ABSTRAK
Dengan adanya standar gempa Indonesia yang baru yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-2002), maka standar gempa yang lama yaitu
SNI 03-1726-1989, tidak dapat lagi digunakan untuk perencanaan struktur. Salah satu
perbedaan yang mendasar antara standar gempa yang baru dengan standar yang lama adalah,
digunakannya periode ulang gempa yang berbeda untuk menentukan beban gempa rencana
yang harus diperhitungkan pada struktur bangunan gedung. Seperti diketahui, untuk periode
ulang gempa yang berbeda, maka pengaruh gempa tersebut pada struktur bangunan juga akan
berbeda. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai standar gempa yang
baru (SNI Gempa 2002), dan aplikasinya di dalam perencanaan struktur bangunan gedung.
Kata kunci : Beban gempa, waktu getar struktur, SNI Gempa 2002
1
PILAR Volume 14, Nomor 1, April 2005 : halaman 42 - 57
2
Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
42
Perhitungan Beban Gempa pada Bangunan Gedung
Berdasarkan Standar Gempa Indonesia yang Baru
Himawan Indarto
5m
5m
5m
X
5m 5m 5m 5m
45/45 45/45
30/45
3,6m
30/45
3,6m
5m 5m 5m 5m 5m 5m 5m
Portal arah-X : Portal arah-Y :
43
PILAR Vol. 14 Nomor 1, April 2005: hal. 42 - 57
Ketebalan pelat atap (Lantai 5) 10 cm, dan Berhubung struktur bangunan gedung dengan
tebal pelat Lantai 1 sampai dengan Lantai 4 bentuk beraturan pada arah masing-masing
adalah 12 cm. Ukuran seluruh balok adalah sumbu utamanya berperilaku sebagai struktur
45/30 cm, dan ukuran seluruh kolom adalah 2D, maka waktu getar alami fundamentalnya
45/45 cm. Tinggi antar tingkat 3,6 m, dan di pada arah masing-masing sumbu utamanya
sekeliling dinding luar bangunan, terdapat dapat dihitung dengan rumus Rayleigh yang
pasangan tembok batu bata. Beban hidup yang berlaku untuk struktur 2D. Rumus Rayleigh
bekerja pada pelat atap diperhitungkan sebesar diturunkan dari hukum kekekalan energi pada
100 kg/m2, dan pada pelat lantai sebesar 250 suatu struktur 2D yang melendut pada saat
kg/m2. Berat jenis beton 2400 kg/m3 dan bergetar. Dengan menyamakan energi potensial
modulus elastisitas beton E = 200000 kg/cm2. struktur dengan energi kinetiknya, akan
Karena bangunan gedung termasuk bangunan didapatkan waktu getar alami dari struktur.
bertingkat rendah, dan kota Jogjakarta terletak
Berdasarkan SNI Gempa 2002 Pasal 4.2.1,
pada wilayah kegempaan sedang (terletak di
struktur bangunan gedung beraturan harus
zona 4 pada Peta Wilayah Gempa Indonesia),
memenuhi beberapa persyaratan sbb. :
maka sistem struktur akan direncanakan
- Tinggi struktur gedung diukur dari taraf
menggunakan portal beton bertulang biasa
penjepitan lateral tidak lebih dari 10
yang bersifat.
tingkat atau 40 m.
Pengaruh beban gempa pada bangunan gedung - Denah struktur gedung adalah persegi
dapat dianalisis dengan menggunakan metode panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
analisis statik atau analisis dinamik. Untuk mempunyai tonjolan, panjang tonjolan
bangunan gedung dengan bentuk yang tersebut tidak lebih dari 25% dari ukuran
beraturan, pembebanan gempa nominal akibat terbesar denah struktur gedung pada arah
pengaruh Gempa Rencana dapat dianggap tonjolan tersebut
sebagai beban-beban gempa nominal statik - Denah struktur gedung tidak menunjukkan
ekuivalen yang bekerja pada pusat massa coakan sudut dan kalaupun mempunyai
lantai-lantai tingkat. Pengaruh beban gempa coakan sudut, panjang sisi coakan tidak
nominal statik ekuivalen pada bangunan lebih dari 15% dari ukuran terbesar denah
gedung dapat dianalisis dengan metode struktur gedung pada arah sisi coakan
Analisis Statik Ekuivalen. tersebut.
