Pengadilan Negeri Nabire yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama, telah menjatuhkan Putusan Sela sebagai berikut dalam perkara Terdakwa : Nama lengkap : Oniara Wonda Tempat lahir : Gurage Umur/Tanggal lahir : 31 Tahun/ 1 Juli 1989 Jenis kelamin : Laki-laki Kebangsaan : Indonesia Tempat tinggal : Jiginikime, Kampung Jiginikime, Kelurahan Jiginikime, Distrik Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya Agama : Kristen Gidi Pekerjaan : Petani Terdakwa Oniara Wonda ditahan dalam tahanan rutan oleh: 1. Penangkapan tanggal 31 Mei 2020; 2. Penyidik sejak tanggal 1 Juni 2020 sampai dengan tanggal 20 Juni 2020; 3. Penahanan Terdakwa dibantarkan sejak tanggal 1 Juni 2020 sampai dengan tanggal 5 Juni 2020; 4. Penahanan Lanjutan Penyidik sejak tanggal 5 Oktober 2020 sampai dengan tanggal 23 Juni 2020; 5. Penyidik Perpanjangan Oleh Penuntut Umum sejak tanggal 24 Juni 2020 sampai dengan tanggal 2 Agustus 2020; 6. Penyidik Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 3 Agustus 2020 sampai dengan tanggal 1 September 2020; 7. Penyidik Perpanjangan Kedua Oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 2 September 2020 sampai dengan tanggal 1 Oktober 2020; 8. Penuntut Umum sejak tanggal 29 September 2020 sampai dengan tanggal 18 Oktober 2020; 9. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 14 Oktober 2020 sampai dengan tanggal 12 November 2020; 10. Hakim Pengadilan Negeri Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 13 November 2020 sampai dengan tanggal 11 Januari 2020;
Halaman 1 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Terdakwa didampingi oleh Jean Janner Gultom, S.H.,M.H dan Titus Tabuni, S.H Advokat/ Penasihat Hukum dan Konsultan Hukum pada Kantor Jean Janner Gultom, S.H.,M.H dan Titus Tabuni, S.H berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 01/Srt.KH/X/Pid.B/2020/KA.JJG tanggal 20 Oktober 2020; Pengadilan Negeri tersebut; Setelah membaca: - Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Nabire Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab tanggal 14 Oktober 2020 tentang penunjukan Majelis Hakim; - Penetapan Majelis Hakim Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab tanggal 14 Oktober 2020 tentang penetapan hari sidang; - Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan; Setelah mendengar pembacaan surat dakwaan Penuntut Umum; Setelah mendengar pembacaan keberatan dari Terdakwa melalui Penasihat Hukum dan pendapat dari Penuntut Umum: Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut: KESATU : PRIMAIR : Bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah berkekuatan hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Libo Telenggen, Yamdua Telenggen, Wakanyo Wenda (Belum tertangkap), pada hari Sabtu tanggal 03 Desember 2011 sekitar jam 15.00 Wit, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Maret 2020 bertempat di Kali Semen Kampung Wandegobak Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Nabire, melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan, dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain yaitu Korban Bripda Perianto Moh Kaluku dan Bripda Eko Afriansyah perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pada awalnya Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah mempunyai kukuatan hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia, kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang lewat, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan
Halaman 2 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Terdakwa Oniara Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng, menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan alas kaki bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen ambil posisi dikali semen, tidak lama kemudian Mobil Anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri dengan menggunakan 2 (dua) mobil tiba di Pospol Tingginambut dengan maksud membawa bahan makanan dan sekaligus mengevakuasi Ipda Febian dan Briptu Antoni Steven yang sedang sakit untuk dibawa ke Mulia, dengan posisi saksi Abdul Rahmad Sukur dalam keadaan duduk di bak bagian belakang mobil sebelah kanan bersama-sama dengan Bripda Perianto Muh Kaluku yang duduk di bak bagian belakang sebelah kiri mobil, kemudian Bripda Eko Afriansah duduk di bak belakang sebelah kiri bagian depan dan Saksi Agus Saputra duduk di bak belakang sebelah kanan bagian depan disekitar kali semen kampung Wandigobag, 2 (dua) mobil melewati Kali Semen, dan pada saat ke dua mobil tersebut lewat posisi Terdakwa sambil berdiri dengan menggunakan senjata api laras panjang jenis AK-47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2 (dua) kali dan mengenai salah satu mobil yaitu Mobil Strada, yang mengenai Korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku terkena juga tembakan dan tersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur. setelah itu selanjutnya disusul dengan tembakan berturut-turut oleh Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen pada saat itu berdiri sambil melakukan penembakan terhadap salah satu mobil anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri, sehingga salah satu dari tembakan yang dilepaskan mengenai pangkal paha saksi Abdul Rahmad Sukur sebelah kanan, kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur langsung menggeser Bripda Perianto Muh Kaluku yang awalnya bersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur memutarkan badan saksi kearah gunung dan melakukan tembakan balasan kearah gunung, namun setelah itu saksi Abdul Rahmad Sukur merakan pusing sehingga saksi Abdul Rahmad Sukur langsung berbaring disamping Bripda Perianto Muh Kaluku sambil berteriak “maju-maju saya kena”, kemudian langsung di evakuasi munuju ke rumah sakit Mulia. setelah Terdakwa melakukan penembakan, Terdakwa langsung lari menuju ke arah Kampung Pilia bersama-sama Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Dan Libo Telenggen;
Halaman 3 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1.134/RSUD/MLA/2011 tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas nama Eko Afriansah dengan kesimpulan pada pemeriksaan mayat seorang laki-laki berusia dua puluh lima tahun ditemukan luka robek, luka terbuka, luka memar dan luka lecet pada kepala akibat kekerasan senjata api, sebab kematian adalah kekerasan senjata api yang mengenai alis kiri dan tembus ke kepala bagian belakang dan kemungkinan menyebabkan patahan tulang tengkorak dan merusak jaringan otak dalam. Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1.133/RSUD/MLA/2011 tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas nama Perianto Muh Kaluku dengan kesimpulan pada pemeriksaan Mayat seorang laki-laki berusia dua puluh satu tahun ditemukan luka terbuka, luka memar pada leher bawah kiri diatas sepertiga tengah tulang klavikula kiri akibat kekerasan senjata api, sebab kematian adalah kekerasan senjata api yang mengenai leher bawah dan kemungkinan mengenai pembuluh darah besar dileher sehingga menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 340 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke- 1KUHP; SUBSIDAIR : Bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah berkekuatan hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Libo Telenggen, Yamdua Telenggen, Wakanyo Wenda (belum tertangkap), pada hari Sabtu tanggal 03 Desember 2011 sekitar jam 15.00 Wit, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Maret 2020 bertempat di Kali Semen Kampung Wandegobak Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Nabire, melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja merampas nyawa orang lain, yaitu Korban Bripda Perianto Moh Kaluku Dan Bripda Eko Afriansyah, perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut : Pada awalnya Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah mempunyai kukuatan
