Anda di halaman 1dari 22

NAMA : WILI SAFITRI

NIM : 1911177
MPL : METODELOGI PENELITIAN

PENGARUH SISTEM INFORMASI, PENGANGGARAN, PELAPORAN DAN ANALISIS TERHADAP


EFEKTIVITAS SISTEM PENGANDALIAN MANAJEMEN PADA KEBERHASILAN PT. SAMSUNG
ELEKTRONIK INDONESIA

ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh sistem informasi, penganggaran, peleporan
dan analisis terhadap efektivitas sistem pengendalian manajemen pada keberhasilan PT. Samsung
Elektronik Indonesia. Adapun penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Sedangkan
penulisan skripsi selama tujuh bulan. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda
dikarenakan dengan analisis regresi linier berganda dapat di adakan koreksi terhadap kelemahan-
kelemahan yang ada. Pembahasan yang sedang di teliti dari fenomena yang ada yaitu laba bersih
belum cukup menunjukan suatu pengaruh sistem informasi, penganggaran, pelaporan dan analisis
terhadap efektivitas sistem pengendalian manajemen pada keberhasilan PT. Samsung Elektronik
Indonesia.

Sehingga diperlukan suatu analisis untuk menunjukkan suatu pengaruh dari sistem informasi,
penganggaran, dan pelaporan dana analisis terhadap efektivitas sistem pengendalian manajemen
pada keberhasilan PT. Samsung Elektronik Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan
bahwa sistem informasi,penganggaran, dan pelaporan dan analisis berpengaruh terhadap sistem
pengendalian manajemen dan sistem informasi mempunyai pengaruh paling dominan terhadap
keberhasilan sistem pengendalian manajemen. Hambatan yang terjadi pada PT. Samsung Elektronik
Indonesia adalah obyek penelitian ini hanya PT. Samsung Elektronik Indonesia di Surabaya dengan
jumlah responden 30, sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku bagi PT. Samsung Elektronik
Indonesia di Surabaya saja, pada penelitian ini menggunakan kuisioner sehingga apabila terdapat
kesalahan menjawab dari responden mempunyai pengaruh terhadap data yang diperoleh, serta
kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dirasakan responden pada saat pengisian
kuisioner tersebut akan dapat mempengaruhi cara menjawab.

PENDAHULUAN

Latar belakang

Dalam menghadapi lingkungan bisnis yang berubah cepat,peran sistem pengendalian


manajemen (management control sistem) yang oleh Anthony (1998:6) dinyatakan sebagai suatu
proses di mana manajer organisasi mempengaruhi anggota-anggota organisasi lainnya untuk
mengimplementasikan strategi organisasi yang telah di tentukan ini menjadi sangat penting
dalam menentukan keberhasilan organisasi. Peranan pengendalian manajemen pada suatu
perusahaan bermanfaat bagi pengendalian tugas untuk memastikan kerja yang efektif dan
efisien. Efektifitas diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Sedangkan, efisien menggambarkan beberapa banyak masukan yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu unit keluaran tertentu (Dodyk Ardyansah Rachman,2003). Menurut
Anthony , dkk. (1997 : 11) pengendalian manajemen terutama adalah proses untuk memotivasi
dan memberi semangat orangorang yang melaksanakan kegiatan-kegiatan demi mencapai
tujuan organisasinya. Ini juga digunakan sebagai proses untuk mendeteksi dan mengoreksi
kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dan ketidakberesan yang disengaja, seperti pencurian
atau penyalahgunaan sumber daya. Dalam penerapan sistem pengendalian manajemen menurut
Supriyono, (2000 : 36) terdapat unsur-unsur yang terbagi dalam kelompok

Struktur dan proses. Yang termasuk dalam kelompok struktur adalah struktur organisasi,
aliran informasi, dan pendelegasian wewenang. Adapun yang termasuk dalam kelompok proses
adalah penyusunan anggaran, dan pelaporan dan analisis. Dalam melaksanakan operasionalnya
suatu perusahaan tentu tidak terlepas dari pengaruh struktur dan proses dari penerapan sistem
pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen (spm) merupakan satu displin ilmu
akuntansi manajemen yang berusaha untuk mengatur dan mempengaruhi perilaku orang-orang
di dalam organisasi agar bertindak sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak manajemen untuk
mencapai tujuan organisasinya. Jika dicermati sistem pengendalian mungkin merupakan satu-
satunya disiplin ilmu akuntansi yang cukup luas dan sulit untuk dipelajari mengingat bahwa objek
dari sistem pengendalian manajemen adalah manusia yang bersifat unik satu sama lain dan
memilki motivasi dan keinginan pribadi yang berbeda pula (Bonnie, 2004). Menurut Dodyk (2003)
bahwa struktur organisasi,sistem informasi ,pusat pertanggung jawaban dan pendelegasian
wewenang penganggaran , serta pelaporan dan analisis mempunyai pengaruh secara simultan
dan parsial terhadap efektivitas sistem pengendalian manajemen. Menurut Ni Made (2001 : 62)
bahwa faktor struktur organisasi, aliran informasi, pusat pertanggung jawaban dan pelimpahan
wewenang , tolok ukur prestasi dan motivasi, analisis lingkungan, perencanaan strategi,
penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran pelaporan dan analisis mempunyai
pengaruh.

secara simultan terhadap keberhasilan sistem pengendalian manajemen. Menurut Bonnie


(2004 : 132) bahwa motivasi merupakan komponen dasar yang membawa dampak baik di dalam
ekuitas internal badan usaha maupun di dalam persaingan dengan pihak eksternal yang akan
berdampak terhadap pencapaian strategi dan nilai badan usaha. PT. Samsung Elektronik
Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai macam alat
elektronik. PT. Samsung Elektronik Indonesia tentunya tidak terlepas dari kondisi persaingan
yang semakin tajam sehingga harus segera diarahkan untuk dapat menjadi perusahaan yang
mampu bersaing. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat data laba bersih PT. Samsung
elektronik Indonesia dalam lima tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Laba Bersih PT. Samsung Elektronik Indonesia

Tahun Rencana Realisasi Selisih

2007 7.826.000.000 9.601.000.000 1.775.000.000

2008 9.686.000.000 12.210.000.000 2.524.000.000

2009 11.062.000.000 14.388.000.000 3.326.000.000

2010 10.711.000.000 14.344.000.000 3.633.000.000

Juni-2011 5.710.000.000 7.606.000.000 1.896.000.000

Sumber : PT. Samsung Elektronik Indonesia

Dari data yang diperoleh mulai tahun 2007 hingga tahun 2011 dapat dilihat selisih antara
realisasi dan rencana laba bersih tahun 2007 hingga 2011 mengalami kenaikan secara bertahap.
Hal ini menyebabkan
adanya pertimbangan mengenai kenaikan laba secara bertahap terhadap kefektifitasan sistem
pengendalian manajemen pada PT. Samsung Elektronik Indonesia. Selain data laba bersih
diatas, adapun fakta keberhasilan dari PT. Samsung Elektronik Indonesia selama lima tahun
adalah sebagai berikut:
1. 2006 : Meluncurkan “ Stealth Vacuum “ penyedot debu dengan suara terendah di dunia, dan
meluncurkan Blu Ray Disk Player pertama di dunia.

2. 2007 : Meraih posisi No 1 untuk pangsa pasar LCD dunia selama enam tahun berturut-turut,
dan menduduki posisi pasar No 1 untuk pangsa pasar TV dunia selama tujuh kali berturutturut.

3. 2008 : Samsung merebut posisi pertama di pasar telepon genggam Amerika, dan posisi
pangsa pasar No 1 di seluruh dunia untuk TV yang dicapai pada kuartal ke 9 secara berturutturut.

4. 2009 : Mencapai penghargaan yang paling berharga di IDEA 2009, menjadi yang pertama
dalam industri untuk menjual lebih dari 10 juta TV LCD pada semester pertama, Samsung
menerima “Best Product” di 4G awards, dan Samsung melewati 4 trilliun keuntungan penjualan
operasional untuk 40 tahun sejak pendiriannya.

5. 2010 : Samsung Elektronik memenangkan lima penghargaan dalam 2010 IDEA Awards, dan
Samsung Elektronik menempati peringkat nomor 1 di pangsa pasar untuk lemari es tipe freench
door di AS.

Keberhasilan suatu organisasi tidak bisa dilepaskan dari peranan sistem pengendalan
manajemen yang merupakan kunci utama dalam manajer yang memainkan peran penting dan
strategis dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan, manajer merupakan pencetus tujuan,
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan seluruh sumber daya
yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sistem
pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi
para anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara efisien
dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan organisasi (Supriyono,2000:4-5). Oleh sebab itu
manajer suatu organisasi perusahaan dituntut untuk selalu mampu menciptakan kondisi yang
mampu memuaskan karyawan dalam bekerja sehingga diperoleh karyawan yang tidak hanya
mampu bekerja akan tetapi juga bersedia bekerja kearah pencapaian tujuan perusahaan.

