Anda di halaman 1dari 33

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Untuk memenangkan kompetisi bisnis yang harus dilakukan perusahaan yaitu

membuat strategi dan taktik yang tepat guna mencapai keunggulan kompetitif

sehingga perusahaan akan mendapatkan keuntungan untuk melanjutkan aktivitas

bisnisnya. Menurut Rufaidah (2014:1) manajemen stratejik adalah serangkaian

keputusan dan tindakan manajerial untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam

jangka panjang. Adapun 4 keputusan utama manajemen strategik:

a. Pengamatan lingkungan atau analisis lingkungan(scanning environment)

b. Perencanaan Strategi (Strategy Formulation )

c. Implementasi Strategi (Strategy Implementation)

d. Evaluasi dan pengendalian Strategi (Strategy Evaluation and Control)

Analisis strategi merupakan fondasi bagi proses manajemen strategi yang

terdiri atas tiga bagian. Pertama, pertimbangan tujuan di dirikannya suatu organisasi.

Kedua adalah penggalian dan ancaman masa kini dalam lingkungan eksternal

organisasi. Ketiga adalah kajian mengenai kekuatan dan kelemahan dalam internal

organisasi.

Wheelen et al (2015;40) mengemukakan beberapa manfaat yang dapat diraih

bagi yang melaksanakan manajemen strategik yaitu:

a. Mendapatkan visi perusahaan yang lebih jelas

1
b. Mempertajam fokus perusahaan mengenai hal-hal yang paling penting

secara strategis dalam perusahaan

c. Meningkatkan pemahaman tentang perubahan lingkungan yang berubah

dengan cepat.

2.1.1 Business intelligence

Era globalisasi saat ini hampir semua aspek kehidupan akan berhubungan

dengan teknologi dan informasi. Perkembangan teknologi informasi menjadikan data

yang diperoleh menjadi sangat melimpah dan perlu adanya sistem yang dapat

mengelola hal tersebut sehingga menjadi faktor penting bagi perusahaan untuk

mengembangkan strategi dan mempertahankan kinerja. Selin itu, dinamika perubahan

lingkungan bisnis yang dinamis, dengan kebutuhan akan informasi teknologi,

telekomunikasi dan media elektronik, memberikan dampak yang besar untuk

menghasilkan kinerja yang baik.

Salah satu sistem yang mengelola data dalam jumlah besar adalah big data.

Dari sistem tersebut perushanaan dapat memperoleh sebuah laporan berdasarkan

kebutuhan yaitu berupa hasil analisis dari business intelligence.

Menurut Suyanto, Wahyu dkk (2010) business intelligencemerupakan

serangkaian kegiatan untuk memahami situasi bisnis dengan melakukan berbagai

jenis analisis pada data yang dimiliki oleh perusahaan/organisasi serta data eksternal

dari pihak ketiga untuk membantu menentukan strategi, keputusan bisnis yang taktis

dan operasional serta pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja bisnis.

2
Arifin (2014;280) mengemukakan business intelligence merupakan salah satu

bentuk implementasi teknologi informasi yang digunakan untuk membantu kegiatan

seperti mengumpulkan data, menyediakan akses, serta menganalisa data dan

informasi mengenai kinerja perusahaan. Business intelligence merupakan sebuah

proses untuk melakukan ekstraksi data-data operasional perusahaan dan

mengumpulkannya dalam sebuah data warehouse yang selanjutnya diproses

menggunakan berbagai analisis statistik dalam proses data mining, sehingga didapat

berbagai kecenderungan atau pattern dari data (Choirul, 2006).

Business intelligence adalah rangkaian aplikasi dan teknologi untuk

mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyuguhkan akses data untuk

membantu petinggi perusahaan dalam pengambilan keputusan (Stevans, 2008).

Nirwasita (2008) menjelaskan business intelligencemerupakan representasi dari

aplikasi dan teknologi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan

menyediakan akses terhadap data untuk membantu user dalam suatu perusahaan

untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Business intelligenceadalah sebuah

proses untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan melalui

pendayagunaan berbagai data, informasi dan pengetahuan (knowledge) yang dimiliki

perrusahaan sebagai bahan baku proses pengambilan keputusan (Eka Miranda,

2008:111).

Sistem business intelligenceberfungsi untuk mengubah data operasional,

transaksional dan lainnya menjadi sebuah informasi bermanfaat dalam perusahaan.

Business intelligence adalah sebuah rancangan dan kumpulan operasi seperti aplikasi

pendukung dalam pengambilan keputusan dan menyajikan data yang mudah di akses

3
ditujukan untuk para pemangku kepentingan bisnis (Himawan, 2008:2). Sejalan

dengan Himawan, Business Intelligance menjelaskan suatu konsep dan metode

bagaimana meningkatkan kualitas pengambilan keputusan berdasarkan sistem yang

berbasiskan data menurut Husni & Mukhlash (2014:17).

Informasi yang dihasilkan data historis harus dipahami secara mendalam

untuk mempertahankan aktivitas operasional di masa depan, itulah mengapa banyak

organisasi mengadopsi sistem business intelligence dalam keberlangsungan bisnisnya

(Marjanovic, 2007) dalam (Guarda et al, 2013 : 187).

Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Zukhri dan Winarko (2014:46) penerapan business

intelligence dilingkungan rumah sakit dapat mendukung kualitas keputusan strategis

guna meningkatkan pelayanan kepada pasien. Dalam penelitianya menjelaskan bahwa

business intelligence mendukung keputusan strategis menyakut perbaikan manajemen

organisasi rumah sakit selain pasien juga terkait dengan kepuasan karyawan di rumah

sakit. Business intelligence digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi

kegiatan operasional maupun tindakan yang bersifat klinis. Secara ideal business

intelligence memberikan pengaruh perbaikan terhadap perawatan dan pemberdayaan

pasien.

Penggunaan business intelligence pada aplikasi Partner Relationship

Management (PRM) di PT Indosat Tbk. dalam penelitian Murtadlo dan Hendrik

(2017;7) berguna sebagai analisis data dimasa lampau, menganalisisnya dan

menggunakan pengatahuan hasil dari analisis untuk mendukung keputusan dan

perencanaan perusahaan guna meningkatkan kinerja persahaan. Penerapan business

4
intelligence pada aplikasi PRM terlihat dari pengukuran kinerja canvasser, penjualan

produk dan distributor, perbandingan starpack antar provider, monitoring wilayah

penjualan produk dan dealer performance.