Halaman 4 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia, kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang lewat, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan Terdakwa Oniara Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng, menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan alas kaki bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen ambil posisi dikali semen, tidak lama kemudian mobil Anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri dengan menggunakan 2 (dua) mobil tiba di Pospol Tingginambut dengan maksud membawa bahan makanan dan sekaligus mengevakuasi Ipda Febian Dan Briptu Antoni Steven yang sedang sakit untuk dibawa ke Mulia, dengan posisi saksi Abdul Rahmad Sukur dalam keadaan duduk di bak bagian belakang mobil sebelah kanan bersama-sama dengan Bripda Perianto Muh Kaluku yang duduk di bak bagian belakang sebelah kiri mobil, kemudian Bripda Eko Afriansah duduk di bak belakang sebelah kiri bagian depan dan Saksi Agus Saputra duduk di bak belakang sebelah kanan bagian depan disekitar kali semen kampung Wandigobag, 2 (dua) mobil melewati Kali Semen, dan pada saat ke dua mobil tersebut lewat posisi Terdakwa sambil berdiri dengan menggunakan senjata api laras panjang jenis AK-47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2 (dua) kali dan mengenai salah satu mobil yaitu mobil strada, yang mengenai Korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku terkena juga tembakan dan tersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur. setelah itu selanjutnya disusul dengan tembakan berturut-turut oleh Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen pada saat itu berdiri sambil melakukan penembakan terhadap salah satu mobil anggota satgas 1 Gegana mabes Polri, sehingga salah satu dari tembakan yang dilepaskan mengenai pangkal paha saksi Abdul Rahmad Sukur sebelah kanan, kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur langsung menggeser Bripda Perianto Muh Kaluku yang awalnya bersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur memutarkan badan saksi kearah gunung dan melakukan tembakan balasan kearah gunung, namun setelah itu saksi Abdul Rahmad Sukur merasakan pusing sehingga saksi Abdul Rahmad
Halaman 5 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Sukur langsung berbaring disamping Bripda Perianto Muh Kaluku sambil berteriak “maju-maju saya kena”, kemudian langsung di evakuasi menuju ke rumah sakit Mulia. setelah Terdakwa melakukan penembakan, Terdakwa langsung lari menuju ke arah Kampung Pilia bersama-sama Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen; Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1.134/RSUD/MLA/2011 tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas nama Eko Afriansah dengan kesimpulan pada pemeriksaan mayat seorang laki-laki berusia dua puluh lima tahun ditemukan luka robek, luka terbuka, luka memar dan luka lecet pada kepala akibat kekerasan senjata api, sebab kematian adalah kekerasan senjata api yang mengenai alis kiri dan tembus ke kepala bagian belakang dan kemungkinan menyebabkan patahan tulang tengkorak dan merusak jaringan otak dalam. Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1.133/RSUD/MLA/2011 tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan Jenazah atas nama Perianto Muh Kaluku dengan kesimpulan pada pemeriksaan mayat seorang laki-laki berusia dua puluh satu tahun ditemukan luka terbuka, luka memar pada leher bawah kiri diatas sepertiga tengah tulang klavikula kiri akibat kekerasan senjata api, sebab kematian adalah kekerasan senjata api yang mengenai leher bawah dan kemungkinan mengenai pembuluh darah besar dileher sehingga menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 338 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1KUHP; DAN KEDUA : PRIMAIR : Bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah berkekuatan hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Libo Telenggen, Yamdua Telenggen, Wakanyo Wenda (belum tertangkap), pada hari Sabtu tanggal 03 Desember 2011 sekitar jam 15.00 Wit, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Maret 2020 bertempat di Kali Semen Kampung Wandegobak Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya atau setidak-tidaknya pada
Halaman 6 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Nabire, dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang yaitu Saksi Abdul Rahmad Sukur, jika kekerasan mengakibatkan luka berat, perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pada awalnya Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah mempunyai kekuatan hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia, kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang lewat, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan Terdakwa Oniara Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng, menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan alas kaki bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen ambil posisi dikali semen, tidak lama kemudian mobil Anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri dengan menggunakan 2 (dua) mobil tiba di Pospol Tingginambut dengan maksud membawa bahan makanan dan sekaligus mengevakuasi Ipda Febian dan Briptu Antoni Steven yang sedang sakit untuk dibawa ke Mulia, dengan posisi saksi Abdul Rahmad Sukur dalam keadaan duduk di bak bagian belakang mobil sebelah kanan bersama-sama dengan Bripda Perianto Muh Kaluku yang duduk di bak bagian belakang sebelah kiri mobil, kemudian Bripda Eko Afriansyah duduk di bak belakang sebelah kiri bagian depan dan Saksi Agus Saputra duduk di bak belakang sebelah kanan bagian depan disekitar kali semen kampung Wandigobag, 2 (dua) mobil melewati Kali Semen, dan pada saat ke dua mobil tersebut lewat posisi Terdakwa sambil berdiri dengan menggunakan senjata api laras panjang jenis AK-47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2 (dua) kali dan mengenai salah satu mobil yaitu mobil strada, yang mengenai Korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku terkena juga tembakan dan tersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur. setelah itu selanjutnya disusul dengan tembakan berturut-turut oleh Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen pada saat itu berdiri sambil melakukan penembakan terhadap salah satu mobil anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri, sehingga salah satu dari tembakan yang
Halaman 7 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
dilepaskan mengenai pangkal paha saksi Abdul Rahmad Sukur sebelah kanan, kemudian Saksi Abdul Rahmad Sukur langsung menggeser Bripda Perianto Muh Kaluku yang awalnya bersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur memutarkan badan saksi kearah gunung dan melakukan tembakan balasan kearah gunung, namun setelah itu saksi saksi Abdul Rahmad Sukur merasakan pusing sehingga saksi Abdul Rahmad Sukur langsung berbaring disamping Bripda Perianto Muh Kaluku sambil berteriak “maju-maju saya kena”, kemudian langsung di evakuasi munuju ke rumah sakit Mulia. setelah Terdakwa melakukan penembakan, Terdakwa langsung lari menuju ke arah Kampung Pilia bersama-sama Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen; Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1. 131/RSUD/MLA/2011 tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas nama Abdul Rahman Syukur dengan kesimpulan telah diperiksa seorang laki-laki berumur dua puluh lima tahun, pada pemeriksaan ditemukan luka terbuka dan luka memar pada paha kanan bagian depan yang diakibatkan oleh kekerasan senjata api, luka tersebut telah menimbulkan penyakit/ halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/ pencaharian untuk sementara waktu.. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 170 ayat (2) ke 2 KUHP; SUBSIDAIR : Bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah berkekuatan hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Libo Telenggen, Yamdua Telenggen, Wakanyo Wenda (Belum tertangkap), pada hari Sabtu tanggal 03 Desember 2011 sekitar jam 15.00 Wit, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Maret 2020 bertempat di Kali Semen Kampung Wandegobak Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Nabire, dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang yaitu Saksi Abdul Rahmad Sukur, jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka, perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Halaman 8 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Pada awalnya Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen (sudah mempunyai kekuatan hukum tetap), Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia, kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang lewat, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan Terdakwa Oniara Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng, menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan alas kaki bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen ambil posisi dikali semen, tidak lama kemudian Mobil Anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri dengan menggunakan 2 (dua) mobil tiba di Pospol Tingginambut dengan maksud membawa bahan makanan dan sekaligus mengevakuasi Ipda Febian Dan Briptu Antoni Steven yang sedang sakit untuk dibawa ke Mulia, dengan posisi saksi Abdul Rahmad Sukur dalam keadaan duduk di bak bagian belakang mobil sebelah kanan bersama-sama dengan Bripda Perianto Muh Kaluku yang duduk di bak bagian belakang sebelah kiri mobil, kemudian Bripda Eko Afriansah duduk di bak belakang sebelah kiri bagian depan dan Saksi Agus Saputra duduk di bak belakang sebelah kanan bagian depan disekitar kali semen kampung Wandigobag, 2 (dua) mobil melewati Kali Semen, dan pada saat ke dua mobil tersebut lewat posisi Terdakwa sambil berdiri dengan menggunakan senjata api laras panjang jenis AK-47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2 (dua) kali dan mengenai salah satu mobil yaitu mobil strada, yang mengenai Korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku terkena juga tembakan dan tersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur. setelah itu selanjutnya disusul dengan tembakan berturut–turut oleh Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen pada saat itu berdiri sambil melakukan penembakan terhadap salah satu mobil anggota satgas 1 Gegana Mabes Polri, sehingga salah satu dari tembakan yang dilepaskan mengenai pangkal paha saksi Abdul Rahmad Sukur sebelah kanan, kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur langsung menggeser Bripda Perianto Muh Kaluku yang awalnya bersandar di punggung belakang saksi Abdul Rahmad Sukur kemudian saksi Abdul Rahmad Sukur memutarkan badan saksi kearah gunung dan
Halaman 9 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
melakukan tembakan balasan kearah gunung, namun setelah itu saksi Abdul Rahmad Sukur merakan pusing sehingga saksi Abdul Rahmad Sukur langsung berbaring disamping Bripda Perianto Muh Kaluku sambil berteriak “maju-maju saya kena”, kemudian langsung di evakuasi menuju ke rumah sakit Mulia. setelah Terdakwa melakukan penembakan, Terdakwa langsung lari menuju ke arah Kampung Pilia bersama-sama Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen; Berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 445/ 1. 131/RSUD/MLA/2011 tanggal 3 Desember 2011 yang dibuat oleh dr. Tiara pada RSUD Mulia Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan pemeriksaan jenazah atas nama Abdul Rahman Syukur dengan kesimpulan telah diperiksa seorang laki-laki berumur dua puluh lima tahun, pada pemeriksaan ditemukan luka terbuka dan luka memar pada paha kanan bagian depan yang diakibatkan oleh kekerasan senjata api, luka tersebut telah menimbulkan penyakit/ halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/ pencaharian untuk sementara waktu. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 170 ayat (2) ke 1 KUHP; Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum, Terdakwa melalui Penasihat Hukum Terdakwa telah mengajukan keberatan sebagai berikut: I. PENDAHULUAN Bahwa dihadapan Majelis Hakim yaitu sebagai “Dominus Litis” yang tidak berpihak, saat ini ada dua pihak yang berperkara yaitu : Jaksa Penuntut Umum sebagai Penuntut Umum dan Terdakwa Oniara Wonda yang didampingi oleh Penasehat Hukumnya yang melihat hukum tersebut dari fungsinya yang berbeda, dan selanjutnya Majelis Hakim memandang kedua belah pihak sama tinggi dan sama rendah, Majelis Hakim memeriksa dan mengadili perkara ini tanpa mempunyai kepentingan pribadi di dalamnya. Dengan demikian, Majelis Hakim akan dapat menempatkan dirinya pada posisi yang netral dan tetap eksis sebagai pengayom keadilan dan kebenaran dalam usaha terwujudnya kepastian hukum seperti yang didambakan oleh Terdakwa dan masyarakat secara luas pada saat ini. Bahwa Eksepsi ini kami sampaikan dengan pertimbangan oleh karena adanya hal-hal yang sangat prinsipil dan formil terkait dengan penegakan hukum yang tidak sesuai dengan prosedur sebagaimana diamanatkan KUHAP yang dilakukan oleh Penyidik Polri terhadap Terdakwa Oniara Wonda.
Halaman 10 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Bahwa berdasarkan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945, Pasal 7 dan 8 TAP MPR Nomor XVII 1998 Tentang Hak Azasi Manusia, dan Pasal 17 Undang- Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana semua orang adalah sama dimuka hukum dan tanpa diskriminasi apapun serta berhak atas perlindungan hukum yang sama. Bahwa pengajuan Eksepsi atau Nota Keberatan ini juga didasarkan pada hak Terdakwa sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP yang mengatur sebagai berikut: ”Dalam hal Terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan oleh Jaksa Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan”. Bahwa Eksepsi ini juga tidak semata-mata mencari kesalahan dari dakwaan jaksa penuntut umum ataupun menyanggah secara apriori dari materi ataupun formal dakwaan yang dibuat oleh jaksa penutut umum. Namun ada hal yang sangat fundamental untuk dapat diketahui Majelis Hakim dan saudara Jaksa Penuntut Umum demi tegaknya keadilan sebagaimana semboyan yang selalu kita junjung bersama selaku penegak hukum yakni ”Fiat Justitia Ruat Caelum”. Bahwa selain daripada itu, Eksepsi ini juga mempunyai makna serta tujuan sebagai penyeimbang dari Surat Dakwaan yang disusun dan dibacakan dalam persidangan. Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa percaya bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan dan mencermati segala masalah hukum tersebut, sehingga dalam keberatan ini kami mencoba memaparkan dan menguraikan pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan oleh penyidik Polri terhadap Terdakwa Oniara Wonda. Sebelum melangkah pada proses yang lebih jauh lagi maka perkenankan kami selaku kuasa hukum untuk memberikan suatu adagium yang mungkin bisa dijadikan salah satu pertimbangan Majelis Hakim yaitu ”dakwaan merupakan unsur penting dalam hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu Hakim akan memeriksa surat itu”. (Prof. Andi Hamzah, S.H). Dalam hal ini maka Penuntut Umum selaku penyusun surat dakwaan harus mengetahui dan memahami benar kronologi peristiwa yang menjadi fakta dakwaan, apakah sudah cukup berdasar untuk dapat dilanjutkan ke tahap pengadilan ataukah fakta tersebut tidak seharusnya diteruskan karena memang
Halaman 11 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
secara materiil tidak cukup bukti untuk menetapkan saudara Oniara Wonda sebagai Tersangka/Terdakwa. Salah satu fungsi hukum adalah menjamin agar tugas Negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat bisa terlaksana dengan baik dan mewujudkan keadilan yang seadil-adilnya dan hukum menjadi panglima untuk mewujudkan sebuah kebenaran dan keadilan. Melalui uraian ini kami mengajak Majelis Hakim yang terhormat dan Jaksa Penunutut Umum bisa melihat permasalahan secara menyeluruh (komprehensif) dan bijak, agar dapat sepenuhnya menilai saudara Oniara Wonda, sebagai Terdakwa dalam perkara ini dan kami selaku kuasa hukum juga memohon kepada Majelis Hakim dalam perkara ini untuk memberikan keadilan hukum yang seadil-adilnya.
II. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT
UMUM M. Yahya Harahap berpendapat dalam bukunya bahwa ”pada dasarnya alasan yang dapat dijadikan dasar hukum mengajukan keberatan agar surat dakwaan dibatalkan, apabila surat dakwaan tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 atau melanggar ketentuan Pasal 144 ayat (2) dan (3) KUHAP”. (Pembahasan dan penerapan KUHAP, Pustaka Kartini, Jakarta, 1985, hlm. 663- 664). Berdasarkan surat dakwaan yang disusun oleh Jaksa Penuntut Umum maka menurut hemat kami ada beberapa hal yang perlu ditanggapi secara saksama mengingat di dalam surat dakwaan tersebut terdapat berbagai kejanggalan dan ketidakjelasan yang menyebabkan kami mengajukan keberatan. Berdasarkan uraian di atas kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa ingin mengajukan keberatan terhadap surat dakwaan yang telah didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan alasan sebagai berikut :
III. PENANGKAPAN TIDAK BERDASARKAN KUHAP
Bahwa berdasarkan fakta yang sebenarnya, penangkapan yang dilakukan oleh pihak kepolisian kepada Terdakwa di rumah saudara Terdakwa di Mulia Puncak Jaya adalah tidak sesuai dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam KUHAP, karena pihak Kepolisian datang ke rumah saudara Terdakwa dan langsung membawa Terdakwa dan dilakukan penahanan tanpa memperlihatkan surat perintah penangkapan dan penahanan. Oleh sebab itu penangkapan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian tersebut adalah sesuatu hal yang tidak benar karena berdasarkan Pasal 18 ayat (1) KUHAP menyatakan :
Halaman 12 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
(1) Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada Tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas Tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa. Bahwa apa yang dilakukan oleh pihak Kepolisian didalam penangkapan sama sekali tidak menunjukkan Surat Tugas dan Surat Perintah Penangkapan karena Terdakwa langsung didatangi oleh pihak Kepolisian dan langsung dibawa dan dimasukkan ke dalam sebuah mobil. Kemudian setelah itu Terdakwa langsung dibawa keliling-keliling di Mulia Puncak Jaya, setelah tiba di salah satu tempat yang sunyi dan sepi dan tidak ada orang lain, lalu pihak Kepolisian menurunkan Terdakwa Oniara Wonda dari mobil dengan posisi tangan terborgol dan dua orang anggota kepolisian sambil memegang kedua lengan Terdakwa, serta Terdakwa membelakangi pintu mobil. Kemudian anggota kepolisian yang ada di dalam mobil langsung melakukan penembakan sebanyak dua kali pada bagian kaki kanan Terdakwa sampai Terdakwa tersungkur dan bersimbah darah dan kemudian dimasukkan lagi kedalam mobil lalu dibawa ke RSUD Mulia Puncak Jaya tanpa dilakukan pengobatan. Kemudian besok harinya diterbangkan ke Jayapura dari Mulia dan dibawa ke RS Polri Bhayangkara Furia Kotaraja, lagi-lagi tanpa mendapatkan perawatan yang maksimal (sampai saat ini luka tembak di kaki Terdakwa sangat memprihatinkan karena mengeluarkan bau busuk, nanah dan darah). Bahwa sebagaimana kita ketahui secara bersama bahwa apabila seseorang akan dijadikan Tersangka dan Terdakwa dikarenakan adanya laporan kejadian tindak pidana, maka hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pemanggilan terlapor sebagai saksi secara resmi terlebih dahulu dan setelah itu jika terpenuhi unsur tindak pidana dan 2 alat bukti yang cukup maka seseorang tersebut baru dijadikan Tersangka dan dapat dilakukan penahanan namun apa yang dilakukan oleh pihak Kepolisian justru sebaliknya karena sejak awal Terdakwa langsung ditangkap tanpa adanya Surat Tugas dan Perintah Penangkapan dan hal tersebut merupakan bukti bahwa penangkapan dan penahanan Terdakwa sejak awal adalah penahanan yang salah dan tidak berdasarkan KUHAP dan merupakan sebuah penyelundupan hukum. Dan selain itu anggota kepolisian yang melakukan penangkapan juga telah melakukan pelanggaran HAM berat yaitu berupa tindakan penyiksaan berat dengan cara sengaja menembak kaki kanan Terdakwa Oniara Wonda dengan tanpa alasan dan dasar aturan yang diperbolehkan oleh undang-undang.
Halaman 13 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
IV. TERDAKWA TIDAK DI DAMPINGI OLEH PENASEHAT HUKUM Bahwa sebagaimana yang diuraikan oleh Jaksa Penuntut Umum bahwa apa yang dilakukan oleh Terdakwa adalah tindak pidana yang diancam dengan ancaman lebih dari 5 tahun penjara. Dan yang harus Majelis Hakim ketahui juga bahwa Terdakwa adalah orang yang tidak mahir membaca dan menulis dan oleh karena itu maka sudah sepatutnya dan sewajarnya jika sejak awal Terdakwa harus di damping oleh Penasehat Hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 56 KUHAP yang menyatakan : ”Dalam hal tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atu ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka. Namun apa yang dilakukan oleh penyidik atau pihak Kepolisian justru melakukan hal yang berbeda karena pada tingkat pemeriksaan yang harusnya didampingi oleh Penasehat Hukum justru tidak dilakukan terhadap Terdakwa dan Penasihat Hukum ketika itu menyampaikan kepada penyidik agar supaya pemeriksaan terhadap Tersangka/Terdakwa didampingi Penasihat Hukum, artinya bahwa pada semua tingkat pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian adalah pemeriksaan yang tidak berdasarkan hukum dan Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagaimana yang diatur dalam pasal 56 KUHAP. Dengan demikian pemeriksaan yang dilakukan pihak Kepolisian adalah pemeriksaan yang tidak sah dan tidak berdasarkan hukum.
V. SURAT DAKWAAN obscuur libel (DAKWAAN KABUR)
Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b dan ayat (3) KUHAP, diatur surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum haruslah memenuhi syarat-syarat antara lain: a. Syarat formal yaitu bahwa surat dakwaan harus menyebutkan identitas lengkap Terdakwa /Tersangka serta bahwa surat dakwaan harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh Jaksa Penuntut Umum. b. Syarat materiil bahwa surat dakwaan harus memuat dan menyebutkan waktu, tempat delik dilakukan. Kemudian surat dakwaan haruslah disusun secara cermat, jelas dan lengkap tentang tindak pidana yang didakwakan.