Sejalan dengan itu diharapkan seorang manajer mampu memotivasi dan menciptakan
kondisi sosial yang menguntungkan setiap karyawan sehingga tercapai kepuasan kerja karyawan
yang berimplikasi pada meningkatnya produktivitas kerja karyawan. Hal ini menimbulkan
keingintahuan bagi penulis tentang bagaimana fenomena turunannya produksi industri elektronik
di Indonesia yang mengalami penurunan sebesar 25% pada tahun ini, berbanding terbalik
dengan data kenaikan laba bersih perusahaan dalam periode lima tahun terakhir PT. Samsung
Elektronik Indonesia, dan apakah hal ini dipengaruhi oleh keefektivitasan sistem pengendalian
manajemen di perusahaan tersebut serta sejauh mana peran seorang pemimpin terhadap
keberhasilan suatu manajemen perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya untuk
memenangkan pasar global. Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan dari
keberhasilan PT. Samsung Elektronik Indonesia maka hal tersebut menarik peneliti untuk
mengadakan penelitian tentang “ Pengaruh Sistem Informasi, Penganggaran, Pelaporan dan
Analisis Terhadap Efektifitas Sistem Pengendalian Manajemen Pada Keberhasilan PT. Samsung
Elektronik Indonesia“

a. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut : “ Apakah sistem informasi, penganggaran, pelaporan dan
analisis berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian manajemen pada
Keberhasilan PT. Samsung Elektronik Indonesia

b. Tujuan Penelitian
“Untuk membuktikan secara empiris sistem informasi, penganggaran, pelaporan dan analisis
berpengaruh terhadap efektifitas sistem pengendalian manajemen.”

c. Manfaat penelitian Manfaat


yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
perusahaan tentang pentingnya sistem pengendalian manajemen.
2. Bagi universitas Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi universitas sebagai tambahan
referensi dan dapat memberikan ide-ide untuk pengembangan lebih lanjut bagi rekan-rekan yang
akan mengadakan penelitian di masa mendatang.

2. Bagi peneliti Merupakan aplikasi teori yang selama ini didapat diperkuliahan, serta
diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi dan mungkin dapat memberikan ide
untuk pengembangan lebih lanjut bagi rekanrekan yang mungkin mengadakan penelitian
dalam bidang yang berkaitan dengan tulisan peneliti di masa datang.

ANALISIS FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HASIL KERJA AUDITOR INTERNAL
DAN EKSTERNAL

ABSTRAK
Auditor yang menjalankan fungsi penilai independen di suatu perusahaan sangat dibutuhkan perannya
guna menunjang pencapaian kinerja perusahaan yang terbaik. Auditing adalah sebuah fungsi penilaian
independen yang di jalankan dalam perusahaan yang digunakan untuk menguji dan mengevaluasi sistem
pengendalian perusahaan. Kualitas auditing yang dijalankan akan berhubungan dengan kompetensi dan
obyektivitas staf auditor perusahaan tersebut. Auditing yang berkualitas akan meningkatkan kualitas hasil kerja
auditor yang merupakan salah satu faktor kunci dalam pencapaian kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini,
permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana pengaruh orientasi etika, komitmen profesional,
pengalaman audit, kepuasan kerja dan motivasi terhadap kualitas hasil kerja auditor internal dan eksternal.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer (yaitu data yang didapat langsung dari
sumbernya) dan data sekunder (yaitu data yang didapat secara tidak langsung yang sifatnya melengkapi data
primer). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling (pemilihan sampel berdasarkan
kemudahan), sehingga peneliti mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah..
Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dari analisis dan perhitungan yang telah
dilakukan, maka dapat diketahui hasil dan kesimpulan sebagai berikut : responden berpendapat bahwa
variabel orientasi etika, komitmen profesional, pengalaman audit, kepuasan kerja dan motivasi mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor internal dan eksternal. Kata kunci :
orientasi etika, komitmen profesional, pengalaman audit, kepuasan kerja, motivasi, kualitas hasil kerja auditor
internal dan eksternal

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masalah Auditor yang menjalankan fungsi penilai independen di suatu perusahaan sangat dibutuhkan
perannya guna menunjang pencapaian kinerja perusahaan yang terbaik. Auditing adalah sebuah fungsi
penilaian independen yang di jalankan dalam perusahaan yang digunakan untuk menguji dan mengevaluasi
system pengendalian perusahaan. Kualitas auditing yang dijalankan akan berhubungan dengan kompetensi
dan obyektivitas staf auditor perusahaan tersebut. Auditing yang berkualitas akan meningkatkan kualitas hasil
kerja auditor yang merupakan salah satu faktor kunci dalam pencapaian kinerja perusahaan. Penelitian
mengenai kualitas hasil kerja atau kinerja telah dilakukan oleh Hudiwinarsih (2005), dimana penelitian ini
melihat pengaruh pengalaman yang terdiri dari dedikasi, kewajiban sosial, kemandirian, peraturan
professional, afiliasi komunitas terhadap kinerja, kepuasan kerja, komitmen organisasi dan turn over intention.
Dalam penelitian ini, kinerja kepuasan kerja, komitmen organisasi dan turn over intention sebagai variabel
dependen atau terikat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2004), melihat perbedaan kinerja
auditor dari segi gender, dimana kinerja dibentuk oleh komitmen organisasi, komitmen profesi, motivasi,
kesempatan kerja, dan kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Alwani (2007) membuktikan bahwa
kinerja auditor dipengaruhi oleh kecerdasan emosional yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,
empati dan ketrampilan sosial.

Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor yang meliputi
orientasi etika, komitmen professional, pengalaman audit, kepuasan kerja dan motivasi. Kinerja merupakan
hasil kerja individu secara keseluruhan yang dicapai seseorang dalam menjalankan aktivitasnya dalam kurun
waktu tertentu. Hasil kerja ini dapat dikatakan berhasil ataupun sebaliknya gagal berdasarkan penilaian
dengan kriteria tertentu. Menurut As’ad (1991) mengatakan bahwa kinerja merupakan kesuksesan seseorang
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dapat dikatakan sukses setelah dilakukan penilaian bahwa apa yang
telah dikerjakan pada periode tertentu hasilnya lebih tinggi dari standart kerja yang telah ditetapkan. Sehingga
kinerja ini dapat dikatakan sebagai tujuan yang ingin dicapai seseorang dalam menjalankan aktivitasnya.
Orientasi etika ( ethical orientation atau ethical ideology ) berarti mengenai konsep diri dan perilaku pribadi
yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang. Cohen et. al. (1995 dan 1996) dan Finegan (1994)
menyatakan bahwa setiap orientasi etika individu, pertama-tama ditentukan oleh kebutuhannya. Kebutuhan
tersebut berinteraksi dengan pengalaman harapan atau tujuan dalam setiap perilakunya sehingga pada
akhirnya individu tersebut menentukan tindakan apa yang akan diambilnya.

Komitmen professional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan
profesinya. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan antara individu dengan tujuan dan
nilai-nilai yang ada dalam profesi termasuk nilai moral dan etika. Definisi komitmen professional banyak
digunakan dalam literatur akuntansi adalah sebagai :

1) suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilali-nilai di dalam organisasi profesi

2)kemauan untuk memainkan peran tertentu atas nama organisasi profesi

3) gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi profesi (Jeffrey dan Weatherholt, 1996).
Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor (Sularso
dan Na’im, 1999; Bonner, 1990; Davis, 1997; Jeffrey,1992).

Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit, diskusi
mengenai audit dengan rekan sekerja, pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program
pelatihan dan penggunaan standar auditing. Kepuasan kerja adalah suatu sikap seseorang terhadap pekerjaan
sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang ditakini yang
seharusnya diterima (Robbins, 1996). Kepuasan kerja dapat mengarahkan kepada sikap positif terhadap
kemajuan suatu pekerjaan. Motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu
melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Handoko, 1995 dalam Trisnaningsih, 2004).
Memotivasi seseorang adalah menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan mengambil langkah-langkah
yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai kesuatu tujuan. Reksohadiprodjo (1990), mendefinisikan
motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Auditor yang memiliki motivasi yang baik akan mempunyai
semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar, mampu menggunakan nilai-nilai
kelompok dalam pengambilan keputusan, serta tidak takut gagal dan memandang kegagalan sebagai situasi
yang dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi (Goleman 2001).

Auditor adalah pihak yang sangat berperan dalam system pengendalian perusahaan dimana auditor
menjadi kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini terbukti dengan munculnya kasus-kasus yang
berkaitan dengan auditor pada waktu dekat ini seperti munculnya kasus audit UMU yang dialami PT. Kereta
Api Indonesia pada tahun 2005. Terdapat beberapa hal teknis yang menjadi permasalahan disana salah
satunya auditor internal tidak berperan aktif dalam proses audit, yang berperan aktif hanya auditor eksternal.
Masalah lain yang terjadi adalah manajemen, termasuk auditor internal tidak memberikan laporan kepada
komite audit dan komite audit juga tidak menanyakannya. Oleh karena itu perlu adanya sebuah penelitian
yang menjabarkan factor factor yang mempengaruhi kualitas kerja dari auditor internal dan auditor eksternal.
Dengan mengetahui factor-faktor tersebut diharapkan dapat tercipta upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas kerja dari auditor internal maupun auditor eksternal.

