Anda di halaman 1dari 14

DINAMIKA KEBAHAGIAAN PADA RELAWAN PENGAJAR DI

VOLUNTEERISM TEACHING INDONESIAN CHILDREN


FOUNDATION (YAYASAN BIDANG PENDIDIKAN ANAK-ANAK
PEKERJA MIGRAN INDONESIA DI SARAWAK, MALAYSIA)

DYNAMICS OF HAPPINESS IN TEACHING VOLUNTEERS AT


VOLUNTEERISM TEACHING INDONESIAN CHILDREN FOUNDATION
(TKI CHILDREN EDUCATION FOUNDATION IN SARAWAK, MALAYSIA)

Kurnia Husnatunnisa1
12
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
12
kurniahusnatunnisa88@gmail.com
12
082282703734

Abstrak
Manusia cenderung terlibat aktif dalam suatu kegiatan menarik yang membuat dirinya
mencapai kebahagiaan. Kegiatan kerelawanan bisa menjadi salah satu kegiatan yang
menghantarkan kebahagiaan bagi sebagian orang. Hal tersebutlah yang kemudian mendasari
penulis untuk melakukan penelitian tentang dinamika kebahagiaan pada relawan pengajar di VTIC
Foundation (Yayasan bidang pendidikan anak-anak pekerja migran Indonesia di Sarawak,
Malaysia). Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dinamika kebahagiaan pada relawan
pengajar di VTIC Foundation (Yayasan bidang pendidikan anak-anak pekerja migran Indonesia di
Sarawak, Malaysia). Partisipan penelitian ini adalah relawan pengajar di VTIC Foundation yang
berjumlah 3 orang dengan dilibatkan informan yang berjumlah 3 orang. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Metode
pengumpulan data menggunakan metode wawancara. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, ketiga
partisipan merasa bahagia menjadi relawan. Masing-masing partisipan memiliki dinamika
kebahagiaan yang berbeda-beda. Dinamika kebahagiaan relawan pengajar di VTIC Foundation
diungkap dari adanya motif kerelawanan, optimisme, mendefinisikan kebahagiaan masing-masing,
adanya faktor religiusitas, memiliki bentuk kebahagiaan tersendiri, mengalami proses kebahagiaan,
dan mendapatkan manfaat yang positif dari kegiatan kerelawanan sehingga merasakan
kebahagiaan. Dinamika kebahagiaan ketiga partisipan diawali dengan merasakan panggilan jiwa
untuk mengabdi dan keinginan kuat untuk berbagi manfaat kepada orang lain. Memiliki ambisi atas
pencapaian diri sebagai pemenuhan kebutuhan diri, merasakan optimisme, perasaan bersyukur dan
ikhlas atas ridho yang diberikan Tuhan. Mendapatkan respon positif dan penghargaan dari warga
Sarawak membuat ketiga partisipan merasakan kebahagiaan.

Kata Kunci: Dinamika, kebahagiaan, relawan

Abstract
Humans tend to be actively involved in interesting activities that make them
achieve happiness. Volunteering activities can be one of the activities that bring happiness
to some people. This is what then underlies the author to conduct research on the dynamics
of happiness in teaching volunteers at the VTIC Foundation (TKI Children Education
Foundation in Sarawak, Malaysia). The purpose of this study was to determine the
dynamics of happiness in teaching volunteers at the VTIC Foundation (TKI Children
Education Foundation in Sarawak, Malaysia). The participants of this research were

1
Dinamika Kebahagiaan Pada Relawan Pengajar di Volunteerism Teaching Indonesian Children
Foundation (Yayasan Bidang Pendidikan Anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Sarawak,
Malaysia)

teaching volunteers at the VTIC Foundation, totaling 3 people with 3 informants involved.
This study uses a qualitative research method with a phenomenological approach. Methods
of data collection using the interview method. Based on the results of this study, the three
participants felt happy to be volunteers. Each participant has a different dynamic of
happiness. The dynamics of the happiness of teaching volunteers at the VTIC Foundation
are revealed from the motives of volunteerism, optimism, defining each other's happiness,
the religiosity factor, having its own form of happiness, experiencing the process of
happiness, and getting positive benefits from volunteer activities so that you feel happy. The
dynamics of happiness for the three participants began with feeling the soul's call to serve
and a strong desire to share benefits with others. Have ambitions for self-achievement as
self-fulfillment, feel optimism, feeling grateful and sincere for the blessing given by God.
Getting a positive response and appreciation from Sarawak residents made the three
participants feel happy.

