Anda di halaman 1dari 110

PUTUSAN

Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pengadilan Negeri Klaten yang mengadili perkara pidana dengan acara
pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai
berikut dalam perkara Para Terdakwa :
Terdakwa I :
1. Nama Lengkap : Sudarno Als. Sulis Bin Wasino;
2. Tempat lahir : Klaten;
3. Umur/ tanggal lahir : 37 tahun/ 20 Desember 1980;
4. Jenis Kelamin : Laki-laki;
5. Kebangsaan : Indonesia;
6. Tempat Tinggal : Dukuh Harjondani Rt. 10/Rw.04, Desa Tanjungsari,
Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten;
7. A g a m a : Islam;
8. Pekerjaan : Swasta (pedagang);
Terdakwa II :
1. Nama Lengkap : Suroto Als. Sukar Bin Parto Wiyono;
2. Tempat lahir : Klaten;
3. Umur/ tanggal lahir : 40 tahun/ 30 Desember 1977;
4. Jenis Kelamin : Laki-laki;
5. Kebangsaan : Indonesia;
6. Tempat Tinggal : Dukuh Kebitan Rt. 037/Rw.014, Desa Nangsri,
Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten;
7. A g a m a : Islam;
8. Pekerjaan : Swasta (pedagang);
Terdakwa III :
1. Nama Lengkap : Gatot Teguh Santoso;
2. Tempat lahir : Klaten;
3. Umur/ tanggal lahir : 43 tahun/ 11 Februari 1975;
4. Jenis Kelamin : Laki-laki;
5. Kebangsaan : Indonesia;
6. Tempat Tinggal : Dukuh Bendosari Rt. 019/Rw.008, Desa
Tanjungsari, Kecamatan Manisrenggo,
Kabupaten Klaten;
7. A g a m a : Islam;

Halaman 1 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


8. Pekerjaan : Buruh Harian Lepas;
Terdakwa IV :
1. Nama Lengkap : Angga Ary Tinarko Bin Agus Bahtiar;
2. Tempat lahir : Klaten;
3. Umur/ tanggal lahir : 34 tahun/ 9 Januari 1984;
4. Jenis Kelamin : Laki-laki;
5. Kebangsaan : Indonesia;
6. Tempat Tinggal : Dukuh Pandean II Rt. 02/Rw.006, Desa Taji,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten;
7. A g a m a : Islam;
8. Pekerjaan : Wirawasta;

Para Terdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh :


1) Penyidik sejak tanggal 25 Desember 2017 sampai dengan tanggal 13
Januari 2018;
2) Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 14 Januari 2018 sampai
dengan tanggal 22 Pebruari 2018;
3) Penuntut Umum sejak tanggal 19 Pebruari 2018 sampai dengan tanggal 10
Maret 2018;
4) Majelis Hakim sejak tanggal 21 Pebruari 2018 sampai dengan tanggal 22
Maret 2018;
5) Perperpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Klaten sejak tanggal 23 Maret
2018 sampai dengan tanggal 21 Mei 2018;
Para Terdakwa dialihkan penahanannya menjadi Tahanan kota oleh
Majelis Hakim sejak tanggal 9 April 2018 sampai dengan tanggal 21 Mei 2018;
Para Terdakwa di persidangan didampingi oleh Penasihat Hukum yaitu
Nasrulloh Nasution, S.H..,MKn, Muhammad Kamil Pasha, S.H.,M.H., Juanda
Eltari, S.H, Harry Kurniawan, S.H.,M.H., Arvid Mardwiskatyo, S.H.,M.Kn, Wisnu
Rakadita, S.H., Afiq Ansyori Chamim, S.H., Gino, S.H., Ali Alatas, S.H., Hedy
Pratama, S.H., Aziz Yanuar Prihatin, S.H.,M.H.,M.M., Sylviani Abdul Hamid,
Shi, MH, Achmad Ardiansyah, S.H., Heri Aryanto, S.H.,MH, Rama Hendarta
Adam, S.H., Mahmud, S.H.MH.CLA, Sumadi Admadja, S.H., Benny Haris
Nainggolan, S.H., Sri Kalono, S.H.,M.Si, dan Surisman, S.H.,M.H., kesemuanya
advokat Team Pengacara Pembela Aktifis Islam (TPPAI) beralamat di Puri
Mojayan Asri Blok A No. 7 RT 01 RW 11 Kelurahan Mojayan, Kelurahan Klaten
Tengah, Kabupaten Klaten, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret
2018;

Halaman 2 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca :
- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Klaten Nomor 37/Pen.Pid.
Sus/2018/PN Kln tanggal 21 Pebruari 2018 tentang penunjukan Majelis
Hakim yang mengadili perkara ini;
- Penetapan Majelis Hakim Nomor 37/Pen.Pid.Sus/2018/PN Kln tanggal 21
Pebruari 2018 tentang penetapan hari sidang;
- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
Setelah mendengar pembacaan surat dakwaan Penuntut Umum;
Setelah mendengar pembacaan keberatan dari Penasihat Hukum Para
Terdakwa dan pendapat dari Penuntut Umum;
Setelah mendengar keterangan Saksi-saksi, Ahli dan Para Terdakwa
serta memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di
persidangan;
Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh
Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa I. SUDARNO Als SULIS Bin WASINO, terdakwa II.
SUROTO Als SUKAR Bin PARTO WIYONO, terdakwa III. GATOT TEGUH
SANTOSO dan terdakwa IV. ANGGA ARY TINARKO Bin AGUS BAHTIAR
terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan
tindak pidana “yang menjadi anggota dan atau pengurus ormas, dengan
sengaja dan secara langsung atau tidak langsung, melakukan kegiatan
yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, sebagai orang yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan” sebagaimana dakwaan
kedua melanggar Pasal 82A ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Organisasi kemasyarakatan jo pasal 55 ayat 1 Ke-1
KUHP.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I. SUDARNO Als SULIS Bin
WASINO, terdakwa II. SUROTO Als SUKAR Bin PARTO WIYONO,
terdakwa III. GATOT TEGUH SANTOSO dan terdakwa IV. ANGGA ARY
TINARKO Bin AGUS BAHTIAR dengan pidana penjara selama 8 (delapan)
bulan dikurangi selama para terdakwa menjalani tahanan dengan perintah
agar terdakwa segera menjalani pidana penjara tersebut

Halaman 3 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


3. Menetapkan mengalihkan jenis penahanan para terdakwa dari tahanan
kota menjadi tahanan Rutan/ Lapas
4. Menyatakan Barang bukti berupa berupa:
a. 1 (satu) potong rompi berwarna putih bertuliskan FPI FRONT
PEMBELA ISLAM;
Dikembalikan kepada terdakwa Sudarno Alias Sulis Bin Wasino
b. 1 (satu) buah kartu izin amatir radio atas nama Isa Nurnusanto, Ir
Alamat : Ibis Cempoko Indah, Sitimulyo, Piyungan, Bantul;
Dikembalikan kepada saksi Isa Nurnusanto
c. 1 (satu) buah surat ijin mengemudi (SIM) C atas nama Siti Wahyuni,
No. SIM 720914410938;
Dikembalikan kepada saksi Siti Wahyuni
d. 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Jumali NIK:
3402151011710001;
e. 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Anton Agus
Rishartanto NIK: 2171122308849006;
Dikembalikan kepada Anton Agus Rishartanto
f. 1 (satu) buah buku tamu Hotel Srikandi merk Sinar Dunia warna hijau
ada gambar penguin bertuliskan “pingpong”;
g. 1 (satu) lembar Standart Operating Prosedure (SOP) Hotel Srikandi;
Dikembalikan kepada Hotel Srikandi Prambanan melalui saksi
Andang Kurniawan
h. 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna putih hijau ada logo dan
tulisan identitas Laskar Islam LPI Kab. Klaten dibagian depan dan FPI
Front Pembela Islam Regional Leadership Board- Islamic Defenders
Front Dewan Pimpinan Wilayah- Front Pembela Islam DPW-FPI Kab.
Klaten Jl. Manisrenggo No.44 Kebitan, Nangsri, Manisrenggo, Klaten,
Jawa Tengah. 57485 Telp 087734592444 dibagian belakang;
i. 1 (satu) unit Sepeda Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009
warna merah marun, No. Pol: AD-4463-YJ, No. Ka:
MH314D0029K375551, No. Sin: 14D375738, beserta STNK atas nama
NIken Endah Subekti alamat : Groyokan Rt.01 Rw.09 Ds. Kemudo,
Kec. Prambanan, Kab. Klaten
Dikembalikan kepada terdakwa Suroto alias Sukar Bin Parto
Wiyono (alm)
j. 1 (satu) potong celana panjang warna putih;

Halaman 4 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


k. 1 (satu) potong baju lengan panjang warna putih ada tempelan bendera
merah putih dan logo serta identitas FPI (Front Pembela Islam) Kab.
Klaten;
Dikembalikan kepada terdakwa Gatot Teguh Santoso bin Mujiono
l. 1 (satu) buah flashdisk berwarna silver metalik dengan kapasitas 16
Giga merk Kingston, yang berisikan soft copy rekaman gambar CCTV;
Dikembalikan kepada saksi F.X Hendro Santoso
5. Menetapkan terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu
rupiah).
Setelah mendengar pembelaan Para Terdakwa yang pada pokoknya
sebagai berikut :
Maka dengan ini perkenankan kami Penasehat Hukum, menyampaikan
Pleedoi (Nota Pembelaan) sebagai berikut :
Yang mulia Majelis Hakim,
Yang terhormat Saudara Jaksa Penuntut Umum,
Yang terhormat Saudara Panitera Pengganti,
Yang terhotmat segenap pengunjung persidangan,
Bukan maksud kami menggurui tentang Ilmu Hukum kepada yang mulia
Majelis Hakim, serta yang terhormat Saudara Jaksa Penuntut Umum, bila kami
memberikan sedikit ulasan tentang teori dasar hukum, tentang materi Surat
Tuntutan (Requisitoir) yang telah disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum.
Tujuan kami hanya satu, bahwa di dalam penegakan hukum marilah kita taat
pada segala prinsip dan asas hukum yang telah termaktub dalam peraturan
perundang-undangan yang ada, sehingga pada akhirnya nanti kita bisa
menghasilkan suatu putusan yang benar-benar berpihak pada kebenaran dan
keadilan, tanpa ada cacat cela yang kurang mewakili rasa keadilan bagi para
pihak. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu membimbing hati nurani kita
untuk menegakkan hukum dengan dasar keadilan dan kebenaran, bukan suatu
opini sesat yang membingungkan kita semua sebagai hamba hukum ... Aamiin!
Di dalam hukum acara pidana pembuktian merupakan titik sentral di
dalam pemeriksaan perkara di pengadilan. Karena melalui tahapan pembuktian
inilah terjadi suatu proses, cara, perbuatan membuktikan untuk menunjukkan
benar atau salahnya si Terdakwa terhadap suatu perkara pidana di dalam
sidang pengadilan. Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi
penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang
membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada Terdakwa. Pembuktian juga
merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-

Halaman 5 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


undang yang boleh dipergunakan untuk membuktikan kesalahan sesuai dengan
yang didakwakan.
Pembuktian adalah kegiatan membuktikan, dimana membuktikan berarti
memperlihatkan bukti-bukti yang ada, melakukan sesuatu sebagai kebenaran,
melaksanakan, menandakan, menyaksikan dan meyakinkan. Secara konkret,
ADAMI CHAZAWI (Pengajar hukum pidana, praktek peradilan pidana dan
pendidikan khusus advokat, konsultan Biro Bantuan Hukum Fakultas Hukum-
UNIVERSITAS BRAWIJAYA) menyatakan, bahwa dari pemahaman tentang arti
pembuktian di sidang pengadilan, sesungguhnya kegiatan pembuktian dapat
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Bagian kegiatan pengungkapan fakta;
2. Bagian pekerjaan penganalisisan fakta yang sekaligus
penganalisisan hukum;
Di dalam bagian pengungkapan fakta, alat-alat bukti diajukan ke muka
sidang oleh Jaksa Penuntut Umum dan Penasehat Hukum atau atas kebijakan
Majelis Hakim untuk diperiksa kebenarannya. Proses pembuktian bagian
pertama ini akan berakhir pada saat Ketua Majelis mengucapkan secara lisan
bahwa pemeriksaan terhadap perkara dinyatakan selesai (Pasal 182 ayat (1)
huruf a KUHAP). Setelah bagian kegiatan pengungkapan fakta telah selesai,
maka selanjutnya Jaksa Penuntut Umum, Penasehat Hukum, dan Majelis
Hakim melakukan analisa fakta yang sekaligus analisa hukum, yang benar-
benar disusun berdasarkan fakta Persidangan. Oleh Jaksa Penuntut Umum
pembuktian dalam arti kedua ini dilakukannya dalam Surat Tuntutannya
(Requisitoir). Bagi Penasehat Hukum pembuktiannya dilakukan dalam Nota
Pembelaan (Pledooi), dan akan dibahas majelis hakim dalam putusan akhir
(vonnis) yang dibuatnya;
Pembuktian ini menjadi penting apabila suatu perkara tindak pidana
telah memasuki tahap penuntutan di depan sidang pengadilan. Tujuan adanya
pembuktian ini adalah untuk membuktikan apakah terdakwa benar-benar
bersalah atas tindak pidana yang didakwakan kepadanya, sehingga oleh
karenanya tuntutan Jaksa Penuntut Umum (Requisitoir) harus berdasarkan
fakta di Persidangan;
Secara Teoritis terdapat empat teori mengenai sistem pembuktian yaitu :
1. Sistem pembuktian menurut Undang-undang secara positif
(Positief wettelijke bewijs theorie);
Menurut teori ini, sistem pembuktian positif bergantung pada alat-alat
bukti sebagaimana disebut secara limitatif dalam undang-undang. Singkatnya,

Halaman 6 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


undang-undang telah menentukan tentang adanya alat-alat bukti mana yang
dapat dipakai Hakim, cara bagaimana Hakim menggunakannya, kekuatan alat
bukti tersebut dan bagaimana Hakim harus memutus terbukti atau tidaknya
perkara yang sedang diadili. Jadi, jika alat-alat bukti tersebut digunakan sesuai
dengan undang-undang maka Hakim mesti menentukan Terdakwa tidak
bersalah walaupun hakim berkeyakinan bahwa terdakwa bersalah;
Teori pembuktian ini sekarang tidak mendapat penganut lagi. Teori ini
terlalu banyak mengandalkan kekuatan pembuktian yang disebut oleh undang-
undang. Teori pembuktian ini ditolak juga oleh WIRJONO PRODJODIKORO
untuk dianut di Indonesia, karena katanya bagaimana Hakim dapat menetapkan
kebenaran selain dengan cara menyatakan kepada keyakinannya tentang hal
kebenaran itu, lagi pula keyakinan seorang hakim yang jujur dan
berpengalaman mungkin sekali adalah sesuai dengan keyakinan masyarakat;
2. Sistem pembuktian menurut keyakinan hakim (Conviction intim);
Pada sistem pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim, Hakim dapat
menjatuhkan putusan berdasarkan keyakinan belaka dengan tidak terikat oleh
suatu peraturan. Melalui sistem “Conviction Intim”, kesalahan Terdakwa
bergantung kepada keyakinan belaka sehingga Hakim tidak terikat pada suatu
peraturan. Dengan demikian, putusan Hakim dapat terasa nuansa subjektifnya;
Disadari bahwa alat bukti berupa pengakuan Terdakwa sendiri pun tidak
selalu membuktikan kebenaran. Pengakuan terdakwa kadang-kadang tidak
menjamin Terdakwa benar-benar melakukan perbuatan yang didakwakan. Oleh
karena itu, diperlukan bagaimanapun juga keyakinan hakim sendiri. Bertolak
pangkal pada pemikiran itulah, maka teori berdasarkan keyakinan hakim
(Conviction intim) yang didasarkan kepada keyakinan hati nuraninya sendiri
maka Hakim dapat menetapkan benar tidaknya bahwa Terdakwa telah
melakukan suatu perbuatan sebagaimana yang didakwakan. Sistem ini
memberi kebebasan hakim yang terlalu besar, sehingga sulit diawasi. Di
samping itu, Terdakwa atau penasihat hukumnya sulit untuk melakukan
pembelaan. Dalam hal ini hakim dapat memidana Terdakwa berdasarkan
keyakinannya bahwa ia telah melakukan apa yang didakwakan;
3. Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim atas alasan
yang logis (Laconviction Raisonnee);
Menurut teori ini, Hakim dapat memutuskan seseorang bersalah
berdasarkan keyakinannya, keyakinan yang didasarkan kepada dasar-dasar
pembuktian disertai dengan suatu kesimpulan (Conclusie) yang berlandaskan
kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu;

Halaman 7 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Keyakinan Hakim tetap memegang peranan penting untuk menentukan
kesalahan Terdakwa, tetapi penerapan keyakinan Hakim tersebut dilakukan
dengan selektif dalam arti keyakinan Hakim dibatasi dengan ketentuan “Harus
didukung oleh alasan-alasan jelas dan rasional dalam mengambil keputusan”;
Sistem atau teori pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas karena
hakim bebas untuk menyebut alasan-alasan berdasarkan keyakinannya (Vrije
bewijstheorie)
Sistem atau teori pembuktian jalan tengah atau yang berdasar keyakinan
hakim sampai batas tertentu in terpecah kedua jurusan. Yang pertama yang
tersebut di atas yaitu pembuktian berdasar keyakinan hakim atas alasan yang
logis (conviction raisonnee) dan yang kedua ialah teori pembuktian berdasar
undang-undang secara negatif (Negatief wettelijk bewijstheorie);
Persamaan antara keduanya ialah keduanya sama-sama berdasarkan
atas keyakinan hakim, artinya Terdakwa tidak mungkin dipidana tanpa adanya
keyakinan Hakim bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah
melakukan suatu perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya;
Perbedaannya ialah bahwa yang tersebut pertama berpangkal tolak
pada keyakinan Hakim, tetapi keyakinan itu harus didasarkan kepada suatu
kesimpulan (conclusie) yang logis, yang tidak didasarkan kepada undang-
undang, tetapi ketentuan-ketentuan menurut ilmu pengetahuan Hakim sendiri,
menurut pilihannya sendiri tentang pelaksanaan pembuktian yang mana yang
ia akan pergunakan. Sedangkan yang kedua berpangkal tolak pada aturan-
aturan pembuktian yang ditetapkan secara limitatif oleh undang-undang, tetapi
hat itu harus diikuti dengan keyakinan Hakim;
4. Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif
(Negatief wettelijke bewijs theorie);
Pada prinsipnya, sistem pembuktian menurut undang-undang secara
negatif menentukan bahwa Hakim hanya boleh menjatuhkan pidana tehadap
Terdakwa apabila alat bukti yang digunakan tersebut secara limitatif ditentukan
oleh undang-undang dan didukung pula oleh adanya keyakinan hakim terhadap
eksistensinya alat-alat bukti tersebut. Sehingga pembuktian kesalahan
Terdakwa harus benar-benar berdasarkan fakta persidangan yang sebenar-
benarnya, dan yang sejujur-jujurnya tanpa ada subyektifitas hukum sedikitpun
yang bisa merugikan terdakwa atau pihak-pihak lain yang berhubungan dengan
perkara; Menurut LILIK MULYADI (Mantan Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Utara, yang kini menjabat Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Medan), di
dalam membuktikan apakah Terdakwa bersalah atau tidak dalam suatu perkara

Halaman 8 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


pidana, KUHAP di Indonesia menganut sitem pembuktian menurut undang-
undang secara negatif. Di dalam sistem pembuktian menurut undang-undang
secara negatif (Negatief wettelijke bewujs theorie) terdapat unsur dominan
berupa sekurang-kurangnya dua alat bukti yang cukup, sedangkan unsur
keyakinan hakim hanya merupakan unsur pelengkap. Jadi dalam menentukan
apakah orang yang didakwa melakukan suatu perbuatan pidana tertentu
tersebut bersalah atau tidak, haruslah dapat dibuktikan paling sedikit dengan
dua jenis alat bukti seperti yang tertuang di dalam KUHAP pasal 183 “Hakim
tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurng-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah
melakukannya”;
Yang dimaksud alat bukti yang sah dalam KUHAP Pasal 184 ayat (1)
yaitu:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk, dan
e. Keterangan terdakwa;
Dr. MOCHAMMAD YAHYA HARAHAP, SH, MH., (Mantan Wakil Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia dan pakar dalam bidang hukum perdata,
hukum criminal, hukum arbitrasi/ADR serta hukum hak milik intelektual),
berpendapat bahwa hanya alat bukti yang mencapai batas minimal yang
memiliki nilai kekuatan pembuktian untuk membuktikan kesalahan Terdakwa.
Apabila alat bukti tidak mencapai sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah
dalam KUHAP, maka pelanggaran itu dengan sendirinya menyampingkan
standar Beyond a reasonable doubt (Patokan penerapan standar terbukti
secara sah dan meyakinkan) dan pemidanaan yang dijatuhkan dapat dianggap
sewenang-wenang;
Ditinjau dari perspektif sistem peradilan pidana, perihal pembuktian
merupakan hal yang sangat determinan bagi setiap pihak yang terlibat secara
langsung dalam proses pemeriksaan perkara pidana, khususnya dalam hal
menilai terbukti atau tidak terbuktinya kesalahan yang didakwakan kepada
terdakwa. Dalam hal pembuktian ini keterangan korban merupakan hal yang
sangat penting, dimana korban adalah mereka yang menderita secara
jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari
pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan

Halaman 9 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


kepentingan dan hak asasi yang menderita. Namun Keterangan korban saja
tidak menjamin bahwa suatu perbuatan pidana itu benar-benar terjadi. Ingat
asas “Unus testis nullus testis” (satu saksi bukan saksi) yang artinya bahwa
keterangan saksi korban saja tidak cukup membuktikan terjadinya suatu
perbuatan pidana, sehingga oleh karenanya harus didukung sekurang-
kurangnya 2 (dua) alat bukti yang benar dan sah secara hukum, yang
berkesesuaian satu dengan yang lain; 1. KETERANGAN SAKSI;
Keterangan saksi dalam pasal 1 angka 27 KUHAP adalah suatu alat
bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri
dengan menyebut alasan dari pengetahuannya. Menurut ketentuan Pasal 185
ayat (1) KUHAP, memberi batasan pengertian keterangan saksi dalam
kapasitasnya sebagai alat bukti, adalah “Keterangan saksi sebagai alat bukti
ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.”;
Pada umumnya, alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang
paling utama dalam perkara pidana. Boleh dikatakan, tidak ada perkara pidana
yang luput dari pembuktian alat bukti keterangan saksi. Hampir semua
pembuktian perkara pidana, selalu bersandar kepada pemeriksaan keterangan
saksi. Sekurang-kurangnya di samping pembuktian dengan alat bukti yang lain,
masih selalu diperlukan pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi;
Ditinjau dari segi nilai dan kekuatan pembuktian atau “the degree of
evidence” terhadap keterangan saksi, agar keterangan saksi atau kesaksian
mempunyai nilai serta kekuatan pembuktian, perlu diperhatikan beberapa
pokok ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang saksi. Artinya, agar
keterangan seorang saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki
nilai kekuatan pembuktian, harus dipenuhi aturan ketentuan sebagai berikut;
A. Harus mengucapkan sumpah atau janji;
Hal ini diatur dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP, dan hal ini sudah
panjang lebar diuraikan dalam ruang lingkup pemeriksaan saksi. Menurut
ketentuan Pasal 160 ayat (3), sebelum saksi memberi keterangan: “wajib
mengucapkan” sumpah atau janji;
Adapun sumpah atau janji :
1) Dilakukan menurut cara agamanya masing-masing;
2) Lafal sumpah atau janji berisi bahwa saksi akan memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya.
Pada prinsipnya sumpah atau janji wajib diucapkan sebelum saksi memberi

Halaman 10 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


keterangan. Akan tetapi, Pasal 160 ayat (4) memberi kemungkinan untuk
mengucapkan sumpah atau janji setelah saksi memberikan keterangan.
Dengan dernikian, saat pengucapan sumpah atau janji :
1) Pada prinsipnya wajib diucapkan “sebelum” saksi memberi
keterangan;
2) Tapi dalam hal yang dianggap perlu oleh pengadilan, sumpah atau
janji dapat diucapkan “sesudah” saksi memberi keterangan;
Mengenai saksi yang menolak mengucapkan sumpah atau janji, sudah
diterangkan, yakni :
1) Dapat dikenakan sandera;
2) Penyanderaan dilakukan berdasar “penetapan” hakim ketua
sidang;
3) Penyanderaan dalam hal seperti ini paling lama empat belas hari
(Pasal 161 KUHAP);
B. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti;
Tidak semua keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti.
Keterangan saksi yang mempunyai nilai ialah keterangan yang sesuai dengan
apa yang dijelaskan Pasal 1 angka 27 KUHAP :
(1) Yang saksi lihat sendiri;
(2) Saksi dengar sendiri;
(3) Saksi alami sendiri;
(4) Serta saksi menyebut alasan dari pengetahuannya itu;
Dari penegasan bunyi Pasal 1 angka 27 KUHAP dihubungkan dengan
bunyi penjelasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, dapat ditarik kesimpulan :
(1) Setiap keterangan saksi di luar apa yang didengarnya sendiri dalam
peristiwa pidana yang terjadi atau di luar yang dilihat atau dialaminya dalam
peristiwa pidana yang terjadi, keterangan yang diberikan di luar
pendengaran, penglihatan, atau pengalaman sendiri mengenai suatu
peristiwa pidana yang terjadi, “tidak dapat dijadikan dan dinilai sebagai alat
bukti”. Keterangan semacam itu tidak mempunyai kekuatan nilai
pembuktian;
(2) “Testimonium de auditu” atau keterangan saksi yang ia peroleh sebagai
hasil pendengaran dari orang lain, “tidak mempunyai nilai sebagai alat
bukti”. Keterangan saksi di sidang pengadilan berupa keterangan ulangan
dari apa yang didengarnya dari orang lain, tidak dapat dianggap sebagai
alat bukti;

Halaman 11 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


(3) “Pendapat” atau “Rekaan” yang saksi peroleh dari hasil pemikiran, bukan
merupakan keterangan saksi. Penegasan ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 185 ayat (5) KUHAP. Oleh karena itu, setiap keterangan saksi yang
bersifat pendapat atau hasil pemikiran saksi, harus dikesampingkan dari
pernbuktian dalam membuktikan kesalahan terdakwa. Keterangan yang
bersifat dan berwarna sebagai pendapat dan pemikiran pribadi saksi, tidak
dapat dinilai sebagai alat bukti;
(4) Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan;
Agar keterangan saksi dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu
harus yang “dinyatakan” di sidang pengadilan. Hal ini sesuai dengan
penegasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP. Kalau begitu, keterangan saksi yang
berisi penjelasan tentang apa yang didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri atau
dialaminya sendiri mengenai suatu peristiwa pidana, baru dapat bernilai
sebagai alat bukti apabila keterangan itu saksi nyatakan di sidang pengadilan.
Keterangan yang dinyatakan di luar sidang pengadilan (outside the court)
bukan alat bukti, tidak dapat dipergunakan untuk membuktikan kesalahan
terdakwa;
C. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup;
Hal ini terdapat pada prinsip minimum pembuktian yang diatur dalam
Pasal 183 KUHAP. Supaya keterangan saksi dapat dianggap cukup
membuktikan kesalahan seorang terdakwa harus dipenuhi paling sedikit atau
sekurang-kurangnya dengan dua alat bukti. Keterangan seorang saksi saja,
baru bernilai sebagai satu alat bukti yang harus ditambah dan dicukupi dengan
alat bukti lain. Jadi, bertitik tolak dari ketentuan Pasal 185 ayat (2) KUHAP,
keterangan seorang saksi saja belum dapat dianggap sebagai alat bukti yang
cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa, atau “Unus testis nullus
testis“;
Persyaratan yang dikehendaki oleh Pasal 185 ayat (2) KUHAP adalah :
(1) Untuk dapat membuktikan kesalahan terdakwa paling sedikit harus
didukung oleh “dua orang saksi”,
(2) Atau kalau saksi yang ada hanya terdiri dari seorang saja maka kesaksian
tunggal itu harus “dicukupi” atau “ditambah” dengan salah satu alat bukti
yang lain;
Selanjutnya, dalam praktik agar keterangan saksi mempunyai nilai
pembuktian pada dasarnya keterangan saksi tersebut haruslah memenuhi :

Halaman 12 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


1) Syarat Formal :
Perihal syarat formal ini dalam praktik asasnya bahwa keterangan saksi
harus diberikan dengan di bawah sumpah/janji menurut cara agamanya
masing-masing bahwa ia akan memberi keterangan sebenarnya dan tidak lain
dari pada yang sebenarnya (Pasal 160 ayat (3) KUHAP);
Apabila keterangan seorang saksi tanpa sumpah meskipun sesuai satu
sama lain bukanlah merupakan alat bukti. Akan tetapi, jikalau keterangan
tersebut selaras dengan saksi atas sumpah, keterangannya dapat
dipergunakan sebagai alat bukti sah yang lain (Pasal 185 ayat (7) KUHAP);
Asas “Unus testis nullus testis” yang terdapat dalam Pasal 185 ayat (2)
yaitu :
“Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa
Terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya”. Isi pasal
ini menjelaskan bahwa satu alat bukti tidak dapat membuktikan bahwa
Terdakwa bersalah;
2. Syarat Materiel;
Perihal syarat materiel dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1 angka
27 jo Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang ditentukan bahwa :
Pasal 1 angka 27 KUHAP :
“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di
sidang pengadilan mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebutkan alasan dan
pengetahuannya itu.”;
Pasal 185 ayat (1) KUHAP “Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah
apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan”;
Dengan demikian, jelaslah sudah terhadap pendapat maupun rekaan,
yang diperoleh dan hasil pemikiran saja dan beredar di luar persidangan, bukan
merupakan keterangan saksi (Pasal 185 ayat (5) KUHAP);
Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi menurut ketentuan
Pasal 185 ayat (6) KUHAP, Hakim harus dengan sungguh-sungguh
memperhatikan aspek-aspek :
1) Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
2) Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain;
3) Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan
tertentu;
4) Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya
dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya;

Halaman 13 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


2. KETERANGAN AHLI :
Pentingnya Mempertegas Kedudukan Ahli :
Adagium yang menyatakan bahwa hukum selalu berada di belakang
realitas masyarakat nampaknya cukup teruji (Das Sollen - Das Sein, bahkan
Das Sullen/hukum yang dicita-citakan). Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bentuk dari suatu kejahatan menjadi lebih mutakhir
dari bentuk konvensionalnya. Hal ini membuat kami para Penasehat Hukum,
teringat akan perkataan Raja Sulaiman yang terkenal akan kebijaksanaannya
bahwa tidak ada sesuatu hal yang benar-benar baru di dunia ini, karena
sesungguhnya hal itu sudah pernah ada sebelumnya;
Sebagaimana halnya alat bukti yang ditentukan dalam Pasal 184 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), yaitu Saksi, Surat, Petunjuk
dan Keterangan Terdakwa, maka kedudukan Keterangan Ahli sebagai salah
satu alat bukti dalam perkara pidana menjadi cukup krusial di era penegakan
hukum modern, yang tidak dapat dipisahkan dari kecanggihan teknologi dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan dalam proses
pemeriksaan perkara pidana di Indonesia dianut sistem Pembuktian Negatif
(Negatief wettelijke), yang berarti hakim hanya boleh menyatakan Terdakwa
terbukti bersalah melakukan tindak pidana, apabila ada alat bukti yang cukup
dengan disertai keyakinan hakim bahwa terdakwa benar-benar bersalah
melakukannya;
Oleh karena itu, semua pihak dalam suatu perkara pidana, yaitu Majelis
Hakim, Jaksa Penuntut Umum, Terdakwa dan Penasihat hukum dalam upaya
bersama mencari suatu kebenaran yang sesungguhnya (Kebenaran materiil),
terikat secara wajib (Imperative) dan terbatas (Limitative) dalam menggunakan
alat bukti yang sah, sebagaimana ditentukan dalam KUHAP dan alat bukti lain
yang ditentukan dengan kekuatan suatu Undang-Undang, sehingga dapat
memberikan dasar yang kuat bagi hakim untuk memperoleh keyakinannya,
dalam mengadili suatu perkara pidana;
Berkaca dari perkara-perkara yang menarik perhatian masyarakat, hal
mana didalamnya terjadi perdebatan ahli dari masing-masing pihak yang
mengajukannya, kami berpendapat bahwa kedudukan Keterangan Ahli sebagai
salah satu alat bukti dalam suatu perkara pidana perlu kembali diperjelas dan
dipertegas dalam suatu penjelasan hukum (restatement). Secara hukum,
Keterangan Ahli saja sebagai alat bukti tidak cukup untuk membuktikan
seorang terdakwa bersalah atau tidak bersalah, karena substansi dari
Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang

Halaman 14 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


memiliki keahlian khusus tentang suatu hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana; Keterangan Ahli sebagai suatu alat bukti baru
diperlukan manakala dalam suatu proses pemeriksaan di tingkat penyidikan
maupun di pengadilan diperhadapkan pada suatu hal/permasalahan yang perlu
diberikan penjelasan yang khusus, yang mungkin sebelumnya tidak dapat
dimengerti atau dipahami oleh orang awam. Oleh karena itu, baik ahli yang
dihadirkan oleh Penuntut Umum maupun Penasihat Hukum wajib memberikan
keterangan yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai suatu
penyeimbang, karena menurut pendapat dari Mr. TRAPMAN (Ahli Psikhologi
Forensik dari Northern University of Canada), posisi Penuntut Umum adalah
objektif dengan pendirian yang subjektif, sedangkan dipihak yang berlawanan,
yaitu Penasihat Hukum berada dalam posisi subjektif dengan pendirian yang
objektif;
Kewenangan Hakim Untuk Menilai Keterangan Ahli.;
Mengenai siapa saja yang dapat dikualifikasikan sebagai seorang ahli,
dalam praktik hukum acara pidana memang tidak diatur lebih lanjut tentang
keharusan bahwa ahli adalah seseorang yang telah memperoleh pendidikan
khusus atau memperoleh sertifikasi atau ijazah tertentu. Dengan kata lain,
sepanjang yang bersangkutan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
khusus mengenai suatu bidang tertentu, ia dapat dihadirkan untuk memberikan
keterangan ahli. Akan tetapi menurut hemat kami, Hakim karena jabatannya
(Ex officio), sudah sepatutnya dapat memilah, menguji dan menilai kualifikasi
seorang ahli, termasuk adanya potensi konflik kepentingan (Conflict of interest)
dari ahli tersebut, sehingga objektifitas dari Keterangan Ahli tersebut dapat
dipertanggungjawabkan;
Dengan tidak adanya batasan yang pasti mengenai kualifikasi dari
seorang Ahli, maka tidak jarang dalam praktik, ahli bidang hukum tertentu pun
dihadirkan oleh salah satu pihak yang berperkara, padahal menurut asas Ius
Curia Novit, hakim dianggap mengetahui (segala) hukum. Dalam praktiknya,
keterangan seorang Ahli Hukum seringkali dapat diterima, dengan
pertimbangan terbatasnya penguasaan ilmu hukum dan potensi dilaporkannya
Majelis Hakim ke Komisi Yudisial karena dianggap mengurangi hak-hak dari
pihak yang berperkara untuk membela kepentingan hukumnya;
Disinilah peran penting dan kualitas dari para Hakim teruji dalam
memimpin jalannya proses pemeriksaan dan pembuktian perkara pidana yang
menganut asas “Penggunaan Alat-alat Bukti Secara Langsung
(Ommiddelijkheid Der Bewijsvoering).” Dalam posisi yang objektif dengan

Halaman 15 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


pendirian yang objektif pula, Majelis Hakim diberikan kebebasan untuk menguji
dan menilai keobyektifitasan keterangan seorang Ahli, karena baik Ahli yang
diajukan oleh Penuntut Umum maupun Penasihat Hukum/Terdakwa dapat
memiliki kecenderungan untuk menguntungkan pihak yang mengajukannya
secara subjektif, termasuk untuk menunjukkan ketegasan manakala salah satu
pihak memberikan pertanyaan kepada Ahli yang sifatnya menjerat atau
menggiring Ahli untuk memberikan kesimpulan dalam suatu perkara;
Keterangan Ahli Tidak Mengikat Hakim :
Sesuai uraian di awal, substansi dari kedudukan Keterangan Ahli adalah
untuk memperjelas tentang suatu hal yang diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana, sehingga Keterangan Ahli sebagai alat bukti tidak dapat
berdiri sendiri dan memerlukan alat bukti yang lain untuk dapat dicapainya
suatu Keyakinan Hakim. Hal ini sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah
Agung No. 72 K/Kr/1961 tertanggal 17 Maret 1962 yang memiliki kaidah hukum
bahwa Hakim tidak terikat pendapat seorang Ahli jika pendapat tersebut
bertentangan dengan keyakinan Hakim;
Tanpa harus “mengambil alih” tugas dari Penuntut Umum, maka peran
aktif dari Hakim dalam suatu perkara pidana adalah sangat penting untuk
menggali kebenaran materiil, diantaranya untuk mengelaborasi keterangan
saksi fakta dan menganalisa perbuatan, kejadian dan keadaan yang memiliki
persesuaian yang menandakan telah terjadinya suatu tindak pidana yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh pelakunya, atau yang biasa disebut sebagai
Petunjuk, karena agak sulit untuk mengandalkan keterangan Terdakwa sebagai
alat bukti, yang oleh undang-undang telah diberikan “hak ingkar” bagi Terdakwa
dari dakwaan yang dituduhkan kepadanya. Fiat justitia ne pereat mundus,
tegakkanlah keadilan agar dunia tidak runtuh;
Definisi keterangan ahli menurut Pasal 1 angka 28 KUHAP adalah
keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan;
Dalam perkara pidana, keterangan ahli diatur dalam Pasal 184 ayat
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) yang menyatakan
bahwa alat bukti yang sah dalam pengadilan pidana salah satunya adalah
keterangan ahli. Lebih lanjut Pasal 186 KUHAP yang mengatakan bahwa
Keterangan Ahli ialah apa yang seorang Ahli nyatakan di sidang pengadilan;
Mengenai peran Ahli dalam memberikan keterangannya dalam

Halaman 16 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


pemeriksaan di persidangan terdapat dalam sejumlah peraturan dalam KUHAP,
antara lain :
Pasal 132 ayat (1) KUHAP :
Dalam hal diterima pengaduan bahwa sesuatu surat atau tulisan palsu
atau dipalsukan atau diduga palsu oleh penyidik, maka untuk kepentingan
penyidikan, oleh penyidik dapat dimintakan keterangan mengenai hal itu dari
orang Ahli;
Pasal 133 ayat (1) KUHAP :
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan Keterangan
Ahli kepada Ahli Kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya;
Pasal 179 ayat (1) KUHAP :
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai Ahli Kedokteran
Kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli
demi keadilan;
Terkait dengan Pasal 179 ayat (1) KUHAP ini, Prof. Dr. MOCHAMMAD
YAHYA HARAHAP, SH., MH., dalam bukunya Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP mengatakan bahwa biasanya yang dimaksud “ahli
kedokteran kehakiman ialah ahli forensik atau ahli bedah mayat”. Akan tetapi
pasal itu sendiri tidak membatasinya hanya Ahli Kedokteran Kehakiman saja,
tetapi meliputi ahli lainnya (Hal. 229);
Melihat dari aturan dalam KUHAP di atas, sepanjang penelusuran kami,
KUHAP tidak mengatur khusus mengenai apa syarat didengarkannya
keterangan ahli dalam pemeriksaan di pengadilan. Adapun yang disebut dalam
KUHAP adalah selama ia memiliki ‘keahlian khusus’ tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana dan diajukan oleh
pihak-pihak tertentu, maka keterangannya bisa didengar untuk kepentingan
pemeriksaan; Sayangnya, KUHAP maupun peraturan pelaksananya, lagi-
lagi berdasarkan penelusuran kami, tidak mengatur lebih lanjut mengenai
“Keahlian khusus”. Namun dalam praktik, keahlian khusus ini bisa ditunjukkan
dari pengalaman dan/atau pengetahuan sang Ahli atas bidang tertentu;
Contoh kasus yang membutuhkan keterangan ahli adalah kasus korupsi.
Dalam artikel berjudul Peranan Alat Bukti Keterangan Ahli Dalam Penanganan
Perkara Tindak Pidana Korupsi yang dibuat berdasarkan pengkajian studi
kepustakaan dan diskusi di antara anggota tim pengkaji Kejaksaan Agung
Republik Indonesia dikatakan bahwa seorang ahli memberikan keterangan

Halaman 17 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


bukan mengenai segala hal yang dilihat, didengar dan dialaminya sendiri, tetapi
mengenai hal-hal yang menjadi atau di bidang keahliannya yang ada
hubungannya dengan perkara yang sedang diperiksa;
Keterangan Ahli adalah suatu penghargaan dan kenyataan dan/atau
kesimpulan atas penghargaan itu berdasarkan keahliannya. Apabila keterangan
ahli diberikan pada tingkat penyidikan, maka sebelum memberikan keterangan,
Ahli harus mengucapkan sumpah atau janji terlebih dahulu;
Lebih lanjut dalam artikel tersebut dikatakan bahwa KUHAP tidak
menyebut kriteria yang jelas tentang siapa itu Ahli. Dengan perkembangan
teknologi yang semakin pesat maka tidak terbatas banyaknya keahlian yang
dapat memberikan keterangan sehingga pengungkapan perkara akan semakin
terang, terutama menyangkut tindak pidana korupsi. Seorang ahli umumnya
mempunyai keahlian khusus di bidangnya baik formal maupun informal karena
itu tidak perlu ditentukan adanya pendidikan formal, sepanjang sudah diakui
tentang keahliannya. Hakimlah yang menentukan seorang itu sebagai Ahli atau
bukan melalui pertimbangan hukumnya. Keterangan Ahli mempunyai visi
apabila apa yang diterangkan haruslah mengenai segala sesuatu yang masuk
dalam ruang lingkup keahliannya yang diterangkan mengenai keahliannya itu
adalah berhubungan erat dengan perkara pidana yang sedang diperiksa;
Contoh lain kasus mengenai didengarkannya keterangan Ahli dalam
pemeriksaan di pengadilan, yakni perkara yang berhubungan dengan delik
pers. Dalam artikel Aparat Penegak Hukum Diminta Merujuk pada SEMA No.
13 Tahun 2008 dikatakan bahwa mengingat banyaknya perkara delik pers yang
masuk pengadilan, Mahkamah Agung (“MA”) menyarankan kepada para Hakim
untuk meminta keterangan dari Ahli di bidang pers. Dalam
penanganan/pemeriksaan perkara-perkara yang terkait dengan delik pers,
hendaknya majelis mendengar/meminta keterangan saksi Ahli dari Dewan
Pers, karena merekalah yang lebih mengetahui seluk beluk pers tersebut
secara teori dan praktek;
3. Alat Bukti Surat :
Pengertian dari surat menurut hukum acara pidana tidak secara
definitive diatur dalam satu pasal khusus, namun dari beberapa pasal dalam
KUHAP tetang alat bukti surat, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan surat adalah alat bukti tertulis yang harus dibuat atas sumpah jabatan
atau dikuatkan dengan sumpah;
Ada beberapa jenis surat dalam hukum acara pidana, tercantum dalam
Pasal 187 KUHAP, sebagai berikut :

Halaman 18 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau dibuat dihadapannya yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat / dialami
sendiri disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu,
contoh : Akta Notaries, Akta jual beli oleh PPAT dan Berita acara lelang;
2) Surat yang dibuat menurut ketentuan perundang-undangan atau
surat yang dibuat pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana
yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian
sesuatu hal atau sesuatu keadaan, contoh ; BAP, paspor, kartu tanda
penduduk dll.
3) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahlian mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang
diminta secara resmi darinya, contoh ; visum et revertum;
Walaupun sering dikategorikan sebagai keterang ahli, namun visum et
revertum juga dapat merupakan alat bukti surat. (Hal ini oleh M. YAHYA
HARAHAP disebut sifat dualisme alat bukti keterangan ahli);
Walaupun banyak perpedaan pendapat mengenai visum et revertum ini,
namun tidak mempengaruhi nilai pembuktiannya sebagai alat bukti sah di
pengadilan, baik ia sebagai alat bukti surat maupun keterangan ahli, yang jelas
visum et revertum tidak dapat dihitung sebagai dua alat bukti;
4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain, contoh ; surat-surat dibawah tangan;
Selain jenis surat yang disebut pada pasal 187 KUHAP, dikenal 3 (tiga)
macam surat, sebagai berikut :
1. Akta autentik, adalah suatu akte yang dibuat dalam suatu bentuk
tertentu dan dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berkuasa untuk
membuatnya di wilayah yang bersangkutan;
2. Akta dibawah tangan, yakni akte yang tidak dibuat di hadapan atau
oleh pejabat umum tetapi dibuat sengaja untuk dijadikan bukti;
3. Surat biasa, yakni surat yang dibuat bukan untuk dijadikan alat bukti;
Nilai pembuktian surat :
Bahwa surat resmi/surat autentik yang diajukan dan dibacakan di sidang
pengadilan merupakan alat bukti surat sedangkan surat biasa mempunyai nilai
pembuktian alat bukti petunjuk jika isi surat tersebut bersesuaian dengan alat
bukti sah lain;

Halaman 19 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Kekuatan pembuktian surat :
Alat bukti surat resmi/autentik dalam perkara pidana berbeda dengan
perdata. Memang isi surat resmi bila diperhatikan dari segi materilnya
berkekuatan sempurna, namun pada prakteknya Terdakwa dapat mengajukan
bukti sangkalan terhadap Akta Autentik tersebut. Kekuatan pembuktian dari alat
bukti surat adalah kekuatan pembuktian bebas seperti halnya kekuatan
pembuktian alat bukti lainnya, disini Hakim bebas menentukan apakah alat alat
bukti surat tersebut berpengaruh dalam membentuk keyakinan ataupun tidak.
Walaupun begitu bukan berarti Hakim bisa menyangkal tanpa alasan suatu alat
bukti surat yang sudah terbukti kebenarannya dan bersesuaian dengan alat-alat
bukti lainnya;
4.Alat Bukti Petunjuk :
Kekuatan pembuktian alat bukti petunjuk berupa sifat dan kekuatannya
dengan alat bukti yang lain. Kekuatan pembuktian petunjuk oleh Hakim tidak
terikat atas kebenaran persesuaian yang diwujudkan oleh petunjuk. Oleh
karena itu Hakim bebas menilainya dan mempergunakannya sebagai upaya
pembuktian;
Demikian juga alat bukti petunjuk tidak dapat berdiri sendiri untuk
membuktikan kesalahan terdakwa. Tetap terikat pada prinsip batas minimal
pembuktian. Petunjuk nanti dapat dikatakan mempunyai nilai kekuatan
pembuktian cukup harus didukung dengan sekurang-kurangnya dengan satu
alat bukti yang lain;
5.Keterangan Terdakwa :
Hakim tidak terikat pada nilai kekuatan pada alat bukti keterangan
Terdakwa. Hakim bebas menilai kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Hakim dapat menyingkirkan atau menerima sebagai alat bukti dengan
mengemukakan alasannya;
Keterangan Terdakwa juga harus disesuaikan dengan batas minimal
pembuktian, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 189 ayat 4 “keterangan
terdakwa saja tidak cukup membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya melainkan harus dibuktikan dengan
alat bukti yang lain.”;
Sekalipun keterangan terdakwa telah memenuhi syarat batas minimum
pembuktian, tetap masih harus dibarengi dengan keyakinan hakim, bahwa
memang benar adanya terdakwa yang bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya;

Halaman 20 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Yang mulia Majelis Hakim,
Yang terhormat Saudara Jaksa Penuntut Umum,
Yang terhormat Saudara Panitera Pengganti,
Yang terhotmat segenap pengunjung persidangan,
Dengan uraian pembuktian alat bukti di atas jelas nampak perbedaannya
dengan kekuatan pembuktian dalam hukum acara perdata sebagimana
ditegaskan dalam Pasal 1866 KUH perdata/ Pasal 164 HIR (tulisan, saksi,
persangkaan, pengakuan dan sumpah). Dalam proses hukum acara pidana
tidak ada alat bukti yang dapat dikategorikan sebagai murni kekuatan
pembuktiannya sempurna (Volledig), mengikat (Bindend) dan menentukan
(Dwingende, bellisend). Beda halnya dengan alat bukti tulisan dalam hukum
acara perdata, akta otentik dan pengakuan sering kali dikategorikan sebagai
alat bukti yang sempurna, mengikat dan menentukan, sepanjang tidak ada bukti
lawan (Tegen bewijs);
Dalam hubungannya dengan Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum,
maka banyak sekali kita temui hal-hal yang kurang memenuhi syarat formil
sebagaimana kami para Penasehat Hukum uraikan di atas. Hal itu dapat dilihat
dari :
1.Keterangan Dalam Persidangan :
Pada Surat tuntutan yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum
halaman 7 baris ke 12 tertulis:
“Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan di
persidangan secara berturut-turut berupa keterangan saksi-saksi, keterangan
ahli, surat, keterangan terdakwa, petunjuk dan barang bukti .... (dan
seterusnya)”
Dengan demikian semua yang disebutkan oleh Jaksa Penuntut Umum
tersebut harus dianggap bahwa sebagai fakta persidangan yang disajikan oleh
Jaksa Penuntut Umum kepada yang mulia Majelis Hakim untuk dijadikan
pertimbangan dalam memutuskan perkara. Dan semua yang telah ditulis oleh
Jaksa Penuntut Umum tersebut akan melekat hingga pengadilan yang lebih
tinggi yang tidak mungkin lagi melakukan pemeriksaan fakta. Untuk itu kami
perlu mengupas apa yang telah disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum
dalam Surat Tuntutannya, yaitu:
1) Keterangan saksi ANDANG KURNIAWAN :
Di dalam Surat tuntutan Hal. 9 disebutkan:
“Bahwa dalam persidangan telah diperlihatkan barang bukti 1 (satu)
buah unit sepeda Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009 warna

Halaman 21 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


merah marun, No. Pol : AD-4463-YJ, No. Ka : MH314D0029K375551, No. Sin :
14D375738, beserta STNK atas nama Niken Endah Subekti alamat : Groyokan
RT 01, RW 09, Ds. Kemudo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten, atas barang bukti
tersebut saksi menerangkan jika sepeda motor tersebut sebagai salah satu
yang digunakan para terdakwa ketika mendatangi Hotel Srikandi, Prambanan.”
Fakta yang sesungguhnya dalam persidangan yang didukung oleh alat
perekam persidangan:
a.Saksi tidak pernah memberikan kesaksian seperti tertulis dalam Surat
Tuntutan di atas.
b.Sepeda motor yang diterangkan dalam keterangan saksi di atas tidak
pernah dihadirkan di muka persidangan;
c.Ketika di dalam persidangan diminta untuk membuktikan, Jaksa
Penuntut Umum tidak dapat membuktikan bahwa sepeda motor tersebut
digunakan dalam kegiatan perkara a quo. Karena memang tidak pernah
digunakan oleh Terdakwa dalam perkara a quo, namun oleh Penyidik nekat
disita sebagai barang bukti.
2) Keterangan Terdakwa ANGGA ARY TINARKO bin AGUS BAHTIAR :
Di dalam Surat Tuntutan Hal. 41 baris ke 21 – 24 disebutkan:
“selanjutnya Sdr. SUDARNO alias SULIS bin WASINO bersama
terdakwa, Sdr GATOT TEGUH SANTOSA, dan Sdr. SUROTO menuju kamar
para tamu tersebut tanpa diantar petugas hotel, lalu pintu di gedor-gedor
sampai dibuka oleh para tamu yang berada di dalam kamar tersebut”
Fakta yang sesungguhnya dalam persidangan yang didukung oleh alat
perekam persidangan:
a. Terdakwa tidak pernah memberikan keterangan di muka persidangan
seperti yang ditulis oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut;
b. Para Terdakwa ketika diperiksa di muka persidangan diperiksa secara
bersama-sama, sehingga mustahil jika keterangan para Terdakwa tidak
sesuai. Namun faktanya keterangan terdakwa satu dengan yang lain oleh
Jaksa Penuntut Umum berbeda-beda;
Implikasi hukum :
Keterangan yang disampaikan dalam surat tuntutan JAKSA PENUNTUT
UMUM sebagai fakta persidangan adalah keterangan yang tidak sebenarnya
atau keterangan palsu, yang sama sekali tidak sesuai dengan fakta
persidangan. Atau mungkin keterangan itu didapatkan dari imajinasi kosong,
yang sama sekali tidak pernah terjadi di persidangan. Atau jangan-jangan surat
tuntutan disusun berdasarkan atas bisikan ghaib sehingga sama sekali

Halaman 22 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


bertentangan dengan fakta yang sesungguhnya??? Dan lagi JAKSA
PENUNTUT UMUM dalam surat tuntutannya juga tidak mengulas tentang
persidangan tanggal berapa peristiwa hukum sebagaimana surat tuntutan
halaman 9 tersebut terjadi. Sehingga oleh karenanya Surat Tuntutan yang tidak
sesuai dengan fakta hukum yang sesungguhnya haruslah dianggap batal demi
hukum;
Suatu Surat Tuntutan adalah produk hukum yang menentukan
kesalahan sesorang dalam suatu perbuatan pidana. Uraian di dalam Surat
Tuntutan harus berdasarkan logika hukum yang jelas. Logika hukum (Legal
reasoning) mempunyai dua arti, yakni arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas,
logika hukum berhubungan dengan aspek psikologis yang dialami Hakim dalam
membuat suatu penalaran dan putusan hukum. Logika hukum dalam arti
sempit, berhubungan dengan kajian logika terhadap suatu putusan hukum,
yakni dengan melakukan penelaahan terhadap model argumentasi, ketepatan
dan kesahihan alasan pendukung putusan. Prof. Dr. MUNIR FUADY, S.H.,
M.H., LL.M., (Seorang sarjana hukum (S.H.) dari Universitas Syiah Kuala
(1979), mendalami hukum agraria pada Universitas Sumatra Utara, Medan
(1980); lulus magister hukum (M.H.), Universitas Indonesia (1984); mengikuti
short course pada Law School, University of California, USA (1986); lulus
master of laws (LL.M.), Southern University, Dallas, USA (1988); kandidat
doktor ilmu hukum, Universitas Indonesia (1990); dan lulus doktor ilmu hukum
dari Universitas Parahyangan, Bandung, dengan predikat cum laude pada
Tahun 2004) menjelaskan bahwa logika dari ilmu hukum yang disusun oleh
hukum mencakup beberapa prinsip diantaranya;
1) Prinsip eksklusi :
adalah suatu teori yang memberikan pra anggapan bahwa sejumlah
putusan independen dari badan legislatif merupakan sumber bagi setiap orang,
karenanya mereka dapat mengidentifikasi sistem;
2) Prinsip subsumption :
adalah prinsip di mana berdasarkan prinsip tersebut ilmu hukum
membuat suatu hubungan hierarkhis antara aturan hukum yang bersumber dari
legislatif superior dengan yang inferior;
3) Prinsip derogasi :
adalah prinsip-prinsip yang merupakan dasar penolakan dari teori
terhadap aturan-aturan yang bertentangan dengan aturan yang lain dengan
sumber yang lebih superior;

Halaman 23 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


4) Prinsip kontradiksi :
adalah adalah prinsip-prinsip yang merupakan dasar berpijak bagi teori
hukum untuk menolak kemungkinan adanya kontradiksi di antara peraturan
yang ada;
Dapat dikatakan bahwa pengertian dari logika hukum (legal reasoning)
adalah penalaran tentang hukum yaitu pencarian “reason” tentang hukum atau
pencarian dasar tentang bagaimana seorang Hakim memutuskan perkara/
kasus hukum, seorang Advokat mengargumentasikan hukum dan bagaimana
seorang Jaksa membuat surat tuntutan;
Logika hukum dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk mencari dasar
hukum yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan
perbuatan hukum (perjanjian, transaksi perdagangan, dll) ataupun yang
merupakan kasus pelanggaran hukum (Pidana, perdata, ataupun administratif)
dan memasukkannya ke dalam peraturan hukum yang ada, seperti putusan,
tuntutan, atau pembelaan hukum;
Logika hukum berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran
atau ketepatan dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah suatu
bentuk dari pemikiran. Penalaran tersebut bergerak dari suatu proses yang
dimulai dari penciptaan konsep (Conceptus), diikuti oleh pembuatan pernyataan
(Propositio), kemudian diikuti oleh penalaran (Ratio cinium, reasoning).
Sehingga berdasarkan teori tersebut, patut diduga bahwa perkara ini
merupakan suatu rekayasa dari orang-orang atau kelompok tertentu yang
didasarkan pada rasa like and dislike (Suka dan tidak suka), untuk
mendiskreditkan para Terdakwa, yang memiliki aktifitas kepedulian terhadap
penyakit masyarakat, yang tentu saja memiliki konflik kepentingan dengan
orang-orang atau kelompok tertentu yang memiliki kepentingan berbeda
dengan niat mulia para Terdakwa. Marilah kita mencoba menghitung bobot
kepentingan antara mempidanakan seseorang yang memiliki niat mulia
terhadap suatu kondisi masyarakat yang yang sangat memprihatinkan karena
tercemar dan nyaris hancur akibat perbuatan asusila yang bertentangan
dengan norma kesusilaan dan norma agama, serta pemidanaan yang membabi
buta yang seolah-olah melegalkan suatu perbuatan maksiat terjadi di tengah
masyarakat. Masyarakat yang lemah hanya mampu membuat seruan-seruan
tanpa daya demi menyelamatkan kehidupan sosial dan generasi muda
penerusnya. (Bukti PL – 1)
Kita sebagai penegak hukum tentunya sering melihat dan menyaksikan
suatu kehancuran rumah tangga yang diawali dengan perselingkuhan,

Halaman 24 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


perzinahan, dan lain sejenisnya. Berapa banyak anak-anak yang menjadi
korban atas kehancuran rumah tangga orang tuanya, yang bila mereka salah
dalam melakukan adaptasi, akan mengalami degradasi moral yang mengarah
kepada perbuatan pidana lainnya yang lebih memprihatinkan. Kita sebagai
masyarakat Indonesia yang beragama dan ber-Pancasila, akankah diam
melihat suatu kehancuran masa depan anak-anak bangsa terjadi didepan mata
kita. Na'udzubillahi min dzalik!!!
Kekhawatiran yang nyata adalah apabila mereka-mereka yang memiliki
kepentingan sesaat dalam mengacak-acak norma agama dan kesusilaan
tersebut, berlindung dibalik wibawa hukum suatu institusi negara, sehingga
keadaan justru berbalik dengan memenjarakan suatu gerakan amal ma'ruf nahi
munkar untuk menyelamatkan kepentingan yang jaaaauuhhh lebih besar...
astaghfirullaahal 'adzim! Ini adalah tugas kita sebagai penegak hukum, ...
dengan mengucap bismillahirrohmaanirrohiim, kita wajib mencari sumber
dari segala sumber kebenaran hakiki sehingga dapatlah kita menemukan
bagaimana rekayasa hukum ini bisa terjadi.
Allahu Akbar !!! Allahu Akbar !!! Allahu Akbar !!!!;
2. Alat Bukti Surat :
Tentang Laporan Polisi No. LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/Sek.Prb.
tanggal 22 Desember 2017 sekira jam 16.10 Wib yang ditandatangani Andang
Kurniawan sebagai Pelapor dengan Penerima Laporan Sulaiman Aiptu NRP
61070508 dan diketahui atau disahkan oleh Kepala SPKT II Mulyono Aiptu
NRP 60050469;
Dalam persidangan perkara a quo tanggal 22 Maret 2017 kita dapatkan
suatu fakta persidangan bahwa :
Saksi ANDANG KURNIAWAN menerangkan tidak pernah berniat
melaporkan para terdakwa. Saksi datang ke Polsek Prambanan tanggal 22
Desember 2017 sekira jam 16.20 wib hanya melaporkan tentang adanya
kejadian di Hotel Srikandi, tidak melakukan kegiatan lain, seperti
menandatangani surat atau kegiatan sejenisnya, kemudian kembali ke hotel.
Hari berikutnya, tanggal 23 Desember 2017, saksi diundang oleh aparat
Kepolisian yang saksi tidak mengetahui nama pastinya, untuk datang ke Polsek
Prambanan pada pukul 10.00 WIB. Pada saat saksi datang memenuhi
panggilan tersebut, saksi diminta untuk menandatangani surat yang saksi tidak
tahu isi dari surat tersebut. Baru di kemudian hari, yaitu pada sidang perkara a
quo saksi baru tahu bahwa surat yang ditanda tangani pada tanggal 23

Halaman 25 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Desember 2018 adalah surat Laporan Polisi No.
LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/Sek.Prb. tanggal 22 Desember 2017.
Dan dalam hal ini jelas dan nyata, bahwa pembuatan surat laporan polisi
tersebut seolah-olah dipaksakan, dengan maksud dan tujuan yang tidak
beralasan dan tidak jelas, sehingga oleh karenanya hukum wajib mencari fakta
yang sesungguhnya kenapa hal itu terjadi. Ada kepentingan apa di balik upaya
kriminalisasi tersebut????.
Implikasi hukum :
Karena JAKSA PENUNTUT UMUM tidak pernah membantah atau
menghadirkan saksi lain yang membantah keterangan saksi Andang
Kurniawan, dengan demikian berdasarkan fakta persidangan sebagaimana
telah kami uraikan di atas, sudah sepantasnya hukum menganulir surat
Laporan Polisi No. LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/Sek.Prb. tanggal 22
Desember 2017 tersebut, karena bertentangan dengan kaidah hukum yang
sesungguhnya. Dan oleh karenanya pembuatan Laporan Polisi No.
LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/ Sek.Prb. tanggal 22 Desember 2017 adalah
harus dinyatakan cacat materiil maupun formil, dan harus dinyatakan batal demi
hukum;
Karena semua administrasi perkara yang berkaitan dengan perkara a
quo merujuk kepada Laporan Polisi No.
LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/Sek.Prb. tanggal 22 Desember 2017, sehingga
oleh karenanya segala administrasi perkara yang terjadi sebagai akibat dari
surat tersebut haruslah dianggap batal demi hukum. Surat-surat tersebut
menjadi satu dalam berkas perkara yang diajukan oleh JAKSA PENUNTUT
UMUM untuk menyusun perkara ini agar dapat disidangkan dalam pengadilan
yang mulia ini, yaitu:
(1) Surat Nomor: SPDP/129/XII/2017/Reskrim tanggal 23 Desember 2017
perihal Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan;
(2) Surat Perintah Penyidikan Nomor: SP.Sidik/578/XII/2017/Reskrim
tertanggal 23 Desember 2017;
(3) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) ANDANG KURNIAWAN tertanggal 23
Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan
(Saksi) tanggal 19 Januari 2018;
(4) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) Ir. ISA NURNUSANTO tanggal 23
Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan
(Saksi) tanggal 28 Desember 2017 dan Berita Acara Pemeriksaan
Tambahan (Saksi) tanggal 23 Januari 2018;

Halaman 26 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


(5) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUSIANA tertanggal 23 Desember
2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi)
tanggal 23 Januari 2018;
(6) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) JUMALI bin JOYO PAWIRO tanggal 23
Desember 2017, yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan
(Saksi) tanggal 28 Desember 2017, dan Berita Acara Pemeriksaan
Tambahan (Saksi) tanggal 23 Januari 2018;
(7) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUBANDINI bin MARJO DIYONO
tanggal 23 Desember 2017, yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan
Tambahan (Saksi) tanggal 28 Desember 2017, Berita Acara Pemeriksaan
Tambahan (Saksi) tanggal 19 Januari 2018;
(8) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) WIDODO, tanggal 24 Desember 2017,
yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 30
Januari 2018, dan Berita Acara Penyumpahan Saksi tanggal 30 Januari
2017;
(9) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) MUJIANA tanggal 23 Desember 2017
yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 08
Pebruari 2018;
(10) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SIGIT HARYONO, tanggal 24
Desember 2017, yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan
(Saksi) tanggal 19 Januari 2018;
(11) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) MIKAEL BAGAS PANGESTU tanggal
24 Desember 2017;
(12) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) TRI HARYANTI, tanggal 28 Desember
2017;
(13) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SITI WAHYUNI tanggal 28 Desember
2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) TRI HARYANTI
tanggal 31 Januari 2017;
(14) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) ANTON AGUS RISHARTONO tanggal
28 Desember 2017 yang dilanjutkan dengan Berita Acara Pengambilan
Sumpah/Janji tanggal, 28 Desember 2017;
(15) Surat Nomor: B/1453/XII/2017/Reskrim tanggal 23 Desember 2017 perihal
Permintaan Keterangan Ahli;
(16) Berita Acara Pemeriksaan (Keterangan Ahli) tanggal 23 Desember 2017;
(17) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUYONO tanggal 31 Desember 2017;
(18) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) BAROZI SH, MH tanggal 02 Januari
2018;

