Akreditasi Satpam Rumah Sakit
Akreditasi Satpam Rumah Sakit
19 April 2022
Pelayanan gizi di rumah sakit ini diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien
berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien
sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya kondisi penyakit juga
dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang
semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh
yang mengakibatkan beberapa masalah gizi (Kemenkes RI, 2013).
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan
kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related disesae), memerlukan penatalaksanaan
gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan
(Kemenkes RI, 2013).
1.1 Tujuan Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi di rumah sakit memiliki tujuan untuk terciptanya sistem pelayanan gizi
yang bermutu dan paripurna sebagai bagian dari pelayanan kesehatan rumah
sakit. Pelayanan yang bermutu dan paripurna tersebut dapat dilaksanakan dengan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan gizi yang meliputi asuhan gizi terstandar pada
pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap, menyelenggarakan makan sesuai standar
kebutuhan gizi dan aman dikonsumsi, menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi
pada klien/pasien pada klien/pasien dan keluarganya, serta menyelenggarakan penelitian
aplikasi di bidang gizi dan dietetik sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Kemenkes, 2013).
3. Penyelenggaraan makanan
Pelayanan gizi rumah sakit dilakukan sebagai bentuk upaya peningkatan status gizi dan
kesehatan pasien baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Peningkatan status gizi dan
kesehatan tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab tim asuhan gizi. Tim asuhan gizi
merupakan seluruh tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam mempercepat
kesembuhan pasien.
1. Dietesien/ahli gizi,
3. Perawat,
4. Ahli farmasi,
Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang terbaik
bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus berkolaborasi
dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya terkait memberikan
pelayanan asuhan gizi. Oleh karena itu, perlu mengetahui peranan masing-masing tenaga
kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan (Kemenkes, 2013).
Tim asuhan gizi terdiri dari berbagai macam profesi yang mempunyai peran sebagai berikut:
a. Dietesien/ Ahli gizi
1. Mengkaji hasil skrining gizi dari perawat dan order diet dari dokter.
2. Melakukan pengkajian gizi lanjut pada pasien berisiko malnutrisi, malnutrisi, atau
kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa, dan interpretasi riwayat gizi/makanan,
biokimia, antropometri, pemeriksaan klinis dan fisik, dan riwayat personal pasien.
4. Menyusun intervensi diet meliputi tujuan dan preskripsi diet yang lebih terperinci
untuk penetapan diet definitive serta merencanakan konseling gizi.
6. Melakukan koordinasi dengan sesama anggota tim asuhan gizi untuk melaksanakan
intervensi gizi
8. Melakukan evaluasi terhadap proses dan dampak asuhan gizi yang diberikan.
9. Melakukan edukasi gizi meliputi konseling dan penyuluhan pasien dan keluarganya.
13. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi yang dilakukan untuk mengevaluasi
keberhasilan pelayanan gizi bersama Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP),
perawat, ahli farmasi, dan tenaga kesehatan lain, serta pasien dan keluarganya.
(Kemenkes, 2013).
1. Bertanggung jawab dalam aspek gizi pasien yang terkait dengan aspek klinis.
4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peran asuhan gizi.
5. Merujuk pasien yang membutuhkan asuhan atau konseling gizi pada dietisien/ahli gizi.
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara berkala bersama selama
masa perawatan (Kemenkes, 2013).
c. Perawat
2. Merujuk pasien berisiko malnutrisi, malnutrisi, atau kondisi khusus ke dietisien/ ahli gizi.
3. Melakukan pengukuran antropometri secara berkala meliputi berat badan dan tinggi badan
pasien.
4. Melakukan pemantauan, pencatatan asupan makanan, dan respon pasien terhadap diet
yang diberikan, serta menginformasikan perubahan kondisi pasien kepada dietisien/ahli gizi.
5. Memberikan motivasi pada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan melalui oral,
enteral, dan parenteral.
(Kemenkes, 2013).
d. Farmasi
1. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral, elektrolit dan nutrisi
parenteral.
3. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan parenteral oleh
klien/pasien bersama perawat.
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan makanan.
(Kemenkes, 2013).
Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara berkaitan
dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien dengan gangguan menelan
yang berat (Kemenkes, 2013).
1) Persiapan Penyuluhan :
2) Pelaksanaan penyuluhan :
- Tanya jawab
2) Evaluasi proses adalah penilaian yang dilakukan pada saat penyuluhan berlangsung.
Penilaian dapat dilakukan dengan cara mengamati situasi/kondisi saat penyuluhan
berlangsung dan mengamati antusiasme audiens. Tingkat antusiasme audiens dapat dinilai
dengan mengamati partisipasi audiens dalam mengajukan pertanyaan.
3) Evaluasi akhir adalah penilaian yang dilakukan setelah penyuluhan berakhir. Penilaian
dalam evaluasi akhir biasanya disesuaikan dengan tujuan diadakannya penyuluhan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan audiens mengenai materi yang disampaikan. Penilaian
pengetahuan audiens dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada
audiens mengenai materi penyuluhan yang telah disampaikan
(Maulana, 2007).
1.5 Pemberdayaan Pelayanan Gizi (Konseling)
Pemberdayaan pelayanan gizi konseling atau pelayanan gizi rawat jalan merupakan
serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai
dariassessment/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi
kepada klien/pasien di rawat jalan (Kemenkes RI, 2013).
Tujuan konseling gizi yaitu memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan
atau kelompok dengan membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi
mengenai jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan dan
cara makan, jenis diet dengan kondisi kesehatannya. Sasaran kegiatan ini yaitu pasien dan
keluarga atau individu pasien yang datang atau dirujuk (Kemenkes RI, 2013).
Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa
konseling adalah sebagai berikut:
1. Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan dokter dari poliklinik
yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
2. Petugas administrasi di ruang konseling mencatat data pasien didalam buku registrasi.
3. Ahli gizi melakukan assessmen gizi dimulai dengan pengukuran antropometri pada pasien
yang belum ada data BB, TB.
4. Ahli gizi melanjutkan assessmen/pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat makan, riwayat
personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis. Kemudian menganalisa semua
data assessmen gizi.
6. Ahli gizi memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan langkah
menyiapkan dan mengisi leaflet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta
menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat
peraga food model, menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan,
mcara pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta
kemampuan pasien.
7. Ahli gizi menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui keberhasilan
intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi.
8. Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Assessmen, Diagnosis, Intervensi,
Monitoring & Evaluasi) kemudian diarsipkan di ruang konseling.
Pemberdayaan pelayanan gizi konseling atau pelayanan gizi rawat jalan merupakan
serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
assessmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada
klien/pasien di rawat jalan (Kemenkes RI, 2013).
Sistem K3 di Instalasi Laundry RS (Kesmas,
stase K3)
Posted: November 29, 2012 in Kedokteran
Tag:kesehatan kerja, kesehatan masyarakat, keselamatan kerja, rumah sakit
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat
didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit
atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan
terjemahan dari “ Occupational Health” yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi
masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan
ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja.
Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu ruangan
yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja
yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya (ergonomic ) dan sebagainya (Notoadmojo, 2012).
Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tercantum dalam undang-undang
keselamatan kerja no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Dalam undang-undang no.23 tahun 1992 tentang
kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja
yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit
sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja dirumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah
sakit sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit.
Instalasi laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai resiko penularan penyakit infeksi dan
juga terdapat beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit (Depkes RI, 2009).
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan dan meminimalisirkan dan bila
mungkin meniadakannya. Oleh karena itu perlu diadakannya sistem K3 di instalasi laundry agar
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.1. Definisi
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat
dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan
industri ataupun lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan
dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya (OHSAH 2003).
2.1.2. Tujuan
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antar pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya
baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk : (Depkes
RI, 2006)
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan padamasyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi
lingkungan kerjanya
Memberi pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dan kemungkina bahaya yang
Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkunga pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
psikis pekerjanya.
Dasar Hukum dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Depkes RI, 2009);
“Tentang kesehatan; bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit
sepuluh orang”
“Kewajiban Pengelola untuk menyelenggarakan upaya kesehatan kerja, untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan, serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan”.
2.3 Manajemen K3 di RS
Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, dinyatakan bahwa upaya K3 harus
dilaksanakan di semua tempat kerja khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan mudah
terjangkit penyakit. Jika berdasarkan isi tersebut, maka rumah sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap pelaku
langsung yang bekerja di rumah sakit, namun juga pengunjung yang berobat kerumah sakit (Kepmenkes RI,
2007)
Manajemen K3 di RS adalah Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di RS. Upaya K3 di RS menyangkut
tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja (Kepmenkes RI,
2007).
