Anda di halaman 1dari 15

Guideline Untuk Menentukan Konsep Desain

1. Maksud dan tujuan


Guideline untuk menentukan konsep desain ini dimaksudkan untuk
menterjemahkan persaratan(need) dari sebuah produk sebagaimana tersusun
pada “ Daftar Spesifikasi Desain ” menjadi sebuah konsep desain produk.
Tujuan dari guideline ini adalah memberikan pedoman bagaimana membuat
sebuah konsep desain secara sistematik dengan memperhatikan semua aspek
desain yang menjadi persaratan sehingga konsep yang dihasilkan akan dapat
memenuhi fungsi yang disaratkan, kemudahan pakai, tampilan bentuk yang
menarik serta dapat dimanufaktur , dirakit, dioperasikan dan dirawat dengan
mudah. Pendekatan yang digunakan pada guideline ini adalah
“ Pendekatan Sistematik ”

2. Tahapan Proses Menentukan Konsep Desain


Untuk menentukan konsep desain ini tahapan yang ditempuh adalah:
 Membuat Abstraksi untuk mengidentifikasi permasalahan pokok
 Menetapkan Struktur Fungsi(Fungsi Keseluruhan dan Sub Fungsi)
 Mencari prinsip kerja agar dapat memenuhi sub-fungsi
 Mengkombinasikan prinsip kerja kedalam struktur kerja
 Memilih kombinasi yang sesuai
 Mengaduk kedalam varian prinsip solusi
 Mengevaluasi varian terhadap kriteria teknis dan ekonomis
 Menetapkan konsep desain

3. Membuat Abstraksi Untuk Mengidentifikasi Permasalahan Pokok


Abstraksi dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang lebih luas dan
umum tentang suatu permasalahan sehingga dalam mencari solusi optimum ,
desainer jauh dari pengaruh ide-ide yang bersifat tetap atau konvensional
sehingga menghambat pencarian solusi yang sesuai dan baru. Dengan membuat
abstraksi berarti mengabaikan apakah yang khusus atau insidental dan
mendorong apakah yang umum dan utama dari sebuah permasalahan. Membuat
generalisasi dari suatu masalah akan mengarah langsung pada inti dari
tugas(task). Dan ini harus secara hati-hati dirumuskan, sehingga akan didapat
secara jelas fungsi keseluruhan dan kendala pokok tanpa menimbulkan
prasangka terhadap pemilihan dari sebuah prinsip solusi.
Abstraksi dan perumusan masalah adalah aktivitas menganalisis daftar
spesifikasi desain dimana kegiatan analisis, dipasangkan secara abstrak langkah
demi langkah yang akan menampakan aspek umum dan feature utamanya ,
langkahnya adlah sebagai berikut:
 Langkah 1. Menghilangkan pilihan pribadi
 Langkah 2. Mengabaikan persaratan yang tidak memiliki sentuhan langsung
terhadap fungsi dan kendala pokoknya
 Langkah 3. Mentransformasi data kuantitativ kedalam data kualitativ dan
mereduksinya kedalam pernyataan pokok
 Langkah 4. Membuat hasil dari langkah sebelumnya menjadi lebih umum
 Langkah 5. Merumuskan permasalahan dalam terminologi solusi netral

1
4. Menetapkan Struktur Fungsi (Fungsi Keseluruhan dan sub-sub fungsi)
Berdasarkan hasil abstraksi dan perumusan masalah maka dapat disusun
struktur fungsi melalui penyusunan :
 Fungsi Keseluruhan
 Sub-sub Fungsi
Fungsi keseluruhan disusun berdasar pada aliran energi, material dan sinyal
dengan menggunakan sebuah blok diagram yang menyatakan hubungan antara
input dan output secara bebas solusi. Hubungan ini harus dispesifikasi setepat
mungkin sebagaimana ditunjukan pada gambar 1.

Energi Energi

Material Material

Sinyal Sinyal

Gambar 1. Fungsi Keseluruhan

Berdasar fungsi keseluruhan dengan derajat kompleksitas yang tinggi fungsi


keseluruhan ini diuraikan kedalam sub-sub fungsi dengan dengan derajat
kompleksitas yang lebih rendah. Kombinasi dari sub-sub fungsi individual ini
menghasilkan struktur fungsi yang menggambarkan fungsi keseluruhan
(gambar2).