Halaman 27 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


(19) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUYADI als ABU FATIH tanggal 18
Januari 2018;
(20) Berita Acara Pemeriksaan (Keterangan Ahli) LILIK YUNANTO, S.P
tanggal 20 Januari 2018;
(21) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) F.X. HENDRO SANTOSO tanggal 26
Januari 2018;
(22) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUDARNO alias SULIS bin WASINO
tanggal 24 Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan
Tambahan (Tersangka) tanggal 05 Pebruari 2018;
(23) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUROTO als SUKAR bin PARTO
WIYONO (Alm), tanggal 25 Desember 2017 yang dilanjutkan dengan
Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Tersangka), tanggal 05 Pebruari
2018;
(24) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) GATOT TEGUH SANTOSO bin
MUJIYONO tanggal 25 Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara
Pemeriksaan Tambahan (Tersangka) tanggal 05 Pebruari 2018;
(25) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) ANGGA ARY TINARKO bin AGUS
BAHTIAR tanggal 25 Desember 2017, dilanjutkan Berita Acara
Pemeriksaan Tambahan (Tersangka) tanggal 06 Pebruari 2018;
(26) Surat Perintah Penangkapan Nomor SP.Kap/128/XII/2017/Reskrim
tanggal 24 Desember 2017;
(27) Surat Perintah Penahanan Nomor SP.Han/96/XII/2017/Reskrim tanggal
25 Desember 2017;
(28) Surat Perintah Penahanan Nomor SP.Han/97/XII/2017/Reskrim tanggal
25 Desember 2017;
(29) Surat Perintah Penahanan Nomor SP.Han/99/XII/2017/Reskrim tanggal
25 Desember 2017;
(30) Surat Perintah Pengalihan Tempat Penahanan Nomor SP.Han/98.e/XII/
2017/Reskrim tanggal 26 Desember 2017;
(31) Surat Perpanjangan Penahanan Nomor 05/0.3.19/.1/Epp.1/01/2018,
Tanggal 10 Januari 2018;
(32) Surat Perpanjangan Penahanan Nomor: 07/0.3.19/.1/Epp.1/01/2018.
Tanggal 10 Januari 2018;
dan dengan batalnya surat-surat dalam administrasi perkara a quo,
maka sudah sepantasnya perkara a quo dianulir, dan negara wajib
mengembalikan atau memulihkan nama baik para tersangka (Rehabilitasi), dan
sesegera mungkin membebaskan para terdakwa dari segala tuntutan;

Halaman 28 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


3.Tinjauan Hukum Terhadap Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum :
JAKSA PENUNTUT UMUM menuntut para terdakwa berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013
Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang, Pasal 82A ayat
(1) :
“Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas yang
dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) huruf c dan huruf d dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 1 (satu)
tahun;
Bunyi pasal 59 ayat (3) huruf c dan huruf d adalah :
c. melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman dan
ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial; dan/atau
d. melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Dalam perkara a quo JAKSA PENUNTUT UMUM dalam menyusun
tuntutan menggunakan unsur pasal 59 ayat (3) huruf d, yang ditulis oleh pada
halaman 46 Surat tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM:
“Dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung, melakukan
kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.”
Setiap undang-undang pasti disertai dengan penjelasan yang melekat
menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan, dan diletakkan dalam
Lembaran Negara yang sama. Dalam penjelasan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang -Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
Menjadi Undang-Undang, pasal 59 ayat (3) huruf d. dijelaskan bahwa :
“Yang dimaksud dengan "kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang
penegak hukum" adalah tindakan penangkapan, penahanan dan membatasi
kebebasan bergerak seseorang karena latar belakang etnis, agama dan
kebangsaan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.”
Di dalam penjelasan tersebut sangat jelas dan tegas tanpa ada
penafsiran lain bahwa kegiatan yang dilarang karena itu merupakan tugas dan

Halaman 29 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


wewenang penegak hukum adalah tindakan penangkapan, penahanan dan
membatasi kebebasan bergerak seseorang karena latar belakang etnis, agama
dan kebangsaan. Penjelasan pasal 59 ayat (3) huruf d. tersebut menjelaskan
berlakunya hukum terhadap perbuatan penangkapan, penahanan dan
membatasi kebebasan mensyaratkan adanya penyebab yaitu karena latar
belakang etnis, agama dan kebangsaan. Dalam hubungannya dengan perkara
a quo, selama ini dalam proses pembuktian di persidangan, tidak pernah
ditemukan adanya unsur tindakan penangkapan, penahanan dan membatasi
kebebasan bergerak seseorang karena latar belakang etnis, agama dan
kebangsaan. Sehingga oleh karenanya secara jelas, tegas, dan nyata di
persidangan terbukti bahwa para terdakwa tidak melakukan perbuatan
sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, melalui surat
dakwaannya dan melalui surat tuntutannya. Atau dengan jelas, tegas, dan
nyata, terbukti di persidangan bahwa apa yang menjadi latar belakang
perbuatan para Terdakwa dalam melakukan kegiatan yang didakwakan oleh
Jaksa Penuntut Umum tidak ada satupun yang memenuhi unsur dalam
penjelasan pasal 59 ayat (3) huruf d tersebut, baik itu unsur perbuatan
“penangkapan, penahanan, atau membatasi kebebasan bergerak, maupun
unsur syarat, yaitu adanya latar belakang etnis, agama dan kebangsaan;
Dengan demikian jelas dan tegas bahwa dalam hal ini Jaksa Penuntut
Umum gagal membuktikan perbuatan yang dilakukan para Terdakwa sesuai
dengan surat dakwaannya, dan surat tuntutan yang dibuat oleh JAKSA
PENUNTUT UMUM sangat bertentangan dengan upaya pembuktian selama
dalam persidangan perkara a quo. Sehingga oleh karenanya terbukti dengan
sangat jelas dan meyakinkan bahwa para Terdakwa sama sekali tidak terbukti
melakukan perbuatan sebagaimana dalam surat dakwaan dan surat tuntutan
JAKSA PENUNTUT UMUM, yang oleh karenanya mohon dengan segala
kerendahan hati, agar Majelis Hakim dengan arif dan bijaksana membatalkan
Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, dan Surat Dakwaannya, dan dengan
serta merta, demi hukum membebaskan para terdakwa dari segala tuntutan;
4.Tinjuan Hukum Terhadap Segala Peristiwa Hukum Dalam
Penanganan Perkara A Quo :
Dalam penanganan perkara a quo para Terdakwa melalui penasehat
hukumnya pernah mengajukan eksepsi, dengan materi sebagai berikut :
(1) Surat Dakwaan No. Reg. Perk. PDM - /KLTEN/Ep.2/02/2018 yang
disampaikan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM dengan cara diucapkan
dengan membaca pada sidang tanggal 1 Maret 2018 tidak ada nomernya,

Halaman 30 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


dan tidak dilakukan errata atau pembetulan. Sehingga sebagai surat yang
menggunakan kepala surat KEJAKSAAN NEGERI KLATEN “UNTUK
KEADILAN” tidak mengikuti tata administrasi yang benar sebagai institusi
negara sehingga dapat dinilai bahwa Surat Dakwaan tersebut mal
administrasi oleh karenanya mohon untuk ditetapkan Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum batal demi hukum;
(2) Pada persidangan perkara a quo tanggal 12 Maret 2018 Penuntut Umum
telah mengucapkan/membacakan Tanggapannya di dalam persidangan atas
Eksepsi yang kami sampaikan pada persidangan sebelumnya. Pada
halaman 4 Penuntut Umum menyatakan:
“Bahwa pada hari Kamis tanggal 01 Maret 2018 Penuntut Umum telah
menghadirkan para Terdakwa untuk pelaksanaan sidang di Pengadilan Negeri
Klaten. Hal tersebut sesuai penetapan Hakim Ketua pemeriksa perkara pidana
Nomor: 37/Pid.Sus/2018/PN.KLN tertanggal 21 Pebruari 2018.
Bahwa dalam menghadirkan para Terdakwa ke persidangan, Penuntut
Umum telah melakukan pemanggilan secara prosedural kepada para
Terrdakwa melalui Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten, yaitu
melalui Surat Nomor: B-33/0.3.19/02/2018 yang ditandatangani oleh Sdr.
Novan Bernadi, SH Kepala Seksi Tindak Pidana Umum selaku Penuntut
Umum. Bahwa surat panggilan telah disampaikan secara baik oleh pihak
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten kepada para Terdakwa, hal
tersebut terbukti dengan hadirnya para Terdakwa serta Terdakwa lainnya yang
akan menjalani sidang pada hari Kamis tanggal 01 Maret 2018 di Pengadilan
Negeri Klaten.”
Pernyataan yang disampaikan oleh Penuntut Umum tersebut tanpa
didukung satupun alat bukti sehingga menimbulkan pertanyaan:
Wujud surat Nomor: B-33/0.3.19/02/2018 tersebut seperti apa? Tanggal
berapa surat tersebut dibuat? Kapan surat tersebut disampaikan ke Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten? Siapa yang menyampaikan? Siapa yang
menerima? Kapan surat tersebut disampaikan kepada Terdakwa?
Atas dasar pertanyaan tersebut kami melakukan investigasi ke Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten dan pada tanggal 15 Maret 2018, kemudian
kami mengirimkan surat secara tertulis menanyakan surat panggilan dari
Kejaksaan Negeri Klaten kepada para terdakwa untuk sidang sidang tanggal 1
Maret 2018, sesuai dengan ketentuan:

Halaman 31 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Pasal 146 ayat (1) KUHAP:
“Penuntut umum menyampaikan surat panggilan kepada terdakwa yang
memuat tanggal, hari, serta jam sidang dan untuk perkara apa ia dipanggil
yang harus sudah diterima oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya tiga
hari sebelum sidang dimulai.”
Pasal 145 ayat (3) KUHAP:
“Dalam hal terdakwa ada dalam tahanan surat panggilan disampaikan
kepadanya melalui pejabat rumah tahanan negara”;
Pada tanggal 22 Maret 2018 kami mendapatkan jawaban tertulis dari
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Klaten yang ditandatangani dan distempel
basah oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Klaten, TURYANTO,
NIP. 1961 0607 198203 1 002, yang isinya menginformasikan sebagai berikut:
“Bahwa Tahanan an. SUDARNO, DKK (4 orang) pada hari Kamis
tanggal 1 Maret 2018 telah menjalani sidang yang pertama di Pengadilan
Negeri Klaten dan pada hari sebelumnya tidak ada surat pemberitahuan / surat
panggilan sidang untuk masing-masing tahanan, akan tetapi kami menerima
surat permintaan pengeluaran tahanan untuk sidang di Pengadilan Negeri an.
SUDARNO, dkk Nomor: B-32/0.3.19/Ep.1/03/2018 tanggal 28 Februari 2018
dari Kejaksaan Negeri Klaten.” ------------------------------------------(Bukti PL – 2)
Fakta ini menunjukkan bahwa sebelum tanggal 1 Maret 2018 tidak ada
surat panggilan sidang sebagaimana ketentuan pasal 145 ayat (3) KUHAP,
sehingga dapat disimpulkan bahwa:
(1) Surat Nomor: B-33/0.3.19/02/2018 yang disampaikan/diucapkan Penuntut
Umum pada Jawaban Eksepsi tanggal 12 Maret 2018 setidaknya hingga
tanggal 01 Maret 2018 tidak pernah diterima oleh Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Klaten;
(2) Patut diduga Penuntut Umum telah memberikan keterangan palsu atau
yang tidak sebenarnya di dalam persidangan dengan tujuan menyesatkan
Majelis Hakim agar memberikan keputusan yang menguntungkan dirinya,
yaitu dengan mengatakan dalam Jawaban atas Eksepsi yang kami
sampaikan, ”Penuntut Umum telah melakukan pemanggilan secara
prosedural kepada para Terdakwa melalui Kepala Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten, yaitu melalui Surat Nomor: B-
33/0.3.19/02/2018 yang ditandatangani oleh Sdr. Novan Bernadi, SH.,
Kepala Seksi Tindak Pidana Umum selaku Penuntut Umum. Bahwa surat
panggilan telah disampaikan secara baik oleh pihak Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten kepada para Terdakwa”;

Halaman 32 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Perbuatan tersebut telah merugikan hak para Terdakwa dalam upaya
Praperadilan terhadap perkara a quo dimana akibat keterangan palsu Jaksa
Penuntut Umum tersebut akhirnya pada tanggal 1 Maret 2018 dilaksanakan
persidangan pertama perkara a quo dengan agenda pembacaan dakwaan atau
sudah memasuki tahap pemeriksaan perkara a quo. Atas peristiwa tersebut
kemudian dijadikan pertimbangan Majelis Hakim Praperadilan Perkara No.
3/Pid.Pra/2018/PN.Kln. untuk mengugurkan Permohonan Praperadilan yang
diajukan oleh para Terdakwa;
Maka atas perbuatan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum patut
diduga telah melanggar pasal 242 KUHP, dikarenakan Penuntut Umum
menjalankan tugas dalam persidangan di bawah Sumpah Jabatan sebagai
Jaksa yang bertugas atas nama negara sebagai Penuntut Umum dalam
perkara a quo;
Oleh karenanya kami memohon Majelis Hakim pemeriksa perkara a quo
untuk membuat penetapan:
Penuntut Umum pada Persidangan perkara nomor: 37/Pid.Sus/2018/PN
Kln dalam agenda acara Jawaban Eksepsi tanggal 12 Maret 2018 di bawah
sumpah jabatan telah memberikan keterangan palsu atau yang tidak
sebenarnya. Sehingga memenuhi ketentuan pasal 242 KUHP, dan kepada
penyidik Kepolisian setempat untuk melakukan penyidikan atas perbuatan
pidana yang dilakukan oleh para Penuntut Umum;
Menetapkan Persidangan tanggal 1 Maret 2018 dengan agenda
Pembacaan Dakwaan, tidak memenuhi ketentuan Pasal 145 KUHAP, sehingga
oleh karenanya dapat dinyatakan cacat hukum atau batal demi hukum.
Yang mulia Majelis Hakim,
Setelah memperhatikan fakta-fakta persidangan di atas mohon yang
mulia Majelis Hakim memutuskan dan menetapkan:
1. Menganulir perkara nomor: 37/Pid.Sus/2018/PN Kln;
2. Membebaskan para Terdakwa dari segala tuntutan;
3. Merehabilitasi nama baik, harkat martabat para Terdakwa;
4. Menetapkan bahwa Jaksa Penuntut Umum atas nama jabatan telah
memberikan keterangan palsu atau keterangan yang tidak sebenarnya di
muka persidangan;
Demikian Pledooi (Nota Pembelaan), yang kami bacakan pada hari ini,
Senin tanggal 14 Mei 2018 di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum,
dengan dihadiri oleh Majelis Hakim yang mulia, Sdr. Jaksa Penuntut Umum,
Sdr. Terdakwa, dan Sdr. Panitera Pengganti. Nota Pembelaan (Pledooi) ini

Halaman 33 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


kami susun berdasarkan asas demi keadilan berdasarkan keTuhanan Yang
Maha Esa, dan demi kebenaran berdasarkan kemanusiaan yang adil dan
beradab;
Setelah mendengar permohonan Para Terdakwa sendiri secara lisan
mohon kepada Majelis Hakim agar menjatuhkan putusan yang seringan-
ringannya dengan alasan Para Terdakwa merupakan kepala rumah tangga
yang menjadi tulang punggung keluarga dalam menafkahi istri dan anak-
anaknya;
Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum terhadap pembelaan
Para Terdakwa (replik) dan juga setelah mendengar tanggapan Penasihat
Hukum Para Terdakwa terhadap tanggapan Penuntut Umum (duplik);
Menimbang, bahwa Para Terdakwa diajukan ke persidangan oleh
Penuntut Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:
KESATU
Bahwa mereka terdakwa I. SUDARNO Als SULIS Bin WASINO,
terdakwa II. SUROTO Als SUKAR Bin PARTO WIYONO, terdakwa III. GATOT
TEGUH SANTOSO dan terdakwa IV. ANGGA ARY TINARKO Bin AGUS
BAHTIAR bersama 2 (dua) anggota terdakwa yaitu Sdr. Mr.X1 dan Mr.X2
(Belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang) pada hari Jumat tanggal 22
Desember 2017, sekira pukul 16.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu
waktu dalam bulan Desember 2017, bertempat di Hotel SRIKANDI I
PRAMBANAN yang beralamat di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Klaten atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Klaten, telah “dengan
sengaja secara melawan hukum, memaksa orang lain supaya melakukan, tidak
melakukan, atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau
dengan memakai ancaman kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun
orang lain, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau
turut serta melakukan” perbuatan mana dilakukan para terdakwa dengan cara
sebagai berikut :
- Berawal para terdakwa pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 sekira
pukul 16.00 Wib, seusai melaksanakan kegiatan Jumat sedekah bersama
rekan-rekan sesama anggota Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Klaten
di Masjid Alun-Alun Klaten berencana pulang kerumahnya masing-masing
dengan menggunakan sarana sepeda motor, salah satunya berhasil disita
Penyidik berupa 1 (satu) unit sepeda motor merek Yamaha Mio Soul / AL
115 14D tahun 2009 warna merah maroon dengan Plat Nomor: AD 4463 YJ

Halaman 34 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


sesuai STNK kepemilikan atas nama Niken Endah Subekti dengan posisi
terdakwa I berboncengan dengan terdakwa IV, terdakwa II berboncengan
dengan terdakwa III dan 2 rekan terdakwa lainnya yaitu mr X1
berboncengan dengan mr X2 (Belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang).
Ditengah perjalanan, saat akan melintas jalan di depan Hotel SRIKANDI I
Prambanan, para terdakwa yang di pimpin oleh terdakwa I mengarahkan
tujuannya dengan mendatangi hotel tersebut untuk melakukan
pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap pasangan bukan suami-
isteri yang menyewa atau menghuni kamar hotel dan dicurigai berbuat
asusila (mesum)di hotel tersebut.
- Bahwa sekira pukul 16.22.03 Wib, para terdakwa yang berjumlah sekitar 6
orang menggunakan 3 unit sepeda motor, masing-masing mengenakan
pakaian atau baju dan celana beratribut Ormas FPI Klaten dengan ciri baju
kaos lengan panjang berwarna putih hijau terdapat logo dan tulisan
identitas Laskar Islam FPI Kab. Klaten, pada bagian depan dan tulisan
Front Pembela Islam (FPI) Regional Leadership Board Islamic Defenders
Front, DPW-FPI Kab. Klaten kemudian masuk ke dalam hotel menuju ruang
resepsionis dan menemui saksi Andang Kurniawan selaku karyawan /
petugas kasir hotel, saat itu terdakwa I jalan lebih dahulu memasuki ruang
resepsionis dari terdakwa lainnya yang masih berada diluar ruangan hotel,
setelah bertemu saksi Andang Kurniawan, terdakwa I menanyakan kepada
saksi Andang Kurniawan “Kamar yang isi, kamar berapa aja mas”?“lihat
buku tamunya”? kemudian disusul oleh terdakwa IV yang ikut masuk
keruang bagian resepsionis mendampingi terdakwa I yang berada di
belakangnya sedangkan terdakwa II berada dalam posisi mendekati pintu
berdampingan dengan Mr.X1 sementara terdakwa III berdampingan
dengan Mr.X2 dimana tugas dari keempat orang tersebut adalah
mengawasi, mengamankan dan mengenali lokasi sekitar kamar hotel
deman tujuan agar para penghuni atau penyewa kamar hotel tidak bisa
keluar atau melarikan diri ketika dilakukan pengecekan atau sweeping oleh
para terdakwa.
- Bahwa Dengan kedatangan para terdakwa secara bergerombol dan
mengenakan atribut ormas FPI serta ditambah gelagat atau sikap dari para
terdakwa yang seakan-akan melakukan pengecekan atau razia atau
sweeping dan menganggu ketertiban suasana hotel tersebut membuat
saksi Andang Kurniawan menjadi takut dan terancam hingga akhirnya
dengan terpaksa saksi Andang Kurniawan menuruti dan memberikan apa

Halaman 35 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


yang diminta yaitu dengan menunjukkan buku tamu sembari menjawab
pertanyaan terdakwa I yaitu “Kamar 4,5 dan 6”. Karena merasa curiga, saat
itu saksi Andang Kurniawan sempat bertanya “maaf pak ini dari mana”?
dijawab terdakwa I “Dari FPI klaten” dan disaat bersamaan setelah buku
tamu ditunjukkan dan diambil oleh terdakwa I tanpa ijin dari pihak hotel
yang berwenang dan dengan sikap yang tidak sopan dan kasar terdakwa I
dan terdakwa lain yang masih berada diluar ruangan hotel mulai masuk
berjalan kedalam area hotel mendatangi kamar-kamar yang terisi. Karena
takut terjadi hal yang tidak di inginkan kemudian saksi Andang Kurniawan
menyusul mengikuti para terdakwa yang berjalan memaksa menerobos
masuk menuju arah kamar hotel.
- Bahwa selanjutnya, sekira pukul 16.23.04 Wib, setelah berhasil masuk
kedalam area hotel tersebut, dengan dipimpin oleh terdakwa I, aksi
pengecekkan atau razia atau sweeping mulai dilakukan para terdakwa,
diawali dengan menuju kamar yang terletak di sebelah utara urutan kedua
dari pintu masuk hotel yaitu kamar nomor 4, oleh terdakwa I pintu kamar
tersebut diketuk sebanyak 2 kali sambil mengatakan “Permisi, Permisi”
setelah dibuka, keluar seorang tamu laki-laki dan ditanya terdakwa I
“Sendirian atau berdua” karena dijawab sendiri, kemudian terdakwa IV
disuruh berjaga didepan pintu kamar sementara terdakwa I,II,III dan 2
anggota lainnya melanjutkan pengecekkan atau razia atau sweeping di
kamar-kamar lain. Dari kamar nomor 4 aksi pengecekkan atau razia atau
sweeping tersebut berlanjut pindah menuju kamar nomor 5, di kamar
tersebut terdakwa I mengarahkan terdakwa IV untuk mengetuk pintu kamar
nomor 5 dengan diikuti oleh keempat teman lainnya yang berada
dibelakang terdakwa I diantaranya terdakwa II,III,Mr.X1 dan X2. Atas
perintah dan arahan terdakwa I, terdakwa IV mulai mendekat ke pintu
kamar nomor 5 namun sebelum mengetukkan pintu saksi Andang
Kurniawan yang menyuruh saksi Bagas untuk mencoba membantu
mengetukkan pintu kamar menyampaikan kepada terdakwa I “Pak, biar
diketuk sama kawan saksi saja” dijawab “ya, gak papa” tetapi belum jadi
diketuk oleh saksi Bagas ternyata pintu kamar sudah lebih dahulu diketuk
oleh terdakwa I meskipun tak diijinkan oleh pihak berwenang hotel tersebut
hingga akhirnya saksi bagas membatalkan niatnya dan kembali karena
takut sebagaimana hal itu diperkuat dengan reka adegan rekonstruksi dan
gambar soft copy CCTV.

Halaman 36 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa pada saat berada di kamar nomor 5, para terdakwa mengetuk dan
menggedor-gedor pintu berulang kali dengan ketukan tangan yang keras,
setelah dibukakan pintu oleh tamu saksi Tri Haryati, di tanya oleh para
terdakwa dengan nada yang tinggi “sama siapa mbak”? dijawab “sama
calon suami saksi” tak lama setelah pasangannya yaitu saksi Anton keluar
dari kamar, ditanya “ada identitas KTPnya” dijawab “ada” namun baru saat
saksi akan mengeluarkan KTP tersebut dari dalam dompetnya, seketika
langsung direbut seccra paksa dari tangan saksi sambil berkata “statusnya
apa ini” dijawab “ini calon isteri saksi” sembari menunjukkan berkas-berkas
persyaratan nikah kemudian oleh terdakwa berkas tersebut difoto dan
ketika diminta kembalikan KTPnya dijawab terdakwa “nanti ambil di polsek
prambanan”.
- Bahwa selanjutnya sekira pukul 16.22.19 Wib, setelah meninggalkan kamar
nomor 5, para terdakwa melanjutkan pengecekkan ke kamar nomor 11
dimana terdakwa IV atas perintah terdakwa I yang berada diposisi bagian
depan dan diikuti terdakwa lain yang berada dibelakangnya mengetuk pintu
kamar yang di huni oleh saksi Subandini dan saksi Jumali dengan cara
menggedor-gedor pintu sembari mengatakan “keluar, keluar, keluar” “suami
isteri atau bukan”? merasa panik dan takut, akhirnya dengan terpaksa saksi
Jumali membukakan pintu, kemudian ditanya oleh terdakwa I “suami isteri
atau bukan” dijawab “bukan” lalu ditanya lagi dengan nada agak keras
“mana pasanganmu” dijawab “dikamar mandi” kemudian terdakwa I
bertanya lagi “mana identitas ibu, KTP bawa ndak”? karena takut akhirnya
saksi menyerahkan KTPnya sesuai permintaan para terdakwa dan selang
beberapa saat setelah saksi Jumali keluar, terdakwa IV mengatakan “minta
KTP, tolong keluarkan” setelah identitas diserahkan, oleh terdakwa IV difoto
dan diberikan kepada terdakwa I.
- Bahwa selanjutnya sekira pukul 16.26.13 Wib para terdakwa kembali
melakukan pengecekkan di kamar nomor 6 yang dihuni oleh saksi Widodo
bersama pasangannya saksi Susiana. Saat keduanya sedang berada di
dalam kamar terdengar suara ketukan pintu kamar sebanyak 1 kali tanpa
mengatakan apa-apa, kemudian mengetuk lagi yang kedua dengan suara
tambah keras sambil mengatakan “buka”, karena tidak di buka kemudian
para terdakwa mengetuk dan menggedor kembali pintu kamar untuk ketiga
kalinya dengan suara semakin keras diikuti dengan kata-kata “Tak buka
piye” karena takut pintunya akan didobrak dan dibuka secara paksa
akhirnya penghuni kamar nomor 6 dengan keadaan terpaksa disertai rasa

Halaman 37 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


takut membuka pintu kamar, setelah dibuka para terdakwa meminta kartu
identitas tamu berupa KTP secara paksa dengan cara sewaktu saksi baru
akan mengeluarkan identitasnya tiba-tiba oleh para terdakwa direbut dan
ketika diminta pemiliknya untuk dikembalikan namun tidak diberikan
akibatnya saat itu sempat terjadi tarik menarik berebut identitas antara
saksi dengan para terdakwa sampai akhirnya saksi Widodo mengatakan
“saksi anggota” dijawab dengan nada keras “anggota mana” kemudian
diperlihatkan kartu anggota saksi kepada para terdakwa dan akhirnya
setelah ditunjukkan barulah KTP tersebut dikembalikan.
- Bahwa seusai melakukan sweeping di kamar nomor 6, sekira pukul
16.28.34 Wib, para terdakwa melanjutkan kembali menuju kamar nomor 7
yang dihuni oleh saksi Isa bersama pasangannya saksi Siti wahyuni. Saat
berada dikamar tersebut, terdakwa I bersama dengan terdakwa lainnya
mengetuk pintu kamar nomor 7 sebanyak 3 kali tanpa mengatakan apa-
apa, setelah dibukakan pintu, terdakwa I mengatakan “Didalam sama
siapa”, isterinya bukan? awalnya saksi tidak menjawab kemudian ditanya
lagi “mana identitasnya” karena perasaan takut akhirnya saksi terpaksa
menyerahkan kartu identitas diri berupa kartu anggota ORARI dan
kemudian kartu tersebut difoto oleh terdakwa hingga akhirnya sesaat
setelah kejadian datang petugas kepolisian dan menyuruh saksi Isa
bersama pasangannya untuk datang ke polsek prambanan.
- Bahwa perbuatan para terdakwa yang datang secara bergerombol,
mengenakan pakaian serba putih berlambangkan atribut ormas FPI Klaten
ditambah para terdakwa yang mengaku dari FPI Klaten yang kemudian
masuk ke ruangan resepsionis hotel SRIKANDI I Prambanan serta dengan
nada tinggi dan memaksa menanyakan kepada saksi Andang Kurniawan
perihal kamar yang terisi serta meminta ditunjukkan buku tamu hingga
kemudian tanpa ijin pihak berwenang di hotel itu dan dilanjutkan menerobos
masuk ke halaman belakang menuju kamar hotel untuk melakukan
pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap tamu hotel yang menginap
sehingga mengakibatkan atau membuat saksi Andang Kurniawan merasa
takut dan terancam. Selain itu, adanya tindakan pengecekkan atau razia
atau sweeping yang dilakukan para terdakwa juga menimbulkan kerugian
bagi para tamu hotel yang pada saat kejadian mengalami tindakan
pengancaman dan pemaksaan berupa perbuatan menggedor-gedor pintu
dengan nada keras, melontarkan kata-kata dengan nada tinggi serta
merebut paksa identitas dari para tamu.

Halaman 38 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 335 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana jo pasal 55 ayat
1 Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
ATAU
KEDUA
Bahwa mereka terdakwa I. SUDARNO Als SULIS Bin WASINO,
terdakwa II. SUROTO Als SUKAR Bin PARTO WIYONO, terdakwa III. GATOT
TEGUH SANTOSO dan terdakwa IV. ANGGA ARY TINARKO Bin AGUS
BAHTIAR bersama 2 (dua) anggota terdakwa yaitu Sdr. Mr.X1 dan Mr.X2
(Belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang) pada hari Jumat tanggal 22
Desember 2017, sekira pukul 16.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu
waktu dalam bulan Desember 2017, bertempat di Hotel SRIKANDI I
PRAMBANAN yang beralamat di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Klaten atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Klaten, telah, “yang menjadi
anggota dan atau pengurus ormas, dengan sengaja dan secara langsung atau
tidak langsung, melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang
penegak hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, sebagai orang
yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan”
perbuatan mana dilakukan para terdakwa dengan cara sebagai berikut :
- Berawal para terdakwa pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 sekira
pukul 16.00 Wib, seusai melaksanakan kegiatan Jumat sedekah bersama
rekan-rekan sesama anggota Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Klaten
di Masjid Alun-Alun Klaten berencana pulang kerumahnya masing-masing
dengan menggunakan sarana sepeda motor, salah satunya berhasil disita
Penyidik berupa 1 (satu) unit sepeda motor merek Yamaha Mio Soul / AL
115 14D tahun 2009 warna merah maroon dengan Plat Nomor: AD 4463 YJ
sesuai STNK kepemilikan atas nama Niken Endah Subekti dengan posisi
terdakwa I berboncengan dengan terdakwa IV, terdakwa II berboncengan
dengan terdakwa III dan 2 rekan terdakwa lainnya yaitu mr X1
berboncengan dengan mr X2 (Belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang).
Ditengah perjalanan, saat akan melintas jalan di depan Hotel SRIKANDI I
Prambanan, para terdakwa yang di pimpin oleh terdakwa I mengarahkan
tujuannya dengan mendatangi hotel tersebut untuk melakukan
pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap pasangan bukan suami-
isteri yang menyewa atau menghuni kamar hotel dan dicurigai berbuat
asusila (mesum) di hotel tersebut.

