Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Pekan Raya Jakarta

RABU, 5 JULI 2023 | 08:16 WIB

OLEH : ADMINISTRATOR

Gelaran Pekan Raya Jakarta terus bertransformasi menjadi ajang pameran modern yang
menampilkan produk unggulan tanah air dan internasional.

Pameran terlama dan terbesar di kawasan Asia Tenggara, Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta (PRJ)
Kemayoran, kembali digelar di Jakarta International Expo (JIEXPO) Kemayoran, Jakarta Pusat, selama
33 hari, yakni mulai 14 Juni--16 Juli 2023.

PRJ Kemayoran 2023 yang digelar untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-496 DKI Jakarta
bisa jadi merupakan yang terakhir digelar di Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Mulai 2024, Ibu Kota
Negara sudah pindah ke IKN Nusantara di Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

Lokasi ajang tahunan di kawasan JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat ini akan menyajikan aneka
hiburan, promosi produk unggulan serta beragam diskon dan konser musik. Merujuk laman Jakarta
Fair, JFK yang menjadi gelaran ke-54 pada tahun ini mengangkat tema “Bersatulah Indonesia
Mendukung Perdagangan Dalam Negeri dan Ekspor ke Pasar Dunia”.

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono memaparkan, gelaran Jakarta Fair terus
bertransformasi menjadi ajang pameran modern yang menampilkan produk unggulan tanah air dan
internasional. Tahun 2023, Jakarta Fair memasuki penyelenggaraan pameran yang ke-54.

“Perjalanan panjang ini membuktikan konsistensi dalam menampilkan pameran multiproduk


berkualitas, Jakarta Fair sebagai salah satu pameran terbesar, terlama dan terlengkap di kawasan
Asia Tenggara,” ujar Heru usai mendampingi Presiden RI Joko Widodo membuka Jakarta Fair 2023,
Rabu (14/6/2023).

Untuk itu, Heru mengajak semua pihak menjadikan kegiatan Jakarta Fair sebagai wadah untuk
memperkuat ekonomi domestik, mengoptimalkan potensi produk lokal dan mendorong
pertumbuhan industri serta bernegara.

Marketing Director JiExpo Kemayoran Ralph Scheunemann mengatakan, Jakarta Fair Kemayoran
2023 diikuti oleh 2.500 perusahaan peserta yang terdiri dari 1.500 stan dengan berbagai produk
unggulan dengan pemberian potongan harga atau diskon. “Tenant ada 2.500 perusahaan dengan
1.500 booth, dan yang menggembirakan adalah pembagiannya itu kurang lebih adalah 60 persen
pihak swasta dan 40 pesen UMKM,” ungkap Ralph.

Jakarta Fair yang digelar kali ini menjadi yang ke-54 sejak pertama diselenggarakan pada 1968. Acara
tahunan ini sempat ditiadakan pada 2020 dan 2021 akibat pandemi Covid-19 yang melanda
Indonesia.

Setelah dibuka kembali sejak vakum pada 2020 dan 2021, JFK kali ini menjadi sangat meriah karena
diikuti oleh para pelaku usaha yang ingin ikut berperan dalam momentum kebangkitan kembali
perekonomian nasional yang sempat terpuruk. Mereka menawarkan produk fesyen, asesoris,
elektronik, furnitur, otomotif, hingga kuliner berpartisipasi di event tersebut.

Jakarta Fair juga termasyhur dengan panggung musiknya. Setiap tahun selalu ada musisi papan atas
nasional dari aliran pop, rock, disko, jazz hingga dangdut memeriahkan ajang di Kemayoran tersebut.
Sejak masih bernama Pekan Raya Jakarta, warga Jakarta bahkan luar Jakarta selalu hadir berbelanja
di event tahunan. Daya tarik dari PRJ adalah tawaran produk baru dan diskon besar-besaran pada
hampir semua produk yang dijajakan di arena pekan raya itu. Apalagi jika waktu PRJ bersamaan
dengan Hari Raya Lebaran, dipastikan masyarakat akan memborong segala barang-barang yang dijual
di situ. Mulai pakaian anak-anak sampai sepeda motor.

Tak lupa pengunjung merasakan keseruan permainan boom-boom car, bianglala, dan makanan ikonik
seperti kerak telor, kue donat, dan gulali. Generasi 1970 sampai 1990-an saat masih anak-anak dan
remaja tentu menjadikan PRJ jadi tujuan favorit keluarga.

Bermula dari Pasar Gambir

Mengutip data Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Utara, PRJ dulu dikenal sebagai Djakarta
Fair. Event PRJ pertama kalinya berlangsung di Kawasan Monas, Jakarta Pusat. Ketika itu, Djakarta
Fair dibuka oleh Presiden Soeharto secara simbolis dengan melepas burung merpati pos.

Namun, sebenarnya cikal bakal penyelenggaraan Jakarta Fair adalah Pasar Malam Gambir, yang
awalnya digelar sebagai perayaan Ratu Belanda Wilhelmina pada 31 Agustus 1898. Saat itu, Pasar
Malam Gambir biasanya berlangsung dari akhir Agustus sampai pertengahan September dan
diadakan secara rutin setiap tahun.

Selain menjajakan produk, kuliner khas Batavia (Jakarta tempo dulu) serta pentas hiburan, ajang
Pasar Gambir di masa kolonial Belanda juga menggelar pertandingan tinju antara pribumi dan orang
Belanda. Selain di Pasar Gambir, laga tinju dilakukan di Deca Park (sekarang lapangan Monas), Varia
Park (Krekot), dan Princen Park (Lokasari).

Adapun, gagasan pertama penyelenggaraan PRJ diusulkan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
kala itu, Syamsudin Mangan alias Haji Mangan. Dia mengusulkan digelarnya pameran besar demi
mendongkrak pemasaran produk dalam negeri.

Haji Mangan sendiri terinspirasi dengan acara pameran internasional yang kerap dia ikuti di luar
negeri. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 1967 menyambut baik usai mendengar gagasan dari
Haji Mangan.

Pemerintah Provinsi DKI ingin menyatukan berbagai acara 'pasar malam' yang sering diadakan di
berbagai wilayah di Jakarta. Akhirnya, pada 1968 acara perdana Djakarta Fair berjalan dengan sukses.
Pengunjung Djakarta Fair saat itu membludak hingga 1,4 juta orang.

Satu tahun setelah peresmiannya, Pekan Raya Jakarta diselenggarakan selama 71 hari, mencetak
rekor sebagai pameran terlama. Pada tahun itu, Presiden Amerika Serikat Richard Nixon yang
didampingi Presiden RI Soeharto juga sempat mengunjungi Pekan Raya Jakarta pada 1969.

Pada 1992, Jakarta Fair atau PRJ dipindah dari Monas ke Kemayoran Jakarta Pusat agar mendapat
lahan yang lebih luas. PRJ di Kemayoran sendiri digelar di area seluas 44 hektare (ha), sedangkan di
Monas hanya 7 ha.

Meski sempat dihentikan selama dua tahun karena pandemi Covid-19. Namun sejak tahun lalu,
animo warga Jakarta dan sekitarnya tak pernah surut memeriahkan arena PRJ Kemayoran.

Anda mungkin juga menyukai