Penelitian Mujiash (2013;87) menjelaskan bahwa penggunaan teknologi

business intelligence dapat menampilkan data dalam bentuk grafik yang bersifat

multidimensi , sehingga dapat melakukan pemilihan informasi sesuai dengan

kebutuhan pengguna. Aplikasi business intelligence yang dibangun tidak hanya

membuat tampilan berbagai komponen cuaca dalam bentuk grafik/dashboard, tetapi

juga suatu gudang data dalam proses pembuatan informasi prakiraan cuaca maritim.

Business intelligence dapat memudahkan dan memberikan kecepatan dalam

melakukan pencarian, pemilihan dana analisa data. Tren data yang dihasilkan menjadi

pengontrol range nilai prediksi cuaca maritim.

Bidang pendidikan juga menggunakan business intelligence sebagai salah satu

sistem yang memudahkan dalam menentukan tingkat kepopuleran jurusan pada

universitas. Penelitian Akbar, Oktaviani dkk (2017;137) menjelaskan bahwa

dengan menggunakan business intelligence proses penentuan juruasan di Universitas

Andalas, mengetahui persaingan yang terjadi dari tahun sebelumnya sehingga dapat

dijadikan sebagai referensi dalam menentukan jursan paling diminati di Universitas.

Penelitian yang dilakukan Avinda, Tarigan dan Widjaja (2017,5)

penggunaan business intelligence pada aplikasi Finsys dan Testcomm yang dimiliki

PT PINS berperan sebagai aplikasi untuk mengolah keuangan yang merupakan aspek

penting dalam project WIFI.id. Aplikasi ini dapat menampilkan review achievement

tiap divisi dimana hal ini memudahkan top manajemen dalam membaca pendapatan

5
yang diperoleh dari project Indonesia WIFI. Dalam penelitian Weiss (2009)

perusahaan telekomunikasi secara rutin menghasilkan dan menyimpan sejumlah besar

data berkualitas tinggi, memiliki basis pelanggan yang sangat besar, dan beroperasi

dalam lingkungan yang cepat berubah dan sangat kompetitif.

Dari para pendapat ahli dan penelitian terdahulu, tergambarkan bahwa

business intelligence digunakan sebagai sistem mengelola data baik berupa

mengumpulkan, menyimpan, menganalisis dan meringkas data internal perusahaan

maupun data eksternal dari pesaing sehingga mengetahui tren bisnis digital yang

terjadi. Peranan business intelligence pada perusahaan sangat penting keberadaanya

oleh karena itu, business intelligence disinidimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja

melalui pemilihan strategi bisnis yang tepat.

2.1.1.1 Komponen Business intelligence

Setelah dibahas mengenai business intelligence sebelumnya, perlu diketahui

bahwa business intelligence memiliki komponen elemen dalam pengembangannya,

antara lain:

1. Data Warehouse

Data warehouse merupakan tempat penyimpanan untuk ringkasan dari data

historis yang diambil dari basis data-basis data yang tersebar di suatu organisasi.

Menurut Poniah (2001;14) data warehouse adalah suatu paradigma baru

dilingkungan pengambilan keputusan strategik. Salah satu keuntungan yang diperoleh

dari keberadaan data warehouse adalah dapat meningkatkan efektifitas pembuatan

keputusan. Adapun karakteristik dari data warehouse adalah a). Subject Oriented atau

6
berorientasi pada subyek. b). Time-variant, c). Non Volatile d). Integrated, Ke empat

karakteristik di atas saling terkait dan kesemuanya harus diimplementasikan agar

suatu data warehouse bisa efektif memiliki data untuk mendukung pengambilan

keputusan.

Fungsi utama dari data warehouse meliputi a). Pengambilan dan pengumpulan

data (termasuk data dari luar organisasi yang dibutuhkan); b). Mempersiapkan data

(transforming), (seperti membersihkan dan mengintegrasikan data); c). Penyimpanan

data (loading); d). Penyediaan data untuk analisis (query & reporting).

2. Online Analytic Process

Online Analytical Processing (OLAP) merupakan bagian dari business

intelligence yang memiliki kaitan erat dengan relational database, reporting dan data

mining. pengaplikasian OLAP merupakan sebuah pendekatan secara tepat untuk

memudahkan analisis multidimensi. OLAP memiliki beberapa operasi untuk

menganalisa data multidimensi diataranya data cube, star schema, snowflakes dan

fact collection. (Husni dan Mukhlas, 2014:18). OLAP memungkinkan pengguna

dapat dengan mudah dan selektif dalam memilih dan melihat data dari sudut pandang

yang berbeda-beda. OLAP dapat digunakan untuk data mining atau menemukan

hubungan antara suatu item yang belum ditemukan. Pada basis data OLAP tidak

perlu memiliki ukuran besar seperti data warehouse, karena tidak semua transaksi

membutuhkan analisis tren.

1. Data Mining

Menurut Pathak et al (2013:997-998) data mining adalah ekstraksi informasi

atau pola yang penting atau menarik dari data yang ada di database yang besar. Data

7
mining merupakan sebuah proses yang mengarahkan untuk menggunakan data yang

sudah tersedia untuk diolah menjadi fakta baru dan menemukan relasi yang

tersembunyi. Beberapa langkah dalam data mining diantaranya adalah identifikasi

dan pemilihan data, kompilasi data, evaluasi data, memilihi tools, mempersiapkan

solusi, memilih model yang akan digunakan (classification rules, decision tree,

clustering, scores, code, weight dan evaluasi data eror), memeriksa dan memvalidasi

hasil, melaporkan hasil penemuan dan mengkombinasikan komponen-komponen

yang telah didapat dengan solusi yang sudah direncanakan sebelumnya.

Tools data mining membantu formulasi pembuatan keputusan strategik dan

taktikal yang diperlukan untuk organisasi dalam mempertahankan bisnisnya, karena

itu bisa menjadi solusi terbaik dalam pengambilan keputusan dalam kondisi beresiko

dan kondisi ketidakpastian (Babu et al, 2012:260). Statistik digunakan sebagai alat

untuk menganalisis data dan menghasilkan informasi yang bernilai untuk pembuat

keputusan. Penelitian yang dilakukan Babu et al, (2012:1) menyatakan terdapat

kontribusi data mining dan statistik dalam keputusan manajerial.

