Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Minat Ilmu Shorof Terhadap Kemampuan Membaca Kitab Kuning

1. Pengertian minat

Terlebih dahulu dikemukakan batasan kata ‘Minat’ secara tersendiri.

Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan penting

dalam belajar. Karena minat ini merupakan suatu kekuatan motivasi yang

menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu

benda, atau kegiatan tertentu.

Minat merupakan unsur yang menggerakkan motivasi seseorang

sehingga seseorang tersebut dapat berkonsentrasi terhadap suatu benda

atau kegiatan tertentu. minat juga merupakan faktor yang sangat penting

untuk menunjang kegiatan belajar siswa kenyataan ini juga di perkuat oleh

pendapat ”. (sardiman 2007:95) Minat adalah kecenderungan jiwa yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau

kegiatan seorang yang berminat suatu aktivitas dan memperhatikan itu

secara konsisten dengan rasa senang, minat itu merupakan kecenderungan

hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan yang

dirasakan atau keinginan hal tertentu.

Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau

terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau keinginan

dalam bidang-bidang tertentu. minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan

dan sebagainya hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan karena minat
belajar kecenderungan hati untuk belajar mendapat informasi,

pengetahuan, kecakapan, melalui usaha pengajaran atau pengalaman Minat

berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan

karena menyadari pentingnya kegiatan dengan demikian.

Minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan

segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh

pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang

dituntutnya di sekolah. Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran akan

belajar dengan sungguh-sungguh dan merasa senang mengikuti pelajaran

bahkan dapat menemukan kesulitan-kesulitan dalam belajar

menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik

yang diperoleh dengan mempelajari mata pelajaran tertentu siswa akan

mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya Gie (1998:76).

Minat merupakan momen-momen dari kecenderungan jiwa yang

terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap paling efektif

perasaan, emosional yang di dalamnya terdapat elemen-elemen efektif

emosi yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian jadi pada minat

terdapat unsur-unsur pengenalan kognitif, emosi efektif dan kemampuan

kognitif untuk mencapai suatu objek seseorang suatu soal atau suatu

situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi.

Minat berhubungan erat dengan motivasi. bila siswa memiliki minat

maka ia akan bermotivasi, mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh

dan bahkan senang mengikuti pelajaran Motivasi muncul karena adanya


kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat

motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh

karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang

diberikan siswa mudah mengerti.

Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses

dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu

sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa

penyebabnya adalah kekurangan minat.

Menurut Gie (1998: 76), arti penting minat dalam kaitannya dengan

pelaksanaan studi adalah : 1. Minat melahirkan perhatian yang tiba-tiba. 2.

Minat memudahkan terciptanya konsentrasi. 3. Minat mencegah gangguan

dari luar 4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.

5. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.

Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan

terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat

merupakan landasan bagi konsentrasi . Minat bersifat sangat pribadi, orang

lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa,tidak dapat memelihara

dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap

sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa. Minat

memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama, dengan

demikian minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat 10

sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa,

tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak


mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing

siswa. Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang

sangat erat.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang

diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu.

Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau

kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, Bila siswa menyadari bahwa

belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang di

anggapnya penting dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman

belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar

siswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.

Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang

dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar siswa,

utamanya yang berkaitan dengan bidang studi Matematika. Minat sebagai

aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk

setelah dipengaruhi oleh lingkungan.

Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan sangat tergantung pada

individunya. Menurut Slamet (1995: 78) faktor-faktor yang berpengaruh di

atas dapat diatasi oleh guru di sekolah dengan cara : 1. Penyajian materi

yang di rancang secara sistematis ,lebih praktis dan penyajianya lebih

bersemi. 2. Memberikan ransangan kepada siswa agar menaruh perhatian

yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan. 3.


Mengembangkan kebiasaan yang teratur 4. Meningkatkan kondisi fisik

siswa 5. Mempertahankan cita-cita dan aspirasi siswa 6. Menyediakan

fasilitas Menurut Hartono (2005: 14) mengemukakan bahwa : Minat

memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar terhadap

peserta didik. Bahan pelajaran, pendekatan, ataupun metode pembelajaran

yang yang tidak sesuai dengan minat peserta didik menyebabkan hasil

belajar tidak optimal.