Keywords: Dynamics, happiness, volunteers

PENDAHULUAN
Menurut Schroender (dalam Ryan, Kaplan, dan Grese, 2001), relawan adalah
individu yang bersedia memberikan waktu, tenaga, dan potensi diri dengan sukarela tanpa
mengharapkan imbalan berupa keuntungan materi dari suatu kegiatan kerelawaan yang
dilaksanakan organisasi tertentu. Relawan berbeda dengan pekerja yang bekerja disebuah
organisasi profit walaupun sesama tenaga kerja. Relawan memiliki komitmen yang lebih
tinggi pada organisasi kerelawanannya karena pelayanan yang diberikan berdasarkan nilai
dalam diri, bukan pada peningkatan ekonomi (Cuskelly, McIntyre dan Boag, 1998).
Relawan memberikan kontribusi penuh tanpa imbalan berupa materi, namun
mendapatkan berbagai manfaat dalam hidupnya seperti perasaan pencapaian diri,
keterampilan yang berguna, pergaulan dan perluasan relasi, kebahagiaan, dan partisipasi
utuh dalam kehidupan berorganisasi (PNPM, 2008).
Dewasa ini banyak terdapat kegiatan kerelawanan yang dapat diakses oleh orang-
orang sesuai dengan bidang yang diminati seperti bidang konservasi, sosial, dan juga
pendidikan. Wadah kerelawanan di bidang pendidikan ini di Indonesia sangatlah banyak,
salah satunya yaitu Volunteerism Teaching Indonesian Children Foundation (VTIC
Foundation) merupakan organisasi non komersial yang bergerak di bidang pendidikan
dan kemanusiaan untuk anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang minim pendidikan
yaitu khususnya anak-anak dari buruh migran yang bekerja di perkebunan kelapa sawit di
Sarawak, Malaysia. VTIC Foundation memiliki beberapa program kerja dengan merekrut
relawan tiap tahun melalui kegiatan VTIC Cycle yang terdiri dari mahasiswa dari seluruh
Indonesia untuk mengajar di Sarawak, Malaysia selama 1 bulan (VTIC Foundation,
2014).

2
Peneliti melakukan wawancara dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
permasalahan yang terjadi di lapangan kepada FH yang merupakan seorang relawan dari
sebuah organisasi kerelawanan VTIC Foundation pada 20 Juni 2020 melalui telepon
seluler, menyatakan bahwa kegiatan kerelawanan menghantarkannya mendapatkan
banyak hal positif. Selama mengikuti proses kerelawanan, FH dapat belajar mengasah
berbagai keterampilan seperti mengelola kesabaran dan menumbuhkan rasa
tanggungjawab yang tinggi. Selain itu, FH merasakan perasaan yang positif seperti
merasakan ketulusan dan keikhlasan, hingga merasakan kebahagiaan.
Berdasarkan hasil wawancara, banyak cara seseorang bisa mencapai
kebahagiaannya, salah satunya dengan aktivitas yang dijalaninya dalam beberapa waktu
seperti memberikan bantuan kepada orang lain yang menjadi bagian dari seseorang
mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam penelitian sebelumnya oleh
Jangkung (2013), faktor-faktor yang ditemukan dalam mempengaruhi kebahagiaan pada
diri relawan Pusat Studi dan Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yaitu
kerelawanan yang bergerak dalam bidang administrasi dan sosial, antara lain religiusitas,
doa: senantiasa berdoa untuk kebaikan, kehidupan sosial yang kaya, lingkungan yang
mendukung, pendidikan yang baik, menolong sesama, bermanfaat bagi sesama,
mensyukuri apa yang ada, dan memiliki orang-orang terdekat yang mendukung.
Tidak semua orang mampu dan berkeinginan menjadi seorang relawan, apalagi
kegiatan kerelawanan dilakukan secara sukarela. Namun, kegiatan kerelawanan dapat
menghantarkan para relawan merasakan banyak manfaat, salah satunya mendapatkan
perasaan positif seperti merasakan kebahagiaan. Menurut Seligman (2005), kebahagiaan
yang sesungguhnya merupakan hasil dari penilaian individu terhadap diri dan hidupnya,
seperti kenyamanan dan kegembiraan yang dirasakan, maupun kegiatan positif yang
digemari yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbsi dan
keterlibatan. Individu yang melibatkan diri secara penuh bukan berarti melibatkan fisik
semata, namun hati dan pikiran turut andil dalam aktivitas karir, hobi, dan kegiatan
bersama keluarga dan teman. Ketika individu melibatkan dirinya secara penuh, maka
akan mencapai kebahagiaannya. Hal ini berkaitan dengan kehidupan sosial yang
memuaskan yang membantu individu untuk mencapai kebahagiaannya. Individu
dikatakan sangat bahagia ketika menghabiskan waktu di kehidupan sehari-harinya dengan
bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. .
Isen (dalam Dalgleish & Power, 1999) menyebutkan bahwa orang yang bahagia
cenderung lebih memiliki kemampuan bersosial yang baik, suka membantu sesama dan

