak padahal olahraga dapat

membebaskan kita dari perasaan yang membelenggu kita, dan melancarkan

sistem peredaran darah sehingga pikiran kita akan menjadi lebih segar serta

fisik tetap terjaga.

Olahraga merupakan budaya manusia, yang artinya tidak dapat disebut ada

kegiatan olahraga pabila tidak ada faktor manusia yang berperan secara

ragawi/pribadi melakukan aktivitas/kegiatan olahrga itu. Contoh: adu domba

bukan olahraga karena manusia tidak berperan secara ragawi dalam adu itu.

Tetapi adu tinju, pencak silat, karate dan sejenisnya adalah olahraga, karena

memang manusia melakukan kegiatan itu secara ragawi, secara pribadi,

artinya atas kemauan sendiri. Balap berkuda adalah olahraga karena kuda

tidak berlari atas kemauan sendiri tetapi menuruti kemauan/kendali sang

jockey, sedangkan sang jockey sendiri bukannya duduk santai di pelana kuda,

tetapi selama balap berlangsung ia harus melakukan “squating” di atas pelana


kuda dengan kakinya yang bertumpu pada sanggurdi. Sebaliknya balap anjing

bukan olahraga.

Demikianlah maka manusia adalah titik sentral dari olahraga, artinya tidak

ada olahraga apabila tidak ada keterlibatan faktor manusia,baik secara

jasmani, rohani maupun sosial. Hakikatnya persyaratan yang harus di penuhi

manusia untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga pada umumnya adalah

mereka yang sehat, merekan yang ingin memelihara kesehatannya dan

meningkatkan derajat kesehatannya, atau mereka yang ingin berpartisipasi

dalam suatu dalam cabang olahraga. Di samping itu bagi mereka yang

memerlukan, terdapat pelayanan olahraga kuratif dan olahraga rehabilitas

yang di selanggarakan oleh lembaga khsusus. Perlu di kemukakan kembali

bahwa sehat dalam konsep Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meliputi 3

(tiga) aspek yaitu jasmani,rohani, sosial, seperti tercantum dakam definisinya

yaitu bahwa sehat adalah sejahtera jasmani, rohani dan sosial, bukan hanya

bebas dari penyakiy, cacat, ataupun kelemahannya.

Perkataan “olahraga” mengandung arti akan adanya sesuatu yang

berhubungan dengan peristiwa maengolah yaitu mengolah raga atau mengolah

jasmani. Definisi atau batasan tentang olahraga itu sendiri masih belum tegas,

akibatnya terdapat bermacam-macam batasan, definisi ataupun deskripsi

menegenai pengertian apa itu “olahraga”. Hal ini di sebabkan oleh karena

memang belum ada lembaga resmi yang di akui sebagai berwenang (seperti

halnya WHO yang di akui berwenang membuat batasan, definisi ataupun

deskripsi menegenai pengertian apa itu sehat), untuk membuat batasan,


definisi ataupun deskripsi mengenai pengertian apa itu “olahraga” akibatnya

banyak kegiatan yang tidak layak untuk sebutan “olahraga” dimasukkan juga

dalam kelompok olahraga, misalnya: “olahraga” catur, bridge, mancing dan

banyak lagi yang lainnya.

Berdasarakan tujuan yang hendak di capai, maka olahraga di bagi menjadi:

(1). Olahraga prestasi tekananya pada tujuan bidang prestasi, (2). Olahraga

rekreasi tekanannya pada rekreasi, (3). Olahraga kesehatan tekanannya pada

pencapaian kesehatan, dan (4). Olahraga pendidikan tekananya pada tujuan

pendidikan. (Santosa Giriwijoyo, Fisiologi Kerja dan Olahraga, h.24)

Berdasarkan penyataan tersebut dapat di simpulkan bahwa olahraga dapat

di gunakam untuk meningkatkan kesegaran jasmani dengan mengikutsertakan

sistem otot-otot dan belajar yang dihasilkan dari ikut sertanya dalam kegiatan

olahraga.

6. Hakikat Ekstrakulikuler

Kegiatan ekstrakulikuler atau ekskul adalah kegiatan tambahan yang

dilakukan di luar jam pelajaran yang di lakukan baik di sekolah atau di luar

sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan,

keterampilan dan wawasan serta membantu membentuk karakter peserta didik

sesuia dengan minat dan bakat masing-masing. Kegiatan ini ada pada setiap

jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan

ekstrakulikuler ditunjukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian,

bakat, dan kemampuanya di berbagai bidang di luar bidang akademik.


Ekstrakulıkuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam sekolah

yang bertujuan mengembangkan bakat serta kemampuan siswa Kegiatan ini

biasanya terdapat disetiap sekolah terutama sekolah menengah atas

Ekstrakulikuler dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki

minal mengikuti kegiatan mengikuti kegiatan tersebut. Melalui pelatihan dan

bimbingan guru dan pembimbing kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk

sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa.

Menurut M. Noor (2012) Ekstrakurikuler yaitu kegiatan pendidikan diluar

mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan

peserta didik sesuai dengan kebutuhan potensi, bakat dan minat mereka

melalui kegiatan yang khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga

kependidikan yang berkemampuan dan berwewenang di sekolah madrasah

Menurut Sopiatun (2010) Kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana

pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang

terkait langsung maupun tidak langsung dengan materi kurikulum, sebagai

bagian tak terpisahkan dari tujuan kelembagaan. Kegiatan ekstrakurikuler

bahwasanya merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan sebagai

pendamping pelajaran yang diberikan secara intrakurikuler, dan tidak hanya

sebagai pelengkap suatu proses kepintan belajar mengajar. Kegiatan

ekstrakurikuler bisa dikatakan juga sebagai sarana agar siswa memiliki nilai

plus, selain pelajaran akademis yang bermanfaat bagi kehidupan yang

bermasyarakat.
Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler adalah menumbuh kembangkan

pribadi siswa yang sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan

sosial, budaya dan alam sekitarnya, serta menanamkan sifat sebagai warga

negara yang baik dan tanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif di

bawah tanggung jawab sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan

seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi

pembentukan kepribadian siswa. (Sopiatun, 2010).

Kegiatan ekstrakulikuler sendiri adalah upaya untuk mempersiapkan siswa

untuk memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial.

Melalui pengembangan aspek-aspek tersebut di harapkan siswa dapat

menghadapi dan mengatasi berbagai perkembangan dan perubahan yang

terjadi dalam lingkungan pada lingkup terkecil dan terdekat, hingga lingkup

yang terbesar lokal, nasional, regional, bahkan global. Karena sarana

kompetensi yang diharapkan itu meliputi jangkauan kompetensi yang amat

luas, berupa aspek intelektual, sikap emosional, dan keterampilan, maka pada

akhirnya kegiatan ekstrakulikuler menjadi tidak terbatas pada program untuk

membantu ketercapaian tujuan kulikuler saja, tetapi juga mencakup

pemantapan dan pembentukan kepribadian yang utuh termasuk di dalamnya

pengembangan minat dan bakat siswa. Program kegiatan ekstrakulikuler harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan

ekstrakulikuler, maupu pengembangan pembentukan kepribadian.


Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa ekstrakulikuler merupakan

kegiatan yang memfokuskan kepada kebutuhan dan sarana penyaluran bakat

siswa guna menambah wawasan, sikap, dan keterampilan siswa diluar jam

pelajaran. Ekstakulikuler diharapkan berguna untuk mengisi waktu luang

setelah selesai jam pelajaran sekolah agar waktu luang siswa tersebut diisi

dengan hal positif agar membantu siswa dalam memecahkan masalah

kebosanan belajar di ruang kelas yang pada akhirnya memicu siswa

bersemangat dalam pencapaian prestasi baik yang bersifat formal maupun non

formal.

7. Karakteristik Siswa SMA

Masa remaja juga sering disebut dengan istilah adolescence atau remaja,

berasal dari bahasa latin Adolescere yang artinya "tumbuh atau tumbuh untuk

mencapai kematangan". Perkembangan lebih lanjut, Istilah Adolescence seperti

yang dipergunakan saat inisesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup

kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Ada pula yang mengatakan

bahwa masa remaja adalah masa puber di mana terjadi perubahan-perubahan fisik

yang dialami remaja.

Remaja terbagi ke dalam dua fase yaitu remaja awal dan remaja akhir.

Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002) mengemukanan bahwa remaja awal

adalah suatu periode ketika konflik dengan orangtua meningkat melampaui

tingkat masa anak-anak. Usia pada remaja awal berkisar antara usia 11-15 tahun.

Pada masa ini, akan terjadi perunahan fisik yang drastis yang akan dialami remaja

sehingga memungkinkan akan terjadinya kegoncangan atau kelabilan emosi,


kekhawatiran dan kecemasan. Kondisi ini anak dapat menimbulkan konflik pada

diri remaja

Masa remaja akhir adalah masa transisi perkembangan antara masa remaja

menuju dewasa. Usia remaja akhir berkisar antara usia 17-22 tahun. Pada masa ini

terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan

orang tua dan cita-cita mereka, dimana yang pembentukan cita-cita merupakan

proses pembentukan orientasi masa depan (Anna Freud, dalam Murrlock, 1991).