Halaman 39 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa sekira pukul 16.22.03 Wib, para terdakwa yang berjumlah sekitar 6
orang menggunakan 3 unit sepeda motor, masing-masing mengenakan
pakaian atau baju dan celana beratribut Ormas FPI Klaten dengan ciri baju
kaos lengan panjang berwarna putih hijau terdapat logo dan tulisan
identitas Laskar Islam FPI Kab. Klaten, pada bagian depan dan tulisan
Front Pembela Islam (FPI) Regional Leadership Board Islamic Defenders
Front, DPW-FPI Kab. Klaten kemudian masuk ke dalam hotel menuju ruang
resepsionis dan menemui saksi Andang Kurniawan selaku karyawan /
petugas kasir hotel, saat itu terdakwa I jalan lebih dahulu memasuki ruang
resepsionis dari terdakwa lainnya yang masih berada diluar ruangan hotel,
setelah bertemu saksi Andang Kurniawan, terdakwa I menanyakan kepada
saksi Andang Kurniawan “Kamar yang isi, kamar berapa aja mas”?“lihat
buku tamunya”? kemudian disusul oleh terdakwa IV yang ikut masuk
keruang bagian resepsionis mendampingi terdakwa I yang berada di
belakangnya sedangkan terdakwa II berada dalam posisi mendekati pintu
berdampingan dengan Mr.X1 sementara terdakwa III berdampingan
dengan Mr.X2 dimana tugas dari keempat orang tersebut adalah
mengawasi, mengamankan dan mengenali lokasi sekitar kamar hotel
deman tujuan agar para penghuni atau penyewa kamar hotel tidak bisa
keluar atau melarikan diri ketika dilakukan pengecekan atau sweeping oleh
para terdakwa.
- Bahwa Dengan kedatangan para terdakwa secara bergerombol dan
mengenakan atribut ormas FPI serta ditambah gelagat atau sikap dari para
terdakwa yang seakan-akan melakukan pengecekan atau razia atau
sweeping dan menganggu ketertiban suasana hotel tersebut membuat
saksi Andang Kurniawan menjadi takut dan terancam hingga akhirnya
dengan terpaksa saksi Andang Kurniawan menuruti dan memberikan apa
yang diminta yaitu dengan menunjukkan buku tamu sembari menjawab
pertanyaan terdakwa I yaitu “Kamar 4,5 dan 6”. Karena merasa curiga, saat
itu saksi Andang Kurniawan sempat bertanya “maaf pak ini dari mana”?
dijawab terdakwa I “Dari FPI klaten” dan disaat bersamaan setelah buku
tamu ditunjukkan dan diambil oleh terdakwa I tanpa ijin dari pihak hotel
yang berwenang dan dengan sikap yang tidak sopan dan kasar terdakwa I
dan terdakwa lain yang masih berada diluar ruangan hotel mulai masuk
berjalan kedalam area hotel mendatangi kamar-kamar yang terisi. Karena
takut terjadi hal yang tidak di inginkan kemudian saksi Andang Kurniawan

Halaman 40 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


menyusul mengikuti para terdakwa yang berjalan memaksa menerobos
masuk menuju arah kamar hotel.
- Bahwa setelah para terdakwa berhasil masuk kedalam area hotel dan
berada dihalaman belakang kamar hotel, dengan di pimpin oleh terdakwa I.
SUDARNO Als SULIS Bin WASINO, terdakwa II. SUROTO Als SUKAR Bin
PARTO WIYONO, terdakwa III. GATOT TEGUH SANTOSO dan terdakwa
IV. ANGGA ARY TINARKO Bin AGUS BAHTIAR serta 2 rekan anggotanya
(belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang) kemudian melakukan tindakan
pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap tamu penghuni kamar
hotel. Adapun beberapa kamar hotel yang dilakukan sweeping oleh para
terdakwa diantaranya adalah kamar nomor 4,5,6,7 dan 11 dengan cara
mengetuk dan menggedor-gedor pintu kamar yang ada tamunya sambil
melontarkan kata-kata panggilan secara berulang dengan nada suara yang
semakin mengeras dan setelah tamu membuka pintu kamar, para terdakwa
meminta identitas masing-masing tamu secara paksa.
- Bahwa perbuatan atau tindakan sweeping yang terjadi di Hotel SRIKANDI I
Prambanan pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2018, sekira pukul 16.00
Wib yang dilakukan oleh para terdakwa dalam kapasitas masing-masing
terdakwa adalah sebagai anggota DPW Front Pembela Islam Kabupaten
Klaten dimana yang menunjukkan bukti secara legal formal keanggotaan
dari keempat terdakwa tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan
Dewan Tanfidzi Wilayah Front Pembela Islam atas nama terdakwa I
dengan Nomor : 0001/SK-DPW FPI/Kab.Klaten / Jumadhil Akhir /1438 H
tanggal 14 Maret 2017 Tentang Penetapan dan Pengesahan Dewan
Pengurus Wilayah –Front Pembela Islam Kab. Jawa Tengah periode 2016-
2021 dengan jabatan selaku Wakabid Keoraganisasian sedangkan untuk
terdakwa II,III dan IV secara keorganisasian diakui sebagai anggota Front
Pembela Islam Kabupaten Klaten karena selalu terlibat dan ikut
berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
- Bahwa perbuatan para terdakwa yang datang secara bergerombol,
mengenakan pakaian serba putih berlambangkan atribut ormas FPI Klaten
ditambah para terdakwa yang mengaku dari FPI Klaten yang kemudian
masuk ke ruangan resepsionis hotel SRIKANDI I Prambanan serta dengan
nada tinggi dan memaksa menanyakan kepada saksi Andang Kurniawan
perihal kamar yang terisi serta meminta ditunjukkan buku tamu hingga
kemudian tanpa ijin pihak berwenang di hotel itu dan dilanjutkan menerobos
masuk ke halaman belakang menuju kamar hotel untuk melakukan

Halaman 41 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap tamu hotel yang menginap
sehingga mengakibatkan atau membuat saksi Andang Kurniawan merasa
takut dan terancam. Selain itu, adanya tindakan pengecekkan atau razia
atau sweeping yang dilakukan para terdakwa juga menimbulkan kerugian
bagi para tamu hotel yang pada saat kejadian mengalami tindakan
pengancaman dan pemaksaan berupa perbuatan menggedor-gedor pintu
dengan nada keras, melontarkan kata-kata dengan nada tinggi serta
merebut paksa identitas dari para tamu.
- Bahwa para terdakwa dalam melakukan kegiatan pengecekkan atau razia
atau sweeping tersebut, tidak pernah melapor atau memperoleh izin baik
secara lisan maupun secara tertulis dari pihak Kepolisian Republik
Indonesia selaku aparat penegak hukum ataupun dari pihak pemerintah
setempat sehingga kegiatan tersebut dilakukan secara tidak resmi dan tidak
sah karena ketentuan perundang-undangan diatur bahwa yang memiliki
tugas untuk melakukan pengecekkan dan penertiban adalah kepolisian
karena kepolisian negara RI bertugas dan mempunyai wewenang
memelihara ketertiban dan keamanan umum sesuai ketentuan pasal 14
ayat 1 e Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
RI dan disamping itu kegiatan pengecekkan juga dapat dilakukan oleh
Satuan Polisi Pamong Praja berdasarkan Peraturan Daerah
setempat.
Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 82A ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013
Tentang Organisasi kemasyarakatan jo pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUHP.
Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum, Penasihat
Hukum Para Terdakwa telah mengajukan keberatan dan telah diputus dengan
Putusan Sela Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln tanggal 19 Maret 2018 yang
amarnya sebagai berikut:
1. Menyatakan keberatan dari Penasihat Hukum Para Terdakwa : Sudarno Als.
Sulis Bin Wasino, Suroto Als. Sukar Bin Parto Wiyono, Gatot Teguh
Santoso, Angga Ary Tinarko Bin Agus Bahtiar, tersebut tidak diterima;
2. Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara
Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln atas nama Para Terdakwa, tersebut di atas;
3. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir;

Halaman 42 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum
telah mengajukan saksi-saksi dan ahli sebagai berikut:
1. Andang Kurniawan, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai
berikut :
- Pada hari Jumat, tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.10 WIB
datang salah satu ormas yang masuk pertama kali adalah Terdakwa I
yaitu Pak Sudarno menanyakan kepada saksi “kamar yang diisi kamar
berapa saja mas?” saksi jawab secara spontan kamar 4,5,6 kemudian
Pak Sudarno bilang “ boleh lihat buku tamunya” dan saksi perlihatkan
buku tamu itu kemudian keluar lewat pintu samping dan saksi mengkuti
dari belakang setelah itu saksi bilang pada teman yang ada di dapur
bahwa ada yang datang dari FPI. Kemudian Pak Sudarno masuk ke
area tengah dan saksi bilang pada Pak Sudarno “maaf Pak biar
ditemani teman saksi” kemudian saksi mengatakan ke Sdr. Bagas
untuk menemani tetapi dijawab “tidak berani” lalu saksi konsultasi pada
teman saksi Sigit Haryono yang menyarankan untuk ke Polsek
kemudian saksi ke Polsek Prambanan menemui yang piket pada saat
itu Pak Heru dan mengatakan kalau ada salah satu ormas sweeping
lalu saksi kembali ke Hotel menunggu di Lobby sampai pihak
Kepolisian datang ;
- Bahwa, saksi mengetahui Para Terdakwa dari ormas FPI karena saksi
bertanya darimana Terdakwa I dan dijawab Terdakwa I dari FPI Klaten;
- Bahwa, sebelum Terdakwa I masuk saksi mendengar suara motor dan
melihat ada 3 (tiga) motor matic salah satunya merk Honda Vario;
- Bahwa, saat itu saksi melihat ada 6 (enam) orang, yang menemui saksi
adalah Terdakwa I. Sudarno sedangkan yang lain berdiri di luar;
- Bahwa, saksi tidak menanyakan maksud dan tujuan kedatangan FPI;
- Bahwa, saksi tidak pernah menanyakan kepada setiap tamu hotel
kepentingannya apa menyewa kamar hotel;
- Bahwa, saksi memperlihatkan buku tamu saksi beri tahu kamar yang
diisi dan saksi ambil kemudian saksi masukkan lagi kemudian Pak
Sudarno dan kawan-kawan ke belakang ke area tengah langsung
menuju ke kamar 4 mau mengetuk pintu kemudian saksi mengatakan
“maaf Pak biar teman saksi yang mengetuk” dijawab Pak Sudarno “ya
tidak apa-apa” tapi Bagas tidak berani dan akhirnya yang mengetuk
pintu kamar adalah Terdakwa I yang pertama adalah kamar 4

Halaman 43 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


berdasarkan buku tamu yang menginap pasangan dan baru saja
masuk;
- Bahwa, saksi membenarkan rekaman cctv tentang kejadian;
- Bahwa, saksi tidak mencegah Terdakwa I masuk menuju area ke
kamar Hotel;
- Bahwa, Para Terdakwa masuk menuju area ke kamar Hotel tanpa
seizin saksi;
- Bahwa, ketika para terdakwa datang di hotel Srikandi menggunakan
pakaian putih/serba putih sedangkan untuk lambang-lambangnya saksi
tidak begitu memperhatikannya;
- Bahwa, saksi membenarkan barang bukti pakaian yang diperlihatkan
oleh penuntut umum;
- Bahwa, pada waktu para terdakwa melakukan pengecekan di hotel
Srikandi, saksi tidak menanyakan ijin dan Para Terdakwa juga tidak
menunjukkan ijin;
- Bahwa, perasaan saksi pada waktu didatangi Para Terdakwa bingung,
takut, khawatir walaupun dalam bersikap dan perkataan Terdakwa
biasa saja sedangkan yang membuat saksi takut karena datangnya
bergerombol dan takut kalau terjadi gesekan, itu yang membuat saksi
memperlihatkan buku tamu;
- Bahwa, setelah kejadian itu saksi melapor atasan kalau sudah
didatangi ormas FPI;
- Bahwa, jarak ke Polsek Prambanan kurang lebih 10 menit kemudian
saksi kembali ke Hotel langsung ke Lobby sambil menunggu pihak
Polsek Prambanan datang;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui kejadian di belakang, di area menuju
kamar;
- Bahwa, pihak Kepolisian yang datang antara lain Pak Heru yang lain
saksi tidak ingat namanya lalu pihak Kepolisian menuju ke belakang
selanjutnya saksi tidak tahu;
- Bahwa, selain saksi yang menjaga Hotel adalah Sdr. Bagas dan Sdr.
Sigit Haryono;
- Bahwa, pada waktu duduk di lobby saksi melihat ada tamu yang sudah
keluar setelah adanya pemeriksaan oleh Para Terdakwa;
- Bahwa, pada saat tamu keluar tidak melapor kepada saksi;

Halaman 44 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, Saksi bertugas sebagai kasir yang bertugas menulis dan bantu
bersih-bersih, jam kerjanya shift dari pukul 08.00 pagi sampai dengan
pukul 08.00 pagi, sehari masuk sehari libur;
- Bahwa, prosedur tamu menginap kalau ada tamu menanyakan ada
kamar kosong kemudian saksi catat dan pembayaraan ada diawal dan
diakhir kemudian saksi serahkan kunci manual;
- Bahwa, SOP kalau ada tamu yang ingin bertemu dengan tamu yang
menginap adalah dengan cara diketuk pintunya kemudian saksi
memberitahu bahwa ada tamu yang menunggu di Lobby;
- Bahwa, di Hotel Srikandi terdapat pintu gerbang, 1 (satu) pintu masuk
lobby serta 1 (satu) pintu menuju area kamar;
- Bahwa, tamu tidak bisa keluar masuk dari pintu lain selain dari pintu
masuk;
- Bahwa, saksi tidak pernah mendengar perintah dari salah satu
terdakwa mengatakan “Kowe Jogo Kono” (kamu berjaga disana);
- Bahwa, saksi menyangkal jawabannya dalam Berita Acara
Pemeriksaan di kepolisian nomer 11, menurut saksi kamar yang
hendak diketuk oleh Para Terdakwa adalah kamar nomer 4, itupun
saksi meminta kepada Terdakwa I agar ditemani oleh teman saksi yang
bernama Sdr. Bagas, akan tetapi Sdr. Bagas tidak berani kemudian
atas saran Sdr. Sigit lalu saksi ke Polsek sehingga saksi tidak tahu
kejadian selanjutnya;
- Bahwa, saksi melapor ke Polsek karena didatangi ormas FPI;
- Bahwa, pada waktu pintu kamar nomer 4 diketuk tamunya tidak keluar;
- Bahwa, di hotel Srikandi ada bagian keamanan sebanyak 3 orang
namun pekerjaannya rangkap;
- Bahwa, orang yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk ke
belakang ke arah kamar tanpa seijin yang jaga;
- Bahwa, Para Terdakwa tidak datang dengan berteriak-teriak dan
menggembor-gemborkan sepeda motor;
- Bahwa Terdakwa I tidak membentak, mengancam dan menendang kaki
saksi untuk mengeluarkan buku tamu;
- Bahwa, Terdakwa yang lain tidak meneriakkan sesuatu ancaman atau
kata-kata lainnya;
- Bahwa, ada 6 (enam) kamar yang terisi yaitu kamar nomer 4,5,6,7,10
dan 11;

Halaman 45 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, setelah saksi kembali dari Polsek Prambanan langsung ke
Lobby, pada saat itu saksi tidak tahu kemana para terdakwa;
- Bahwa, saksi tidak melihat ada terdakwa yang menelpon Polisi;
- Bahwa, saksi tidak tahu siapa yang menyuruh para tamu keluar;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui siapa yang mengetuk pintu karena
ketika kembali ke hotel, para tamu sudah ada di luar;
- Bahwa, saksi baru mengetahui ada pasangan yang salah satunya
anggota Polisi ketika saksi mendapat panggilan dari Polres Sleman;
- Bahwa, saksi hanya melaporkan kejadian ke Polsek pada waktu FPI
datang ke hotel, saksi melapor bahwa ada ormas FPI datang ke hotel;
- Bahwa, saksi merasa takut karena pernah melihat berita di televisi
kalau FPI sering membuat ribut dan kekerasan;
- Bahwa, pada saat kejadian tidak ada kekerasan, ancaman dan makian
serta pemukulan oleh para terdakwa;
- Bahwa, dalam BAP nomer 8 saksi mengatakan bingung dan takut
karena baru pertama kali ada kejadian ini dan khawatir timbul ada
keributan;
- Bahwa, saksi tidak mendapat tekanan dalam memberikan kesaksian di
kepolisian;
- Bahwa, saksi datang ke Polsek dalam waktu 10 menit dan jarak Polsek
ke hotel kurang lebih sekitar 1 (satu) km;
- Bahwa, pada waktu di Polsek, saksi membuat laporan dalam bentuk
lisan;
- Bahwa, saksi tanda tangan bukan pada saat kejadian karena saksi
disuruh oleh pihak kepolisian tanda tangan laporan pada hari Sabtu
keesokan harinya;
- Bahwa, saksi datang ke Polsek pada hari Sabtu karena saksi dipanggil
oleh pihak Polsek untuk dimintai keterangan dan membaca laporan,
kemudian saksi tanda tangan;
- Bahwa, saksi lulusan SMK jurusan mesin dan setahu saksi arti kata
sweeping adalah operasi (menyapu);
- Bahwa, saksi bekerja di Hotel selama 7 (tujuh) tahun;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui perijinan hotel, yang mengetahui adalah
atasan saksi;
- Bahwa, setahu saksi ijinnya untuk penginapan;
- Bahwa, pemilik Hotel Srikandi adalah Pak Hendro;

Halaman 46 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, kalau ada sepasang tamu yang menginap yang dimintai KTP
hanya salah satunya saja, kalau tidak menginap hanya pelat nomor
motornya saja yang dicatat;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui Pasal 516 KUHP yang menyatakan
bahwa orang yang mempunyai usaha penginapan harus meminta
identitas tamu dan mencatatnya;
- Bahwa, tidak pernah ada sosialisasi tentang peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang kewajiban meminta KTP;
- Bahwa, apabila pasangan bukan suami isteri melepas baju adalah tidak
sopan namun kalau di kamar itu adalah urusan masing-masing;
- Bahwa, saksi tidak ingat siapa nama anggota kepolisian yang terkena
Razia pada waktu kejadian di Hotel Srikandi tersebut;
- Bahwa, dalam buku tamu tidak dicatat nama-nama tamu pada saat
kejadian hanya dicatat sepeda motornya saja;
- Bahwa, tamu pada waktu kejadian hanya transit karena di buku tamu
hanya dicatat nomor pelat sepeda motornya saja;
- Bahwa, saksi, Bagas dan Sigit mencuci sprei karena kalau kamar
sudah kosong langsung dibersihkan;
- Bahwa, pada waktu kejadian ada 6 (enam) kamar hotel Srikandi yang
terisi;
- Bahwa, yang memberi aturan kalau menginap di hotel Srikandi dimintai
KTP kalau tidak menginap dicatat motornya adalah pemiliknya yaitu
Pak Hendro;
- Bahwa, ada 6 (enam) orang karyawan yang bekerja di Hotel Srikandi
setiap shift ada 3 (tiga) orang, untuk OB 1 (satu) orang, untuk kasir 1
(satu) orang dan bagian belakang (dapur) ada 1 (satu) orang;
- Bahwa, Hotel Srikandi mempunyai 15 (tujuh belas) kamar;’
- Bahwa, pada waktu kejadian yang bertugas adalah saksi, Bagas dan
Sigit;
- Bahwa, yang menerima dan mencatat tamu kamar nomor 4,5,6,7,10
dan 11 adalah saksi;
- Bahwa, tamu-tamu tersebut masuk kira-kira jam 14.00 wib sampai
dengan jam 15.00 wib;
- Bahwa, tarif kamar hotel Srikandi tersebut Rp.75.000,00 (tujuh puluh
lima ribu rupiah) sampai dengan Rp100.000,00 seratus ribu rupiah).
Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah) untuk tamu transit sekitar 4

Halaman 47 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


jam sampai dengan 5 jam dan yang Rp.100.000,00 (seratus ribu
rupiah) untuk tamu sehari full;
- Bahwa, ada tamu yang datang berpasangan namun saksi tidak tahu
apakah tamu tersebut suami isteri karena tidak pernah saksi tanyakan;
- Bahwa, jarak Lobby dengan kamar nomor 4 sekitar 10 (sepuluh) meter
dan tidak terhalang dari meja kasir bisa melihat pintu kamar tetapi kalau
dari Lobby tidak bisa melihat pintu kamar;
- Bahwa, setelah dari Polsek saksi berada di Lobby;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui siapa yang mengetuk pintu kamar para
tamu;
- Bahwa, setelah dari Polsek dan datang kembali ke hotel, para tamu
sudah diluar;
- Bahwa, kejadian itu berlangsung sekitar jam 16.10 WIB sampai dengan
16.45 WIB;
- Bahwa, pada kejadian tersebut saksi tidak melihat ada tamu dan para
Terdakwa yang diamankan;
- Bahwa, pada kejadian tersebut ada enam pasang atau ada 12 (dua
belas) orang;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan
tidak keberatan;
2. Yohanes Heru Yulianto, S.H. (disumpah) menerangkan pada pokoknya
sebagai berikut :
- Bahwa, pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 kebetulan saksi
piket pagi, pada waktu sekitar jam 16.30 WIB mendapat laporan dari
seseorang yang tadinya tidak saksi kenal bernama Sdr. Andang
Kurniawan dari Hotel Srikandi yang melaporkan ada kegiatan sweeping
kemudian saksi mendatangi ke TKP bersama rekan saksi bernama
Aiptu Suliman dan saksi melihat ada beberapa orang, sekitar 6 (enam)
orang berada di dalam lingkungan Hotel Srikandi di dalam di depan
kamar-kamar kemudian waktu saksi masuk sempat melihat 1 (satu)
pasangan yang keluuar dari lingkungan hotel kemudian saksi masuk
ketemu Terdakwa I;
- Bahwa, saksi Andang Kurniawan hanya mengatakan sweeping di Hotel
Srikandi;
- Bahwa, selain laporan itu tidak ada lagi laporan yang lain;
- Bahwa, saksi langsung ke TKP karena sifatnya harus segera
mendatangi TKP;

Halaman 48 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, secara persis saksi kurang tahu karena ada yang
menggunakan helm dan tutup kepala tetapi saksi sempat berkomunikas
dengan Sdr. Sudarno (Terdakwa I);
- Bahwa, saksi membenarkan baju putih yang ditunjukkan di persidangan
adalah baju yang dipakai oleh Para Terdakwa;
- Bahwa, pada waktu saksi datang ada 6 (enam) orang sudah berada di
lingkungan hotel tersebut posisi sudah ditengah tidak di dalam kamar,
di luar di depan kamar-kamar, kemudian ada yang di pintu keluar dan
ada beberapa tamu yang sudah di luar kamar;
- Bahwa, pada waktu saksi datang tamu yang berada di luar kamar ada 3
(tiga) pasangan dan tamu yang berada di dalam kamar ada sepasang
jadi jumlah ada 4 (empat) pasangan;
- Bahwa, pada waktu itu saksi datang dan bertanya pada salah satu
diantara 6 (enam) orang yaitu Terdakwa I dan saksi menanyakan ada
kegiatan apa disini dan saksi melihat Terdakwa I sudah memegang
identitas berupa KTP dan SIM dan pada waktu itu langsung saksi minta
dan saksi sempat mengatakan, “Mohon maaf Pak, ini kalau untuk
penyitaan seperti ini tidak diperbolehkan karena kewenangan dari
Kepolisian” ,akhirnya diserahkan ke saksi karena saksi minta setelah
saksi minta identitas yang dibawa Sdr. Sudarno tersebut kemudian dari
pihak 6 (enam) orang ini saksi arahkan ke Polsek Prambanan
kemudian dari 4 (empat) pasangan saksi suruh ke Polsek Prambanan
untuk dilakukan tindakan lebih lanjut karena kalau sudah seperti ini
harus diproses tipiring akhirnya 4 (empat) pasangan dan 6 (enam)
orang tersebut ke Polsek Prambanan;
- Bahwa, ketika saksi tanya, tamu hotel Srikandi agak gugup karena
takut saksi tangkap atau bagaimana saksi kurang tahu;
- Bahwa, keadaan yang lainnya, wajahnya pucat;
- Bahwa, ada salah 1 (satu) pasangan bersama calon istri di dalam
kamar, saksi tanya, “Jenengan di sini melakukan apa?” dijawab,
“sedang mengurus surat pernikahan”, kemudian saksi tanya lagi “Lha
kok disini karena belum nikah?” katanya menunggu Bus ke Banten
untuk pulang nanti malam;
- Bahwa, pada waktu itu yang dibawa tamu tersebut surat-surat
kepengurusan pernikahan;
- Bahwa, ketika sampai di Polsek Prambanan, semua identitas saksi
serahkan ke unit Reskrim karena untuk dilakukan penanganan

Halaman 49 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


terhadap tipiring dari 4 (empat) pasangan tersebut selanjutnya waktu itu
tidak selesai sampai akhir mengurusi karena ada undangan untuk
menghadiri kegiatan di Desa binaan saksi;
- Bahwa, saksi kembali lagi ke Hotel Srikandi untuk mengambil barang
bukti berupa sprei;
- Bahwa, selang 30 menit sampai dengan 45 menit saksi sampai di Hotel
Srikandi sprei sudah diberesin dan di masukkan ke mesin cuci dan
sprei tidak bisa dibawa;
- Bahwa, ketika kembali ke Polsek identitas saksi serahkan ke unit
reskrim karena bukan tugas saksi dan yang menandatangani maupun
yang memanggil lagi adalah unit reskrim dan sudah bukan tugas saksi;
- Bahwa, selain saksi selaku anggota yang pada waktu itu piket pagi
pada waktu menerima laporan ada rekan yang lain yaitu Aiptu Mulyono,
Aiptu Suliman dan Bripka Aji Karno Supardam dan yang saksi terima
pada waktu itu belum sempat laporan secara resmi baru laporan secara
lisan kemudian kita datangi TKP Hotel Srikandi saksi bersama dengan
Aiptu Suliman, pada waktu itu Bripka Aji Karno mendatangi TKP
kecelakaan lalu Aiptu Mulyono tinggal berjaga di kantor Polsek
Prambanan;
- Bahwa, kondisi pelapor pada waktu melaporkan ada sweeping, dalam
keadaan panik;
- Bahwa, dalam waktu sekitar + 10 menit saksi langsung ke Hotel
Srikandi;
- Bahwa, pada waktu itu Sdr. Andang Kurniawan mengikuti saksi dan tiba
di Hotel dalam waktu yang hampir sama;
- Bahwa, Ketika tiba di Hotel Srikandi Para Terdakwa ada di halaman
belakang seperti ada yang menjaga kamar satu-satu;
- Bahwa, sweeping secara terminologi artinya kegiatan suatu
pemeriksaan;
- Bahwa, kondisi pintu kamar tersebut semua dalam keadaan terbuka;
- Bahwa, saksi melihat 3 (tiga) pasangan ada di luar kamar dan
sepasang berada di dalam kamar;
- Bahwa, kamar yang msh ada orang sepasang tersebut adalah kamar
yang paling timur yang berhadapan utara sama selatan yang masih
berisi pasangan;
- Bahwa, setelah tiba di TKP saksi bertanya “ada kegiatan apa
disini?”kemudian Sdr. Sudarno mengatakan “ hanya memeriksa apakah

Halaman 50 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


ada tamu yang check in pasangan bukan suami istri” kemudian saksi
mengatakan “ya kalau bisa bessok seperti ini jangan bertindak sendiri
paling tidak bersama dengan pihak berwajib, memberitahukan ke kami”;
- Bahwa, tidak ada surat secara resmi dalam kaitan melakukan sweeping
dari ormas tapi penjelasan Terdakwa I memberitahukan kepada
Kapolres bahwa akan melaksanakan sweeping tetapi waktu itu tidak
bilang hanya secara lisan maupun tertulis hanya pemberitahuan dan
saksi bilang “kok di Polsek tidak ada” karena saksi di Kantor Polsek
Prambanan tidak ada surat pemberitahuan;
- Bahwa, saksi hanya meminta identitas yang dibawa Sdr. Sudarno
kemudian saksi menyuruh Ke kantor Polsek Prambanan dan ada jalur
hukumnya untuk para 4 (empat) pasangan yaitu proses tipiring dan
disaksikan di Polsek Prambanan;
- Bahwa, saksi menyuruh ke Polsek Prambanan karena pada waktu itu
sudah hampir maghrib dan gang sebelah Hotel Srikandi banyak orang,
takut menimbulkan kegaduhan dan kemacetan di jalan bisa
menimbulkan kecelakaan kemudian 6 (enam) orang dan 4 (empat)
pasangan saksi suruh ke Polsek Prambanan;
- Bahwa, saksi melihat para tamu seperti orang ketakutan;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui nama-nama dari 4 (empat) pasangan
tersebut karena identitas sudah saksi berikan ke bagian unit Reskrim;
- Bahwa, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang
Kepolisian, yang boleh melaksanakan ketertiban adalah kepolisian
selain itu di tingkat kabupaten kejaksaan dan kepolisian bahkan untuk
Satpol PP harus didampingi pihak kepolisian;
- Bahwa, pihak Kepolisian secara kontinyu selalu memberikan tindakan
kalau ada laporan dari warga masyarakat sekitar bahwa ada perbuatan
asusila tersebut selalu kita tindak lalu kita kirimkan tipiring ke
Pengadilan tapi karena keterbatasan anggota tidak bisa setiap hari kita
tindak dari sisi represif kemudian dari sisi prefentif pihak Polsek sering
mengumpulkan pihak pengelola hotel dan pemilik diberikan
pengarahan, pembinaan dan penyuluhan untuk mengurangi kejadian
seperti ini jangan sampai terjadi;
- Bahwa, di lingkungan internal Kepolisian sering dilakukan sosialisasi
kerjasama lintas sektoral kaitannya dengan antisipasi mencegah
tindakan anarkis dari ormas;

Halaman 51 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, ormas sering diundang, tokoh agama dan tokoh masyarakat
juga diundang;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui cara Para Terdakwa melakukan
pemeriksaan dengan meminta identitas para tamu, saksi hanya
meminta identitas yang sudah diamankan Terdakwa I;
- Bahwa, dari 4 (empat) pasangan tadi tidak ada yang melarikan diri
karena pintu keluar sudah dijaga tapi ada 1 (satu) pasangan pada
waktu saksi baru datang, keluar dari lokasi Hotel Srikandi;
- Bahwa, pada waktu itu saksi meminta identitas yang dibawa Terdakwa I
dan memberitahu lain kali jangan bertindak sendir,i harus didampingi
pihak Kepolisian;
- Bahwa, identitas para tamu sudah dimintai semua;
- Bahwa, pernah diadakan sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh hotel
namun saksi tidak mengetahui apakah pihak Hotel Srikandi hadir atau
tidak;
- Bahwa, saksi tidak dapat menilai apabila pihak Hotel tidak melakukan
pencatatan KTP apakah melanggar KUHP karena tujuan dari pendirian
hotel adalah untuk menyediakan tempat menginap orang dari wilayah
lain untuk kepentingan tugas atau rekreasi, perkara diselewengkan dari
tujuan tersebut saksi tidak mengetahuinya;
- Bahwa, SOP hotel harusnya meminta identitas tamu karena saksi
ketika menginap di hotel juga diminta menyerahkan KTP;
- Bahwa, saksi tidak pernah melihat buku tamu Hotel Srikandi;
- Bahwa, saksi tidak pernah melihat SOP di tempel di Hotel Srikandi;
- Bahwa, saksi tidak pernah melihat izin Hotel Srikandi;
- Bahwa, saksi tidak pernah melihat STNK yang dijadikan barang bukti di
persidangan, saksi hanya mengetahui KTP dan SIM;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui pasangan yang ke-4 (empat);
- Bahwa, saksi pernah melihat spanduk di sekitar Hotel Srikandi yang
bertuliskan menolak maksiat karena merupakan himbauan dari kami
juga;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa menyatakan
keberatan;
Terdakwa I.
Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu
keterangan yang mengatakan :
- Saksi ke-2 (kedua) meminta KTP yang saya bawa;

Halaman 52 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Yang benar adalah:
- 15 menit sebelum Polisi datang saya sudah menghubungi Pak
Kapolsek bahwa saya sudah di Hotel Srikandi saya mengatakan
”ada beberapa pasangan mesum Pak, tolong segera merapat ke
Hotel Srikandi;
- Ketika saksi datang bersama temannya saya menghampiri saksi
yang baru masuk dan berkata “Pak ini KTP pasangan mesum
silahkan diperiksa”;
Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu
keterangan yang mengatakan :
- Polisi yang datang hanya 2 (dua) orang;
Yang benar adalah:
- Ada beberapa Polisi yang berpakaian preman datang dan 15 menit
sampai dengan 20 menit beliau-beliau melakukan pemeriksaan
perkamar;
Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu
keterangan yang mengatakan :
- Semua tamu sudah berada diluar ketika saksi ke-2 (kedua) datang;
Yang benar adalah:
- Tidak ada satupun tamu yang diluar semua masih dalam kamar,
setelah Polisi datang baru tamu keluar kamar;
- Kamar nomor 6 yang mengaku anggota Polisi pasangannya masih
di dalam kamar mandi kemudian Polisi menyuruhnya untuk keluar;
- Kamar nomor 4 setelah Polisi datang keluar seorang laki-laki
pasangannya yang perempuan masih di kamar mandi kemudian
Polisi berpakaian preman mengetuknya sehingga yang perempuan
juga keluar;
Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-2 (kedua)
menyatakan keterangannya sebagai berikut;
- Bahwa saksi tidak mengetahui Terdakwa I menelpon pihak
Polsek;
- Bahwa saksi tetap pada keterangan yaitu meminta identitas para
tamu yang dibawa Terdakwa I;
- Bahwa benar ada Polisi Preman yang datang tetapi bukan dari
Polsek Prambanan;
- Bahwa saksi tetap pada keteranganya bahwa pada saat saksi
datang di Hotel Srikandi para tamu sudah diluar kamar;

Halaman 53 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa benar kamar nomor 6 dan kamar nomor 4 pasangannya
ada di dalam kamar mandi kemudian saksi datang pasangannya
tersebut keluar dari kamar mandi;
- Bahwa saksi tidak melakukan penggedoran atau mengetuk kamar
nomor 4;
Terdakwa II.
Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu
keterangan yang mengatakan :
- Semua tamu sudah berada diluar ketika saksi ke-2 (kedua) datang;
Yang benar adalah:
- Kamar nomor 6 yang mengaku anggota Polisi pasangannya masih
di dalam kamar mandi kemudian Polisi menyuruhnya untuk keluar;
- Kamar nomor 4 setelah Polisi datang keluar seorang laki-laki
pasangannya yang perempuan masih di kamar mandi kemudian
Polisi berpakaian preman mengetuknya sehingga yang perempuan
juga keluar;
Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi menyatakan
keterangannya sebagai berikut;
- Bahwa benar kamar nomor 6 dan kamar nomor 4 pasangannya
ada di dalam kamar mandi kemudian saksi datang pasangannya
tersebut keluar dari kamar mandi;
- Bahwa saksi tidak melakukan penggedoran atau mengetuk kamar
nomor 4;
Terdakwa III.
Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu
keterangan yang mengatakan :
- Tidak ada yang bisa melarikan diri/keluar hotel;
Yang benar adalah:
- Pada waktu kita di depan orang mau keluar kita persilahkan tidak
ada yang menahan walaupun sebenarnya bisa kami tahan kami
bisa minta kuncinya dan ada 1 (satu) pasangan yang keluar Hotel;
Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-2 (kedua)
menyatakan keterangannya sebagai berikut;
- Bahwa benar ketika kami datang ada 1 (satu) pasangan yang
keluar Hotel berarti masih ada kesempatan untuk keluar hotel;