3
Dinamika Kebahagiaan Pada Relawan Pengajar di Volunteerism Teaching Indonesian Children
Foundation (Yayasan Bidang Pendidikan Anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Sarawak,
Malaysia)

mempunyai kontrol yang lebih baik terhadap dirinya dibandingkan dengan orang yang
tidak bahagia. Dalam diri manusia, ada kemampuan untuk mencapai afek positif yaitu
kesenangan dan keceriaan yang bisa menimbulkan kebahagiaan. Namun hanya sebagian
besar saja orang yang memiliki afek positif yang tinggi yang dapat bertahan dalam
hidupnya. Sebagian lainnya memiliki afek positif yang rendah yang membuat individu
tidak merasakan keamanan, kenyamanan, keceriaan sehingga tidak mampu mencapai
kebahagiaannya (Seligman,2005).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Karinda dan Arianti (2020),
menyatakan bahwa setelah melakukan kegiatan kerelawanan, partisipan merasakan
adanya emosi positif. Emosi positif yang dirasakan setiap relawan membuat relawan
memiliki keadaan yang lebih baik, seperti rasa senang, kebersyukuran, kepuasan hidup,
hingga kebahagiaan. Selain itu berdasarkan penelitian oleh Kelly (2014), selama menjadi
relawan, siswa di Irlandia menyatakan bahwa manfaat menjadi relawan yang membantu
masyarakat yang kurang beruntung yaitu rasa kepuasan dan kebahagiaan semakin
meningkat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Andriati (2018), yaitu relawan
pengajar di Solo Mengajar merasakan afek positif berupa perasaan cinta saat mengajar
adik-adik peserta belajar, adanya kenyamanan dan semangat , serta kebahagiaan dan
kepuasan selama menjalani proses kerelawanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sancoko, Sugiarti, dan Suhariadi (2021), tentang
kebahagiaan pada relawan pelacak kontak COVID-19 menyatakan bahwa relawan
pelacak kontak COVID-19 merasakan perasaan yang positif setelah melaksanakan tugas.
Perasaan positif tersebut adalah rasa senang dan perasaan bahagia dalam diri. Membantu
sesama membuat relawan memperoleh kepuasan dalam diri dan membangkitkan motivasi
untuk selalu membantu sesama dengan sukarela.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tentang dinamika
kebahagiaan pada relawan pengajar di VTIC Foundation. Penelitian ini akan mengupas
pengalaman relawan pengajar selama kegiatan kerelawanan pada anak-anak pekerja
migran Indonesia di Sarawak, Malaysia, serta melihat seperti apa dinamika kebahagiaan
yang dimiliki para relawan pengajar di VTIC Foundation. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dinamika kebahagiaan pada relawan pengajar di VTIC Foundation (Yayasan
Bidang Pendidikan Anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Sarawak, Malaysia).

METODE

4
Penelitian ini menggunakan metode kualiatitif dengan pendekatan fenomenologi.
Pendekatan fenemenologi digunakan dalam penelitian ini karena menurut Bogdan &
Taylor (dalam Salim & Syahrum, 2012), pendekatan fenomenologi merupakan
pendekatan yang berupaya untuk memahami makna dari setiap peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan manusia. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara, wawancara yang digunakan yaitu
wawancara semi terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara untuk
mengumpulkan jenis data yang sama dari setiap partisipan dan informan. Peneliti
mengembangkan pertanyaan dan memutuskan isu-isu yang dimunculkan saat
wawancara (Holloway & Wheeler dalam Rachmawati, 2007).
Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan salah satu teknik yang disebut
Lincoln & Guba (dalam Salim & Syahrum, 2012) kredibilitas (keterpercayaan) yaitu
dengan cara keterikatan yang lama (Prolonged Engagement) adalah keterikatan antara
peneliti dengan partisipan yang akan memudahkan proses pengumpulan data dalam
penelitian sehingga informasi dapat dikumpulkan secara lengkap. Lalu melakukan
triangulasi (Triangulation), yaitu informasi yang diperoleh dari hasil wawancara,
dilakukan pemeriksaan ulang. Menurut Moleong (dalam Salim & Syahrum, 2012)
triangulasi merupakan teknik keabsahan data yang dapat melibatkan orang lain di luar diri
partisipan guna melakukan pembanding data yang sudah diperoleh. Triangulasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan data wawancara dari 3
informan (sumber data) yang terkait dengan hasil pengumpulan data dari ketiga
partisipan. Terakhir, kecukupan referensi yaitu referensi yang cukup dapat mendukung
keabsahan data sebuah penelitian. Dalam hal ini peneliti mengembangkan kritik tulisan
sebagai evaluasi tujuan penelitian yang dirumuskan.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengelola hasil wawancara
kepada partisipan. Pada hasil wawancara dari setiap partisipan dan informan yang
tertuang dalam tabel verbatim, disusun kode-kode guna menandai percakapan mana yang
dapat dianalisa menjadi tema-tema dari hasil penelitian. Pada penelitian ini, metode
analisis data yang digunakan ialah metode analisis data model Miles & Huberman, yang
terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Reduksi data yaitu mereduksi
data diartikan menyederhanakan, memilah, memfokuskan pada hal yang penting dari
catatan lapangan sehingga data mentah bisa menjadi data yang lebih mudah dikelola.
Selama penelitian dilaksakan, reduksi data akan berlangsung secara berkelanjutan. Lalu