Seorang psikolog bernama G Stanley Hall mengemukakan bahwa “

adolescence is a time of storm and stress ", maksud dari kalimat tersebut bahwa

masa remaja adalah masa yang penuh dengan "badai dan tekanan jiwa", yaitu

masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada

seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada diri

remaja, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Hal ini biasanya

dialami oleh remaja yang berada pada fase remaja awal.

A. Perkembangan Fisik

Cole (dalam Monks, 2002) berpendapat bahwa perkembangan fisik

merupakan dasar dari perkembangan aspek lain yang mencakup perkembangan

psikis dan sosialis. Artinya jika perkembangan fisik berjalan secara baik dan

lancar, maka perkembangan psikis dan sosial juga akan lancar. Jika

perkembangan fisik terhambat sulit untuk mendapat tempat yang wajar dalam

kehidupan masyarakat dewasa.

1) Ciri-Ciri Seks Primer


Perkembangan seks primer pada seorang laki laki yang memasuki masa

remaja yaitu akan mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh

yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ

seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 - 15 tahun, mengalami

"mimpi basah", keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat

pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon

untuk kehamilan.Akibatnya terjadilah siklus "menarche" (menstruasi

pertama).Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit

pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung.

2) Ciri-Ciri Seks Sekunder

Perkembangan seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi

kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan, Perubahan-

perubahan yang dialami remaja perempuan ataupun laki-laki dapat terlihat pada

perubahan bentuk fisik. Perubahan fisik mulai terjadi pada usia awal remaja

sekitar usia 11 tahun dan terus mengalami penyempurnan hingga memasuki masa

remaja akhir pada usia 20 tahun. Untuk mengetahui perubahan fisik yang dialami

para remaja, ada baiknya kalian perhatikan tabel dibawah ini, untuk mengetahui

perbedaan perubahan fisik yang dialami remaja perempuan dan laki-laki.

Pertumbuhan fisik pada remaja disertai dengan kematangan seksual yang

ditandai dengan mulai berfungsinya hormon seksual menurut Dusek (dalam

Nuryato, dalam Thalib, 2013) adalah :


a. Fungsi morfogenesis, yaitu hormon seksual mempengaruhi pembentukan

struktur dan bentuk tubuh seseorang, dia akan tumbuh menjadi seorang laki-laki

atau perempuan, dalam hal ini faktor keturunan juga berperan.

b. Faktor integrasi, yaitu hormon seksual mempengaruhi hormon fungsi insting

dan pola tingkah laku.

c. Fungsi regulasi, yaitu hormon seksual merupakan bagian dari organisme yang

harus bertanggung jawab terhadap keseimbangan diri dalam situasi apapun.

Disamping itu, kematangan seksual pada remaja perempuan akan ditandai

dengan menarche (menstruasi) dan pada remaja laki-laki akan terjadi polutsio atau

memancarnya air mani yang bersamaan dengan mimpi yang biasa dikenal dengan

mimpi basah.

Menurut Thalib (2013:47) terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kematangan seseorang yaitu : a) Keturunan, b) Intelegensi, c)

Kesehatan, d) Gizi, e) Status ekonomi dan sosial keluarga, f) Ukuran tubuh dan g)

Bentuk tubuh. Kematangan fisik remaja perempuan biasanya lebih cepat

dibandingan dengan remaja laki-laki sehingga kematangan psikis dan sosial anak

perempuan cenderung lebih cepat pula dibandingkan dengan anak laki-laki.

B.Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget dalam Santrock (2003), perkembangan kognitif pada masa

remaja awal berada pada tahap pemikiran operasional formal tahap awal dimana
peningkatan kemampuan remaja untuk berpikir. Cara berpikir operasional akhir

yaitu mengembalikan keseimbangan intelektual. Remaja pada tahap ini menguji

hasil penalarannya pada realitas dan terjadi pemantapan cara operasionalnya,

Keseimbangan intelektual terjadi kembali sejalan dengan usaha remaja untuk

mengakomodasi gejolak kognitif yang dialaminya.

berpikir

Tahap pemikiran operasional formal pada remaja awal (11-15 tahun) yaitu cara

berpikir para remaja ini mengalahkan realitas dan terlalu banyak terjadi asimilasi

sehingga pemikiran mereka terlalu subjektif dan idealistis.