Nurkacana (1993: 230), mengemukakan 4 pendapat tentang seorang

guru mampu memelihara minat anak didiknya dengan cara-cara berikut

ini: 1. Meningkatkan minat anak-anak; setiap guru mempunyai kewajiban

untuk meningkatkan minat siswanya. 2. Memelihara minat yang timbul;

apabila anak-anak menunjukan minat yang kecil, maka tugas guru untuk

memelihara minat tersebut. 3. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal

yang tidak baik; sekolah merupakan lembaga yang menyiapkan peserta

didik untuk hidup dalam masyarakat, maka sekolah harus

mengembangkan aspek-aspek ideal agar anak menjadi anggota masyarakat

yang baik 4. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada

anak-anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai baginya;

minat merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahui kesenangan anak

sehingga kecenderungan minat terhadap sesuatu yang baik perlu

bimbingan lebih lanjut.

Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut

Sudarnoto, (1994: 32) yaitu : 1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang


hendak dicapai. 2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas

belajar. 3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu. 4.

Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan PR atau laporan.

5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar. 6.

Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar. 7. Melatih

kebebasan emosi selama belajar.

Minat merupakan momen dari kecenderungan jiwa yang terarah

secara intensif kepada suatu objek yang dianggap paling efektif (perasaan,

emosional) yang di dalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosional)

yang di dalamnya yang terdapat eleme-elemen efektif (emosi) yang kuat.

minat juga berkaitan dengan keperibadian. Jadi pada minat terdapat unsur-

unsur pengenalan kognitif, emosi, efektif dan kemampuan kognitif untuk

mencapai suatu objek, seorang suatu soal atau suatu situasi yang

bersangkutan dengan diri pribadi. Minat merupakan kecenderungan hati

yang tinggi tehadap suatu yang timbul karena kebutuhan yang di rasa atau

tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu.

Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau

terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau keinginan

dalam bidang-bidang tertentu. Minat dan perhatian dalam belajar

mempunyai hubungan yang erat sekali seorang yang menaruh minat dalam

mata pelajaran tertentu, se baiknya bila seorang menaruh perhatian secara

kontinyu baik secara sadar maupun tidak sadar pada objek

tertentu,biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut, kalau


seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan

memperhatikannya. namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka

perhatian pada mata pelajaran, yang sedang diajarkan biasanya dia malas

untuk mengerjakanya, demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh

perhatian pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan

siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi

tentu mempengaruhi hasil belajarnya.

Minat dapat di ekspresikan melelui suatu pertanyaan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainya,

dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

Siswa yang memiliki minat terdapat subjek tertentu cenderung untuk

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. minat itu

tidak dibawah sejak lahir melainkan di peroleh kemudian, minat terdapat

sesuatu dipelajari dan sejak lahir melinkan di peroleh kemudian. minat

terdapat suatu dipelajari dan mempengaruhi belajar belajar selanjutnya

serta mempengaruhi penerimaan minat baru, jadi minat terdapat sesuatu

merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun

minat terdapat suatu hal yang hakiki untuk dapat mampelajari hal tersebut.

Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan-kegiatan yang di minati seseorang, di

perhatikan terus menerus yang di sertai dengan rasa senang jadi berbeda

dengan perhatian karena perhatian sifatnya sementra (tidak dalam waktu


yang lama) dan belum tentu di ikuti dengan perasaan senang dan dari situ

diperoleh kepuasaan.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar,karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan

belajar dengan sebaik- baiknya karna tidak ada daya tarik bagianya ia

segan-segan untuk belajar ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran

itu, bahan pelajaran yang menarik siswa lebih mudah dipelajari dan di

simpan karena minat menambah kegiatan belajar. Minat dapat menjadi

sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu

kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar

untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha,

pengajaran atau pengalaman (Hardjana, 1994:78).

Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa

kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan

pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan

kepada guru, Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih

sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai

salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan

bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat. 15 Mengembangkan minat

terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat

bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya

dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan

pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertent mempengaruhi


dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan kebutuhannya.

Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai

beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat bahwa

dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada

dirinya, kemungkinan besar siswa akan berminat dan bermotivasi untuk

mempelajarinya.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang

diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu.

Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau

kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya,

memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar

merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya

penting dan bila siswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman

belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar

siswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.

2. Ilmu Shorof

Sharaf atau dibaca Shorof adalah salah satu nama cabang Ilmu

dalam pelajaran Bahasa Arab yang khusus membahas tentang perubahan

bentuk kata, perubahan bentuk kata ini dalam praktek nya disebut Tashrif,

oleh karena itu dinamakan Ilmu Shorof (perubahan; berubah), karena Ilmu

ini khusus mengenai pembahasan perubahan suatu adegan kata.


Ilmu Shorof adalah salah satu cabang ilmu yang mesti di tempuh

untuk memaksimalkan daya kemampuan membaca kitab kuning. Dengan

ilmu ini, kita dapat mengetahui perubahan bentuk suatu kata, baik dari

adegan Asal, shoheh, Ziyadah, Mu’tal dan lainya.