5
Dinamika Kebahagiaan Pada Relawan Pengajar di Volunteerism Teaching Indonesian Children
Foundation (Yayasan Bidang Pendidikan Anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Sarawak,
Malaysia)

dilakukan penyajian data yang merupakan susunan informasi dalam bentuk yang padu
dan mudah dipahami sehingga memungkinkan adanya penarikan kesimpulan. Kemudian
menarik kesimpulan, setelah penyajian data, dilakukan proses penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Proses verifikasi merupakan peninjauan ulang terhadap catatan lapangan yang
sudah dikumpulkan. Untuk menarik suatu kesimpulan, dilakukan proses uji validitas dan
keajegan data lapangan terlebih dahulu, yaitu dalam penelitian ini peneliti meninjau ulang
hasil wawancara dari partisipan dengan membandingkan hasil wawancara dari informan,
sehingga data yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan sesungguhnya di
lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis tematik penelitian melalui hasil wawancara dengan partisipan utama
dan data pendukung dari ketiga informan, peneliti menemukan temuan-temuan fakta
diantaranya yaitu motif, kebahagiaan, bentuk kebahagiaan, proses kebahagiaan, dan
manfaat yang didapat relawan pengajar dalam kegiatan kerelawanan. Setiap partisipan
memiliki motif untuk mencapai kebahagiaan. Secara umum pada ketiga partisipan
adanya keinginan untuk berbagi hal yang bermanfaat untuk orang lain yang merupakan
dorongan dalam diri sebagai pemenuhan kebutuhan untuk merasakan kebahagiaan.
Melibatkan diri secara penuh bukan berarti melibatkan fisik semata, namun hati dan
pikiran turut andil dalam dalam aktivitas karir, hobi, dan kegiatan bersama keluarga dan
teman. Ketika individu melibatkan dirinya secara penuh, maka akan mencapai
kebahagiaannya (Seligman, 2005). Menjalani kegiatan kerelawanan sebagai kebutuhan
hidup untuk mencari kebahagiaan dan kepuasan, menjalaninya dengan ikhlas membuat
partisipan merasakan kebahagiaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Seligman
(2005) mengatakan bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya merupakan hasil dari
penilaian individu terhadap diri dan hidupnya, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang
dirasakan, maupun kegiatan positif yang digemari yang tidak memenuhi komponen emosi
apapun, seperti absorbsi dan keterlibatan. Rasa ingin tahu ketika melihat informasi
melalui media sosial juga yang membuat partisipan terdorong untuk mengikuti kegiatan
relawan dan memiliki keinginan untuk membantu warga sekitar. Seperti pernyataan Isen
(dalam Dalgleish & Power, 1999) menyebutkan bahwa orang yang bahagia cenderung
lebih memiliki kemampuan bersosial yang baik, suka membantu sesama dan mempunyai
kontrol yang lebih baik terhadap dirinya dibandingkan dengan orang yang tidak bahagia.