Sub Sub Sub


Fungsi 1 Fungsi 2 Fungsi 3

Gambar 2: Struktur Fungsi, breakdown fungsi keseluruhan


kedalam sub-sub fungsi

Sasaran dari penguraian fungsi keseluruhan yang kompleks ini adalah :


 Untuk menentukan sub-sub fungsi adlah memfasilitasi solusi pada urutan
pencarian berikutnya
 Mengkombinasikan sub-sub fungsi kedalam struktur fungsi yang sederhana
dan jelas pada gambar 3 dan 4 dibawah ini diberikan contoh fungsi
keseluruhan dan struktur fungsi lengkap dengan uraian sub-sub fungsinya
untuk sebuah mesin uji (gambar 3) dan sebuah mesin adonan kue (gambar
4).

5. Mencari Prinsip Kerja Agar Dapat memenuhi sub fungsi


Prinsip kerja harus dibangun pada berbagai sub fungsi dan prinsip-prinsip
tersebut pada akhirnya harus dikombinasikan kedalam struktur kerja. Membuat
nyata struktur kerja akan mengarah pada prinsip solusi. Prinsip kerja haruslah
menggambarkan efek fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi suatu fungsi dan
juga geometrinya dan karakteristik materialn
2
(c)

Gambar 3: Fungsi keseluruhan (a) sub-fungsi(fungsi


utama) (b) dan struktur fungsi(c) dari sebuah mesin uji

Gambar 4: Fungsi keseluruhan dan varian struktur fungsi


dari sebuah mesin pembuat adonan kue
3
Metoda yang digunakan untuk menentukan prinsip kerja ini terdiri dari:

1. Studi sistematik dari proses fisik


Jika solusi dari suatu masalah berkaitan dengan suatu efek fisik yang
diketahui(kimia, biologi dll), dan dinyatakan dengan sebuah persamaan,
khususnya bila berkaitan dengan beberapa variabel fisik, beberapa solusi
dapat diturunkan dari analisis keterkaitannya, yaitu berhubungan dengan
hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas, semua kuantitas lainnya
dipertahankan konstan. Jadi jika memiliki persamaan dalam bentuk
y=f(u,v,w), maka sesuai dengan cara ini , kita mengamati varian solusi untuk
hubungan y1=f(u,v,w), y2=f(u,v,w) dan y3=f(u,v,w), kuantitas dengan garis
dibawahnya dipertahankan konstan. Contoh penerapan cara ini ditunjukan
pada lampiran A.
Cara lain dalam menemukan solusi baru atau solusi perbaikan dengan
menganalisis persamaan fisik adlah mencari jawab kembali dari efek fisik
yang diketahui kedalam komponen individualnya. Hal ini secara khusus
digunakan sebagai pendekatan dalam perancangan new devices atau
pengembangan bagi penerapan baru untuk devices yang sekarang ada.
Contoh penggunaan cara ini ditunjukan pada lampiran A.

2. Pencarian sistematik dengan bantuan skema klasifikasi


Skema klasifikasi biasanya berbentuk dua dimensi terdiri atas baris dan
kolom yang merupakan parameter yang digunakan sebagai klasifikasi
kriteria. Gambar 5 dibawah ini mengilustrasikan struktur umum dari skema
klasifikasi: (a) bila parameter disediakan untuk keduanya kolom dan baris;
dan (b) bila parameter hanya disediakan untuk baris saja.

Gambar 5: Struktur umum dari skema klasifikasi

4
Pemilihan kriteria klasifikasi atau parameternya adalah hal krusial yang
sangat penting. Dalam menetapkan skema klasifikasi terbaik adalah
menggunakan prosedur selangkah demi selangkah seperti berikut ini;
Langkah 1: Usulan solusi dimasukan secara acak kedalam baris
Langkah 2 : Usulan tersebut dianalisis berdasar karakteristik tertentu (lihat
tabel 1) antara lain jenis energi, jenis gerakan dll.
Langkah 3: Klasifikasikan kesemua sesuai dengan karakteristiknya(heading).
Untuk sebuah struktur fungsi dengan solusi yang telah didapat untuk
beberapa sub fungsi, maka kriteria klasifikasinya dipilih pada baris dengan
heading sesuai sub fungsi pada kolom adlah prinsip solusinya sebagaimana
ditunjukan pada gambar 6, dimana gambar ini menggambarkan skema
klasifikasi dengan Fi menyatakan sub fungsi sedangkan Sij menyatakan
elemen solusi.
.