Halaman 54 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Terdakwa IV;
Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu
keterangan yang mengatakan :
- Tidak ada yang bisa melarikan diri/keluar hotel;
Yang benar adalah:
- Pada waktu itu orang mau keluar kita tidak menahan walaupun
sebenarnya bisa kami tahan tetapi kita merasa bukan wewenang
kita, ada 1 (satu) pasangan yang keluar Hotel kita persilahkan;
- Kamar nomor 6 yang mengaku anggota Polisi pasangannya masih
di dalam kamar mandi kemudian Polisi menyuruhnya untuk keluar;
- Kamar nomor 4 setelah Polisi datang keluar seorang laki-laki
pasangannya yang perempuan masih di kamar mandi kemudian
Polisi berpakaian preman mengetuknya sehingga yang perempuan
juga keluar;
Terhadap keberatan terdakwa tersebut, dan atas pertanyaan Hakim
Ketua terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-2 (kedua)
menyatakan keterangannya sebagai berikut;
- Bahwa benar ketika kami datang ada 1 (satu) pasangan yang
keluar Hotel berarti masih ada kesempatan untuk keluar hotel;
- Bahwa benar kamar nomor 6 dan kamar nomor 4 pasangannya
ada didalam kamar mandi kemudian saya datang pasangannya
tersebut keluar dari kamar mandi;
- Bahwa saksi tidak melakukan penggedoran atau mengetuk kamar
nomor 4;
3. Ir. Isa Nurnusanto, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai
berikut:
- Bahwa, kejadiannya tanggal 22 Desember 2017 di Hotel Srikandi saksi
datang sekitar sekitar jam 14.30 WIB menempati kamar nomor 7
kemudian sekitar jam 16.00 WIB ada orang dari FPI mengetuk kamar
nomor 6 kebetulan saksi masih didalam kamar setelah selesai mengetuk
kamar nomor 6 ke kamar nomor 7 kebetulan saat itu saksi mau keluar
pintu diketuk dan saksi buka saksi bertemu Sdr. Sudarno daan beliau
bertanya “di dalam dengan siapa? KTP nya mana?” kemudian saksi beri
kartu IAR (ijin amatir radio) kartu orari kemudian kartu IAR saksi
serahkan dan difoto kemudian Polisi datang;
- Bahwa, saksi menghuni kamar nomor 7 bersama dengan Sdr. Siti;

Halaman 55 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, saksi mendengar ketukan dari kamar sebelah yaitu kamar nomor
6 yang pertama tidak keras makin lama makin keras karena penghuni
kamar nomor 6 dari dalam kamar tidak membuka pintunya;
- Bahwa, tidak ada keributan di luar kamar, namun pada saat
memerintahkan untuk keluar penghuni kamar nomor 6 agak keras dan
lebih dari sekali;
- Bahwa, Para Terdakwa mengetuk pintu secara pelan dan saksi langsung
membukanya karena saksi sudah mau check out;
- Bahwa, Para Terdakwa pada waktu itu bertanya, “di dalam kamar
siapa?” namun tidak dijawab saksi kemudian mereka meminta identitas
saksi dan saksi menyerahkan kartu IAR;
- Bahwa, para Terdakwa kemudian memfoto identitas saksi selanjutnya
polisi datang;
- Bahwa, pasangan saksi pada waktu itu bersembunyi di kamar mandi;
- Bahwa, pasangan saksi tidak disuruh keluar hanya dimintai KTP
kemudian saksi minta KTP ke Sdr. Siti dan saksi serahkan KTP ke
Terdakwa I kemudian KTP difoto dan selanjutnya polisi datang kemudian
disuruh ke Polsek Prambanan;
- Bahwa, saksi tidak menanyakan kenapa dimintai identitasnya karena
pada waktu itu saksi takut dan saksi langsung memberikan karena
merasa takut dan tidak nyaman karena melihat orang bergerombol dan
takut terjadi keributan;
- Bahwa, saksi tidak sempat dikumpulkan di depan halaman kamar hotel
bersama tamu yang lain karena kebetulan polisi datang dan disuruh ke
Polsek Prambanan;
- Bahwa, tidak ada pernyataan dari Para Terdakwa yang mengatakan,
“nanti urusan pihak Polsek”;
- Bahwa, saksi baru sekali singgah di Hotel Srikandi;
- Bahwa, para terdakwa tidak ada yang menahan saksi karena polisi
sudah datang;
- Bahwa, akibat kejadian tersebut saksi merasa tidak nyaman karena
diminta menyerahkan identitas;
- Bahwa, saksi diproses di persidangan dan divonis bersalah;
- Bahwa, para terdakwa tidak melakukan ancaman dan tindakan
kekerasan;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa I menyatakan keberatan;

Halaman 56 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Bahwa keterangan saksi ke-3 (ketiga) yang tidak benar yaitu keterangan
yang mengatakan :
- Setelah Terdakwa I mengetuk pintu kemudian pintu dibuka,
Terdakwa I langsung menanyakan dikamar bersama siapa dan
minta KTP;
Yang benar adalah:
- Setelah Terdakwa I mengetuk pintu, Terdakwa I berkata dulu, “Pak
mohon maaf saya mengganggu waktunya” kemudian baru
Terdakwa tanya “saudara disini bersama siapa dan saya mintai
identitas”;
- Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-3 (ketiga)
menyatakan tetap pada keterangannya bahwa saksi ke-3 (ketiga) tidak
mendengar hanya mendengar waktu ditanyai bersama dengan siapa dan
dimintai identitas;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II, Terdakwa III dan
Terdakwa IV tidak keberatan;
4. Mikael Bagas Pangestu, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai
berikut:
- Bahwa, saksi bekerja di Hotel Srikandi yang beralamat di Desa Telogo,
Prambanan selama kurang dari 2 (dua) tahun;
- Bahwa saksi bekerja sebagai Office Boy menjaga kebersihan
lingkungan;
- Bahwa, saksi bertugas bersama dengan Sdr. Andang Kurniawan dari
pagi jam 08.00 WIB sampai pagi 08.00 WIB ;
- Bahwa, para terdakwa datang ke Hotel Srikandi kurang lebih sekitar jam
16.30 Wib dengan menggunakan baju putih-putih dan ada symbol
segitiga;
- Bahwa, pada waktu itu kamar yang terisi kamar nomor 4, kamar nomor
5, kamar nomor 6, kamar nomor 7, kamar nomor 10 dan kamar nomor
11;
- Bahwa, setelah itu Terdakwa I datang ke kamar nomor 4 dan mengetuk
pintu sedangkan Terdakwa lainnya di belakang Terdakwa I;
- Bahwa, bunyi ketukan pintu biasa namun pintu tidak dibuka;
- Bahwa, selanjutnya Para Terdakwa ke kamar lain yang terisi dan
mengetuk pintu kamar, namun kamar nomor berapa saksi lupa karena
pada waktu itu kamar nomor 4 dilompatin terlebih dahulu;

Halaman 57 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, selanjutnya Para Terdakwa mengetuk pintu kamar nomor 5 lalu
ada pasangan yang keluar dari dalam kamar;
- Bahwa, saksi melihat para tamu dimintai identitas oleh Terdakwa I
kemudian Terdakwa yang lain mengambil foto identitas tersebut ;
- Bahwa, ketika datang gerombolan orang memakai pakaian putih saksi
takut terjadi keributan;
- Bahwa, yang membawa para tamu dan identitas para tamu ke Polsek
Prambanan adalah Polisi;
- Bahwa, saksi tidak tahu apakah Para Terdakwa meminta ijin melakukan
sweeping kepada pihak Hotel maupun kepada pihak yang berwenang;
- Bahwa, pada waktu itu saksi bertugas bersama Sdr. Andang dan Sdr.
Sigit;
- Bahwa, kemudian Sdr. Andang Kurniawan melapor ke Polsek
Prambanan;
- Bahwa, saksi tidak tahu adanya keresahan masyarakat dengan adanya
kegiatan di Hotel Srikandi;
- Bahwa, saksi tidak tahu keempat pasangan bukan suami istri;
- Bahwa, saksi tidak tahu peraturan orang menginap tidak perlu dimintai
KTP;
- Bahwa, short time adalah waktu singgah 4 jam sampai dengan 5 jam;
- Bahwa, pemilik Hotel Srikandi bernama Pak Hendro yang berasal dari
Wedi;
- Bahwa, tidak ada kekerasan yang dilakukan oleh Para Terdakwa;
- Bahwa, saksi tidak merasa di bawah ancaman dan paksaan;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan
tidak keberatan;
5. Siti Wahyuni, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa, pada waktu itu saat sore saksi posisi di kamar mandi saksi
sudah mau check out, ada yang mengetuk pintu dan yang keluar
membuka pintu adalah Sdr. Isa Nurnusanto;
- Bahwa, saksi masuk ke kamar Hotel Srikandi tersebut sekitar pukul
15.30 Wib;
- Bahwa, tujuan saksi sebelumnya jalan-jalan dan makan kemudian diajak
Sdr. Isa Nurnusanto ke Hotel Srikandi;
- Bahwa, pada waktu itu pintu kamar yang ditempati saksi diketuk secara
keras sebanyak 3 (tiga) kali ketukan;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui siapa yang mengetuk pintu kamar;

Halaman 58 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, Sdr. Isa Nurnusanto menghampiri saksi meminta identitas
katanya ada masalah dan diminta identitasnya;
- Bahwa, saksi pada waktu itu berada di kamar mandi;
- Bahwa, sdr. Isa Nurnusanto mengatakan ada FPI dan disuruh ke Polsek
Prambanan;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui Para Terdakwa karena ketika keluar
saksi menundukkan wajah, karena takut bermasalah, takut ketahuan,
takut ada kekerasan dan membuat saksi tidak nyaman;
- Bahwa, sesampainya di Polsek Prambanan, saksi dimintai
keterangannya dan bertemu dengan tamu hotel lainnya namun tidak
saling bercerita;
- Bahwa, ciri-ciri orang dari ormas FPI adalah memakai baju putih sesuai
dengan barang bukti pakaian yang diajukan di persidangan;
- Bahwa, pada saat keluar kamar tidak ada Para Terdakwa yang menahan
saksi;
- Bahwa, saksi tidak mendapat ancaman atau kekerasan dari Para
Terdakwa;
- Bahwa, saksi dan sdr. Isa Nurnusanto dikenai tindak pidana ringan dan
dijatuhi vonis bersalah;
- Bahwa, saksi sudah pernah 2 (dua) kali ke Hotel Srikandi, yang pertama
sekitar 4 (empat) bulan sebelum kejadian;
- Bahwa, saksi sudah berkeluarga, namun pisah rumah dan belum
bercerai;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan
tidak keberatan;
6. Susiana, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa, saksi datang ke Hotel Srikandi pada hari Jumat, tanggal 22
Desember 2017, kira-kira habis ashar;
- Bahwa, saksi menempati kamar nomer 6;
- Bahwa, yang membuka kamar Pak Widodo, saksi tidak dimintai KTP;
- Bahwa, kurang lebih pukul 16.00 Wib, ketika saksi berada di kamar, ada
rombongan datang memakai baju putih-putih;
- Bahwa, saksi melihat dan mendengar ada yang mengetuk pintu kamar
sebelah dengan mengintip dari membuka korden;
- Bahwa, saksi karena merasa takut dan kebetulan hendak buang air kecil
lalu saksi ke kamar mandi;

Halaman 59 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, suara ketukan pintu di kamar nomer 6, tidak kencang
“permisi….Permisi” lalu ada suara “keluar nggak” lalu dibukakan oleh
Pak Widodo dan saksi mendengar dari kamar mandi ada suara “sama
siapa?” pertama tidak dijawab lalu dijawab bersama saksi;
- Bahwa, pada waktu itu saksi mendengar kata-kata, “KTPnya mana?”;
- Bahwa, saksi pada waktu itu tetap di kamar mandi;
- Bahwa, saksi keluar dari kamar mandi karena disuruh keluar oleh Pak
Widodo;
- Bahwa, pada waktu itu saksi menunduk karena malu, takut dan panik,
yang saksi lihat ada yang memakai baju putih, ada Polisi dan pada waktu
itu posisi saksi keluar terakhir;
- Bahwa, saksi kemudian langsung disuruh ke Polsek Prambanan saksi
ambil helm saksi menuju keluar lokasi lalu saksi kembali lagi ambil
sepeda motor yang lupa saksi parkir dindepan kamar kemudian saksi ke
Polsek Prambanan;
- Bahwa, saksi tidak melihat wajah orang yang berpakaian putih karena
memakai helm dan kaca helm ditutup;
- Bahwa, saksi membenarkan barang bukti pakaian putih adalah yang
dipakai Para Terdakwa pada waktu itu;
- Bahwa, tidak ada yang menghalangi saksi keluar dari Hotel Srikandi;
- Bahwa, saksi tidak mendengar ada ancaman atau suara teriakan keras;
- Bahwa, pada waktu itu saksi bertanya, “itu ada apa?, memakai pakaian
putih-putih” Pak Widodo berkata, “itu FPI”;
- Bahwa, Pak Widodo mengatakan itu FPI karena Pak Widodo seorang
polisi;
- Bahwa, saksi hanya diceritakan oleh Pak Widodo bahwa Pak Widodo
menunjukkan kartu anggotanya;
- Bahwa, saksi menggunakan sepeda motor merk Shogun dan diparkir di
depan kamar;
- Bahwa, saksi ketika di Polsek Prambanan dimintai keterangannya;
- Bahwa, Pak Widodo bukan suami saksi dan sudah mempunyai istri;
- Bahwa, saksi berstatus janda, walaupun di KTP tertulis kawin karena
saksi belum mengurus pembuatan KTP;
- Bahwa, saksi di siding tipiring karena melakukan perbuatan asusila dan
divonis bersalah;
- Bahwa, Pak Widodo dipanggil Propam, saksi dimintai keterangannya
sebagai saksi namun Pak Widodo belum disidang;

Halaman 60 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, ketika saksi berusaha mencari informasi tentang Pak Widodo
dijawab oleh seseorang Polisi yang mengatakan, “Yangmu wis dipindah”;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan
tidak keberatan;
7. Jumali Bin Joyo Pawiro, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai
berikut:
- Bahwa, saksi ketika di dalam kamar terdengar suara ketuk-ketuk pintu
kemudian saksi lihat dari jendela ada orang berpakaian putih-putih ada
simbolnya kemudian saksi bingung saksi masuk kamar mandi
selanjutnya yang membuka pintu adalah pasangan saksi yaitu sdr.
Bandini;
- Bahwa, saksi berada di kamar nomor 5;
- Bahwa, saksi datang ke Hotel Srikandi pada pukul 15.00 Wib;
- Bahwa, saksi melihat orang berbaju putih bergerombol dan mengetuk
pintu kamar sekitar 4 atau 5 ketukan dan mengatakan “keluar” dengan
nada biasa;
- Bahwa, pintu kamar tidak langsung dibuka namun setelah dijawab
sebentar pasangan saksi yang membukakan;
- Bahwa, setelah dari kamar mandi saksi keluar kamar dan dimintai KTP,
dengan cara bertanya, “mana identitasnya?” kemudian menanyakan
“suami istri bukan?” lalu saksi menjawab, “bukan”;
- Bahwa, saksi kemudian memberikan KTPnya karena takut apabila tidak
diberikan dapat timbul keributan;
- Bahwa, saksi tidak menanyakan kenapa KTPnya diminta;
- Bahwa, setelah KTP saksi diberikan kemudian KTP tersebut dipotret oleh
orang yang memakai penutup kepala/cadar;
- Bahwa, KTP saksi tidak dikembalikan dan saksi tidak meminta kembali;
- Bahwa, Terdakwa I yang menyuruh saksi untuk mengambil di Polsek
Prambanan;
- Bahwa, perasaan saksi ketika mengintip dari jendela bahwa ada orang
yang berbaju putih adalah bingung, takut serta cemas karena saksi
merasa bersalah dan saksi tahu kalau orang tersebut dari FPI;
- Bahwa, saksi takut berhadapan dengan FPI karena takut terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan;
- Bahwa, tidak ada tindakan fisik seperti merebut yang dilakukan oleh Para
Terdakwa;

Halaman 61 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, saksi ke Hotel Srikandi menggunakan sepeda motor Kharisma
berboncengan dengan sdri. Bandini dari Yogyakarta hendak ke Solo
kemudian singgah /transit di Hotel Srikandi;
- Bahwa, saksi memarkir sepeda motor di depan kamar di Hotel Srikandi;
- Bahwa, saksi hendak pulang secepatnya tetapi sepeda motor dipegang
oleh Para Terdakwa kemudian saksi masuk lagi di kamar sebelah;
- Bahwa, saksi tidak tahu siapa yang menghalangi karena semua
memakai masker dan berjumlah kurang lebih 5 (lima) orang;
- Bahwa, saksi membenarkan gambar keempat dan kelima dari adegan
rekonstruksi;
- Bahwa, saksi takut karena merasa bersalah karena bukan pasangan
suami istri menginap bersama di hotel;
- Bahwa, tidak ada ancaman kepada saksi dalam memberikan KTP
kepada Terdakwa I namun saksi memberikan karena merasa salah dan
takut;
- Bahwa, saksi sudah mempunyai istri dan anak;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan
tidak keberatan;
8. Subandini Binti Marjo Diyono, (disumpah) pada pokoknya memberikan
keterangan sebagai berikut :
- Bahwa, saksi datang ke Hotel Srikandi bersama sdr. Jumali sekitar pukul
16.00 wib;
- Bahwa, yang memesan kamar hotel adalah sdr. Jumali;
- Bahwa, pada saat saksi dan sdr. Jumali berada di dalam kamar nomor
11, selang baberapa lama kemudian ada yang mengetuk – ngetuk pintu
kamar lebih dari 2 (dua) kali dengan mengatakan, “keluar, keluar” karena
takut lalu saksi membukakan pintu, pada saat itu sdr. Jumali berada di
dalam kamar mandi;
- Bahwa, sebelumnya saksi melihat dari jendela ada yang berpakaian
putih-putih tertulis FPI yang datang sekitar 7 (tujuh) orang, dan pada saat
membukakan pintu saksi melihat seorang laki-laki dengan perawakan
tinggi, gemuk, mengenakan kacamata, bertanya kepada saksi, “suami
istri bukan?”, kemudian saksi menjawab, “bukan”, dan ada mengatakan,
“mana identitas ibu, KTP bawa ndak?”, kemudian karena takut saksi
memberikan KTP kepada orang tersebut;
- Bahwa, tidak berapa lama kemudian sdr. Jumali keluar dari kamar mandi
juga dimintai KTP kemudian sdr. Jumali menyerahkan KTP nya lalu

Halaman 62 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


orang tersebut memotret KTP saksi dan KTP Sdr. Jumali selanjutnya
KTP tersebut dibawanya, lalu orang tersebut keluar kamar selanjutnya
saksi dan sdr. Jumali mengikutinya sampai di depan kamar nomer 11;
- Bahwa, pada saat di depan kamar, saksi melihat beberapa penghuni
kamar yang lainya juga keluar dari kamarnya dan disuruh kumpul;
- Bahwa, pada waktu menyerahkan KTP saksi disuruh Terdakwa I keluar
dan disuruh ke Polsek untuk mengambil KTP;
- Bahwa, saksi tidak meminta kembali KTP tersebut karena merasa takut;
- Bahwa, sekitar 15 menit kemudian petugas polisi datang namun tidak
bertanya apa-apa kemudian petugas memeriksa tiap kamar lalu disuruh
ke Polsek Prambanan;
- Bahwa, saksi berusaha pergi namun ada yang menghalangi karena para
terdakwa berada di depan kamar dan ada yang mengatakan, “disini dulu
jangan pergi”;
- Bahwa, para terdakwa melakukan pemeriksaan berpencar ke setiap
kamar;
- Bahwa, saksi ketika datang ke Hotel Srikandi tidak dimintai identitasnya
oleh petugas hotel;
- Bahwa, saksi hanya melihat wajah 1 (satu) orang Terdakwa karena tidak
memakai penutup wajah, sedangkan yang lain ada yang memakai
masker dan helm full face;
- Bahwa, ada dari para terdakwa yang mengatakan, “jaga-jaga” yang
dimaksudkan saksi untuk tidak boleh keluar;
- Bahwa, ada dari para terdakwa yang mengatakan, “kita ke Polsek, ya
kalau ga mau daripada repot sendiri”;
- Bahwa, sdr. Jumali bukan suami saksi dan sudah mempunyai istri;
- Bahwa, saksi sudah mempunyai suami;
- Bahwa, dari para terdakwa tidak melakukan kekerasan kepada saksi;
- Bahwa, saksi di sidang di pengadilan dalam perkara tipiring dan divonis
bersalah;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa I menyatakan keberatan
yaitu terhadap keterangan yang mengatakan :
- Kami ketika datang mengetuk pintu langsung bertanya;
- Setelah meminta KTP kami menyuruh meminta keluar;
Yang benar adalah:
- Kami katakan terlebuh dahulu “permisi”;
- Yang menyuruh keluar adalah Polisi

Halaman 63 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-8 (kedelapan)
mengatakan “Iya ada kata-kata permisi dan disuruh keluar oleh Polisi”;
Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa II dan Terdakwa III tidak
keberatan;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa IV menyatakan
keberatan, terhadap keterangan yang mengatakan :
- Kami menahan saksi untuk tidak pergi keluar;
Yang benar adalah:
- Kami menahan saksi untuk tidak pergi keluar sekedar sampai Polisi
datang, kami minta sabar sebentar, disini dulu;
Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-8 (kedelapan)
mengatakan “Iya ada kata-kata tersebut, selebihnya tetap pada
keterangan saksi;
9. Widodo, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai
berikut :
- Bahwa, kejadiannya terjadi pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017
sekitar pukul 15.30 WIB saat itu saksi menyewa kamar Hotel Srikandi
dengan sdr. Susi;
- Bahwa, saksi datang bersama-sama dengan sdr. Susi ke Hotel Srikandi
karena hendak mengobrol masalah penggelapan sertifikat;
- Bahwa, setelah sampai di Hotel Srikandi, saksi membuka kamar namun
tidak menyerahkan KTP dan tidak mengisi buku tamu;
- Bahwa, saksi menginap di kamar nomer 7, dan bertanya ke petugas
hotel, “aman tidak?” dijawab “aman”;
- Bahwa, saat saksi sedang mengobrol sambal makan, saksi melaui
jendela yang kordennya terbuka sedikit melihat ada sekitar 6 sampai
dengan 8 orang yang berbaju putih ada symbol hijau setahu saksi dari
FPI;
- Bahwa, saksi mendengar ada yang memerintahkan untuk berpencar;
- Bahwa, ada yang mengetuk pintu ada 1(satu) orang dengan 3 kali
ketukan berbunui,“dok..dok..dok..”, pertama pelan trus tambah tambah,
lalu ada kata menyuruh keluar sekitar 2-3 kali yang ke 3 kalinya saksi
membuka pintunya;
- Bahwa, yang mengetuk pintu kamar adalah Terdakwa IV kemudian
saksi dimintai identitas oleh Terdakwa I, sebelumnya ditanya, “bapak
sama siapa?” lalu saksi menjawab, “saya anggota”, setelah itu saksi

Halaman 64 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


menunjukkan kartu anggota, kemudian KTP diserahkan pada Terdakwa
I;
- Bahwa, saksi membenarkan keterangannya di BAP pada tanggal 24
Desember 2017 pertanyaan nomer 5;
- Bahwa, saksi tidak tahu siapa yang memotret KTPnya;
- Bahwa, saksi membenarkan keterangannya di BAP pada tanggal 24
Desember 2017 pertanyaan nomer 8;
- Bahwa, saksi mendengar Terdakwa I menghubungi Kapolsek untuk
datang ke hotel dengan kata-kata “untuk anggota Polsek segera datang
ke lokasi Hotel Srikandi kalau tidak datang mungkin ada terjadi
sesuatu”;
- Bahwa, kemudian datang 2 (dua) orang polisi berpakaian dinas, yang
salah satunya bernama Pak Liman;
- Bahwa, petugas kepolisian tersebut kemudian ke kamar-kamar
bergabung dengan orang-orang yang berpakaian putih, kemudian
memberi mengarahkan ke Polsek Prambanan;
- Bahwa, sdr Susi dimintai keterangannya di Polsek kemudian perkara
tipiring di proses di pengadilan sedangkan saksi terkena hukuman
disiplin ankum (atasan menghukum) di Polres Sleman kemudian
dimutasi di Polsek Kalasan;
- Bahwa, perasaan saksi takut dan malu saat yang mengetuk merupakan
FPI karena berjumlah banyak dan berfikir akan dikira “cluthak”padahal
saksi tidak melakukan itu;
- Bahwa, menurut saksi yang berwenang meminta identitas adalah
apparat penegak hukum yaitu kepolisian;
- Bahwa, saksi dan sdr. Susiana datang ke Hotel Srikandi karena hendak
membahas penggelepan sertifikat yang dilaporkan oleh sdr. Susiana;
- Bahwa, saksi merasa malu karena sdr. Susiana bukan istri saksi;
- Bahwa, saksi tidak dijadikan saksi dalam perkara tipiring sdr. Susiana;
- Bahwa, saksi tidak tahu aturan dalam Pasal 516 KUHP yang
mengharuskan jasa penginapan mencatat identitas para tamu hotel;
- Bahwa, pada waktu saksi keluar kamar, pakaian saksi masih rapi;
- Bahwa, saksi menyuruh Sdr. Susiana keluar dari kamar mandi dengan
mengatakan “ayo dik sudah ada polisi”;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa I menyatakan
keberatan, bahwa keterangan saksi ada yang tidak benar yaitu
keterangan yang mengatakan :

Halaman 65 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Kami ke hotel jam 16.30 WIb;
- Saudara saksi di kamar nomer 7;
- Bahwa saksi mengikuti saksi menuju ke resepsionis;
- Ada tarik menarik KTP;
Yang benar adalah:
- Kami ke hotel jam 16.10 WIb;
- Kamar saudara saksi menghadap ke selatan bukan ke barat, saksi
di kamar nomer 6
- Bahwa saksi diajak saudara saksi menuju resepsionis;
- Bahwa saksi bilang “saksi anggota tolong dibantu”;
- Tidak ada tarik menarik KTP
Terhadap keberatan terdakwa tersebut, saksi mengatakan:
- Benar bahwa para terdakwa datang ke hotel jam 16.10 WIB;
- Bahwa saksi di kamar nomer 6;
- Iya benar saksi mengatakan“saksi anggota tolong dibantu”;
- Bahwa saksi tidak ada kata-kata mengajak terdakwa karena dia
mengikuti sendiri sehingga saksi tetap pada keterangan saksi
sebelumnya;
- Awal mula saksi serahkan KTP pada orang yang mengetuk pintu
salah satu dari terdakwa kemudian saksi berusaha meminta tapi
tidak dikembalikan itulah terjadinya tarik menaarik KTP lalu KTP
saksi ddiserahkan ke Pak Ustadz (Terdakwa I) sehingga saksi tetap
pada keterangan saksi sebelumnya;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II menyatakan
cukup;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa III menyatakan
keberatan, bahwa keterangan saksi yang tidak benar yaitu
keterangan yang mengatakan :
- Yang mengetuk pintu adalah Terdakwa IV;
Yang benar adalah:
- Yang mengetuk pintu adalah saksi dan saksi mengatakan
“permisi”;
- Pada waktu itu saksi sambil membetulkan resleting celana;
- Pada waktu itu saksi membawa botol minuman Hemaviton
saksi meminta dengan niat mau membantu membuangnya
kemudian saksi membuangnya;
Terhadap keberatan terdakwa tersebut, saksi mengatakan:

Halaman 66 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Saksi tidak tahu yang mengetuk karena saksi tidak
memperhatikan wajahnya karena wajah memakai
penutup/masker dan tidak bisa membedakan;
- Bahwa kebiasaan saksi memegangi celana, sehingga saksi
tetap pada keterangan saksi sebelumnya;
- Setahu saksi dan pengertian saksi dikira saksi mau melarikan
diri, sehingga saksi tetap pada keterangan saksi sebelumnya;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa IV menyatakan
keberatan, bahwa Terdakwa IV juga ikut melihat resleting saksi
terbuka;
Bahwa, atas keberatan Terdakwa IV tersebut saksi tetap pada
keterangannya;
10. Tri Haryanti, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai
berikut :
- Bahwa, pada tanggal 22 Desember 2017 saksi bersama dengan calon
suaminya yang bernama Anton Agus Rishartanto datang ke Hotel
Srikandi pada pukul 16.00 Wib dan menginap di kamar nomer 5;
- Bahwa, pada pukul 16.15 Wib, ketika saksi berada dalam kamar, ada
yang mengetuk pintu kamar lumayan keras karena TV di kamar dalam
keadaan mati jadi suara ketukan terdengar keras, sebelum saksi
membuka pintu kamar, saksi cek dari jendela terlihat orang berbaju
putih, begitu pintu saksi buka saksi tanyakan, “ini dari mana Pak?” dan
dijawab, “FPI Klaten” saksi kaget, tidak lama kemudian saksi ditanya,
“sama siapa?” saksi jawab, “sama calon suami saksi” lalu beliau bilan,g
“belum sah ya mbak” saksi jawab, “ya belum sah” tidak lama kemudian
calon suami saksi keluar dari kamar mandi, kemudian saksi ditanya, “ada
identitas KTP?” berhubung KTP saksi hilang jadi yang mengeluarkan
KTP pada waktu itu calon suami saksi ;
- Bahwa, pada saat saksi membuka pintu, yang muncul diantara para
terdakwa adalah Terdakwa I;
- Bahwa, pada waktu itu KTP tidak dikembalikan oleh terdakwa tetapi
disuruh mengambil ke Polsek Prambanan;
- Bahwa, saksi merasa saksi takut karena langsung bergerombolan dan
takut ada rasa tidak nyaman, apabila yang datang Polisi, saksi agak
lumayan tenang;
- Bahwa, polisi datang beberapa menit kemudian;

Halaman 67 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, saksi keluar kamar ketika polisi datang kemudian saksi dan
calon suami pergi ke Polsek Prambanan;
- Bahwa, sebelum ke Hotel Srikandi, saksi datang ke kelurahan hendak
mengurus surat-surat pernikahan;
- Bahwa, surat-surat persyaratan pernikahan dan sempat difoto oleh salah
satu terdakwa;
- Bahwa, saksi berada di kamar tersebut sekitar 15 menit;
- Bahwa, setahu saksi para terdakwa tidak mempunyai kewenangan untuk
memeriksa karena yang mempunyai kewenangan adalah Polisi;
- Bahwa, saksi merasa takut terjadi keributan dan membahayakan
keselamatan;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa I menyatakan keberatan,
ada keterangan saksi yang tidak benar yaitu :
- Terdakwa I mengetuk pintu keras;
Yang benar adalah:
- Terdakwa I mengetuk pintu tidak keras hanya biasa;
- Saksi pernah mengatakan sebaiknya ada kegiatan seperti ini
dilakukan minimal seminggu sekali ketika melihat berkas-berkas
persyaratan nikah;
Terhadap keberatan terdakwa tersebut, saksi tetap pada keterangannya
bahwa saksi mendengar ketukan keras karena kondisi kamar bergema
jadi terdengar keras ketukannya tersebut dan saksi menyatakan benar
bahwa pernah ada mengatakan sebaiknya ada kegiatan seperti ini
dilakukan minimal seminggu sekali ketika Terdakwa I melihat berkas-
berkas persyaratan nikah”;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II, Terdakwa III dan
Terdakwa IV tidak keberatan;
11. Anton Agus Rishartanto, (disumpah) pada pokoknya memberikan
keterangan sebagai berikut :
- Bahwa, pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 di Hotel Srikandi,
sekitar pukul 16.00 Wib, saksi check in bersama Tri Harjanti di kamar
No.5 lalu saksi mandi karena habis mengurus mempersiapkan
persyaratan untuk melaksanakan pernikahan, kemudian tidak lama
dengar ketukan dari luar, Tri Harjanti posisi di kamar sedangkan saksi di
kamar mandi;
- Bahwa, ada ketukan kurang lebih 3 (tiga) kali namun untuk kata-kata
saksi tidak mendengar;