6
Kebahagiaan yang digambarkan pada ketiga partisipan merasakan kebahagiaan
sebagai relawan saat adanya interaksi dengan sesama relawan dan masyarakat di
Sarawak. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Seligman (2005) mengatakan bahwa
menjalin hubungan yang positif dengan seluruh individu disekitarnya dan adanya
dukungan sosial salah satunya dapat membuat individu merasa lebih puas dan bahagia
dalam kehidupannya. Keterlibatatan penuh pada setiap partisipan menjadi relawan
mencakup kelekatan dengan masyarakat ataupun sesama relawan menjadikan partisipan
merasakan kebahagiaan. Ketika merasa dapat bermanfaat bagi warga dan munculnya
respon positif seperti sikap warga yang ramah membuat partisipan merasakan
kebahagiaan, situasi tersebut membuat partisipan menemukan makna kebahagiaan dalam
setiap aktivitas menjadi seorang relawan. Hal tersebut juga sejalan dengan teori dari
Seligman (2005) mengatakan bahwa individu dapat menemukan makna dari aktivitas
yang dijalani dan dari pengalaman yang dialaminya baik itu pengalaman positif maupun
negatif. Seligman (2005) mengungkapkan jika individu dikatakan merasa bahagia ketika
menghabiskan waktu di kehidupan sehari-harinya dengan bersosialisasi dan berinteraksi
dengan orang lain. Hal tersebut seperti yang dirasakan oleh paratisipan yang merasakan
kebahagiaan sekaligus bersyukur ketika dapat membantu warga sekitar dan dapat
melibatkan dirinya secara penuh yang mencakup waktu, pikiran, dan tenaga.
Setiap partisipan memiliki bentuk kebahagiaannya masing-masing. Diantaranya
adalah merasakan kelekatan yang kuat antar sesama relawan. Dukungan yang penuh dari
rekan-rekan sesama relawan membuat partisipan merasakan kebahagiaan. Selain dari
rekan sesama relawan, dukungan penuh juga didapat dari orang terdekat seperti kedua
orang tua. Hal ini sejalan dengan Seligman (2005) yang menyatakan bahwa dukungan
sosial yang terima individu dapat menciptakan hubungan positif yang membuat individu
lebih merasa bahagia. Hubungan positif yang dimaksud adalah hubungan positif yang
terjalin dengan seluruh individu disekitarnya. Merasakan momen kebersamaan bersama
guru-guru lokal dan anak-anak di Sarawak seperti menyemangati anak-anak dalam
bersekolah menciptakan hubungan positif terjalin antar satu sama lain. Perhatian khusus
dari anak-anak di Sarawak membuat partisipan merasa mendapatkan respon yang positif
dari setiap hal yang diberikan sehingga dapat merasakan kebahagiaan. Sejalan dengan
Arnett, German dan Hunt (dalam Bussell & Forbes, 2005) yang mengatakan hubungan
menjadi bagian dasar yang paling penting dengan apresiasi sosial di dalamnya menjadi
paling dihargai bagi para relawan dalam kegiatan kerelawanan. Penghargaan positif
berupa pemberian kasih sayang atas hal yang telah dilakukan individu dapat membuat

7
Dinamika Kebahagiaan Pada Relawan Pengajar di Volunteerism Teaching Indonesian Children
Foundation (Yayasan Bidang Pendidikan Anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Sarawak,
Malaysia)

individu merasakan emosi yang positif pula. Hal itu dapat menjadi bahan bakar individu
untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan (Seligman,2005). Melihat senyum
kebahagiaan dari anak-anak di Sarawak atas kehadiran relawan pengajar membuat
partisipan merasakan kebahagiaan. Mampu membantu menuntaskan permasalahan anak-
anak di Sarawak dalam bidang pendidikan merupakan suatu bentuk kebahagiaan. Isen
(dalam Dalgleish & Power, 1999) menyebutkan bahwa orang yang bahagia cenderung
lebih memiliki kemampuan bersosial yang baik, suka membantu sesama dan mempunyai
kontrol yang lebih baik terhadap dirinya dibandingkan dengan orang yang tidak bahagia.
Sejalan dengan penelitian Kelly (2014), selama menjadi relawan, siswa di Irlandia
menyatakan bahwa membantu masyarakat yang kurang beruntung dapat menghantarkan
pada rasa kepuasan dan kebahagiaan yang semakin meningkat.
Ketiga partisipan memiliki proses masing-masing dalam mencapai kebahagiaan.
Adanya panggilan jiwa untuk mengabdi sebagai volunteer yang menghantarkan
partisipan merasakan keikhlasan. Ikhlas menjalani apapun yang dihadapi saat menjadi
relawan, berdampak baik bagi partisipan. Adanya respon yang positif dari orang-orang
sekitar di Sarawak membuat partisipan merasa diterima dengan baik dan sangat dihargai
keberadaanya, sehingga dapat merasakan kebahagiaan. Sejalan dengan pendapat Ed
Diener (dalam Synder dan Lopez, 2002) kebahagiaan memiliki cakupan yang sangat luas,
seperti mengalami emosi positif dengan perasaan negatif yang rendah, dan adanya tingkat
kepuasaan yang tinggi. Hal ini didefinisikan sebagai evaluasi secara kognitif dan afektif
seseorang yang mencakup reaksi dari emosi yang dirasakan individu pada setiap
pengalaman serta penilaian diri terhadap kepuasan hidupnya. Membagikan ilmu yang
dimiliki kepada orang lain menciptakan adanya rasa syukur karena dapat memberikan hal
baik kepada orang lain seperti aktivitas belajar bersama masyarakat di Sarawak dan saling
memberikan masukan yang dapat dijadikan pembelajaran membuat warga sekitar
Sarawak memberikan respon yang positif sebagai suatu penghargaan dan perhatian yang
didapatkan dari aktivitas yang sudah partisipan lakukan, sehingga partisipan mampu
mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan dan kepuasan bisa didapatkan ketika individu
mampu untuk mensyukuri hidup dan segala yang telah seseorang miliki dalam hidupnya
tanpa membandingkan dirinya dengan orang lain (Seligman,2005). Seligman (2005) juga
menyatakan bahwa bukan hanya memiliki teman, pasangan, ataupun anak, tetapi dengan
menjalin hubungan yang positif dengan seluruh individu disekitarnya. Adanya dukungan
sosial dapat menciptakan hubungan positif yang membuat individu lebih meminimalisir
permasalahan psikologis, pemecahan masalah yang adaptif dan efektif, mengembangkan

