Anda di halaman 1dari 67

2 Elemen-elemen Sistem

Instrumentasi

2.1 Pendahuluan Bab ini membahas materi-materi mengenai sensor, prosesor sinyal, dan
elemenelemen penampil data yang biasa digunakan dalam bidang teknik.
Istilah sensor digunakan untuk mendeskripsikan suatu elemen yang
menghasilkan sinyal yang memiliki relasi dengan besaran yang diukur.
Adapun istilah prosesor sinyal digunakan untuk menggambarkan suatu
elemen yang mengambil keluaran sensor dan mengkonversikannya
menjadi bentuk yang cocok bagi penampil data. Penampil data adalah suatu
elemen di mana data ditampilkan, direkam, atau ditransmisikan ke suatu
sistem kontrol.

2.2 Sensor perpindahan Sensor perpindahan merupakan sebuah sensor yang dapat
digunakan untuk:
I Mengukur perpindahan linear, yaitu perubahan dalam posisi linear.
Ini misalnya dapat berupa perubahan pada pergeseran linear sebuah
sensor sebagai akibat dari perubahan ketebalan logam metal yang keluar
dari gulungannya.
2 Mengukur perpindahan sudut (angular), yaitu perubahan pada
posisi sudut. Ini misalnya dapat berupa perubahan pada pergeseran
sudut dari sebuah poros penggerak.
3 Mendeteksi gerakan, misalnya sebagai bagian dari sebuah alarm/tanda
bahaya atau sistem penerangan otomatis di mana alarm dibunyikan atau
cahaya dinyalakan ketika terjadi pergerakan obyek di dalam wilayah
sudut pandang sensor.
4 Mendeteksi keberadaan suatu obyek, yaitu sensor posisi
(proximity). Sensor ini misalnya dapat dijumpai pada suatu sistem
mesin otomatis di mana suatu alas akan diaktifkan ketika keberadaan
sebuah benda kerja dirasakan sensor telah berada dalam posisi tertentu.

Sensor-sensor perpindahan ini dapat dikelompokkan menjadi dua


kelompok yaitu sensor yang berkontak langsung dengan obyek yang sedang
dimonitor, dengan cara pembebanan pegas atau hubungan mekanis
terhadap obyek, Berta sensor perpindahan yang tidak berkontak langsung
dengan obyeknya. Untuk metode-metode perpindahan linear yang melibatkan
kontak langsung, biasanya terdapat suatu poros peraba yang berkontak
langsung dengan obyek yang sedang dimonitor, pergeseran poros
selanjutnya akan dimonitor oleh sebuah sensor. Pergerakan poros ini dapat
digunakan untuk menghasilkan perubahan pada tegangan listrik, resistansi,
kapasitansi, ataupun induktansi bersama (mutual inductance). Untuk
metode-metode perpindahan sudut yang melibatkan hubungan mekanis,
perputaran sebuah poros dapat secara langsung menggerakkan, melalui roda
gigi, perputaran elemen sensor sehingga membangkitkan suatu gaga gerak
listrik (g.g.1). Sensor-sensor posisi yang tidak

Aplikasi
Berikut ini adalah contoh beberapa spesifikasi dari sebuah sensor pergeseran yang tersedia di pasaran yang menggunakan
lintasan potensiometer plastik konduktif:
Jangkauan dari 0 sampai 10 mm hingga 0 sampai 2 m
Error non-linearitas ±.0,1% dari jangkauan penuh
Resolusi ±0,02% dari jangkauan penuh
Sensitivitas temperatur ±120 ppm/°C (ppm singkatan dari part per million atau persejuta bagian)

berkontak dengan obyek dapat terdiri dari sebuah berkas cahaya inframerah yang terputus oleh keberadaan
obyek yang sedang dimonitor, selanjutnya sensor akan memberikan sebuah sinyal tegangan yang
mengindikasikan terputusnya cahaya inframerah ini, atau mungkin juga berkas cahaya dipantulkan dari
obyek yang sedang dimonitor, clan sensor akan menghasilkan suatu tegangan tertentu yang mengindikasikan
bahwa berkas yang dipantulkan telah terdeteksi. Sensor-sensor posisi yang berkontak dengan obyek dapat
berupa saklar-saklar mekanis yang dioperasikan oleh keberadaan suatu obyek. Berikut ini diberikan beberapa
contoh sensor-sensor perpindahan.

2.2.1 Potensiometer
Potensiometer terdiri dari sebuah elemen resistansi dengan sebuah kontak geser yang dapat digerakkan
sepanjang elemen Berta dihubungkan seperti tampak pada Gambar 2.1. Dengan sebuah tegangan catu
konstan Vs, tegangan keluaran V,, antara terminal 1 dan 2 merupakan sebagian dari tegangan masukan
di mana besarnya bagian tersebut akan bergantung pada perbandingan nilai resistansi R 12 antara terminal 1
dan 2 terhadap resistansi total R dari keseluruhan panjang lintasan di mana tegangan catu
dihubungkan. Jadi, V./VS = R 1 2 1R. Jika lintasan ini mempunyai resistansi per satuan panjang yang
konstan, maka keluarannya akan berbanding lurus dengan pergeseran kontak geser dari posisi 1. Sebuah
potensiometer putar (rotary) terdiri dari sebuah kumparan kawat yang dililitkan pada suatu lintasan
melingkar, atau suatu lembaran plastik tipis konduktif yang melingkar, atau suatu campuran logam-keramik
yang dikenal dengan nama "cermet", di mana di sekeliling material ini terdapat sebuah kontak geser yang
dapat diputar. Dengan demikian, suatu pergeseran sudut dapat dikonversikan menjadi suatu beda potensial.
Lintasan linear dapat digunakan untuk pergeseran linear.

Dengan suatu lintasan yang dililiti kawat, maka tegangan keluaran yang dihasilkan tidak berubah secara
kontinu wiring dengan pergerakan kontak geser di sepanjang lintasan, melainkan akan ada lompatan-
lompatan kecil pada saat kontak gesernya bergerak dari satu lilitan kawat ke lilitan kawat berikutnya.
Permasalahan semacam ini tidak akan dijumpai bila digunakan lintasan plastik konduktif atau cermet.
Jadi, perubahan pergeseran terkecil yang dapat menimbulkan perubahan pada keluaran, yaitu disebut sebagai
resolusi, akan cenderung lebih kecil bagi lintasan plastik konduktif dibandingkan dengan lintasan lilitan
kawat. Error-error yang diakibatkan oleh sifat non-linearitas lintasan untuk lintasan kawat memiliki
kisaran antara 0,1% hingga sekitar I% dari keluaran jangkauan penuh, sedangkan untuk plastik
konduktif nilai error ini berkisar cukup rendah yaitu 0,05% Baja. Resistansi lintasan untuk potensiometer
lilitan-kawat cenderung memiliki kisaran nilai antara 20 Q sampai 200 kQ clan untuk plastik konduktif
berkisar antara 500 Q sampai 80 kQ. Plastik konduktif memiliki koefisien temperatur resistansi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kawat sehingga perubahan temperatur akan memiliki efek yang lebih
besar terhadap akurasinya.

2.2.2 Elemen Strain-gauge


Strain gauge terdiri atas sebuah strip foil logam (Gambar 2.2(a)), kawat logam datar (Gambar 2.2(b)),
atau strip bahan semikonduktor yang dapat dilekatkan pada sebuah permukaan seperti halnya perangko
Surat. Apabila kawat, lembaran logam, strip, atau semikonduktor mengalami
L,
peregangan,

Aplikasi
Sensor pergeseran yang
tersedia di pasaran yang bekerja berdasarkan prinsip seperti pada Gambar 2.3 memiliki spesifikasi:
Jangkauan dari 0 sampai 100 mm Error non-linearitas ±0,1% dari jangkauan penuh
Sensitivitas temperatur ±0,01% jangkauan penuh/°C.

Aplikasi
Sensor pergeseran kapasitor yang tersedia di pasaran yang bekerja berdasarkan prinsip pergeseran pelat kapasitor
(Gambar 2.5 (b)) memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Jangkauan dari 0 sampai 5 mm hingga 0 sampai 250 mm
Error non-linearitas dan histeresis ±0,01% dari jangkauan penuh
maka nilai resistansinya, R, akan berubah. Perubahan fraksional resistansi ARIR adalah berbanding lurus
dengan regangan e yaitu:

AR=GE GE R di mana G, konstanta perbandingan, dikenal dengan istilahjaktor gauge. Strain


gauge logam umumnya memiliki nilai faktor gauge dengan orde 2,0. Apabila strain gauge logam ini
diregangkan, maka resistansinya akan bertambah, sedangkan bila dirapatkan, maka resistansi akan
berkurang. Regangan adalah perubahan panjang/panjang semula, artinya perubahan resistansi strain gauge
merupakan pengukuran perubahan panjang gauge dan permukaan di mana strain gauge dilekatkan. Jadi
sebuah sensor pergeseran dapat dibuat dengan cars melekatkan strain gauge pada sebuah lengan penyangga
(Gambar 2.3), di mana sisi/ujung bebas dari lengan penyangga ini dapat bergerak sebagai akibat dari
pergeseran linear yang sedang dimonitor. Pada saat lengan penyangga dibengkokkan, strain gauge
resistansi listrik yang dilekatkan pada lengan penyangga akan mengalami peregangan dan
menghasilkan perubahan nilai resistansi yang dapat dimonitor Berta merupakan ukuran dari pergeseran yang
terjadi. Dengan pemasangan strain gauge seperti Gambar 2.3, ketika lengan penyangganya ditarik ke
bawah, maka gauge pada permukaan atas akan meregang, dan gauge pada permukaan bawah akan
terkompresi. Jadi pada permukaan bagian atas gauge akan mengalami peningkatan nilai resistansi, sedangkan
pada permukaan bagian bawah gauge akan mengalami penurunan nilai resistansi. Umumnya, sensor jenis
ini digunakan untuk pergeseran linear dengan orde 1 mm sampai 30 mm dengan error non-linearitas
berkisar ±l% dari jangkauan penuh.

Salah satu kendala yang harus diatasi terkait dengan penggunaan strain gauge ini adalah resistansi
gauge akan berubah saat temperatur berubah. Untuk itu perlu dilakukan metode-metode kompensasi untuk
menanggulangi perubahan semacam ini agar pengaruh temperatur dapat dieliminasi. Metodemetode
kompensasi ini akan dibahas kemudian di dalam bab ini saat pembahasan tentang rangkaian-
rangkaian untuk pemrosesan sinyal.

2.2.3 Elemen kapasitif


Kapasitansi C dari sebuah kapasitor pelat sejajar (Gambar 2.4) dirumuskan sebagai:
c = ErEOA

di mana '-r adalah permitivitas relatif dari bahan dielektrik yang terdapat di antara kedua belch pelat, - 0
adalah konstanta yang disebut sebagai permitivitas ruang hampa, A adalah luas area pelat, dan d jarak
antar pelat. Kapasitansi akan berubah jika jarak antarpelat, d, berubah; luas area pelat, A, berubah; atau
lempengan dielektrik digerakkan masuk atau keluar dari pelat yang akan mengubah nilai efektif Er (Gambar
2.5). Semua metode ini dapat digunakan untuk menghasilkan sensor pergeseran linear.
Salah satu bentuk yang Bering digunakan adalah seperti tampak pada Gambar 2.6 yang dikenal
sebagai sensor pergeseran push-pull. Sensor bentuk ini terdiri atas dua buah kapasitor, satu kapasitor berada
di antara pelat tengah yang dapat bergerak dan pelat bagian atas, sedangkan satu kapasitor yang lain berada di
antara pelat tengah yang dapat bergerak clan pelat bagian bawah. Pergeseran x akan menggerakkan pelat
tengah di antara kedua buah pelat

Aplikasi
Sensor pergeseran LVDT yang tersedia di pasaran dinyatakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Jangkauan dari ±0,125 mm sampai ±470 mm
Error non-linearitas ±0,25% dari jangkauan penuh
Sensitivitas temperatur ±0,01% dari jangkauan penuh
Pengondisian sinyal terdapat di dalam penutup LVDT
Yang lain. Jadi ketika pelat tengah bergerak ke atas, maka pergerakan ini akan mengurangi jarak
pisah kapasitor bagian atas clan memperbesar jarak pisah kapasitor bagian bawah. Dengan demikian,
kapasitansi dari kapasitor bagian atas akan bertambah, sedangkan kapasitansi dari kapasitor bagian
bawah berkurang. Apabila kedua buah kapasitor dipasang pada lengan yang berlawanan dari sebuah
jembatan arus bolak-balik, maka tegangan keluaran dari rangkaian jembatan ini akan berbanding lures
dengan pergeseran yang terjadi. Sensor seperti ini memiliki stabilitas jangka-panjang yang balk Berta
biasa digunakan untuk memonitor pergeseran pada orde beberapa milimeter hingga ratusan milimeter. Error
non-linearitas clan histeresisnya berkisar ±0,01% dari jangkauan penuh.

2.2.4 Transformator diferensial variabel linear


Transformator diferensial variabel linear, biasa dikenal sebagai LVDT (Linear Variable Differential
Transformer), merupakan sebuah transformator Yang memiliki satu kumparan primer dan dua kumparan
sekunder. Gambar 2.7 memperlihatkan susunan transformator ini, di mana terdapat tiga buah kumparan yang
diletakkan simetris pada sebuah tabung isolasi. Kumparan tengah merupakan kumparan primer, sedangkan
dua lainnya adalah kumparan sekunder yang identik clan dihubungkan secara serf sedemikian hingga
keluaran-keluarannya saling berlawanan satu sama lain. Sebuah inti magnetik akan bergerak pada tabung
bagian tengah sebagai akibat dari pergeseran Yang sedang dimonitor. Apabila suatu tegangan bolak-balik
dikenakan pada kumparan primer, maka g.g.I bolak-balik akan terinduksi pada kumparan kumparan
sekunder. Dengan inti magnetik berada pada posisi tengah, maka banyaknya fluks magnetik pada tiap
kumparan sekunder akan berjumlah sama, sehingga besar g.g.1 yang diinduksikan pun sama. Karena
kumparankumparan ini dihubungkan sedemikian rupa sehingga keluaran-keluarannya saling berlawanan
satu sama lain, maka resultannya adalah tegangan keluaran Yang besarnya sama dengan nol. Namun,
ketika inti magnetik digeser dari posisi tengahnya, fluks magnetik pada salah satu kumparan akan
berjumlah lebih besar dibandingkan dengan kumparan yang lain. Akibatnya g.g.l induksi Yang lebih besar
akan dibangkitkan pada salah satu kumparan, dan terdapat keluaran neto dari kedua kumparan tersebut.
Semakin besar pergeseran inti magnetik, maka semakin besar perbedaan fluks magnetik antara kedua
kumparan, sehingga selisih g.g.l di antara keduanya akan semakin bertambah pula. Umumnya, LVDT
memiliki jangkauan operasi antara ±2 mm sampai ±400 mm. Error non-linearitas biasanya sebesar ±0,25%.
LVDT sangat banyak digunakan untuk pemantauan pergeseran.

2.2.5 Enkoder optis

Enkoder adalah alai yang dapat menghasilkan keluaran digital sebagai akibat dari pergeseran sudut atau
linear. Enkoder posisi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu enkoder inkremental yang
mendeteksi perubahan pergeseran dari beberapa posisi data; dan enkoder absolut yang memberikan posisi
aktual. Gambar 2.8 menunjukkan bentuk dasar dari sebuah enkoder inkremental untuk pengukuran
pergeseran sudut sebuah batang. Enkoder ini terdiri dari sebuah piringan yang berputar bersama batang.
Pada bentuk ini, piringan putar memiliki sejumlah jendela di mana berkas cahaya dapat lewat clan
dideteksi oleh sensor cahaya yang sesuai. Pada saat batang dan
piringannya berputar, maka sensor akan menghasilkan sebuah keluaran berupa pulsa di mana jumlah
pulsa berbanding lurus dengan sudut yang dilewati oleh putaran piringan. Pergeseran sudut piringan,
yang juga berarti pergeseran batangan yang memutarnya, dengan demikian dapat ditentukan berdasarkan
banyaknya pulsa yang dihasilkan pada pergeseran sudut dari beberapa posisi data. Jumlah jendela pada
sebuah piringan bervariasi antara 60 hingga ribuan dengan banyak lintasan memiliki slot-slot yang hampir
sama banyak pada tiap-tiap lintasan. Dengan 60 buah slot dalam 1 kali revolusi, di mana 1 revolusi sama
dengan putaran sejauh 360°, maka pergeseran sudut minimum, yang dikenal dengan istilah resolusi, yang
dapat dideteksi adalah 360/60 = 6°. Resolusinya dengan demikian bervariasi antara 6° sampai 0,3°, atau lebih
baik lagi dari ini.

Dengan enkoder inkremental, banyaknya pulsa yang terhitung akan menggambarkan besarnya
pergeseran sudut yang terjadi. Sebuah pergeseran, misalnya 50°, akan menghasilkan jumlah pulsa yang sama
bagaimanapun posisi sudut batangan saat memulai rotasinya. Enkoder absolut akan menghasilkan keluaran
dalam bentuk bilangan biner yang terdiri atas beberapa digit, di mana masing-masing bilangan ini
merepresentasikan suatu posisi sudut tertentu. Gambar 2.9 menunjukkan bentuk dasar dari sebuah enkoder
absolut yang digunakan untuk pengukuran posisi sudut.

Gambar 2.9 Roda putar dari sebuah enkoder absolut. Perhatikan bahwa meskipun yang diperlihatkan pada
gambar adalah bentuk umum dari kode biner, namun dalam prakteknya lebih umum digunakan suatu
bentuk kode biner yang termodifikasi yang disebut dengan nama kode Gray. Kode ini, tidak seperti kode
biner umumnya, hanya mempunyai satu buah bit yang berubah dalam pergerakannya dari suatu bilangan ke
bilangan yang lain. Jadi akan terdapat urutan bilangan 0000, 0001, 0011, 0010, 0011, 0111, 0101, 0100,
1100, 1101, 1111.
Dengan bentuk seperti pada gambar di atas, piringan putar memiliki empat lingkaran slot konsentris dan
empat sensor untuk mendeteksi pulsa-pulsa cahaya. Slot-slot ini disusun dengan cars sedemikian rupa
sehingga keluaran sekuensial dari sensor akan merupakan sebuah bilangan dalam kode biner, di mana
masing-masing bilangan ini bersesuaian dengan suatu posisi sudut tertentu. Sejumlah bentuk kode biner
digunakan. Enkoder pada umumnya

cenderung mempunyai 10 hingga 12 lintasan. Banyaknya bit dalam bilangan biner jumlahnya sama
dengan banyaknya lintasan. Jadi, jika terdapat 10 buah lintasan, maka akan terdapat 10 buah bit sehingga
banyaknya posisi yang dapat dideteksi adalah 210 atau 1024 dengan resolusi 360/1024 = 0,35°.
Enkoder inkremental dan enkoder absolut dapat jugs digunakan untuk mendeteksi pergeseran linear apabila
pergeseran linearnya dikonversi terlebih dahulu menjadi pergerakan rotasi dengan menggunakan sebuah roda
lintasan (tracking wheel) seperti tampak pada Gambar 2.10.
2.2.6 Moire fringes
Efek Moire fringes (rumbai Moire) terjadi apabila seberkas cahaya melewati dua kisi-kisi di mana di
antara keduanya terdapat sudut kemiringan yang kecil. Pergerakan relatif salah satu kisi terhadap kisi yang lain
akan mengakibatkan pergerakan fringe, sebagaimana diilustrasikan oleh Gambar 2.11 (a). Gambar 2.11(b)
menunjukkan bentuk transmisi instrumen yang menggunakan gejala Moire fringe, sedangkan Gambar
2.11(c) menggambarkan bentuk refleksinya. Pada kedua gambar ini, sebuah kisi panjang dipasang tetap
pada obyek yang sedang digeser. Untuk bentuk transmisi, berkas cahaya akan bergerak melewati kisi
panjang, dan kemudian menuju kisi tetap yang lebih kecil, cahaya yang ditransmisikan akan dideteksi oleh
fotosel. Untuk bentuk refleksi, berkas cahaya akan dipantulkan dari kisi panjang melewati kisi tetap
yang lebih kecil untuk kemudian dideteksi oleh fotosel.

Kisi-kisi yang agak kasar umumnya memiliki 10 hingga 40 garis per milimeter, sedangkan
kisi-kisi yang halus memiliki sekitar 400 garis per milimeternya. Pergerakan relatif kisi panjang
terhadap kisi tetap yang lebih pendek akan menghasilkan efek fringe yang bergerak dalam
pendeteksian fotosel, akibatnya keluaran fotosel merupakan urutan pulsa-pulsa yang dapat dicacah. Oleh
karena itu, pergeseran yang terjadi akan berbanding lurus dengan banyaknya pulsa yang tercacah
atau terhitung. Pergeseran sekecil 1 mm dapat dideteksi dengan menggunakan peralatan ini. Metode
semacam ini memiliki reliabilitas yang tinggi dan seringkali digunakan untuk pengontrolan alas-alas
permesinan.