Program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan
produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar
1. Standar Pelayanan Keselamatan dan kesehatan di rumah sakit (K3RS). Adapun bentuk pelayanan kesehatan
pekerja di Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjaannya.
4. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pajanan di rumah sakit.
5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik pekerja
6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang menderita sakit.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Rumah Sakit yang akan pensiun atau pindah kerja
8. Melakukan koordinasi dengan tim panitia pencegahan dan pengendalian infeksi mengenai penularan infeksi
10. Melaksanakan Pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja
11. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja yang disampaikan kepada direktur
Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata maupun teraba panca
indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan umumnya merupakan bagian dari suatu bangunan
gedung (pintu, lantai, dinding, tiang, kolong gedung, jendela) ataupun bangunan itu sendiri. Sedangakan
prasarana adalah seluruh jaringan/instansi yang membuat suatu sarana bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, antara lain : instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik, gas medis, komunikasi, dan
Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
a) Kategori B3
Memancarkan radiasi, Mudah meledak, Mudah menyala atau terbakar, Oksidator, Racun, Korosif,
(1) Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya.
(2) Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai sifat dan karakteristik
dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan
terjadi
(3) Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan meliputi pengendalian
operasional, pengendalian organisasi administrasi, inspeksi dan pemeliharaan sarana prosedur dan proses kerja
Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang diperlukan. Rekanan yang akan
diseleksi diminta memberikan proposal berikut company profile. Informasi yang diperlukan menyangkut
spesifikasi lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3 dan
kepada instalasi logistic sebagai unit pengadaan barang setiap kali mengajukan permintaan bahwa barang yang
diminta termasuk jenis B3. Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat form seleksi yang memuat
kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta sistem penilaian untuk masing-masing criteria yang
ditentukan.
(1) S3/S2 K3 minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS
(2) S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS
(3) Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2 Kedokteran Okupasi minimal 1 orang yang mendapat
(4) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 2 orang yang mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS
(5) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang dengan sertifikasi K3 dan
(6) Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal) yang mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS
(7) Tenaga paramedis yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS minimal 2 orang
(8) Tanaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal) mendapat pelatihan khusus terakreditasi mengenai
K3 RS minimal 1 orang
(9) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS minimal 2 orang
(1) S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS
(2) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS
(3) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang dengan sertifikasi K3 dan
(4) Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal) yang mendapat pelatihan khusus yang
(5) Tenaga paramedis yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang
(6) Tanaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal) mendapat pelatihan khusus terakreditasi mengenai
K3 RS minimal 1 orang
(7) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang
(1) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3 RS
(2) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang dengan sertifikasi K3 dan
(3) Tenaga paramedis yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang
(4) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain dengan melalui pelatihan,
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit dibedakan dalam dua
macam, yakni pengawasan internal, yang dilakukan oleh pimpinan langsung rumah sakit yang bersangkutan,
dan pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh Menteri kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat, sesuai
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis dari masing-masing unit kerja
rumah sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, yang dikumpulkan
dan dilaporkan /diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di
wilayah Rumah Sakit. Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah menghimpun dan
menyediakan data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3;
mencatat dan melaporkan setiap kejadian/kasus K3, dan menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Pelaporan terdiri dari; pelaporan berkala (bulanan, semester, dan tahunan) dilakukan sesuai dengan jadual yang
telah ditetapkan dan pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat
kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3. Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3
adalah mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang tercakup di dalam :
(1) Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan lingkungan rumah sakit.
(2) Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan tindak lanjutnya.
1. Pengertian Manajemen K3 RS
Manajemen K3 RS merupakan upaya terpadu dari seluruh SDM RS, pasien, serta pengunjung atau pengantar
orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja RS yang sehat, aman dan nyaman termasuk pemukiman
1. Sistem Manajemen K3 RS
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen yang meliputi: struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan,
prosedur, sumber daya, dan tanggungjawab organisasi. Tujuan dari SMK3 RS adalah menciptakan tempat kerja
yang aman dan sehat supaya tenaga kerja produktif disamping dalam rangka akreditasi rumah sakit itu sendiri.
Prinsip yang digunakan dalam SMK3 adalah AREC (Anticipation, Recognition, Evaluation dan Control) dari
1. Langkah manajemen:
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh
seluruh karyawan RS. Manajemen RS mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti
Kebijakan K3 di RS diwujudkan dalam bentuk wadah K3 RS dalam struktur organisasi RS. Untuk
melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 RS, perlu disusun strategi antara lain :
d) Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS pada setiap unit kerja di lingkungan RS.
2) Perencanaan
RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3
Identifikasi sumber bahaya yang ada di RS berguna untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK (penyakit akibat kerja). Sedangkan penilaian faktor risiko
merupakan proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial
Pengendalian faktor risiko di RS dilaksanakan melalui 4 tingkatan yakni menghilangkan bahaya, menggantikan
sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah bahkan tidak ada risiko
b). Membuat peraturan. Peraturan yang dibuat tersebut merupakan Standar Operasional Prosedur yang harus
dilaksanakan, dievaluasi, diperbaharui, serta harus dikomunikasikan dan disosialisasikan kepada karyawan dan
b) Indikator kinerja yang harus diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 dan sekaligus merupakan informasi
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas, terhadap tugas dan
kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan
melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
1) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS mengenai masalah-masalah yang berkaitan
dengan K3.
3) Membuat program K3 RS
1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang berhubungan dengan
K3.
2) Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di
RS.
6) Memberi nasehat tentang manajemen k3 di tempat kerja, kontrol bahaya, mengeluarkan peraturan dan
inisiatif pencegahan.
7) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai kegiatannya.
Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru, pembangunan gedung dan proses.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin
cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika (Ferdianto, 2010).
Linen kotor diambil dari masing-masing ruangan perawatan, Poli rawat jalan, ruang operasi dan UGD
c. Proses Pencucian
e. Proses finishing
f. Proses Pendistribusian
2. Proses pencucian
1. Prewash/Flush/Break/Pencucian awal
Linen dimasukkan dalam mesin cuci, lalu petugas menambahkan kimia laundry detergen dan alkali dan
memberikan emulsi apabila terdapat noda darah atau minyak/lemak. Zat kimia ini ditambahkan menggunakan
sendok takaran.
2. Mainwash/Suds wash/Pencucian.
Pada proses ini mesin cuci bekerja secara otomatis bedasarkan program yang diinginkan.
3. Rinse/Fill/Pembilasan.
Pembilasan adalah untuk menghilngkan kimia laundry dari permukaan dan dalam serat-serat kain sehingga kain
akan terbebas dari pengaruh kimia laundry yang dapat membuat serat kain menjadi kaku/keras.
4. Souring/Penetralan.
Souring/penetralan dapat dilakukan bersamaan saat pembilasan atau dapat dilakukan sendiri setelah pembilasan
selesai.
5. Softening/Pelembutan.
Softener adalah kimia laundry yang difungsikan untuk melembutkan kain dan memberikan aroma pada hasil
pencucian
¢ linen yang masih belum begitu kering (lembab) dikeluarkan dari mesin cuci dengan tangan ke dalam troli
¢ didorong ke mesin pengeringan. Setelah sampai di mesin pengering, linen yang ada di troli dimasukkan lagi ke
dalam.
Mesin tumbler
¢ tumbler adalah mesin yang sistim kerjanya sama dengan mesin cuci hanya pada mesin tumbler mediannya
adalah udara panas yang dimasukkan dalam drum yang berputar berisikan linen lembab setelah dicuci,
¢ udara panas tersebut akan membaut linen menjadi kering. Jadwal kerja harian
2. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada
pekerja di Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjaannya.
3. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pajanan di rumah sakit.
4. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik pekerja
5. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang menderita sakit.
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Rumah Sakit yang akan pensiun atau pindah kerja
7. Melakukan koordinasi dengan tim panitia pencegahan dan pengendalian infeksi mengenai penularan infeksi
9. Melaksanakan Pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja yang disampaikan kepada direktur
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh
seluruh karyawan RS. Manajemen RS mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti
Kebijakan K3 di RS diwujudkan dalam bentuk wadah K3 RS dalam struktur organisasi RS. Untuk
melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 RS, perlu disusun strategi antara lain :
l) Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS pada setiap unit kerja di lingkungan RS.