2. Data Visualization

Kebutuhan yang sangat penting bagi perkembangan perusahaan yaitu adanya

sebuah informasi yang akurat dan dapat dipercaya, tetapi untuk mendapatkan

informasi tersebut tidaklah mudah karena diperlukan analisis yang benar dan

memerlukan waktu untuk memahami seluruh informasi. Friedman (2008)

menyatakan bahwa data vizualization memiliki tujuan untuk mengkomunikasikan

informasi secara jelas dan efektif dengan cara grafis yang dapat membantu dalam

8
memahami informasi dari data ke dalam bentuk visual yaitu grafik, dashboard, pixel,

oriented, geometric project, icon-based dan hierarchical. Dengan adanya bentuk

visualisasi diatas dapat memberikan kemudahan dalam membaca sebuah informasi

untuk pengguna yang nantinya akan membantu dalam meningkatkan kinerja bisnis.

2.1.1.2 Karakteristik dan Keunggulan Business intelligence

Business intelligence yang baik memiliki berbagai karakteristik (Stevans,

2008), diantaranya meliputi:

1. Tujuan utama: Seluruh sistem komputer mempunyai tujuan utama bagi

seluruh pengguna sesuai dengan kebutuhan penguna masing-masing.

2. Ketersediaan data yang relevan: Masalah ketersediaan data merupakan poin

yang paling penting dalam sistem business intelligence yang efektif. Dalam

proses pembuat keputusan sering terjadi penyampaian informasi yang tidak

lengkap atau bahkan yang tidak sebenarnya. Namun dengan dukungan

business intelligence, ketersediaan data dapat diatasi sehingga dapat

menyuguhkan data-data yang relevan.

3. Kemampuan: Dalam hal ini terdapat kemampuan business intelligence yang

paling utama yaitu dapat memberikan kemudahan akses untuk informasi

terbaru dari bisnis yang berjalan serta peluang yang diproyeksikan, selain itu

business intelligence dapat memenuhi kapabilitas untuk melakukan analisis

dan memenuhi permintaan pengguna.

4. Struktur Pendukung: Dalam business intelligence, sistem pendukung

didalamnya tidak hanya terdiri dari hardware dan software, namun juga terdiri

9
dari suatu proses yang dibuat untuk pengambilan keputusan yang lebih baik

serta untuk menentukan strategi untuk misi dan tujuan kedepan

Beberapa keuntungan dari Business intelligencemenurut (Lonnqvist &

Pirttimaki, 2006:32 -40):

1. Mengurangi penyebaran informasi

2. Memperbaiki interaksi antar user

3. Mempermudah akan akses informasi

4. Informasi yang tersedia berdasarkan real time

5. Fleksibel dalam mengadaptasi fakta – fakta yang ada dalam perusahaan

6. Informasi yang dihasilkan berfungsi untuk mendukung pengambilan

keputusan.

Business intelligenceadalah proses mendapatkan informasi yang tepat, kepada

para pembuat keputusan yang tepat, pada waktu yang tepat. Business intelligence

hadir sebagai platform perusahaan besar yang mendukung pelaporan, analisis hingga

proses pengambilan keputusan berdasarkan fakta dan proses atau teknik dalam

memperoleh informasi.

Teknologi Informasi menjadi bagian yang penting dalam hidup kita dengan

mengubah cara bisnis setiap 5 atau 8 tahun, hal ini dikenal dengan siklus teknologi.

Teknologi yang digunakan sekarang menjadi usang dalam beberapa tahun terakhit

dan manajer harus bisa beradaptasi dengan sistem dan gaya manajemen yang baru.

Saat big data sangat besar dan penting, dua hal tersebut akan digunakan untuk

perencanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang semakin krusial. Toolsbusiness

10
intelligence atau system informasi eksekutif mengembangkan kemampuan dengan

memaksimalkan big data yang tersedia (Silahtaroglu & Alayoglu, 2016:1).

Business intelligencetelah menjadi sistem yang diprioritaskan oleh para CEO

dalam beberapa dekade, akan tetapi hanya sedikit yang berhasil mengelola pada fase

implementasinya. Penelitian yang dilakukan (Bemhard dan Maria: 2015) mencari

tau efek langsung dan tidak langsung dari kualitas manajemen business intelligence,

dengan menggunakan analisis PLS yang dilakukan dengan menyebar survey ke

senior manajer IT di Australia. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat

banyak hubungan.

Dalam kasus bisnis, terdapat penggunaan sistem business intelligence yang

telah ada dan kini telah secara besar dan sistem yang lebih canggih untuk membantu

dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Berikut penggunaan business intelligence

yang digunakan untuk meningkatkan kinerja bisnis:

Tabel 2.1 Perbedaan Business Intelligence

Faktor BI Tradisional BI Untuk Manajemen Kinerja Bisnis


Skala Departemen Perusahaan besar
Fokus Historis Tepat waktu
Keputusan Strategi dan taktis Strategis, taktis dan operasional
Pengguna Analis Semua orang
Orientasi Reaktif Proaktif
Proses Terbuka Loop Tertutup
Langkah-langkah Metrik Indikator inerja Utama
Views Umum Personalized
Visual Tabel/Grafik Dashboard dan Scorecard
Kolaborasi Informal Built-in
Interaksi Ad Hoq query Dorongan (alert)
Analisis Tren Pengecualian
Data Numerik lainnya Numerik, Teks dll
Sumber: Ballard, C, manajemen kinerja bisnis memenuhi BI (2006),

11
Business intelligence yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk

dapat menunjang kinerja bisnis yang ada pada PT Telkom Indonesia melalui data

bisnis dari unit digital yang akan memberikan pengetahuan bagi pengambil keputsan

sebagai sumber dalam perencanaan strategi bersaing bisnis digital kedepan guna

meningkatkan kinerja perusahaan melalui kinerja bisnis digital.

2.1.2 Strategi Bersaing

2.1.2.1 Pengertian Strategi Bersaing

Konsep generic strategi bersaing dari Michael Porter yang diungkapkan

Pearce dan Robinson (2015:200) bahwa strategi bersaing merupakan ide inti

mengenai bagaimana suatu perusahaan dapat bersaing dengan cara terbaik dalam

pasarnya. Strategi jangka panjang berasal dari bisnis perusahaan untuk mencapai

keunggulan bersaing berdasarkan pada tiga strategi generik yaitu:

1. Striving for overall low-cost leadership in the industry

Merupakan strategi yang digunakan secara keseluruhan dalam memimpin

biaya rendah dengan tujuan untuk mengendalikan biaya murah secara keseluruhan di

industri. Adapun tujuan dari kepemimpinan harga rendah seperti akses ke modal dan

investasi modal berkelanjutan, berinvestasi dalam perbaikan pabrik dan proses,

memiliki kontrol yang ketat, produk desain untuk kemudahan manufaktur dan

organisasi mekanistik, pengawasan ketat dan struktur hirarkis.