2.2.7 Sensor-sensor posisi optis


Ada berbagai sensor optis yang dapat digunakan untuk menentukan keberadaan suatu obyek. Peranti saklar
fotolistrik dapat dioperasikan pada tipe transmisif di mana obyek yang dideteksi akan memotong
berkas cahaya, umumnya berupa cahaya inframerah, dan mencegahnya untuk mencapai detektor (Gambar
2.12(a)); atau pada tipe refiektif di mana obyek yang dideteksi memantulkan seberkas cahaya ke detektor
(Gambar 2.12(b)).

Pada kedua tipe, emitter radiasi umumnya merupakan sebuah dioda emisi cahaya, LED (Light
Emitting Diode). Detektor radiasinya dapat berupa sebuahfototransistor, wring kali merupakan pasangan
transistor yang dikenal sebagai pasangan Darlington; penggunaan pasangan meningkatkan sensitivitas
deteksinya. Tergantung pada rangkaian yang digunakan, keluaran detektor dapat diubah ke nilai tinggi
atau rendah pada saat berkas cahaya menumbuk transistor. Sensor semacam ini digunakan untuk
mengindera keberadaan obyek pada jarak dekat, biasanya pada jarak kurang dari 5 mm. Gambar
2.12(c) memperlihatkan instrumen bentuk-U di mana obyek yang dideteksi memotong berkas sinar.
Alternatif lain adalahfotodioda. Tergantung pada rangkaian yang digunakan, keluarannya dapat
diubah ke nilai tinggi atau rendah bila suatu berkas cahaya menumbuk dioda. Di camping itu, dapat
juga digunakan sebuah sel fotokonduktif. Resistansi sel fotokonduktif, biasanya kadmium sulfida,
bergantung pada intensitas cahaya yang menumbuknya.
Gambar 2.13 mengilustrasikan sebuah sensor posisi berbasis refleksi (pantulan). LED
mengemisikan radiasi inframerah yang dipantulkan oleh obyek yang dideteksi. Radiasi yang
dipantulkan ini selanjutnya akan dideteksi oleh fototransistor. Pada kasus di mana tidak ada obyek, maka
tidak akan ada radiasi pantulan yang terdeteksi; sedangkan pada kasus di mana terdapat obyek, maka
terdapat radiasi pantulan yang terdeteksi.
Bentuk sensor optik yang lain adalah sensor piroelektrik. Sensor ini akan menghasilkan sinyal tegangan
bila radiasi inframerah yang mengenainya berubah; tidak ada sinyal bila radiasi inframerah yang
mengenainya konstan. Material yang banyak digunakan untuk membuat sensor piroelektrik ini adalah lithium
tantulat. Gambar 2.14 memperlihatkan contoh dari sensor semacam ini. Sensor-sensor ini dapat
digunakan dengan alarm pencuri atau untuk pensaklaran cahaya otomatis ketika seseorang berjalan
masuk ke sebuah rumah. Sebuah lensa khusus dipasangkan di depan detektor. Ketika sebuah obyek
yang mengemisikan radiasi inframerah berada di muka detektor, maka radiasinya akan difokuskan
oleh lensa ke arah detektor. Namun hanya berkas-berkas cahaya pada arah tertentu saja yang difokuskan
menjadi berkas cahaya yang jatuh pada detektor dan menghasilkan sinyal tegangan. Jadi ketika
obyeknya bergerak, berkas radiasi yang terfokuskan akan secara efektif berubah dari kondisi on dan off saat
obyek memotong garis-garis di mana radiasinya akan dideteksi. Dengan demikian, detektor piroelektrik
menghasilkan tegangan keluaran yang memiliki relasi dengan perubahan sinyal.

2.2.8 Saklar-saklar mekanis


Ada banyak situasi di mana diperlukan sebuah sensor untuk mendeteksi keberadaan suatu obyek. Sensor
yang digunakan dalam situasi tersebut dapat berupa sebuah saklar mekanis, yang memberikan keluaran
on-off ketika kontak-kontak saklar terbuka atau tertutup karena keberadaan obyek tersebut. Gambar 2.15
mengilustrasikan bentuk dari beberapa saklar mekanis semacam ini. Saklar-saklar yang digunakan untuk
aplikasi seperti ini, di mana sebuah benda kerja menutup saklar dengan cara menekannya ketika benda
kerja tersebut mencapai posisi yang tepat di meja kerja, dikenal dengan istilah limit switch atau saklar limit.
Saklar ini selanjutnya dapat digunakan untuk menghidupkan sebuah mesin agar menjalankan operasi-operasi
tertentu pada benda kerja. Contoh lainnya adalah cahaya yang muncul pada saat pintu dibuka, seperti pada cara
kerja sebuah lemari pendingin (kulkas). Tindakan membuka pintu kulkas dapat dibuat agar menutup kontak
saklar dan menyulut sebuah rangkaian listrik yang akan., menghidupkan lampu.

Gambar 2.16 menunjukkan bentuk lain dari sebuah sensor saklar nonkontak, disebut sebagai
saklar buluh (reed switch). Peralatan ini terdiri dari dua buah strip (pica logam) yang saling tumpang
tindih tetapi tidak bersentuhan, yang terbuat dari bahan magnetik pegas yang dibungkus dengan selubung
gelas atau plastik. Ketika sebuah magnet atau kumparan yang dialiri arus dibawa mendekati saklar, maka
strip-strip ini akan termagnetisasi dan saling tarik-menarik satu sama lain. Dengan demikian kontak-
kontak saklar akan menutup. Biasanya sebuah magnet akan menutup kontak bila berada pada jarak
sekitar 1 mm dari saklar.

2.2.9 Saklar posisi kapasitif

Saklar posisi yang dapat digunakan untuk obyek-obyek logam dan nonlogam adalah saklar posisi kapasitif.
Kapasitansi dari sepasang pelat yang dipisahkan pada jarak tertentu adalah bergantung pada jarak
pemisahnya; semakin kecil jarak pemisahnya, maka akan semakin besar kapasitansinya. Sensor saklar
posisi kapasitif sebenarnya merupakan salah satu pelat kapasitor, dan pelat lainnya adalah obyek
logam yang hendak dideteksi posisi atau kedekatan jaraknya (Gambar 2.17). Jadi, kedekatan jarak suatu
obyek dideteksi melalui perubahan nilai kapasitansi yang disebabkannya. Sensor ini juga dapat
digunakan untuk mendeteksi obyek-obyek nonlogam mengingat kapasitansi sebuah kapasitor
bergantung pada dielektrik yang berada di antara pelat pelatnya. Dalam kasus ini, pelat-pelat kapasitor
adalah sensor; dan bumf Berta obyek nonlogam merupakan dielektriknya. Perubahan nilai kapasitansi dapat
digunakan untuk mengaktivasi suatu rangkaian saklar elektronik sehingga menghasilkan sebuah peranti on-
off. Saklar-saklar posisi kapasitif dapat digunakan untuk mendeteksi obyek-obyek yang biasanya
berada pada jarak antara 4 sampai 60 mm dari kepala sensor.

2.3 Sensor Kecepatan


Berikut ini adalah beberapa contoh sensor yang dapat digunakan untuk memonitor kecepatan linear
dan kecepatan sudut (angular).
2.3.1 Metode optis
Kecepatan linear dapat diukur dengan cara menentukan waktu antara saat obyek yang bergerak memotong satu
berkas cahaya radiasi dan saat obyek tersebut memotong berkas cahaya kedua yang diukur pada jarak tertentu
(Gambar 2.18). Pemotongan berkas cahaya pertama dapat digunakan untuk memulai jam elektronik,
sedangkan pemotongan berkas cahaya kedua untuk menghentikan jam elektronik.

2.3.2 Enkoder inkremental


Enkoder digunakan untuk inkremental yang diuraikan pada Sub-bab 2.2.5 dapat digunakan untuk pengukuran
kecepatan sudut atau batang berputar, dengan cara menghitung banyaknya pulsa yang dihasilkan per detik.

2.3.3 Tachogenerator
Sebuah tachogenerator dasar terdiri dari sebuah kumparan kawat (koil) yang dipasangkan pada sebuah medan
magnetik (Gambar 2.19). Ketika koil berputar, induksi elektromagnetik yang muncul akan menghasilkan g.g.l
bolak-balik pada kumparan. Semakin cepat kumparan berputar, maka semakin besar g.g.l bolak-balik
yang dibangkitkan. Jadi, besarnya g.g.l bolak-balik yang dibangkitkan merupakan ukuran bagi kecepatan
sudutnya. Biasanya sensor seperti ini dapat digunakan hingga kecepatan 10.000 putaran per menit, dan
memiliki error non-linearitas sekitar ±1% dari jangkauan penuhnya.

Banyak peranti yang digunakan untuk memonitor tekanan fluids dalam proses industri melibatkan
pemonitoran deformasi elastik diafragma, bellows (semacam peralatan yang dapat menghasilkan aliran udara
melalui sebuah tabung sempit apabila sisi-sisinya ditekan), dan tabung. Berikut adalah beberapa contoh
dari sensor-sensor semacam ini.

Istilah tekanan absolut digunakan untuk tekanan yang diukur relatif terhadap ruang hampa, tekanan
diferensial digunakan apabila yang diukur adalah selisih antara dua tekanan, dan tekanan gauge digunakan
untuk tekanan yang diukur relatif terhadap tekanan tetap, biasanya tekanan atmosfer.

2.4.1 Sensor diafragma


Pergerakan titik tengah dari diafragma melingkar yang disebabkan selisih tekanan di antara kedua sisi
merupakan dasar dari alas ukur tekanan (Gambar 2.20(a)). Untuk pengukuran tekanan absolut, sisi lawan
diafragma adalah ruang hampa, sedangkan untuk pengukuran selisih tekanan, tekanan-tekanannya dikenakan
pada masing-masing sisi diafragma. Untuk pengukuran tekanan gauge, yaitu tekanan relatif terhadap tekanan
atmosfer, sisi lawan diafragma dibiarkan terbuka ke atmosfer. Pergerakan diafragma datar cukup terbatas.
Namun pergerakan yang lebih besar dapat diperoleh dengan menggunakan diafragma berkerut (Gambar
2.20(b)).
Pergerakan titik tengah diafragma dapat dimonitor melalui beberapa bentuk sensor pergeseran. Gambar 2.21
menunjukkan penggunaan strain gauge untuk

Aplikasi
Spesifikasi sensor tekanan MPX biasanya meliputi:
Jangkauan tekanan dari 0 sampai 100 kPa
Tegangan catu 10 V
sensitivitas 0,4 mV/kPa
Error linearitas ±0,25% dari skala penuh
Error histeresis tekanan ±0,1% dari skala penuh
Waktu respons (10% sampai 90%) adalah 1 milidetik

memonitor pergeseran diafragma yang terjadi. Strain gauge dipasangkan pada diafragma dan akan
mengalami perubahan nilai resistansi wiring dengan pergerakan diafragma. Biasanya sensor semacam
ini digunakan untuk kisaran tekanan 100 kPa sampai 100 MPa dengan akurasi hingga ±0,1%.
Salah satu bentuk alat ukur tekanan diafragma menggunakan elemen strain gauge yang
terintegrasi di dalam diafragma silikon dan dikemas, bersama-sama dengan jaringan resistif untuk
pemrosesan sinyal, pada sebuah chip silikon, sebagai sensor tekanan Motorola MPX (Gambar 2.22).
Dengan tegangan catu yang terhubung ke sensor, maka peranti ini akan menghasilkan tegangan keluaran
yang berbanding lurus terhadap tekanan. Dalam bentuk Yang lain, peranti ini memiliki ruang hampa
yang terintegrasi pada salah satu sisi diafragma, sehingga defleksi diafragma akan memberikan ukuran
tekanan absolut yang dikenakan pada sisi diafragma yang lain. Keluarannya adalah berupa tegangan
yang berbanding lurus dengan tekanan yang dikenakan dengan sensitivitas 0,6 mV/kPa. Bentuk alat
ukur tekanan diafragma lainnya memiliki satu sisi diafragma yang terbuka ke atmosfer sehingga
dapat digunakan untuk mengukur tekanan gauge. Bentuk lainnya memungkinkan tekanan dikenakan
pada kedua sisi diafragma sehingga dapat digunakan untuk mengukur tekanan diferensial. Sensor-sensor
semacam ini tersedia untuk digunakan dalam pengukuran tekanan absolut, tekanan diferensial,
ataupun tekanan gauge, misalnya MPX2100, yang mempunyai rentang tekanan 100 kPa dengan catu
tegangan 16 V d.c. untuk menghasilkan keluaran tegangan sebesar 40 mV dari jangkauan penuh.

Gambar 2.23 menunjukkan bentuk alat ukur tekanan diafragma kapasitansi. Diafragmanya membentuk
salah satu pelat kapasitor, sedangkan pelat kapasitor lainnya tetap. Pergeseran diafragma akan
menghasilkan perubahan nilai kapasitansi. Jangkauan ukur untuk alat ukur tekanan semacam ini
adalah antara 1 kPa sampai 200 kPa dengan tingkat akurasi berkisar ±0, I %.
Bentuk lain dari sensor diafragma menggunakan LVDT untuk memonitor pergeseran diafragma.
Susunan seperti ini biasanya digunakan untuk pengukuran tekanan rendah di mana dibutuhkan
stabilitas yang tinggi. Error total Yang diakibatkan oleh efek non-linearitas, histeresis, dan repeatability
dapat berorde ±0,5% dari skala penuh.

2.4.2 Sensor piezoelektrik


Bila kristal tertentu diregangkan atau dikompresi, muatan muncul pada permukaannya. Efek ini
dikenal sebagai piezo-elektrisitas. Contoh dari kristalkristal ini adalah kuarsa, tormalin, dan sirkonat-titanat.

Aplikasi
Sebuah alat ukur tekanan diafragma piezoelektrik yang tersedia di pasaran memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Jangkauan 0 sampai 20 MPa, 0 sampai 200 MPa, 0 sampai 500 MPa, dan 0 sampai 1000 MPa Error linearitas ±0,5%
S e n s i t i v i t a s – 0 , 1 p C / k P a Sensitivitas temperatur ±0,5% dari skala penuh untuk penggunaan +20 °C sampai +100
°C
Suatu alat ukur tekanan piezoelektrik pada intinya akan terdiri dari sebuah diafragma yang
menekan kristal piezoelektrik (Gambar 2.24). Pergerakan diafragma akan mengakibatkan kristal
terkompresi sehingga dihasilkan muatan-muatan listrik pada permukaannya. Kristal ini dapat
dipandang sebagai sebuah kapasitor yang menjadi bermuatan sebagai akibat dari pergerakan diafragma,
sehingga akan muncul beda potensial padanya. Banyaknya muatan yang dihasilkan, yang berarti pula
besarnya beda potensial yang dibangkitkan, bergantung pada sejauh mans kristal dikompresi, yang
berarti pula besarnya pergeseran diafragma yang terjadi atau selisih tekanan di antara kedua belch sisi
diafragma. Jika tekanan mempertahankan diafragma pada suatu jarak pergeseran tertentu, maka muatan
listrik yang dihasilkan tidak akan dapat dipertahankan, bahkan akan bocor. Jadi sensor ini tidak
cocok untuk pengukuran tekanan static. Biasanya, sensor semacam ini dapat digunakan untuk pengukuran
hingga tekanan sekitar 1000 MPa dengan error non-linearitas berkisar ±1% dari jangkauan penuhnya.
2.4.3 Tabung Bourdon
Tabung Bourdon merupakan tabung dengan penampang melintang yang hampir berbentuk persegi
panjang atau elips, yang dibuat dari bahan seperti baja tahan karat atau perunggu fosfor. Dengan tabung
berbentuk-C (Gambar 2.25(a)), apabila tekanan di dalam tabung bertambah, maka ujung tertutup dari
C akan bergerak ke luar, sehingga pergeseran posisi ujung tertutup merupakan ukuran tekanan.
Tabung Bourdon berbentuk-C dapat dibuat untuk memutar batang, dengan perantaraan rods gigi (gir), dan
menyebabkan jarum penunjuk bergerak sepanjang skala. Instrumen ini bersifat kokoh dan biasanya
digunakan untuk pengukuran tekanan dalam kisaran 10 kPa hingga 100 MPa dengan akurasi ±1% dari skala
penuh.

Bentuk lain dari instrumen Bourdon menggunakan tabung bentuk-spiral (Gambar 2.25(b)). Ketika
tekanan dalam tabung meningkat, ujung tertutup dari tabung berputar clan sehingga putaran menjadi
ukuran dari tekanan. Tabung bentuk-spiral Bourdon dapat digunakan untuk menggerakkan kontak geser
pada potensiometer dan sehingga menghasilkan keluaran elektrik yang terkait dengan tekanan. Tabung
spiral lebih mahal tapi punya Sensitivitas lebih besar. Biasanya mereka digunakan untuk tekanan
sampai 50 MPa dengan ukurasi sekitar ±1% dari skala penuh.

2.5 Aliran fluida Suatu fluida yang mengalir melalui sebuah pips dengan lu g s
penampang melintang A, dan kecepatan v, (Gambar 2.26), dalam 1
detik fluida akan

menempuh jarak sejauh v, sehingga banyaknya fluida yang melewati suatu titik tertentu per detik
adalah I , dan laju volume aliran adalah AIVI. Jika kemudian fluida mengalir melalui sebuah pipa yang
A V

lebih sempit dengan lugs penampang melintang A, maka didapat persamaan kontinuitas aliran:
A,v, = AIVI
sehingga pasti terjadi peningkatan kecepatan. Peningkatan kecepatan berarti terjadi percepatan dan oleh
karena itu diperlukan gaga untuk menggerakkan fluida melalui pipa sempit ini. Gaya ini diberikan
oleh tekanan fluida yang jatuh pada titik penyempitan. Metode tradisional untuk pengukuran aliran
fluida melibatkan peranti-peranti yang didasarkan pada pengukuran selisih tekanan yang terjadi pada
titik penyempitan dan menggunakannya sebagai ukuran dari laju aliran. Relasi antara jatuhnya tekanan
dan laju volume aliran adalah nonlinear, artinya laju aliran tidak secara langsung berbanding lurus
dengan selisih tekanan, tetapi dengan akar kuadrat dari selisih tekanan. Tabung venturi dan pelat orifice yang
akan diuraikan di bawah ini merupakan contoh umum dari alat ukur jenis ini.

Meskipun demikian, berbagai metode lain telah dikembangkan yang dapat secara cepat dan
efisien mencatat laju aliran, dan wring kali dengan interferensi terhadap aliran yang jauh lebih sedikit.

2.5.1 Metode tekanan diferensial


Terdapat sejumlah bentuk peranti tekanan diferensial yang bekerja berdasarkan persamaan di atas dan
melibatkan batasan-batasan ukuran tetap, contohnya adalah tabung venturi, nosel, tabung Dail, dan pelat
orifice. Di samping itu, terdapat pula bentuk peranti lain yang melibatkan batasan-batasan ukuran
variabel seperti misalnya rotameter. Berikut ini dibahas berbagai karakteristik dari peranti-peranti yang
telah disebutkan di atas.

Tabung venturi (lihat Gambar 2.27) mempunyai pipa yang meruncing secara gradual dari
diameter penuh hingga diameter penyempitannya. Keberadaan tabung venturi berakibat pada
munculnya rugi-rugi tekanan dalam sistem yang berkisar antara 10 sampai 15%, sebuah nilai yang
dapat dikatakan cukup kecil. Selisih tekanan antara aliran sebelum penyempitan dan pada penyempitan pipa
dapat diukur dengan manometer tabung-U sederhana atau sel tekanan diafragma diferensial. Instrumen ini
dapat digunakan untuk cairan-cairan yang mengandung partikel, mudah digunakan, mampu mencapai tingkat
akurasi ±0,5%, mempunyai reliabilitas jangka panjang, tetapi agak mahal dan memiliki relasi
antara tekanan dan laju volume aliran yang nonlinear.
Bentuk tabung venturi yang lebih murah diperoleh melalui alat ukur aliran nosel (Gambar 2.28).
Terdapat dua jenis nosel yang digunakan, nosel venturi dan nosel aliran. Nosel venturi (Gambar
2.28(a)) pada dasarnya merupakan sebuah tabung venturi dengan masukan yang diperpendek. Nosel aliran
(Gambar 2.28(b)) memiliki masukan yang lebih pendek lagi. Nosel mengakibatkan rugi-rugi tekanan
dengan orde 40 sampai 60%. Nosel lebih murah dibandingkan dengan tabung venturi, memberikan
selisih tekanan Yang mirip, dan mempunyai akurasi sekitar ±0,5%. Tapi sebagaimana halnya tabung
venturi, nosel juga mempunyai relasi nonlinear antara tekanan dan laju volume alirannya.