Gambar 6: Struktur dasar dari skema klasifikasi dengan sub fungsi dari fungsi
keseluruhan dan keterkaitan solusinya

3. Penggunaan Katalog Desain


Katalog desain adalah koleksi dari solusi yang sudah diketahui dan sudah
diuji untuk menyelesaikan permasalahan desain. Katalog ini berisi data dari
berbagai jenis dan solusi bentuk(embodiment) pada tahapan yang berbeda.
Maka isinya meliputi efek fisik, prinsip kerja, prinsip solusi, elemen mesin,
komponen standar, material, komponen yang dibeli dsb. Daftar katalog
desain yang tersedia disediakan pada lampiran B.

6. Mengkombinasikan Prinsip Kerja Kedalam Struktur Kerja


Untuk mengkombinasi prinsip kerja kedalam struktur kerja digunakan
kombinasi sistematik berdasar skema klasifikasi menjadi matrik morpologi
sebagaimana ditunjukan pada gambar 7. Dalam hal ini sub fungsi, biasanya
dibatasi terhadap fungsi utama, dan solusi yang sesuai (prinsip solusi)
dimasukan pada baris dalam skema.
Jika skema klasifikasi ini menguraikan solusi keseluruhan, maka setidak-
tidaknya satu prinsip solusi harus dipilih untuk setiap sub fungsi(yaitu untuk
setiap baris). Untuk mempersiapkan solusi keseluruhan, maka prinsip-prinsip
solusi tersebut(sub-solusi) haruslah kemudian dikombinasikan secara sistematik
kedalam suatu solusi keseluruhan.
Tabel 1: Kriteria klasifikasi dan heading(karakteristik)

5
Kriteria Klasifikasi fisik dan tampilan luar
Jenis energi, efek
heading Contoh
Mekanikal Gravitasi,inertia, gaya sentrifugal
Hidraulik Hidrostatik, hidrodinamik
Pneumatik Aerostatik, aerodinamik
Elektrikal Elektrostatis,elektrodinamik,induktiv
Capasitans,piezo-elektrik, transformasi,
Rektifikasi
Magnetik Ferromagnetik, elektromagnetik
Optikal Refleksi, refraksi,diffraksi,interferens,
Polarisasi, infra-red, visibel, ultra violet
Termal Ekspansi, efek bimetal, heat storage,
Heat transfer,konduksi panas,insulator
Panas
Kimia Pembakaran, oksidasi, reduksi, dissolusi,
Transformasi,elektrolist,exothermik,
Dan reaksi endotermik
Nuklir Radiasi,isotop,sumber energi
Biologi Fermentasi, pufrefaksi, dekomposisi

Tabel 2: Kriteria klasifikasi dan heading(karakteristik)

Kriteria Klasifikasi gerakan kerja dan fisik dan sifat dasar bahan
Permukaan kerja,
Geometri kerja
heading Contoh
Jenis Titik, garis, permukaan, bodi
Bentuk Kurva, lingkaran, elips, hiperbola, parabola, segitiga
Segiempat , segi banyak, pentagon, heksagon,
Oktagon, silinder, konis, rhomb,bola
Simetrik, Asimetrik
Gerakan kerja
heading contoh
Jenis Stasioner, translasi, rotasi
Nature Seragam, takseragam, osilasi, bidang atau 3 D
Arah Pada arah x,y, z atau sumbu x, y, z
Besar Kecepatan
Jumlah Satu, beberapa, gerakan komposit
Sifat dasar bahan
heading contoh
Keadaan Padat, cair, gas
Behavior Kaku, elastik, plastis, viskos
Form Solid body, butiran, puder, debu

6
Gambar 7: Mengkombinasikan prinsip solusi kedalam
kombinasi prinsipal
kombinasi 1: S11+ S22+…….. +Sn2
kombinasi 2 : S11+S21+………+Sn1

7. Memilih Kombinasi Yang Sesuai


Dari langkah mengkombinasikan prinsip solusi didapat sekian banyak
solusi menyeluruh, untuk itu dari kemungkinan solusi yang ditawarkan perlu
dicari solusi yang paling tepat. Prosedur pemilihan yang digunakan untuk
memilih solusi yang cocok dilakukan melalui dua langkah yaitu buang dan
pilih.
Pertama-tama semua usulan dievaluasi menggunakan “ Lembar Evaluasi
Desain Konsep ” dimana hal-hal yang dinilai dapat dilihat pada “ Daftar
Periksa Persaratan Desain Konsep “, pindahkan hasilnya kedalam lembar “
Chart Seleksi ”.
Melalui chart seleksi buanglah solusi yang tidak cocok selanjutnya sisanya
dipilih sebagai kandidat solusi yang akan diproses pada langkah selanjutnya.