2. Striving to create and market unique products for varied customer groups

through differentiation

12
Dalam hal ini dibuat strategi untuk menciptakan dan memasarkan produk-

produk unik bagi banyak kelompok pelanggan yang bervariasi melalui diferensiasi.

Tujuan dari strategi yaitu mengembangkan kemampuan pemasaran yang kuat,

berinvestasi dalam rekayasa produk, mengkoordinasikan fungsi, Mengembangkan

merek dan reputasi perusahaan, bekerjasama dengan peserta saluran, struktur

organisasi organik yang mempromosikan kreativitas, pengukuran subyektif kinerja

dan insentif, kemampuan dalam penelitian terapan.

3. Striving to have special appeal to one or more groups of consumer or

individual buyers, focuses on their cost or differentiation concerns

Strategi ini memiliki daya tarik khusus bagi satu atau beberapa kelompok

konsumen atau pembeli industri dengan berfokus pada kebutuhan akan harga produk

yang rendah dan fkus pada masalah keinginan yang berbeda bagi mereka. Tiga

strategi bersaing generik yang dikemukakan oleh Porter menurut Wheelen et all

(2015:203) ditujukan untuk mengungguli perusahaan lain dalam suatu industri.

Adapaun tiga strategic yang dimaksud antara lain sebagai berikut:

1. Cost Leadership merupakan kemampuan perusahaan atau unit bisnis untuk

merancang, memproduksi dan memasarkan produk secara lebih efisien

dibandingkan pesaingnya.

2. Differentiation merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan nilai

yang superior dan unik kepada pembeli dalam hal kualitas produk, fitur

khusus atau layanan purna jual.

13
3. Focusmerupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan nilai superior

dan unik kepada kelompok pembeli tertentu, segmen pasar tertentu dan pasar

geografis tertentu.

Hitt, Ireland, Hoskisson (2015:111) perusahaan memiliki 5 strategi tingkat

bisnis untuk membangun dan mempertahankan posisi strategis perusahaan

dibandingkan pesaingnya yang terdiri dari cost leadership, differentiation, focused

cost leadership, focused differentiation dan integrated cost leadership/differentiation.

Rufaidah (2014;204) menjelaskan bahwa strategi bersaing memiliki empat

jenis yaitu cost leadership, differentiation, cost focus dan differentiation focus. Dari

ke empat jenis tersebut dalam penerapannya memerlukan taktik bersaing antara lain

sebagai berikut:

a. Timing tactics (taktik waktu): Taktik ini berhubungan dengan pemilihan

waktu yang tepat untuk melaksanakan suatu strategi perusahaan. Dalam

taktik ini terdapat dua jenis taktik yaitu first mover (pioneer) dan last

mover (follower)

b. Market location Tactics (taktik lokasi pasar): Berhubungan dengan

penetapan sikap perusahaan terhadap pesaingnya. Dalam taktik ini

terdapat dua jenis taktik antara lain offensive tactics (menyerang)dan

defensive tactics (bertahan).

Pengertian lain dari strategi bersaing dikemukakan oleh Thompson et al

(2014:121) yaitu usaha spesifik untuk melayani pelanggan, memperkuat posisi pasar,

menghadapi maneuver dari pesaing, merespon pergerakan kondisi pasar dan untuk

mencapai jenis keunggulan tertentu. Terdapat dua faktor terbesar yang membedakan

14
strategi bersaing dengan yang lainnya yaitu luas dan sempitnya target pasar dan

keunggulan yang ingin diraih perusahaan apakah lower cost atau differentiation.

Kedua faktor tersebut memunculkan 5 pilihan strategi bersaing antara lain:

1. Low cost provider strategy: menciptakan harga lebih rendah dibandingkan

pesaingnya pada produk sejenis yang mampu menarik spectrum pelanggan

yang lebih luas.

2. Broad differentiation strategy: menciptakan perbedaan dalam produk yang

ditawarkan perusahaan dibandingkan pesaingnya dengan atribut yang superior

yang mampu menarik spectrum pelanggan yang lebih luas

3. Focused low cost strategy: berkonsentrasi pada segmen pembeli (pasar atau

ceruk) yang sempit dan mengungguli pesaingnya dalam hal biaya, sehingga

mampu melayani ceruk pada harga terendah.

4. Focused differentiation strategy: berkonsentrasi pada segmen pembeli (pasar

atau ceruk) yang sempit dan mengungguli pesaingnya dengan produk yang

ditawarkan mampu memenuhi cita rasa dan persyaratan tertentu dari anggota

ceruk dibandingkan produk yang dtawarkan pesaingnya.

5. Best cost provider strategy: memberikan pelanggan nilai lebih bagi uang

mereka dengan cara memuaskan harapan pelanggan pada atribut kunci untuk

kualitas/fitur/kinerja/layanan disbanding pesaingnya.

Dimensi berbeda yang dikemukakan oleh peneliti sebelumnya (Portusa-

Ortega et al, 2010:1289) mengenai strategi bersaing yang terdiri dari low cost,

innovation differentiation dan marketing differentiation. Pilihan strategi yang tepat

akan menciptakan kinerja yang superior bagi organisasi. Hal ini menjadi bagian

15
penting yang perlu diperhatikan dalam penciptaan nilai bagi konsumen dan

menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan (Porter, 2006; Shu, 2012).

Menurut Parnell (2011:134) studi mengenai strategi bersaing adalah menilai

hubungan antara strategi dan kinerja dalam bingkai waktu yang tetap relatif singkat.

Bisnis berkinerja tinggi menghasilkan keuntungan dan hasil positif lainnya selama

jangka waktu tertentu sehingga tujuan dari strategi bersaing untuk mendapatkan

keuntungan tinggi yang dapat mengahasilkan keuntungan dan dampak positif lainnya

dalam kurun waktu tertetntu.

Dalam penelitian terkait strategi bisnis yang dilakukan oleh Anggara

(2016:47) memaparkan bahwa strategi bersaing merupakan seperangkat tatanan

rencana yang sistematis dalam memposisikan produk di pasar yang relative lebih

unggul dibandingkan dengan produk sejenis yang dimiliki oleh pihak pesaing.