Halaman 14 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
c. Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b Batal Demi Hukum. Dalam Eksepsi kami ini, yang kami ajukan keberatan adalah menyangkut isi surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, oleh karena itu berkaitan dengan persyaratan materiil sebagaimana diharuskan Pasal 143 ayat (2) huruf b dan ayat (3) KUHAP, khususnya yang mensyaratkan bahwa dakwaan haruslah disusun secara cermat, jelas dan lengkap tentang tindak pidana yang didakwakan. Berikut ini kami kutip apa yang dimaksud dengan cermat, jelas dan lengkap oleh Pedoman pembuatan Surat Dakwaan yang diterbitkan oleh Kejaksaan Agung RI halaman 12, menyebutkan : a. Yang dimaksudkan dengan cermat adalah : Ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan kepada undang-undang yang berlaku, serta tidak terdapat kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat mengkibatkan batalnya surat dakwaan atau tidak dapat dibuktikan. b. Yang dimaksud dengan jelas adalah : Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur dari delik yang didakwakan sekaligus mempadukan dengan uraian perbuatan materil (fakta) yang dilakukan oleh Terdakwa dalam surat dakwaan. Dalam hal ini harus diperhatikan jangan sekali-kali mempadukan dalam uraian dakwaan antara delik yang satu dengan delik yang lain yang unsur-unsurnya berbeda satu sama lain atau uraian dakwaan yang hanya menunjuk pada uraian dakwaan sebelumnya (seperti misalnya menunjuk pada dakwaan pertama) sedangkan unsurnya berbeda, sehingga dakwaan menjadi kabur atau tidak jelas (Obscuur Libel) yang diancam dengan mengakibatkan surat dakwaan menjadi batal demi hukum. c. Yang dimaksud dengan lengkap adalah : Uraian Surat Dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan undang-undang secara lengkap. Jangan sampai terjadi adanya unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materilnya secara tegas dalam dakwaan, sehingga berakibat perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana menurut undang-undang. Bahwa yang harus Majelis Hakim ketahui bahwa Terdakwa adalah masyarakat biasa yang sehari-harinya pekerjaannya bertani dan berkebun di Kampung Jiginikime, Distrik Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya. Bahwa apa yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum didalam surat dakwaan hanya menyatakan bahwa Terdakwa Oniara Wonda bersama-
Halaman 15 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
sama dengan Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen, Rambo Wonda (sudah mempunyai kekuatan hukum tetap), Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen, Dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen, dan Libo Telenggen ambil posisi di kali Semen. Bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak menerangkan berperan sebagai apa Terdakwa didalam melakukan tindak pidana karena sebagaimana yang disampaikan oleh Terdakwa, Terdakwa hanyalah sebagai masyarakat biasa yang sehari-harinya bekerja sebagai petani atau berkebun. Dan Jaksa Penuntut Umum juga tidak menjelaskan siapa saja yang melakukan penembakan terhadap korban.
VI. KESIMPULAN DAN PERMOHONAN
Bahwa berdasarkan segala uraian dan fakta hukum seperti dikemukakan di atas, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa berkesimpulan bahwa surat dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum jelas-jelas telah mengandung cacat formil atau mengandung kekeliruan beracara (error in procedure) disamping tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 Ayat (2) huruf b KUHAP. Dengan demikian tak terbantahkan lagi bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah uraian dakwaan yang tidak cermat, samar-samar, kabur, cacat hukum dan tidak didasarkan pada hasil penyidikan yang lengkap, sehingga merugikan kepentingan pembelaan diri Terdakwa. Oleh karena itu sudah seharusnya dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal demi hukum. Berdasarkan hal-hal yang kami kemukakan di atas, kiranya telah cukup alasan hukum bagi Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menerima Eksepsi Terdakwa/Penasihat Hukum Terdakwa dan mohon kiranya memberikan Putusan Sela dengan amarnya sebagai berikut: 1. Menerima Eksepsi / Nota Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa seluruhnya; 2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor Reg. Perkara : PDM-38/NBR/Eoh.2/10/2020 tersebut Batal Demi Hukum atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima; 3. Menyatakan Terdakwa Oniara Wonda bebas dari segala dakwaan jaksa penuntut umum; 4. Menyatakan perkara aquo tidak diperiksa lebih lanjut;
Halaman 16 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
5. Memulihkan nama baik Terdakwa Oniara Wonda pada keadaan semula;
6. Membebankan biaya perkara kepada Negara;
Menimbang, bahwa atas keberatan Terdakwa melalui Penasihat Hukum, Penuntut Umum mengajukan pendapat yang pada pokoknya sebagai berikut : 1. Bahwa terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa nomor 1 (satu) yaitu Penangkapan Tidak Berdasarkan Kuhap, jaksa penuntut umum menanggapi sebegai berikut :
Bahwa penangkapan terhadap Terdakwa didasarkan atas Surat Perintah
Nomor : SP.KAP/10/V/2020/Reskrim tertanggal 31 Mei 2020 yang dituangkan didalam berita acara tertanggal 31 Mei 2020 yang ditandatangani oleh Terdakwai, disertai dengan Surat Nomor : B/71/V/2020/Reskrim tertanggal 31 Mei 2020 perihal Surat Pemberitahuan Tersangka atas nama Oniara Wonda, sehingga tanggapan Penasihat Hukum terhadap sangat tidak berdasar yurdis dan mengada-ada, dengan ini Penasihat Hukum dan Terdakwa telah diberikan hak-haknya sebagai Terdakwa sebagaimana diatur didalam KUHAP, akan tetapi yang perlu penuntut umum sampaikan, bahwa Berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, maka batas ruang lingkup materi keberatan tersebut, ialah bahwa keberatan hanya dapat ditujukan terhadap dakwaan atau kewenangan pengadilan. Keberatan tidak diperkenankan menyentuh materi perkara yang akan diperiksa dalam sidang pengadilan yang bersangkutan. Dengan demikian, tanggapan Penasihat Hukum sangat tidak berdasar yuridis.
2. Bahwa terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa nomor 1 (satu)
yaitu Terdakwa Tidak Di Dampingi Oleh Penasehat Hukum, Jaksa Penuntut Umum menanggapi sebegai berikut :
Bahwa pada tingkat pemeriksaan terhadap Terdakwa Oniara Wonda
telah didampingi Penasihat Hukum, sebagaimana Surat Kuasa Khusus Nomor : 02/LBH.BKPM/SKH/VI/Pid.B/2020 tanggal 8 Juni 2020 yang ditandatangani oleh Penerima Kuasa yaitu Titus Tabuni, SH dan Jean Janner Gultom, S.H,M.H serta ditandatangani oleh Terdakwa Oniara Wonda selaku pemberi kuasa, kemudian Penasihat Hukum menolak menandatangani berita acara pemeriksaan yang dituangkan didalam berita acara penolakan tanda tangan pada berita acara pemeriksaan pendampingan Tersangka tertanggal 12 Juni 2020, dengan ini Penasihat Hukum dan Terdakwa telah diberikan hak-haknya sebagai Terdakwa sebagaimana diatur didalam KUHAP dan tanggapan Penasihat hukum terhadap dakwaan Penuntut Umum sangat tidak berdasar Yuridis dan mengada-ada.