8
harga diri, menjaga kesehatan fisik, serta lebih puas dan bahagia dalam kehidupannya.
Kebutuhan untuk memenuhi pencapaian lebih atas diri sendiri dengan membentuk
kebahagiaan sendiri secara sengaja yaitu dengan berbagi hal-hal yang bermanfaat untuk
orang-orang yang tidak seberuntung hidup partisipan. Penerimaan positif yang diberikan
anak-anak dan warga di Sarawak membuat partisipan merasa menjadi orang yang
dibutuhkan keberadaanya. Karena hal itu, partisipan merasakan sensasi kelegaan yang
membuat partisipan mencapai suatu kebahagiaan yang sesungguhnya. Sejalan dengan
pernyataan Diener, Lucas, & Oishi (dalam Synder dan Lopez, 2002), kebahagiaan juga
didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif yang mencakup bagaimana respon
emosional manusia terhadap peristiwa dan penilaian kognitif tentang kepuasan dan
pemenuhan diri dalam hidupnya. Kebahagiaan merupakan konsep yang luas mencakup
emosi yang positif, perasaan negatif yang rendah, dan kepuasan hidup yang tinggi.
Pengalaman yang positif dalam kebahagiaan yang tinggi membuat manusia merasa
hidupnya bermanfaat.
Kegiatan kerelawanan yang diikuti ketiga partisipan tentunya memberikan
berbagai manfaat bagi setiap partisipan. Salah satu manfaat yang didapatkan oleh ketiga
partisipan yaitu keterampilan-keterampilan baru yang diasah selama menjadi relawan
pengajar di Sarawak. Menurut Csikszentmihalyi (dalam Synder dan Lopez, 2002)
mengatakan bahwa individu yang paling bahagia ketika terlibat dalam kegiatan menarik
yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliknya. Keadaan pikiran yang dihasilkan dari
pencocokan tantangan dan keterampilan seseorang "mengalir," dan berpendapat bahwa
orang yang mengalami aliran sering cenderung akan sangat bahagia. Dalam kegiatan
kerelawanan, relawan memberikan kontribusi penuh tanpa imbalan berupa materi, namun
mendapatkan berbagai manfaat dalam hidupnya salah satunya keterampilan yang berguna
(PNPM, 2008). Ketiganya merasa bahagia ketika adanya pencapaian yang didapat seperti
keterampilan-keterampilan baru mencakup keterampilan bagaimana manajemen dalam
suatu organisasi yang dipelajari, sehingga mengasah kemampuan bekoordinasi yang baik
dan keterampilan komunikasi dengan tata bahasa yang tepat juga secara tidak langsung
dipelajari partisipan. Keterampilan seperti komunikasi dan adaptasi dengan masyarakat di
sekitar Sarawak juga diasah, tumbuhnya sikap empati terhadap situasi yang terjadi di
Sarawak, membuat partisipan merasakan permasalahan yang dialami warga sekitar,
sehingga situasi tersebut menjadikan pembelajaran hidup bagi partisipan. Keterampilan
advokasi kepada masyarakat di Sarawak juga diasah oleh partisipan yang membuat
partisipan M merasa mendapatkan previlage berupa pengalaman yang berharga yang

9
Dinamika Kebahagiaan Pada Relawan Pengajar di Volunteerism Teaching Indonesian Children
Foundation (Yayasan Bidang Pendidikan Anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Sarawak,
Malaysia)