- Sistem struktur gedung tidak menunjukkan
Struktur bangunan gedung dengan bentuk yang
loncatan bidang muka dan kalaupun
beraturan pada umumnya simetris dalam
mempunyai loncatan bidang muka, ukuran
denah, dengan sistem struktur yang terbentuk
dari denah struktur bagian gedung yang
oleh subsistem-subsistem penahan beban
menjulang pada masing-masing arah, tidak
lateral yang arahnya saling tegak lurus dan
kurang dari 75% dari ukuran terbesar
sejajar dengan sumbu-sumbu utama ortogonal
denah struktur bagian gedung sebelah
denah tersebut. Apabila untuk analisis 3D
bawahnya. Dalam hal ini, struktur rumah
sumbu-sumbu koordinat diambil sejajar dengan
atap yang tingginya tidak lebih dari 2
arah sumbu-sumbu utama denah struktur,
tingkat tidak perlu dianggap menyebabkan
kemudian dilakukan analisis getaran bebas,
adanya loncatan bidang muka.
maka pada struktur bangunan gedung beraturan
- Sistem struktur gedung memiliki kekakuan
gerak ragam pertamanya akan dominan dalam
lateral yang beraturan, tanpa adanya
translasi pada arah salah satu sumbu utamanya,
tingkat lunak. Yang dimaksud dengan
sedangkan gerakan ragam keduanya akan
tingkat lunak suatu tingkat, adalah tingkat
dominan dalam translasi pada arah sumbu
dimana kekuatan lateralnya adalah kurang
utama lainnya. Dengan demikian, struktur 3D
dari 70% kekuatan lateral tingkat di
dari bangunan gedung dengan bentuk yang
atasnya atau kurang dari 80% kekuatan
beraturan akan berperilaku sebagai struktur 2D
lateral rata-rata 3 tingkat diatasnya. Dalam
pada masing-masing arah sumbu utamanya.
hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan
44
Perhitungan Beban Gempa pada Bangunan Gedung
Berdasarkan Standar Gempa Indonesia yang Baru
Himawan Indarto
lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang gedung dengan bentuk yang beraturan. Dengan
bila bekerja di tingkat itu menyebabkan demikian analisisnya dapat dilakukan dengan
satu satuan simpangan antar tingkat. metode analisis statik. Apabila struktur
- Sistem struktur gedung memiliki berat bangunan gedung tidak memenuhi ketentuan-
lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap ketentuan yang ditetapkan di atas, maka
lantai tingkat memiliki berat yang tidak tersebut termasuk struktur bangunan gedung
lebih dari 150% dari berat lantai tingkat di dengan bentuk tidak beraturan. Untuk struktur
atasnya atau dibawahnya. bangunan gedung dengan bentuk tidak
- Sistem struktur gedung memiliki unsur- beraturan, pengaruh gempa harus dianalisis
unsur vertikal dari sistem penahan beban secara dinamik. Analisis dinamik struktur
lateral yang menerus, tanpa perpindahan terhadap pengaruh gempa dapat dilakukan
titik beratnya, kecuali bila perpindahan dengan metode Analisis Ragam, dimana pada
tersebut tidak lebih dari setengah ukuran metode ini respons terhadap gempa dinamik
unsur dalam arah perpindahan tersebut. merupakan superposisi dari respons dinamik
- Sistem struktur gedung memiliki lantai sejumlah ragamnya yang berpartisipasi.
tingkat yang menerus, tanpa lubang atau
Dari hasil penyelidikan tanah, susunan lapisan
bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas
tanah di bawah bangunan gedung terdiri dari 4
seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai
lapisan, dengan karakteristik tanah, seperti
tingkat dengan lubang atau bukaan seperti
pada Gambar 3. Kondisi jenis tanah dapat
itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20%
ditentukan dengan menghitung nilai rata-rata
dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.
berbobot kekuatan geser tanah ( S u) dari
Dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan di lapisan tanah yang terdapat di bawah
atas dan berdasarkan denah serta konfigurasi bangunan.
bangunan yang ada, gedung perkantoran yang
akan dianalisis merupakan struktur bangunan
Keterangan :
γ1 = 1,76 t/m3
Ø1= 22o c1=0,20 kg/cm2 h1 = 4m γ : Berat jenis tanah
Ø : Sudut geser tanah
c : Kohesi tanah
γ2 = 1,80 t/m3 h : Tebal lapisan tanah
Ø2 = 20o c2 =0,10 kg/cm2 h2 = 3m
γ 3 = 1,80 t/m3
Ø3= 25o c3=0,15kg/cm2 h3 = 4m
γ4 = 1,60 t/m3
Ø4= 18o c4=0,10 kg/cm2 h4 = 3m
45
PILAR Vol. 14 Nomor 1, April 2005: hal. 42 - 57
46
Perhitungan Beban Gempa pada Bangunan Gedung
Berdasarkan Standar Gempa Indonesia yang Baru
Himawan Indarto
nilai dan R tidak dapat melampaui nilai bertulang harga m = 2,1 dan Rm = 3,5.
yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa Rangka Pemikul Momen Biasa dari beton
47
PILAR Vol. 14 Nomor 1, April 2005: hal. 42 - 57
Tabel 3. Faktor Daktilitas Maksimum (m), Faktor Reduksi Gempa Maksimum (Rm), Faktor Tahanan
Lebih Struktur (f) untuk beberapa jenis sistem struktur gedung
Sistem dan subsistem struktur gedung Uraian sistem pemikul beban gempa m Rm f
1. Sistem dinding penumpu (Sistem 1. Dinding geser beton bertulang 2,7 4,5 2,8
struktur yang tidak memiliki rangka 2. Dinding penumpu dengan rangka baja ringan
1,8 2,8 2,2
ruang pemikul beban gravitasi secara dan bresing tarik
lengkap. Dinding penumpu atau sistem 3. Rangka bresing di mana bresingnya memikul
bresing memikul hampir semua beban beban gravitasi
gravitasi. Beban lateral dipikul dinding a. Baja 2,8 4,4 2,2
geser atau rangka bresing) b. Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 &
1,8 2,8 2,2
6)
2. Sistem rangka gedung (Sistem struktur 1. Rangka bresing eksentris baja (RBE) 4,3 7,0 2,8
yang pada dasarnya memiliki rangka 2. Dinding geser beton bertulang 3,3 5,5 2,8
ruang pemikul beban gravitasi secara 3. Rangka bresing biasa
lengkap. Beban lateral dipikul dinding a. Baja 3,6 5,6 2,2
geser atau rangka bresing) b. Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 &
3,6 5,6 2,2
6)
4. Rangka bresing konsentrik khusus
a. Baja 4,1 6,4 2,2
5. Dinding geser beton bertulang berangkai
4,0 6,5 2,8
daktail
6. Dinding geser beton bertulang kantilever
3,6 6,0 2,8
daktail penuh
7. Dinding geser beton bertulang kantilever
3,3 5,5 2,8
daktail parsial
3. Sistem rangka pemikul momen (Sistem 1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
struktur yang pada dasarnya memiliki a. Baja 5,2 8,5 2,8
rangka ruang pemikul beban gravitasi b. Beton bertulang 5,2 8,5 2,8
secara lengkap. Beban lateral dipikul 2. Rangka pemikul momen menengah beton
rangka pemikul momen terutama melalui 3,3 5,5 2,8
(SRPMM)
mekanisme lentur) 3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB)
a. Baja 2,7 4,5 2,8
b. Beton bertulang 2,1 3,5 2,8
4. Rangka batang baja pemikul momen khusus
4,0 6,5 2,8
(SRBPMK)
4. Sistem ganda (Terdiri dari : 1) rangka 1. Dinding geser
ruang yang memikul seluruh beban a. Beton bertulang dengan SRPMK beton
5,2 8,5 2,8
gravitasi; 2) pemikul beban lateral berupa bertulang
dinding geser atau rangka bresing dengan b. Beton bertulang dengan SRPMB saja 2,6 4,2 2,8
rangka pemikul momen. Rangka pemikul c. Beton bertulang dengan SRPMM beton
momen harus direncanakan secara 4,0 6,5 2,8
bertulang
terpisah mampu memikul sekurang- 2. RBE baja
kurangnya 25% dari seluruh beban a. Dengan SRPMK baja 5,2 8,5 2,8
lateral; 3) kedua sistem harus b. Dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
direncanakan untuk memikul secara 3. Rangka bresing biasa
bersama-sama seluruh beban lateral a. Baja dengan SRPMK baja 4,0 6,5 2,8
dengan memperhatikan interaksi/sistem
b. Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
ganda)
c. Beton bertulang dengan SRPMK beton
4,0 6,5 2,8
bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6)
d. Beton bertulang dengan SRPMM beton
2,6 4,2 2,8
bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6)
4. Rangka bresing konsentrik khusus
a. Baja dengan SRPMK baja 4,6 7,5 2,8
b. Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
5. Sistem struktur gedung kolom
kantilever (Sistem struktur yang Sistem struktur kolom kantilever 1,4 2,2 2
memanfaatkan kolom kantilever untuk
48
Perhitungan Beban Gempa pada Bangunan Gedung
Berdasarkan Standar Gempa Indonesia yang Baru
Himawan Indarto
49
PILAR Vol. 14 Nomor 1, April 2005: hal. 42 - 57
0,85 0,85
C= (tanah lunak)
T
0,70
0,33
C= (tanah sedang)
0,60 T
0,23
C= (tanah keras)
0,34 T
C
0,28
0,24
Wilayah Gempa 4
Wi z i
STATIK EKUIVALEN
n
i 1
Beban geser dasar nominal statik ekuivalen
akibat gempa (V) yang bekerja pada
struktur bangunan gedung, dapat Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i,
ditentukan dari rumus: termasuk beban hidup yang sesuai (direduksi),
zi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur
CI
V = Wt .......................................... (6) dari taraf penjepitan lateral struktur bangunan,
R dan n adalah nomor lantai tingkat paling atas.