Ilmu shorof atau Ilmu Tashrif adalah ilmu yang menjelaskan tata

cara mengubah suatu kalimat dari satu bentuk ke bentuk lainya dengan

maksud untuk mencapai makna yang berbeda-beda.

Adapun pengertian ilmu Shorof menurut istilah adalah ilmu yang

membicarakan bentuk dan keadaan suatu kalimah ( Bina’ ) yang

mencakup jumlah huruf dan harakatnya, terkadang Ilmu shorof di anggap

sebagai bagian dari dari ilmu nahwu, akan tetapi dengan melihat fokus

utama dari pembahasan antara ilmu shorof dan ilmu nahwu di pandang

sebagai dua ilmu yang terpisah ( Nisbat tabayun ) di mana ilmu shorof

membahas perubahan suatu adegan kalimat dari satu bentuk ke bentuk

lainya, sedangan ilmu nahwu membahas seputar susuna kalimat beserta

kondisinya.

Pencetus ilmu shorof sendiri ialah syeikh Mu’ad bin muslim al-haro

atas perintah dari sang Babul ulum sayyidina Ali bin Abi Tholib

Karromallohu Wajhah

Salah satu faidah dan manfaat mempelajari ilmu shorof adalah

bahwasanya ilmu shorof inilah sebagai ukuran dan barometer dalam

pembentukan suatu bentuk kata, dengan adanya ilmu shorof kita bisa
menghindari kesalahan saat mengucap suatu kata baik itu berupa lisan

ataupun tulisan.

Berikut adalah beberapa materi yang harus dikuasai siswa dalam

belajar ilmu Shorof :

a. Istilah Dasar Ilmu Shorof

1) Wazan

Wazan artinya timbangan, acuan atau rumus. Wazan adalah suatu

rumus baku, di mana setiap kata kerja akan masuk ke dalam salah

satu wazan yang ada.

2) Mauzun

Jika wazan adalah timbangannya, maka mauzun adalah kata yang

ditimbang dengan wazan, contoh :

Arti Mauzun Mauzun Wazan Shighat


Telah menolong ‫ص َر‬ َ َ‫ن‬ ‫فَ َع َل‬ ‫الفعل الماضي‬
Sedang menolong ‫ص ُر‬ ُ ‫يَ ْن‬ ‫يَ ْفعُ ُل‬ ‫الفعل المضارع‬
Pertolongan ‫ص ًرا‬ ْ َ‫ن‬ ً‫فَ ْعال‬ ‫المصدر‬
Yang menolong ‫اص ٌر‬ ِ َ‫ن‬ ‫اع ٌل‬ ِ َ‫ف‬ ‫اسم الفاعل‬
Yang ditolong ‫ص ْو ٌر‬ ُ ‫َم ْن‬ ‫َم ْفعُو ٌل‬ ‫اسم الموصول‬
Tolonglah! ‫ص ْر‬ ُ ‫ا ْن‬ ‫ْافعُل‬ ‫فعل أل مر‬
Jangan tolong! ‫ص ْر‬ ُ ‫اَل تَ ْن‬ ‫الَتَ ْفعُل‬ ‫فعل النهى‬
Waktu tolong ‫ص ٌر‬ َ ‫َم ْن‬ ‫َمف َع ٌل‬ ‫فعل الزمان‬
Tempat tolong ‫ص ٌر‬ َ ‫َم ْن‬ ‫م ْف َع ٌل‬ ‫اسم المكان‬
Alat tolong ‫ص ٌر‬ َ ‫ِم ْن‬ ‫ِم ْف َع ٌل‬ ‫اسم األلة‬
Telah ditolong ‫ص َر‬ ِ ُ‫ن‬ ‫فُ ِع َل‬ ‫المضي المجهول‬
Sedang ditolong ‫ص ُر‬ َ ‫يُ ْن‬ ‫يُ ْف َع ُل‬ ‫المضارع المجهول‬

b. Jenis Tashrif di dalam ilmu Shorof ada dua jenis tashrif:

1) Tashrif Ishthilahi (Tashrif Ushul)


Tashrif ishthilahi adalah perubahan kata yang didasarkan pada

perbedaan sighah atau bentuk katanya. Sighah atau bentuk kata

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Fi’il Madhy Ma’lum (kata kerja aktif masa lampau)

b) Fi’il Mudhari’ Ma’lum (kata kerja aktif sekarang dan akan

datang)

c) Mashdar (kata benda, kata dasar)

d) Isim Faa’il (subjek, pelaku)

e) Isim Maf’ul (objek)

f) Fi’il Amar (kata kerja perintah)

g) Fi’il Nahyi (kata kerja larangan)

h) Isim Zaman (kata penunjuk waktu)

i) Isim Makan (kata penunjuk tempat)

j) Isim Alat (nama alat)

k) Fi’il Madhi Majhul (kata kerja pasif masa lampau)

l) Fi’il Mudhari‟ Majhul (kata kerja pasif sekarang dan akan

datang)

