Sebagai makhluk yang rumit, seringkali kucing dianggap tidak memiliki
kemampuan yang potensial untuk melakukan suatu hal, dibandingkan dengan anjing. Namun, penelitian kekinian mencoba untuk menggali bagaimana kunci perilaku kucing yang bahkan berkembang untuk kebutuhan evolusioner. Sehingga potensi untuk mengetahui kelebihan dan keunikan kucing ini bisa digali lebih lanjut. Kucing dikenal sebagai hewan yang sangat sosial dengan tingkah yang sangat lucu, menggemaskan, dan random. Siapa sangka, ternyata sifat ini adalah hasil evolusi dari leluhurnya yang merupakan hewan predator. Felis catus, nama latin kucing peliharaan, adalah hasil domestikasi dari kucing liar Afrika. Selama 10.000 tahun, DNA mereka sedikit berubah. Sebagai hewan liar, kucing didesain dengan tulang belakang yang lebih banyak dari mamalia lain dengan fitur cakram bantalan elastis di sela-selanya yang membuat mereka sangat lentur. Bisa dikatakan, kucing adalah cheetah kemasan sachet yang memiliki potensi kecepatan berlari lebih dari 30 km/jam dan mampu untuk melenting dan melakukan pose aneh di saat-saat tertentu. Selain itu, otot kucing juga dirancang khusus. Mereka bisa sepenuhnya mengaktifkan otot saat melompat sehingga lompatan mereka mencapai 5 sampai 6 kali panjang tubuh mereka. Mereka juga memanfaatkan ekor untuk mengubah arah saat melakukan lompatan. Saat menjatuhkan diri, kucing memiliki righting reflex yang membuat mereka sadar saat jatuh dan melakukan manuver untuk jatuh dengan kaki mereka. Refleks ini adalah fungsi dari sistem vestibula yang terletak di telinga untuk mengirimkan sinyal menuju otak dan membuat mereka sadar untuk bermanuver saat akan jatuh. Pada dasarnya, semua mamalia memiliki kemampuan itu, namun refleks kucing 2x lebih cepat untuk itu. Kemampuan-kemampuan semacam itu membuat kucing menjadi hewan yang mengagumkan sekaligus misterius. Kucing sendiri tidak banyak berubah secara evolusi sehingga mereka seperti campuran kucing liar dan kucing rumahan Sehingga, seringkali kemampuan kognitif-sosial kucing dianggap remeh dibanding dengan anjing. Tapi, sebenarnya hal ini terjadi karena masih sedikit penelitian mengenai kucing pada hal ini. Misalnya, apakah kucing mengenali namanya? Pada dasarnya, eksperimen membuktikan bahwa kebanyakan kucing tahu nama mereka sebagaimana anjing juga mengetahui namanya. Memang, penelitian kucing terhambat 15 tahun dibanding dengan anjing. Namun, Dr. Kristyn dan Dr. Saho melakukan 37 studi gabungan yang membuktikan bahwa kucing mampu mengenali wajah dan suara pemilik serta kucing lain, mengerti arti petunjuk, memahami keberadaan objek, memahami bahwa saat objek menghilang dari pandangan maka bukan berarti lenyap. Intinya, banyak hal baru mengenai kucing yang belum dimengerti sebelumnya. Perilaku dan reaksi kucing pun ternyata mirip dengan perilaku dan reaksi anjing, namun potensi itu belum dimanfaatkan dengan baik. Contoh konkritnya adalah Savitsky Cat dari Ukraina, yang memenangkan perempat final di American Got Talent. Menurut mereka, melatih anjing sedikit berbeda dengan melatih kucing. Jika anjing lebih seperti “aku menurutimu” maka kucing lebih seperti “ajari aku” sehingga lebih rumit. Tipsnya, penting agar si kucing percaya dengan pelatihnya sepenuhnya sehingga membentuk bonding yang menjadi trik utama untuk melatih kucing. Beberapa triknya adalah, jika ingin kucing menyukai kita maka