1. Perencanaan
RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3
Identifikasi sumber bahaya yang ada di RS berguna untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK (penyakit akibat kerja). Sedangkan penilaian faktor risiko
merupakan proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial
Pengendalian faktor risiko di RS dilaksanakan melalui 4 tingkatan yakni menghilangkan bahaya, menggantikan
sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah bahkan tidak ada risiko
b). Membuat peraturan. Peraturan yang dibuat tersebut merupakan Standar Operasional Prosedur yang harus
dilaksanakan, dievaluasi, diperbaharui, serta harus dikomunikasikan dan disosialisasikan kepada karyawan dan
d). Indikator kinerja yang harus diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 dan sekaligus merupakan informasi
e). Program K3 ditetapkan, dilaksanakan, dimonitoring, dievaluasi dan dicatat serta dilaporkan.
1. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas, terhadap tugas dan
kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan
melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
1. Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS mengenai masalah-masalah yang berkaitan
dengan K3.
3. Membuat program K3 RS
1). Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang berhubungan dengan K3.
2). Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di
RS.
6). Memberi nasehat tentang manajemen k3 di tempat kerja, kontrol bahaya, mengeluarkan peraturan dan
inisiatif pencegahan.
4. Bahaya ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai selesai),
Hal hal yang harus diperhatikan :
– Kontaminasi laundry
Potensi Bahaya ;
Cucian kotor yang terkontaminasi dengan darah atau bahan yang berpotensi menular atau berisi benda tajam.
Potensi Bahaya;
Paparan darah atau bahan yang berpotensi menular lainnya melalui cucian terkontaminasi yang tidak benar
Solusi;
Ikuti prosedur yang digariskan dalam Standar Patogen terbawa darah, menangani cucian terkontaminasi seperti:
2. Hindari kontaminasi cucian di lokasi penggunaan. Jangan menyusun atau bilas cucian di lokasi di mana ia
digunakan
1. Letakkan cucian basah yang terkontaminasi di tempat yang anti bocor, berikan warna, kode atau label yang
1. Setiap mencuci cucian basah yang terkontaminasi dan menyajikan kemungkinan wajar rendam-through atau
kebocoran dari kantong atau wadah, cucian harus ditempatkan dan diangkut dalam kantong atau wadah yang
1. Cucian yang tercemar harus ditempatkan dan diangkut dalam kantong atau wadah yang diberi label dengan
simbol biohazard atau dimasukkan ke dalam kantong merah sesuai dengan kode yang ditentukan.
1. Dalam fasilitas yang memanfaatkan tindakan pencegahan universal dalam penanganan semua label cuci-
alternatif yang kotor atau warna-coding cukup jika memungkinkan seluruh karyawan untuk mengenali
1. Gunakan tas merah atau tas ditandai dengan simbol Biohazard, jika fasilitas di mana barang-barang yang
Pelabelan Tabel Persyaratan. (Diambil dari Patogen melalui darah dan jangka panjang Pekerja Perawatan
cucian tas yang terkontaminasi tidak boleh diletakkan dekat dengan tubuh atau diperas saat pengangkutan
Siklus binatu normal harus digunakan sesuai dengan rekomendasi mesin cuci dan deterjen produsen.
Pedoman Pengendalian Infeksi di Lingkungan Kesehatan-Perawatan Fasilitas. Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC) dan Infeksi Kesehatan Pengendalian Praktek Komite Penasehat (HICPAC).
Potensi bahaya;
Paparan yang ditularkan melalui darah patogen melalui kontak dengan cucian terkontaminasi dengan tidak
Kemungkinan Solusi;
Rumah sakit harus memastikan bahwa karyawan yang memiliki kontak dengan cucian terkontaminasi
mengenakan AP yang tepat seperti yang dibahas dalam Patogen melalui darah Standard yang ditentukan
Rumah sakit harus memastikan karyawan memakai AP yang sesuai seperti sarung tangan, baju, pelindung
Penggunaan sarung tangan tebal ketika menyortir cucian yang terkontaminasi dapat memberikan
Sarung tangan utilitas dapat didekontaminasi untuk digunakan kembali jika integritas sarung tangan tidak
terganggu.
Namun, sarung tangan tersebut harus dibuang jika retak, mengelupas, robek, tertusuk, menunjukkan tanda-
tanda lain dari kerusakan, atau ketika tidak berfungsi sebagaimana semestinya.
Disposable (sarung tangan pakai tidak akan dicuci atau didekontaminasi untuk re-gunakan.
Potensi bahaya;
Paparan yang ditularkan melalui darah patogen dari cucian terkontaminasi yang berisi benda tajam.
Kemungkinan Solusi;
Sebuah keselamatan dan program kesehatan yang meliputi prosedur untuk pembuangan yang tepat dan
penanganan benda tajam dan mengikuti praktek yang diperlukan diuraikan dalam Standar Patogen yang
Jarum yang terkontaminasi dan benda tajam tidak akan membungkuk, recapped atau dihapus. Tidak ada geser
1. Sharps Containerization:
Potensi Bahaya;
Segera atau sesegera mungkin, benda tajam yang terkontaminasi harus dibuang dalam wadah yang tepat.
Solusi;
Wadah jarum harus tersedia, dan di dekat daerah di mana jarum dapat ditemukan, termasuk binatu.
1. Berbahaya Kimia
Potensi Bahaya;
Berlabel kimia.
– Muncrat saat menuangkan dari wadah ke wadah yang lebih besar yang lebih kecil.
– Kulit rusak dari sabun atau deterjen iritasi dapat memberikan jalan untuk infeksi atau cedera jika terkena
– Jangan bercampur larutan pembersih yang mengandung amonia dan klorin. Ketika dicampur bersama bahan
Solusi ;
Menerapkan program tertulis yang memenuhi persyaratan Standar Komunikasi Bahaya (HCS) untuk
Pelayanan Medis dan Pertolongan Pertama: Dimana mata atau tubuh seseorang dapat terkena bahan korosif
merugikan, sehingga diperlukan fasilitas yang cocok untuk membasahi cepat atau pembilasan mata dan tubuh
Potensi bahaya ;Paparan pekerja alergi lateks mengenakan sarung tangan lateks, sambil menangani atau
Solusi;
– Pengusaha harus menyediakan sarung tangan tepat ketika paparan darah atau bahan yang berpotensi menular
lainnya (OPIM)
– Alternatif harus mudah diakses oleh karyawan yang alergi terhadap sarung tangan biasanya disediakan
1. Mengangkat / Mendorong
Potensi bahaya;
Berlebihan mencapai / mendorong dan / atau mengangkat cucian berat basah dapat menyebabkan gangguan
muskuloskeletal pekerjaan terkait seperti strain dan keseleo ke belakang atau daerah bahu.
Solusi;
Menilai area cuci untuk stres ergonomis dan mengidentifikasi dan mengatasi cara untuk mengurangi stres
seperti:
Spring-Loaded Platform Laundry untuk membantu mengangkat cucian berat basah, dan menjaga binatu pada
Cincin yang secara otomatis membuang beban mereka ke keranjang sehingga pekerja tidak harus mencapai
Kepada Pekerja
¢ Memeriksakan sedini mungkin keluhan yang terjadi sebelum terjadi keluhan yang lebih berat.
¢ Meminimalisasi pajanan
¢ Mengenakan Alat Pelindung Diri yang adekuat jika pekerjaan mengharuskan terjadi pajanan tubuh pada
potensi bahaya
Kepada Perusahaan/Instansi
¢ Melakukan penatalaksanaan terhadap kelainan/penyakit secara paripurna, secara medis dan okupasi.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks untuk menyediakan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi rumah sakit tersebut, maka akan semakin
komplek peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan. Kerumitan tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai
potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, tetapi juga pengunjung rumah
sakit.
2. Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa
mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika. Instalasi
laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai resiko penularan penyakit infeksi dan juga
terdapat beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit khususnya di
bagian laundry.Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan dan
3. Tujuan Manajemen K3 di Instalasi Laundry adalah melindungi petugas RS khususnya bagaian instalasi
laundry dari risiko Penyakit Akibat Kerja serta dapat meningkatkan produktivitas dan citra RS, Baik di mata
3.2 Saran
1. Keberhasilan pelaksanaan K3RS sangat tergantung dari komitmen tertulis dan kebijakan pihak direksi oleh
27
2. Pelaksanaan K3RS juga dilakukan pada instansi laundry. Oleh karena itu, diperlukan adanya sosialisasi K3
terhadap petugas di instalasi laundry agar memperkecil resiko berbahaya yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta. http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-kerja-1.ppt
Depkes, R.I., 2006, Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3-
IFRS), Jakarta
Depkes, R.I., 2009, Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3-IFRS), Jakarta
Ferdianto, Hengki. 2011. Dermatitis Kontak Iritan Pada Petugas Laundry Rumah Sakit X (Study Kasus
kontak-iritan-pada-petugas-laundry-rumah-sakit&user_login=hengkiferdianto.