Halaman 17 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
3. Bahwa terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa nomor 1 (satu) yaitu Surat Dakwaan Obscuur Libel (Dakwaan Kabur), Jaksa Penuntut umum menanggapi sebegai berikut
Keberatan Penasihat Hukum sudah masuk kedalam pokok materi
perkara yang mana harus dibuktikan didalam persidangan. Bahwa menurut ahli hukum M. Yahya Harahap, SH dalam bukunya Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, jilid II, Pustaka Kartini, Mei 1988, halaman 660 – 664 menyatakan sebagai berikut :
“Keberatan atau Eksepsi harus diajukan sebelum pokok materi perkara
diperiksa oleh persidangan, itu sebabnya sifat eksepsi adalah suatu upaya yang diberikan kepada Terdakwa dalam hal-hal yang berhubungan dalam masalah formil. Eksepsi belum memasuki masalah yang bersangkutan dengan pokok perkara.” Syarat Formil Yaitu surat dakwaan harus diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi : nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Terdakwa, yang kemudian Terdakwa membenarkan semua syarat formil didalam surat dakwaan jaksa penuntut umum didepan persidangan. Terhadap keberatan Penasehat Hukum Terdakwa yang menyangkut bahwa Penuntut Umum telah tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap dalam membuat surat dakwaan sebagaimana keberatan yang diajukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa pada nomor 11 (sebelas), kami Jaksa Penuntut Umum memberikan pendapat sebagai berikut : Bahwa menyatakan bahwa surat dakwaan JPU tidak cermat, Jelas dan lengkap: Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 143 ayat ( 2 ) KUHAP menyebutkan : Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal ditandatangani serta berisi : 1. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Terdakwa ; 2. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Meskipun Undang- Undang menghendaki perumusan secara cermat, jelas dan lengkap, tetapi KUHAP sendiri tidak mengatur bagaimana suatu uraian
Halaman 18 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
tindak pidana dalam surat dakwaan itu dianggap telah cermat, jelas dan lengkap atau belum/ tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap. Agar uraian tindak pidana yang didakwakan itu memenuhi syarat materiil sebagaimana ditentukan dalam pasal 143 ayat (2) KUHAP, disyaratkan: a) Rumusan tindak pidana dengan cara menguraikan unsur - unsurnya terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan uraian fakta-fakta perbuatan Terdakwa yang memenuhi uraian unsur- unsur tindak pidana tersebut, atau dapat pula dirumuskan dengan cara merumuskan unsur-unsur tindak pidana yang sekaligus dipadukan dengan fakta perbuatan Terdakwa yang memenuhi unsur- unsur pidana itu. b) Uraian tindak pidana secara sistematis dan kronologis sehingga dari uraian itu tergambar komponen - komponen : - Siapakah yang dihadapkan sebagai Terdakwa dalam perkara itu? - Tindak Pidana apa yang telah dilakukan oleh Terdakwa? - Kapan dan dimana tindak pidana itu dilakukan oleh Terdakwa? - Bagaimana Terdakwa melakukan tindak pidana itu (modus operandi yang digunakan)? - Apa yang dipergunakan, apa yang menjadi sasaran dan apa yang dihasilkan oleh tindak pidana itu? - Motivasi apa yang telah mendorong Terdakwa untuk melakukan tindak pidana itu? c) Bahasa yang dipergunakan dalam merumuskan dakwaan adalah bahasa yang sederhana dengan memakai kalimat-kalimat yang efektif, yakni kalimat yang singkat, tetapi mampu menjabarkan semua arti dan makna yang terkandung didalamnya Dalam praktek, syarat-syarat yang berkaitan dengan formalitas (tanggal, tanda tangan dan indentitas lengkap Terdakwa) disebut syarat formal. Sedangkan syarat yang berkaitan dengan isi/ materi dakwaan (uraian tentang tindak pidana yang didakwakan dan waktu serta tempat tindak pidana dilakukan) disebut syarat material. Pencantuman syarat formal dan syarat material dalam penyusunan surat dakwaan sangat erat kaitanya dengan tujuan dari pada surat dakwaan itu sendiri. Tujuan surat dakwaan dalam proses pidana adalah sebagai dasar pemeriksaan sidang pengadilan, dasar pembuktian, dasar tuntutan pidana, dasar pembelaan diri bagi Terdakwa dan merupakan dasar penilaian serta dasar putusan pengadilan.
Halaman 19 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari surat dakwaan itu adalah untuk menetapkan secara konkrit/ nyata tentang orang tertentu yang telah melakukan perbuatan tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Oleh karena itu pasal 143 ayat (2) KUHAP menghendaki pencantuman identitas lengkap Terdakwa, uraian yang cermat, jelas dan lengkap dan atau belum / tidak cermat, tidak jelas atau tidak lengkap, hanyalah dapat ditentukan secara kasuistis, dan oleh karena itu untuk mendapat kejelasan tentang masalah ini sebaiknya kita meneliti doktrin dan yurispendensi. Dalam buku Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan terbitan Kejaksaan Agung RI tahun 1985; halaman 14 -16 dirumuskan pengertian cermat, jelas dan lengkap, hal ini dikutip pula oleh Harun M Husein, SH dalam Bukunya yang berjudul Surat Dakwaan Teknik Penyusunan, Fungsi, dan Permasalahannya yang diterbitkan Rineka Cipta Cetakan III tahun 2005; halaman 52-53 pengertian cermat , jelas dan lengkap sebagai berikut: 1. Yang dimaksud dengan “cermat” adalah uraian fakta perbuatan didasarkan kepada unsur pasal yang didakwakan. 2. Yang dimaksud dengan “Jelas” adalah uraian yang jelas dan mudah dimengerti yang mempertemukan antara fakta-fakta perbuatan Terdakwa dengan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan sehingga Terdakwa yang mendengar atau membacanya akan mengerti dan mendapatkan gambaran tentang siapa yang melakukan tindak pidana, tindak pidana apa yang dilakukan, kapan dan dimana tindak pidana tersebut dilakukan, apa akibat yang ditimbulkan dan mengapa Terdakwa melakukan tindak pidana itu. 3. Yang dimaksud dengan “lengkap” adalah uraian yang bulat dan utuh yang mampu menggambarkan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan beserta waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan . Pencantuman “waktu” dilakukan tindak pidana, disamping bermaksud memperjelas perumusan tindak pidana yang dilakukan, namun yang lebih urgent erat kaitanya dengan : - Pasal 1 ayat (2) KUHP tentang perubahan Undang- Undang ; - Usia pelaku (dewasa atau belum) berdasarkan pasal 45 KUHP ; - Kadaluarsa berdasarkan pasal 78 s/d 82 KUHP. - Persyaratan yang ditentukan dalam suatu tindak pidana pada waktu malam (pasal 363 KUHP).
Halaman 20 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
- Ketentuan recidive (pasal 486 s/d 488 KUHP). Menurut Arrest Hoge Raad 18 Juni 1928 W.11681 N.J.1928 No. 1428 berbunyi : “Penyebutan dalam surat tuduhan bahwa Terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut dalam atau kira-kira tahun-tahun 1920 sampai dengan 1926 adalah cukup untuk menyatakan waktu”. Pencantuman “tempat” terjadinya tindak pidana, disamping bermaksud memperjelas perumusan tindak pidana yang didakwakan, namun yang lebih urgent erat kaitanya dengan : - Kompetensi relatif dari pengadilan (pasal 84 s/d pasal 86 KUHAP) . - Berlakunya hukum pidana Indonesia (pasal 2 s/d pasal 8 KUHP) . - Di muka umum (pasal 160 s/d pasal 170 KUHP) . - Kewenangan menuntut oleh Penuntut Umum ( Pasal 137 KUHAP ) . - Tiori - tiori locus delictie tempat terjadinya tindak pidana . Sehubungan dengan hal ini, A. Hamzah ( 1985 : 1973 ) menyatakan : Menurut Minkenhof Hoge Raad tidak banyak menuntut syarat - syarat penguraian tentang tempat dan waktu. Suatu lukisan yang luas seperti “di Roterdam atau salah satu tempat di Nederland, atau di Antwerpen, atau salah satu tempat di Belgia asal Terdakwa tidak dirugikan dalam pembelaannya ”. Rakernas Mahkamah Agung tahun 1986 sehubungan dengan ketentuan pasal 143 ayat (2) KUHAP, Mahkamah Agung memberikan petunjuk : “Maksud pasal 143 ayat (2) KUHAP dengan kalimat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan adalah bahwa dalam surat dakwaan itu harus disebut apa sesungguhnya dilakukan oleh Terdakwa yang memenuhi unsur delik yang didakwakan sehingga tidak cukup hanya menyebutkan unsur deliknya saja” (Himpunan tanya jawab Hukum Pidana KUHAP No. 152). Bahwa berdasarkan pemahaman tentang lingkup Keberatan menurut KUHAP dan praktek peradilan sebagaimana diuraikan diatas, maka tidak terdapat alasan untuk menyatakan bahwa Dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum dan tidak dapat diterima sebagaimana yang dimohonkan oleh Penasihat Hukum Terdakwa karena dakwaan yang telah kami bacakan pada persidangan yang lalu sudah memenuhi syarat baik formil maupun materiil, sesuai ketentuan KUHAP dan praktek peradilan pidana di Indonesia;
V. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, kami selaku Penuntut Umum dalam perkara ini, sampai pada kesimpulan sebagai berikut :
Halaman 21 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
1. Surat Dakwaan dalam perkara tindak pidana atas nama Terdakwa Oniara Wonda mempunyai dasar hukum yang sah dan telah disusun secara cermat, jelas dan lengkap sesuai dengan pasal 143 ayat (2) KUHAP; 2. Keberatan (eksepsi) Tim Penasihat Hukum harus dinyatakan tidak dapat diterima, karena tidak dilandasi oleh argumentasi yuridis yang kuat dan telah menyangkut materi atau pokok perkara; Sehubungan dengan butir-butir kesimpulan tersebut, kami selaku Penuntut Umum dalam perkara ini, dengan ini memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Nabire yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan :
1. Menyatakan menerima Pendapat Penuntut Umum terhadap keberatan
Penasihat Hukum Terdakwa; 2. Menyatakan menolak secara keseluruhan terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa karena tidak mencakup ruang lingkup keberatan sebagaimana dimaksud pasal 156 ayat (1) KUHAP dan telah menyangkut materi pokok perkara; 3. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor : PDM-38/NBR/EOH.2/10/2020, atas nama Terdakwa Oniara Wonda, yang telah kami bacakan di depan persidangan mempunyai dasar hukum yang sah dan telah disusun secara cermat, jelas dan lengkap sesuai pasal 143 ayat (2) KUHAP; 4. Menyatakan pemeriksaan pokok perkara atas nama Terdakwa Oniara Wonda, tetap dilanjutkan;
Menimbang, bahwa setelah membaca dan meneliti uraian keberatan
Terdakwa melalui Penasihat Hukum, maka pada pokoknya alasan-alasan keberatan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penangkapan tidak berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana; 2. Terdakwa tidak didampingi Penasihat Hukum; 3. Surat Dakwaan obscuur libel (dakwaan kabur); Menimbang, bahwa terhadap keberatan tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut : Ad.1. Penangkapan tidak berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana; Menimbang, bahwa dalam keberatan Penasihat Hukum Terdakwa pada pokoknya menyatakan penangkapan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian
Halaman 22 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
kepada Terdakwa tidak sesuai dengan pasal 18 ayat (1) KUHAP, karena Kepolisian tidak menunjukkan surat tugas dan surat perintah penangkapan serta Terdakwa dibawa keliling-keliling di Mulia Puncak dan ketika berada di tempat yang sepi dan sunyi, Terdakwa diturunkan dari mobil dengan posisi tangan terborgol dan dua orang anggota Kepolisian memegang kedua lengan Terdakwa kemudian anggota Kepolisian yang ada di dalam mobil langsung melakukan penembakan sebanyak dua kali pada bagian kaki kanan hingga Terdakwa tersungkur dan bersimbah darah; Menimbang, bahwa dalam tanggapan Penuntut Umum menyatakan penangkapan terhadap Terdakwa didasarkan atas Surat Perintah Nomor : SP.KAP/10/V/2020/Reskrim tertanggal 31 Mei 2020 yang dituangkan didalam berita acara tertanggal 31 Mei 2020 yang ditandatangani oleh Terdakwa disertai dengan Surat Nomor : B/71/V/2020/Reskrim tertanggal 31 Mei 2020 Perihal Surat Pemberitahuan Tersangka atas nama Oniara Wonda; Menimbang, bahwa terhadap Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa dan Tanggapan Penuntut Umum tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut : Menimbang, bahwa penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau Terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang; Menimbang, bahwa berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Bab X, Bagian Kesatu : Peradilan, pasal 77 “menyatakan Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang : a. Sah atau tidak penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan; Hal mana objek dari praperadilan tersebut, telah diperluas dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat keberatan Penasihat Hukum Terdakwa bahwa penangkapan tidak berdasarkan KUHAP, hal tersebut bukan materi keberatan atas surat dakwaan Penuntut Umum, melainkan keberatan tersebut merupakan ruang lingkup dari praperadilan yang telah diatur secara tegas dalam pasal 77 KUHAP, dimana Penasihat Hukum Terdakwa harusnya mengajukan
Halaman 23 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
permohonan praperadilan agar tindakan penangkapan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian, sebagaimana uraian Penasihat Hukum dalam surat keberatan tersebut, diuji apakah telah sesuai dengan peraturan yang berlaku ataukah tidak, sebelum dilakukan persidangan pemeriksaan materi pokok perkara, dengan demikian keberatan Penasihat Hukum Terdakwa tersebut tidak beralasan hukum sehingga tidak dapat diterima;
Ad.2. Terdakwa tidak didampingi Penasihat Hukum;
Menimbang, bahwa dalam keberatan Penasihat Hukum Terdakwa pada pokoknya menyatakan pemeriksaan Terdakwa yang dilakukan oleh pihak Kepolisian adalah tidak sah dan tidak berdasarkan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 56 KUHAP, karena apa yang dilakukan Terdakwa adalah tindak pidana yang diancam dengan ancaman lebih dari 5 (lima) tahun penjara dan Terdakwa tidak mahir membaca serta menulis sehingga sejak awal Terdakwa harus didampingi oleh Penasihat Hukum namun tidak dilakukan oleh pihak Kepolisian; Menimbang, bahwa dalam tanggapan Penuntut Umum menyatakan pemeriksaan Terdakwa telah didampingi oleh Penasihat Hukum sebagaimana Surat Kuasa Khusus Nomor : 02/LBH.BKPM/SKH/VI/Pid.B/2020 Tanggal 8 Juni 2020 yang ditandatangani oleh Penerima Kuasa yaitu Titus Tabuni, S.H dan Jean Janner Gultom, S.H.,M.H serta ditandatangani oleh Terdakwa selaku pemberi kuasa, kemudian Penasihat Hukum menolak menandatangani berita acara pemeriksaan yang dituangkan didalam berita acara penolakan tanda tangan pada berita acara pemeriksaan pendampingan Tersangka tertanggal 12 Juni 2020; Menimbang, bahwa tehadap Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa dan Tanggapan Penuntut Umum tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut : Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 56 ayat (1) KUHAP menyatakan dalam Tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka;
Halaman 24 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memeriksa dan meneliti berkas perkara Terdakwa Oniara Wonda, Majelis Hakim menemukan hal sebagai berikut : Bahwa Terdakwa telah memiliki Penasihat Hukum sendiri yaitu Jean Janner Gultom S.H.,M.H., Titus Tabuni, S.H dan Yustinus Butu, S.H.,M.H Advokat-Advokat/ Para Penasihat Hukum dan Konsultan Hukum pada Kantor Lembaga bantuan Hukum Bintang Keadilan Papua Mandiri, yang ditunjuk berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 02/LBH.BKPM/SKH/VI/Pid.B/2020 Tertanggal 8 Juni 2020; Bahwa Terdakwa pada waktu memberikan keterangan sebagai Tersangka pada tingkat penyidikan berdasarkan berita acara pemeriksaan tersangka dilakukan pada hari jumat tanggal 12 Juni tahun 2020 pukul 12.30 Wit dan berita acara pemeriksaan tersangka tersebut setiap lembarnya ditandatangani oleh Terdakwa; Bahwa Penasihat Hukum Terdakwa yaitu Titus Tabuni, S.H dan Yustinus Butu, S.H.,M.H menolak untuk menandatangani berita acara pemeriksaan Tersangka berdasarkan berita acara penolakan tanda tangan tanggal 12 Juni 2020; Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa sebelum Terdakwa memberikan keterangan pada tingkat penyidikan yaitu pada tanggal 12 Juni 2020, Terdakwa telah memiliki Penasihat Hukum sendiri berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Juni 2020, sehingga syarat yang diamanatkan dalam pasal 56 ayat (1) KUHAP pada tingkat penyidikan telah dilakukan sebagaimana mestinya oleh Penyidik, oleh sebab itu keberatan Penasihat Hukum Terdakwa tersebut tidak beralasan hukum sehingga tidak dapat diterima;
Ad.3. Surat Dakwaan obscuur libel (dakwaan kabur);
Menimbang, bahwa dalam keberatan Penasihat Hukum Terdakwa pada pokoknya menyatakan dakwaan kabur karena tidak sesuai dengan pasal 143 ayat (2) huruf b dan ayat (3) KUHAP karena Penuntut Umum tidak menerangkan peran Terdakwa dalam melakukan tindak pidana, dimana Terdakwa adalah masyarakat biasa yang sehari-harinya pekerjaannya bertani dan berkebun di Kampung Jiginikime, Distrik Puncak Senyum, Kabupaten Puncak; Menimbang, bahwa dalam tanggapan Penuntut Umum yang pada pokoknya menyatakan keberatan Penasihat Hukum Terdakwa sudah masuk
Halaman 25 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
kedalam pokok materi perkara yang mana harus dibuktikan didalam persidangan serta surat dakwaan telah disusun secara cermat, jelas dan lengkap; Menimbang, bahwa tehadap Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa dan Tanggapan Penuntut Umum tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut : Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca dan meneliti surat dakwaan Penuntut Umum No.Reg.Perk : PDM-38/NBR/Eoh.2/10/2020, surat dakwaan tersebut telah disusun dengan cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang terjadi dan juga telah diuraikan peran Terdakwa bersama teman-temannya dalam surat dakwaan yaitu “Terdakwa Oniara Wonda bersama-sama Yogor Telenggen Alias Kartu Kuning Telenggen, Rambo Wonda (sudah mempunyai kekuatan hukum tetap), Yamdua Telenggen, Heri Telenggen, Jeri Telenggen dan Libo Telenggen dari arah Gurage menuju ke Mulia, kemudian kami berhenti di Puncak Senyum untuk memantau mobil yang lewat, kemudian Rambo Wonda, Yamdua Telenggen, Yogor Telenggen alias Kartu Kuning Telenggen berada di Puncak Senyum, sedangkan Terdakwa Oniara Wonda yang saat itu menggunakan baju loreng, menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan alas kaki bersama-sama dengan Heri Telenggen, Jeri Telenggen dan Libo Telenggen ambil posisi di kali semen dan ketika 2 (dua) mobil yang dikendarai Anggota Satgas 1 Gegana Mabes Polri melewati posisi Terdakwa, Terdakwa dengan menggunakan senjata api laras panjang jenis AK- 47 langsung melakukan penembakan sebanyak 2 (dua) kali dan mengenai mobil strada dan mengenai korban Bripda Eko Afriansyah pada bagian kepala, sedangkan Bripda Perianto Muh Kaluku juga terkena tembakan dan tersandar di punggung belakang Saksi Abdul Rahman Sukur. Setelah itu selanjutnya disusul dengan tembakan berturut-turut oleh Heri Telenggen, Jeri Telenggen dan Libo Telenggen pada saat itu berdiri sambil melakukan penembakan terhadap salah satu mobil Anggota Satgas 1 Gegana Mabes Polri”, sehingga surat dakwaan Penuntut Umum No.Reg.Perk : PDM-38/NBR/Eoh.2/10/2020 tidak obscuur libel (kabur) dan terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa yang menyatakan Terdakwa adalah masyarakat biasa yang sehari-harinya pekerjaannya bertani dan berkebun di Kampung Jiginikime, Distrik Puncak Senyum, Kabupaten Puncak, Majelis Hakim berpendapat keberatan tersebut telah masuk pokok perkara, dimana hal tersebut akan dibuktikan lebih lanjut dalam persidangan, oleh sebab itu keberatan Penasihat Hukum tersebut tidak berasalan hukum sehingga tidak dapat diterima;
Halaman 26 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka keberatan Terdakwa melalui Penasihat Hukum harus dinyatakan tidak dapat diterima; Menimbang, bahwa oleh karena keberatan Terdakwa melalui Penasihat Hukum tidak diterima maka pemeriksaan perkara ini harus dilanjutkan; Menimbang, bahwa oleh karena putusan ini mengenai keberatan dari Terdakwa melalui Penasihat Hukum terhadap surat dakwaan Penuntut Umum, maka perhitungan mengenai biaya perkara ini ditangguhkan sampai dengan putusan akhir; Memperhatikan, pasal 156 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan; MENGADILI 1. Menyatakan keberatan Terdakwa melalui Penasihat Hukum tidak dapat diterima; 2. Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab atas nama Terdakwa Oniara Wonda; 3. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir; Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Nabire, pada hari Senin, tanggal 16 November 2020, oleh kami, Cita Savitri, S.H., M.H., sebagai Hakim Ketua, Ariandy, S.H., Gerson Hukubun, S.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal 17 November 2020 oleh Hakim Ketua dengan didampingi Para Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh Irwan, S.H., M.H., Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Nabire, serta dihadiri oleh Toto Harmiko, S.H., Penuntut Umum dan Terdakwa didampingi Penasihat Hukumnya;
Hakim Anggota, Hakim Ketua,
Ariandy, S.H Cita Savitri, S.H., M.H
Halaman 27 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab
Gerson Hukubun, S.H
Panitera Pengganti,
Irwan, S.H., M.H.
Halaman 28 dari 28 Putusan Nomor 86/Pid.B/2020/PN Nab