Seiring dengan bertambah abstraknya pemikiran remaja serta logisnya cara

berpikir mereka, maka penggunaan bahasa pun mengalami perubahan. Untuk,

melihat peningkatan daya nalar abstrak dan logis para remaja dapat dilihat pada

kemampuan menulisnya yang semakin meningkat.

Tahap pemikiran pada remaja akhir (17-22 tahun) tidak lagi terbatas pada

pengalaman konkret aktual tetapi remaja sudah dapat untuk berfikir abstrak,

idealistis, sudah dapat berfikir ilmiah, membuat hipotesis dan juga sudah dapat

berfikir logis. Selain itu, pemikiran para remaja sudah mulai berpikir tentang ciri-

ciri ideal untuk diri mereka sendiri serta membandingkan diri mereka dengan

orang lain dengan standar-standar ideal yang mereka miliki. Selain itu, remaja
akhir ini lebih memikirkan berbagai kemungkinan jawaban sebelum menjawab

atau bertindak menyelesaikan suatu masalah serta sudah dapat untuk

merefleksikan pikirannya sendiri maupun orang lain.

Dengan berkembangnya cara berpikir operasional formal pada masa

remaja akhir, maka remaja telah melengkapi struktur kognitifnya sehingga

menjadi suatu sistem berpikir yang terorganisir.

C. Perkembangan Sosioemosional

Para remaja umumnya memiliki emosi yang meledak-ledak, terutama para

remaja yang berada pada fase remaja awal sekitar usia 11-15 tahun. Hal ini

disebabkan karena terjadinya perubahan hormon di dalam tubuh dan juga tekanan-

tekanan yang dialami para remaja sehingga mengakibatkan perubahan emosi pada

diri remaja. Pada remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang

sensitif dan reaktif terhadap situasi yang dialaminya dan emosinya dapat bersifat

negatif dan tempramental.

Selain itu, masa awal remaja adalah masa mana konflik orangtua dan anak

meningkat. Peningkatan ini terjadi karena para remaja ini merasa sudah besar,

bukan anak-anak lagi sehingga mereka merasa orangtua tidak perlu ikut campur

dalam kehidupannya atau terlalu banyak melarang. Mereka menganggap bahwa

mereka sudah tahu apa saja yang harus dilakukannya tanpa perlu orangtua

memberi arahan atau nasehat kepada mereka.


Pada remaja akhir sekitar usia 17-22 tahun, umumnya mereka sudah dapat

mengendalikan emosinya dengan baik, tidak mudah meledak-ledak. Perubahan

yang dialami pada remaja akhir, salah satu faktornya adalah kematangan anak

dalam proses berfikir dan juga bersosialisasi sehingga anak lebih peka dengan

lingkungan disekitarnya dan lebih bisa untuk mengendalikan dirinya sendiri.

Menurut Zakiah Daradjat, bahwa kegoncangan emosi itu tidak hanya

disebabkan oleh perubahan hormon seks dalam tubuh saja, karena perubahan

hormon itu mencapai puncaknya pada permulaan masa remaja awal, sementara

perkembangan ema mencapai puncaknya pada periode akhir. Oleh karena itu, kita

bisa mengatakan bahwa kegoncangan emosi juga dapat berakibat dari suasana

masyarakat dan keadaan ekonomi serta lingkungan remaja.

Pada umumnya remaja mudah terpengaruh dengan lingkungan khususnya

oleh teman sebaya. Hal ini, pertu diwaspadai oleh orangtua, dimana orangtua

perlu menjaga kedekatanya dengan anaknya. Orangtua bukan hanya sekedar

seseorang yang ditakuti oleh anak tetapi bisa menjadi teman bagi anaknya

sehingga orangtua akan mudah untuk mengarahkan anak sehingga perkembangan

emosi anak dapat berkembang dengan baik. Bagaimanapun juga, orangtua

merupakan gerbang utama anak dalam mempelajari berbagai hal, tidak terkecuali

perkembangan emosi, orangtua perlu turut serta untuk mengembangkanya.

Orangtua perlu memberikan contoh-contoh dan arahan yang baik kepada anak.

Saat orangtua tidak bisa memberikan contok yang baik maka anak akan mudah

untuk menirunya. Bagaimanapun juga lingkungan keluarga memberikan dampak

yang cukup besar terhadap perkembangan emosi remaja.


Salah satu tugas perkembangan remaja yang sulit adalah yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial. Pada fase ini seorang remaja harus

menyesuaikan diri dengan lawan jenis, dengan teman sebaya serta harus

menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah.

