Anda di halaman 1dari 5

KELAS UFA : MATERI 66-67-68 (Tawadhu terhadap dunia) &

TAFABUR 8-9 (Surga neraka bertingkat)5 menit membaca


TAZKIYATUN NAFS, TEMATIK, USTADZ DR. FIRANDA ANDIRJA, LC MA

Abu Fadhilah 18-Nov-2021

Bagian ke 14 dari 37 dalam series kelasUF

Telah dibaca: 74

Diterbitkan pada: 03-Apr-2021 @ 10:44

KELAS UFA : MATERI 66-67-68 (Tawadhu terhadap dunia) & TAFABUR 8-9 (Surga
neraka bertingkat)
‌KELAS UFA. 29.03.2021
➡️Tadabbur Quran 8 – Menggabungkan Taqwa dan Sabar untuk Meraih Kesuksesan Dunia
dan Akhirat
Ketika Yusuf membongkar kartunya kepada saudara-saudaranya, mereka mengatakan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‫َقا ُلْۤو ا َءِاَّنَك َاَل ْنَت ُيْو ُس ُف ۗ  َقا َل َاَنۡا ُيْو ُس ُف َو ٰهَذ ۤا َاِخْي َقْد َم َّن ُهّٰللا َع َلْيَناۗ  ِاَّنٗه َم ْن َّيَّتِق َو َيْص ِبْر َفِا َّن َهّٰللا اَل ُيِض ْيُع َاْج َر اْلُم ْح ِسِنْيَن‬
“Mereka berkata, “Apakah engkau benar-benar Yusuf?” Dia (Yusuf) menjawab, “Aku Yusuf
dan ini saudaraku (Benyamin) . Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada
kami. Sesungguhnya barang siapa bertakwa dan bersabar, maka sungguh, Allah tidak
menyia-nyiakan ganjaran orang yang berbuat Ihsan/kebaikan .””
(QS. Yusuf 12: Ayat 90)
Di sini Yusuf mengatakan, Barangsiapa yang bertakwa dan bersabar… Maka barangsiapa
yang ingin mendapatkan Kesudahan yang indah maka dia harus menggabungkan dua perkara
ini, yaitu takwa dan sabar.
Ada sebagian orang bertakwa tapi tidak bersabar
Ada sebagian orang sabar tapi tidak bertakwa (tidak sandarkan kepada Allah).
Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang berbuat Ihsan. Allah pasti tahu.
Ini juga dalil bahwasanya orang yang berbuat baik dan sabar serta takwa akan mendapatkan
hasilnya di dunia sebelum di akhirat.
Jangan sampai orang berburuk sangka kepada Allah, hanya memberi ganjaran di akhirat saja.
‫َقْد َم َّن ُهّٰللا َع َلْيَنا‬
Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami.
Kenapa? Karena bertakwa dan bersabar.
➡️MATERI 66 – Pengaruh pakaian terhadap sifat tawadhu.
Hadits yang terkait tawadhu dalam makna.
1.
‫ َذ َك َر َأْص َح اُب َر ُسوَل هللا َص ّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيْو مًا‬: ‫َو َع ْن أِبي ُأَم اَم َة ِإَياِس بِن َثْع َلَبَة اَألْنَص اِر ِّي الحارثِّي َر ِض َي ُهللا َع ْنه َقاَل‬
‫ َفََقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص ّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬،‫ ِع ْنَد ُه الُّد ْنَيا‬:
‫ الَّتَقُّح َل‬:‫ َأال َتْس َم ُعوَن ؟ َأال َتْس َم ُعوَن ؟ ِإَّن اْلَبَذ اَذ َة ِم َن اِإل يَم اِن ِإَّن اْلَبَذ اَذ َة ِم َن اِإل يَم اِن يْعني‬.
‫ َر َو اُه َأُبْو َداُوَد‬.
Dari Abu Umamah, yaitu Iyas Ibn Tsa’laba al-Anshari al-Harits radhiyallahu anhu . berkata:
Para sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬. pada suatu hari menyebut-nyebutkan di sisi beliau itu
tentang hal dunia – yakni perihal kesenangan, kekayaan dan lain-lain. Kemudian Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda:
Tidakkah kalian mendengar? Tidakkah kalian mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan itu
bagian dari iman. Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman.
HR Abu Dawud dalam sunannya dan hadits ini, di shahihkan oleh Syaikh Al Albani.
Para sahabat sedang Ngobrol tentang dunia, misalnya tentang pakaian yang indah, pakaian
yang bagus, tentang barang-barang duniawi yang indah. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬menasihati.
‫َأال َتْس َم ُعوَن ؟ َأال َتْس َم ُعوَن‬
Tidaklah kalian mendengar? 2x.
‫َأال‬
Maksudnya untuk memberi peringatan..
Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman. Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian
dari iman. (sampai 2x).