8. Mengaduk dalam varian prinsip solusi


Dari kandidat solusi yang dipilih gabungkanlah prinsip-prinsip solusinya
sehingga membentuk solusi menyeluruh berupa sebuah konsep dengan cara
sebagai berikut :
 Kalkulasi kasar berdasar asumsi yang disederhanakan
 Sketsa kasar atau gambar berskala kasar dengan melihat adanya
kemungkinan layout, bentuk, persaratan ruang, kecocokan dsb.
 Eksperimen awal atau pengujian model untuk menentukan sifat-sifat utama,
atau statemen pendekatan kuantitativ tentang performa dan lingkup untuk
optimasi
 Mengkontruksi model untuk membantu analisis dan visualisasi(untuk contoh
model kinematik)
 Pemodelan analogi dan simulasi sistem berbantuan komputer. Untuk contoh
stabilitas dan analisis kerugian dari sistem hidraulik menggunakan analogi
elektrik.

7
 Pencarian lebih lanjut pada paten dan literatur dengan obyektiv yang
mendekati.
 Riset pasar dari teknologi yang diusulkan, material dan komponen yang
dibeli.

9. Mengevaluasi varianprinsip solusi


Evaluasi ini berkaitan dengan suatu pernilaian terhadap nilai keteknikan,
keamanan, lingkungan dan ekonomis. Untuk kegunaan itu prosedur evaluasi
telah dikembangkan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sistek teknik dan
non teknik, dan dapat diterapkan dalam semua phase pengembangan produk.
Prinsip dasar
Evaluasi berarti menentukan “ nilai ”, “kegunaan” atau “kekuatan” dari
sebuah solusi terhadap obyektiv yang ditetapkan. Evaluasi yang berkaitan
dengan pembandingan varian konsep atau dalam hal membandingkan dengan
solusi ideal khayal, digunakan “rating’ atau derajat kedekatan.
Evaluasi yang dilakukan tidaklah berdasarkan pada aspek individual antara
lain produksi, cost, keamanan ergonomik atau lingkungan, tetapi haruslah
bersesuaian dengan tujuan keseluruhan dengan mempertimbangkan semua aspek
secara seimbang dan sesuai. Metoda evaluasi yang digunakan adalah “Use-Value
Analysis ”(UVA), dengan tahapan :
 Mengidentifikasi Kriteria Evaluasi
Langkah pertama adalah menarik kumpulan obyektiv melalui hal ini
kriteria evaluasi dapat diturunkan. Obyektiv tersebut diturunkan dari daftar
spesifikasi desain dan dari kendala umum yang diidentifikasi muncul pada
suatu solusi tertentu.
Kumpulan obyektiv biasanya menggabung beberapa elemen yang tidak
hanya memunculkan varitas faktor antara lain teknik, ekonomi dan
keamanan saja tetapi juga dari sisi kepentingannya berbeda besar.
Jangkauan obyektiv haruslah sejauh mungkin memenuhi kondisi berikut:
 Obyektiv haruslah melingkupi keputusan persaratan yang relevan dan
kendala umumnya selengkap mungkin, sehingga tidak ada kriteria yang
utama yang terlewatkan.
 Obyektiv individual dimana evaluasinya harus didasarkan haruslah
sebebas mungkin satu dengan lainnya, sehingga memungkinkan untuk
meningkatkan nilai dari sebuah varian terhadap sebuah obyektiv dan
haruslah tidak berpengaruh harganya terhadap obyektiv yang lain.
 Sifat-sifat sistem yang dievaluasi, jika mungkin, haruslah dinyatakan
dalam bentuk konkrit kuantitativ atau setidak-tidaknya dalam
terminologi kualitative(verbal)

Kriteria evaluasi dapat diturunkan secara langsung dari obyektivnya.