Selain itu, remaja perlu menguasai keterampilan keterampilan sosial lainnya

seperti kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang orang disekitarnya,

kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik, menghargai diri sendiri dan

orang lain serta dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang ada di

masyarakat, Perkembangan sosial remaja dapat dipengaruhi oleh faktor faktor

seperti : lingkungan keluarga, lingkungan di luar rumah dan faktor pengaruh

pengalaman sosial yang dialami,

Menurut Bronfenbrenner (dalam Fuhrmann, dalam Thalib, 2013)

menyatakan bahwa dalam perkembangan sosial terdapat hubungan resiprokal

antara perkembangan sikap dan perilaku remaja dengan lingkungan disekitarnya.

Perubahan perubahan yang terjadi di dalam lingkungan sosial remaja dapat

memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan sosial remaja. Apabila

remaja tinggal di lingkungan yang baik maka remaja bisa terbawa menjadi pribadi

yang baik pula tetapi sebaliknya saat remaja tinggal di lingkungan sosial yang

kurang baik hal tersebut dapat berdampak pula pada perkembangan sosial remaja

seperti terjadinya kasus bullying baik secara fisik maupun verbal dan lain

sebagainya.
Menurut teori Psikososial Erik Erikson, remaja berada pada fase identity

vs identity confusion. Erikson mengemukakan pandanganya mengenai identitas

yang melibatkan tujuh dimensi (Bourne dalam Santrock, 2003):

1) Genetik

Erikson menggambarkan perkembangan identitas sebagai suatu hasil yang

mencakup pengalaman individu pada lima tahap pertama dari perkembangan

Perkembangan identitas merefleksikan cara individu mengatasi tahap-tahap

sebelumnya.

2) Adaptif

Perkembangan identitas remaja dapat dilihat sebagai suatu hasil atau

prestasi yang adaptif.Identitas adalah penyesuaian remaja mengenai keterampilan

keterampilan khusus, kemampuan, dan kekuatan ke dalam masyarakat di mana

mereka tinggal.

3) Struktural

Identity confusion dalam identitas merupakan suatu kemunduran dalam

perspektif waktu, inisiatif, dan kemampuan untuk mengkoordinasikan perilaku di

masa kini dengan tujuan di masa depan. Kemunduran seperti ini menunjukkan

adanya defisit secara struktural.


4) Dinamis

Erikson meyakini bahwa pembentukan identitas diawali ketika manfaat

dari identifikasi masa kecil Individu dengan orang dewasa yang kemudian

menarik mereka ke dalam bentuk identitas baru, yang sebaliknya, menjadi

tergantung dengan peran masyarakat bagi remaja.

5) Subjektif

Erikson yakin bahwa individu dapat merasa suatu perasaan kohesif

ataupun tidak adanya kepastian dari dalam dirinya.

6) Timbal Balik

Erikson menekankan hubungan timbal balik antara remaja dengan dunia

dan masyarakat sosialnya. Perkembangan identitas tidak hanya merupakan

representasi jiwa diri namun juga melibatkan hubungan dengan orang lain.

7) Status Eksistensial

Erikson berpendapat bahwa remaja mencari arti dalam hidupnya sekaligus

arti hidup secara umum, seperti layaknya seorang filsuf eksistensialisme.

Pada fase identity vs identity confusion, remaja berusaha untuk

menemukan jati dirinya, apa saja yang ada di dalam dirinya dan arah mereka
dalam menjalani hidup. Remaja yang dapat menemukan identitas dirinya akan

lebih percaya diri mudah bergaul dengan teman-teman sebayanya serta mereka

dapat mengatasi kekurangan yang dimiliki serta dapat mengeksplor kemampuan

yang dimilikinya. Remaja yang mengalasi krisis identitas atau kebimbangan di

dalam dirinya maka akan mengakibatkan anak menarik diri dari lingkungan

sosialnya karena anak merasa minder atau malu dengan teman teman sebayanya.

8. Hakikat Rugby

Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1823, pada sebuah pertandingan

sepakbola sekolah di kota Rugby, Inggris, seorang anak laki-laki bernama

William Webb Ellis mengambil bola dan berlari menuju garis gawang lawan. Dua

abad kemudian, rugby telah berevolusi menjadi salah satu olahraga paling populer

di dunia, dimana jutaan orang bermain, menyaksikan, dan menikmati permainan

rugby. Rugby memiliki etiket yang terjaga selama bertahun-tahun. Tidak hanya

dimainkan berdasarkan pada peraturan, akan tetapi dengan semangat peraturan.