Penelitian ini menggunakan pengalaman dan kepuasan kerja sebagai variabel independen dan kualitas
kerja auditor sebagai variabel dependen. Penelitian ini juga memberikan perbedaan dengan peneliti
sebelumnya yaitu Trisnaningsih (2004) yang meneliti kinerja auditor dari segi gender karena dalam penelitian
ini kualitas kerja auditor dilihat dari segi auditor internal dan auditor eksternal. Peneliti ini juga
menyempurnakan penelitian dari Alwani (2007) yang menggunakan kecerdasan emosional termasuk di
dalamnya motivasi sebagai factor yang mempengaruhi kinerja auditor.

Kualitas Hasil Kerja Auditor atau Kinerja Auditor Kinerja merupakan hasil kerja individu secara keseluruhan
yang dicapai seseorang dalam menjalankan aktivitasnya pada kurun waktu tertentu. Hasil kerja ini dapat
dikatakan berhasil ataupun sebaliknya gagal berdasarkan penilaian dengan criteria tertentu. Menurut Noe
(1994) dalam pengukuran kinerja individu dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu

(1) pendekatan komparatif yang menilai dengan membandingkan antara kinerja kerja individu yang satu
dengan yang lainnya,

(2) pendekatan atribut, berarti penilaian dilihat dari atribut yang diperlukan bagi kesuksesan perusahaan,
misalnya dengan melihat inisiatif, kepemimpinan dan kompetensinya,

(3) pendekatan perilaku, berarti penilaian dilihat dari sikap dan perilakunya,

(4) pendekatan hasil, penilaian dilihat dari outputnya,

(5) pendekatan kualitas total merupakan kombinasi antara pendekatan atribut dan hasil. Dari beberapa
pendekatan tersebut bagi setiap perusahaan mempunyai kebebasan dalam penggunaannya sesuai dengan
tujuan yang diinginkan perusahaan.

Kinerja diukur dengan instrumen yang dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran
kinerja secara umum, selanjutnya diterjemahkan kedalam penilaian perilaku secara mendasar, meliputi :

(1) kualitas kerja,


(2) kuantitas kerja,
(3) pengetahuan tentang pekerjaan,
(4) pendapat atau pernyataan yang disimpulkan,
(5) perencanaan kerja.

Menurut Muekijat dalam Yetti (2004), kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Menurut Irving dalam Surya dan
Hananto (2004), komponen penting untuk melakukan penaksiran kinerja adalah kuantitas dan kualitas
kinerja individu. Ia dinilai berdasarkan pencapaian kuantitas dan kulaitas output yang dihasilkan dari
serangkaian tugas yang harus dilakukannya. Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini karyawan bisa belajar seberapa besar kinerja
mereka melalui sarana informal, seperti komentar yang baik dari mitra kerja. Namun demikian penilaian
kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi
sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil termasuk tingkat kehadiran. Fokus
penilaian kerja adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan dan apakah ia bisa
berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek. Populasi dalam penelitian adalah auditor internal
dan eksternal yang melakukan audit perusahaan yang berada di wilayah kota Semarang. Dikarenakan
jumlah populasi yang terlalu banyak sehingga tidak memungkinkan bagi penulis untuk mengumpulkan
seluruh elemen populasi maka penulis mengambil sampel dari populasi tersebut.

Hasil Uji Multikolinearitas Pendeteksian adanya multikolinearitas dapat dilihat pada besaran VIF dan
tolerance. Jika tidak terdapat variabel bebas yang memiliki nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,10 maka
dapat disimpulkan tidak ada multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Berikut ini
disajikan besaran nilai tolerance dan VIF untuk auditor internal dan eksternal berdasarkan hasil analisis
regresi berganda, yaitu :

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Bebas Auditor Internal Auditor Eksternal


Tolerance VIF Tolerance VIF
Orientasi Etika 0,852 1,174 0,947 1,056
Komitmen 0,890 1,124 0,924 0,924
Profesional
Pengalaman Audit 0,952 1,051 0,962 1,039
Kepuasan Kerja 0,886 1,129 0,951 1,052
Motivasi 0,864 1,157 0,913 1,095
Sumber : Data diolah dari data primer, 2010

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak terdapat variabel bebas yang memiliki nilai VIF > 10 atau
nilai tolerance < 0,10 pada auditor internal dan eksternal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model
regresi untuk auditor internal dan eksternal tidak terdapat multikoliniaritas dan model regresi layak untuk
dipakai.

Hasil Uji Autokorelasi

Dari uji yang dilakukan didapatkan nilai Durbin Watson untuk auditor internal sebesar 2,262 dan nilai Durbin
Watson untuk auditor eksternal sebesar 2,303, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel (menggunakan
nilai signifikansi 5%, jumlah sampel auditor internal 31, eksternal 46, dan jumlah variabel independen 5). Dari
tabel untuk auditor internal didapat du adalah 1,825 dan (4 – du) adalah 4 – 1,825 = 2,175. Oleh karena nilai
Durbin Watson 2,262 lebih besar dari batas atas (1,825) dan lebih dari (4 – du = 2,175), hal ini menunjukkan
bahwa Durbin-Watson berada di daerah daerah ragu-ragu autokorelasi.

Untuk auditor eksternal didapat du adalah 1,776 dan (4 – du) adalah 4 – 1,776 = 2,224. Oleh karena nilai
Durbin Watson 2,303 lebih besar dari batas atas (1,776) dan lebih dari (4 – du = 2,224), hal ini menunjukkan
bahwa Durbin-Watson berada di daerah daerah ragu-ragu autokorelasi. Selain menggunakan Uji Durbin
Watson, uji autokorelasi juga dapat diuji dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Uji LM akan
menghasilkan statistic Breusch-Godfrey (BG). Berdasarkan output SPSS, maka hasil uji autokorelasi untuk
auditor internal dan eksternal dengan menggunakan uji B-G terbukti bahwa koefisien parameter untuk residual
lag Res1 (Res2) memberikan angka probabilitas sebesar 0,488 dimana nilainya di atas 0,05 untuk auditor
internal. Sedangkan pada auditor eksternal nilai koefisien parameter untuk residual lag Res1 (Res2)
memberikan angka probabilitas sebesar 0,306 dimana nilainya di atas 0,05. Hal ini membuktikan bahwa pada
model untuk auditor internal dan eksternal tidak terjadi autokorelasi.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik scatter plot untuk auditor internal dan eksternal yang diperoleh, terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi pada auditor internal dan eksternal tidak terjadi heteroskedastisitas
sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel kualitas hasil kerja auditor berdasarkan
variabel orientasi etika, komitmen professional, pengalaman audit, kepuasan kerja dan motivasi.

Hasil analisis pengaruh orientasi etika, komitmen professional, pengalaman audit, kepuasan kerja dan
motivasi terhadap kualitas hasil kerja auditor auditor internal dan eksternal di Semarang dapat dilihat di
persamaan berikut : Yinternal = 0,336 X1 + 0,308 X2 + 0,012 X3 + 0,331 X4 + 0,331 X5 Dari persamaan regresi
linier berganda pada auditor internal, maka dapat di interpretasikan sebagai berikut :

1. Variabel orientasi etika menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor
sebesar 0,336 dan signifikan sebesar 0,043 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis pertama yaitu orientasi etika berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor
internal diterima.

2. Variabel komitmen profesional menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja
auditor sebesar 0,308 dan signifikan sebesar 0,056 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis kedua yaitu komitmen profesional berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja
auditor internal ditolak.

3. Variabel pengalaman audit menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja
auditor sebesar 0,021 dan signifikan sebesar 0,936 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yaitu pengalaman audit berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja
auditor internal ditolak.

4. Variabel kepuasan kerja menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor
sebesar 0,331 dan signifikan sebesar 0,042 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis keempat yaitu kepuasan kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor
internal diterima.

5. Variabel motivasi menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor sebesar
0,331 dan signifikan sebesar 0,044 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya < 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis kelima yaitu motivasi berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor internal diterima.

Yeksternal = 0,343 X1 + 0,289 X2 + 0,190 X3 + 0,292 X4 + 0,273 X5

Dari persamaan regresi linier berganda pada auditor eksternal, maka dapat di interpretasikan sebagai berikut :

A. Variabel orientasi etika menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor
sebesar 0,343 dan signifikan sebesar 0,009 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis pertama yaitu orientasi etika berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja
eksternal diterima.

B. Variabel komitmen profesional menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja
auditor sebesar 0,289 dan signifikan sebesar 0,026 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis kedua yaitu komitmen profesional berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja
auditor eksternal diterima.
C. Variabel pengalaman audit menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja
auditor sebesar 0,190 dan signifikan sebesar 0,130 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yaitu pengalaman audit berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja
auditor eksternal ditolak.

D. Variabel kepuasan kerja menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor
sebesar 0,292 dan signifikan sebesar 0,023 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis keempat yaitu kepuasan kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor
eksternal diterima.

