Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT

Disusun oleh :

M. TSAQIF DANIYAL MAULA


NPM : 2020503019

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS IBRAHIMY
SUKOREJO
2021
A. Judul

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT

B. Latar Belakang Masalah

Semua organisasi dalam pembangunan dan pengembangannya

memerlukan informasi agar dapat memaksimalkan pengambilan keputusan baik

yang bersifat operasional maupun terutama yang bersifat strategis untuk semua

masalah disetiap fungsi manajemen.

Diperlukan kecepatan dan ketepatan informasi ketika berbagai masalah

berikut tingkat kompleksitasnya perlu diolah agar bisa mendapatkan solusi yang

diperlukan secara efektif, efisien dan sistemik bagi setiap masalah. Seperti yang

pada umumnya dipahami, peranan teknologi informasi diperlukan untuk

mendapatkan informasi yang cepat dan tepat tersebut.

Teknologi Informasi saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan

terintegrasi dengan tujuan bisnis organisasi (Sarno, 2009). Bagaimana teknologi

informasi diaplikasikan dalam suatu organisasi akan mempengaruhi seberapa jauh

organisasi tersebut telah mencapai visi, misi ataupun tujuan strategisnya (Sarno,

2009).

Universitas Ibrahimy Sukorejo merupakan perguruan tinggi yang

memanfaatkan peranan teknologi informasi dalam proses operasional

organisasinya. Untuk mengetahui sejauh mana peranan teknologi informasi telah

dapat merepresentasikan tujuan bisnis organisasinya, perlu dilakukan evaluasi

pengelolaan teknologi informasi melalui kegiatan audit teknologi informasi di

Universitas Ibrahimy Sukorejo.


Dalam melakukan audit, diperlukan sebuah standar yang bisa membantu

agar terjadi pengukuran yang valid dan realable. Dalam penelitian ini, standar

yang digunakan adalah Indikator-indikator IT Goverment dengan mengacu pada

Balanced Scorecard. Standar Indikator-indikator IT Goverment pilih karena

kerangka kerja memberikan gambaran paling detil mengenai strategi dan kontrol

dalam pengaturan proses teknologi informasi yang mendukung keselarasan

strategi bisnis dan tujuan teknologi informasi (Sarno, 2009). Dalam standar

Indikator-indikator IT Goverment juga terdapat perhitungan nilai Maturity Level

yang merepresentasikan tingkat keselarasan tujuan teknologi informasi dan tujuan

bisnis organisasi.

Sedangkan Balanced Scorecard merupakan kartu skor yang digunakan

untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor

keuangan dan non-keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang serta

kondisi internal maupun eksternal (Sarno, 2009). Pengukuran Balanced Scorecard

memperhatikan 4 perspektif yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu:

perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis/internal,

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Oleh karena penerapan teknologi

informasi di Universitas Ibrahimy Sukorejo dikelola dan diimplementasikan

berdasarkan kebijakan internal organisasi dengan maksud meningkatkan kualitas

proses yang ada, maka pengukuran keselarasan tersebut dilakukan berdasarkan

perspektif proses bisnis/internal Balanced Scorecard.

Dari penelitian ini, diharapkan dapat diketahui sejauh mana peranan

teknologi informasi dapat merepresentasikan tujuan bisnis Universitas Ibrahimy

Sukorejo. Sehingga berdasarkan temuan-temuan dari pelaksaanan audit,


menghasilkan rekomendasi yang dapat digunakan Universitas Ibrahimy Sukorejo

sebagai referensi untuk meningkatkan peranan dan pengelolaan teknologi

informasi agar kedepannya dapat mendukung tujuan bisnis organisasi dengan

lebih baik.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, didapatkan suatu

perumusan rmasalah sebagai berikut :

1. Bagaimana melakukan pengukuran keselarasan tujuan teknologi informasi

dan tujuan bisnis Universitas Ibrahimy Sukorejo berdasarkan perspektif

proses bisnis/internal Balanced Scorecard menggunakan standar

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT.

2. Bagaimana mengelola hasil audit, melakukan analisis maturity level yang

digambarkan dengan grafik laba-laba sampai dengan mengasilkan suatu

rekomendasi untuk pengelolaan teknologi informasi.

D. Pembatasan Masalah

Beberapa batasan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengukuran keselarasan antara tujuan teknologi informasi dan tujuan bisnis

Universitas Ibrahimy Sukorejo dilakukan melalui audit teknologi informasi.

2. Pemetaan ruang lingkup audit menggunakan pendekatan perspektif proses

bisnis/internal Balanced Scorecard dengan mengacu pada standar

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT.


3. Tingkat keselarasan tujuan teknologi informasi dan tujuan bisnis organisasi

direpresentasikan oleh nilai Maturity Level.

E. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melakukan pengukuran tingkat keselarasan tujuan teknologi informasi dan

tujuan bisnis pada Universitas Ibrahimy Sukorejo berdasarkan perspektif

proses bisnis/internal menggunakan standar INDIKATOR-INDIKATOR

GOOD GOVERMENT untuk mengetahui sejauh mana peranan dan

pengelolaan teknologi informasi dapat merepresentasikan tujuan bisnis

organisasi.

2. Mengelola hasil audit, melakukan analisis maturity level masing-masing

control objective yang digambarkan dengan grafik laba-laba serta

menghasilkan suatu rekomendasi yang berisi saran dan usulan perbaikan

pengelolaan teknologi informasi.

F. Landasan Teori

F.1. Informasi, Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

Informasi merupakan hasil dari pengolahan data yang secara prinsip

memiliki nilai atau value lebih dibandingkan dengan data mentah sehingga lebih

bermanfaat dan bermakna bagi pemakai. Sedangkan data adalah fakta yang

menyatakan suatu kejadian atau lingkungan fisik yang belum dikelola menjadi

bentuk yang bermakna dan bermanfaat bagi manusia (Karya, 2004). Pengelolaan

informasi sebagai salah satu sumber daya strategis organisasi menjadi salah satu
kunci sukses untuk mendukung tercapainya visi dan misi suatu organisasi

(Herlambang dan Tanuwijaya, 2005: 46-47).

Kata ‘sistem’ mengandung arti ‘kumpulan dari komponen-komponen yang

memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya’. Sistem informasi merupakan

suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan

dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi (Scott, 1995: 69, Indrajit,

2000:2-3 dan karya, 2004). Alter (1996) dalam Sarno (2009: 26) mendefinisikan

sistem informasi sebagai sebuah sistem yang menggunakan teknologi informasi

untuk menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mendapatkan, memanipulasi

atau menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh satu atau lebih proses bisnis.

Agar dapat berdaya guna, sistem informasi seharusnya merupakan rangkaian

prosedur formal yang melakukan pengelompokan data, pemrosesan dan

pendistribusian kepada pengguna (Hall, 2001 dalam Sarno, 2009: 26). Peran

penting sistem informasi untuk sebuah organisasi (O’Brien, 1996: 17) adalah:

1. Membantu proses dan operasional bisnis.

2. Mendukung pengambilan keputusan Manajemen.

3. Mendukung penciptaan keunggulan kompetitif yang strategis.

Berdasarkan beberapa definisi sistem informasi yang telah diuraikan, dapat

dikatakan bahwa teknologi informasi merupakan segala cara atau alat yang

terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirimkan

atau menyajikan secara elektronik menjadi informasi dalam berbagai format yang

bermanfaat bagi penggunanya (Sarno, 2009: 27). Dengan demikian, pengertian

teknologi informasi lebih ke arah hal-hal yang terkait dengan teknologi komputer

(computing technology) dan teknologi komunikasi (communication technology)


yang digunakan untuk memproses dan menyebarkan informasi, baik yang bersifat

finansial atau non finansial (Bodnar & Hopwood, 2004, dalam Sarno, 2009: 27).