Melalui disiplin, penguasaan diri, serta menghargai orang lain, dapat

menumbuhkan naluri persahabatan dan sikap fair play, yang menegaskan bahwa

rugby adalah sebuah permainan yang sehat. Mulai dari halaman sekolah sampai

Piala Dunia Rugby, Rugby Union menawarkan pengalaman yang unik dari

keterlibatan akan permainan Rugby.

Rugby adalah permainan dengan bola sebagai obyek utama untuk dibawa

melewati garis gawang musuh dan meletakannya ke tanah untuk memperoleh

nilai. Penjelasan di atas mungkin terdengar sederhana tapi ada satu yang kita
tangkap. Untuk membawa bola ke depan, bola harus dilempar ke belakang. Bola

bisa ditendang ke depan, tapi rekan satu tim dari penendang bola harus berada di

belakang bola saat bola ditendang. Kontradiksi nyata ini menimbulkan kebutuhan

akan kerjasama tim yang kompak dan disiplin tinggi, bukan individual. Hanya

dengan bekerja secara tim maka para pemain bisa membawa bola ke depan

menuju ke arah garis gawang lawan untuk memenangkan pertandingan.

Rugby adalah permainan dengan bola sebagai objek utama untuk di bawa

melewati garis gawang musuh dan meletakkannya ke tanah untuk memperoleh

poin. Rugby dimainkan oleh 2 tim yang terdiri dari 15 atau 7 pemain. Tujuan dari

setiap tim adalah untuk menguasai bola, dan membawanya kewilayah lawan dan

meletakkannya didaerah mencetak angka (zona akhir). Hal ini menghasilkan Try

(gol) dan memperoleh 5 poin. Kedua tim bertujuan untuk mencetak poin sebanyak

mungkin, dengan membawa, melewati dan menendang bola. Sebuah konversi

(gol) bernilai 2 poin dan penalti bernilai 3 poin.

Rugby dimainkan oleh dua tim beranggotakan masing-masing 15 orang

yang memilki segala kelebihan fisik (bisa berlari cepat, kokoh, tegap dan kuat).

Rugby dimainkan dengan tangan dan kaki. Hanya dengan kekuatan kaki untuk

melangkah maju dan kebelakang, para pemain harus mencetak angka dengan

meletakan bola di belakang garis gawang lawan atau dengan menendang masuk di

antara dua tiang gawang.

Rugby merupakan olahraga dengan aspek yang unik, berbeda dengan

olahraga lainnya. Pemenang pertandingan rugby adalah tim yang pemain-


pemainnya mampu membawa bola dan memanfaatkan lapangan dengan baik

dengan menghindari lawan serta menang pada penguasaan bola.

Sebelum bermain Rugby, sangatlah penting untuk terlebih dulu memahami

perlangkapan yang Anda butuhkan. Pertama-tama, anda membutuhkan sepasang

sepatu bot yang kokoh dan layak pakai. Hal ini penting untuk diperhatikan,

terutama dalam situasi terjadi kontak fisik. Sangat disarankan agar Anda

mengenakan pelindung mulut untuk melindungi gigi dan dagu,dan beberapa

pemain memilih untuk mengenakan pelindung mulai helm dan pakaian pelindung

sebagai pelapis yang telah di sahkan oleh IRB.


1) Permainan Terbuka

Untuk bermain terbuka harus mengacu pada pertandingan dimana bola

dilempar / dioper atau ditendang di antara rekan-rekan satu tim dan kedua tim

memperebutkan bola. Pada permainan terbuka, tim yang sedang menyerang

mencoba untuk memberikan bola kepada rekan tim yang berada di posisi paling

menguntungkan untuk mencetak skor.

a) Tendangan pembuka

Tiap setengah pertandingan dimulai dengan drop kick dari pusat garis

tengah. Tim yang tidak menendang bola harus berada 10 meter di belakang bola

saat ditendang dan bola harus mencapai 10 meter di depan garis gawang lawan

sebelum akhirnya menyentuh tanah.


b)

Memegang Bola

1. Mengumpan

Seorang pemain boleh mengumpan (melempar bola) kepada rekan

satu tim yang berada di posisi lebih baik untuk melanjutkan serangan, akan

tetapi lemparan bola tidak boleh ke arah garis gawang lawan. Bola hanya boleh

dilempar langsung menyeberangi lapangan atau kembali ke arah garis gawang

tim pelempar bola. Wilayah akan bertambah dengan berlari membawa bola ke

depan dan melemparnya kembali ke belakang. Wasit akan menghentikan

pertandingan dan memberikan scrum bila bola dilempar ke depan dengan

lemparan ke dalam kepada tim lawan. Dengan begitu, lemparan ke depan akan

dihukum oleh tim yang kehilangan bola.


