Bahkan saat saya smp saya menyukai kelas saya yang sangat random,abstrak
yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, untuk guru matematika kelas 7 saya dia
sama sekali tidak menggunakan media apapun selain papan tulis untuk menjelaskan
dan kertas untuk ulangan, dia termasuk guru yang tegas sekaligus rewel tapi
untungnya saya pada saat kelas 7 lebih sering dispensasi untuk perlombaan. Namun
saya masih bisa mengikuti pembelajaran walupun mengumpulkan tugas sesuka
saya.Namun Alhamdulillahnya saya lulus kelas 7 dan masuk kelas 8 yang dimana
wali kelas tersebut adalah guru matematika tapi gurunya termasuk santai,tegas,humble
sekelas pun ga diacak dan kami makin akrab antar satu sama lain, cuman saya lupa
apakah disuruh tugas jeruk gitu apa engga atau apa saya yang tidak
memperhatikan,yahhh intinya saya tidak merasakannya. saya senang memiliki teman
sekelas yang sangat memiliki solidaritas tinggi dalam hal apapun, dan tentunya
sekelas saling melindungi dan ga boleh ada yang ga bersosialisasi, semuanya wajib
yang jelas wali kelas saya pada saat kelas 8 The Best. Terdapat dua lab komputer di
smp saya,namun itu hanya boleh digunakan oleh yang ada jam nya sama guru yang
memegang kuncinya yang terkadang digunakan untuk tempat berteduh dari panas dan
mendinginkan badan, dan untuk kelas 9 saya nggak ingat apakah guru matematikanya
sama atau diganti cuman yang paling membekas adalah guru ekonomi yang memiliki
ciri khasnya tersendiri dan juga guru ipa yang dimana memiliki ketegasan yang sangat
tegas,jarang sekali santai. Ga lama dari itu saya ingin ujian masuk ke sma, saya hanya
mengikuti keinginan orang tua untuk masuk mipa, dikarenakan ya saya sadar diri aja
gitu, saya sempat ditolak masuk ke sekolah negri karena zonasi dan saya masuk
sekolah swasta yang dimana terdapat wawancara untuk masuk dan pada saat itu saya
di sekolah sendirian dikarenakan keluarga saya lupa membawa berkas dan harus
kembali untuk mencari berkas,di posisi itu saya hanya bisa pasrah dan mengandalkan
refleks untuk menjawab wawancara, Alhamdulillah saya lancar pada saat wawancara
dan singkat cerita saya masuk sekolah tersebut.
Di SMA saya merasakan hal yang sangat berbeda, entah kenapa sekolah saya
sudah seperti penjara tahanan yang dimana untuk naik tangga untuk mencapai kelas
terdapat gerbang, belum lagi gerbang masuk sekolah yang dimana terdapat dua
lapisan yang terpisah cukup jauh, dan juga peraturan yang ketat ya cuman harus
disyukuri dan saya belajar banyak pengalaman dari teman-teman saya dan berbagai
jenis manusia yang ada, namun yang paling saya ingat pada saat saat saya sma adalah
dimana terdapat infocus yang dapat melakukan touchscreen, saya sangat tertarik saat
melihatnya seperti bagaimana cara kerjanya, dll. dan untuk guru matematikanya
semuanya unik saat saya sma, dan ada beberapa guru yang lebih baik dan bagus saat
bertatap langsung dibanding saat online dengan G meet,zoom. dan terkadang ada
beberapa guru yang kurang memahami bagaimana teknologi saat itu, namun para guru
mau ga mau ya harus mau beradaptasi dengan lingkungan yang terjadi sehingga
semuanya belajar menggunakan teknologi, bukan hanya dari guru, murid pun gitu
yang dimana kita jadi saling bersaing dalam hal teknologi, yang dimana untuk murid
agar mendapatkan cheat atau jalan pintas untuk nilai bagus saat quiz dan guru
bagaimana mereka mempertahankan agar murid tidak dapat melakukan cheat atau
kecurangan, jika dipikir-pikir lucu,seru juga saat kita bermain dengan teknologi
bersama dengan guru, dan pada saat guru sudah semakin ahli bahkan ada yang gaya
belajarnya diubah menjadi game, ya walaupun sistemnya seperti pacman cuman
menarik. dan akhirnya guru-guru yang sudah beradaptasi dengan lingkungan pada saat
covid lebih memilih menggunakan media teknologi untuk membantu dalam proses
pembelajaran agar lebih mudah.