E. Variabel motivasi menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor sebesar
0,273 dan signifikan sebesar 0,037 pada tingkat signifikan 5% (nilai signifikannya < 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis kelima yaitu motivasi berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor eksternal diterima.

Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Pengujian Uji - F Hipotesis yang hendak diuji adalah :

Ho : suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian
dengan cara membandingkan antara F tabel dengan F hitung.

Mencari F tabel dengan kriteria α=5%, untuk auditor internal df = n – k (31 – 5 = 26) dan untuk auditor
eksternal df = n – k (46 – 5 = 41). Dari tabel didapat nilai F tabel untuk auditor internal adalah 2,59, sedangkan
untuk auditor eksternal diperoleh nilai F tabel sebesar 2,45.Nilai F hitung sebesar 4,505 untuk auditor internal
sedangkan F hitung untuk auditor eksternal sebesar 5,754. Karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Besarnya signifikansi 0,005 pada auditor internal dan 0,000 untuk auditor eksternal yang artinya lebih
kecil dari 0,05. Berdasarkan atas hasil tersebut maka dapat disinpulkan bahwa model tersebut baik dan dapat
diterima. Hasil Pengujian Adjusted Determinasi Dari tabel adjusted determinasi auditor internal dan dapat
diketahui bahwa koefisien determinasi untuk auditor internal sebesar 0,369.

Hal ini menunjukkan bahwa 36,9% dari variasi yang terjadi didalam variabel kualitas hasil kerja auditor
internal secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel orientasi etika, komitmen professional, pengalaman
audit, kepuasan kerja dan motivasi. Sedangkan sisanya sebesar 63,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar
faktor-faktor tersebut. Selain itu, koefisien determinasi untuk auditor ekternal sebesar 0,346. Hal ini
menunjukkan bahwa 34,6% dari variasi yang terjadi didalam variabel kualitas hasil kerja auditor eksternal
secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel orientasi etika, komitmen professional, pengalaman audit,
kepuasan kerja dan motivasi. Sedangkan sisanya sebesar 65,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar faktor-
faktor tersebut.

Hasil Pengujian Uji – t

Dengan dilakukan uji-t ini akan dapat diketahui apakah variabel orientasi etika, komitmen professional,
pengalaman audit, kepuasan kerja dan motivasi berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor auditor
internal dan eksternal di Semarang. Hipotesis yang hendak di uji adalah:

Ho : suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian
dengan cara membandingkan antara t tabel dengan t hitung.

Mencari t tabel dengan kriteria α=5%, untuk auditor internal df = n – k (31 – 5 = 26) diperoleh nilai t tabel
adalah 1,706. Sedangkan untuk auditor eksternal df = n – k (46 – 5 = 41) diperoleh nilai t tabel adalah 1,679.
Karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Besarnya t hitung masing-masing variabel dapat
dilihat pada tabel berikut : Hasil Pengujian Uji Regresi Auditor Internal dan Eksternal
Variable bebas Auditor internal Auditor Eksternal
t - hitung Probabilitas t - hitung Probabilitas
Orientasi Etika 2,137 0,043 2, 2,765 0,009
Komitmen 2,004 0,056 2,307 2,307
Profesiona
Pengalaman 0,081 0,936 1,546 0,130
Audit
Kepuasan Kerja 2,149 0,042 2,363 2,363
Motivas 2,363 2,363 2,160 0,037
Sumber : Data diolah dari data primer, 2010

Selain besarnya t hitung auditor internal, dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas orientasi
etika adalah 0,043; kepuasan kerja adalah 0,042 dan motivasi adalah 0,044. Nilai probabilitas ketiga variabel
tersebut < 0,05 yang artinya secara parsial atau individual masing-masing variabel ini berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor auditor internal di Semarang. Sedangkan nilai probabilitas
komitmen profesional adalah 0,056 dan pengalaman audit adalah 0,936 yang menunjukkan bahwa secara
individual kedua variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor auditor
internal di Semarang.

Dari tabel diatas dapat dilihat juga nilai probabilitas auditor eksternal pada masing-masing variabel yaitu :
orientasi etika adalah 0,009; komitmen profesional adalah 0,026; kepuasan kerja adalah 0,023 dan motivasi
adalah 0,037. Nilai probabilitas keempat variabel tersebut < 0,05 yang artinya secara parsial atau individual
masing-masing variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor auditor
eksternal di Semarang. Sedangkan nilai probabilitas dari pengalaman audit adalah 0,130 yang nilainya lebih
besar dari 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa secara individual variabel pengalaman audit tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor auditor eksternal di Semarang.

PEMBAHASAN

Hipotesis pertama yaitu variabel orientasi etika berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor
internal dan eksternal diterima. Hal ini dapat dilihat dari besarnya t hitung yang lebih besar dari t tabel dan
probabilitas yang signifikan. Orientasi etika (ethical orientation atau ethical ideology) berarti mengenai konsep
diri dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang. Cohen et. al. (1995 dan
1996) dan Finegan (1994) menyatakan bahwa setiap orientasi etika individu, pertama-tama ditentukan oleh
kebutuhannya. Kebutuhan tersebut berinteraksi dengan pengalaman pribadi dan sistem nilai individu yang
akan menentukan harapan atau tujuan dalam setiap perilakunya sehingga pada akhirnya individu tersebut
menentukan tindakan apa yang akan diambilnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin auditor merasa puas
dengan pekerjaan mereka maka kualitas hasil kerja auditor akan meningkat. Hasil penelitian sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Barnett, Bass dan Brown (1994) yang menyatakan bahwa dimensi
idealisme yang terdapat dalam orientasi etika akan mendorong auditor memelihara tatacara
pekerjaannyasesuai dengan standar professional, sehingga standar professional tersebut akan menjadi arahan
dalam bekerja. Dengan adanya standar professional sebagai arahan dalam bekerja maka kualitas hasil kerja
akan meningkat.

Hipotesis kedua yaitu variabel komitmen profesional berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor
internal ditolak. Hal ini dapat dilihat dari besarnya probabilitas yang tidak signifikan (lebih besar dari 0.05.
Sedangkan hipotesis kedua yaitu komitmen profesional berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja untuk
auditor eksternal diterima. Hal ini dapat dilihat dari besarnya t hitung yang lebih besar dari t tabel dan
probabilitas yang signifikan. Komitmen professional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan
individu dengan profesinya. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan antara individu
dengan tujuan dan nilainilai yang ada dalam profesi termasuk nilai moral dan etika. Komitmen profesi adalah
tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Hasi penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey dan Weatherholt (1996) yang menunjukkan bahwa akuntan
dengan komitmen professional yang kuat maka perilakunya lebih mengarah kepada ketaatan terhadap aturan
dibandingkan dengan akuntan dengan komitmen professional yang rendah. Hasil penelitian juga mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Windsor dan Ashkanasy (1995) yang mengungkapkan bahwa asimilasi
keyakinan dan nilai organisasi yang merupakan definisi komitmen profesi mempengaruhi integritas dan
independensi auditor. Ketaatan terhadap aturan, integritas dan independensi auditor merupakan bagian dari
kualitas hasil kerja auditor.

Hipotesis ketiga yaitu variabel pengalaman audit berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor
internal dan eksternal ditolak. Hal ini dapat dilihat dari besarnya t hitung yang lebih kecil dari t tabel dan
probabilitas yang tidak signifikan. Pengalaman didefinisikan sebagai lamanya waktu dalam bekerja di
bidangnya. Pengalaman ini seringkali digunakan oleh peneliti-peneliti sebagai alternatif dalam pengukuran
keahlian seseorang. Karena pengalaman diasumsikan dengan mengerjakan sesuatu tugas berulangkali, maka
akan memberikan kesempatan mengerjakannya dengan lebih baik. Moeckel (1990) meneliti bahwa
peningkatan pengalaman yang dimulai dari level staff, menghasilkan memory structure yang kaya akan lebih
berkembang. Penelitian ini memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso dan
Na’im, 1999; Bonner, 1990; Davis, 1997; Jeffrey, 1992 yang menyatakan bahwa pengalaman kerja telah
dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor dan Pengalaman auditor akan
semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja,
pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan penggunaan standar auditing.

Dalam penelitian ini pengalaman audit tidak mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor. Hal ini
dikarenakan auditor yang bekerja akan dapat meningkatkan kualitas hasil kerjanya pada saat mereka memiliki
kompetensi dalam pekerjaannya. Pengalaman hanya merupakan factor pendukung yang memberikan
pengaruh kecil atas kompetensi auditor. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan pengalaman akan mempengaruhi kualitas kerja auditor. Hipotesis keempat yaitu variabel
kepuasan kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor internal dan eksternal diterima.

Hal ini dapat dilihat dari besarnya t hitung yang lebih besar dari t tabel dan probabilitas yang signifikan.
Kepuasan kerja adalah suatu sikap seseorang terhadap pekerjaan sebagai suatu perbedaan antara banyaknya
ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang diyakini yang seharusnya diterima (Robbins, 1996).
Luthans (1995) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu yang dapat memberikan kesenangan atau suatu
pernyataan emosional positif sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin auditor merasa puas dengan pekerjaan mereka maka kualitas hasil kerja auditor akan
meningkat. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luthans (1995) yang
menyatakan bahwa kepuasan kerja menentukan sejauhmana hasil kerja memenuhi atau melebihi harapan
seseorang.