2. Knock-on

Bila seorang pemain gagal membawa bola seperti menjatuhkannya atau

memantulkannya dengan tangan ataupun lengan sementara bola terus melaju ke

depan, maka hal itu disebut knock-on. Hal ini akan mendatangkan hukuman

berupa scrum kepada tim lawan, dengan begitu terjadi perubahan tim yang

memegang bola. Selain sebagai permainan mengelak yang membutuhkan

penciptaan ruang gerak, rugby juga merupakan olahraga kontak fisik.


Nyatanya kontak fisik adalah mekanisme yang sangat berperan untuk

para pemain untuk menyerang dan menciptakan ruang. Ketiga kontak fisik

utama dalam permainan rugby adalah tekel, ruck, dan maul

c) Tekel

. Tekel terjadi bilamana pembawa bola ditahan oleh 1 pemain lawan atau

lebih dan dijatuhkan dengan 1 atau 2 lutut di atas tanah, duduk diatas tanah atau

diatas pemain lain yang berada di tanah. Untuk menjaga kesinambungan

permainan, pembawa bola harusmelepaskan bola secepatnya setelah di tekel, yang

melakukan tekel harus melepaskan sang pembawa bola dan kedua pemain tersebut

berguling menjauh dari bola. Hal ini membuat para pemain lain berkesempatan

untuk memperebutkan bola, dengan kata lain dimulainya fase baru dalam

permainan.
d) Ruck

Ruck terjadi bila bola berada ditanah dan terdapat satu atau lebih dari

pemain kedua tim berada sangat dekat dengan bola. Pemain tidak boleh

menggunakan tangan saat ruck, hanya boleh menggunakan kaki untuk

memindahkan bola menuju ke kaki pemain paling belakang tim sebelum bola bisa

dipungut.

e) Maul

Dikatakan maul bilamana sang pembawa bola sedang ditahan oleh satu

atau lebih dari pemain lawan dan satu atau lebih dari rekan satu tim pembawa bola

juga ikut terjepit, bola tidak boleh berada di tanah.Tim yang menguasai bola dapat

memperluas wilayah dengan menggiring musuh mereka kembali ke garis

gawangnya. Bola kemudian dapat dilempar kembali ke belakang melalui para

pemain yang sedang maul dan akhirnya mencapai pemain yang tidak ikut maul,

atau seorang pemain dapat meninggalkan maul dan berlari membawa bola.
f) Scrum

Scrum artinya memulai kembali pertandingan yang sebelumnyadihentikan oleh

adanya pelanggaran kecil (misalnya, lemparan ke depan atau knock-on) atau bola

tidak dapat dimainkan saat ruck maupun maul. Scrum untuk memusatkan semua

pemain depan, setengah scrum untuk memberikan kesempatan bagi para pemain

belakang untuk menyerang menggunakan ruang gerak lain yang telah dibuat.

Bola dilemparkan ke pusat, menembus di antara kedua deretan depan

pada titik dimana kedua hooker dapat bersaing memperebutkan bola untuk

mengembalikan bola kembali ke timnya. Tim yang melempar bola saat scrum

biasanya mempertahankan penguasaan bola, sebab hooker dan scrum half dapat

mengikuti aksi mereka.


Sekalinya penguasaan bola sudah diamankan, tim tersebut boleh menjaga

bola di tanah di dalam scrum untuk menjatuhkan lawan ke tanah. Cara yang lain

yaitu dengan membawa bola ke belakang pemain yang paling belakang dari

scrum, dimana bola kembali dilempar ke garis belakang untuk melanjutkan

permainan terbuka.

2.3.3 Scrum

g) Lineout

Lineout adalah memulai kembali permainan setelah berada di luar

jangkauan (keluar dari lapangan). Lineout memusatkan semua pemain depan

berada di satu tempat dekat touch line sehingga para pemain belakang memiliki

sisa lapangan untuk memulai serangan.Kunci dari pemain depan adalah

memenangkan penguasaan bola, mengirimkan bola secara efektif kembali ke

belakang.
Para pemain depan berjajar 2 baris sejajar dengan touch line sejauh 1

meter. Hooker melemparkan bola diantara kedua baris pemain . Dikarenakan

rekan satu tim pelempar bola tahu arah bola maka mereka berkesempatan untuk

menjaga penguasaan bola. Namun bagaimana dengan kecepatan dugaan perkiraan

dan pergerakan, pihak lawan bisa ikut memperebutkan bola sehingga lineout

sering kali berakhir dengan berpindahnya bola ke pihak lawan.