Halaman 68 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, kemudian Tri Harjanti membuka pintu kemudian dari kamar
mandi saksi mendengar, “mbak sama siapa disini?” lalu dijawab, “sama
calon suami saksi” pada waktu itu saksi mengira yang datang adalah
petugas hotel, lalu ada pertanyaan pada calon istri, “ada identitas KTP
nya?” dijawab, “KTP tidak ada karena hilang tapi ada surat kehilangan”
lalu ditunjukkan semua berkas-berkas lalu saksi keluar kamar mandi dan
ditanya, “ada identitas KTP nya?” saksi jawab, “ada” lalu saksi
mengambil KTP dari dalam dompet kemudian diambil, dilihat dan difoto,
kemudian setelah itu saksi menanyakan, “kapan KTP saksi diambil Pak?”
dijawab, “nanti di kantor polisi Prambanan” kemudian setelah itu saksi
bersiap-siap untuk pergi ke kantor polisi Prambanan kemudian ketika
saksi keluar datang petugas polisi lalu saksi keluar menuju ke Polsek
Prambanan;
- Bahwa, nada orang yang mengetuk pintu pada saat menanyai calon istri
saksi, bertanya dengan nada biasa;
- Bahwa, yang mengambil KTP saksi adalah Terdakwa I;
- Bahwa, yang menyuruh ke Polsek adalah Terdakwa I;
- Bahwa, selain KTP yang difoto juga berkas-berkas untuk persyaratan
pernikahan juga difoto;
- Bahwa, perasaan saksi pada waktu itu takut dan panik, karena
sebelumnya belum pernah berurusan dengan ormas dan takut terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan;
- Bahwa, ketika di Polsek saksi memberikan keterangan dan saksi
diproses perkara tipiring kemudian saksi disidang;
- Bahwa, saksi divonis terbukti bersalah karena telah berduaan di dalam
kamar dalam keadaan pintu tertutup dan saat itu saksi belum sah karena
belum menikah;
- Bahwa, saksi tidak ikhlas KTPnya diminta pada saat itu;
- Bahwa, ciri-ciri Terdakwa yang lainnya tidak jelas karena ada 2 (dua)
orang yang memakai helm full faced/cakil sehinga saksi tidak bisa
melihat wajahnya;
- Bahwa, menurut saksi, ormas tidak mempunyai kewenangan untuk
melakukan razia dan meminta KTP;
- Bahwa, saksi keluar bertepatan dengan datangnya polisi, kemudian
saksi mengambil sepeda motor;
- Bahwa, saksi tidak dibentak, dipukul dan dipegang oleh Para Terdakwa;

Halaman 69 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, saksi tidak dimintai KTP ketika hendak menginap di Hotel
Srikandi;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa I, Terdakwa II, Terdakwa
III dan Terdakwa IV tidak keberatan;
12. Sigit Haryono, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan
sebagai berikut :
- Bahwa, saksi bekerja di Hotel Srikandi di Desa Tlogo, Kec. Prambanan
sebagai office boy sejak 5 (lima) tahun yang lalu;
- Bahwa, saksi sebagai Office Boy bertugas saksi membersihkan kamar
hotel dan mencuci;
- Bahwa, saksi bekerja di Hotel Srikandi dari pukul 08.00 Wib sampai
dengan pukul 08.00 Wib hari berikutnya;
- Bahwa, pada hari Jum’at, tanggal 22 Desember 2017, saksi bekerja di
Hotel Srikandi;
- Bahwa, pada pukul 16.00 Wib sampai dengan pukul 17.00 Wib di Hotel
Srikandi saksi melihat 6 (enam) orang dari ormas berpakaian putih-putih
naik sepeda motor datang ke Hotel Srikandi lalu masuk ke Loby Hotel;
- Bahwa, saksi diberitahu oleh sdr. Bagas ada sweeping;
- Bahwa, saksi keluar sebentar dari dalam dapur lalu ke depan dan karena
takut lalu saksi kembali lagi ke dapur dan hanya mengintip saja dari
dalam dapur;
- Bahwa, ketika mengintip dari dalam dapur, saksi melihat ada orang-
orang yang berpakaian putih masuk ke halaman belakang di depan
kamar hotel;
- Bahwa, saksi melihat salah satu orang dari ormas mengetuk-ketuk pintu
kamar hotel nomor 4;
- Bahwa, tamu hotel yang berada di dalam kamar hotel no 4 membuka
pintu dan keluar dari kamar;
- Bahwa, salah satu orang dari ormas tersebut meminta KTP tamu hotel
nomor 4;
- Bahwa, saksi tidak mendekati orang-orang dari ormas dan tamu hotel
nomer 4 karena saksi takut jika terjadi keributan;
- Bahwa, tidak melihat tamu kamar hotel nomor 5, nomor 6, nomor 7,
nomor 10 dan no. 11 keluar dari dalam kamar;
- Bahwa, selanjutnya datang polisi sejumlah kurang lebih 6 (enam) orang
ke Hotel Srikandi;

Halaman 70 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, saksi tidak melihat para tamu hotel Srikandi ada yang
bergerombol di sekitar depan pintu kamar hotel Srikandi;
- Bahwa, saksi tidak mengenali wajah-wajah ke-6 (enam) orang dari
ormas berpakaian putih-putih masuk ke hotel Srikandi karena mereka
memakai helm;
- Bahwa, selain saksi yang masuk kerja di Hotel Srikandi pada waktu itu
yaitu Sdr. Andang dan Sdr. Bagas;
- Bahwa, pada waktu 6 (enam) orang dari ormas berpakaian putih-putih
masuk ke hotel Srikandi Sdr.Andang dan Sdr. Bagas ada;
- Bahwa, atas kedatangan 6 (enam) orang dari ormas berpakaian putih-
putih masuk ke hotel Srikandi tersebut yang dilakukan oleh Sdr. Andang
menemui saksi lalu bertanya kepada saksi, “gimana ini lik?”, lalu saksi
sarankan lapor saja ke Polsek;
- Bahwa, saksi tidak tahu sebelum ada petugas dari Kepolisian datang di
hotel Srikandi ada tamu hotel yang pergi dari hotel Srikandi;
- Bahwa, saksi tidak tahu apakah ke-6 (enam) orang dari ormas yang
berpakaian putih-putih datang ke hotel Srikandi minta ijin kepada
pengelola hotel Srikandi;
- Bahwa, sebelumnya di hotel Srikandi di Tlogo, Prambanan belum pernah
ada kejadian seperti kejadian ini;
- Bahwa, saksi tidak tahu mengenai buku tamu yang dijadikan barang
bukti di persidangan ini adalah buku tamu yang digunakan untuk
mencatat identitas tamu yang datang di Hotel Srikandi;
- Bahwa, pemilik hotel Srikandi yaitu bapak Hendro;
- Bahwa, saksi tidak tahu apakah pemilik hotel Srikandi adalah seorang
Jenderal Polisi;
- Terhadap keterangan saksi tersebut,lalu Terdakwa I menyatakan bahwa
keterangan saksi ada yang tidak benar yaitu keterangan yang
mengatakan saksi meminta KTP tamu kamar nomor 4;
Yang benar adalah:
- Saksi tidak meminta KTP tamu kamar nomor 4 karena penghuni
kamar nomor 4 mengatakan ia sendirian dikamar nomor 4;
Terhadap sangkalan dari Terdakwa I tersebut, lalu saksi menyatakan
tetap pada keterangannya;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II, Terdakwa III,
Terdakwa IV menyatakan cukup;

Halaman 71 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


13. Suyono, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai
berikut :
- Bahwa, saksi tidak mengetahui kejadian dalam perkara ini;
- Bahwa, saksi bertugas sebagai Kapolsek Karangdowo, Kab. Klaten;
- Bahwa, kaitannya dengan tugas pokok dan fungsi sebagai Kapolsek
Kecamatan Karangdowo, saksi pernah diundang untuk mengikuti Rakor
Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 pada hari Kamis,
tanggal 21 Desember 2017,seluruh jajaran Kapolsek ada undangan
dari bapak Kapolres, juga diundang dari MUI Klaten, ormas dan juga
pejabat dari pemda Klaten kaitannya adanya kegiatan Operasi Lilin
Candi 2017;
- Bahwa, pada waktu itu ada beberapa hal yang disampaikan berkaitan
dengan situasi kamtibmas di Kabupaten Klaten diantaranya mengajak
Muspida, MUI Klaten, Ormas untuk bersama-sama ikut serta dalam
pengamanan, bekerja sama dan bersinergi dalam pelaksanaan tugas
Polres Klaten dalam pengamanan Ops Lilin candi 2017 dapat
terlaksana dengan lancar dan aman serta diharapkan semua ormas
bisa menjaga kententraman dan kondusifitas Kab. Klaten;
- Bahwa, Bapak Kapolres memberikan himbuan kepada ormas yang ada
di wilayah kabupaten Klaten untuk tidak melakukan tindakan sweeping
dan lain-lain di wilayah kabupaten Klaten dan diharapkan kontribusinya
informasi selalu disampaikan kepada pihak Kepolisian untuk sama-
sama melaksanakan dalam hal pemberantasan pekat;
- Bahwa, dari ormas dari FPI yang hadir dalam pertemuan Rakor Lintas
Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 tersebut yang saksi lihat
yang hadir yaitu bapak Abu Fatih dan Terdakwa I serta beberapa
rekan dari FPI;
- Bahwa, dalam pertemuan Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi
Lilin Candi 2017 tersebut juga ada sosialisasi UU RI Nomor 16 Tahun
2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU RI
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU RI Nomor 17 Tahun
2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang?
- Bahwa, semua ormas sepakat dan setuju untuk menjaga kondusifitas
dan bekerjasama serta bersinergi dalam menjaga pengamanan,
pelaksanaan tugas Polres Klaten dalam pengamanan Ops Lilin candi
2017;

Halaman 72 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, saksi sudah bertugas di Kepolisian RI kurang lebih sudah 30
tahun;
- Bahwa, pengertian Penyakit Masyarakat adalah perbuatan masyarakat
yang melanggar norma Agama dan norma Hukum;
- Bahwa, sesuai Peraturan Perundang-undangan setiap pelanggaran
yang berkaitan dengan hukum yang melaksanakan dan mempunyai
kewenangan memberantas PenyakitMasyarakat adalah Penegak
Hukum yaitu Kepolisian;
- Bahwa, selain Kepolisian, sesuai perda, satpol PP juga diberikan
kewenangan tindakan yang lingkupnya tidak lebih dari Perda itu
sendiri;
- Bahwa, dalam Pasal 82A ayat (1) UU RI Nomor 16 Tahun 2017 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU RI Nomor 2 Tahun
2017 tentang Perubahan atas UU RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang ada larangan
bagi ormas tidak boleh melakukan sweeping dan tindakan-tindakan lain
yang berhubungan dengan wewenangnya, karena wewenang
pemberantasan penyakit masyarakat tersebut merupakan tugas dari
Penegak Hukum;
- Bahwa, tentang Partisipasi dari Ormas dalam penegakan hukum, tidak
disampaikan dalam Rakor Lintas Sektor tersebut karena sudah ada
tupoksi masing-masing, sehingga ormas diharapkan membantu dalam
menciptakan kondisi dan keamanan di Kabupaten Klaten;
- Bahwa, saksi tidak pernah ditelpon oleh Terdakwa I atau dari ormas
FPI lainnya pada hari Jum’at, tanggal 22 Desember 2017 tentang
kejadian di Hotel Srikandi;
- Terhadap keterangan saksi tersebut Para Terdakwa menyatakan tidak
berkeberatan dan cukup;
14. Barozi, S.H.,M.H., (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan
sebagai berikut:
- Bahwa, saks tidak mengetahui kejadian dalam perkara ini;
- Bahwa, saksi bertugas sebagai Kapolsek Gantiwarno Kabupaten Klaten
sejak bulan Oktober 2016;
- Bahwa, pada hari Kamis, tanggal 21 Desember 2017 saksi pernah
mengikuti Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 di
Mapolres Kabupaten Klaten ;

Halaman 73 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, yang mengundang Kapolres Kab. Klaten bapak AKPB Juli
Agung Pramono, S.H., S.I.K., M.HumB
- Bahwa, yang diundang dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi
Lilin Candi 2017 di Mapolres Kabupaten Klaten adalah Perwira Utama
Mapolres Kabupaten Klaten, para Kapolsek, unsur Muspida, MUI Klaten,
Tokoh Masyarakat, ORMAS dan juga pejabat dari Pemda Klaten;
- Bahwa dari ormas FPI yang hadir Bapak Suyadi dan Sdr. Sulis;
- Bahwa, dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi
2017 tersebut dibahas mengenai pengamanan Natal dan Tahun Baru
kaitannya dengan Operasi Lilin Candi 2017;
- Dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017
tersebut yang disampaikan oleh Kapolres Kabupaten Klaten yaitu:
mengajak Muspida, MUI Klaten, ormas untuk bersama-sama ikut serta
bekerjasama dan bersinergi dalam pengamanan Natal dan Tahun Baru
serta kita semua dan siapapun tidak boleh melakukan kegiatan yang
diluar tugas dan kewenangan penegak hukum misalnya Sweeping;
- Bahwa dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi
2017 tersebut Kapolres Klaten mengemukakan Ormas tidak boleh
melakukan sweeping;
- Bahwa, selain itu juga disosialisasikan mengenai Undang-undang ormas
yang baru;
- Bahwa, Pasal 82 A UU RI Nomor 16 Tahun 2017 isinya kaitannya
mengenai sanksi terhadap ormas yang melakukan kegiatan-kegiatan
yang sebenarnya bukan kewenangannya;
- Bahwa, dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi
2017 tersebut ada pertanyaan dari Ormas FPI kepada Narasumber yaitu
pertanyaan dari bapak Yadi yang menanyakan tentang masalah galian
C;
- Bahwa, ormas tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan
sweeping;
- Bahwa, yang mempunyai kewenangan untuk melakukan sweeping yaitu
Penegak Hukum;
- Bahwa, secara prosedur apabila diketahui ada Penyakit Masyarakat
dilingkungan sekitar, lalu ada sekelompok orang atau masyarakat ingin
melakukan pemberantasan Penyakit Masyarakat tersebut terlebih dahulu
harus memberitahukan dulu pada Polisi selanjutnya bisa bersama-sama

Halaman 74 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


sehingga bisa memonitoring apakah yang dilakukan tersebut benar atau
tidak;
- Bahwa, Penyakit Masyarakat itu itu termasuk salah satunya adalah
Minuman Keras (MIRAS), Prostitusi dan sebagainya;
- Bahwa, dengan adanya UU ormas yang baru, bila ormas akan
melakukan Razia atau Sweeping, disitu sudah dijelaskan ormas dilarang
melakukan kegiatan-kegiatan yang bukan tugas dan kewenangannya.
Seyogyanya apabila ormas akan melakukan seperti itu seharusnya
berkoordinasi terlebih dahulu dengan Kepolisian;
- Bahwa, apabila seandainya terjadi transaksi narkotika, kita melihat
situasi dan kondisi dilapangan, jadi kita bisa membedakan pribadi
dengan kedudukan, sehingga anggota ormas bila disitu dengan
kasatmata melihat langsung itu mungkin bisa dilakukan penangkapan
tetapi dilihat dulu apabila disitu dekat dengan kantor Polisi sehingga
masih bisa berkoordinasi, tetapi karena hal tersebut tidak dilakukan oleh
Terdakwa I maka terjadi kejadian seperti ini;
- Bahwa, buku tamu hotel yang saksi pernah lihat ketika berdinas di
Polsek Kota bukan seperti buku tamu hotel Srikandi yang diajukan
sebagai barang bukti;
- Bahwa buku tamu hotel seperti register, disitu tertulis nama tamu hotel
dan fotokopi KTP tamu hotel;
- Bahwa, pada prinsipnya dilakukan penyitaan apabila barang bukti yang
disita ada kaitannya dengan tindak pidana;
- Bahwa, saksi mengetahui bunyi Pasal 516 KUHP;
- Bahwa, penyitaan barang bukti harus melalui ijin dari Ketua Pengadilan;
- Bahwa, terhadap pelanggaran seperti miras tidak melalui ijin Ketua
Pengadilan karena miras merupakan tipiring;
- Bahwa, penyitaan dilihat situasinya terlebih dahulu, apabila sangat
mendesak maka disita terlebih dahulu baru minta ijin Ketua Pengadilan
Negeri;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, lalu Terdakwa I menyatakan bahwa
keterangan saksi ada yang tidak benar yaitu :
- Keterangan yang mengatakan dalam Rakor Linsek dalam rangka
Ops Lilin Candi 2017 Kapolres Klaten menyampaikan sosialisasi
mengenai UU tentang ORMAS;
- Yang benar adalah:

Halaman 75 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Dalam Rakor Linsek dalam rangka Ops Lilin Candi 2017
Kapolres Klaten tidak menyinggung mengenai UU tentang
ORMAS;
- Terhadap sangkalan dari Terdakwa I tersebut, lalu saksi menyatakan
tetap pada keterangannya;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II, Terdakwa III,
Terdakwa IV menyatakan cukup;
15. Ahli Lilik Yunanto, S.H.,M.Si, (disumpah) pada pokoknya memberikan
keterangan sebagai berikut :
- Bahwa, ahli bekerja di Kantor Kesbangpol Kab. Klaten;
- Bahwa, sejak 1 September tahun 2017, menjabat sebagai Plt. Kasie
Ketahanan Seni, Budaya, Agama, Ekonomi dan Kemasyarakatan.
Melakukan pembinaan dan pengawasan di bidang ketahanan seni,
Budaya, Agama, Ekonomi dan kemasyarakatan untuk memperkuat
Idiologi Negara;
- Bahwa tugas ahli berkaitan dengan ormas, yaitu merumuskan kebijakan,
melakukan pembinaan dan pendataan ormas, melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan seni budaya agama untuk memperkuat Idiologi Negara
yaitu Pancasila;
- Bahwa, pemberian ijin tentang adanya ormas adalah kewenangan
Kesbangpol sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2013 bahwa Kantor KESBANGPOL mempunyai wewenang
untuk menerbitkan Surat Keterangan Daftar Organisasi Kemasyarakatan;
- Bahwa, pada waktu UU berlaku tidak semua ormas di Klaten mengurus
SKT, karena mengaajukan SKT ada mekanismenya mempunyai NPWP,
mengajukan SKT ada struktur organisasi dan domisili, tidak ada
perselisihan di Pengadilan;
- Bahwa, prosedurnya adalah ormas tersebut datang sendiri ke
Kesbangpol, mengisi formulir pengajuan tercatat SKT, melampirkan
fotokopi kepengurusan AD ART domisili, fotokopi NPWP, surat yang
menyatakan tidak ada perselisihan di Pengadilan;
- Bahwa, ormas di Klaten yang terdaftar pada saat ini berjumlah 103;
- Bahwa, ormas FPI Kabupaten Klaten telah diterbitkan Surat Keterangan
daftar Organisasi Kemasyarakatan, sesuai dengan Surat Keterangan
terdaftar Nomor : 23-33-10/0001/X/2016, tanggal 18 Oktober 2016 yang
menerangkan bahwa DPW FPI Kab. Klaten yang beralamat di Dk.

Halaman 76 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Kebitan 36/14, Ds. Nangsri, Kec. Manisrenggo, Kab. Klaten terdaftar
sejak tanggal 18 Oktober 2016 sampai dengan 18 Oktober 2021;
- Bahwa, SKT yang diberikan ormas bukan berbadan hukum, yang
berbadan hukum menurut UU No.16 tahun 2017 harus didaftarkan di
Kemenkumham;
- Bahwa, dengan SKT saja diakui melakukan kegiatan di wilayah tersebut;
- Bahwa, berdasarkan AD ART ruang lingkup dari ormas FPI adalah
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar di segala kehidupan dalam
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan metode lembut dengan
langkah mengajak dengan hikmah, ilmu dan amal memberi mauidhoh
hasanah dan berdiskusi dengan baik, dalam menegakkan amar ma’ruf
nahi mungkar dengan metode tegas dengan langkah menggunakan
kekuatan bila mampu, bila tidak mampu menggunakan lisan daan pena,
bila kedua langkah tadi tidak mampu menggunakan hati yang tertuang
dalam ketegasan dan sikap;
- Bahwa, tujuan ormas FPI adalah mengembalikan umat islam pada
fitrahnya, mendidik umat islam bisa hidup mandiri sejahtera;
- Bahwa, usahanya adalah dengan ibadah, dakwah dan fatwa, hubungan
luar negeri dan dalam negeri di segala bidang selama tidak bertentangan
dengan syariat islam;
- Bahwa, struktur kepengurusan ormas FPI yang terdaftar di Kesbangpol
adalah Ketuanya Bpk. Suyadi, Sekretaris Bpk. Isnan Sabandhi,
Bendahara Bpk. M. Thohir Bahri;
- Bahwa, pembinaan terhadap ormas dilakukan setahun 2 (dua) kali
diberikan sosialisasi UU ormas., yang diundang ormas yang mempunyai
SKT, Kejaksaan, Polres dan Kodim, sesuai tupoksinya Kodim dengan
idiologi Negara, Polres dengan UU ormas;
- Bahwa, pembinaan terakhir dilakukan pada bulan oktober 2017;
- Bahwa, sosialisasi ormas bekerja sesuai dengan tupoksinya dan
mematuhi UU ormas;
- Bahwa, ahli lupa apakah dari pihak FPI hadir atau tidak;
- Bahwa, terkait UU RI nomor 16 tahun 2017 tentang penetapan Peraturan
Pemerintah pengganti UU RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang perubahan
atas UU RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
menjadi Undang-Undang, point yang terdapat di dalamnya adalah untuk
Pendaftaran bisa lewat Kesbangpol namun yang mengesahkan adalah
Kementrian Dalam Negeri;

Halaman 77 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, mengenai pembubaran ormas yang berwenang untuk badan
hukum adalah Kemenkumham dan yang SKT adalah Kemendagri namun
ada prosedurnya yaitu ada teguran secara tertulis selama 7 (tujuh) hari
penghentian kegiatan, kemudian baru ada pembubaran jadi tidak lewat
Pengadilan;
- Bahwa, dalam Pasal 59 Undang-Undang tersebut juga diatur mengenai
pasal pidana;
- Bahwa, ormas dilarang melakukan kegiatan yang menjadi tugas
kewenangan aparat penegak hukum menurut peraturan perundang-
undangan, contohnya: ormas di daerah melakukan penyelidikan
terhadap laporan masyarakat bahwa ada yang meminta seperti
keuangan disebuah desa atau sekolah, harusnya ormas melapor pada
pihak yang berwajib melibatkan penegak hukum dan tidak bisa
melakukan kegiatan secara pribadi;
- Bahwa, pada waktu akan sweeping ormas FPI tidak ada ijin dari
Kesbangpol;
- Bahwa, dari FPI yang aktif adalah Pak Suyadi sedangkan para terdakwa
ahli tidak tahu;
- Bahwa, menurut ahli yang dianggap sebagai anggota ormas harus
mempunyai kartu anggota untuk membedakan dengan partisipan;
- Bahwa, apabila seseorang tersebut belum memiliki kartu anggota tetapi
pimpinan ormas tersebut menganggap sebagai anggota, selama dia
menggunakan atribut dan mematuhi perintah pimpinan ormas bisa
dianggap sebagai anggota ormas;
- Bahwa, apabila seseorang menggunakan pakaian hansip, untuk dapat
dianggap sebagai hansip harus di lihat konteksnya dalam arti ketika dia
menggunakan hansip daan ketika mengikuti kegiatan seperti upacara
hansip dan lain-lain kalau tidak ada ijin dari pimpinan tidak mungkin
boleh mengikutinya;
- Bahwa, apabila seseorang menggunakan pakaian seragam biru putih
(satpam) mengikuti pelatihan satpam, dia seorang satpam ketika
memakai seragam satpam dan ada ijin dari perusahaan tidak harus
tertulis bisa lisan tentunya dia seorang satpam;
- Bahwa, saksi pernah mengikuti sosialisasi ormas yang dilakukan
Kesbangpol di Propinsi pada tanggal 20 Pebruari 2018;
- Bahwa, saksi tidak tahu masa sosialisasi undang-undang tentang ormas
tersebut berapa lama;

Halaman 78 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, direncanakan pada bulan April 2018 ada sosialisasi undang-
undang untuk 103 ormas di Klaten;
- Bahwa, Kesbangpol tidak membawahi hotel, yang mengawasi hotel
untuk pajak di BPKD sedangkan untuk perijinan di kantor pelayanan
terpadu;
- Bahwa, yang berhak menindak bilamana ijin tidak sesuai peruntukannya
adalah kewenangan Satpol PP sebagai penegak perda;
- Bahwa, belum pernah ada pencabutan ijin karena melakukan
pelanggaran tetapi pernah ada peringatan untuk hotel di Kabupaten
Klaten;
- Terhadap keterangan ahli tersebut, para terdakwa tidak keberatan dan
menyatakan cukup;
16. Mujiana, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai
berikut :
- Bahwa, saksi menjabat sebagai Kapolsek Prambanan sejak bulan
September 2017;
- Bahwa, tugas saksi adalah sebagai Pembina Kamtibnas di Wilayah
Prambanan agar tercipta keamanan, aman dan kondusif;
- Bahwa, pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017, pukul 16.30 Wib,
saksi ditelpon seseorang yang tidak ada namanya kemudian saksi tanya
dari mana dan dijawab, “FPI” kemudian mengatakan, “saya di Hotel
Srikandi menemukan pasangan mesum, segera datang kalau tidak
datang teman-teman saya mau berbuat apa saya tidak bisa menahan”;
- Bahwa, setelah itu saksi menelpon petugas jaga yaitu Pak Mul supaya
segera ke Hotel Srikandi kemudian dijawab, “anggota sudah meluncur
terlebih dahulu” karena sebelumnya sudah ada laporan;
- Bahwa, setelah sampai di Kantor Polsek Prambanan semua anggota
saksi yang tadinya mendatangi Hotel Srikandi sudah berada di di Kantor
Polsek Prambanan beserta membawa pasangan-pasangan yang bukan
suami istri dan identitasnya sudah ditangan anggota kami yang diminta
dari para terdakwa;
- Bahwa, yang meminta identitas para tamu Hotel Srikandi adalah Para
Terdakwa;
- Bahwa, ada 4 (empat) pasangan yang terdapat di Hotel Srikandi;
- Bahwa, sebelum melakukan sweeping tidak ada ijin dan tidak ada kata-
kata, “Pak, saya mau melakukan sweeping”;

Halaman 79 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, tidak boleh melakukan sweeping tanpa ijin pihak yang berwajib,
namun kalau peristiwa terjadi di tengah masyarakat sifatnya umum
memberikan informasi pada Kepolisian karena membantu tugas-tugas
Polisi di bidang keamanan dan ketertiban jadi saling memberikan
informasi, misalnya “Pak disini ada orang mabok saya temukan, saya
tunggui” maka kami akan segera meluncur ke lokasi;
- Bahwa, saksi kenal dengan para terdakwa;
- Bahwa, pada tanggal 21 Desember 2017 menjelang operasi lilin
Kapolres mengadakan rapat insektoral para instansi terkait pemerintah
termasuk ormas juga diundang agar situasi kondusif dan memberikan
himbauan agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan di luar kewenangan
agar situasi lebih kondusif;
- Bahwa, dari ormas FPI yang hadir Pak Suyadi dan Pak Sulis (terdakwa
I);
- Bahwa, dalam rapat tersebut juga ada himbauan terkait dengan larangan
ormas untuk melakukan tindakan yang merupakan tugas penegak
hukum;
- Bahwa, yang berwenang untuk melakukan penertiban adalah Kepolisian,
Satpol PP, dan PNS yang ditunjuk diatur di dalam UU Kepolisian;
- Bahwa, untuk peristiwa yang dilakukan para terdakwa seharusnya
memberikan informasi pada penegak hukum terkait dengan penyakit
masyarakat lalu laporan tersebut akan saksi tindaklanjuti sebagai bentuk
hormat menghormati;
- Bahwa, saksi belum pernah menerima laporan dari masyarakat terkait di
Hotel Srikandi banyak digunakan untuk perbuatan mesum;
- Bahwa, saksi setelah menjabat pernah mengumpulkan para pemilik hotel
kaitannya dengan oraang yang menginap dicatat, supaya KTP ditahan
kalau ada yang mencurigakan supaya melapor;
- Bahwa, masyarakat dapat melaporkan adanya suatu tindak pidana
melalui telpon pribadi saksi karena merupakan salah satu pelayanan
kami;
- Bahwa, saksi mengedarkan nomor telpon pribadi ke warga pada
pertemuan Kepala Desa agar dicatat apabila ada hal-hal terkait
Kamtibmas;
- Bahwa, saksi pernah melakukan patroli keliling di wilayah Prambanan
dan pada saat melakukan patrol kalau bertemu dengan warga saksi

Halaman 80 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


menghimbau apabila ada gangguan Kamtibm segera melapor ke Polsek
Prambanan;
- Bahwa, pada waktu diadakan kegiatan pembinaan pada pemilik hotel,
ada sekitar 15 (lima belas) yang datang;
- Bahwa, saksi lupa siapa saja yang datang kadang hanya perwakilan saja
yang datang;
- Bahwa, pernah dilakukan evaluasi atau pengecekan terhadap himbauan
saksi, ada yang melaksanakan himbauan ada juga yang tidak
melaksanakan himbauan. Yang melaksanakan himbauan saksi adalah
Hotel Prambanan Indah, sedangkan untuk Hotel Srikandi saksi lupa
melakukan pengecekan atau tidak;
- Bahwa, yang melaporkan Para Terdakwa dalam perkara ini adalah dari
pihak hotel;
- Bahwa, tidak hanya sebatas pengecekan daftar tamu tetapi pengecekan
ke kamar memastikan tamu-tamu yang hadir bila menemukan suatu
tindakan pidana kita segera proses;
- Bahwa, pengecekan dilakukan secara berkala, jadi inisiatif dari Polisi
tidah harus menunggu laporan dari masyarakat;
- Bahwa, saksi pernah melakukan pembinaan pada pemilik hotel apabila
ada tamu dicatat identitasnya dalam buku tamu, jika tidak dicatat KTP
dalam buku tamu, kami memberikan penegasan saja apa yang telah
menjadi himbauan agar dilaksanakan;
- Bahwa, saksi pernah melihat bukut tamu hotel Srikandi yang menjadi
barang bukti di persidangan ini;
- Bahwa, pada waktu pengecekan buku tamunya ada yang kecil dan ada
yang besar;
- Bahwa, himbauan kami agar dicatat nomor polisi sepeda motor dan
nama orangnya namun pada waktu pengecekan saksi temukan ada yang
ditulis nomor polisi sepeda motornya saja dan ada yang ditulis KTP nya
saja;
- Bahwa saksi akan menindak karena buku tamu di Hotel Srikandi tidak
ada yang dicatat identitas para tamunya;
- Bahwa, saksi tidak tahu apabila pemilik Hotel Srikandi adalah seorang
brigjend polisi;
- Bahwa, pada tanggal 22 Desember 2017 setelah menerima laporan
dilakukan pemberkasan pemberkasan tipiring untuk 4 (empat) pasangan
yang bukan suami istri;

Halaman 81 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, saksi tidak tahu yang 2 (dua) pasang kemana karena saksi
hanya menerima 4 (empat) pasang;
- Bahwa, apabila di dalam masyarakat ada suatu tindak pidana misalnya
saksi menemukan dua orang yang bukan suami istri, boleh ditangkap
kalau di tengah sawah, kalau di hotel tidak boleh karena ada aturannya
lebih baik melapor ke Polisi terlebih dahulu agar bisa ditindaklanjuti;
- Bahwa, saksi tidak tahu kapan Sdr. Andang Kuriawan melapor ke
Polsek;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa tidak keberatan dan
menyatakan cukup;
17. Suyadi Alias Abu Fatih, (disumpah) pada pokoknya memberikan
keterangan sebagai berikut :
- Bahwa, saksi sebagai ketua DPW FPI Kab. Klaten;
- Bahwa, apabila ada kegiatan yang membawa nama FPI harus ada ijin
dari saksi, sepengetahuan saksi dan instruksi dari saksi misalkan ada
kegiatan kemanusiaan atau pengajian informasi kita sebar melalui
Whatsapp atau sms taupun memakai surat resmi. Kalau kegiatan cukup
tingkat Kelurahan maka ijin cukup di Kelurahan;
- Bahwa, jenjang keorganisasian FPI yaitu DPRA di Kelurahan, DPC di
Kecamatan, DPW di Kabupaten, DPD di Propinsi, DPP Sekretariat
tertinggi di Petamburan Jakarta;
- Bahwa, saksi menjabat sebagai ketua DPW FPI Kab. Klaten sejak
tanggal 23 April 2016 sampai dengan tahun 2021 dengan masa jabatan
5 tahun;
- Bahwa, dasar pengangkatan sebagai ketua DPW FPI Kab. Klaten
adalah berdasarkan SK dan KTA;
- Bahwa, struktur organisasi FPI tingkat DPW Kabupaten terdiri dari
Dewan Penasihat, Dewan Syuro, Ketua Tanfidzi, Wakabid Organisasi,
Wakabid Jihad, Wakabid Hisbah, Wakabid Dakwah;
- Bahwa, Terdakwa I dahulu sebagai pengurus Wakabid Organisasi dan
saat ini sudah tidak lagi karena beliau mengundurkan diri bulan
September 2017 dan terdakwa yang lain hanya simpatisan;
- Bahwa, Terdakwa I masih aktif dalam artian kegiatan, secara struktur
FPI sudah tidak lagi dan ada buktinya;
- Bahwa, saksi tidak tahu sudah berapa lama Para Terdakwa yang lain
menjadi simpatisan;