Pearce dan Robinson (2015:249) mengevaluasi speed-based strategies

sebagai suatu keunggulan bersaing yang merupakan strategi bisnis yang dibangun

dalam hal kemampuan fungsional dan kegiatan yang memungkinkan perusahaan

untuk lebih cepat dari pesaing utamanya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan

secara langsung maupun tidak langsung.

Tipe strategi yang dipilih oleh perusahaan sebaiknya menyesuaikan dengan

segala aktivitas dari setiap fungsi dalam organisasi. Penyesuaian pilihan strategi

dengan setiap aktivitas fungsi dalam organisasi akan menciptakan keunggulan

bersaing (competitive advantage) yang terlihat dari kinerja yang superior bagi

perusahaan dan setiap tipe strategi yang dipilih oleh perusahaan sebaiknya memiliki

keunikan dalam melayani pangsa pasar yang ditargetkan. Strategi yang dipilih juga

16
memerlukan penyesuaian dengan setiap sumber daya internal khususnya berpengaruh

pada manajemen sumberdaya manusia yang unik karena SDM merupakan bagian

terpenting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan sehingga tercipta keunggulan

bersaing.

Porter (2006); (Vlachvei, et al,2010) menyatakan dua strategi bersaing

generik adalah cost advantage dan differentiation. Cost advantage dicapai melalui

reducing costs dan differentiation meningkatkan profitabilitas dengan menyediakan

level service yang dilihat dari . capture order secara efisien, keberadaan produk,

pengiriman yang tepat waktu, transparansi informasi dan meningkatkan respon.

Porter (2006) menyatakan bahwa perusahaan harus memilki strategi

kompetitif yang jelas dengan tujuan untuk bersaing secara efektif dan memperoleh

keunggulan competitif yang sustainable. Porter mengusulkan bahwa perusahaan

dapat memilih menjadi penyedia produk dengan harga murah (cost efficiency

strategy) atau penyedia produk yang unik dan inovatif (innovation strategy). Strategi

bersaing merupakan pencarian posisi persaingan yang bertujuan untuk membangun

keuntungan dan posisi yang berlawanan dengan kekuatan yang menentukan

persaingan industri.

Berdasarkan teori diatas kesimpulan yang dapat disampaikan yaitu bahwa

konsep strategi bersaing memiliki variabel hampir sama seperti cost, differentiation,

focus, innovation, speed dan marketing. Dengan persamaan variabel tersebut dalam

penelitian ini strategi bersaing dijadikan sebagai suatu strategi dimana unit bisnis

digital akan bersaing untuk memposisikan bisnisnya lebih kompetitif guna

meningkatkan kinerja bisnis digital Telkom dalam mengelola kinerja bisnis

17
perusahaan secara keseluruhan melalui cost leadership strategy, differentiation

strategy dan speed based strategy.

2.1.2.2 Bisnis Digital

Bisnis menurut Griffin dan Ebert (1996) merupakan suatu organisasi yang

menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau

laba. Amirullah dan Hardjanto (2005) memaparkan bisnis adalah kegiatan yang

dilakukan oleh individu atau sekelompok orang yang menciptakan nilai (create of

value) melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.

Teknologi digital adalah teknologi yang dilihat dari cara pengoperasionalnya

tidak lagi menggunakan tenaga manusia. Tetapi lebih cenderung pada sistem

pengoperasian yang otomatis dan serba canggih dengan bantuan komputerialisasi

(format yang dapat dibaca oleh komputer). Teknologi digital pada dasarnya hanyalah

sistem menghitung sangat cepat yang memproses semua bentuk informasi sebagai

nilai-nilai numerik.

Witjara (2018:22) mengungkapkan bahwa saat ini teknologi digital telah

mengubah tatanan bisnis tradisional. Contoh perusahaan operator seluler di Belanda

yakni KPN yang kini telah kehilangan dominasinya pada pasar global akibat dari

kemunculan aplikasi Skype yang notabene berasal dari industri lain

(Dongback,2017). Selain itu, Blockbuster yang merupakan sebuah perusahaan yang

memiliki ribuan gerai ritel penyewaan video mengalami pailit pada tahun 2010

(Satel, 2014) disebabkan karena Blockbuster gagal dalam melakukan digitalisasi

18
produknya. Disisi lain, kemunculan Netflix yang tidak memiliki satu gerai

penyewaan dapat mengambil alih bisnis ini dan menjadi perusahaan dengan nilai 28

milyar dolar pada tahun 2014. Netflix mengubah model bisnis eksisting yaitu

pengiriman Digital Video Disc (DVD) melalui paket pengantaran menjadi bisnis

streaming video(Erdelina nd Darek,2015).

Menurut Chaffey (2015) Bisnis digital merupakan hasil transformasi dari

bisnis proses kunci dengan memanfaatkan teknologi digital diantaranya internet.

Dalam Gartner (Lopez,2014) mendefinisikan bisnis digital sebagai suatu desain baru

yang menghilangkan sekat antara dunia digital dan dunia fisik yang menghasilkan

konvergensi dari orang, bisnis dan barang yang pada akhirnya mendisrupsi bisnis

model eksisiting bahkan untuk bisnis yang berbasis internet Sejalan dengan

pemikiran dari Doner and Edelman (2015) bahwa terminologi “digital” harus

dipandang sebagai cara baru untuk melakukan sesuatu melalui terminologi baru

dengan membuat bisnis baru, membangun nila berdasarkan pengalaman konsumen

dan membangun kapabilitas baru yang mendukung struktur bisnis.

Dalam perkembangannya bisnis digital melahirkan bisnis model digital

(Digital Business Model) dan transformasi menjadi model bisnis digital (Digital

Business Model Transformasi). Penelitian Zot dan Amit (2010) menyatakan bahwa

model bisnis sebagai konten, struktur dan pengaturan dari aktivitas dalam eksploitasi

business opportunity. Marchand (2014) mengatakan bahwa transformasi model

bisnis digital secara lebih sederhana digunakan sebagai perubahan organisasi dengan

memanfaatkan keberadaan teknologi digital yang secara signifikan meningkatkan

kinerja.

19
Berdasarkan pandangan dan definisi diatas mengenai bisnis digital, dalam

penelitian ini disimpulkan bahwa bisnis digital merupakan serangkaian aktivitas

bisnis yang menciptakan nilai dengan model bisnis yang tertransformasi dengan

bantuan berupa teknologi dalam upaya meningkatkan kinerja. Perlombaan digital saat

ini sedang berlangsung, sehingga pemimpin bisnis akan terus mencari sumber-sumber

baru pertumbuhan dan hasil dari penggunaan teknologi digital untuk keberlangsungan

potensi produk dan jasa.