Karena penetapan berikutnya pada harga, semua kriteria harus ditetapkan
dalam rumusan positiv sebagai contoh:
“nois rendah” bukan “tingkat kebisingan”
“efisiensi tinggi” bukan “besar kerugian”
“Perawatan rendah” bukan “persaratan perawatan”
Secara sistematis dengan menggunakan UVA berarti membuat “pohon
obyektiv”, dimana obyektiv individual disusun sesuai tingkat hirarkisnya.
Sub-obyektiv disusun secara vertikal kedalam level dengan kompleksitas
8
yang makin berkurang, dan pada arah horisontal adalah susunan berdasar
area obyektivnya, untuk contoh, teknik , ekonomi atau bahkan untuk
obyektiv mayor dan minornya , sesuai gambar 8.
Karena hal ini membutuhkan kebebasan, sub obyektiv pada level yang
lebih tinggi dapat hanya dihubungkan dengan sebuah obyektiv dari level
yang lebih rendah berikutnya. Tingkatan hirarkis ini membantu desainer
untuk menentukan ya atau tidak semua keputusan sub-obyektiv yang relevan
sudah dilingkupi. Selanjutnya menyederhanakan pernilaian kepentingan
relativ dari sub-obyektiv. Kriteria evaluasi selanjutnya dapat diturunkan dari
sub obyektiv pada tahapan dengan kompleksitas yang lebih rendah.

Gambar 8. Struktur pohon obyektiv

 Memberi bobot pada kriteria evaluasi


Untuk menetapkan kriteria evaluasi , pertama-tama harus ditaksir
kontribusi relativnya(bobot) terhadap nilai keseluruhan, sehingga kriteria
yang relativ tidak penting dapat dihilangkan sebelum evaluasi yang pas
dimulai. Kriteria evaluasi menggunakan “faktor bobot” yang ditentukan dan
harus diperhitungkan selama langkah evaluasi berikutnya. Faktor bobot
adalah bilangan positiv dan riil, yang menunujukan kepentingan relativ
sebuah kriteria evaluasi khusus(obyektiv).
Pada UVA , bobot didasarkan pada faktor yang terentang dari 0 sampai
1(atau dari 0 sampai 100). Jumlah dari faktor-faktor dari seluruh kriteria
evaluasi haruslah sama dengan 1 (atau 100) sehingga persentase bobot dapat
dipasangkan pada semua sub obyektiv.
Untuk memvasilitasi proses ini gambarkanlah pohon obyektivnya ,
prosedurnya ditunjukan pada gambar 9. Disini obyektivnya disusun dalam 4
level yang kompleksitasnya berkurang dan dipersiapkan dengan faktor
bobot. Evaluasinya diproses selangkah demi selangkah dari level dengan
kompleksitas yang lebih tinggi selanjutnya ke level lebih rendah. Maka tiga
sub-obyektiv O11, O12 dan O13 dari level kedua dibobot dengan acuan
kepada obyektiv O1(pada kasus ini bobotnya masing-masing 0.5, 0.25 dan
9
0.25). Jumlah faktor bobot untuk satu level haruslah selalu wi=1.0.
Berikutnya lakukan pembobotan pada level ketiga dengan mengacu pada
sub-obyektiv pada level kedua. Bobot relativ dari O111 dan O112 dengan
mengacu pada obyektiv yang lebih tinggi O11 ditetapkan 0.67 dan 0.33.
Sisa obyektive ditangani dengan cara yang sama.

 Mengkompilasi parameter
Setelah menetapkan kriteria evaluasi dan menentukan derajat
kepentingan langkah berikutnya adalah menetapkan kepadanya parameter
yang diketahui. Parameter tersebut masing-masing harus dikuantitasikan atau
jika ini tidak mungkin , dinyatakan dengan pernyataan sekonkrit mungkin.
Untuk keperluan ini digunakan sebuah chart untuk menampung hal tersebut.
Contoh chart untuk sebuah motor pembakaran dalam ditunjukan pada
gambar 10.

 Menaksir nilai.
Langkah berikutnya adalah menaksir nilai jadi merupakan kegiatan
evaluasi sebenarnya . “Nilai” ini diturunkan dari sebuah pertimbangan
dengan skala relativ terhadap parameter yang sebelumnya sudah ditetapkan,
dari sisi karakter bisa lebih atau kurang subyektiv.
Nilai dinyatakan dengan poin, pada UVA rentangnya dari 0 hingga 10,
pada VDI 2225 rentangnya dari 0 sampai 4. Rentang nilai dimaksud
ditunjukan pada gambar 11.
Adalah bermanfaat untuk membuat chart dimana besar parameter
dikorelasikan selangkah demi selangkah dengan skala nilai, gambar 12
menunjukan sebuah skema berkaitan dengan sistem point menggunakan
UVA dan guideline VDI 2225

 Menentukan Nilai Keseluruhan


Pada langkah sebelumnya untuk setiap varian sub-nilainya sudah ditetapkan,
langkah berikut adalah menetapkan nilai keseluruhan.