Tabung Dull (Gambar 2.29) merupakan variasi lain dari tabung venturi. Tabung ini dapat menghasilkan
tekanan diferensial yang lebih tinggi Berta

jatuhnya tekanan yang lebih kecil. Tabung Dail hanya memiliki panjang sekitar dua kali diameter
pipa dan sering kali digunakan ketika ruang yang tersedia tidak memungkinkan penggunaan tabung
venturi.
Pelat orifice (Gambar 2.30) hanyalah piringan dengan lubang. Efek dari pemberian pelat ini adalah
mempersempit aliran ke bukaan pelat orifice dan saluran aliran ke bagian hilir pelat orifice yang
lebih sempit lagi. Bagian tersempit aliran terjadi bukan pada pelat orifice tetapi pada bagian hilirnya,
yang dikenal dengan vena kontrakta. Selisih tekanan diukur antara sebuah titik yang sama dengan
diameter dari tabung bagian hulu pelat orifice dan sebuah titik yang sama dengan setengah kali diameter
tabung bagian hilir pelat orifice. Pelat orifice memiliki relasi- nonlinear antara tekanan dan laju volume
alirannya. Instrumen ini sederhana, andal, menghasilkan selisih tekanan yang lebih besar daripada tabung
venture, dan lebih murah; namun tingkat akurasinya lebih buruk, sekitar ±1,5%. Selain itu, pelat orifice juga
menghasilkan jatuhnya tekanan yang lebih besar. Permasalahan pengendapan dan penyumbatan dapat terjadi
apabila terdapat partikel-partikel di dalam cairan.
Rotameter (Gambar 2.31) merupakan salah satu contoh alas ukur aliran area variabel; selisih tekanan
antara aliran utama dan aliran pada penyempitan dipertahankan konstan dengan cara mengubah lu g s
area penyempitan. Rotameter memiliki pelampung di dalam tabung vertikal meruncing di mana
aliran fluida nantinya akan mendorong pelampung ke atas. Fluida akan mengalir melewati daerah
penyempitan yang merupakan celah antara pelampung dan dinding tabung, sehingga terjadi jatuhnya tekanan
pada titik tersebut. Karena celah antara pelampung dan dinding tabung melebar wiring dengan pergerakan
pelampung ke arah atas, maka jatuhnya tekanan akan berkurang. Pelampung akan terns bergerak ke
atas sampai tekanan fluida cukup untuk menyeimbangkan bobot pelampung. Semakin besar laju aliran,
semakin besar pula selisih tekanan untuk celah tertentu, sehingga semakin tinggi pelampung bergerak.
Lalu, Skala sepanjang sisi tabung bisa dikalibrasi agar dapat secara langsung membaca laju aliran yang
bersesuaian dengan ketinggian tertentu dari pelampung. Instrumen rotameter ini cukup murah, andal,
memiliki akurasi sekitar ±1%, dan dapat digunakan untuk mengukur laju aliran dari 30 x 10-6 M3/S sampai
1 m3/s.

Tabung picot dapat digunakan untuk mengukur secara langsung kecepatan aliran fluida, dan bukannya
laju volume aliran, pada dasarnya hanya terdiri dari sebuah tabung kecil yang disisipkan ke dalam
fluida dengan bukaan yang mengarah langsung ke hulu (Gambar 2.32). Fluida yang menabrak
ujung tabung yang terbuka akan ditenangkan dan selisih tekanan diukur di antara titik ini dan tekanan
fluida pada aliran penuh. Selisih antara tekanan di mana fluida berada dalam kondisi aliran penuh dan
titik di mana fluida terhenti, disebabkan oleh energi kinetik fluida yang diubah menjadi energi
potensial; hat ini tampak sebagai peningkatan tekanan. Karena energi kinetik
2
dirumuskan sebagai Ihmv , maka kecepatan akan berbanding lurus dengan akan kuadrat selisih tekanan.

2.5.2 Turbin meter


Turbin meter (Gambar 2.33) terdiri dari rotor banyak bilah (multi-blade) yang ditopang pada titik
tengahnya oleh pipa di sepanjang terjadinya aliran. Rotor berputar akibat aliran fluida, kecepatan sudut
kira-kira berbanding lurus dengan laju aliran. Laju revolusi rotor dapat ditentukan dengan menempelkan
Aplikasi
Sebuah ultrasonik meter yang tersedia di pasaran memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Akurasi ±1% dari nilai aliran. Error non-linearitas ±1% dari nilai aliran.
Repeatibility ±0,5% dari nilai aliran.

sebuah magnet permanen kecil pada salah satu bilah turbin Berta sebuah kumparan. Sebuah pulsa
g.g.l induksi akan dibangkitkan pada kumparan setiap kali magnet melewatinya. Pulsa-pulsa ini
selanjutnya dihitung sehingga banyaknya revolusi rotor dapat ditentukan. Turbin meter ini mahal, dengan
akurasi biasanya sekitar –+0,1%. Bentuk lainnya menggunakan sekrup spiral Yang berputar karena aliran
fluida.

2.5.3 Ultrasonik meter

Gambar 2.34 menunjukkan salah satu cars gelombang ultrasonik digunakan untuk menentukan laju aliran
fluida, Terdapat sepasang pemancar-penerima ultrasonik, satu pada masing-masing sisi pips di mans
fluida mengalir. Jika c adalah kecepatan suara dalam fluida diam (tak mengalir), kecepatan berkas suara
yang bergerak dari kiri-ke-kanan search dengan aliran fluida adalah (c + v cos 0), sedangkan untuk suara
yang bergerak dari kanan-ke-kiri berlawanan arah dengan aliran fluida kecepatannya adalah (c – v cos
0). Jika L adalah jarak antara kedua pemancar-penerima, maka waktu yang diperlukan untuk bergerak pada
kedua arah adalah LI(c + v cos 0) clan LI(c – v cos 0). Selisih kedua waktu ini adalah:

At= 2Lv cos 0 2Lv cos 0 c l + 1, cos''-0C2


Jadi pengukuran waktu dapat digunakan untuk menentukan kecepatan aliran. Metode ini dapat digunakan
untuk pips-pips dengan diameter dari 75 mm sampai 1500 mm, dengan kecepatan fluida dari 0,2 m/s
sampai 12 m/s dengan akurasi ±1 % atau lebih baik.

2.5.4 Metode laju aliran gelembung


Apabila suatu fluida menumbuk sebuah benda, maka lapisan fluida yang dekat dengan permukaan benda akan
diperlambat. Dengan benda yang berbentuk streamline, lapisan-lapisan batas ini mengikuti kontur benda
hingga secara virtual bertemu kembali pada bagian belakang obyek. Situasi ini menghasilkan pergolakan
fluida yang sangat kecil. Dengan benda yang berbentuk non-streamline, disebut bluff-body, lapisan-
lapisan batas akan lepas lebih awal dari benda sehingga pergolakan fluida yang dihasilkan akan lebih besar.
Ketika lapisan-lapisan batas meninggalkan permukaan benda, maka ia bergulung gulung membentuk
gelembung. Gelembung ini dihasilkan berselang-seling dari permukaan atas dan bawah bends (Gambar
2.35). Hasilnya adalah dua baris gelembung sejajar yang bergerak ke arah hilir dengan jarak antara
gelembung-gelembung yang berurutan pada masing-masing baris adalah sama. Gelembung pada salah
satu baris muncul setelah setengah jalan antara gelembung-gelembung di baris yang lain.

Untuk suatu benda non-streamline tertentu, banyaknya gelembung yang dihasilkan setiap detik, berarti
frekuensi kejadiannya f, adalah berbanding lurus dengan laju aliran. Sejumlah metode dapat digunakan
untuk pengukuran frekuensi ini. Sebagai contoh, sebuah termistor dapat diletakkan di balik muka
bends seperti tampak dalam Gambar 2.36(a). Termistor, terpanaskan karena arus yang melewatinya,
mengindera gelembung sebagai akibat dari efek pendinginan karena pergerakannya yang menjauh.
Metode lainnya menggunakan sebuah kristal piezoelektrik yang dipasangkan pada bends (Gambar
2.36(b)). Diafragma fleksibel akan bereaksi terhadap gangguan tekanan yang dihasilkan gelembung
dan dideteksi oleh kristal.

Alat ukur aliran gelembung dapat digunakan untuk fluida cair maupun gas, memiliki keluaran yang bebas
atau tidak bergantung pada massa jenis fluida, temperatur, ataupun tekanan, dan memiliki akurasi sekitar
±1%. Instrumen dapat digunakan pada tekanan hingga 10 MPa dan temperatur 200 °C.

2.5.5 Coriolis meter


Jika seorang pemain sepatu es berputar dengan lengan direntangkan dan kemudian menarik lengannya
ke badan, maka pemain tersebut akan berputar semakin kencang. Dengan demikian maka dapat dibayangkan
bahwa terdapat torsi yang bekerja pada badan pemain sepatu es untuk menghasilkan peningkatan
kecepatan sudutnya. Torsi ini diperoleh dari gaya tangensial yang dikenal sebagai gaya Coriolis. Apabila
sebuah obyek digerakkan di dalam suatu sistem yang berputar, maka obyek ini nampak terdorong ke
samping. Untuk suatu benda dengan massa M yang bergerak dengan kecepatan radial linear konstan v
dan dikenal kecepatan sudut o), maka gaya Coriolisnya adalah 2M(ov.

Alat ukur Coriolis meter pada dasarnya terdiri dari sebuah pipa berbentuk-C (Gambar 2.37) di
mana fluida mengalir. Pipa, dan fluida di dalamnya, diberi percepatan sudut dengan vibrasi. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan magnet yang dipasangkan pada kumparan di ujung pegas dawn penala
berbentuk-garpu. Osilasi pegas selanjutnya membuat tabung-C berosilasi. Hasilnya adalah kecepatan
sudut yang berubah-ubah arahnya. Suatu kali gaya Coriolis bekerja pada fluida lengan atas tabung
dalam suatu arah tertentu, sedangkan pada lengan bawah tabung gayanya bekerja dalam arah yang
berlawanan. Hal ini terjadi karena kecepatan fluida pada lengan atas dan bawah tabung saling
berlawanan. Dengan demikian, gaya Coriolis yang dihasilkan pada fluida di kedua lengannya akan
saling berlawanan dan mengakibatkan lengan-lengan tabung C bergeser. Ketika arah kecepatan sudutnya
dibalik, maka arah gayanya akan berubah dan lengan-lengan tabung C bergeser pada arah sebaliknya.
Pergeseran ini berbanding lurus dengan laju aliran massa fluida yang melewati tabung. Pergeserannya
sendiri dimonitor oleh sensor optik, keluarannya berupa pulsa dengan lebar berbanding lurus dengan
laju aliran massa. Alat ukur ini dapat digunakan untuk fluida cair ataupun gas dan mempunyai akurasi
±0,5%. Unjuk kerja alai ukur ini tidak dipengaruhi oleh perubahan temperatur ataupun tekanan.

2.6 Ketinggian cairan Metode-metode yang digunakan untuk mengukur ketinggian zat cair di dalam
bejana, termasuk yang berdasarkan pada:
1 Pelampung yang posisinya terkait langsung dengan ketinggian cairan.
2 Prinsip Archimedes dan pengukuran gaya dorong ke atas yang bekerja pada obyek yang terendam
sebagian di dalam cairan; dikenal dengan istilah displaces.
3 Pengukuran tekanan pada beberapa titik posisi di dalam cairan, tekanan kolom zat cair dengan
ketinggian h adalah hpg, di mana p adalah massa jenis zat cair dan g adalah percepatan gravitasi.
4 Pengukuran berat bejana zat cair ditambah dengan zat cairnya. Berat zat cair adalah Ahpg, di
mana A adalah lu g s penampang melintang bejana, h adalah ketinggian zat cair, p adalah massa
jenis zat cair, dan g adalah percepatan gravitasi. Jadi, perubahan ketinggian zat cair akan menghasilkan
perubahan berat zat cair.

Aplikasi
Salah satu permasalahan pelampung dan displacer adalah instrumen-instrumen ini cenderung menggunakan lapisan
pelindung yang memerlukan pemeliharaan rutin dalam aplikasi-aplikasi yang melibatkan cairan korosif. Selain itu,
permasalahan lainnya adalah melekatnya fluida pada pelampung sehingga mempengaruhi days apungnya.

5 Perubahan konduktivitas listrik ketika cairan naik di antara dua buah probe.
6 Perubahan kapasitansi ketika cairan naik di antara dua buah pelat kapasitor.
7 Metode ultrasonik dan radiasi nuklir.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan metode-metode di atas untuk pengukuran level zat cair.

2.6.1 Pelampung
Gambar 2.38 memperlihatkan sebuah sistem pelampung sederhana. Pelampung dipasang pada salah satu
ujung sebuah batang pivot, sedangkan ujung batang pivot lainnya dihubungkan dengan penggeser
potensiometer. Perubahan level cairan akan mengakibatkan pelampung bergerak, yang kemudian akan
menggerakkan penggeser di sepanjang jalur resistansi potensiometer, sehingga diperoleh keluaran beda
potensial yang berkaitan dengan tinggi cairan.

2.6.2 Alat ukur pemindah


Bila suatu obyek terendam sebagian atau seluruhnya di dalam suatu fluida, maka obyek tersebut akan
mengalami gaya dorong ke atas yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh obyek tersebut.
Pernyataan ini dikenal sebagai prinsip Archimedes. Jadi, perubahan obyek yang berada di bawah
permukaan cairan akan menghasilkan perubahan gaya dorong ke atas. Gaya resultan yang bekerja pada
obyek tersebut dengan demikian akan sama dengan berat obyek dikurangi dengan gaya dorong ke atas,
dan well karena itu bergantung pada kedalaman perendaman obyek. Untuk sebuah silinder dengan lugs
penampang melintang A yang direndam pada suatu cairan dengan massa jenis p, jika h menyatakan
ketinggian silinder di bawah permukaan cairan, maka gaya dorong ke atas adalah hApg, di mana g
menyatakan percepatan gravitasi. Dengan demikian, berat silinder adalah (mg –hApg), di mana m
adalah massa silinder. Alat ukur pemindah semacam ini memerlukan kalibrasi untuk penentuan level cairan
tertentu, karena gaya dorong ke atas bergantung pada massa jenis cairan. Gambar 2.39 memperlihatkan
versi sederhana dari sebuah alas ukur pemindah.

2.6.3 Tekanan yang berbeda


Tekanan yang disebabkan oleh ketinggian cairan h di atas suatu level tertentu adalah hpg, di mana p
adalah massa jenis cairan dan g adalah percepatan gravitasi. Dengan sebuah tangki di mana
cairannya menghadap terbuka ke atmosfer, selisih tekanan diukur di antara sebuah titik di dekat dasar
tangki dan atmosfer. Dengan demikian, hasilnya akan berbanding lurus dengan ketinggian cairan di
atas titik pengukuran tekanan (Gambar 2.40(a)). Dengan tangki tertutup, selisih tekanan harus diukur
antara satu titik di dekat dasar tangki dan di dalam gas di atas permukaan zat cair (Gambar 2.40(b)).
Alat ukur tekanan yang digunakan untuk pengukuran-pengukuran semacam ini cenderung merupakan
instrumen-instrumen diafragma.
2.6.4 Load cell
Berat tangki cairan dapat digunakan sebagai ukuran ketinggian cairan di dalam tangki. Instrumen
load cell (sel beban) sangat umum digunakan untuk pengukuran berat semacam ini. Biasanya, sebuah load
cell terdiri dari sebuah

Aplikasi
Sebuah Integrated Circuit (IC) LM1830N dapat digunakan untuk keperluan pemrosesan sinyal probe
konduktivitas sehingga diperoleh keluaran yang dapat digunakan untuk mengaktivasi sebuah pengeras suara atau
LED. Rangkaiannya membandingkan resistansi cairan dengan resistansi internal IC yang menjadi acuan.

silinder strain gauge (Gambar 2.41) yang sekaligus merupakan penopang tangki cairan. Ketika
ketinggian cairan berubah, berat tangki akan berubah sehingga beban pada load cell juga berubah dan
resistansi strain gauge pun berubah. Jadi, perubahan resistansi strain gauge merupakan ukuran dari
ketinggian cairan. Karena load cell terisolasi dari cairan, maka metode ini berguna untuk aplikasi
cairan-cairan korosif.
2.6.5 Indikator ketinggian konduktivitas listrik
Metode-metode konduktivitas dapat digunakan untuk mengindikasikan apakah tinggi suatu cairan
dengan konduktivitas listrik yang tinggi telah mencapai ketinggian kritisnya. Salah satu bentuknya
mempunyai dua buah probe, di mana satu di antaranya dipasang pada cairan, sedangkan yang lain
dapat dipasang secara horisontal pada ketinggian yang diinginkan atau secara vertikal dengan ujung
bawah berada pada ketinggian kritis (Gambar 2.42). Apabila cairan kurang dari tinggi yang
diinginkan, maka resistansi antara kedua buah probe bernilai tinggi, karena lintasan listrikal di
antara keduanya adalah udara. Namun, jika ketinggian cairan mencapai ketinggian kritisnya, maka
terdapat lintasan listrik yang seluruhnya berada di dalam cairan sehingga konduktivitasnya turun.
Efek buss, percikan, dan turbulensi dapat mempengaruhi basil pengukuran instrumen ini.

2.6.6 Indikator ketinggian kapasitif


Salah satu bentuk umum indikator ketinggian kapasitif terdiri dari dua buah silinder penghantar
konsentrik, atau sebuah batang melingkar di dalam silinder, berfungsi sebagai pelat kapasitor dengan
cairan di antaranya berfungsi sebagai bahan dielektrik kapasitor (Gambar 2.43). Jika cairannya merupakan
isolator listrik, maka pelat-pelat kapasitor dapat berupa logam murni. Namun jika cairannya merupakan
cairan konduktif, maka pelat-pelat kapasitor harus dibuat dari bahan logam yang diselimuti oleh bahan isolatif,
contohnya teflon. Intinya, susunan instrumen ini terdiri dari dua buah kapasitor sejajar, di mana satu di
antaranya terbentuk dari pelat-pelat yang berada di dalam cairan, sedangkan satu kapasitor lainnya
terbentuk dari bagian pelatpelat yang berada di udara di atas cairan. Error dapat terjadi sebagai akibat
dari perubahan temperatur, karena perubahan temperatur ini mengakibatkan terjadinya perubahan kapasitansi.
Error juga dapat terjadi jika pada saat cairan berkurang, elektroda-elektroda kapasitor masih tetap terselimuti
oleh cairan. Dengan pemilihan bahan elektroda yang tepat, sistem ini dapat digunakan untuk aplikasi
cairan korosif dengan tingkat akurasi yang cukup baik.
2.6.7 Alat ukur ketinggian ultrasonik

Dalam salah satu versi indikator ketinggian ultrasonik, sebuah pemancar/ penerima ultrasonik diletakkan di
atas permukaan cairan (Gambar 2.44). Pulsa-pulsa ultrasonik dihasilkan, bergerak turun ke permukaan
cairan, dan kemudian dipantulkan kembali ke penerima. Waktu yang diperlukan dari proses emisi sampai
penerimaan pulsa-pulsa dapat digunakan sebagai ukuran posisi permukaan cairan. Karena penerima/pemancar
dapat dipasang di luar cairan, maka instrumen ini sangat baik untuk aplikasi-aplikasi cairan korosif. Error
pengukuran dapat terjadi karena perubahan temperatur, mengingat perubahan temperatur ini mempengaruhi
kecepatan gelombang suara. Error semacam ini biasanya berkisar 0,18% per °C.

2.6.8 Indikator ketinggian nukleonik


Salah satu bentuk indikator level ini menggunakan radiasi gamma dari sebuah bahan radioaktif,
biasanya kobalt-60, caesium-137 atau radium-226. Sebuah detektor ditempatkan pada salah satu sisi
wadah, sedangkan sumber radioaktif ditempatkan pada sisi lainnya. Intensitas radiasi akan bergantung
pada banyaknya cairan yang terdapat di antara sumber radiasi clan detektor, serta dapat digunakan untuk
menentukan ketinggian cairan. Gambar 2.45 memperlihatkan dua susunan yang mungkin. Dengan
sumber radiasi yang pendek clan detektor yang diperpanjang, maka perubahan ketinggian di
sepanjang detektor dapat ditentukan. Sumber radiasi clan detektor yang pendek dapat digunakan untuk
aplikasi-aplikasi di mana rentang perubahan tinggi yang akan dideteksi cukup kecil. Metode ini dapat
digunakan untuk pengukuran ketinggian cairan, Lumpur, dan padatan; clan karena tidak ada elemen
sistem yang berada di dalam cairan, maka metode ini juga cocok untuk digunakan pada pengukuran
cairan korosif dengan temperatur tinggi.

2.7 Sensor temperatur Ekspansi atau kontraksi padatan, cairan, atau gas; perubahan resistansi
listrik konduktor dan semikonduktor; g.g.l termolistrik; dan perubahan arus pada sambungan dioda dan
transistor semikonduktor merupakan beberapa contoh sifat-sifat bahan yang berubah apabila
temperatur berubah, serta dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan sensor temperatur.
Berikut ini beberapa contoh sensor temperatur yang Bering digunakan.