Hipotesis kelima yaitu variabel motivasi berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor diterima. Hal
ini dapat dilihat dari besarnya t hitung yang lebih besar dari t tabel dan probabilitas yang signifikan. Motivasi
adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan kegiatan tertentu guna
mencapai suatu tujuan. Motivasi yang diberikan bisa dibagi menjadi dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif
dan motivasi negatif. Motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar
menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapatkan “hadiah”.
Sedangkan motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang
kita inginkan, tetapi teknik dasar yang digunakan adalah lewat kekuatan-kekuatan. Penelitian ini mendukung
studi-studi sebelumnya yang membandingkan para bintang kinerja ditingkat eksekutif dengan rekan-rekannya
yang berprestasi bisa menemukan bahwa bintang tersebut menunjukkan ciri-ciri kecakapan peraihan prestasi
sebagai berikut :

mereka berbicara mengenai resiko dan lebih berani menanggung resiko yang telah diperhitungkan.
Mereka mendesakkan dan mendukung inovasi-inovasi baru dan menetapkan sasaran-sasaran yang menantang
bagi para bawahan mereka. Mereka tidak ragu-ragu memberikan dukungan bagi gagasangagasan
enterpreneurial yang dicetuskan orang lain. Kebutuhan berprestasi adalah kecakapan yang paling kuat satu-
satunya yang membedakan eksekutif bintang dari para eksekutif biasa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
termotivasi seorang auditor untuk bekerja maka semakin tinggi pula kualitas hasil kerjanya. Hasil penelitian
dalam uji-t menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor internal dari
yang terbesar menuju yang terkecil yaitu orientasi etika, kepuasan kerja dan motivasi, sedangkan factor-faktor
yang mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor eksternal dari yang terbesar menuju yang terkecil yaitu
orientasi etika, kepuasan kerja, komitmen professional, dan motivasi.

Yinternal = 0,336 X1 + 0,308 X2 + 0,012 X3 + 0,331 X4 + 0,331 X5

Yeksternal = 0,343 X1 + 0,289 X2 + 0,190 X3 + 0,292 X4 + 0,273 X5

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besarnya koefisien regresi menunjukkan orientasi etika
yang dimiliki oleh auditor internal lebih kecil daripada orientasi etika yang dimiliki auditor eksternal, Kepuasan
kerja auditor internal lebih besar dibandingkan auditor eksternal. Hal ini dikarenakan auditor internal lebih
termotivasi bekerja dibandingkan auditor eksternal karena mereka berasal dari dalam perusahaan tersebut.
Motivasi kerja auditor internal lebih besar daripada motivasi kerja auditor eksternal karena auditor eksternal
terpacu untuk memberikan yang terbaik kepada perusahaan tempatnya bekerja.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) (Studi pada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Panjang)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk membuktikan secara empiris adanya pengaruh sikap wajib pajak,
motivasi wajib pajak, kesadaran wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, pendidikan wajib pajak, dan persepsi
wajib pajak tentang sanksi denda PBB terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh wajib pajak yang terdaftar di Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Bandar Lampung yaitu 246.758 wajib pajak. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Data yang digunakan pada penelitian ini
merupakan data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan dan
persepsi wajib pajak dalam pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar PBB. Sedangkan sikap wajib pajak, motivasi wajib pajak dan kesadaran wajib pajak tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Kota Bandar Lampung

PENDAHULUAN
Setiap negara pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memajukan negara tersebut
demi memakmurkan dan mensejahterakan masyarakatnya. Seiring dengan pertumbuhan masyarakat
yang bertambah banyak dengan perkembangan teknologi maka kebutuhan masyarakat akan semakin
bertambah. Adapun yang penting untuk dilakukan adalah pembangunan negara tersebut.
Pembangunan adalah proses perubahan yang dirancang untuk menuju keadaan maksimal yang dicita-
citakan masyarakat.
Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara
terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, pemerintah
harus memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Usaha suatu bangsa agar bisa mandiri
dalam pembiayaan pembangunan adalah dengan cara menggali sumber pendapatan pemerintah.
Sumber pendapatan pemerintah berasal dari pendapatan pajak dan pendapatan nonpajak.
Penghasilan dari sumber pajak meliputi berbagai sektor perpajakan antara lain diperoleh dari Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu faktor pemasukan bagi
negara yang cukup potensial dan kontribusi terhadap pendapatan negara jika dibandingkan dengan
sektor pajak lainnya sangat besar.
Strategisnya Pajak Bumi dan Bangunan tidak lain karena objek meliputi seluruh bumi dan
bangunan yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Meskipun pajak
dianggap sebagai sumber dana yang paling potensial bagi pembiayaan negara, namun dalam
realisasinya pemungutan pajak masih sulit dilakukan oleh negara. Hal ini disebabkan masih rendahnya
tingkat kepatuhan wajib pajak dan kepercayaan masyarakat kepada administrasi pengelolaan pajak.
Hal ini membuktikan bahwa wajib pajak di Indonesia memerlukan motivasi untuk meningkatkan
kepatuhannya untuk membayar pajak, serta peningkatan kepercayaan masyarakat bahwa penyaluran
hasil pajak dilakukan sesuai aturan yang berlaku, yaitu untuk kesejahteraan rakyat, sehingga persepsi
wajib.
pajak tentang pembayaran pajak akan positif terhadap pemerintah dalam mengelola pajak yang
telah mereka bayarkan. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung terus mencari cara untuk
menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pasalnya, hingga Oktober, tunggakan pajak bumi dan
bangunan perkotaan perdesaan (PBB-P2) di Bandarlampung baru terealisasi 58,5 persen. Diketahui,
tenggat membayar PBB-P2 di Bandarlampung berakhir 1 November. Namun, hingga saat ini realisasi
pajak yang masuk ke Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) Bandarlampung baru Rp
66,42 miliar. Sedangkan Rp 47,05 miliar masih tertunggak. Berdasarkan jumlah wajib pajak atau SPT,
dari 246.758 wajib pajak, baru 138.794 yang membayar. Sementara 107.964 wajib pajak masih belum
menyetorkan kewajibannya.
Untuk itu, pemkot membuat terobosan. Wali Kota Bandarlampung Herman H.N memberikan
kemudahan dengan menghapus denda tunggakan pajak. Ya, wali kota memberikan kelonggaran
dengan menerbitkan penghapusan denda. Hal ini dijelaskan Kepala BPPRD Bandarlampung Yanwardi.
Jika sebelumnya melewati batas waktu 1 November, maka tiap wajib pajak membayar 2 persen dari
kewajibannya. Dengan begitu, target Rp 47,05 miliar tahun ini bisa tercapai. Yanwardi menjelaskan,
selama ini memang target PAD dari sektor PBB-P2 kurang karena wajib pajak yang tak membayar
tepat waktu. Jika sebelumnya ada kelonggaran pada wajib pajak dengan menunggu batas tenggat
terakhir. Namun, kali ini pihaknya akan menindak tegas. Kepala BPPRD mengatakan bahwa pihaknya
akan ikut menagih wajib pajak yang menunggak di Kelurahan dan Kecamatan, sementara untuk
tunggakan wajib pajak yang lebih dari Rp 50 juta, dalam penagihan meminta bantuan dari kejaksaan.
Bantuan dari Kelurahan dan Kecamatan ini dijelaskan dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung No
9 Tahun 2015 tentang pelimpahan sebagian kewenangan pemungutan pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan (PBB-P2).
Berdasarkan data yang diperoleh Radar Lampung, dari seluruh kecamatan tercatat Telukbetung
Barat menjadi kecamatan yang paling tinggi menunggak PBB-P2. Dari target Rp 4.231.271.481 dengan
jumlah wajib pajak sebanyan 10.557 baru terealisasi 30,1 persen. Dimana baru 5.502 wajib pajak yang
membayar dengan total pemasukan Rp 1.273.515.637. Sementara masih Rp 2.957.755.844 yang perlu
dikejar hingga akhir tahun. Kemudian disusul dengan Telukbetung Timur dengan tunggakan masih
66,7 persen atau Rp 1.730.887.659; Tanjung Senang dengan tunggakan masih 60,9 persen atau Rp
2.276.630.108.
Sementara kecamatan yang paling sedikit menunggak ialah Panjang dengan total tunggakan
tinggal 13,8 persen dengan nilai Rp 2.278.806.464; dan Telukbetung Selatan dengan jumlah
tunggakan Rp 1.253.537.545 dengan persentase 29,1 persen. Penerimaan potensial sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya sebagian dari beberapa pajak lain. Hal ini terbukti karena untuk
pemerintah daerah salah satu penerimaan yang potensial berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu pajak properti merupakan sumber penerimaan
yang dapat diandalkan.