(PermenakerNO.05/MEN/1996)Jakaratahttp://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/09/materi-training-smk3-
by-mr-ishaq-pd-21-sept-2012.pptx
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 432/Menkes/SK/IV/2007, Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010, Standar Manajemen Kesehatan dan
Occupational Health and Safety Agency for Healthcare in BC, 2003.Guide Ergonomic for Hospital
Laundry memiliki peran yang penting dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
“pengelolaan binatu dan linen yang tepat”, berdasarkan buku pedoman Standar Akreditasi Rumah
Sakit (JCI) PPI.7.1 halaman 180. Selain itu, kebersihan laundri rumah sakit juga harus mengikuti
standar peraturan dari pemerintah (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004).
Ketika pasien datang ke rumah sakit, mereka berinteraksi dengan berbagai macam linen,
seperti seprai, selimut, seragam suster dan dokter, dan banyak lagi. Penelitian membuktikan bahwa
linen adalah salah satu objek yang dapat membawa bakteri atau mikroorganisme yang menyebabkan
infeksi. Sebagai perbandingan standar lulus bakteri linen hygienis sbb:
Dengan mencegah pasien bersentuhan dengan linen yang kotor, kami berharap dapat
mengurangi angka pasien yang terjangkit penyakit dan mendukung rumah sakit dalam memberikan
servis terbaik kepada pasien. Untuk mencapai hal ini, laundry biasa saja tidaklah cukup. Di Healthcare
Laundry, Kami menerapkan standar operasi laundry rumah sakit internasional dalam memberikan
linen yang tidak hanya bersih tapi juga higienis untuk rumah sakit.
Fasilitas dan peralatan yang kami gunakan didesain khusus untuk mencegah penyebaran
penyakit melalui linen seperti dinding pemisah ruangan kotor dan bersih, sirkulasi udara, mesin cuci
barrier, mesin cuci troly barrier, sarana cuci tangan, mandi dll. Kami menerapkan system dari The
Healthcare Laundry Accredition Council (HLAC) dan Textile Rental Services Association of America
(TRSA) yang menjadi salah satu rujukan dari JCI. Alur kerja operasional juga didesain khusus untuk
mencegah adanya kontaminasi atau perpindahan kuman penyakit, namun dengan cukup ruang untuk
bekerja secara efektif.
Tugas Cleaning Service Di Rumah
Sakit
Rumah sakit merupakan tempat yang tidak pernah sepi orang silih berganti datang apakah
ada pasien yang harus segera mendapatakan pertolongan atau keluarga pasien yang
datang menjenguk. Olehnya itu kebersihan rumah sakit tentu sangat penting dan perlu
untuk dijaga. Rumah sakit selalu menjaga ungkapan kebersihan merupakan pangkal
kesehatan.
Ungkapan di atas tidak lepas dari jasa mereka para cleaning service rumah sakit. Namun
terkadang ada juga orang yang datang kerumah sakit apakah sebagai pasien atau keluarga
pasien mencibir atau memandang sebelah mata pada pekerjaan cleaning service rumah
sakit. Apakah pantas sebagai orang yang menggunakan jasa layanan rumah sakit tetap
mempertahankan mindset seperti itu?
Sebagai orang yang mengguakan jasa layanan rumah sakit, harusnya kita bersyukur
kepada mereka para cleaning service rumah sakit karena telah menjaga kenyamanan kita
selama menggunakan jasa layanan rumah sakit.
Rumah Sakit Bersih Dan Nyaman Bergantung Pada Kedisiplinan Cleaning Service
Seseorang akan merasa nyaman jika rumah sakit yang mereka kunjungi memiliki tingkat
kebersihan dan kerapian yang tinggi. Hal ini jelas membuktikan bahwa cleaning service
rumah sakit juga sangat mempengaruhi kepuasan dan penilaian masyarakat terhadap
pelayanan di rumah sakit.
MENARIK: Training Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
Baru-baru ini ada sebuah study yang melakukan penelitian bagaimana pengaruh dari
tingkat kedisiplinan cleaning service rumah sakit terhadap kepuasan masyarakat akan
pelayan rumah sakit. Dan hasilnya sangat berbanding lurus. Semakin disiplian cleaning
service rumah sakit melakukan pekerjaanya dengan baik sebagai cleaning service maka
semakin meningkat pula kepuasan masyarakat. Begitu pula dengan kebersihan dan
kenyaman rumah sakit yang semuanya berada di tangan para cleaning service rumah
sakit.
Sepertinya perhatian seperti mengadakan atau mengikut sertakan cleaning servic pada
pelatihan-pelatihan teknik sanitasi dan sistem kebersihan juga sangat diperlukan. Tak
hanya itu saja, memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai teknik pengelolahan
limbah-limbah rumah sakit juga sangat dibutuhkan oleh seorang cleaning service rumah
sakit. Karena bagaimanapun juga kebersihan rumah sakit tak hanya dinilai dari seberapa
bersih lantainya, seberapa wangi kamar mandinya tetapi juga dinilai dari bagaimana
mereka mampu mengelolah limbah rumah sakit dengan benar.
INSIDENTAL (terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja;
tidak secara tetap atau rutin; sewaktu-waktu)
Diperlukan standarisasi perlengkapan umum dan medik pada kendaraan ambulans AGDT,
khususnya untuk keseragaman dan peningkatan mutu pelayaan rujukan kegawatdaruratan
medik.
Acuan lain :
Surat Ketua IKABI, nomor 005./IKABI/PP/VIII/2002, tanggal 12 Agusutus 2002, perihal :
Spesifikasi AGD 118 Homepage : http://www.ikabi.or.id
Diperlukan rekomendasi komisi trauma IKABI atas ambulans yang dibuat atau di supplay
oleh perusahaan karoseri lokal.
Sarana Medis :
a) Tabung oksigen dengan peralatannya
b) Alat penghisap cairan/lendir 12 Volt DC
c) Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anak-dewasa, dll)
d) Obat-obatan sederhana, cairan infuse secukupnya
Petugas :
a) 1 (satu) supir dengan kemampuan BHD (bantuan hidup dasar) dan berkomunikasi
b) (satu) perawat dengan kemampuan PPGD
Tata tertib :
Sewaktu menuju tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan rotator
Selama mengangkut penderita hanya menggunakan lampu rotator .
Mematuhi semua peraturan lalu lintas
Kecepatan kendaraan maksimum 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.
Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar catatan
penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15 menit.
Petugas memakai seragam awak ambulans dengan identitas yang jelas.
Persyaratan :
a. Teknis Kendaraan :
a) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
Warna kendaraan : kuning muda
c) Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan
kiri tertulis : Ambulans dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.
d) Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
e) Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat
Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien
f) Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandu dapat dilipat.
Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk melakukan
tindakan
g) Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat penderita
Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yang dapat digerakan
h) Meja yang dapat dilipat, Lemari obat dan peralatan
i) Tersedia peta wilayah dan detailnya
Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
j) Sirine dua nada , Lampu rotator warna merah dan biru , Radio komunikasi dan telepon
genggam di ruang kemudi , Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
k) Peralatan rescue, Lemari obat dan peralatan
Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar
Peta wilayah setempat – Jabotabek
Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku
Lemari es/freezer, atau kotak pendingin.
Sarana Medis :
1. Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang
Peralatan medis PPGD
2. Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
Suction pump manual dan listrik 12 V DC
3. Peralatan monitor jantung dan nafas
Alat monitor dan diagnostik
4. Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa
5. Minor surgery set, Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
Entonok , Kantung mayat Sarung tangan disposable , Sepatu boot
Persyaratan Petugas :
1. 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
2. 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD
3. 1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
Persyaratan :
a. Teknis Kendaraan
a) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak Warna kendaraan : kuning muda
b) Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan
kiri atas tanda : Ambulans dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.
c) Kendaraan menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
d) Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat Dilengkapi sabuk pengaman
bagi pengemudi dan pasien Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu.
Tandu dapat dilipat. Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak
untuk melakukan tindakan
e) Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat penderita
Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
Lampu ruangan secukupnya, bukan neon dan lampu sorot yang dapat digerakan
f) Meja yang dapat dilipat , Lemari obat dan peralatan
g) Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
Sirine dua nada , Lampu rotator warna merah dan biru terletak di atap sepertiga
depan. , Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
h) Peralatan rescue, Lemari obat dan peralatan, Tanda pengenal dari bahan pemantul
sinar , Peta wilayah setempat – Jabotabek dan detailnya Persyaratan lain menurut
perundangan yang berlaku Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin.
Medis :
a) Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang Peralatan medis PPGD
b) Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
Suction pump manual dan listrik 12 V DC Peralatan monitor jantung dan nafas
c) Alat monitor dan diagnostic, Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa
Minor surgery set
d) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
e) Entonok, Kantung mayat , Sarung tangan disposable , Sepatu boot
Petugas :
a) 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
b) 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD BTLS/BCLS
c) 1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
Tata tertib :
1. Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan lampu rotator
Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator yang dihidupkan
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di
jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.
2. Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar catatan
penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15 menit. Petugas
memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
Sarana Medis :
a. Tabung oksigen dengan peralatan., Peralatan medis PPGD
b. Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
c. Suction pump manual dan listrik 12 V DC
d. Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya Sarung tangan disposable Sepatu
boot
Petugas :
a. 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
b. Perawat berkemampuan PPGD dengan jumlah sesuai kebutuhan
c. Paramedis lain sesuai kebutuhan
d. Dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
Medis :
a. Tabung oksigen dengan peralatan.
b. Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi.
c. Alat pertolongan luka (terlampir)
d. Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
e. Sarung tangan disposable
f. Sepatu boot
Petugas :
a. 2 (dua) orang perawat berkemampuan PPGD dan yang mempunyai SIM C sebagai
pengemudi.
6. Kereta Jenasah
Tujuan Penggunaan :
Merupakan kendaraan yang digunakan khusus untuk mengangkut jenazah
Petugas :
a. 1 (satu) pengemudi yang dapat berkomunikasi
b. 1 (satu) pengawal jenazah atau lebih
Dalam suatu sistem pelayanan gawat darurat terpadu, peran ambulan gawat darurat
khususnya dalam pelayanan gawat darurat pra rumah sakit merupakan suatu sistem yang
sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam mengurangi timbulnya korban yang sia sia.
Sistem pelayanan pra rumah sakit membutuhkan SDM dan fasilitas (sarana dan pra
sarana) yang terintegral dengan sistem pelayanan gawat darurat intra rumah sakit, sehingga
koordinasi dan sinkronisasi sistem pelayanan gawat darurat membutuhkan suatu organisasi
sebagai panduan atau pedoman dalam melaksanakan sistem pelayanan gawat darurat
terpadu baik dalam kedaaan bencana maupun dalam kedaaan gawat darurat sehari hari.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak atas taraf hidup
yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan diri dan keluarganya. (Pasal 25
Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan bangsa Bangsa). Oleh sebab itu rasa
aman dan nyaman dan mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik dalam
pelayanan kesehatan normal maupun dalam pelayanan gawat darurat merupakan hak
manusia.
Proses penanggulangan penderita GD harus dimulai dari tempat kejadian, Tindakan darurat
harus dilakukan dari tempat kejadian sebagai langkah awal dikenal dengan BHD. BHL oleh tenaga
yang terlatih dan professional Di Intra Rumah Sakit.
TUJUAN:
1. Mencegah kematian
2. Mencegah kecacatan,
3. Merujuk
4. Tindakan pertama gawat darurat (/PPGD/BHD), bukan hanya DI RS, PUSKESMAS atau Insitusi
Pelayanan Kesehatan. Sebaiknya di TKP
5. Memberikan pertolongan awal serta memindahkan penderita gawat darurat dengan aman tanpa
memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan/rumah sakit yang memadai (Lih.Pedoman
pelayanan gawat darurat Depkes RI 1995:9)
6. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi penderita gawat darurat atau sebelum ke rumah
sakit yang lebih lengkap adalah :
7. Sebelum diangkat dibawa ke dalam mobil AGD/dirujuk yang harus diperhatikan adalah :
2.Pernafasan
3.Tekanan darah
4.Denyut Nadi
5.Keadaan luka
Landasan Hukum :
1. Undang undang Penanggulangan Bencana Nomor 24 tahun 2007
1. Ambulans Transportasi;
2. Ambulans Gawat darurat;
3. Ambulans Rumah sakit lapangan;
4. Ambulans Pelayanan medik bergerak;
5. Kereta Jenazah.
6. Ambulans Udara.
4. SEDANGKAN DISAMPING BELAKANG DAN KIRI DAN KANAN TERDIRI DARI : LOGO
RUMAH SAKIT SERTA LAMBANG EMERGENCY INTERNATIONAL (UNTUK AMBULAN
GAWAT DARURAT)
10. RUANG DALAM KENDARAAN CUKUP LUAS UNTUK BEKERJA DAN INFUS DAPAT
MENETES DENGAN BAIK
14. TERDAPAT DISASTER KIT PAD AMBULAN GAWAT DARURAT DAN MABULAN RUMAH
SAKIT LAPANGAN
3. Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan kiri
tertulis : ambulans dan logo : bintang enam biru dan ular tongkat.
Ruang penderita mudah dicapai dari tempat pengemudi
7. Lemari obat dan peralatan, Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
8. Sirine dua nada, Lampu rotator warna merah dan biru, di tengah atas kendaraan
Radio komunikasi dan atau radio genggam di ruang kemudi Tersedia peta wilayah
Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
Tanda pengenal ambulans transportasi dari bahan pemantul sinar
9. Kendaraan mudah dibersihkan, lantai landai dan batas dinding dengan lantai tidak menyudut
10. Dapat membawa inkubator transport Persyaratan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku
Sarana Medis
Petugas :
1 (satu) supir dengan kemampuan BHD (bantuan hidup dasar) dan berkomunikasi
11. 1 (satu) perawat dengan kemampuan PPGD
Tata tertib
Sewaktu menuju tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan rotator
Selama mengangkut penderita hanya menggunakan lampu rotator .
Mematuhi semua peraturan lalu lintas
Kecepatan kendaraan maksimum 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.
Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar catatan
penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15 menit.
Petugas memakai seragam awak ambulans dengan identitas yang jelas.
2. AMBULANS GAWAT DARURAT;
Tujuan Penggunaan :
Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit
Pengangkutan penderita dawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi kejadian ke tempat
tindakan definitif atau ke Rumah Sakit
Sebagai kendaraan transport rujukan.
Persyaratan :
Teknis Kendaraan :
2. Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan kiri
tertulis : Ambulans dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.
5. Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandu dapat dilipat.
Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk melakukan tindakan
9. Sirine dua nada , Lampu rotator warna merah dan biru , Radio komunikasi dan telepon genggam di
ruang kemudi , Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
10. Peralatan rescue, Lemari obat dan peralatan
Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar
Peta wilayah setempat – Jabotabek
Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku
Lemari es/freezer, atau kotak pendingin.
Sarana Medis
5. Minor surgery set, Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
Entonok , Kantung mayat Sarung tangan disposable , Sepatu boot
Persyaratan Petugas
1. 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
1. Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan lampu rotator. Selama
mengangkut penderita hanya lampu rotator yang dihidupkan
2. Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.
3. Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar catatan
penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15 menit.
Persyaratan :
Teknis Kendaraan
1. Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak Warna kendaraan : kuning muda
2. Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan kiri atas
tanda : Ambulans dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.
4. Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat Dilengkapi sabuk pengaman bagi
pengemudi dan pasien Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandu dapat
dilipat. Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk melakukan
tindakan
8. Peralatan rescue, Lemari obat dan peralatan, Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar , Peta
wilayah setempat – Jabotabek dan detailnya Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku
Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin.
Medis
3. Alat monitor dan diagnostic, Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa
Minor surgery set
Petugas
1. 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
Tata tertib
1. Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan lampu rotator
Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator yang dihidupkan
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa,
80 km di jalan bebas hambatan.
2. Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar catatan
penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15 menit. Petugas
memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
Tujuan Penggunaan :
Melaksanakan salah satu upaya pelayanan medik di lapangan
Digunakan sebagai ambulans transport. .
2. Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan dan kiri atas
tanda : Poliklinik dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat. Sirine satu atau dua
nada
5. Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita Generator 220/240 Volt AC dengan peralatannya,
dan alih tegangan arus Lampu ruangan secukupnya, bukan neon dan lampu sorot yang dapat
digerakan Lemari obat dan peralatan
6. Kapasitas penyimpanan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi , Peralatan rescue
7. Peta wilayah setempat – Jabotabek , Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku Lemari
es/ freezer, atau kotak pendingin.
Sarana Medis
Tabung oksigen dengan peralatan., Peralatan medis PPGD
Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
Suction pump manual dan listrik 12 V DC
Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya Sarung tangan disposable Sepatu boot
Petugas
1. 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
Perawat berkemampuan PPGD dengan jumlah sesuai kebutuhan
Paramedis lain sesuai kebutuhan
Dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
1. Kendaraan roda dua, bahan bakar minyak/ bensin , Silinder 100 cc atau lebih
Warna kendaraan : kuning muda – hijau , Tempat duduk dua orang Sirine satu atau dua
nada , Lampu rotator warna biru Radio komunikasi atau radio genggam , Helmet, jaket dengan
identitas dibuat dari bahan pemancar cahaya
2. Tanda pengenal tertulis gawat darurat/ Emergency dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular
tongkat.