Bisnis digital pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan bagaimana unit

bisnis digital Telkom membangun model bisnis digital sehingga dapat

mengembangkan produk yang sudah ada dibuat menjadi digital dan menciptakan

produk digital baru yang akan ditawarkan kepada konsumen dalam mempertahankan

eksisitensi kinerja Telkom yang sudah baik.

2.1.2.3 Kinerja Bisnis Digital

Kinerja bisnis dapat dipahami sebagai media untuk mengukur hasil yang telah

dicapai oleh perusahaan selama kurun waktu tertentu. Berbagai perusahaan memiliki

cara yang berbeda-beda dalam mengukur kinerja bisnisnya, namun demikian

pengukuran terhadap kinerja ini pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua bagian

pokok yaitu pengukuran terhadap kinerja keuangan (financial) dan pengukuran

terhadap pemasaran (Ferdinand, 2000:72).

Sejalan dengan penelitian Ferdinan, Rufaidah (2014;30) menjelaskan bahwa

analisis kinerja perusahaan dihitung melalui rasio-rasio keadaan keuangan

20
perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini akan menghasilkan gambaran umum kinerja

operasional perusahaan.

Menurut Wheelen dan Hunger (2015:338) kinerja adalah hasil akhir dari

suatu aktivitas. Ukuran untuk menilai kinerja berdasarkan unit organisasi yang akan

dinilai dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

dalam perumusan strategi bagian dari proses manajemen strategis (berhadapan

dengan profitabilitas, pasar berbagi, dan pengurangan biaya, tentu harus digunakan

untuk mengukur kinerja perusahaan begitu strategi telah dilaksanakan.

Kinerja bisnis adalah totalitas hasil kerja yang dapat dicapai suatu organisasi

yaitu tercapainya tujuan organisasi yang artinya kinerja suatu organisasi itu dapat

dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan

pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya (Momrak, 2012). Menurut Vlachvei

(2010) kinerja bisnis merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi bisnis

dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit

maupun impact.

Pada penelitian ini, kinerja bisnis digital akan membahas menganai totalitas

hasil kinerja yang telah dicapai oleh unit bisnis digital Telkom dalam kurun waktu

tertentu, baik dilihat dari sisi financial dan non financial sebagai upaya

mempertahankan kinerja bisnis perusahaan.

2.1.2.4 Pengukuran Kinerja Bisnis Digital

Dalam mengukur kinerja bisnis sebenarnya bergantung pada pengukuran

kinerja itu sendiri. Tolok ukur yang bersifat unik karena adanya kehususan pada

21
setiap badan usaha, antara lain bidang usaha, latar belakang, status hukum, struktur

permodalan, tingkat pertumbuhan dan tingkat teknologi yang digunakan oleh

perusahaan (Morgan,et.al, 2004).

David (2013:324) mengemukakan kriteria kuantitaif yang umumnya

digunakan untuk mengevaluasi strategi yaitu rasio keuangan, dengan tiga alasan yaitu

untuk membandingkan kinerja perusahaan pada periode, membandingkan kinerja

perusahaan dengan kinerja pesaing dan membandingkan kinerja perusahaan terhadap

rata-rata dalam industri. Beberapa rasio finansial yang digunakan untuk mengevaluasi

strategi terdiri dari Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Profit

Margin, Market Share,Debt to Equity, Earning per Share (EPS), Sales Growth, dan

Asset Growth.

Penelitian yang dilakukan Vintila dan Gheghina (2012) untuk mengukur

kinerja bisnis dilakukan dengan mengevaluasi kinerja operasional terdiri dari return

on equity, net profit margin, pertumbuhan penjualan, Penilaian (Tobin Q) dan payout

pemegang saham (dividend yield), dan Pembelian saham kembali.

Disisi lain, Hubbard dan Beamish (2011:135) mengungkapkan beberapa

pengukuran kinerja yang dilihat dari berbagai tipe perusahaan sebagai mana

dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Tipe Perusahaan / Organisasi

Badan Usaha Milik Negara Perusahaan


Badan Usaha
Non Profit Terdaftar Di
Non Komersil Komersil Milik Swasta
BEI
Kepuasan Kepuasan para Penjualan Pangsa pasar Shareholder
pelanggan stakeholder value
Efisiensi Kepuasan Net Profit Penjualan ROE
pelanggan

22
Badan Usaha Milik Negara Perusahaan
Badan Usaha
Non Profit Terdaftar Di
Non Komersil Komersil Milik Swasta
BEI
Kualitas Efisiensi Kepuasan Net profit Pertumbuhan
pelanggan (growth)
Breakeven Kualitas Efisiensi Pertumbuhan Pangsa pasar
(growth)
Breakeven Kualitas ROA Penjualan
Arus kas ROE Net profit
bersih
ROA Kepuasan ROA
pelanggan
Efisiensi Kepuasan
Pelanggan
Kualitas Efisiensi dan
Kualitas
Sumber: Hubbard dan Beamish (2011)

Adapun pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Srinivasa Reddy et al

(2013) mengunakan ukuran free cash flow, replacement value dan liquidation value

dalam menilai model valuasi bisnis berbasis kinerja.

Sementara Olrich, Quil dan Rapp (2015) menggunakan discounted cash

flow (DCF) dalam mengukur valuasi bisnis. Sejalan dengan itu, Witjara (2018:72)

mengungkapkan valuasi bisnis pada perusahaan digital di Indonesia dinyatakan

sebagai output dari aktivitas bisnis perusahaan diukur oleh:

a. Enterprise value adalah kuran ekonomi yang mencerinkan nilai pasar

suatu bisnis. Enterprise value digunakan sebagai salah satu tolak ukur

dalam penilaian bisnis, keuangan, akuntansi, analisis portofolio dan

analisis risiko.

b. Free cash flow adalah arus kas yang tersisa setelah perusahaan membayar

beban-beban operasional dan kebutuhan investasinya.

23
c. Future value adalah nilai uang yang diterima atau dibayarkan pada masa

sekarang dengan memperhitungkan tingkat bunga setiap perode selama

jangka waktu tertentu.

Rufaidah (2014:303-307) menjelaskan bahwa untuk melakukan evaluasi atas

kinerja perusahaan pengukuran yang digunakan menggunakan pengukuran kinerja

secara kuantatif dan pengukuran kinerja secara kualitatif. Dimana pengukuran kinerja

secara kuantitaif merupakan penetapan indikator penilaian atas kinerja perusahaan

melalui :

a. Kinerja Keuangan

- Tingkat Likuiditas: Kemampuan perusahaan dalam membayar hutang

lancer. Ukuran atau nilai ideal dari tingkat likuiditas harus dilihat dari pola

tingkat likuiditas industri itu sendiri.