kita bisa berkedip perlahan terlebih dahulu. Kontak mata menjadi hal yang penting di dunia hewan. Jika tatapan mata terlalu tajam, itu akan menakutkan. Jika ingin berinteraksi dengan kucing, maka buat diri kita tampak kecil dengan beregrak atau berdiri menyamping, lalu bisa melirik dan berkedip. Bagi kucing, hal ini seperti sebuah senyuman dan tebaran emosi negatif sehingga mereka seringkali merespon dengan balas berkedip. Setelah itu, coba untuk mendekat dan berikan jari pada mereka dan biarkan mereka menyundulnya. Kucing seringkali mendengkur dan menyentuhkan hidung mereka pada kucing lain saat berinteraksi. Mereka akan mengendus jari kita, mencium aromanya, dan mengenali kita. Jika mereka menyukai kita, maka mereka akan menggesekkan badan mereka ke tangan kita. Lalu, jangan langsung sentuh dari atas karena itu seperti hewan predator yang menyerang sehingg mereka takut dan akan mengaktifkan insting liar mereka. Jika ada kucing yang takut dengan sentuhan, bisa gunakan pom-pom untuk berinteraksi dan mengetahui perasaan mereka. Jika kucing menyukai kita, mereka akan melakukan perilaku yang disebut Allorubbing, atau menggesekkan kepada sebagai perilaku sosial yang membangun ikatan. Penelitian menyebutkan bahwa 83% kucing akan melakukan allorubbing pada pemiliknya ketika mereka bertemu dengan pemiliknya, hal ini disebut sebagai cara kucing untuk menghilangkan stress. Sikap ramah ini juga menjadi indicator yang berarti kita sebagai pemilik diterima oleh si kucing. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah kucing menyukai semua manusia atau mereka pemilih? Peneliti melakukan eksperimen yang disebut Paired Attachment yang bertujuan mengetahui berapa lama kucing menghabiskan waktu dengan pemiliknya dan orang asing. Hasilnya, kucing memang memiliki preferensi dan ikatan kuat dengan pemiliknya. Keterikatan ini diduga perpanjangan dari keterikatan kucing dengan induknya sebagai anak kucing. Kunci lain untuk membuka potensi kucing adalah dengan membuatnya betah. Seperti leluhur mereka, kucing suka ketinggian. Jika mereka gelisah, mereka akan mencapai ketinggian untuk melihat lingkungan di sekitarnya. Kucing juga menyukai tempat sempit, seperti kardus. Sisi yang tertutup membuat mereka merasa aman. Selain itu, mereka adalah predator penyergap sehingga mereka suka untuk bersembunyi dan menangkap mangsanya. Sehingga kardus seakan-akan cocok untuk memenuhi pola predator mereka. Mereka juga memiliki kemampuan mengenali rintangan yang membantu mereka bertahan hidup. Kucing juga memiliki asset khusus yang membantu mereka menyusup, dan asset ini hanya dimiliki oleh sedikit hewan. Ketika melewati lubang kecil, mereka selalu memulai dengan kumis nya. Kumis menjadi adaptasi dari kucing yang menarik. Kumis ini seperti bulu yang terhubung dengan saraf menuju otak yang mengirim informasi mengenai apa yang disentuh oleh kumis. Kumis tak hanya terletak di pipi dan dagu, namun juga ada di alis dan belakang kaki depan. Kumis ini berevolusi menjadi sensor taktil untuk mengenali lingkungan. Dalam kasus lubang kecil, kumis membantu mereka mengetahui seberapa ukuran lubang yang akan mereka lewati. Kemudian, kerangka lentur mereka yang mengatur sisanya. Tulang selangka kucing tidak bertumpu di tulang melainkan di otot seperti bersendi ganda di semua bagian. Namun, kumis kucing tidak bertumbuh jika kucing semakin gemuk. Kumis kucing