tidak semua orang mampu mendapatkannya. Harlow dan Cantor (dalam Synder dan
Lopez, 2002) mengemukakan bahwa pencapaian kebahagiaan dilihat dari partisipasi aktif
seseorang dalam tugas-tugas di kehidupan sosial, orang yang merasakan kepuasan adalah
orang yang aktif dalam kegiatan sosial. Kegiatan kerelawan di Sarawak membuat
partisipan semakin mengerti arti dari sebuah perjuangan yang mampu menghantarkan
partisipan mendapat berbagai manfaat sehingga merasakan kebahagiaan. Sejalan dengan
pernyataan Seligman (2005) mengemukakan bahwa salah satu cara individu untuk
bahagia adalah dengan menemukan makna dalam kehidupannya. Individu yang bahagia
akan selalu menemukan makna di dalam aktivitas yang dijalani dan pengalaman yang
dialaminya. Baik itu pengalaman yang positif ataupun pengalaman negatif. Ikut
merasakan permasalahan yang dialami warga sekitar membuat tumbuhnya perasaan
empati yang tinggi pada partisipan M. Hal tersebut dapat memicu partisipan mengasah
berbagai keterampilan bermasyarakat selama kegiatan kerelawanan. Sejalan dengan
Seligman (2005) menyatakan bahwa individu yang bahagia lebih menunjukan empati dan
memberikan banyak hal bermanfaat untuk orang lain dibandingan orang yang tidak
bahagia. Merasa mendapatkan pencapaian lebih atas diri sendiri selama mengikuti
kegiatan kerelawanan dan mengasah keterampilan yang didapatkan merupakan bentuk
dari pengalaman berharga yang dialami partisipan selama di Sarawak. Sejalan dengan
Seligman (2005) mengemukakan gratifikasi adalah aktivitas yang menyenangkan yang
mengikuti pencapaian hasrat seseorang. Kegiatan yang memunculkannya memiliki
komponen tantangan, keterampilan, dan konsentrasi penuh, ada tujuan yang akan diraih,
dan ada hal positif yang seseorang rasakan secara langsung yang dapat memunculkan
kebahagiaan. Manfaat yang didapat dari ketiga partisipan bukan dari segi ekonomi, akan
tetapi keterampilan-keterampilan baru dan juga relasi yang luas yang membuat ketiga
partisipan mendapatkan jaringan yang sangat luas. Keterampilan-keterampilan tersebut
seperti keterampilan komunikasi, manajemen organisasi, adaptasi, empati, dan juga
advokasi yang menjadi suatu pencapaian tersendiri bagi setiap partisipan. Pernyataan
tersebut sejalan dengan teorinya Arnett, German dan Hunt (dalam Bussell & Forbes,
2005) mengatakan bahwa menjadi relawan dalam sebuah organisasi kerelawanan
memiliki banyak manfaat yang tidak bersifat ekonomi. Manfaat tersebut seringkali tidak
berwujud secara fisik, namun hubungan menjadi bagian dasar yang paling penting dengan
apresiasi sosial di dalamnya menjadi paling dihargai bagi para relawan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketiga partisipan
merasa bahagia menjadi relawan. Masing-masing partisipan memiliki dinamika

10
kebahagiaan yang berbeda-beda. Dinamika kebahagiaan relawan pengajar di VTIC
Foundation diungkap dari adanya motif kerelawanan, mendefinisikan kebahagiaan
masing-masing, memiliki bentuk kebahagiaan tersendiri, mengalami proses kebahagiaan,
dan mendapatkan manfaat yang positif dari kegiatan kerelawanan sehingga merasakan
kebahagiaan.

KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitan mengenai dinamika kebahagiaan relawan di
VTIC Foundation (Yayasan Bidang Pendidikan Anak-Anak Pekerja Migran Indonesia di
Sarawak, Malaysia), maka dapat disimpulkan bahwa adanya keinginan untuk berbagi hal
yang bermanfaat untuk orang lain merupakan dorongan dalam diri sebagai pemenuhan
kebutuhan untuk merasakan kebahagiaan bagi ketiga partisipan. Memiliki optimisme
terhadap kehidupan dan kegagalan membuat partisipan merasakan kepuasan. Menjalani
kegiatan kerelawanan secara ikhlas, mendapat kemudahan atas ridho dari Tuhan
menghantarkan partisipan pada kebahagiaan dan kebersyukuran. Kebahagiaan dapat
digambarkan ketika masing-masing partisipan dapat berinteraksi dengan orang-orang di
Sarawak, terlibat penuh untuk memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu
warga sehingga terciptanya kelekatan. Melakukan aktivitas dengan ikhlas dan bersyukur
membuat partisipan mendapatkan respon positif sehingga mencapai kebahagiaan.
Kebahagiaan yang terbentuk dari kelekatan yang dibangun selama momen
kebersamaan para relawan dan orang-orang di Sarawak menciptakan hubungan yang
positif antar relawan dan masyarakat. Melihat senyum kebahagiaan anak-anak di Sarawak
dan membantu menuntaskan masalah pendidikan anak-anak di Sarawak, serta dukungan
penuh dari orang-orang terdekat partisipan membuat partisipan merasakan kebahagiaan.
Keinginan yang kuat untuk berbagi ilmu yang bermanfaat sebagai panggilan jiwa atas
pemenuhan pencapaian diri dari partisipan membuat partisipan merasakan keikhlasan dan
kebersyukuran dalam menjalani kegiatan kerelawanan. Respon positif yang diberikan
masyarakat Sarawak sebagai penghargaan dan perhatian membuat partisipan merasakan
sensasi kelegaan dan dapat merasa bahagia hingga memunculkan rasa empati yang sangat
tinggi terhadap kondisi warga Sarawak.
Aktivitas kerelawanan yang dijalani ketiga partisipan memberikan makna
perjuangan tersendiri. Mengasah keterampilan-keterampilan baru seperti keterampilan
komunikasi, manajemen organisasi, kemampuan adaptasi, empati, dan advokasi menjadi
pencapaian berharga bagi partisipan. Kebersamaan yang dirasakan selama kegiatan

11
Dinamika Kebahagiaan Pada Relawan Pengajar di Volunteerism Teaching Indonesian Children
Foundation (Yayasan Bidang Pendidikan Anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Sarawak,
Malaysia)

kerelawanan membuat para relawan dapat terhubung satu sama lain sehingga
mendapatkan relasi dan jaringan yang sangat luas menghantarkan partisipan merasakan
kebahagiaan..