Dengan menggunakan rumus di atas, Jika perbandingan antara tinggi struktur
didapatkan beban geser dasar dalam arah-X gedung dan ukuran denahnya dalam arah
(Vx) dan arah-Y (Vy) adalah : pembebanan gempa sama dengan atau melebihi
0,85 .1 3, maka 0,1V harus dianggap sebagai beban
Vx = Vy = 1285,104 = 682,7 ton
1,6 horisontal terpusat yang bekerja pada pusat
Vx dan Vy harus didistribusikan di sepanjang massa lantai tingkat paling atas, sedangkan
tinggi struktur bangunan gedung menjadi 0,9V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi
beban-beban gempa statik ekuivalen yang struktur gedung menjadi beban-beban gempa
bekerja pada pusat massa lantai-lantai tingkat.. nominal statik ekuivalen.
Besarnya beban statik ekuivalen (Fi) pada Pada arah-X, lebar dari bangunan adalah B =
lantai tingkat ke-i dari bangunan dihitung 20 m, dan tinggi dari bangunan H = 18 m.
dengan rumus : Karena perbandingan antara tinggi dan lebar
dari bangunan : H/B = 18/20 = 0,9 < 3, maka
seluruh beban gempa Vx, distribusikan menjadi
50
Perhitungan Beban Gempa pada Bangunan Gedung
Berdasarkan Standar Gempa Indonesia yang Baru
Himawan Indarto
beban-beban terpusat yang bekerja di setiap dari struktur bangunan dapat dihitung
lantai tingkat di sepanjang tinggi bangunan. berdasarkan analisis struktur secara manual,
atau dengan menggunakan program komputer.
Pada arah-Y, lebar dari bangunan : B = 15 m,
Waktu getar alami fundamental (TR) dari
dan tinggi dari bangunan : H = 18 m. Karena
struktur gedung beraturan dalam arah masing-
perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan
masing sumbu utama dapat ditentukan dengan
: H/B = 18/15 = 1,2 < 3, maka seluruh beban
rumus Rayleigh sebagai berikut :
gempa Vy didistribusikan menjadi beban-beban
Wi d i 2
terpusat yang bekerja di setiap lantai di n
sepanjang tinggi bangunan.
TR = 6,3 i 1 ................................... (8)
g Fi d i
Distribusi beban gempa di setiap lantai dari
bangunan gedung pada arah-X dan arah-Y, n
i 1
tergantung dari banyaknya struktur portal yang
ada. Dari denah struktur bangunan, dapat
dilihat bahwa pada arah-X terdapat 4 buah Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i,
portal, dan pada arah-Y terdapat 5 buah portal. termasuk beban hidup yang sesuai (direduksi),
Distribusi beban gempa sepanjang tinggi zi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur
bangunan pada arah-X (Fix ) dan arah-Y (Fiy) dari taraf penjepitan lateral, Fi adalah beban
ditunjukkan pada Tabel 5. gempa statik ekuivalen pada lantai tingkat ke-i,
di adalah simpangan horisontal lantai tingkat
SIMPANGAN HORISONTAL STRUKTUR ke-i, g adalah percepatan gravitasi yang
ditetapkan sebesar 980 cm/det2., dan n adalah
Akibat beban gempa statik ekuivalen yang nomor lantai tingkat paling atas.