3. Medis :Tabung oksigen dengan peralatan. . Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa
dan anak/ bayi , Alat pertolongan luka (terlampir) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus
secukupnya Sarung tangan disposable , Sepatu boot
Petugas
2 (dua) orang perawat berkemampuan PPGD dan yang mempunyai SIM C sebagai pengemudi.
Bila sangat dibutuhkan boleh menghidupkan sirine Selama berangkat ke tujuan dan pulang, lampu
rotator boleh dihidupkan Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambatan.
6. KERETA JENAZAH.
Tujuan Penggunaan :
Merupakan kendaraan yang digunakan khusus untuk mengangkut jenazah
Ruang jenazah terpisah dari ruang kemudi. Tempat duduk/ duduk lipat bagi sekurang-kurangnya 4
(empat) orang di samping jenazah.
Petugas
1 (satu) pengemudi yang dapat berkomunikasi
1 (satu) pengawal jenazah atau lebih
Sirine hanya digunakan saat bergerak dalam iringan jenazah dan mematuhi peraturan lalau lintas
tentang konvoi
Bila tidak dalam iringan hanya boleh menghidupkan rotator.
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
==========00000============
LAUNDRY RUMAH SAKIT
Dunia kesehatan saat ini menjadi suatu sasaran bisnis yang cukup
menguntungkan, dimana sarana kesehatan memang sangat diperlukan oleh
masyarakat bahkan dari depatermen terkait sudah memberikan ijin untukl
pendirian rumah sakit sebagai sarana bisnis namun masih berperan dalam
konteks sosial masyarakat, artinya masih menerima pasien-pasien dari golongan
kurang mampu yang dijamin oleh Pemerintah. Sebagai sarana bisnis maka
pelayanan yang menjadi sasaran dalam bisnis rumah sakit menjadi prioritas
sehingga antar rumah sakit sudah menerapkan pola pelayanan yang berbeda-
beda. Sekian banyak pola pelayanan yang diberikan dalam bisnis rumah sakit,
salah satunya adalah pelayanan dalam rawat inap, dimana salah satu komponen
dalam pelayanan rawat inap adalah digunankannya LINEN (bahan tenun/tekstil
yang digunakan dalam pelayanan rawat inap, contoh : sepray, sarung bantal,
kimono p[asien, gorden, dll). Setelah dipelajari ternyata investasi linen
merupakan investasi yang cukup besar dalam bisnis rumah sakit, sehingga
apabila ada kesalahan dalam pengadaan linen maka rumah sakit harus
menanggung kerugian yang cukup besar seperti; angka kuman linen yang tinggi,
kualitas linen yang rendah, linen yang cepat rusak, linen yang tidak dapat bersih
saat dicuci, dll.
Hal tersebut menjadikan pertimbangan secara khusus oleh pihak rumah sakit,
sementara ini dunia pendidikan di Indonesia hanya ada pada level Teknologi
Tekstil atau dalam bidang Tekstil saja bukan dalam proses perawatan tekstil, ini
membuat perawatan tekstil menjadi kendala, untuk hal tersebut terdapat bisnis
penunjang yang ada yaitu LAUNDRY. Laundry yang berkembang saat ini adalah
laundry untuk retail dan hotel, ada juga yang disebut laundry rumahan, pada
dasarnya laundry saat ini belum ada pendidikan secara formal yang ada
pendidikan secara otodidag (secara turun-temurun). Walaupun laundry adalah
proses pencucian dan semua orang terlahir dengan kemampuan untuk mencuci
maka hal tersebut menjadi hal yang disepelan oleh banyak orang, namun
demikian saat ini laundry menjadi sasaran yang menguntungkan bagi bisnis,
disini membuat bermunculan laundry-laundry di hampir seluruh wilayah
Indonesia.
Sebelum berbicara secara jauh tentang laundry maka harus dipahami beberapa
hal terlebih dahulu, yaitu :
1. Tekstil dan teknologinya
2. Kimia Laundry sebagai bahan pencuci
3. Air sebagai media pencuci
4. Mesin cuci sebagai sarana pencuci
5. Sistem pengelolaan air limbah (IPAL) yang digunakan
6. Mikrobiologi dan pertumbuhan mikroorganisme
Minimal untuk menguasai dasar-dasar yang ada dari 6 (enam) hal diatas sangat
mendukung dalam kegiatan laundry. Kemampuan dari seorang laundryman
adalahmenerapkan hal-hal diatas dalam kegiatan produksi laundry sehingga
akan didapatkan keuntungan dan keawetan dari linen yang dicuci.
1. TEKSTIL & TEKNOLOGINYA.
Untuk mengetahui proses pencucian yang tepat maka harus diketahui terlebih
dahulu material dari linen tersebut, bahan dasar dari linen adalah
tekstil/kain/bahan, sedangkan tekstil dibuat dari serat-serat yang asalnya dari
alam ataupun buatan manusia, serat alam contohnya kapas/cotton, sedangkan
serat sintetis/buatan sering disebut polyester.
Sifat dari cotton adalah tidak tahan dengan proses pencucian, mudah kusut,
menyerap keringat..dll
Sifat dari polyester adalah tahan terhadap proses pencucian, tidak mudah kusut,
panas/tidak menyerap keringat..dll
Teknologi yang ada adalah penggabungan dari dua material tersebut sehingga
menjadi poly-cotton ( CVC untuk komposisi cotton lebih banyak dibandingkan
polyester, TC untuk komposisi polyester lebih banyak dibandingkan cotton ).
Tahun 2000 yang lalu ada teknologi pada tekstil yaitu dengan melapisi tekstil
yang sudah jadi menggunakan kimia tertentu sehingga apabila terkena noda
maka proses pencuciannya mudah hilangnya noda tersebut teknologi ini disebut
Soil Release (SR).
Ada juga yang menggunakan sistem yang sama namun menggunakan kimia
yang beda sehingga tekstil tersebut apabila terkena cairan akan seperti air diatas
daun talas/keladi jadi tidak menembus dan meresap dalam tekstil tersebut
produk ini diberi nama Water Repalent (WR).
Teknologi SR digunakan pada lokasi linen baju seragam kamar operasi (OK),
ICU, NICU dan UGD/IGD, semetara pada WR digunakan untuk mengantikan
posisi apron/celemek pada dokter yang sedang melakukan tindakan operasi (jas
operasi).
Proses pembuatannya linen juga akan berpengaruh pada proses perawatan linen
tersebut seperti penggunaan kancing akan berpengaruh pada proses produksi
pencucian, banyaknya sambungan baju pada linen akan menimbulkan angka
nosokomial yang rentan..dll.
Sehingga pada pemilihan bahan baku untuk linen rumah sakit tidak asal-asalan
perlu diperhitungkan untuk mendapatkan yang terbaik.
B. Alkalin
Alkalin bekerja memaksa noda untuk keluar dari serat kain sehingga alkalin akan
memberikan keuntungan besar saat proses pencucian, karena alkalin akan
membantu kerja dari detergen secara maksimal, mempunyai pH antara 12-13
daya kerja alkalin adalah memberikan tegangan pada permukaan kain sehingga
akan menambah kekuatan pada daya gesekan saat proses pencucian sehingga
noda cepat hilang. Sifat jelek alkalin adalah membuat linen menjadi cepat rusak
(bladus/serat kain akan putus dan terangkat ke permukaan kain) bahkan dengan
pemakaian yang terus menerus dalam jumlah besar akan membuat linen menjadi
cepat rusak/sobek. Campuran antara alkalin dan detergen akan dapat
menghilangkan noda darah secara cepat. Kandungan alkalin tinggi biasanya
terdapat pada produk sabun colek, sabun batangan dan beberapa produk sabun
mandi (sering menimbulkan iritasi atau kulit menjadi kering).
C. Emulsi
Emulsi atau Pengemulsi adalah pembuat busa sehingga apabila ditambahkan
emulsi pada proses pencucian maka akan timbul busa lebih banyak
dibandingkan tanpa emulsi, sifat busa atau foam adalah mengankat
minyak/lemak pada noda yang ada di linen sehingga emulsi akan membantu
detergen dalam mengangkat noda lemak/minyak. mempunyai pH antara 10-11
akan bekerja secara baik pada suhu antara 50-75 C. Sifat foam atau busa adalah
tidak dapat diuraikan maka pemakaian emulsi harus hati-hati sebab limbahnya
berupa busa sangat rentan pada pengolahan limbah (dapat mematikan
mikroorganisme pada perlakuan pengelolaan air limbah.