berevolusi menjadi seukuran lebar tubuh kucing sehingga menjadi masalah jika kucing mengalami obesitas. Lima puluh Sembilan persen kucing di AS mengalami obesitas. Sehingga, menemukan diet yang tepat menjadi hal yang penting untuk kucing. Leluhur kucing saat ini dan para kucing besar harus bekerja untuk mencari makan sehingga mereka tidak kesulitan untuk langsing. Namun, kucing rumahan lebih sulit. Sehingga, berikan kucing kegiatan, baik mainan, makanan, tempat makan interaktif, atau apapun untuk dikerjakan sehingga agar mereka harus berusaha terlebih dahulu sebelum makan. Selain itu, kucing juga harus makan daging. Kucing tidak mampu menyintesis asam amino tertentu yang hanya ada pada daging. Dr. Yuki, seorang ahli kucing di Jepang mengatakan bahwa kucing adalah hewan yang sensitif. Dengan melihat mata kucing, telinga kucing, dan cara mengibaskan ekor, maka jika diamati kitab isa memahami perasaan seekor kucing. Saat mata kucing terbuka dan telinganya naik, mereka dalam kondisi santai. Jika mereka menyipitkan mata dan menurunkan telinga, mereka menjadi agresif. Jika mata terbuka tapi telinga ke belakang, mereka bersiap membela diri. Jika mereka memamerkan gigi, mereka bersiap menyerang. Gerakan ekor juga memiliki arti tertentu. Saat mengibaskan ekor, kucing merasa kesal. Saat mereka meluruskannya, mereka cukup senang. Saat ujung ekornya berkedut, mereka merasa tertarik. Saat ekor kucing diletakkan di dalam antara kaki, mereka takut dan berusaha terlihat patuh. Saat bulu mereka berdiri, mereka sangat ketakutan. Kucing juga memiliki 20 suara berbeda untuk mengekspresikan emosinya. Ada suara kucing untuk menginginkan sesuatu, ada pula saat merasa senang. Juga ada untuk memberi peringatan tertentu seperti “jangan terlalu dekat” dan suara serangan. Uniknya, kucing lebih sering berbicara dengan manusia daripada kucing lain. Kucing yang hidup dengan manusia lebih sering mengeong. Saat kucing mengeong keras dan jelas sekali, seringkali itu berarti si kucing menuntut sesuatu. Selain itu, dengkuran (purring) seekor kucing juga dinilai unik. Saat kucing membuat suara dengan tenggorokan, rasanya mereka sedang nyaman. Studi menemukan bahwa kucing memanfaatkan dengkuran untuk memasuki alam bawah sadar kita. Mereka menyisipkan frekuensi yang overlap dengan frekuensi yang dibuat bayi saat menangis. Saat bayi menangis, frekuensinya sekitar 400-600 Hz, suara yang dirancang untuk menarik perhatian. Kucing modern juga mengembangkan suara meong bernada tinggi di dalam dengkuran yang meniru frekuensi ini. Sehingga mereka bisa membuat suara yang sangat kecil kemungkinanya untuk diabaikan. Mereka berevolusi agar kita makin peduli dengan mereka. Cara dasar untuk melatih kucing adalah meminta mereka untuk mengikuti kita dengan memberi perintah sederhana secara berulang. Teknik memberi pengulangan perintah ini disebut Classical Conditioning. Pada kucing, latihan klik bisa diterapkan sebagai dasar. Tawarkan suara klik dalam 1-2 detik lalu berikan makanan agar kucing memahaminya. Namun, kucing mudah bosan sehingga lakukan ini dengan latihan singkat saja, antara 1-5 menit. Namun, kucing juga memiliki variasi perilaku yang sangat banyak sehingga antara satu individu dengan yang lain akan berbeda dalam merespon dan bersosialisasi. Saat lahir, hewan juga dibekali dengan tempramen sebagai pondasi bagi kepribadian yang berkembang sepanjang hidup