2.7.1 Lempengan bimetal


Sebuah lempengan bimetal terdiri dari dua bush lempeng logam yang berbeda dengan panjang yang sama
yang Baling dilekatkan (Gambar 2.46). Karena logam-logam ini mempunyai koefisien ekspansi yang
berbeda, maka ketika temperatur bertambah, lempeng komposit akan membengkok menjadi sebuah lempeng
lengkung, dengan logam berkoefisien lebih tinggi berada di sisi luar lengkungan. Besarnya lengkungan
kurva ditentukan oleh kedua jenis logam yang digunakan, panjang lempeng komposit, dan perubahan
temperatur yang terjadi. Jika salah satu ujung lempeng bimetal dipasang tetap, maka sejauh mana
ujung bebas lempeng bimetal bergerak merupakan ukuran dari perubahan temperatur yang terjadi.
Pergerakan ini dapat digunakan untuk membuka atau menutup suatu rangkaian listrik, seperti halnya pada
sebuah termostat yang biasa digunakan pada sistem pemanas rumah tangga. Lempeng bimetal ini
kokoh, relatif murah, memiliki akurasi berorde ±1%, dan bereaksi cukup lambat terhadap perubahan
temperatur.

2.7.2 Cairan dalam termometer gelas

Cairan dalam termometer gelas melibatkan cairan yang mengembang di dalam sebuah pipa kapiler.
Ketinggian hingga cairan ini mengembang merupakan ukuran temperaturnya. Jika cairan itu merupakan
air raksa, maka rentang pengukurannya pada –35 °C sampai +600 °C, sedangkan bila alkohol clan
pentana, maka rentang pengukurannya masing-masing adalah –80 °C sampai +70 °C dan –200 °C sampai
+30 °C. Termometer semacam ini dapat dibaca langsung, mudah pecah, memiliki tingkat akurasi yang
cukup baik di bawah kondisi operasi standar, bereaksi cukup lambat terhadap perubahan temperatur, serta
murah.
Aplikasi
Suatu termometer resistansi platinum yang tersedia di pasaran memiliki spesif ikasi sebagai berikut:
Jangkauan ukur –200 °C sampai +800 °C.
Akurasi ±0,01 °C.
Sensitivitas 0,4 QPC untuk 100 Q

Aplikasi
Berikut ini merupakan sebagian spesifikasi untuk sensor temperatur termistor dengan elemen berbentuk manik-manik:
Akurasi ±5%.
D a y a m a k s i m u m 2 5 0 m W . F a k t o r d i s i p a s i 7 m W / ° C . Waktu respons 1,2 detik. Konstanta waktu termal 11
detik. Jangkauan temperatur —40 °C sampai +125 °C.

2.7.3 Detektor temperatur resistansi (RTD, resistance temperature detector)


Resistansi dari hampir seluruh jenis logam akan bertambah secara linear terhadap temperatur
(Gambar 2.47) yang dapat direpresentasikan oleh persamaan:

Rt = RO(I + at)
di mana R, adalah resistansi pada temperatur t °C, R o resistansi pada 0 °C, dan a konstanta logam,
dikenal sebagai koefisien temperatur resistansi. Detektor temperatur resistansi (RTD) pada
dasarnya merupakan elemen resistif dalam bentuk kumparan kawat logam, misalnya platinum,
nikel, atau tembaga. Detektor platinum mempunyai linearitas tinggi, repeatability yang baik, stabilitas
jangka panjang yang tinggi, dapat menghasilkan tingkat akurasi ±0,5% atau lebih baik, jangkauan
pengukuran antara –200 °C sampai +850 °C, dapat digunakan dalam berbagai macam kondisi lingkungan
tanpa memperburuk unjuk kerjanya, tetapi lebih mahal dibandingkan logam-logam yang baik. Meskipun
demikian, detektor ini banyak sekali digunakan. Nikel dan campuran tembaga harganya lebih murah,
tetapi mempunyai stabilitas yang lebih rendah, mudah berinteraksi dengan lingkungan, Berta tidak dapat
digunakan pada rentang temperatur yang besar.

2.7.4 Termistor
Termistor adalah sebuah sensor temperatur semikonduktor yang terbuat dari campuran oksida logam, seperti
misalnya kromium, kobalt, besi, mangan, dan nikel. Resistansi termistor akan berkurang secara nonlinear
seiring dengan bertambahnya temperatur, seperti diilustrasikan oleh Gambar 2.48. Perubahan resistansi per
satu derajat perubahan temperatur yang terjadi bernilai lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi
pada logam umumnya. Sebagai contoh, sebuah termistor dapat memiliki resistansi 29 kQ pada
temperatur –20°C; 9,8 kQ pada 0°C; 3,75 kQ pada 20°C; 1,6 kQ pada 40°C; dan 0,75 kQ pada
60°C. Materialnya dibentuk menjadi berbagai bentuk elemen seperti manik-manik, piringan, dan batang
(Gambar 2.49). Termistor memiliki fisik yang keras dan dapat berwujud sangat kecil sehingga
memungkinkan temperatur diukur pada satu titik virtual. Karma ukurannya yang kecil, termistor
memiliki kapasitas termal yang kecil sehingga bereaksi sangat cepat terhadap perubahan temperatur.
Jangkauan temperatur di mana termistor ini dapat digunakan akan sangat bergantung pada jenis
termistornya. Namun, rentang temperatur antara –100°C sampai +300°C masih memungkinkan untuk
dicapai. Termistor dapat memberikan perubahan yang sangat besar dalam perubahan resistansi per
derajat perubahan temperaturnya, sehingga (dalam rentang yang kecil) dapat dikalibrasi untuk
menghasilkan tingkat akurasi 0,1°C atau lebih baik. Meskipun demikian, karakteristik termistor
cenderung untuk menyimpang seiring dengan bertambahnya waktu. Kekurangan utama adalah sifatnya yang
nonlinear.
2.7.5 Termokopel
Apabila dua buah logam yang berbeda digabungkan, maka akan muncul beda potensial pada sambungan
logam-logam tersebut. Besarnya beda potensial ini bergantung pada kedua jenis logam yang digunakan dan
temperatur

sambungan tersebut. Sebagaimana terlihat pada Gambar 2.50, termokopel menggunakan dua sambungan
seperti itu. Jika kedua sambungan logam ini berada pada temperatur yang sama, maka beda potensial
di antara keduanya akan saling meniadakan dan tidak ada resultan g.g.l. Akan tetapi, jika terdapat beda
temperatur di antara kedua sambungan logam ini, maka terdapat resultan g.g.l. Besarnya g.g.1,
E, ini bergantung pada kedua jenis logam yang digunakan serta temperatur, t, dari kedua
sambungan logam. Biasanya salah satu sambungan logam dijaga pada temperatur konstan 0 °C,
sehingga berlaku hubungan sebagai berikut:

E = at + bt-'

di mana a dan b adalah konstanta-konstanta logam. Gambar 2.51 memperlihatkan bagaimana


perubahan g.g.l terhadap temperatur bagi sejumlah pasangan logam yang biasa digunakan. Nilai-nilai g.g.1
pada beberapa temperatur yang berbeda bagi logam-logam yang biasa digunakan dalam pembuatan
termokopel dapat dilihat pada tabel-tabel standar. Beberapa jenis termokopel yang wring digunakan
ditunjukkan dalam Tabel 2. 1, termasuk rentang temperatur penggunaan serta sensitivitas pada umumnya.
Termokopel-termokopel ini dinyatakan dalam berbagai huruf referensi. Termokopel-termokopel berbasis

- logam, E, J, K, clan T, merupakan termokopel-termokopel yang harganya relatif murah tetapi mudah
mengalami pemburukan unjuk kerja wiring
- dengan pertambahan usia pemakaiannya. Akurasinya memiliki orde sekitar ±1 sampai 3%.
Termokopel-termokopel logam mulia, misalnya R, harganya jauh lebih mahal tetapi lebih stabil clan
tahan lama. Akurasinya berkisar ±l %n atau lebih balk lagi. Termokopel biasanya dipasang di dalam
selubung pelindung untuk memberikan perlindungan secara mekanis clan kimiawi. Waktu respons
termokopel yang tidak berpelindung umumnya sangatlah cepat. Dengan adanya selubung pelindung yang
cukup besar, maka waktu respons tersebut dapat lebih dipercepat lagi hingga beberapa detik.
Sebuah termokopel dapat juga digunakan dengan referensi temperatur sambungan yang tidak sama
dengan 0°C. Namun, tabel-tabel standar selalu mengasumsikan bahwa temperatur sambungan adalah sama
dengan 0°C sambungan, sehingga koreksi perlu diberikan sebelum tabel-tabel tersebut dapat digunakan.
Koreksi ini dilakukan berdasarkan hukum temperatur antara (law of intermediate temperature), yaitu:

E,.o = E,,, + Ej'o

G.g.l E,,() pada temperatur t ketika sambungan dingin 0°C adalah sama dengan g.g.l Et', pada temperatur antara
I ditambah g.g.1 E1,0 pada temperatur I ketika sambungan dingin 0°C. Perhatikanlah termokopel tipe E.
Berikut adalah data yang diperoleh dari tabel standar.
Temperatur (°C) 0 20 200
g.g.l (mV) 0 1,192 13,419

Jadi dengan menggunakan hukum temperatur antara, g.g.1 termolistrik pada suhu 200°C dengan
sambungan dingin pada 20°C adalah:
E
2(X),20 = E200,0 – k"0,0 = 13,419 – 1,192 = 12,227 mV
Perhatikan bahwa nilai ini tidaklah sama dengan nilai pada tabel untuk temperatur 180°C dengan
sambungan dingin 0°C yang bernilai 11,949 mV.
Untuk mempertahankan agar temperatur dari salah satu sambungan termokopel selalu sama
dengan 0°C, maka sambungan ini perlu direndam dalam suatu campuran es dan air. Namun hal seperti ini
wring kali merepotkan clan sebagai gantinya dapat digunakan sebuah rangkaian kompensasi (Gambar 2.52)
untuk membangkitkan g.g.1 yang berubah terhadap temperatur sambungan dingin dengan cars sedemikian rupa
hingga apabila g.g.l ini ditambahkan pada g.g.l termokopel, maka akan diperoleh g.g.l gabungan yang sama
dengan g.g.l yang akan dibangkitkan apabila sambungan dingin berada pada temperatur 0°C (lihat Sub-
bab 2.9.3).

Aplikasi
Terdapat sebuah IC yang mengg a b u n g k a n e f e k p e n g u a t a n dengan kompensasi sambungan d i n g i n
t e r m o k o p e l , m i s a l n y a Peranti Analog AD594 (Gambar 2 . 5 3 ) . B i l a I C i n i d i g u n a k a n dengan catu tegangan +5
V dan termokopel konstantan—besi akan menghasilkan keluaran 10 mV/°C.

Aplikasi
Spesifikasi untuk sebuah sensor temperatur IC LM35 adalah sebagai berikut:
Akurasi pada 25°C adalah ±0,4% Non-linearitas 0,2°C
Sensitivitas 10 mV/°C

Ketika sebuah termokopel dihubungkan dengan suatu rangkaian pengukur, maka beberapa logam lain
akan terlibat di dalam sistem ini (Gambar 2.54). Dalam kasus ini, terdapat sambungan 'panas' antara
logam A dan B serta sambungan 'dingin' yang diperpanjang sebagai akibat adanya jalur tembaga clan
instrumen pengukuran. Bila sambungan dengan bahan antara berada pada temperatur yang sama, maka
tidak ada g.g.l tambahan dan g.g.l yang ada tetap seperti halnya g.g.l yang dibangkitkan oleh
sambungan antara logam A dan B.
2.7.6 Termodioda dan transistor
Ketika temperatur dari suatu bahan semikonduktor yang ditambahkan dengan zat tak murni (doped
semiconductor) berubah, maka mobilitas pembawa muatannya berubah. Akibatnya, apabila sebuah
sambungan p-n memiliki beds potensial, maka arus yang mengalir melewati sambungan merupakan fungsi
dari temperatur. sambungan semacam ini, bersama-sama dengan rangkaian prosesor sinyal, dipasok
dalam bentuk IC, contohnya LM3911, dapat digunakan sebagai sensor temperatur yang akan menghasilkan
tegangan keluaran yang berbanding lurus dengan temperatur. Serupa pula, transistor dapat digunakan sebagai
sensor temperatur. Sensor temperatur IC yang menggunakan transistor adalah LM35. Sensor ini memberikan
keluaran yang merupakan fungsi linear dari temperatur, 10 mV/°C apabila dicatu dengan tegangan 5 V.

2.7.7 Pirometer
Metode-metode pengukuran temperatur yang melibatkan radiasi yang diemisikan oleh suatu benda
meliputi:
1. Pirometer optik
Instrumen ini berdasarkan pada pembandingan tingkat kecerahan cahaya yang diemisikan oleh sebuah
benda 'panas' dengan standar yang telah diketahui.

2. Pirometer radiasi total


Instrumen ini mengukur jumlah total radiasi yang diemisikan oleh suatu benda panas melalui sebuah
elemen resistansi atau termofil (rangkaian beberapa termokopel).

Pirometer optik, lebih dikenal dengan nama disappearing filament pyrometer, memanfaatkan
sifat tampak (kasat mata) dari radiasi yang diemisikan oleh sebuah benda panas. Radiasinya
difokuskan pada sebuah filamen sehingga balk radiasi dan filamen dapat dilihat pada lensa mata
(Gambar 2.55). Filamen dipanaskan oleh arus listrik sampai filamen dan benda panas terlihat berwarna
sama, gambar filamen lalu menghilang ke dalam latar belakang benda panas. Arus filamen dengan demikian
adalah ukuran
temperatur. Filter merah antara lensa mats dan filamen biasa digunakan untuk mempermudah penyesuaian
warns filamen dan benda panas. Filter merah yang lain dapat dipasangkan di antara benda panas dan
filamen dengan efek membuat benda terlihat lebih dingin sehingga dapat memperluas jangkauan pengukuran
instrumen.
Pirometer optik atau disappearing filament pyrometer memiliki jangkauan pengukuran sekitar 600°C
sampai 3000°C, akurasi pembacaan sekitar –+0,5%, dan tidak ads kontak langsung dengan benda
panas. Dengan demikian, instrumen ini dapat digunakan untuk aplikasi-aplikasi dengan benda bergerak
atau yang berada pads jarak jauh.
Pirometer radiasi total memfokuskan radiasi dari benda panas ke dalam detektor radiasi. Gambar
2.56 menampilkan bentuk dasar dari sebuah instrumen yang menggunakan sebuah cermin untuk
memfokuskan radiasi pads detektor. Beberapa bentuk instrumen yang lain menggunakan lensa untuk
memfokuskan radiasinya. Detektor pads umumnya berupa sebuah termofil dengan sambungan
termokopel yang dapat mencapai 20 atau 30 bush, sebuah elemen resistansi, ataupun sebuah
termistor. Detektor ini dikatakan sebagai detektor broad band karena dapat mendeteksi radiasi pads pits
frekuensi lebar sehingga keluarannya merupakan penjumlahan dari days yang diemisikan pads setiap
panjang gelombangnya, Berta berbanding lurus dengan pangkat empat temperaturnya (hukum Stefan–
Boltzman). Akurasi dari pyrometer radiasi total broad band biasanya sekitar ±0,5% dengan rentang
pengukuran antara 0°C sampai 3000°C. Konstanta waktu (ukuran Beberapa cepat sistem bereaksi
terhadap perubahan temperatur dan merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai sekitar 63% nilai
akhir) untuk instrumen ini bervariasi antara 0,1 detik bagi detektor yang hanya terdiri dari satu
termokopel atau termistor manik-manik kecil, hingga beberapa detik bagi detektor termofil yang
melibatkan banyak termokopel. Beberapa instrumen menggunakan chopper (pemotong) mekanis
berputar untuk memotong radiasi sebelum mengenai detektor. Tujuannya untuk memperoleh keluaran

detektor yang berubah-ubah mengingat penguatan sinyal akan lebih mudah


jika tegangannya merupakan tegangan bolak-balik. Dengan demikian, akan
merupakan sebuah keuntungan apabila level radiasinya rendah. Akan tetapi,
chopper hanya dapat digunakan dengan detektor yang mempunyai konstanta
waktu sangat kecil, sehingga cenderung digunakan dengan detektor termistor
berbentuk manik-manik kecil.
2.8 Pemilihan sensor Pemilihan sensor untuk suatu aplikasi tertentu
memerlukan beberapa pertimbangan seperti berikut ini:11 Sifat
pengukuran yang dilakukan, yaitu masukan sensor. Ini berarti
pertimbangan terhadap variabel yang akan diukur, nilai nominalnya,
rentangan nilai, akurasi yang dibutuhkan, kecepatan pengukuran yang
diperlukan, reliabilitas yang dibutuhkan, serta kondisi lingkungan di
mans pengukuran tersebut dilaksanakan.
2 Sifat keluaran yang diinginkan dari sensor. Hal ini akan menentukan
pemrosesan sinyal yang dibutuhkan. Pemilihan sensor tidak dapat
dilakukan terpisah dari pertimbangan terhadap bentuk keluaran yang
diinginkan sistem setelah pemrosesan sinyal, sehingga harus ada kecocokan
antara sensor dan pemrosesan sinyal.

Kemudian sensor-sensor yang diperlukan dapat diketahui, dengan memper-


hatikan beberapa faktor seperti jangkauan kerjanya, akurasi, linearitas,
kecepatan respons, reliabilitas, usia penggunaan, persyaratan catu daya,
ketersediaan, dan harga.

Contoh
Pilihlah sebuah sensor yang dapat digunakan untuk memonitor temperatur
suatu cairan dalam rentang 10°C sampai 80°C dengan akurasi sekitar
1°C dan memberikan keluaran yang dapat digunakan untuk mengubah
arus pada suatu rangkaian listrik.

Ada sejumlah bentuk sensor yang dapat digunakan untuk memantau


temperatur dalam rentang dan tingkat akurasi yang dinyatakan seperti
pada Contoh soal di atas. Namun demikian, pilihannya akan dibatasi oleh
persyaratan bahwa keluaran sensor harus dapat mengubah arus dalam
suatu rangkaian listrik. Batasan ini memberikan pilihan pada termometer
resistansi. Berdasarkan batasan akurasi dan rentang pengukuran, maka
pilihannya adalah termistor.

Contoh
Pilihlah sensor yang dapat digunakan untuk memonitor ketinggian cairan
asam korosif di dalam sebuah bejana bundar berdiameter 1 m serta
menghasilkan keluaran listrik. Ketinggian cairan dapat berubah dari 0
sampai 3 m, dan perubahan tinggi minimum yang harus dideteksi adalah
0,1 m. Berat bejana kosong adalah 50 kg, sedangkan massa jenis cairan
asam adalah 1050 kg/m3.

Karma sifat korosif dari cairan asam tersebut, maka penggunaan sensor
yang dicelupkan ke cairan bersangkutan akan menimbulkan persoalan.
Jadi kemungkinannya adalah menggunakan sebuah load cell, atau bebe-
rapa load cell, untuk memonitor berat bejana. Instrumen load cell ini
menghasilkan keluaran listrik. Berat cairan akan berubah dari 0 pada saat
bejana kosong hingga, ketika penuh, 1050 x 3 x iT (11/4) x 9,8 = 24,3
kN. Dengan menjumlahkan angka ini pada berat kosong bejana, maka
akan diperoleh variasi berat dari 0,5 kN sampai 4,9 kN. Perubahan tinggi
cairan sebesar 0,1 m akan mengakibatkan perubahan berat 0,10 x 1050
2
X a (1 /4) x 9,8 = 0,8 kN. Jika beban bejana tersebar merata di antara

tiga buah load cells, maka masing-masing akan memerlukan jangkauan


pengukuran sekitar 0 sampai 5 kN dengan resolusi sekitar 0,3 kN.
2.9 Pemrosesan sinyal Sinyal keluaran dari sensor suatu sistem pengukuran biasanya harus
diproses terlebih dahulu agar cocok untuk ditampilkan atau digunakan pada
sistem kontrol/kendali. Sebagai contoh, sinyal keluaran sensor mungkin terlalu
kecil sehingga harus diperkuat terlebih dahulu, mungkin merupakan sinyal
analog dan harus dikonversi menjadi sinyal digital atau sebaliknya yaitu
sinyal digital dan harus dikonversi menjadi sinyal analog, mungkin
merupakan perubahan nilai resistansi yang harus dibuat menjadi perubahan
arus, mungkin merupakan perubahan nilai tekanan yang harus diubah menjadi
perubahan arus, dan lain sebagainya. Semua perubahan ini dapat disebut
Sebagai pemrosesan sinyal. Sebagai contoh, keluaran dari sebuah
termokopel merupakan tegangan yang sangat kecil, hanya beberapa
milivolt saja. Untuk itu, sebuah model pemrosesan sinyal dapat
digunakan untuk mengubah sinyal tegangan ini menjadi tegangan yang
lebih besar dan memberikan kompensasi sambungan dingin (yakni
memungkinkan sambungan dingin tidak pada 0°C). Perhatikan bahwa istilah
pengondisian sinyal kadang digunakan untuk pengonversian sinyal keluaran
sensor menjadi bentuk yang sesuai untuk pemrosesan sinyal. Berikut ini
beberapa elemen yang digunakan dalam pemrosesan sinyal.

2.9.1 Konverter resistansi ke tegangan


Berikut ini akan dipaparkan bagaimana perubahan resistansi yang dihasilkan oleh sebuah termistor
ketika dikenakan pada suatu perubahan temperatur dapat dikonversi menjadi perubahan tegangan.
Gambar 2.57 memperlihatkan bagaimana sebuah rangkaian pembagi tegangan dapat digunakan untuk
tujuan itu. Suatu tegangan konstan, mungkin bernilai 6 V, diberikan pada termistor dan resistor lain
dalam hubungan serf. Dengan termistor yang mempunyai resistansi 4,7 kQ, resistor serf yang digunakan
dapat bernilai 10 W. Sinyal keluarannya adalah tegangan pada resistor 10 kQ. Apabila resistansi termistor
berubah, bagian dari tegangan 6 V pada resistor 10 kQ akan ikut berubah.
Tegangan keluaran berbanding lures dengan bagian dari resistansi total di antara terminal-terminal
keluaran. Jadi,

keluaran — R V
R + R,

di mana V adalah tegangan total, dalam Gambar 2.57 ditunjukkan sebesar 6 V, R nilai resistansi di
antara terminal-terminal keluaran (10 kQ), dan R, resistansi termistor pada temperatur tertentu.
Jadi, rangkaian pembagi tegangan merupakan salah satu contoh sederhana dari konverter resistansi
ke tegangan.
Contoh lain dari konverter semacam ini adalah jembatan Wheatstone. Gambar 2.58
memperlihatkan bentuk dasar jembatan ini. Elemen resistansi yang dimonitor membentuk salah satu
lengan rangkaian jembatan. Ketika
tegangan keluaran V. sama dengan nol maka tidak ada beda potensial antara B dan D, sehingga potensial
B haruslah sama dengan potensial D. Jadi, beda potensial pada R,, yaitu VAB haruslah sama dengan beda
potensial pada R3, yaitu VAD' Jadi:

Begitu pula beda potensial R2, yaitu VBC harus sama dengan beda potensial R4 , yaitu V D c. Karena tidak
ada arus yang mengalir melalui BD, maka arus yang melewati R 2 haruslah sama dengan arus yang
melewati R, dan arus yang melewati R4 sama dengan arus yang melewati R3. Jadi:

Dengan membagi kedua persamaan di atas, dapat diperoleh:

Dalam kondisi demikian ini, jembatan dikatakan dalam kondisi seimbang.


Sekarang perhatikan apa yang akan terjadi bila satu elemen jembatan memiliki resistansi yang
berubah nilainya dari keadaan seimbang ini. Tegangan catu V S terhubung antara titik A dan C, sehingga
tegangan jatuh (potential drop) pada resistor R, merupakan bagian sebesar R,/(R I + R2) dari tegangan
catu (Gambar 2.59(a)). Sehingga:

Dengan cara serupa, beda potensial pada R3 (Gambar 2.59(b)) adalah:


Jadi beda potensial antara B dan D, yaitu beda potensial keluaran V., adalah:

Persamaan di atas ini menghasilkan kondisi seimbang bila V. = 0.

Misalkan resistansi R I adalah sebuah sensor yang nilai resistansinya berubah, contohnya strain
gauge yang nilai resistansinya berubah apabila mengalami peregangan. Perubahan resistansi dari R,
menjadi R, + 8R, akan memberikan perubahan keluaran dari V,, menjadi VO + 6VO, di mana:

Jika 6R, jauh lebih kecil dibandingkan dengan RI, maka penyebut R, + 8R, + R 2 akan
mendekati R I + R, sehingga persamaan di atas dapat dituliskan sebagai:

Dengan pendekatan ini, perubahan te g angan keluaran berbanding lurus dengan perubahan resistansi
sensor. Oleh karena itu didapatlah sebuah peranti konverter resistansi ke tegangan. Perhatikan bahwa
persamaan di atas hanya menghasilkan tegangan keluaran bila tidak terdapat resistansi beban pada
terminal keluarannya. Jika terdapat resistansi beban, maka efek pembebanan ini haruslah dipertimbangkan
(lihat Sub-bab 1.3.1).
Karena tegangan keluaran berbanding lurus dengan tegangan eksitasi jembatan, maka tegangan
jatuh di sepanjang kabel catu tegangan dan resistansi kabel di antara resistor-resistor jembatan dapat
mempengaruhi nilai keluaran. Hal ini khususnya menjadi masalah bila perubahan temperatur mengakibatkan
perubahan resistansi kabel-kabel ini. Kompensasi tiga-kawat (Gambar 2.60(a)) dapat digunakan untuk
membantu mengatasi permasalahan resistansi kabel antara, misalkan, sensor temperatur dan jembatan.
Gambar 2.60(b) memperlihatkan bentuk kompensasi empat-kawat, di sini terdapat dua `kepala'
rangkaian yang sejajar.

Contoh
Sebuah kumparan kawat platinum akan digunakan sebagai sensor temperatur dan mempunyai
resistansi sebesar 100 Q pada 0°C. Kumparan kawat ini merupakan salah satu lengan dari jembatan
Wheatstone, di mana jembatan diseimbangkan pada harga temperatur ini dan masing-masing lengannya
memiliki resistansi sebesar 100 Q. Jika koefisien temperatur resistansi platinum adalah 0,0039 K-1,
maka berapakah tegangan keluaran jembatan per derajat perubahan temperatur apabila tegangan
catunya adalah 6,0 V?

Variasi resistansi platinum terhadap temperatur dapat dinyatakan melalui persamaan:


R t = RO(I + (tt)

di mana R, adalah resistansi pada t °C, R o adalah resistansi pada 0°C, dan ot adalah koefisien
temperatur resistansi. Oleh karena itu:
perubahan resistansi = Rt – Ro = Rout
Jadi, untuk satu derajat perubahan temperatur: perubahan resistansi = 100 x 0,0039 x I =
0,39 Q

Karena perubahan temperatur ini relatif kecil jika dibandingkan dengan 100 Q, maka dapat
digunakan persamaan pendekatan untuk tegangan keluaran. Jadi, perubahan keluaran per derajat
perubahan temperatur adalah:

2.9.2 Kompensasi temperatur


Strain gauge resistansi listrik adalah elemen resistansi yang nilai resistansinya akan berubah apabila
terkena suatu regangan. Namun, resistansi juga berubah karena pengaruh temperature. Jadi, agar dapat
menggunakannya untuk menentukan besarnya suatu regangan, kompensasi terhadap pengaruh temperatur
harus dilakukan. Salah satu cara untuk mengeliminasi pengaruh temperatur ini adalah dengan menggunakan
strain gauge tiruan (dummy).
Ini adalah strain gauge yang identik dengan strain gauge yang terkena regangan, yaitu strain
gauge aktif, yang dipasangkan pada material yang sama seperti strain gauge aktif, tetapi tidak
dikenai regangan. Strain gauge ini ditempatkan berdekatan dengan strain gauge aktif sehingga mengalami
perubahan temperatur yang sama. Akibatnya, perubahan temperatur akan menyebabkan kedua strain gauge
berubah nilai resistansinya dengan besaran yang sama. Strain gauge aktif dipasang pada salah satu
lengan jembatan Wheatstone (Gambar 2.61(a)) dan strain gauge tiruan dipasang pada lengan jembatan
Wheatstone yang berlawanan sehingga perubahan resistansi yang terinduksi-temperatur dapat saling
meniadakan.
Strain gauge sering kali digunakan bersama-sama dengan berbagai sensor lain seperti alas ukur tekanan
diafragma ataupun load cell. Dalam kasus seperti ini, kompensasi temperatur tetap diperlukan. Meskipun
strain gauge tiruan dapat digunakan, solusi yang lebih balk dan cocok adalah menggunakan empat
strain gauge di mana dua di antaranya saling dilekatkan sehingga gaga yang dikenakan padanya
akan memberi efek tarikan sedangkan pada dua lainnya akan memberi efek kompresi. Strain gauge,
yaitu strain gauge 1 dan 3, yang berada dalam efek tarikan, akan bertambah nilai resistansinya sedangkan
strain gauge yang berada dalam efek kompresi, yaitu strain gauge 2 dan 4, akan berkurang nilai
resistansinya. Strain gauge tersebut saling dihubungkan membentuk keempat buah lengan jembatan
Wheatstone (Gambar 2.61(b)). Karena semua strain gauge, berarti pula semua lengan jembatan, akan
terkena pengaruh perubahan temperatur yang sama, maka susunan elemen-elemen semacam ini disebut
sebagai kompensasi temperatur. Susunan ini juga memberikan tegangan keluaran yang lebih besar
daripada susunan di mana hanya terdapat sebuah strain gauge aktif.

2.9.3 Kompensasi termokopel


Dengan termokopel, salah satu sambungan harus dijaga pada 0°C; temperatur selanjutnya dapat diperoleh
dengan melihat tabel g.g.1 yang dihasilkan termokopel. Gambar 2.62 mengilustrasikan apa saja
yang diperlukan. Mempertahankan temperatur salah satu sambungan pada 0°C, misalnya dalam campuran
es dan air, tidaklah selalu mungkin dan mudah untuk dilakukan, dan sering kali sambungan dingin ini
dibiarkan berada pada temperatur lingkungan sekitarnya. Untuk mempertimbangkan aspek ini, suatu
kompensasi tegangan harus ditambahkan pada termokopel. Tegangan ini sama dengan g.g.1 yang akan
dibangkitkan oleh termokopel dengan salah satu sambungan pada 0°C, sedangkan yang lainnya pada
temperatur lingkungan. Jadi diperlukan suatu nilai tegangan yang bergantung pada temperatur
lingkungan. Tegangan seperti ini dapat diperoleh melalui penggunaan sebuah sensor temperatur
resistansi pada jembatan Wheatstone. Gambar 2.63 mengilustrasikan hal ini. Jembatan diseimbangkan pada
0°C dan tegangan keluaran jembatan memberikan beda potensial koreksi pada nilai-nilai temperatur yang
lain. Dengan pemilihan sensor temperatur resistansi yang sesuai, maka dapat diperoleh nilai tegangan
yang tepat..

Resistansi dari sensor temperatur resistansi logam dirumuskan sebagai:


R, = Ro (1 + at)

di mana R, adalah resistansi pada t °C, R o adalah resistansi pada 0°C dan a adalah koefisien
temperatur resistansi. Bila terjadi perubahan temperatur, maka:

perubahan resistansi = Rt – Ro = Roat

Tegangan keluaran jembatan, dengan R, adalah resistansi sensor temperatur, adalah:

Tegangan ini haruslah sama dengan tegangan yang dibangkitkan oleh termokopel dengan salah
satu sambungan pada 0°C dan yang lainnya pada temperatur lingkungan. G.g.1 termokopel, e, akan
berubah secara linear terhadap temperatur, t, dalam rentang temperatur yang cukup kecil, yaitu
dari 0°C sampai nilai temperatur lingkungan. Jadi dapat dituliskan e = at, di mana a adalah suatu
konstanta, yaitu g.g.1 yang dibangkitkan per derajat perubahan temperatur. Jadi, untuk kompensasi,
relasinya adalah:
Contoh
Tentukanlah nilai resistansi R2 dalam Gambar 2.63 jika kompensasi yang hendak diberikan pada
sebuah termokopel konstantan–besi adalah 51 l.tVPC. Kompensasi dilakukan dengan elemen
resistansi nikel dengan resistansi 10 Q pada 0°C dan koefisien temperatur resistansi 0,0067 K-1.
Gunakan nilai catu tegangan jembatan sebesar 2,0 V.
Menggunakan persamaan di atas, aR, = R o (V s a – a) maka: 5 1 x 1 0 - 6 x R 2 =
1 0 ( 2 x 0 , 0 0 6 7 - 5 1 x 1 0 6 ) Sehingga R, adalah 2617 Q.

2.9.4 Proteksi
Sebuah elemen penting yang kerap muncul dalam pemrosesan sinyal adalah proteksi terhadap arus atau
tegangan tinggi. Sebagai contoh, sensor, ketika dihubungkan dengan mikroprosesor, dapat mengalami
kerusakan bila arus atau tegangan tinggi ditransmisikan ke mikroprosesor. Proteksi terhadap arus tinggi
dapat dilakukan dengan memasangkan resistor secara serf pada saluran masukan, untuk membatasi besar
arus pada level yang dapat diterima, serta sebuah sekering untuk memutus rangkaian bila arus yang
mengalir melampui level aman yang diijinkan (Gambar 2.64). Proteksi terhadap tegangan tinggi dan
error polaritas tegangan dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah rangkaian dioda Zener (Gambar
2.65). Dioda Zener, dengan tegangan balik pada term i nal -terminal nya, mempunyai resistansi
tinggi hingga pada suatu besar tegangan tertentu di mans tiba-tiba dioda putus dan bersifat
menghantar (Gambar 2.65(a)). Dioda Zener memiliki rating tegangan, rating yang mengindikasikan berapa
besar tegangan saat dioda ini menjadi bersifat menghantar. Sebagai contoh, untuk melewatkan tegangan
maksimum 5 V dan menghindari pemberian tegangan di atas 5,1 V pada rangkaian berikutnya, maka
dapat dipilih sebuah dioda Zeener dengan rating tegangan 5,1 V. Untuk tegangan-tegangan di bawah 5,1
V, dioda Zener, dalam hubung tegangan balik, akan memiliki nilai resistansi yang tinggi. Apabila
tegangannya naik melebihi 5,1 V, maka dioda Zener akan putus dan resistansinya jatuh mencapai nilai
yang sangat rendah. Jadi, dengan rangkaian seperti Gambar 2.65(b), dan tegangan yang diberikan
berada pada nilai di bawah 5,1 V, maka dioda Zener, dalam hubungan tegangan balik, memiliki
nilai resistansi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan resistor-resistor yang lain, sehingga seluruh
tegangan secara virtual diberikan pada dioda Zener. Apabila tegangan yang dikenakan melampaui 5,1 V,
maka dioda Zener akan putus clan memiliki nilai resistansi yang rendah. Akibatnya, hampir semua
tegangan jatuh pada resistor, tegangan pada terminal-terminal dioda jatuh sehingga tegangan keluaran
juga ikut jatuh nilainya. Karena dioda Zener merupakan sebuah dioda dengan resistansi rendah
untuk arus yang melewatinya pada satu arah tertentu, dan memiliki resistansi tinggi pada arah
sebaliknya, maka dioda Zener juga dapat memberikan efek proteksi terhadap error polaritas tegangan.

Untuk memastikan tingkat proteksinya, wring kali rangkaian perlu diisolasi sedemikian rupa sehingga
tidak terdapat hubungan listrik di antaranya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan optoisolator.
Peranti ini mengonversikan sinyal listrik menjadi sinyal optik, mentransmisikannya ke sebuah
detektor yang selanjutnya akan mengonversikannya kembali menjadi sinyal listrik (Gambar
2.66). Sinyal masukan akan melewati sebuah dioda emisi cahaya (LED) inframerah sehingga
menghasilkan berkas radiasi inframerah. Sinyal

inframerah ini kemudian dideteksi oleh fototransistor. Untuk mencegah error polaritas tegangan atau
pemberian tegangan yang terlampau tinggi pada LED, maka LED ini harus diproteksi dengan rangkaian
dioda Zener (dengan jenis rangkaian seperti tampak pada Gambar 2.65). Di samping itu, jika masukannya
merupakan sebuah sinyal bolak-balik, maka sebuah dioda perlu dipasangkan pada jalur masukan untuk
fungsi penyearahan.

2.9.5 Konversi analog-ke-digital


Keluaran listrik dari sensor seperti termokopel, elemen-elemen resistansi yang digunakan untuk
pengukuran temperatur, strain gauge, alai ukur tekanan diafragma, LVDT, dan lain sebagainya,
berbentuk sinyal-sinyal analog. Di lain pihak, mikroprosesor memerlukan masukan-masukan digital.
Jadi, jika komponen mikroprosesor digunakan, maka sinyal-sinyal listrik keluaran sensor ini harus
dikonversikan terlebih dahulu menjadi sebuah sinyal digital sebelum dapat digunakan sebagai masukan
mikroprosesor. Keluaran dari mikroprosesor adalah sinyal digital. Hampir semua elemen-elemen kontrol
membutuhkan masukan analog, sehingga sinyal digital keluaran mikroprosesor harus dikonversikan
terlebih dahulu menjadi bentuk sinyal analog. Jadi diperlukan konverter analog-ke-digital
(ADC/Analogue-to-Digital Converter), serta konverter digital-ke-analog (DACIDigital-to-Analogue
Converter). Mikrokontroler adalah mikroprosesor di mana masukan dan keluaran unit pemrosesan sinyal
terdapat di dalam chip yang sama serta sering dilengkapi dengan konverter analog ke digital atau digital
ke analog.

Sinyal analog (Gambar 2.67(a)) adalah sinyal variabel kontinu, berubah perlahan pada suatu rentang
nilai. Sinyal tersebut adalah analog, yakni suatu versi berskala, dari besaran yang
direpresentasikannya. Sinyal digital meningkat dalam lompatan, sebagai urutan pulsa, sering
hanya sinyal-sinyal on-off (Gambar 2.67(b)). Tidak seperti sinyal analog di mana suatu besaran
direpresentasikan oleh ketinggian sinyal, pada sinyal digital, suatu besaran direpresentasikan oleh
deretan sinyal-sinyal on-off.

Konversi analog ke digital terdiri dari sejumlah tahapan. Tahap pertama adalah mengambil sampel-
sampel sinyal analog (Gambar 2.68(a)). Sebuah clock akan menyuplai pulsa-pulsa waktu yang
regular (Gambar 2.68(b)) kepada konverter analog-ke-digital, dan setiap kali menerima pulsa,
ADC -mencuplik (sampling) sinyal analog. Hasilnya adalah sederetan pulsa-pulsa sempit dengan
ketinggian bervariasi sesuai dengan variasi yang terjadi pada sinyal analog (Gambar 2.68(c)).
Rentetan pulsa-pulsa ini diubah menjadi bentuk sinyal seperti tampak dalam Gambar 2.68(d)
dengan, masing-masing nilai sampelnya dipertahankan hingga pulsa berikutnya muncul. Dalam hal ini,
sampel dari sinyal analog perlu ditahan agar proses konversi ke sinyal digital pada ADC dapat
dilaksanakan. Sebagai contoh, nilai sampel pertama dapat direpresentasikan sebagai 101, sampel
berikutnya 011, dan seterusnya. Angka 1 merepresentasikan 'on' atau sinyal `tinggi', sedangkan 0
merepresentasikan 'off' atau sinyal `rendah'. Jadi, konversi analog ke digital akan melibatkan
sebuah unit 'sample dan hold' (cuplik dan tahan) yang diikuti dengan konverter analog-ke-digital (Gambar
2.69).
Untuk mengilustrasikan kerja ADC, tinjaulah salah satunya yang menghasilkan keluaran tiga
bit. Digit-digit biner 0 dan 1, yaitu sinyal `rendah' dan `tinggi', dirujuk sebagai bit. Kumpulan bit
disebut dengan istilah

bilangan. Jadi, tiga bit menyatakan panjang bilangan dari ADC ini. Bilangan merepresentasikan versi
digital dari tegangan analog. Posisi bit dalam bilangan memiliki tingkat kepentingannya di
mana bit yang paling tidak penting berada di ujung kanan bilangan, sedangkan bit yang paling
penting berada di ujung kiri. Hal ini mirip dengan menghitung persepuluhan, 435 mempunyai
angka 5 sebagai angka yang paling tidak penting dan angka 4 sebagai angka paling penting.
Angka yang paling tidak penting memiliki kontribusi paling sedikit terhadap nilai keseluruhan
dari angka 435. Posisi digit dalam bilangan decimal adalah penting; digit yang paling tidak penting
memiliki nilai-nilai yang dikalikan dengan faktor 10 (), berikutnya dengan 101, berikutnya lagi dengan
10', dan seterusnya. Serupa pula, posisi bit dalam bilangan biner jugs penting; digit yang paling
tidak penting memiliki nilainilai yang dikalikan dengan faktor 2°, berikutnya dengan 2 1 , berikutnya
lagi dengan 22, dan seterusnya. Untuk bilangan biner dengan n bit:

211-1, ..., 2' , 2' , 21, 2() T T

Bit paling Bit paling


penting (MSB) tidak penting (LSB)

Untuk bilangan biner, aturan-aturan dasarnya adalah: 0 + 0 = 0; 0 + 1


1; 1 + 1 = 10. Jadi, jika dimulai dengan 000 dan ditambahkan dengan 1, maka diperoleh 001.
Jika ditambahkan lagi dengan 1, maka didapat 010. Penambahan dengan I lainnya menghasilkan 011.
Dengan tiga bit dalam sebuah bilangan, maka diperoleh kemungkinan bilangan:

000 001 010 011 100 101 110 111

Ada delapan kemungkinan bilangan yang dapat digunakan untuk merepresentasikan masukan analog.
Secara umum, banyaknya bilangan yang mungkin dengan panjang bilangan n bit adalah 2". Jadi
tegangan analog maksimum dibagi menjadi delapan bagian, clan satu dari bilangan-bilangan
digital bersesuaian dengan masing-masing bagian ini. Setiap kenaikan tegangan analog sebesar
(1/8) dari masukan analog maksimum akan menghasilkan pembangkitan bit selanjutnya. Jadi untuk
bilangan 000, masukannya adalah 0 V. Untuk membangkitkan bilangan digital 001 berikutnya, maka
masukan harus bertambah 1/8 dari nilai tegangan maksimumnya. Untuk membangkitkan bilangan 010
berikutnya, maka masukannya harus bertambah sebesar 2/8 nilai tegangan maksimum. Gambar 2.70
mengilustrasikan konversi tegangan masukan yang dicuplik (sampling) dan ditahan untuk menghasilkan
keluaran digital.

Jadi jika dilakukan pencuplikan terhadap masukan analog 8 V, maka keluaran digitalnya
akan sama dengan 000 untuk masukan 0 V, dan akan tetap sama hingga tegangan analog masukannya
naik menjadi 1 V, yaitu
Aplikasi
ADC biasanya dijual sebagai IC. Gambar 2.71 memperlihatkan salah satu contoh hubungan kaki-kaki IC ZN439, suatu
bentuk pendekatan berurutan dari ADC. Spesifikasinya meliputi:
Resolusi 8 bit
Waktu konversi 5 milidetik Error linearitas ± 1/2 LSB Disipasi days 150 mW.

1/8 dari tegangan masukan analog maksimum. Berikutnya, keluaran digital akan terns bernilai 001
hingga masukan analog naik menjadi 2 V. Dengan demikian perubahan terkecil pada tegangan analog
yang akan menghasilkan perubahan pada keluaran digital adalah 1 V. Karakteristik ini dikenal sebagai
resolusi konverter.
Panjang bilangan yang mungkin diperoleh dari ADC menentukan tingkat resolusinya. Dengan
panjang bilangan maksimum n bit, atau skala penuh, maka masukan analog V F s dibagi menjadi 2"
bagian. Perubahan minimum masukan yang dapat dideteksi, yaitu resolusinya, dengan demikian
adalah VFS/2 n . Dengan ADC yang memiliki panjang bilangan 10 bit dan rentang masukan sinyal
analog maksimum 10 V, maka tegangan maksimum akan terbagi menjadi 210 = 1024 bagian clan
resolusinya adalah 10/1024 = 9,8 mV.
Ada beberapa bentuk ADC. Yang paling umum digunakan adalah tipe pendekatan berurutan, tipe
ramp clan tipe flash. Bentuk flash jauh lebih cepat daripada bentuk pendekatan berurutan atau bentuk
ramp. Istilah waktu konversi digunakan untuk menentukan waktu yang diperlukan ADC untuk
menghasilkan sebuah bilangan digital utuh saat diberi masukan analog.
Contoh
Sebuah termokopel menghasilkan keluaran sebesar 0,4 mV untuk
setiap derajat perubahan temperatur. Berapakah panjang bilangan
yang diperlukan bila keluarannya dilewatkan pada sebuah
ADC jika rentang temperatur yang hendak diukur adalah 0
sampai 200 °C dengan resolusi 0,5 °C?

Keluaran skala penuh sensor adalah 200 x 0,4 = 80 mV. Dengan


panjang bilangan n terdapat 2" angka-angka digital. Jadi tegangan
ini akan dibagi menjadi 2" level sehingga perubahan
tegangan minimum yang dapat dideteksi adalah 80/2" mV.
Dengan resolusi sebesar 0,5 °C berarti bahwa sinyal sensor yang
dapat dideteksi adalah sebesar 0,5 x 0,4 = 0,20 mV. Oleh
karena itu:

0,20 = 80 y

sehingga 2" = 400 dan n = 8,6. Jadi panjang bilangan yang


dibutuhkan adalah 9 bit.

Konversi digital-ke-analog

Masukan untuk DAC adalah bilangan biner dan keluarannya ekuivalen dengan nilai analog. Sebagai
contoh, jika terdapat keluaran skala penuh 7 V, maka masukan digital 000 akan menghasilkan 0
V, 001 menghasilkan 1 V, ..., dan 1 I1 menghasilkan nilai skala penuh 7 V. Gambar 2.72
mengilustrasikan hal tersebut.
Bentuk dasar dari sebuah konverter digital ke analog terdiri dari masukan digital yang digunakan
untuk mengaktivasi saklar-saklar elektronik sehingga angka 1 akan mengaktivasi saklar, sedangkan
angka 0 tidak. Posisi angka 1 dalam bilangan biner akan menentukan saklar mana yang
diaktivasikan. Jadi dengan sebuah konverter 3 bit, ketika diterima bilangan 001, maka tegangan 1 V
disambungkan ke terminal keluaran, ketika diterima bilangan 010, maka tegangan 2 V
disambungkan ke terminal keluaran, dan ketika diterima bilangan 100, maka tegangan 4 V
disambungkan ke terminal keluaran. Oleh karena itu, jika terdapat bilangan digital 011, maka bit
yang paling tidak penting 001 menyambungkan tegangan 1 V ke terminal keluaran, serta bit 010
menyambungkan tegangan 2 V ke keluaran, sehingga jumlah keluaran yang diperoleh adalah 3 V
(Gambar 2.73).

Aplikasi
Gambar 2.74 menunjukkan rincian DAC GEC Plessey ZN558D 8 bit. Setelah proses konversinya lengkap, maka
hasilnya ditempatkan di dalam latch internal hingga proses konversi berikutnya selesai. Latch hanyalah peranti untuk
mempertahankan keluaran sampai nilai keluaran yang barn menggantikannya. Waktu pemantapan adalah waktu
yang diperlukan oleh keluaran analog untuk mencapai ketetapan nilai dalam rentang tertentu, umumnya ±LSB/2,
sekitar nilai akhirnya ketika bilangan digitalnya berubah secara tiba-tiba.
Resolusi 8 bit
Waktu pemantapan 800 nanodetik Non-linearitas 0,5% dari skala penuh
Disipasi days 100 mW.

Contoh
Sebuah mikroprosesor memberikan keluaran bilangan digital 8-bit. Keluaran ini diumpankan ke
katup kendali melalui sebuah DAC 8-bit Yang mensyaratkan tegangan 6,0 V agar dapat membuka
secara penuh. Jika keadaan terbuka penuh akan diindikasikan oleh keluaran bilangan d i g i t a l
b e r a p a k a h p e r u b a h a n k e l u a r a n k e k a t u p b i l a t e r j a d i perubahan 1 bit?

Tegangan keluaran akan dibagi menjadi 2 8 interval. Karena tegangan keluarannya bernilai 6 V,
jika keluarannya adalah 2 8 dari interval-interval ini, maka perubahan 1 bit akan mengakibatkan
perubahan tegangan keluaran sebesar 6,0/2' = 0,023 V.

2.9.7 Op-amp
Penguat operasional (op-amp) adalah penguat d.c. (searah) yang memiliki gain yang sangat tinggi,
biasanya dalam orde 100 000 atau lebih, yang dikemas dalam bentuk IC pada sebuah chip silikon.
Op-amp ini mempunyai dua masukan, yang dikenal sebagai masukan pembalik (–) dan masukan
nonpembalik (+). Sebagai tambahan, terdapat pula terminal masukan untuk catu tegangan negatif, catu
tegangan positif, Berta dua buah masukan yang disebut sebagai offset null untuk keperluan
pengoreksian terhadap perilaku non-ideal penguat. Gambar 2.75 menunjukkan hubungan-hubungan pin
untuk penguat operasional 741, lengkap dengan simbol komponen untuk op-amp itu sendiri. Pada simbol yang
digambarkan, tanda + mengindikasikan masukan nonpembalik, sedangkan tanda – mengindikasikan masukan
pembalik.

Penguat operasional merupakan elemen yang banyak digunakan dalam rangkaian-rangkaian


pengondisian dan pemrosesan sinyal. Beberapa contoh Yang akan dipaparkan di bawah ini menunjukkan
beberapa contoh rangkaian tersebut.
Gambar 2.76 memperlihatkan hubungan penguat yang difungsikan sebagai penguat pembalik, yaitu
bentuk rangkaian penguat yang menghasilkan keluaran yang merupakan kebalikan dari masukan yang
diberikan, dalam hal ini disebut sebagai berbeda fasa 180°. Sinyal masukan diberikan ke terminal masukan
pembalik melalui resistor RI dengan terminal masukan nonpembalik dihubungkan dengan pentanahan. Lintasan
umpan batik diambil dari terminal keluaran op-amp, yang dihubungkan ke terminal masukan pembalik
melalui resistor R,. Penguat operasionalnya memiliki gain tegangan yang sangat tinggi, berkisar 100
000, dan perubahan yang terjadi pada tegangan keluaran rangkaian dibatasi dalam rentang ± 10 V. Jadi
tegangan masukan pada titik X haruslah bernilai antara + 0,0001 V dan – 0,0001 V. Nilai ini dapat
dikatakan sama dengan nol sehingga titik X secara virtual berada pada potensial pentanahan dan
oleh karena itu dikenal sebagai pentanahan virtual. Dengan op-amp ideal yang memiliki gain tak
berhingga, titik X memiliki potensial nol. Beda potensial pada R I adalah (V in – V x ). Oleh karena itu,
untuk op-amp ideal dengan gain tak berhingga, sehingga V x = 0, potensial masukan Vi,, dapat
dipandang sebagai potensial pada resistor RI. Jadi:

Vi. = IIRI
Penguat operasional memiliki nilai impedansi yang sangat tinggi di antara terminal-terminal masukannya;
untuk op-amp tipe 741, impedansi ini bernilai sekitar 2 MQ. Jadi secara virtual tidak akan ada arus yang
mengalir ke dalam
op-amp melalui titik X. Untuk op-amp ideal, nilai impedansi masukannya dianggap tak berhingga,
sehingga tidak ada arus yang mengalir ke dalam terminal masukan penguat melalui titik X. Jadi,
karena arus yang masuk ke titik X pasti sama dengan arus yang keluar dari titik X, maka arus I, yang
mengalir melalui resistor R, pasti sama dengan arus yang mengalir melalui resistor R 2 . Beda potensial
antara terminal-terminal resistor R, adalah (Vx – o u t ), dan karena untuk penguat ideal V x sama
dengan nol, maka beds potensial antara terminal-terminal resistor R, adalah –Vo,,t. Jadi:

Pembagian terhadap kedua persamaan ini akan menghasilkan perbandingan tegangan keluaran terhadap
tegangan masukan, atau dikenal sebagai gain tegangan rangkaian. Jadi:

Dengan demikian gain tegangan rangkaian semata-mata ditentukan oleh nilai-nilai relatif R, dan RP Tanda
negatif mengindikasikan bahwa sinyal keluaran merupakan kebalikan atau berbeda fasa 180' dari sinyal
masukannya.
Untuk mengilustrasikan hal tersebut di atas, tinjaulah sebuah rangkaian penguat pembalik yang
memiliki resistansi 10 kQ pada jalur terminal masukan pembaliknya serta resistansi umpan balik sebesar
100 kQ. Gain tegangan rangkaian adalah:

Gambar 2.77 menunjukkan penguat operasional yang dihubungkan dalam konfigurasi penguat
nonpembalik. Karena penguat operasional memiliki impedansi masukan yang sangat tinggi, maka
secara virtual tidak akan ada arus yang mengalir masuk ke dalam terminal masukan. Tegangan
masukan terminal pembalik adalah Vi,,. Karena secara virtual tidak arus yang mengalir melewati penguat
operasional di antara kedua terminal masukannya, maka tidak akan terdapat beda potensial di antara
keduanya. Jadi, untuk penguat operasional ideal, terdapat relasi V X = V i,,. Tegangan keluaran
dibangkitkan oleh arus 1 yang mengalir dari titik pentanahan melalui R, dan R,. Jadi:

Tetapi titik X berada pada potensial Vi,, sehingga beda potensial pada resistor umpan balik R, adalah (Vin –
Vo,,t), dan didapat relasi:

Salah satu konfigurasi dari rangkaian penguat yang cukup sering digunakan adalah yang mempunyai
loop umpan balik berupa rangkaian hubung singkat, yaitu R, = 0. Gain tegangannya dengan demikian
akan sama dengan 1. Dalam hal ini, tegangan masukan rangkaian akan menghadapi nilai resistansi
yang besar; nilai resistansi masukan dari suatu komponen penguat operasional seperti 741 misalnya,
berkisar antara 2 MQ. Namun demikian, resistansi di antara terminal keluaran dan jalur pentanahan
jauh lebih kecil, biasanya bernilai 75 Q. Jadi resistansi untuk rangkaian yang mengikutinya relatif
bernilai lebih kecil dibandingkan dengan resistansi masukan rangkaian, sehingga tidak akan
memberi pengaruh yang besar. Bentuk rangkaian penguat semacam ini dikenal dengan Hama
rangkaian pengikut tegangan dan biasanya digunakan untuk sensor yang mensyaratkan impedansi masukan
tinggi, contohnya sensor piezoelektrik.

Gambar 2.78 memperlihatkan bagaimana suatu rangkaian penguat pembalik standar dapat
digunakan sebagai konverter arus-ke-tegangan. Titik X adalah titik pentanahan virtual. Jadi, setiap
arus masukan harus mengalir melewati resistor umpan balik R,. Oleh karena itu, jatuh tegangan
pada komponen R, pasti menghasilkan tegangan keluaran sehingga V ow = –IR2. Dengan demikian,
tegangan keluaran hanyalah arus masukan dikalikan dengan faktor penskalaan R,. Keuntungan metode
konversi arus ke tegangan seperti ini, jika dibandingkan dengan hanya melewatkan arus melalui
resistor dan mengambil potensial yang terbangkitkan padanya, adalah adanya impedansi tinggi pada
masukan sehingga tidak akan muncul masalah pembebanan.
Dalam praktiknya, sering kali muncul situasi di mana sinyal keluaran yang dibutuhkan adalah
sinyal arus yang akan digunakan untuk menggerakkan suatu piranti elektromekanis seperti relay, atau
mungkin juga digunakan untuk menghasilkan tampilan pada suatu suatu alai ukur kumparan putar. Konverter
tegangan-ke-arus seperti ini dapat diperoleh dari rangkaian penguat pembalik dasar dengan peranti yang
dilalui oleh arus yang diinginkan adalah resistor umpan baliknya (Gambar 2.79). Karena titik X
merupakan pentanahan virtual, maka beda potensial pada resistor R, adalah V i,, dan arus yang
melewatinya adalah IP Oleh karena itu I, = V i,,/RI. Arus yang melalui komponen R, adalah Ii . tegangan
masukan dikonversi menjadi arus I, melalui resistor umpan balik dengan nilai yang dirumuskan
sebagai Vin/R1.

Gambar 2.80 memperlihatkan bagaimana sebuah op-amp dapat digunakan sebagai penguat diferensial,
yang memperkuat selisih antara dua sinyal masukan. Karena penguat op-amp mempunyai impedansi
tinggi di antara terminal-terminal masukannya, maka secara virtual tidak ada arus yang mengalir melalui op-
amp di antara kedua terminal masukannya. Jadi tidak ada beda potensial di antara kedua terminal masukan,
dan oleh karena itu keduanya berada pada potensial yang sama yaitu X. Tegangan V2 adalah tegangan pada
resistor serf Ri dan R,. Jadi terdapat sebuah rangkaian pembagi tegangan dengan besar potensial pada
masukan nonpembalik yang sama dengan potensial pada titik X yaitu V, sebagai:

Arus yang melewati resistor umpan balik pasti sama dengan arus yang mengalir dari V, melewati
RP Jadi:

Persamaan di atas dapat disusun ulang untuk menghasilkan:

Dan dengan mensubstitusikan V x dari persamaan sebelumnya, maka diperoleh:

Jadi keluaran berbanding lurus dengan selisih atau beda tegangan di antara kedua terminal
masukannya. Rangkaian semacam ini dapat digunakan bersama-sama dengan sebuah
termokopel untuk memperkuat selisih g.g.l di antara sambungan panas dan dingin. Misalkan diinginkan
keluaran sebesar I mV/'C. Dengan termokopel konstantan-besi dengan sambungan dingin 0°C g.g.l
yang dibangkitkan di antara sambungan panas dan dingin adalah sekitar 53 µV/°C. Jadi, untuk selisih
temperatur 1°C di antara kedua sambungannya, persamaan di atas jadi:
maka didapat R.,/R,= 18,9. Jadi jika resistansi R, adalah 10 W, maka R, pasti 189 kQ.

Penguat diferensial merupakan bentuk paling sederhana dari apa yang kerap disebut sebagai
penguat instrumentasi. Bentuk lain yang lebih umum digunakan terdiri dari tiga bush penguat
operasional (Gambar 2.81). Rangkaian semacam ini tersedia sebagai IC tunggal. Rangkaian tingkat
pertama melibatkan penguat A, dan A,. Tingkat rangkaian ini akan memperkuat kedua sinyal
masukan tanpa meningkatkan tegangan mode common-nya, sebelum penguat A 3 digunakan untuk
memperkuat sinyal diferensialnya. Penguatan diferensial yang dihasilkan oleh A, dan A, adalah
(R, + R, + R 3 )/ R,, sedangkan yang dihasilkan penguat A 3 adalah R 5 1R 4 , sehingga penguatan
seluruhnya adalah perkalian antara kedua penguatan ini. Gain total biasanya didapat dengan cars
mengatur nilai R ,. Umumnya rangkaian memiliki karakteristik R 2 = R3, R4 = R6 dan R5 = R7.

Suatu rangkaian penguat muatan menghasilkan tegangan keluaran yang berbanding lurus dengan
muatan yang tersimpan pada suatu peranti yang terhubung ke terminal-terminal masukannya.
Rangkaian penguat ini sangat banyak digunakan bersama-sama dengan sensor-sensor kristal
piezoelektrik. Pads dasarnya, rangkaian penguat muatan dapat dipandang sebagai sebuah op-amp
dengan sebuah kapasitor pada jalur umpan baliknya (Gambar 2.82). Beds potensial pada kapasitor
adalah (v x – vo,,t), dan karena v x pada dasarnya nol, sebagai pentanahan virtual, maka beds potensial
kapasitor adalah –vo.t. Muatan pada kapasitor ini adalah Cv,, ut dan arus yang melewatinya adalah
laju perpindahan muatan yaitu –Cdv O ,,,1dt. Tetapi arus ini besarnya sama dengan arus yang
disuplai sensor' yaitu dq/dt, di mans q adalah muatan sensor. Jadi, –Cdv out /dt = dq/dt dan
tegangan keluaran adalah –(1/C) kali muatan sensor.
2.9.8 Konverter tekanan-ke-arus

Sistem-sistem kendali umumnya merupakan sistem listrik sehingga jika hendak mengendalikan
besaran-besaran mekanis seperti misalnya tekanan, maka tekanan ini perlu dikonversi menjadi
arus listrik. Gambar 2.83 menunjukkan prinsip dasar dari konverter semacam ini. Tekanan masukan
akan mengakibatkan bellow memanjang dan menghasilkan gaga yang menggeser posisi ujung batang
pivot. Pergerakan batang pivot ini akan mengakibatkan pergerakan inti dari transformator diferensial
variabel linear (LVDT) yang membangkitkan keluaran listrik yang diperkuat. Arus yang
dibangkitkan kemudian dilewatkan pada sebuah kumparan kawat (solenoida). Arus melalui solenoida ini
akan membangkitkan medan magnetik yang digunakan untuk menarik ujung dari batang pivot
agar membawa batang ini kembali ke posisi horisontalnya semula. Ketika batang pivot ini
kembali ke posisinya, arus solenoida yang mempertahankan batang pada posisi ini diambil sebagai
ukuran dari tekanan masukan yang diberikan.

2.10 Transimisi sinyal Sinyal-sinyal pengukuran kerap kali harus ditransmisikan dari titik
pengukuran ke unit penampil dan/atau unit kendali proses melalui jarak yang cukup jauh. Untuk itu,
terdapat beberapa metode transmisi yang digunakan seperti:

1 Transmisi tegangan analog


Sinyal-sinyal tegangan analog dapat mengalami kerusakan disebabkan oleh berbagai macam
induksi gangguan. Di samping itu, resistansi dari kabel-kabel penghubung jugs dapat mengakibatkan
terjadinya peredaman tegangan; jatuh tegangan pada sisi keluaran dikurangi oleh jatuh tegangan yang
timbul pada resistansi saluran (Gambar 2.84). Efek-efek semacam
ini dapat direduksi melalui penggunaan penguat sinyal serta perlindungan kabel-kabel
penghubung. Namun, karena masalah-masalah ini, sinyal-sinyal analog jarang
digunakan untuk transmisi jarak jauh.
Transmisi loop arus

Redaman yang terjadi dalam transmisi tegangan dapat diminimalkan jika sinyal-
sinyalnya ditransmisikan sebagai sinyal-sinyal arus yang berubahubah. Bentuk
transmisi sinyal seperti ini dikenal dengan istilah transmisi loop arus dan
menggunakan arus dengan besaran berkisar antara 4 mA sampai 20 mA untuk
merepresentasikan level-level dari sinyal analog. Level 4 mA, dan bukannya 0 mA,
digunakan untuk mengindikasikan level sinyal nol, karena jika tidak demikian, tidak
mungkin untuk membedakan antara sinyal bernilai nol dengan kondisi saluran transmisi
yang terputus. Gambar 2.85 memperlihatkan bentuk dasar dari transmisi loop arus ini
di mana sinyal yang berasal dari sensor dikonversi menjadi sinyal arus dengan
menggunakan sebuah konverter tegangan- ke-arus, seperti pada Gambar 2.79, untuk
selanjutnya ditransmisikan dan kemudian dikonversi menjadi sinyal tegangan pada unit
penampil.

Aplikasi
RS-232 merupakan standar antarmuka data serial yang digunakan secara luas di mana karakteristikkarakteristik sinyal listrik
seperti level tegangan, bentuk soket dan plug untuk interkoneksi serta rangkaianrangkaian interchange semuanya telah
ditentukan. Karena RS-232 dibatasi untuk penggunaan jarak yang kurang dari 15 m, standar lain seperti RS-485
cenderung digunakan pada berbagai sistem kendali dengan jarak mencapai hingga 1200 m.

3 Sinyal-sinyal tegangan digital


Sinyal-sinyal digital dapat ditransmisikan melalui suatu saluran transmisi dengan menggunakan
komunikasi serial atau paralel. Dengan komunikasi serial, urutan bit-bit yang digunakan untuk
menggambarkan suatu nilai dikirim secara berurutan melalui saluran transmisi tunggal. Dengan
metode transmisi paralel, masing-masing bit dikirim melalui saluran transmisi paralel terpisah.
Untuk komunikasi jarak jauh, metode yang umum digunakan adalah komunikasi serial.
Untuk mentransfer data, balk pengirim dan penerima harus sesuai dengan pola-pola digital
biner yang ditransmisikan. Kumpulan karakter yang paling umum digunakan adalah American
Standard Code for Information Interchange (ASCII) yang menggunakan tujuh buah bit untuk
merepresentasikan setiap karakter (Tabel 2.2). Format yang digunakan untuk pengiriman data
semacam ini harus di standard isas i. Sebagai contoh, dengan transmisi serial RS-232, digunakan
deretan 10 bit di mana bit pertama merupakan awal dari sinyal pesan, lalu tujuh bit berikutnya
untuk data, bit pasangan untuk mengidentifikasikan apakah terdapat error dalam proses transmisi, serta
sebuah bit terakhir untuk mengindikasikan akhir dari pesan.

Transmisi sinyal digital memiliki sate keuntungan besar jika dibandingkan dengan transmisi sinyal
analog yaitu efek-efek rusaknya sinyal dapat jauh dikurangi. Dengan transmisi digital, pengkodean
error digunakan untuk mendeteksi apakah efek perusakan sinyal terjadi. Hal ini dilakukan dengan
menambahkan bit-bit tambahan terhadap deretan bit-bit yang digunakan untuk merepresentasikan nilai dan
bit-bit tambahan ini sekaligus merupakan nilai-nilai pemeriksa yang tidak akan terhitung bersama-sama

dengan bit-bit yang diterima, apabila korupsi sinyal telah terjadi sehingga penerima dapat meminta
pengiriman ulang. Sebagai contoh, urutan 1010 dapat ditransmisikan clan kerusakan yang terjadi
menyebabkan diterimanya bilangan 1110. Untuk mendeteksi error-error semacam ini, salah satu alai
untuk memeriksanya adalah dengan menggunakan sebuah bit parity yang ditambahkan pada proses
transmisinya. Dengan parity genap, bit dipilih sedemikian rupa sehingga total angka 1 dalam
transmisi, termasuk bit parity, merupakan bilangan genap. Dengan demikian bilangan 1010 akan
ditransmisikan sebagai 10100. Jika bilangan ini rusak clan diterima sebagai 11100, maka bit parity
akan menunjukkan bahwa terdapat error.

4 Transmisi pneumatik
Transmisi pneumatik melibatkan pengonversian keluaran sensor menjadi sebuah tekanan pneumatik
dalam rentang 20 sampai 100 kPa atau 20 hingga 180 kPa. Batas bawah menunjukkan sinyal sensor nol
dan memungkinkan nilai nol dibedakan dengan kondisi rangkaian yang terputus. Sinyal-sinyal tekanan
semacam ini selanjutnya dapat ditransmisikan melalui pipa plastik atau logam, dengan batas jarak
sekitar 300 m karena adanya keterbatasan kecepatan tanggap pada jarak-jarak yang lebar.

5 Transmisi serat-optik
Serat optik merupakan sebuah konduktor cahaya yang berbentuk serat panjang di mana
cahaya yang dapat ditransmisikan di dalamnya dipantulkan oleh sisi-sisi serat (Gambar
2.86). Sumber cahaya yang digunakan adalah LED atau dioda laser semikonduktor. Sinyal-
sinyal listrik digital dikonversikan menjadi pulsa-pulsa cahaya yang berjalan di dalam serat
sebelum dideteksi oleh sebuah fotodioda atau fototransistor dan dikonversikan kembali menjadi
sebuah sinyal listrik. Serat optik memiliki beberapa keuntungan yaitu kebal terhadap interferensi
gelombang elektromagnetik, data dapat. ditransmisikan dengan rugi-rugi yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan kabel listrik, berukuran lebih kecil clan ringan daripada kabel tembaga,
Berta lebih tahan terhadap area-area berbahaya.

2.10.1 Derau
Istilah derau (noise) dalam konteks ini digunakan untuk menyatakan sinyal-sinyal yang tak
diinginkan yang dapat diambil oleh suatu sistem pengukuran dan• bersifat menginterferensi sinyal
yang diukur. Ada dua tipe dasar derau listrik yaitu:
1 Interferensi
Derau ini diakibatkan oleh interaksi antara medan listrik dan magnetik eksternal dengan
rangkaian sistem pengukuran, misalnya rangkaian mendapat interferensi dari rangkaian days
utama di dekatnya.
2 Derau acak
Derau ini diakibatkan oleh pergerakan acak elektron clan pembawa muatan yang lain di dalam
komponen clan ditentukan oleh sifat-sifat fisika dasar dari komponen-komponen di dalam sistem.

Interferensi terdiri dari tiga jenis yaitu:


1 Kopling induktif
Arus yang berubah pada suatu rangkaian yang berada di dekatnya akan

membangkitkan medan magnet yang dapat menginduksikan g.g.1 sebagai akibat dari induksi
elektromagnetik pada konduktor-konduktor sistem pengukuran.
2 Kopling kapasitif
Kabel daya, pentanahan, dan konduktor-konduktor yang berada sating berdekatan di dalam suatu sistem
pengukuran dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik, udara. Oleh karena itu ada kapasitansi antara kabel
daya dan konduktor, Berta antara konduktor dan pentanahan. Kapasitor-kapasitor ini menggandeng
konduktor-konduktor sistem pengukuran pada sistemsistem yang lain, sehingga sinyal pada sistem lain
yang mempengaruhi muatan-muatan dalam kapasitor ini akan dapat menghasilkan interferensi dalam
sistem pengukuran.

3 Pentanahan berganda
Jika sistem pengukuran memiliki lebih dari sebuah hubungan ke pentanahan, maka
kemungkinan akan muncul permasalahan-permasalahan mengingat mungkin terdapat beda potensial
antara titik-titik pentanahan. Jika hat ini terjadi, arcs interferensi dapat muncul dalam sistem pengukuran
yang bersangkutan.
Beberapa metode untuk mengurangi efek interferensi adalah:
1 Pasangan kawat terpilin
Metode ini menggunakan pasangan kawat terpilin untuk menghubungkan elemen-elemen sistem
pengukuran (Gambar 2.87). Medan magnet yang berubah akan menginduksikan g.g.l pada
masing-masing loop, tetapi karena efek pemilinan, maka arah dari g.g.l pada satu loop akan berlawanan
dengan arah g.g.l pada loop berikutnya, sehingga akan sating meniadakan.

2 Tabir elektrostatik
Gandengan kapasitif dapat dihindari dengan membungkus seluruh sistem di dalam tabir logam yang
ditanahkan. Akan tetapi permasalahan dapat muncul bila pada sistem terdapat pentanahan
berganda. Kabel koaksial dapat memberi efek pentabiran hubungan antar-elemen sistem, tetapi
kabel harus ditanahkan hanya pada satu titik jika pentanahan berganda hendak dihindari.
3 Pentanahan tunggal
Masalah pentanahan berganda dapat dihindari bila ada hanya satu titik pentanahan tunggal.
4 Penguat diferensial
Penguat diferensial dapat digunakan untuk memperkuat selisih antara dua sinyal. Jadi, jika kedua
sinyal mengandung interferensi yang sama, maka keluaran dari penguat tidak akan
memperkuat sinyal-sinyal interferensi.
5 Filter atau penyaring
Sebuah filter dapat dipilih yang bisa mentransmisikan sinyal pengukuran tetapi menolak sinyal-sinyal
interferensi.

2.11 Sistem Cerdas Suatu sistem pengukuran dapat terjadi di mana sensor dan
pemrosesan sinyal seperti penguatan dan konversi analog-ke-digital
dijalankan dengan
11 11 t , XT
;- 11 11 ini
komponen-komponen yang terpisah Namun, komponen - komponen ini
Bering.

kali tergabung dalam suatu kemasan rangkaian terintegrasi tunggal. Tetapi,


keluaran dari sistem-sistem seperti ini wring memerlukan pemrosesan data
lebih lanjut dan menghasilkan kombinasi sensor, pemrosesan sinyal dan
mikroprosesor yang membentuk suatu pemrosesan 'cerdas'terhadap masukan-
masukan sensor yang disebut sebagai sensor cerdas. Sensor yang dilengkapi
dengan mikroprosesor dapat memiliki berbagai fungsi seperti kompensasi
error acak, kalkulasi otomatis akurasi pengukuran, kalibrasi mandiri otomatis,
pengaturan/penyesuaian non-linearitas untuk menghasilkan keluaran linear
dan diagnosis error mandiri.

Sensor cerdas memiliki kemampuan untuk 'berbicara', `mendengarkan',


dan berinteraksi dengan data.

Pemrosesan cerdas ini paling mungkin dilakukan melalui penggunaan mikro-


prosesor.
Pada suatu bangunan proses terdapat banyak sensor cerdas yang masing-
masing memberikan informasi yang harus diumpankan kembali ke suatu
panel kendali. Untuk menghindari penggunaan kabel-kabel terpisah bagi
setiap sensor dalam mentransmisikan datanya, maka dapat digunakan sistem
bus. Bus merupakan jalur lintasan bersama bagi sinyal yang digunakan untuk
menghubungkan komponen-komponen. Jadi setiap sensor akan menempatkan
informasinya pada jalur lintasan bersama untuk ditransmisikan ke panel kendali.
Protokol komunikasi Hart banyak digunakan untuk transmisi semacam ini.
Sinyal digital dari sebuah sensor cerdas akan ditumpangkan pada sebuah
sinyal loop arus analog 4-20 mA. Dengan protokol ini, 0 direpresentasikan
oleh frekuensi 2200 Hz dan 1 direpresentasikan oleh frekuensi 1200 Hz, dan
ini ditumpangkan pada sinyal d.c. (searah) untuk menghasilkan transmisi
digital dan analog simultan. Laju transfer data digital adalah 1200 bit/s.
Sebuah master, seperti misalnya terminal unit penampil, mengirimkan pecan
permintaan data kepada suatu peranti, peranti ini akan menginterpretasikannya
dan membalasnya dengan data.
2.12 Elemen-elemen Elemen-elemen yang dapat digunakan untuk menampilkan data dapat
penampil data diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu Indikator, penampil iluminatif,
dan perekam (recorder). Indikator dan penampil iluminatif memberikan
indikasi visual sesaat dari variabel-variabel yang diindera, sedangkan perekam
mencatat sinyal keluaran pada suatu periode waktu tertentu dan secara
otomatis menghasilkan catatan permanen. Perekam merupakan pilihan yang
paling tepat jika peristiwanya terjadi dengan sangat cepat, atau merupakan
peristiwa trans ien/pe ral i han yang tidak dapat diikuti oleh pengamat, ataupun
terdapat jumlah data yang besar, atau sangat penting untuk memiliki catatan
data. Berikut ini disajikan beberapa catatan singkat mengenai beberapa
karakteristik dari metode-metode presentasi atau penampilan data yang lazim
digunakan.

2.12.1 Indikator
Alat ukur kumparan putar merupakan sebuah elemen penampil data analog
yang terdiri dari sebuah jarum penunjuk yang bergerak sepanjang skala tertentu.
Bentuk dasarnya adalah mikroamperemeter d.c. (searah) dengan resistansi
paralel, pengali, dan penyearah yang digunakan untuk mengonversikan rentang
pengukuran arus searah dan bolak-balik yang lain, serta tegangan searah dan
tegangan bolak-balik. Untuk arus dan tegangan bolak-balik, penggunaan
instrumen ini dibatasi pada frekuensi antara 50 Hz sampai 10 kHz. Tingkat
akurasi keseluruhannya mencapai kisaran ± 0,1 sampai ± 5%. Waktu yang
dibutuhkan alat ukur kumparan putar untuk mencapai defleksi yang mantap
biasanya hingga sekitar beberapa detik. Nilai resistansi alat ukur yang rendah
berpotensi menimbulkan masalah pembebanan.

2.12.2 Penampil iluminatif


Sistem-sistem penampil iluminatif yang biasa digunakan umumnya menggunakan dioda
emisi cahaya (LED, light-emitting diode) atau penampil kristal cair (LCD, liquid crystal ystal display).
LED membutuhkan tegangan dan arus yang kecil untuk mengemisikan cahaya dan murah. LED
yang umum digunakan dapat menghasilkan cahaya merah, kuning atau hijau. Istilah penampil
alfanumerik digunakan untuk unit penampil yang dapat menampilkan huruf alfabet dan angka. Dua tipe
unit penampil alpanumerik dasar yang umum digunakan adalah unit penampil segmen dan dot
matriks. Unit penampil 7-segmen (Gambar 2.88(a)) merupakan bentuk yang umum. Dengan
mengiluminasi segmen-segmen tampilan yang berbeda, maka dapat diperoleh hampir semua bentuk
angka serta beberapa huruf yang berbeda. Sebagai contoh, untuk membentuk angka 2, maka
segmen a, b, d, e dan g diiluminasi. Dengan display dot matriks 5 x 7 (Gambar 2.88(b)), seluruh
angka dan karakter alfabet dapat diperoleh dengan mengiluminasi segmen- segmen yang berbeda
pada susunan persegi panjang.
LED juga dapat disusun dalam format lain. Sebagai contoh, LED dapat disusun dalam bentuk
batang memanjang di mana panjang dari batang yang teriluminasi menunjukkan ukuran dari suatu
besaran (Gambar 2.89). Speedometer merupakan salah satu contoh instrumen yang menggunakan
bentuk penampil semacam ini.
Unit penampil kristal cair tidak menghasilkan cahaya sendiri tetapi menggunakan cahaya
yang dipantulkan, serta dapat disusun dalam segmen- segmen seperti halnya LED yang telah
ditunjukkan di atas. Segmen-segmen kristal berada di atas pelat pemantul (Gambar 2.90). Ketika suatu
medan listrik dikenakan pada kristal, cahaya tidak akan melewatinya lagi sehingga tidak akan ada
cahaya yang dipantulkan. Segmen tersebut akan terlihat gelap.

Aplikasi
Salah satu contoh instrumen yang menggunakan unit penampil LED atau kristal adalah voltmeter digital. Instrumen
ini memberikan pembacaan dalam bentuk deretan angka dan pada dasarnya merupakan unit sample dan hold yang
menyuplai sebuah konverter analog-ke-digital dengan keluaran digitalnya dicacah dan hasil cacahannya
ditampilkan (Gambar 2.91). Instrumen ini memiliki resistansi tinggi, sekitar 10 MO, sehingga efek pembebanan
lebih kecil daripada alai ukur kumparan putar yang memiliki resistansi lebih rendah. Unit sample dan hold
berfungsi mengambil sampel sehingga spesifikasi laju sampel instrumen menyatakan waktu yang diperlukan
instrumen untuk memroses sinyal dan memberikan pembacaan. Jadi, jika tegangan masukan berubah pada suatu laju
tertentu yang menghasilkan perubahan signifikan selama waktu pencuplikan (sampling), maka dapat terjadi error
pada pembacaan voltmeter.
Unit penampil layar lebar, disebut sebagai unit penampil visual, VDU (Visual Display Unit), pada
dasarnya merupakan sebuah tabung sinar katoda yang digunakan untuk menampilkan data alfanumerik,
grafik, dan gambar. Tabung sinar katoda (Gambar 2.92) terdiri dari sebuah senapan elektron yang
menghasilkan berkas elektron terpusat serta sistem defleksi. Berkas elektron dalam tabung sinar katoda
akan dibelokkan atau didefleksikan pada sumbu Y oleh beda potensial antara pelat-pelat defleksi Y,
serta pada sumbu X oleh beda potensial yang dikenakan di antara pelat-pelat defleksi X.

Dengan VDU berbentuk raster (semacam pola garis horisontal yang biasa muncul pada layar televisi saat
tidak ada sinyal yang diterima), sinyal-sinyal gigi-gergaji dikenakan pada kedua pelat defleksi X dan Y.
Gambar 2.93 mengilustrasikan prinsip kerjanya. Sinyal Y mengakibatkan berkas elektron bergerak
dengan laju konstan dari sisi atas ke bawah layar sebelum kembali lagi ke atas. Sinyal X mengakibatkan
berkas elektron bergerak dengan laju konstan dari kiri ke kanan layar sebelum kembali lagi ke kiri.
Akibatnya, berkas elektron akan melewati lintasan zig-zag ke arah bawah layar sebelum kembali lagi ke
pojok kiri atas dan kemudian melanjutkan lagi lintasan zig-zagnya ke bawah layar. Selama
perjalanannya menuruni layar, berkas elektron mengalami perubahan kondisi on atau off, dengan
hasil berupa gambar atau karakter yang "terlukis" pada layar. VDU monokrom standar memiliki
tampilan raster 312-jalur.

. Tampilan berbentuk raster yang diilustrasikan pada Gambar 2.93 dikatakan sebagai non-
interlaced, di mana berkas elektron hanya mengikuti sebuah lintasan zig-zag tunggal ke arah bawah
layar. Tampilan interlaced mempunyai dua berkas elektron yang mengikuti pola zig-zag ke arah bawah
layar (Gambar 2.94).
Layar dari unit penampil visual dilapisi dengan sejumlah besar dot fosfor, di mana dot-dot ini
membentuk piksel. Istilah piksel sendiri digunakan untuk dot terkecil yang dapat ditempatkan pada sebuah
peranti penampil. Pembentukan karakter dilakukan melalui iluminasi selektif terhadap piksel piksel ini.
Jadi untuk sebuah matriks 7 kali 5, Gambar 2.95 menunjukkan bagaimana karakter dibentuk oleh
berkas elektron yang bergerak zig-zag ke arah bawah layar.

Data masukan untuk VDU biasanya dalam format digital ASCII (American Standard Code for
Information Interchange), sehingga pada saat berkas elektron menyapu layar, maka berkas elektron
tersebut akan dikenai sinyal on-off yang membentuk "gambar" karakter pada layar. Kode ASCII merupakan
kode 7-bit sehingga dapat digunakan untuk merepresentasikan sebanyak 27 = 128 karakter. Dengan
demikian, seluruh karakter keyboard standar telah tercakup, termasuk jugs beberapa fungsi kontrol
seperti RETURN yang digunakan untuk menyatakan perintah kembali dari ujung suatu baris ke awal
baris berikutnya (lihat Tabel 2.2 untuk daftar kode-kode yang lain).
Osiloskop sinar-katoda merupakan instrumen pengukur-tegangan yang menggunakan sebuah tabung sinar
katoda. Defleksi berkas elektron merupakan ukuran dari tegangan masukan. Instrumen penggunaan-umum
dapat merespons sinyal hingga 10 MHz, sedangkan instrumen-instrumen yang lebih khusus dapat
merespons hingga 1 GHz. Osiloskop berkas-ganda dapat mengamati dua sinyal terpisah secara simultan
pada layar, sementara osiloskop penyimpan dapat mempertahankan tampilan jejak sinyal pada layar setelah
sinyal masukan hilang.

2.12.3 Perekam
Perekam ripe galvanometrik (Gambar 2.96) bekerja atas dasar prinsip yang sama dengan pergerakan
alas ukur kumparan putar. Sebuah kumparan dipasangkan di antara dua bush titik tetap dengan
sebuah kawat suspensi, Berta berada pada suatu medan magnet yang dihasilkan oleh sebuah magnet
permanen. Apabila arus mengalir melewati kumparan, maka torsi akan bekerja pada kumparan ini
sehingga mengakibatkan kumparan ini berputar clan memilin suspensi. Kumparan akan berputar hingga
mencapai suatu sudut putaran di mans torsinya diseimbangkan oleh torsi lawan yang dihasilkan oleh
efek pemilinan suspensi. Rotasi kumparan ini berakibat pada pergerakan sebuah pena pada sebuah kertas
grafik.
Perekam galvanometrik ultraviolet pada dasarnya bekerja dengan prinsip yang sama, tetapi tidak
menggunakan pena untuk merepresentasikan perputaran kumparan. Sebuah cermin ditempelkan pada suspensi
dan memantulkan sebuah berkas cahaya ultraviolet pada kertas sensitif. Ketika kumparan berputar,
suspensi akan terpilin dan cermin ikut berputar sehingga menggerakkan berkas cahaya pada kertas.
Jika perekam analog menghasilkan rekaman data dalam bentuk jejak kontinu, printer digital akan
menghasilkan rekaman data dalam bentuk angka, huruf, ataupun karakter-karakter khusus. Printer sejenis
ini dikenal dengan nama printer alfanumerik. Printer ini dapat berupa printer dot-matriks, ink-jet, ataupun
laser.
Printer dot-matriks memiliki print head 9 atau 24 pin dalam baris vertikal (Gambar 2.97). Setiap pin
dikendalikan oleh sebuah elektromagnet yang saat dinyalakan, pin akan tertekan ke pits karbon
sehingga menghasilkan sebuah titik tinta kecil pada kertas di belakang pica karbon. Karakter-karakter
alfanumerik dibentuk dengan cars menggerakkan print head di kertas dan menembak pin-pin yang
bersesuaian.

Printer ink jet menggunakan tinta konduktif yang disemprotkan melalui sebuah nosel kecil untuk
menghasilkan semburan tetesan tinta. Tetesan tinta dengan diameter yang sangat kecil clan konstan dapat
dihasilkan dengan frekuensi konstan. Pads salah satu jenis printer ini, suatu aliran tinta yang konstan
akan mengalir melalui sebuah tabung dan ditekan oleh sebuah kristal piezoelektrik yang bergetar
pada frekuensi sekitar 100 kHz (Gambar 2.98) sehingga dapat dihasilkan tetesan yang sangat halus. Tipe
yang lain menggunakan sebuah pemanas kecil pada print head dengan tinta beruap
terdapat pada sebuah tabung kapiler sehingga dapat menghasilkan balon- balon gas yang akan
mendorong tetesan tinta keluar (Gambar 2.99). Dalam salah satu bentuknya, setiap tetesan tinta yang
dihasilkan akan dilewatkan pada suatu elektroda untuk memberikan muatan listrik. Tetesan-tetesan tinta
bermuatan ini selanjutnya dilewatkan di antara pelat-pelat defleksi yang dapat membelokkan atau
mendefleksikan aliran tetesan dalam arch vertikal. Besarnya efek defleksi yang diberikan akan bergantung
pada besarnya muatan tetesan tinta. Dalam bentuk yang lain, sebuah batang nosel vertikal digunakan
dan setiap semburan dibuat on atau off sesuai keperluan.
Printer laser memiliki drum (tabung) fotosensitif yang dilapisi dengan bahan selenium yang bersifat
sensitif terhadap cahaya (Gambar 2.100). Dalam kondisi gelap, selenium mempunyai nilai resistansi tinggi
dan akan dimuati oleh muatan listrik jika berdekatan dengan kawat penghasil muatan. Kawat ini
dipertahankan pada suatu nilai tegangan tinggi dan akan melepaskan muatan listrik. Berkas cahaya
diatur agar dapat memindai di sepanjang drum dengan menggunakan sebuah cermin bersisi-delapan yang
berputar dan memantulkan cahaya tersebut. Ketika berkas cahaya menimpa bahan selenium, maka resistansi
bahan akan jatuh berkurang sehingga tidak lagi bermuatan. Dengan mengendalikan tingkat kecerahan
cahaya, titik-titik pada drum dapat dipertahankan agar tetap bermuatan atau justru melepaskan muatannya.
Saat drum melewati penampung toner, maka bagian yang bermuatan akan menarik partikel-partikel toner
yang kemudian akan menempel pada permukaannya untuk menghasilkan pola toner pada drum, di mans
terdapat toner pada bagian drum yang terkena cahaya clan tidak ads toner pada bagian drum yang tidak
terkena cahaya. Kertas akan bermuatan jika melewati kawat penghasil muatan, yang disebut sebagai kawat
korona; dan akibatnya, kertas yang berada dekat dengan drum akan menarik toner dari drum. Sebuah roller
pangs selanjutnya digunakan untuk melelehkan partikel-partikel toner sedemikian rupa sehingga setelah lewat
di antara roller, partikel-partikel toner ini akan menempel pada kertas.

Pada peranti perekam magnetik, data disimpan dalam sebuah lapisan bahan magnetik tipis sebagai urutan
area-area yang memiliki kemagnetan berbeda. Bahan magnetik itu dapat berwujud pits atau piringan
magnetik; piringan magnetik banyak dikenal sebagai hard disk atau floppy disk. Gambar 2.101
memperlihatkan prinsip kerja dasar dari sebuah perekam magnetik. Arus perekam dialirkan melewati
kawat kumparan yang dililitkan pada suatu inti feromagnetik. Intl ini memiliki sebuah celah nonmagnetik
kecil. Jarak dekatnya pits atau piringan magnetik terhadap celah berarti bahwa fluks magnetik pada

inti telah tersebar melaluinya. Pita atau piringan magnetik terbentuk dari sebuah bahan plastik yang
dilapisi dengan bubuk feromagnetik. Ketika fluks magnetik melewatinya maka bahan tersebut
termagnetisasi secara permanen. Jadi sebuah rekaman magnetik dapat dihasilkan dari arus yang
mengalir melewati kumparan. Pola magnetisasi pada pica atau piringan magnetik dapat dibaca dengan
melewatkannya pada head yang serupa dengan head yang digunakan dalam proses perekaman.
Pergerakan material termagnetisasi pada head akan mengakibatkan pergerakan fluks magnetik yang
melewati inti head dan induksi elektromagnetik yang terjadi akan menghasilkan aliran arus pada kumparan
yang melilit head.

Soal-soal Latihan P e rt any aan No 1 sampai 19 memiliki empat pilihan jawaban: A, B, C, dan D.
Pilihlah satu jawaban yang benar dari pilihan-pilihan jawaban ini.

Pertanyaan No. I sampai 6 berhubungan dengan informasi berikut.


Keluaran sensor dapat berupa berbagai macam bentuk, yang meliputi perubahan-
perubahan dalam:
A Perpindahan/pergeseran
B Resistansi
C Tegangan
D Kapasitansi
Pilihlah bentuk keluaran dari pilihan di atas yang berkaitan dengan
sensor-sensor berikut ini:
1 Sebuah termokopel yang masukannya adalah perubahan temperatur.
2 Sebuah termistor yang masukannya adalah perubahan temperatur.
3 Sebuah sel tekanan diafragma yang memiliki masukan berupa perubahan beds
tekanan di antara kedua sisi diafragma.
4 LVDT yang masukannya adalah perubahan perpindahan.
5 Strain gauge yang masukannya adalah perubahan panjang.
6 Tabung Bourdon yang masukannya adalah perubahan tekanan.
7 Tentukanlah apakah pernyataan-pernyataan berikut ini Benar (B) atau Salah
(S).
Dalam memilih sebuah sensor temperatur yang digunakan untuk me mantau
perubahan temperatur secara cepat, maka sensor tersebut perlu memiliki:
(i) Kapasitas termal yang rendah.
(ii) Linearitas yang tinggi.
Pilihan TERBAIK untuk menggambarkan kedua pernyataan di atas:
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S C ( i )
S (ii) B
D (i) S (i1) S

8 Sebuah termokopel konstantan-tembaga akan digunakan untuk mengukur temperatur


antara 0 sampai 200°C. G.g.1 (gays gerak listrik) pada 0°C adalah 0 mV, pada
100°C adalah 4,277 mV, clan pada 200°C adalah 9,286 mV. Jika diasumsikan
terdapat relasi linear antara g.g.l clan temperature jangkauan penuh, maka error
non-linearitas pada temperatur 100°C adalah:
A –3,9°C
B –7,9°C C +3,9°C
D +7,9°C
9 Perubahan resistansi dari sebuah strain gauge resistansi listrik dengan faktor gauge 2,0 dan
resistansi 50 Q ketika dikenai regangan sebesar 0,001 adalah:
A 0,0001 Q
B 0,001 Q
C 0,01 Q
D 0,1 Q
10 Sebuah enkoder poros inkremental akan memberikan keluaran yang merupakan ukuran langsung
dari:
A Posisi sudut (angular) absolut poros.
B Perubahan perputaran sudut (angular) poros.
C Diameter poros.
D Perubahan diameter poros.
11 Sebuah sensor tekanan yang terdiri dari sebuah diafragma dengan strain gauge yang ditempelkan
pada permukaannya mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
Jangkauan pengukuran: 0 sampai 1000 kPa
Error non-linearitas: ±0,15% dari jangkauan penuh. Error histeresis: ±0,05% dari
jangkauan penuh.
Total error non-linearitas dan histeresis untuk pembacaan tekanan 200 kPa adalah:
A ±0,2 kPa
B ±0,4 kPa C ±2 kPa
D ±4 kPa
12 Ketinggian air pada sebuah bejana terbuka hendak diukur dengan menggunakan sebuah sel
tekanan diafragma yang dapat merespons beda tekanan antara dasar bejana dan atmosfer.
Kisaran beda tekanan pada diafragma yang harus direspons oleh sel jika ketinggian air dapat
bervariasi antara ketinggian nol di atas titik pengukuran sel dan 1 m di atasnya adalah
(asumsikan percepatan gravitasi sebesar 9,8 m/s 2 dan massa jenis air 1000 kg/m2):
A 102 Pa.
B 102 kPa.
C 9800 Pa.
D 9800 kPa.
13 Tentukan apakah masing-masing pernyataan ini Benar (B) atau Salah (S).
Sebuah sensor pelampung untuk menentukan level air dalam sebuah kontainer memiliki bentuk
silindris dengan massa 1,0 kg, lu gs penampang melintang 20 cm 2 , dan panjang 0,5 m. Sensor ini
mengapung vertical
di dalam air clan akan menekan ke arah atas ke sebuah batang yang ditempelkan pada ujung bagian
atasnya.
(i) Gaya maksimum yang bekerja pada batang adalah 9,8 N.
(ii) Gaya minimum yang bekerja pada batang adalah 8,8 N.
Pilihan TERBAIK untuk menggambarkan kedua pernyataan di atas:
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
14 Sebuah jembatan Wheatstone ketika digunakan sebagai elemen pemroses sinyal akan mempunyai
masukan berupa perubahan resistansi serta keluaran berupa:
A Perubahan resistansi yang lebih besar.
B sinyal digital.
C Tegangan.
D Arus.
15 Resolusi dari sebuah konverter analog-ke-digital dengan panjang bilangan 8 bit dan rentang sinyal analog
masukan 10 V adalah:
A 39 mV.
B 625 mV.
C 1,25 V.
D 5 V.
16 Sebuah sensor menghasilkan keluaran analog maksimum sebesar 5 V. Panjang bilangan yang diperlukan
oleh sebuah konverter analog-ke-digital jika resolusinya sebesar 10 mV adalah:
A 500 bit.
B 250 bit.
C 9 bit.
D 6 bit.
17 Tentukan apakah masing-masing pernyataan berikut ini Benar (B) atau Salah (S).
Suatu rangkaian kompensator sambungan dingin dapat digunakan bersamasama dengan sebuah termokopel
jika rangkaian ini:
(i) Tidak mempunyai sambungan dingin.
(ii) Mempunyai sambungan dingin pada temperatur lingkungan.
Pilihan TERBAIK untuk menggambarkan kedua pernyataan di atas:
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
18 Tentukan apakah masing-masing pernyataan berikut ini Benar (B) atau Salah (S).
Suatu elemen penampil data dengan masukan yang dapat menghasilkan pergerakan alas penunjuk
(pointer) pada suatu Skala tertentu merupakan sebuah contoh dari:
(i) Unit penampil berbentuk analog.
(ii) Unit penampil berbentuk indikator.
Pilihan TERBAIK untuk menggambarkan kedua pernyataan di atas:
A (i) B (ii) B
B (i) B (ii) S
C (i) S (ii) B
D (i) S (ii) S
19 Sensor manakah yang dapat digunakan dalam beberapa situasi berikut ini:
(a) Untuk memonitor laju aliran air di sepanjang pipa dan menghasilkan sebuah sinyal listrik yang
memiliki relasi dengan laju aliran.
(b) Untuk memonitor tekanan di dalam sebuah pipa udara bertekanan dan menghasilkan tampilan
visual dari tekanan yang dipantau.
(c) Untuk memonitor pergeseran sebuah batang dan menghasilkan keluaran sinyal tegangan.
(d) Untuk memonitor perubahan temperatur yang terjadi secara cepat.
20 Tipe elemen prosesor sinyal apakah yang dapat digunakan untuk keperluan:
(a) mengubah masukan berupa perubahan resistansi menjadi sebuah sinyal tegangan.
(b) mengubah masukan berupa sebuah sinyal tegangan analog menjadi sinyal digital.
21 Sebuah potensiometer dengan resistansi per satuan panjang lintasan (track) yang seragam mempunyai
panjang lintasan 100 mm. Komponen ini digunakan pada suatu rangkaian dan keluarannya diukur
dengan sebuah instrumen yang memiliki resistansi 10 M. Tentukanlah nilai resistansi potensiometer
yang diperlukan jika diinginkan agar error maksimum yang terjadi tidak melebihi 1% dari
pembacaan Skala-penuh.

22 Sebuah kumparan resistansi platinum mempunyai resistansi 100 Q pada 0°C. Jika koefisien
temperatur resistansinya sama dengan 0,0039 K-', maka tentukanlah perubahan resistansi yang akan
terjadi apabila temperatur naik hingga 30°C.

23 Sebuah termometer resistansi platinum memiliki resistansi 100,00 Q pada 0°C; 138,50 Q pada I00°C
dan 175,83 Q pada 200°C. Berapakah error non-linearitas pada 100°C jika diasumsikan terdapat
hubungan linear antara 0°C dan 200°C?

24 Sebuah strain gauge resistansi listrik mempunyai resistansi 120 Q dan faktor gauge 2,1.
Berapakah perubahan resistansi yang terjadi jika strain gauge ini mengalami regangan
uniaksial 0,0005 pada arch panjangnya?

25 Sebuah sensor kapasitif terdiri dari dua pelat sejajar dengan medium udara. Masing-masing pelat
memiliki luas 1000 mm 2 dan terpisah oleh jarak 0,3 mm. Tentukan besarnya sensitivitas
pergeseran jika konstanta dielektrik udara adalah 1,0006.

26 Sebuah sensor kapasitif terdiri dari dua pelat sejajar dengan medium udara. Masing-masing
pelat memiliki luas 50 mm 2 dan terpisah oleh jarak 1 mm. Sebuah lembaran material dielektrik
dengan ketebalan 1 mm dan luas 50 mm2 dapat digeser-geserkan di antara kedua pelat ini. Konstanta
dielektrik material adalah 4, sedangkan untuk udara diasumsikan
sama dengan 1. Tentukanlah kapasitansi sensor ketika lembaran tersebut digeser sedemikian rupa
sehingga hanya setengah bagiannya saja yang berada di antara kedua pelat.
27 Sebuah termokopel konstantan-krom mempunyai sambungan dingin pada suhu 20°C. Berapakah g.g.l
termolistrik ketika sambungan pangs ada pada suhu 200°C? Untuk termokopel ini, pembacaan tabel
memperlihatkan, bahwa pada 0°C g.g.l yang dibangkitkan sebesar 0,000 mV, pada 20°C sebesar
1,192 mV, pada 200 T sebesar 13,419 mV.

28 Sebuah termokopel konstantan-besi yang mempunyai sambungan dingin pada 0°C hendak digunakan
untuk pengukuran temperatur antara 0°C dan 400°C. Berapakah error non-linearitas pada 100°C, dalam
bentuk persentase terhadap pembacaan skala penuh, jika untuk jangkauan pengukuran penuhnya
diasumsikan terclapat hubungan yang bersifat linear ? Untuk termokopel ini, pembacaan tabel
memperlihatkan bahwa pada 0°C g.g.l yang dibangkitkan sebesar 0,000 mV, pada 100°C sebesar
5,268 mV, pada 400°C sebesar 21,846 mV.

29 Tunjukkan bahwa tegangan keluaran dari sebuah jembatan Wheatstone dengan sebuah strain gauge
pada salah satu lengan jembatan clan lenganlengan yang lain memiliki resistansi yang nilainya
sama seperti halnya strain gauge yang tidak mengalami regangan, yaitu sama dengan 1 / 4 Y5GE,
di mana Vs adalah tegangan catu yang dikenakan pada rangkaian jembatan, G adalah faktor gauge dari
strain gauge dan c adalah regangan yang bekerja pada strain gauge.

30 Sebuah jembatan Wheatstone mempunyai sensor temperatur resistansi platinum dengan


resistansi 120 Q pada 0°C di salah satu lengan jembatannya. Pada temperatur ini jembatan
seimbang dengan resistansi masing-masing lengan yang lain sama dengan 120 Q. Berapakah tegangan
keluaran jembatan untuk perubahan temperatur sebesar 20°C? Tegangan catu yang dikenakan ke
rangkaian jembatan adalah 6,0 V dan koefisien temperatur resistansi platinum adalah 0,0039 K-'.

31 Sebuah alas ukur tekanan diafragma menggunakan empat buah strain gauge untuk memantau
pergeseran diafragma yang terjadi. Tekanan berbeda yang dikenakan pada diafragma
mengakibatkan dua strain gauge pada salah satu sisi diafragma mengalami regangan rentang sebesar
1,0 X 10-5, sedangkan dua strain gauge pada sisi lain mengalami regangan kompresi sebesar 1,0 x
10 -5 . Faktor gauge instrumen ini adalah 2,1 dan resistansinya 120 Q yang dihubungkan dalam
hubungan jembatan sedemikian rupa sehingga strain gauge yang mengalami regangan rentang berada
pada lengan 1 dan 3, sedangkan strain gauge yang mengalami regangan kompresi berada pada
lengan 2 dan 4 (Gambar 2.61). Jika tegangan catu jembatan adalah 10 V, maka berapakah tegangan
keluaran rangkaian jembatan ini?

32 Sebuah termokopel menghasilkan g.g.l 820 yV ketika sambungan panasnya berada pada
temperatur 20°C clan sambungan dinginnya pada 0°C. Jelaskan bagaimana sebuah jembatan
Wheatstone dengan elemen resistansi logam dapat digunakan untuk mengompensasi instrumen ini jika
sambungan dingin berada pada temperatur lingkungan, clan bukannya 0 °C! Tentukan parameter-
parameter rangkaian jembatan bila menggunakan
elemen resistansi nikel dengan resistansi 10 Q pada 0°C dan koefisien temperatur resistansi 0,0067 K -1 .
Tegangan catu rangkaian jembatan adalah 2 V.
33 Suatu rangkaian op-amp diperlukan untuk menghasilkan keluaran antara 0 sampai –5 V pada saat
sinyal masukan berubah dari 0 sampai 100 mV. Berapa kali lebih besar resistansi lengan umpan balik
terhadap resistansi masukan?

34 Berapakah resistansi umpan balik yang diperlukan bagi rangkaian penguat pembalik yang diinginkan agar
memiliki gain tegangan 50 dan resistansi masukan 10 kQ?

35 Berapakah resistansi umpan balik yang diperlukan bagi rangkaian penguat nonpembalik yang
diinginkan agar memiliki gain tegangan 50 dan resistansi masukan 10 kQ?

36 Sebuah penguat diferensial diinginkan agar memiliki gain tegangan 100 clan resistansi masukan 1
W. Berapakah nilai resistansi umpan balik yang diperlukan?
37 Sebuah rangkaian penguat diferensial hendak digunakan untuk memperkuat tegangan yang dihasilkan dari
kedua sambungan termokopel. Resistansi masukannya adalah 1 kQ. Berapakah nilai resistansi
umpan balik yang dibutuhkan jika keluarannya adalah sebesar 10 mV dengan beda temperatur di
antara kedua sambungan termokopel sebesar 100 °C? Jenis termokopelnya adalah konstantan-tembaga
dan termokopelnya sendiri dapat diasumsikan menghasilkan keluaran sebesar 43 INX.

38 Berapakah resolusi sebuah konverter analog-ke-digital dengan panjang bilangan 12 bit?


39 Sebuah sensor dapat menghasilkan keluaran analog maksimum sebesar 5 V. Berapakah panjang
bilangan untuk konverter analog-ke-digital yang dibutuhkan jika resolusi yang dikehendaki adalah 10
mV?

40 Berapakah resolusi tegangan sebuah DAC 8-bit apabila masukan Skala penuhnya adalah 5 V?

Anda mungkin juga menyukai