Anda di halaman 1dari 28

PUTUSAN

Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pengadilan Negeri Nabire yang mengadili perkara pidana dengan acara
pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama, telah menjatuhkan Putusan Sela
sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :
Nama lengkap : Oniara Wonda
Tempat lahir : Gurage
Umur/Tanggal lahir : 31 Tahun/ 1 Juli 1989
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jiginikime, Kampung Jiginikime, Kelurahan
Jiginikime, Distrik Puncak Senyum, Kabupaten
Puncak Jaya
Agama : Kristen Gidi
Pekerjaan : Petani
Terdakwa Oniara Wonda ditahan dalam tahanan rutan oleh:
1. Penangkapan tanggal 31 Mei 2020;
2. Penyidik sejak tanggal 1 Juni 2020 sampai dengan tanggal 20 Juni
2020;
3. Penahanan Terdakwa dibantarkan sejak tanggal 1 Juni 2020 sampai
dengan tanggal 5 Juni 2020;
4. Penahanan Lanjutan Penyidik sejak tanggal 5 Oktober 2020 sampai
dengan tanggal 23 Juni 2020;
5. Penyidik Perpanjangan Oleh Penuntut Umum sejak tanggal 24 Juni
2020 sampai dengan tanggal 2 Agustus 2020;
6. Penyidik Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak
tanggal 3 Agustus 2020 sampai dengan tanggal 1 September 2020;
7. Penyidik Perpanjangan Kedua Oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak
tanggal 2 September 2020 sampai dengan tanggal 1 Oktober 2020;
8. Penuntut Umum sejak tanggal 29 September 2020 sampai dengan
tanggal 18 Oktober 2020;
9. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 14 Oktober 2020 sampai
dengan tanggal 12 November 2020;
10. Hakim Pengadilan Negeri Perpanjangan Pertama Oleh Ketua
Pengadilan Negeri sejak tanggal 13 November 2020 sampai dengan
tanggal 11 Januari 2020;

Halaman 1 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


Terdakwa didampingi oleh Jean Janner Gultom, S.H.,M.H dan Titus
Tabuni, S.H Advokat/ Penasihat Hukum dan Konsultan Hukum pada Kantor
Jean Janner Gultom, S.H.,M.H dan Titus Tabuni, S.H berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Nomor : 01/Srt.KH/X/Pid.B/2020/KA.JJG tanggal 20 Oktober 2020;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca:
- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Nabire Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
tanggal 14 Oktober 2020 tentang penunjukan Majelis Hakim;
- Penetapan Majelis Hakim Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab tanggal 14 Oktober
2020 tentang penetapan hari sidang;
- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
Setelah mendengar pembacaan surat dakwaan Penuntut Umum;
Setelah mendengar pembacaan keberatan dari Terdakwa melalui
Penasihat Hukum dan pendapat dari Penuntut Umum:
Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut
Umum berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:
KESATU :
PRIMAIR :
Bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor
Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah berkekuatan hukum tetap),
Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Libo
Telenggen, Yamdua Telenggen, Wakanyo Wenda (Belum tertangkap), pada hari
Sabtu tanggal 03 Desember 2011 sekitar jam 15.00 Wit, atau setidak-tidaknya
pada suatu waktu dalam bulan Maret 2020 bertempat di Kali Semen Kampung
Wandegobak Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Nabire, melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan
perbuatan, dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain yaitu Korban Bripda Perianto Moh Kaluku dan Bripda Eko
Afriansyah perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Pada awalnya Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor
Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah mempunyai kukuatan
hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri
Telenggen, dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia,
kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang
lewat, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen
Alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan

Halaman 2 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


Terdakwa Oniara Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng,
menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan alas kaki
bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo
Telenggen ambil posisi dikali semen, tidak lama kemudian Mobil
Anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri dengan menggunakan 2 (dua)
mobil tiba di Pospol Tingginambut dengan maksud membawa bahan
makanan dan sekaligus mengevakuasi Ipda Febian dan Briptu Antoni
Steven yang sedang sakit untuk dibawa ke Mulia, dengan posisi saksi
Abdul Rahmad Sukur dalam keadaan duduk di bak bagian belakang
mobil sebelah kanan bersama-sama dengan Bripda Perianto Muh
Kaluku yang duduk di bak bagian belakang sebelah kiri mobil, kemudian
Bripda Eko Afriansah duduk di bak belakang sebelah kiri bagian depan
dan Saksi Agus Saputra duduk di bak belakang sebelah kanan bagian
depan disekitar kali semen kampung Wandigobag, 2 (dua) mobil
melewati Kali Semen, dan pada saat ke dua mobil tersebut lewat posisi
Terdakwa sambil berdiri dengan menggunakan senjata api laras
panjang jenis AK-47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2
(dua) kali dan mengenai salah satu mobil yaitu Mobil Strada, yang
mengenai Korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala
sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku terkena juga tembakan dan
tersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur. setelah itu
selanjutnya disusul dengan tembakan berturut-turut oleh Heri
Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen pada saat itu berdiri
sambil melakukan penembakan terhadap salah satu mobil anggota
satgas 1 Gegana Mabes Polri, sehingga salah satu dari tembakan yang
dilepaskan mengenai pangkal paha saksi Abdul Rahmad Sukur
sebelah kanan, kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur langsung
menggeser Bripda Perianto Muh Kaluku yang awalnya bersandar di
punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur kemudian saksi Abdul
Rahmad Sukur memutarkan badan saksi kearah gunung dan
melakukan tembakan balasan kearah gunung, namun setelah itu saksi
Abdul Rahmad Sukur merakan pusing sehingga saksi Abdul Rahmad
Sukur langsung berbaring disamping Bripda Perianto Muh Kaluku
sambil berteriak “maju-maju saya kena”, kemudian langsung di evakuasi
munuju ke rumah sakit Mulia. setelah Terdakwa melakukan
penembakan, Terdakwa langsung lari menuju ke arah Kampung Pilia
bersama-sama Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Dan Libo Telenggen;

Halaman 3 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


 Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1.134/RSUD/MLA/2011
tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia
Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas
nama Eko Afriansah dengan kesimpulan pada pemeriksaan mayat
seorang laki-laki berusia dua puluh lima tahun ditemukan luka robek,
luka terbuka, luka memar dan luka lecet pada kepala akibat kekerasan
senjata api, sebab kematian adalah kekerasan senjata api yang
mengenai alis kiri dan tembus ke kepala bagian belakang dan
kemungkinan menyebabkan patahan tulang tengkorak dan merusak
jaringan otak dalam.
 Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1.133/RSUD/MLA/2011
tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia
Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas
nama Perianto Muh Kaluku dengan kesimpulan pada pemeriksaan
Mayat seorang laki-laki berusia dua puluh satu tahun ditemukan luka
terbuka, luka memar pada leher bawah kiri diatas sepertiga tengah
tulang klavikula kiri akibat kekerasan senjata api, sebab kematian
adalah kekerasan senjata api yang mengenai leher bawah dan
kemungkinan mengenai pembuluh darah besar dileher sehingga
menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 340 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke- 1KUHP;
SUBSIDAIR :
Bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor
Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah berkekuatan hukum tetap),
Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Libo
Telenggen, Yamdua Telenggen, Wakanyo Wenda (belum tertangkap), pada hari
Sabtu tanggal 03 Desember 2011 sekitar jam 15.00 Wit, atau setidak-tidaknya
pada suatu waktu dalam bulan Maret 2020 bertempat di Kali Semen Kampung
Wandegobak Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Nabire, melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan
perbuatan dengan sengaja merampas nyawa orang lain, yaitu Korban Bripda
Perianto Moh Kaluku Dan Bripda Eko Afriansyah, perbuatan Terdakwa dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
 Pada awalnya Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor
Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah mempunyai kukuatan

Halaman 4 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri
Telenggen, dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia,
kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang
lewat, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen
Alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan
Terdakwa Oniara Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng,
menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan alas kaki
bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo
Telenggen ambil posisi dikali semen, tidak lama kemudian mobil
Anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri dengan menggunakan 2 (dua)
mobil tiba di Pospol Tingginambut dengan maksud membawa bahan
makanan dan sekaligus mengevakuasi Ipda Febian Dan Briptu Antoni
Steven yang sedang sakit untuk dibawa ke Mulia, dengan posisi saksi
Abdul Rahmad Sukur dalam keadaan duduk di bak bagian belakang
mobil sebelah kanan bersama-sama dengan Bripda Perianto Muh
Kaluku yang duduk di bak bagian belakang sebelah kiri mobil, kemudian
Bripda Eko Afriansah duduk di bak belakang sebelah kiri bagian depan
dan Saksi Agus Saputra duduk di bak belakang sebelah kanan bagian
depan disekitar kali semen kampung Wandigobag, 2 (dua) mobil
melewati Kali Semen, dan pada saat ke dua mobil tersebut lewat posisi
Terdakwa sambil berdiri dengan menggunakan senjata api laras
panjang jenis AK-47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2
(dua) kali dan mengenai salah satu mobil yaitu mobil strada, yang
mengenai Korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala
sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku terkena juga tembakan dan
tersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur. setelah itu
selanjutnya disusul dengan tembakan berturut-turut oleh Heri
Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen pada saat itu berdiri
sambil melakukan penembakan terhadap salah satu mobil anggota
satgas 1 Gegana mabes Polri, sehingga salah satu dari tembakan yang
dilepaskan mengenai pangkal paha saksi Abdul Rahmad Sukur
sebelah kanan, kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur langsung
menggeser Bripda Perianto Muh Kaluku yang awalnya bersandar di
punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur kemudian saksi Abdul
Rahmad Sukur memutarkan badan saksi kearah gunung dan
melakukan tembakan balasan kearah gunung, namun setelah itu saksi
Abdul Rahmad Sukur merasakan pusing sehingga saksi Abdul Rahmad

Halaman 5 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


Sukur langsung berbaring disamping Bripda Perianto Muh Kaluku
sambil berteriak “maju-maju saya kena”, kemudian langsung di
evakuasi menuju ke rumah sakit Mulia. setelah Terdakwa melakukan
penembakan, Terdakwa langsung lari menuju ke arah Kampung Pilia
bersama-sama Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen;
 Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1.134/RSUD/MLA/2011
tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia
Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas
nama Eko Afriansah dengan kesimpulan pada pemeriksaan mayat
seorang laki-laki berusia dua puluh lima tahun ditemukan luka robek,
luka terbuka, luka memar dan luka lecet pada kepala akibat kekerasan
senjata api, sebab kematian adalah kekerasan senjata api yang
mengenai alis kiri dan tembus ke kepala bagian belakang dan
kemungkinan menyebabkan patahan tulang tengkorak dan merusak
jaringan otak dalam.
 Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1.133/RSUD/MLA/2011
tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia
Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan Jenazah atas
nama Perianto Muh Kaluku dengan kesimpulan pada pemeriksaan
mayat seorang laki-laki berusia dua puluh satu tahun ditemukan luka
terbuka, luka memar pada leher bawah kiri diatas sepertiga tengah
tulang klavikula kiri akibat kekerasan senjata api, sebab kematian
adalah kekerasan senjata api yang mengenai leher bawah dan
kemungkinan mengenai pembuluh darah besar dileher sehingga
menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 338 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1KUHP;
DAN
KEDUA :
PRIMAIR :
Bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor
Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah berkekuatan hukum tetap),
Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Libo
Telenggen, Yamdua Telenggen, Wakanyo Wenda (belum tertangkap), pada hari
Sabtu tanggal 03 Desember 2011 sekitar jam 15.00 Wit, atau setidak-tidaknya
pada suatu waktu dalam bulan Maret 2020 bertempat di Kali Semen Kampung
Wandegobak Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya atau setidak-tidaknya pada

Halaman 6 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Nabire, dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan
kekerasan terhadap orang yaitu Saksi Abdul Rahmad Sukur, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat, perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
 Pada awalnya Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor
Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri
Telenggen, dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia,
kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang
lewat, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen
Alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan
Terdakwa Oniara Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng,
menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan alas kaki
bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo
Telenggen ambil posisi dikali semen, tidak lama kemudian mobil
Anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri dengan menggunakan 2 (dua)
mobil tiba di Pospol Tingginambut dengan maksud membawa bahan
makanan dan sekaligus mengevakuasi Ipda Febian dan Briptu Antoni
Steven yang sedang sakit untuk dibawa ke Mulia, dengan posisi saksi
Abdul Rahmad Sukur dalam keadaan duduk di bak bagian belakang
mobil sebelah kanan bersama-sama dengan Bripda Perianto Muh
Kaluku yang duduk di bak bagian belakang sebelah kiri mobil, kemudian
Bripda Eko Afriansyah duduk di bak belakang sebelah kiri bagian depan
dan Saksi Agus Saputra duduk di bak belakang sebelah kanan bagian
depan disekitar kali semen kampung Wandigobag, 2 (dua) mobil
melewati Kali Semen, dan pada saat ke dua mobil tersebut lewat posisi
Terdakwa sambil berdiri dengan menggunakan senjata api laras
panjang jenis AK-47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2
(dua) kali dan mengenai salah satu mobil yaitu mobil strada, yang
mengenai Korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala
sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku terkena juga tembakan dan
tersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur. setelah itu
selanjutnya disusul dengan tembakan berturut-turut oleh Heri
Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen pada saat itu berdiri
sambil melakukan penembakan terhadap salah satu mobil anggota
satgas 1 Gegana Mabes Polri, sehingga salah satu dari tembakan yang

Halaman 7 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


dilepaskan mengenai pangkal paha saksi Abdul Rahmad Sukur
sebelah kanan, kemudian Saksi Abdul Rahmad Sukur langsung
menggeser Bripda Perianto Muh Kaluku yang awalnya bersandar di
punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur kemudian saksi Abdul
Rahmad Sukur memutarkan badan saksi kearah gunung dan
melakukan tembakan balasan kearah gunung, namun setelah itu saksi
saksi Abdul Rahmad Sukur merasakan pusing sehingga saksi Abdul
Rahmad Sukur langsung berbaring disamping Bripda Perianto Muh
Kaluku sambil berteriak “maju-maju saya kena”, kemudian langsung di
evakuasi munuju ke rumah sakit Mulia. setelah Terdakwa melakukan
penembakan, Terdakwa langsung lari menuju ke arah Kampung Pilia
bersama-sama Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen;
 Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1. 131/RSUD/MLA/2011
tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia
Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas
nama Abdul Rahman Syukur dengan kesimpulan telah diperiksa
seorang laki-laki berumur dua puluh lima tahun, pada pemeriksaan
ditemukan luka terbuka dan luka memar pada paha kanan bagian
depan yang diakibatkan oleh kekerasan senjata api, luka tersebut telah
menimbulkan penyakit/ halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/
pencaharian untuk sementara waktu..
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 170 ayat (2) ke 2 KUHP;
SUBSIDAIR :
Bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor
Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah berkekuatan hukum tetap),
Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Libo
Telenggen, Yamdua Telenggen, Wakanyo Wenda (Belum tertangkap), pada hari
Sabtu tanggal 03 Desember 2011 sekitar jam 15.00 Wit, atau setidak-tidaknya
pada suatu waktu dalam bulan Maret 2020 bertempat di Kali Semen Kampung
Wandegobak Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Nabire, dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan
kekerasan terhadap orang yaitu Saksi Abdul Rahmad Sukur, jika kekerasan
yang digunakan mengakibatkan luka-luka, perbuatan Terdakwa dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

Halaman 8 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


 Pada awalnya Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor
Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri
Telenggen, dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia,
kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang
lewat, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen
Alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan
Terdakwa Oniara Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng,
menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan alas kaki
bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo
Telenggen ambil posisi dikali semen, tidak lama kemudian Mobil
Anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri dengan menggunakan 2 (dua)
mobil tiba di Pospol Tingginambut dengan maksud membawa bahan
makanan dan sekaligus mengevakuasi Ipda Febian Dan Briptu Antoni
Steven yang sedang sakit untuk dibawa ke Mulia, dengan posisi saksi
Abdul Rahmad Sukur dalam keadaan duduk di bak bagian belakang
mobil sebelah kanan bersama-sama dengan Bripda Perianto Muh
Kaluku yang duduk di bak bagian belakang sebelah kiri mobil, kemudian
Bripda Eko Afriansah duduk di bak belakang sebelah kiri bagian depan
dan Saksi Agus Saputra duduk di bak belakang sebelah kanan bagian
depan disekitar kali semen kampung Wandigobag, 2 (dua) mobil
melewati Kali Semen, dan pada saat ke dua mobil tersebut lewat posisi
Terdakwa sambil berdiri dengan menggunakan senjata api laras
panjang jenis AK-47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2
(dua) kali dan mengenai salah satu mobil yaitu mobil strada, yang
mengenai Korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala
sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku terkena juga tembakan dan
tersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur. setelah itu
selanjutnya disusul dengan tembakan berturut–turut oleh Heri
Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen pada saat itu berdiri
sambil melakukan penembakan terhadap salah satu mobil anggota
satgas 1 Gegana Mabes Polri, sehingga salah satu dari tembakan yang
dilepaskan mengenai pangkal paha saksi Abdul Rahmad Sukur
sebelah kanan, kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur langsung
menggeser Bripda Perianto Muh Kaluku yang awalnya bersandar di
punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur kemudian saksi Abdul
Rahmad Sukur memutarkan badan saksi kearah gunung dan

Halaman 9 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


melakukan tembakan balasan kearah gunung, namun setelah itu saksi
Abdul Rahmad Sukur merakan pusing sehingga saksi Abdul Rahmad
Sukur langsung berbaring disamping Bripda Perianto Muh Kaluku
sambil berteriak “maju-maju saya kena”, kemudian langsung di evakuasi
menuju ke rumah sakit Mulia. setelah Terdakwa melakukan
penembakan, Terdakwa langsung lari menuju ke arah Kampung Pilia
bersama-sama Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen;
 Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1. 131/RSUD/MLA/2011
tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia
Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas
nama Abdul Rahman Syukur dengan kesimpulan telah diperiksa
seorang laki-laki berumur dua puluh lima tahun, pada pemeriksaan
ditemukan luka terbuka dan luka memar pada paha kanan bagian
depan yang diakibatkan oleh kekerasan senjata api, luka tersebut telah
menimbulkan penyakit/ halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/
pencaharian untuk sementara waktu.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 170 ayat (2) ke 1 KUHP;
Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum, Terdakwa
melalui Penasihat Hukum Terdakwa telah mengajukan keberatan sebagai
berikut:
I. PENDAHULUAN
Bahwa dihadapan Majelis Hakim yaitu sebagai “Dominus Litis” yang
tidak berpihak, saat ini ada dua pihak yang berperkara yaitu : Jaksa Penuntut
Umum sebagai Penuntut Umum dan Terdakwa Oniara Wonda yang didampingi
oleh Penasehat Hukumnya yang melihat hukum tersebut dari fungsinya yang
berbeda, dan selanjutnya Majelis Hakim memandang kedua belah pihak  sama
tinggi dan sama rendah, Majelis Hakim memeriksa dan mengadili perkara ini
tanpa mempunyai kepentingan pribadi di dalamnya. Dengan demikian, Majelis
Hakim akan dapat menempatkan dirinya pada posisi yang netral dan tetap eksis
sebagai pengayom keadilan dan kebenaran dalam usaha terwujudnya kepastian
hukum seperti yang didambakan oleh Terdakwa dan masyarakat secara luas
pada saat ini.
Bahwa Eksepsi ini kami sampaikan dengan pertimbangan oleh karena
adanya hal-hal yang sangat prinsipil dan formil terkait dengan penegakan
hukum yang tidak sesuai dengan prosedur sebagaimana diamanatkan KUHAP
yang dilakukan oleh Penyidik Polri terhadap Terdakwa Oniara Wonda.

Halaman 10 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


Bahwa berdasarkan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945, Pasal 7 dan 8 TAP
MPR Nomor XVII 1998 Tentang Hak Azasi Manusia, dan Pasal 17 Undang-
Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana semua orang
adalah sama dimuka hukum dan tanpa diskriminasi apapun serta berhak atas
perlindungan hukum yang sama.
Bahwa pengajuan Eksepsi atau Nota Keberatan ini juga didasarkan
pada hak Terdakwa sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP yang
mengatur sebagai berikut: ”Dalam hal Terdakwa atau penasihat hukum
mengajukan keberatan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara
atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka
setelah diberi kesempatan oleh Jaksa Penuntut Umum untuk menyatakan
pendapatnya Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya
mengambil keputusan”.
Bahwa Eksepsi ini juga tidak semata-mata mencari kesalahan dari
dakwaan jaksa penuntut umum ataupun menyanggah secara apriori dari materi
ataupun formal dakwaan yang dibuat oleh jaksa penutut umum. Namun ada hal
yang sangat fundamental untuk dapat diketahui Majelis Hakim dan saudara
Jaksa Penuntut Umum demi tegaknya keadilan sebagaimana semboyan yang
selalu kita junjung bersama selaku penegak hukum yakni ”Fiat Justitia Ruat
Caelum”.
Bahwa selain daripada itu, Eksepsi ini juga mempunyai makna serta
tujuan sebagai penyeimbang dari Surat Dakwaan yang disusun dan dibacakan
dalam persidangan. Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa percaya bahwa
Majelis Hakim akan mempertimbangkan dan mencermati segala masalah
hukum tersebut, sehingga dalam keberatan ini kami mencoba memaparkan dan
menguraikan pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan oleh penyidik
Polri terhadap Terdakwa Oniara Wonda.
Sebelum melangkah pada proses yang lebih jauh lagi maka
perkenankan kami selaku kuasa hukum untuk memberikan suatu adagium yang
mungkin bisa dijadikan salah satu pertimbangan Majelis Hakim yaitu ”dakwaan
merupakan unsur penting dalam hukum acara pidana karena berdasarkan hal
yang dimuat dalam surat itu Hakim akan memeriksa surat itu”. (Prof. Andi
Hamzah, S.H).
Dalam hal ini maka Penuntut Umum selaku penyusun surat dakwaan
harus mengetahui dan memahami benar kronologi peristiwa yang menjadi fakta
dakwaan, apakah sudah cukup berdasar untuk dapat dilanjutkan ke tahap
pengadilan ataukah fakta tersebut tidak seharusnya diteruskan karena memang

Halaman 11 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


secara materiil tidak cukup bukti untuk menetapkan saudara Oniara Wonda
sebagai Tersangka/Terdakwa. Salah satu fungsi hukum adalah menjamin agar
tugas Negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat bisa terlaksana dengan baik
dan mewujudkan keadilan yang seadil-adilnya dan hukum menjadi panglima
untuk mewujudkan sebuah kebenaran dan keadilan.
Melalui uraian ini kami mengajak Majelis Hakim yang terhormat dan
Jaksa Penunutut Umum bisa melihat permasalahan secara menyeluruh
(komprehensif) dan bijak, agar dapat sepenuhnya menilai saudara Oniara
Wonda, sebagai Terdakwa dalam perkara ini dan kami selaku kuasa hukum juga
memohon kepada Majelis Hakim dalam perkara ini untuk memberikan keadilan
hukum yang seadil-adilnya.

II. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT


UMUM
M. Yahya Harahap berpendapat dalam bukunya bahwa ”pada dasarnya
alasan yang dapat dijadikan dasar hukum mengajukan keberatan agar surat
dakwaan dibatalkan, apabila surat dakwaan tidak memenuhi ketentuan Pasal
143 atau melanggar ketentuan Pasal 144 ayat (2) dan (3) KUHAP”.
(Pembahasan dan penerapan KUHAP, Pustaka Kartini, Jakarta, 1985, hlm. 663-
664).
Berdasarkan surat dakwaan yang disusun oleh Jaksa Penuntut Umum
maka menurut hemat kami ada beberapa hal yang perlu ditanggapi secara
saksama mengingat di dalam surat dakwaan tersebut terdapat berbagai
kejanggalan dan ketidakjelasan yang menyebabkan kami mengajukan
keberatan.
Berdasarkan uraian di atas kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa
ingin mengajukan keberatan terhadap surat dakwaan yang telah didakwakan
oleh Jaksa Penuntut Umum dengan alasan sebagai berikut :

III. PENANGKAPAN TIDAK BERDASARKAN KUHAP


Bahwa berdasarkan fakta yang sebenarnya, penangkapan yang
dilakukan oleh pihak kepolisian kepada Terdakwa di rumah saudara Terdakwa di
Mulia Puncak Jaya adalah tidak sesuai dengan prosedur sebagaimana
ditentukan dalam KUHAP, karena pihak Kepolisian datang ke rumah saudara
Terdakwa dan langsung membawa Terdakwa dan dilakukan penahanan tanpa
memperlihatkan surat perintah penangkapan dan penahanan. Oleh sebab itu
penangkapan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian tersebut adalah sesuatu hal
yang tidak benar karena berdasarkan Pasal 18 ayat (1) KUHAP menyatakan :

Halaman 12 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


(1) Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan
kepada Tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas
Tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara
kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa.
Bahwa apa yang dilakukan oleh pihak Kepolisian didalam penangkapan
sama sekali tidak menunjukkan Surat Tugas dan Surat Perintah Penangkapan
karena Terdakwa langsung didatangi oleh pihak Kepolisian dan langsung
dibawa dan dimasukkan ke dalam sebuah mobil. Kemudian setelah itu
Terdakwa langsung dibawa keliling-keliling di Mulia Puncak Jaya, setelah tiba di
salah satu tempat yang sunyi dan sepi dan tidak ada orang lain, lalu pihak
Kepolisian menurunkan Terdakwa Oniara Wonda dari mobil dengan posisi
tangan terborgol dan dua orang anggota kepolisian sambil memegang kedua
lengan Terdakwa, serta Terdakwa membelakangi pintu mobil. Kemudian
anggota kepolisian yang ada di dalam mobil langsung melakukan penembakan
sebanyak dua kali pada bagian kaki kanan Terdakwa sampai Terdakwa
tersungkur dan bersimbah darah dan kemudian dimasukkan lagi kedalam mobil
lalu dibawa ke RSUD Mulia Puncak Jaya tanpa dilakukan pengobatan.
Kemudian besok harinya diterbangkan ke Jayapura dari Mulia dan dibawa ke
RS Polri Bhayangkara Furia Kotaraja, lagi-lagi tanpa mendapatkan perawatan
yang maksimal (sampai saat ini luka tembak di kaki Terdakwa sangat
memprihatinkan karena mengeluarkan bau busuk, nanah dan darah).
Bahwa sebagaimana kita ketahui secara bersama bahwa apabila
seseorang akan dijadikan Tersangka dan Terdakwa dikarenakan adanya laporan
kejadian tindak pidana, maka hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
pemanggilan terlapor sebagai saksi secara resmi terlebih dahulu dan setelah itu
jika terpenuhi unsur tindak pidana dan 2 alat bukti yang cukup maka seseorang
tersebut baru dijadikan Tersangka dan dapat dilakukan penahanan namun apa
yang dilakukan oleh pihak Kepolisian justru sebaliknya karena sejak awal
Terdakwa langsung ditangkap tanpa adanya Surat Tugas dan Perintah
Penangkapan dan hal tersebut merupakan bukti bahwa penangkapan dan
penahanan Terdakwa sejak awal adalah penahanan yang salah dan tidak
berdasarkan KUHAP dan merupakan sebuah penyelundupan hukum. Dan
selain itu anggota kepolisian yang melakukan penangkapan juga telah
melakukan pelanggaran HAM berat yaitu berupa tindakan penyiksaan berat
dengan cara sengaja menembak kaki kanan Terdakwa Oniara Wonda dengan
tanpa alasan dan dasar aturan yang diperbolehkan oleh undang-undang.

Halaman 13 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


IV. TERDAKWA TIDAK DI DAMPINGI OLEH PENASEHAT HUKUM
Bahwa sebagaimana yang diuraikan oleh Jaksa Penuntut Umum bahwa
apa yang dilakukan oleh Terdakwa adalah tindak pidana yang diancam dengan
ancaman lebih dari 5 tahun penjara. Dan yang harus Majelis Hakim ketahui juga
bahwa Terdakwa adalah orang yang tidak mahir membaca dan menulis dan
oleh karena itu maka sudah sepatutnya dan sewajarnya jika sejak awal
Terdakwa harus di damping oleh Penasehat Hukum sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 56 KUHAP yang menyatakan : ”Dalam hal tersangka atau
Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana mati atu ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi
mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih
yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan
pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk
penasihat hukum bagi mereka.
Namun apa yang dilakukan oleh penyidik atau pihak Kepolisian justru
melakukan hal yang berbeda karena pada tingkat pemeriksaan yang harusnya
didampingi oleh Penasehat Hukum justru tidak dilakukan terhadap Terdakwa
dan Penasihat Hukum ketika itu menyampaikan kepada penyidik agar supaya
pemeriksaan terhadap Tersangka/Terdakwa didampingi Penasihat Hukum,
artinya bahwa pada semua tingkat pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak
Kepolisian adalah pemeriksaan yang tidak berdasarkan hukum dan Hukum
Acara Pidana (KUHAP) sebagaimana yang diatur dalam pasal 56 KUHAP.
Dengan demikian pemeriksaan yang dilakukan pihak Kepolisian adalah
pemeriksaan yang tidak sah dan tidak berdasarkan hukum.

V. SURAT DAKWAAN obscuur libel (DAKWAAN KABUR)


Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b dan ayat
(3) KUHAP, diatur surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum haruslah memenuhi
syarat-syarat antara lain:
a. Syarat formal yaitu bahwa surat dakwaan harus menyebutkan identitas
lengkap Terdakwa /Tersangka serta bahwa surat dakwaan harus diberi
tanggal dan ditandatangani oleh Jaksa Penuntut Umum.
b. Syarat materiil bahwa surat dakwaan harus memuat dan menyebutkan
waktu, tempat delik dilakukan. Kemudian surat dakwaan haruslah
disusun secara cermat, jelas dan lengkap tentang tindak pidana yang
didakwakan.

Halaman 14 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


c. Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) huruf b Batal Demi Hukum.
Dalam Eksepsi kami ini, yang kami ajukan keberatan adalah
menyangkut isi surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, oleh karena itu berkaitan
dengan persyaratan materiil sebagaimana diharuskan Pasal 143 ayat (2) huruf
b dan ayat (3) KUHAP, khususnya yang mensyaratkan bahwa dakwaan
haruslah disusun secara cermat, jelas dan lengkap tentang tindak pidana yang
didakwakan.
Berikut ini kami kutip apa yang dimaksud dengan cermat, jelas dan
lengkap oleh Pedoman pembuatan Surat Dakwaan yang diterbitkan oleh
Kejaksaan Agung RI halaman 12, menyebutkan :
a. Yang dimaksudkan dengan cermat adalah :
Ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan
yang didasarkan kepada undang-undang yang berlaku, serta tidak terdapat
kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat mengkibatkan batalnya surat
dakwaan atau tidak dapat dibuktikan.
b. Yang dimaksud dengan jelas adalah :
Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur dari
delik yang didakwakan sekaligus mempadukan dengan uraian perbuatan materil
(fakta) yang dilakukan oleh Terdakwa dalam surat dakwaan. Dalam hal ini harus
diperhatikan jangan sekali-kali mempadukan dalam uraian dakwaan antara delik
yang satu dengan delik yang lain yang unsur-unsurnya berbeda satu sama lain
atau uraian dakwaan yang hanya menunjuk pada uraian dakwaan sebelumnya
(seperti misalnya menunjuk pada dakwaan pertama) sedangkan unsurnya
berbeda, sehingga dakwaan menjadi kabur atau tidak jelas (Obscuur Libel) yang
diancam dengan mengakibatkan surat dakwaan menjadi batal demi hukum.
c. Yang dimaksud dengan lengkap adalah :
Uraian Surat Dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang
ditentukan undang-undang secara lengkap. Jangan sampai terjadi adanya
unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan
perbuatan materilnya secara tegas dalam dakwaan, sehingga berakibat
perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana menurut undang-undang.
Bahwa yang harus Majelis Hakim ketahui bahwa Terdakwa adalah
masyarakat biasa yang sehari-harinya pekerjaannya bertani dan berkebun di
Kampung Jiginikime, Distrik Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya.
Bahwa apa yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum didalam
surat dakwaan hanya menyatakan bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-

Halaman 15 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen, Rambo Wonda
(sudah mempunyai kekuatan hukum tetap), Yamdua Telenggen, Heri Telenggen,
Jeri Telenggen, Dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia,
kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen Alias Kartu
Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan Terdakwa Oniara
Wonda bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo
Telenggen ambil posisi di kali Semen.
Bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak menerangkan berperan sebagai
apa Terdakwa didalam melakukan tindak pidana karena sebagaimana yang
disampaikan oleh Terdakwa, Terdakwa hanyalah sebagai masyarakat biasa
yang sehari-harinya bekerja sebagai petani atau berkebun. Dan Jaksa Penuntut
Umum juga tidak menjelaskan siapa saja yang melakukan penembakan
terhadap korban.

VI. KESIMPULAN DAN PERMOHONAN


Bahwa berdasarkan segala uraian dan fakta hukum seperti
dikemukakan di atas, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa berkesimpulan
bahwa surat dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum jelas-jelas telah
mengandung cacat formil atau mengandung kekeliruan beracara (error in
procedure) disamping tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 Ayat (2) huruf b
KUHAP. Dengan demikian tak terbantahkan lagi bahwa dakwaan Jaksa
Penuntut Umum adalah uraian dakwaan yang tidak cermat, samar-samar,
kabur, cacat hukum dan tidak didasarkan pada hasil penyidikan yang lengkap,
sehingga merugikan kepentingan pembelaan diri Terdakwa. Oleh karena itu
sudah seharusnya dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal demi hukum.
Berdasarkan hal-hal yang kami kemukakan di atas, kiranya telah cukup
alasan hukum bagi Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili
perkara a quo untuk menerima Eksepsi Terdakwa/Penasihat Hukum Terdakwa
dan mohon kiranya memberikan Putusan Sela dengan amarnya sebagai berikut:
1. Menerima Eksepsi / Nota Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa
seluruhnya;
2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor Reg.
Perkara : PDM-38/NBR/Eoh.2/10/2020 tersebut Batal Demi Hukum atau
setidak-tidaknya tidak dapat diterima;
3. Menyatakan Terdakwa Oniara Wonda bebas dari segala dakwaan jaksa
penuntut umum;
4. Menyatakan perkara aquo tidak diperiksa lebih lanjut;

Halaman 16 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


5. Memulihkan nama baik Terdakwa Oniara Wonda pada keadaan semula;

6. Membebankan biaya perkara kepada Negara;


Menimbang, bahwa atas keberatan Terdakwa melalui Penasihat Hukum,
Penuntut Umum mengajukan pendapat yang pada pokoknya sebagai berikut :
1. Bahwa terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa nomor 1 (satu)
yaitu Penangkapan Tidak Berdasarkan Kuhap, jaksa penuntut umum
menanggapi sebegai berikut :

Bahwa penangkapan terhadap Terdakwa didasarkan atas Surat Perintah


Nomor : SP.KAP/10/V/2020/Reskrim tertanggal 31 Mei 2020 yang dituangkan
didalam berita acara tertanggal 31 Mei 2020 yang ditandatangani oleh
Terdakwai, disertai dengan Surat Nomor : B/71/V/2020/Reskrim tertanggal 31
Mei 2020 perihal Surat Pemberitahuan Tersangka atas nama Oniara Wonda,
sehingga tanggapan Penasihat Hukum terhadap sangat tidak berdasar yurdis
dan mengada-ada, dengan ini Penasihat Hukum dan Terdakwa telah diberikan
hak-haknya sebagai Terdakwa sebagaimana diatur didalam KUHAP, akan tetapi
yang perlu penuntut umum sampaikan, bahwa Berdasarkan ketentuan Pasal
156 ayat (1) KUHAP, maka batas ruang lingkup materi keberatan tersebut, ialah
bahwa keberatan hanya dapat ditujukan terhadap dakwaan atau kewenangan
pengadilan. Keberatan tidak diperkenankan menyentuh materi perkara yang
akan diperiksa dalam sidang pengadilan yang bersangkutan. Dengan demikian,
tanggapan Penasihat Hukum sangat tidak berdasar yuridis.

2. Bahwa terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa nomor 1 (satu)


yaitu Terdakwa Tidak Di Dampingi Oleh Penasehat Hukum, Jaksa
Penuntut Umum menanggapi sebegai berikut :

Bahwa pada tingkat pemeriksaan terhadap Terdakwa Oniara Wonda


telah didampingi Penasihat Hukum, sebagaimana Surat Kuasa Khusus Nomor :
02/LBH.BKPM/SKH/VI/Pid.B/2020 tanggal 8 Juni 2020 yang ditandatangani oleh
Penerima Kuasa yaitu Titus Tabuni, SH dan Jean Janner Gultom, S.H,M.H serta
ditandatangani oleh Terdakwa Oniara Wonda selaku pemberi kuasa, kemudian
Penasihat Hukum menolak menandatangani berita acara pemeriksaan yang
dituangkan didalam berita acara penolakan tanda tangan pada berita acara
pemeriksaan pendampingan Tersangka tertanggal 12 Juni 2020, dengan ini
Penasihat Hukum dan Terdakwa telah diberikan hak-haknya sebagai Terdakwa
sebagaimana diatur didalam KUHAP dan tanggapan Penasihat hukum terhadap
dakwaan Penuntut Umum sangat tidak berdasar Yuridis dan mengada-ada.

Halaman 17 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


3. Bahwa terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa nomor 1 (satu)
yaitu Surat Dakwaan Obscuur Libel (Dakwaan Kabur), Jaksa Penuntut
umum menanggapi sebegai berikut

Keberatan Penasihat Hukum sudah masuk kedalam pokok materi


perkara yang mana harus dibuktikan didalam persidangan. Bahwa menurut ahli
hukum M. Yahya Harahap, SH dalam bukunya Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP, jilid II, Pustaka Kartini, Mei 1988, halaman 660 – 664
menyatakan sebagai berikut :

“Keberatan atau Eksepsi harus diajukan sebelum pokok materi perkara


diperiksa oleh persidangan, itu sebabnya sifat eksepsi adalah suatu upaya yang
diberikan kepada Terdakwa dalam hal-hal yang berhubungan dalam masalah
formil. Eksepsi belum memasuki masalah yang bersangkutan dengan pokok
perkara.”
Syarat Formil Yaitu surat dakwaan harus diberi tanggal dan
ditandatangani serta berisi : nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan
Terdakwa, yang kemudian Terdakwa membenarkan semua syarat formil didalam
surat dakwaan jaksa penuntut umum didepan persidangan.
Terhadap keberatan Penasehat Hukum Terdakwa yang menyangkut
bahwa Penuntut Umum telah tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap dalam
membuat surat dakwaan sebagaimana keberatan yang diajukan oleh Penasihat
Hukum Terdakwa pada nomor 11 (sebelas), kami Jaksa Penuntut Umum
memberikan pendapat sebagai berikut : Bahwa menyatakan bahwa surat
dakwaan JPU tidak cermat, Jelas dan lengkap:
Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) Pasal 143 ayat ( 2 ) KUHAP menyebutkan :
Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal ditandatangani
serta berisi :
1. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Terdakwa ;
2. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.
Meskipun Undang- Undang menghendaki perumusan secara cermat,
jelas dan lengkap, tetapi KUHAP sendiri tidak mengatur bagaimana suatu uraian

Halaman 18 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


tindak pidana dalam surat dakwaan itu dianggap  telah cermat, jelas dan
lengkap atau belum/ tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap.
Agar uraian tindak pidana yang didakwakan itu memenuhi syarat
materiil sebagaimana ditentukan dalam pasal 143 ayat (2) KUHAP, disyaratkan:
a) Rumusan tindak pidana dengan cara menguraikan unsur - unsurnya terlebih
dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan uraian fakta-fakta perbuatan
Terdakwa yang memenuhi uraian unsur- unsur tindak pidana tersebut, atau
dapat pula dirumuskan dengan cara merumuskan unsur-unsur tindak pidana
yang sekaligus dipadukan dengan fakta perbuatan Terdakwa yang
memenuhi unsur- unsur pidana itu.
b) Uraian tindak pidana secara sistematis dan kronologis sehingga dari uraian
itu tergambar komponen - komponen :
- Siapakah yang dihadapkan sebagai Terdakwa dalam perkara itu?
- Tindak Pidana apa yang telah dilakukan oleh Terdakwa?
- Kapan dan dimana tindak pidana itu dilakukan oleh Terdakwa?
- Bagaimana Terdakwa melakukan tindak pidana itu (modus operandi
yang digunakan)?
- Apa yang dipergunakan, apa yang menjadi sasaran dan apa yang
dihasilkan oleh tindak pidana itu?
- Motivasi apa yang telah mendorong Terdakwa untuk melakukan tindak
pidana itu?
c) Bahasa yang dipergunakan dalam merumuskan dakwaan adalah bahasa
yang sederhana dengan memakai kalimat-kalimat yang efektif, yakni kalimat
yang singkat, tetapi mampu menjabarkan semua arti dan makna yang
terkandung didalamnya
Dalam praktek, syarat-syarat yang berkaitan dengan formalitas
(tanggal, tanda tangan dan indentitas lengkap Terdakwa) disebut syarat
formal. Sedangkan syarat yang berkaitan dengan isi/ materi dakwaan
(uraian tentang tindak pidana yang didakwakan dan waktu serta tempat
tindak pidana dilakukan) disebut syarat material.
Pencantuman syarat formal dan syarat material dalam penyusunan
surat dakwaan sangat erat kaitanya dengan tujuan dari pada surat dakwaan
itu sendiri. Tujuan surat dakwaan dalam proses pidana adalah sebagai
dasar pemeriksaan sidang pengadilan, dasar pembuktian, dasar tuntutan
pidana, dasar pembelaan diri bagi Terdakwa dan merupakan dasar
penilaian serta dasar putusan pengadilan.

Halaman 19 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama dari surat dakwaan itu adalah untuk menetapkan secara konkrit/
nyata tentang orang tertentu yang telah melakukan perbuatan tertentu pada
waktu dan tempat yang tertentu pula.
 Oleh karena itu pasal 143 ayat (2) KUHAP menghendaki
pencantuman identitas lengkap Terdakwa, uraian yang cermat, jelas dan
lengkap dan atau belum / tidak cermat, tidak jelas atau tidak lengkap,
hanyalah dapat ditentukan secara kasuistis, dan oleh karena itu untuk
mendapat kejelasan tentang masalah ini sebaiknya kita meneliti doktrin dan
yurispendensi.
Dalam buku Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan terbitan
Kejaksaan Agung RI tahun 1985; halaman 14 -16 dirumuskan pengertian
cermat, jelas dan lengkap, hal ini dikutip pula oleh Harun M Husein, SH
dalam Bukunya yang berjudul Surat Dakwaan Teknik Penyusunan, Fungsi,
dan Permasalahannya yang diterbitkan Rineka Cipta Cetakan III tahun
2005; halaman 52-53 pengertian cermat , jelas dan lengkap sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan “cermat” adalah uraian fakta perbuatan didasarkan
kepada unsur pasal yang didakwakan.
2. Yang dimaksud dengan “Jelas” adalah uraian yang jelas dan mudah
dimengerti yang mempertemukan antara fakta-fakta perbuatan
Terdakwa dengan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan sehingga
Terdakwa yang mendengar atau membacanya akan mengerti dan
mendapatkan gambaran tentang siapa yang melakukan tindak pidana,
tindak pidana apa yang dilakukan, kapan dan dimana tindak pidana tersebut
dilakukan, apa akibat yang ditimbulkan dan mengapa Terdakwa melakukan
tindak pidana itu. 
3. Yang dimaksud dengan “lengkap” adalah uraian yang bulat dan utuh yang
mampu menggambarkan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan
beserta waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan .
  Pencantuman “waktu” dilakukan tindak pidana, disamping bermaksud
memperjelas perumusan tindak pidana yang dilakukan, namun yang lebih
urgent erat kaitanya dengan :
- Pasal 1 ayat (2) KUHP tentang perubahan Undang- Undang ;
- Usia pelaku (dewasa atau belum) berdasarkan pasal 45 KUHP ;
- Kadaluarsa berdasarkan pasal 78 s/d 82 KUHP.
- Persyaratan yang ditentukan dalam suatu tindak pidana pada waktu
malam (pasal 363 KUHP).

Halaman 20 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


- Ketentuan recidive (pasal 486 s/d 488 KUHP).
Menurut Arrest Hoge Raad 18 Juni 1928 W.11681 N.J.1928 No. 1428 berbunyi :
“Penyebutan dalam surat tuduhan bahwa Terdakwa telah melakukan
perbuatan tersebut dalam atau kira-kira tahun-tahun 1920 sampai dengan
1926 adalah cukup untuk menyatakan waktu”.
Pencantuman “tempat” terjadinya tindak pidana, disamping bermaksud
memperjelas perumusan tindak pidana yang didakwakan, namun yang lebih
urgent erat kaitanya dengan :
- Kompetensi relatif dari pengadilan (pasal 84 s/d pasal 86 KUHAP) .
- Berlakunya hukum pidana Indonesia (pasal 2 s/d pasal 8 KUHP) .
- Di muka umum (pasal 160 s/d pasal 170 KUHP) .
- Kewenangan menuntut oleh Penuntut Umum ( Pasal 137 KUHAP ) .
- Tiori - tiori locus delictie tempat terjadinya tindak pidana .
Sehubungan dengan hal ini, A. Hamzah ( 1985 : 1973 ) menyatakan :
Menurut Minkenhof Hoge Raad tidak banyak menuntut syarat - syarat
penguraian tentang tempat dan waktu. Suatu lukisan yang luas seperti “di
Roterdam atau salah satu tempat di Nederland, atau di Antwerpen, atau salah
satu tempat di Belgia asal Terdakwa tidak dirugikan dalam pembelaannya ”.
 Rakernas Mahkamah Agung tahun 1986 sehubungan dengan ketentuan pasal
143 ayat (2) KUHAP, Mahkamah Agung memberikan petunjuk :
“Maksud pasal 143 ayat (2) KUHAP dengan kalimat uraian secara cermat, jelas
dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan adalah bahwa dalam
surat dakwaan itu harus disebut apa sesungguhnya dilakukan oleh Terdakwa
yang memenuhi unsur delik yang didakwakan sehingga tidak cukup hanya
menyebutkan unsur deliknya saja” (Himpunan tanya jawab Hukum Pidana
KUHAP No. 152).
Bahwa berdasarkan pemahaman tentang lingkup Keberatan menurut KUHAP
dan praktek peradilan sebagaimana diuraikan diatas, maka tidak terdapat
alasan untuk menyatakan bahwa Dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum
dan tidak dapat diterima sebagaimana yang dimohonkan oleh Penasihat Hukum
Terdakwa karena dakwaan yang telah kami bacakan pada persidangan yang
lalu sudah memenuhi syarat baik formil maupun materiil, sesuai ketentuan
KUHAP dan praktek peradilan pidana di Indonesia;

V. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, kami selaku Penuntut Umum dalam perkara
ini, sampai pada kesimpulan sebagai berikut :

Halaman 21 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


1. Surat Dakwaan dalam perkara tindak pidana atas nama Terdakwa Oniara
Wonda mempunyai dasar hukum yang sah dan telah disusun secara cermat,
jelas dan lengkap sesuai dengan pasal 143 ayat (2) KUHAP;
2. Keberatan (eksepsi) Tim Penasihat Hukum harus dinyatakan tidak dapat
diterima, karena tidak dilandasi oleh argumentasi yuridis yang kuat dan telah
menyangkut materi atau pokok perkara;
Sehubungan dengan butir-butir kesimpulan tersebut, kami selaku
Penuntut Umum dalam perkara ini, dengan ini memohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Nabire yang memeriksa dan mengadili perkara ini
memutuskan :

1. Menyatakan menerima Pendapat Penuntut Umum terhadap keberatan


Penasihat Hukum Terdakwa;
2. Menyatakan menolak secara keseluruhan terhadap keberatan Penasihat
Hukum Terdakwa karena tidak mencakup ruang lingkup keberatan
sebagaimana dimaksud pasal 156 ayat (1) KUHAP dan telah menyangkut
materi pokok perkara;
3. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor :
PDM-38/NBR/EOH.2/10/2020, atas nama Terdakwa Oniara Wonda, yang
telah kami bacakan di depan persidangan mempunyai dasar hukum yang
sah dan telah disusun secara cermat, jelas dan lengkap sesuai pasal 143
ayat (2) KUHAP;
4. Menyatakan pemeriksaan pokok perkara atas nama Terdakwa Oniara Wonda,
tetap dilanjutkan;

Menimbang, bahwa setelah membaca dan meneliti uraian keberatan


Terdakwa melalui Penasihat Hukum, maka pada pokoknya alasan-alasan
keberatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penangkapan tidak berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana;
2. Terdakwa tidak didampingi Penasihat Hukum;
3. Surat Dakwaan obscuur libel (dakwaan kabur);
Menimbang, bahwa terhadap keberatan tersebut, Majelis Hakim
mempertimbangkan sebagai berikut :
Ad.1. Penangkapan tidak berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana;
Menimbang, bahwa dalam keberatan Penasihat Hukum Terdakwa pada
pokoknya menyatakan penangkapan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian

Halaman 22 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


kepada Terdakwa tidak sesuai dengan pasal 18 ayat (1) KUHAP, karena
Kepolisian tidak menunjukkan surat tugas dan surat perintah penangkapan serta
Terdakwa dibawa keliling-keliling di Mulia Puncak dan ketika berada di tempat
yang sepi dan sunyi, Terdakwa diturunkan dari mobil dengan posisi tangan
terborgol dan dua orang anggota Kepolisian memegang kedua lengan Terdakwa
kemudian anggota Kepolisian yang ada di dalam mobil langsung melakukan
penembakan sebanyak dua kali pada bagian kaki kanan hingga Terdakwa
tersungkur dan bersimbah darah;
Menimbang, bahwa dalam tanggapan Penuntut Umum menyatakan
penangkapan terhadap Terdakwa didasarkan atas Surat Perintah Nomor :
SP.KAP/10/V/2020/Reskrim tertanggal 31 Mei 2020 yang dituangkan didalam
berita acara tertanggal 31 Mei 2020 yang ditandatangani oleh Terdakwa disertai
dengan Surat Nomor : B/71/V/2020/Reskrim tertanggal 31 Mei 2020 Perihal
Surat Pemberitahuan Tersangka atas nama Oniara Wonda;
Menimbang, bahwa terhadap Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa
dan Tanggapan Penuntut Umum tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan
sebagai berikut :
Menimbang, bahwa penangkapan adalah suatu tindakan penyidik
berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau Terdakwa
apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan
atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang;
Menimbang, bahwa berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana, Bab X, Bagian Kesatu : Peradilan, pasal 77 “menyatakan Pengadilan
Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai ketentuan yang
diatur dalam undang-undang ini tentang :
a. Sah atau tidak penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan;
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara
pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan;
Hal mana objek dari praperadilan tersebut, telah diperluas dengan putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis
Hakim berpendapat keberatan Penasihat Hukum Terdakwa bahwa
penangkapan tidak berdasarkan KUHAP, hal tersebut bukan materi keberatan
atas surat dakwaan Penuntut Umum, melainkan keberatan tersebut merupakan
ruang lingkup dari praperadilan yang telah diatur secara tegas dalam pasal 77
KUHAP, dimana Penasihat Hukum Terdakwa harusnya mengajukan

Halaman 23 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


permohonan praperadilan agar tindakan penangkapan yang dilakukan oleh
pihak Kepolisian, sebagaimana uraian Penasihat Hukum dalam surat keberatan
tersebut, diuji apakah telah sesuai dengan peraturan yang berlaku ataukah
tidak, sebelum dilakukan persidangan pemeriksaan materi pokok perkara,
dengan demikian keberatan Penasihat Hukum Terdakwa tersebut tidak
beralasan hukum sehingga tidak dapat diterima;

Ad.2. Terdakwa tidak didampingi Penasihat Hukum;