Halaman 82 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, sebelum ada kejadian sweeping di Hotel Srikandi ada kegiatan
amal membagikan nasi bungkus 250 (dua ratus lima puluh) bungkus
disekitar masjid raya di alun-alun dibawah coordinator H. Taufiq
Hidayanto selaku Wakabid Hisbah;
- Bahwa, kegiatan tersebut berlangsung setelah sholat jum’at sampai
dengan Pukul 14.00 Wib
- Bahwa, Terdakwa I mengikuti acara tersebut;
- Bahwa, persyaratan untuk menjadi anggota FPI adalah sholat subuh
dan sholat ashar berjamaah dan tidak telat takbiratul Ikhrom, setelah
ditest bisa dan memenuhi syarat langsung mengisi formulir;
- Bahwa, terkait kegiatan siapapun boleh yang peduli dengan FPI boleh
berpartisipasi jadi para terdakwa adalah simpatisan FPI;
- Bahwa, Terdakwa tidak ras-rasan hendak sweeping Hotel Srikandi
hanya ras-rasan hendak mengecek terkait penambangan;
- Bahwa, seseorang boleh memiliki seragam FPI karena dijual bebas;
- Bahwa, tidak ada syarat-syarat memakai seragam FPI tetapi kalau LPI
ada prosedurnya karena ada pangkatnya ,untuk LPI AD ART nya
sendiri jadi saksi kurang mengetahui;
- Bahwa, anggota harus mentaati aturan sesuai dengan AD ART yang
mengacu ke Al-Qur’an dan As-Sunnah sedang Pengurus harus
mempunyai KTA dan SK;
- Bahwa, secara keanggotaan resmi KTA di Klaten belum ada namun
melalui formulir sekitar 15 (lima belas) orang anggota;
- Bahwa, untuk anggota KTA dikasih peraturan sedangkan untuk
simpatisan sepengetahuan saksi, kita arahkan;
- Bahwa, apabila ada ada anggota melanggar aturan diberi peringatan
kemudian dihentikan;
- Bahwa, saksi tidak tahu apabila ada simpatisan melanggar aturan;
- Bahwa, saksi hadir pada pertemuan di Polres salah satunya mengenai
persiapan natal dan tahun baru dan hal yang dibicarakan saksi lupa
karena banyak yang disampaikan;
- Bahwa, saksi membenarkan keterangannya pada nomor 14 dalam
Berita Acara Pemeriksaan di kepolisian;
- Bahwa, kegiatan sweeping dalam FPI sudah dihapuskan setelah
Munas III Tahun 2013 aturan sweeping telah dihapuskan;

Halaman 83 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, Terdakwa I mengundurkan diri dari FPI dan telah diberhentikan
dengan tidak hormat karena telah melakukan kesalahan beberapa kali,
sejak tanggal 16 September 2017;
- Bahwa, Terdakwa I mengikuti pertemuan di Polres karena Terdakwa I
pada waktu itu tidak memakai seragam dan ketika itu dia ingin ikut;
- Bahwa, saksi tidak mengetahui dan tidak ada perintah terkait peristiwa
22 Desember 2017;
- Bahwa, saksi mencabut keterangannya dalam BAP;
- Bahwa, diperiksa di rumah tepatnya di teras dengan posisi lampu gelap
dan dibantu penyidik memakai senter hp;
- Bahwa, saksi diperiksa di rumah karena taat hukum;
- Bahwa, Terdakwa I ditangkap sedangkan 3 (tiga) Terdakwa yang lain
saksi yang mengantar ke kepolisian;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak
berkeberatan dan menyatakan cukup;
18. F.X. Hendro Santoso, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan
sebagai berikut :
- Bahwa, saksi merupakan pemilik Hotel Srikandi Prambanan;
- Bahwa, saksi diberitahu karyawan saksi yaitu Sdr. Andang bahwa ada
sweeping di Hotel Srikandi Prambanan dan saksi diberitahu lewat
telpon pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 18.30
WIB;
- Bahwa, Sdr. Andang Kurniawan memberitahukan kepada saksi dengan
kata-kata “Pak, ada sweeping dari FPI dan saksi sudah melaporkan ke
Polsek Prambanan, seketika”;
- Bahwa, setelah mengetahui adanya kejadian tersebut kemudian saksi
menyuruh Sdr. Andang Kurniawan agar melaporkan permasalahan ini
kepada pihak kepolisian serta menyerahkan penanganannya kepada
pihak kepolisian;
- Bahwa, sepengetahuan saksi, prosedur dan mekanismenya sesuai
SOP yaitu jika ada tamu datang di lobby kemudian menanyakan
kepada petugas tentang kamar yang kosong setelah itu kalau ada
kamar yang kosong maka petugas akan menanyakan kembali kepada
tamu tentang waktunya yaitu inap atau hanya sebatas transit, kalau
hanya sebatas transit maka kita berikan kesempatan untuk transit
dikamar yang kosong tersebut tanpa diminta identitas dengan system
pembayaran langsung diawal dengan tarif Rp75.000,00/4 jam dan

Halaman 84 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


kalau ternyata lebih dari 4 jam maka akan tetap dihitung menginap yaitu
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan kalau memang benar-benar
menginap maka akan dimintai identitas tamu serta tarifnya
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah);
- Bahwa, pihak Hotel Srikandi tidak mengijinkan jika ada pasangan yang
bukan suami istri menginap atau transit di Hotel tersebut tetapi pihak
hotel kesulitan untuk membuktikan bahwa pasangan tersebut
merupakan pasangan suami istri atau bukan;
- Bahwa, tata tertib menginap di Hotel Srikandi harus menunjukkan KTP,
tidak boleh membawa narkoba dan tidak menyediakan wanita nakal;
- Bahwa, saksi sering mengecek hotel untuk mengetahui ramai atau
tidak, tamu yang datang berapa namun saksi tidak pernah mengecek
buku tamu hotel;
- Bahwa, ijin Hotel Srikandi sampai dengan tahun 2020 dan
peruntukannya untuk penginapan;
- Bahwa, yang membuat SOP hotel merupakan staf saksi namun staf
saksi tidak mempunyai latar belakang Pendidikan di bidang perhotelan;
- Bahwa, saksi mau merubah peraturan hotel Srikandi;
- Bahwa, sistem pengelolaan hotel saksi serahkan ke karyawan,
karyawan yang saksi tunjuk bertanggung jawab adalah Sdr. Andang
Kurniawan, untuk menjalankan semua kewenangan saksi serahkan ke
staff saksi. Staff saksi ada 8(delapan) orang yaitu penerima tamu (Sdr.
Andang dan Sdr. Sigit), office boy ada 6 (enam) orang;
- Bahwa, hotel Srikandi juga dilakukan pengawasan dari satpol PP dan
Dinas Pariwisata;
- Bahwa, SOP Hotel Srikandi diletakkandi meja resepsionis sehingga
setiap tamu bisa membaca;
- Bahwa, Hotel Srikandi merupakan kepemilikan Bersama dalam satu
keluarga;
- Bahwa, semua Hotel Srikandi mempunyai ijin;
- Bahwa, Hotel Srikandi yang lain yang mengelola adik saksi, saksi
mengelola selain yang di Prambanan yaitu yang ada di By pass dan
Hotel Srikandi Karangwuni;
- Bahwa, saksi belum pernah dipanggil polisi atas pelanggaran tidak
mencatat identitas tamu hotel;
- Bahwa, saksi takutnya karena ada masalah dan ada urusan jadi saksi
merasa takut;

Halaman 85 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, pemilik Hotel Srikandi adalah bukan seorang Brigjend. Polisi;
- Bahwa, yang menyerahkan rekaman CCTV kepada Polisi adalah sdr,
Andang;
- Bahwa, bukti kepemilikan Hotel Srikandi adalah Sertifikat Hak Milik atas
nama saksi beserta ijin juga atas nama saksi;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa tidak keberatan
dan menyatakan cukup;
Menimbang, bahwa di persidangan juga didengarkan keterangan Para
Terdakwa pada pokoknya sebagai berikut :
Terdakwa I :
- Bahwa, Terdakwa I mengetahui apabila dirinya dipecat dengan tidak
hormat dan tidak boleh memakai seragam;
- Bahwa, Terdakwa I mengetahuinya sejak membaca suratnya tanggal 16
september 2017 dari Sekretaris Bapak Isnan Sabandi;
- Bahwa, Terdakwa I menerima namun belum sempat mengembalikan
seragam;
- Bahwa, Terdakwa I mengakui seragam putih yang menjadi barang bukti di
persidangan merupakan miliknya;
- Bahwa, saksi memakai baju seragam putih tersebut, pada hari Jum’at
tanggal 22 Desember 2017 saat Jumat sedekah kemudian saksi ke Hotel
Srikandi;
- Bahwa, tidak ada teguran dari pengurus FPI ikut kegiatan yang
dilaksanakan oleh FPI walaupun sudah dipecat;
- Bahwa, Terdakwa I dipecat karena telah melakukan kesalahan tanpa
koordinasi melakukan amar ma’ruf nahi mungkar;
- Bahwa, Terdakwa I masih menggunakan seragam FPI ke Hotel Srikandi
karena mengikuti teman-teman pada saat kegiatan amal jumat sedekah,
sebelumnya seragam tersebut Terdakwa I simpan di jok motor;
- Bahwa, setelah mengikuti Jum’at sedekah Terdakwa I berencana pulang ke
rumah;
- Bahwa, pada waktu itu Terdakwa I hendak pulang ke Manisrenggo lewat
jalan dan ada spanduk yang bertuliskan menolak kemaksiatan kemudian
Terdakwa I tiba-tiba ke Hotel Srikandi kegiatan tersebut aksi spontanitas
karena sekalian mampir selesai dari kegiatan Jumat sedekah;
- Bahwa, Terdakwa I berboncengan dengan Pak Gatot (Terdakwa III) dan
Sdr. Angga (Terdakwa IV) dengan Pak Suroto (Terdakwa II);

Halaman 86 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, sesampainya di Hotel Srikandi selanjutnya Terdakwa I dan yang
lainnya menuju ke bagian resepsionis ijin permisi dan memperkenalkan
anggota FPI dan menanyakan buku tamu dan kamar mana saja yang
dihuni;
- Bahwa, kemudian ditunjukkan buku tamu Terdakwa I membaca sebentar
kemudian Terdakwa I langsung ke halaman hotel kemudian Terdakwa I
mencari kamar-kamar yang terisi namun Terdakwa I kebingungan dan
Terdakwa I kemudian memanggil pihak hotel untuk menunjukkan kamar
mana saja yang terisi, setelah mendapatkan mengetahui kamar- kamar
yang terisi;
- Bahwa, selanjutnya Terdakwa I menuju kamar per kamar tersebut dimulai
dengan kamar No.4 dan dari kamar No.4 tersebut ada seorang laki-laki
menginap sendiri kemudian Terdakwa I tinggal karena dia mengaku sendiri
kemudian Terdakwa I mengetuk kamar No.11 ada pasangan mesumnya
Terdakwa I ucapkan permisi yang keluar Ibu-ibu kemudian Terdakwa I
tanya dia bersama dengan laki-laki yang bukan suaminya kemudian
Terdakwa I mintai identitasnya;
- Bahwa, teman-teman ada yang mengetuk kamar No.6 kemudian Terdakwa
I dipanggil ke kamar No.6 tempat Pak Widodo menginap yang mengaku
seorang anggota Polisi minta tolong dibantu, tolong dibantu seperti apa
Terdakwa I tidak tahu kenudian Pak Widodo mengajak Terdakwa I ke Lobbi
ke ruang resepsionis dan mengulangi perkataannya “saya anggota tolong
dibantu” Terdakwa I sebagai masyarakat biasa tidak langsung percaya
kemudian Pak Widodo menunjukkan kartu anggotanya kemudian KTP
Terdakwa I serahkan ke Pak Widodo setelah itu Terdakwa I ke kamar No.5
ke tempat pasangan yang akan mau menikah caranya sama Terdakwa I
mengetuk pintu mengucapkan permisi dan bertanya dengan siapa
menginap kalau bukan suami istri Terdakwa I mintai identitasnya kemudian
mbaknya yang dikamar No.5 menyarankan “kegiatan seperti ini baiknya
dilakukan seminggu sekali”;
- Bahwa, kemudian yang terakhir Terdakwa I mengetuk kamar No.7 tempat
Pak Isa menginap awalnya dia mengaku pasangan suami istri namun
setelah Terdakwa I minta buku nikahnya tidak ada dan kemudian Terdakwa
I minta kartu identitasnya;
- Bahwa, setelah itu Terdakwa I menelpon Pak Kapolsek Prambanan agar
segera merapat ke lokasi kemudian selang beberapa menit sekitar 10

Halaman 87 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


sampai 15 menit datanglah 2 orang petugas berseragam polisi dari Polsek
Prambanan dan ada beberapa orang berpakaian preman;
- Bahwa, sebelum 2 orang petugas polisi masuk ke halaman Terdakwa I
menghampiri dahulu kemudian teman Terdakwa I mengikuti ke belakang
dan Terdakwa I serahkan kartu identitas pasangan mesum kepada
petugas polisi untuk diperiksa dan kami bergerombol ditempat polisi
tersebut;
- Bahwa, kemudian Polisi melakukan pemeriksaan kamar perkamar
kemudian kamar No.4 (yang tadinya mengaku menginap sendiri) diperiksa
polisi berpakaian preman digedor-gedor dan ada kata-kata yang keras
karena ceweknya di kamar mandi kemudian Terdakwa I disuruh ke Polsek
Prambanan;
- Bahwa, sampai di Polsek Prambanan Terdakwa I hanya melihat Pak
widodo dan KTP para pasangan mesum. Para pasangan mesum belum
ada disitu Terdakwa I menunggu hampir 1(satu) jam kemudian kepada
petugas polisi Terdakwa I ijin pulang ke rumah kami masing-masing;
- Bahwa, kemudian pada malam harinya sekitar pukul 21.00 WIB Terdakwa I
disuruh agar datang ke Polsek Prambanan dimintai keterangan sebagai
saksi terhadap penangkapan pasangan mesum kemudian setelah
pemeriksaan selesai kami ada beberapa orang kemudian kami
dikumpulkan di ruang Kapolsek Prambanan diberi arahan dan dinyatakan
kasus selesai pada malam hari itu, kemudian pukul 02.00 WIB pagi
Terdakwa I pulang;
- Bahwa, pada hari Sabtu habis Dzuhur sekitar pukul 13.30 WIB Terdakwa I
didatangi 1 mobil ada 3 orang dari Polsek Prambanan dan 3 orang dari
Polres Klaten yang pada intinya Terdakwa I disuruh ke Polsek Prambanan
untuk dimintai klarifikasi karena Kapolres ada di Polsek Prambanan
kemudian Terdakwa I katakan pada polisi yang datang, “Pak sebenarnya
masalah itu sudah selesai semalam di Polsek Prambanan kenapa ini masih
dilanjutkan?” kemudian polisi yang datang bilang, “memang kasusnya
sudah selesai dari semalam cuma ada pihak yang belum bisa menerima”
Terdakwa I tidak tahu siapa dan Terdakwa I bilang kalau mau diperpanjang
masalahnya Terdakwa I mau ke Polsek dengan pengacara kemudian
mereka pulang;
- Bahwa, kemudian pada malamnya Terdakwa I monitoring geng motor di
depan Pemda dan Terdakwa I ditangkap sekitar jam 01.30 Wib pagi disitu
disergap sampai pukul 03.00 Wib pagi Terdakwa I dibawa ke Polres Klaten

Halaman 88 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


di BAP sampai hari Senin pada pukul 03.00 WIB pagi kemudian Terdakwa I
ditahan;
- Bahwa, Terdakwa I belum membaca AD ART FPI, maksud Terdakwa I itu
bukan sweeping tetapi monitoring;
- Bahwa, maksud Terdakwa I meminta identitas para tamu hotel adalah
untuk bukti kalau mereka melarikan diri;
- Bahwa, tidak ada perintah dari pimpinan FPI;
- Bahwa, menurut Terdakwa I kalau menurut hukum agama tindakannya
benar;
- Bahwa, menurut Terdakwa I siapapun boleh melakukan pengecekan ke
hotel;
- Bahwa, tidak ada ijin dari petugas yang berwenang dalam Terdakwa I
melakukan sweeping di Hotel Srikandi;
- Bahwa, Terdakwa I menelpon Kapolsek mengatasnamakan dari FPI;
- Bahwa, isi spanduk tersebut pada intinya masyarakat merasa resah dengan
adanya hotel-hotel yang digunakan untuk perbuatan mesum;
- Bahwa, spanduknya dipasang di depan Hotel Srikandi, di seberang jalan;
- Bahwa, Terdakwa I tidak pernah mendengar/melihat bahwa polisi telah
melakukan pencegahan terhadap kegiatan kemaksiatan/kegiatan mesum
seperti yang tercantum dalam di spanduk;
- Bahwa, yang membuat spanduk adalah warga sekitar Desa Telogo
Prambanan;
- Bahwa, Terdakwa I tidak menerima panggilan sidang dari Kejaksaan pada
tanggal 1 Maret 2018;
Terdakwa II :
- Bahwa, Terdakwa II telah melakukan pengecekan di Hotel Srikandi di Jln.
Candisewu Prambanan, Klaten tepatnya Ds. Tlogo, Kec. Prambanan, Kab.
Klaten pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.10
Wib;
- Bahwa, Terdakwa II melakukan pengecekan monitoring atau sweeping
bersama-sama dengan temannya berjumlah 4 orang yaitu Terdakwa II,
Sudarno alias Sulis bin Wasino (Terdakwa I), Gatot Teguh Santoso
(Terdakwa III) dan Angga Ary Tinarko (Terdakwa IV);
- Bahwa, Kami melakukan pengecekan dengan cara setelah sampai di Hotel
Srikandi selanjutnya Terdakwa II dan terdakwa lainnya menuju ke bagian
resepsionis dan Terdakwa I memperkenalkan anggota FPI dan
menanyakan buku tamu dan kamar mana saja yang terisi;

Halaman 89 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, setelah mengetahui kamar-kamar yang terisi selanjutnya kami
menuju kamar tersebut diantar oleh petugas hotel lalu pintu diketuk-ketuk
setelah di buka lalu Terdakwa I menanyakan bersama teman atau tidak dan
temanya perempuan atau laki laki, apabila pasangan tersebut bukan suami
istri kami minta menunjukkan identitasnya, kami menuju kamar ada
tamunya lagi dan kami ketuk-ketuk setelah di buka lalu kami menanyakan
bersama teman atau tidak dan temannya perempuan atau laki laki, apabila
pasangan tersebut bukan suami istri kami minta identitasnya dan
seterusnya sampai semua yang ada tamu kami cek;
- Bahwa, setelah selesai lalu Terdakwa I menelpon bapak Kapolsek
Prambanan dan tidak lama kemudian anggota Polsek Prambanan datang
lalu kami serahkan identitas pasangan tersebut, selanjutnya yang
melakukan pengecekan dari Polsek Prambanan;
- Bahwa, Terdakwa I mengetuk pintu kamar hotel yang terdapat tamu di
dalamnya tersebut dengan menggunakan tangan secara pelan-pelan
seperti layaknya orang bertamu;
- Bahwa, maksud kami melakukan pengecekan atau monitoring atau
sweeping ke Hotel untuk menemukan pasangan yang tidak suami istri atau
berbuat zina dan setelah ada dan dapat di amankan selanjutnya kami
serahkan petugas untuk di tindak lanjuti;
- Bahwa, menurut Terdakwa II secara hukum agama tindakannya benar;
- Bahwa, tidak ada ijin dari petugas untuk melakukan sweeping;
- Bahwa, Terdakwa II merupakan simpatisan ormas FPI;
- Bahwa, Terdakwa II tidak pernah mendengar/melihat bahwa polisi telah
melakukan pencegahan terhadap kegiatan kemaksiatan/kegiatan mesum
seperti yang tercantum dalam di spanduk;
- Bahwa, yang membuat spanduk adalah warga sekitar Desa Telogo
Prambanan;
- Bahwa, kami bertiga yaitu Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV
datang ke Polsek sendiri tanpa ada surat panggilan karena kita ingin
dijadikan saksi dan kami berharap bisa meringankan Penyidik tetapi kami
malah dijadikan tersangka;
- Bahwa, Terdakwa II tidak menerima panggilan sidang dari Kejaksaan pada
tanggal 1 Maret 2018;
Terdakwa III :
- Bahwa, Terdakwa III telah melakukan pengecekan di Hotel Srikandi di Jln.
Candisewu Prambanan, Klaten tepatnya Ds. Tlogo, Kec. Prambanan, Kab.

Halaman 90 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Klaten pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.10
Wib;
- Bahwa, Terdakwa III melakukan pengecekan monitoring atau sweeping
bersama-sama dengan temannya berjumlah 4 orang yaitu Terdakwa III,
Sudarno alias Sulis bin Wasino (Terdakwa I), Suroto (Terdakwa II) dan
Angga Ary Tinarko (Terdakwa IV);
- Bahwa, Kami melakukan pengecekan dengan cara setelah sampai di Hotel
Srikandi selanjutnya Terdakwa III dan terdakwa lainnya menuju ke bagian
resepsionis dan Terdakwa I memperkenalkan anggota FPI dan
menanyakan buku tamu dan kamar mana saja yang terisi;
- Bahwa, setelah mengetahui kamar-kamar yang terisi selanjutnya kami
menuju kamar tersebut diantar oleh petugas hotel lalu pintu diketuk-ketuk
setelah di buka lalu Terdakwa I menanyakan bersama teman atau tidak dan
temanya perempuan atau laki laki, apabila pasangan tersebut bukan suami
istri kami minta menunjukkan identitasnya, kami menuju kamar ada
tamunya lagi dan kami ketuk-ketuk setelah di buka lalu kami menanyakan
bersama teman atau tidak dan temannya perempuan atau laki laki, apabila
pasangan tersebut bukan suami istri kami minta identitasnya dan
seterusnya sampai semua yang ada tamu kami cek;
- Bahwa, setelah selesai lalu Terdakwa I menelpon bapak Kapolsek
Prambanan dan tidak lama kemudian anggota Polsek Prambanan datang
lalu kami serahkan identitas pasangan tersebut, selanjutnya yang
melakukan pengecekan dari Polsek Prambanan;
- Bahwa, Terdakwa I mengetuk pintu kamar hotel yang terdapat tamu di
dalamnya tersebut dengan menggunakan tangan secara pelan-pelan
seperti layaknya orang bertamu;
- Bahwa, maksud kami melakukan pengecekan atau monitoring atau
sweeping ke Hotel untuk menemukan pasangan yang tidak suami istri atau
berbuat zina dan setelah ada dan dapat di amankan selanjutnya kami
serahkan petugas untuk di tindak lanjuti;
- Bahwa, menurut Terdakwa III secara hukum agama tindakannya benar;
- Bahwa, tidak ada ijin dari petugas untuk melakukan sweeping;
- Bahwa, Terdakwa III merupakan simpatisan ormas FPI;
- Bahwa, Terdakwa III tidak pernah mendengar/melihat bahwa polisi telah
melakukan pencegahan terhadap kegiatan kemaksiatan/kegiatan mesum
seperti yang tercantum dalam di spanduk;

Halaman 91 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, yang membuat spanduk adalah warga sekitar Desa Telogo
Prambanan;
- Bahwa, kami bertiga yaitu Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV
datang ke Polsek sendiri tanpa ada surat panggilan karena kita ingin
dijadikan saksi dan kami berharap bisa meringankan Penyidik tetapi kami
malah dijadikan tersangka;
- Bahwa, Terdakwa III tidak menerima panggilan sidang dari Kejaksaan pada
tanggal 1 Maret 2018;
Terdakwa IV :
- Bahwa, Terdakwa IV telah melakukan pengecekan di Hotel Srikandi di Jln.
Candisewu Prambanan, Klaten tepatnya Ds. Tlogo, Kec. Prambanan, Kab.
Klaten pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.10
Wib;
- Bahwa, Terdakwa III melakukan pengecekan monitoring atau sweeping
bersama-sama dengan temannya berjumlah 4 orang yaitu Terdakwa IV,
Sudarno alias Sulis bin Wasino (Terdakwa I), Suroto (Terdakwa II) dan
Gatot Teguh Santoso (Terdakwa III);
- Bahwa, Kami melakukan pengecekan dengan cara setelah sampai di Hotel
Srikandi selanjutnya Terdakwa IV dan terdakwa lainnya menuju ke bagian
resepsionis dan Terdakwa I memperkenalkan anggota FPI dan
menanyakan buku tamu dan kamar mana saja yang terisi;
- Bahwa, setelah mengetahui kamar-kamar yang terisi selanjutnya kami
menuju kamar tersebut diantar oleh petugas hotel lalu pintu diketuk-ketuk
setelah di buka lalu Terdakwa I menanyakan bersama teman atau tidak dan
temanya perempuan atau laki laki, apabila pasangan tersebut bukan suami
istri kami minta menunjukkan identitasnya, kami menuju kamar ada
tamunya lagi dan kami ketuk-ketuk setelah di buka lalu kami menanyakan
bersama teman atau tidak dan temannya perempuan atau laki laki, apabila
pasangan tersebut bukan suami istri kami minta identitasnya dan
seterusnya sampai semua yang ada tamu kami cek;
- Bahwa, setelah selesai lalu Terdakwa I menelpon bapak Kapolsek
Prambanan dan tidak lama kemudian anggota Polsek Prambanan datang
lalu kami serahkan identitas pasangan tersebut, selanjutnya yang
melakukan pengecekan dari Polsek Prambanan;
- Bahwa, Terdakwa I mengetuk pintu kamar hotel yang terdapat tamu di
dalamnya tersebut dengan menggunakan tangan secara pelan-pelan
seperti layaknya orang bertamu;

Halaman 92 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, maksud kami melakukan pengecekan atau monitoring atau
sweeping ke Hotel untuk menemukan pasangan yang tidak suami istri atau
berbuat zina dan setelah ada dan dapat di amankan selanjutnya kami
serahkan petugas untuk di tindak lanjuti;
- Bahwa, menurut Terdakwa IV secara hukum agama tindakannya benar;
- Bahwa, tidak ada ijin dari petugas untuk melakukan sweeping;
- Bahwa, Terdakwa IV merupakan simpatisan ormas FPI;
- Bahwa, Terdakwa IV tidak pernah mendengar/melihat bahwa polisi telah
melakukan pencegahan terhadap kegiatan kemaksiatan/kegiatan mesum
seperti yang tercantum dalam di spanduk;
- Bahwa, yang membuat spanduk adalah warga sekitar Desa Telogo
Prambanan;
- Bahwa, kami bertiga yaitu Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV
datang ke Polsek sendiri tanpa ada surat panggilan karena kita ingin
dijadikan saksi dan kami berharap bisa meringankan Penyidik tetapi kami
malah dijadikan tersangka;
- Bahwa, Terdakwa IV tidak menerima panggilan sidang dari Kejaksaan pada
tanggal 1 Maret 2018;
Menimbang, bahwa Para Terdakwa telah mengajukan saksi yang
meringankan (a de charge) sebagai berikut :
1. H. Noerhadi Sucipto, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut :
- Bahwa, saksi tinggal di Klurak Baru Rt.001 Rw.004, Kel/Desa.
Bokoharjo, Kec. Prambanan, Kab. Sleman, Yogyakarta;
- Bahwa, Jarak tempat tinggal saksi dengan Hotel Srikandi sekitar 1
sampai 2 Km;
- Bahwa, di wilayah Prambanan ada forum umat islam namanya Forum
Ukhuwah Islamiyah (FUI) yang di deklarasikan tahun 1984 meliputi
wilayah karesidenan Surakarta dan Yogyakarta;
- Bahwa, jabatan saksi sebagai ketua sekaligus inisiatif jadi segala
sesuatu persoalan pergerakan FUI yang tanggung jawab saksi;
- Bahwa, saksi pernah mendengar keresahan masyarakat dengan
adanya Hotel Srikandi yang sering dijadikan tempat kemaksiatan. Saksi
mendirikan FUI kita ingin menjalin antara umat islam satu dengan yang
lain menjadi satu kekuatan di mana itu adalah tanggung jawab umat
dalam menata atau menjadikan lingkungan di Prambanan menjadi baik
sehingga kita mempunyai kepedulian, kita membangun pesantren di

Halaman 93 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


barat Candi Prambanan dengan tujuan menjadikan regenerasi
Prambanan jadi lebih baik karena diatas tanah pesantren tersebut dulu
tempat pelacuran, bahwa dulu sudah ada tanda larangan dari
Pemerintah dilarang digunakan untuk tempat kemaksiatan tetapi
diabaikan karena sudah ada pembandelan dari masyarakat lain dalam
bentuk kerusakan moral seperti ini kemudian saksi gerakkan dan saksi
hancurkan setelah selesai itu kita dirikan pesantren tahun 1985 dan
sekarang di utara Hotel Srikandi kita dirikan pesantren baru karena
keresahan saksi lihat tujuan wisata orientasi sifatnya bukan hanya
keindahan justru dimanfaatkan oleh adanya hotel itu sehingga sejak
berdiri pertama kali sudah meresahkan masyarakat. Saksi sudah
berulangkali bekerja sama dengan aparat manapun juga ataupun
bertindak sendiri saksi lakukan, mungkin saksi bekerja sendiri atau
dengan anak-anak saksi atau dengan aparat kita kerjakan semua
tujuan utama untuk menata masyarakat jangan tercemari oleh hal yang
tidak baik. Faktanya berjalan terus seperti ini pernah kita melakukan
penggrebekan ada suatu kejadian orang telanjang bulat masih di dalam
kadang aparat pro aktif dengan kita jadi kita tidak serta merta terus
mengambil tindakan tanpa kerjasama dengan aparat tapi faktanya tidak
ada tindak lanjutnya, ada wanita datang dari jauh hotel yang tidak
dikontrol oleh penegak hukum secara konsisten masyarakat melakukan
tindakan disalahkan, ketika saksi mendekati aparat saksi katakan
masalah tangkap tangan bagaimana artinya saksi melihat dan
memanggil polisi jadi kadang kita mengajak aparat dan kadang kita
tinggal karena kemampuan aparat juga terbatas namun masyarakat
resah dengan adanya hotel-hotel. Pernah suatu ketika menggrebek
hotel tapi hanya ada 2 (dua) pasang dan saksi miris menangis karena
penjaganya justru seorang wanita aktivis guru mengaji namun karena
alasan kebutuhan untuk makan dia bekerja. Sekitar 2 atau 3 tahun yang
lalu pernah mengadakan pertemuan dengan Bupati Klaten, Kapolres,
Kodim, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Dinas Sosial dan Dinas
Pariwisata membicarakan masalah di lingkunagn Prambanan dan pada
waktu itu munculnya miras yang menelan korban 7 (tujuh) orang,
jangan sampai ada kegiatan anak-anak yang bertindak kita yang
disalahkan. Jadi para terdakwa melakukan tindakan seperti ini karena
itu memang keresahan masyarakat yang ada yang disampaikan pada

Halaman 94 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


kita, kalau pada waktu kejadian saksi ada pasti saksi ikut tetapi saksi
tidak ada kemudian para terdakwa melakukan sendiri;
- Bahwa, saksi memantau dan mendatangi hotel-hotel sejak bangkit
memerangi kemaksiatan sejak tahun 1985;
- Bahwa, belum pernah ada tindakan dari aparat akan tetapi malah
mendapat perlindungan dari ketua PHRI dengan alasan kepentingan
pariwisata pengembangan wisata supaya pendapatan income itu ada;
- Bahwa, sekali dua kali saksi pernah melihat aparat memakai mobil
keluar masuk hotel tapi apa yang diperbuat saksi tidak tahu;
- Bahwa, tujuan FUI itu adalah menyelamatkan regenerasi mengganti
generasi yang bobrok menjadi lebih baik jangan biarkan masyarakat
melakukan tindakan sendiri saksi sepakat tapi tolong dorong segala
aturan yang menyangkut masalahat ini itu yang adil sesuai dengan
keseimbangan, kenapa kalau para terdakwa ini ditahan sampai lama
sedangkan untuk tipiring hanya dikenai denda sedikit, para terdakwa ini
yang berniat baik dijerumuskan oleh pasal yang tidak jelas;
- Bahwa, saksi tidak melihat sendiri petugas hotel memberikan tips pada
aparat penegak hukum tetapi informasi seperti itu sudah menyebar;
- Bahwa, dengan adanya para terdakwa ini ditangkap saksi mencurigai
adanya satu indikasi munculnya Undang-undang atau peraturan daerah
dilarangnya warga melakukan sweeping membenarkan tindakan aparat
yang tidak jelas, masyarakat sudah ditakuti oleh aturan seperti ini misal
ada kemaksiatan harus lapor polisi, tidak semua hal bisa dikontrol oleh
aparat;
- Bahwa, masyarakat resah dengan adanya kegiatan yang dilakukan di
Hotel Srikandi, masyarakat takut melakukan tindakan karena pasal
yang tidak jelas karena takut disalahkan kemudian dipasanglah
spanduk-spanduk tersebut;
- Bahwa, saksi belum pernah mendengar ada sweeping yang dilakukan
oleh aparat terhadap Hotel Srikandi;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak
berkeberatan dan cukup;
2. Trihana Mulat Raharja, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut :
- Bahwa, saksi pernah melihat poster-poster yang ada tulisan (sambil
ditunjukkan foto-foto yang diajukan dalam persidangan) di paling ujung
taman Prambanan;