F.2. Audit Sistem dan Teknologi Informasi

Menurut Ron Weber, audit sistem dan teknologi informasi merupakan

proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti (evidence) untuk menentukan

apakah sistem informasi dapat melindungi aset dan teknologi informasi yang ada

telah memelihara integritas data sehingga keduanya dapat diarahkan pada

pencapaian tujuan bisnis secara efektif dengan menggunakan sumber daya secara

efektif dan efisien (Sayana, 2002, dalam Sarno, 2009: 28). Dengan demikian,

Aktivitas audit perlu dilakukan untuk mengukur dan memastikan kesesuaian

pengelolaan baik sistem maupun teknologi informasi dengan ketetapan dan

standar yang berlaku pada suatu organisasi, sehingga perbaikan dapat dilakukan

dengan lebih terarah dalam kerangka perbaikan berkelanjutan (Sarno, 2009: 27).

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan dan menurut Swastika (2007),

dapat disimpulkan bahwa tujuan dari audit sistem dan teknologi informasi adalah

untuk mengetahui apakah pengelolaan sistem dan teknologi informasi telah:

− Asset safeguard, mampu melindungi aset sistem dan teknologi informasi.

− Data integrity, mampu menjamin integritas data.

− Effectivity, dalam pengelolaannya untuk mencapai tujuan bisnis organisasi

telah berjalan secara efektif (benar, konsisten, dapat dipercaya dan tepat

waktu).

− Efficiency, dalam pengelolaannya untuk mencapai tujuan bisnis organisasi

telah menggunakan sumber daya organisasi secara efisien (optimal).


Secara umum dalam proses pelaksanaan audit terdapat beberapa fase,

yaitu (Imanuel, 2010, Dewi, 2010,):

1. Perencanaan audit dengan merumuskan langkah-langkah yang sistematis.

2. Pengumpulan bukti-bukti dan menilainya.

3. Analisis dan evaluasi temuan terhadap aturan yang sudah ditetapkan.

4. Penyusunan laporan akhir hasil dari pemeriksaan.

F.3. Balanced Scorecard

Balanced Scorecard didefinisikan sebagai “suatu alat manajemen kinerja

(performance manegement tool) yang dapat membantu organisasi untuk

menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan

indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu

hubungan sebab akibat” (Luis dan Biromo, 2007). Menurut Sarno (2009: 28),

Balanced Scorecard merupakan kartu skor yang digunakan untuk mengukur

kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor keuangan dan non-

keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang serta kondisi internal

maupun eksternal.

Kaplan dan Norton (1996) memberikan kesimpulan bahwa pengukuran

kinerja secara umum dapat dilakukan dengan memperhatikan empat perspektif,

yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis/internal

dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Keterkaitan satu dengan yang lain

dari keempat perspektif tersebut digambarkan dengan cause-effect relationship

diagram berikut:
Gambar F.1 Cause-Effect Relationship Diagram
(Sumber: Gaspersz, 2005:62)

Fungsi Balanced Scorecard menurut Sayekti (2007) adalah:

1. Sebagai sistem pengukuran kinerja yang melihat organisasi secara

keseluruhan melalui empat perspektif.

2. Sebagai sistem manajemen strategik yang menyelaraskan antara tujuan

jangka pendek dengan strategi tujuan jangka panjang.

3. Sebagai sarana komunikasi bagi perusahaan dengan menerjemahkan strategi

kedalam tindakan-tindakan yang seharusnya diambil oleh organisasi.

F.4. Perspektif Proses Bisnis/Internal Balanced Scorecard


Perspektif proses bisnis/internal merupakan salah satu dari empat

perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard. Fokus dalam perspektif ini adalah

proses internal yang seharusnya dilakukan oleh manajemen organisasi, berkaitan

dengan penciptaan produk/jasa untuk menarik dan mempertahankan pelanggan

sekaligus untuk memberikan peningkatan nilai bagi pemegang saham (Sarno,

2009: 13). Proses tersebut dapat dilakukan melalui evaluasi terhadap apa yang

diharapkan pelanggan sesuai dengan kebutuhan bisnisnya pada proses internal

organisasi, seperti: kualitas produk/jasa yang dihasilkan, waktu respon maupun

pengenalan produk.

Untuk peningkatan proses bisnis/internal, Kaplan dan Norton (1996, dalam

Sarno, 2009: 14) membagi proses pokok bisnis/internal menjadi tiga fase:

1. Proses inovasi (Innovation Process).

Terdiri dari dua aktivitas yang saling berkelanjutan yakni identifikasi pasar

kemudian diiringi dengan penciptaan usulan produk/jasa. Pada fase ini,

organisasi mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan masa kini dan masa

mendatang serta mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan

tersebut.

2. Proses operasional (Operational Process).

Terdiri dari aktivitas pembuatan dan penyampaian produk/jasa yang menitik

beratkan pada efisiensi proses, konsistensi serta ketepatan waktu hingga

diterima oleh pelanggan. Pengukuran kinerja pada fase ini dilakukan pada

tiga dimensi: waktu, kualitas proses dan biaya proses.

3. Proses pelayanan purna jual (Postsale Service Process).


Fase ini merupakan bagian yang berpengaruh langsung terhadap kepuasan

pelanggan. Aktivitas yang dilakukan pada fase ini berupa pemberian layanan

kepada pelanggan, seperti: garansi, penyelesaian masalah yang timbul pada

pelanggan, reparasi dan lain-lain.

F.5. Tujuan Bisnis

Menurut McLeod (2004), tujuan bisnis dapat tercapai apabila dijalankan

dengan menggunakan strategi bisnis yang tepat. Strategi (Edwards, 1995) dapat

didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang terintegrasi dan ditujukan

untuk meningkatkan faktor-faktor yang menentukan tujuan dan kemampuan

organisasi.

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT (Sarno, 2009: 19)

mendefinisikan tujuan bisnis terkait dengan aktivitas teknologi informasi yang

umumnya ada di perusahaan. Pada kerangka kerja INDIKATOR-INDIKATOR

GOOD GOVERMENT hanya menjelaskan tujuan-tujuan bisnis yang berkaitan

dengan proses teknologi informasi. Demi memudahkan proses kontrol,

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT mengelompokkan tujuan

tersebut ke dalam perspektif kinerja Balanced Scorecard seperti terlihat dalam

tabel F.1 (ITGI, INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT, 2007).

Perusahaan/organisasi mungkin tidak memiliki semua tujuan bisnis seperti yang

dikelompokkan dalam tabel tersebut. Dalam penyusunan tujuan bisnis, perusahaan

dapat memilih yang sesuai dengan karakteristik organisasinya masing-masing.

Pemilihan tujuan bisnis dapat dilakukan dengan mendefinisikan proses bisnis

utama maupun bisnis pendukung organisasi terlebih dahulu.


Tabel F.1 Tujuan Bisnis dalam INDIKATOR-INDIKATOR GOOD
GOVERMENT
Perspektif Kinerja No. Tujuan Bisnis
Perspektif Penyediaan pengembalian investasi yang baik dari
1.
Keuangan bisnis yang dibangkitkan teknologi informasi.
Pengelolaan resiko bisnis yang terkait dengan
2.
teknologi informasi.
3. Peningkatan transparansi dan tata kelola perusahaan.
Perspektif Peningkatan layanan dan orientasi terhadap
4.
Pelanggan pelanggan.
5. Penawaran produk dan jasa yang kompetitif.
6. Penentuan ketersediaan dan kelancaran layanan.
Penciptaan ketangkasan (agility) untuk menjawab
7.
permintaan bisnis yang berubah.
Pencapaian optimasi biaya dari penyampaian
8.
layanan.
Perolehan informasi yang bermanfaat dan handal
9.
untuk pembuatan keputusan strategis.
Perspektif Peningkatan dan pemeliharaan fungsionalitas proses
10.
Proses Bisnis/ bisnis.
Internal 11. Penurunan biaya proses.
Penyediaan kepatutan terhadap hukum eksternal,
12.
regulasi dan kontrak.
13. Penyediaan kepatutan terhadap kebijakan internal.
14. Pengelolaan perubahan bisnis.
Peningkatan dan pengelolaan produktivitas
15.
operasional dan staf.
Perspektif 16. Pengelolaan inovasi produk dan bisnis.
Pembelajaran & Perolehan dan pemeliharaan karyawan yang cakap
Pertumbuhan 17.
dan termotivasi.