- Tingkat Leverage: Mengindikasikan tingkat porsi pendanaan perusahaan

dari utang tinggi berarti ada penghematan pajak, tapi komposisi pendanaan

yang tinggi dari utang juga cukup berbahaya karena tingkat risiko juga

tinggi, akibatnya akan meningkatkan peluang gagal bayar.

- Tingkat Aktivitas: Indikator untuk mengukur tingkat perputaran

persediaan, asset atau ekuitas. Seberapa cepat dan efisien ketiga sistem

tersebut melakukan perputaran di setiap periode waktu tertentu.

- Tingkat Profitabiltas: Indikator mengukur tingkat keuntungan yang dapat

dihasilkan perusahaan. Ukuranya bisa berupa profit margin, nilai perolehan

dari per lembar saham atau return terhadap aset.

24
b. Kinerja Pemasaran: Kinerja yang diukur dengan menggunakan marketing

matrics yang merupakan sejumlah ukuran kinerja kuantitatif yang

digunakan untuk menilai suatu operasi atau aktivitas suatu unit/perusahaan.

c. Kinerja SDM: Kinerja ini menggunakan pengukuran HRM Metrics yang

digunakan untuk mengukur aktivitas SDM dan pengelolanya. Selain itu,

indikator ini dapat dilakukan berdasarkan fungsi manajemen SDM, biaya

rata-rata jumlah hari pelatihan.

d. Kinerja Operasi: Indikator ini dapat diukur dengan operation metrics yaitu

efisiensi dan efektivitas suatu proses melalui tingkat ketepatan pelayanan,

tingkat mutu pelayanan, mengontrol kualitas jasa yang dihasilkan sesuai

standar yang telah ditetapkan.

Sedangkan untuk pengukuran kinerja kualitatif penetapan indikator dilakukan

atas aktivitas perusahaan dalam melakukan survey kepuasan pelanggan, karyawan

dan survey lainnya yang mendukung kinerja perusahaan. Hasil pengukuran tersebut

dijadikan dasar perusahaan untuk melakukan perbaikan di masa yang akan datang.

Berdasarkan teori dan pandangan diatas dikaitkan dengan bisnis digital, pada

penelitian ini disimpulkan bahwa kinerja bisnis digital merupakan hasil akhir dari

suatu aktivitas yang didukung oleh adanya kemajuan informasi teknologi berbasis

internet. Adapun perbedaan kinerja bisnis non-digital dan bisnis digital antara lain

sebagai berikut:

25
Tabel 2.3 Kinerja Bisnis Perusahaan Digital dan Non Digital

Kinerja bisnis Non Digital Kinerja bisnis Digital


Shareholder value Valuasi Bisnis
ROE Profitabilitas
Pertumbuhan (growth) ROI digital marketing
Pangsa pasar Revenue growth rates
Penjualan Pertumbuhan Jumlah Pelanggan
Net profit Capital funding
ROA
Kepuasan Pelanggan
Efisiensi dan Kualitas
Sumber: hasil olah, 2018

Pada penelitian ini, pengukuran kinerja bisnis digital menggunakan balanced

scorecard dengan memetakan keseimbangan antara performance pada sisi financial

dan non-financial. Performance jangka pendek dan jangka panjang, performance

internal dan eksternal (Pearce and Robinson 2012;202). Pada dasarnya BSC dibuat

untuk menyeimbangkan antara pengukuran internal berupa proses bisnis, inovasi,

pertumbuhan dan pembelajaran dengan pengukuran eksternal yang berguna bagi

pemegang saham dan pelanggan.

Rufaidah (2014;301) Ciri-ciri BSC mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

i) Menetapkan ukuran kinerja secara kuantitatif seperti tujuan dan ukurannya

serta dilakukan proses komunikasi antar tingkat manajemen dalam

penyusunannya.

ii) Mengevaluasi hasil kinerja secara berkelanjutan dan

iii)Mengintegrasikan hasil penetapan kinerja dan ukuranya ke dalam suatu

strategi perusahaan sehingga terintegrasi.

Adapun pengukuran kinerja bisnis digital BSC ini memiliki empat perspektif

yaitu:

26
a. Persfektif Keuangan

Perspektif ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana strategi organisasi dan

implementasinya dalam memberikan kontribusi terhadap laba bisnis melalui

penjualan dan penekanan biaya. Menurut Kaplan dan Norton (2001) perusahaan

meningkatkan economic value-nya melalui dua pendekatan dasar yaitu revenue

growth dan produktivitas. Perspektif ini dikelompokan menjadi pengukuran objektif

dan subyektif.

Indikator pengukuran objektif mencakup keuntungan dengan mengukur

pertumbuhan laba, penjualan atau jumlah pendapatan, sementara untuk ukuran

keberhasilan pasar saham paling umum adalah stock return dan ratio market to book

value. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, baiasanya dimulai dengan laba

akuntansi melalui profitability ratio dan Return on Asset dan Return on

Equity(Palepu, 2004; 5). Pengukuran subjektif mengkaji perspektif responden,

kepuasan pelanggan, elemen kinerja yang berbeda.

b. Perspektif Pelanggan

Menurut Niven (2001;33) ketika menggunakan pengukuran pada perspektif

ini terdapat 2 pertanyaan yaitu siapa target pelanggan dana pa value yang akan kita

berikan kepada pelanggan. Dalam perspektif ini terdapat tiga disiplin yaitu

operasional excellent dimana organisasi mengejar keunggulan operasional

menggunakan harga yang rendah, kenyamanan. Product leadership dalam hal

mengutamakan produknya, konstan dalam hal inovas sehingga menjadi produk yang

terbaik dalam pasar. Sedangkan untuk customer intimacy lebih kepada memberika

solusi apapun yang diperlukan untuk kebutuhan pelanggan. Fokus pada hubungan

27
jangka panjang dengan pelanggan dilakukan dengan cara mencari pengetahuan

mendalam tentang kebutuhan pelanggan. Persfektifini biasanya termasuk tindakan

yang banyak yaitu kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, pangsa pasar dan

akuisisi pelanggan. Perspektif ini meliputi beberapa pengukuran utama dan

pengukuran umum atas keberhasilan dari rumusan dan pelakasanaan starategi yang

baik. Pengukuran hasil utama meliputi kepuasan pelanggan, bergabungnya pelanggan

baru, keuntungan pelanggan, pangsa pasar dan perhitungan dalam segmen pasar.