D. Chlorin / Bleach
Digunakan untuk memutihkan linen putih, bekerja dengan cara mengangkat
oksigen dari linen sehingga untuk linen warna akan berubah menjadi putih,
mempunyai pH antara 8-9 dengan kemampuan bekerja lebih maksimal pada
suhu 60 C, kandungan tertentu dari chlorin dapat digunakan sebagai penyeka
noda infeksius pada permukaan keras, dan chlorin bukan sebagai disinfektan
linen sebab pemakaian yang berlebihan akan merusak linen tersebut baik linen
warna ataupun linen putih.
E. Oxygen Bleach
Adalah kebalikan dari chlorin, bekerja dengan menambahkan oksigen pada noda
sehingga noda akan tersamar, bekerja dengan pH 10-11, pada suhu 70 C akan
lebih maksimal kerja dari oxygen bleach tersebut. Pada proses terentu banyak
digunakan untuk menabah cemerlang kain warna, sifatnya adalah menagkat
lapisan warna kain sehingga akan terlihat warna kain menjadi lebih cerah.
Beberapa produsen menambahkan oxygen bleach dengan H2O2
(hydrogen peroksida) dan digunakan sebagai penghilang noda darah (noda
darah akan menjadi busa apabila terkena H2O2, sifat H2O2 akan membuat
korosif baik pada linen ataupun pada mesin apabila terkena kulit akan
menyebabkan iritasi ringan.
F. Strach
Bubuk putih mengandung tepung jagung yang berguna untuk mengkakukan linen
atau tekstil, mempunyai pH antara 5-5,5 digunakan untuk melapisi linen sehingga
tahan terhadap noda namun linen menjadi kaku karena sifat dari tepung jagung
tersebut. Strach banyak digunakan oleh orang-orang Jepang dan China dimana
baju-baju mereka terlihat kaku dan selalu rapi juga terlihat pada seragam
Angkatan Laut.
G. Netralizer / Sour
Digunakan untuk menetralkan sifat kimia pada proses pencucian sebelumnya,
seperti detergen, alkalin dan emulsi. Mempunyai pH antara 4-5, karena proses
pencucian digunakan basa sebagai penghilang noda maka sifat dari
netralizer/sour adalah asam.
H. Softener / Pewangi / Pelembut
Digunakan sebagai pelembut dan pewangi sehingga linen yang dicuci akan
menjadi lembut dan wangi, aroma wewangian yang digunakan biasanya buah
atau bunga, banyak dijual dipasaran umum, untukl linen yang di sterilisasi
diharapkan tidak digunakan softener sebab akan beraksi saat dilakukan CSSD.
Dibuat dari lemak hewan atau minyak tumbuhan yang akan terurai apabila
dilakukan proses pencucian.
I. Disinfektan
Adalah pembunuh mikroorganisme yang digunakan khusus untuk linen,
disinfektan yang baik akan mempunyai sifat; bersektrum luas, bekerja
cepat/waktu kontak singkat, toksisitas rendah, tidak mengiritasi, tidak korosif dan
memiliki aktifitas residual. Proses pencucian linen rumah sakit harus
mengunakan disinfektan sebab depatermen kesehatan RI sudah menyampaikan
bahwa : cairan yang keluar dari orang sakit adalah infeksius, sehingga harus
dicuci mengunakan disinfektan untuk mencegah timbulnya nosokomial.
Setiap produsen kimia laundry akan menerbitkan Material Safety Data Sheet
(MSDS) adalah bagaimana kimia laundry tersebut dibuat dengan komposisi kimia
apa saja dibuat sehingga menjadi kimia yang siap jual. Sebagai pendampingnya
adalah Technical Data Sheet (TDS) adalah bagaimana cara pemakaian dari
kimia tersebut aturan pakai, suhu air..dll.
Selain hal tersebut akan dilakukan proses pengujian pemakaian kimia laundry
tersebut dalam proses yang ada sehingga dari pihak produsen akan membuat
Washing Formula adalah proses bagaimana kimia itu digunakan untuk
menentukan komposisi, jumlah dan cara pencuciannya yang sesuai dengan
produk yang dibuat oleh produsen kimia laundry tersebut.
Mesin yang mendukung dari kegiatan laundry rumah sakit adalah mesin
Kebersihan mesin harus dijaga sehingga mesin tidak mudah keropos atau kotor
gunakan Standard Opertion Prosedure (SOP) untuk kebersihan dan cara
pengoperasiam mesin, sehingga mesin akan lebih awet dan terlihat bersih.
Apa yang membedakan bisnis laundry dengan mencuci baju yang dilakukan oleh
para ibu-ibu yang menerima cucian dan setrika ???????
Saat ini saya belum bisa menjelaskan di forum ini sebab forum ini hanya
membahas masalah laundry rumah sakit jadi akan saya buat lagi blok khusus
tentang mengelola bisnis laundry secara menguntungkan dari sudut pandang
UKM (usaha kredit menengah) karena saya ngak fasih dengan cooperate,
membangun intrik dari sisi UKM menanggapi politik cooperate dari sudut
pandang teknik, startegi dan keuntungan.
Dalam bidang perumah sakitan pasti tidak asing lagi dengan istilah
“Linen”. Kata “linen” berasal dari serat “lena” yang didapat dari sejenis
alang-alang yang tumbuh di daerah subtropis. Serat ini dipintal dan
ditenun menjadi textil yang halus, ulet dan berdaya serat tinggi. Textil
ini sangat cocok dibuat seprei, sarung bamtal, taplak, dll, sehingga
barang-barang tersebut disebut “linen”.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, linen diartikan sebagai kain putih, jadi
hospital linen berarti kain putih yang digunakan di Rumah Sakit. Linen
termasuk alat kesehatan non medis yang vital, karena digunakan oleh
seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit. Oleh karena itu
pengelolaannya harus betul- betul dilaksanakan dengan baik.
samapai pendistribusianya
Dalam organisasi RS, biasanya unit linen dan laundri berada di bawah
bagian rumah tangga. Untuk perencanaan kebutuhan linen bagian rumah
tangga akan bekerja sama dengan bagian logistik dan bidang
keperawatan.
Jumlah perlengkapan linen untuk satu tempat tidur disebut satu (1) par-
stock. Satu par-stock linen untuk tempat tidur dewasa adalah :
1 lembar selimut
Apabila pergantian setiap hari dan kecepatan pencucian juga satu hari,
maka kebutuhannya 3 par-stock : 1 par-stock dipakai, 1 par-stock di
ruang linen, 1 par-stock di laundry. Perencanaan linen harus
memperhatikan :
1 par dipakai
1 par dicuci
————–
XY
—————
4x1
= 73 par-stock
Jenis material
Katun (catton)
dipakai.
Mudah patah pada keadaan kering
kimia
Tidak mudah menyala apabila terbakar
Polyester
keadaan basah
Mudah terbakar dan berbau seperti kayu.
Bahan campuran
Detergen
Penghilang noda asam sehingga bersifat basa, dengan pH antara 11-12
bekerja dengan sistem ikatan atom antara asam dan basa sehingga noda
akan terangkat dan larut dalam proses pencucian, pemakaian suhu air
saat proses pencucian akan memaksimalkan proses yang berlangsung
dengan rata-rata suhu air antara 60-80 C, rata-rata detergen bekerja
selama 10-15 menit saat proses pencucian dengan jumlah dan takaran
tertentu. Detergen yang digunakan pada proses pencucian secara umum
(yang dijual dipasaran umum) sistem bekerjanya sama hanya pada
detergen laundry akan lebih kuat maka digunakan sarung tangan untuk
mencegah iritasi pada tangan pekerja.
Alkalin
Alkalin bekerja memaksa noda untuk keluar dari serat kain sehingga
alkalin akan memberikan keuntungan besar saat proses pencucian,
karena alkalin akan membantu kerja dari detergen secara maksimal,
mempunyai pH antara 12-13 daya kerja alkalin adalah memberikan
tegangan pada permukaan kain sehingga akan menambah kekuatan pada
daya gesekan saat proses pencucian sehingga noda cepat hilang. Sifat
jelek alkalin adalah membuat linen menjadi cepat rusak (bladus/serat
kain akan putus dan terangkat ke permukaan kain) bahkan dengan
pemakaian yang terus menerus dalam jumlah besar akan membuat linen
menjadi cepat rusak/sobek. Campuran antara alkalin dan detergen akan
dapat menghilangkan noda darah secara cepat. Kandungan alkalin tinggi
biasanya terdapat pada produk sabun colek, sabun batangan dan
beberapa produk sabun mandi (sering menimbulkan iritasi atau kulit
menjadi kering).