10
Gambar 10: Korelasi dari kriteria evaluasi dan parameter dalam chart evaluasi

12
Gambar 12. Chart mengkorelasikan besar parameter dengan skala nilai

Untuk evaluasi produk teknik, penjumlahan dari sub-nilai adalah cara kalkulasi yang
biasa digunakan tetapi ketelitiannya dapat dipertimbangkan jika kriteria evaluasinya adalah
independen.

Nilai keseluruhan varian j dapat ditentukan dari:

13
n
Tanpa bobot: OVj= Vij
i=1

n n
Dengan Bobot : OWVj=  wi . vij =  wvij
i=1 i=1

 Membandingkan varian konsep


Membandingkan varian konsep didasarkan kepada penaksiran nilai keseluruhan yang
sudah didapat pada langkah sebelumnya, kemudian dari harga-harga tersebut ditetapkan nilai
keseluruhan maksimumnya dan selanjutnya ditetapkan rating dari masing-masing varian
konsep.
Penentuan nilai keseluruhan maksimum, dilakukan dengan melihat varian mana yang
memiliki nilai keseluruhan maksimum:
OVj max atau OWVj max

Menentukan rating dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:

OVj  vij
Tanpa Bobot: Rj = ------------ = -----------------
Vmax. n Vmax .n

OWVj  wj . vij
Dengan Bobot: WRj = ---------------------= ----------------------
Vmax. wj Vmax. wj

 Memperkirakan Ketidak pastian Evaluasi


Tahapan evaluasi ini sangatlah penting selama phase konseptual dan tak boleh
diabaikan. Metoda evaluasi hanyalah alat belaka, tidaklah secara otomatis menjadi
mekanisme pengambilan keputusan. Ketidakpastian haruslah ditentukan. Kemungkinan
kesalahan atau ketidakpastian dari evaluasi yang diusulkan terdiri atas dua kelompok utama,
yaitu error subyektif dan kesalahan melekat pada prosedurnya.
Langkah mengatasi error subyektif:
 Evaluasi harus dilakukan secara netral, evaluator haruslah berada pada posisi netral,
untuk menghindari bias, bias tidak boleh disembunyikan oleh desainer. Untuk itu
sebaiknya evaluasi dilakukan oleh beberapa orang, disaratkan jika memungkinkan darai
berbagai departemen. Varian solusi yang berbeda disebut dengan penamaan netral, untuk
contoh A,B,C jangan gunakan “ Proposal XXX“.
 Jika kriteria evaluasi tertentu untuk varian individual besar parameternya tidak dapat
ditentukan maka kriteria tersebut haruslah dirumuskan kembali atau dibuang.
 Hindari bias ketertarikan terhadap varian khusus
 Jangan memilih nilai fungsi yang tidak cocok
 Lengkapi sedapat mungkin kriteria evaluasinya sesuai daftar periksa desain konseptual
Untuk menghindari kesalahan yang melekat pada prosedurnya, lakukanlah dengan
memperkirakan harga kesalahan rata-ratanya.

14
 Mencari Weak Spot
Weak spot dapat diidentifikasi dari nilai dibawah rata-rata untuk suatu kriteria evaluasi
individual. Perhatian yang hati-hati harus ditujukan kepadanya , khususnya untuk kasus
sebuah varian dengan nilai keseluruhan yang baik tapi memiliki satu atau dua buah nilai
dibawah harga rata-rata, yang seharusnya ditiadakan sepanjang pengembangan lebih lanjut.
Identifikasi weak spot difasilitasi dengan graphik dari sub-nilai yang disebut “ profil nilai
“ sebagaimana digambarkan pada gambar 13. Panjang batang-batangnya menyatakan nilai
sedang tebalnya menyatakan bobot. Luas dari batang selanjutnya menunjukan bobot dari sub-
nilai, dan luas yang diarsir adalah nilai bobot keseluruhan dari sebuah varian solusi. Untuk
mengevaluasi weak spot pada grafik ini tarik garis gores vertikal yang menyatakan nilai
keseluruhan total dari sebuah varian, dalam hal ini dinyatakan dengan OWV = 6, terhadap
garis tersebut periksa apakah ada sebuah atau beberapa harga yang berada dibawah garis
tersebut.
Sebuah varian dinyatakan tanpa weak spot bila terbentuk “ profile nilai seimbang “ pada
kasus dari gambar 13, varian 2 lebih baik dari varian 1.

15

Anda mungkin juga menyukai