Pengadilan Negeri Klaten yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Para Terdakwa : Terdakwa I : 1. Nama Lengkap : Sudarno Als. Sulis Bin Wasino; 2. Tempat lahir : Klaten; 3. Umur/ tanggal lahir : 37 tahun/ 20 Desember 1980; 4. Jenis Kelamin : Laki-laki; 5. Kebangsaan : Indonesia; 6. Tempat Tinggal : Dukuh Harjondani Rt. 10/Rw.04, Desa Tanjungsari, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten; 7. A g a m a : Islam; 8. Pekerjaan : Swasta (pedagang); Terdakwa II : 1. Nama Lengkap : Suroto Als. Sukar Bin Parto Wiyono; 2. Tempat lahir : Klaten; 3. Umur/ tanggal lahir : 40 tahun/ 30 Desember 1977; 4. Jenis Kelamin : Laki-laki; 5. Kebangsaan : Indonesia; 6. Tempat Tinggal : Dukuh Kebitan Rt. 037/Rw.014, Desa Nangsri, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten; 7. A g a m a : Islam; 8. Pekerjaan : Swasta (pedagang); Terdakwa III : 1. Nama Lengkap : Gatot Teguh Santoso; 2. Tempat lahir : Klaten; 3. Umur/ tanggal lahir : 43 tahun/ 11 Februari 1975; 4. Jenis Kelamin : Laki-laki; 5. Kebangsaan : Indonesia; 6. Tempat Tinggal : Dukuh Bendosari Rt. 019/Rw.008, Desa Tanjungsari, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten; 7. A g a m a : Islam;
Halaman 1 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
8. Pekerjaan : Buruh Harian Lepas; Terdakwa IV : 1. Nama Lengkap : Angga Ary Tinarko Bin Agus Bahtiar; 2. Tempat lahir : Klaten; 3. Umur/ tanggal lahir : 34 tahun/ 9 Januari 1984; 4. Jenis Kelamin : Laki-laki; 5. Kebangsaan : Indonesia; 6. Tempat Tinggal : Dukuh Pandean II Rt. 02/Rw.006, Desa Taji, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten; 7. A g a m a : Islam; 8. Pekerjaan : Wirawasta;
Para Terdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh :
1) Penyidik sejak tanggal 25 Desember 2017 sampai dengan tanggal 13 Januari 2018; 2) Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 14 Januari 2018 sampai dengan tanggal 22 Pebruari 2018; 3) Penuntut Umum sejak tanggal 19 Pebruari 2018 sampai dengan tanggal 10 Maret 2018; 4) Majelis Hakim sejak tanggal 21 Pebruari 2018 sampai dengan tanggal 22 Maret 2018; 5) Perperpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Klaten sejak tanggal 23 Maret 2018 sampai dengan tanggal 21 Mei 2018; Para Terdakwa dialihkan penahanannya menjadi Tahanan kota oleh Majelis Hakim sejak tanggal 9 April 2018 sampai dengan tanggal 21 Mei 2018; Para Terdakwa di persidangan didampingi oleh Penasihat Hukum yaitu Nasrulloh Nasution, S.H..,MKn, Muhammad Kamil Pasha, S.H.,M.H., Juanda Eltari, S.H, Harry Kurniawan, S.H.,M.H., Arvid Mardwiskatyo, S.H.,M.Kn, Wisnu Rakadita, S.H., Afiq Ansyori Chamim, S.H., Gino, S.H., Ali Alatas, S.H., Hedy Pratama, S.H., Aziz Yanuar Prihatin, S.H.,M.H.,M.M., Sylviani Abdul Hamid, Shi, MH, Achmad Ardiansyah, S.H., Heri Aryanto, S.H.,MH, Rama Hendarta Adam, S.H., Mahmud, S.H.MH.CLA, Sumadi Admadja, S.H., Benny Haris Nainggolan, S.H., Sri Kalono, S.H.,M.Si, dan Surisman, S.H.,M.H., kesemuanya advokat Team Pengacara Pembela Aktifis Islam (TPPAI) beralamat di Puri Mojayan Asri Blok A No. 7 RT 01 RW 11 Kelurahan Mojayan, Kelurahan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2018;
Halaman 2 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Pengadilan Negeri tersebut; Setelah membaca : - Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Klaten Nomor 37/Pen.Pid. Sus/2018/PN Kln tanggal 21 Pebruari 2018 tentang penunjukan Majelis Hakim yang mengadili perkara ini; - Penetapan Majelis Hakim Nomor 37/Pen.Pid.Sus/2018/PN Kln tanggal 21 Pebruari 2018 tentang penetapan hari sidang; - Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan; Setelah mendengar pembacaan surat dakwaan Penuntut Umum; Setelah mendengar pembacaan keberatan dari Penasihat Hukum Para Terdakwa dan pendapat dari Penuntut Umum; Setelah mendengar keterangan Saksi-saksi, Ahli dan Para Terdakwa serta memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan; Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut: 1. Menyatakan terdakwa I. SUDARNO Als SULIS Bin WASINO, terdakwa II. SUROTO Als SUKAR Bin PARTO WIYONO, terdakwa III. GATOT TEGUH SANTOSO dan terdakwa IV. ANGGA ARY TINARKO Bin AGUS BAHTIAR terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana “yang menjadi anggota dan atau pengurus ormas, dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung, melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan” sebagaimana dakwaan kedua melanggar Pasal 82A ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi kemasyarakatan jo pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUHP. 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I. SUDARNO Als SULIS Bin WASINO, terdakwa II. SUROTO Als SUKAR Bin PARTO WIYONO, terdakwa III. GATOT TEGUH SANTOSO dan terdakwa IV. ANGGA ARY TINARKO Bin AGUS BAHTIAR dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dikurangi selama para terdakwa menjalani tahanan dengan perintah agar terdakwa segera menjalani pidana penjara tersebut
Halaman 3 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
3. Menetapkan mengalihkan jenis penahanan para terdakwa dari tahanan kota menjadi tahanan Rutan/ Lapas 4. Menyatakan Barang bukti berupa berupa: a. 1 (satu) potong rompi berwarna putih bertuliskan FPI FRONT PEMBELA ISLAM; Dikembalikan kepada terdakwa Sudarno Alias Sulis Bin Wasino b. 1 (satu) buah kartu izin amatir radio atas nama Isa Nurnusanto, Ir Alamat : Ibis Cempoko Indah, Sitimulyo, Piyungan, Bantul; Dikembalikan kepada saksi Isa Nurnusanto c. 1 (satu) buah surat ijin mengemudi (SIM) C atas nama Siti Wahyuni, No. SIM 720914410938; Dikembalikan kepada saksi Siti Wahyuni d. 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Jumali NIK: 3402151011710001; e. 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Anton Agus Rishartanto NIK: 2171122308849006; Dikembalikan kepada Anton Agus Rishartanto f. 1 (satu) buah buku tamu Hotel Srikandi merk Sinar Dunia warna hijau ada gambar penguin bertuliskan “pingpong”; g. 1 (satu) lembar Standart Operating Prosedure (SOP) Hotel Srikandi; Dikembalikan kepada Hotel Srikandi Prambanan melalui saksi Andang Kurniawan h. 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna putih hijau ada logo dan tulisan identitas Laskar Islam LPI Kab. Klaten dibagian depan dan FPI Front Pembela Islam Regional Leadership Board- Islamic Defenders Front Dewan Pimpinan Wilayah- Front Pembela Islam DPW-FPI Kab. Klaten Jl. Manisrenggo No.44 Kebitan, Nangsri, Manisrenggo, Klaten, Jawa Tengah. 57485 Telp 087734592444 dibagian belakang; i. 1 (satu) unit Sepeda Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009 warna merah marun, No. Pol: AD-4463-YJ, No. Ka: MH314D0029K375551, No. Sin: 14D375738, beserta STNK atas nama NIken Endah Subekti alamat : Groyokan Rt.01 Rw.09 Ds. Kemudo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten Dikembalikan kepada terdakwa Suroto alias Sukar Bin Parto Wiyono (alm) j. 1 (satu) potong celana panjang warna putih;
Halaman 4 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
k. 1 (satu) potong baju lengan panjang warna putih ada tempelan bendera merah putih dan logo serta identitas FPI (Front Pembela Islam) Kab. Klaten; Dikembalikan kepada terdakwa Gatot Teguh Santoso bin Mujiono l. 1 (satu) buah flashdisk berwarna silver metalik dengan kapasitas 16 Giga merk Kingston, yang berisikan soft copy rekaman gambar CCTV; Dikembalikan kepada saksi F.X Hendro Santoso 5. Menetapkan terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah). Setelah mendengar pembelaan Para Terdakwa yang pada pokoknya sebagai berikut : Maka dengan ini perkenankan kami Penasehat Hukum, menyampaikan Pleedoi (Nota Pembelaan) sebagai berikut : Yang mulia Majelis Hakim, Yang terhormat Saudara Jaksa Penuntut Umum, Yang terhormat Saudara Panitera Pengganti, Yang terhotmat segenap pengunjung persidangan, Bukan maksud kami menggurui tentang Ilmu Hukum kepada yang mulia Majelis Hakim, serta yang terhormat Saudara Jaksa Penuntut Umum, bila kami memberikan sedikit ulasan tentang teori dasar hukum, tentang materi Surat Tuntutan (Requisitoir) yang telah disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum. Tujuan kami hanya satu, bahwa di dalam penegakan hukum marilah kita taat pada segala prinsip dan asas hukum yang telah termaktub dalam peraturan perundang-undangan yang ada, sehingga pada akhirnya nanti kita bisa menghasilkan suatu putusan yang benar-benar berpihak pada kebenaran dan keadilan, tanpa ada cacat cela yang kurang mewakili rasa keadilan bagi para pihak. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu membimbing hati nurani kita untuk menegakkan hukum dengan dasar keadilan dan kebenaran, bukan suatu opini sesat yang membingungkan kita semua sebagai hamba hukum ... Aamiin! Di dalam hukum acara pidana pembuktian merupakan titik sentral di dalam pemeriksaan perkara di pengadilan. Karena melalui tahapan pembuktian inilah terjadi suatu proses, cara, perbuatan membuktikan untuk menunjukkan benar atau salahnya si Terdakwa terhadap suatu perkara pidana di dalam sidang pengadilan. Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada Terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-
Halaman 5 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
undang yang boleh dipergunakan untuk membuktikan kesalahan sesuai dengan yang didakwakan. Pembuktian adalah kegiatan membuktikan, dimana membuktikan berarti memperlihatkan bukti-bukti yang ada, melakukan sesuatu sebagai kebenaran, melaksanakan, menandakan, menyaksikan dan meyakinkan. Secara konkret, ADAMI CHAZAWI (Pengajar hukum pidana, praktek peradilan pidana dan pendidikan khusus advokat, konsultan Biro Bantuan Hukum Fakultas Hukum- UNIVERSITAS BRAWIJAYA) menyatakan, bahwa dari pemahaman tentang arti pembuktian di sidang pengadilan, sesungguhnya kegiatan pembuktian dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Bagian kegiatan pengungkapan fakta; 2. Bagian pekerjaan penganalisisan fakta yang sekaligus penganalisisan hukum; Di dalam bagian pengungkapan fakta, alat-alat bukti diajukan ke muka sidang oleh Jaksa Penuntut Umum dan Penasehat Hukum atau atas kebijakan Majelis Hakim untuk diperiksa kebenarannya. Proses pembuktian bagian pertama ini akan berakhir pada saat Ketua Majelis mengucapkan secara lisan bahwa pemeriksaan terhadap perkara dinyatakan selesai (Pasal 182 ayat (1) huruf a KUHAP). Setelah bagian kegiatan pengungkapan fakta telah selesai, maka selanjutnya Jaksa Penuntut Umum, Penasehat Hukum, dan Majelis Hakim melakukan analisa fakta yang sekaligus analisa hukum, yang benar- benar disusun berdasarkan fakta Persidangan. Oleh Jaksa Penuntut Umum pembuktian dalam arti kedua ini dilakukannya dalam Surat Tuntutannya (Requisitoir). Bagi Penasehat Hukum pembuktiannya dilakukan dalam Nota Pembelaan (Pledooi), dan akan dibahas majelis hakim dalam putusan akhir (vonnis) yang dibuatnya; Pembuktian ini menjadi penting apabila suatu perkara tindak pidana telah memasuki tahap penuntutan di depan sidang pengadilan. Tujuan adanya pembuktian ini adalah untuk membuktikan apakah terdakwa benar-benar bersalah atas tindak pidana yang didakwakan kepadanya, sehingga oleh karenanya tuntutan Jaksa Penuntut Umum (Requisitoir) harus berdasarkan fakta di Persidangan; Secara Teoritis terdapat empat teori mengenai sistem pembuktian yaitu : 1. Sistem pembuktian menurut Undang-undang secara positif (Positief wettelijke bewijs theorie); Menurut teori ini, sistem pembuktian positif bergantung pada alat-alat bukti sebagaimana disebut secara limitatif dalam undang-undang. Singkatnya,
Halaman 6 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
undang-undang telah menentukan tentang adanya alat-alat bukti mana yang dapat dipakai Hakim, cara bagaimana Hakim menggunakannya, kekuatan alat bukti tersebut dan bagaimana Hakim harus memutus terbukti atau tidaknya perkara yang sedang diadili. Jadi, jika alat-alat bukti tersebut digunakan sesuai dengan undang-undang maka Hakim mesti menentukan Terdakwa tidak bersalah walaupun hakim berkeyakinan bahwa terdakwa bersalah; Teori pembuktian ini sekarang tidak mendapat penganut lagi. Teori ini terlalu banyak mengandalkan kekuatan pembuktian yang disebut oleh undang- undang. Teori pembuktian ini ditolak juga oleh WIRJONO PRODJODIKORO untuk dianut di Indonesia, karena katanya bagaimana Hakim dapat menetapkan kebenaran selain dengan cara menyatakan kepada keyakinannya tentang hal kebenaran itu, lagi pula keyakinan seorang hakim yang jujur dan berpengalaman mungkin sekali adalah sesuai dengan keyakinan masyarakat; 2. Sistem pembuktian menurut keyakinan hakim (Conviction intim); Pada sistem pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim, Hakim dapat menjatuhkan putusan berdasarkan keyakinan belaka dengan tidak terikat oleh suatu peraturan. Melalui sistem “Conviction Intim”, kesalahan Terdakwa bergantung kepada keyakinan belaka sehingga Hakim tidak terikat pada suatu peraturan. Dengan demikian, putusan Hakim dapat terasa nuansa subjektifnya; Disadari bahwa alat bukti berupa pengakuan Terdakwa sendiri pun tidak selalu membuktikan kebenaran. Pengakuan terdakwa kadang-kadang tidak menjamin Terdakwa benar-benar melakukan perbuatan yang didakwakan. Oleh karena itu, diperlukan bagaimanapun juga keyakinan hakim sendiri. Bertolak pangkal pada pemikiran itulah, maka teori berdasarkan keyakinan hakim (Conviction intim) yang didasarkan kepada keyakinan hati nuraninya sendiri maka Hakim dapat menetapkan benar tidaknya bahwa Terdakwa telah melakukan suatu perbuatan sebagaimana yang didakwakan. Sistem ini memberi kebebasan hakim yang terlalu besar, sehingga sulit diawasi. Di samping itu, Terdakwa atau penasihat hukumnya sulit untuk melakukan pembelaan. Dalam hal ini hakim dapat memidana Terdakwa berdasarkan keyakinannya bahwa ia telah melakukan apa yang didakwakan; 3. Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim atas alasan yang logis (Laconviction Raisonnee); Menurut teori ini, Hakim dapat memutuskan seseorang bersalah berdasarkan keyakinannya, keyakinan yang didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan suatu kesimpulan (Conclusie) yang berlandaskan kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu;
Halaman 7 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Keyakinan Hakim tetap memegang peranan penting untuk menentukan kesalahan Terdakwa, tetapi penerapan keyakinan Hakim tersebut dilakukan dengan selektif dalam arti keyakinan Hakim dibatasi dengan ketentuan “Harus didukung oleh alasan-alasan jelas dan rasional dalam mengambil keputusan”; Sistem atau teori pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas karena hakim bebas untuk menyebut alasan-alasan berdasarkan keyakinannya (Vrije bewijstheorie) Sistem atau teori pembuktian jalan tengah atau yang berdasar keyakinan hakim sampai batas tertentu in terpecah kedua jurusan. Yang pertama yang tersebut di atas yaitu pembuktian berdasar keyakinan hakim atas alasan yang logis (conviction raisonnee) dan yang kedua ialah teori pembuktian berdasar undang-undang secara negatif (Negatief wettelijk bewijstheorie); Persamaan antara keduanya ialah keduanya sama-sama berdasarkan atas keyakinan hakim, artinya Terdakwa tidak mungkin dipidana tanpa adanya keyakinan Hakim bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan suatu perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya; Perbedaannya ialah bahwa yang tersebut pertama berpangkal tolak pada keyakinan Hakim, tetapi keyakinan itu harus didasarkan kepada suatu kesimpulan (conclusie) yang logis, yang tidak didasarkan kepada undang- undang, tetapi ketentuan-ketentuan menurut ilmu pengetahuan Hakim sendiri, menurut pilihannya sendiri tentang pelaksanaan pembuktian yang mana yang ia akan pergunakan. Sedangkan yang kedua berpangkal tolak pada aturan- aturan pembuktian yang ditetapkan secara limitatif oleh undang-undang, tetapi hat itu harus diikuti dengan keyakinan Hakim; 4. Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif (Negatief wettelijke bewijs theorie); Pada prinsipnya, sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif menentukan bahwa Hakim hanya boleh menjatuhkan pidana tehadap Terdakwa apabila alat bukti yang digunakan tersebut secara limitatif ditentukan oleh undang-undang dan didukung pula oleh adanya keyakinan hakim terhadap eksistensinya alat-alat bukti tersebut. Sehingga pembuktian kesalahan Terdakwa harus benar-benar berdasarkan fakta persidangan yang sebenar- benarnya, dan yang sejujur-jujurnya tanpa ada subyektifitas hukum sedikitpun yang bisa merugikan terdakwa atau pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perkara; Menurut LILIK MULYADI (Mantan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Utara, yang kini menjabat Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Medan), di dalam membuktikan apakah Terdakwa bersalah atau tidak dalam suatu perkara
Halaman 8 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
pidana, KUHAP di Indonesia menganut sitem pembuktian menurut undang- undang secara negatif. Di dalam sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif (Negatief wettelijke bewujs theorie) terdapat unsur dominan berupa sekurang-kurangnya dua alat bukti yang cukup, sedangkan unsur keyakinan hakim hanya merupakan unsur pelengkap. Jadi dalam menentukan apakah orang yang didakwa melakukan suatu perbuatan pidana tertentu tersebut bersalah atau tidak, haruslah dapat dibuktikan paling sedikit dengan dua jenis alat bukti seperti yang tertuang di dalam KUHAP pasal 183 “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurng-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya”; Yang dimaksud alat bukti yang sah dalam KUHAP Pasal 184 ayat (1) yaitu: a. Keterangan saksi; b. Keterangan ahli; c. Surat; d. Petunjuk, dan e. Keterangan terdakwa; Dr. MOCHAMMAD YAHYA HARAHAP, SH, MH., (Mantan Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan pakar dalam bidang hukum perdata, hukum criminal, hukum arbitrasi/ADR serta hukum hak milik intelektual), berpendapat bahwa hanya alat bukti yang mencapai batas minimal yang memiliki nilai kekuatan pembuktian untuk membuktikan kesalahan Terdakwa. Apabila alat bukti tidak mencapai sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dalam KUHAP, maka pelanggaran itu dengan sendirinya menyampingkan standar Beyond a reasonable doubt (Patokan penerapan standar terbukti secara sah dan meyakinkan) dan pemidanaan yang dijatuhkan dapat dianggap sewenang-wenang; Ditinjau dari perspektif sistem peradilan pidana, perihal pembuktian merupakan hal yang sangat determinan bagi setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam proses pemeriksaan perkara pidana, khususnya dalam hal menilai terbukti atau tidak terbuktinya kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Dalam hal pembuktian ini keterangan korban merupakan hal yang sangat penting, dimana korban adalah mereka yang menderita secara jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan
Halaman 9 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
kepentingan dan hak asasi yang menderita. Namun Keterangan korban saja tidak menjamin bahwa suatu perbuatan pidana itu benar-benar terjadi. Ingat asas “Unus testis nullus testis” (satu saksi bukan saksi) yang artinya bahwa keterangan saksi korban saja tidak cukup membuktikan terjadinya suatu perbuatan pidana, sehingga oleh karenanya harus didukung sekurang- kurangnya 2 (dua) alat bukti yang benar dan sah secara hukum, yang berkesesuaian satu dengan yang lain; 1. KETERANGAN SAKSI; Keterangan saksi dalam pasal 1 angka 27 KUHAP adalah suatu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya. Menurut ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, memberi batasan pengertian keterangan saksi dalam kapasitasnya sebagai alat bukti, adalah “Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.”; Pada umumnya, alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling utama dalam perkara pidana. Boleh dikatakan, tidak ada perkara pidana yang luput dari pembuktian alat bukti keterangan saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana, selalu bersandar kepada pemeriksaan keterangan saksi. Sekurang-kurangnya di samping pembuktian dengan alat bukti yang lain, masih selalu diperlukan pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi; Ditinjau dari segi nilai dan kekuatan pembuktian atau “the degree of evidence” terhadap keterangan saksi, agar keterangan saksi atau kesaksian mempunyai nilai serta kekuatan pembuktian, perlu diperhatikan beberapa pokok ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang saksi. Artinya, agar keterangan seorang saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan pembuktian, harus dipenuhi aturan ketentuan sebagai berikut; A. Harus mengucapkan sumpah atau janji; Hal ini diatur dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP, dan hal ini sudah panjang lebar diuraikan dalam ruang lingkup pemeriksaan saksi. Menurut ketentuan Pasal 160 ayat (3), sebelum saksi memberi keterangan: “wajib mengucapkan” sumpah atau janji; Adapun sumpah atau janji : 1) Dilakukan menurut cara agamanya masing-masing; 2) Lafal sumpah atau janji berisi bahwa saksi akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya. Pada prinsipnya sumpah atau janji wajib diucapkan sebelum saksi memberi
Halaman 10 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
keterangan. Akan tetapi, Pasal 160 ayat (4) memberi kemungkinan untuk mengucapkan sumpah atau janji setelah saksi memberikan keterangan. Dengan dernikian, saat pengucapan sumpah atau janji : 1) Pada prinsipnya wajib diucapkan “sebelum” saksi memberi keterangan; 2) Tapi dalam hal yang dianggap perlu oleh pengadilan, sumpah atau janji dapat diucapkan “sesudah” saksi memberi keterangan; Mengenai saksi yang menolak mengucapkan sumpah atau janji, sudah diterangkan, yakni : 1) Dapat dikenakan sandera; 2) Penyanderaan dilakukan berdasar “penetapan” hakim ketua sidang; 3) Penyanderaan dalam hal seperti ini paling lama empat belas hari (Pasal 161 KUHAP); B. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti; Tidak semua keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti. Keterangan saksi yang mempunyai nilai ialah keterangan yang sesuai dengan apa yang dijelaskan Pasal 1 angka 27 KUHAP : (1) Yang saksi lihat sendiri; (2) Saksi dengar sendiri; (3) Saksi alami sendiri; (4) Serta saksi menyebut alasan dari pengetahuannya itu; Dari penegasan bunyi Pasal 1 angka 27 KUHAP dihubungkan dengan bunyi penjelasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, dapat ditarik kesimpulan : (1) Setiap keterangan saksi di luar apa yang didengarnya sendiri dalam peristiwa pidana yang terjadi atau di luar yang dilihat atau dialaminya dalam peristiwa pidana yang terjadi, keterangan yang diberikan di luar pendengaran, penglihatan, atau pengalaman sendiri mengenai suatu peristiwa pidana yang terjadi, “tidak dapat dijadikan dan dinilai sebagai alat bukti”. Keterangan semacam itu tidak mempunyai kekuatan nilai pembuktian; (2) “Testimonium de auditu” atau keterangan saksi yang ia peroleh sebagai hasil pendengaran dari orang lain, “tidak mempunyai nilai sebagai alat bukti”. Keterangan saksi di sidang pengadilan berupa keterangan ulangan dari apa yang didengarnya dari orang lain, tidak dapat dianggap sebagai alat bukti;
Halaman 11 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
(3) “Pendapat” atau “Rekaan” yang saksi peroleh dari hasil pemikiran, bukan merupakan keterangan saksi. Penegasan ini sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (5) KUHAP. Oleh karena itu, setiap keterangan saksi yang bersifat pendapat atau hasil pemikiran saksi, harus dikesampingkan dari pernbuktian dalam membuktikan kesalahan terdakwa. Keterangan yang bersifat dan berwarna sebagai pendapat dan pemikiran pribadi saksi, tidak dapat dinilai sebagai alat bukti; (4) Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan; Agar keterangan saksi dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu harus yang “dinyatakan” di sidang pengadilan. Hal ini sesuai dengan penegasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP. Kalau begitu, keterangan saksi yang berisi penjelasan tentang apa yang didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri atau dialaminya sendiri mengenai suatu peristiwa pidana, baru dapat bernilai sebagai alat bukti apabila keterangan itu saksi nyatakan di sidang pengadilan. Keterangan yang dinyatakan di luar sidang pengadilan (outside the court) bukan alat bukti, tidak dapat dipergunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa; C. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup; Hal ini terdapat pada prinsip minimum pembuktian yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP. Supaya keterangan saksi dapat dianggap cukup membuktikan kesalahan seorang terdakwa harus dipenuhi paling sedikit atau sekurang-kurangnya dengan dua alat bukti. Keterangan seorang saksi saja, baru bernilai sebagai satu alat bukti yang harus ditambah dan dicukupi dengan alat bukti lain. Jadi, bertitik tolak dari ketentuan Pasal 185 ayat (2) KUHAP, keterangan seorang saksi saja belum dapat dianggap sebagai alat bukti yang cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa, atau “Unus testis nullus testis“; Persyaratan yang dikehendaki oleh Pasal 185 ayat (2) KUHAP adalah : (1) Untuk dapat membuktikan kesalahan terdakwa paling sedikit harus didukung oleh “dua orang saksi”, (2) Atau kalau saksi yang ada hanya terdiri dari seorang saja maka kesaksian tunggal itu harus “dicukupi” atau “ditambah” dengan salah satu alat bukti yang lain; Selanjutnya, dalam praktik agar keterangan saksi mempunyai nilai pembuktian pada dasarnya keterangan saksi tersebut haruslah memenuhi :
Halaman 12 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
1) Syarat Formal : Perihal syarat formal ini dalam praktik asasnya bahwa keterangan saksi harus diberikan dengan di bawah sumpah/janji menurut cara agamanya masing-masing bahwa ia akan memberi keterangan sebenarnya dan tidak lain dari pada yang sebenarnya (Pasal 160 ayat (3) KUHAP); Apabila keterangan seorang saksi tanpa sumpah meskipun sesuai satu sama lain bukanlah merupakan alat bukti. Akan tetapi, jikalau keterangan tersebut selaras dengan saksi atas sumpah, keterangannya dapat dipergunakan sebagai alat bukti sah yang lain (Pasal 185 ayat (7) KUHAP); Asas “Unus testis nullus testis” yang terdapat dalam Pasal 185 ayat (2) yaitu : “Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa Terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya”. Isi pasal ini menjelaskan bahwa satu alat bukti tidak dapat membuktikan bahwa Terdakwa bersalah; 2. Syarat Materiel; Perihal syarat materiel dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1 angka 27 jo Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang ditentukan bahwa : Pasal 1 angka 27 KUHAP : “Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebutkan alasan dan pengetahuannya itu.”; Pasal 185 ayat (1) KUHAP “Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan”; Dengan demikian, jelaslah sudah terhadap pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dan hasil pemikiran saja dan beredar di luar persidangan, bukan merupakan keterangan saksi (Pasal 185 ayat (5) KUHAP); Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi menurut ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP, Hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan aspek-aspek : 1) Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain; 2) Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain; 3) Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan tertentu; 4) Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya;
Halaman 13 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
2. KETERANGAN AHLI : Pentingnya Mempertegas Kedudukan Ahli : Adagium yang menyatakan bahwa hukum selalu berada di belakang realitas masyarakat nampaknya cukup teruji (Das Sollen - Das Sein, bahkan Das Sullen/hukum yang dicita-citakan). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bentuk dari suatu kejahatan menjadi lebih mutakhir dari bentuk konvensionalnya. Hal ini membuat kami para Penasehat Hukum, teringat akan perkataan Raja Sulaiman yang terkenal akan kebijaksanaannya bahwa tidak ada sesuatu hal yang benar-benar baru di dunia ini, karena sesungguhnya hal itu sudah pernah ada sebelumnya; Sebagaimana halnya alat bukti yang ditentukan dalam Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), yaitu Saksi, Surat, Petunjuk dan Keterangan Terdakwa, maka kedudukan Keterangan Ahli sebagai salah satu alat bukti dalam perkara pidana menjadi cukup krusial di era penegakan hukum modern, yang tidak dapat dipisahkan dari kecanggihan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan dalam proses pemeriksaan perkara pidana di Indonesia dianut sistem Pembuktian Negatif (Negatief wettelijke), yang berarti hakim hanya boleh menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana, apabila ada alat bukti yang cukup dengan disertai keyakinan hakim bahwa terdakwa benar-benar bersalah melakukannya; Oleh karena itu, semua pihak dalam suatu perkara pidana, yaitu Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum, Terdakwa dan Penasihat hukum dalam upaya bersama mencari suatu kebenaran yang sesungguhnya (Kebenaran materiil), terikat secara wajib (Imperative) dan terbatas (Limitative) dalam menggunakan alat bukti yang sah, sebagaimana ditentukan dalam KUHAP dan alat bukti lain yang ditentukan dengan kekuatan suatu Undang-Undang, sehingga dapat memberikan dasar yang kuat bagi hakim untuk memperoleh keyakinannya, dalam mengadili suatu perkara pidana; Berkaca dari perkara-perkara yang menarik perhatian masyarakat, hal mana didalamnya terjadi perdebatan ahli dari masing-masing pihak yang mengajukannya, kami berpendapat bahwa kedudukan Keterangan Ahli sebagai salah satu alat bukti dalam suatu perkara pidana perlu kembali diperjelas dan dipertegas dalam suatu penjelasan hukum (restatement). Secara hukum, Keterangan Ahli saja sebagai alat bukti tidak cukup untuk membuktikan seorang terdakwa bersalah atau tidak bersalah, karena substansi dari Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
Halaman 14 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
memiliki keahlian khusus tentang suatu hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana; Keterangan Ahli sebagai suatu alat bukti baru diperlukan manakala dalam suatu proses pemeriksaan di tingkat penyidikan maupun di pengadilan diperhadapkan pada suatu hal/permasalahan yang perlu diberikan penjelasan yang khusus, yang mungkin sebelumnya tidak dapat dimengerti atau dipahami oleh orang awam. Oleh karena itu, baik ahli yang dihadirkan oleh Penuntut Umum maupun Penasihat Hukum wajib memberikan keterangan yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai suatu penyeimbang, karena menurut pendapat dari Mr. TRAPMAN (Ahli Psikhologi Forensik dari Northern University of Canada), posisi Penuntut Umum adalah objektif dengan pendirian yang subjektif, sedangkan dipihak yang berlawanan, yaitu Penasihat Hukum berada dalam posisi subjektif dengan pendirian yang objektif; Kewenangan Hakim Untuk Menilai Keterangan Ahli.; Mengenai siapa saja yang dapat dikualifikasikan sebagai seorang ahli, dalam praktik hukum acara pidana memang tidak diatur lebih lanjut tentang keharusan bahwa ahli adalah seseorang yang telah memperoleh pendidikan khusus atau memperoleh sertifikasi atau ijazah tertentu. Dengan kata lain, sepanjang yang bersangkutan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang khusus mengenai suatu bidang tertentu, ia dapat dihadirkan untuk memberikan keterangan ahli. Akan tetapi menurut hemat kami, Hakim karena jabatannya (Ex officio), sudah sepatutnya dapat memilah, menguji dan menilai kualifikasi seorang ahli, termasuk adanya potensi konflik kepentingan (Conflict of interest) dari ahli tersebut, sehingga objektifitas dari Keterangan Ahli tersebut dapat dipertanggungjawabkan; Dengan tidak adanya batasan yang pasti mengenai kualifikasi dari seorang Ahli, maka tidak jarang dalam praktik, ahli bidang hukum tertentu pun dihadirkan oleh salah satu pihak yang berperkara, padahal menurut asas Ius Curia Novit, hakim dianggap mengetahui (segala) hukum. Dalam praktiknya, keterangan seorang Ahli Hukum seringkali dapat diterima, dengan pertimbangan terbatasnya penguasaan ilmu hukum dan potensi dilaporkannya Majelis Hakim ke Komisi Yudisial karena dianggap mengurangi hak-hak dari pihak yang berperkara untuk membela kepentingan hukumnya; Disinilah peran penting dan kualitas dari para Hakim teruji dalam memimpin jalannya proses pemeriksaan dan pembuktian perkara pidana yang menganut asas “Penggunaan Alat-alat Bukti Secara Langsung (Ommiddelijkheid Der Bewijsvoering).” Dalam posisi yang objektif dengan
Halaman 15 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
pendirian yang objektif pula, Majelis Hakim diberikan kebebasan untuk menguji dan menilai keobyektifitasan keterangan seorang Ahli, karena baik Ahli yang diajukan oleh Penuntut Umum maupun Penasihat Hukum/Terdakwa dapat memiliki kecenderungan untuk menguntungkan pihak yang mengajukannya secara subjektif, termasuk untuk menunjukkan ketegasan manakala salah satu pihak memberikan pertanyaan kepada Ahli yang sifatnya menjerat atau menggiring Ahli untuk memberikan kesimpulan dalam suatu perkara; Keterangan Ahli Tidak Mengikat Hakim : Sesuai uraian di awal, substansi dari kedudukan Keterangan Ahli adalah untuk memperjelas tentang suatu hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana, sehingga Keterangan Ahli sebagai alat bukti tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan alat bukti yang lain untuk dapat dicapainya suatu Keyakinan Hakim. Hal ini sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 72 K/Kr/1961 tertanggal 17 Maret 1962 yang memiliki kaidah hukum bahwa Hakim tidak terikat pendapat seorang Ahli jika pendapat tersebut bertentangan dengan keyakinan Hakim; Tanpa harus “mengambil alih” tugas dari Penuntut Umum, maka peran aktif dari Hakim dalam suatu perkara pidana adalah sangat penting untuk menggali kebenaran materiil, diantaranya untuk mengelaborasi keterangan saksi fakta dan menganalisa perbuatan, kejadian dan keadaan yang memiliki persesuaian yang menandakan telah terjadinya suatu tindak pidana yang dapat dipertanggungjawabkan oleh pelakunya, atau yang biasa disebut sebagai Petunjuk, karena agak sulit untuk mengandalkan keterangan Terdakwa sebagai alat bukti, yang oleh undang-undang telah diberikan “hak ingkar” bagi Terdakwa dari dakwaan yang dituduhkan kepadanya. Fiat justitia ne pereat mundus, tegakkanlah keadilan agar dunia tidak runtuh; Definisi keterangan ahli menurut Pasal 1 angka 28 KUHAP adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan; Dalam perkara pidana, keterangan ahli diatur dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) yang menyatakan bahwa alat bukti yang sah dalam pengadilan pidana salah satunya adalah keterangan ahli. Lebih lanjut Pasal 186 KUHAP yang mengatakan bahwa Keterangan Ahli ialah apa yang seorang Ahli nyatakan di sidang pengadilan; Mengenai peran Ahli dalam memberikan keterangannya dalam
Halaman 16 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
pemeriksaan di persidangan terdapat dalam sejumlah peraturan dalam KUHAP, antara lain : Pasal 132 ayat (1) KUHAP : Dalam hal diterima pengaduan bahwa sesuatu surat atau tulisan palsu atau dipalsukan atau diduga palsu oleh penyidik, maka untuk kepentingan penyidikan, oleh penyidik dapat dimintakan keterangan mengenai hal itu dari orang Ahli; Pasal 133 ayat (1) KUHAP : Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan Keterangan Ahli kepada Ahli Kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya; Pasal 179 ayat (1) KUHAP : Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai Ahli Kedokteran Kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan; Terkait dengan Pasal 179 ayat (1) KUHAP ini, Prof. Dr. MOCHAMMAD YAHYA HARAHAP, SH., MH., dalam bukunya Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP mengatakan bahwa biasanya yang dimaksud “ahli kedokteran kehakiman ialah ahli forensik atau ahli bedah mayat”. Akan tetapi pasal itu sendiri tidak membatasinya hanya Ahli Kedokteran Kehakiman saja, tetapi meliputi ahli lainnya (Hal. 229); Melihat dari aturan dalam KUHAP di atas, sepanjang penelusuran kami, KUHAP tidak mengatur khusus mengenai apa syarat didengarkannya keterangan ahli dalam pemeriksaan di pengadilan. Adapun yang disebut dalam KUHAP adalah selama ia memiliki ‘keahlian khusus’ tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana dan diajukan oleh pihak-pihak tertentu, maka keterangannya bisa didengar untuk kepentingan pemeriksaan; Sayangnya, KUHAP maupun peraturan pelaksananya, lagi- lagi berdasarkan penelusuran kami, tidak mengatur lebih lanjut mengenai “Keahlian khusus”. Namun dalam praktik, keahlian khusus ini bisa ditunjukkan dari pengalaman dan/atau pengetahuan sang Ahli atas bidang tertentu; Contoh kasus yang membutuhkan keterangan ahli adalah kasus korupsi. Dalam artikel berjudul Peranan Alat Bukti Keterangan Ahli Dalam Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi yang dibuat berdasarkan pengkajian studi kepustakaan dan diskusi di antara anggota tim pengkaji Kejaksaan Agung Republik Indonesia dikatakan bahwa seorang ahli memberikan keterangan
Halaman 17 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
bukan mengenai segala hal yang dilihat, didengar dan dialaminya sendiri, tetapi mengenai hal-hal yang menjadi atau di bidang keahliannya yang ada hubungannya dengan perkara yang sedang diperiksa; Keterangan Ahli adalah suatu penghargaan dan kenyataan dan/atau kesimpulan atas penghargaan itu berdasarkan keahliannya. Apabila keterangan ahli diberikan pada tingkat penyidikan, maka sebelum memberikan keterangan, Ahli harus mengucapkan sumpah atau janji terlebih dahulu; Lebih lanjut dalam artikel tersebut dikatakan bahwa KUHAP tidak menyebut kriteria yang jelas tentang siapa itu Ahli. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat maka tidak terbatas banyaknya keahlian yang dapat memberikan keterangan sehingga pengungkapan perkara akan semakin terang, terutama menyangkut tindak pidana korupsi. Seorang ahli umumnya mempunyai keahlian khusus di bidangnya baik formal maupun informal karena itu tidak perlu ditentukan adanya pendidikan formal, sepanjang sudah diakui tentang keahliannya. Hakimlah yang menentukan seorang itu sebagai Ahli atau bukan melalui pertimbangan hukumnya. Keterangan Ahli mempunyai visi apabila apa yang diterangkan haruslah mengenai segala sesuatu yang masuk dalam ruang lingkup keahliannya yang diterangkan mengenai keahliannya itu adalah berhubungan erat dengan perkara pidana yang sedang diperiksa; Contoh lain kasus mengenai didengarkannya keterangan Ahli dalam pemeriksaan di pengadilan, yakni perkara yang berhubungan dengan delik pers. Dalam artikel Aparat Penegak Hukum Diminta Merujuk pada SEMA No. 13 Tahun 2008 dikatakan bahwa mengingat banyaknya perkara delik pers yang masuk pengadilan, Mahkamah Agung (“MA”) menyarankan kepada para Hakim untuk meminta keterangan dari Ahli di bidang pers. Dalam penanganan/pemeriksaan perkara-perkara yang terkait dengan delik pers, hendaknya majelis mendengar/meminta keterangan saksi Ahli dari Dewan Pers, karena merekalah yang lebih mengetahui seluk beluk pers tersebut secara teori dan praktek; 3. Alat Bukti Surat : Pengertian dari surat menurut hukum acara pidana tidak secara definitive diatur dalam satu pasal khusus, namun dari beberapa pasal dalam KUHAP tetang alat bukti surat, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan surat adalah alat bukti tertulis yang harus dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah; Ada beberapa jenis surat dalam hukum acara pidana, tercantum dalam Pasal 187 KUHAP, sebagai berikut :
Halaman 18 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau dibuat dihadapannya yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat / dialami sendiri disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu, contoh : Akta Notaries, Akta jual beli oleh PPAT dan Berita acara lelang; 2) Surat yang dibuat menurut ketentuan perundang-undangan atau surat yang dibuat pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan, contoh ; BAP, paspor, kartu tanda penduduk dll. 3) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahlian mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi darinya, contoh ; visum et revertum; Walaupun sering dikategorikan sebagai keterang ahli, namun visum et revertum juga dapat merupakan alat bukti surat. (Hal ini oleh M. YAHYA HARAHAP disebut sifat dualisme alat bukti keterangan ahli); Walaupun banyak perpedaan pendapat mengenai visum et revertum ini, namun tidak mempengaruhi nilai pembuktiannya sebagai alat bukti sah di pengadilan, baik ia sebagai alat bukti surat maupun keterangan ahli, yang jelas visum et revertum tidak dapat dihitung sebagai dua alat bukti; 4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain, contoh ; surat-surat dibawah tangan; Selain jenis surat yang disebut pada pasal 187 KUHAP, dikenal 3 (tiga) macam surat, sebagai berikut : 1. Akta autentik, adalah suatu akte yang dibuat dalam suatu bentuk tertentu dan dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berkuasa untuk membuatnya di wilayah yang bersangkutan; 2. Akta dibawah tangan, yakni akte yang tidak dibuat di hadapan atau oleh pejabat umum tetapi dibuat sengaja untuk dijadikan bukti; 3. Surat biasa, yakni surat yang dibuat bukan untuk dijadikan alat bukti; Nilai pembuktian surat : Bahwa surat resmi/surat autentik yang diajukan dan dibacakan di sidang pengadilan merupakan alat bukti surat sedangkan surat biasa mempunyai nilai pembuktian alat bukti petunjuk jika isi surat tersebut bersesuaian dengan alat bukti sah lain;
Halaman 19 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Kekuatan pembuktian surat : Alat bukti surat resmi/autentik dalam perkara pidana berbeda dengan perdata. Memang isi surat resmi bila diperhatikan dari segi materilnya berkekuatan sempurna, namun pada prakteknya Terdakwa dapat mengajukan bukti sangkalan terhadap Akta Autentik tersebut. Kekuatan pembuktian dari alat bukti surat adalah kekuatan pembuktian bebas seperti halnya kekuatan pembuktian alat bukti lainnya, disini Hakim bebas menentukan apakah alat alat bukti surat tersebut berpengaruh dalam membentuk keyakinan ataupun tidak. Walaupun begitu bukan berarti Hakim bisa menyangkal tanpa alasan suatu alat bukti surat yang sudah terbukti kebenarannya dan bersesuaian dengan alat-alat bukti lainnya; 4.Alat Bukti Petunjuk : Kekuatan pembuktian alat bukti petunjuk berupa sifat dan kekuatannya dengan alat bukti yang lain. Kekuatan pembuktian petunjuk oleh Hakim tidak terikat atas kebenaran persesuaian yang diwujudkan oleh petunjuk. Oleh karena itu Hakim bebas menilainya dan mempergunakannya sebagai upaya pembuktian; Demikian juga alat bukti petunjuk tidak dapat berdiri sendiri untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Tetap terikat pada prinsip batas minimal pembuktian. Petunjuk nanti dapat dikatakan mempunyai nilai kekuatan pembuktian cukup harus didukung dengan sekurang-kurangnya dengan satu alat bukti yang lain; 5.Keterangan Terdakwa : Hakim tidak terikat pada nilai kekuatan pada alat bukti keterangan Terdakwa. Hakim bebas menilai kebenaran yang terkandung di dalamnya. Hakim dapat menyingkirkan atau menerima sebagai alat bukti dengan mengemukakan alasannya; Keterangan Terdakwa juga harus disesuaikan dengan batas minimal pembuktian, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 189 ayat 4 “keterangan terdakwa saja tidak cukup membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya melainkan harus dibuktikan dengan alat bukti yang lain.”; Sekalipun keterangan terdakwa telah memenuhi syarat batas minimum pembuktian, tetap masih harus dibarengi dengan keyakinan hakim, bahwa memang benar adanya terdakwa yang bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;
Halaman 20 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Yang mulia Majelis Hakim, Yang terhormat Saudara Jaksa Penuntut Umum, Yang terhormat Saudara Panitera Pengganti, Yang terhotmat segenap pengunjung persidangan, Dengan uraian pembuktian alat bukti di atas jelas nampak perbedaannya dengan kekuatan pembuktian dalam hukum acara perdata sebagimana ditegaskan dalam Pasal 1866 KUH perdata/ Pasal 164 HIR (tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah). Dalam proses hukum acara pidana tidak ada alat bukti yang dapat dikategorikan sebagai murni kekuatan pembuktiannya sempurna (Volledig), mengikat (Bindend) dan menentukan (Dwingende, bellisend). Beda halnya dengan alat bukti tulisan dalam hukum acara perdata, akta otentik dan pengakuan sering kali dikategorikan sebagai alat bukti yang sempurna, mengikat dan menentukan, sepanjang tidak ada bukti lawan (Tegen bewijs); Dalam hubungannya dengan Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, maka banyak sekali kita temui hal-hal yang kurang memenuhi syarat formil sebagaimana kami para Penasehat Hukum uraikan di atas. Hal itu dapat dilihat dari : 1.Keterangan Dalam Persidangan : Pada Surat tuntutan yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum halaman 7 baris ke 12 tertulis: “Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan di persidangan secara berturut-turut berupa keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, surat, keterangan terdakwa, petunjuk dan barang bukti .... (dan seterusnya)” Dengan demikian semua yang disebutkan oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut harus dianggap bahwa sebagai fakta persidangan yang disajikan oleh Jaksa Penuntut Umum kepada yang mulia Majelis Hakim untuk dijadikan pertimbangan dalam memutuskan perkara. Dan semua yang telah ditulis oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut akan melekat hingga pengadilan yang lebih tinggi yang tidak mungkin lagi melakukan pemeriksaan fakta. Untuk itu kami perlu mengupas apa yang telah disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya, yaitu: 1) Keterangan saksi ANDANG KURNIAWAN : Di dalam Surat tuntutan Hal. 9 disebutkan: “Bahwa dalam persidangan telah diperlihatkan barang bukti 1 (satu) buah unit sepeda Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009 warna
Halaman 21 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
merah marun, No. Pol : AD-4463-YJ, No. Ka : MH314D0029K375551, No. Sin : 14D375738, beserta STNK atas nama Niken Endah Subekti alamat : Groyokan RT 01, RW 09, Ds. Kemudo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten, atas barang bukti tersebut saksi menerangkan jika sepeda motor tersebut sebagai salah satu yang digunakan para terdakwa ketika mendatangi Hotel Srikandi, Prambanan.” Fakta yang sesungguhnya dalam persidangan yang didukung oleh alat perekam persidangan: a.Saksi tidak pernah memberikan kesaksian seperti tertulis dalam Surat Tuntutan di atas. b.Sepeda motor yang diterangkan dalam keterangan saksi di atas tidak pernah dihadirkan di muka persidangan; c.Ketika di dalam persidangan diminta untuk membuktikan, Jaksa Penuntut Umum tidak dapat membuktikan bahwa sepeda motor tersebut digunakan dalam kegiatan perkara a quo. Karena memang tidak pernah digunakan oleh Terdakwa dalam perkara a quo, namun oleh Penyidik nekat disita sebagai barang bukti. 2) Keterangan Terdakwa ANGGA ARY TINARKO bin AGUS BAHTIAR : Di dalam Surat Tuntutan Hal. 41 baris ke 21 – 24 disebutkan: “selanjutnya Sdr. SUDARNO alias SULIS bin WASINO bersama terdakwa, Sdr GATOT TEGUH SANTOSA, dan Sdr. SUROTO menuju kamar para tamu tersebut tanpa diantar petugas hotel, lalu pintu di gedor-gedor sampai dibuka oleh para tamu yang berada di dalam kamar tersebut” Fakta yang sesungguhnya dalam persidangan yang didukung oleh alat perekam persidangan: a. Terdakwa tidak pernah memberikan keterangan di muka persidangan seperti yang ditulis oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut; b. Para Terdakwa ketika diperiksa di muka persidangan diperiksa secara bersama-sama, sehingga mustahil jika keterangan para Terdakwa tidak sesuai. Namun faktanya keterangan terdakwa satu dengan yang lain oleh Jaksa Penuntut Umum berbeda-beda; Implikasi hukum : Keterangan yang disampaikan dalam surat tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM sebagai fakta persidangan adalah keterangan yang tidak sebenarnya atau keterangan palsu, yang sama sekali tidak sesuai dengan fakta persidangan. Atau mungkin keterangan itu didapatkan dari imajinasi kosong, yang sama sekali tidak pernah terjadi di persidangan. Atau jangan-jangan surat tuntutan disusun berdasarkan atas bisikan ghaib sehingga sama sekali
Halaman 22 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
bertentangan dengan fakta yang sesungguhnya??? Dan lagi JAKSA PENUNTUT UMUM dalam surat tuntutannya juga tidak mengulas tentang persidangan tanggal berapa peristiwa hukum sebagaimana surat tuntutan halaman 9 tersebut terjadi. Sehingga oleh karenanya Surat Tuntutan yang tidak sesuai dengan fakta hukum yang sesungguhnya haruslah dianggap batal demi hukum; Suatu Surat Tuntutan adalah produk hukum yang menentukan kesalahan sesorang dalam suatu perbuatan pidana. Uraian di dalam Surat Tuntutan harus berdasarkan logika hukum yang jelas. Logika hukum (Legal reasoning) mempunyai dua arti, yakni arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, logika hukum berhubungan dengan aspek psikologis yang dialami Hakim dalam membuat suatu penalaran dan putusan hukum. Logika hukum dalam arti sempit, berhubungan dengan kajian logika terhadap suatu putusan hukum, yakni dengan melakukan penelaahan terhadap model argumentasi, ketepatan dan kesahihan alasan pendukung putusan. Prof. Dr. MUNIR FUADY, S.H., M.H., LL.M., (Seorang sarjana hukum (S.H.) dari Universitas Syiah Kuala (1979), mendalami hukum agraria pada Universitas Sumatra Utara, Medan (1980); lulus magister hukum (M.H.), Universitas Indonesia (1984); mengikuti short course pada Law School, University of California, USA (1986); lulus master of laws (LL.M.), Southern University, Dallas, USA (1988); kandidat doktor ilmu hukum, Universitas Indonesia (1990); dan lulus doktor ilmu hukum dari Universitas Parahyangan, Bandung, dengan predikat cum laude pada Tahun 2004) menjelaskan bahwa logika dari ilmu hukum yang disusun oleh hukum mencakup beberapa prinsip diantaranya; 1) Prinsip eksklusi : adalah suatu teori yang memberikan pra anggapan bahwa sejumlah putusan independen dari badan legislatif merupakan sumber bagi setiap orang, karenanya mereka dapat mengidentifikasi sistem; 2) Prinsip subsumption : adalah prinsip di mana berdasarkan prinsip tersebut ilmu hukum membuat suatu hubungan hierarkhis antara aturan hukum yang bersumber dari legislatif superior dengan yang inferior; 3) Prinsip derogasi : adalah prinsip-prinsip yang merupakan dasar penolakan dari teori terhadap aturan-aturan yang bertentangan dengan aturan yang lain dengan sumber yang lebih superior;
Halaman 23 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
4) Prinsip kontradiksi : adalah adalah prinsip-prinsip yang merupakan dasar berpijak bagi teori hukum untuk menolak kemungkinan adanya kontradiksi di antara peraturan yang ada; Dapat dikatakan bahwa pengertian dari logika hukum (legal reasoning) adalah penalaran tentang hukum yaitu pencarian “reason” tentang hukum atau pencarian dasar tentang bagaimana seorang Hakim memutuskan perkara/ kasus hukum, seorang Advokat mengargumentasikan hukum dan bagaimana seorang Jaksa membuat surat tuntutan; Logika hukum dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk mencari dasar hukum yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan hukum (perjanjian, transaksi perdagangan, dll) ataupun yang merupakan kasus pelanggaran hukum (Pidana, perdata, ataupun administratif) dan memasukkannya ke dalam peraturan hukum yang ada, seperti putusan, tuntutan, atau pembelaan hukum; Logika hukum berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran atau ketepatan dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah suatu bentuk dari pemikiran. Penalaran tersebut bergerak dari suatu proses yang dimulai dari penciptaan konsep (Conceptus), diikuti oleh pembuatan pernyataan (Propositio), kemudian diikuti oleh penalaran (Ratio cinium, reasoning). Sehingga berdasarkan teori tersebut, patut diduga bahwa perkara ini merupakan suatu rekayasa dari orang-orang atau kelompok tertentu yang didasarkan pada rasa like and dislike (Suka dan tidak suka), untuk mendiskreditkan para Terdakwa, yang memiliki aktifitas kepedulian terhadap penyakit masyarakat, yang tentu saja memiliki konflik kepentingan dengan orang-orang atau kelompok tertentu yang memiliki kepentingan berbeda dengan niat mulia para Terdakwa. Marilah kita mencoba menghitung bobot kepentingan antara mempidanakan seseorang yang memiliki niat mulia terhadap suatu kondisi masyarakat yang yang sangat memprihatinkan karena tercemar dan nyaris hancur akibat perbuatan asusila yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan norma agama, serta pemidanaan yang membabi buta yang seolah-olah melegalkan suatu perbuatan maksiat terjadi di tengah masyarakat. Masyarakat yang lemah hanya mampu membuat seruan-seruan tanpa daya demi menyelamatkan kehidupan sosial dan generasi muda penerusnya. (Bukti PL – 1) Kita sebagai penegak hukum tentunya sering melihat dan menyaksikan suatu kehancuran rumah tangga yang diawali dengan perselingkuhan,
Halaman 24 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
perzinahan, dan lain sejenisnya. Berapa banyak anak-anak yang menjadi korban atas kehancuran rumah tangga orang tuanya, yang bila mereka salah dalam melakukan adaptasi, akan mengalami degradasi moral yang mengarah kepada perbuatan pidana lainnya yang lebih memprihatinkan. Kita sebagai masyarakat Indonesia yang beragama dan ber-Pancasila, akankah diam melihat suatu kehancuran masa depan anak-anak bangsa terjadi didepan mata kita. Na'udzubillahi min dzalik!!! Kekhawatiran yang nyata adalah apabila mereka-mereka yang memiliki kepentingan sesaat dalam mengacak-acak norma agama dan kesusilaan tersebut, berlindung dibalik wibawa hukum suatu institusi negara, sehingga keadaan justru berbalik dengan memenjarakan suatu gerakan amal ma'ruf nahi munkar untuk menyelamatkan kepentingan yang jaaaauuhhh lebih besar... astaghfirullaahal 'adzim! Ini adalah tugas kita sebagai penegak hukum, ... dengan mengucap bismillahirrohmaanirrohiim, kita wajib mencari sumber dari segala sumber kebenaran hakiki sehingga dapatlah kita menemukan bagaimana rekayasa hukum ini bisa terjadi. Allahu Akbar !!! Allahu Akbar !!! Allahu Akbar !!!!; 2. Alat Bukti Surat : Tentang Laporan Polisi No. LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/Sek.Prb. tanggal 22 Desember 2017 sekira jam 16.10 Wib yang ditandatangani Andang Kurniawan sebagai Pelapor dengan Penerima Laporan Sulaiman Aiptu NRP 61070508 dan diketahui atau disahkan oleh Kepala SPKT II Mulyono Aiptu NRP 60050469; Dalam persidangan perkara a quo tanggal 22 Maret 2017 kita dapatkan suatu fakta persidangan bahwa : Saksi ANDANG KURNIAWAN menerangkan tidak pernah berniat melaporkan para terdakwa. Saksi datang ke Polsek Prambanan tanggal 22 Desember 2017 sekira jam 16.20 wib hanya melaporkan tentang adanya kejadian di Hotel Srikandi, tidak melakukan kegiatan lain, seperti menandatangani surat atau kegiatan sejenisnya, kemudian kembali ke hotel. Hari berikutnya, tanggal 23 Desember 2017, saksi diundang oleh aparat Kepolisian yang saksi tidak mengetahui nama pastinya, untuk datang ke Polsek Prambanan pada pukul 10.00 WIB. Pada saat saksi datang memenuhi panggilan tersebut, saksi diminta untuk menandatangani surat yang saksi tidak tahu isi dari surat tersebut. Baru di kemudian hari, yaitu pada sidang perkara a quo saksi baru tahu bahwa surat yang ditanda tangani pada tanggal 23
Halaman 25 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Desember 2018 adalah surat Laporan Polisi No. LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/Sek.Prb. tanggal 22 Desember 2017. Dan dalam hal ini jelas dan nyata, bahwa pembuatan surat laporan polisi tersebut seolah-olah dipaksakan, dengan maksud dan tujuan yang tidak beralasan dan tidak jelas, sehingga oleh karenanya hukum wajib mencari fakta yang sesungguhnya kenapa hal itu terjadi. Ada kepentingan apa di balik upaya kriminalisasi tersebut????. Implikasi hukum : Karena JAKSA PENUNTUT UMUM tidak pernah membantah atau menghadirkan saksi lain yang membantah keterangan saksi Andang Kurniawan, dengan demikian berdasarkan fakta persidangan sebagaimana telah kami uraikan di atas, sudah sepantasnya hukum menganulir surat Laporan Polisi No. LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/Sek.Prb. tanggal 22 Desember 2017 tersebut, karena bertentangan dengan kaidah hukum yang sesungguhnya. Dan oleh karenanya pembuatan Laporan Polisi No. LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/ Sek.Prb. tanggal 22 Desember 2017 adalah harus dinyatakan cacat materiil maupun formil, dan harus dinyatakan batal demi hukum; Karena semua administrasi perkara yang berkaitan dengan perkara a quo merujuk kepada Laporan Polisi No. LP/B/31/XII/2017/Jateng/Res.Klt/Sek.Prb. tanggal 22 Desember 2017, sehingga oleh karenanya segala administrasi perkara yang terjadi sebagai akibat dari surat tersebut haruslah dianggap batal demi hukum. Surat-surat tersebut menjadi satu dalam berkas perkara yang diajukan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM untuk menyusun perkara ini agar dapat disidangkan dalam pengadilan yang mulia ini, yaitu: (1) Surat Nomor: SPDP/129/XII/2017/Reskrim tanggal 23 Desember 2017 perihal Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan; (2) Surat Perintah Penyidikan Nomor: SP.Sidik/578/XII/2017/Reskrim tertanggal 23 Desember 2017; (3) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) ANDANG KURNIAWAN tertanggal 23 Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 19 Januari 2018; (4) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) Ir. ISA NURNUSANTO tanggal 23 Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 28 Desember 2017 dan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 23 Januari 2018;
Halaman 26 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
(5) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUSIANA tertanggal 23 Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 23 Januari 2018; (6) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) JUMALI bin JOYO PAWIRO tanggal 23 Desember 2017, yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 28 Desember 2017, dan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 23 Januari 2018; (7) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUBANDINI bin MARJO DIYONO tanggal 23 Desember 2017, yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 28 Desember 2017, Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 19 Januari 2018; (8) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) WIDODO, tanggal 24 Desember 2017, yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 30 Januari 2018, dan Berita Acara Penyumpahan Saksi tanggal 30 Januari 2017; (9) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) MUJIANA tanggal 23 Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 08 Pebruari 2018; (10) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SIGIT HARYONO, tanggal 24 Desember 2017, yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Saksi) tanggal 19 Januari 2018; (11) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) MIKAEL BAGAS PANGESTU tanggal 24 Desember 2017; (12) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) TRI HARYANTI, tanggal 28 Desember 2017; (13) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SITI WAHYUNI tanggal 28 Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) TRI HARYANTI tanggal 31 Januari 2017; (14) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) ANTON AGUS RISHARTONO tanggal 28 Desember 2017 yang dilanjutkan dengan Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji tanggal, 28 Desember 2017; (15) Surat Nomor: B/1453/XII/2017/Reskrim tanggal 23 Desember 2017 perihal Permintaan Keterangan Ahli; (16) Berita Acara Pemeriksaan (Keterangan Ahli) tanggal 23 Desember 2017; (17) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUYONO tanggal 31 Desember 2017; (18) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) BAROZI SH, MH tanggal 02 Januari 2018;
Halaman 27 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
(19) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUYADI als ABU FATIH tanggal 18 Januari 2018; (20) Berita Acara Pemeriksaan (Keterangan Ahli) LILIK YUNANTO, S.P tanggal 20 Januari 2018; (21) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) F.X. HENDRO SANTOSO tanggal 26 Januari 2018; (22) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUDARNO alias SULIS bin WASINO tanggal 24 Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Tersangka) tanggal 05 Pebruari 2018; (23) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) SUROTO als SUKAR bin PARTO WIYONO (Alm), tanggal 25 Desember 2017 yang dilanjutkan dengan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Tersangka), tanggal 05 Pebruari 2018; (24) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) GATOT TEGUH SANTOSO bin MUJIYONO tanggal 25 Desember 2017 yang dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Tersangka) tanggal 05 Pebruari 2018; (25) Berita Acara Pemeriksaan (Saksi) ANGGA ARY TINARKO bin AGUS BAHTIAR tanggal 25 Desember 2017, dilanjutkan Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Tersangka) tanggal 06 Pebruari 2018; (26) Surat Perintah Penangkapan Nomor SP.Kap/128/XII/2017/Reskrim tanggal 24 Desember 2017; (27) Surat Perintah Penahanan Nomor SP.Han/96/XII/2017/Reskrim tanggal 25 Desember 2017; (28) Surat Perintah Penahanan Nomor SP.Han/97/XII/2017/Reskrim tanggal 25 Desember 2017; (29) Surat Perintah Penahanan Nomor SP.Han/99/XII/2017/Reskrim tanggal 25 Desember 2017; (30) Surat Perintah Pengalihan Tempat Penahanan Nomor SP.Han/98.e/XII/ 2017/Reskrim tanggal 26 Desember 2017; (31) Surat Perpanjangan Penahanan Nomor 05/0.3.19/.1/Epp.1/01/2018, Tanggal 10 Januari 2018; (32) Surat Perpanjangan Penahanan Nomor: 07/0.3.19/.1/Epp.1/01/2018. Tanggal 10 Januari 2018; dan dengan batalnya surat-surat dalam administrasi perkara a quo, maka sudah sepantasnya perkara a quo dianulir, dan negara wajib mengembalikan atau memulihkan nama baik para tersangka (Rehabilitasi), dan sesegera mungkin membebaskan para terdakwa dari segala tuntutan;
Halaman 28 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
3.Tinjauan Hukum Terhadap Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum : JAKSA PENUNTUT UMUM menuntut para terdakwa berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang, Pasal 82A ayat (1) : “Setiap orang yang menjadi anggota dan/atau pengurus Ormas yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) huruf c dan huruf d dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun; Bunyi pasal 59 ayat (3) huruf c dan huruf d adalah : c. melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial; dan/atau d. melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Dalam perkara a quo JAKSA PENUNTUT UMUM dalam menyusun tuntutan menggunakan unsur pasal 59 ayat (3) huruf d, yang ditulis oleh pada halaman 46 Surat tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM: “Dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung, melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.” Setiap undang-undang pasti disertai dengan penjelasan yang melekat menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan, dan diletakkan dalam Lembaran Negara yang sama. Dalam penjelasan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang -Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang, pasal 59 ayat (3) huruf d. dijelaskan bahwa : “Yang dimaksud dengan "kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum" adalah tindakan penangkapan, penahanan dan membatasi kebebasan bergerak seseorang karena latar belakang etnis, agama dan kebangsaan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.” Di dalam penjelasan tersebut sangat jelas dan tegas tanpa ada penafsiran lain bahwa kegiatan yang dilarang karena itu merupakan tugas dan
Halaman 29 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
wewenang penegak hukum adalah tindakan penangkapan, penahanan dan membatasi kebebasan bergerak seseorang karena latar belakang etnis, agama dan kebangsaan. Penjelasan pasal 59 ayat (3) huruf d. tersebut menjelaskan berlakunya hukum terhadap perbuatan penangkapan, penahanan dan membatasi kebebasan mensyaratkan adanya penyebab yaitu karena latar belakang etnis, agama dan kebangsaan. Dalam hubungannya dengan perkara a quo, selama ini dalam proses pembuktian di persidangan, tidak pernah ditemukan adanya unsur tindakan penangkapan, penahanan dan membatasi kebebasan bergerak seseorang karena latar belakang etnis, agama dan kebangsaan. Sehingga oleh karenanya secara jelas, tegas, dan nyata di persidangan terbukti bahwa para terdakwa tidak melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, melalui surat dakwaannya dan melalui surat tuntutannya. Atau dengan jelas, tegas, dan nyata, terbukti di persidangan bahwa apa yang menjadi latar belakang perbuatan para Terdakwa dalam melakukan kegiatan yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum tidak ada satupun yang memenuhi unsur dalam penjelasan pasal 59 ayat (3) huruf d tersebut, baik itu unsur perbuatan “penangkapan, penahanan, atau membatasi kebebasan bergerak, maupun unsur syarat, yaitu adanya latar belakang etnis, agama dan kebangsaan; Dengan demikian jelas dan tegas bahwa dalam hal ini Jaksa Penuntut Umum gagal membuktikan perbuatan yang dilakukan para Terdakwa sesuai dengan surat dakwaannya, dan surat tuntutan yang dibuat oleh JAKSA PENUNTUT UMUM sangat bertentangan dengan upaya pembuktian selama dalam persidangan perkara a quo. Sehingga oleh karenanya terbukti dengan sangat jelas dan meyakinkan bahwa para Terdakwa sama sekali tidak terbukti melakukan perbuatan sebagaimana dalam surat dakwaan dan surat tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM, yang oleh karenanya mohon dengan segala kerendahan hati, agar Majelis Hakim dengan arif dan bijaksana membatalkan Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, dan Surat Dakwaannya, dan dengan serta merta, demi hukum membebaskan para terdakwa dari segala tuntutan; 4.Tinjuan Hukum Terhadap Segala Peristiwa Hukum Dalam Penanganan Perkara A Quo : Dalam penanganan perkara a quo para Terdakwa melalui penasehat hukumnya pernah mengajukan eksepsi, dengan materi sebagai berikut : (1) Surat Dakwaan No. Reg. Perk. PDM - /KLTEN/Ep.2/02/2018 yang disampaikan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM dengan cara diucapkan dengan membaca pada sidang tanggal 1 Maret 2018 tidak ada nomernya,
Halaman 30 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
dan tidak dilakukan errata atau pembetulan. Sehingga sebagai surat yang menggunakan kepala surat KEJAKSAAN NEGERI KLATEN “UNTUK KEADILAN” tidak mengikuti tata administrasi yang benar sebagai institusi negara sehingga dapat dinilai bahwa Surat Dakwaan tersebut mal administrasi oleh karenanya mohon untuk ditetapkan Dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal demi hukum; (2) Pada persidangan perkara a quo tanggal 12 Maret 2018 Penuntut Umum telah mengucapkan/membacakan Tanggapannya di dalam persidangan atas Eksepsi yang kami sampaikan pada persidangan sebelumnya. Pada halaman 4 Penuntut Umum menyatakan: “Bahwa pada hari Kamis tanggal 01 Maret 2018 Penuntut Umum telah menghadirkan para Terdakwa untuk pelaksanaan sidang di Pengadilan Negeri Klaten. Hal tersebut sesuai penetapan Hakim Ketua pemeriksa perkara pidana Nomor: 37/Pid.Sus/2018/PN.KLN tertanggal 21 Pebruari 2018. Bahwa dalam menghadirkan para Terdakwa ke persidangan, Penuntut Umum telah melakukan pemanggilan secara prosedural kepada para Terrdakwa melalui Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten, yaitu melalui Surat Nomor: B-33/0.3.19/02/2018 yang ditandatangani oleh Sdr. Novan Bernadi, SH Kepala Seksi Tindak Pidana Umum selaku Penuntut Umum. Bahwa surat panggilan telah disampaikan secara baik oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten kepada para Terdakwa, hal tersebut terbukti dengan hadirnya para Terdakwa serta Terdakwa lainnya yang akan menjalani sidang pada hari Kamis tanggal 01 Maret 2018 di Pengadilan Negeri Klaten.” Pernyataan yang disampaikan oleh Penuntut Umum tersebut tanpa didukung satupun alat bukti sehingga menimbulkan pertanyaan: Wujud surat Nomor: B-33/0.3.19/02/2018 tersebut seperti apa? Tanggal berapa surat tersebut dibuat? Kapan surat tersebut disampaikan ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten? Siapa yang menyampaikan? Siapa yang menerima? Kapan surat tersebut disampaikan kepada Terdakwa? Atas dasar pertanyaan tersebut kami melakukan investigasi ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten dan pada tanggal 15 Maret 2018, kemudian kami mengirimkan surat secara tertulis menanyakan surat panggilan dari Kejaksaan Negeri Klaten kepada para terdakwa untuk sidang sidang tanggal 1 Maret 2018, sesuai dengan ketentuan:
Halaman 31 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Pasal 146 ayat (1) KUHAP: “Penuntut umum menyampaikan surat panggilan kepada terdakwa yang memuat tanggal, hari, serta jam sidang dan untuk perkara apa ia dipanggil yang harus sudah diterima oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya tiga hari sebelum sidang dimulai.” Pasal 145 ayat (3) KUHAP: “Dalam hal terdakwa ada dalam tahanan surat panggilan disampaikan kepadanya melalui pejabat rumah tahanan negara”; Pada tanggal 22 Maret 2018 kami mendapatkan jawaban tertulis dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Klaten yang ditandatangani dan distempel basah oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Klaten, TURYANTO, NIP. 1961 0607 198203 1 002, yang isinya menginformasikan sebagai berikut: “Bahwa Tahanan an. SUDARNO, DKK (4 orang) pada hari Kamis tanggal 1 Maret 2018 telah menjalani sidang yang pertama di Pengadilan Negeri Klaten dan pada hari sebelumnya tidak ada surat pemberitahuan / surat panggilan sidang untuk masing-masing tahanan, akan tetapi kami menerima surat permintaan pengeluaran tahanan untuk sidang di Pengadilan Negeri an. SUDARNO, dkk Nomor: B-32/0.3.19/Ep.1/03/2018 tanggal 28 Februari 2018 dari Kejaksaan Negeri Klaten.” ------------------------------------------(Bukti PL – 2) Fakta ini menunjukkan bahwa sebelum tanggal 1 Maret 2018 tidak ada surat panggilan sidang sebagaimana ketentuan pasal 145 ayat (3) KUHAP, sehingga dapat disimpulkan bahwa: (1) Surat Nomor: B-33/0.3.19/02/2018 yang disampaikan/diucapkan Penuntut Umum pada Jawaban Eksepsi tanggal 12 Maret 2018 setidaknya hingga tanggal 01 Maret 2018 tidak pernah diterima oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Klaten; (2) Patut diduga Penuntut Umum telah memberikan keterangan palsu atau yang tidak sebenarnya di dalam persidangan dengan tujuan menyesatkan Majelis Hakim agar memberikan keputusan yang menguntungkan dirinya, yaitu dengan mengatakan dalam Jawaban atas Eksepsi yang kami sampaikan, ”Penuntut Umum telah melakukan pemanggilan secara prosedural kepada para Terdakwa melalui Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten, yaitu melalui Surat Nomor: B- 33/0.3.19/02/2018 yang ditandatangani oleh Sdr. Novan Bernadi, SH., Kepala Seksi Tindak Pidana Umum selaku Penuntut Umum. Bahwa surat panggilan telah disampaikan secara baik oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB – Klaten kepada para Terdakwa”;
Halaman 32 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Perbuatan tersebut telah merugikan hak para Terdakwa dalam upaya Praperadilan terhadap perkara a quo dimana akibat keterangan palsu Jaksa Penuntut Umum tersebut akhirnya pada tanggal 1 Maret 2018 dilaksanakan persidangan pertama perkara a quo dengan agenda pembacaan dakwaan atau sudah memasuki tahap pemeriksaan perkara a quo. Atas peristiwa tersebut kemudian dijadikan pertimbangan Majelis Hakim Praperadilan Perkara No. 3/Pid.Pra/2018/PN.Kln. untuk mengugurkan Permohonan Praperadilan yang diajukan oleh para Terdakwa; Maka atas perbuatan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum patut diduga telah melanggar pasal 242 KUHP, dikarenakan Penuntut Umum menjalankan tugas dalam persidangan di bawah Sumpah Jabatan sebagai Jaksa yang bertugas atas nama negara sebagai Penuntut Umum dalam perkara a quo; Oleh karenanya kami memohon Majelis Hakim pemeriksa perkara a quo untuk membuat penetapan: Penuntut Umum pada Persidangan perkara nomor: 37/Pid.Sus/2018/PN Kln dalam agenda acara Jawaban Eksepsi tanggal 12 Maret 2018 di bawah sumpah jabatan telah memberikan keterangan palsu atau yang tidak sebenarnya. Sehingga memenuhi ketentuan pasal 242 KUHP, dan kepada penyidik Kepolisian setempat untuk melakukan penyidikan atas perbuatan pidana yang dilakukan oleh para Penuntut Umum; Menetapkan Persidangan tanggal 1 Maret 2018 dengan agenda Pembacaan Dakwaan, tidak memenuhi ketentuan Pasal 145 KUHAP, sehingga oleh karenanya dapat dinyatakan cacat hukum atau batal demi hukum. Yang mulia Majelis Hakim, Setelah memperhatikan fakta-fakta persidangan di atas mohon yang mulia Majelis Hakim memutuskan dan menetapkan: 1. Menganulir perkara nomor: 37/Pid.Sus/2018/PN Kln; 2. Membebaskan para Terdakwa dari segala tuntutan; 3. Merehabilitasi nama baik, harkat martabat para Terdakwa; 4. Menetapkan bahwa Jaksa Penuntut Umum atas nama jabatan telah memberikan keterangan palsu atau keterangan yang tidak sebenarnya di muka persidangan; Demikian Pledooi (Nota Pembelaan), yang kami bacakan pada hari ini, Senin tanggal 14 Mei 2018 di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum, dengan dihadiri oleh Majelis Hakim yang mulia, Sdr. Jaksa Penuntut Umum, Sdr. Terdakwa, dan Sdr. Panitera Pengganti. Nota Pembelaan (Pledooi) ini
Halaman 33 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
kami susun berdasarkan asas demi keadilan berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa, dan demi kebenaran berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab; Setelah mendengar permohonan Para Terdakwa sendiri secara lisan mohon kepada Majelis Hakim agar menjatuhkan putusan yang seringan- ringannya dengan alasan Para Terdakwa merupakan kepala rumah tangga yang menjadi tulang punggung keluarga dalam menafkahi istri dan anak- anaknya; Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum terhadap pembelaan Para Terdakwa (replik) dan juga setelah mendengar tanggapan Penasihat Hukum Para Terdakwa terhadap tanggapan Penuntut Umum (duplik); Menimbang, bahwa Para Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut: KESATU Bahwa mereka terdakwa I. SUDARNO Als SULIS Bin WASINO, terdakwa II. SUROTO Als SUKAR Bin PARTO WIYONO, terdakwa III. GATOT TEGUH SANTOSO dan terdakwa IV. ANGGA ARY TINARKO Bin AGUS BAHTIAR bersama 2 (dua) anggota terdakwa yaitu Sdr. Mr.X1 dan Mr.X2 (Belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang) pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017, sekira pukul 16.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Desember 2017, bertempat di Hotel SRIKANDI I PRAMBANAN yang beralamat di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Klaten, telah “dengan sengaja secara melawan hukum, memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan, atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan” perbuatan mana dilakukan para terdakwa dengan cara sebagai berikut : - Berawal para terdakwa pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 sekira pukul 16.00 Wib, seusai melaksanakan kegiatan Jumat sedekah bersama rekan-rekan sesama anggota Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Klaten di Masjid Alun-Alun Klaten berencana pulang kerumahnya masing-masing dengan menggunakan sarana sepeda motor, salah satunya berhasil disita Penyidik berupa 1 (satu) unit sepeda motor merek Yamaha Mio Soul / AL 115 14D tahun 2009 warna merah maroon dengan Plat Nomor: AD 4463 YJ
Halaman 34 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
sesuai STNK kepemilikan atas nama Niken Endah Subekti dengan posisi terdakwa I berboncengan dengan terdakwa IV, terdakwa II berboncengan dengan terdakwa III dan 2 rekan terdakwa lainnya yaitu mr X1 berboncengan dengan mr X2 (Belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang). Ditengah perjalanan, saat akan melintas jalan di depan Hotel SRIKANDI I Prambanan, para terdakwa yang di pimpin oleh terdakwa I mengarahkan tujuannya dengan mendatangi hotel tersebut untuk melakukan pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap pasangan bukan suami- isteri yang menyewa atau menghuni kamar hotel dan dicurigai berbuat asusila (mesum)di hotel tersebut. - Bahwa sekira pukul 16.22.03 Wib, para terdakwa yang berjumlah sekitar 6 orang menggunakan 3 unit sepeda motor, masing-masing mengenakan pakaian atau baju dan celana beratribut Ormas FPI Klaten dengan ciri baju kaos lengan panjang berwarna putih hijau terdapat logo dan tulisan identitas Laskar Islam FPI Kab. Klaten, pada bagian depan dan tulisan Front Pembela Islam (FPI) Regional Leadership Board Islamic Defenders Front, DPW-FPI Kab. Klaten kemudian masuk ke dalam hotel menuju ruang resepsionis dan menemui saksi Andang Kurniawan selaku karyawan / petugas kasir hotel, saat itu terdakwa I jalan lebih dahulu memasuki ruang resepsionis dari terdakwa lainnya yang masih berada diluar ruangan hotel, setelah bertemu saksi Andang Kurniawan, terdakwa I menanyakan kepada saksi Andang Kurniawan “Kamar yang isi, kamar berapa aja mas”?“lihat buku tamunya”? kemudian disusul oleh terdakwa IV yang ikut masuk keruang bagian resepsionis mendampingi terdakwa I yang berada di belakangnya sedangkan terdakwa II berada dalam posisi mendekati pintu berdampingan dengan Mr.X1 sementara terdakwa III berdampingan dengan Mr.X2 dimana tugas dari keempat orang tersebut adalah mengawasi, mengamankan dan mengenali lokasi sekitar kamar hotel deman tujuan agar para penghuni atau penyewa kamar hotel tidak bisa keluar atau melarikan diri ketika dilakukan pengecekan atau sweeping oleh para terdakwa. - Bahwa Dengan kedatangan para terdakwa secara bergerombol dan mengenakan atribut ormas FPI serta ditambah gelagat atau sikap dari para terdakwa yang seakan-akan melakukan pengecekan atau razia atau sweeping dan menganggu ketertiban suasana hotel tersebut membuat saksi Andang Kurniawan menjadi takut dan terancam hingga akhirnya dengan terpaksa saksi Andang Kurniawan menuruti dan memberikan apa
Halaman 35 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
yang diminta yaitu dengan menunjukkan buku tamu sembari menjawab pertanyaan terdakwa I yaitu “Kamar 4,5 dan 6”. Karena merasa curiga, saat itu saksi Andang Kurniawan sempat bertanya “maaf pak ini dari mana”? dijawab terdakwa I “Dari FPI klaten” dan disaat bersamaan setelah buku tamu ditunjukkan dan diambil oleh terdakwa I tanpa ijin dari pihak hotel yang berwenang dan dengan sikap yang tidak sopan dan kasar terdakwa I dan terdakwa lain yang masih berada diluar ruangan hotel mulai masuk berjalan kedalam area hotel mendatangi kamar-kamar yang terisi. Karena takut terjadi hal yang tidak di inginkan kemudian saksi Andang Kurniawan menyusul mengikuti para terdakwa yang berjalan memaksa menerobos masuk menuju arah kamar hotel. - Bahwa selanjutnya, sekira pukul 16.23.04 Wib, setelah berhasil masuk kedalam area hotel tersebut, dengan dipimpin oleh terdakwa I, aksi pengecekkan atau razia atau sweeping mulai dilakukan para terdakwa, diawali dengan menuju kamar yang terletak di sebelah utara urutan kedua dari pintu masuk hotel yaitu kamar nomor 4, oleh terdakwa I pintu kamar tersebut diketuk sebanyak 2 kali sambil mengatakan “Permisi, Permisi” setelah dibuka, keluar seorang tamu laki-laki dan ditanya terdakwa I “Sendirian atau berdua” karena dijawab sendiri, kemudian terdakwa IV disuruh berjaga didepan pintu kamar sementara terdakwa I,II,III dan 2 anggota lainnya melanjutkan pengecekkan atau razia atau sweeping di kamar-kamar lain. Dari kamar nomor 4 aksi pengecekkan atau razia atau sweeping tersebut berlanjut pindah menuju kamar nomor 5, di kamar tersebut terdakwa I mengarahkan terdakwa IV untuk mengetuk pintu kamar nomor 5 dengan diikuti oleh keempat teman lainnya yang berada dibelakang terdakwa I diantaranya terdakwa II,III,Mr.X1 dan X2. Atas perintah dan arahan terdakwa I, terdakwa IV mulai mendekat ke pintu kamar nomor 5 namun sebelum mengetukkan pintu saksi Andang Kurniawan yang menyuruh saksi Bagas untuk mencoba membantu mengetukkan pintu kamar menyampaikan kepada terdakwa I “Pak, biar diketuk sama kawan saksi saja” dijawab “ya, gak papa” tetapi belum jadi diketuk oleh saksi Bagas ternyata pintu kamar sudah lebih dahulu diketuk oleh terdakwa I meskipun tak diijinkan oleh pihak berwenang hotel tersebut hingga akhirnya saksi bagas membatalkan niatnya dan kembali karena takut sebagaimana hal itu diperkuat dengan reka adegan rekonstruksi dan gambar soft copy CCTV.
Halaman 36 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa pada saat berada di kamar nomor 5, para terdakwa mengetuk dan menggedor-gedor pintu berulang kali dengan ketukan tangan yang keras, setelah dibukakan pintu oleh tamu saksi Tri Haryati, di tanya oleh para terdakwa dengan nada yang tinggi “sama siapa mbak”? dijawab “sama calon suami saksi” tak lama setelah pasangannya yaitu saksi Anton keluar dari kamar, ditanya “ada identitas KTPnya” dijawab “ada” namun baru saat saksi akan mengeluarkan KTP tersebut dari dalam dompetnya, seketika langsung direbut seccra paksa dari tangan saksi sambil berkata “statusnya apa ini” dijawab “ini calon isteri saksi” sembari menunjukkan berkas-berkas persyaratan nikah kemudian oleh terdakwa berkas tersebut difoto dan ketika diminta kembalikan KTPnya dijawab terdakwa “nanti ambil di polsek prambanan”. - Bahwa selanjutnya sekira pukul 16.22.19 Wib, setelah meninggalkan kamar nomor 5, para terdakwa melanjutkan pengecekkan ke kamar nomor 11 dimana terdakwa IV atas perintah terdakwa I yang berada diposisi bagian depan dan diikuti terdakwa lain yang berada dibelakangnya mengetuk pintu kamar yang di huni oleh saksi Subandini dan saksi Jumali dengan cara menggedor-gedor pintu sembari mengatakan “keluar, keluar, keluar” “suami isteri atau bukan”? merasa panik dan takut, akhirnya dengan terpaksa saksi Jumali membukakan pintu, kemudian ditanya oleh terdakwa I “suami isteri atau bukan” dijawab “bukan” lalu ditanya lagi dengan nada agak keras “mana pasanganmu” dijawab “dikamar mandi” kemudian terdakwa I bertanya lagi “mana identitas ibu, KTP bawa ndak”? karena takut akhirnya saksi menyerahkan KTPnya sesuai permintaan para terdakwa dan selang beberapa saat setelah saksi Jumali keluar, terdakwa IV mengatakan “minta KTP, tolong keluarkan” setelah identitas diserahkan, oleh terdakwa IV difoto dan diberikan kepada terdakwa I. - Bahwa selanjutnya sekira pukul 16.26.13 Wib para terdakwa kembali melakukan pengecekkan di kamar nomor 6 yang dihuni oleh saksi Widodo bersama pasangannya saksi Susiana. Saat keduanya sedang berada di dalam kamar terdengar suara ketukan pintu kamar sebanyak 1 kali tanpa mengatakan apa-apa, kemudian mengetuk lagi yang kedua dengan suara tambah keras sambil mengatakan “buka”, karena tidak di buka kemudian para terdakwa mengetuk dan menggedor kembali pintu kamar untuk ketiga kalinya dengan suara semakin keras diikuti dengan kata-kata “Tak buka piye” karena takut pintunya akan didobrak dan dibuka secara paksa akhirnya penghuni kamar nomor 6 dengan keadaan terpaksa disertai rasa
Halaman 37 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
takut membuka pintu kamar, setelah dibuka para terdakwa meminta kartu identitas tamu berupa KTP secara paksa dengan cara sewaktu saksi baru akan mengeluarkan identitasnya tiba-tiba oleh para terdakwa direbut dan ketika diminta pemiliknya untuk dikembalikan namun tidak diberikan akibatnya saat itu sempat terjadi tarik menarik berebut identitas antara saksi dengan para terdakwa sampai akhirnya saksi Widodo mengatakan “saksi anggota” dijawab dengan nada keras “anggota mana” kemudian diperlihatkan kartu anggota saksi kepada para terdakwa dan akhirnya setelah ditunjukkan barulah KTP tersebut dikembalikan. - Bahwa seusai melakukan sweeping di kamar nomor 6, sekira pukul 16.28.34 Wib, para terdakwa melanjutkan kembali menuju kamar nomor 7 yang dihuni oleh saksi Isa bersama pasangannya saksi Siti wahyuni. Saat berada dikamar tersebut, terdakwa I bersama dengan terdakwa lainnya mengetuk pintu kamar nomor 7 sebanyak 3 kali tanpa mengatakan apa- apa, setelah dibukakan pintu, terdakwa I mengatakan “Didalam sama siapa”, isterinya bukan? awalnya saksi tidak menjawab kemudian ditanya lagi “mana identitasnya” karena perasaan takut akhirnya saksi terpaksa menyerahkan kartu identitas diri berupa kartu anggota ORARI dan kemudian kartu tersebut difoto oleh terdakwa hingga akhirnya sesaat setelah kejadian datang petugas kepolisian dan menyuruh saksi Isa bersama pasangannya untuk datang ke polsek prambanan. - Bahwa perbuatan para terdakwa yang datang secara bergerombol, mengenakan pakaian serba putih berlambangkan atribut ormas FPI Klaten ditambah para terdakwa yang mengaku dari FPI Klaten yang kemudian masuk ke ruangan resepsionis hotel SRIKANDI I Prambanan serta dengan nada tinggi dan memaksa menanyakan kepada saksi Andang Kurniawan perihal kamar yang terisi serta meminta ditunjukkan buku tamu hingga kemudian tanpa ijin pihak berwenang di hotel itu dan dilanjutkan menerobos masuk ke halaman belakang menuju kamar hotel untuk melakukan pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap tamu hotel yang menginap sehingga mengakibatkan atau membuat saksi Andang Kurniawan merasa takut dan terancam. Selain itu, adanya tindakan pengecekkan atau razia atau sweeping yang dilakukan para terdakwa juga menimbulkan kerugian bagi para tamu hotel yang pada saat kejadian mengalami tindakan pengancaman dan pemaksaan berupa perbuatan menggedor-gedor pintu dengan nada keras, melontarkan kata-kata dengan nada tinggi serta merebut paksa identitas dari para tamu.
Halaman 38 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 335 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana jo pasal 55 ayat 1 Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ATAU KEDUA Bahwa mereka terdakwa I. SUDARNO Als SULIS Bin WASINO, terdakwa II. SUROTO Als SUKAR Bin PARTO WIYONO, terdakwa III. GATOT TEGUH SANTOSO dan terdakwa IV. ANGGA ARY TINARKO Bin AGUS BAHTIAR bersama 2 (dua) anggota terdakwa yaitu Sdr. Mr.X1 dan Mr.X2 (Belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang) pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017, sekira pukul 16.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Desember 2017, bertempat di Hotel SRIKANDI I PRAMBANAN yang beralamat di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Klaten, telah, “yang menjadi anggota dan atau pengurus ormas, dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung, melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan” perbuatan mana dilakukan para terdakwa dengan cara sebagai berikut : - Berawal para terdakwa pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 sekira pukul 16.00 Wib, seusai melaksanakan kegiatan Jumat sedekah bersama rekan-rekan sesama anggota Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Klaten di Masjid Alun-Alun Klaten berencana pulang kerumahnya masing-masing dengan menggunakan sarana sepeda motor, salah satunya berhasil disita Penyidik berupa 1 (satu) unit sepeda motor merek Yamaha Mio Soul / AL 115 14D tahun 2009 warna merah maroon dengan Plat Nomor: AD 4463 YJ sesuai STNK kepemilikan atas nama Niken Endah Subekti dengan posisi terdakwa I berboncengan dengan terdakwa IV, terdakwa II berboncengan dengan terdakwa III dan 2 rekan terdakwa lainnya yaitu mr X1 berboncengan dengan mr X2 (Belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang). Ditengah perjalanan, saat akan melintas jalan di depan Hotel SRIKANDI I Prambanan, para terdakwa yang di pimpin oleh terdakwa I mengarahkan tujuannya dengan mendatangi hotel tersebut untuk melakukan pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap pasangan bukan suami- isteri yang menyewa atau menghuni kamar hotel dan dicurigai berbuat asusila (mesum) di hotel tersebut.
Halaman 39 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa sekira pukul 16.22.03 Wib, para terdakwa yang berjumlah sekitar 6 orang menggunakan 3 unit sepeda motor, masing-masing mengenakan pakaian atau baju dan celana beratribut Ormas FPI Klaten dengan ciri baju kaos lengan panjang berwarna putih hijau terdapat logo dan tulisan identitas Laskar Islam FPI Kab. Klaten, pada bagian depan dan tulisan Front Pembela Islam (FPI) Regional Leadership Board Islamic Defenders Front, DPW-FPI Kab. Klaten kemudian masuk ke dalam hotel menuju ruang resepsionis dan menemui saksi Andang Kurniawan selaku karyawan / petugas kasir hotel, saat itu terdakwa I jalan lebih dahulu memasuki ruang resepsionis dari terdakwa lainnya yang masih berada diluar ruangan hotel, setelah bertemu saksi Andang Kurniawan, terdakwa I menanyakan kepada saksi Andang Kurniawan “Kamar yang isi, kamar berapa aja mas”?“lihat buku tamunya”? kemudian disusul oleh terdakwa IV yang ikut masuk keruang bagian resepsionis mendampingi terdakwa I yang berada di belakangnya sedangkan terdakwa II berada dalam posisi mendekati pintu berdampingan dengan Mr.X1 sementara terdakwa III berdampingan dengan Mr.X2 dimana tugas dari keempat orang tersebut adalah mengawasi, mengamankan dan mengenali lokasi sekitar kamar hotel deman tujuan agar para penghuni atau penyewa kamar hotel tidak bisa keluar atau melarikan diri ketika dilakukan pengecekan atau sweeping oleh para terdakwa. - Bahwa Dengan kedatangan para terdakwa secara bergerombol dan mengenakan atribut ormas FPI serta ditambah gelagat atau sikap dari para terdakwa yang seakan-akan melakukan pengecekan atau razia atau sweeping dan menganggu ketertiban suasana hotel tersebut membuat saksi Andang Kurniawan menjadi takut dan terancam hingga akhirnya dengan terpaksa saksi Andang Kurniawan menuruti dan memberikan apa yang diminta yaitu dengan menunjukkan buku tamu sembari menjawab pertanyaan terdakwa I yaitu “Kamar 4,5 dan 6”. Karena merasa curiga, saat itu saksi Andang Kurniawan sempat bertanya “maaf pak ini dari mana”? dijawab terdakwa I “Dari FPI klaten” dan disaat bersamaan setelah buku tamu ditunjukkan dan diambil oleh terdakwa I tanpa ijin dari pihak hotel yang berwenang dan dengan sikap yang tidak sopan dan kasar terdakwa I dan terdakwa lain yang masih berada diluar ruangan hotel mulai masuk berjalan kedalam area hotel mendatangi kamar-kamar yang terisi. Karena takut terjadi hal yang tidak di inginkan kemudian saksi Andang Kurniawan
Halaman 40 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
menyusul mengikuti para terdakwa yang berjalan memaksa menerobos masuk menuju arah kamar hotel. - Bahwa setelah para terdakwa berhasil masuk kedalam area hotel dan berada dihalaman belakang kamar hotel, dengan di pimpin oleh terdakwa I. SUDARNO Als SULIS Bin WASINO, terdakwa II. SUROTO Als SUKAR Bin PARTO WIYONO, terdakwa III. GATOT TEGUH SANTOSO dan terdakwa IV. ANGGA ARY TINARKO Bin AGUS BAHTIAR serta 2 rekan anggotanya (belum tertangkap / Daftar Pencarian Orang) kemudian melakukan tindakan pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap tamu penghuni kamar hotel. Adapun beberapa kamar hotel yang dilakukan sweeping oleh para terdakwa diantaranya adalah kamar nomor 4,5,6,7 dan 11 dengan cara mengetuk dan menggedor-gedor pintu kamar yang ada tamunya sambil melontarkan kata-kata panggilan secara berulang dengan nada suara yang semakin mengeras dan setelah tamu membuka pintu kamar, para terdakwa meminta identitas masing-masing tamu secara paksa. - Bahwa perbuatan atau tindakan sweeping yang terjadi di Hotel SRIKANDI I Prambanan pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2018, sekira pukul 16.00 Wib yang dilakukan oleh para terdakwa dalam kapasitas masing-masing terdakwa adalah sebagai anggota DPW Front Pembela Islam Kabupaten Klaten dimana yang menunjukkan bukti secara legal formal keanggotaan dari keempat terdakwa tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Dewan Tanfidzi Wilayah Front Pembela Islam atas nama terdakwa I dengan Nomor : 0001/SK-DPW FPI/Kab.Klaten / Jumadhil Akhir /1438 H tanggal 14 Maret 2017 Tentang Penetapan dan Pengesahan Dewan Pengurus Wilayah –Front Pembela Islam Kab. Jawa Tengah periode 2016- 2021 dengan jabatan selaku Wakabid Keoraganisasian sedangkan untuk terdakwa II,III dan IV secara keorganisasian diakui sebagai anggota Front Pembela Islam Kabupaten Klaten karena selalu terlibat dan ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan. - Bahwa perbuatan para terdakwa yang datang secara bergerombol, mengenakan pakaian serba putih berlambangkan atribut ormas FPI Klaten ditambah para terdakwa yang mengaku dari FPI Klaten yang kemudian masuk ke ruangan resepsionis hotel SRIKANDI I Prambanan serta dengan nada tinggi dan memaksa menanyakan kepada saksi Andang Kurniawan perihal kamar yang terisi serta meminta ditunjukkan buku tamu hingga kemudian tanpa ijin pihak berwenang di hotel itu dan dilanjutkan menerobos masuk ke halaman belakang menuju kamar hotel untuk melakukan
Halaman 41 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
pengecekkan atau razia atau sweeping terhadap tamu hotel yang menginap sehingga mengakibatkan atau membuat saksi Andang Kurniawan merasa takut dan terancam. Selain itu, adanya tindakan pengecekkan atau razia atau sweeping yang dilakukan para terdakwa juga menimbulkan kerugian bagi para tamu hotel yang pada saat kejadian mengalami tindakan pengancaman dan pemaksaan berupa perbuatan menggedor-gedor pintu dengan nada keras, melontarkan kata-kata dengan nada tinggi serta merebut paksa identitas dari para tamu. - Bahwa para terdakwa dalam melakukan kegiatan pengecekkan atau razia atau sweeping tersebut, tidak pernah melapor atau memperoleh izin baik secara lisan maupun secara tertulis dari pihak Kepolisian Republik Indonesia selaku aparat penegak hukum ataupun dari pihak pemerintah setempat sehingga kegiatan tersebut dilakukan secara tidak resmi dan tidak sah karena ketentuan perundang-undangan diatur bahwa yang memiliki tugas untuk melakukan pengecekkan dan penertiban adalah kepolisian karena kepolisian negara RI bertugas dan mempunyai wewenang memelihara ketertiban dan keamanan umum sesuai ketentuan pasal 14 ayat 1 e Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara RI dan disamping itu kegiatan pengecekkan juga dapat dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja berdasarkan Peraturan Daerah setempat. Perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 82A ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi kemasyarakatan jo pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUHP. Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum, Penasihat Hukum Para Terdakwa telah mengajukan keberatan dan telah diputus dengan Putusan Sela Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln tanggal 19 Maret 2018 yang amarnya sebagai berikut: 1. Menyatakan keberatan dari Penasihat Hukum Para Terdakwa : Sudarno Als. Sulis Bin Wasino, Suroto Als. Sukar Bin Parto Wiyono, Gatot Teguh Santoso, Angga Ary Tinarko Bin Agus Bahtiar, tersebut tidak diterima; 2. Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln atas nama Para Terdakwa, tersebut di atas; 3. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir;
Halaman 42 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah mengajukan saksi-saksi dan ahli sebagai berikut: 1. Andang Kurniawan, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai berikut : - Pada hari Jumat, tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.10 WIB datang salah satu ormas yang masuk pertama kali adalah Terdakwa I yaitu Pak Sudarno menanyakan kepada saksi “kamar yang diisi kamar berapa saja mas?” saksi jawab secara spontan kamar 4,5,6 kemudian Pak Sudarno bilang “ boleh lihat buku tamunya” dan saksi perlihatkan buku tamu itu kemudian keluar lewat pintu samping dan saksi mengkuti dari belakang setelah itu saksi bilang pada teman yang ada di dapur bahwa ada yang datang dari FPI. Kemudian Pak Sudarno masuk ke area tengah dan saksi bilang pada Pak Sudarno “maaf Pak biar ditemani teman saksi” kemudian saksi mengatakan ke Sdr. Bagas untuk menemani tetapi dijawab “tidak berani” lalu saksi konsultasi pada teman saksi Sigit Haryono yang menyarankan untuk ke Polsek kemudian saksi ke Polsek Prambanan menemui yang piket pada saat itu Pak Heru dan mengatakan kalau ada salah satu ormas sweeping lalu saksi kembali ke Hotel menunggu di Lobby sampai pihak Kepolisian datang ; - Bahwa, saksi mengetahui Para Terdakwa dari ormas FPI karena saksi bertanya darimana Terdakwa I dan dijawab Terdakwa I dari FPI Klaten; - Bahwa, sebelum Terdakwa I masuk saksi mendengar suara motor dan melihat ada 3 (tiga) motor matic salah satunya merk Honda Vario; - Bahwa, saat itu saksi melihat ada 6 (enam) orang, yang menemui saksi adalah Terdakwa I. Sudarno sedangkan yang lain berdiri di luar; - Bahwa, saksi tidak menanyakan maksud dan tujuan kedatangan FPI; - Bahwa, saksi tidak pernah menanyakan kepada setiap tamu hotel kepentingannya apa menyewa kamar hotel; - Bahwa, saksi memperlihatkan buku tamu saksi beri tahu kamar yang diisi dan saksi ambil kemudian saksi masukkan lagi kemudian Pak Sudarno dan kawan-kawan ke belakang ke area tengah langsung menuju ke kamar 4 mau mengetuk pintu kemudian saksi mengatakan “maaf Pak biar teman saksi yang mengetuk” dijawab Pak Sudarno “ya tidak apa-apa” tapi Bagas tidak berani dan akhirnya yang mengetuk pintu kamar adalah Terdakwa I yang pertama adalah kamar 4
Halaman 43 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
berdasarkan buku tamu yang menginap pasangan dan baru saja masuk; - Bahwa, saksi membenarkan rekaman cctv tentang kejadian; - Bahwa, saksi tidak mencegah Terdakwa I masuk menuju area ke kamar Hotel; - Bahwa, Para Terdakwa masuk menuju area ke kamar Hotel tanpa seizin saksi; - Bahwa, ketika para terdakwa datang di hotel Srikandi menggunakan pakaian putih/serba putih sedangkan untuk lambang-lambangnya saksi tidak begitu memperhatikannya; - Bahwa, saksi membenarkan barang bukti pakaian yang diperlihatkan oleh penuntut umum; - Bahwa, pada waktu para terdakwa melakukan pengecekan di hotel Srikandi, saksi tidak menanyakan ijin dan Para Terdakwa juga tidak menunjukkan ijin; - Bahwa, perasaan saksi pada waktu didatangi Para Terdakwa bingung, takut, khawatir walaupun dalam bersikap dan perkataan Terdakwa biasa saja sedangkan yang membuat saksi takut karena datangnya bergerombol dan takut kalau terjadi gesekan, itu yang membuat saksi memperlihatkan buku tamu; - Bahwa, setelah kejadian itu saksi melapor atasan kalau sudah didatangi ormas FPI; - Bahwa, jarak ke Polsek Prambanan kurang lebih 10 menit kemudian saksi kembali ke Hotel langsung ke Lobby sambil menunggu pihak Polsek Prambanan datang; - Bahwa, saksi tidak mengetahui kejadian di belakang, di area menuju kamar; - Bahwa, pihak Kepolisian yang datang antara lain Pak Heru yang lain saksi tidak ingat namanya lalu pihak Kepolisian menuju ke belakang selanjutnya saksi tidak tahu; - Bahwa, selain saksi yang menjaga Hotel adalah Sdr. Bagas dan Sdr. Sigit Haryono; - Bahwa, pada waktu duduk di lobby saksi melihat ada tamu yang sudah keluar setelah adanya pemeriksaan oleh Para Terdakwa; - Bahwa, pada saat tamu keluar tidak melapor kepada saksi;
Halaman 44 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, Saksi bertugas sebagai kasir yang bertugas menulis dan bantu bersih-bersih, jam kerjanya shift dari pukul 08.00 pagi sampai dengan pukul 08.00 pagi, sehari masuk sehari libur; - Bahwa, prosedur tamu menginap kalau ada tamu menanyakan ada kamar kosong kemudian saksi catat dan pembayaraan ada diawal dan diakhir kemudian saksi serahkan kunci manual; - Bahwa, SOP kalau ada tamu yang ingin bertemu dengan tamu yang menginap adalah dengan cara diketuk pintunya kemudian saksi memberitahu bahwa ada tamu yang menunggu di Lobby; - Bahwa, di Hotel Srikandi terdapat pintu gerbang, 1 (satu) pintu masuk lobby serta 1 (satu) pintu menuju area kamar; - Bahwa, tamu tidak bisa keluar masuk dari pintu lain selain dari pintu masuk; - Bahwa, saksi tidak pernah mendengar perintah dari salah satu terdakwa mengatakan “Kowe Jogo Kono” (kamu berjaga disana); - Bahwa, saksi menyangkal jawabannya dalam Berita Acara Pemeriksaan di kepolisian nomer 11, menurut saksi kamar yang hendak diketuk oleh Para Terdakwa adalah kamar nomer 4, itupun saksi meminta kepada Terdakwa I agar ditemani oleh teman saksi yang bernama Sdr. Bagas, akan tetapi Sdr. Bagas tidak berani kemudian atas saran Sdr. Sigit lalu saksi ke Polsek sehingga saksi tidak tahu kejadian selanjutnya; - Bahwa, saksi melapor ke Polsek karena didatangi ormas FPI; - Bahwa, pada waktu pintu kamar nomer 4 diketuk tamunya tidak keluar; - Bahwa, di hotel Srikandi ada bagian keamanan sebanyak 3 orang namun pekerjaannya rangkap; - Bahwa, orang yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk ke belakang ke arah kamar tanpa seijin yang jaga; - Bahwa, Para Terdakwa tidak datang dengan berteriak-teriak dan menggembor-gemborkan sepeda motor; - Bahwa Terdakwa I tidak membentak, mengancam dan menendang kaki saksi untuk mengeluarkan buku tamu; - Bahwa, Terdakwa yang lain tidak meneriakkan sesuatu ancaman atau kata-kata lainnya; - Bahwa, ada 6 (enam) kamar yang terisi yaitu kamar nomer 4,5,6,7,10 dan 11;
Halaman 45 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, setelah saksi kembali dari Polsek Prambanan langsung ke Lobby, pada saat itu saksi tidak tahu kemana para terdakwa; - Bahwa, saksi tidak melihat ada terdakwa yang menelpon Polisi; - Bahwa, saksi tidak tahu siapa yang menyuruh para tamu keluar; - Bahwa, saksi tidak mengetahui siapa yang mengetuk pintu karena ketika kembali ke hotel, para tamu sudah ada di luar; - Bahwa, saksi baru mengetahui ada pasangan yang salah satunya anggota Polisi ketika saksi mendapat panggilan dari Polres Sleman; - Bahwa, saksi hanya melaporkan kejadian ke Polsek pada waktu FPI datang ke hotel, saksi melapor bahwa ada ormas FPI datang ke hotel; - Bahwa, saksi merasa takut karena pernah melihat berita di televisi kalau FPI sering membuat ribut dan kekerasan; - Bahwa, pada saat kejadian tidak ada kekerasan, ancaman dan makian serta pemukulan oleh para terdakwa; - Bahwa, dalam BAP nomer 8 saksi mengatakan bingung dan takut karena baru pertama kali ada kejadian ini dan khawatir timbul ada keributan; - Bahwa, saksi tidak mendapat tekanan dalam memberikan kesaksian di kepolisian; - Bahwa, saksi datang ke Polsek dalam waktu 10 menit dan jarak Polsek ke hotel kurang lebih sekitar 1 (satu) km; - Bahwa, pada waktu di Polsek, saksi membuat laporan dalam bentuk lisan; - Bahwa, saksi tanda tangan bukan pada saat kejadian karena saksi disuruh oleh pihak kepolisian tanda tangan laporan pada hari Sabtu keesokan harinya; - Bahwa, saksi datang ke Polsek pada hari Sabtu karena saksi dipanggil oleh pihak Polsek untuk dimintai keterangan dan membaca laporan, kemudian saksi tanda tangan; - Bahwa, saksi lulusan SMK jurusan mesin dan setahu saksi arti kata sweeping adalah operasi (menyapu); - Bahwa, saksi bekerja di Hotel selama 7 (tujuh) tahun; - Bahwa, saksi tidak mengetahui perijinan hotel, yang mengetahui adalah atasan saksi; - Bahwa, setahu saksi ijinnya untuk penginapan; - Bahwa, pemilik Hotel Srikandi adalah Pak Hendro;
Halaman 46 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, kalau ada sepasang tamu yang menginap yang dimintai KTP hanya salah satunya saja, kalau tidak menginap hanya pelat nomor motornya saja yang dicatat; - Bahwa, saksi tidak mengetahui Pasal 516 KUHP yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai usaha penginapan harus meminta identitas tamu dan mencatatnya; - Bahwa, tidak pernah ada sosialisasi tentang peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang kewajiban meminta KTP; - Bahwa, apabila pasangan bukan suami isteri melepas baju adalah tidak sopan namun kalau di kamar itu adalah urusan masing-masing; - Bahwa, saksi tidak ingat siapa nama anggota kepolisian yang terkena Razia pada waktu kejadian di Hotel Srikandi tersebut; - Bahwa, dalam buku tamu tidak dicatat nama-nama tamu pada saat kejadian hanya dicatat sepeda motornya saja; - Bahwa, tamu pada waktu kejadian hanya transit karena di buku tamu hanya dicatat nomor pelat sepeda motornya saja; - Bahwa, saksi, Bagas dan Sigit mencuci sprei karena kalau kamar sudah kosong langsung dibersihkan; - Bahwa, pada waktu kejadian ada 6 (enam) kamar hotel Srikandi yang terisi; - Bahwa, yang memberi aturan kalau menginap di hotel Srikandi dimintai KTP kalau tidak menginap dicatat motornya adalah pemiliknya yaitu Pak Hendro; - Bahwa, ada 6 (enam) orang karyawan yang bekerja di Hotel Srikandi setiap shift ada 3 (tiga) orang, untuk OB 1 (satu) orang, untuk kasir 1 (satu) orang dan bagian belakang (dapur) ada 1 (satu) orang; - Bahwa, Hotel Srikandi mempunyai 15 (tujuh belas) kamar;’ - Bahwa, pada waktu kejadian yang bertugas adalah saksi, Bagas dan Sigit; - Bahwa, yang menerima dan mencatat tamu kamar nomor 4,5,6,7,10 dan 11 adalah saksi; - Bahwa, tamu-tamu tersebut masuk kira-kira jam 14.00 wib sampai dengan jam 15.00 wib; - Bahwa, tarif kamar hotel Srikandi tersebut Rp.75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah) sampai dengan Rp100.000,00 seratus ribu rupiah). Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah) untuk tamu transit sekitar 4
Halaman 47 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
jam sampai dengan 5 jam dan yang Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk tamu sehari full; - Bahwa, ada tamu yang datang berpasangan namun saksi tidak tahu apakah tamu tersebut suami isteri karena tidak pernah saksi tanyakan; - Bahwa, jarak Lobby dengan kamar nomor 4 sekitar 10 (sepuluh) meter dan tidak terhalang dari meja kasir bisa melihat pintu kamar tetapi kalau dari Lobby tidak bisa melihat pintu kamar; - Bahwa, setelah dari Polsek saksi berada di Lobby; - Bahwa, saksi tidak mengetahui siapa yang mengetuk pintu kamar para tamu; - Bahwa, setelah dari Polsek dan datang kembali ke hotel, para tamu sudah diluar; - Bahwa, kejadian itu berlangsung sekitar jam 16.10 WIB sampai dengan 16.45 WIB; - Bahwa, pada kejadian tersebut saksi tidak melihat ada tamu dan para Terdakwa yang diamankan; - Bahwa, pada kejadian tersebut ada enam pasang atau ada 12 (dua belas) orang; - Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan tidak keberatan; 2. Yohanes Heru Yulianto, S.H. (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai berikut : - Bahwa, pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 kebetulan saksi piket pagi, pada waktu sekitar jam 16.30 WIB mendapat laporan dari seseorang yang tadinya tidak saksi kenal bernama Sdr. Andang Kurniawan dari Hotel Srikandi yang melaporkan ada kegiatan sweeping kemudian saksi mendatangi ke TKP bersama rekan saksi bernama Aiptu Suliman dan saksi melihat ada beberapa orang, sekitar 6 (enam) orang berada di dalam lingkungan Hotel Srikandi di dalam di depan kamar-kamar kemudian waktu saksi masuk sempat melihat 1 (satu) pasangan yang keluuar dari lingkungan hotel kemudian saksi masuk ketemu Terdakwa I; - Bahwa, saksi Andang Kurniawan hanya mengatakan sweeping di Hotel Srikandi; - Bahwa, selain laporan itu tidak ada lagi laporan yang lain; - Bahwa, saksi langsung ke TKP karena sifatnya harus segera mendatangi TKP;
Halaman 48 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, secara persis saksi kurang tahu karena ada yang menggunakan helm dan tutup kepala tetapi saksi sempat berkomunikas dengan Sdr. Sudarno (Terdakwa I); - Bahwa, saksi membenarkan baju putih yang ditunjukkan di persidangan adalah baju yang dipakai oleh Para Terdakwa; - Bahwa, pada waktu saksi datang ada 6 (enam) orang sudah berada di lingkungan hotel tersebut posisi sudah ditengah tidak di dalam kamar, di luar di depan kamar-kamar, kemudian ada yang di pintu keluar dan ada beberapa tamu yang sudah di luar kamar; - Bahwa, pada waktu saksi datang tamu yang berada di luar kamar ada 3 (tiga) pasangan dan tamu yang berada di dalam kamar ada sepasang jadi jumlah ada 4 (empat) pasangan; - Bahwa, pada waktu itu saksi datang dan bertanya pada salah satu diantara 6 (enam) orang yaitu Terdakwa I dan saksi menanyakan ada kegiatan apa disini dan saksi melihat Terdakwa I sudah memegang identitas berupa KTP dan SIM dan pada waktu itu langsung saksi minta dan saksi sempat mengatakan, “Mohon maaf Pak, ini kalau untuk penyitaan seperti ini tidak diperbolehkan karena kewenangan dari Kepolisian” ,akhirnya diserahkan ke saksi karena saksi minta setelah saksi minta identitas yang dibawa Sdr. Sudarno tersebut kemudian dari pihak 6 (enam) orang ini saksi arahkan ke Polsek Prambanan kemudian dari 4 (empat) pasangan saksi suruh ke Polsek Prambanan untuk dilakukan tindakan lebih lanjut karena kalau sudah seperti ini harus diproses tipiring akhirnya 4 (empat) pasangan dan 6 (enam) orang tersebut ke Polsek Prambanan; - Bahwa, ketika saksi tanya, tamu hotel Srikandi agak gugup karena takut saksi tangkap atau bagaimana saksi kurang tahu; - Bahwa, keadaan yang lainnya, wajahnya pucat; - Bahwa, ada salah 1 (satu) pasangan bersama calon istri di dalam kamar, saksi tanya, “Jenengan di sini melakukan apa?” dijawab, “sedang mengurus surat pernikahan”, kemudian saksi tanya lagi “Lha kok disini karena belum nikah?” katanya menunggu Bus ke Banten untuk pulang nanti malam; - Bahwa, pada waktu itu yang dibawa tamu tersebut surat-surat kepengurusan pernikahan; - Bahwa, ketika sampai di Polsek Prambanan, semua identitas saksi serahkan ke unit Reskrim karena untuk dilakukan penanganan
Halaman 49 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
terhadap tipiring dari 4 (empat) pasangan tersebut selanjutnya waktu itu tidak selesai sampai akhir mengurusi karena ada undangan untuk menghadiri kegiatan di Desa binaan saksi; - Bahwa, saksi kembali lagi ke Hotel Srikandi untuk mengambil barang bukti berupa sprei; - Bahwa, selang 30 menit sampai dengan 45 menit saksi sampai di Hotel Srikandi sprei sudah diberesin dan di masukkan ke mesin cuci dan sprei tidak bisa dibawa; - Bahwa, ketika kembali ke Polsek identitas saksi serahkan ke unit reskrim karena bukan tugas saksi dan yang menandatangani maupun yang memanggil lagi adalah unit reskrim dan sudah bukan tugas saksi; - Bahwa, selain saksi selaku anggota yang pada waktu itu piket pagi pada waktu menerima laporan ada rekan yang lain yaitu Aiptu Mulyono, Aiptu Suliman dan Bripka Aji Karno Supardam dan yang saksi terima pada waktu itu belum sempat laporan secara resmi baru laporan secara lisan kemudian kita datangi TKP Hotel Srikandi saksi bersama dengan Aiptu Suliman, pada waktu itu Bripka Aji Karno mendatangi TKP kecelakaan lalu Aiptu Mulyono tinggal berjaga di kantor Polsek Prambanan; - Bahwa, kondisi pelapor pada waktu melaporkan ada sweeping, dalam keadaan panik; - Bahwa, dalam waktu sekitar + 10 menit saksi langsung ke Hotel Srikandi; - Bahwa, pada waktu itu Sdr. Andang Kurniawan mengikuti saksi dan tiba di Hotel dalam waktu yang hampir sama; - Bahwa, Ketika tiba di Hotel Srikandi Para Terdakwa ada di halaman belakang seperti ada yang menjaga kamar satu-satu; - Bahwa, sweeping secara terminologi artinya kegiatan suatu pemeriksaan; - Bahwa, kondisi pintu kamar tersebut semua dalam keadaan terbuka; - Bahwa, saksi melihat 3 (tiga) pasangan ada di luar kamar dan sepasang berada di dalam kamar; - Bahwa, kamar yang msh ada orang sepasang tersebut adalah kamar yang paling timur yang berhadapan utara sama selatan yang masih berisi pasangan; - Bahwa, setelah tiba di TKP saksi bertanya “ada kegiatan apa disini?”kemudian Sdr. Sudarno mengatakan “ hanya memeriksa apakah
Halaman 50 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
ada tamu yang check in pasangan bukan suami istri” kemudian saksi mengatakan “ya kalau bisa bessok seperti ini jangan bertindak sendiri paling tidak bersama dengan pihak berwajib, memberitahukan ke kami”; - Bahwa, tidak ada surat secara resmi dalam kaitan melakukan sweeping dari ormas tapi penjelasan Terdakwa I memberitahukan kepada Kapolres bahwa akan melaksanakan sweeping tetapi waktu itu tidak bilang hanya secara lisan maupun tertulis hanya pemberitahuan dan saksi bilang “kok di Polsek tidak ada” karena saksi di Kantor Polsek Prambanan tidak ada surat pemberitahuan; - Bahwa, saksi hanya meminta identitas yang dibawa Sdr. Sudarno kemudian saksi menyuruh Ke kantor Polsek Prambanan dan ada jalur hukumnya untuk para 4 (empat) pasangan yaitu proses tipiring dan disaksikan di Polsek Prambanan; - Bahwa, saksi menyuruh ke Polsek Prambanan karena pada waktu itu sudah hampir maghrib dan gang sebelah Hotel Srikandi banyak orang, takut menimbulkan kegaduhan dan kemacetan di jalan bisa menimbulkan kecelakaan kemudian 6 (enam) orang dan 4 (empat) pasangan saksi suruh ke Polsek Prambanan; - Bahwa, saksi melihat para tamu seperti orang ketakutan; - Bahwa, saksi tidak mengetahui nama-nama dari 4 (empat) pasangan tersebut karena identitas sudah saksi berikan ke bagian unit Reskrim; - Bahwa, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kepolisian, yang boleh melaksanakan ketertiban adalah kepolisian selain itu di tingkat kabupaten kejaksaan dan kepolisian bahkan untuk Satpol PP harus didampingi pihak kepolisian; - Bahwa, pihak Kepolisian secara kontinyu selalu memberikan tindakan kalau ada laporan dari warga masyarakat sekitar bahwa ada perbuatan asusila tersebut selalu kita tindak lalu kita kirimkan tipiring ke Pengadilan tapi karena keterbatasan anggota tidak bisa setiap hari kita tindak dari sisi represif kemudian dari sisi prefentif pihak Polsek sering mengumpulkan pihak pengelola hotel dan pemilik diberikan pengarahan, pembinaan dan penyuluhan untuk mengurangi kejadian seperti ini jangan sampai terjadi; - Bahwa, di lingkungan internal Kepolisian sering dilakukan sosialisasi kerjasama lintas sektoral kaitannya dengan antisipasi mencegah tindakan anarkis dari ormas;
Halaman 51 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, ormas sering diundang, tokoh agama dan tokoh masyarakat juga diundang; - Bahwa, saksi tidak mengetahui cara Para Terdakwa melakukan pemeriksaan dengan meminta identitas para tamu, saksi hanya meminta identitas yang sudah diamankan Terdakwa I; - Bahwa, dari 4 (empat) pasangan tadi tidak ada yang melarikan diri karena pintu keluar sudah dijaga tapi ada 1 (satu) pasangan pada waktu saksi baru datang, keluar dari lokasi Hotel Srikandi; - Bahwa, pada waktu itu saksi meminta identitas yang dibawa Terdakwa I dan memberitahu lain kali jangan bertindak sendir,i harus didampingi pihak Kepolisian; - Bahwa, identitas para tamu sudah dimintai semua; - Bahwa, pernah diadakan sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh hotel namun saksi tidak mengetahui apakah pihak Hotel Srikandi hadir atau tidak; - Bahwa, saksi tidak dapat menilai apabila pihak Hotel tidak melakukan pencatatan KTP apakah melanggar KUHP karena tujuan dari pendirian hotel adalah untuk menyediakan tempat menginap orang dari wilayah lain untuk kepentingan tugas atau rekreasi, perkara diselewengkan dari tujuan tersebut saksi tidak mengetahuinya; - Bahwa, SOP hotel harusnya meminta identitas tamu karena saksi ketika menginap di hotel juga diminta menyerahkan KTP; - Bahwa, saksi tidak pernah melihat buku tamu Hotel Srikandi; - Bahwa, saksi tidak pernah melihat SOP di tempel di Hotel Srikandi; - Bahwa, saksi tidak pernah melihat izin Hotel Srikandi; - Bahwa, saksi tidak pernah melihat STNK yang dijadikan barang bukti di persidangan, saksi hanya mengetahui KTP dan SIM; - Bahwa, saksi tidak mengetahui pasangan yang ke-4 (empat); - Bahwa, saksi pernah melihat spanduk di sekitar Hotel Srikandi yang bertuliskan menolak maksiat karena merupakan himbauan dari kami juga; - Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa menyatakan keberatan; Terdakwa I. Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan : - Saksi ke-2 (kedua) meminta KTP yang saya bawa;
Halaman 52 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Yang benar adalah: - 15 menit sebelum Polisi datang saya sudah menghubungi Pak Kapolsek bahwa saya sudah di Hotel Srikandi saya mengatakan ”ada beberapa pasangan mesum Pak, tolong segera merapat ke Hotel Srikandi; - Ketika saksi datang bersama temannya saya menghampiri saksi yang baru masuk dan berkata “Pak ini KTP pasangan mesum silahkan diperiksa”; Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan : - Polisi yang datang hanya 2 (dua) orang; Yang benar adalah: - Ada beberapa Polisi yang berpakaian preman datang dan 15 menit sampai dengan 20 menit beliau-beliau melakukan pemeriksaan perkamar; Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan : - Semua tamu sudah berada diluar ketika saksi ke-2 (kedua) datang; Yang benar adalah: - Tidak ada satupun tamu yang diluar semua masih dalam kamar, setelah Polisi datang baru tamu keluar kamar; - Kamar nomor 6 yang mengaku anggota Polisi pasangannya masih di dalam kamar mandi kemudian Polisi menyuruhnya untuk keluar; - Kamar nomor 4 setelah Polisi datang keluar seorang laki-laki pasangannya yang perempuan masih di kamar mandi kemudian Polisi berpakaian preman mengetuknya sehingga yang perempuan juga keluar; Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-2 (kedua) menyatakan keterangannya sebagai berikut; - Bahwa saksi tidak mengetahui Terdakwa I menelpon pihak Polsek; - Bahwa saksi tetap pada keterangan yaitu meminta identitas para tamu yang dibawa Terdakwa I; - Bahwa benar ada Polisi Preman yang datang tetapi bukan dari Polsek Prambanan; - Bahwa saksi tetap pada keteranganya bahwa pada saat saksi datang di Hotel Srikandi para tamu sudah diluar kamar;
Halaman 53 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa benar kamar nomor 6 dan kamar nomor 4 pasangannya ada di dalam kamar mandi kemudian saksi datang pasangannya tersebut keluar dari kamar mandi; - Bahwa saksi tidak melakukan penggedoran atau mengetuk kamar nomor 4; Terdakwa II. Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan : - Semua tamu sudah berada diluar ketika saksi ke-2 (kedua) datang; Yang benar adalah: - Kamar nomor 6 yang mengaku anggota Polisi pasangannya masih di dalam kamar mandi kemudian Polisi menyuruhnya untuk keluar; - Kamar nomor 4 setelah Polisi datang keluar seorang laki-laki pasangannya yang perempuan masih di kamar mandi kemudian Polisi berpakaian preman mengetuknya sehingga yang perempuan juga keluar; Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi menyatakan keterangannya sebagai berikut; - Bahwa benar kamar nomor 6 dan kamar nomor 4 pasangannya ada di dalam kamar mandi kemudian saksi datang pasangannya tersebut keluar dari kamar mandi; - Bahwa saksi tidak melakukan penggedoran atau mengetuk kamar nomor 4; Terdakwa III. Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan : - Tidak ada yang bisa melarikan diri/keluar hotel; Yang benar adalah: - Pada waktu kita di depan orang mau keluar kita persilahkan tidak ada yang menahan walaupun sebenarnya bisa kami tahan kami bisa minta kuncinya dan ada 1 (satu) pasangan yang keluar Hotel; Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-2 (kedua) menyatakan keterangannya sebagai berikut; - Bahwa benar ketika kami datang ada 1 (satu) pasangan yang keluar Hotel berarti masih ada kesempatan untuk keluar hotel;
Halaman 54 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Terdakwa IV; Bahwa keterangan saksi ke-2 (kedua) yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan : - Tidak ada yang bisa melarikan diri/keluar hotel; Yang benar adalah: - Pada waktu itu orang mau keluar kita tidak menahan walaupun sebenarnya bisa kami tahan tetapi kita merasa bukan wewenang kita, ada 1 (satu) pasangan yang keluar Hotel kita persilahkan; - Kamar nomor 6 yang mengaku anggota Polisi pasangannya masih di dalam kamar mandi kemudian Polisi menyuruhnya untuk keluar; - Kamar nomor 4 setelah Polisi datang keluar seorang laki-laki pasangannya yang perempuan masih di kamar mandi kemudian Polisi berpakaian preman mengetuknya sehingga yang perempuan juga keluar; Terhadap keberatan terdakwa tersebut, dan atas pertanyaan Hakim Ketua terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-2 (kedua) menyatakan keterangannya sebagai berikut; - Bahwa benar ketika kami datang ada 1 (satu) pasangan yang keluar Hotel berarti masih ada kesempatan untuk keluar hotel; - Bahwa benar kamar nomor 6 dan kamar nomor 4 pasangannya ada didalam kamar mandi kemudian saya datang pasangannya tersebut keluar dari kamar mandi; - Bahwa saksi tidak melakukan penggedoran atau mengetuk kamar nomor 4; 3. Ir. Isa Nurnusanto, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai berikut: - Bahwa, kejadiannya tanggal 22 Desember 2017 di Hotel Srikandi saksi datang sekitar sekitar jam 14.30 WIB menempati kamar nomor 7 kemudian sekitar jam 16.00 WIB ada orang dari FPI mengetuk kamar nomor 6 kebetulan saksi masih didalam kamar setelah selesai mengetuk kamar nomor 6 ke kamar nomor 7 kebetulan saat itu saksi mau keluar pintu diketuk dan saksi buka saksi bertemu Sdr. Sudarno daan beliau bertanya “di dalam dengan siapa? KTP nya mana?” kemudian saksi beri kartu IAR (ijin amatir radio) kartu orari kemudian kartu IAR saksi serahkan dan difoto kemudian Polisi datang; - Bahwa, saksi menghuni kamar nomor 7 bersama dengan Sdr. Siti;
Halaman 55 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, saksi mendengar ketukan dari kamar sebelah yaitu kamar nomor 6 yang pertama tidak keras makin lama makin keras karena penghuni kamar nomor 6 dari dalam kamar tidak membuka pintunya; - Bahwa, tidak ada keributan di luar kamar, namun pada saat memerintahkan untuk keluar penghuni kamar nomor 6 agak keras dan lebih dari sekali; - Bahwa, Para Terdakwa mengetuk pintu secara pelan dan saksi langsung membukanya karena saksi sudah mau check out; - Bahwa, Para Terdakwa pada waktu itu bertanya, “di dalam kamar siapa?” namun tidak dijawab saksi kemudian mereka meminta identitas saksi dan saksi menyerahkan kartu IAR; - Bahwa, para Terdakwa kemudian memfoto identitas saksi selanjutnya polisi datang; - Bahwa, pasangan saksi pada waktu itu bersembunyi di kamar mandi; - Bahwa, pasangan saksi tidak disuruh keluar hanya dimintai KTP kemudian saksi minta KTP ke Sdr. Siti dan saksi serahkan KTP ke Terdakwa I kemudian KTP difoto dan selanjutnya polisi datang kemudian disuruh ke Polsek Prambanan; - Bahwa, saksi tidak menanyakan kenapa dimintai identitasnya karena pada waktu itu saksi takut dan saksi langsung memberikan karena merasa takut dan tidak nyaman karena melihat orang bergerombol dan takut terjadi keributan; - Bahwa, saksi tidak sempat dikumpulkan di depan halaman kamar hotel bersama tamu yang lain karena kebetulan polisi datang dan disuruh ke Polsek Prambanan; - Bahwa, tidak ada pernyataan dari Para Terdakwa yang mengatakan, “nanti urusan pihak Polsek”; - Bahwa, saksi baru sekali singgah di Hotel Srikandi; - Bahwa, para terdakwa tidak ada yang menahan saksi karena polisi sudah datang; - Bahwa, akibat kejadian tersebut saksi merasa tidak nyaman karena diminta menyerahkan identitas; - Bahwa, saksi diproses di persidangan dan divonis bersalah; - Bahwa, para terdakwa tidak melakukan ancaman dan tindakan kekerasan; - Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa I menyatakan keberatan;
Halaman 56 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Bahwa keterangan saksi ke-3 (ketiga) yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan : - Setelah Terdakwa I mengetuk pintu kemudian pintu dibuka, Terdakwa I langsung menanyakan dikamar bersama siapa dan minta KTP; Yang benar adalah: - Setelah Terdakwa I mengetuk pintu, Terdakwa I berkata dulu, “Pak mohon maaf saya mengganggu waktunya” kemudian baru Terdakwa tanya “saudara disini bersama siapa dan saya mintai identitas”; - Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-3 (ketiga) menyatakan tetap pada keterangannya bahwa saksi ke-3 (ketiga) tidak mendengar hanya mendengar waktu ditanyai bersama dengan siapa dan dimintai identitas; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV tidak keberatan; 4. Mikael Bagas Pangestu, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai berikut: - Bahwa, saksi bekerja di Hotel Srikandi yang beralamat di Desa Telogo, Prambanan selama kurang dari 2 (dua) tahun; - Bahwa saksi bekerja sebagai Office Boy menjaga kebersihan lingkungan; - Bahwa, saksi bertugas bersama dengan Sdr. Andang Kurniawan dari pagi jam 08.00 WIB sampai pagi 08.00 WIB ; - Bahwa, para terdakwa datang ke Hotel Srikandi kurang lebih sekitar jam 16.30 Wib dengan menggunakan baju putih-putih dan ada symbol segitiga; - Bahwa, pada waktu itu kamar yang terisi kamar nomor 4, kamar nomor 5, kamar nomor 6, kamar nomor 7, kamar nomor 10 dan kamar nomor 11; - Bahwa, setelah itu Terdakwa I datang ke kamar nomor 4 dan mengetuk pintu sedangkan Terdakwa lainnya di belakang Terdakwa I; - Bahwa, bunyi ketukan pintu biasa namun pintu tidak dibuka; - Bahwa, selanjutnya Para Terdakwa ke kamar lain yang terisi dan mengetuk pintu kamar, namun kamar nomor berapa saksi lupa karena pada waktu itu kamar nomor 4 dilompatin terlebih dahulu;
Halaman 57 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, selanjutnya Para Terdakwa mengetuk pintu kamar nomor 5 lalu ada pasangan yang keluar dari dalam kamar; - Bahwa, saksi melihat para tamu dimintai identitas oleh Terdakwa I kemudian Terdakwa yang lain mengambil foto identitas tersebut ; - Bahwa, ketika datang gerombolan orang memakai pakaian putih saksi takut terjadi keributan; - Bahwa, yang membawa para tamu dan identitas para tamu ke Polsek Prambanan adalah Polisi; - Bahwa, saksi tidak tahu apakah Para Terdakwa meminta ijin melakukan sweeping kepada pihak Hotel maupun kepada pihak yang berwenang; - Bahwa, pada waktu itu saksi bertugas bersama Sdr. Andang dan Sdr. Sigit; - Bahwa, kemudian Sdr. Andang Kurniawan melapor ke Polsek Prambanan; - Bahwa, saksi tidak tahu adanya keresahan masyarakat dengan adanya kegiatan di Hotel Srikandi; - Bahwa, saksi tidak tahu keempat pasangan bukan suami istri; - Bahwa, saksi tidak tahu peraturan orang menginap tidak perlu dimintai KTP; - Bahwa, short time adalah waktu singgah 4 jam sampai dengan 5 jam; - Bahwa, pemilik Hotel Srikandi bernama Pak Hendro yang berasal dari Wedi; - Bahwa, tidak ada kekerasan yang dilakukan oleh Para Terdakwa; - Bahwa, saksi tidak merasa di bawah ancaman dan paksaan; - Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan tidak keberatan; 5. Siti Wahyuni, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai berikut: - Bahwa, pada waktu itu saat sore saksi posisi di kamar mandi saksi sudah mau check out, ada yang mengetuk pintu dan yang keluar membuka pintu adalah Sdr. Isa Nurnusanto; - Bahwa, saksi masuk ke kamar Hotel Srikandi tersebut sekitar pukul 15.30 Wib; - Bahwa, tujuan saksi sebelumnya jalan-jalan dan makan kemudian diajak Sdr. Isa Nurnusanto ke Hotel Srikandi; - Bahwa, pada waktu itu pintu kamar yang ditempati saksi diketuk secara keras sebanyak 3 (tiga) kali ketukan; - Bahwa, saksi tidak mengetahui siapa yang mengetuk pintu kamar;
Halaman 58 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, Sdr. Isa Nurnusanto menghampiri saksi meminta identitas katanya ada masalah dan diminta identitasnya; - Bahwa, saksi pada waktu itu berada di kamar mandi; - Bahwa, sdr. Isa Nurnusanto mengatakan ada FPI dan disuruh ke Polsek Prambanan; - Bahwa, saksi tidak mengetahui Para Terdakwa karena ketika keluar saksi menundukkan wajah, karena takut bermasalah, takut ketahuan, takut ada kekerasan dan membuat saksi tidak nyaman; - Bahwa, sesampainya di Polsek Prambanan, saksi dimintai keterangannya dan bertemu dengan tamu hotel lainnya namun tidak saling bercerita; - Bahwa, ciri-ciri orang dari ormas FPI adalah memakai baju putih sesuai dengan barang bukti pakaian yang diajukan di persidangan; - Bahwa, pada saat keluar kamar tidak ada Para Terdakwa yang menahan saksi; - Bahwa, saksi tidak mendapat ancaman atau kekerasan dari Para Terdakwa; - Bahwa, saksi dan sdr. Isa Nurnusanto dikenai tindak pidana ringan dan dijatuhi vonis bersalah; - Bahwa, saksi sudah pernah 2 (dua) kali ke Hotel Srikandi, yang pertama sekitar 4 (empat) bulan sebelum kejadian; - Bahwa, saksi sudah berkeluarga, namun pisah rumah dan belum bercerai; - Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan tidak keberatan; 6. Susiana, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai berikut: - Bahwa, saksi datang ke Hotel Srikandi pada hari Jumat, tanggal 22 Desember 2017, kira-kira habis ashar; - Bahwa, saksi menempati kamar nomer 6; - Bahwa, yang membuka kamar Pak Widodo, saksi tidak dimintai KTP; - Bahwa, kurang lebih pukul 16.00 Wib, ketika saksi berada di kamar, ada rombongan datang memakai baju putih-putih; - Bahwa, saksi melihat dan mendengar ada yang mengetuk pintu kamar sebelah dengan mengintip dari membuka korden; - Bahwa, saksi karena merasa takut dan kebetulan hendak buang air kecil lalu saksi ke kamar mandi;
Halaman 59 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, suara ketukan pintu di kamar nomer 6, tidak kencang “permisi….Permisi” lalu ada suara “keluar nggak” lalu dibukakan oleh Pak Widodo dan saksi mendengar dari kamar mandi ada suara “sama siapa?” pertama tidak dijawab lalu dijawab bersama saksi; - Bahwa, pada waktu itu saksi mendengar kata-kata, “KTPnya mana?”; - Bahwa, saksi pada waktu itu tetap di kamar mandi; - Bahwa, saksi keluar dari kamar mandi karena disuruh keluar oleh Pak Widodo; - Bahwa, pada waktu itu saksi menunduk karena malu, takut dan panik, yang saksi lihat ada yang memakai baju putih, ada Polisi dan pada waktu itu posisi saksi keluar terakhir; - Bahwa, saksi kemudian langsung disuruh ke Polsek Prambanan saksi ambil helm saksi menuju keluar lokasi lalu saksi kembali lagi ambil sepeda motor yang lupa saksi parkir dindepan kamar kemudian saksi ke Polsek Prambanan; - Bahwa, saksi tidak melihat wajah orang yang berpakaian putih karena memakai helm dan kaca helm ditutup; - Bahwa, saksi membenarkan barang bukti pakaian putih adalah yang dipakai Para Terdakwa pada waktu itu; - Bahwa, tidak ada yang menghalangi saksi keluar dari Hotel Srikandi; - Bahwa, saksi tidak mendengar ada ancaman atau suara teriakan keras; - Bahwa, pada waktu itu saksi bertanya, “itu ada apa?, memakai pakaian putih-putih” Pak Widodo berkata, “itu FPI”; - Bahwa, Pak Widodo mengatakan itu FPI karena Pak Widodo seorang polisi; - Bahwa, saksi hanya diceritakan oleh Pak Widodo bahwa Pak Widodo menunjukkan kartu anggotanya; - Bahwa, saksi menggunakan sepeda motor merk Shogun dan diparkir di depan kamar; - Bahwa, saksi ketika di Polsek Prambanan dimintai keterangannya; - Bahwa, Pak Widodo bukan suami saksi dan sudah mempunyai istri; - Bahwa, saksi berstatus janda, walaupun di KTP tertulis kawin karena saksi belum mengurus pembuatan KTP; - Bahwa, saksi di siding tipiring karena melakukan perbuatan asusila dan divonis bersalah; - Bahwa, Pak Widodo dipanggil Propam, saksi dimintai keterangannya sebagai saksi namun Pak Widodo belum disidang;
Halaman 60 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, ketika saksi berusaha mencari informasi tentang Pak Widodo dijawab oleh seseorang Polisi yang mengatakan, “Yangmu wis dipindah”; - Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan tidak keberatan; 7. Jumali Bin Joyo Pawiro, (disumpah) menerangkan pada pokoknya sebagai berikut: - Bahwa, saksi ketika di dalam kamar terdengar suara ketuk-ketuk pintu kemudian saksi lihat dari jendela ada orang berpakaian putih-putih ada simbolnya kemudian saksi bingung saksi masuk kamar mandi selanjutnya yang membuka pintu adalah pasangan saksi yaitu sdr. Bandini; - Bahwa, saksi berada di kamar nomor 5; - Bahwa, saksi datang ke Hotel Srikandi pada pukul 15.00 Wib; - Bahwa, saksi melihat orang berbaju putih bergerombol dan mengetuk pintu kamar sekitar 4 atau 5 ketukan dan mengatakan “keluar” dengan nada biasa; - Bahwa, pintu kamar tidak langsung dibuka namun setelah dijawab sebentar pasangan saksi yang membukakan; - Bahwa, setelah dari kamar mandi saksi keluar kamar dan dimintai KTP, dengan cara bertanya, “mana identitasnya?” kemudian menanyakan “suami istri bukan?” lalu saksi menjawab, “bukan”; - Bahwa, saksi kemudian memberikan KTPnya karena takut apabila tidak diberikan dapat timbul keributan; - Bahwa, saksi tidak menanyakan kenapa KTPnya diminta; - Bahwa, setelah KTP saksi diberikan kemudian KTP tersebut dipotret oleh orang yang memakai penutup kepala/cadar; - Bahwa, KTP saksi tidak dikembalikan dan saksi tidak meminta kembali; - Bahwa, Terdakwa I yang menyuruh saksi untuk mengambil di Polsek Prambanan; - Bahwa, perasaan saksi ketika mengintip dari jendela bahwa ada orang yang berbaju putih adalah bingung, takut serta cemas karena saksi merasa bersalah dan saksi tahu kalau orang tersebut dari FPI; - Bahwa, saksi takut berhadapan dengan FPI karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan; - Bahwa, tidak ada tindakan fisik seperti merebut yang dilakukan oleh Para Terdakwa;
Halaman 61 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, saksi ke Hotel Srikandi menggunakan sepeda motor Kharisma berboncengan dengan sdri. Bandini dari Yogyakarta hendak ke Solo kemudian singgah /transit di Hotel Srikandi; - Bahwa, saksi memarkir sepeda motor di depan kamar di Hotel Srikandi; - Bahwa, saksi hendak pulang secepatnya tetapi sepeda motor dipegang oleh Para Terdakwa kemudian saksi masuk lagi di kamar sebelah; - Bahwa, saksi tidak tahu siapa yang menghalangi karena semua memakai masker dan berjumlah kurang lebih 5 (lima) orang; - Bahwa, saksi membenarkan gambar keempat dan kelima dari adegan rekonstruksi; - Bahwa, saksi takut karena merasa bersalah karena bukan pasangan suami istri menginap bersama di hotel; - Bahwa, tidak ada ancaman kepada saksi dalam memberikan KTP kepada Terdakwa I namun saksi memberikan karena merasa salah dan takut; - Bahwa, saksi sudah mempunyai istri dan anak; - Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan tidak keberatan; 8. Subandini Binti Marjo Diyono, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, saksi datang ke Hotel Srikandi bersama sdr. Jumali sekitar pukul 16.00 wib; - Bahwa, yang memesan kamar hotel adalah sdr. Jumali; - Bahwa, pada saat saksi dan sdr. Jumali berada di dalam kamar nomor 11, selang baberapa lama kemudian ada yang mengetuk – ngetuk pintu kamar lebih dari 2 (dua) kali dengan mengatakan, “keluar, keluar” karena takut lalu saksi membukakan pintu, pada saat itu sdr. Jumali berada di dalam kamar mandi; - Bahwa, sebelumnya saksi melihat dari jendela ada yang berpakaian putih-putih tertulis FPI yang datang sekitar 7 (tujuh) orang, dan pada saat membukakan pintu saksi melihat seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, gemuk, mengenakan kacamata, bertanya kepada saksi, “suami istri bukan?”, kemudian saksi menjawab, “bukan”, dan ada mengatakan, “mana identitas ibu, KTP bawa ndak?”, kemudian karena takut saksi memberikan KTP kepada orang tersebut; - Bahwa, tidak berapa lama kemudian sdr. Jumali keluar dari kamar mandi juga dimintai KTP kemudian sdr. Jumali menyerahkan KTP nya lalu
Halaman 62 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
orang tersebut memotret KTP saksi dan KTP Sdr. Jumali selanjutnya KTP tersebut dibawanya, lalu orang tersebut keluar kamar selanjutnya saksi dan sdr. Jumali mengikutinya sampai di depan kamar nomer 11; - Bahwa, pada saat di depan kamar, saksi melihat beberapa penghuni kamar yang lainya juga keluar dari kamarnya dan disuruh kumpul; - Bahwa, pada waktu menyerahkan KTP saksi disuruh Terdakwa I keluar dan disuruh ke Polsek untuk mengambil KTP; - Bahwa, saksi tidak meminta kembali KTP tersebut karena merasa takut; - Bahwa, sekitar 15 menit kemudian petugas polisi datang namun tidak bertanya apa-apa kemudian petugas memeriksa tiap kamar lalu disuruh ke Polsek Prambanan; - Bahwa, saksi berusaha pergi namun ada yang menghalangi karena para terdakwa berada di depan kamar dan ada yang mengatakan, “disini dulu jangan pergi”; - Bahwa, para terdakwa melakukan pemeriksaan berpencar ke setiap kamar; - Bahwa, saksi ketika datang ke Hotel Srikandi tidak dimintai identitasnya oleh petugas hotel; - Bahwa, saksi hanya melihat wajah 1 (satu) orang Terdakwa karena tidak memakai penutup wajah, sedangkan yang lain ada yang memakai masker dan helm full face; - Bahwa, ada dari para terdakwa yang mengatakan, “jaga-jaga” yang dimaksudkan saksi untuk tidak boleh keluar; - Bahwa, ada dari para terdakwa yang mengatakan, “kita ke Polsek, ya kalau ga mau daripada repot sendiri”; - Bahwa, sdr. Jumali bukan suami saksi dan sudah mempunyai istri; - Bahwa, saksi sudah mempunyai suami; - Bahwa, dari para terdakwa tidak melakukan kekerasan kepada saksi; - Bahwa, saksi di sidang di pengadilan dalam perkara tipiring dan divonis bersalah; - Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa I menyatakan keberatan yaitu terhadap keterangan yang mengatakan : - Kami ketika datang mengetuk pintu langsung bertanya; - Setelah meminta KTP kami menyuruh meminta keluar; Yang benar adalah: - Kami katakan terlebuh dahulu “permisi”; - Yang menyuruh keluar adalah Polisi
Halaman 63 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-8 (kedelapan) mengatakan “Iya ada kata-kata permisi dan disuruh keluar oleh Polisi”; Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa II dan Terdakwa III tidak keberatan; - Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa IV menyatakan keberatan, terhadap keterangan yang mengatakan : - Kami menahan saksi untuk tidak pergi keluar; Yang benar adalah: - Kami menahan saksi untuk tidak pergi keluar sekedar sampai Polisi datang, kami minta sabar sebentar, disini dulu; Terhadap keberatan terdakwa tersebut, lalu saksi ke-8 (kedelapan) mengatakan “Iya ada kata-kata tersebut, selebihnya tetap pada keterangan saksi; 9. Widodo, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, kejadiannya terjadi pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 15.30 WIB saat itu saksi menyewa kamar Hotel Srikandi dengan sdr. Susi; - Bahwa, saksi datang bersama-sama dengan sdr. Susi ke Hotel Srikandi karena hendak mengobrol masalah penggelapan sertifikat; - Bahwa, setelah sampai di Hotel Srikandi, saksi membuka kamar namun tidak menyerahkan KTP dan tidak mengisi buku tamu; - Bahwa, saksi menginap di kamar nomer 7, dan bertanya ke petugas hotel, “aman tidak?” dijawab “aman”; - Bahwa, saat saksi sedang mengobrol sambal makan, saksi melaui jendela yang kordennya terbuka sedikit melihat ada sekitar 6 sampai dengan 8 orang yang berbaju putih ada symbol hijau setahu saksi dari FPI; - Bahwa, saksi mendengar ada yang memerintahkan untuk berpencar; - Bahwa, ada yang mengetuk pintu ada 1(satu) orang dengan 3 kali ketukan berbunui,“dok..dok..dok..”, pertama pelan trus tambah tambah, lalu ada kata menyuruh keluar sekitar 2-3 kali yang ke 3 kalinya saksi membuka pintunya; - Bahwa, yang mengetuk pintu kamar adalah Terdakwa IV kemudian saksi dimintai identitas oleh Terdakwa I, sebelumnya ditanya, “bapak sama siapa?” lalu saksi menjawab, “saya anggota”, setelah itu saksi
Halaman 64 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
menunjukkan kartu anggota, kemudian KTP diserahkan pada Terdakwa I; - Bahwa, saksi membenarkan keterangannya di BAP pada tanggal 24 Desember 2017 pertanyaan nomer 5; - Bahwa, saksi tidak tahu siapa yang memotret KTPnya; - Bahwa, saksi membenarkan keterangannya di BAP pada tanggal 24 Desember 2017 pertanyaan nomer 8; - Bahwa, saksi mendengar Terdakwa I menghubungi Kapolsek untuk datang ke hotel dengan kata-kata “untuk anggota Polsek segera datang ke lokasi Hotel Srikandi kalau tidak datang mungkin ada terjadi sesuatu”; - Bahwa, kemudian datang 2 (dua) orang polisi berpakaian dinas, yang salah satunya bernama Pak Liman; - Bahwa, petugas kepolisian tersebut kemudian ke kamar-kamar bergabung dengan orang-orang yang berpakaian putih, kemudian memberi mengarahkan ke Polsek Prambanan; - Bahwa, sdr Susi dimintai keterangannya di Polsek kemudian perkara tipiring di proses di pengadilan sedangkan saksi terkena hukuman disiplin ankum (atasan menghukum) di Polres Sleman kemudian dimutasi di Polsek Kalasan; - Bahwa, perasaan saksi takut dan malu saat yang mengetuk merupakan FPI karena berjumlah banyak dan berfikir akan dikira “cluthak”padahal saksi tidak melakukan itu; - Bahwa, menurut saksi yang berwenang meminta identitas adalah apparat penegak hukum yaitu kepolisian; - Bahwa, saksi dan sdr. Susiana datang ke Hotel Srikandi karena hendak membahas penggelepan sertifikat yang dilaporkan oleh sdr. Susiana; - Bahwa, saksi merasa malu karena sdr. Susiana bukan istri saksi; - Bahwa, saksi tidak dijadikan saksi dalam perkara tipiring sdr. Susiana; - Bahwa, saksi tidak tahu aturan dalam Pasal 516 KUHP yang mengharuskan jasa penginapan mencatat identitas para tamu hotel; - Bahwa, pada waktu saksi keluar kamar, pakaian saksi masih rapi; - Bahwa, saksi menyuruh Sdr. Susiana keluar dari kamar mandi dengan mengatakan “ayo dik sudah ada polisi”; - Terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa I menyatakan keberatan, bahwa keterangan saksi ada yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan :
Halaman 65 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Kami ke hotel jam 16.30 WIb; - Saudara saksi di kamar nomer 7; - Bahwa saksi mengikuti saksi menuju ke resepsionis; - Ada tarik menarik KTP; Yang benar adalah: - Kami ke hotel jam 16.10 WIb; - Kamar saudara saksi menghadap ke selatan bukan ke barat, saksi di kamar nomer 6 - Bahwa saksi diajak saudara saksi menuju resepsionis; - Bahwa saksi bilang “saksi anggota tolong dibantu”; - Tidak ada tarik menarik KTP Terhadap keberatan terdakwa tersebut, saksi mengatakan: - Benar bahwa para terdakwa datang ke hotel jam 16.10 WIB; - Bahwa saksi di kamar nomer 6; - Iya benar saksi mengatakan“saksi anggota tolong dibantu”; - Bahwa saksi tidak ada kata-kata mengajak terdakwa karena dia mengikuti sendiri sehingga saksi tetap pada keterangan saksi sebelumnya; - Awal mula saksi serahkan KTP pada orang yang mengetuk pintu salah satu dari terdakwa kemudian saksi berusaha meminta tapi tidak dikembalikan itulah terjadinya tarik menaarik KTP lalu KTP saksi ddiserahkan ke Pak Ustadz (Terdakwa I) sehingga saksi tetap pada keterangan saksi sebelumnya; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II menyatakan cukup; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa III menyatakan keberatan, bahwa keterangan saksi yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan : - Yang mengetuk pintu adalah Terdakwa IV; Yang benar adalah: - Yang mengetuk pintu adalah saksi dan saksi mengatakan “permisi”; - Pada waktu itu saksi sambil membetulkan resleting celana; - Pada waktu itu saksi membawa botol minuman Hemaviton saksi meminta dengan niat mau membantu membuangnya kemudian saksi membuangnya; Terhadap keberatan terdakwa tersebut, saksi mengatakan:
Halaman 66 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Saksi tidak tahu yang mengetuk karena saksi tidak memperhatikan wajahnya karena wajah memakai penutup/masker dan tidak bisa membedakan; - Bahwa kebiasaan saksi memegangi celana, sehingga saksi tetap pada keterangan saksi sebelumnya; - Setahu saksi dan pengertian saksi dikira saksi mau melarikan diri, sehingga saksi tetap pada keterangan saksi sebelumnya; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa IV menyatakan keberatan, bahwa Terdakwa IV juga ikut melihat resleting saksi terbuka; Bahwa, atas keberatan Terdakwa IV tersebut saksi tetap pada keterangannya; 10. Tri Haryanti, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, pada tanggal 22 Desember 2017 saksi bersama dengan calon suaminya yang bernama Anton Agus Rishartanto datang ke Hotel Srikandi pada pukul 16.00 Wib dan menginap di kamar nomer 5; - Bahwa, pada pukul 16.15 Wib, ketika saksi berada dalam kamar, ada yang mengetuk pintu kamar lumayan keras karena TV di kamar dalam keadaan mati jadi suara ketukan terdengar keras, sebelum saksi membuka pintu kamar, saksi cek dari jendela terlihat orang berbaju putih, begitu pintu saksi buka saksi tanyakan, “ini dari mana Pak?” dan dijawab, “FPI Klaten” saksi kaget, tidak lama kemudian saksi ditanya, “sama siapa?” saksi jawab, “sama calon suami saksi” lalu beliau bilan,g “belum sah ya mbak” saksi jawab, “ya belum sah” tidak lama kemudian calon suami saksi keluar dari kamar mandi, kemudian saksi ditanya, “ada identitas KTP?” berhubung KTP saksi hilang jadi yang mengeluarkan KTP pada waktu itu calon suami saksi ; - Bahwa, pada saat saksi membuka pintu, yang muncul diantara para terdakwa adalah Terdakwa I; - Bahwa, pada waktu itu KTP tidak dikembalikan oleh terdakwa tetapi disuruh mengambil ke Polsek Prambanan; - Bahwa, saksi merasa saksi takut karena langsung bergerombolan dan takut ada rasa tidak nyaman, apabila yang datang Polisi, saksi agak lumayan tenang; - Bahwa, polisi datang beberapa menit kemudian;
Halaman 67 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, saksi keluar kamar ketika polisi datang kemudian saksi dan calon suami pergi ke Polsek Prambanan; - Bahwa, sebelum ke Hotel Srikandi, saksi datang ke kelurahan hendak mengurus surat-surat pernikahan; - Bahwa, surat-surat persyaratan pernikahan dan sempat difoto oleh salah satu terdakwa; - Bahwa, saksi berada di kamar tersebut sekitar 15 menit; - Bahwa, setahu saksi para terdakwa tidak mempunyai kewenangan untuk memeriksa karena yang mempunyai kewenangan adalah Polisi; - Bahwa, saksi merasa takut terjadi keributan dan membahayakan keselamatan; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa I menyatakan keberatan, ada keterangan saksi yang tidak benar yaitu : - Terdakwa I mengetuk pintu keras; Yang benar adalah: - Terdakwa I mengetuk pintu tidak keras hanya biasa; - Saksi pernah mengatakan sebaiknya ada kegiatan seperti ini dilakukan minimal seminggu sekali ketika melihat berkas-berkas persyaratan nikah; Terhadap keberatan terdakwa tersebut, saksi tetap pada keterangannya bahwa saksi mendengar ketukan keras karena kondisi kamar bergema jadi terdengar keras ketukannya tersebut dan saksi menyatakan benar bahwa pernah ada mengatakan sebaiknya ada kegiatan seperti ini dilakukan minimal seminggu sekali ketika Terdakwa I melihat berkas- berkas persyaratan nikah”; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV tidak keberatan; 11. Anton Agus Rishartanto, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 di Hotel Srikandi, sekitar pukul 16.00 Wib, saksi check in bersama Tri Harjanti di kamar No.5 lalu saksi mandi karena habis mengurus mempersiapkan persyaratan untuk melaksanakan pernikahan, kemudian tidak lama dengar ketukan dari luar, Tri Harjanti posisi di kamar sedangkan saksi di kamar mandi; - Bahwa, ada ketukan kurang lebih 3 (tiga) kali namun untuk kata-kata saksi tidak mendengar;
Halaman 68 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, kemudian Tri Harjanti membuka pintu kemudian dari kamar mandi saksi mendengar, “mbak sama siapa disini?” lalu dijawab, “sama calon suami saksi” pada waktu itu saksi mengira yang datang adalah petugas hotel, lalu ada pertanyaan pada calon istri, “ada identitas KTP nya?” dijawab, “KTP tidak ada karena hilang tapi ada surat kehilangan” lalu ditunjukkan semua berkas-berkas lalu saksi keluar kamar mandi dan ditanya, “ada identitas KTP nya?” saksi jawab, “ada” lalu saksi mengambil KTP dari dalam dompet kemudian diambil, dilihat dan difoto, kemudian setelah itu saksi menanyakan, “kapan KTP saksi diambil Pak?” dijawab, “nanti di kantor polisi Prambanan” kemudian setelah itu saksi bersiap-siap untuk pergi ke kantor polisi Prambanan kemudian ketika saksi keluar datang petugas polisi lalu saksi keluar menuju ke Polsek Prambanan; - Bahwa, nada orang yang mengetuk pintu pada saat menanyai calon istri saksi, bertanya dengan nada biasa; - Bahwa, yang mengambil KTP saksi adalah Terdakwa I; - Bahwa, yang menyuruh ke Polsek adalah Terdakwa I; - Bahwa, selain KTP yang difoto juga berkas-berkas untuk persyaratan pernikahan juga difoto; - Bahwa, perasaan saksi pada waktu itu takut dan panik, karena sebelumnya belum pernah berurusan dengan ormas dan takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan; - Bahwa, ketika di Polsek saksi memberikan keterangan dan saksi diproses perkara tipiring kemudian saksi disidang; - Bahwa, saksi divonis terbukti bersalah karena telah berduaan di dalam kamar dalam keadaan pintu tertutup dan saat itu saksi belum sah karena belum menikah; - Bahwa, saksi tidak ikhlas KTPnya diminta pada saat itu; - Bahwa, ciri-ciri Terdakwa yang lainnya tidak jelas karena ada 2 (dua) orang yang memakai helm full faced/cakil sehinga saksi tidak bisa melihat wajahnya; - Bahwa, menurut saksi, ormas tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan razia dan meminta KTP; - Bahwa, saksi keluar bertepatan dengan datangnya polisi, kemudian saksi mengambil sepeda motor; - Bahwa, saksi tidak dibentak, dipukul dan dipegang oleh Para Terdakwa;
Halaman 69 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, saksi tidak dimintai KTP ketika hendak menginap di Hotel Srikandi; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa I, Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV tidak keberatan; 12. Sigit Haryono, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, saksi bekerja di Hotel Srikandi di Desa Tlogo, Kec. Prambanan sebagai office boy sejak 5 (lima) tahun yang lalu; - Bahwa, saksi sebagai Office Boy bertugas saksi membersihkan kamar hotel dan mencuci; - Bahwa, saksi bekerja di Hotel Srikandi dari pukul 08.00 Wib sampai dengan pukul 08.00 Wib hari berikutnya; - Bahwa, pada hari Jum’at, tanggal 22 Desember 2017, saksi bekerja di Hotel Srikandi; - Bahwa, pada pukul 16.00 Wib sampai dengan pukul 17.00 Wib di Hotel Srikandi saksi melihat 6 (enam) orang dari ormas berpakaian putih-putih naik sepeda motor datang ke Hotel Srikandi lalu masuk ke Loby Hotel; - Bahwa, saksi diberitahu oleh sdr. Bagas ada sweeping; - Bahwa, saksi keluar sebentar dari dalam dapur lalu ke depan dan karena takut lalu saksi kembali lagi ke dapur dan hanya mengintip saja dari dalam dapur; - Bahwa, ketika mengintip dari dalam dapur, saksi melihat ada orang- orang yang berpakaian putih masuk ke halaman belakang di depan kamar hotel; - Bahwa, saksi melihat salah satu orang dari ormas mengetuk-ketuk pintu kamar hotel nomor 4; - Bahwa, tamu hotel yang berada di dalam kamar hotel no 4 membuka pintu dan keluar dari kamar; - Bahwa, salah satu orang dari ormas tersebut meminta KTP tamu hotel nomor 4; - Bahwa, saksi tidak mendekati orang-orang dari ormas dan tamu hotel nomer 4 karena saksi takut jika terjadi keributan; - Bahwa, tidak melihat tamu kamar hotel nomor 5, nomor 6, nomor 7, nomor 10 dan no. 11 keluar dari dalam kamar; - Bahwa, selanjutnya datang polisi sejumlah kurang lebih 6 (enam) orang ke Hotel Srikandi;
Halaman 70 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, saksi tidak melihat para tamu hotel Srikandi ada yang bergerombol di sekitar depan pintu kamar hotel Srikandi; - Bahwa, saksi tidak mengenali wajah-wajah ke-6 (enam) orang dari ormas berpakaian putih-putih masuk ke hotel Srikandi karena mereka memakai helm; - Bahwa, selain saksi yang masuk kerja di Hotel Srikandi pada waktu itu yaitu Sdr. Andang dan Sdr. Bagas; - Bahwa, pada waktu 6 (enam) orang dari ormas berpakaian putih-putih masuk ke hotel Srikandi Sdr.Andang dan Sdr. Bagas ada; - Bahwa, atas kedatangan 6 (enam) orang dari ormas berpakaian putih- putih masuk ke hotel Srikandi tersebut yang dilakukan oleh Sdr. Andang menemui saksi lalu bertanya kepada saksi, “gimana ini lik?”, lalu saksi sarankan lapor saja ke Polsek; - Bahwa, saksi tidak tahu sebelum ada petugas dari Kepolisian datang di hotel Srikandi ada tamu hotel yang pergi dari hotel Srikandi; - Bahwa, saksi tidak tahu apakah ke-6 (enam) orang dari ormas yang berpakaian putih-putih datang ke hotel Srikandi minta ijin kepada pengelola hotel Srikandi; - Bahwa, sebelumnya di hotel Srikandi di Tlogo, Prambanan belum pernah ada kejadian seperti kejadian ini; - Bahwa, saksi tidak tahu mengenai buku tamu yang dijadikan barang bukti di persidangan ini adalah buku tamu yang digunakan untuk mencatat identitas tamu yang datang di Hotel Srikandi; - Bahwa, pemilik hotel Srikandi yaitu bapak Hendro; - Bahwa, saksi tidak tahu apakah pemilik hotel Srikandi adalah seorang Jenderal Polisi; - Terhadap keterangan saksi tersebut,lalu Terdakwa I menyatakan bahwa keterangan saksi ada yang tidak benar yaitu keterangan yang mengatakan saksi meminta KTP tamu kamar nomor 4; Yang benar adalah: - Saksi tidak meminta KTP tamu kamar nomor 4 karena penghuni kamar nomor 4 mengatakan ia sendirian dikamar nomor 4; Terhadap sangkalan dari Terdakwa I tersebut, lalu saksi menyatakan tetap pada keterangannya; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II, Terdakwa III, Terdakwa IV menyatakan cukup;
Halaman 71 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
13. Suyono, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, saksi tidak mengetahui kejadian dalam perkara ini; - Bahwa, saksi bertugas sebagai Kapolsek Karangdowo, Kab. Klaten; - Bahwa, kaitannya dengan tugas pokok dan fungsi sebagai Kapolsek Kecamatan Karangdowo, saksi pernah diundang untuk mengikuti Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 pada hari Kamis, tanggal 21 Desember 2017,seluruh jajaran Kapolsek ada undangan dari bapak Kapolres, juga diundang dari MUI Klaten, ormas dan juga pejabat dari pemda Klaten kaitannya adanya kegiatan Operasi Lilin Candi 2017; - Bahwa, pada waktu itu ada beberapa hal yang disampaikan berkaitan dengan situasi kamtibmas di Kabupaten Klaten diantaranya mengajak Muspida, MUI Klaten, Ormas untuk bersama-sama ikut serta dalam pengamanan, bekerja sama dan bersinergi dalam pelaksanaan tugas Polres Klaten dalam pengamanan Ops Lilin candi 2017 dapat terlaksana dengan lancar dan aman serta diharapkan semua ormas bisa menjaga kententraman dan kondusifitas Kab. Klaten; - Bahwa, Bapak Kapolres memberikan himbuan kepada ormas yang ada di wilayah kabupaten Klaten untuk tidak melakukan tindakan sweeping dan lain-lain di wilayah kabupaten Klaten dan diharapkan kontribusinya informasi selalu disampaikan kepada pihak Kepolisian untuk sama- sama melaksanakan dalam hal pemberantasan pekat; - Bahwa, dari ormas dari FPI yang hadir dalam pertemuan Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 tersebut yang saksi lihat yang hadir yaitu bapak Abu Fatih dan Terdakwa I serta beberapa rekan dari FPI; - Bahwa, dalam pertemuan Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 tersebut juga ada sosialisasi UU RI Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang? - Bahwa, semua ormas sepakat dan setuju untuk menjaga kondusifitas dan bekerjasama serta bersinergi dalam menjaga pengamanan, pelaksanaan tugas Polres Klaten dalam pengamanan Ops Lilin candi 2017;
Halaman 72 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, saksi sudah bertugas di Kepolisian RI kurang lebih sudah 30 tahun; - Bahwa, pengertian Penyakit Masyarakat adalah perbuatan masyarakat yang melanggar norma Agama dan norma Hukum; - Bahwa, sesuai Peraturan Perundang-undangan setiap pelanggaran yang berkaitan dengan hukum yang melaksanakan dan mempunyai kewenangan memberantas PenyakitMasyarakat adalah Penegak Hukum yaitu Kepolisian; - Bahwa, selain Kepolisian, sesuai perda, satpol PP juga diberikan kewenangan tindakan yang lingkupnya tidak lebih dari Perda itu sendiri; - Bahwa, dalam Pasal 82A ayat (1) UU RI Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang ada larangan bagi ormas tidak boleh melakukan sweeping dan tindakan-tindakan lain yang berhubungan dengan wewenangnya, karena wewenang pemberantasan penyakit masyarakat tersebut merupakan tugas dari Penegak Hukum; - Bahwa, tentang Partisipasi dari Ormas dalam penegakan hukum, tidak disampaikan dalam Rakor Lintas Sektor tersebut karena sudah ada tupoksi masing-masing, sehingga ormas diharapkan membantu dalam menciptakan kondisi dan keamanan di Kabupaten Klaten; - Bahwa, saksi tidak pernah ditelpon oleh Terdakwa I atau dari ormas FPI lainnya pada hari Jum’at, tanggal 22 Desember 2017 tentang kejadian di Hotel Srikandi; - Terhadap keterangan saksi tersebut Para Terdakwa menyatakan tidak berkeberatan dan cukup; 14. Barozi, S.H.,M.H., (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut: - Bahwa, saks tidak mengetahui kejadian dalam perkara ini; - Bahwa, saksi bertugas sebagai Kapolsek Gantiwarno Kabupaten Klaten sejak bulan Oktober 2016; - Bahwa, pada hari Kamis, tanggal 21 Desember 2017 saksi pernah mengikuti Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 di Mapolres Kabupaten Klaten ;
Halaman 73 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, yang mengundang Kapolres Kab. Klaten bapak AKPB Juli Agung Pramono, S.H., S.I.K., M.HumB - Bahwa, yang diundang dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 di Mapolres Kabupaten Klaten adalah Perwira Utama Mapolres Kabupaten Klaten, para Kapolsek, unsur Muspida, MUI Klaten, Tokoh Masyarakat, ORMAS dan juga pejabat dari Pemda Klaten; - Bahwa dari ormas FPI yang hadir Bapak Suyadi dan Sdr. Sulis; - Bahwa, dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 tersebut dibahas mengenai pengamanan Natal dan Tahun Baru kaitannya dengan Operasi Lilin Candi 2017; - Dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 tersebut yang disampaikan oleh Kapolres Kabupaten Klaten yaitu: mengajak Muspida, MUI Klaten, ormas untuk bersama-sama ikut serta bekerjasama dan bersinergi dalam pengamanan Natal dan Tahun Baru serta kita semua dan siapapun tidak boleh melakukan kegiatan yang diluar tugas dan kewenangan penegak hukum misalnya Sweeping; - Bahwa dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 tersebut Kapolres Klaten mengemukakan Ormas tidak boleh melakukan sweeping; - Bahwa, selain itu juga disosialisasikan mengenai Undang-undang ormas yang baru; - Bahwa, Pasal 82 A UU RI Nomor 16 Tahun 2017 isinya kaitannya mengenai sanksi terhadap ormas yang melakukan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya bukan kewenangannya; - Bahwa, dalam Rakor Lintas Sektor dalam rangka Operasi Lilin Candi 2017 tersebut ada pertanyaan dari Ormas FPI kepada Narasumber yaitu pertanyaan dari bapak Yadi yang menanyakan tentang masalah galian C; - Bahwa, ormas tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan sweeping; - Bahwa, yang mempunyai kewenangan untuk melakukan sweeping yaitu Penegak Hukum; - Bahwa, secara prosedur apabila diketahui ada Penyakit Masyarakat dilingkungan sekitar, lalu ada sekelompok orang atau masyarakat ingin melakukan pemberantasan Penyakit Masyarakat tersebut terlebih dahulu harus memberitahukan dulu pada Polisi selanjutnya bisa bersama-sama
Halaman 74 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
sehingga bisa memonitoring apakah yang dilakukan tersebut benar atau tidak; - Bahwa, Penyakit Masyarakat itu itu termasuk salah satunya adalah Minuman Keras (MIRAS), Prostitusi dan sebagainya; - Bahwa, dengan adanya UU ormas yang baru, bila ormas akan melakukan Razia atau Sweeping, disitu sudah dijelaskan ormas dilarang melakukan kegiatan-kegiatan yang bukan tugas dan kewenangannya. Seyogyanya apabila ormas akan melakukan seperti itu seharusnya berkoordinasi terlebih dahulu dengan Kepolisian; - Bahwa, apabila seandainya terjadi transaksi narkotika, kita melihat situasi dan kondisi dilapangan, jadi kita bisa membedakan pribadi dengan kedudukan, sehingga anggota ormas bila disitu dengan kasatmata melihat langsung itu mungkin bisa dilakukan penangkapan tetapi dilihat dulu apabila disitu dekat dengan kantor Polisi sehingga masih bisa berkoordinasi, tetapi karena hal tersebut tidak dilakukan oleh Terdakwa I maka terjadi kejadian seperti ini; - Bahwa, buku tamu hotel yang saksi pernah lihat ketika berdinas di Polsek Kota bukan seperti buku tamu hotel Srikandi yang diajukan sebagai barang bukti; - Bahwa buku tamu hotel seperti register, disitu tertulis nama tamu hotel dan fotokopi KTP tamu hotel; - Bahwa, pada prinsipnya dilakukan penyitaan apabila barang bukti yang disita ada kaitannya dengan tindak pidana; - Bahwa, saksi mengetahui bunyi Pasal 516 KUHP; - Bahwa, penyitaan barang bukti harus melalui ijin dari Ketua Pengadilan; - Bahwa, terhadap pelanggaran seperti miras tidak melalui ijin Ketua Pengadilan karena miras merupakan tipiring; - Bahwa, penyitaan dilihat situasinya terlebih dahulu, apabila sangat mendesak maka disita terlebih dahulu baru minta ijin Ketua Pengadilan Negeri; - Terhadap keterangan saksi tersebut, lalu Terdakwa I menyatakan bahwa keterangan saksi ada yang tidak benar yaitu : - Keterangan yang mengatakan dalam Rakor Linsek dalam rangka Ops Lilin Candi 2017 Kapolres Klaten menyampaikan sosialisasi mengenai UU tentang ORMAS; - Yang benar adalah:
Halaman 75 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Dalam Rakor Linsek dalam rangka Ops Lilin Candi 2017 Kapolres Klaten tidak menyinggung mengenai UU tentang ORMAS; - Terhadap sangkalan dari Terdakwa I tersebut, lalu saksi menyatakan tetap pada keterangannya; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa II, Terdakwa III, Terdakwa IV menyatakan cukup; 15. Ahli Lilik Yunanto, S.H.,M.Si, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, ahli bekerja di Kantor Kesbangpol Kab. Klaten; - Bahwa, sejak 1 September tahun 2017, menjabat sebagai Plt. Kasie Ketahanan Seni, Budaya, Agama, Ekonomi dan Kemasyarakatan. Melakukan pembinaan dan pengawasan di bidang ketahanan seni, Budaya, Agama, Ekonomi dan kemasyarakatan untuk memperkuat Idiologi Negara; - Bahwa tugas ahli berkaitan dengan ormas, yaitu merumuskan kebijakan, melakukan pembinaan dan pendataan ormas, melakukan kegiatan yang berkaitan dengan seni budaya agama untuk memperkuat Idiologi Negara yaitu Pancasila; - Bahwa, pemberian ijin tentang adanya ormas adalah kewenangan Kesbangpol sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 bahwa Kantor KESBANGPOL mempunyai wewenang untuk menerbitkan Surat Keterangan Daftar Organisasi Kemasyarakatan; - Bahwa, pada waktu UU berlaku tidak semua ormas di Klaten mengurus SKT, karena mengaajukan SKT ada mekanismenya mempunyai NPWP, mengajukan SKT ada struktur organisasi dan domisili, tidak ada perselisihan di Pengadilan; - Bahwa, prosedurnya adalah ormas tersebut datang sendiri ke Kesbangpol, mengisi formulir pengajuan tercatat SKT, melampirkan fotokopi kepengurusan AD ART domisili, fotokopi NPWP, surat yang menyatakan tidak ada perselisihan di Pengadilan; - Bahwa, ormas di Klaten yang terdaftar pada saat ini berjumlah 103; - Bahwa, ormas FPI Kabupaten Klaten telah diterbitkan Surat Keterangan daftar Organisasi Kemasyarakatan, sesuai dengan Surat Keterangan terdaftar Nomor : 23-33-10/0001/X/2016, tanggal 18 Oktober 2016 yang menerangkan bahwa DPW FPI Kab. Klaten yang beralamat di Dk.
Halaman 76 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Kebitan 36/14, Ds. Nangsri, Kec. Manisrenggo, Kab. Klaten terdaftar sejak tanggal 18 Oktober 2016 sampai dengan 18 Oktober 2021; - Bahwa, SKT yang diberikan ormas bukan berbadan hukum, yang berbadan hukum menurut UU No.16 tahun 2017 harus didaftarkan di Kemenkumham; - Bahwa, dengan SKT saja diakui melakukan kegiatan di wilayah tersebut; - Bahwa, berdasarkan AD ART ruang lingkup dari ormas FPI adalah menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar di segala kehidupan dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan metode lembut dengan langkah mengajak dengan hikmah, ilmu dan amal memberi mauidhoh hasanah dan berdiskusi dengan baik, dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan metode tegas dengan langkah menggunakan kekuatan bila mampu, bila tidak mampu menggunakan lisan daan pena, bila kedua langkah tadi tidak mampu menggunakan hati yang tertuang dalam ketegasan dan sikap; - Bahwa, tujuan ormas FPI adalah mengembalikan umat islam pada fitrahnya, mendidik umat islam bisa hidup mandiri sejahtera; - Bahwa, usahanya adalah dengan ibadah, dakwah dan fatwa, hubungan luar negeri dan dalam negeri di segala bidang selama tidak bertentangan dengan syariat islam; - Bahwa, struktur kepengurusan ormas FPI yang terdaftar di Kesbangpol adalah Ketuanya Bpk. Suyadi, Sekretaris Bpk. Isnan Sabandhi, Bendahara Bpk. M. Thohir Bahri; - Bahwa, pembinaan terhadap ormas dilakukan setahun 2 (dua) kali diberikan sosialisasi UU ormas., yang diundang ormas yang mempunyai SKT, Kejaksaan, Polres dan Kodim, sesuai tupoksinya Kodim dengan idiologi Negara, Polres dengan UU ormas; - Bahwa, pembinaan terakhir dilakukan pada bulan oktober 2017; - Bahwa, sosialisasi ormas bekerja sesuai dengan tupoksinya dan mematuhi UU ormas; - Bahwa, ahli lupa apakah dari pihak FPI hadir atau tidak; - Bahwa, terkait UU RI nomor 16 tahun 2017 tentang penetapan Peraturan Pemerintah pengganti UU RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang perubahan atas UU RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang, point yang terdapat di dalamnya adalah untuk Pendaftaran bisa lewat Kesbangpol namun yang mengesahkan adalah Kementrian Dalam Negeri;
Halaman 77 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, mengenai pembubaran ormas yang berwenang untuk badan hukum adalah Kemenkumham dan yang SKT adalah Kemendagri namun ada prosedurnya yaitu ada teguran secara tertulis selama 7 (tujuh) hari penghentian kegiatan, kemudian baru ada pembubaran jadi tidak lewat Pengadilan; - Bahwa, dalam Pasal 59 Undang-Undang tersebut juga diatur mengenai pasal pidana; - Bahwa, ormas dilarang melakukan kegiatan yang menjadi tugas kewenangan aparat penegak hukum menurut peraturan perundang- undangan, contohnya: ormas di daerah melakukan penyelidikan terhadap laporan masyarakat bahwa ada yang meminta seperti keuangan disebuah desa atau sekolah, harusnya ormas melapor pada pihak yang berwajib melibatkan penegak hukum dan tidak bisa melakukan kegiatan secara pribadi; - Bahwa, pada waktu akan sweeping ormas FPI tidak ada ijin dari Kesbangpol; - Bahwa, dari FPI yang aktif adalah Pak Suyadi sedangkan para terdakwa ahli tidak tahu; - Bahwa, menurut ahli yang dianggap sebagai anggota ormas harus mempunyai kartu anggota untuk membedakan dengan partisipan; - Bahwa, apabila seseorang tersebut belum memiliki kartu anggota tetapi pimpinan ormas tersebut menganggap sebagai anggota, selama dia menggunakan atribut dan mematuhi perintah pimpinan ormas bisa dianggap sebagai anggota ormas; - Bahwa, apabila seseorang menggunakan pakaian hansip, untuk dapat dianggap sebagai hansip harus di lihat konteksnya dalam arti ketika dia menggunakan hansip daan ketika mengikuti kegiatan seperti upacara hansip dan lain-lain kalau tidak ada ijin dari pimpinan tidak mungkin boleh mengikutinya; - Bahwa, apabila seseorang menggunakan pakaian seragam biru putih (satpam) mengikuti pelatihan satpam, dia seorang satpam ketika memakai seragam satpam dan ada ijin dari perusahaan tidak harus tertulis bisa lisan tentunya dia seorang satpam; - Bahwa, saksi pernah mengikuti sosialisasi ormas yang dilakukan Kesbangpol di Propinsi pada tanggal 20 Pebruari 2018; - Bahwa, saksi tidak tahu masa sosialisasi undang-undang tentang ormas tersebut berapa lama;
Halaman 78 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, direncanakan pada bulan April 2018 ada sosialisasi undang- undang untuk 103 ormas di Klaten; - Bahwa, Kesbangpol tidak membawahi hotel, yang mengawasi hotel untuk pajak di BPKD sedangkan untuk perijinan di kantor pelayanan terpadu; - Bahwa, yang berhak menindak bilamana ijin tidak sesuai peruntukannya adalah kewenangan Satpol PP sebagai penegak perda; - Bahwa, belum pernah ada pencabutan ijin karena melakukan pelanggaran tetapi pernah ada peringatan untuk hotel di Kabupaten Klaten; - Terhadap keterangan ahli tersebut, para terdakwa tidak keberatan dan menyatakan cukup; 16. Mujiana, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, saksi menjabat sebagai Kapolsek Prambanan sejak bulan September 2017; - Bahwa, tugas saksi adalah sebagai Pembina Kamtibnas di Wilayah Prambanan agar tercipta keamanan, aman dan kondusif; - Bahwa, pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017, pukul 16.30 Wib, saksi ditelpon seseorang yang tidak ada namanya kemudian saksi tanya dari mana dan dijawab, “FPI” kemudian mengatakan, “saya di Hotel Srikandi menemukan pasangan mesum, segera datang kalau tidak datang teman-teman saya mau berbuat apa saya tidak bisa menahan”; - Bahwa, setelah itu saksi menelpon petugas jaga yaitu Pak Mul supaya segera ke Hotel Srikandi kemudian dijawab, “anggota sudah meluncur terlebih dahulu” karena sebelumnya sudah ada laporan; - Bahwa, setelah sampai di Kantor Polsek Prambanan semua anggota saksi yang tadinya mendatangi Hotel Srikandi sudah berada di di Kantor Polsek Prambanan beserta membawa pasangan-pasangan yang bukan suami istri dan identitasnya sudah ditangan anggota kami yang diminta dari para terdakwa; - Bahwa, yang meminta identitas para tamu Hotel Srikandi adalah Para Terdakwa; - Bahwa, ada 4 (empat) pasangan yang terdapat di Hotel Srikandi; - Bahwa, sebelum melakukan sweeping tidak ada ijin dan tidak ada kata- kata, “Pak, saya mau melakukan sweeping”;
Halaman 79 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, tidak boleh melakukan sweeping tanpa ijin pihak yang berwajib, namun kalau peristiwa terjadi di tengah masyarakat sifatnya umum memberikan informasi pada Kepolisian karena membantu tugas-tugas Polisi di bidang keamanan dan ketertiban jadi saling memberikan informasi, misalnya “Pak disini ada orang mabok saya temukan, saya tunggui” maka kami akan segera meluncur ke lokasi; - Bahwa, saksi kenal dengan para terdakwa; - Bahwa, pada tanggal 21 Desember 2017 menjelang operasi lilin Kapolres mengadakan rapat insektoral para instansi terkait pemerintah termasuk ormas juga diundang agar situasi kondusif dan memberikan himbauan agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan di luar kewenangan agar situasi lebih kondusif; - Bahwa, dari ormas FPI yang hadir Pak Suyadi dan Pak Sulis (terdakwa I); - Bahwa, dalam rapat tersebut juga ada himbauan terkait dengan larangan ormas untuk melakukan tindakan yang merupakan tugas penegak hukum; - Bahwa, yang berwenang untuk melakukan penertiban adalah Kepolisian, Satpol PP, dan PNS yang ditunjuk diatur di dalam UU Kepolisian; - Bahwa, untuk peristiwa yang dilakukan para terdakwa seharusnya memberikan informasi pada penegak hukum terkait dengan penyakit masyarakat lalu laporan tersebut akan saksi tindaklanjuti sebagai bentuk hormat menghormati; - Bahwa, saksi belum pernah menerima laporan dari masyarakat terkait di Hotel Srikandi banyak digunakan untuk perbuatan mesum; - Bahwa, saksi setelah menjabat pernah mengumpulkan para pemilik hotel kaitannya dengan oraang yang menginap dicatat, supaya KTP ditahan kalau ada yang mencurigakan supaya melapor; - Bahwa, masyarakat dapat melaporkan adanya suatu tindak pidana melalui telpon pribadi saksi karena merupakan salah satu pelayanan kami; - Bahwa, saksi mengedarkan nomor telpon pribadi ke warga pada pertemuan Kepala Desa agar dicatat apabila ada hal-hal terkait Kamtibmas; - Bahwa, saksi pernah melakukan patroli keliling di wilayah Prambanan dan pada saat melakukan patrol kalau bertemu dengan warga saksi
Halaman 80 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
menghimbau apabila ada gangguan Kamtibm segera melapor ke Polsek Prambanan; - Bahwa, pada waktu diadakan kegiatan pembinaan pada pemilik hotel, ada sekitar 15 (lima belas) yang datang; - Bahwa, saksi lupa siapa saja yang datang kadang hanya perwakilan saja yang datang; - Bahwa, pernah dilakukan evaluasi atau pengecekan terhadap himbauan saksi, ada yang melaksanakan himbauan ada juga yang tidak melaksanakan himbauan. Yang melaksanakan himbauan saksi adalah Hotel Prambanan Indah, sedangkan untuk Hotel Srikandi saksi lupa melakukan pengecekan atau tidak; - Bahwa, yang melaporkan Para Terdakwa dalam perkara ini adalah dari pihak hotel; - Bahwa, tidak hanya sebatas pengecekan daftar tamu tetapi pengecekan ke kamar memastikan tamu-tamu yang hadir bila menemukan suatu tindakan pidana kita segera proses; - Bahwa, pengecekan dilakukan secara berkala, jadi inisiatif dari Polisi tidah harus menunggu laporan dari masyarakat; - Bahwa, saksi pernah melakukan pembinaan pada pemilik hotel apabila ada tamu dicatat identitasnya dalam buku tamu, jika tidak dicatat KTP dalam buku tamu, kami memberikan penegasan saja apa yang telah menjadi himbauan agar dilaksanakan; - Bahwa, saksi pernah melihat bukut tamu hotel Srikandi yang menjadi barang bukti di persidangan ini; - Bahwa, pada waktu pengecekan buku tamunya ada yang kecil dan ada yang besar; - Bahwa, himbauan kami agar dicatat nomor polisi sepeda motor dan nama orangnya namun pada waktu pengecekan saksi temukan ada yang ditulis nomor polisi sepeda motornya saja dan ada yang ditulis KTP nya saja; - Bahwa saksi akan menindak karena buku tamu di Hotel Srikandi tidak ada yang dicatat identitas para tamunya; - Bahwa, saksi tidak tahu apabila pemilik Hotel Srikandi adalah seorang brigjend polisi; - Bahwa, pada tanggal 22 Desember 2017 setelah menerima laporan dilakukan pemberkasan pemberkasan tipiring untuk 4 (empat) pasangan yang bukan suami istri;
Halaman 81 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, saksi tidak tahu yang 2 (dua) pasang kemana karena saksi hanya menerima 4 (empat) pasang; - Bahwa, apabila di dalam masyarakat ada suatu tindak pidana misalnya saksi menemukan dua orang yang bukan suami istri, boleh ditangkap kalau di tengah sawah, kalau di hotel tidak boleh karena ada aturannya lebih baik melapor ke Polisi terlebih dahulu agar bisa ditindaklanjuti; - Bahwa, saksi tidak tahu kapan Sdr. Andang Kuriawan melapor ke Polsek; - Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa tidak keberatan dan menyatakan cukup; 17. Suyadi Alias Abu Fatih, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, saksi sebagai ketua DPW FPI Kab. Klaten; - Bahwa, apabila ada kegiatan yang membawa nama FPI harus ada ijin dari saksi, sepengetahuan saksi dan instruksi dari saksi misalkan ada kegiatan kemanusiaan atau pengajian informasi kita sebar melalui Whatsapp atau sms taupun memakai surat resmi. Kalau kegiatan cukup tingkat Kelurahan maka ijin cukup di Kelurahan; - Bahwa, jenjang keorganisasian FPI yaitu DPRA di Kelurahan, DPC di Kecamatan, DPW di Kabupaten, DPD di Propinsi, DPP Sekretariat tertinggi di Petamburan Jakarta; - Bahwa, saksi menjabat sebagai ketua DPW FPI Kab. Klaten sejak tanggal 23 April 2016 sampai dengan tahun 2021 dengan masa jabatan 5 tahun; - Bahwa, dasar pengangkatan sebagai ketua DPW FPI Kab. Klaten adalah berdasarkan SK dan KTA; - Bahwa, struktur organisasi FPI tingkat DPW Kabupaten terdiri dari Dewan Penasihat, Dewan Syuro, Ketua Tanfidzi, Wakabid Organisasi, Wakabid Jihad, Wakabid Hisbah, Wakabid Dakwah; - Bahwa, Terdakwa I dahulu sebagai pengurus Wakabid Organisasi dan saat ini sudah tidak lagi karena beliau mengundurkan diri bulan September 2017 dan terdakwa yang lain hanya simpatisan; - Bahwa, Terdakwa I masih aktif dalam artian kegiatan, secara struktur FPI sudah tidak lagi dan ada buktinya; - Bahwa, saksi tidak tahu sudah berapa lama Para Terdakwa yang lain menjadi simpatisan;
Halaman 82 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, sebelum ada kejadian sweeping di Hotel Srikandi ada kegiatan amal membagikan nasi bungkus 250 (dua ratus lima puluh) bungkus disekitar masjid raya di alun-alun dibawah coordinator H. Taufiq Hidayanto selaku Wakabid Hisbah; - Bahwa, kegiatan tersebut berlangsung setelah sholat jum’at sampai dengan Pukul 14.00 Wib - Bahwa, Terdakwa I mengikuti acara tersebut; - Bahwa, persyaratan untuk menjadi anggota FPI adalah sholat subuh dan sholat ashar berjamaah dan tidak telat takbiratul Ikhrom, setelah ditest bisa dan memenuhi syarat langsung mengisi formulir; - Bahwa, terkait kegiatan siapapun boleh yang peduli dengan FPI boleh berpartisipasi jadi para terdakwa adalah simpatisan FPI; - Bahwa, Terdakwa tidak ras-rasan hendak sweeping Hotel Srikandi hanya ras-rasan hendak mengecek terkait penambangan; - Bahwa, seseorang boleh memiliki seragam FPI karena dijual bebas; - Bahwa, tidak ada syarat-syarat memakai seragam FPI tetapi kalau LPI ada prosedurnya karena ada pangkatnya ,untuk LPI AD ART nya sendiri jadi saksi kurang mengetahui; - Bahwa, anggota harus mentaati aturan sesuai dengan AD ART yang mengacu ke Al-Qur’an dan As-Sunnah sedang Pengurus harus mempunyai KTA dan SK; - Bahwa, secara keanggotaan resmi KTA di Klaten belum ada namun melalui formulir sekitar 15 (lima belas) orang anggota; - Bahwa, untuk anggota KTA dikasih peraturan sedangkan untuk simpatisan sepengetahuan saksi, kita arahkan; - Bahwa, apabila ada ada anggota melanggar aturan diberi peringatan kemudian dihentikan; - Bahwa, saksi tidak tahu apabila ada simpatisan melanggar aturan; - Bahwa, saksi hadir pada pertemuan di Polres salah satunya mengenai persiapan natal dan tahun baru dan hal yang dibicarakan saksi lupa karena banyak yang disampaikan; - Bahwa, saksi membenarkan keterangannya pada nomor 14 dalam Berita Acara Pemeriksaan di kepolisian; - Bahwa, kegiatan sweeping dalam FPI sudah dihapuskan setelah Munas III Tahun 2013 aturan sweeping telah dihapuskan;
Halaman 83 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, Terdakwa I mengundurkan diri dari FPI dan telah diberhentikan dengan tidak hormat karena telah melakukan kesalahan beberapa kali, sejak tanggal 16 September 2017; - Bahwa, Terdakwa I mengikuti pertemuan di Polres karena Terdakwa I pada waktu itu tidak memakai seragam dan ketika itu dia ingin ikut; - Bahwa, saksi tidak mengetahui dan tidak ada perintah terkait peristiwa 22 Desember 2017; - Bahwa, saksi mencabut keterangannya dalam BAP; - Bahwa, diperiksa di rumah tepatnya di teras dengan posisi lampu gelap dan dibantu penyidik memakai senter hp; - Bahwa, saksi diperiksa di rumah karena taat hukum; - Bahwa, Terdakwa I ditangkap sedangkan 3 (tiga) Terdakwa yang lain saksi yang mengantar ke kepolisian; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak berkeberatan dan menyatakan cukup; 18. F.X. Hendro Santoso, (disumpah) pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut : - Bahwa, saksi merupakan pemilik Hotel Srikandi Prambanan; - Bahwa, saksi diberitahu karyawan saksi yaitu Sdr. Andang bahwa ada sweeping di Hotel Srikandi Prambanan dan saksi diberitahu lewat telpon pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 18.30 WIB; - Bahwa, Sdr. Andang Kurniawan memberitahukan kepada saksi dengan kata-kata “Pak, ada sweeping dari FPI dan saksi sudah melaporkan ke Polsek Prambanan, seketika”; - Bahwa, setelah mengetahui adanya kejadian tersebut kemudian saksi menyuruh Sdr. Andang Kurniawan agar melaporkan permasalahan ini kepada pihak kepolisian serta menyerahkan penanganannya kepada pihak kepolisian; - Bahwa, sepengetahuan saksi, prosedur dan mekanismenya sesuai SOP yaitu jika ada tamu datang di lobby kemudian menanyakan kepada petugas tentang kamar yang kosong setelah itu kalau ada kamar yang kosong maka petugas akan menanyakan kembali kepada tamu tentang waktunya yaitu inap atau hanya sebatas transit, kalau hanya sebatas transit maka kita berikan kesempatan untuk transit dikamar yang kosong tersebut tanpa diminta identitas dengan system pembayaran langsung diawal dengan tarif Rp75.000,00/4 jam dan
Halaman 84 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
kalau ternyata lebih dari 4 jam maka akan tetap dihitung menginap yaitu Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan kalau memang benar-benar menginap maka akan dimintai identitas tamu serta tarifnya Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah); - Bahwa, pihak Hotel Srikandi tidak mengijinkan jika ada pasangan yang bukan suami istri menginap atau transit di Hotel tersebut tetapi pihak hotel kesulitan untuk membuktikan bahwa pasangan tersebut merupakan pasangan suami istri atau bukan; - Bahwa, tata tertib menginap di Hotel Srikandi harus menunjukkan KTP, tidak boleh membawa narkoba dan tidak menyediakan wanita nakal; - Bahwa, saksi sering mengecek hotel untuk mengetahui ramai atau tidak, tamu yang datang berapa namun saksi tidak pernah mengecek buku tamu hotel; - Bahwa, ijin Hotel Srikandi sampai dengan tahun 2020 dan peruntukannya untuk penginapan; - Bahwa, yang membuat SOP hotel merupakan staf saksi namun staf saksi tidak mempunyai latar belakang Pendidikan di bidang perhotelan; - Bahwa, saksi mau merubah peraturan hotel Srikandi; - Bahwa, sistem pengelolaan hotel saksi serahkan ke karyawan, karyawan yang saksi tunjuk bertanggung jawab adalah Sdr. Andang Kurniawan, untuk menjalankan semua kewenangan saksi serahkan ke staff saksi. Staff saksi ada 8(delapan) orang yaitu penerima tamu (Sdr. Andang dan Sdr. Sigit), office boy ada 6 (enam) orang; - Bahwa, hotel Srikandi juga dilakukan pengawasan dari satpol PP dan Dinas Pariwisata; - Bahwa, SOP Hotel Srikandi diletakkandi meja resepsionis sehingga setiap tamu bisa membaca; - Bahwa, Hotel Srikandi merupakan kepemilikan Bersama dalam satu keluarga; - Bahwa, semua Hotel Srikandi mempunyai ijin; - Bahwa, Hotel Srikandi yang lain yang mengelola adik saksi, saksi mengelola selain yang di Prambanan yaitu yang ada di By pass dan Hotel Srikandi Karangwuni; - Bahwa, saksi belum pernah dipanggil polisi atas pelanggaran tidak mencatat identitas tamu hotel; - Bahwa, saksi takutnya karena ada masalah dan ada urusan jadi saksi merasa takut;
Halaman 85 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, pemilik Hotel Srikandi adalah bukan seorang Brigjend. Polisi; - Bahwa, yang menyerahkan rekaman CCTV kepada Polisi adalah sdr, Andang; - Bahwa, bukti kepemilikan Hotel Srikandi adalah Sertifikat Hak Milik atas nama saksi beserta ijin juga atas nama saksi; - Terhadap keterangan saksi tersebut, para terdakwa tidak keberatan dan menyatakan cukup; Menimbang, bahwa di persidangan juga didengarkan keterangan Para Terdakwa pada pokoknya sebagai berikut : Terdakwa I : - Bahwa, Terdakwa I mengetahui apabila dirinya dipecat dengan tidak hormat dan tidak boleh memakai seragam; - Bahwa, Terdakwa I mengetahuinya sejak membaca suratnya tanggal 16 september 2017 dari Sekretaris Bapak Isnan Sabandi; - Bahwa, Terdakwa I menerima namun belum sempat mengembalikan seragam; - Bahwa, Terdakwa I mengakui seragam putih yang menjadi barang bukti di persidangan merupakan miliknya; - Bahwa, saksi memakai baju seragam putih tersebut, pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017 saat Jumat sedekah kemudian saksi ke Hotel Srikandi; - Bahwa, tidak ada teguran dari pengurus FPI ikut kegiatan yang dilaksanakan oleh FPI walaupun sudah dipecat; - Bahwa, Terdakwa I dipecat karena telah melakukan kesalahan tanpa koordinasi melakukan amar ma’ruf nahi mungkar; - Bahwa, Terdakwa I masih menggunakan seragam FPI ke Hotel Srikandi karena mengikuti teman-teman pada saat kegiatan amal jumat sedekah, sebelumnya seragam tersebut Terdakwa I simpan di jok motor; - Bahwa, setelah mengikuti Jum’at sedekah Terdakwa I berencana pulang ke rumah; - Bahwa, pada waktu itu Terdakwa I hendak pulang ke Manisrenggo lewat jalan dan ada spanduk yang bertuliskan menolak kemaksiatan kemudian Terdakwa I tiba-tiba ke Hotel Srikandi kegiatan tersebut aksi spontanitas karena sekalian mampir selesai dari kegiatan Jumat sedekah; - Bahwa, Terdakwa I berboncengan dengan Pak Gatot (Terdakwa III) dan Sdr. Angga (Terdakwa IV) dengan Pak Suroto (Terdakwa II);
Halaman 86 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, sesampainya di Hotel Srikandi selanjutnya Terdakwa I dan yang lainnya menuju ke bagian resepsionis ijin permisi dan memperkenalkan anggota FPI dan menanyakan buku tamu dan kamar mana saja yang dihuni; - Bahwa, kemudian ditunjukkan buku tamu Terdakwa I membaca sebentar kemudian Terdakwa I langsung ke halaman hotel kemudian Terdakwa I mencari kamar-kamar yang terisi namun Terdakwa I kebingungan dan Terdakwa I kemudian memanggil pihak hotel untuk menunjukkan kamar mana saja yang terisi, setelah mendapatkan mengetahui kamar- kamar yang terisi; - Bahwa, selanjutnya Terdakwa I menuju kamar per kamar tersebut dimulai dengan kamar No.4 dan dari kamar No.4 tersebut ada seorang laki-laki menginap sendiri kemudian Terdakwa I tinggal karena dia mengaku sendiri kemudian Terdakwa I mengetuk kamar No.11 ada pasangan mesumnya Terdakwa I ucapkan permisi yang keluar Ibu-ibu kemudian Terdakwa I tanya dia bersama dengan laki-laki yang bukan suaminya kemudian Terdakwa I mintai identitasnya; - Bahwa, teman-teman ada yang mengetuk kamar No.6 kemudian Terdakwa I dipanggil ke kamar No.6 tempat Pak Widodo menginap yang mengaku seorang anggota Polisi minta tolong dibantu, tolong dibantu seperti apa Terdakwa I tidak tahu kenudian Pak Widodo mengajak Terdakwa I ke Lobbi ke ruang resepsionis dan mengulangi perkataannya “saya anggota tolong dibantu” Terdakwa I sebagai masyarakat biasa tidak langsung percaya kemudian Pak Widodo menunjukkan kartu anggotanya kemudian KTP Terdakwa I serahkan ke Pak Widodo setelah itu Terdakwa I ke kamar No.5 ke tempat pasangan yang akan mau menikah caranya sama Terdakwa I mengetuk pintu mengucapkan permisi dan bertanya dengan siapa menginap kalau bukan suami istri Terdakwa I mintai identitasnya kemudian mbaknya yang dikamar No.5 menyarankan “kegiatan seperti ini baiknya dilakukan seminggu sekali”; - Bahwa, kemudian yang terakhir Terdakwa I mengetuk kamar No.7 tempat Pak Isa menginap awalnya dia mengaku pasangan suami istri namun setelah Terdakwa I minta buku nikahnya tidak ada dan kemudian Terdakwa I minta kartu identitasnya; - Bahwa, setelah itu Terdakwa I menelpon Pak Kapolsek Prambanan agar segera merapat ke lokasi kemudian selang beberapa menit sekitar 10
Halaman 87 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
sampai 15 menit datanglah 2 orang petugas berseragam polisi dari Polsek Prambanan dan ada beberapa orang berpakaian preman; - Bahwa, sebelum 2 orang petugas polisi masuk ke halaman Terdakwa I menghampiri dahulu kemudian teman Terdakwa I mengikuti ke belakang dan Terdakwa I serahkan kartu identitas pasangan mesum kepada petugas polisi untuk diperiksa dan kami bergerombol ditempat polisi tersebut; - Bahwa, kemudian Polisi melakukan pemeriksaan kamar perkamar kemudian kamar No.4 (yang tadinya mengaku menginap sendiri) diperiksa polisi berpakaian preman digedor-gedor dan ada kata-kata yang keras karena ceweknya di kamar mandi kemudian Terdakwa I disuruh ke Polsek Prambanan; - Bahwa, sampai di Polsek Prambanan Terdakwa I hanya melihat Pak widodo dan KTP para pasangan mesum. Para pasangan mesum belum ada disitu Terdakwa I menunggu hampir 1(satu) jam kemudian kepada petugas polisi Terdakwa I ijin pulang ke rumah kami masing-masing; - Bahwa, kemudian pada malam harinya sekitar pukul 21.00 WIB Terdakwa I disuruh agar datang ke Polsek Prambanan dimintai keterangan sebagai saksi terhadap penangkapan pasangan mesum kemudian setelah pemeriksaan selesai kami ada beberapa orang kemudian kami dikumpulkan di ruang Kapolsek Prambanan diberi arahan dan dinyatakan kasus selesai pada malam hari itu, kemudian pukul 02.00 WIB pagi Terdakwa I pulang; - Bahwa, pada hari Sabtu habis Dzuhur sekitar pukul 13.30 WIB Terdakwa I didatangi 1 mobil ada 3 orang dari Polsek Prambanan dan 3 orang dari Polres Klaten yang pada intinya Terdakwa I disuruh ke Polsek Prambanan untuk dimintai klarifikasi karena Kapolres ada di Polsek Prambanan kemudian Terdakwa I katakan pada polisi yang datang, “Pak sebenarnya masalah itu sudah selesai semalam di Polsek Prambanan kenapa ini masih dilanjutkan?” kemudian polisi yang datang bilang, “memang kasusnya sudah selesai dari semalam cuma ada pihak yang belum bisa menerima” Terdakwa I tidak tahu siapa dan Terdakwa I bilang kalau mau diperpanjang masalahnya Terdakwa I mau ke Polsek dengan pengacara kemudian mereka pulang; - Bahwa, kemudian pada malamnya Terdakwa I monitoring geng motor di depan Pemda dan Terdakwa I ditangkap sekitar jam 01.30 Wib pagi disitu disergap sampai pukul 03.00 Wib pagi Terdakwa I dibawa ke Polres Klaten
Halaman 88 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
di BAP sampai hari Senin pada pukul 03.00 WIB pagi kemudian Terdakwa I ditahan; - Bahwa, Terdakwa I belum membaca AD ART FPI, maksud Terdakwa I itu bukan sweeping tetapi monitoring; - Bahwa, maksud Terdakwa I meminta identitas para tamu hotel adalah untuk bukti kalau mereka melarikan diri; - Bahwa, tidak ada perintah dari pimpinan FPI; - Bahwa, menurut Terdakwa I kalau menurut hukum agama tindakannya benar; - Bahwa, menurut Terdakwa I siapapun boleh melakukan pengecekan ke hotel; - Bahwa, tidak ada ijin dari petugas yang berwenang dalam Terdakwa I melakukan sweeping di Hotel Srikandi; - Bahwa, Terdakwa I menelpon Kapolsek mengatasnamakan dari FPI; - Bahwa, isi spanduk tersebut pada intinya masyarakat merasa resah dengan adanya hotel-hotel yang digunakan untuk perbuatan mesum; - Bahwa, spanduknya dipasang di depan Hotel Srikandi, di seberang jalan; - Bahwa, Terdakwa I tidak pernah mendengar/melihat bahwa polisi telah melakukan pencegahan terhadap kegiatan kemaksiatan/kegiatan mesum seperti yang tercantum dalam di spanduk; - Bahwa, yang membuat spanduk adalah warga sekitar Desa Telogo Prambanan; - Bahwa, Terdakwa I tidak menerima panggilan sidang dari Kejaksaan pada tanggal 1 Maret 2018; Terdakwa II : - Bahwa, Terdakwa II telah melakukan pengecekan di Hotel Srikandi di Jln. Candisewu Prambanan, Klaten tepatnya Ds. Tlogo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.10 Wib; - Bahwa, Terdakwa II melakukan pengecekan monitoring atau sweeping bersama-sama dengan temannya berjumlah 4 orang yaitu Terdakwa II, Sudarno alias Sulis bin Wasino (Terdakwa I), Gatot Teguh Santoso (Terdakwa III) dan Angga Ary Tinarko (Terdakwa IV); - Bahwa, Kami melakukan pengecekan dengan cara setelah sampai di Hotel Srikandi selanjutnya Terdakwa II dan terdakwa lainnya menuju ke bagian resepsionis dan Terdakwa I memperkenalkan anggota FPI dan menanyakan buku tamu dan kamar mana saja yang terisi;
Halaman 89 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, setelah mengetahui kamar-kamar yang terisi selanjutnya kami menuju kamar tersebut diantar oleh petugas hotel lalu pintu diketuk-ketuk setelah di buka lalu Terdakwa I menanyakan bersama teman atau tidak dan temanya perempuan atau laki laki, apabila pasangan tersebut bukan suami istri kami minta menunjukkan identitasnya, kami menuju kamar ada tamunya lagi dan kami ketuk-ketuk setelah di buka lalu kami menanyakan bersama teman atau tidak dan temannya perempuan atau laki laki, apabila pasangan tersebut bukan suami istri kami minta identitasnya dan seterusnya sampai semua yang ada tamu kami cek; - Bahwa, setelah selesai lalu Terdakwa I menelpon bapak Kapolsek Prambanan dan tidak lama kemudian anggota Polsek Prambanan datang lalu kami serahkan identitas pasangan tersebut, selanjutnya yang melakukan pengecekan dari Polsek Prambanan; - Bahwa, Terdakwa I mengetuk pintu kamar hotel yang terdapat tamu di dalamnya tersebut dengan menggunakan tangan secara pelan-pelan seperti layaknya orang bertamu; - Bahwa, maksud kami melakukan pengecekan atau monitoring atau sweeping ke Hotel untuk menemukan pasangan yang tidak suami istri atau berbuat zina dan setelah ada dan dapat di amankan selanjutnya kami serahkan petugas untuk di tindak lanjuti; - Bahwa, menurut Terdakwa II secara hukum agama tindakannya benar; - Bahwa, tidak ada ijin dari petugas untuk melakukan sweeping; - Bahwa, Terdakwa II merupakan simpatisan ormas FPI; - Bahwa, Terdakwa II tidak pernah mendengar/melihat bahwa polisi telah melakukan pencegahan terhadap kegiatan kemaksiatan/kegiatan mesum seperti yang tercantum dalam di spanduk; - Bahwa, yang membuat spanduk adalah warga sekitar Desa Telogo Prambanan; - Bahwa, kami bertiga yaitu Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV datang ke Polsek sendiri tanpa ada surat panggilan karena kita ingin dijadikan saksi dan kami berharap bisa meringankan Penyidik tetapi kami malah dijadikan tersangka; - Bahwa, Terdakwa II tidak menerima panggilan sidang dari Kejaksaan pada tanggal 1 Maret 2018; Terdakwa III : - Bahwa, Terdakwa III telah melakukan pengecekan di Hotel Srikandi di Jln. Candisewu Prambanan, Klaten tepatnya Ds. Tlogo, Kec. Prambanan, Kab.
Halaman 90 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Klaten pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.10 Wib; - Bahwa, Terdakwa III melakukan pengecekan monitoring atau sweeping bersama-sama dengan temannya berjumlah 4 orang yaitu Terdakwa III, Sudarno alias Sulis bin Wasino (Terdakwa I), Suroto (Terdakwa II) dan Angga Ary Tinarko (Terdakwa IV); - Bahwa, Kami melakukan pengecekan dengan cara setelah sampai di Hotel Srikandi selanjutnya Terdakwa III dan terdakwa lainnya menuju ke bagian resepsionis dan Terdakwa I memperkenalkan anggota FPI dan menanyakan buku tamu dan kamar mana saja yang terisi; - Bahwa, setelah mengetahui kamar-kamar yang terisi selanjutnya kami menuju kamar tersebut diantar oleh petugas hotel lalu pintu diketuk-ketuk setelah di buka lalu Terdakwa I menanyakan bersama teman atau tidak dan temanya perempuan atau laki laki, apabila pasangan tersebut bukan suami istri kami minta menunjukkan identitasnya, kami menuju kamar ada tamunya lagi dan kami ketuk-ketuk setelah di buka lalu kami menanyakan bersama teman atau tidak dan temannya perempuan atau laki laki, apabila pasangan tersebut bukan suami istri kami minta identitasnya dan seterusnya sampai semua yang ada tamu kami cek; - Bahwa, setelah selesai lalu Terdakwa I menelpon bapak Kapolsek Prambanan dan tidak lama kemudian anggota Polsek Prambanan datang lalu kami serahkan identitas pasangan tersebut, selanjutnya yang melakukan pengecekan dari Polsek Prambanan; - Bahwa, Terdakwa I mengetuk pintu kamar hotel yang terdapat tamu di dalamnya tersebut dengan menggunakan tangan secara pelan-pelan seperti layaknya orang bertamu; - Bahwa, maksud kami melakukan pengecekan atau monitoring atau sweeping ke Hotel untuk menemukan pasangan yang tidak suami istri atau berbuat zina dan setelah ada dan dapat di amankan selanjutnya kami serahkan petugas untuk di tindak lanjuti; - Bahwa, menurut Terdakwa III secara hukum agama tindakannya benar; - Bahwa, tidak ada ijin dari petugas untuk melakukan sweeping; - Bahwa, Terdakwa III merupakan simpatisan ormas FPI; - Bahwa, Terdakwa III tidak pernah mendengar/melihat bahwa polisi telah melakukan pencegahan terhadap kegiatan kemaksiatan/kegiatan mesum seperti yang tercantum dalam di spanduk;
Halaman 91 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, yang membuat spanduk adalah warga sekitar Desa Telogo Prambanan; - Bahwa, kami bertiga yaitu Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV datang ke Polsek sendiri tanpa ada surat panggilan karena kita ingin dijadikan saksi dan kami berharap bisa meringankan Penyidik tetapi kami malah dijadikan tersangka; - Bahwa, Terdakwa III tidak menerima panggilan sidang dari Kejaksaan pada tanggal 1 Maret 2018; Terdakwa IV : - Bahwa, Terdakwa IV telah melakukan pengecekan di Hotel Srikandi di Jln. Candisewu Prambanan, Klaten tepatnya Ds. Tlogo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.10 Wib; - Bahwa, Terdakwa III melakukan pengecekan monitoring atau sweeping bersama-sama dengan temannya berjumlah 4 orang yaitu Terdakwa IV, Sudarno alias Sulis bin Wasino (Terdakwa I), Suroto (Terdakwa II) dan Gatot Teguh Santoso (Terdakwa III); - Bahwa, Kami melakukan pengecekan dengan cara setelah sampai di Hotel Srikandi selanjutnya Terdakwa IV dan terdakwa lainnya menuju ke bagian resepsionis dan Terdakwa I memperkenalkan anggota FPI dan menanyakan buku tamu dan kamar mana saja yang terisi; - Bahwa, setelah mengetahui kamar-kamar yang terisi selanjutnya kami menuju kamar tersebut diantar oleh petugas hotel lalu pintu diketuk-ketuk setelah di buka lalu Terdakwa I menanyakan bersama teman atau tidak dan temanya perempuan atau laki laki, apabila pasangan tersebut bukan suami istri kami minta menunjukkan identitasnya, kami menuju kamar ada tamunya lagi dan kami ketuk-ketuk setelah di buka lalu kami menanyakan bersama teman atau tidak dan temannya perempuan atau laki laki, apabila pasangan tersebut bukan suami istri kami minta identitasnya dan seterusnya sampai semua yang ada tamu kami cek; - Bahwa, setelah selesai lalu Terdakwa I menelpon bapak Kapolsek Prambanan dan tidak lama kemudian anggota Polsek Prambanan datang lalu kami serahkan identitas pasangan tersebut, selanjutnya yang melakukan pengecekan dari Polsek Prambanan; - Bahwa, Terdakwa I mengetuk pintu kamar hotel yang terdapat tamu di dalamnya tersebut dengan menggunakan tangan secara pelan-pelan seperti layaknya orang bertamu;
Halaman 92 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, maksud kami melakukan pengecekan atau monitoring atau sweeping ke Hotel untuk menemukan pasangan yang tidak suami istri atau berbuat zina dan setelah ada dan dapat di amankan selanjutnya kami serahkan petugas untuk di tindak lanjuti; - Bahwa, menurut Terdakwa IV secara hukum agama tindakannya benar; - Bahwa, tidak ada ijin dari petugas untuk melakukan sweeping; - Bahwa, Terdakwa IV merupakan simpatisan ormas FPI; - Bahwa, Terdakwa IV tidak pernah mendengar/melihat bahwa polisi telah melakukan pencegahan terhadap kegiatan kemaksiatan/kegiatan mesum seperti yang tercantum dalam di spanduk; - Bahwa, yang membuat spanduk adalah warga sekitar Desa Telogo Prambanan; - Bahwa, kami bertiga yaitu Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV datang ke Polsek sendiri tanpa ada surat panggilan karena kita ingin dijadikan saksi dan kami berharap bisa meringankan Penyidik tetapi kami malah dijadikan tersangka; - Bahwa, Terdakwa IV tidak menerima panggilan sidang dari Kejaksaan pada tanggal 1 Maret 2018; Menimbang, bahwa Para Terdakwa telah mengajukan saksi yang meringankan (a de charge) sebagai berikut : 1. H. Noerhadi Sucipto, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : - Bahwa, saksi tinggal di Klurak Baru Rt.001 Rw.004, Kel/Desa. Bokoharjo, Kec. Prambanan, Kab. Sleman, Yogyakarta; - Bahwa, Jarak tempat tinggal saksi dengan Hotel Srikandi sekitar 1 sampai 2 Km; - Bahwa, di wilayah Prambanan ada forum umat islam namanya Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) yang di deklarasikan tahun 1984 meliputi wilayah karesidenan Surakarta dan Yogyakarta; - Bahwa, jabatan saksi sebagai ketua sekaligus inisiatif jadi segala sesuatu persoalan pergerakan FUI yang tanggung jawab saksi; - Bahwa, saksi pernah mendengar keresahan masyarakat dengan adanya Hotel Srikandi yang sering dijadikan tempat kemaksiatan. Saksi mendirikan FUI kita ingin menjalin antara umat islam satu dengan yang lain menjadi satu kekuatan di mana itu adalah tanggung jawab umat dalam menata atau menjadikan lingkungan di Prambanan menjadi baik sehingga kita mempunyai kepedulian, kita membangun pesantren di
Halaman 93 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
barat Candi Prambanan dengan tujuan menjadikan regenerasi Prambanan jadi lebih baik karena diatas tanah pesantren tersebut dulu tempat pelacuran, bahwa dulu sudah ada tanda larangan dari Pemerintah dilarang digunakan untuk tempat kemaksiatan tetapi diabaikan karena sudah ada pembandelan dari masyarakat lain dalam bentuk kerusakan moral seperti ini kemudian saksi gerakkan dan saksi hancurkan setelah selesai itu kita dirikan pesantren tahun 1985 dan sekarang di utara Hotel Srikandi kita dirikan pesantren baru karena keresahan saksi lihat tujuan wisata orientasi sifatnya bukan hanya keindahan justru dimanfaatkan oleh adanya hotel itu sehingga sejak berdiri pertama kali sudah meresahkan masyarakat. Saksi sudah berulangkali bekerja sama dengan aparat manapun juga ataupun bertindak sendiri saksi lakukan, mungkin saksi bekerja sendiri atau dengan anak-anak saksi atau dengan aparat kita kerjakan semua tujuan utama untuk menata masyarakat jangan tercemari oleh hal yang tidak baik. Faktanya berjalan terus seperti ini pernah kita melakukan penggrebekan ada suatu kejadian orang telanjang bulat masih di dalam kadang aparat pro aktif dengan kita jadi kita tidak serta merta terus mengambil tindakan tanpa kerjasama dengan aparat tapi faktanya tidak ada tindak lanjutnya, ada wanita datang dari jauh hotel yang tidak dikontrol oleh penegak hukum secara konsisten masyarakat melakukan tindakan disalahkan, ketika saksi mendekati aparat saksi katakan masalah tangkap tangan bagaimana artinya saksi melihat dan memanggil polisi jadi kadang kita mengajak aparat dan kadang kita tinggal karena kemampuan aparat juga terbatas namun masyarakat resah dengan adanya hotel-hotel. Pernah suatu ketika menggrebek hotel tapi hanya ada 2 (dua) pasang dan saksi miris menangis karena penjaganya justru seorang wanita aktivis guru mengaji namun karena alasan kebutuhan untuk makan dia bekerja. Sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu pernah mengadakan pertemuan dengan Bupati Klaten, Kapolres, Kodim, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Dinas Sosial dan Dinas Pariwisata membicarakan masalah di lingkunagn Prambanan dan pada waktu itu munculnya miras yang menelan korban 7 (tujuh) orang, jangan sampai ada kegiatan anak-anak yang bertindak kita yang disalahkan. Jadi para terdakwa melakukan tindakan seperti ini karena itu memang keresahan masyarakat yang ada yang disampaikan pada
Halaman 94 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
kita, kalau pada waktu kejadian saksi ada pasti saksi ikut tetapi saksi tidak ada kemudian para terdakwa melakukan sendiri; - Bahwa, saksi memantau dan mendatangi hotel-hotel sejak bangkit memerangi kemaksiatan sejak tahun 1985; - Bahwa, belum pernah ada tindakan dari aparat akan tetapi malah mendapat perlindungan dari ketua PHRI dengan alasan kepentingan pariwisata pengembangan wisata supaya pendapatan income itu ada; - Bahwa, sekali dua kali saksi pernah melihat aparat memakai mobil keluar masuk hotel tapi apa yang diperbuat saksi tidak tahu; - Bahwa, tujuan FUI itu adalah menyelamatkan regenerasi mengganti generasi yang bobrok menjadi lebih baik jangan biarkan masyarakat melakukan tindakan sendiri saksi sepakat tapi tolong dorong segala aturan yang menyangkut masalahat ini itu yang adil sesuai dengan keseimbangan, kenapa kalau para terdakwa ini ditahan sampai lama sedangkan untuk tipiring hanya dikenai denda sedikit, para terdakwa ini yang berniat baik dijerumuskan oleh pasal yang tidak jelas; - Bahwa, saksi tidak melihat sendiri petugas hotel memberikan tips pada aparat penegak hukum tetapi informasi seperti itu sudah menyebar; - Bahwa, dengan adanya para terdakwa ini ditangkap saksi mencurigai adanya satu indikasi munculnya Undang-undang atau peraturan daerah dilarangnya warga melakukan sweeping membenarkan tindakan aparat yang tidak jelas, masyarakat sudah ditakuti oleh aturan seperti ini misal ada kemaksiatan harus lapor polisi, tidak semua hal bisa dikontrol oleh aparat; - Bahwa, masyarakat resah dengan adanya kegiatan yang dilakukan di Hotel Srikandi, masyarakat takut melakukan tindakan karena pasal yang tidak jelas karena takut disalahkan kemudian dipasanglah spanduk-spanduk tersebut; - Bahwa, saksi belum pernah mendengar ada sweeping yang dilakukan oleh aparat terhadap Hotel Srikandi; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak berkeberatan dan cukup; 2. Trihana Mulat Raharja, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : - Bahwa, saksi pernah melihat poster-poster yang ada tulisan (sambil ditunjukkan foto-foto yang diajukan dalam persidangan) di paling ujung taman Prambanan;
Halaman 95 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, masyarakat kami resah dengan adanya Hotel karena banyak perempuan yang nongkrong di samping Desa; - Bahwa, Hotel Srikandi berada di kampung saksi, pada waktu masih baru dahulu saksi sering nongkrong dan ngobrol dengan penjaganya dan saksi pernah iseng-iseng mengintip dan ada yang melakukan hubungan suami istri dan saksi tahu perempuannya adalah wanita nakal dan mereka bukan pasangan suami istri; - Bahwa, hotel Srikandi sering dijadikan tempat mesum karena saksi melihat sendiri baru sekali akan tetapi sering melihat akses keluar masuknya; - Bahwa, yang memasang poster adalah warga dan saksi juga ikut memasang spanduk tersebut; - Bahwa, dulu pernah ada aparat yang minum-minuman keras tetapi sekarang sudah jarang; - Bahwa, kegiatan yang terjadi di Hotel Srikandi meresahkan masyarakat dan warga pernah tidak setuju dengan adanya Hotel Srikandi namun di kampung ada acara ikut membantu; - Bahwa, saksi pernah melaporkan ke Polsek Prambanan tanggapannya hanya ditampung dahulu dan Hotel-hotel maupun kost-kostan belum ada yang ditindak; - Bahwa, di dalam agama saudara saksi, perbuatan mesum diperbolehkan tidak diperbolehkan; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak berkeberatan dan cukup; 3. Much Sudjai Sardjono, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : - Bahwa, saksi sejak tahun 2001 saksi menetap sebelumnya saksi 4 (empat) tahun pulang pergi dari Yogyakarta kemudian saksi menikah dengan orang Prambanan dan menetap disana; - Bahwa, saksi aktif dikegiatan masyarakat sebagai anggota pengurus Masjid Al-Insan Dk. Bener Kel. Bugisan; - Bahwa, jarak rumah saudara dengan Hotel Srikandi sekitar 300 (tiga ratus) meter; - Bahwa, saksi mengamati dan banyak cerita dari keluarga saksi memang banyak terjadi penyalahgunaan hotel digunakan untuk tempat prostitusi dan banyak wanita nakal yang mangkal di taman parkir Candi Prambanan dan pernah diusir oleh warga kemudian ganti
Halaman 96 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
menggunakan sepeda motor kalau ada laki-laki lalu dipepet kemudian dirayu setelah setuju (deal) digiring ke Hotel. Kemudian kami mempunyai inisiatif memasang tulisan dalam poster/spanduk yang melarang kemaksiatan; - Bahwa, tulisan dalam spanduk seperti dalam foto ini (kemudian ditunjukkan foto dipersidangan), saksi yang memasang atas seijin Pak RW dan Pak Lurah bahkan Pak Lurah memberikan dana dan niatnya sebelum puasa sudah terpasang; - Bahwa, spanduk dipasang karena kehendak warga dan keprihatinan kami semua sebagai warga dan dengan adanya kegiatan prostitusi semua warga resah. Di Hotel Srikandi tidak begitu ramai justru di dalam ada 2 hotel yang lebih kecil namun lebih ramai lagi pengunjungnya dan aksesnya melewati depan rumah saksi; - Bahwa, saksi pernah melaporkan ke Polisi dan sering ada satpol PP dan Polisi melakukan operasi dadakan di kampung sebelah dan ada yang terciduk pasangan bukan suami istri; - Bahwa, menurut saksi perbuatan yang dilakukan oleh para terdakwa karena secara pribadi tidak kenal dengan para terdakwa tapi sebagai pengurus masjid menyampaikan hal tersebut semacam pahlawan karena yang lain hanya bisa ngomong tapi mereka para terdakwa sudah bertindak; - Bahwa, pernah ada pertemuan warga dan masyarakat mengenai perijinan hotel namun ada fakta baru ketika Pak RW menanyakan ke Pak Lurah dan dijawab kalau ijin sejak hotel berdiri sampai bangkrut; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak berkeberatan dan cukup; 4. Sodik Sutarmin, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut : - Bahwa, saksi tinggal Nangsri, rumah saksi dekat dengan Sdr. Suroto (Terdakwa II); - Bahwa, pada tanggal 24 Desember 2017 pada waktu ke Polres Klaten, saksi mendapat sms dari Terdakwa II disuruh mengantar ke Polres Klaten sebagai saksi dari rumah habis maghrib sampai Polres waktu Isya; - Bahwa, saksi hanya disuruh mengantar ke Polres Klaten sebagai saksi; - Bahwa, saksi ke Polres dengan Sdr. Angga, Sdr. Gatot, Terdakwa II dan Bapak Abu Fatih;
Halaman 97 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, Sdr. Suroto mempunyai sepeda motor Mio Soul namun sepeda motor tersebut tidak berada di rumahnya; - Bahwa, saksi tidak tahu warna sepeda motornya; - Bahwa, saksi ikut kegiatan FPI kegiatan mengaji dan sosial seperti pada waktu itu hari Jumat ada kegiatan shodaqoh nasi bungkus; - Bahwa, saksi hanya simpatisan FPI dan memakai seragam FPI; - Bahwa, mempunyai seragam bukan berarti anggota FPI; - Terhadap keterangan saksi tersebut, Para Terdakwa tidak berkeberatan dan cukup; Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut: 1 (satu) potong rompi berwarna putih bertuliskan FPI FRONT PEMBELA ISLAM; 1 (satu) buah kartu izin amatir radio atas nama Isa Nurnusanto, Ir Alamat : Ibis Cempoko Indah, Sitimulyo, Piyungan, Bantul; 1 (satu) buah surat ijin mengemudi (SIM) C atas nama Siti Wahyuni, No. SIM 720914410938; 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Jumali NIK: 3402151011710001; 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Anton Agus Rishartanto NIK: 2171122308849006; 1 (satu) buah buku tamu Hotel Srikandi merk Sinar Dunia warna hijau ada gambar penguin bertuliskan “pingpong”; 1 (satu) lembar Standart Operating Prosedure (SOP) Hotel Srikandi; 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna putih hijau ada logo dan tulisan identitas Laskar Islam LPI Kab. Klaten dibagian depan dan FPI Front Pembela Islam Regional Leadership Board- Islamic Defenders Front Dewan Pimpinan Wilayah- Front Pembela Islam DPW-FPI Kab. Klaten Jl. Manisrenggo No.44 Kebitan, Nangsri, Manisrenggo, Klaten, Jawa Tengah. 57485 Telp 087734592444 dibagian belakang; 1 (satu) unit Sepeda Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009 warna merah marun, No. Pol: AD-4463-YJ, No. Ka: MH314D0029K375551, No. Sin: 14D375738, beserta STNK atas nama NIken Endah Subekti alamat : Groyokan Rt.01 Rw.09 Ds. Kemudo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten 1 (satu) potong celana panjang warna putih;
Halaman 98 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
1 (satu) potong baju lengan panjang warna putih ada tempelan bendera merah putih dan logo serta identitas FPI (Front Pembela Islam) Kab. Klaten; 1 (satu) buah flashdisk berwarna silver metalik dengan kapasitas 16 Giga merk Kingston, yang berisikan soft copy rekaman gambar CCTV; Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut: - Bahwa, pada hari Jum’at tanggal 22 Desember 2017 sekitar pukul 16.00 Wib Para Terdakwa yaitu Terdakwa I. Sudarno Als. Sulis Bin Wasino, Terdakwa II. Suroto Als. Sukar Bin Parto Wiyono, Terdakwa III. Gatot Teguh Santoso dan Terdakwa IV. Angga Ary Tinarko Bin Agus Bahtiar setelah melakukan kegiatan sedekah jum’at berencana hendak pulang ke rumahnya masing-masing namun di tengah perjalanan Para Terdakwa melihat poster dan spanduk yang isinya menolak kemaksiatan, adanya poster dan spanduk tersebut merupakan keprihatinan warga masyarakat Prambanan akan keberadaan hotel-hotel di wilayah tersebut yang dijadikan ajang berbuat maksiat. Bahwa, Para Terdakwa secara spontanitas kemudian mendatangi Hotel Prambanan untuk mencari pasangan mesum yang menginap di hotel tersebut; - Bahwa, kemudian Terdakwa I menanyakan kamar-kamar mana yang berpenghuni kepada saksi Andang Kurniawan selaku resepsionis hotel. Kemudian setelah mendapatkan informasi kamar-kamar mana yang berpenghuni, lalu Para Terdakwa mulai mengetuk-ketuk pintu kamar dan meminta penghuni kamar keluar untuk dimintai identitasnya. Bahwa, karena takut para penghuni kamar yaitu saksi saksi Isa Nurnusanto, saksi Siti Wahyuni, saksi Susiana, saksi Widodo, saksi Jumali, saksi Subandini, saksi Tri Haryanti dan saksi Anton Agus Rishartanto kemudian menyerahkan kartu identitasnya kepada Para Terdakwa. Bahwa, Terdakwa I kemudian menghubungi Kapolsek Prambanan agar segera datang ke Hotel Prambanan dan memproses para tamu hotel yang membawa pasangan tidak sah; - Bahwa, Terdakwa I mengundurkan diri dari FPI dan telah diberhentikan dengan tidak hormat karena telah melakukan kesalahan beberapa kali, sejak tanggal 16 September 2017; - Bahwa, Terdakwa II, Terdakwa III dan Terdakwa IV merupakan simpatisan FPI; - Bahwa, para tamu hotel yang merupakan pasangan mesum telah divonis bersalah melakukan perbuatan asusila;
Halaman 99 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
- Bahwa, saksi Widodo telah mendapat hukuman sanksi dari atasannya dan telah dimutasi; Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Para Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya; Menimbang, bahwa Para Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan alternatif kesatu sebagaimana diatur dalam Pasal 335 ayat 1 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana jo pasal 55 ayat 1 Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU- XI/2013 Pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP selengkapnya berbunyi, “Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain”, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1. Barang Siapa; 2. Secara Melawan Hukum; 3. Memaksa Orang Lain Supaya Melakukan, Tidak Melakukan Atau Membiarkan Sesuatu; 4. Dengan Memakai Kekerasan Atau Dengan Memakai Ancaman Kekerasan, Baik Terhadap Orang Itu Sendiri Maupun Orang Lain; 5. Yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut: Ad.1. Barang Siapa Menimbang, bahwa yang dimaksud unsur ini adalah setiap manusia atau orang sebagai subyek hukum pendukung hak dan kewajiban, yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan pidana yang didakwakan kepadanya ; Menimbang, bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah menghadapkan Para Terdakwa ke persidangan, yang atas pertanyaan Hakim Ketua mengaku bernama Terdakwa I. Sudarno Alias Sulis Bin Wasino, Terdakwa II. Suroto Alias Sukar Bin Parto Wiyono, Terdakwa III. Gatot Teguh Santoso dan Terdakwa IV. Angga Ary
Halaman 100 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Tinarko Bin Agus Bahtiar, serta identitas lainnya sama dengan yang tersebut dalam surat dakwaan; Menimbang, bahwa dengan demikian dalam perkara ini tidaklah terjadi kesalahan/kekeliruan orang yang dihadapkan sebagai Para Terdakwa. Oleh karena itu unsur “Barang Siapa” telah terpenuhi; Ad.2. Secara Melawan Hukum; Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan melawan hukum adalah tanpa kewenangan atau tanpa hak; Menimbang, bahwa untuk membuktikan unsur ini, Majelis akan merangkaikannya dengan unsur ke-3 dan ke-4 dalam pasal ini sehingga uraian unsur ini akan tergambar jelas manakala dirangkaikan dengan unsur ke-3 dan ke-4 yang merupakan inti dari perbuatan yang dimaksudkan dalam pasal ini; Ad.3 Memaksa Orang Lain Supaya Melakukan, Tidak Melakukan Atau Membiarkan Sesuatu; Menimbang, bahwa unsur ini terdiri lebih dari satu elemen dan disusun secara alternatif, apabila salah satu elemen terpenuhi maka unsur menjadi terpenuhi; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian unsur dan fakta hukum yang terungkap, perbuatan Terdakwa I yang meminta identitas berupa Kartu Tanda Penduduk kepada saksi Isa Nurnusanto, saksi Siti Wahyuni, saksi Susiana, saksi Widodo, saksi Jumali, saksi Subandini, saksi Tri Haryanti dan saksi Anton Agus Rishartanto merupakan suatu paksaan karena sebelum meminta Kartu Tanda Penduduk tersebut Terdakwa I dengan diikuti Terdakwa yang lain mengetuk-ngetuk pintu kamar saksi- saksi tersebut dan memintanya keluar kamar untuk dimintai Kartu Tanda Penduduknya. Bahwa, dari fakta persidangan juga diperoleh fakta bahwa saksi-saksi tersebut menyerahkan Kartu Tanda Penduduk mereka karena takut dengan Para Terdakwa yang memakai seragam putih-putih dengan atribut FPI, dengan demikian Majelis berpendapat ada keterpaksaan dalam menyerahkan Kartu Tanda Penduduk atau kartu identitas dari para saksi tersebut; Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis berpendapat memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu terpenuhi dalam uraian unsur ini;
Halaman 101 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Ad.4. Dengan Memakai Kekerasan Atau Dengan Memakai Ancaman Kekerasan, Baik Terhadap Orang Itu Sendiri Maupun Orang Lain; Menimbang, bahwa pada penjelasan dalam Pasal 89 KUHP (R. Soesilo 1984: 84) melakukan kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak sah. Bahwa, pengertian kekerasan tersebut sekarang telah mengalami perluasan makna, bahwa kekerasan dapat juga diwujudkan secara non fisik atau psikis yang memiliki pengertian perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang (Pasal 7 UU Nomor 23 Tahun 2004); Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap dan pengertian unsur, Majelis berpendapat perbuatan para Terdakwa yang memakai baju putih-putih dan memakai lambang FPI serta datang ke Hotel Srikandi secara bergerombol telah menimbulkan rasa takut bagi saksi Andang Kurniawan, saksi Sigit Haryono, saksi Bagas selaku petugas hotel, juga menimbulkan rasa takut bagi saksi Isa Nurnusanto, saksi Siti Wahyuni, saksi Susiana, saksi Widodo, saksi Jumali, saksi Subandini, saksi Tri Haryanti dan saksi Anton Agus Rishartanto. Bahwa, para tamu hotel tersebut disamping merasa takut karena perbuatan mesumnya diketahui juga takut karena mengkhawatirkan akan timbul kekerasan yang dilakukan oleh Para Terdakwa manakala permintaan mereka untuk menyerahkan identitas tidak dipenuhi; Menimbang, bahwa dengan demikian unsur memakai kekerasan terpenuhi pada perbuatan Para Terdakwa; Menimbang bahwa, selanjutnya akan dibuktikan unsur melawan hukum pada perbuatan Para Terdakwa. Bahwa perbuatan Para Terdakwa dalam memaksa para tamu hotel untuk menyerahkan KTP apakah diperkenankan oleh hukum atau tidak?; Menimbang, bahwa Para Terdakwa dalam fakta dipersidangan tidak mempunyai ijin atau kewenangan dalam meminta KTP para tamu hotel karena Para Terdakwa bukanlah pegawai hotel ataupun aparat yang diberikan wewenang oleh undang-undang dalam melakukan razia atau sweeping. Dengan demikian unsur melawan hukum terpenuhi pada perbuatan Para Terdakwa;
Halaman 102 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Ad. 5. Unsur yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan Menimbang, bahwa Unsur ini bersifat alternatif dan terdiri dari lebih dari satu elemen maka apabila salah satu elemen terpenuhi maka unsur menjadi terpenuhi. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Yang Turut Melakukan adalah pelakunya/ peserta paling sedikit dua orang. Hoge Raad dalam arrestnya (29-10-1934, hooi arrest) meletakkan dua kriteria tentang adanya Yang Turut Melakukan, ialah : a. Antara Para Peserta Ada Kerja Sama Yang Diinsyafi ; b. Para Peserta Telah Sama-Sama Melaksanakan Tindak Pidana Yang Dimaksudkan ; Ad. a. Antara Para Peserta Ada Kerja Sama Yang Diinsyafi ; Menimbang, bahwa yang dimaksud Kerja sama diinsyafi tidak perlu berupa permufakatan yang rapi dan formal yang dibentuk sebelum pelaksanaan, tetapi cukup adanya saling pengertian sedemikian rupa antara mereka dalam mewujudkan perbuatan oleh yang satunya terhadap perbuatan oleh yang lainnya, ketika berlangsungnya pelaksanaan. Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap, yaitu Para Terdakwa setelah melakukan kegiatan sedekah jum’at berencana hendak pulang ke rumahnya masing-masing namun di tengah perjalanan Para Terdakwa melihat poster dan spanduk yang isinya menolak kemaksiatan, adanya poster dan spanduk tersebut merupakan keprihatinan warga masyarakat Prambanan akan keberadaan hotel-hotel di wilayah tersebut yang dijadikan ajang berbuat maksiat. Bahwa, Para Terdakwa secara spontanitas kemudian mendatangi Hotel Prambanan untuk mencari pasangan mesum yang menginap di hotel tersebut. Bahwa, kemudian Terdakwa I menanyakan kamar-kamar mana yang berpenghuni kepada saksi Andang Kurniawan selaku resepsionis hotel. Kemudian setelah mendapatkan informasi kamar-kamar mana yang berpenghuni kemudian Para Terdakwa mulai mengetuk-ketuk pintu kamar dan meminta penghuni kamar keluar untuk dimintai identitasnya. Bahwa, karena takut lalu para penghuni kamar yaitu saksi saksi Isa Nurnusanto, saksi Siti Wahyuni, saksi Susiana, saksi Widodo, saksi Jumali, saksi Subandini, saksi Tri Haryanti dan saksi Anton Agus Rishartanto kemudian menyerahkan kartu identitasnya
Halaman 103 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
kepada Para Terdakwa. Bahwa, Para Terdakwa kemudian menghubungi Kapolsek Prambanan agar segera datang ke Hotel srikandi dan memproses para tamu hotel yang membawa pasangan tidak sah. Bahwa dengan demikian antara Para Terdakwa dan menginsyafi kerja sama tersebut untuk memaksa para tamu hotel menyerahkan kartu identitasnya; Ad.b.Para Peserta Telah Sama-Sama Melaksanakan Tindak Pidana Yang Dimaksudkan ; Menimbang, bahwa wujud perbuatan para peserta tidaklah perlu sama, yang penting wujud perbuatan peserta itu sedikit atau banyak ada peranannya atau ada andilnya bagi terwujudnya tindak pidana yang sama-sama dikehendaki; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap, sebagaimana terungkap diatas, Perbuatan Terdakwa I yang meminta identitas kepada para tamu hotel dan perbuatan Terdakwa yang lain yang ikut mengetuk-ketuk pintu serta memotret identitas para tamu hotel, tidak sama perbuatannya tetapi perbuatan mereka merupakan suatu kerja sama dan perbuatan-perbuatan tersebut mempunyai andil dalam melakukan paksaan kepada para tamu hotel yaitu saksi Isa Nurnusanto, saksi Siti Wahyuni, saksi Susiana, saksi Widodo, saksi Jumali, saksi Subandini, saksi Tri Haryanti dan saksi Anton Agus Rishartanto untuk menyerahkan identitasnya kepada Para Terdakwa; Menimbang, bahwa perbuatan Terdakwa telah memenuhi kedua kriteria tentang Yang Turut Melakukan sebagaimana dimaksudkan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 335 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana telah terpenuhi, maka Para Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif kesatu Penuntut Umum; Menimbang, bahwa Para Terdakwa dalam pembelaannya pada pokoknya mendalilkan melakukan perbuatan meminta kartu identitas/ Kartu Tanda Penduduk kepada para tamu hotel karena hendak melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar untuk mencari pasangan yang berbuat mesum atau tidak ada ikatan pernikahan di Hotel Prambanan. Bahwa terhadap hal tersebut Majelis memahaminya, bahkan menjadi kewajiban bagi kaum muslimin untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar namun Majelis berpendapat dalam
Halaman 104 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar haruslah dengan mentaati hukum yang berlaku di negara ini. Perlu kita ketahui, hukum positif di negara kita sejalan dengan amar ma’ruf nahi munkar, Majelis Hakim selama mengabdi di Pengadilan Negeri Klaten telah banyak mengadili perkara-perkara miras, perzinahan, judi dan segala bentuk kriminalitas/ penyakit masyarakat lainnya, ini menandakan bahwa hukum positif kita, tidak mentolerir perbuatan-perbuatan maksiat yang terjadi di negara ini khususnya di wilayah Kabupaten Klaten. Hal itu juga menandakan pihak kepolisian sendiri sebagai garda terdepan dalam penegakan hukum juga telah bekerja keras dalam memberantas kejahatan- kejahatan yang terjadi di Kabupaten Klaten. Bahwa telah menjadi keprihatinan bagi masyarakat di daerah Prambanan dan sekitarnya, keberadaan hotel-hotel telah disalahgunakan untuk melakukan perbuatan maksiat namun sekali lagi hal itu bukanlah menjadikan alasan pembenar bagi masyarakat untuk menjadi polisi atau juga untuk menjadi hakim. Bahwa, kepolisian tidak menutup mata terhadap tindak pidana yang terjadi bahkan kepolisian membutuhkan informasi dari masyarakat apabila terjadi tindak pidana. Perbuatan Para Terdakwa yang meminta kartu identitas bagi tamu hotel untuk mencari pasangan pelaku mesum, menurut Majelis telah melampui peran serta dari masyarakat karena seharusnya peran serta dari Para Terdakwa cukuplah dengan memberi informasi kepada pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan dan menindak para pasangan mesum; Bahwa, tindakan pencegahan perlu lebih diutamakan daripada tindakan penindakan. Majelis berharap dengan kejadian ini memberikan pelajaran berharga bagi pihak kepolisian untuk selalu tanggap terhadap keresahan masyarakat. Kejadian ini juga diharapkan memberi pelajaran bagi hotel-hotel di Prambanan dan sekitarnya agar selalu selektif menerima tamu dengan menerapkan peraturan yang ketat dan meminta identitas para tamu yang menginap sehingga tidak timbul kecurigaan dari masyarakat di sekitar bahwa hotel di wilayah mereka telah disalahgunakan untuk melakukan perbuatan maksiat. Bagi Para Terdakwa juga diharapkan dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini, karena secara organisasi ormas FPI telah menghapuskan sweeping dari kegiatan organisasi mereka, sehingga cara Para Terdakwa dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar tidak sejalan dengan FPI, bahkan perbuatan Para Terdakwa dengan memakai atribut FPI dapat menimbulkan citra negatif bagi FPI; Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana,
Halaman 105 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Para Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya; Menimbang, bahwa oleh karena Para Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana; Menimbang, bahwa karena ancaman hukuman Pasal 335 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana maksimal 1 (satu) tahun dan berdasarkan fakta-fakta yang terungkap, Majelis menilai Para Terdakwa hanya terlalu bersemangat dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan abai terhadap peraturan yang ada karena sebelumnya tidak ada koordinasi dengan polisi, maka kepada Para Terdakwa perlu diterapkan pidana percobaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 14 (a) Kitab Undang-undang Hukum Pidana; Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Para Terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut masing-masing harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; Menimbang, bahwa oleh karena Para Terdakwa ditahan dengan penahanan kota dan menurut pendapat Majelis Hakim tidak cukup alasan untuk menahan karena wewenang Majelis Hakim untuk menahan telah habis dan juga Para Terdakwa dijatuhi hukuman percobaan, maka Majelis tidak perlu mencantumkan tentang status penahanan Para Terdakwa karena Para Terdakwa sudah bebas demi hukum; Menimbang, bahwa barang bukti berupa : 1 (satu) potong rompi berwarna putih bertuliskan FPI FRONT PEMBELA ISLAM, yang telah disita dari Terdakwa I terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada terdakwa I Sudarno Alias Sulis Bin Wasino; 1 (satu) buah kartu izin amatir radio atas nama Isa Nurnusanto, Ir Alamat : Ibis Cempoko Indah, Sitimulyo, Piyungan, Bantul; terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada saksi Isa Nurnusanto; 1 (satu) buah surat ijin mengemudi (SIM) C atas nama Siti Wahyuni, No. SIM 720914410938; terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada saksi Siti Wahyuni; 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Jumali NIK: 3402151011710001, terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada saksi Jumali; 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Anton Agus Rishartanto NIK: 2171122308849006, terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada Anton Agus Rishartanto;
Halaman 106 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
1 (satu) buah buku tamu Hotel Srikandi merk Sinar Dunia warna hijau ada gambar penguin bertuliskan “pingpong” dan 1 (satu) lembar Standart Operating Prosedure (SOP) Hotel Srikandi, terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada Hotel Srikandi Prambanan melalui saksi Andang Kurniawan; 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna putih hijau ada logo dan tulisan identitas Laskar Islam LPI Kab. Klaten dibagian depan dan FPI Front Pembela Islam Regional Leadership Board- Islamic Defenders Front Dewan Pimpinan Wilayah- Front Pembela Islam DPW-FPI Kab. Klaten Jl. Manisrenggo No.44 Kebitan, Nangsri, Manisrenggo, Klaten, Jawa Tengah. 57485 Telp 087734592444 dibagian belakang dan 1 (satu) unit Sepeda Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009 warna merah marun, No. Pol: AD-4463-YJ, No. Ka: MH314D0029K375551, No. Sin: 14D375738, beserta STNK atas nama NIken Endah Subekti alamat : Groyokan Rt.01 Rw.09 Ds. Kemudo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten, terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada Terdakwa II. Suroto alias Sukar Bin Parto Wiyono (alm); 1 (satu) potong celana panjang warna putih dan 1 (satu) potong baju lengan panjang warna putih ada tempelan bendera merah putih dan logo serta identitas FPI (Front Pembela Islam) Kab. Klaten, terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada Terdakwa III. Gatot Teguh Santoso bin Mujiono; 1 (satu) buah flashdisk berwarna silver metalik dengan kapasitas 16 Giga merk Kingston, yang berisikan soft copy rekaman gambar CCTV, terhadap barang bukti tersebut patut dikembalikan kepada saksi F.X Hendro Santoso; Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Para Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan Para Terdakwa; Keadaan yang memberatkan: - Perbuatan Para Terdakwa dengan memakai nama ormas Islam mengakibatkan citra negatif bagi ormas Islam dan tidak mendukung Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin; Keadaan yang meringankan: - Para Terdakwa belum pernah dihukum; - Para Terdakwa sebagai tulang punggung bagi keluarga; - Para Terdakwa sopan di persidangan;
Halaman 107 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
Menimbang, bahwa oleh karena Para Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara; Memperhatikan, Pasal 335 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana jo pasal 55 ayat 1 Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan; MENGADILI: 1. Menyatakan Terdakwa I. Sudarno Als. Sulis Bin Wasino, Terdakwa II. Suroto Als. Sukar Bin Parto Wiyono, Terdakwa III. Gatot Teguh Santoso dan Terdakwa IV. Angga Ary Tinarko Bin Agus Bahtiar tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Bersama-sama Dengan Kekerasan Memaksa Orang Lain Supaya Melakukan Sesuatu” sebagaimana dalam dakwaan alternatif kesatu Penuntut Umum; 2. Menjatuhkan pidana kepada Para Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara masing-masing selama 5 (lima) bulan; 3. Menetapkan pidana tersebut tidak usah dijalani kecuali jika dikemudian hari ada putusan hakim yang menentukan lain disebabkan karena Para Terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan selama 6 (enam) bulan berakhir; 4. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Para Terdakwa masing-masing dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 5. Menetapkan barang bukti berupa: 1 (satu) potong rompi berwarna putih bertuliskan FPI FRONT PEMBELA ISLAM; Dikembalikan kepada terdakwa Sudarno Alias Sulis Bin Wasino; 1 (satu) buah kartu izin amatir radio atas nama Isa Nurnusanto, Ir Alamat : Ibis Cempoko Indah, Sitimulyo, Piyungan, Bantul; Dikembalikan kepada saksi Isa Nurnusanto; 1 (satu) buah surat ijin mengemudi (SIM) C atas nama Siti Wahyuni, No. SIM 720914410938; Dikembalikan kepada saksi Siti Wahyuni; 1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Jumali NIK: 3402151011710001; Dikembalikan kepada saksi Jumali;
Halaman 108 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
1 (satu) buah kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Anton Agus Rishartanto NIK: 2171122308849006; Dikembalikan kepada saksi Anton Agus Rishartanto; 1 (satu) buah buku tamu Hotel Srikandi merk Sinar Dunia warna hijau ada gambar penguin bertuliskan “pingpong”; 1 (satu) lembar Standart Operating Prosedure (SOP) Hotel Srikandi; Dikembalikan kepada Hotel Srikandi Prambanan melalui saksi Andang Kurniawan; 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna putih hijau ada logo dan tulisan identitas Laskar Islam LPI Kab. Klaten dibagian depan dan FPI Front Pembela Islam Regional Leadership Board- Islamic Defenders Front Dewan Pimpinan Wilayah- Front Pembela Islam DPW-FPI Kab. Klaten Jl. Manisrenggo No.44 Kebitan, Nangsri, Manisrenggo, Klaten, Jawa Tengah. 57485 Telp 087734592444 dibagian belakang; 1 (satu) unit Sepeda Motor Yamaha Mio Soul/AL115C14D, tahun 2009 warna merah marun, No. Pol: AD-4463-YJ, No. Ka: MH314D0029K375551, No. Sin: 14D375738, beserta STNK atas nama NIken Endah Subekti alamat : Groyokan Rt.01 Rw.09 Ds. Kemudo, Kec. Prambanan, Kab. Klaten Dikembalikan kepada terdakwa Suroto alias Sukar Bin Parto Wiyono (alm); 1 (satu) potong celana panjang warna putih; 1 (satu) potong baju lengan panjang warna putih ada tempelan bendera merah putih dan logo serta identitas FPI (Front Pembela Islam) Kab. Klaten; Dikembalikan kepada terdakwa Gatot Teguh Santoso bin Mujiono; 1 (satu) buah flashdisk berwarna silver metalik dengan kapasitas 16 Giga merk Kingston, yang berisikan soft copy rekaman gambar CCTV; Dikembalikan kepada saksi F.X Hendro Santoso; 6. Membebankan kepada Para Terdakwa membayar biaya perkara masing- masing sejumlah Rp. 2.000 (dua ribu rupiah);
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Klaten pada hari Jum’at tang,lgal 18 Mei 2018 oleh Novi Wijayanti, S.H. sebagai Hakim Ketua, Wahyu Setioadi, S.H. dan Ira Wati, S.H.,M.Kn masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan dalam
Halaman 109 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.
sidang terbuka untuk umum pada hari Senin tanggal 21 Mei 2018, dibantu oleh Dani Susanti, S.E., S.H. Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Klaten, serta dihadiri oleh Indah Kusrini PR, S.H. dan Wan Susilo Hadi, S.H. Penuntut Umum, Para Terdakwa didampingi Penasihat Hukumnya.
Hakim-Hakim Anggota, Hakim Ketua,
Ttd Ttd
Wahyu Setioadi, S.H. Novi Wijayanti, S.H.
Ttd
Ira Wati, S.H.,M.Kn.
Panitera Pengganti,
Ttd
Dani Susanti, S.E.,S.H.
Halaman 110 dari 110 Putusan Nomor 37/Pid.Sus/2018/PN Kln.