Anda di halaman 1dari 1

MENJADI DEWASA DALAM SEGALA ASPEK

LUKAS 2 : 42-52
Defenisi dewasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dewasa adalah :
1. Sampai umur, akil baliq (pubertas), bukan kanak-kanak atau remaja lagi
2. Telah mencapai kematangan kelamin
3. Matang cara berfikirnya
Kata dewasa (adult) berasal dari kata latin adalah “adelescene – adolescere” yang artinya tumbuh
menjadi dewasa.

Ciri-ciri pribadi dewasa :


1. Tidak egois
2. Berfikir objektif
3. Realistis
4. Bertanggungjawab
5. Menguasai diri
6. Menerima kritik dan saran dari orang lain
7. Mampu bekerjasama dengan orang lain
8. Mampu beradaptasi dan menempatkan diri
9. Memiliki prinsip yang kuat tetapi juga fleksibel
Enam aspek perkembangan pada manusia menurut psikolog :
1. Aspek fisik/jasmani = bertambah usia badan bertambah tinggi/berat (Mat 5 : 27-28)
2. Aspek intelektual/berfikir = menggunakan akal budi/proses perubahan kea rah yang lebih maju dan
dewasa (usia 15 thn mulai berfikir lebih kritis dan logis)
3. Aspek emosi = mampu mengendalikan perasaan dengan cara yang tepat dan tujuan yang tepat
4. Aspek sosial = mampu berhubungan baik dengan orang lain
5. Aspek moral- spiritual = mampu menjalin hubungan yang akrab dengan Tuhan dan sesama (usia 14-
17 tahun penting bagi pertumbuhan spritual).

Dalam tradisi Yahudi setiap anak Yahudi di didik dalam pengajaran Taurat dan ketika mencapai umur
12 Tahun mereka harus mengikuti upacara Bar-Mitsvah dan Bas-Mitsvah, sebagai tanda bahwa
mereka sudah mendapatkan pengajaran Taurat dan mereka dianggap telah dewasa di dalam
penguasaan ajaran dan tradisi iman Yahudi.
6. Aspek identitas diri = kesadaran tentang keberadaan diri yang memiliki kekuatan dan kelemahan
(merujuk pada sifat)

Menurut Ekman dan Friesen ada 3 macam emosi yang dikenal dengan istilah “Display Rules”
(penampilannya pada wajah atau tubuh manusia) antara lain :
1. Emosi Masking = keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau menutupi emosi yang
dialaminya. Misalnya seorang perawat yang dapat menutupi kemarahannya
2. Emosi Modulation = keadaan seseorang yang dapat mengurangi emosi yang dialaminya. Misalnya,
karena marah ia mengomel-ngomel tetapi kemarahannya tidak meledak-meledak.
3. Emosi Simulation = orang yang tidak mengalami emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan
menampakkan gejala-gejala kejasmanian.
 1 Korintus 13 : 11 Rasul Paulus berkata “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-
kanak, aku berfikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku
meninggalkan sifat kanak-kanak itu”.
 Amsal 2 : 6 dikatakan “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulutnya datang
pengetahuan dan kepandaian”.
 1 Raja-Raja 4 : 29-30 dikatakan “Dan Allah memberikan kepada Salomo himat dan pengertian
yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut. Sehingga hikmat Salomo
melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir”.

Scazzero (2017) mengingatkan bahwa pertumbuhan intelektual, emosi, sosial dan spritual ternyata
sejalan. Pesan Yesus “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang pertama, dan hukum yang kedua, yang sama
dengan itu ialah : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22 : 37-39).

Anda mungkin juga menyukai