bekerja disepanjang tinggi bangunan, maka
struktur akan mengalami simpangan kearah Waktu getar struktur yang dihitung dengan
horisontal. Besarnya simpangan horisontal rumus empiris (TE) untuk penentuan harga C,
perlu dihitung untuk menentukan waktu getar nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari
alami fundamental sebenarnya dari struktur. 20% dari nilai waktu getar alami fundamental
Besarnya simpangan horisontal dari struktur dari struktur yang dihitung dengan rumus
untuk portal arah-X dan portal arah-Y dapat Rayleigh (TR). Jika antara nilai TE dan TR
dihitung dengan bantuan komputer. Dari hasil berbeda lebih dari 20%, maka perlu dilakukan
analisis struktur dengan program komputer analisis ulang.
untuk portal arah-X dan portal arah-Y, Untuk bangunan gedung lima lantai, waktu
didapatkan simpangan horisontal dari struktur getar alami fundamental dari struktur (TR)
seperti pada Gambar 5 dan Gambar 6. dihitung dengan rumus Rayleigh sebagai
berikut :
W .d 2 W2 .d2 2 W3 .d3 2 W4 .d4 2 W5 .d5 2
TR 6,3 1 1
g.F1 .d1 F2 .d2 F3 .d3 F4 .d4 F5 .d5
0,5
... (9)
WAKTU GETAR ALAMI
FUNDAMENTAL STRUKTUR
51
PILAR Vol. 14 Nomor 1, April 2005: hal. 42 - 57
45 ton d5=22 cm
50 ton d4=19,6 cm
38 ton d3=15,8 cm
25 ton
d2=10,3 cm
12 ton d1=4,1 cm
36 ton
d5=23,1 cm
40 ton
d4=20,7 cm
30 ton
d3=16,5 cm
20 ton
d2=10,7 cm
10 ton
d1=4,3 cm
52
Perhitungan Beban Gempa pada Bangunan Gedung
Berdasarkan Standar Gempa Indonesia yang Baru
Himawan Indarto
Perhitungan TR untuk portal arah-X dan arah-Y ditabelkan pada Tabel 6 dan Tabel 7.
53
PILAR Vol. 14 Nomor 1, April 2005: hal. 42 - 57
Tabel 10. Perhitungan waktu getar alami struktur arah-Y (Perhitungan II)
Lantai Wi (ton) di (cm) di2 Fiy Wi.di2 Fiy.di
5 196.22 22.4 502 174 98455 3908
4 272.22 20.1 404 194 109980 3892
3 272.22 16 256 145 69688 2324
2 272.22 10.4 108 97 29443 1007
1 272.22 4.1 17 48 4576 198
312143 11330
54
Perhitungan Beban Gempa pada Bangunan Gedung
Berdasarkan Standar Gempa Indonesia yang Baru
Himawan Indarto
banyaknya jumlah tingkat (n) serta koefisien struktur tidak boleh melampaui 1 = 0,03/R kali
dari struktur bangunan gedung tergantung dari
untuk Wilayah Gempa dimana struktur tinggi tingkat yang bersangkutan, atau 2 = 30
55
PILAR Vol. 14 Nomor 1, April 2005: hal. 42 - 57
i (mm)
Lantai tingkat struktur antar tingkat (mm)
h (mm) (mm)
di (mm)
5 3600 220 22 67,5 30
4 3600 198 40 67,5 30
3 3600 158 55 67,5 30
2 3600 103 62 67,5 30
1 3600 41 41 67,5 30
Pondasi 0
i (mm)
Lantai tingkat struktur antar tingkat (mm)
h (mm) (mm)
di (mm)
5 3600 231 24 67,5 30
4 3600 207 42 67,5 30
3 3600 165 58 67,5 30
2 3600 107 64 67,5 30
1 3600 43 43 67,5 30
Pondasi 0
Dari hasil perhitungan, untuk lantai 1 sampai disebut sebagai waktu getar alami
56
Perhitungan Beban Gempa pada Bangunan Gedung
Berdasarkan Standar Gempa Indonesia yang Baru
Himawan Indarto
fundamental (T) struktur. Pada arah-X, lebih besar dari T maksimum yang
waktu getar struktur gedung perkantoran disyaratkan yaitu 0,85 detik.
pada perhitungan awal = 0,524 detik, pada Kecuali lantai 5, simpangan antar
perhitungan I = 1,03 detik, dan pada tingkat yang terjadi pada lantai 1
perhitungan II = 1,03 detik. Dengan sampai dengan lantai 4 akibat beban
demikian T struktur gedung perkantoran gempa, lebih besar dari simpangan
57