Emulsi
Emulsi atau Pengemulsi adalah pembuat busa sehingga apabila
ditambahkan emulsi pada proses pencucian maka akan timbul busa lebih
banyak dibandingkan tanpa emulsi, sifat busa atau foam adalah
mengankat minyak/lemak pada noda yang ada di linen sehingga emulsi
akan membantu detergen dalam mengangkat noda lemak/minyak.
mempunyai pH antara 10-11 akan bekerja secara baik pada suhu antara
50-75 C. Sifat foam atau busa adalah tidak dapat diuraikan maka
pemakaian emulsi harus hati-hati sebab limbahnya berupa busa sangat
rentan pada pengolahan limbah (dapat mematikan mikroorganisme pada
perlakuan pengelolaan air limbah.
Chlorin / Bleach
Digunakan untuk memutihkan linen putih, bekerja dengan cara
mengangkat oksigen dari linen sehingga untuk linen warna akan
berubah menjadi putih, mempunyai pH antara 8-9 dengan kemampuan
bekerja lebih maksimal pada suhu 60 C, kandungan tertentu dari chlorin
dapat digunakan sebagai penyeka noda infeksius pada permukaan keras,
dan chlorin bukan sebagai disinfektan linen sebab pemakaian yang
berlebihan akan merusak linen tersebut baik linen warna ataupun linen
putih.
Oxygen Bleach
Adalah kebalikan dari chlorin, bekerja dengan menambahkan oksigen
pada noda sehingga noda akan tersamar, bekerja dengan pH 10-11, pada
suhu 70 C akan lebih maksimal kerja dari oxygen bleach tersebut. Pada
proses terentu banyak digunakan untuk menabah cemerlang kain warna,
sifatnya adalah menagkat lapisan warna kain sehingga akan terlihat
warna kain menjadi lebih cerah. Beberapa produsen menambahkan
oxygen bleach dengan H2O2 (hydrogen peroksida) dan digunakan
sebagai penghilang noda darah (noda darah akan menjadi busa apabila
terkena H2O2, sifat H2O2 akan membuat korosif baik pada linen
ataupun pada mesin apabila terkena kulit akan menyebabkan iritasi
ringan.
Strach
Bubuk putih mengandung tepung jagung yang berguna untuk
mengkakukan linen atau tekstil, mempunyai pH antara 5-5,5 digunakan
untuk melapisi linen sehingga tahan terhadap noda namun linen menjadi
kaku karena sifat dari tepung jagung tersebut. Strach banyak digunakan
oleh orang-orang Jepang dan China dimana baju-baju mereka terlihat
kaku dan selalu rapi juga terlihat pada seragam Angkatan Laut.
Netralizer / Sour
Digunakan untuk menetralkan sifat kimia pada proses pencucian
sebelumnya, seperti detergen, alkalin dan emulsi. Mempunyai pH antara
4-5, karena proses pencucian digunakan basa sebagai penghilang noda
maka sifat dari netralizer/sour adalah asam.
Disinfektan
Adalah pembunuh mikroorganisme yang digunakan khusus untuk linen,
disinfektan yang baik akan mempunyai sifat; bersektrum luas, bekerja
cepat/waktu kontak singkat, toksisitas rendah, tidak mengiritasi, tidak
korosif dan memiliki aktifitas residual. Proses pencucian linen rumah
sakit harus mengunakan disinfektan sebab depatermen kesehatan RI
sudah menyampaikan bahwa : cairan yang keluar dari orang sakit adalah
infeksius, sehingga harus dicuci mengunakan disinfektan untuk
mencegah timbulnya nosokomial.
AIR
Air sebagai bahan baku proses pencucian maka air mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses ini, dimana kerja detergen dan kimia
laundry lain akan maksimal apabila kondisi air sesuai standar yang
diberlakukan. Mutu air yang bagus adalah yang sesuai untuk air minum.
Pada kesadahan air tinggi (hard water) akan mengakibatkan kerja kimia
laundry tidak maksimal, sementara pH yang rendah akan membuat
detergen menjadi boros pemakiannya, sementara pH yang tinggi
pemakaian detergen semakin rendah namun akan berakibat pada hasil
pencucian yang terlihat kurang pada linen yang dicuci.
Kandungan terlarut dalam air :
Gas : CO2 , O2 menyebabkan karat pada pipa-pipa besi
Garam mineral : Ca, Mg mengurangi kadar aktif sabun
MESI CUCI
Mesin yang mendukung dari kegiatan laundry rumah sakit adalah mesin
tumbler dan mesin roll ironer atau flat work ironer. Tumler adalah mesin
yang digunakan untuk mengeringkan cucian sehingga cucian kering dan
siap untuk disetrika, sementara mesin flatwork ironer atau mesin roll
adalah mesin setrikaan untuk linen yang flat atau datar seperti sarung
bantal, sepray dll. Perawatan mesin-mesin laundry harus sama dengan
perawatan kendaraan bermotor, dimana biasanya suplier mesin tidak
memberikan acuan yang pasti hanya ada garansi dan diharapkan adanya
kontrak service nantinya. Secara sederhana dalam buku bawaan mesin
(handbook) biasanya dicantumkan kapan perawatan dibutuhkan namuan
apabila masih kurang memahami maka pakailah sestim jam sebagai
batasan pemakaian mesin tersebut artinya pemakian mesin selama 200
jam maka mesin harus diservice bearing, vanbelt dll. Cara untuk
menghitung jam adalah pemakaian sehari berapa jam dijumlahkan selala
beberapa hari sehingga menghasilkan angka jam sebesar 200 jam, maka
saat itu mesin harus diservice. Kebersihan mesin harus dijaga sehingga
mesin tidak mudah keropos atau kotor gunakan Standard Opertion
Prosedure (SOP) untuk kebersihan dan cara pengoperasiam mesin,
sehingga mesin akan lebih awet dan terlihat bersih.
2. Break
Proses pembasahan dengan menambahkan alkali/buider untuk
memudahkan melepaskan jenis kotoran protein (darah, kuning telur,
keju, ikan dll), pada tingkat ketinggian air medium atau high dan pada
umumnya pada suhu rendah
3. Prewash
Proses pencucian awal dengan menambahkan detergent , alkali dan atau
emulsifier pada ketinggian air low dan suhu air hangat tanpa atau
dengan menaikkan suhu pencucian. Yang bertujuan melepaskan
sebagian pengotor untuk memudahkan proses pelepasan
4. Main Wash
Proses pencucian yang sesungguhnya , semua jenis kotoran diharapkan
diharapkan dapat dilepaskan dari permukaan linen/kain. Pada umumnya
tingkat ketinggian air di mesin cuci rendah dan temperatur tinggi agar
detergent dan alkali dapat bereaksi secara optimal. Bila jenis linen
berwarna , bleach dengan kandungan aktif oksigen dapat ditambahkan
yang berfungsi melepaskan noda-noda organik .
5. Bleach
Proses bleaching atau pemucatan dengan menggunakan kadar aktif
khlorine, berlangsung dalam suhu hangat (< 60 derajad C) pada
ketinggian air medium , blench hanya untuk kain/linen putih, tujuan dari
proses ini adalah melepaskan noda-noda organik yang tidak dapat
dilepaskan pada proses main wash, serta menjaga kain agar tetap putih
disamping membunuh bakteri agar lebih hygiene.
6. Rinse
Proses pembilas sisa-sisa reaksi kimia akan dilepaskan dari kain dengan
menggunakan air dingin dan membutuhkan air cukup banyak atau pada
ketinggian air high., diulang sampai dua atau tiga kali.
7. Intermediate Extract
Untuk membantu mencapai hasil pembilasan yang optimal khususnya
untuk handuk karena banyak menyimpan air dan larutan kimia.
Pemerasan secara ringan dan singkat diperlukan dalam proses ini
sebelum memasuki proses final rinse
8. Final Rinse
Akhir dari proses pencucian adalah menetralkan sisa-sisa kimia
(detergent, alkali , khlor), ditambahkan penetral.
9. Extract
Beberapa mesin cuci sudah dilengkapi dengan proses
pengeringan/pemerasan , membantu proses pengeringan.
Proses Pendistribusian
1. Setiap jam 15.00 sore petugas laundri mengirimkan cucian bersih ke
unit kerja
2. Cocokkan di formulir isian cucian yang dikimkan ke bagian laundri
pagi harinya
3. Bila tidak cocok catat dalam formulir tersebut
4. Simpan linen bersih ditempat yang telah disediakan di unit kerja.
Penyimpanan Linen
Tergantung jumlah Parstok linen yang ada, tetapi secara ideal
penyimpanan linen berada pada : minimal 1 Par-stok disimpan di bagian
linen, minimal 1 Par-stok disimpan dibangsal, sedangkan yang lainnya
dipakai pasien dan dalam proses pencucian di Laundry.