mereka. Anak kucing berusia 3 hari pun sudah memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Maka untuk melatih kucing, manusia lah yang harus menyesuaikan dengan kepribadian kucing. Selain kepribadian, pengalaman hidup kucing juga berpengaruh dalam perilaku kucing, termasuk seberapa sosialnya kucing. Seperti Eddy, kucing dari Savitsky Cat yang hidup bersama anjing, ia harus dilatih dengan cara berbeda. Kucing juga memiliki banyak cara untuk dimotivasi, dan tiap individu berbeda. Makanan tak selalu menjadi alat yang hebat. Mayoritas kucing ternyata lebih suka hadiah yang bersifat sosial. Eksperimen membuktikan bahwa mayoritas kucing akan lebih memilih pemiliknya dibanding makanan, bau-bauan, atau mainan yang disukainya. Pertanyaanya, apakah benar kucing mencintai manusia? Akar pertalian kucing dan manusia dipercaya oleh sejarawan sudah sejak peradaban mesir kuno, 4.000 tahun yang lalu. Namun, temuan genetika mengubah segalanya. 10.000 tahun yang lalu, tidak ada kucing di Siprus, sebuah pulau kecil di mediterania. Namun,peneliti menemukan pemakaman anak-anak dengan kerangka kucing. Ketika DNA digunakan untuk menentukan tanggal penemuan ini, hasilnya minimal sudah 10.000 tahiun kucing hidup bersama manusia. Manusia sendiri lah yang membawa kucing-kucing ini ke Siprus. Manusia pada era itu mulai melakukan cocok tanam sehingga mengundang hewan pengerat untuk datang, maka kucing menemukan peluang dengan memburu hewan-hewan pengerat ini. Kemungkinan, inilah awal pertalian kucing dengan manusia. Pertalian kucing dan manusia terus berkembang. Di Mesir Kuno, manusia memuja kucing. Ada jutaan kucing yang dijadikan mumi dan ikonografi mesir, semua penggambaran kucing. Seringkali kucing juga digambarkan di bawah kursi bangsawan wanita. Dari sini, terlihat bahwa kucing mulai berevolusi menjadi kucing rumahan. Kucing pun menyebar ke seluruh dunia, kemungkinan besar dibawa dengan kapal. Baik sengaja, maupun tidak seakan-akan tiap kapal ada kucing yang mengikuti. Namun, pertalian kucing dengan manusia tak selalu positif. Kisah kucing hitam dan sihir hitam dimulai oleh seorang Paus bernama Paus Gregory IX. Di era abad pertengahan, kucing dikaitkan dengan penyihir. Pada dasarnya, penyihir di era itu adalah wanita bijak yang dekat dengan alam sehingga mereka tahu pentingnya menjaga rumah tetap bersih agar tetap sehat, sehingga mereka memiliki sapu dan memelihara kucing untuk menyingkirkan tikus. Namun, gereja pada saat itu, yang didominasi laki-laki, menganggap mereka berbahaya dan berusaha menyingkirkan mereka. Populasi kucing di Eropa kala itu hancur dan beberapa ahli mengasosiasikan itu dengan kemunculan wabah pes dan black death, akibat tingginya populasi hewan pengerat. Di Skotlandia, secara tradisional, kucing dipelihara di tempat penyulingan anggur untuk mengusir tikus. Bahkan ini telah terjadi secara turun-temurun. Mata kucing yang besar dibanding ukuran tengkoraknya, serta memiliki tapetum lucidum, sel di belakang mata yang memantulkan cahaya ke retina, memungkinkan mereka meliht dalam kondisi kurang cahaya. Untuk berburu tikus, kucing harus ultrasonic. Telinga kucing bisa berputar 180 derajat dan mendengar dengan jarak yang jauh. Kucing juga disebut sebagai hewan Crepuscular, yang berarti mereka aktif saat fajar dan senja. Seringkali kucing tiba-tiba memiliki energi yang melimpah saat manusia sedang tidur yang