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka terdapat saran dalam
penelitian ini yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi para relawan yang akan atau sedang menjalani kegiatan kerelawanan,
penulis berharap mampu mengambil pengalaman positif yang didapat oleh
relawan dalam penelitian ini dan penelitian ini dapat menjadi gambaran mengenai
kerelawanan sehingga diharapkan menjadi pembelajaran atau informasi mengenai
kerelawanan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, dari hasil penelitian ini diharapkan bagi penelitian yang
konteksnya mengenai kebahagiaan khususnya pada relawan dapat
memaksimalkan penggunaan data pendukung lain seperti observasi dan
dokumentasi, sehingga diharapkan mendapat temuan-temuan baru yang lebih luas
dan memungkinkan adanya temuan-temuan yang belum terungkap pada
penelitian ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Albert, C., & Garcı´a-Serrano, C. (2010). Cleaning the slate? School choice and
educational outcomes in Spain. High Educ, 559–582.
http://doi.org/10.1007/s10734-010-9315-9

Aknin & Broesch (2015). Prosocial Behavior Leads to Happiness in a Small-


Scale Rural Society. Journal of Experimental Psychology: General,
144(4), 788 – 795.

Andriati, A. F. (2018). Subjective Well Being pada Sukarelawan Pengajar


Solo Mengajar. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Bussell, H., & Forbes, D (2005). Volunteer management in arts organizations: A


case study and managerial implications. International Journal of Arts
Management, 9(2), 1-10.

Cuskelly, G. McIntryre, N. & Boag, A. (1998). A Longitudinal Study of the


Development of Organizational Commitment amongst Volunteer Sport.
Administrators. Journal of Sports Management, 12, 181-202.

Dalgleish, T., & Power, M. (1999). Handbook of cognition and emotion.

Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Modul Khusus Komunitas PNPM Mandiri:


Manajemen Relawan Relawan. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta.

Diener, Ed. (2009). The science of well-being the collected works of ed diener.
Spring. https://doi.org/10.1093/acprof:oso/9780198567523.001.0001

Hardani, dkk (2020). Metode penelitian kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta:


CV.Pustaka Ilmu Grup.

Heylighen, F. 1999. Happiness. http://pespmc1.vub.ac.be/HAPPINES. html.

Jangkung, S. (2013). Dinamika Kebahagiaan Relawan Pusat Studi dan Layanan


Difabel ( Psld) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi: Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Karinda & Arianti (2020). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga. Potret Kebahagiaan Relawan Studi Kasus Relawan Satya Wacana
Peduli di Lombok, 4(1), 101 – 116.

Kelly, N. (2014). An exploration into the motivations, barriers, and benefits


associated with volunteering among final year full-time undergraduate
students. Department of Social Science DBS School of Arts,1-55.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2003). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta, DKI: Penulis. Diakses dari
https://pmpk.kemdikbud.go.id/assets/docs/UU_2003_No_20_-
_Sistem_Pendidikan_Nasional.pdf

Lopez, J. S., Snyder C. R. (2002). Handbook of Positive Psychology. Oxford


University Press. (63-70).

Pangestu, P.J (2016). Hubungan Motivasi dan Kepuasan Relawan pada Organisasi
Seni.Jurnal Tata Kelola Seni, 2(2), 35-48.

Rachmawati, N.I (2007). Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif:


Wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia. Universitas Indonesia, 11(1),
35-40.

Ryan, R,L., Kaplan, R., & Grese, R.E. (2001). Predicting volunteer commitment
in environmental stewardship programmes. Journal of Environmental
Planning and Management, 44(5), 629–648.

Salim & syahrum (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Citapustaka


Media.

Sancoko, H.C. Sugiarti, R. & Suhariadi, F. (2021). Kebahagiaan pada Relawan


Pelacak Kontak COVID-19. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan. Fakultas
Psikologi Universitas Semarang, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga,
11(3), 326-339.

Seligman, Martin E.P (2005). Authentic happiness menciptakan kebahagiaan


dengan psikologi positif. Penerj. Nukman, Eva Yulia. Bandung: Mizan.

VTIC Foundation. (2014). Latar Belakang. Diakses tanggal 24 April 2020, dari
http://vticfoundation.org/

Anda mungkin juga menyukai