Metode Penelitian
1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB Sikap
Wajib Pajak Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak tentang
objek, orang atau peristiwa. Perspektif individu sikap dapat menjadi dasar bagi interaksi
seseorang dengan orang lain dan dengan dunia di sekelilingnya. Berdasarkan dari pengertian
sikap tersebut Sikap Wajib Pajak dapat diartikan sebagai pernyataan atau pertimbangan
evaluatif dari wajib pajak, baik yang menguntungkan atau tak menguntungkan mengenai
objek, orang atau peristiwa.
2 Motivasi Wajib Pajak Motivasi berasal dari kata lain “MOVERE” yang berarti “dorongan atau
daya gerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para pengikut.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah masyarakat, agar mereka
mau untuk ikut serta ambil bagian dalam suatu proses pembangunan. Hal ini dapat dilihat
dengan bersedianya masyarakat untuk memberikan apa yang dikehendaki pemerintah untuk
mewujudkan tujuan pembangunan. Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, seperti efektif dan
terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan. Pengertian motivasi adalah
pemberian atau penimbulan motif atau dapat pula diartikan sebagai hal atau keadaan
menjadi motif. Jadi, motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan
kerja.
3 esadaran Wajib Pajak Kesadaran adalah kesadaran seseorang akan nilai-nilai yang terdapat
dalam diri manusia mengenai hukum yang ada.
4 Kesadaran seseorang akan pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur oleh hukum.
Kesadaran adalah keadaan mengetahui sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga
kesadaran wajib pajak adalah keadaan dimana seseorang mengetahui atau mengerti suatu
perihal. Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh
pemerintah akan menggerakkan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk
membayar. Kesadaran Wajib Pajak akan meningkat apabila di dalam masyarakat muncul
persepsi positif terhadap pajak. Misalnya dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas
pajak diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.

Pengetahuan Perpajakan Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu yang dapat berwujud
barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh
manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Jadi kesimpulannya pengetahuan perpajakan adalah
kemampuan atau seorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal
tarif pajak berdasarkan undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang
akan berguna bagi kehidupan mereka.
Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei berupa kuesioner, yaitu
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Setiap kuesioner didistribusikan kepada para responden disertai surat
permohonan pengisisan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh wajib pajak
yang terdaftar di Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Bandar Lampung yaitu
247.620 wajib pajak. Metode pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Alasan pemilihan taknik pengambilan
sampel ini adalah untuk mempermudah proses pengambilan sampel.

Kepatuhan Pajak Kepatuhan berasal dari kata “Patuh” yang artinya tunduk, sifat patuh, ketaatan
kepada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan
perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang ( yang dapat dipaksakan )
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Jadi, wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang
taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan perpajakan. Kepatuhan pajak sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan
perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan yang mana wajib pajak patuh dan mempunyai kesadaran
dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Sikap WP 100 11 25 20.73 2.639
Motivasi WP 100 26 40 34.19 3.113
Kesadaran WP 100 33 60 50.37 5.100
Pengetahuan 100 13 35 28.86 3.127
Perpajakan
Persepsi WP 100 12 30 23.72 3.414
Denda PBB
Kepatuhan WP dalam 100 16 30 24.12 3.029
Valid N (listwise) 100

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1. 685 a .469 441 2.266


Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 2 diketahui bahwa nilai Adjusted R Square
sebesar 0,441 atau 44,1% yang berarti bahwa variabel independen (Sikap WP, Motivasi WP,
Kesadaran WP, Pengetahuan perpajakan dan Persepsi WP tentang denda PBB) dapat menjelaskan
variabel dependen (Kepatuhan WP dalam membayar PBB) dan sisanya sebesar 55,9% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini.
Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap wajib pajak tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Sikap Wajib Pajak dapat
diartikan sebagai pernyataan atau pertimbangan evaluatif dari wajib pajak, baik yang menguntungkan
atau tak menguntungkan mengenai objek, orang atau peristiwa. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan, yaitu tidak terdapat pengaruh sikap wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Dibutuhkan pemeriksaan pajak
yang lebih detail dan serius untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Pengaruh Motivasi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi
dan Bangunan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi wajib pajaktidak
berpengaruh terhadapkepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
motivasi wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa motivasi dalam membayar pajak tidak membuat sesorang menjadi
patuh dalam membayar kewajiban perpajakannya. Dapat diketahui dari keadaan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak tidak cukup
dengan memiliki motivasi dalam membayar pajak.
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak
Bumi dan Bangunan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajaktidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan yang menyatakan bahwa kesadaran
wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan. Hasil ini menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak masih sangat
rendah, hal ini dikarenakan tingkat pemahaman dan tingkat kepercayaan dari wajib pajak itu sendiri
yang makin menurun.Kesadaran wajib pajak bukan merupakan faktor penentu seberapa siap wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran membayar pajak adalah dengan membangun iklim agar wajib pajak mau
menunaikan kewajiban perpajakannya secara sukarela. Para ahli terdahulu percaya bahwa
penerimaan pajak akan tercapai jika terdapat sistem yang ketat. Artinya otoritas perpajakan harus
melaksanakan dan menegakkan aturan-aturan pajak dengan ketat.
Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak
Bumi dan Bangunan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan. Tingginya tingkat pengetahuan perpajakan wajib pajak mengenai tata cara memenuhi
kewajiban perpajakan, fungsi dan perananan pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal
ini sesuai dengan sistem perpajakan yang berlaku diindonesia yaitu Self Assessementyang
mewajibkan wajib pajak mengetahui segala alur pemenuhan perpajakannya mulai dari tahap yaitu
menghitung, memperhitungkan sampai dengan melapor kewajiban perpajakannya. Tujuan yang
diharapkan dari pelaksanaan sistem ini adalah kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan.
Pengaruh Persepsi Wajib Pajak tentang Denda Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa persepsi wajib pajak tentang denda pajak bumi dan bangunan berpengaruh
terhadapkepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Hasil tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh persepsi wajib pajak
tentang denda pajak bumi dan bangunan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
bumi dan bangunan. Persepsi adalah kesan yang diperoleh dari hasil penangkapan panca indera
seseorang terhadap suatu figur, kondisi, atau masalah tertentu. Masyarakat akan memiliki sikap sadar
terhadap fungsi pajak dan akhirnya memenuhi pembayaran PBB, jika persepsi mereka terhadap
sanksi, khususnya sanksi denda PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dan mampu menjangkau
para pelanggar.
Undang-undang dan peraturan perpajakan termasuk UU PBB NO.12 Tahun 1994 secara garis
besar berisikan hak dan kewajiban wajib pajak, yang mengatur tindakan-tindakan yang diperkenankan
dan tidak diperkenankan oleh semua wajib pajak. Setiap wajib pajak PBB yang berada dibawah paying
hokum atau undang-undang PBB harus mematuhinya. Namun, banyak perilaku masyarakat yang
menyimpang dari undang-undang atau peraturan perpajakan yang ada. Oleh sebab itu agar berbagai
regulasi yang ada, maka terdapat sankksi untuk para pelanggarnya.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA
PAREPARE

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk analiyze: kinerja 1) keuangan kota Pare PDAM, 2) untuk
menjawab permasalahan yang terjadi di PDAM kota Pare, yaitu apakah kinerja keuangan perusahaan
mengarah pada kebangkrutan atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data pengamatan, dokumentasi dan wawancara. Desain penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif untuk meninjau kinerja keuangan dari PDAM kota Pare meliputi 3
(tiga) belajar, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas serta untuk menilai tingkat
Kepailitan menggunakan analisis Skor-Z. Teknik analisis data adalah analisis keuangan rasio likuiditas,
profitabilitas, kegiatan dan menggunakan analisis multivarian. Dari Temuan ini, ditemukan bahwa
kinerja keuangan PDAM kota Pare pada keuangan rasio mempunyai kinerja yang baik. Rasio PDAM
kota Pare Skor-Z pada tahun 2014 adalah dalam posisi yang rawan itulah nilai z 1,34 ini dijadwalkan
pada tahun hasil penjualan dapat mencakup produksi seluruh biaya dan jumlah nakal oleh masyarakat
ini dapat dilihat dalam rasio aktivitas mana usia rata-rata piutang adalah 135 hari. Pada tahun 2015
berada dalam posisi yang rentan karena nilai Z di 1,20-2,90. Tingkat kinerja kesehatan telah
meningkat selama 2016, PDAM begitu Parepare sangat jauh dari kebangkrutan.