Maksudnya, seseorang berusaha tawadhu dengan pakaian yang sederhana dan meninggalkan
pakaian yang mewah (padahal mampu).
Intinya Rasulullah ‫ﷺ‬, hendaknya seseorang meninggalkan pakaian yang mewah /mahal,
dan hendaklah tawadhu.
Karena pakaian itu punya pengaruh dalam hati..
Seseorang pakai pakaian yang mahal-mahal, asalnya tidak angkuh namun karena sering
bergaya dengan style yang mahal (pakaian, jam, sepatu, kendaraan), maka hal itu akan
memasukkan perasaan tinggi dalam hatinya dan penampilan luar punya pengaruh dalam
batin.
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang bertasyabuh dengan orang-orang kafir / fasik dari sisi
penampilan karena akan timbul sesuatu dalam hati (cinta, senang dll).
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga melarang berlebih-lebihan dalam hal pakaian, karena bisa
memasukkan sesuatu dalam hati.
Demikian juga Allah berfirman,
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‫َو ا َّلِذ ْيَن ِاَذ ۤا َاْنَفُقْو ا َلْم ُيْس ِرُفْو ا َو َلْم َيْقُتُرْو ا َو َك ا َن َبْيَن ٰذ ِلَك َقَو ا ًم ا‬
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila
menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) pelit /kikir, di antara
keduanya secara wajar,”
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 67)
Adapun orang-orang kafir, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala,
‫ِإَّنُهْم َك اُنو۟ا َقْبَل َٰذ ِلَك ُم ْتَرِفيَن‬
Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) sebelum itu (di dunia) hidup bermewahan.
Surat Al-Waqi’ah (56) Ayat 45
Syariat tidak melarang keindahan karena Allah suka keindahan, dan Allah itu indah, tapi
jangan berlebih-lebihan.. Jika wanita dilarang berlebih-lebihan dalam berhias, maka lebih lagi
bagi laki-laki.
Intinya pakaian yang mewah bisa mempengaruhi hati, bisa mengikis sifat tawadhu dalam
hati.
➡️Tadabur 9 : tingkatan manusia di dunia dan di akhirat
Allah berfirman,
{‫) اْنُظْر َكْيَف َفَّض ْلَنا َبْع َض ُهْم َع َلى َبْع ٍض َو َلآلِخَر ُة‬20( ‫ُك ال ُنِم ُّد َهُؤالِء َو َهُؤالِء ِم ْن َع َطاِء َر ِّبَك َو َم ا َك اَن َع َطاُء َر ِّبَك َم ْح ُظوًرا‬
)21( ‫} َأْك َبُر َد َر َج اٍت َو َأْك َبُر َتْفِض يال‬
Lihatlah, setiap masing-masing, yang orang-orang kafir Kami berikan harta, yang orang-
orang beriman Kami juga berikan harta.
Jadi semua makhluk Allah berikan rezeki.
Dan rezeki Rabbmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian
dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya
dan lebih besar keutamaannya.
Al-Isra, ayat 20-21
Banyak sekali tingkatan kekayaan manusia dalam masalah harta.
Di akhirat, tingkatan itu lebih banyak lagi.
Penghuni neraka bertingkat-tingkat
Penghuni surga juga bertingkat-tingkat (sebagian ulama menjelaskan tingkatan penghuni
surga sama dengan jumlah ayat di Al Qur’an)
Dalam hadits disebutkan,
‫ُيَقاُل ِلَص اِحِب اْلُقْر آِن اْقَر ْأ َو اْر َتِق َو َر ِّتْل َك َم ا ُكْنَت ُتَر ِّتُل ِفى الُّد ْنَيا َفِإَّن َم ْنِز َلَك ِع ْنَد آِخ ِر آَيٍة َتْقَر ُؤَها‬
Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan
naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Sesungguhnya
kedudukanmu di surga adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”
Di neraka juga demikian, karena Allah Maha adil.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‫إَّن أْهَو َن أهِل الناِر َع َذ اًبا أبو طالٍب في ِر جَلْيِه نعالِن من ناٍر يْغ ِلي منهما ِد َم اُغ ُه‬
“Orang yang paling ringan siksaannya di neraka adalah Abu Thalib. Ia memakai dua sandal
neraka (dari api) yang membuat otaknya mendidih karena panasnya”
Itu adalah orang yang paling baik di neraka, kemudian turun-turun, mungkin ribuan derajat,
sampai yang paling bawah, yaitu orang-orang munafikin.

‫ِإَّن اْلُم َناِفِقْيَن ِفْي الَّدْر ِك اَأْلْس َفِل ِم َن الَّناِر‬


“Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di tingkatan yang paling bawah dari neraka”
Jadi, Allah menyuruh kita memperhatikan bahwa di dunia mereka bertingkat-tingkat, maka di
akhirat lebih besar lagi tingkatannya.
➡️MATERI 67 : Tawadhu terhadap makanan
Hadits tawadhu dari sisi makna
Dari Jabir Radhiallahu’anhu, dari Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau ‫ ﷺ‬bersabda, ”
‫ِإَّن الَّش ْيَطاَن َيْح ُضُر َأَح َد ُك ْم ِع ْنَد ُك ِّل َش ْي ٍء ِم ْن َش ْأِنِه َح َّتى َيْح ُض َرُه ِع ْنَد َطَع اِمِه َفِإَذ ا َس َقَطْت ِم ْن َأَحِد ُك ْم الُّلْقَم ُة َفْلُيِم ْط َم ا َك اَن ِبَها‬
‫ِم ْن َأًذ ى ُثَّم ِلَيْأُك ْلَها َو اَل َيَد ْع َها ِللَّش ْيَطاِن َفِإَذ ا َفَر َغ َفْلَيْلَع ْق َأَص اِبَع ُه َفِإَّنُه اَل َيْد ِر ي ِفي َأِّي َطَع اِمِه َتُك وُن اْلَبَر َك ُة‬
“Sesungguhnya setan akan mendatangi salah seorang diantara kalian setiap saat, hingga
dalam masalah makan. Apabila suapan makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambillah
kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkannya
dimakan setan, apabila telah selesai hendaklah dia jilati jari-jemarinya. Karena dia tidak tahu
makanan mana yang membawa berkah.”
HR Muslim
Hadits ini menjelaskan bahayanya syetan yang menyertai kita dalam segala hal/kondisi
bahkan termasuk saat makan.
Kita tidak ingin syetan ikut makan dan jadi kuat untuk menggoda kita.
Jangan biarkan makanan yang jatuh untuk jadi makanan syetan.
Di sini Rasulullah ‫ ﷺ‬ajarkan kita untuk tawadhu, kalau makanan jatuh jangan merasa
sombong untuk memakannya kembali.. Ini kelihatan sepele, tapi kalau kita amalkan, maka
tidak terasa tawadhu akan masuk dalam hatinya.
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga ajari untuk jilati jari yang mungkin ada sisa makanan, karena tidak
tahu di bagian mana makanan yang sedang kita makan.
Bisa jadi keberkahan ada di makanan yang jatuh, bisa jadi yang tersisa di jari kita..
Ini adalah sikap tawadhu yang Rasulullah ‫ ﷺ‬ajarkan kepada kita..
➡️MATERI 68. TAWADHU terhadap orang miskin
Dari Abu Darda, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫اْبُغ وِني الُّض َع َفاَء َفِإَّنَم ا ُتْر َز ُقوَن َو ُتْنَص ُروَن ِبُض َع َفاِئُك ْم‬
“Carikan untukku orang-orang yang lemah, karena sesungguhnya kalian diberi rezeki dan
ditolong (dimenangkan) dengan sebab orang-orang yang lemah (di antara) kalian”.
Dalam sebagian riwayat
‫اْبُغ وِني في الُّض َع َفاِء‬
Carilah aku di orang-orang miskin, seakan-akan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersama orang-orang
miskin..
Dan ini hadits yang memerintah kita untuk memerhatikan orang-orang miskin karena mereka
orang yang tidak dipedulikan.
Karena yang berlaku di masyarakat, yang menjadi barometer adalah kekayaan.
Perhatikan mereka, lihat kondisi mereka, sayangi mereka,seakan-akan Nabi ‫ ﷺ‬bersama
mereka. Kalau kita perhatikan orang-orang miskin berarti kita perhatian juga Rasulullah
‫ﷺ‬. Dan ini berarti menyuruh kita untuk tawadhu.
Nabi ‫ ﷺ‬menjelaskan ketika seseorang memperhatikan orang miskin, sebenarnya manfaat
itu bukan hanya untuk orang-orang miskin tersebut, tetapi ada manfaat duniawi kembali
kepada kita…
Karena dengan memerhatikan orang miskin, kita :
+ dimenangkan oleh Allah (penguasa yang perhatian kepada orang miskin akan ditolong
Allah)
+ diberi rezeki
Dan sebagian ulama ketika jelaskan hadits ini memberi peringatan jangan terlalu bercampur
dengan orang-orang yang kaya terutama yang sombong, yang angkuh karena seseorang akan
terbawa dengan gaya hidup mereka, bisa jadi melupakan orang-orang miskin.
Navigasi Series<< KELAS UFA : MATERI 64-65 (TAWADHU -Jaga Izzah) & TADABUR 5-6-7
(Sabar Hanya Berlaku di Dunia)KELAS UFA : TADABUR 10-11, MATERI : 69-70-71
(TAWADHU) >>
Bagikan Catatan:

KATEGORI: TAZKIYATUN NAFS TEMATIK USTADZ DR. FIRANDA ANDIRJA, LC MA

Anda mungkin juga menyukai