disebut sebagai F.R.A.P (Frenetic Random Activity Period) atau periode pola aksi cepat liar. Kita bisa melihat kucing membuat suara “kicauan”, turun ke lantai, melompat kesana kemari, dan sebagainya di saat kita tidur. Hal ini normal dan berasal dari ritme sirkadian kucing. Pertanyaan berikutnya, mengapa kucing seringkali memberi pemiliknya hadiah? Induk kucing yang memiliki anak kucing, dia akan membawa pulang mangsanya untuk anak-anak kucing. Lalu, induk kucing akan membiarkan mereka memainkan dan berinteraksi dengan mangsanya agar tahu bahwa ini adalah mangsa yang sesuai. Jika kucing membawa hadiah mangsa mereka pada kita, artinya mereka menganggap kita sebagai keluarganya. Pertalian tradisional manusia dan kucing pun menjadi obsesi global. Di internet, video kucing seakan menjadi hal yang penting untuk dibuka. Penelitian mengungkapkan bahwa melihat video kucing akan meningkatkan emosi positif dan mengurangi emosi negatif. Dengan kata lain, mereka meningkatkan prduksi dopamin. Seringkali kucing berperilaku “nakal” di rumah. Namun, jangan pernah menghukum mereka karerna mereka terkadang tak mengerti mengapa ia dihukum dan merasa diri kita unpredictable. Kuncinya alihkan perhatian kucing secara positif, misalnya dengan memainkan tangan kita atau lainnya. Lalu, lakukan counterconditioning, proses pengubah respons emosional. Kondisi motivasional kucing memang tidak mudah diprediksi. Jika anjing merasa pemiliknya dewa, maka kucing merasa dirinya lah dewa. Kucing tak mau melakukan apa yang mereka tidak sukai. Namun, perilaku kucing juga mencerminkan cara kita memperlakukan mereka. Lebih lanjut, kucing ternyata bisa menangkap dan memahami perasaan kita. Maka ketika melatih kucing, jangan sekali-sekali memiliki mood yang buruk. Secara evolusioner, kucing memang telah berevolusi untuk menjadi lebih berempati. Mereka berevolusi dengan menatap rekan sosial di lingkungan dan mengumpulkan informasi. Bahkan level nya sudah di level lingkungan antar negara. Di Jepang, kucing kesulitan dengan tempat asing sedangkan di Amerika, kucing bersikap wajar di tempat asing. Sehingga, perbedaan budaya ternyata terjadi di kucing juga. Di Jepang yang merupakan negara kepulauan, kebanyakan kucing dipelihara di rumah. Orang Jepang pun jarang melakukan pesta di rumah, sehingga kucing Jepang jarang untuk bertemu orang asing. Sedangkan kucing Amerika sebaliknya. Kepribadian ini pun uniknya juga diturunkan secara turun menurun. Begitupula di Istanbul, Turki, kucing adalah hal yang sangat umum. Jalanan di sana adalah rumah bagi lebih dari 100.000 kucing jalanan, sangat cocok dengan kondisi perkotaan. Mereka adalah bagian dari kota, bahkan mereka menyediakan infrastruktur untuk kucing. Bahkan di 2020, Turki menerapkan undang-undang untuk kesetaraan kucing. Sudah jelas bahwa kita suka kucing, yang mengarahkan ke pertanyaan terbesar tentang kucing. Apakah kucing menyayangi kita? Kucing bisa membentuk ikatan mendalam dengan seseorang, dan itu mirip cinta. Kucing sangat menyayangi pemiliknya. Kucing juga memberikan dukungan emosional, perasaan sehat, kebahagiaan, dan cinta tanpa syarat. Semakin banyak belajar, kita semakin tahu bahwa keterikatan manusia dengan kucing sangatlah dalam. Kita memberikan banyak cinta pada mereka, lalu mereka menerimanya. Cinta berjalan 2 arah dan potensi kucing akan tergali. Saat semuanya berpadu, hasilnya akan ajaib.