Menimbang, bahwa dalam keberatan Penasihat Hukum Terdakwa pada
pokoknya menyatakan pemeriksaan Terdakwa yang dilakukan oleh pihak
Kepolisian adalah tidak sah dan tidak berdasarkan hukum sebagaimana diatur
dalam pasal 56 KUHAP, karena apa yang dilakukan Terdakwa adalah tindak
pidana yang diancam dengan ancaman lebih dari 5 (lima) tahun penjara dan
Terdakwa tidak mahir membaca serta menulis sehingga sejak awal Terdakwa
harus didampingi oleh Penasihat Hukum namun tidak dilakukan oleh pihak
Kepolisian;
Menimbang, bahwa dalam tanggapan Penuntut Umum menyatakan
pemeriksaan Terdakwa telah didampingi oleh Penasihat Hukum sebagaimana
Surat Kuasa Khusus Nomor : 02/LBH.BKPM/SKH/VI/Pid.B/2020 Tanggal 8 Juni
2020 yang ditandatangani oleh Penerima Kuasa yaitu Titus Tabuni, S.H dan
Jean Janner Gultom, S.H.,M.H serta ditandatangani oleh Terdakwa selaku
pemberi kuasa, kemudian Penasihat Hukum menolak menandatangani berita
acara pemeriksaan yang dituangkan didalam berita acara penolakan tanda
tangan pada berita acara pemeriksaan pendampingan Tersangka tertanggal 12
Juni 2020;
Menimbang, bahwa tehadap Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa
dan Tanggapan Penuntut Umum tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan
sebagai berikut :
Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 56 ayat (1) KUHAP menyatakan
dalam Tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas
tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan
pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan wajib menunjuk
penasehat hukum bagi mereka;

Halaman 24 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memeriksa dan meneliti
berkas perkara Terdakwa Oniara Wonda, Majelis Hakim menemukan hal
sebagai berikut :
Bahwa Terdakwa telah memiliki Penasihat Hukum sendiri yaitu Jean
Janner Gultom S.H.,M.H., Titus Tabuni, S.H dan Yustinus Butu, S.H.,M.H
Advokat-Advokat/ Para Penasihat Hukum dan Konsultan Hukum pada Kantor
Lembaga bantuan Hukum Bintang Keadilan Papua Mandiri, yang ditunjuk
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 02/LBH.BKPM/SKH/VI/Pid.B/2020
Tertanggal 8 Juni 2020;
Bahwa Terdakwa pada waktu memberikan keterangan sebagai
Tersangka pada tingkat penyidikan berdasarkan berita acara pemeriksaan
tersangka dilakukan pada hari jumat tanggal 12 Juni tahun 2020 pukul 12.30 Wit
dan berita acara pemeriksaan tersangka tersebut setiap lembarnya
ditandatangani oleh Terdakwa;
Bahwa Penasihat Hukum Terdakwa yaitu Titus Tabuni, S.H dan Yustinus
Butu, S.H.,M.H menolak untuk menandatangani berita acara pemeriksaan
Tersangka berdasarkan berita acara penolakan tanda tangan tanggal 12 Juni
2020;
Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Majelis Hakim
berpendapat bahwa sebelum Terdakwa memberikan keterangan pada tingkat
penyidikan yaitu pada tanggal 12 Juni 2020, Terdakwa telah memiliki Penasihat
Hukum sendiri berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Juni 2020, sehingga
syarat yang diamanatkan dalam pasal 56 ayat (1) KUHAP pada tingkat
penyidikan telah dilakukan sebagaimana mestinya oleh Penyidik, oleh sebab itu
keberatan Penasihat Hukum Terdakwa tersebut tidak beralasan hukum
sehingga tidak dapat diterima;

Ad.3. Surat Dakwaan obscuur libel (dakwaan kabur);


Menimbang, bahwa dalam keberatan Penasihat Hukum Terdakwa pada
pokoknya menyatakan dakwaan kabur karena tidak sesuai dengan pasal 143
ayat (2) huruf b dan ayat (3) KUHAP karena Penuntut Umum tidak
menerangkan peran Terdakwa dalam melakukan tindak pidana, dimana
Terdakwa adalah masyarakat biasa yang sehari-harinya pekerjaannya bertani
dan berkebun di Kampung Jiginikime, Distrik Puncak Senyum, Kabupaten
Puncak;
Menimbang, bahwa dalam tanggapan Penuntut Umum yang pada
pokoknya menyatakan keberatan Penasihat Hukum Terdakwa sudah masuk

Halaman 25 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


kedalam pokok materi perkara yang mana harus dibuktikan didalam
persidangan serta surat dakwaan telah disusun secara cermat, jelas dan
lengkap;
Menimbang, bahwa tehadap Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa
dan Tanggapan Penuntut Umum tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan
sebagai berikut :
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca dan meneliti surat
dakwaan Penuntut Umum No.Reg.Perk : PDM-38/NBR/Eoh.2/10/2020, surat
dakwaan tersebut telah disusun dengan cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang terjadi dan juga telah diuraikan peran Terdakwa bersama
teman-temannya dalam surat dakwaan yaitu “Terdakwa Oniara Wonda
bersama-sama Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen, Rambo Wonda
(sudah mempunyai kekuatan hukum tetap), Yamdua Telenggen, Heri Telenggen,
Jeri Telenggen dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia,
kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang lewat,
kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen alias Kartu
Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan Terdakwa Oniara
Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng, menggunakan celana pendek
dan tidak menggunakan alas kaki bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri
Telenggen dan Libo Telenggen ambil posisi di kali semen dan ketika 2 (dua)
mobil yang dikendarai Anggota Satgas 1 Gegana Mabes Polri melewati posisi
Terdakwa, Terdakwa dengan menggunakan senjata api laras panjang jenis AK-
47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2 (dua) kali dan mengenai
mobil strada dan mengenai korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala,
sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku juga terkena tembakan dan tersandar di
punggung belakang Saksi Abdul Rahman Sukur. Setelah itu selanjutnya disusul
dengan tembakan berturut-turut oleh Heri Telenggen, Jeri Telenggen dan Libo
Telenggen pada saat itu berdiri sambil melakukan penembakan terhadap salah
satu mobil Anggota Satgas 1 Gegana Mabes Polri”, sehingga surat dakwaan
Penuntut Umum No.Reg.Perk : PDM-38/NBR/Eoh.2/10/2020 tidak obscuur libel
(kabur) dan terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa yang menyatakan
Terdakwa adalah masyarakat biasa yang sehari-harinya pekerjaannya bertani
dan berkebun di Kampung Jiginikime, Distrik Puncak Senyum, Kabupaten
Puncak, Majelis Hakim berpendapat keberatan tersebut telah masuk pokok
perkara, dimana hal tersebut akan dibuktikan lebih lanjut dalam persidangan,
oleh sebab itu keberatan Penasihat Hukum tersebut tidak berasalan hukum
sehingga tidak dapat diterima;

Halaman 26 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
diatas, maka keberatan Terdakwa melalui Penasihat Hukum harus dinyatakan
tidak dapat diterima;
Menimbang, bahwa oleh karena keberatan Terdakwa melalui Penasihat
Hukum tidak diterima maka pemeriksaan perkara ini harus dilanjutkan;
Menimbang, bahwa oleh karena putusan ini mengenai keberatan dari
Terdakwa melalui Penasihat Hukum terhadap surat dakwaan Penuntut Umum,
maka perhitungan mengenai biaya perkara ini ditangguhkan sampai dengan
putusan akhir;
Memperhatikan, pasal 156 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan
lain yang bersangkutan;
MENGADILI
1. Menyatakan keberatan Terdakwa melalui Penasihat Hukum tidak dapat
diterima;
2. Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan
perkara Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab atas nama Terdakwa Oniara
Wonda;
3. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir;
Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Nabire, pada hari Senin, tanggal 16 November 2020, oleh
kami, Cita Savitri, S.H., M.H., sebagai Hakim Ketua, Ariandy, S.H., Gerson
Hukubun, S.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal 17 November 2020 oleh
Hakim Ketua dengan didampingi Para Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh
Irwan, S.H., M.H., Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Nabire, serta
dihadiri oleh Toto Harmiko, S.H., Penuntut Umum dan Terdakwa didampingi
Penasihat Hukumnya;

Hakim Anggota, Hakim Ketua,

Ariandy, S.H Cita Savitri, S.H., M.H

Halaman 27 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab


Gerson Hukubun, S.H

Panitera Pengganti,

Irwan, S.H., M.H.

Halaman 28 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab

Anda mungkin juga menyukai