PENDAHULUAN

Air minum sebagai salah satu sumber daya alam (SDA) yang dimaksudkan pada UUD 1945 pasal
33 dikelola secara monopoli oleh pemerintah dalam hal ini perusahaan daerah air minum
(PDAM).Namun menurut Fitria Rosalia Devi (2012:1) keunggulan hak monopoli tersebut kadang-
kadang kurang dicermati oleh pemerintah daerah dan direksi untuk senantiasa meningkatkan kinerja
perusahaan, sehingga dapat memberi manfaat semaksimal mungkin bagi konsumen dalam hal ini
masyarakat yang menjadi pelanggang PDAM dan juga bagi pemerintah daerah sebagai pengelola.
PDAM Kota Parepare sebagai perusahaan milik Pemerintah Daerah merupakan satu-satunya
perusahaan yang memiliki kewenangan dalam penyediaan dan pelayanan air bersih di wilayah Kota
Parepare.
PDAM Kota Parepare telah mulai beroperasi sejak tahun 1926 dan berstatus Instansi Water
Leideng Afdeling oleh Pemerintah Hindia Belanda yang kemudian setelah Proklamasi Kemerdekaan RI
tahun 1945 maka, pengelolaan air minum diteruskan oleh Pemerintah Swapraja (Pemerintah Daerah
Parepare). Farah Margaretha (2011 : 20) Laporan keuangan adalah laporan yang memberikan
gambaran akuntansi atas operasi serta posisi keuangan perusahaan. Sofyan syafri harahap (2013 :
105) laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi
ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan
pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Seadandainya dilakukan, ia pun tidak akan dapat
mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu yang paling penting adalah media
laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis
dan dalam proses pengambilan keputusan. Muchlis (2000 : 44), Kinerja keuangan adalah prestasi
keuangan yang tergambar dalam laporan keuangan perusahaan yaitu neraca rugi-laba dan kinerja
keuangan menggambarkan usaha perusahaan (operation income).
Profitability suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan keuntungan yang diperoleh
dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan asset yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan. Sedangkan situs resmi PDAM Kota Parepare laba mengalami fluktuasi dan untuk tahun
2014 PDAM Parepare mengalami kerugian sebesar Rp. 997.832.047,- Dengan kerugian tersebut,
pendapatan penjualan air tidak cukup untuk menutupi seluruh biaya Produksi (belum Full Cost
Recovery). Warnert R. Murhadi (2013 :1), laporan keuangan marupakan bahasa bisnis.
Di dalam laporan keuangan berisi informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada
pihak pengguna.Dengan memahami laporan keuangan suatu perusahaan, maka berbagai pihak yang
berkepentingan dapat melihat kondisi kesehatan keuangan suatu perusahaan.Tujuan utama dari
laporan adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan dalam
posisi keuangan sebagai suatu entitas yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi. Ely
Uzlifatil Jannah dan Ikhsan Budi Riharjo (2015), Model Pengukuran Kinerja Pada Perusahaan Daerah
Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya, hasil penelitian menunjukkan bahwa
untukperspektifkeuangan, yaitureturn on assets (ROA), return on equity(ROE) dan current ratio
(rasiolancar)diperolehhasilkinerjaperusahaanbisa dikatakanbaik.
Netty Heryati (2013), Analisis Z-Score Untuk Mengukur Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Daerah
Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan” dengan hasil peneliian mengatakan bahwa
kondisi kinerja keuangan Perusahaan Daerah Air Minum dilihat dari faktor faktor pembentuk Z- Score
yang terjadi, antara tahun 2011 dan 2012 masih dapat dikatakan cukup bagus, untuk faktor X1,X2 dan
X4. Sedangkan faktor X3 dan X5 mengalami penurunan. Namun jika digabung kedalam Z–score
kondisinya cukup bagus, karena Z score perusahaan berada jauh diatas cutting off analisa Z score
yakni 2,90 baik tahun 2011 maupun tahun 2012. Sari Yusmadi (2014), Studi Peningkatan Kinerja
Dalam UpayaPenyehatan PDAM Tirta Daroy Banda Aceh”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kontinuitas usaha yang dihubungkan dengan tingkat kebangkrutan perusahaan dan kinerjanya
diperoleh Z score < 1,20 pada tahun 2007 s/d 2009 yaitu sebesar 59 1,182, 1,111 dan 1,145 yang
mengindikasikan perusahaan masuk dalam klasifikasi “sakit” dan berpotensial akan mengalami
kebangkrutan, sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 memperoleh Z score = 1,20 s/d 2,90 dengan
hasil 1,248 dan 1,208 yang mengindikasikan perusahaan dalam klasifikasi grey area atau area yang
tidak berpotensi mengalami kebangkrutan dan diharapkan akan terus bergerak kearah “sehat”.

METODE PENELITIAN

Dalam penulisan penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dengan didasarkan
sebagai berikut:

1. Rasio keuangan Rasio keuangan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan rasio likuiditas, yang terbagi
atas dua yaitu current rasio dan cuick rasio. Selanjunya rasio akivitas yang terbagi atas dua yaitu total
assetturnover dan receivables turnover ratio sera rasio profitabilitas yang terbagi atas dua yaitu netprofit
margin dan return on asset.
2. Analisis tingkat kesehatan Analisis tingkat kesehatan dianalisis menggunakan Model Altman
ZScoredigunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada PDAM Kota Parepare tahun 2014-2016 sehingga bisa
diketahui bagaimana kinerja keuangan perusahaanperusahaan tersebut.Hanafi (2014:657) model prediksi
kebangkrutan di Indonesia PDAM Kota Parepare Analisis Rasio Keuangan dan tingkat kesehatan Rsio
Profitabilitas Kinerja Keuangan Rekomendasi Laporan Keuangan Hasil Penelitian Analisis Z-Score Rasio Aktivitas
Rasio Likuiditas 60 dikembangkan olehAltman dengan persamaan diskriminan kebangkrutan, dan memperoleh
model sebagai berikut :

Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5 Dimana :

X1 = (Aktiva Lancar – Utang Lancar) / Total Aktiva

X2 = Laba Yang Ditahan / Total Aset

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset

X4 = Nilai Buku Saham Biasa dan Saham Preferen / Nilai Buku Total Utang

X5 = Penjualan / Total Aset

Nilai Z kritis ditemukan sebagai 1,2. Hal tersebut berarti jika suatu perusahaan mempunyai nilai Z di atas
1,2 maka perusahaan diperkirakan tidak mengalami kebangkrutan, dan sebaliknya. Perbandingan nilai skor Z
kritis dan skor Z daerah rawan model yang baru adalah sebagai berikut :

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Rasio Keuangan

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya
aktiva lancar relatif terhadap utang lancarnya. Dengan menggunakan neraca keuangan pada laporan
keuangan. Hasil perhitunganrasio likuditas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1

Rasio Likuiditas

no Jenis Rasio 2014 2015 2016


1 Current Ratio 1,07 1,50 9,91
2 Quick ratio 0,92 1,37 9,09

Sumber : data diolah

Nilai likuiditas pada bagian Current ratiopada tahun 2014 dapat dinterpretasikan bahwa setiap Rp 100,-
utang dijamin oleh Rp 107,- aktiva lancar, pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu setiap Rp 100,- utang
dijamin oleh Rp 150,- aktiva lancar dan tahun 2016 setiap Rp 100,- utang dijamin oleh Rp 991,- aktiva lancar.
Rasio yang rendah menunjukkan likuiditas jangka pendek yang rendah. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan
kelebihan aktiva lancar (likuiditas tinggi dan risiko rendah) tetapi mempunyai pengaruh tidak baik terhadap
profitabilitas perusahaan.

Maka tahun 2014 memiliki likuiditas jangka pendek yang rendah, tahun 2015 memiliki likuiditas jangka
pendek yang baik karena selain memiliki risiko yang redah, juga tidak terlalu berpengaruh buruk terhadap
profitabilitas. Sedangkan tahun 2016 memiliki rasio lancar yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar
(likuiditas tinggi dan risiko rendah) tetapi pengaruh tidak baik terhadap profitabilitas. Nilai likuiditas pada
bagian Quick ratiopada tahun 2014 dapat dinterpretasikan bahwa setiap Rp 100,- utang dijamin oleh Rp 92,-
aktiva lancar diluar persediaan, pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu setiap Rp 100,- utang dijamin
oleh Rp 137,- aktiva lancar diluar persediaan dan tahun 2016 setiap Rp 100,- utang dijamin oleh Rp 909,- aktiva
lancar diluar persediaan.

Rasio yang rendah menunjukkan likuiditas jangka pendek yang rendah. Rasio lancar yang tinggi
menunjukkan kelebihan aktiva lancar (likuiditas tinggi dan risiko rendah) tetapi mempunyai pengaruh tidak
baik terhadap profitabilitas perusahaan. Maka tahun 2014 memiliki likuiditas jangka pendek yang rendah,
tahun 2015 memiliki likuiditas jangka pendek yang baik karena selain memiliki risiko yang 61 redah, juga tidak
terlalu berpengaruh buruk terhadap profitabilitas. Sedangkan tahun 2016 memiliki rasio lancar yang tinggi
menunjukkan kelebihan aktiva lancar (likuiditas tinggi dan risiko rendah) tetapi pengaruh tidak baik terhadap
profitabilitas.

b. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk mengahasilkan keuantungan (profitabilitas) pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Hasil perhitunganrasio profitabilitas dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2
Rasio Profitabilitas

no Jenis rasio 2014 2015 2016


1 NetProfit Margin -0,08 0,10 0,01
2 NetProfit Margin -0,07 0,08 0,01

Sumber Data diolah


Nilai profitabilitas pada bagian profit margindapat dinterpretasikan bahwa tahun 2014
mengalami kerugian sebesar Rp 8,- untuk setiap Rp 100,- penggunaan aktiva, tahun 2015 mengalami
peningkatan dengan memperoleh keuntungan sebesar Rp 10,- untuk setiap Rp 100,- penggunaan
aktiva dan tahun 2016 mengalami penurunan karena hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,-
untuk setiap Rp 100,- penggunaan aktiva.
Rasio yang rendah menggambarkan ketidakefisienan manajemen. Hasil analisis tersebut bahwa
tahun 2014 menunjukkan ketidakefisienan manajemen dan sebaliknya tahun 2015 memiliki kinerja
manajemen yang efisien, namun tahun 2016 kembali mengalami penurunan tetapi tidak terlalu
buruk dibanding tahun 2014 yang mengalami kerugian.
Nilai profitabilitas pada bagian returen on asset dapat dinterpretasikan bahwa pada tahun 2014
mengalami kerugian sebesar Rp 7,- untuk setiap Rp 100,- penggunaan aktiva. Angka ini
menggambarkan bahwa tingkat pengembalian laba terhadap aktiva sangat buruk, tetapi dari tahun
2014 ke tahun 2015 mengalami peningkatan dengan memperoleh keuntungan sebesar Rp 8,- untuk
setiap Rp 100,- penggunaan aktiva dan pada tahun 2016 mengalami penurunan karena hanya
memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,- untuk setiap Rp 100,- penggunaan aktiva. Dari hasil analisis
tersebut menunjukan bahwa PDAM mengalami fluktuasi dan penggunaan aktiva tidak efektif pada
tahun 2014 dan 2016 sedangkan tahun 2015 penggunaan aktiva cukup efektif. Inilah yang
menunjukan bahwa PDAM Kota Parepare memiliki kinerja keuangan yang mengalami flutuasi dari
segi rasio profitabilitas.

c. Rasio Aktivitas
Rasio ini mengukur evektifitas dan efisien perusahaan dalam mengelolahaktiva yang dimiliki
perusahaan.Hasil perhitungan rasio aktivitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 3
Rasio Aktivitas

No Jenis rasio 2014 2015 2016


1 Total asset turnover Over 0,89 0,80 0,64 62
2 Receivables Turnover Ratio 2,70 kali 3,38 kali 3,21 kali

Sumber : Data diolah Nilai


aktivitas pada bagian Total asset turnover Over(TATO) dapat dinterpretasikan bahwa pada tahun
2014 sebesar 0,89 Artinya perusahaan hanya mampu menghasilkan penjualan sebesar 0,89 kali dari
total aktiva yang dimiliki, begitupula pada tahun 2015 PDAM Kota Parepare hanya mampu
menghasilkan penjualan sebesar 0,80 kali dari total aktiva yang dimiliki, dan bahkan menurun drastis
pada tahun 2016 yaitu hanya 0,64 kali dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Hal tersebut
memberikan indikasi bahwa kemampuan manajemen PDAM Kota Parepare dalam menggunakan
aktiva dalam menghasilkan penjualan setiap tahunnya mengalami penurunan dari segi kinerja
keuangan terkhusunya pada Rasio total aset turnover (TATO) yang merupakan salahsatu rasio dari
Rasio Aktivitas. Nilai aktivitas pada bagian Receivables Turnover Ratio (RTR) dapat
dinterpretasikan bahwa tahun 2014 dalam satu periode (365 hari) perputaran piutang yaitu 2,70 kali
dengan kata lain terjadi 2,70 kali siklus piutang (piutang menjadi kas).
Rata-rata umur piutang adalah 135 hari. Kelancaran pembayaran piutang dapat dilihat dengan
membandingkan umur piuang terhadap kebijakan kredit pada PDAM Kota Parepare yaitu 20 hari
maka angka 135 hari lebih besar dibandingkan dengan angka target kebijakan kredit yaitu 20 hari
sejak jatuh tempo. Pada tahun 2015 dalam satu periode (365 hari) perputaran piutang yaitu 3,38 kali
dengan kata lain terjadi 3,38 kali siklus piutang (piutang menjadi kas).
Rata-rata umur piutang adalah 107 hari. Kelancaran pembayaran piutang dapat dilihat dengan
membandingkan umur piuang terhadap kebijakan kredit pada PDAM Kota Parepare maka angka 107
hari lebih besar dibandingkan dengan angka target kebijakan kredit yaitu 20 hari. Pada tahun 2016
dalam satu periode (365 hari) perputaran piutang yaitu 3,21 kali dengan kata lain terjadi 3,21 kali
siklus piutang (piutang menjadi kas).
Rata-rata umur piutang adalah 113 hari. Kelancaran pembayaran piutang dapat dilihat dengan
membandingkan umur piuang terhadap kebijakan kredit pada PDAM Kota Parepare maka angka 113
hari lebih besar dibandingkan dengan angka target kebijakan kredit yaitu 20 hari. Angka rata-rata
yang tinggi bisa terjadi karena kebijakan pemberian kredit yang longgar. Seperti pada tahun 2014,
2015 dan 2016 perputaran piutang lebih besar dibandingkan dengan angka target kebijakan kredit
yaitu 20 hari sejak jatuh tempoyang mengakibatkan semakin lama dana tertanam pada piutang.
d. Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan PDAM Kota Parepare
Hanafi (2014:657)model prediksi kebangkrutan di Indonesia dikembangkan olehAltman dengan
persamaan diskriminan kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai berikut :
Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5 Dimana :
X1 = (Aktiva Lancar – Utang Lancar) / Total Aktiva
X2 = Laba Yang Ditahan / Total Aset
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset
X4 = Nilai Buku Saham Biasa dan Saham Preferen / Nilai Buku Total Utang
X5 = Penjualan / Total Aset
Nilai Z kritis ditemukan sebagai 1,2. Hal tersebut berarti jika suatu perusahaan mempunyai nilai Z
di atas 1,2 maka perusahaan diperkirakan tidak mengalami kebangkrutan, dan sebaliknya.
Perbandingan nilai skor Z kritis dan skor Z daerah rawan sebagai berikut :
Tidak bangkrut jika Z > : 2,90 63 Bangkrut jika Z < : 1,20 Daerah Rawan : 1,20 – 2,90 Hasil
perhitungan rasio keuangan berdasarkan rumus Z-Score adalah sebagai berikut :
Tabel. 4
Nilai Z-Score

Z-Score Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016


X1 0,03 0,14 3,35
X2 0,07 0,08 0,01
X3 0,07 0,10 0,02
X4 1,69 0,80 12
X5 0,89 0,80 0,64
zi 1,34 196 8,15

Sumber : Data diolah


Nilai Z-Score PDAM Kota Parepare pada tahun 2014 adalah 1,34 sedangkan nilai z kritis adalah
1,20 angka berada pada daerah rawan dan mengarah pada kebangkrutan kondisi ini diakibatkan oleh
Profitabilitas ini terlihat pada rasio X2 dan X3 yang memiliki nilai -0,07. Pada tahun 2015 mengalami
peningkatan dimana angka Z adalah 1.96 mununjukkan bahwa pada tahun 2015 sudah mengalami
perbaikan kinerja keuangan meski masih berada pada daerah rawan seperti yang di utarakan oleh
Altman. Tahun 2016 nampaknya menjadi bukti perbaikan kierja keuangan PDAM Kota parepare
dengan menempatkan nilai Z jauh dari batas bangkrut dengan nilai sebesar 8,15.

Dari hasil analisis Kinerja keuangan PDAM Kota Parepare berdasarkan rasio keuangan dan
tingkat kesehatan kinerja keuanganmaka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Rasio Keuangan Pada bagian rasio keuangan PDAM Kota Parepare
dinilai kurang baik karena dari tiga rasio yang diukur hanya rasio likuiditas yang
memperlihatkan peningkatan 2014- 2016 dan memiliki nilai rasio yang cukup baik sedangkan
rasio profitabilitas dan akiviTas mengalami kinerja yang kurang baik yang diakibatkan oleh
ketidakefisienan manajemen dalam pengoperasian perusahaan. Disamping itu rasio keuangan
PDAM Kota Parepare selalu mengalami fluktuasi pada rasio Profitabilitas dan bahkan terus
mengalami penurunan dari tahun 2014-2016 dari segi rasio akivitas.
2. Tingkat kesehatan Kinerja Keuangan Rasio Z-Score PDAM Kota Parepare
pada tahun 2014 berada pada posisi rawan yaitu nilai z 1,34 hal ini disebabkan pada tahun
tersebut hasil penjualan tidak mampu menutupi keseluruhan biaya produksi dan banyaknya
penunggakan oleh masyarakat hal ini dapat dilihat pada rasio aktivitas dimana rata-rata umur
piutang adalah 135 hari. Tahun 2015 berada pada posisi rawan karena nilai Z berada pada 1,20 –
2,90 sedangkan tahun 2016 berada pada posisi tidak bangkrut karena nilai Z > 2,90 yaitu sebesar
8,15 hal ini dapat terjadi karena nilai X1 dan X4 sangat tinggi dibanding dengan tahun 2014 dan
2015.

Anda mungkin juga menyukai