Halaman 95 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, masyarakat kami resah dengan adanya Hotel karena banyak
perempuan yang nongkrong di samping Desa;
- Bahwa, Hotel Srikandi berada di kampung saksi, pada waktu masih
baru dahulu saksi sering nongkrong dan ngobrol dengan penjaganya
dan saksi pernah iseng-iseng mengintip dan ada yang melakukan
hubungan suami istri dan saksi tahu perempuannya adalah wanita
nakal dan mereka bukan pasangan suami istri;
- Bahwa, hotel Srikandi sering dijadikan tempat mesum karena saksi
melihat sendiri baru sekali akan tetapi sering melihat akses keluar
masuknya;
- Bahwa, yang memasang poster adalah warga dan saksi juga ikut
memasang spanduk tersebut;
- Bahwa, dulu pernah ada aparat yang minum-minuman keras tetapi
sekarang sudah jarang;
- Bahwa, kegiatan yang terjadi di Hotel Srikandi meresahkan masyarakat
dan warga pernah tidak setuju dengan adanya Hotel Srikandi namun di
kampung ada acara ikut membantu;
- Bahwa, saksi pernah melaporkan ke Polsek Prambanan tanggapannya
hanya ditampung dahulu dan Hotel-hotel maupun kost-kostan belum
ada yang ditindak;
- Bahwa, di dalam agama saudara saksi, perbuatan mesum
diperbolehkan tidak diperbolehkan;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak
berkeberatan dan cukup;
3. Much Sudjai Sardjono, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut :
- Bahwa, saksi sejak tahun 2001 saksi menetap sebelumnya saksi 4
(empat) tahun pulang pergi dari Yogyakarta kemudian saksi menikah
dengan orang Prambanan dan menetap disana;
- Bahwa, saksi aktif dikegiatan masyarakat sebagai anggota pengurus
Masjid Al-Insan Dk. Bener Kel. Bugisan;
- Bahwa, jarak rumah saudara dengan Hotel Srikandi sekitar 300 (tiga
ratus) meter;
- Bahwa, saksi mengamati dan banyak cerita dari keluarga saksi
memang banyak terjadi penyalahgunaan hotel digunakan untuk tempat
prostitusi dan banyak wanita nakal yang mangkal di taman parkir Candi
Prambanan dan pernah diusir oleh warga kemudian ganti

Halaman 96 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


menggunakan sepeda motor kalau ada laki-laki lalu dipepet kemudian
dirayu setelah setuju (deal) digiring ke Hotel. Kemudian kami
mempunyai inisiatif memasang tulisan dalam poster/spanduk yang
melarang kemaksiatan;
- Bahwa, tulisan dalam spanduk seperti dalam foto ini (kemudian
ditunjukkan foto dipersidangan), saksi yang memasang atas seijin Pak
RW dan Pak Lurah bahkan Pak Lurah memberikan dana dan niatnya
sebelum puasa sudah terpasang;
- Bahwa, spanduk dipasang karena kehendak warga dan keprihatinan
kami semua sebagai warga dan dengan adanya kegiatan prostitusi
semua warga resah. Di Hotel Srikandi tidak begitu ramai justru di dalam
ada 2 hotel yang lebih kecil namun lebih ramai lagi pengunjungnya dan
aksesnya melewati depan rumah saksi;
- Bahwa, saksi pernah melaporkan ke Polisi dan sering ada satpol PP
dan Polisi melakukan operasi dadakan di kampung sebelah dan ada
yang terciduk pasangan bukan suami istri;
- Bahwa, menurut saksi perbuatan yang dilakukan oleh para terdakwa
karena secara pribadi tidak kenal dengan para terdakwa tapi sebagai
pengurus masjid menyampaikan hal tersebut semacam pahlawan
karena yang lain hanya bisa ngomong tapi mereka para terdakwa
sudah bertindak;
- Bahwa, pernah ada pertemuan warga dan masyarakat mengenai
perijinan hotel namun ada fakta baru ketika Pak RW menanyakan ke
Pak Lurah dan dijawab kalau ijin sejak hotel berdiri sampai bangkrut;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak
berkeberatan dan cukup;
4. Sodik Sutarmin, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut :
- Bahwa, saksi tinggal Nangsri, rumah saksi dekat dengan Sdr. Suroto
(Terdakwa II);
- Bahwa, pada tanggal 24 Desember 2017 pada waktu ke Polres Klaten,
saksi mendapat sms dari Terdakwa II disuruh mengantar ke Polres
Klaten sebagai saksi dari rumah habis maghrib sampai Polres waktu
Isya;
- Bahwa, saksi hanya disuruh mengantar ke Polres Klaten sebagai saksi;
- Bahwa, saksi ke Polres dengan Sdr. Angga, Sdr. Gatot, Terdakwa II
dan Bapak Abu Fatih;

Halaman 97 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, Sdr. Suroto mempunyai sepeda motor Mio Soul namun sepeda
motor tersebut tidak berada di rumahnya;
- Bahwa, saksi tidak tahu warna sepeda motornya;
- Bahwa, saksi ikut kegiatan FPI kegiatan mengaji dan sosial seperti
pada waktu itu hari Jumat ada kegiatan shodaqoh nasi bungkus;
- Bahwa, saksi hanya simpatisan FPI dan memakai seragam FPI;
- Bahwa, mempunyai seragam bukan berarti anggota FPI;
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak
berkeberatan dan cukup;
Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai
berikut:
 1 (satu) potong rompi berwarna putih bertuliskan FPI FRONT PEMBELA
ISLAM;
 1 (satu) buah kartu izin amatir radio atas nama Isa Nurnusanto, Ir Alamat :
Ibis Cempoko Indah, Sitimulyo, Piyungan, Bantul;
 1 (satu) buah surat ijin mengemudi (SIM) C atas nama Siti Wahyuni, No.
SIM 720914410938;
 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Jumali NIK:
3402151011710001;
 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Anton Agus
Rishartanto NIK: 2171122308849006;
 1 (satu) buah buku tamu Hotel Srikandi merk Sinar Dunia warna hijau ada
gambar penguin bertuliskan “pingpong”;
 1 (satu) lembar Standart Operating Prosedure (SOP) Hotel Srikandi;
 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna putih hijau ada logo dan tulisan
identitas Laskar Islam LPI Kab. Klaten dibagian depan dan FPI Front
Pembela Islam Regional Leadership Board- Islamic Defenders Front Dewan
Pimpinan Wilayah- Front Pembela Islam DPW-FPI Kab. Klaten Jl.
Manisrenggo No.44 Kebitan, Nangsri, Manisrenggo, Klaten, Jawa Tengah.
57485 Telp 087734592444 dibagian belakang;
 1 (satu) unit Sepeda Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009
warna merah marun, No. Pol: AD-4463-YJ, No. Ka: MH314D0029K375551,
No. Sin: 14D375738, beserta STNK atas nama NIken Endah Subekti
alamat : Groyokan Rt.01 Rw.09 Ds. Kemudo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten
 1 (satu) potong celana panjang warna putih;

Halaman 98 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


 1 (satu) potong baju lengan panjang warna putih ada tempelan bendera
merah putih dan logo serta identitas FPI (Front Pembela Islam) Kab. Klaten;
 1 (satu) buah flashdisk berwarna silver metalik dengan kapasitas 16 Giga
merk Kingston, yang berisikan soft copy rekaman gambar CCTV;
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang
diajukan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:
- Bahwa, pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.00
Wib Para Terdakwa yaitu Terdakwa I. Sudarno Als. Sulis Bin Wasino,
Terdakwa II. Suroto Als. Sukar Bin Parto Wiyono, Terdakwa III. Gatot
Teguh Santoso dan Terdakwa IV. Angga Ary Tinarko Bin Agus Bahtiar
setelah melakukan kegiatan sedekah jum’at berencana hendak pulang ke
rumahnya masing-masing namun di tengah perjalanan Para Terdakwa
melihat poster dan spanduk yang isinya menolak kemaksiatan, adanya
poster dan spanduk tersebut merupakan keprihatinan warga masyarakat
Prambanan akan keberadaan hotel-hotel di wilayah tersebut yang dijadikan
ajang berbuat maksiat. Bahwa, Para Terdakwa secara spontanitas
kemudian mendatangi Hotel Prambanan untuk mencari pasangan mesum
yang menginap di hotel tersebut;
- Bahwa, kemudian Terdakwa I menanyakan kamar-kamar mana yang
berpenghuni kepada saksi Andang Kurniawan selaku resepsionis hotel.
Kemudian setelah mendapatkan informasi kamar-kamar mana yang
berpenghuni, lalu Para Terdakwa mulai mengetuk-ketuk pintu kamar dan
meminta penghuni kamar keluar untuk dimintai identitasnya. Bahwa, karena
takut para penghuni kamar yaitu saksi saksi Isa Nurnusanto, saksi Siti
Wahyuni, saksi Susiana, saksi Widodo, saksi Jumali, saksi Subandini, saksi
Tri Haryanti dan saksi Anton Agus Rishartanto kemudian menyerahkan
kartu identitasnya kepada Para Terdakwa. Bahwa, Terdakwa I kemudian
menghubungi Kapolsek Prambanan agar segera datang ke Hotel
Prambanan dan memproses para tamu hotel yang membawa pasangan
tidak sah;
- Bahwa, Terdakwa I mengundurkan diri dari FPI dan telah diberhentikan
dengan tidak hormat karena telah melakukan kesalahan beberapa kali,
sejak tanggal 16 September 2017;
- Bahwa, Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV merupakan simpatisan
FPI;
- Bahwa, para tamu hotel yang merupakan pasangan mesum telah divonis
bersalah melakukan perbuatan asusila;

Halaman 99 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


- Bahwa, saksi Widodo telah mendapat hukuman sanksi dari atasannya dan
telah dimutasi;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Para Terdakwa dapat
dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;
Menimbang, bahwa Para Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum
dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan
memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan
alternatif kesatu sebagaimana diatur dalam Pasal 335 ayat 1 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana jo pasal 55 ayat 1 Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, yang sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-
XI/2013 Pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP selengkapnya berbunyi, “Barang siapa
secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau
dengan memakai ancaman kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun
orang lain”, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1. Barang Siapa;
2. Secara Melawan Hukum;
3. Memaksa Orang Lain Supaya Melakukan, Tidak Melakukan Atau
Membiarkan Sesuatu;
4. Dengan Memakai Kekerasan Atau Dengan Memakai Ancaman
Kekerasan, Baik Terhadap Orang Itu Sendiri Maupun Orang Lain;
5. Yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan
perbuatan
Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim
mempertimbangkan sebagai berikut:
Ad.1. Barang Siapa
Menimbang, bahwa yang dimaksud unsur ini adalah setiap
manusia atau orang sebagai subyek hukum pendukung hak dan
kewajiban, yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan pidana
yang didakwakan kepadanya ;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah
menghadapkan Para Terdakwa ke persidangan, yang atas pertanyaan
Hakim Ketua mengaku bernama Terdakwa I. Sudarno Alias Sulis Bin
Wasino, Terdakwa II. Suroto Alias Sukar Bin Parto Wiyono,
Terdakwa III. Gatot Teguh Santoso dan Terdakwa IV. Angga Ary

Halaman 100 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Tinarko Bin Agus Bahtiar, serta identitas lainnya sama dengan yang
tersebut dalam surat dakwaan;
Menimbang, bahwa dengan demikian dalam perkara ini tidaklah
terjadi kesalahan/kekeliruan orang yang dihadapkan sebagai Para
Terdakwa. Oleh karena itu unsur “Barang Siapa” telah terpenuhi;
Ad.2. Secara Melawan Hukum;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan melawan hukum
adalah tanpa kewenangan atau tanpa hak;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan unsur ini, Majelis akan
merangkaikannya dengan unsur ke-3 dan ke-4 dalam pasal ini sehingga
uraian unsur ini akan tergambar jelas manakala dirangkaikan dengan
unsur ke-3 dan ke-4 yang merupakan inti dari perbuatan yang
dimaksudkan dalam pasal ini;
Ad.3 Memaksa Orang Lain Supaya Melakukan, Tidak Melakukan Atau
Membiarkan Sesuatu;
Menimbang, bahwa unsur ini terdiri lebih dari satu elemen dan
disusun secara alternatif, apabila salah satu elemen terpenuhi maka
unsur menjadi terpenuhi;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian unsur dan fakta hukum
yang terungkap, perbuatan Terdakwa I yang meminta identitas berupa
Kartu Tanda Penduduk kepada saksi Isa Nurnusanto, saksi Siti Wahyuni,
saksi Susiana, saksi Widodo, saksi Jumali, saksi Subandini, saksi Tri
Haryanti dan saksi Anton Agus Rishartanto merupakan suatu paksaan
karena sebelum meminta Kartu Tanda Penduduk tersebut Terdakwa I
dengan diikuti Terdakwa yang lain mengetuk-ngetuk pintu kamar saksi-
saksi tersebut dan memintanya keluar kamar untuk dimintai Kartu Tanda
Penduduknya. Bahwa, dari fakta persidangan juga diperoleh fakta bahwa
saksi-saksi tersebut menyerahkan Kartu Tanda Penduduk mereka
karena takut dengan Para Terdakwa yang memakai seragam putih-putih
dengan atribut FPI, dengan demikian Majelis berpendapat ada
keterpaksaan dalam menyerahkan Kartu Tanda Penduduk atau kartu
identitas dari para saksi tersebut;
Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis berpendapat
memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu terpenuhi dalam uraian
unsur ini;

Halaman 101 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Ad.4. Dengan Memakai Kekerasan Atau Dengan Memakai Ancaman
Kekerasan, Baik Terhadap Orang Itu Sendiri Maupun Orang Lain;
Menimbang, bahwa pada penjelasan dalam Pasal 89 KUHP (R.
Soesilo 1984: 84) melakukan kekerasan artinya mempergunakan tenaga
atau kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak sah. Bahwa, pengertian
kekerasan tersebut sekarang telah mengalami perluasan makna, bahwa
kekerasan dapat juga diwujudkan secara non fisik atau psikis yang
memiliki pengertian perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang (Pasal 7 UU
Nomor 23 Tahun 2004);
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap dan
pengertian unsur, Majelis berpendapat perbuatan para Terdakwa yang
memakai baju putih-putih dan memakai lambang FPI serta datang ke
Hotel Srikandi secara bergerombol telah menimbulkan rasa takut bagi
saksi Andang Kurniawan, saksi Sigit Haryono, saksi Bagas selaku
petugas hotel, juga menimbulkan rasa takut bagi saksi Isa Nurnusanto,
saksi Siti Wahyuni, saksi Susiana, saksi Widodo, saksi Jumali, saksi
Subandini, saksi Tri Haryanti dan saksi Anton Agus Rishartanto. Bahwa,
para tamu hotel tersebut disamping merasa takut karena perbuatan
mesumnya diketahui juga takut karena mengkhawatirkan akan timbul
kekerasan yang dilakukan oleh Para Terdakwa manakala permintaan
mereka untuk menyerahkan identitas tidak dipenuhi;
Menimbang, bahwa dengan demikian unsur memakai kekerasan
terpenuhi pada perbuatan Para Terdakwa;
Menimbang bahwa, selanjutnya akan dibuktikan unsur melawan
hukum pada perbuatan Para Terdakwa. Bahwa perbuatan Para
Terdakwa dalam memaksa para tamu hotel untuk menyerahkan KTP
apakah diperkenankan oleh hukum atau tidak?;
Menimbang, bahwa Para Terdakwa dalam fakta dipersidangan
tidak mempunyai ijin atau kewenangan dalam meminta KTP para tamu
hotel karena Para Terdakwa bukanlah pegawai hotel ataupun aparat
yang diberikan wewenang oleh undang-undang dalam melakukan razia
atau sweeping. Dengan demikian unsur melawan hukum terpenuhi pada
perbuatan Para Terdakwa;

Halaman 102 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Ad. 5. Unsur yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta
melakukan perbuatan
Menimbang, bahwa Unsur ini bersifat alternatif dan terdiri dari
lebih dari satu elemen maka apabila salah satu elemen terpenuhi maka
unsur menjadi terpenuhi.
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Yang Turut Melakukan
adalah pelakunya/ peserta paling sedikit dua orang. Hoge Raad dalam
arrestnya (29-10-1934, hooi arrest) meletakkan dua kriteria tentang
adanya Yang Turut Melakukan, ialah :
a. Antara Para Peserta Ada Kerja Sama Yang Diinsyafi ;
b. Para Peserta Telah Sama-Sama Melaksanakan Tindak Pidana
Yang Dimaksudkan ;
Ad. a. Antara Para Peserta Ada Kerja Sama Yang Diinsyafi ;
Menimbang, bahwa yang dimaksud Kerja sama diinsyafi tidak
perlu berupa permufakatan yang rapi dan formal yang dibentuk sebelum
pelaksanaan, tetapi cukup adanya saling pengertian sedemikian rupa
antara mereka dalam mewujudkan perbuatan oleh yang satunya
terhadap perbuatan oleh yang lainnya, ketika berlangsungnya
pelaksanaan.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang
terungkap, yaitu Para Terdakwa setelah melakukan kegiatan sedekah
jum’at berencana hendak pulang ke rumahnya masing-masing namun di
tengah perjalanan Para Terdakwa melihat poster dan spanduk yang
isinya menolak kemaksiatan, adanya poster dan spanduk tersebut
merupakan keprihatinan warga masyarakat Prambanan akan
keberadaan hotel-hotel di wilayah tersebut yang dijadikan ajang berbuat
maksiat. Bahwa, Para Terdakwa secara spontanitas kemudian
mendatangi Hotel Prambanan untuk mencari pasangan mesum yang
menginap di hotel tersebut. Bahwa, kemudian Terdakwa I menanyakan
kamar-kamar mana yang berpenghuni kepada saksi Andang Kurniawan
selaku resepsionis hotel. Kemudian setelah mendapatkan informasi
kamar-kamar mana yang berpenghuni kemudian Para Terdakwa mulai
mengetuk-ketuk pintu kamar dan meminta penghuni kamar keluar untuk
dimintai identitasnya. Bahwa, karena takut lalu para penghuni kamar
yaitu saksi saksi Isa Nurnusanto, saksi Siti Wahyuni, saksi Susiana,
saksi Widodo, saksi Jumali, saksi Subandini, saksi Tri Haryanti dan saksi
Anton Agus Rishartanto kemudian menyerahkan kartu identitasnya

Halaman 103 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


kepada Para Terdakwa. Bahwa, Para Terdakwa kemudian menghubungi
Kapolsek Prambanan agar segera datang ke Hotel srikandi dan
memproses para tamu hotel yang membawa pasangan tidak sah. Bahwa
dengan demikian antara Para Terdakwa dan menginsyafi kerja sama
tersebut untuk memaksa para tamu hotel menyerahkan kartu
identitasnya;
Ad.b.Para Peserta Telah Sama-Sama Melaksanakan Tindak Pidana
Yang Dimaksudkan ;
Menimbang, bahwa wujud perbuatan para peserta tidaklah perlu
sama, yang penting wujud perbuatan peserta itu sedikit atau banyak ada
peranannya atau ada andilnya bagi terwujudnya tindak pidana yang
sama-sama dikehendaki;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap,
sebagaimana terungkap diatas, Perbuatan Terdakwa I yang meminta
identitas kepada para tamu hotel dan perbuatan Terdakwa yang lain
yang ikut mengetuk-ketuk pintu serta memotret identitas para tamu hotel,
tidak sama perbuatannya tetapi perbuatan mereka merupakan suatu
kerja sama dan perbuatan-perbuatan tersebut mempunyai andil dalam
melakukan paksaan kepada para tamu hotel yaitu saksi Isa Nurnusanto,
saksi Siti Wahyuni, saksi Susiana, saksi Widodo, saksi Jumali, saksi
Subandini, saksi Tri Haryanti dan saksi Anton Agus Rishartanto untuk
menyerahkan identitasnya kepada Para Terdakwa;
Menimbang, bahwa perbuatan Terdakwa telah memenuhi kedua
kriteria tentang Yang Turut Melakukan sebagaimana dimaksudkan Pasal
55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 335 ayat 1
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana telah terpenuhi, maka Para Terdakwa haruslah
dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif kesatu Penuntut Umum;
Menimbang, bahwa Para Terdakwa dalam pembelaannya pada
pokoknya mendalilkan melakukan perbuatan meminta kartu identitas/ Kartu
Tanda Penduduk kepada para tamu hotel karena hendak melaksanakan amar
ma’ruf nahi munkar untuk mencari pasangan yang berbuat mesum atau tidak
ada ikatan pernikahan di Hotel Prambanan. Bahwa terhadap hal tersebut
Majelis memahaminya, bahkan menjadi kewajiban bagi kaum muslimin untuk
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar namun Majelis berpendapat dalam

Halaman 104 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar haruslah dengan mentaati hukum yang
berlaku di negara ini. Perlu kita ketahui, hukum positif di negara kita sejalan
dengan amar ma’ruf nahi munkar, Majelis Hakim selama mengabdi di
Pengadilan Negeri Klaten telah banyak mengadili perkara-perkara miras,
perzinahan, judi dan segala bentuk kriminalitas/ penyakit masyarakat lainnya,
ini menandakan bahwa hukum positif kita, tidak mentolerir perbuatan-perbuatan
maksiat yang terjadi di negara ini khususnya di wilayah Kabupaten Klaten. Hal
itu juga menandakan pihak kepolisian sendiri sebagai garda terdepan dalam
penegakan hukum juga telah bekerja keras dalam memberantas kejahatan-
kejahatan yang terjadi di Kabupaten Klaten.
Bahwa telah menjadi keprihatinan bagi masyarakat di daerah
Prambanan dan sekitarnya, keberadaan hotel-hotel telah disalahgunakan untuk
melakukan perbuatan maksiat namun sekali lagi hal itu bukanlah menjadikan
alasan pembenar bagi masyarakat untuk menjadi polisi atau juga untuk menjadi
hakim. Bahwa, kepolisian tidak menutup mata terhadap tindak pidana yang
terjadi bahkan kepolisian membutuhkan informasi dari masyarakat apabila
terjadi tindak pidana. Perbuatan Para Terdakwa yang meminta kartu identitas
bagi tamu hotel untuk mencari pasangan pelaku mesum, menurut Majelis telah
melampui peran serta dari masyarakat karena seharusnya peran serta dari
Para Terdakwa cukuplah dengan memberi informasi kepada pihak kepolisian
untuk melakukan penyelidikan dan menindak para pasangan mesum;
Bahwa, tindakan pencegahan perlu lebih diutamakan daripada tindakan
penindakan. Majelis berharap dengan kejadian ini memberikan pelajaran
berharga bagi pihak kepolisian untuk selalu tanggap terhadap keresahan
masyarakat. Kejadian ini juga diharapkan memberi pelajaran bagi hotel-hotel di
Prambanan dan sekitarnya agar selalu selektif menerima tamu dengan
menerapkan peraturan yang ketat dan meminta identitas para tamu yang
menginap sehingga tidak timbul kecurigaan dari masyarakat di sekitar bahwa
hotel di wilayah mereka telah disalahgunakan untuk melakukan perbuatan
maksiat. Bagi Para Terdakwa juga diharapkan dapat mengambil hikmah dari
peristiwa ini, karena secara organisasi ormas FPI telah menghapuskan
sweeping dari kegiatan organisasi mereka, sehingga cara Para Terdakwa
dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar tidak sejalan dengan FPI, bahkan
perbuatan Para Terdakwa dengan memakai atribut FPI dapat menimbulkan
citra negatif bagi FPI;
Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak
menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana,

Halaman 105 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Para Terdakwa
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;
Menimbang, bahwa oleh karena Para Terdakwa mampu bertanggung
jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;
Menimbang, bahwa karena ancaman hukuman Pasal 335 ayat 1 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana maksimal 1 (satu) tahun dan berdasarkan
fakta-fakta yang terungkap, Majelis menilai Para Terdakwa hanya terlalu
bersemangat dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan abai terhadap
peraturan yang ada karena sebelumnya tidak ada koordinasi dengan polisi,
maka kepada Para Terdakwa perlu diterapkan pidana percobaan sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 14 (a) Kitab Undang-undang Hukum Pidana;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Para Terdakwa telah
dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan
dan penahanan tersebut masing-masing harus dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang dijatuhkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Para Terdakwa ditahan dengan
penahanan kota dan menurut pendapat Majelis Hakim tidak cukup alasan untuk
menahan karena wewenang Majelis Hakim untuk menahan telah habis dan
juga Para Terdakwa dijatuhi hukuman percobaan, maka Majelis tidak perlu
mencantumkan tentang status penahanan Para Terdakwa karena Para
Terdakwa sudah bebas demi hukum;
Menimbang, bahwa barang bukti berupa :
 1 (satu) potong rompi berwarna putih bertuliskan FPI FRONT PEMBELA
ISLAM, yang telah disita dari Terdakwa I terhadap barang bukti tersebut
patut dikembalikan kepada terdakwa I Sudarno Alias Sulis Bin Wasino;
 1 (satu) buah kartu izin amatir radio atas nama Isa Nurnusanto, Ir Alamat :
Ibis Cempoko Indah, Sitimulyo, Piyungan, Bantul; terhadap barang bukti
tersebut patut dikembalikan kepada saksi Isa Nurnusanto;
 1 (satu) buah surat ijin mengemudi (SIM) C atas nama Siti Wahyuni, No.
SIM 720914410938; terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan
kepada saksi Siti Wahyuni;
 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Jumali NIK:
3402151011710001, terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan
kepada saksi Jumali;
 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Anton Agus
Rishartanto NIK: 2171122308849006, terhadap barang bukti tersebut patut
dikembalikan kepada Anton Agus Rishartanto;

Halaman 106 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


 1 (satu) buah buku tamu Hotel Srikandi merk Sinar Dunia warna hijau ada
gambar penguin bertuliskan “pingpong” dan 1 (satu) lembar Standart
Operating Prosedure (SOP) Hotel Srikandi, terhadap barang bukti tersebut
patut dikembalikan kepada Hotel Srikandi Prambanan melalui saksi Andang
Kurniawan;
 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna putih hijau ada logo dan tulisan
identitas Laskar Islam LPI Kab. Klaten dibagian depan dan FPI Front
Pembela Islam Regional Leadership Board- Islamic Defenders Front Dewan
Pimpinan Wilayah- Front Pembela Islam DPW-FPI Kab. Klaten Jl.
Manisrenggo No.44 Kebitan, Nangsri, Manisrenggo, Klaten, Jawa Tengah.
57485 Telp 087734592444 dibagian belakang dan 1 (satu) unit Sepeda
Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009 warna merah marun, No.
Pol: AD-4463-YJ, No. Ka: MH314D0029K375551, No. Sin: 14D375738,
beserta STNK atas nama NIken Endah Subekti alamat : Groyokan Rt.01
Rw.09 Ds. Kemudo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten, terhadap barang bukti
tersebut patut dikembalikan kepada Terdakwa II. Suroto alias Sukar Bin
Parto Wiyono (alm);
 1 (satu) potong celana panjang warna putih dan 1 (satu) potong baju lengan
panjang warna putih ada tempelan bendera merah putih dan logo serta
identitas FPI (Front Pembela Islam) Kab. Klaten, terhadap barang bukti
tersebut patut dikembalikan kepada Terdakwa III. Gatot Teguh Santoso bin
Mujiono;
 1 (satu) buah flashdisk berwarna silver metalik dengan kapasitas 16 Giga
merk Kingston, yang berisikan soft copy rekaman gambar CCTV, terhadap
barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada saksi F.X Hendro
Santoso;
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Para Terdakwa,
maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan
yang meringankan Para Terdakwa;
Keadaan yang memberatkan:
- Perbuatan Para Terdakwa dengan memakai nama ormas Islam
mengakibatkan citra negatif bagi ormas Islam dan tidak mendukung Islam
sebagai Rahmatan Lil Alamin;
Keadaan yang meringankan:
- Para Terdakwa belum pernah dihukum;
- Para Terdakwa sebagai tulang punggung bagi keluarga;
- Para Terdakwa sopan di persidangan;

Halaman 107 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


Menimbang, bahwa oleh karena Para Terdakwa dijatuhi pidana maka
haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;
Memperhatikan, Pasal 335 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
jo pasal 55 ayat 1 Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan
perundang-undangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI:
1. Menyatakan Terdakwa I. Sudarno Als. Sulis Bin Wasino, Terdakwa II.
Suroto Als. Sukar Bin Parto Wiyono, Terdakwa III. Gatot Teguh
Santoso dan Terdakwa IV. Angga Ary Tinarko Bin Agus Bahtiar tersebut
diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Bersama-sama Dengan Kekerasan Memaksa Orang Lain
Supaya Melakukan Sesuatu” sebagaimana dalam dakwaan alternatif
kesatu Penuntut Umum;
2. Menjatuhkan pidana kepada Para Terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara masing-masing selama 5 (lima) bulan;
3. Menetapkan pidana tersebut tidak usah dijalani kecuali jika dikemudian hari
ada putusan hakim yang menentukan lain disebabkan karena Para
Terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan
selama 6 (enam) bulan berakhir;
4. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Para
Terdakwa masing-masing dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan;
5. Menetapkan barang bukti berupa:
 1 (satu) potong rompi berwarna putih bertuliskan FPI FRONT
PEMBELA ISLAM;
Dikembalikan kepada terdakwa Sudarno Alias Sulis Bin Wasino;
 1 (satu) buah kartu izin amatir radio atas nama Isa Nurnusanto, Ir Alamat
: Ibis Cempoko Indah, Sitimulyo, Piyungan, Bantul;
Dikembalikan kepada saksi Isa Nurnusanto;
 1 (satu) buah surat ijin mengemudi (SIM) C atas nama Siti Wahyuni, No.
SIM 720914410938;
Dikembalikan kepada saksi Siti Wahyuni;
 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Jumali NIK:
3402151011710001;
Dikembalikan kepada saksi Jumali;

Halaman 108 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Anton Agus
Rishartanto NIK: 2171122308849006;
Dikembalikan kepada saksi Anton Agus Rishartanto;
 1 (satu) buah buku tamu Hotel Srikandi merk Sinar Dunia warna hijau
ada gambar penguin bertuliskan “pingpong”;
 1 (satu) lembar Standart Operating Prosedure (SOP) Hotel Srikandi;
Dikembalikan kepada Hotel Srikandi Prambanan melalui saksi Andang
Kurniawan;
 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna putih hijau ada logo dan
tulisan identitas Laskar Islam LPI Kab. Klaten dibagian depan dan FPI
Front Pembela Islam Regional Leadership Board- Islamic Defenders
Front Dewan Pimpinan Wilayah- Front Pembela Islam DPW-FPI Kab.
Klaten Jl. Manisrenggo No.44 Kebitan, Nangsri, Manisrenggo, Klaten,
Jawa Tengah. 57485 Telp 087734592444 dibagian belakang;
 1 (satu) unit Sepeda Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009
warna merah marun, No. Pol: AD-4463-YJ, No. Ka:
MH314D0029K375551, No. Sin: 14D375738, beserta STNK atas nama
NIken Endah Subekti alamat : Groyokan Rt.01 Rw.09 Ds. Kemudo, Kec.
Prambanan, Kab. Klaten
Dikembalikan kepada terdakwa Suroto alias Sukar Bin Parto Wiyono
(alm);
 1 (satu) potong celana panjang warna putih;
 1 (satu) potong baju lengan panjang warna putih ada tempelan bendera
merah putih dan logo serta identitas FPI (Front Pembela Islam) Kab.
Klaten;
Dikembalikan kepada terdakwa Gatot Teguh Santoso bin Mujiono;
 1 (satu) buah flashdisk berwarna silver metalik dengan kapasitas 16 Giga
merk Kingston, yang berisikan soft copy rekaman gambar CCTV;
Dikembalikan kepada saksi F.X Hendro Santoso;
6. Membebankan kepada Para Terdakwa membayar biaya perkara masing-
masing sejumlah Rp. 2.000 (dua ribu rupiah);

Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Negeri Klaten pada hari Jum’at tang,lgal 18 Mei 2018 oleh Novi
Wijayanti, S.H. sebagai Hakim Ketua, Wahyu Setioadi, S.H. dan Ira Wati,
S.H.,M.Kn masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan dalam

Halaman 109 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.


sidang terbuka untuk umum pada hari Senin tanggal 21 Mei 2018, dibantu oleh
Dani Susanti, S.E., S.H. Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Klaten,
serta dihadiri oleh Indah Kusrini PR, S.H. dan Wan Susilo Hadi, S.H. Penuntut
Umum, Para Terdakwa didampingi Penasihat Hukumnya.

Hakim-Hakim Anggota, Hakim Ketua,

Ttd Ttd

Wahyu Setioadi, S.H. Novi Wijayanti, S.H.

Ttd

Ira Wati, S.H.,M.Kn.

Panitera Pengganti,

Ttd

Dani Susanti, S.E.,S.H.

Halaman 110 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.

Anda mungkin juga menyukai