Pemain yang berhasil menangkap bola boleh menjaga bola da nmembuat

sebuah maul, atau melemparkannya ke penerima bola (pemain yang berdiri di

lineout berikut) yang meneruskannya ke fly half di garis belakang.

2.3.6 Lineout

B. Kerangka Bepikir

Rugby merupakan olahraga yang secara kasat mata terlihat sangat

keras dan agresif dan memang demikian adanya. Namun, rugby juga merupakan
suatu olahraga yang sangat mengedepankan aturan yang adil dan mutlak

dikendalikan oleh wasit, jiwa sportifitas serta “fair play” yang luar biasa besar.

Menjadi pemain rugby berarti menjiwai nilai-nilai luhur tersebut secara absolut

di lapangan dan pada akhirnya menjadi “budaya” rugby yang dimiliki oleh para

pemain rugby di seluruh dunia dan menjadi ciri khas yang sangat dibanggakan.

Pepatah mengatakan bahwa rugby adalah “A game for holligans, played by

gentlemen” atau “Permainan yang ganas yang dimainkan oleh para ksatria”.

Rugby kini dimainkan secara kompetitif formil di berbagai tingkat usia

maupun keahlian, baik oleh pria maupun wanita. Perkembangan jumlah pemain

pada khususnya terjadi di kalangan usia muda dikarenakan sifat pemuda yang

lebih mudah untuk mencoba sesuatu yang baru serta juga faktor wawasan

pemuda yang mengikuti era globalisasi informasi dari media internasional

maupun Internet.

Perkembangan olahraga rugby yang terjadi secara pesat di sekolah-sekolah

di Jakarta adalah hasil dari program pengenalan olahraga Rugby oleh anggota

klub Rugby Universitas Negeri Jakarta, yang merupakan klub yang terdiri dari

mayoritas mahasiswa namun demikian mampu untuk bertarung dan

mengimbangi secara teknis, baik pada tingkat nasional maupun internasional,

tim-tim yang terdiri dari pemain mayoritas warga negara asing atau ekspatriat.
Dengan keyakinan bahwa di Indonesia masih terdapat sangat banyak putra

dan putri yang mampu berprestasi pada olahraga rugby, anggota klub Rugby

Universitas Negeri Jakarta sangat aktif untuk memperkenalkan olahraga rugby

pada tingkat sekolah mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,

Sekolah Menengah Atas hingga Perguruan Tinggi. Selain itu, para pemain senior

Jakarta Banteng Rugby Club juga secara aktif terlibat dalam pelatihan di

sekolah-sekolah tersebut secara sukarela, sehingga dapat menjalin hubungan

akrab dengan para pemain baru. Hal ini turut pula berkontribusi pada keinginan

banyak pemain muda untuk meneruskan olahraga rugby dengan bermain untuk

anggota klub Rugby Universitas Negeri Jakarta, ketika mereka telah selesai

sekolah.

SMA Negeri 50 Jakarta merupakan salah satu dari sekolah dimana

olahraga rugby telah diperkenalkan oleh anggota klub Rugby Universitas Negeri

Jakarta dan secara signifikan, minat terhadap olahraga ini terus berkembang di

dalamnya. Semakin banyak baik siswa maupun siswi di SMA Negeri 50 Jakarta

yang bermain rugby sehingga penulis merasa perlu untuk mengukur tingkat

minat siswa dalam mengikuti olahraga rugby secara metodis dan akademis

sehingga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan perkembangan selanjutnya

di SMA Negeri 50 Jakarta, maupun untuk dijadikan model pengembangan

olahraga rugby di sekolah-sekolah lain.

Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong

untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek,
cenderung untuk memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar

kepada obyek tersebut.

Pada dasarnya tindakan seseorang dalam sebuah aktivitas berhubungan

dengan minat. Karena minat merupakan suatu faktor yang mendorong seseorang

untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu. Oleh karena itu minat

sering diartikan sebagai pendorong faktor perilaku seseorang. Setiap tindakan

yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki suatu faktor yang mendorong

perbuatan tertentu, sehingga minat pada tiap individu akan berbeda dan bervariasi

dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas peneliti akan menyusun indikator-

indikator untuk mengukur besar kecilnya minat. Kemudian dari indikator akan

dikembangkan menjadi kisi-kisi soal yang dapat menjadi dasar untuk membuat

pernyataan yang akan diajukan kepada responden yaitu minat siswa SMA Negeri

50 Jakarta dalam mengikuti olahraga rugby tahun 2021.

Anda mungkin juga menyukai