F.6. Tujuan Teknologi Informasi

Untuk mengetahui keterkaitan antara tujuan bisnis dengan tujuan teknologi

informasi, maka perlu dipahami terlebih dahulu keseluruhan tujuan teknologi

informasi yang telah didefinisikan dan diklasifikasikan pada kerangka kerja

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT seperti yang terlihat pada

tabel F.2 (ITGI, INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT, 2007).

Pemetaan tujuan teknologi informasi tersebut dapat dijadikan acuan bagi


perusahaan/ organisasi dalam menerjemahkan kebutuhan bisnis akan ketersediaan

teknologi informasi. Perlu diketahui bahwa tujuan bisnis yang dipaparkan hanya

merupakan tujuan yang terkait atau yang dapat membangkitkan bisnis.

Tabel F.2 Tujuan Teknologi Informasi dalam INDIKATOR-INDIKATOR GOOD


GOVERMENT
No. Tujuan Teknologi Informasi
1. Respon terhadap kebutuhan bisnis yang selaras dengan strategi bisnis.
2. Respon terhadap kebutuhan tata kelola yang sesuai dengan arahan direksi.
3. Kepastian akan kepuasan pengguna akhir dengan penawaran dan tingkatan
layanan.
4. Pengoptimasian dari penggunaan informasi.
5. Penciptaan teknologi informasi yang tangkas (IT Agility).
6. Pendefinisian bagaimana kebutuhan fungsional bisnis dan kontrol
diterjemahkan dalam solusi otomatis yang efektif dan efisien.
7. Perolehan dan pemeliharaan sistem aplikasi yang standar dan terintegrasi.
8. Perolehan dan pemeliharaan infrastruktur teknologi informasi yang strandar
dan terintegrasi.
9. Perolehan dan pemeliharaan kemampuran teknologi informasi sebagai
respon terhadap strategi teknologi informasi.
10. Jaminan akan kepuasan yang saling menguntungkan dengan pihak ketiga.
11. Jaminan akan konsistensi terhadap integrasi aplikasi ke dalam proses bisnis.
12. Jaminan transparansi dan pemahaman terhadap biaya teknologi informasi,
keuntungan, strategi, kebijakan dan tingkatan layanan.
13. Jaminan akan penggunaan dan kinerja dari aplikasi serta solusi teknologi
yang sesuai.
14. Kemampuan memberikan penjelasan dan perlindungan terhadap aset-aset
teknologi informasi.
15. Pengoptimasian infrastruktur, sumber daya dan kemampuan teknologi
informasi.
16. Pengurangan terhadap ketidaklengkapan dan pengolahan kembali dari solusi
dan penyampaian layanan.
17. Perlindungan terhadap pencapaian sasaran teknologi informasi.
18. Penentuan kejelasan mengenai resiko dari dampak bisnis terhadap sasaran
dan sumber daya teknologi informasi.
19. Jaminan bahwa informasi yang kritis dan rahasia disembunyikan dari pihak-
pihak yang tidak berkepentingan.
20. Kepastian bahwa transaksi bisnis yang secara otomatis dan pertukaran
informasi dapat dipercaya.
21. Jaminan bahwa layanan dan infrastruktur teknologi informasi dapat
sepatutnya mengatasi dan memulihkan kegagalan karena eror, serangan
yang disengaja maupun bencana alam.
22. Kepastian akan minimnya dampak bisnis dalam kejadian gangguan layanan
No. Tujuan Teknologi Informasi
atau perubahan teknologi informasi.
23. Jaminan bahwa layanan teknologi informasi yang tersedia sesuai dengan
yang dibutuhkan.
24. Peningkatan terhadap efisiensi biaya teknologi informasi dan kontribusinya
terhadap keuntungan bisnis.
25. Penyampaian rencangan tepat waku dan sesuai dengan kualitas standar
maupun anggaran biaya.
26. Pemeliharaan terhadap integritas informasi dan pemrosesan infrastruktur.
27. Kepastian bahwa teknologi informasi selaras degan regulasi dan hukum
yang berlaku.
28. Jaminan bahwa teknologi informasi dapat menunjukkan kualitas layanan
yang efisien dalam hal biaya, perbaikan yang berkelanjutan dan kesiapan
terhadap perubahan di masa mendatang.

F.7. INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT (Control

Objectives for Information and related Technology)

IT Governance adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan seluruh

proses teknologi informasi perusahaan/organisasi yang strukturnya akan

menetapkan pendistribusian hak dan tanggung jawab antara pihak-pihak yang

terlibat juga berisikan peraturan serta strategi yang ditetapkan perusahaan/

organisasi (Prasojo, 2005, Warsilah, 2007 dan Alindita, 2008).

Information System Audit and Control Association (ISACA)

memperkenalkan sebuah kerangka untuk mengelola IT Governance di sebuah

perusahaan yang dikenal dengan nama INDIKATOR-INDIKATOR GOOD

GOVERMENT (Indrajit, 2004). Pada dasarnya INDIKATOR-INDIKATOR

GOOD GOVERMENT dikembangkan untuk membantu memenuhi berbagai

kebutuhan manajemen terhadap informasi dengan menjembatani kesenjangan

antara resiko bisnis, kontrol dan masalah teknik (Putra, 2009).

Karakteristik utama kerangka kerja INDIKATOR-INDIKATOR GOOD

GOVERMENT menurut Surendro (2004: 243) dan Pandji (2007: 13) adalah
pengelompokkan aktivitas teknologi informasi dalam empat domain, yaitu Plan

and Organise (PO), Acquire and Implement (AI), Deliver and Support (DS) serta

Monitor and Evaluate (ME). Domain PO menyediakan arahan untuk mewujudkan

solusi penyampaian (AI) dan penyampaian jasa (DS). AI menyediakan solusi dan

menyalurkannya untuk dapat diubah menjadi jasa. Sementara DS menerima solusi

tersebut dan membuatnya lebih bermanfaat bagi pengguna akhir. Sedangkan ME

memonitor seluruh proses untuk kepastian bahwa arahan yang diberikan telah

diikuti. Keterkaitan keempat domain INDIKATOR-INDIKATOR GOOD

GOVERMENT dapat dilihat dalam gambar F.2 (ITGI, INDIKATOR-

INDIKATOR GOOD GOVERMENT, 2007).

Plan and Organise

Acquire and Deliver and


Implement Support

Monitor and Evaluate


Gambar F.2 Keterkaitan Domain dalam INDIKATOR-INDIKATOR GOOD

GOVERMENT

Secara jelas, INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT

membagi proses pengelolaan teknologi informasi menjadi empat domain utama

dengan total tiga puluh empat proses teknologi informasi. Masing-masing domain

dalam INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT mempunyai beberapa

rincian sebagai berikut (Sarno, 2009: 31-42):


1. Plan and Oganise (PO)

Membahas mengenai strategi, taktik, dan pengidentifikasian teknologi

informasi dalam mendukung tercapainya tujuan bisnis. Domain PO ini terdiri

dari 10 (sepuluh) proses teknologi informasi seperti terlihat pada tabel F.3.

Tabel F.3 Proses Teknologi Informasi dalam Domain PO


PO1 Mendefinisikan rencana strategis TI
PO2 Mendefinisikan arsitektur informasi
PO3 Menentukan arahan teknologi
PO4 Mendefinisikan proses TI, organisasi dan keterhubungannya
PO5 Mengelola investasi TI
PO6 Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen
PO7 Mengelola sumber daya TI
PO8 Mengelola kualitas
PO9 Menaksir dan mengelola resiko TI
PO10 Mengelola proyek

2. Acquire and Implement (AI)

Pada domain Acquire and Implement sebuah solusi teknologi informasi perlu

diidentifikasikan, dikembangkan, diimplementasikan dan diintegrasikan ke

dalam proses bisnis. Domain AI ini terdiri dari 7 (tujuh) proses teknologi

informasi seperti terlihat pada tabel F.4.

Tabel F.4 Proses Teknologi Informasi dalam Domain AI


AI1 Mengidentifikasi solusi otomatis
AI2 Memperoleh dan memelihara software aplikasi
AI3 Memperoleh dan memelihara infrastruktur teknologi
AI4 Memungkinkan operasional dan penggunaan
AI5 Memenuhi sumber daya TI
AI6 Mengelola perubahan
AI7 Instalasi dan akreditasi solusi beserta perubahaannya

3. Deliver and Support (DS)

Domain ini fokus pada aspek penyampaian teknologi informasi terhadap

dukungan dan layanan teknologi informasi mencakup dukungan dan layanan

teknologi informasi pada bisnis, mulai dari penanganan keamanan dan

kesinambungan, dukungan bagi pengguna serta manajemen data. Domain DS

ini terdiri dari 13 (tiga belas) proses teknologi informasi seperti terlihat pada

tabel F.5.

Tabel F.5 Proses Teknologi Informasi dalam Domain DS


DS1 Mendefinisikan dan mengelola tingkat layanan
DS2 Mengelola layanan pihak ketiga
DS3 Mengelola kinerja dan kapasitas
DS4 Memastikan layanan yang berkelanjutan
DS5 Memastikan keamanan sistem
DS6 Mengidentifikasikan dan mengalokasikan biaya
DS7 Mendidik dan melatih pengguna
DS8 Mengelola service desk dan insiden
DS9 Mengelola konfigurasi
DS10 Mengelola permasalahan
DS11 Mengelola data
DS12 Mengelola lingkungan fisik
DS13 Mengelola operasi

4. Monitor and Evaluate (ME)

Pada domain ini akan ditekankan kepada pentingnya semua proses teknologi

informasi perlu diakses secara berkala untuk menjaga kualitas dan kesesuaian

dengan standar yang telah ditetapkan. Domain ME ini terdiri dari 4 (empat)

proses teknologi informasi seperti terlihat pada tabel F.6.

Tabel F.6 Proses Teknologi Informasi dalam Domain ME


ME1 Mengawasi dan mengevaluasi kinerja TI
ME2 Mengawasi dan mengevaluasi kontrol internal
ME3 Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan eksternal
ME4 Menyediakan tata kelola TI

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT memberikan satu

langkah praktis melalui domain dan framework yang menggambarkan aktivitas

teknologi informasi dalam suatu struktur dan proses yang disesuaikan. Gambaran

kerangka kerja (framework) INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT

secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar F.3.


Gambar F.3 Kerangka Kerja INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT
(Sumber: Information Technology Governace Institute, 2007)

ITGI (Information Technology Governance Institue, 2007) memberikan

pemetaan tujuan teknologi informasi dan tujuan bisnis berdasarkan standar

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT menjadi 28 tujuan teknologi

informasi dan 17 tujuan bisnis.


Tabel F.7 Pemetaan Tujuan Bisnis dan Tujuan Teknologi Informasi berdasarkan
INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT
Tujuan Teknologi
No. Tujuan Bisnis
Informasi
Penyediaan pengembalian investasi yang baik dari 24
1.
bisnis yang dibangkitkan teknologi informasi.
Pengelolaan resiko bisnis yang terkait dengan 2 14 17 18 19 21 22
2.
teknologi informasi.
Peningkatan transparansi dan tata kelola 2 18
3.
perusahaan.
Peningkatan layanan dan orientasi terhadap 3 23
4.
pelanggan.
5. Penawaran produk dan jasa yang kompetitif. 5 24
6. Penentuan ketersediaan dan kelancaran layanan. 10 16 22 23
Penciptaan ketangkasan (agility) untuk menjawab 1 5 25
7.
permintaan bisnis yang berubah.
Pencapaian optimasi biaya dari penyampaian 7 8 10 24
8.
layanan.
Perolehan informasi yang bermanfaat dan handal 2 4 12 20 26
9.
untuk pembuatan keputusan strategis.
Peningkatan dan pemeliharaan fungsionalitas 6 7 11
10.
proses bisnis.
11. Penurunan biaya proses. 7 8 13 15 24
Penyediaan kepatutan terhadap hukum eksternal, 2 19 20 21 22 26 27
12.
regulasi dan kontrak.
13. Penyediaan kepatutan terhadap kebijakan internal. 2 13
14. Pengelolaan perubahan bisnis. 1 5 6 11 28
Peningkatan dan pengelolaan produktivitas 7 8 11 13
15.
operasional dan staf.
16. Pengelolaan inovasi produk dan bisnis. 5 25 28
Perolehan dan pemeliharaan karyawan yang cakap 9
17.
dan termotivasi.
Sumber: Sarno, 2009: 57-59

Suatu organisasi dapat dianggap sukses membangun teknologi informasi

dalam suatu kerangka sistem informasi yang lengkap apabila telah memenuhi

kriteria ukuran informasi (Gondodiyoto, 2007). Kriteria ukuran informasi

berdasarkan kerangka kerja INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT

dapat dilihat pada tabel F.8 (Gondodiyoto, 2007).


Tabel F.8 Kriteria Ukuran Informasi berdasarkan INDIKATOR-INDIKATOR
GOOD GOVERMENT
Efektif Jika sistem informasi sesuai dengan kebutuhan pemakai.
Efisien Jika penggunaan sumberdaya optimal.
Kerahasiaan Memfokuskan proteksi terhadap informasi yang penting dari
orang yang tidak memiliki hak otoritas.
Integritas Berhubungan dengan akurasi dan kelengkapan informasi.
Ketersediaan Berkaitan dengan informasi yang tersedia pada saat yang
diperlukan dalam proses bisnis.
Pemenuhan Sesuai kebijakan organisasi, aturan hokum dan peraturan yang
berlaku.
Keandalan Terkait dengan ketentuan kecocokan informasi untuk
mengoperasikan perusahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban.

Pengukuran informasi melalui audit teknologi informasi dengan mengacu

pada contoh yang baik (best prastice) berdasarkan kerangka kerja INDIKATOR-

INDIKATOR GOOD GOVERMENT (Sarno, 2009: 147-163) adalah:

1. Penentuan Ruang Lingkup dan Tujuan Audit Teknologi Informasi

Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan ruang lingkup dari

audit yang akan dilakukan. Ruang lingkup yang dimaksud adalah area, fungsi

dan unit organisasi yang akan diaudit mencakup sistem secara spesifik, fungsi

atau unit organisasi yang menjadi tujuan (fokus) dari proses audit untuk

meminimalkan resiko bisnis.

2. Pengumpulan Bukti

Bukti (evidence) merupakan informasi apapun yang digunakan oleh auditor

untuk menentukan apakah data yang diaudit sesuai dengan kriteria atau tujuan

audit. Pencarian bukti dalam pelaksaan audit teknologi informasi terhadap

proses teknologi informasi yang ada dalam suatu organisasi disesuaikan

mengacu pada standar proses teknologi informasi yang didefinisikan dalam


INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT. Bukti audit tersebut

digunakan untuk melaksanakan uji kepatutan sehingga didapatkan temuan

(findings) sebagai kepatutan terhadap standar yang berlaku.

3. Pelaksanaan Uji Kepatutan

Setelah bukti-bukti dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pelaksaan audit. Uji

kepatutan (compliance test) dilakukan dengan menguji kepatutan proses

teknologi informasi dengan melihat kepatutan proses yang berlangsung

terhadap standar dan regulasi yang berlaku. Dari pelaksaan uji kepatutan ini

akan menghasilkan temuan-temuan yang nantinya digunakan sebagai bahan

penyusunan rekomendasi dalam laporn audit.

4. Penentuan Tingkat Kedewasaan

Tingkat kedewasaan merupakan representasi kedewasaan proses teknologi

informasi yang berlangsung pada suatu organisasi. Nilai tingkat kedewasaan

akan menunjukkan level kedewasaan proses teknologi informasi dengan

pengidentifikasian secara menyeluruh terhadap setiap level. Setelah

didapatkan nilai tingkat kedewasaan untuk setiap level, dilakukan perhitungan

untuk nilai tingkat kedewasaan secara keseluruhan.

Sebelum hasil audit dikomunikasikan, diperlukan suatu diskusi untuk

mendapatkan kesepahaman terhadap hasil temuan dan mengembangkan

rekomendasi untuk memperbaiki hasil tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam penyusunan rekomendasi (Sarno, 2009: 165-172):

1. Penentuan Hasil Audit Teknologi Informasi

Penentuan hasil audit dilakukan dengan mengevaluasi hasil audit yang

didapatkan untuk mengembangkan opini audit. Opini-opini berdasarkan hasil


temuan tersebut digunakan sebagai landasan penyusunan rekomendasi hasil

audit. Rekomendasi yang disusun oleh auditor dikomunikasikan kepada

pihak manajemen yang berkepentingan untuk mendapatkan kesepakatan hasil

audit. Setelah diperoleh kesepakatan, langkah selanjutnya adalah penyusunan

laporan hasil audit.

2. Penyusunan Laporan Hasil Audit Teknologi Infomasi

Laporan audit merupakan hasil akhir dari pelaksanaan audit teknologi

informasi yang berisikan temuan dan rekomendasi kepada manajemen.

Format laporan bervariasi di setiap organisasi sehingga tidak ada format baku

dalam penyusunannya. Laporan yang dibuat seharusnya seimbang dalam

mendeskripsikan isu negatif dari temuan dan pernyataan konstruktif positif

yang berkaitan dengan peningkatan proses yang sudah dijalankan dan kontrol

yang telah berfungsi secara efektif.

F.8. Maturity Level

Agar mekanisme IT Governance dapat berjalan secara efektif dan sejalan

dengan strategi bisnis yang telah ditetapkan, diperlukan suatu pengembangan

teknologi informasi yang terukur dengan baik dan memiliki tahapan kematangan

tertentu. Dengan menggunakan nilai maturity level, sebuah perusahaan/organisasi

dapat mengukur posisi kematangannya dalam pengembangan teknologi informasi

serta menentukan prioritas perbaikan dan peningkatan sampai pada tingkat

tertinggi agar aspek IT Governance dapat berjalan secara efektif dan sejalan

dengan strategi bisnis yang telah ditetapkan (Pederiva, 2003 dan Tanuwijaya dan

Sarno, 2010).
Penggunaan nilai maturity level yang dikembangkan untuk setiap 34

proses teknologi informasi, sehingga memungkinkan manajemen untuk

mengidentifikasi:

1. Kinerja sesungguhnya perusahaan dan posisi kondisi perusahaan sekarang.

2. Kondisi sekarang dari industri sebagai perbandingan.

3. Target peningkatan perusahaan terhadap kondisi yang diinginkan.

Tujuan pengukuran nilai maturity level adalah:

1. Menumbuhkan kepedulian (awareness).

2. Melakukan identifikasi kelemahan (weakness).

3. Melakukan identifikasi kebutuhan perbaikan (improvement).

Teknik pengukuran dalam maturity level menggunakan beberapa

pernyataan dimana setiap pernyataan dapat dinilai tingkat kepatutannya dengan

menggunakan standar penilaian seperti tabel F.9 berikut:

Tabel F.9 Standar Penilaian Tingkat Kematangan

Sumber: Putra, 2009: 32

Tiap pernyataan dalam maturity level akan memiliki nilai kepatutan

(compliance value) dengan tingkatan nilai yang dimulai dari 0 (tidak sama sekali),

0.33 (sedikit), 0.66 (dalam tingkatan tertentu) dan 1 (seluruhnya). Penyajian nilai

kepatutan dalam maturity level tampak seperti Gambar F.4.


Gambar F.4 Bentuk Penyajian Model Kedewasaan (Maturity Level)

Tingkat kepatutan tiap-tiap level yang telah diperoleh masing-masing

proses teknologi dikalkulasikan seperti Tabel F.10.

Tabel F.10 Kalkulasi Maturity Level Proses Teknologi Informasi

Sumber: Tanuwijaya dan Sarno, 2010: 83

Keterangan:

Kolom Compliance Socre berisi nilai-nilai kepatutan masing-masing level,

sedangkan kolom Contribution berisi skala tingkat kepatutan dan kolom Level

Score diperoleh dari perkalian nilai Compliance Score dengan Contribution.

Untuk mengetahui seberapa besar nilai kepatutan dari proses teknologi informasi,

perlu dilakukan penjumlahan nilai Level Score dari level 0 sampai dengan level 5.
Untuk mengidentifikasi sejauh mana perusahaan/organisasi telah

memenuhi standar pengelolaan proses teknologi informasi yang baik,

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT menyediakan kerangka

identifikasi yang direpresentasikan dalam sebuah model kedewasaan (maturity

level) yang memiliki level pengelompokkan kapabilitas perusahaan dalam

pengelolaan proses teknologi informasi dari level 0 (nol) atau non-existent (belum

tersedia) hingga level 5 (lima) atau optimised (teroptimasi) (Sarno, 2009: 60-62).

Model tersebut direpresentasikan secara grafis pada gambar F.5 (ITGI,

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT, 2007:18) dengan tujuan

untuk memberikan kemudahan dalam pemahaman secara ringkas bagi pihak

manajemen.

Gambar F.5 Representasi Grafis Model Kedewasaan (Maturity Level)


(Sumber: IT Governance Institut, 2007: 18)

Deskripsi dari masing-masing level kedewasaan tersebut, secara umum

digambarkan pada tabel F.11 (Sarno, 2009: 61).


Tabel F.11 Skala Pengukuran Maturity Level.
Level Kriteria Maturity Level
Kekurangan yang menyeluruh terhadap proses apapun yang
0
dapat dikenali. Perusahaan bahkan tidak mengetahui bahwa
Non Existent
terdapat permasalahan-permasalahan yang harus diatasi.
Terdapat bukti bahwa perusahaan mengetahui adanya
permasalahan yang harus diatasi. Bagaimanapun juga tidak
1
terdapat proses standar, namun menggunakan pendekatan ad-
Initial/
hoc yang cenderung diberlakukan secara individu atau berbasis
Ad Hoc
per kasus. Secara umum pendekatan kepada pengelolaan proses
tidak terorganisasi.
Proses dikembangkan ke dalam tahapan yang prosedur serupa
diikuti oleh pihak-pihak yang berbeda untuk pekerjaan yang
2 sama. Tidak terdapat pelatihan formal atau pengkomunikasian
Repeatable prosedur standar dan tanggung jawab diserahkan kepada
but Intuitive individu masing-masing. Terdapat tingkat kepercayaan yang
tinggi terhadap pengetahuan individu sehingga kemungkinan
error bisa terjadi.
Prosedur distandarisasi dan didokumentasikan kemudian
dikomunikasikan melalui pelatihan. Kemudian diamanatkan
3 bahwa proses-proses tersebut harus diikuti. Namun
Defined penyimpangan tidak mungkin dapat terdeteksi. Prosedur sendiri
tidak lengkap namun sudah memformalkan praktek yang
berjalan.
Manajemen mengawasi dan mengukur kepatutan terhadap
4
prosedur dan mengambil tindakan jika proses tidak dapat
Managed
dikerjakan secara efektif. Proses berada di bawah peningkatan
and
yang konstan dan penyediaan praktek yang baik. Otomasi dan
Measurable
perangkat digunakan dalam batasan tertentu.
Proses telah dipilih ke dalam tingkat praktek yang baik
berdasarkan hasil dari perbaikan berkelanjutan dan pemodelan
5 kedewasaan dengan perusahaan lain. Teknologi informasi
Optimised digunakan sebagai cara terintegrasi untuk mengotomatisasi alur
kerja, penyediaan alat untuk peningkatan kualitas dan
efektivitas serta membuat perusahaan cepat beradaptasi.
Sumber: Sarno, 2009: 61

Secara spesifik hal-hal yang menentukan kedewasaan akan berbeda-beda

pada tiap proses teknologi informasi. Kedewasaan pada tiap-tiap proses teknologi

informasi akan menentukan tingkat kedewasaan perusahaan/organisasi yang


biasanya direpresentasikan dalam grafik laba-laba (spider chart) pada gambar F.6

(Sarno, 2009: 62).

AI1
5
AI7 4 AI2
3
2
1
AI4 0 AI6

PO2 PO3

AI5

Gambar F.6 Contoh Grafik Laba-laba yang Menggambarkan Nilai Maturity Level
(Sumber: Sarno, 2009)

F.9. Audit Teknologi Informasi dari Perspektif Proses Bisnis/Internal

Balanced Scorecard

Audit teknologi informasi dilakukan dengan tujuan untuk mengukur

apakah informasi yang ada sudah dikelola dengan baik sehingga dapat diketahui

seberapa besar peranan teknologi informasi dalam mendukung pencapaian tujuan

bisnis organisasi (Champlain, 2003: 27 dan Hariadi dan Daryanto, 2003: 19-20).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa audit teknologi informasi dilakukan

dalam rangka untuk mengukur sehingga dapat diketahui tingkat keselarasan antara

tujuan teknologi informasi dan tujuan bisnis organisasi (Krist dalam Surendro,

2004).

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT memberikan

kemudahan untuk memahami keterkaitan antara tujuan bisnis dan teknologi

informasi. Pemetaan terhadap kedua tujuan tersebut sudah tersedia dan dapat
dijadikan acuan bagi perusahaan/organisasi salam menerjemahkan tujuan bisnis

ke dalam tujuan teknologi informasi. Pemetaan tujuan bisnis dan tujuan teknologi

informasi dari perspektif proses bisnis/internal dapat dilihat dalam tabel F.12

(ITGI, INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT, 2007).

Tabel F.12 Pemetaan Tujuan Bisnis dan Tujuan Teknologi Informasi dari
Perspektif Proses Bisnis/Internal Balanced Scorecard
Perspektif Tujuan Teknologi
No. Tujuan Bisnis
Kinerja Informasi
Perspektif Peningkatan dan pemeliharaan 6 7 11
10.
Proses fungsionalitas proses bisnis.
Bisnis/ 11. Penurunan biaya proses. 7 8 13 15 24
Internal Penyediaan kepatutan terhadap hukum 2 19 20 21 22 26 27
12.
eksternal, regulasi dan kontrak.
Penyediaan kepatutan terhadap 2 13
13.
kebijakan internal.
14. Pengelolaan perubahan bisnis. 1 5 6 11 28
Peningkatan dan pengelolaan 7 8 11 13
15.
produktivitas operasional dan staf.

Berdasarkan hasil survei ITGI (The IT Governance Institute,

Understanding How Business Goals Drive IT Goals, 2008) terhadap perusahaan-

perusahaan dunia, terdapat sepuluh tujuan bisnis dan sepuluh tujuan teknologi

informasi terpenting (Sarno, 2009: 56). Berdasarkan hasil survei tersebut,

didapatkan pemetaan tujuan bisnis dan tujuan teknologi informasi dari perspektif

proses bisnis/internal.

Tabel F.13 Pemetaan Tujuan Bisnis dan Tujuan Teknologi Informasi dari
Perspektif Proses Bisnis/Internal Berdasarkan Survei
Perspektif Tujuan Teknologi
No. Tujuan Bisnis
Kinerja Informasi
Perspektif Peningkatan dan pemeliharaan fungsionalitas 6
10.
Proses proses bisnis.
Bisnis/ Penyediaan kepatutan terhadap hukum 2 26 27
Internal 12.
eksternal, regulasi dan kontrak.
Sumber: Tabel F.12, diolah
Kerangka kerja INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT tidak

hanya menyediakan pemetaan antara tujuan bisnis dengan tujuan teknologi

informasi, namun juga menjelaskan kerangka kerja keterkaitan antara tujuan

teknologi informasi dengan proses teknologi informasi. Setiap tujuan teknologi

informasi dapat terdiri dari beberapa proses teknologi informasi yang terkait,

demikian juga sebaliknya setiap proses teknologi informasi dapat digunakan

untuk memenuhi beberapa tujuan teknologi informasi. Pemetaan antara tujuan

teknologi informasi dan proses teknologi informasi dari perspektif proses

bisnis/internal dalam kerangka kerja INDIKATOR-INDIKATOR GOOD

GOVERMENT dapat dilihat dalam tabel F.14.

Tabel F.14 Pemetaan Tujuan dan Proses Teknologi Informasi dari Perspektif
Proses Bisnis/Internal Berdasarkan Survei
Tujuan Teknologi Informasi Proses Teknologi Informasi
Respon terhadap kebutuhan tata kelola yang PO1 PO4 PO10 ME1 ME3
2.
sesuai dengan arahan direksi.
Pendefinisian bagaimana kebutuhan AI1 AI2 AI6
6. fungsional bisnis dan kontrol diterjemahkan
dalam solusi otomatis yang efektif dan efisien.
Pemeliharaan terhadap integritas informasi dan AI6 DS5
26.
pemrosesan infrastruktur.
Kepastian bahwa teknologi informasi selaras DS11 ME2 ME3 ME4
27.
degan regulasi dan hukum yang berlaku.
Sumber: Tabel F.13, diolah

G. Metodologi Penelitian

G.1. Model Pengembangan

INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT memberikan

pemetaan 17 tujuan bisnis dan 28 tujuan teknologi informasi dengan melibatkan

34 control objective. Perspektif proses bisnis/internal Balanced Scorecard


mencakup 6 tujuan bisnis dan 17 tujuan teknologi informasi. Survei yang

dilakukan oleh ITGI terhadap perusahaan-perusahaan dunia, terdapat 10 tujuan

bisnis dan 10 tujuan teknologi informasi paling penting (Sarno, 2009: 56).

Berdasarkan survei tersebut, didapatkan pemetaan tujuan bisnis dan tujuan

teknologi informasi dari perspektif proses bisnis/internal Balanced Scorecard

yang melibatkan 2 tujuan bisnis dan 4 tujuan teknologi informasi yang mencakup

12 control objective. Pemetaan control objective (proses teknologi informasi)

yang digunakan dalam penelitian ini seperti tampak pada tabel G.1.

Tabel G.1 Pemetaan Proses Teknologi Informasi dari Perspektif Proses


Bisnis/Internal Berdasarkan Survei
No. No.
Perspektif
Tujuan Tujuan Proses Teknologi Informasi
Kinerja
Bisnis TI
AI1 Mengidentifikasi solusi otomatis.
Memperoleh dan memelihara software
10 6 AI2
aplikasi.
AI6 Mengelola perubahan.
PO1 Mendefinisikan rencana strategis TI.
Mendefinisikan proses TI, organisasi dan
PO4
keterhubungannya.
Perspektif 2 PO10 Mengelola proyek.
Proses
ME1 Mengawasi dan mengevaluasi kinerja TI.
Bisnis/
Internal Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan
ME3
eksternal.
12 AI6 Mengelola perubahan.
26
DS5 Memastikan keamanan sistem.
DS11 Mengelola data.
Mengawasi dan mengevaluasi kontrol
ME2
internal.
27
Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan
ME3
eksternal.
ME4 Menyediakan tata kelola TI.
Sumber: Tabel F.14, diolah
Block Diagram model pengembangan pada penelitian ini digambarkan

pada gambar G.1.

PROSES

Pemetaan Pemetaan
Tujuan Bisnis Tujuan TI
Berdasarkan Berdasarkan
COBIT COBIT

Pemetaan
Tujuan Bisnis
dan Tujuan TI
Berdasarkan COBIT
Empat Perspektif
INPUT Balanced Socrecard OUTPUT
Pemetaan Laporan hasil audit,
Observasi, Nilai Maturity Level,
Tujuan Bisnis dan
Wawancara Grafik Laba-laba,
Tujuan TI dari
Rekomendasi.
Perspektif Proses
Bisnis/Internal
10 Tujuan Bisnis Balanced Socrecard
dan 10 Tujuan TI
yang Paling Penting
Berdasarkan Survei
ITGI Pemetaan
2 Tujuan Bisnis dan
4 Tujuan TI dari
Perspektif Proses
Bisnis/Internal
Balanced Socrecard
Berdasarkan Survei
ITGI

12 Control Objective
Berdasarkan Survei
ITGI

Kertas Kerja Audit TI

Gambar G.1 Block Diagram Model Pengembangan


Penelitian ini menghasilkan laporan hasil audit, nilai maturity level

masing-masing control objective yang digambarkan dengan graik laba-laba dan

rekomendasi.

G.2. Teknik Analisa Data

Menurut Sarno (2009), perencanaan pelaksanaan audit mengacu pada

metodologi yang terarah, step by step sehingga memudahkan dalam

pengimplementasiaanya. Secara garis besar, teknik analisa dalam penelitian ini

meliputi (Imanuel, 2010):

1. Penentuan Ruang Lingkup Audit Teknologi Informasi

Balanced scorecard memetakan 17 tujuan bisnis dan 28 tujuan teknologi

informasi berdasarkan standar INDIKATOR-INDIKATOR GOOD

GOVERMENT ke dalam empat perspektif kinerja, yaitu: perspektif keuangan,

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis/internal serta perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif proses bisnis/internal Balanced

Scorecard mencakup 6 tujuan bisnis dan 17 tujuan teknologi informasi.

Berdasarkan hasil survei ITGI, pemetaan tujuan bisnis dan tujuan teknologi

informasi dari perspektif proses bisnis/internal Balanced Scorecard

melibatkan 2 tujuan bisnis dan 4 tujuan teknologi informasi yang mencakup

12 control objective.

2. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan sebelum pelaksanaan audit. Beberapa hal yang

dapat dilakukan dalam survei pendahuluan ini adalah:

− Wawancara untuk mengetahui proses bisnis yang ada di perusahaan.


− Observasi untuk pemrosesan dan pengkonfirmasian hasil dari wawancara

serta identifikasi dokumen-dokumen yang perlu untuk analisis lebih lanjut.

− Pengumpulan bukti pendukung melalui penentuan data-data yang diaudit

sesuai dengan kriteria dan tujuan audit pada Universitas Ibrahimy

Sukorejo.

3. Pelaksanaan Uji Kepatutan

Setelah bukti-bukti terkumpul, selanjutnya dilakukan pelaksanaan audit.

Dalam pelaksanaan audit, peneliti melakukan pengujian kepatutan

(compliance test) proses teknologi informasi yang sedang berlangsung dengan

menggunakan alat bantu kartas kerja audit. Pertanyaan dalam kertas kerja

diturunkan berdasarkan standar INDIKATOR-INDIKATOR GOOD

GOVERMENT. Masing-masing pertanyaan diberi bobot sesuai dengan

tingkat kepentingan dan ruang lingkup Universitas Ibrahimy Sukorejo.

Pembobotan dalam penelitian ini menggunakan nilai kualitatif, yaitu: sangat

penting, penting, cukup penting dan kurang penting yang kemudian

dikuantitatifkan (Guldentops, 2003) seperti yang tampak pada tabel G.2.

Tabel G.2 Tingkat Kepentingan dalam Pembobotan Pertanyaan


No. Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif Keterangan
1. Sangat Penting 0.90 – 1.00 Aktivitas tersebut mempunyai
peranan yang sangat penting
dalam proses teknologi informasi.
2. Penting 0.70 – 0.89 Aktivitas tersebut mempunyai
perangan yang penting dalam
proses teknologi informasi.
3. Cukup Penting 0.50 – 0.69 Aktivitas tersebut turut
mempengaruhi proses teknologi
informasi.
4. Kurang Penting 0.00 – 0.49 Aktivitas yang bila diterapkan
dapat melengkapi proses
teknologi informasi.
Sumber: Imanuel, 2010
Setelah dilakukan pembobotan pada setiap pertanyaan, dapat dilakukan audit

teknologi informasi. Selanjutnya, hasil dari audit dapat digunakan untuk

menentukan kriteria yang ada dalam kerta kerja Maturity level. Contoh kertas

kerja maturity level seperti yang tampak pada gambar G.2.

Gambar G.2 Contoh Kertas Kerja Maturity Level 0 pada Proses TI ME1.
(Sumber: Dewi, 2010)

4. Perhitungan Nilai Maturity Level

Maturity Level merupakan representasi kedewasaan proses teknologi

informasi yang berlangsung di perusahaan (dalam bentuk nilai/angka). Nilai

maturity level secara keseluruhan didapatkan dari pengindentifikasian dari

tiap-tiap maturity level pada semua control objective yang terlibat.

Tabel G.3 Contoh Perhitungan Maturity Level


Kerangka Kerja INDIKATOR-INDIKATOR GOOD
GOVERMENT Maturity
Tujuan Bisnis
Proses Level
Keterangan
TI
Peningkatan AI1 Mengidentifikasi solusi otomatis 4.68
dan AI2 Memperoleh dan memelihara software aplikasi 3.79
pemeliharaan AI6 Mengelola perubahan 4.81
fungsionalitas PO3 Menentukan arahan teknologi 4.56
proses bisnis AI2 Memperoleh dan memelihara software aplikasi 3.79
AI5 Memenuhi sumber daya TI 4.44
PO2 Mendefinisikan arsitektur informasi 4.17
AI4 Memungkinkan operasional dan penggunaan 4.90
AI7 Instalasi & akreditasi solusi beserta perubahaannya 4.77
Rata-Rata 4.43
Sumber: Dewi, 2010

Hasil akhir dari perhitunga maturity level dapat direpresentasikan dalam

bentuk grafik laba-laba.

AI1
5
AI7 4 AI2
3
2
1
AI4 0 AI6

PO2 PO3

AI5

Gambar G.3 Contoh Grafik Laba-laba yang Menggambarkan Nilai Maturity Level
(Sumber: Dewi, 2010)

5. Penyusunan Temuan

Penyusunan temuan dilakukan dengan mengevaluasi hasil audit yang

didapatkan untuk mengembangkan opini audit. Temuan yang dihasilkan

memuat fakta-fakta yang ada, baik berupa hal yang positif maupun negatif.

Opini-opini berdasarkan hasil temuan tersebut digunakan sebagai landasan

penyusunan rekomendasi hasil audit. Rekomendasi yang disusun oleh auditor

dikomunikasikan kepada pihak manajemen yang berkepentingan untuk


mendapatkan kesepakatan hasil audit. Setelah diperoleh kesepakatan, langkah

selanjutnya adalah penyusunan rekomendasi hasil audit.

6. Penyusunan Rekomendasi

Penyusunan rekomendasi didasarkan pada hasil temuan pada pelaksanaan

audit teknologi informasi. Rekomendasi berguna untuk perbaikan proses

teknologi informasi pada suatu organisasi.

Dengan demikian, hasil dari audit teknologi informasi akan berupa:

temuan (findings) berdasarkan uji kepatutan yang dilaksanakan, tingkat

kedewasaan (maturity level) tiap proses teknologi informasi yang diaudit,

kesimpulan dari uji kepatutan dan rekomendasi yang mengarah kepada perbaikan

proses yang mengacu pada peningkatan level kedewasaan. Dari hasil audit

teknologi informasi tersebut, akan diketahui sejauh mana tujuan teknologi

informasi dapat merepresentasikan tujuan bisnis Universitas Ibrahimy Sukorejo

dan dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan keselarasan antara tujuan

teknologi informasi dan tujuan bisnis organisasi.

H. Jadwal Kerja

Penelitian ini diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) bulan

dengan jadwal penyusunan sebagai berikut :

Bulan
No. Kegiatan April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Studi Literatur
Persiapan dan Perencanaan
2.
Audit
Observasi Prosedur Kerja,
3. Mempelajari Dokumen,
Wawancara
Identifikasi Kendali dan
4. Pengumpulan Data
Perkiraan Resiko
Pelaksanaan Audit dan
5.
Pengumpualn Bukti
6. Evaluasi temuan
Laporan Akhir dan Tindak
7.
Lanjut
Tabel H.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Alindita, A., 2008, Pemodelan Titik Kendali Teknologi Informasi untuk Audit
Pengendalian Intern Berdasarkan SOX-404, Skripsi, Program Studi
Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.

Alter, S., 1996, Information System: A Management Perspective, Benjamin


Cummings, Menlo Park, CA.

Arisanti, D., 2011, Audit Sistem Informasi Ditinjau dari Perspektif Keuangan
Menggunakan Standar INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT0
pada Direktorat Keuangan Pelabuhan Indonesia III, Tugas Akhir,
Program Sarjana, Program Studi Sistem Informasi, Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, Surabaya.

Bodnar, George H., & Hopwood, William S., 2004, Accounting Information
System, 9th Ed., Prentice Hall International, Inc., London.

Champlain, J. J., 2003, Auditing Information Systems, Second Edition, John Wiley
& Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.

Dewi, E. R., 2010, Audit Sistem Informasi Manajemen Aset Berdasarkan


Perspektif Proses Bisnis Internal Balanced Scorecard dan Standar
Indikator-indikator Good Goverment (Studi Kasus: PT. Pertamina
(Persero)), Tugas Akhir, Program Sarjana, Program Studi Sistem
Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer
Surabaya, Surabaya.

Edwards, C., 1995, The Essence of Information Systems, 2nd Ed., Prentice Hall
International., Inc., London.

Gaspersz, V., 2005, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard


dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Gondodiyoto, S., 2007, Audit Sistem Informasi: Pendekatan Indikator-indikator


Good Goverment, Edisi Revisi, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Guldentops, E., 2003, Maturity Measurement – First the Purpose, Then the
Method, Information System Control Journal, Vol. 4, Information System
Audit and Control Association.

Hall, S. A., 2001, Accounting Information System, Thompson Learning, USA.


Hariadi, S., dan Daryanto, 2003, Audit Sistem Informasi I, Yayasan Pendidikan
Internal Audit, Jakarta.
Herlambang, S., dan Tanuwijaya, H., 2005, Sistem Informasi Konsep Teknologi &
Manajemen, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Imanuel, A. A., 2010, Pengukuran Keselarasan Tujuan Sistem Informasi dan


Bisnis dari Perspektif Keuangan Balanced Scorecard (Studi Kasus:
Bagian Pengembangan dan Penerapan Teknologi Informasi STIKOM
Surabaya), Tugas Akhir, Program Sarjana, Program Studi Sistem
Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer
Surabaya, Surabaya.

Indrajit, R. E., 2000, Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan
Teknologi Informasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Indrajit, R. E., 2004, Kajian Strategis Cost Benefit Teknologi Informasi, Penerbit
Andi, Yogyakarta.

Information Technology Governance Institute, 2007, INDIKATOR-INDIKATOR


GOOD GOVERMENT: Framework, Control Objective, Management
Guidelines, Maturity Models, IT Governance Institute. Rolling Meadows.

Information Technology Governance Institute, 2008, Understanding How


Business Goals Drive IT Goals, IT Governance Institute. Rolling
Meadows.

Kaplan, R., dan Norton, D., 1996, Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi
Menjadi Aksi, Erlangga, Jakarta.

Karya, R., 2004, Pengembangan Model Audit Sistem Informasi Berbasis Kendali,
Integral, Vol. 9 No. 1 Maret.

Luis, S., dan Biromo, P. A., 2007, Step by Step in Cascading Balanced Scorecard
to Functional Scorecards, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

McLeod, R., dan Schell, G. P., 2004, Management Information System, 9th Ed.,
Pearson Prentice Hall, New Jersey, Terjemahan, Heri Yulianto, 2007,
Sistem Informasi Manajemen, Indeks, Jakarta.

O’Brien, J. A., 1999, Management Information System Managing Information


Technology in the Internetworked Enterprise, 4th Ed., Irwin McGraw-Hill.

Panji, M. D., 2002, Analisis Kinerja Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi


dengan Pendekatan Balanced Scorecard, Tesis, Program Pasca Sarjana,
Program Studi Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmi Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Pederiva, A., 2003, The INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT
Maturity Model in a Vendor Evaluation Case, International System Audit
and Control Association.

Prasojo, M., 2005, Audit Sistem Informasi untuk Menciptakan Good Corporate
Governance Ditinjau dari Profesi External Auditor, Seminar Nasional
Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Universitas Katholik Widya Mandala,
Surabaya.

Putra, I N. B., 2009, Audit Sistem Informasi Perpustakaan Menggunakan Standar


INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT Domain Acquire and
Implement (Studi Kasus: STIKOM Surabaya), Tugas Akhir, Program
Sarjana, Program Studi Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika & Teknik Komputer Surabaya, Surabaya.

Sarno, R., 2009, Audit Sistem & Teknologi Informasi, ITS Press, Surabaya.

Sarno, R., 2009, Strategi Sukses Bisnis dengan Teknologi Informasi Berbasis
Balanced Scorecard & INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT,
ITS Press, Surabaya.

Sayana, S. A., 2002, The IS Audit Process, Information Systems Control Journal
(online), Vol. 1, Information System Audit and Control Association.

Sayana, S. A., 2002, The Necessity for Documentation, Information Systems


Control Journal (online), Vol. 3, Information System Audit and Control
Association.

Sayana, S. A., 2002, Auditing General and Application Control, Information


Systems Control Journal (online), Vol. 5, Information System Audit and
Control Association.

Sayekti, R., 2007, Evaluasi dan Analisis Penerapan Balanced Scorecard pada NK
Indonesia, Tesis, Program Pasca Sarjana, Program Studi Magister
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Scott, G. M., 1995, Principle of Management Information System, McGraw-Hill,


Terjemahan, Achmad Nashir Budiman, 1995, Prinsip-prinsip Sistem
Informasi Manajemen, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Surendro, K., 2004, Audit Sistem Informasi Rumah Sakit dengan Menggunakan
Acuan INDIKATOR-INDIKATOR GOOD GOVERMENT, Gematika Jurnal
Manajemen Informatika, Vol. 6 No. 1 Desember.

Swastika, I P. A., 2007, Audit Sistem Informasi, Edisi Pertama, STIKOM


Surabaya, Surabaya.
Tanuwijaya, H., dan Sarno, R., 2010, Comparation of Indikator-indikator Good
Goverment Maturity Model and Structural Equation Model for Measuring
the Alignment between University Academic Regulations and Information
Technology Goals, International Journal of Computer Science and
Network Security, Vol. 10 No. 6, Juni.

Warsilah, 2007, Perancangan IT Governance untuk Peningkatan Kualitas


Layanan Akademik Studi Kasus: Puskom Universitas Lampung, Tesis,
Program Pasca Sarjana, Program Studi Magister Informatika, Sekolah
Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai