Anda di halaman 1dari 11

4.4.

2 Grafik dan Pembahasan


A. Grafik

Grafik Tumpuan Sederhana satu beban


( Bronze )
4.000
3.500
3.000
δ ( mm )

2.500
δ1
2.000 δmax
1.500 δ2
1.000
0.500
0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.1 Tumpuan sederhana Satu beban (Bronze)

Grafik. 4.2 Tumpuan sederhana Satu beban (Stainless)


Grafik Tumpuan Sederhana Dua Beban
( Stainless )
1.400

1.200

1.000

0.800 δ1
δ ( mm )

δmax
0.600
δ2
0.400

0.200

0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.3 Tumpuan sederhana Dua beban (Stainless)

Grafik Tumpuan Sederhana dua beban


5.000 ( Bronze )
4.500
4.000
3.500
3.000
δ1
δ ( mm )

2.500 δmax
2.000 δ2
1.500
1.000
0.500
0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.4 Tumpuan sederhana Dua beban (Bronze)


Grafik Tumpuan Jepit-jepit satu beban
0.900 ( Bronze )
0.800
0.700
0.600
0.500 δ1
δ ( mm )

0.400 δmax
δ2
0.300
0.200
0.100
0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.5 Tumpuan Jepit-Jepit Satu beban (Bronze)

Grafik Tumpuan Jepit-jepit satu beban


0.250 ( Stainless )

0.200

0.150
δ1
δ ( mm )

δmax
0.100 δ2

0.050

0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.6 Tumpuan Jepit-Jepit Satu beban (Stainless)


Grafik Tumpuan Jepit-jepit dua beban
0.900 ( Bronze )
0.800
0.700
0.600
0.500 δ1
δ ( mm )

0.400 δmax
δ2
0.300
0.200
0.100
0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.7 Tumpuan Jepit-Jepit Dua beban (Bronze)

Grafik Tumpuan Jepit-jepit dua beban


0.250 ( Stainless )

0.200

0.150
δ1
δ ( mm )

δmax
0.100 δ2

0.050

0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.8 Tumpuan Jepit-Jepit Dua beban (Stainless)


Grafik Tumpuan Kantilever beban di ujung
5.000 ( Bronze )
4.500
4.000
3.500
3.000
δ ( mm )

2.500 δ1
2.000 δmax

1.500
1.000
0.500
0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.9 Tumpuan Kantilever beban di ujung (Bronze)

Grafik Tumpuan Kantilever beban di ujung


( Stainless )
14.000

12.000

10.000

8.000
δ ( mm )

δ1
6.000 δmax

4.000

2.000

0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.10 Tumpuan Kantilever beban di ujung (Bronze)


Grafik Tumpuan Kantilever beban di tengah
2.500 ( Bronze )

2.000

1.500
δ ( mm )

δ1
1.000 δmax

0.500

0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.11Tumpuan Kantilever beban di tengah (Bronze)

Grafik Tumpuan Kantilever beban di tengah


0.700
( Stainless )
0.600

0.500

0.400
δ ( mm )

δ1
0.300 δmax

0.200

0.100

0.000
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Beban ( gram )

Grafik. 4.12 Tumpuan Kantilever beban di tengah (Stainless)


B. Pembahasan

1. Tumpuan Sederhana Satu Beban

Dari gambar grafik hubungan antara beban (m) dan defleksi (δ) pada

spesimen Bronze, dimana pada beban (100 - 500 gr) menghasilkan δ

sebesar (0,430 - 2,320 mm), δmax sebesar (0,670 - 3,410 mm), dan δ2

sebesar (0,470 - 2,330 mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar ( 33,32% -

28,05% ), KP2 sebesar (28,57% - 27,29%), dan KP3 Sebesar ( 27,12% -

27,74% ). Pada spesimen Stainless, dimana pada beban (100 - 500 gr)

menghasilkan δ1 sebesar (0,249 - 1,243 mm), δmax sebesar (0,362 - 1,808

mm), dan δ2 sebesar (0,249 - 1,243 mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar

(59,76% - 54,94%), KPmax sebesar (58,51% - 53,53%), dan KP2 Sebesar

(59,76% - 52,52%).

Hal ini disebabkan karena adanya penambahan beban sehingga

berpengaruh pada perubahan defleksi pada spesimen yang di gunakan. Dari

data diatas memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan beban,

maka defleksi yang terjadi pada spesimen akan semakin besar. Hal tersebut

menunjukkan bahwa beban berbanding lurus terhadap defleksi.

2. Tumpuan Sederhana Dua Beban

Dari gambar grafik hubungan antara beban (m) dan defleksi (δ) pada

spesimen Bronze, dimana pada beban (100 - 500 gr) menghasilkan δ1

sebesar (0,620 - 2,990 mm), δmax sebesar (0,850 - 4,420 mm), dan δ2
sebesar (0,620 - 3,300 mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar (33,90% -

36,25% ), KPmax sebesar ( 34,10% - 31,46%), dan KP3 Sebesar (33,90% -

29,64%). Pada spesimen Stainless, dimana pada beban (100 - 500 gr)

menghasilkan δ1 sebesar (0,160 - 0,890 mm), δmax sebesar (0,200 - 1,200

mm), dan δ2 sebesar (0,140 - 0,900 mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar

(55,74% - 50,76%), KPmax sebesar (59,76% - 51,72% ), dan KP2 Sebesar

(61,27% - 50,21%).

Hal ini disebabkan karena adanya penambahan beban sehingga

berpengaruh pada perubahan defleksi pada spesimen yang di gunakan. Dari

data diatas memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan beban,

maka defleksi yang terjadi pada spesimen akan semakin besar. Hal tersebut

menunjukkan bahwa beban berbanding lurus terhadap defleksi.

3. Tumpuan Jepit-Jepit Satu Beban

Dari gambar grafik hubungan antara beban (m) dan defleksi (δ) pada

spesimen Bronze, dimana pada beban (100 - 500 gr) menghasilkan δ1

sebesar (0,060 - 0,390 mm), δmax sebesar (0,120 - 0,800 mm), dan δ2

sebesar (0,060 - 0,390 mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar (48,83% -

33,48%), KPmax sebesar (48,83% - 31,77%), dan KP2 Sebesar (61,27% -

50,21%). Pada spesimen Stainless, dimana pada beban (100 - 500 gr)

menghasilkan δ1 sebesar (0,020 - 0,100 mm), δmax sebesar (0,040 - 0,220

mm), dan δ2 sebesar (0,020 - 0,110 mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar
(55,74% - 55,74%), KPmax sebesar (55,74% - 51,32%), dan KP2 Sebesar

(55,74% - 51,32%).

Hal ini disebabkan karena adanya penambahan beban sehingga

berpengaruh pada perubahan defleksi pada spesimen yang di gunakan. Dari

data diatas memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan beban,

maka defleksi yang terjadi pada spesimen akan semakin besar. Hal tersebut

menunjukkan bahwa beban berbanding lurus terhadap defleksi.

4. Tumpuan Jepit-Jepit Dua Beban

Dari gambar grafik hubungan antara beban (m) dan defleksi (δ) pada

spesimen Bronze, dimana pada beban (100 - 500 gr) menghasilkan δ1

sebesar (0,140 - 0,500 mm), δmax sebesar (0,220 - 0,800 mm), dan δ2

sebesar (0,120 - 0,470 mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar (4,48% -

31,77%), KPmax sebesar (6,18% - 31,77%), dan KP2 Sebesar (18,12% -

35,86%). Pada spesimen Stainless, dimana pada beban (100 - 500 gr)

menghasilkan δ1 sebesar (0,030 - 0,130 mm), δmax sebesar (0,050 - 0,220

mm), dan δ2 sebesar (0,030 - 0,140 mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar

(46,89% - 53,97%), KPmax sebesar (44,68% - 51,32%), dan KP2 Sebesar

(46,89% - 50,43%).

Hal ini disebabkan karena adanya penambahan beban sehingga

berpengaruh pada perubahan defleksi pada spesimen yang di gunakan. Dari

data diatas memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan beban,


maka defleksi yang terjadi pada spesimen akan semakin besar. Hal tersebut

menunjukkan bahwa beban berbanding lurus terhadap defleksi.

5. Tumpuan Kantilever Beban di Ujung

Dari gambar grafik hubungan antara beban (m) dan defleksi (δ)

pada spesimen Bronze, dimana pada beban (100 - 500 gr) menghasilkan δ1

sebesar (0,350 - 1,900 mm), δmax sebesar (1,170 - 4,640nmm). Kesalahan

paralaks KP1 sebesar (40,30% - 35,18%), KPmax sebesar (37,63% -

50,53%), dan Pada spesimen Stainless, dimana pada beban (100 - 500 gr)

menghasilkan δ1 sebesar (0,110 - 0,640 mm), δmax sebesar (0,300 - 1,180

mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar (51,32% - 43,35%), KPmax sebesar

(58,51% - 67,36%).

Hal ini disebabkan karena adanya penambahan beban sehingga

berpengaruh pada perubahan defleksi pada spesimen yang di gunakan. Dari

data diatas memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan beban,

maka defleksi yang terjadi pada spesimen akan semakin besar. Hal tersebut

menunjukkan bahwa beban berbanding lurus terhadap defleksi.

6. Tumpuan Kantilever Beban di Tengah

Dari gambar grafik hubungan antara beban (m) dan defleksi (δ)

pada spesimen Bronze, dimana pada beban (100 - 500 gr) menghasilkan δ1

sebesar (0,130 - 0,820 mm), δmax sebesar (0,300 - 2,000 mm). Kesalahan

paralaks KP1 sebesar (44,56% - 30,06%), KPmax sebesar (48,83% -

31,77%), dan Pada spesimen Stainless, dimana pada beban (100 - 500 gr)
menghasilkan δ1 sebesar (0,020 - 0,270 mm), δmax sebesar (0,040 - 0,640

mm). Kesalahan paralaks KP1 sebesar (77,87% - 40,25%), KPmax sebesar

(82,30% - 43,35% ).

Hal ini disebabkan karena adanya penambahan beban sehingga

berpengaruh pada perubahan defleksi pada spesimen yang di gunakan.

Dari data diatas memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan

beban, maka defleksi yang terjadi pada spesimen akan semakin besar. Hal

tersebut menunjukkan bahwa beban berbanding lurus terhadap defleksi.

Anda mungkin juga menyukai