Perspektif pelanggan menterjemahkan misi dan strategi organisasi kepada tujuan

tertentu baik mengenai segmen pasar maupun segmen pelanggan yang menjadi

sasaran yang harus disampaikan kepada seluruh organisasi. Contoh dalam perspektif

ini adalah meningkatnya kepercayaan pelanggan, kecepatan pelayanan, quality

relationship dengan pelanggan.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Organisasi mampu mengidentifikasi proses-proses internal yang kritis untuk

Mewujudkan finansial yang baik dan pelayanan internal organisasi, indicator yang

memungkinkan pada perspektif ini antaralain pengembangan produk, layanan,

delivery, layanan purna jualan (Niven; 2001;34). Menurut Kaplan dan Norton

(2001) ketika suatu organisasi sudah mempunyai gambaran yang jelas pada sisi

pelanggan dan finansial, maka organisasi tersebut dapat menetukan tujuan untuk

value yang berbeda bagi pelanggan dan akan lebih produktivitas untuk meningkatkan

kinerja financial.

Pengukuran proses bisnis internal memfokuskan kepada proses-proses

internal yang mempunyai pengaruh besar pada kepuasan pelanggandan tercapainya

28
tujuan kepuasan pelanggan. Manajemen berusaha untuk mengawasi dan

memperbbaiki proses operasi yang berlaku untuk menunjukan gelombang pendek

pada penciptaan nilai. Perusahaan menciptakan nilai mulai dari produksi, penyediaan,

pelayanan dan penyediaan jasa pelanggan dengan biaya di bawah harga yang

diterima. Kunci sukses keuangan jangka panjang memerlukan penciptaan seluruh jasa

baru yang akan bertemu dengan timbulnya kebutuhan pelanggan sekarang dan yang

akan datang.

Proses inovasi jangka panjang penciptaan nilai yang drivernya lebih bertenaga

pada performansi keuangan di masa depan dibandingkan perputaran operasi jangka

pendek. Perspektif ini merupakan gabungan untuk perputaran inovasi jangka panjang

sebaik perputaran operasi jangka pendek. Contoh perspektif ini adalah meningkatnya

proses pelyanan pelanggan, state of the art technology dan terintegrasikannya proses

layanan pelanggan.

d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Perusahaan mampu mengidentifikasikan tujuan dan strategi ketiga perspektif

diatas, sehingga organisasi dapat dapat menghasilkan outcome yang unggul. Indikator

yang meyakinkan dalam perspektif ini adalah terkait dengan manusia, ketersediaan

informasi dan penyesuaian dalam perusahaan (Niven, 2001; 34) . pada perspektif ini

manajer harus dapat menjelaskan kapabilitas dan skill pekerja, teknologidan iklim

perusahaan untuk menunjng peaksanaan strategi (Kaplan & Norton 2001).

Perspektif ini hadir dari tiga sumber prinsip yaitu SDM, sistem dan prosedur.

Proses internal bisnis akan memperlihatkan perbedaan yang besar antara kemampuan

SDM , sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan dibutuhkan untuk mencapai

29
performansi. Untuk menutup perbedaan ini, perusahaan harus menginvestasikan

dalam pelatihan pegawai, meningkatkan sistem dan teknologi informasi serta

meluruskan kebiasaan-kebiasaan dan prosedur yang menyimpang. Contoh dalam

perspektif ini adalah meningkatnya kapabilitas personel dan meningkatkan komitmen

personel.

2.2 Kerangka Pemikiran

Saat ini sistem ekonomi digital telah dimulai dengan ditandai adanya

pertumbuhan pemakaian internet diseluruh dunia. Pemakaian internet merupakan

digitalisasi yang saat ini telah banyak merubah tatanan sosial di masyarakat termasuk

dalam tatanan bisnis. Era globalisasi saat ini hampir semua aspek kehidupan akan

berhubungan dengan teknologi dan informasi. Dinamika perubahan lingkungan bisnis

yang dinamis, dengan kebutuhan akan data, informasi, telekomunikasi dan media

elektronik, memberikan dampak yang besar untuk menghasilkan kinerja yang baik.

Sistem yang kini digunakan oleh sebagian besar CEO dalam beberapa dekade

terakhir adalah business intelligence. Dimana pendekatan ini digunakan untuk

membantu para pucuk pimpinan dalam memperoleh data dan informasi untuk

perencanaan strategi dan pengambilan keputusan strategis untuk melihat arah

landscape bisnis yang sedang berjalan dan akan datang.

Strategi bersaing merupakan salah satu faktor keberhasilan perusahaan untuk

memenangkan persaingan. Dalam penelitian ini strategi bersaing akan membantu

dalam menciptakan dan mempertahankan kinerja bisnis digital di Telkom. Strategi

bersaing pada penelitian ini adalah cost leadership strategy kemampuan perusahaan

melalui unit bisnis digital yang dimiliki perusahaan dalam mendesain, memproduksi

30
dan memasarkan produk secara efisien dengan harga yang kompetitif dibandingkan

pesaing, differentiation strategy merupakan kemampuan perusahaan untuk

menyediakan nilai dan pengalaman yang superior dan unik kepada pembeli dalam hal

kualitas produk, fitur khusus atau layanan purna jual terhadap produk digital dan

speed based strategy adalah kemampuan fungsional dan kegiatan yang

memungkinkan perusahaan untuk bergerak lebih cepat dari pesaing utamanya dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan adanya bantuan dari kecanggihan teknologi berupa data dan informasi

yang update dan strategi bersaing yang tepat perusahaan dapat meningkatkan kinerja

bisnis digital Telkom. Adapun paradigm dalam penelitian adalah sebai berikut:

Business Intelligence
STRATEGI BISNIS

Data Warehouse
Competitive Strategy
Business Analytics
Cooperative Strategy
Data Mining
Data Visualization
Kinerja Bisnis Digital

Finansial
Non-Finansial

Strategi Bersaing

Cost Leadership Strategy


Differentiation Strategy
Speed Based Strategy

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

31
2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H1: Business intelligence berpengaruh pada inerja bisnis digital PT Telkom

H2: Strategi bersaing berpengaruh pada unit bisnis digital PT Telkom

H3: Business intelligence dan strategi bersaing berpengaruh terhadap kinerja bisnis

digital PT Telkom

32
33

Anda mungkin juga menyukai