2) Tahrif Lughowi (Tashrif Furu’)

Tashrif lughowi adalah perubahan kata yang didasarkan pada

perubahan dhamir (kata ganti) atau jenis pelakunya. Dhamir yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

Artinya Dhamir Penggunaan


Dia (laki-laki) ‫ُه َو‬ Ouang ke-3 (yang
Dia berdua (laki-laki) ‫ُه َما‬ dibicarakan)
Artinya Dhamir Penggunaan
Mereka (laki-laki) ‫ُه ْم‬
Dia (perempuan) ‫ِه َى‬
Dia berdua (perempuan) ‫ُه َما‬
Mereka (perempuan) َّ‫هُن‬
Kamu (laki-laki) َ‫ا ْنت‬
Orang ke-2 (yang
Kamu berdua (laki-laki) ‫ا ْنتُ َما‬
diajak bicara)
Kalian (laki-laki) ‫انتُ ْم‬
Kamu (perempuan) ِ ‫ا ْن‬
‫ت‬
Orang ke-2 (yang
Kamu berdua (perempuan) ‫انتُ َما‬
diajak bicara)
Kalian (perempuan) َّ‫انتُن‬
Saya (laki-laki/perempuan) ‫انَا‬ Orang ke-1 (yang
Kami (laki-laki/perempuan) ُ‫نَ ْحن‬ berbicara)

3) Wazan

Wazan Tashrif Secara keseluruhan ada tashrif mempunyai 35

wazan (bab). Dari 35 wazan ini yang umum digunakan hanya 22

wazan: 6 wazan untuk kelompok tsulatsy mujarrad, 12 wazan

untuk tsulatsy mazid, 1 wazan untuk ruba‟iy mujarrad dan 3

wazan untuk ruba‟iy mazid. 13 wazan sisanya memiliki rumus

yang sangat rumit dan jarang sekali ditemukan penggunaannya

dalam kalimat sehari-hari.

wazan yang umum digunakan tersebut terbagi menjadi empat

kelompok :

a) Kelompok Tsulatsy Mujarrad


b) Kelompok Tsulatsy Mazid
c) Kelompok Ruba’iy Mujarrad
d) Kelompok Ruba’iy Mazid.

B. Pengertian Kemampuan Membaca Kitab Kuning

1. Pengertian kemampuan membaca


Kemampuan secara bahasa berasal dari kata mampu yang memiliki

arti kuasa (bisa, sanggup), kemampuan adalah suatu kesanggupan atau

kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Kemampuan juga

dikatakan suatu ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam melakukan

sesuatu baik yang bersifat fisik ataupun non fisik.

Seseorang dapat dikatakan mampu atau memiliki kemampuan bila

ia sanggup melakukan sesuatu, Soelaiman (2007:112) kemampuan

adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan

seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental

ataupun fisik, kemampuan memainkan peranan utama dalam perilaku dan

kinerja individu.

Sedangkan Membaca adalah suatu aktivitas otak dan mata, mata

digunakan untuk dapat menangkap tanda-tanda dari apa yang dibaca,

sehingga apabila lisan mengucapkan tidak akan salah.

Sedangkan otak digunakan untuk dapat memahami pesan apa yang

dibawa oleh mata, kemudian mata memerintahkan organ tubuh lainnya

untuk melakukan sesuatu.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

sangat penting di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya yaitu

menyimak, menulis, dan berbicara.

Menurut Tampubolon (1987: 5) membaca adalah satu dari empat

keterampilan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen

dari komunikasi tulisan.


Sesuai dengan pendapat Dalman (2013: 5) yang menyatakan bahwa

membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang

dibaca. Hal ini berarti membaca merupakan suatu kegiatan atau proses

kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang

terdapat dalam tulisan.

Sependapat dengan Tarigan (2008: 7) mengemukakan bahwa

membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.

Dalam hal ini membaca adalah usaha untuk menelusuri makna

yang ada dalam tulisan. Selanjutnya menurut Somadayo (2011: 4),

membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Di

samping itu, membaca juga merupakan suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahan tulis.

Menurut Sudarsana (2010: 426) membaca adalah aktivitas yang

kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang datangnya dari dalam diri

pembaca dan faktor luar.

Senada dengan pendapat Sudarsana, Nurhadi (dalam Somadayo:

2011: 4) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang

kompleks dan rumit. Kompleks berarti dalam membaca melibatkan

berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal berupa


faktor intelegensi, minat, sikap bakat, motivasi, tujuan membaca dan

sebagainya. Faktor eksternal berupa sarana membaca, teks bacaan, faktor

lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan

tradisi membaca.

Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca yang telah

dipaparkan di atas, dapat diasumsikan bahwa membaca adalah suatu

proses yang dilakukan dan dipergunakan pembaca untuk memperoleh

informasi dan menemukan pesan yang disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata/tulis yang dapat dipengaruhi dari faktor internal maupun

eksternal pembaca.

Membaca juga dapat di artikan sebagai memahami isi dari bacaan

dengan melisankan, mengucapkan, mengeja atau melafalkan apa yang

tertulis ( Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag, Metodologi Pembelajaran Bahasa

Arab, (Bandung: Humaniora, 2011), hlm. 149. ) Sedangkan di dalam

kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa membaca adalah proses

belajar yang menjalin hubungan antara pembaca dengan penulisnya.

Penulis sendiri menyampaikan amanat atau pesan. Sedangkan

pesan tersebut disalurkan melalui lambang yang berbentuk huruf dan

tanda baca. Lambang itu mendukung bahasa yang dimiliki penulis.

Bahasa yang dipakai oleh penulis harus sama dengan yang diketahui oleh

pembaca (Depdikbud, 1989: 123). Jadi, membaca adalah sebuah pesan

yang disampaikan dari seorang penulis kepada pembaca menggunakan


simbol berupa tulisan yang bisa dipahami isinya dengan melisankan,

mengeja atau melafalkan bacaan tersebut.

Tahapan membaca meliputi sebagai berikut (Depdikbud,

1989:123):

1. Tahapan membaca ekstensif Membaca untuk menemukan gagasan baru

yang dapat dikembangkan dengan penjelasan atau contoh-contoh dari

pembaca sendiri.

2. Tahapan membaca intensif Membaca untuk mendalami isi dan makna

bacaan berdasarkan kosa kata yang terdapat dalam bacaan itu sendiri.

2. Pengertian kitab kuning

Istilah kitab kuning beberapa puluh tahun terakhir ini belum

dikenal, sebab dunia pesantren pada saat itu menutup diri dari dunia luar,

terutama dari arus kebudayaan asing sebagai satu sikap posisi diam

(silent opposition) terhadap penjajah Belanda. Oleh karena itu, dunia

pesantren tidak mengenal adanya buku-buku di luar kitab kuning.

Secara umum kitab kuning juga dipahami sebagai kitab-kitab

keagamaan yang menggunakan bahasa Arab, menggunakan aksara Arab

yang mana dihasilkan oleh para ulama dan para pemikir muslim lainnya,

yang mayoritas berasal dari Timur Tengah. Azyumardi Azra


menambahkan bahwasannya kitab kuning tidak hanya mengunakan

bahasa Arab, akan tetapi juga bahasa lokal (daerah), seperti: Melayu,

Jawa dan bahasa-bahasa lokal lainnya di Indonesia dengan menggunakan

aksara Arab. Dengan demikian, selain ditulis oleh para ulama Timur

Tengah juga ditulis oleh para ulama Indonesia sendiri.

Dalam pengertian yang lebih sempit kitab kuning disebut sebagai

buku-buku tentang keislaman yang dipelajari di pesantren ditulis dalam

tulisan Arab dan dalam bahasa Arab dengan sistematika yang klasik.

Kitab kuning dapat diartikan dengan kitab yang berisi ilmu-ilmu

keislaman, fiqih khususnya, ditulis atau dicetak dalam bahasa

Arab/Melayu/Jawa/Sunda dan sebagainya tanpa memakai harakat/syakal

(tanda baca/baris).

Disebut kitab kuning karena pada umumnya kitab-kitab tersebut

dicetak di atas kertas yang berwarna kuning, berkualitas rendah, dan

kadang-kadang lembarannya pun lepas tidak terjilid, sehingga mudah

diambil bagian-bagian yang diperlukan saja, tanpa harus membawa satu

kitab utuh.

Biasanya para santri hanya membawa lembaran-lembaran tertentu

yang akan dipelajari. Karena bentuk tulisannya yang “gundul”, maka

kitab kuning tidak mudah dibaca, apalagi dipahami oleh mereka yang

tidak menguasai Ilmu shorof.

Dari keterangan di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa

kemampuan membaca kitab kuning merupakan kesanggupan atau


kecakapan seorang santri untuk menangkap tanda-tanda baca kitab yang

ditulis oleh para ulama-ulama terdahulu dengan menggunakan huruf arab

yang mempunyai fungsi yaitu sebagai referensi bagi Pengasuh dan para

ustadz serta para santri untuk mengembangkan dan mendalami ilmu

agama.

Pembahasan berikut kitab kuning dalam pengertian luas di jabarkan

dalam lintasan sejarah, sementara dalam arti sempit akan digunakan

dalam kajian tentang kurikulum di pesantren.

Taufiqul Hakim menyampaikan pendapatnya mengenai kategori

dalam membaca kitab kuning didasarkan atas kaidah-kaidah aturan

membacanya, di antaranya siswa mengetahui dan menguasai kaidah-

kaidah Nahwiyah atau Syntax (tata bahasa) dan kaidah shorfiyyah atau

grammar (perubahan kata dalam bahasa arab)

Kemampuan membaca kitab kuning dapat dikatakan baik jika

memenuhi indikator-indikator sebagai berikut :

a) Siswa mampu membarisi teks kitab kuning

b) Siswa mampu mengartikan teks kitab kuning

c) Siswa mampu menerangkan isi teks kitab kuning

d) Siswa mampu menjelaskan I’rob pada teks kitab kuning

Kemampuan membaca kitab kuning dalam aktifitas belajarnya

siswa merupakan tuntutan utama sebagaimana yang diterapkan dalam di


Pondok Pesantren, oleh karena itu idealnya adalah mampu membaca

kitab kuning disertai juga mampu mengungkapkan isi bacaan.

Untuk mengetahui bahwa siswa sudah menguasai apa yang ia baca

antara lain dengan membuktikan bahwa siswa tersebut mampu

menceritakan apa yang ia baca dengan bahasa sendiri, dengan membaca

ia akan mendapat pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan

kawan lain yang kurang membaca, membaca memang modal utama

dalam proses pembelajaran.

Kitab kuning yang merupakan kitab klasik memiliki beberapa

karakteristik sebagai berikut :

a. Tulisan dalam kitab-kitabnya menggunakan bahasa arab.


b. Pada teksnya tidak menggunakan harokat atau syakal, titik dan
koma.
c. Berisi ilmu yang berkelas.
d. Menggunakan metode penulisan yang kuno dan relevansinya dengan
pengetahuan kontemporer.
e. Pada umumnya, dikaji dan dipelajari di pondok pesantren salaf
maupun modern.
f. Kertasnya berwarna kuning.
g. Teks asli bahasa arab di tulis dengan vowels (dalam bahasa Jawa
disebut dengan nganggo sandangan) atau huruf hidup.
h. Kitab kuning di tulis dengan tidak memiliki paragraf yang bisa
mengatur alenia demi alenia, seluruh kitab ditulis secara bersambung
dari awal sampai akhir.
i. Penyajian materi dari setiap pokok bahasan diawali dengan definisi
yang tajam dan mendalam.
j. Dilihat dari kandungan maknanya dibagi menjadi 2 :
1) Kitab kuning yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu
secara polos (naratif), sejarah, hadits, tafsir dan lain-lainnya.
2) Kitab kuning yang menyampaikan materi berbentuk kaidah-
kaidah keilmuan, seperti usul fiqih dan mustalahul hadits.
k. Tidak menggunakan tanda baca yang lazim.
l. Subyek dan predikat sering dipisahkan dengan jumlah mu’taridlah
yang cukup panjang dengan tanda-tanda tertentu.
Brusinessen dalam bukunya “Kitab Kuning, Pesantren dan

Tarekat” menyatakan bahwa : “format kitab klasik (kuning) pada

umumnya yang digunakan di lingkup pondok pesantren memiliki ukuran

sedikit lebih kecil dari kertas kuarto (26 cm) dan tidak di jilid. Lembaran-

lembaran yang tidak ter jilid, dilapisi dengan sampul. Layout-nya, hampir

semua kitab kuning memiliki konten yang berisi matan dan syarah,

bagian matan diletakkan di luar persegi empat, sedangkan syarahnya

diletakkan di dalamnya”.

Isi yang dikaji kitab kuning hampir selalu terdiri dari dua

komponen : Pertama matan dan yang kedua komponen syarah, Matan

adalah isi inti yang akan dikupas oleh syarah dalam layout-nya, matan

diletakkan di luar garis segi empat yang mengelilinginya syarah dan ciri-

ciri lain penjilidan kitab-kitab cetakan lama biasanya dengan sistem koras

di mana lembarannya dapat dipisah-pisahkan sehingga lebih

memudahkan pembaca untuk menelaahnya tanpa harus membawa semua

lembaran kitab yang kadang mencapai ratusan halaman. Seperti halnya

media cetak surat kabar masa kini adalah penganut sistem koras yang

fanatik.
Di kalangan masyarakat pesantren, kedudukan kitab kuning

merupakan kodifikasi yang utuh, pada masa lalu sebelum di adakanya

sekolah pelajaran kitab salaf satu-satunya pengajaran formal yang di

ajarkan di pesantren tidak halnya demikian sekarang, kebanyakan

pesantren-pesantren telah memasukan pelajaran-pelajaran di luar

pelajaran kitab klasik, terlebih setelah sekolah-sekolah di adopsi oleh

pesantren menjadi satu kesatuan sistem pesantren.

Walaupun demikian untuk tetap meneruskan tujuan utama

pesantren yaitu mendidik calon generasi penerus para alim ulama dan

setia terhadap nilai-nilai tradisi lama yang baik maka minat membaca

kitab kuning tetap berlangsung sampai dengan sekarang.

Adapun kategori Kitab kuning yang diajarkan di dalam lingkungan

pesantren dan Sekolah dapat di klasifikasikan ke dalam beberapa Fan, di

antaranya :

a. Fan shorof
b. Fan Bayan
c. Fan Ma’ani
d. Fan Nahwu
e. Fan Kofiyah
f. Fan Syi’ir
g. Fan ‘Arud
h. Fan Istiqoq
i. Fan ‘Insya
j. Fan Khot
k. Fan Muhadiroh
l. Fan Lughoh
Kitab kuning juga dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan yaitu:

a) Kitab-kitab dasar b) Kitab-kitab tingkat menengah c) Kitab-kitab

tingkat tinggi.

Kitab kuning yang diajarkan di pesantren seluruh Jawa dan Madura

relative sama, kesamaan kitab yang diajarkan dan sistem

pembelajarannya menghasilkan homogenitas pandangan hidup, kultural

dan praktek-praktek keagamaan di kalangan santri diseluruh jawa dan

madura.

Khususnya kitab kuning dalam bidang Fan shorof, sebagian

mungkin masih mencukupi, sebagian perlu di revisi.

Akan tetapi, karena keterbatasan daya, dana dan waktu mungkin isi

kitab kuning hanya berfungsi sebagai pengetahuan tidak dapat

dipraktikkan “kata beberapa kyai yang sempat dihubungi.

Istilah kitab kuning sebenarnya dilekatkan pada kitab-kitab warisan

abad pertengahan Islam yang masih digunakan pesantren hingga kini,

kitab kuning selalu menggunakan tulisan arab, walaupun tidak selalu

menggunakan bahasa arab.

Kitab kuning juga di anggap sebagai kitab standar dan referensi

baku dalam disiplin keilmuan Islam, baik dalam bidang syariah, akidah,

tasawuf, sejarah dan akhlak, sayangnya kekayaan warisan intelektual ini

hanya bisa diselamatkan keberadaannya tanpa mempertimbangkan aspek

relevansinya, Upaya konstektualisasi kitab kuning sehingga relevan


dengan persoalan umat menjadi kebutuhan yang mendesak sehingga

kitab kuning bisa operasional dalam keseharian umat.

Dalam pengamatan sekilas, seolah ada jarak psikologis antara kitab

kuning di satu sisi dan realitas masyarakat di sekitarnya, tidak adanya

sinkronisasi keilmuan yang berbasis kitab kuning ini dengan kenyataan

riil umat yang menjadikan kitab kuning harus di konstektualisasikan.

Mengingat pentingnya kitab kuning sebagai sumber informasi

keilmuan islam sekaligus sebagai kekayaan kultural (tsarwah tsaqafiyah),

maka dalam upaya konstektualisasi patut dipertimbangkan, khususnya

pada dua hal, yaitu pengembangan metode pengajaran dan kritik

metodologis. Dua hal inilah yang akan dijabarkan di dalam uraian

berikut.

Menyadari pentingnya konstektualisasi kitab kuning tersebut

Direktorat Pendidikan Diniyahdan Pondok Pesantren (PD Pontren)

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama tahun terakhir

giat mensponsori upaya menkonstektualisasikan kitab kuning di kalangan

pesantren. Sejumlah program semisal Tahqieq al-Kutub, ataupun

Musyabaqah Qira‟at-al-Kutub mulai banyak dilakukan.

C. Hubungan minat ilmu shorof terhadap kemampuan membaca kitab

kuning

Ilmu shorof merupakan kurikulum dan menjadi salah satu media

pembelajaran kepesantrenan di SMK Ardli Sela, ilmu shorof merupakan rujukan


utama dalam memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan tata

gramatika pembacaan kitab kuning yang muncul di tengah kehidupan pesantren.

Hasil dari membaca kitab kuning adalah kemampuan yang diperoleh santri

setelah melalui proses kegiatan belajar ilmu shorof.

Dari teori yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa santri yang memiliki

kemampuan dalam Ilmu shorof yang baik, akan mempengaruhi pengetahuannya

akan berbagai masalah yang muncul dalam kemampuan membaca kitab kuning,

Santri yang memiliki kemampuan ilmu shorof yang baik mampu mengatasi

kesulitan membaca kitab kuning, membarisi teks kitab kuning, mengartikan teks

kitab kuning, menerangkan isi teks kitab kuning, mengi’robi teks kitab kuning,

Sehingga diharapkan dapat memberikan hasil belajar yang memuaskan khususnya

pada kemampuan membaca kitab kuning.

D. Peneliitian relevan

Berdasarkan beberapa karya ilmiah yang telah penulis baca, penulis

mendapati penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis laksanakan,

yaitu:

1. Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2016 oleh Muhammad

Fathunnajah, jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Ia melaksanakan penelitian

dengan judul “Hubungan Penguasaan Nahwu-Sharaf dengan Kemampuan

Membaca Kitab Kuning Santri Kelas II di Pondok Pesantren Fadlun

Minalloh Wonokromo Pleret, Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara penguasaan Nahwu-Sharaf

dengan kemampuan membaca kitab kuning santri kelas II di Pondok


Pesantren Fadlun Minalloh Wonokromo Pleret. Jika dikaitkan dengan

judul penulis, pada variabel X sama meneliti tentang penguasaan Nahwu-

Sharaf. Pada variabel Y memiliki perbedaan. Muhammad Fathunnajah

meneliti tentang kemampuan membaca kitab kuning sedangkan penulis

meneliti tentang pemahaman materi pembelajaran Ushul Fiqih siswa

Madrasah Aliyah Darul Hikmah Pekanbaru. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad Fathunnajah diperoleh kesimpulan bahwa ada

hubungan antara Penguasaan Nahwu-Sharaf dengan Kemampuan

Membaca Kitab Kuning Santri Kelas II di Pondok Pesantren Fadlun

Minalloh Wonokromo Pleret.

2. Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2016 oleh Lilik Nurawaliyah,

jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Ia melaksanakan penelitian dengan judul

“Korelasi antara Penguasaan Qawaid dengan Kemampuan Membaca Kitab

Kuning Siswa Kelas Program Qira‟atul Kutub II Madrasalh Diniyyah

Abdullah Bin Mas‟ud Ledoksari Kepek Wonosari Gunung kidul,

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi

antara penguasaan Qawaid dengan kemampuan membaca kitab kuning

siswa kelas program Qira‟atul Kutub II Madrasah Diniyah Abdullah Bin

Mas‟ud Ledoksari Kepek Wonosari Gunung kidul. Jika dikaitkan dengan

judul penulis, pada variabel X hampir sama meneliti tentang penguasaan

Nahwu-Sharaf, hanya saja Lilik Nur awaliyah menggunakan istilah

Qawaid. Pada variabel Y memiliki perbedaan. Lilik Nurawaliyah meneliti

tentang kemampuan membaca kitab kuning sedangkan penulis meneliti


tentang pemahaman materi pembelajaran Ushul Fiqih siswa Madrasah

Aliyah Darul Hikmah Pekanbaru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Lilik Nurawaliyah diperoleh kesimpulan bahwa ada korelasi antara

penguasaan Qawaid dengan kemampuan membaca kitab kuning siswa

kelas program Qira‟atul Kutub II Madrasalh Diniyyah Abdullah Bin

Mas‟ud Ledoksari Kepek Wonosari Gubung kidul.

3. Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2012 oleh Akhmad Ghozali,

jurusan Pendidikan Agama Islam. Ia melaksanakan penelitian dengan

judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Sorogan Terhadap Kemampuan

Membaca Kitab Safinah An-Najah Santri Pemula di Pesantren Darul

Fathanah Tegal gubug Lor Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon,

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh metode pembelajaran sorogan terhadap kemampuan membaca

kitab Safinah An-Najah santri pemula di Pesantren Darul Fathanah Tegal

gubug Lor Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Jika dikaitkan

dengan judul penulis, pada variabel X hampir sama meneliti tentang

penguasaan Nahwu-Sharaf, hanya saja penelitian Akhmad Ghozali

diaplikasikan dalam bentuk metode pembelajaran sorogan. Pada variabel

Y memiliki perbedaan, Akhmad Ghozali meneliti tentang kemampuan

membaca kitab Safinah An-Najah sedangkan penulis meneliti tentang

pemahaman materi pembelajaran Ushul Fiqih siswa Madrasah Aliyah

Darul Hikmah Pekanbaru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Akhmad Ghozali diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh metode


pembelajaran sorogan terhadap kemampuan membaca kitab Safinah An-

Najah santri pemula di Pesantren Darul Fathanah Tegal gubug Lor

Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai